Anda di halaman 1dari 82

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG

TOOL CRIB

Disusun oleh :

Nama : NENG RAKHA HADAINA DINITA DINDA’S

NIS : 202110165

Kompetensi Keahlian : TEKNIK PEMESINAN

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI JAWA BARAT


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 KATAPANG
Jl.Ceuri.Ters Kopo KM 13,5 (022) 5893737 Katapang Kab.Bandung
40971
Email : smkn1katapang@bdg.centrin.net.id
LEMBARAN PENGESAHAN SEKOLAH
SMK NEGERI 1 KATAPANG - KABUPATEN BANDUNG

Disetujui / Disahkan Oleh :

Kepala Kompetensi Keahlian Guru Pembimbing

Drs. Winarko Purwo Trenggono, S.Pd.,MM


NIP. 19651015 200012 1 002 NIP. 19640802 198903 1 009

Mengetahui / Menyetujui :

Kepala SMK Negeri 1 Katapang Waka Urusan Hubin

Dra. Etti Mulyati, M.M.Pd. H. Milad.D.I,S.Pd,ST,M.M.Pd.


NIP. 19620823 198803 2 003 NIP. 19670619 200012 1 001
LEMBAR PENGESAHAN INDUSTRI

POLITEKNIK MANUUFAKTUR NEGERI BANDUNG

Disetujui / Disahkan Oleh :

Pembimbing

Yayan Hidayat
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kepada Tuhan YME.

karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan penyusunan laporan yang

dilaksanakan di Politeknik Manufaktur Bandung selama 3 bulan mulai

dari tanggal 1 Maret 2022 sampai dengan 31 Mei 2022.

Praktek Kerja Lapangan merupakan salah satu proses

pendidikan keahlian yang secara sistematis memadukan program

pendidikan di sekolah dan penguasaan keahlian yang diperoleh langsung

melalui tugas dan praktek yang diberikan oleh para pembimbing dari pihak

sekolah maupun dari pihak instansi atau perusahaan itu sendiri.

Adapun tujuan penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini

adalah untuk mendapatkan nilai akhir kompetensi yang merupakan salah

satu syarat kelulusan serta merupakan bukti bahwa penulis telah

melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Politeknik Manufaktur

Bandung.

Laporan Praktek Kerja Lapangan ini tidak akan terlaksana dan

selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini,

penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

i
1. Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan ini

dengan baik dan tepat waktu.

2. Keluarga yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan doa

kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan laporan ini.

3. Ibu Dra. Etti Mulyati, M.M.Pd. selaku Kepala SMK Negeri 1

Katapang Kabupaten Bandung.

4. Pihak HUBIN, H. Milad Doso Ismoyo, S.Pd,ST.,M.M.Pd.

5. Bapak Drs. Winarko selaku Kepala Kompetensi Keahlian.

6. Bapak Purwo Trenggono, S.Pd.,MM selaku Pembimbing

Pembuatan Laporan.

7. Bapak Amung, selaku pembimbing dari pihak industri Politeknik

Manufaktur Bandung.

8. Bapak Yayan Hidayat, selaku pembimbing sektor Tool Crib dari

pihak industri Politeknik Manufaktur Bandung.

9. Seluruh Mahasiswa/i di Politeknik Manufaktur Bandung yang

telah membantu selama penulis melaksanakan PKL.

10. Serta pihak - pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per

satu atas dukungan, arahan, dan segala macam bantuan

selama PKL di Politeknik Manufaktur Bandung hingga laporan

ini selesai.

ii
Namun dengan segala kerendahan hati, Penulis menyadari

bahwa dalam penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini masih

terdapat kekurangan dalam penyusunannya yang masih jauh dari kata

sempurna, dikarenakan keterbatasan ilmu, wawasan, pengalaman, dan

kemampuan yang penulis miliki. Selain itu, penulis juga mengharap kritik

dan saran yang sifatnya membangun guna memperbaiki dan

menyempurnakan laporan ini.

Semoga Laporan ini dapat dijadikan tolak ukur untuk

mewujudkan upaya peningkatan kualitas siswa/i khususnya jurusan

Teknik Pemesinan di SMKN 1 Katapang. Semoga laporan ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin yaa robbal ‘aalamiin.

