Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM PRODUKSI

DISUSUN OLEH :

KIKI SAPITRI

18TIA404

3A

LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI DAN OPERASI

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI AGRO

POLITEKNIK ATI MAKASSAR

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Mata Kuliah Sistem Produksi & Operasi yang dilaksanakan pada
tanggal Februari 2021 telah diterima dan disahkan oleh pembimbing.

Penyusun Laporan:

Nama : Kiki Sapitri

Nim : 18TIA404

Kelas : 3A

Makassar, 02 Februari 2021

Disahkan Oleh :

Asisten

Sulung Rohmatullah, A.Md


Mengetahui:
Dosen Pembimbing Sistem Produksi dan Operasi,

ANDI NURWAHIDAH, ST.,MT


NIP. 1990 0629 201901 2 001

LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Sistem Produksi & Operasi ini telah diselesaikan guna memenuhi
persyaratan Mata Kuliah Praktek Sistem Produksi & Operasi (SISPRO) yang
dilaksanakan pada Laboratorium Sistem Produksi & Operasi Politeknik ATI
Makassar.

Penyusun laporan:

Nama : Kiki Sapitri

Nim : 18TIA404

Kelas : 3A
Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh asisten Laboratorium, serta
telah memenuhi syarat untuk seminar praktek.

Makassar, 02 Februari 2021

Menyetujui:

Pranata Laboratorium Pendidikan Asisten

DEDY CHRISDIANTO, A.Md Sulung Rohmatullah, A.Md

NIP. 198407102009011003

Mengetahui:

Kepala Laboratorium Sistem Produksi & Operasi


ANDI NURWAHIDAH, ST.,MT
NIP. 1990 0629 201901 2 001

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
semua limpahan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
Laporan Praktikum dari mata kuliah Sistem Operasi.

Harapan saya semoga Laporan Praktikum yang telah tersusun ini dapat
bermanfaat sebagai salah satu pedoman bagi para pembacanya, menambah
wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk
ataupun isi dari Laporan Praktikum ini menjadi lebih baik lagi.

Sebagai panelis saya mengakui bahwasanya masih banyak kekurangan yang


terkandung di dalamnya. Oleh sebab itu, dengan penuh kerendahan hati saya
berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi
memperbaiki Laporan Praktikum ini.

Makassar, 02 Februari 2021


Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................iii

KATA PENGANTAR.......................................................................................iv

DAFTAR ISI......................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................vii

DAFTAR TABEL..............................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................3

2.1 Desain Produk......................................................................................3


2.2 Peta Proses Operasi (PPO)...................................................................4
2.3 Peta Aliran Proses (PAP).....................................................................5
2.4 Bill of Material (BOM)........................................................................8
2.5 Kanban….............................................................................................10
2.6 Seven Waste..........................................................................................13
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM.......................................................15
3.1 Alat yang Digunakan............................................................................15
3.2 Bahan yang Digunakan........................................................................15
3.3 Prosedur Kerja......................................................................................15
3.4 Flow Chart...........................................................................................17
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA...........................18

4.1 Desain Produk......................................................................................18


4.2 Peta Proses Operasi (PPO)...................................................................20
4.3 Peta Aliran Proses (PAP).....................................................................21
4.4 Bill of Material (BOM)........................................................................26
4.5 Kanban.................................................................................................27
4.6 Identifikasi Waste.................................................................................28
4.7 Identifikasi Kendala yang Dihadapi.....................................................28

BAB V PENUTUP.............................................................................................30

5.1 Kesimpulan..........................................................................................30
5.2 Saran.....................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................32

LAMPIRAN.......................................................................................................33
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Flowchart Rak Buku..........................................................................17


Gambar 4.1 Desain Rak Buku...............................................................................18
Gambar 4.2 Pemberian Nomor Setiap Komponen................................................18
YGambar 4.3 Ukuran Setiap Bagian.......................................................................19
Gambar 4.4 Alat yang Digunakan dalam Pembuatan Rak Buku...........................19
Gambar 4.5 Bahan yang Digunakan dalam Pembuatan Rak Buku........................20
Gambar 4.6 Peta Proses Operasi (PPO) Rak Buku................................................20
Gambar 4.7 Peta Aliran Proses (PAP) Rak Buku Komponen 1............................21
Gambar 4.8 Peta Aliran Proses (PAP) Rak Buku Komponen 2............................22
Gambar 4.9 Peta Aliran Proses (PAP) Rak Buku Komponen 3............................23
Gambar 4.10 Peta Aliran Proses (PAP) Rak Buku Komponen 4..........................24
Gambar 4.11 Peta Aliran Proses (PAP) Rak Buku Komponen 5..........................25
Gambar 4.12 Struktur BOM Produk Rak Buku.....................................................26
DAFTAR TABEL

