Disusun Oleh :
Manullang, Sabam
21070119140103
Dengan Judul,
PENGUKURAN DAN EVALUASI KINERJA SUPPLY CHAIN DENGAN
MENGGUNAKAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD-ANALYTICAL
HIERARCHY PROCESS (BSC-AHP)
(STUDI KASUS PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY JAKARTA)
Disusun Oleh:
Manullang, Sabam
21070119140103
Universitas Diponegoro
Semarang
20 Januari 2022 – 20 Maret 2022
Mengetahui,
Koordinator Kerja Praktik Dosen Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan Laporan kerja praktek sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan laporan ini.
Dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga
besar PT Pertamina Geothermal Energy yang telah membantu peneliti baik dalam
kegiatan lapangan maupun dalam penyusunan laporan. Pada kesempatan ini kami juga
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang dengan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat melaksanakan Kerja Praktik di PT Pertamina Geothermal Energy
sampai selesai dengan sehat walafiat dan menyelesaikan Laporan Kerja
Praktik ini dengan baik
2. Orang tua dan abang tercinta yang telah memberikan dukungan, baik dalam
hal moril maupun materil selama proses kerja praktik dan pengerjaan
Laporan Kerja Praktik.
3. Bapak Dr. Purnawan Adi Wicaksono, S.T., M.T. selaku koordinator Kerja
Praktek Program Studi Sarjana Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro.
4. Bapak Yusuf Widharto S.T., M.T. selaku dosen pembimbing kerja praktek.
5. Bapak Bagus, Bapak Ronggo, Bu Ajeng, Bapak Bowo dan nama-nama yang
tidak bisa saya sebutkan satu per satu selaku pihak Perusahaan PT Pertamina
Geothermal Energy yang terlah membantu dan memberikan kesempatan
kepada saya dalam melaksanakan Kerja Praktek ini
6. Diti Paulina br Sebayang, Pradipa Darmanta selaku teman yang telah
memberikan dukungan serta membantu saya selama penyusunan Laporan
Kerja Praktek
iii
Saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan ini, oleh karena
itu Saya sangat menghargai segala kritik dan saran yang ditujukan untuk
penyempurnaan laporan selanjutnya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
2.4.4 Kelebihan dan Kelemahan AHP ....................................................................... 19
2.4.5 Software Expert choice ..................................................................................... 20
BAB III TINJAUAN SISTEM ....................................................................................... 21
3.1 Profil Perusahaan .............................................................................................. 21
3.2 Logo Perusahaan .............................................................................................. 21
3.3 Visi dan Misi Perusahaan ................................................................................. 21
3.4 Struktur Organisasi ........................................................................................... 22
3.4 Lokasi Perusahaan ............................................................................................ 23
3.5 Proses Bisnis..................................................................................................... 23
3.7 Produk Perusahaan ........................................................................................... 24
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................................. 28
4.1 Alur Penelitian .................................................................................................. 28
4.2 Penjelasan Alur Penelitian................................................................................ 29
4.3 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................................... 30
4.4 Objek Penelitian ............................................................................................... 30
4.5 Variabel Penelitian ........................................................................................... 30
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................... 32
5.1 Identifikasi Indikator ........................................................................................ 32
5.2 Pembobotan dengan Metode AHP ................................................................... 33
5.3 Hasil Pembobotan Perspektif Balanced scorecard .......................................... 34
5.4 Analisa Data dan Pembahasan AHP ................................................................ 38
BAB VI PENUTUP ........................................................................................................ 43
6.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 43
6.2 Saran ................................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kesadaran akan pentingnya peran semua pihak dalam menciptakan produk yang murah,
memiliki kualitas baik dan tentunya cepat (Indrajit, 2002).
Sebagai perusahaan yang berfokus dalam green energy, PT Pertamina
Geothermal Energy memiliki visi menjadi World Class Green Energy Company pada
tahun 2030. Untuk mencapai visi tersebut, perusahaan khususnya departemen Supply
Chain perlu mengeveluasi kinerjanya secara berkala agar dapat mengetahui pada aspek
manakah perlu ditingkatkan lebih jauh lagi. Dalam evaluasi tersebut diperlukan suatu
standar pengukuran kinerja yang tepat dalam menghadapi persaingan bisnis yang
semakin ketat. Sehingga, pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat
penting bagi sebuah perusahaan. Pengukuran kinerja tidak hanya melibatkan proses
internal tetapi juga harus memperhatikan kinerja anggota rantai pasok lainnya, dengan
rantai belakang adalah supplier dan rantai depan adalah konsumen (Normann, R.,
Ramirez, R, 1993).
Terdapat beberapa cara untuk mengukur kinerja rantai pasok suatu perusahaan,
dengan mempertimbangkan Key Performance Indicator (KPI) masing-masing metode.
Penentuan KPI harus dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan jangka panjang
yang ingin dicapai perusahaan. Perusahaan yang memiliki bidang usaha yang sama
belum tentu memiliki faktor-faktor penentu keberhasilan yang sama pula, tergantung
pada strategi dari perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu agar tujuan dan ukuran KPI
sesuai dengan strategi perusahaan, maka di dalam penelitian pengukuran kinerja Supply
Chain dilakukan dengan basis metode Balanced scorecard.
Keunggulan utama Balanced scorecard (Bernadine, 2001) adalah mencakup
secara keseluruhan perspektif kinerja jangka panjang perusahaan secara berimbang
antara kinerja keuangan dan non keuangan antara jangka panjang maupun jangka
pendek, serta kinerja internal dan kinerja eksternal perusahaan. Balanced scorecard
mengukur pengukuran kinerja dari empat perspektif, yaitu customer perspectives,
internal perspectives, learning & growth perspectives dan financial perspectives.
Beberapa peneliti merekomendasikan penggunaan balanced scorecard sebagai
sistem pengukuran performansi yang mengintegrasikan isu-isu dalam manajemen
Supply Chain (Schmitz, J. & Platts, K. W, 2004). Konsep dasar Balanced scorecard
yaitu menerjemahkan sebuah visi, misi, dan strategi dari perusahaan ke dalam
2
penentuan tujuan dan ukuran scorecard (Kaplan, Robert S. dan David P. Norton, 2000).
Namun ada keterbatasan dalam metode ini ketika digunakan untuk penyelarasan strategi
dan perencanaan. Metode ini tidak memberikan bobot untuk indikator kinerja dan juga
tidak memberitahu manajemen kontribusi masing-masing indikator kinerja dalam
pencapaian tujuan perusahaan. Untuk menangani hal ini, maka Balanced scorecard
perlu diintegrasikan dengan metode pengambilan keputusan. Penggunaan Analytical
Hierarchy Process akan memberitahu dalam penanganan keterbatasan tersebut sehingga
bobot dari perhitungan Analytical Hierarchy Process dapat membantu memberikan
informasi mengenai perspektif mana yang diprioritaskan untuk diperbaiki.
Oleh karena itu, penelitian ini mengambil judul “Pengukuran Dan Evaluasi
Kinerja Supply Chain Dengan Menggunakan Pendekatan Balanced Scorecard-
Analytical Hierarchy Process (BSC-AHP) (Studi Kasus PT Pertamina Geothermal
Energy di Jakarta)”
3
3. Memberikan saran prioritas pada 4 perspektif berdasarkan hasil pembobotan Key
Performance Indicators
1.4 Pembatasan Penelitian
Batasan-batasan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah:
1. Penelitian dilakukan pada departemen Supply Chain Management
PT Pertamina Geothermal Energy.
2. Pengukuran kinerja dengan empat perspektif yaitu finansial, pelanggan,
proses internal bisnis serta pembelajaran dan pertumbuhan
3. Data pengamatan yang digunakan adalah data bulan Januari 2022 sampai
Maret 2022.
4
Bab ini berisi tentang bagaimana alur penelitian atau tahapan-tahapan
penelitian yang digunakan dalam Laporan Kerja Praktek.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang pengumpulan data yaitu penilaian 4 perspektif meliputi
customer perspectives, internal perspectives, learning & growth
perspectives dan financial perspectives dan pengolahan data dengan
metode yang digunakan untuk selanjutnya dilakukan pembahasan dan
analisis.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dalam penelitian
untuk menjawab tujuan penelitian dan saran berdasarkan analisis dan
pembahasan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
hubungan supplier), Product Development dan commercialization (Pengembangan
produk dan komersialisasi), Returns management (manajemen perbaikan). Selain
terdapat delapan kunci proses bisnis yang menjalankan rantai pasok mulai dari supplier
sampai ke pengguna terakhir dan akan melintasi jaringan fungsional yang ada di setiap
perusahaan. Jaringan fungsional yang terdapat di perusahaan meliputi logistics
(logistik), marketing (pemasaran), finance (keuangan), research and development
(perancangan dan pengembanggan), production (produksi), dan purchasing
(Pembelian).
2.1.2 Ruang Lingkup Supply Chain Management (SCM)
Pada dasarnya SCM mencakup semua ruang lingkup pekerjaan dan tanggung
jawab yang sangat luas. Berikut merupakan beberapa kegiatan utama dalam 6 klasifikasi
SCM dalam perusahaan manufaktur (Pujawan, I., N., dan Mahendrawathi, 2010) :
1. Aktivitas perancang produk baru (Product development) Ini merupakan bagian
yang sangat penting untuk perusahaan pada kelompok industri yang inovatif.
