Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM PRODUKSI

DISUSUN OLEH :

NAMA : NURSYADAR AKBAR

NIM : 18TIA452

KELAS : 3B

LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI DAN OPERASI

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI AGRO

POLITEKNIK ATI MAKASSAR

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Mata Kuliah Sistem Produksi & Operasi yang dilaksanakan pada
tanggal Februari 2021 telah diterima dan disahkan oleh pembimbing.

Penyusun Laporan:

Nama : Nursyadar Akbar

Nim : 18TIA452

Kelas : 3B

Makassar, Februari 2021

Disahkan Oleh :

Asisten

Sulung Rohmatullah, A.Md


Mengetahui:
Dosen Pembimbing Sistem Produksi dan Operasi,

ANDI NURWAHIDAH, ST.,MT


NIP. 1990 0629 201901 2 001

LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Sistem Produksi & Operasi ini telah diselesaikan guna memenuhi
persyaratan Mata Kuliah Praktek Sistem Produksi & Operasi (SISPRO) yang
dilaksanakan pada Laboratorium Sistem Produksi & Operasi Politeknik ATI
Makassar.

Penyusun laporan:

Nama : Nursyadar Akbar

Nim : 18TIA452

Kelas : 3B
Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh asisten Laboratorium, serta
telah memenuhi syarat untuk seminar praktek.

Makassar, Februari 2021

Menyetujui:

Pranata Laboratorium Pendidikan Asisten

DEDY CHRISDIANTO, A.Md Sulung Rohmatullah, A.Md

NIP. 198407102009011003

Mengetahui:

Kepala Laboratorium Sistem Produksi & Operasi


ANDI NURWAHIDAH, ST.,MT
NIP. 1990 0629 201901 2 001

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
semua limpahan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
Laporan Praktikum dari mata kuliah Sistem Operasi.

Harapan saya semoga Laporan Praktikum yang telah tersusun ini dapat
bermanfaat sebagai salah satu pedoman bagi para pembacanya, menambah
wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk
ataupun isi dari Laporan Praktikum ini menjadi lebih baik lagi.

Sebagai panelis saya mengakui bahwasanya masih banyak kekurangan yang


terkandung di dalamnya. Oleh sebab itu, dengan penuh kerendahan hati saya
berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi
memperbaiki Laporan Praktikum ini.

Makassar, Februari 2021


Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................iii

KATA PENGANTAR.......................................................................................iv

DAFTAR ISI......................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................vii

DAFTAR TABEL..............................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................3

2.1 Desain Produk......................................................................................3


2.2 Peta Proses Operasi (PPO)...................................................................3
2.3 Peta Aliran Proses (PAP).....................................................................6
2.4 Bill of Material (BOM)........................................................................7
2.5 Kanban….............................................................................................9
2.6 Seven Waste..........................................................................................12
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM.......................................................15
3.1 Alat yang Digunakan............................................................................15
3.2 Bahan yang Digunakan........................................................................15
3.3 Prosedur Kerja......................................................................................15
3.4 Flow Chart...........................................................................................17
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA...........................18

4.1 Desain Produk......................................................................................18


4.2 Peta Proses Operasi (PPO)...................................................................20
4.3 Bill of Material (BOM)........................................................................21
4.4 Kanban.................................................................................................23
4.5 Identifikasi Waste.................................................................................23
4.6 Identifikasi Kendala yang Dihadapi.....................................................23
BAB V PENUTUP.............................................................................................25

5.1 Kesimpulan..........................................................................................25
5.2 Saran.....................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................26

LAMPIRAN.......................................................................................................27
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh Peta Proses Operasi Pembuatan Kursi Kuliah.........................5


Gambar 2.2 Contoh Peta Aliran Proses Pembuatan Kripik Pisang.........................7
Gambar 3.1 Flowchart Sandal Hotel.....................................................................17
Gambar 4.1 Desain Sandal Hotel...........................................................................18
YGambar 4.2 Alat yang Digunakan dalam Pembuatan Sandal Hotel....................19
Gambar 4.3 Bahan yang Digunakan dalam Pembuatan Sandal Hotel...................20
Gambar 4.4 Peta Proses Operasi (PPO) Sandal Hotel...........................................20
Gambar 4.5 Struktur BOM Produk Rak Buku.......................................................21
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Simbol American Society of Mechanical Engineer.................................5