YTabel 4.1 Bill of Material Rak Buku....................................................................26


Tabel 4.2 Kanban Rak Buku..................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan produk dalam industri akan semakin dibutuhkan untuk
menuju Indonesia sebagai negara maju. Produk merupakan titik awal dan titik
akhir kesuksesan dalam industri manufaktur. Oleh karena itu, kesuksesan
dalam persaingan Industri tersebut ditentukan oleh keberhasilan
mengembangkan produk sesuai dengan keinginan dan harapan konsumen.
Pengertian desain industri adalah salah satu aktifitas luas dari inovasi
teknologi yang berhubungan dengan pengembangan bentuk, pengembangan
teknik, proses produksi, dan peningkatan pasar suatu produk industri
(Prasetyowibowo, 1999). Hasil desain produk industri mencakup kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan sarana dan prasarana manusia melalui
proses industri, antara lain alat transportasi, alat kedokteran, alat pertanian,
alat militer, alat olahraga, asesoris produk dan aplikasi teknologi.
Perancangan dan pengembangan produk adalah semua proses yang
berhubungan dengan keberadaan produk yang meliputi segala aktivitas mulai
dari identifikasi keinginan konsumen sampai fabrikasi, penjualandan
pengiriman dari produk (Widodo, 2003). Perancangan dan pengembangan
produk inilah yang menjadi suatu bagian dari perubahan abstrak yang ada
dalam dunia usaha.
Desain produk merupakan hal yang sangat penting dalam bidang
manufaktur. Desain produk yang baik akan dapat meningkatkan jumlah dan
harga jual dari produk, sehingga dapat meningkatkan keuntungan secara
optimal. Akan tetapi, desain produk yang gagal mengakibatkan produk tidak
terjual di pasaran. Hal ini, akan menimbulkan kerugian tidak hanya dibidang
desain saja, bidang yang lain pun akan terkena imbasnya.
Desain produk yang baik, harus memenuhi 3 (tiga) aspek penting yang
sering disebut segitiga aspek produk, yaitu kualitas yang baik, biaya rendah,
dan jadwal yang tepat. Selanjutnya segitiga aspek produk di atas
dikembangkan menjadi suatu persyaratan dalam desain, yaitu desain harus
dapat dirakit, didaur ulang, diproduksi, diperiksa hasilnya, bebas korosi, biaya
rendah, serta waktu yang tepat. Untuk itu dalam mendesain suatu produk,
harus memperhatikan secara detail tentang fungsi-fungsi dari produk yang
didesain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses operasi yang dilakukan sehingga menjadi produk akhir?
2. Bagaimana proses alira produksi sehingga menjadi produk akhir?
3. Apa saja material yang diguanakan dalam memproduksi rak buku?
4. Apa saja waste yang terjadi ketika melakukan proses produksi