Dimana waktu hidup produk yang bersifat pendek. Dalam melaksanakan
perancangan produk baru, perusahaan wajib mempertimbangkan beberapa hal :
• Hasil rancangan harus mencerminkan keinginan dari pelanggan. Maka
diperlukan riset pasar.
• Produk hasil rancang harus mencerminkan ketersediaan dan sifat material.
• Hasil rancangan harus dapat diproduksi secara ekonomis sesuai dengan
fasilitas produksi perusahaan.
• Produk hasil rancangan harus mudah untuk dikirim dan tidak menghasilkan
biaya persediaan berlebihan.
2. Kegiatan mendapatkan bahan baku (Procurement, Purchasing, atau Supply)
Bagian pembelian dianggap strategis karena bagian ini memiliki potensi yang
besar dalam daya saing perusahaan, bukan cuma dari perannya dalam
menemukan bahan baku dengan harga rendah, tapi juga untuk peningkatan time
to market, kualitas suatu produk, dan responsiveness.
3. Kegiatan merencanakan produksi dan persediaan (Planning & Control) pada
bagian ini yang berfungsi menciptakan koordinasi taktis ataupun operasional
7
agar aktivitas produksi, pengadaan material, ataupun pengiriman dilakukan
secara efektif dan efisien.
4. Kegiatan merencanakan produksi dan persediaan (Production) Pada bagian ini
berfungsi dalam melakukan perubahan dari bahan baku menjadi produk jadi.
Namun, kini perusahaan banyak melakukan outsourcing, yaitu pemindahan
aktivitas produksi ke pihak subkontrak.
5. Kegiatan melakukan pengiriman / distribusi (Distribution) Kegiatan pengiriman
dilakukan oleh perusahaan atau melibatkan penyedia jasa distribusi. Dalam
kegiatan pengiriman, perusahaan dituntut untuk dapat merancang jaringan
pengiriman secara tepat dengan pertimbangan trade-off antara aspek dana,
fleksibilitas, dan kecepatan respon kepada konsumen.
6. Kegiatan pengelolaan pengembalian produk/barang (return) Ini merupakan
bagian yang dilakukan oleh perusahaan pada negara maju. Mereka menyediakan
fasilitas pengembalian barang apabila barang tersebut cacat. Hal ini sebagai titik
acu dalam persaingan daya saing perusahaan.
2.1.3 Kinerja Supply Chain Management
Kinerja merupakan kemampuan kerja yang diperlihatkan oleh hasil kerja.
Kinerja perusahaan adalah sesuatu yang dihasilkan perusahaan dalam masa periode
tertentu dengan merujuk pada standar yang telah ditentukan. Kinerja usaha merujuk
pada seberapa banyak perusahaan berorientasi pada Pasar serta tujuan keuntungan
(Rahadi, Dedi Rianto, 2012). Konsep pengintegrasian aktivitas-aktivitas fisik dalam
perusahan dinyatakan oleh Christopher (dalam Larson, Halldorsson dan Ariefin, 2004)
yang mendefinisikan rantai pasokan sebagai suatu “jaringan kerja” organisasi yang
melibatkan hubungan vertikal ke atas (upstream) dan hubungan vertikal ke bawah
(downstream), dalam proses yang berbeda dan aktivitas yang berbeda pula yang
menghasilkan nilai dalam bentuk produk dan jasa di tangan konsumen akhir. Kemudian
dijelaskan pula oleh (Pujawan, I., N., dan Mahendrawathi, 2010) Supply Chain
merupakan jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama untuk
menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Adapun
aktivitas-aktivitas yang tercakup dalam sebuah rantai pasokan antara lain pencarian
sumber, pengadaan, desain produk, perencanaan produksi, penanganan material, proses
8
pemesanan, pengelolaan persediaan, transportasi, penggudangan, sampai pada layanan
pelanggan (Shankar dikutip oleh (Ariefin, 2004). Relasi dengan pelanggan/konsumen
akhir adalah sebuah keharusan dalam meraih kesuksesan dalam rantai pasokan, rantai
pasokan harus dekat dengan konsumen akhir mereka untuk membentuk hubungan
kerjasama dalam perencanaan permintaan (Cook dan Graver dalam (Roberta S. Russell,
Bernard W. Taylor, 2014)).
9
maupun jasa dengan harga yang murah, berkualitas, dan terkirim tepat waktu, tugas-
tugas bagian pengadaan tidak terbatas hanya pada kegiatan rutin pembelian. Secara
umum, tugas-tugas yang dilakukan mencakup:
1. Memilih pemasok kegiatan memilih supplier
Kegiatan memilih supplier bisa memakan waktu dan sumber daya yang tidak
sedikit apabila supplier yang dimaksud adalah supplier kunci. Kesulitan akan
lebih tinggi jika supplier-supplier yang akan dipilih berada di mancanegara
(global suppliers). Untuk supplier-supplier kunci yang berpotensi untuk
menjalin hubungan jangka panjang, proses pemilihan ini bisa melibatkan
evaluasi awal, mengundang mereka untuk presentasi, kunjungan lapangan (site
visit) dan sebagainya.
2. Membangun hubungan yang tepat dengan supplier
Perusahaan perlu menentukan jenis hubungan yang tepat dalam menyediakan
barang dan jasa, baik itu kemitraan jangka panjang maupun hubungan
transaksional jangka pendek. Model hubungan yang tepat tentunya tergantung
pada banyak hal, termasuk diantaranya kritis tidaknya barang yang dibeli dari
supplier yang bersangkutan dan besar tidaknya nilai pembelian.
3. Implementasi teknologi kegiatan
Pengadaan selalu membutuhkan bantuan teknologi. Teknologi yang lebih
tradisional dan lumrah digunakan adalah telepon dan fax. Dengan munculnya
internet, teknologi pengadaan mengalami perkembangan yang sangat drastis.
Banyak perusahaan yang menggunakan electronic procurement (e-procurement)
yakni aplikasi internet untuk kegiatan pengadaan. Dengan e-procurement
perusahaan bisa memiliki katalog elektronik yang bisa mengakses berbagai data
supplier dan barang yang bisa dipasok.
4. Memelihara data item yang dibutuhkan dan data Pemasok
Bagian pengadaan harus memiliki data lengkap tentang item-item yang
dibutuhkan maupun data tentang supplier-supplier mereka. Beberapa data
supplier yang penting untuk dimiliki adalah nama dan alamat masing-masing
supplier, item apa yang mereka pasok, harga per unit, lead time pengiriman,
kinerja masa lalu, serta kualifikasi supplier.
10
5. Melakukan proses pembelian
Ini adalah pekerjaan yang paling rutin dilakukan oleh bagian pengadaan. Proses
pembelian bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya pembelian rutin dan
pembelian dengan melalui tender atau lelang (auction). Pembelian rutin dan
pembelian dengan tender melewati proses-proses yang berbeda. Banyak aktivitas
negosiasi maupun administrasi yang harus dilakukan pada proses pembelian ini.
6. Mengevaluasi kinerja pemasok
Penilaian kinerja supplier juga pekerjaan yang sangat penting dilakukan untuk
menciptakan daya saing berkelanjutan. Hasil penilaian ini digunakan sebagai
masukan bagi supplier untuk meningkatkan kinerja mereka. Bagi perusahaan
pembeli, kinerja supplier bisa digunakan sebagai dasar untuk menentukan
pembelian (jika ada lebih dari satu supplier untuk item sejenis) maupun untuk
menentukan peringkat supplier.
2.2.3 Pembelian (Purchasing) Barang dan Jasa
Pembelian (Purchasing) merupakan kegiatan di dalam procurement untuk
membeli atau menyewa barang/jasa untuk memenuhi kebutuhan operasional
perusahaan. Pembelian bertanggung jawab atas pasokan ke dalam organisasi. Tanggung
jawabnya adalah untuk memastikan ketersediaan pasokan seperti produk, fasilitas,
sumber daya, dan layanan. Tujuan utama dari pembelian adalah untuk mendapatkan
produk yang tepat dalam jumlah dan kualitas, tepat pada waktu, dan tempat yang tepat,
dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip ekonomi. Karena semakin pentingnya
aktivitas pembelian, pendekatan strategis tambahan telah dikembangkan. Kegiatan
pembelian membutuhkan perencanaan yang terintegrasi dan berjangka panjang.
Supplier harus dikembangkan untuk menjadi mitra strategis, dan pasar pengadaan harus
dikembangkan secara global.
Dari pertimbangan tersebut, muncul yang disebut pembelian strategis.