YTabel 4.1 Bill of Material Rak Buku....................................................................21
Tabel 4.2 Kanban Rak Buku..................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi ini, industri merupakan salah satu sektor yang
mengalami kemajuan sangat pesat. Dalam menghadapi persaingan dunia
industri, Indonesia harus kompetitif didalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pengimplementasian produk agar dapat mencapai tujuan dan meningkatkan
daya saingnya. Dengan kemajuan teknologi yang sangat cepat, industri-
industri di Indonesia menerapkan manajemen produksi yang memegang
peranan yang cukup penting adalah sistem produksi, karena sistem produksi
merupakan rangkaian gabungan beberapa elemen yang saling menunjang dan
berhubungan antara satu dengan yang lain untuk melaksanakan proses
produksi dalam suatu perusahaan.
Banjar Edi Santoso (dalam Karamoy, 2016) mengemukakan Sistem adalah
satu kumpulan komponen yang saling berintegrasi untuk menjalankan suatu
aktivitas atau suatu proses yang dimulai dari input sampai output, input dalam
hal ini meliputi bahan baku yang nantinya akan mengalami proses produksi
sehingga akan menghasilkan suatu output berupa produk jadi. Sistem
Produksi adalah suatu gabungan dari komponen-komponen yang saling
berhubungan dan saling mendukung untuk melaksanakan proses produksi
dalam suatu perusahaan. Beberapa elemen yang termasuk dalam sistem
produksi ini adalah produk perusahaan, lokasi pabrik, letak dan fasilitas
produksi yang dipergunakan dalam perusahaan, lingkungan kerja karyawan,
serta standar produksi yang berlaku dalam perusahaan tersebut.
Manajemen produksi dan operasi adalah proses yang menggabungkan dan
mengubah berbagai sumber daya dalam subsistem produksi dan operasi
sehingga bernilai tambah sesuai kebijakan organisasi. Atau bagian dari
sebuah organisasi, transformasi berbagai input menjadi (produk/layanan yang
memiliki tingkat kualitas yang dipersyaratkan. Jadi, manajemen produksi
merupakan rangkaian kegiatan manajemen yang saling berkaitan, terkait
dengan pembuatan tertentu produk sehingga Jika konsep tersebut diperluas ke
layanan manajemen, maka rangkaian kegiatan manajemen tersebut adalah
manajemen operasi.
Sistem produksi dan operasi merupakan asset terpenting dalam sebuah
perusahaan demi keberlangsungan produksi perusahaan tersebut. Oleh karena
itu, praktikum ini menuntun praktikan untuk mengetahui langkah-langkah
yang baik dalam mengelola sistem produksi dan operasi sebuah produk.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses operasi yang dilakukan sehingga menjadi produk akhir?
2. Bagaimana proses aliran produksi sehingga menjadi produk akhir?
3. Apa saja material yang digunakan dalam memproduksi sandal hotel?
4. Apa saja waste yang terjadi ketika melakukan proses produksi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses operasi yang dilakukan sehinggga menjadi
produk akhir.
2. Untuk mengetahui proses aliran yang dilakukan sehinggga menjadi produk
akhir.
3. Untuk mengetahui material yang digunakan dalam memproduksi sandal
hotel.
4. Untuk mengidentifikasi waste yang terjadi ketika melakukan proses
produksi.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Desain Produk
Muhairin (2010), mengemukakan bahwa desain produk dapat
didefinisikan sebagai generasi ide, pengembangan konsep, pengujian dan
pelaksanaan manufaktur (objek fisik) atau jasa. Desain produk merupakan
terjemahan dari industrial design. Sebagian para ahli menterjemahkan
industrial design dengan desain produk. Desain produk adalah pioner dan
kunci kesuksesan sebuah produk menembus pasar sebagai basic bargaining
marketing, mendesain sebuah produk berarti membaca sebuah pasar,
kemauan pasar, kemampuan pasar, pola pikir pasar serta banyak aspek lain
yang akhirnya diterjemahkan dan diaplikasikan dalam perancangan sebuah
produk.
Kemampuan sebuah produk bertahan dalam siklus sebuah pasar
ditentukan oleh bagaimana sebuah desain mampu beradaptasi akan
perubahan-perubahan dalam bentuk apapun yang terjadi dalam pasar
sehingga kemampuan tersebut menjadi nilai keberhasilan bagi produk itu
sendiri dikemudian hari. Dengan krusialnya bentuk tanggung jawab seorang
desainer produk industri dalam perancangan sebuah produk, desain produk
harus memiliki pengetahuan dan riset yang baik sebelum merancang sebuah
produk. Proses tersebut tidak ayal lagi membutuhkan waktu yang kadang-
kadang tidak singkat dalam perancangannya, ketajaman berpikir dan
membaca peluang sangatlah dominan dalam menentukan rating desainer
tersebut.