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses operasi yang dilakukan sehinggga menjadi
produk akhir.
2. Untuk mengetahui proses aliran yang dilakukan sehinggga menjadi produk
akhir.
3. Untuk mengetahui material yang digunakan dalam memproduksi rak buku.
4. Untuk mengidentifikasi waste yang terjadi ketika melakukan proses
produksi.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Desain Produk
Desain produk adalah proses kreasi sebuah produk yang
menggabungkan unsur fungsi dan estetika sehingga bermanfaat dan memiliki
nilai tambah bagi masyarakat.
Desain produk adalah konseptualisasi ide tentang produk dan
transformasi ide menjadi kenyataan. Untuk mengubah ide menjadi kenyataan,
sebuah spesifikasi tentang produk disiapkan. Spesifikasi ini disiapkan dengan
mempertimbangkan berbagai kendala seperti proses produksi, harapan
konsumen, dan sebagainya. Dalam tahap desain produk sampai keputusan
akhir mengenai produk, setiap aspek produk dianalisis. Keputusan ini dapat
berupa aspek apa pun yang terkait dengan produk, misalnya dimensi dan
toleransi, jenis bahan untuk setiap komponen, dan sebagainya.
Konsep desain produk secara singkat adalah sebagai berikut :
1. Penelitian dan pengembangan (Research & Development) : penelitian
adalah dasar untuk pencarian pengetahuan baru. Meskipun tidak
berpengaruh secara langsung, tetapi berdasarkan penelitian, produk baru
dapat dikembangkan di masa depan. Penelitian dapat diterapkan untuk
mengembangkan produk secara komersial.
2. Rekayasa terbalik : adalah proses pembongkaran suatu produk, memahami
desainnya dan mengembangkan suatu produk yang lebih baik dari pada
yang sudah ada.
3. Penggunaan sistem perangkat lunak untuk mengembangkan model
terkomputerisasi dari produk baru dan menganalisis parameter desainnya.
4. Perlu pendekatan secara sistematik untuk mengintegrasikan semua proses
desain produk dan proses-proses pendukungnya. Desainer harus
memperhatikan dan mempertimbangkan semua aspek siklus hidup produk,
termasuk di dalamnya aspek kualitas, biaya, jadwal dan kebutuhan
konsumen. Untuk itu perlu adanya pengembangan konsep pasar, desain
produk, pengembangan proses pembuatan, pemilihan dan pengaturan bahan
untuk desain baru yang dilakukan oleh tim berbeda pada saat yang sama.
Sehingga menghemat banyak waktu untuk mengembangkan produk baru.
Dalam praktiknya, berbagai konsep digabungkan dan diterapkan bersama
untuk merancang produk baru.

2.2 Peta Proses Operasi (PPO)


Peta proses operasi akan menunjukan langkah-langkah secara kronologis
dari semua operasi inspeksi, waktu longgar dan bahan baku sampai ke proses
pembungkusan (packaging) dari produk jadi yang dihasilkan. Peta ini akan
melukiskan peta operasi dari seluruh komponen-komponen dan sub-asembly
sampai ke main assembly (Wignyosoebrata, 2003).
Peta proses operasi ini merupakan suatu diagram yang menggambarkan
langkah-langkah proses yang akan dialami bahan (bahan-bahan) baku
mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai
menjadi produk jadi utuh maupun sebagai komponen, dan juga memuat
informasi-informasi yang diperlukan untuk analisis lebih lanjut, seperti: waktu
yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau alat atau mesin
yang dipakai.
Peta proses operasi (operation process chat) umumnya digunakan untuk
menggambarkan urutan-urutan kerja khususnya untuk kegiatan-kegiatan yang
produktif saja seperti operasi dan inspeksi (Wignyosoebrata, 2003).
Dengan adanya informasi-informasi yang bisa dicatat melalui Peta
Proses Operasi, maka bisa memperoleh banyak manfaat diantarannya:
1. Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya.
2. Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan
memperhitungkan efisiensi di tiap operasi/pemeriksaan).
3. Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik.
4. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai.
5. Sebagai alat untuk latihan kerja.
Untuk bisa menggambarkan Peta Proses Operasi dengan baik, ada
beberapa prinsip yang perlu diikuti sebagai berikut:
1. Pertama-tama pada baris paling atas dinyatakan kepala “Peta Proses
Operasi” yang diikuti oleh identifikasi lain seperti: nama obyek, nama
pembuat peta, tanggal dipetakan cara lama atau cara sekarang, nomer peta
dan nomor gambar.
2. Material yang akan diproses diletakan diatas garis horizontal, yang
menunjukkan bahwa material tersebut masuk kedalam proses.
3. Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang menunjukkan
terjadinya perubahan proses.
4. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan
sesuai dengan urutan operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk
tersebut atau sesuai dengan proses yang terjadi.
5. Penomeran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri
dan prinsipnya sama dengan penomeran untuk kegiatan operasi.