Perkembangan ini seringkali mengarah pada pembagian personel dalam Purchasing
menurut bidang operasional dan kompetensi bidang strategis. Pembelian Operasional
bertanggung jawab atas penanganan rutin proses pemesanan, Pembelian Strategis
mengembangkan kondisi kerangka kerja jangka panjang yang tunduk pada strategi
11
bisnis. ingkatnya, secara singkat terdapat tiga fungsi dasar Pembelian pada masa
sekarang:
1. Pembelian Operasional: Mengamankan persediaan
2. Pembelian Strategis: Perencanaan jangka panjang
3. Pembelian Proyek: Mendukung proses pengembangan produk dan area bisnis
lainnya (The Strategic Procurement Practice Guide, Ulrich Weigel Marco
Ruecker).
12
2.3.2 Pengukuran Kinerja Supply Chain
Pengukuran kinerja Supply Chain adalah sistem pengukuran kinerja yang
bertujuan membantu memonitoring jalannya Supply Chain Management (SCM) agar
berjalan dengan baik. Sehingga, indikator kinerja yang digunakan lebih bersifat spesifik
dan relatif berbeda dengan sistem pengukuran kinerja organisasi. Sistem ini lebih
bersifat integratif dengan area kerja yang meliputi pemasok, pabrik, dan distributor yang
bertujuan mencapai keberhasilan implementasi Supply Chain. Pengukuran kinerja
Supply Chain memiliki peranan penting dalam mengetahui kondisi perusahaan, apakah
mengalami penurunan atau peningkatan serta perbaikan apa yang harus dilakukan untuk
meningkatkan kinerja mereka. Selain itu juga mengenai peletakkan metrik-metrik yang
tepat pada tempatnya untuk menilai kondisi Supply Chain perusahaan. Manajemen
kinerja menggunakan metrik-metrik tersebut untuk mendukung tujuan strategis
perusahaan (Shoshanah, 2005).
2.3.3 Pengukuran Kinerja Supply Chain dengan Balanced scorecard (BSC)
Balanced scorecard diciptakan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton.
Pada tahun 1990, Nolan Norton Institute, yang dipimpin David P. Norton menyeponsori
studi tentang “Pengukuran Kinerja dalam Organisasi Masa Depan.” Studi ini didorong
oleh kesadaran bahwa pada waktu itu ukuran kinerja keuangan yang dimanfaatkan oleh
semua perusahaan dalam mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai. Baghwat dan
Sarma (2007) memperkenalkan pendekatan BSC ke dalam 4 metriks:
1. Perspektif Keuangan
Dari perspektif keuangan membahas bagaimana perusahaan mendapatkan profit
yang maksimal dengan memanfaatkan sumber daya dipandang sebagai tujuan
perusahaan. Perusahaan juga harus mampu bersaing dengan kompetitif dengan
perusahaan lain. Secara umum, perspektif keuangan adalah bagaimana
stakeholder perusahaan memiliki rencana untuk meningkatkan pertumbuhan
pendapatan. perusahaan, penanganan risiko dan meningkatkan keuntungan
perusahaan. Perspektif ini bertujuan untuk mengevaluasi strategi yang sedang
dijalankan oleh perusahaan (Kaplan and David P. Norton, 1993).
2. Perspektif Pelanggan
13
Perspektif pelanggan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mencapai
tujuan strategis dalam hal pelanggan dan pasar. Langkah-langkah diperlukan
dalam perspektif pelanggan adalah memberikan layanan yang diminta oleh
pelanggan. Inti dasar pengukuran meliputi kepuasan pelanggan dan akuisisi
pelanggan. Langkah-langkah ini akan menjelaskan kepada manajer tentang siapa
pelanggan mereka, bagaimana memaksimalkan keuntungan yang diperoleh dari
para pelanggan. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan layanan yang
memberikan nilai yang superior untuk pelanggan yang ditargetkan (Kaplan and
David P. Norton, 1993). Evaluasi terhadap metrik konsumen, yaitu penilaian
konsumen terhadap perusahaan meliputi lead-time, kualitas produk dan jasa,
pelayanan perusahaan, serta efektifitas biaya.
3. Perspektif Bisnis Internal
Menurut Kaplan dan Norton (dalam (Huang, Hao-Chen, 2009)) kegiatan
perusahaan dibagi menjadi empat proses, yaitu: inovasi, customer management,
operasi dan peraturan dan lingkungan. Perspektif bisnis mengukur proses bisnis
yang berdampak besar terhadap faktor kepuasan pelanggan. Dalam perspektif
bisnis internal, fisik internal berdampak langsung pada ekonomi yang sering
digambarkan, seperti efisiensi, tingkat upah rata-rata, rasio ketidakhadiran.
Beberapa faktor lain yang dapat diukur untuk memastikan bahwa bisnis internal
perusahaan selaras dengan tujuan (Kaplan dan Norton, 1996) yakni hal-hal yang
berhubungan dengan layanan kualitas, dengan indikator pada aksesibilitas,
ketersediaan, kehandalan, keselamatan dan kenyamanan.
4. Perspektif Learning and growth
Kaplan dan Norton (dalam Huang, 2009) menyatakan perspektif learning and
growth ini mengukur kemampuan karyawan, sistem informasi, dan keselarasan
organisasi dalam mengelola bisnis dan beradaptasi dengan perubahan bisnis
yang ada. Keberhasilan dari proses tergantung pada keterampilan dan motivasi
karyawan, serta ketepatan waktu dan informasi. Dalam perspektif learning and
growth dapat diukur dengan menilai kepuasan karyawan, keterampilan dan
produktivitas. Pengukurannya dapat dilakukan cara mengukur tingkat
14
produktivitas, pelatihan dan tingkat keahlian, perbaikan kinerja dan kinerja
individu (Kaplan dan Norton 1996).
15
tingkat menengah (kriteria/subkriteria yang mana tergantung pada level berikutnya)
sampai pada tingkat terendah (biasanya terdiri dari daftar alternatif). AHP mengatur
penyelesaian masalah ke dalam bagian-bagian kecil yang kemudian membantu
pengambilan keputusan melalui model perbandingan berpasangan (pairwise
comparison) untuk menunjukkan hubungan kuat atau intensitas dari elemen- elemen
yang ada dalam hirarki (Sharma dan Bagwat dalam sari, 2010).
Jurnal yang ditulis oleh Saaty (2008) menyatakan bahwa untuk membuat sebuah
keputusan di dalam teknik AHP diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan masalah dan memutuskan solusi apa yang akan digunakan.
2. Struktur hierarki keputusan dari atas dengan tujuan keputusan, kemudian sasaran
dari perspektif, melalui level menengah (berisi kriteria dan elemen-elemen
yangberhubungan), sampai pada level terendah (yang biasanya berisi langkah
alternatif).
3. Membuat sebuah matriks perbandingan berpasangan. Tiap elemen di level atas
digunakan untuk membandingkan elemen-elemen di level tersebut dengan
elemen bawahnya.
4. Menggunakan priorotas yang diperoleh dari membandingkan bobot prioritas di
level tersebut dengan level di bawahnya. Lakukan ini untuk tiap elemen.
2.4.2 Konsep Dasar Analytical Hierarchy Process (AHP)
Dermawan (2004) memaparkan bahwa model AHP yang merupakan metode
perbandingan atas alternatif solusi didasarkan atas konsep matriks. Adapun bangun
dasar konsep ini:
Tabel 2. 1 Perbandingan Berpasangan
C X1 X2 X3 X4
X1 1 2 3 4
X2 ½ 1 … …
X3 1/3 … 1 …
X4 ¼ … … 1
Sumber: Darmawan, 2004. Model Kuantitatif Pengambilan Keputusan & Perancangan
Strategis. Alfabeta. Bandung. Halaman 98
16
Contoh matriks di atas memperlihatkan perbandingan antara kolom X1-X4
dengan baris X1-X4. Nilai perbandingan kolom dengan baris harus dikaitkan terhadap
sesuatu yang disebut faktor, kriteria atau properti. Perbedaan terletak dari cara
perbandingan tersebut dibaca. Misalnya:
1. Bila baris yang dibaca maka:
Jika C dari X1 dibandingkan dengan C dari X2 maka X1 = 2 X2, atau bila X1
dibandingkan X2 dalam hal C maka X1 = 2 X2.
2. Bila kolom yang dibaca maka:
Jika faktor C dari X2 dibandingkan terhadap kriteria C dari X1, maka nilai
perbandingannya adalah X2 = X1/2.
Dan demikian pula dengan perbandingan elemen lainnya. Perbandingan atas
dasar konsep matriks ini menunjukkan bentuk pengandaian: “Jika faktor X elemen A
lebih disukai dari faktor X elemen B dengan nilai V, maka berapakah V untuk
perbandingan faktor X elemen B terhadap faktor X elemen A”. Jawabannya tentu akan
sama, semenjak perbandingan antara keduanya merupakan perubahan posisi letak nilai
perbandingan semata.