2.2 Peta Proses Operasi (PPO)


Operation process chart (OPC) merupakan suatu diagram yang
menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku
mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaan sejak dari awal sampai
menjadi produk jadi utuh maupun sebagai komponen, dan juga memuat
informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa lebih lanjut. Jadi dalam
suatu operation process chart, yang dicatat hanyalah kegiatan-kegiatan
operasi dan pemeriksaan saja, kadang-kadang pada akhir proses dicatat
tentang Penyimpanan .
Menurut Wignjosoebroto (2006), peta proses operasi (operation
process chart) atau disingkat OPC adalah peta kerja yang menggambarkan
urutan kerja dengan jalan membagi pekerjaan tersebut ke dalam elemen-
elemen operasi secara detail.
Operation Process Chart memiliki beberapa kegunaan yang dapat
dicatat. Kegunaannya adalah bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan
penganggarannya, bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan
menghitung efisiensi ditiap operasi/pemeriksaan), sebagai alat untuk
menentukan tata letak pabrik, sebagai alat untuk menentukan perbaikan cara
kerja yang sedang dipakai, serta sebagai alat untuk latihan kerja.
Operation process chart biasanya dimulai dengan bahan baku
memasuki pabrik dan mengikutinya melalui setiap langkah, seperti
penyimpanan transportasi, inspeksi, operasi mesin, dan perakitan sampai
menjadi sebuah unit atau bagian dari sebuah unit yang akan dirangkai.
 Adapun informasi-informasi yang bisa didapatkan dalam peta proses
operasi adalah sebagai berikut:
1. Bahan baku dan bahan penunjang yang dibutuhkan (dipresentasikan
dengan garis panah horizontal).
2. Operasi yang dibutuhkan pada masing-masing komponen atau bagian dari
bahan baku (dipresentasikan dalam lingkaran).
3. Waktu yang dibutuhkan dalam proses.
4. Alat yang digunakan dalam operasi.
Berikut merupakan lambang atau simbol American Society of Mechanical
Engineer (ASME) untuk Operation Process Chart:
Tabel 2.1 Simbol American Society of Mechanical Engineer.

Gambar 2.1. Contoh Peta Proses Operasi Pembuatan Kursi Kuliah


2.3 Peta Aliran Proses (PAP)
Peta aliran proses adalah suatu diagram yang menunjukkan urutan-urutan
dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan yang
terjadi selama satu proses atau prosedur berlangsung. Di dalamnya dimuat
informasi-informasi yang diperlukan untuk analisis seperti waktu yang
dibutuhkan dan jarak perpindahan yang terjadi. Waktu biasanya dinyatakan
dalam jam atau menit sementara jarak perpindahan basanya dinyatakan dalam
meter. Kegunaan Peta Aliran Proses (PAP) yaitu:
1. Untuk mengetahui perlakuan terhadap bahan atau aktivitas orang mulai
awal masuk dalam proses sampai aktivitas terakhir.
2. Dapat memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu proses
atau prosedur.
3. Untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang mulai awal masuk
sampai selesai proses.
4. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan proses atau metode
kerja.
5. Dapat memberikan informasi mengenai jarak perpindahan (transportasi)
bahan mulai masuk sampai selesai.
Perbedaan PPO dan PAP yaitu:
1. Peta aliran proses memperlihatkan semua kegiatan dasar (operasi,
pemeriksaan, transportai, menunggu, penyimpanan) sedang pada peta
proses operasi hanya operasi dan pemeriksaan.
2. Peta aliran proses menganalisa setiap komponen yang diproses secara
lebih lengkap dan peta proses operasi hanya secara garis besarnya saja.
Gambar 2.2. Contoh Peta Aliran Proses Pembuatan Keripik Kentang