2.3 Peta Aliran Proses (PAP)


Peta aliran proses adalah diagram yang menunjukkan urutan-urutan dari
operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan yang terjadi
selama satu proses atau prosedur berlangsung. Secara terperinci dapat
dikatakan bahwa peta aliran proses pada umumnya terbagi dalam dua tipe,
yaitu:
1. Peta aliran proses tipe bahan, ialah suatu peta yang menggambarkan
kejadian   yang dialami bahan dalam suatu proses atau prosedur operasi.
2. Peta aliran proses tipe orang, pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Peta aliran proses pekerja yang menggambarkan aliran kerja seorang
operator. 
b. Peta aliran proses pekerja yang menggambarkan aliran kerja sekelompok
manusia, sering disebut Peta Proses Kelompok Kerja. 
Secara lebih terperinci dapat diuraikan kegunaan umum dari
suatu peta aliran proses. Hal ini dilakukan agar dalam pembuatan peta aliran
proses dengan baik sebagai berikut:
1. Bisa digunakan untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang
mulai masuk dalam suatu proses sampai aktivitas terakhir.
2. Peta ini bisa memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian
suatu proses atau prosedur.
3. Bisa digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau
dilakukan oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung.
4. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan proses atau metode
kerja.
5. Bisa digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan
atau dilakukan oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung.
6. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan proses atau metode kerja.
7. Khusus untuk peta yang hanya menggambarkan aliran yang dialami oleh
suatu komponen atau satu orang, secara lebih lengkap, maka peta ini
merupakan suatu alat yang akan mempermudah proses analisa untuk
mengetahui tempat-tempat dimana terjadi ketidakefisienan atau terjadi
ketidaksempurnaan       pekerjaan, sehingga dengan sendirinya dapat
digunakan untuk menghilangkan ongkos-ongkos yang tersembunyi
(Sutalaksana, 1979).
Beberapa prinsip yang bisa digunakan untuk membuat suatu peta aliran
proses yang lengkap. Prinsip-prinsip tersebut digunakan agar dalam
pembuatan peta menjadi baik, prinsip-prinsip itu sebagai berikut:
(Sutalaksana, 1979)
1. Seperti pada peta proses operasi, suatu peta aliran proses pun mempunyai
judul, dimana pada bagian paling atas dari kertas ditulis kepalanya
“Peta Aliran Proses”, yang kemudian diikuti dengan pencatatan
beberapa       identifikasi, seperti: nomor/nama komponen yang dipetakan,
nomor gambar, peta orang atau peta bahan, cara sekarang atau yang
diusulkan, tanggal pembuatan, dan nama pembuat peta. Semua informasi
ini dicatat disebelah kanan atas kertas.
2. Disebelah kiri atas kertas, berdampingan dengan informasi yang dicatat
pada titik a diatas, dicatat mengenai ringkasan yang memuat, jumlah total
dan waktu total dari setiap kegiatan yang terjadi dan juga mengenai total
jarak perpindahan yang dialami bahan atau orang selama proses atau
prosedur berlangsung.
3. Setelah bagian kepala selesai dengan lengkap, kemudian di bagian badan
diuraikan proses yang terjadi lengkap beserta lambing-lambang dan
informasi- informasi mengenai jarak perpindahan, jumlah yang dilayani,
waktu yang dibutuhkan dan kecepatan produksi juga ditambahkan dengan
kolom Analisa,        Catatan dan Tindakan yang diambil berdasarkan
analisa tersebut (Sutalaksana,1979).
Salah satu cara yang sederhana dalam menganalisa peta aliran proses
adalah dengan “Dot and Check Technique”. Cara ini dilaksanakan dengan
mengajukan enam buah pertanyaan dasar (apa, dimana, kapan, siapa dan
bagaimana) pada setiap kejadian dalam peta aliran proses tersebut, yang
kemudian setiap pertanyaan diatas diikuti oleh satu pertanyaan “Mengapa”
(Sutalaksana,1979)
Adanya pertanyaan diatas, diharapkan kita dapat melakukan perbaikan
disetiap kejadian. Ada kemungkinan tindakan yang bisa dilakukan untuk
perbaikan, yaitu:
1.  Menghilangkan aktivitas-aktivitas yang tidak perlu.
2.  Menggabungkan atau merubah tempat kerja.
3.  Menggabungkan atau merubah waktu dan urutan kerja.
4.  Menggabungkan atau merubah orang. 
5. Menyederhanakan atau memperbaiki metode kerja (Sutalaksana,197).
Perbedaan OPC dan FPC:
1. Peta aliran proses memperlihatkan semua aktivitas dasar, termasuk
transportasi, menunggu dan menyimpan, sedangkan pada peta proses
operasi terbatas pada operasi dan pemeriksaan.
2. Peta aliran proses tidak bisa digunakan untuk menggambarkan proses
perakitan secara keseluruhan, biasanya hanya salah satu komponen dari
produk yang dirakit. Sedangkan peta proses operasi menggambarkan
keseluruhan proses perakitan produk.
2.4 Bill of Material (BOM)
BOM terdiri dari berbagai bentuk dan dapat digunakan untuk berbagai
keperluan dalam proses industri manufacture atau lainnya. BOM dibuat
sebagai bagian dari proses desain dan digunakan oleh manufacturing engineer
untuk menentukan item yang harus dibeli atau diproduksi.
Perencanaan pengendalian produksi dan persediaan menggunakan BOM
yang di-hubungkan dengan master production schedule, untuk menentukan
release item yang dibeli atau diproduksi.
Sebuah Bill of Material yang akurat menunjukkan informasi tentang
masing-masing input produk, seperti: nomor komponen, deskripsi komponen,
jumlah yang diperlukan untuk setuap komponen, satuan ukurannya, dan lead
time pengerjaan/pemesanan. Seluruh item dan BOM harus diidentifikasi dan
diberi nomor secara unik.
Bill of Material (BOM) yang tradisional memperlihatkan daftar
komponen tersebut dalam bentuk struktur produk dan dinyatakan dalam level
manufaktur. Dalam bentuk skematik, selain dikenal sebagai struktur produk,
BOM yang terstruktur dikenal juga sebagai pohon produk. Masing-masing
komponen pada BOM di tempatkan dalam level-level yang didasari logika
berpikir sebagai berikut :
1. Level 0
Sebuah produk jadi yang tidak digunakan sebagai komponen pembentuk
dari produk lain
2. Level 1
Sebuah komponen pembentuk langsung dari produk dengan Level 0. Pada
waktu bersamaan, komponen ini juga dapat merupakan sebuah produk jadi.
Sebagai gambaran, ban mobil juga dapat dijual terpisah sebagai produk jadi
yang siap pakai. Bagaimanapun, jika digunakan sebagai komponen
pembentuk langsing dalam pembuatan otomotif (mobil), maka akan
digolongkan sebagai item dengan level 1
3. Level 2
Sebuah komponen pembentuk langsung dari produk dengan Level 1.
Sebagaimana level 1, komponen pada level 2 juga dapat digumakan sebagai
komponen pembentuk langsung pada level 0 atau sebagai produk jadi.
4. Level 3
Untuk selanjutnya, dapat didefinisikan dengan maksud yang sama.
Penggambaran Bill of Material dalam bentuk struktur prosduk seperti di
atas memang lebih mudah dimenegerti tetapi apabila jumlah dan level
komponen sangat banyak maka penggambaran dengan struktru produk
menjadi tidak efisien. Oleh karena itu Bill of Material juga digambarkan
dalam bentuk tabel. Adapun format dari Bill of Material (BOM) adalah:
1. Single-Level Bill of Material (BOM)
Menampilkan assembly atau sub-assembly dengan hanya satu level
children. Menampilkan komponen yang langsung dibutuhkan untuk
membuat assembly atau sub-assembly.
2. Indented Bill of Material (BOM)
Menampilkan level item tertinggi mendekati margin kiri dan komponen
yang digunakan pada item ini lebih menjorok ke margin sebelah kanan.
3. Modular Bill of Material (BOM)
Adalah tipe dari BOM dan elemen kritis dalam menentukan stuktur produk
dari produk akhir. Modular BOM menentukan komponen material,
dokumen, bagian-bagian dan gambar-gambar rekayasa yang dibutuhkan
untuk melengkapi sebuah sub-assembly. Selama modular BOM sebagian
besar berhubungan dengan produk fisik, konsep tersebut akan dapat
digunakan dalam berbagai macam industri (contoh software, medical
records). Modular BOM digunakan oleh sistem informasi modern untuk
melayani berbagai macam tujuan seperti menentukan komponen-komponen
yang dibutuhkan untuk memproduksi sebuah sub-assembly, dan
menyediakan informasi biaya untuk setiap komponen dan “rolled up”
informasi untuk keseluruhan sub-assembly.
Untuk produk-produk yang dapat dikonfigurasi/berbasis pilihan (contoh
automobile, PC), perusahaan harus merencanakan setiap kombinasi dan
permutasi untuk setiap option dan memastikan bahwa mereka dapat
memenuhi kebutuhan konsumen. Dengan struktur Modular BOM, perusahaan
dapat merencanakan permintaan untuk setiap modul independen dari setiap
permintaan produk akhir dengan mengestimasi tingkat popularitas modul sub-
assembly.