Dalam AHP, terdapat pembahasan tentang konsistensi antar elemen. Apabila
elemen-elemen yang diperbandingkan hanya dua, masalah inkonsistensi tidak akan
terjadi. Namun apabila elemen-elemen yang diperbandingkan terlalu banyak, maka
konsistensi antar elemen akan sulit didapatkan. Yulia et al, (dalam Sari, 2010)
menjelaskan tentang formula untuk Consistency Index (CI):
CI = (λmax – n)/n – 1
Keterangan:
CI = Consistency Index
λmax = Nilai eigen terbesar
n = Jumlah elemen yang dibandingkan
Dalam penelitian ini permasalahan yang ada akan diuji dengan konsep matriks
dari AHP ini. Yang akan digunakan untuk mencari bobot dari setiap kriteria/subkriteria
dari ke-4 perspektif balanced scorecard dengan menggunakan perbandingan
berpasangan. Validasi untuk pembobotan kriteria/subkriteria tersebut dengan cara
17
penyebaran kuisioner kepada pihak-pihak yang bersangkutan, yang kemudian diberi
bobot dengan skala antara 1-9. Dan proses untuk teknik AHP ini dipermudah dengan
bantuan software expert choice 2000
18
mendapat satu angka bila
dibandingkan dengan
aktivitas j, maka j
mempunyai kebalikannya
bila dibandingkan dengan i
Sumber: Saaty, 2004
2.4.4 Kelebihan dan Kelemahan AHP
Layaknya sebuah metode analisis, AHP pun memiliki kelebihan dan kelemahan
dalam system analisisnya. Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah (Syaifullah, 2010):
1. Kesatuan (Unity)
AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu
model yang fleksibel dan mudah dipahami.
2. Kompleksitas (Complexity)
AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem
dan pengintegrasian secara deduktif.
3. Saling ketergantungan (Inter Dependence)
AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan
tidak memerlukan hubungan linier.
4. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring)
AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan
elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi
elemen yang serupa.
5. Pengukuran (Measurement)
AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan
prioritas.
6. Konsistensi (Consistency)
AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan
untuk menentukan prioritas.
7. Sintesis (Synthesis)
AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa
diinginkannya masing-masing alternative.
19
8. Trade Off
AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga
orang mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.
9. Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus)
AHP tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan
hasil penilaian yang berbeda.
10. Pengulangan Proses (Process Repetition)
AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan
dan mengembangkan penilaian serta pengertian mereka melalui proses
pengulangan.
20
BAB III
TINJAUAN SISTEM
21
• MISI:
1. Menjadi flag carrier pengembangan energi baru dan terbarukan untuk
Pertamina dan Indonesia.
2. Melaksanakan pengelolaan operasi dan portofolio usaha panasbumi dan
energi terbarukan lain beserta turunannya.
3. Mengelola perusahaan sesuai standar internasional yang berwawasan
lingkungan dan memberikan nilai tambah bagi stakeholders.
22
3.4 Lokasi Perusahaan
PT Pertamina Geothermal Energy memiliki beberapa area wilayah kerja yang
terdiri dari Pengelolaan Sendiri Panas Bumi, Eksplorasi Panas Bumi dan Proyek
Pengembangan Panas Bumi Untuk Pengelolaan Sendiri. Wilayah kerja perusahaan yang
termasuk dalam Pengelolaan Sendiri Panas Bumi, berlokasi di Sibayak, Kamojang,
Lahendong, Ulubelu, Karaha, dan Lumut Balai. Pada Eksplorasi Panas Bumi, lapangan
panas bumi terletak di Hululais Extension (Prospek Bukit Daun), Gunung Lawu,
Seulawah, dan Kotamobagu. Sedangkan untuk Proyek Pengembangan Panas Bumi
untuk Pengelolaan Sendiri, wilayah pengembangan terletak di Lumut Balai, Hululais,
dan Kerinci (Sungai Penuh).
23
3.7 Produk Perusahaan
Produk yang dihasilkan PT Pertamina Geothermal Energy ada 2, yaitu uap dan
listrik, karena saat ini PGE sudah memiliki PLTP sehingga produk yang dijual adalah
uap dan listrik. Perusahaan memanfaatkan panas bumi melalui 2 skema, yaitu skema
langsung dan tidak langsung. Berikut merupakan penggambaran 2 skema pemanfaatan
bumi:
• Pemanfaatan langsung
Terdapat dua cara untuk memanfaatkan panas bumi secara langsung dengan
menggunakan energi yang tampak di permukaan bumi, sebagaimana
dijelaskan berikut.
24
2. Sumber panas dari sumber mata air panas dialirkan ke mesin penukar
panas dan diatur suhunya hingga menjadi air hangat. Air hangat tersebut
dialirkan untuk menghangatkan rumah kaca dan mengeringkan hasil
pertanian dan perkebunan. Air dingin yang dihasilkan dari proses ini
akan dialirkan kembali ke sungai atau ke tanah untuk menjaga
keseimbangan.
25
2. Uap dan air dialirkan menggunakan pipa menuju wellhead separator
untuk diubah tekanannya.
3. Air yang tidak berubah akan dialirkan menuju standard pressure
crystallizer untuk menghasilkan uap yang memiliki tekanan standar.
4. Air yang masih tersisa akan dialirkan menuju lower pressure
crystallizer untuk menghasilkan uap bertekanan rendah.
5. Semua uap yang terbentuk dari proses tersebut, dialirkan menuju turbin
untuk menggerakan generator listrik.
6. Muatan listrik yang terbentuk dialirkan menuju transformer untuk
disesuaikan tegangannya, kemudian dialirkan ke kabel listrik.
7. Melalui kabel listrik tersebut, listrik didistribusikan ke rumah dan/atau
kantor di sekitar pembangkit listrik.
8. Air yang tidak mengalami perubahan menjadi uap, akan dialirkan
kembali ke resevoir untuk dipanaskan secara alami dan dipergunakan
kembali.
Terdapat tiga cara untuk memanfaatkan energi panas bumi secara tidak
langsung, yaitu:
1. Dry Steam Power Plant Technology
Teknologi pembangkit listrik yang paling umum diterapkan hingga saat
ini yang mengalirkan uap panas bumi langsung ke turbin untuk
menggerakan generator pembangkit listrik.
2. Flash Steam Power Plant Technology
Memanfaatkan air panas dari dalam bumi yang disalurkan ke tangki di
permukaan. Tangki tersebut berguna untuk mendinginkan air sehingga
air akan dengan cepat berubah menjadi uap yang menggerakan turbin
dan generator.
3. Binary Cycle Power Plant Technology
Air panas dari dalam bumi dialirkan melalui mesin penukar panas untuk
memanaskan cairan kedua yang memiliki titik didih lebih rendah
daripada cairan pertama. Cairan kedua ini yang disebut dengan cairan
26
perpindahan panas. Setelah panas, cairan kedua akan berubah menjadi
uap yang menggerakkan turbin dan generator.
27
BAB IV
METODE PENELITIAN
28
4.2 Penjelasan Alur Penelitian
Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi visi, misi, dan strategi organisasi
PT Pertamina Geothermal Energy yang diperoleh dari diskusi kepada pihak internal
serta berdasarkan buku pedoman PGE terkait pengadaan barang dan jasa. Kemudian
dilanjutkan dengan rumusan masalah yang ada di PT Pertamina Geothermal Energy,
yakni mengevaluasi serta mengukur kinerja Supply Chain perusahaan yang selama ini
sudah berjalan. Kajian pustaka juga dilakukan untuk mencari teori-teori, temuan dan
penelitian lain yang mendasari kegiatan penelitian. Pada penelitian ini, peneliti
mengumpulkan informasi tentang teori balanced scorecard (BSC) dan analytic
hierarchy process (AHP). Terdapat juga studi lapangan untuk mengamati secara
langsung proses bisnis serta mengumpulkan data. Dikarenakan penelitian ini lebih
banyak dilakukan secara daring, maka studi lapangan juga dilakukan berdasarkan
dokumentasi sumur dan warehouse perusahaan yang terletak di berbagai tempat.
Setelah itu dilakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan
pengamatan langsung proses bisnis yang ada di departemen Supply Chain dan juga
wawancara dengan Ast. Manager Procurement; Ast. Manager Logistics; dan Project
Coordinator SCM serta beberapa anggota di departemen SCM untuk mengetahui proses
bisnis secara mendalam.
Berikutnya dilakukan pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan
mengidentifikasi visi, misi dan strategi organisasi. Indikator kinerja digunakan sebagai
dasar untuk menilai tingkat kinerja dalam seluruh kegiatan organisasi. Penetapan
indikator kinerja ini dapat membantu organisasi dalam mengevaluasi kegiatan
organisasi, dalam penetapan indikator kinerja juga perlu mempertimbangkan kesesuaian
pencapaian kinerja dengan perencanaan organisasi, ketersediaan sumber daya yang
dimiliki perusahaan dan kemungkinan kendala yang akan dihadapi. Terdapat juga
validasi rancangan key perfomance indicator (KPI) 2022 oleh pimpinan organisasi yang
bertujuan untuk mengetahui ukuran apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan
pengukuran kinerja dengan metode balanced scorecard pada PT Pertamina Geothermal
Energy. Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan kuisioner dalam bentuk
pembobotan KPI. Proses pembobotan KPI dilakukan oleh 3 responden yakni Project
Coordinator SCM, Ast. Manager Procurement dan Contract Management yang ada di
29
PT Pertamina Geothermal Energy. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memberi
ranking KPI yang memiliki kontribusi terbesar hingga terkecil pada organisasi.
Selanjutnya data pembobotan AHP ini dibantu dengan software expert choice.