2.4 Bill of Material (BOM)


BOM terdiri dari berbagai bentuk dan dapat digunakan untuk berbagai
keperluan dalam proses industri manufacture atau lainnya. BOM dibuat
sebagai bagian dari proses desain dan digunakan oleh manufacturing engineer
untuk menentukan item yang harus dibeli atau diproduksi.
Perencanaan pengendalian produksi dan persediaan menggunakan BOM
yang di-hubungkan dengan master production schedule, untuk menentukan
release item yang dibeli atau diproduksi.
Sebuah Bill of Material yang akurat menunjukkan informasi tentang
masing-masing input produk, seperti: nomor komponen, deskripsi komponen,
jumlah yang diperlukan untuk setuap komponen, satuan ukurannya, dan lead
time pengerjaan/pemesanan. Seluruh item dan BOM harus diidentifikasi dan
diberi nomor secara unik.
Bill of Material (BOM) yang tradisional memperlihatkan daftar
komponen tersebut dalam bentuk struktur produk dan dinyatakan dalam level
manufaktur. Dalam bentuk skematik, selain dikenal sebagai struktur produk,
BOM yang terstruktur dikenal juga sebagai pohon produk. Masing-masing
komponen pada BOM di tempatkan dalam level-level yang didasari logika
berpikir sebagai berikut :
1. Level 0
Sebuah produk jadi yang tidak digunakan sebagai komponen pembentuk
dari produk lain.
2. Level 1
Sebuah komponen pembentuk langsung dari produk dengan Level 0. Pada
waktu bersamaan, komponen ini juga dapat merupakan sebuah produk jadi.
Sebagai gambaran, ban mobil juga dapat dijual terpisah sebagai produk jadi
yang siap pakai. Bagaimanapun, jika digunakan sebagai komponen
pembentuk langsing dalam pembuatan otomotif (mobil), maka akan
digolongkan sebagai item dengan level 1.
3. Level 2
Sebuah komponen pembentuk langsung dari produk dengan Level 1.
Sebagaimana level 1, komponen pada level 2 juga dapat digumakan sebagai
komponen pembentuk langsung pada level 0 atau sebagai produk jadi.
4. Level 3
Untuk selanjutnya, dapat didefinisikan dengan maksud yang sama.
Penggambaran Bill of Material dalam bentuk struktur prosduk seperti di
atas memang lebih mudah dimenegerti tetapi apabila jumlah dan level
komponen sangat banyak maka penggambaran dengan struktru produk
menjadi tidak efisien. Oleh karena itu Bill of Material juga digambarkan
dalam bentuk tabel. Adapun format dari Bill of Material (BOM) adalah:
1. Single-Level Bill of Material (BOM)
Menampilkan assembly atau sub-assembly dengan hanya satu level
children. Menampilkan komponen yang langsung dibutuhkan untuk
membuat assembly atau sub-assembly.
2. Indented Bill of Material (BOM)
Menampilkan level item tertinggi mendekati margin kiri dan komponen
yang digunakan pada item ini lebih menjorok ke margin sebelah kanan.
3. Modular Bill of Material (BOM)
Adalah tipe dari BOM dan elemen kritis dalam menentukan stuktur produk
dari produk akhir. Modular BOM menentukan komponen material,
dokumen, bagian-bagian dan gambar-gambar rekayasa yang dibutuhkan
untuk melengkapi sebuah sub-assembly. Selama modular BOM sebagian
besar berhubungan dengan produk fisik, konsep tersebut akan dapat
digunakan dalam berbagai macam industri (contoh software, medical
records). Modular BOM digunakan oleh sistem informasi modern untuk
melayani berbagai macam tujuan seperti menentukan komponen-komponen
yang dibutuhkan untuk memproduksi sebuah sub-assembly, dan
menyediakan informasi biaya untuk setiap komponen dan “rolled up”
informasi untuk keseluruhan sub-assembly.
Untuk produk-produk yang dapat dikonfigurasi/berbasis pilihan (contoh
automobile, PC), perusahaan harus merencanakan setiap kombinasi dan
permutasi untuk setiap option dan memastikan bahwa mereka dapat
memenuhi kebutuhan konsumen. Dengan struktur Modular BOM, perusahaan
dapat merencanakan permintaan untuk setiap modul independen dari setiap
permintaan produk akhir dengan mengestimasi tingkat popularitas modul sub-
assembly.