2.5 Kanban
Kanban dalam bahasa jepang berarti “Visual record or signal”. Sistem
produksi JIT menggunakan aliran informasi berupa kanban yang berbentuk
kartu atau peralatan lainnya seperti bendera, lampu dan lain-lain. Sistem
kanban adalah suatu sistem informasi yang secara harmonis mengendalikan
“produksi produk yang diperlukan dalam jumlah yang diperlukan pada waktu
yang diperlukan” dalam tiap proses manufakturing dan juga diantara
perusahaan. Menurut Taiichi Ohno, Kanban adalah suatu alat untuk
mengendalikan produksi”, yang digunakan dalam mengendalikan aliran-aliran
material melalui sistem produksi JIT dengan menggunakan kartu-kartu untuk
memerintahkan suatu work center memindahkan dan menghasilkan material
atau komponen tertentu.
Persiapan Pra Kanban
Sebelum melakukan sistem kanban perlu dilakukan persiapan-persiapan
dengan baik. Dalam SPT, penerapan sistem kanban didukung oleh persiapan-
persiapan yang meliputi:
1. Pelancaran Produksi
Pelancaran produksi adalah syarat yang paling penting untuk produksi
dengan kanban dan untuk meminimalkan waktu mengganggur dalam hal
tenaga kerja, perlengkapan dan barang dalam pengolahan. Pelancaran
produksi memberikan beberapa keuntungan, yaitu memungkinkan operasi
produksi menyesuaikan diri dengan cepat terhadap fluktuasi permintaan
harian dengan secara rata memproduksi bebrbagai jenis produk setiap hari
dalam jumlah kecil dan memungkinkan tanggapan terhadap variasi dalam
pesqnan pelanggan tiap hari tanpa menyadarkan diri pada persediaan
produk, serta jika semua proses mencapai produksi sesuai dengan waktu
siklus, pengimbangan antar berbagai akan membaik dan persediaan WIP
dapat berkurang.
2. Memperpendek Waktu Penyiapan
Untuk memperpendek waktu penyiapan perlu dilakukan dua fase
penyiapan, yaitu:
a. Fase Penyiapan Eksternal: Yang terlebih daproses awal disiapkan adalah
mal, peralatan, cetakan berikutnya dan bahan yang diperlukan.
b. Fase Penyiapan Internal: Fase dimana pekerja harus memusatkan
perhatian pada pergantian cetakan, peralatan dan bahan sesuai dengan
perincian yang terdapat dalam pesanan berikutnya.
3. Tata Letak Proses
Menurut SPT, tata letak proses dan mesin akan disusun kembali untuk
melancarkan aliran produksi berdasarkan sistem Penanganan Proses Ganda
(multi-proses holding) dimana pekerja menjadai pekerja fungsi ganda.
Dalam suatu lini penanganan proses ganda, seorang pekerja menangani
beberapa mesin dari berbagai proses satu per satu; pekerjaan di tiap proses
akan berlangsung hanya bila pekerja itu menyelesaikan pekerjaan yang
diberikan padanya dalam eaktu siklus yang ditentukan. Akibatnya
masuknya tiap unit ke dalam lini diimbangi dengan selesainya unit produk
akhir lainnya, seperti dipesan oleh operasi dari suatu waktu siklus.
4. Pembakuan Pekerjaan atau Operasi
Operasi baku menunjukkan operasi rutin yang dilakukan oleh pekerja
yang menangani berbagai jenis mesin sebagai pekerja fungsi ganda.
Operasi baku rutin ini menunjukkan urutan proses yang harus dikerjakan
oleh seorang pekerja dalam proses penanganan ganda di bagiannya.
Keseimbangan lini dapat dicapai di antara pekerja dalam bagian ini karena
setiap pekerja akan mengakhiri semua proses operasi sesuai waktu siklus.
5. Autonomasi
Autonomasi berarti membuat suatu mekanisme untuk mencegah
diproduksinya barang cacat secara masal pada mesin atau lini produk.
Untuk mencapai JIT sempurna, unit yang 100% bebas cacat harus mengalir
ke proses berikut secara kontinu tanpa terputus. Karena itu pengendalian
mutu harus selalu berdampingan dengan operasi JIT dalam seluruh sistem
Kanban.
6. Aktivitas Perbaikan
Aktivitas perbaikan adalah suatu unsur pokok dari sistem produksi
yang membuat sistem produksi sungguh-sungguh dapat bekerja dengan
baik. Tiap karyawan mempunyai kesempatan untuk memberikan saran dan
mengusulkan perbaikan lewat suatu gugus kecil yang disebut Gugus
Kendali Mutu (GKM). GKM adalah sekelompok kecil pekerja yang
mempelajari konsep dan teknik kendali mutu secara spontan dan terus
menerus untuk memberi pemecahan masalah di tempat kerja.
Kanban mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai pengendalian
produksi dan sebagai sarana peningkatan produksi. Fungsinya sebagai
pengendali produksi diperoleh dengan menyatukan proses bersama dan
mengembangkan suatu sistem yang tepat waktu sehingga bahan baku,