Pembobotan dengan AHP ini harus mempunyai syarat konsistensi 10%.
Setelah tahap pembobotan dengan AHP, selanjutnya adalah melakukan analisis
data. Tahapan ini dilakukan dengan mengidentifikasi analisis data untuk mengetahui
bagian organisasi yang memiliki performa kurang baik. Setelah semuanya dilakukan,
peneliti akan menarik kesimpulan dari keseluruhan dari penelitian yang telah dilakukan.
Dari kesimpulan tersebut diharapkan dapat membantu dan mempermudah PT Pertamina
Geothermal Energy dalam mengevaluasi kinerja perusahaan.
30
2. Variabel Independen
Variabel ini merupakan variabel yang mempengaruhi atau variabel yang menjadi
penyebab dari variabel dependen. Variabel independen pada yaitu:
Perspektif Balanced scorecard:
a. Finansial
b. Pelanggan
c. Proses bisnis internal
d. Pembelajaran dan pertumbuhan
31
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
32
Tabel 5. 4 KPI Perspektif Learning and Growth
No KPI Notasi PIC
1 PGE Unlock Value LG1 SPBD
2 Realisasi Investasi (ABI) – PGE LG2 SPBD
3 Realisasi Investasi (Progress Fisik) LG3 Prodev, SPBD
4 Tambahan Kapasitas Terpasang dari EBT LG4 O&E, Prodev, SPBD
5 Program Strategic Initiative (Traction) LG5 SPBD, O&E
6 Project Milestone Achievement LG6 Corsec, SPBD, O&E
7 System Standarization, Innovation & QMA LG7 SPBD
8 Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Audit Internal & Eksternal LG8 Internal Audit
33
Gambar 5. 1 Hierarki KPI PGE
34
Berdasarkan output software di atas, dapat dilihat bahwa perspektif Financial
memiliki hasil pembobotan tertinggi dengan nilai 0,407, sedangkan perspektif Learning
and growth memiliki hasil pembobotan tertinggi kedua dengan nilai 0,277. Perspektif
Internal business process dengan hasil pembobotan 0,180 dan perspektif Customer
dengan hasil pembobotan 0,136
35
Produce, HSSE Excellence – PEKA, Penyediaan Material dan Jasa, Inventory
Management, Cost Reduction Pengadaan, Relationship Management Implementation,
dan Penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Dari kesepuluh indikator
di atas, indikator dengan pembobotan tertinggi yaitu Electricity Volume Produce
dengan nilai bobot sebesar 0,153 dibandingkan indikator lainnya.
36
Gambar 5. 6 Output Expert Choice Pembobotan Global KPI
37
Customer focus C1 0,040 12
LG1 0,043 11
LG2 0,060 3
LG3 0,045 10
LG4 0,083 2
Learning & Growth
LG5 0,035 14
LG6 0,028 19
LG7 0,030 18
LG8 0,027 20
Dari tabel 5.5 diatas dapat dilihat hasil perbandingan pembobotan global
indikator. Tabel di atas menjelaskan hasil pembobotan keseluruhan indikator terhadap
tujuan perusahaan yakni penentuan prioritas KPI (Synthesis with respect to Goal).
Indikator F2 menempati prioritas utama dengan bobot 0,121. Prioritas kedua yakni
indikator LG4 dengan bobot 0,083 kemudian diikuti oleh LG2 dengan bobot 0,060.
Menempati urutan prioritas keempat yakni F3 dengan bobot 0,056, prioritas kelima
yakni IP4 dengan bobot 0,054.
Menempati proritas keenam sampai dengan kesepuluh diantaranya KPI F4, IP8,
IP6, IP7, dan LG3 dengan masing-masing bobot sebesar 0,048; 0,048; 0,046; 0,045; dan
0,045.
Menempati prioritas kesebelas hingga kelimabelas diantaranya KPI LG1, C1,
F1, LG5, dan IP1 dengan masing-masing bobot sebesar 0,043; 0,040; 0,037; 0,035; dan
0,035.
Menempati prioritas keenam belas hingga kedua puluh tiga diantaranya KPI IP9,
IP2, LG7, LG6, LG8, IP3, IP10, dan IP5 dengan masing-masing bobot sebesar 0,031;
0,031; 0,030; 0,028; 0,027; 0,021; 0,021; dan 0,016.
38
bobot 0,277. Pada urutan prioritas ketiga dan terakhir yaitu perspektif Internal business
process 0,180 dan perspektif Customer 0,136.
Prioritas utama dalam pembobotan AHP adalah perspektif Finacial dengan
bobot sebesar 0,407. Penempatan perspektif Financial pada urutan pertama,
menunjukan bagaimana perusahaan mendapatkan profit yang maksimal dengan
memanfaatkan sumber daya dipandang sebagai tujuan perusahaan. Hal ini berarti
perusahaan berfokus untuk bisa mempertahankan existence perusahaan agar bisa
bersaing dengan kompetitif dengan perusahaan lain. Selain itu, hal ini menunjukkan
perusahaan sangat berfokus terhadap rencana-rencana yang ada dalam meningkatkan
pendapatan dengan harapan dapat meminimalisir adanya dampak buruk dari market risk
seperti risiko suku bunga, risiko nilai tukar dan risiko komoditas yang cenderung
fluktuatif. Perspektif Financial memiliki 4 indikator. Dari keempat indikator yang ada,
Cost per Unit-PGE (F2) menjadi prioritas utama dengan bobot 0,466. Hal ini berarti
biaya per unit penting untuk penilaian persediaan, penentuan laba, dan pengambilan
sejumlah keputusan penting seperti apakah akan membuat atau membeli produk,
menerima atau menolak suatu pesanan khusus, mempertahankan atau menghentikan
suatu lini produk.
Prioritas kedua dalam pembobotan AHP adalah perspektif Learning and growth
dengan bobot sebesar 0,277. Penempatan perspektif Learning and growth pada urutan
kedua, menunjukan pentingnya pegawai perusahaan sebagai salah satu sumber daya
bagi perusahaan, karena tanpa pegawai maka perusahaan tidak bisa berjalan dengan
lancar. Terlebih ditengah globalisasi sekarang ini, perusahaan harus mampu membina
dan mengembangkan sumber dayanya. Dalam KPI yang ada di PGE, perspektif
Learning and growth membahas bagaimana perusahaan bisa mencapai capaian-
capaian/prestasi baik dalam jangka panjang dengan cara seperti merealisasikan
investasi, mengadakan program-program yang strategis, mengadakan projek untuk
mencapai milestone achievement, adanya standarisasi, inovasi serta quality assurance
yang tersistematis hingga audit internal & eksternal dengan harapan perusahaan terus
berkembang dan memiliki progress maju untuk masa yang akan datang. Perspektif
Learning and growth memiliki 8 indikator. Dari kedelapan indikator yang ada,
Tambahan Kapasitas Terpasang dari EBT (LG4) menjadi prioritas utama dengan bobot
39
0,236. Hal ini berarti adanya penambahan kapasitas Energi Baru Terbarukan (EBT)
yakni panas bumi sangatlah penting untuk dapat meningkatkan jumlah produk yang
dihasilkan yakni uap dan listrik. Dengan begitu, semakin banyak kapasitas yang ada,
semakin banyak pula produk yang dapat dihasilkan oleh perusahaan untuk mencapai
visi menjadi perusahaan berbasi energi terbarukan kelas dunia.
Prioritas ketiga dalam pembobotan AHP adalah perspektif Internal business
process dengan bobot sebesar 0,180. Penempatan perspektif Internal business process
pada urutan ketiga, menunjukan hal-hal yang berhubungan dengan layanan kualitas,
dengan indikator pada aksesibilitas, ketersediaan barang dan jasa, kehandalan,
keselamatan dan kenyamanan perusahaan. Perusahaan perlu mengukur proses bisnisnya
dikarenakan berdampak besar terhadap faktor kepuasan pelanggan dikarenakan disinilah
core value dari suatu perusahaan dalam menjalankan proses bisnisnya. Perspektif
Internal business process memiliki 10 indikator. Dari kesepuluh indikator yang ada,
Electricity Volume Produced (IP4) menjadi prioritas utama dengan bobot 0,153. Hal ini
berarti proses bisnis perusahaan dikatakan baik apabila dapat menghasilkan volume
listrik yang lebih banyak. Sehingga perusahaan perlu berfokus bagaimana agar dapat
meningkatkan volume listrik yang dapat dijual nantinya. Semakin banyak volume listrik
yang dihasikan, menunjukkan semakin baik pula proses bisnis perusahaan yang
dijalankan.
Prioritas keempat dalam pembobotan AHP adalah perspektif Customer focus
dengan bobot sebesar 0,136. Hal ini dikarenakan perusahaan PGE hanya memiliki satu
konsumen saja (single buyer) yakni PLN. Sehingga perusahaan tidak perlu terlalu
berfokus pada aspek konsumen dikarenakan hanya memiliki single buyer dimana akan
lebih mudah dalam berkomunikasi serta menjalin hubungan yang baik terkait produk
seperti apakah yang diinginkan oleh PLN itu sendiri. Perspektif Customer focus hanya
memiliki 1 indikator saja sehingga tidak bisa dibandingkan dengan indikator lainnya.