Bandung, Juli 2022

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN SEKOLAH

HALAMAN PENGESAHAN POLMAN

KATA PENGANTAR.............................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR...............................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan..............................1

1.2 Pengertian Praktek Kerja Lapangan....................................3

1.3 Landasan Hukum Praktek Kerja Lapangan.........................5

1.4 Tujuan Praktek Kerja Lapangan...........................................6

1.5 Manfaat Penyelenggaraan Praktek Kerja Lapangan...........7

1.6 Latar Belakang Pembuatan Laporan....................................8

1.7 Tujuan Pembuatan Laporan.................................................8

1.8 Pembatasan Masalah...........................................................8

1.9 Sistematika Penulisan Laporan............................................9

iv
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Tentang Perusahaan............................................................12

2.1.1 Nilai Utama Logo POLMAN.........................................19

2.1.2 Contact Information.....................................................20

2.2. Sejarah Singkat POLMAN....................................................20

2.2.1 Tahapan Pencapaian POLMAN................................23

2.3 Visi dan Misi Politeknik Manufaktur Bandung......................27

2.3.1 Visi POLMAN.............................................................27

2.3.2 Misi POLMAN............................................................27

2.4 Struktur Organisasi POLMAN...............................................28

BAB III LANDASAN TEORI

3.1. Tool Crib..................................................................29

3.1.1. Pengertian Tool Crib.....................................29

3.1.2. Penempatan Alat di Tool Crib.......................30

3.1.3. Prosedur Peminjaman Alat di Tool Crib.......30

3.2 Mesin Gerinda.........................................................31

3.2.1. Pengertian Mesin Gerinda............................31

3.2.2. Jenis Mesin Gerinda.....................................32

3.2.3 Fungsi.............................................................40

3.3 Pahat Bubut................................................................41

3.3.1 Pengertian Pahat Bubut....................................41

3.3.2 Material Pahat Bubut........................................41

v
3.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Pahat Bubut.........42

3.3.4 Proses Pembuatan Pahat Bubut......................42

3.3.5 Jenis-jenis Pahat Bubut....................................43

3.3.6 Geometris Sudut Pahat Bubut..........................50

3.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).................52

3.4.1 Pengertian....................................................52
3.4.2 Undang-undang Keselamatan Kerja............54
3.4.3 Tujuan...........................................................54
3.4.4 Perlengkapan...............................................55
3.4 Alat Ukur..................................................................58

3.5.1 Pengertian Alat Ukur......................................58

3.5.2 Jenis-jenis Alat Ukur.......................................58

BAB IV URAIAN KHUSUS

4.1. Pelayanan di Tool Crib............................................61

4.1.1. Alat Pelindung Diri........................................61

4.1.2. Langkah Kerja...............................................61

4.2. Menggerinda Pahat Bubut Rata..............................62

4.2.1. Bahan dan Peralatan Kerja...........................63

4.2.2. Alat Pelindung Diri........................................63

4.2.3. Langkah Kerja............................................... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan..............................................................65

5.2. Saran.......................................................................66

vi
5.2.1. Saran Untuk Industri......................................66

5.2.2. Saran Untuk Siswa........................................66

5.2.3. Saran Untuk Sekolah.....................................67

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Gerbang Polman I (Tempo Doeloe)................................12

Gambar 2.2 : Gerbang Polman II (Tempo Doeloe)...............................14

Gambar 2.3 : Gerbang Polman III.........................................................18

Gambar 2.4 : Lambang Polman............................................................19

Gambar 2.5 : Struktur Organisasi Polman............................................28

Gambar 3.1 : Prosedur Peminjaman Tool Crib.....................................30

Gambar 3.2 : Contoh Koin.....................................................................31

Gambar 3.3 : Gerinda Tangan...............................................................33

Gambar 3.4 : Gerinda Duduk................................................................34

Gambar 3.5 : Gerinda Berdiri................................................................35

Gambar 3.6 : Mesin Gerinda Silindris....................................................36

Gambar 3.7 : Mesin Gerinda Internal....................................................37

Gambar 3.8 : Mesin Gerinda Datar.......................................................38

Gambar 3.9 : Pahat Bubut Berdasarkan Letak Penyayatan.................44

Gambar 3.10 : Perbedaan Pahat Kanan dan Kiri..................................46

Gambar 3.11 : Pahat Rata Kanan dan Kiri............................................47

Gambar 3.12 : Pahat Sisi / Muka...........................................................48

viii
Gambar 3.13 : Pahat Potong.................................................................48