komponen atau produk yang dibutuhkan akan datang pada saat dibutuhkan
dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan di seluruh workcenter yang ada
di lantai produksi, bahkan meluas sampai ke pemasok yang terkait dengan
perusahaan. Sedangkan fungsinya sebagai sarana peningkatan produksi dapat
diperoleh jika penerapannya dengan menggunkan pendekatan pengurangan
tingkat persediaan.
Menurut Kumar, faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
mengendalikan sistem Kanban antara lain ialah:
1. Manajemen persediaan,
2. Partisipasi vendor maupun pemasok,
3. Peningkatan dan pengendalian kualitas,
4. Komitmen karyawan dan manajemen tingkat atas.
2.6 Seven Waste
Waste atau sering disebut dengan Muda dalam bahasa Jepang merupakan
sebuah kegiatan yang menyerap atau memboroskan sumber daya seperti
pengeluaran biaya ataupun waktu tambahan tetapi tidak menambahkan nilai
apapun dalam kegiatan tersebut.  Menghilangkan Waste (Muda) merupakan
prinsip dasar dalam Lean Manufacturing.  Konsep Penghilangan Waste
(Muda) ini harus diajarkan ke setiap Anggota organisasi sehingga Efektifitas
dan Efisiensi kerja dapat ditingkatkan.
Terdapat 7 Macam Kategori Waste yang sering terjadi dalam industri
Manufacturing, diantaranya:
1. Waste of Overproduction (Produksi yang berlebihan)
Waste atau pemborosan yang terjadi karena kelebihan produksi baik yang
berbentuk Finished Goods (Barang Jadi) maupun WIP (Barang Setengah
Jadi) tetapi tidak ada order/pesan dari Customer. Beberapa Alasan akan
adanya Overproduction (kelebihan Produksi) antara lain Waktu Setup
Mesin yang lama, Kualitas yang rendah, atau pemikiran “Just in case” ada
yang memerlukannya.
2. Waste of Inventory (Inventori)
Waste atau pemborosan yang terjadi karena Inventory adalah Akumulasi
dari Finished Goods (Barang Jadi), WIP (Barang Setengah Jadi) dan Bahan
Mentah yang berlebihan di semua tahap produksi sehingga memerlukan
tempat penyimpanan, Modal yang besar, orang yang mengawasinya dan
pekerjaan dokumentasi (Paparwork).
3. Waste of Defects (Cacat/Kerusakan)
Waste atau Pemborosan yang terjadi karena buruknya kualitas atau adanya
kerusakkan (defect) sehingga diperlukan perbaikan. Ini akan menyebabkan
biaya tambahan yang berupa biaya tenaga kerja, komponen yang digunakan
dalam perbaikan dan biaya-biaya lainnya.
4. Waste of Transportation (Pemindahan/Transportasi)
Waste atau Pemborosan yang terjadi karena tata letak (layout) produksi
yang buruk, peng-organisasian tempat kerja yang kurang baik sehingga
memerlukan kegiatan pemindahan barang dari satu tempat ke tempat
lainnya. Contohnya Letak Gudang yang jauh dari Produksi.
5. Waste of Motion (Gerakan)
Waste atau Pemborosan yang terjadi karena Gerakan-gerakan Pekerja
maupun Mesin yang tidak perlu dan tidak memberikan nilai tambah
terhadap produk tersebut. Contohnya peletakan komponen yang jauh dari
jangkauan operator, sehingga memerlukan gerakan melangkah dari posisi
kerjanya untuk mengambil komponen tersebut.
6. Waste of Waiting (Menunggu)
Saat Seseorang atau Mesin tidak melakukan pekerjaan, status tersebut
disebut menunggu. Menunggu bisa dikarenakan proses yang tidak
seimbang sehingga ada pekerja maupun mesin yang harus mengunggu
untuk melakukan pekerjaannya, Adanya kerusakkan Mesin, supply
komponen yang terlambat, hilangnya alat kerja ataupun menunggu
keputusan atau informasi tertentu.
7. Waste of Overprocessing (Proses yang berlebihan)
Tidak setiap proses bisa memberikan nilai tambah bagi produk yang
diproduksi maupun customer. Proses yang tidak memberikan nilai tambah
ini merupakan pemborosan atau proses yang berlebihan. Contohnya: proses
inspeksi yang berulang kali, proses persetujuan yang harus melewati
banyak orang, proses pembersihan. Semua Customer menginginkan produk
yang berkualitas, tetapi yang terpenting adalah bukan proses Inspeksi
berulang kali yang diperlukan tetapi bagaimana menjamin Kualitas Produk
pada saat pembuatannya. Yang harus kita lakukan adalah Carikan Root
Cause (akar penyebab) dari suatu permasalahan dan ambilkan tindakan
(countermeasure) yang sesuai dengan akar penyebab tersebut.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat Yang Digunakan
Berikut alat-alat yang digunakan dalam pembuatan Rak Buku, yaitu:
1. Penggaris 2 buah
2. Pensil 2 buah
3. Gunting 1 buah
4. Pisau Cutter 1 buah
5. Lem tembak 1 buah