Sedangkan berdasarkan hasil pembobotan global KPI pada seluruh perspektif,
KPI yang merupakan prioritas utama perusahaan adalah pada Cost per Unit-PGE (F2)
dengan bobot 0,121. Hal ini berarti biaya per unit penting untuk penilaian persediaan,
penentuan laba, dan pengambilan sejumlah keputusan penting seperti apakah akan
40
membuat atau membeli produk, menerima atau menolak suatu pesanan khusus,
mempertahankan atau menghentikan suatu lini produk.
41
yang ada meliputi pendataan material yang masih ada di Gudang, perhitungan material
yang dibutuhkan setiap periode produksi serta merawat material yang tersimpan di
Gudang agar tetap bisa dipakai kembali dan tidak menjadi material yang usang/dead
stock.
Indikator Penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) (IP2)
menduduki peringkat keempat dalam penentuan prioritas KPI. Sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 29 Tahun 2018 tentang Pemberdayaan Industri dan amanat UU No.3
Tahun 2014 tentang Perindustrian, Pertamina melakukan program Peningkatan
Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Indikator ini membahas
besarnya komponen dalam negeri pada barang, jasa dan gabungan barang dan jasa.
Dalam hal ini, PGE sebagai perusahaan nasional yang terlibat di dalam rantai pasok
perlu meningkatkan TKDN secara bertahap dengan target 25% di tahun 2020 dan
menjadi 50% di tahun 2026 mendatang. Salah satu tujuannya adalah untuk menghemat
devisa negara.
Indikator Relationship Management Implementation (IP9) menjadi prioritas
terakhir yang harus dipenuhi oleh departemen SCM. Indikator ini membahas bagaimana
perusahaan perlu untuk membangun relasi yang baik dengan pihak supplier yang ada
serta menerapkan strategi bisnis yang memadukan proses, manusia, dan teknologi.
42
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulam
Berikut ini kesimpulan dari hasil penelitian ini:
1. Pengukuran kinerja Supply Chain pada PT Pertamina Geothermal Energy
dilakukan menggunakan metode BSC-AHP karena metode ini dapat mengukur
proses rantai pasok dengan mempertimbangkan 4 aspek yang dapat
merepresentasikan kinerjaa perusahaan secara menyeluruh dan pembobotan
menggunakan metode AHP untuk memberikan bobot lebih terhadap indikator
yang lebih berpengaruh dan dijadikan sebagai strategi perusahaan dalam
memprioritaskan hal-hal yang penting untuk dilakukan.
2. Hasil dari perhitungan bobot prioritas dengn metode AHP dapat disimpulkan
bahwa perspektif Financial memiliki hasil pembobotan tertinggi dengan nilai
0,407, sedangkan perspektif Learning and growth memiliki hasil pembobotan
tertinggi kedua dengan nilai 0,277. Perspektif Internal business process dengan
hasil pembobotan 0,180 dan perspektif Customer dengan hasil pembobotan
0,136. Hasil pembobotan global KPI pada seluruh perspektif terhadap tujuan
perusahaan, KPI yang merupakan prioritas utama adalah indikator Cost per
Unit-PGE (F2) dengan bobot 0,121.
3. Pada Departemen SCM, indikator IP8 menempati prioritas utama dengan bobot
0,138. Prioritas kedua yakni IP6 dengan bobot 0,131 kemudian diikuti oleh IP7
dengan bobot 0,129. Menempati urutan prioritas keempat yakni IP2 dengan
bobot 0,090, dan yang terakhir yakni prioritas kelima IP9 dengan bobot 0,088.
4. Rekomendasi yang ingin disarankan oleh penulis kepada PT. Pertamina
Geothermal Energy khususnya departemen SCM yakni perusahaan perlu untuk
mengedepankan cost saving/reduction cost dalam proses pengadaan barang
sehingga biaya yang dikeluarkan perusahaan tidaklah besar. Kemudian juga
penting bagi perusahaan untuk mengelola material yang ada di Gudang.
Dikarenakan, material yang dimiliki perusahaan dianggap sebagai uang dalam
bentuk asset, maka jika asset tersebut menjadi usang akan merugikan perusahaan
itu sendiri.
43
6.2 Saran
Saran yang diberikan untuk penelitian ini sebagai berikut:
1. Pengukuran kinerja sebaiknya dilakukan secara terus menerus sehingga dapat
dilakukan perbaikan untuk pengembangan perusahaan.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan penelitian yang
lebih lengkap dan inovatif.
3. Perusahaan diharapkan dapat menerapkan usulan perbaikan terhadap kinerja
rantai pasok perusahaan.
44
DAFTAR PUSTAKA
2
LAMPIRAN
3
A3. Kuesioner Pembobotan
MANULLANG, SABAM
21070119140103
TEKNIK INDUSTRI
4
Institute, yang dipimpin David P. Norton menyeponsori studi tentang “Pengukuran
Kinerja dalam Organisasi Masa Depan.” Studi ini didorong oleh kesadaran bahwa pada
waktu itu ukuran kinerja keuangan yang dimanfaatkan oleh semua perusahaan dalam
mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai. Di dalam Balanced scorecard, terdapat
4 metriks yang akan dinilai diantaranya; perspektif keuangan, perspektif pelanggan,
perspektif bisnis internal dan perspektif learning and growth.
Informasi dan data pada kuesioner ini hanya akan digunakan untuk keperluan
akademis dan akan dijaga kerahasiaannya. Oleh karena itu, mohon kiranya pengisian
kuesioner ini dapat dilakukan dengan sungguh-sungguh. Jika ada permasalahan terkait
kuesioner ini mohon menghubungi saya melalui jalur komunikasi yang ada. Atas
bantuan dan kerjasama Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Manullang, Sabam
Telp.: 0822 5589 7662
E-mail : sabamm31@gmail.com
5
BAGIAN I. IDENTITAS RESPONDEN
Bagian ini merupakan informasi dasar dari responden penelitian.
Nama responden : Dwi Bagus HW
Pekerjaan / jabatan / Instansi : Project Coordinator SCM
Kontak (No.HP/WA) : 082143132763
Tanda Tangan,
Dwi Bagus HW
6
BAGIAN II. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER PENENTUAN BOBOT
KEPENTINGAN
A Mutlak Sangat A Lebih Penting dari A Sama Penting B lebih Penting B Mutlak Sangat
Lebih Penting B dengan B dari A Lebih Penting
A 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 B
7
Nilai 2, 4, 6, dan 8 merupakan nilai tengah. Diberikan bila ada keraguan dalam
menentukan pilihan diantara dua tingkat kepentingan.
8
BAGIAN III. KUESIONER PERBANDINGAN BERPASANGAN
Mohon diperhatikan konsistensi jawaban Anda karena akan sangat menentukan
validitas jawaban Anda. Sebagai contoh kondisi konsistensi adalah: Jika faktor A lebih
penting daripada kriteria B, dan kriteria B lebih penting dari kriteria C, maka
kriteria A sangat lebih penting daripada kriteria C.