Gambar 3.14 : Pahat Alur......................................................................49

Gambar 3.15 : Pahat Chamfer..............................................................49

Gambar 3.16 : Pahat Ulir.......................................................................50

Gambar 3.17 : Baju Wearpack..............................................................55

Gambar 3.18 : Safety Helmet................................................................56

Gambar 3.19 : Kacamata Safety...........................................................56

Gambar 3.20 : Sepatu Safety................................................................57

Gambar 3.21 : Sarung Tangan safety...................................................57

Gambar 4.1 : Contoh Koin.....................................................................62

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan

Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia

dalam menjalani Asian Trade Area (AFTA) dan Asian Free Labour

Area (AFLA), UUSPN No.20 tahun 2003 pasal 15, menyatakan

“Pendidikan menengah kejuruan untuk menyiapkan peserta didik

terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.". Tujuan tersebut

dijabarkan lagi oleh DIKMENJUR (2003) menjadi tujuan umum dan

tujuan khusus, sebagai berikut:

1.1.1 Menyiapkan peserta didik agar dapat menjalani kehidupan

secara layak.

1.1.2 Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik.

1.1.3 Menyiapkan pesera didik agar menjadi warga negara yang

mandiri dan bertanggung jawab.

1.1.4 Menyiapkan peserta didik agar memahami dan menghargai

keanekaragaman budaya bangsa Indonesia.

1.1.5 Menyiapkan peserta didik agar menerapkan dan memelihara

hidup sehat, memiliki wawasan lingkungan, pengetahuan dan

seni.

1.1.6 Menyiapkan peserta didik agar dapat bekerja, baik secara

mandiri atau mengisi lapangan pekerjaan yang ada di dunia

1
2

usaha dan lapangan sebagai tenaga kerja tingkat menengah,

sesuai dengan bidang dan program keahlian yang diminati.

1.1.7 Membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan

gigih dalam berkompetensi dan mampu mengembangkan

sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminati.

1.1.8 Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK) agar mampu mengembangkan diri sendiri

melalui jenjang Pendidikan yang lebih tinggi.

Pendidikan merupakan pilar dan alat utama pembangunan

sumber daya manusia, secara jelas berperan membentuk peserta

didik menjadi aset bangsa yang diharapkan menjadi manusia produtif

untuk menghasilkan dan menciptakan produk unggulan lapangan

Indonesia dalam menghadapi pasar global.

Sumber daya manusia yang terdidik dan terlatih adalah

andalan utama untuk menentukan suatu keunggulan. Keahlian

profesional tenaga kerja yang terlibat dalam suatu proses produksi

akan menentukan mutu, biaya produksi dan penampilan kualitas

akhir produksi lapangan sekaligus menjadi faktor penentu daya saing

produk lapangan tersebut.


3

1.2 Pengertian Praktek Kerja Lapangan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah proses pembelajaran

produktif yang dilaksanakan di Dunia Usaha/ Lapangan.

Program pembelajaran yang dilakukan di Lapangan

tersebut meliputi:

1.2.1 Praktek dasar kejuruan, dapat dilaksanakan sebagian di

sekolah dan sebagaimana di lapangan sesuai dengan jumlah

jam yang ditentukan oleh kurikulum. Praktek dasar kejuruan

dilaksanakan di lapangan apabila lapangan pasangan memiliki

fasilitas pelatihan. Sebaliknya, apabila lapangan tidak memiliki

fasilitas pelatihan di lapangannya maka kegiatan praktek

dasar kejuruan sepenuhnya dilaksanakan di sekolah.

1.2.2 Praktek keahlian produktif dilaksanakan di lapangan dalam

bentuk magang atau on the job training, yaitu kegiatan

mengerjakan pekerjaan produksi atau jasa (pekerjaan yang

sesungguhnya) di lapangan/ perusahaan.

1.2.3 Pengaturan program a dan b harus disepakati pada awal

program oleh kedua pihak.

Program pendidikan di sekolah dan program pengusaan

keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di Dunia

Usaha/ Lapangan, secara terarah untuk mencapai suatu tingkat

keahlian profesional tertentu sehingga tercapai link and match antara

dunia pendidikan dan dunia lapangan.