2.5 Kanban
Kanban dalam bahasa jepang berarti “Visual record or signal”. Sistem
produksi JIT menggunakan aliran informasi berupa kanban yang berbentuk
kartu atau peralatan lainnya seperti bendera, lampu dan lain-lain. Sistem
kanban adalah suatu sistem informasi yang secara harmonis mengendalikan
“produksi produk yang diperlukan dalam jumlah yang diperlukan pada waktu
yang diperlukan” dalam tiap proses manufakturing dan juga diantara
perusahaan. Menurut Taiichi Ohno, Kanban adalah suatu alat untuk
mengendalikan produksi”, yang digunakan dalam mengendalikan aliran-aliran
material melalui sistem produksi JIT dengan menggunakan kartu-kartu untuk
memerintahkan suatu work center memindahkan dan menghasilkan material
atau komponen tertentu.
Persiapan Pra Kanban
Sebelum melakukan sistem kanban perlu dilakukan persiapan-persiapan
dengan baik. Dalam SPT, penerapan sistem kanban didukung oleh persiapan-
persiapan yang meliputi:
1. Pelancaran Produksi
Pelancaran produksi adalah syarat yang paling penting untuk produksi
dengan kanban dan untuk meminimalkan waktu mengganggur dalam hal
tenaga kerja, perlengkapan dan barang dalam pengolahan. Pelancaran
produksi memberikan beberapa keuntungan, yaitu memungkinkan operasi
produksi menyesuaikan diri dengan cepat terhadap fluktuasi permintaan
harian dengan secara rata memproduksi bebrbagai jenis produk setiap hari
dalam jumlah kecil dan memungkinkan tanggapan terhadap variasi dalam
pesqnan pelanggan tiap hari tanpa menyadarkan diri pada persediaan
produk, serta jika semua proses mencapai produksi sesuai dengan waktu
siklus, pengimbangan antar berbagai akan membaik dan persediaan WIP
dapat berkurang.
2. Memperpendek Waktu Penyiapan
Untuk memperpendek waktu penyiapan perlu dilakukan dua fase
penyiapan, yaitu:
a. Fase Penyiapan Eksternal: Yang terlebih daproses awal disiapkan adalah
mal, peralatan, cetakan berikutnya dan bahan yang diperlukan.
b. Fase Penyiapan Internal: Fase dimana pekerja harus memusatkan
perhatian pada pergantian cetakan, peralatan dan bahan sesuai dengan
perincian yang terdapat dalam pesanan berikutnya.
3. Tata Letak Proses
Menurut SPT, tata letak proses dan mesin akan disusun kembali untuk
melancarkan aliran produksi berdasarkan sistem Penanganan Proses Ganda
(multi-proses holding) dimana pekerja menjadai pekerja fungsi ganda.
Dalam suatu lini penanganan proses ganda, seorang pekerja menangani
beberapa mesin dari berbagai proses satu per satu; pekerjaan di tiap proses
akan berlangsung hanya bila pekerja itu menyelesaikan pekerjaan yang
diberikan padanya dalam eaktu siklus yang ditentukan. Akibatnya
masuknya tiap unit ke dalam lini diimbangi dengan selesainya unit produk
akhir lainnya, seperti dipesan oleh operasi dari suatu waktu siklus.
4. Pembakuan Pekerjaan atau Operasi
Operasi baku menunjukkan operasi rutin yang dilakukan oleh pekerja
yang menangani berbagai jenis mesin sebagai pekerja fungsi ganda.
Operasi baku rutin ini menunjukkan urutan proses yang harus dikerjakan
oleh seorang pekerja dalam proses penanganan ganda di bagiannya.
Keseimbangan lini dapat dicapai di antara pekerja dalam bagian ini karena
setiap pekerja akan mengakhiri semua proses operasi sesuai waktu siklus.
5. Autonomasi
Autonomasi berarti membuat suatu mekanisme untuk mencegah
diproduksinya barang cacat secara masal pada mesin atau lini produk.
Untuk mencapai JIT sempurna, unit yang 100% bebas cacat harus mengalir
ke proses berikut secara kontinu tanpa terputus. Karena itu pengendalian
mutu harus selalu berdampingan dengan operasi JIT dalam seluruh sistem
Kanban.
6. Aktivitas Perbaikan
Aktivitas perbaikan adalah suatu unsur pokok dari sistem produksi
yang membuat sistem produksi sungguh-sungguh dapat bekerja dengan
baik. Tiap karyawan mempunyai kesempatan untuk memberikan saran dan
mengusulkan perbaikan lewat suatu gugus kecil yang disebut Gugus
Kendali Mutu (GKM). GKM adalah sekelompok kecil pekerja yang
mempelajari konsep dan teknik kendali mutu secara spontan dan terus
menerus untuk memberi pemecahan masalah di tempat kerja.
Kanban mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai pengendalian
produksi dan sebagai sarana peningkatan produksi. Fungsinya sebagai
pengendali produksi diperoleh dengan menyatukan proses bersama dan
mengembangkan suatu sistem yang tepat waktu sehingga bahan baku,
komponen atau produk yang dibutuhkan akan datang pada saat dibutuhkan
dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan di seluruh workcenter yang ada
di lantai produksi, bahkan meluas sampai ke pemasok yang terkait dengan
perusahaan. Sedangkan fungsinya sebagai sarana peningkatan produksi dapat
diperoleh jika penerapannya dengan menggunkan pendekatan pengurangan
tingkat persediaan.
Menurut Kumar, faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
mengendalikan sistem Kanban antara lain ialah:
1. Manajemen persediaan,
2. Partisipasi vendor maupun pemasok,
3. Peningkatan dan pengendalian kualitas,
4. Komitmen karyawan dan manajemen tingkat atas.