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Customer
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Internal Business
Financial Learning and
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
growth
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Internal Business
Learning and
Customer 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
growth
Internal
Learning and
business 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
growth
process
9
Fungsi (F3)
Cost Optimization
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
(F4)
Biaya Operasi
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Cost per Unit – Fungsi (F3)
PGE (F2) Cost Optimization
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
(F4)
Biaya Operasi Cost Optimization
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Fungsi (F3) (F4)
Penggunaan
Tingkat Komponen
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Dalam Negeri
(TKDN) (IP2)
Pencapaian
Program
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Transformasi
Digital (IP3)
Ttotal Electricity Volume
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Recordable Produce (IP4)
Incident Rate HSSE Excellence –
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
(TRIR) PEKA (IP5)
(IP1) Penyediaan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Material dan Jasa
(IP6)
Inventory
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Management (IP7)
Cost Reduction
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pengadaan (IP8)
Relationship
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Management
10
Implementation
(IP9)
Risk Management
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Implementatiom
(IP10)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pencapaian
Program
Transformasi
Digital (IP3)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Electricity Volume
Produce (IP4)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HSSE Excellence –
PEKA (IP5)
Penggunaan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penyediaan
Tingkat Material dan Jasa
Komponen (IP6)
Dalam Negeri 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Inventory
(TKDN) (IP2) Management (IP7)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cost Reduction
Pengadaan (IP8)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Relationship
Management
Implementation
(IP9)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Risk Management
Implementatiom
(IP10)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Electricity Volume
Produce (IP4)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HSSE Excellence –
PEKA (IP5)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penyediaan
Material dan Jasa
Pencapaian (IP6)
Program 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Inventory
Transformasi Management (IP7)
11
Digital (IP3) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cost Reduction
Pengadaan (IP8)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Relationship
Management
Implementation
(IP9)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Risk Management
Implementatiom
(IP10)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HSSE Excellence –
PEKA (IP5)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penyediaan
Material dan Jasa
(IP6)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Inventory
Electricity Management (IP7)
Volume 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cost Reduction
Produce (IP4) Pengadaan (IP8)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Relationship
Management
Implementation
(IP9)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Risk Management
Implementatiom
(IP10)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penyediaan
Material dan Jasa
(IP6)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Inventory
HSSE Management (IP7)
Excellence – 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cost Reduction
PEKA (IP5) Pengadaan (IP8)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Relationship
Management
Implementation
(IP9)
12
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Risk Management
Implementatiom
(IP10)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Inventory
Management (IP7)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cost Reduction
Penyediaan Pengadaan (IP8)
Material dan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Relationship
Jasa (IP6) Management
Implementation
(IP9)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Risk Management
Implementatiom
(IP10)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cost Reduction
Pengadaan (IP8)
Inventory 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Relationship
Management Management
(IP7) Implementation
(IP9)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Risk Management
Implementatiom
(IP10)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Relationship
Cost Reduction Management
Pengadaan IP8) Implementation
(IP9)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Risk Management
Implementatiom
(IP10)
Relationship 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Risk Management
Management Implementatiom
Implementation (IP10)
(IP9)
13
c. Perbandingan berpasangan sub kriteria berdasarkan Perspektif “Learning &
Growth”
Realisasi Investasi
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 (ABI) – PGE
(LG2)
PGE Unlock Realisasi Investasi
Value (LG1) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 (Progress Fisik)
(LG3)
Tambahan
Kapasitas
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Terpasang dari
EBT (LG4)
Program Strategic
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Initiative (Traction)
(LG5)
Project Milestone
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Achievement
(LG6)
System
Standarization,
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Innovation & QMA
(LG7)
Tindak Lanjut
Rekomendasi Hasil
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Audit Internal &
Eksternal (LG8)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Realisasi Investasi
(Progress Fisik)
Realisasi (LG3)
Investasi (ABI) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tambahan
– PGE (LG2) Kapasitas
Terpasang dari
EBT (LG4)
14
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Program Strategic
Initiative (Traction)
(LG5)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Project Milestone
Achievement
(LG6)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 System
Standarization,
Innovation & QMA
(LG7)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tindak Lanjut
Rekomendasi Hasil
Audit Internal &
Eksternal (LG8)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tambahan
Kapasitas
Terpasang dari
Realisasi EBT (LG4)
Investasi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Program Strategic
(Progress Fisik) Initiative (Traction)
(LG3) (LG5)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Project Milestone
Achievement
(LG6)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 System
Standarization,
Innovation & QMA
(LG7)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tindak Lanjut
Rekomendasi Hasil
Audit Internal &
Eksternal (LG8)
15
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Program Strategic
Initiative (Traction)
(LG5)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Project Milestone
Tambahan Achievement
Kapasitas (LG6)
Terpasang dari 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 System
EBT (LG4) Standarization,
Innovation & QMA
(LG7)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tindak Lanjut
Rekomendasi Hasil
Audit Internal &
Eksternal (LG8)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Project Milestone
Achievement
(LG6)
Program 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 System
Strategic Standarization,
Initiative Innovation & QMA
(Traction) (LG7)
(LG5) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tindak Lanjut
Rekomendasi Hasil
Audit Internal &
Eksternal (LG8)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 System
Project Standarization,
Milestone Innovation & QMA
Achievement (LG7)
(LG6) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tindak Lanjut
Rekomendasi Hasil
Audit Internal &
Eksternal (LG8)
16
System 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tindak Lanjut
Standarization, Rekomendasi Hasil
Innovation & Audit Internal &
QMA (LG7) Eksternal (LG8)
17
A3. Kuesioner Pembobotan
MANULLANG, SABAM
21070119140103
TEKNIK INDUSTRI
18
Institute, yang dipimpin David P. Norton menyeponsori studi tentang “Pengukuran
Kinerja dalam Organisasi Masa Depan.” Studi ini didorong oleh kesadaran bahwa pada
waktu itu ukuran kinerja keuangan yang dimanfaatkan oleh semua perusahaan dalam
mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai. Di dalam Balanced scorecard, terdapat
4 metriks yang akan dinilai diantaranya; perspektif keuangan, perspektif pelanggan,
perspektif bisnis internal dan perspektif learning and growth.
Informasi dan data pada kuesioner ini hanya akan digunakan untuk keperluan
akademis dan akan dijaga kerahasiaannya. Oleh karena itu, mohon kiranya pengisian
kuesioner ini dapat dilakukan dengan sungguh-sungguh. Jika ada permasalahan terkait
kuesioner ini mohon menghubungi saya melalui jalur komunikasi yang ada. Atas
bantuan dan kerjasama Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Manullang, Sabam
Telp.: 0822 5589 7662
E-mail : sabamm31@gmail.com
19
BAGIAN I. IDENTITAS RESPONDEN
Bagian ini merupakan informasi dasar dari responden penelitian.
Nama responden :
Pekerjaan / jabatan / Instansi :
Kontak (No.HP/WA) :
Tanda Tangan,
………………
20
BAGIAN II. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER PENENTUAN BOBOT
KEPENTINGAN
A Mutlak Sangat A Lebih Penting dari A Sama Penting B lebih Penting B Mutlak Sangat
Lebih Penting B dengan B dari A Lebih Penting
A 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 B
21
Nilai 2, 4, 6, dan 8 merupakan nilai tengah. Diberikan bila ada keraguan dalam
menentukan pilihan diantara dua tingkat kepentingan.
22
BAGIAN III. KUESIONER PERBANDINGAN BERPASANGAN
Mohon diperhatikan konsistensi jawaban Anda karena akan sangat menentukan
validitas jawaban Anda. Sebagai contoh kondisi konsistensi adalah: Jika faktor A lebih
penting daripada kriteria B, dan kriteria B lebih penting dari kriteria C, maka
kriteria A sangat lebih penting daripada kriteria C.
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Customer
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Internal Business
Financial Learning and
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
growth
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Internal Business
Learning and
Customer 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
growth
Internal
Learning and
business 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
growth
process
23
Fungsi (F3)
Cost Optimization
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
(F4)
Biaya Operasi
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Cost per Unit – Fungsi (F3)
PGE (F2) Cost Optimization
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
(F4)
Biaya Operasi Cost Optimization
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Fungsi (F3) (F4)
Penggunaan
Tingkat Komponen
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Dalam Negeri
(TKDN) (IP2)
Pencapaian
Program
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Transformasi
Digital (IP3)
Total Electricity Volume
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Recordable Produce (IP4)
Incident Rate HSSE Excellence –
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
(TRIR) PEKA (IP5)
(IP1) Penyediaan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Material dan Jasa
(IP6)
Inventory
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Management (IP7)
Cost Reduction
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pengadaan (IP8)
Relationship
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Management
24
Implementation
(IP9)
Risk Management
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Implementatiom
(IP10)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pencapaian
Program
Transformasi
Digital (IP3)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Electricity Volume
Produce (IP4)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HSSE Excellence –
PEKA (IP5)
Penggunaan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penyediaan
Tingkat Material dan Jasa
Komponen (IP6)
Dalam Negeri 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Inventory
(TKDN) (IP2) Management (IP7)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cost Reduction
Pengadaan (IP8)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Relationship
Management
Implementation
(IP9)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Risk Management
Implementatiom
(IP10)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Electricity Volume
Produce (IP4)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HSSE Excellence –
PEKA (IP5)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penyediaan
Material dan Jasa
Pencapaian (IP6)
Program 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Inventory
Transformasi Management (IP7)
25
Digital (IP3) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cost Reduction
Pengadaan (IP8)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Relationship
Management
Implementation
(IP9)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Risk Management
Implementatiom
(IP10)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HSSE Excellence –
PEKA (IP5)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penyediaan
Material dan Jasa
(IP6)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Inventory
Electricity Management (IP7)
Volume 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cost Reduction
Produce (IP4) Pengadaan (IP8)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Relationship
Management
Implementation
(IP9)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Risk Management
Implementatiom
(IP10)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penyediaan
Material dan Jasa
(IP6)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Inventory
HSSE Management (IP7)
Excellence – 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cost Reduction
PEKA (IP5) Pengadaan (IP8)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Relationship
Management
Implementation
(IP9)
26
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Risk Management
Implementatiom
(IP10)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Inventory
Management (IP7)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cost Reduction
Penyediaan Pengadaan (IP8)
Material dan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Relationship
Jasa (IP6) Management
Implementation
(IP9)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Risk Management
Implementatiom
(IP10)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cost Reduction
Pengadaan (IP8)
Inventory 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Relationship
Management Management
(IP7) Implementation
(IP9)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Risk Management
Implementatiom
(IP10)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Relationship
Cost Reduction Management
Pengadaan IP8) Implementation
(IP9)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Risk Management
Implementatiom
(IP10)
Relationship 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Risk Management
Management Implementatiom
Implementation (IP10)
(IP9)
27
c. Perbandingan berpasangan sub kriteria berdasarkan Perspektif “Learning &
Growth”
Realisasi Investasi
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 (ABI) – PGE
(LG2)
PGE Unlock Realisasi Investasi
Value (LG1) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 (Progress Fisik)
(LG3)
Tambahan
Kapasitas
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Terpasang dari
EBT (LG4)
Program Strategic
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Initiative (Traction)
(LG5)
Project Milestone
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Achievement
(LG6)
System
Standarization,
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Innovation & QMA
(LG7)
Tindak Lanjut
Rekomendasi Hasil
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Audit Internal &
Eksternal (LG8)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Realisasi Investasi
(Progress Fisik)
Realisasi (LG3)
Investasi (ABI) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tambahan
– PGE (LG2) Kapasitas
Terpasang dari
EBT (LG4)
28
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Program Strategic
Initiative (Traction)
(LG5)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Project Milestone
Achievement
(LG6)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 System
Standarization,
Innovation & QMA
(LG7)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tindak Lanjut
Rekomendasi Hasil
Audit Internal &
Eksternal (LG8)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tambahan
Kapasitas
Terpasang dari
Realisasi EBT (LG4)
Investasi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Program Strategic
(Progress Fisik) Initiative (Traction)
(LG3) (LG5)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Project Milestone
Achievement
(LG6)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 System
Standarization,
Innovation & QMA
(LG7)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tindak Lanjut
Rekomendasi Hasil
Audit Internal &
Eksternal (LG8)
29
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Program Strategic
Initiative (Traction)
(LG5)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Project Milestone
Tambahan Achievement
Kapasitas (LG6)
Terpasang dari 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 System
EBT (LG4) Standarization,
Innovation & QMA
(LG7)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tindak Lanjut
Rekomendasi Hasil
Audit Internal &
Eksternal (LG8)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Project Milestone
Achievement
(LG6)
Program 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 System
Strategic Standarization,
Initiative Innovation & QMA
(Traction) (LG7)
(LG5) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tindak Lanjut
Rekomendasi Hasil
Audit Internal &
Eksternal (LG8)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 System
Project Standarization,
Milestone Innovation & QMA
Achievement (LG7)
(LG6) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tindak Lanjut
Rekomendasi Hasil
Audit Internal &
Eksternal (LG8)
30
System 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tindak Lanjut
Standarization, Rekomendasi Hasil
Innovation & Audit Internal &
QMA (LG7) Eksternal (LG8)
31
A3. Kuesioner Pembobotan
MANULLANG, SABAM
21070119140103
TEKNIK INDUSTRI
32
Di dalam Balanced scorecard, terdapat 4 metriks yang akan dinilai diantaranya; perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal dan perspektif learning and
growth.