3.2 Bahan Yang Dibutuhkan


Selain alat-alat diatas, berikut bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan
Rak Buku, yaitu:
1. Kardus Ukuran 55 cm x 60 cm x 0,5 cm (1)
2. Kardus Ukuran 45 cm x 62 cm x 0,5 cm (1)
3. Lem lilin kecil 2 buah
4. Kertas Kado 2 Buah

3.3 Prosedur Kerja


1. Membuat sketsa desain produk di kertas.
2. Membuat PPO (Peta Proses Operasi) dari produk rak buku berdasarkan
sketsa yang telah digambar.
3. Membuat Kanban dan BOM rak buku.
4. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan rak
buku.
5. Mengukur Kardus dengan pengggaris sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan yaitu Kardus ukuran 18 cm x 30 cm x 0,5 cm (1), Kardus ukuran
25 cm x 30 cm x 0,5 cm (1), Kardus ukuran 25 cm x 18 cm x 0,5 cm (3),
Kardus ukuran 2 cm x 17 cm x 0,5 cm (4), Kardus ukuran 20 cm x 17 cm x
0,5 cm (2).
6. Setelah itu, menandai kardus menggunakan pensil sesuai dengan ukuran
pada no.5.
7. Kemudian memotong kardus dengan gunting sesuai dengan ukuran yang
telah ditandai.
8. Setelah itu, merakit setiap komponen sesuai dengan PPO dengan
menggunakan lem.
Catatan : pada saat merakit pastikan untuk menekan komponrn satu dengan
komponen lainnya agar benar-benar merekat.
9. Menunggu sampai proses laminating selesai dan kering lalu rak buku siap
digunakan.
3.4 Flowchart

Anda mungkin juga menyukai