2.6 Seven Waste


Waste atau sering disebut dengan Muda dalam bahasa Jepang merupakan
sebuah kegiatan yang menyerap atau memboroskan sumber daya seperti
pengeluaran biaya ataupun waktu tambahan tetapi tidak menambahkan nilai
apapun dalam kegiatan tersebut.  Menghilangkan Waste (Muda) merupakan
prinsip dasar dalam Lean Manufacturing.  Konsep Penghilangan Waste
(Muda) ini harus diajarkan ke setiap Anggota organisasi sehingga Efektifitas
dan Efisiensi kerja dapat ditingkatkan.
Terdapat 7 Macam Kategori Waste yang sering terjadi dalam industri
Manufacturing, diantaranya:
1. Waste of Overproduction (Produksi yang berlebihan)
Waste atau pemborosan yang terjadi karena kelebihan produksi baik yang
berbentuk Finished Goods (Barang Jadi) maupun WIP (Barang Setengah
Jadi) tetapi tidak ada order/pesan dari Customer. Beberapa Alasan akan
adanya Overproduction (kelebihan Produksi) antara lain Waktu Setup
Mesin yang lama, Kualitas yang rendah, atau pemikiran “Just in case” ada
yang memerlukannya.
2. Waste of Inventory (Inventori)
Waste atau pemborosan yang terjadi karena Inventory adalah Akumulasi
dari Finished Goods (Barang Jadi), WIP (Barang Setengah Jadi) dan Bahan
Mentah yang berlebihan di semua tahap produksi sehingga memerlukan
tempat penyimpanan, Modal yang besar, orang yang mengawasinya dan
pekerjaan dokumentasi (Paparwork).
3. Waste of Defects (Cacat/Kerusakan)
Waste atau Pemborosan yang terjadi karena buruknya kualitas atau adanya
kerusakkan (defect) sehingga diperlukan perbaikan. Ini akan menyebabkan
biaya tambahan yang berupa biaya tenaga kerja, komponen yang digunakan
dalam perbaikan dan biaya-biaya lainnya.
4. Waste of Transportation (Pemindahan/Transportasi)
Waste atau Pemborosan yang terjadi karena tata letak (layout) produksi
yang buruk, peng-organisasian tempat kerja yang kurang baik sehingga
memerlukan kegiatan pemindahan barang dari satu tempat ke tempat
lainnya. Contohnya Letak Gudang yang jauh dari Produksi.
5. Waste of Motion (Gerakan)
Waste atau Pemborosan yang terjadi karena Gerakan-gerakan Pekerja
maupun Mesin yang tidak perlu dan tidak memberikan nilai tambah
terhadap produk tersebut. Contohnya peletakan komponen yang jauh dari
jangkauan operator, sehingga memerlukan gerakan melangkah dari posisi
kerjanya untuk mengambil komponen tersebut.
6. Waste of Waiting (Menunggu)
Saat Seseorang atau Mesin tidak melakukan pekerjaan, status tersebut
disebut menunggu. Menunggu bisa dikarenakan proses yang tidak