Informasi dan data pada kuesioner ini hanya akan digunakan untuk keperluan
akademis dan akan dijaga kerahasiaannya. Oleh karena itu, mohon kiranya pengisian
kuesioner ini dapat dilakukan dengan sungguh-sungguh. Jika ada permasalahan terkait
kuesioner ini mohon menghubungi saya melalui jalur komunikasi yang ada. Atas bantuan dan
kerjasama Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Manullang, Sabam
Telp.: 0822 5589 7662
E-mail : sabamm31@gmail.com
33
BAGIAN I. IDENTITAS RESPONDEN
Bagian ini merupakan informasi dasar dari responden penelitian.
Nama responden : RR Dyah Ajeng Larassaty
Pekerjaan / jabatan / Instansi : Procurement / Supply Chain Management
Kontak (No.HP/WA) : 082112778890
Tanda Tangan,
………………
34
BAGIAN II. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER PENENTUAN BOBOT
KEPENTINGAN
A Mutlak Sangat A Lebih Penting dari A Sama Penting B lebih Penting B Mutlak Sangat
Lebih Penting B dengan B dari A Lebih Penting
A 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 B
Nilai 2, 4, 6, dan 8 merupakan nilai tengah. Diberikan bila ada keraguan dalam
menentukan pilihan diantara dua tingkat kepentingan.
35
BAGIAN III. KUESIONER PERBANDINGAN BERPASANGAN
Mohon diperhatikan konsistensi jawaban Anda karena akan sangat menentukan validitas
jawaban Anda. Sebagai contoh kondisi konsistensi adalah: Jika faktor A lebih penting
daripada kriteria B, dan kriteria B lebih penting dari kriteria C, maka kriteria A
sangat lebih penting daripada kriteria C.
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Customer
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Internal Business
Financial
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Learning and growth
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Internal Business
Customer 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Learning and growth
Internal business
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Learning and growth
process
36
b. Perbandingan berpasangan sub kriteria berdasarkan perspektif “Internal Process
Business”
Penggunaan Tingkat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Komponen Dalam Negeri
(TKDN) (IP2)
Pencapaian Program
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Transformasi Digital
(IP3)
Electricity Volume
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Produce (IP4)
HSSE Excellence –
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Total Recordable PEKA (IP5)
Incident Rate (TRIR) Penyediaan Material dan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
(IP1) Jasa (IP6)
Inventory Management
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
(IP7)
Cost Reduction
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pengadaan (IP8)
Relationship
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Management
Implementation (IP9)
Risk Management
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Implementatiom (IP10)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pencapaian Program
Transformasi Digital
(IP3)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Electricity Volume
Produce (IP4)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HSSE Excellence –
PEKA (IP5)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penyediaan Material dan
Penggunaan Tingkat Jasa (IP6)
Komponen Dalam 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Inventory Management
Negeri (TKDN) (IP7)
(IP2) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cost Reduction
Pengadaan (IP8)
37
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Relationship
Management
Implementation (IP9)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Risk Management
Implementatiom (IP10)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Electricity Volume
Produce (IP4)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HSSE Excellence –
PEKA (IP5)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penyediaan Material dan
Jasa (IP6)
Pencapaian Program 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Inventory Management
Transformasi Digital (IP7)
(IP3) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cost Reduction
Pengadaan (IP8)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Relationship
Management
Implementation (IP9)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Risk Management
Implementatiom (IP10)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HSSE Excellence –
PEKA (IP5)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penyediaan Material dan
Jasa (IP6)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Inventory Management
(IP7)
Electricity Volume 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cost Reduction
Produce (IP4) Pengadaan (IP8)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Relationship
Management
Implementation (IP9)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Risk Management
Implementatiom (IP10)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penyediaan Material dan
Jasa (IP6)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Inventory Management
(IP7)
HSSE Excellence – 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cost Reduction
PEKA (IP5) Pengadaan (IP8)
38
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Relationship
Management
Implementation (IP9)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Risk Management
Implementatiom (IP10)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Inventory Management
(IP7)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cost Reduction
Penyediaan Material Pengadaan (IP8)
dan Jasa (IP6) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Relationship
Management
Implementation (IP9)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Risk Management
Implementatiom (IP10)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cost Reduction
Pengadaan (IP8)
Inventory 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Relationship
Management (IP7) Management
Implementation (IP9)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Risk Management
Implementatiom (IP10)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Relationship
Cost Reduction Management
Pengadaan IP8) Implementation (IP9)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Risk Management
Implementatiom (IP10)
Relationship 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Risk Management
Management Implementatiom (IP10)
Implementation
(IP9)
39
(LG1) Tambahan Kapasitas
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Terpasang dari EBT
(LG4)
Program Strategic
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Initiative (Traction)
(LG5)
Project Milestone
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Achievement (LG6)
System Standarization,
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Innovation & QMA
(LG7)
Tindak Lanjut
Rekomendasi Hasil Audit
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Internal & Eksternal
(LG8)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Realisasi Investasi
(Progress Fisik) (LG3)
Realisasi Investasi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tambahan Kapasitas
(ABI) – PGE (LG2) Terpasang dari EBT
(LG4)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Program Strategic
Initiative (Traction)
(LG5)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Project Milestone
Achievement (LG6)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 System Standarization,
Innovation & QMA
(LG7)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tindak Lanjut
Rekomendasi Hasil Audit
Internal & Eksternal
(LG8)
40
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tambahan Kapasitas
Terpasang dari EBT
(LG4)
Realisasi Investasi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Program Strategic
(Progress Fisik) Initiative (Traction)
(LG3) (LG5)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Project Milestone
Achievement (LG6)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 System Standarization,
Innovation & QMA
(LG7)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tindak Lanjut
Rekomendasi Hasil Audit
Internal & Eksternal
(LG8)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Program Strategic
Initiative (Traction)
(LG5)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Project Milestone
Tambahan Kapasitas Achievement (LG6)
Terpasang dari EBT 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 System Standarization,
(LG4) Innovation & QMA
(LG7)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tindak Lanjut
Rekomendasi Hasil Audit
Internal & Eksternal
(LG8)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Project Milestone
Achievement (LG6)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 System Standarization,
Program Strategic Innovation & QMA
(LG7)
41
Initiative (Traction) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tindak Lanjut
(LG5) Rekomendasi Hasil Audit
Internal & Eksternal
(LG8)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 System Standarization,
Project Milestone Innovation & QMA
Achievement (LG6) (LG7)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tindak Lanjut
Rekomendasi Hasil Audit
Internal & Eksternal
(LG8)
42
KEMETERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
Jl. Prof. H. Sudarto, SH, Tembalang – Semarang
Telp. (024) 7460052, Fax. (024) 7460052
Nilai Rata-Rata ( 1 + 2 + 3 ) / 3 90