seimbang sehingga ada pekerja maupun mesin yang harus mengunggu
untuk melakukan pekerjaannya, Adanya kerusakkan Mesin, supply
komponen yang terlambat, hilangnya alat kerja ataupun menunggu
keputusan atau informasi tertentu.
7. Waste of Overprocessing (Proses yang berlebihan)
Tidak setiap proses bisa memberikan nilai tambah bagi produk yang
diproduksi maupun customer. Proses yang tidak memberikan nilai tambah
ini merupakan pemborosan atau proses yang berlebihan. Contohnya: proses
inspeksi yang berulang kali, proses persetujuan yang harus melewati
banyak orang, proses pembersihan. Semua Customer menginginkan produk
yang berkualitas, tetapi yang terpenting adalah bukan proses Inspeksi
berulang kali yang diperlukan tetapi bagaimana menjamin Kualitas Produk
pada saat pembuatannya. Yang harus kita lakukan adalah Carikan Root
Cause (akar penyebab) dari suatu permasalahan dan ambilkan tindakan
(countermeasure) yang sesuai dengan akar penyebab tersebut.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat Yang Digunakan
Berikut alat-alat yang digunakan dalam pembuatan Sandal Hotel, yaitu:
1. Penggaris 1 buah
2. Pensil/pulpen 1 buah
3. Gunting 1 buah
4. Pisau Cutter 1 buah
5. Lem tembak 1 buah
6. Penghapus pensil 1 buah

3.2 Bahan Yang Dibutuhkan


Selain alat-alat diatas, berikut bahan-bahan yang dibutuhkan dalam
pembuatan Sandal Hotel, yaitu:
1. Kertas HVS
2. Lem
3. Pita 1 meter
4. Spon hitam 30 x 20 cm (1 lembar)
5. Spon putih 30 x 20 cm (1 lembar)

3.3 Prosedur Kerja


1. Membuat sketsa desain produk di kertas.
2. Membuat PPO (Peta Proses Operasi) dari produk sandal hotel berdasarkan
sketsa yang telah digambar.
3. Membuat Kanban dan BOM sandal hotel.
4. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan rak
buku.
5. Membuat pola alas sandal pada kertas HVS.
6. Kemudian membuat bagian alas atas sandal dengan mengikuti pola alas
sandal yang telah dibuat, baik itu sebelah kiri dan sebelah kanan (perakitan
1).
7. Setelah itu membuat pola selongsongan sandal hotel pada kertas HVS.
8. Kemudian membuat bagian selongsongan dengan mengikuti pola yang
telah dibuat (perakitan 2). Lalu dirakit dengan bagian alas atas sandal yang
sudah dibuat (perakitan 3).
9. Kemudian membuat bagian alas bawah sandal dengan menggunakan pola
yang sudah dibuat dan digabungkan menggunakan lem dengan perakitan 3
(perakitan 4).
10. Dan yang terakhir menambahkan aksesoris sandal pada bagian
selongsongan (perakitan 5).
3.4 Flowchart

Anda mungkin juga menyukai