4

Pada dasarnya umur ilmu pengetahuan, teknik dan skill

dapat dipelajari, sebaliknya kiat adalah suatu yang tidak dianjurkan

tetapi hanya dapat dikuasai melalui praktek lini produksi langsung

pada bidang profesi itu sendiri. Oleh karena itu keahlian profesi

ditentukan dan diukur oleh jumlah pengalaman kerja dan jam

terbangnya, bukan oleh fasilitas yang serba lengkap dan modern.

Secanggih apapun alat yang dimiliki sekolah untuk praktek siswa

hanya mampu menjanjikan proses simulasi dan imitasi atau tiruan,

dan tidak akan memberikan kemampuan profesional tanpa peran

serta Dunia Usaha/ Dunia Lapangan serta masyarakat pada

umumnya.

Atas dasar tersebur Dunia Usaha/ Lapangan serta

masyarakat sudah waktunya berperan aktif membantu siswa

Sekolah Menengah Kejuruan melaksanakan Praktek Kerja

Lapangan, karena Praktek Kerja Lapangan merupakan salah satu

model pendidikan yang paling efektif dan efsien mendekati dunia

kerja yang sebenarnya, yaitu Link and Match antara dunia

pendidikan dan dunia kerja, seperti yang diterapkan di Jerman,

Perancis, Jepang, Korea Selatan, Amerika dan Negara maju lainnya.

Salah satu kegiatan dalam Praktek Kerja Lapangan adalah

Praktek Lini Produksi (PLP), yaitu pembelajaran yang dilakukan

siswa di Dunia Usaha/ Lapangan untuk mendapatka pengalaman


5

yang sesuai dengan bidang keahlian mereka sehingga menjadi calon

tenaga kerja yang siap pakai dan profesional memenuhi standar.

1.3 Landasan Hukum Praktek Kerja Lapangan

Ada beberapa peraturan tentang Paktek Kerja Lapangan

(PKL) dan putusan Menteri. Adapun landasan hukum pelaksanaan

praktek kerja lapangan adalah:

1.3.1 UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

1.3.2 Permendikbud No.81A tahun 2013 tentang Implementasi

Kurikulum 2013.

1.3.3 Permendikbud No.103 tahun 2014 tentang pembelajaran pada

Pendidikan dasar dan menengah.

1.3.4 Permendikbud No.104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil

Belajar oleh pendidik pada Pendidikan dasar dan Pendidikan

menengah.

1.3.5 Permendikbud No.105 tahun 2014 tentang pendampingan

pelaksanaan kurikulum 2013 pada Pendidikan dasar dan

Pendidikan menengah.

1.3.6 “Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang

seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan

Pendidikan nasional “ (UUSPN Bab XIII psl 47 ayat (1) )


6

1.3.7 ”Peran serta masyarakat dapat berbentuk pemberian

kesempatan untuk magang atau pelatihan kerja “ (PP No 39

/1992 Bab III psl 4 butir (8))

1.3.8 ”Pemerintah dan masyarakat menciptakan peluang yang lebih

besar untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam

sistem Pendidikan nasional.” (PP No 39 / 1992 Bab VI psl 8

butir (2))

1.3.9 Peraturan pemerintah no.19 tahun 2005 tentang standar

nasional Pendidikan.

1.3.10 Peraturan gubernur Jawa Barat pembentukan Optimalisasi

Pendidikan kejuruan melalui Lembaga Three Partied bidang

Pendidikan antara dinas Pendidikan provinsi dengan dinas

tenaga kerja dan transmigrasi jawa barat dan dunia usaha /

dunia lapangan jawa barat maupun di luar provinsi Jawa Barat

maupun luar Provinsi Jawa barat tahun 2009.

1.3.11 Kurikulum 2013 SMKN 1 Katapang – Kab. Bandung.

1.4 Tujuan Praktek Kerja Lapangan

Tujuan penyelenggaraan Praktek Kerja lapangan adalah:

1.4.1 Memperkokoh “Link and Mach” (Keterpaduan Kerjasama)

antara sekolah dengan dunia kerja/ lapangan.

1.4.2 Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan

tenaga kerja yang berkualitas profesional.


7

1.4.3 Memberikan pengalaman dan penghargaan terhadap

pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.

1.4.4 Membekali siswa dengan pengalaman sebenarnya dalam

dunia kerja sebagai persiapan guna menyesuaikan diri

dengan Dunia Usaha/ Lapangan.

1.4.5 Memantapkan disiplin, percaya diri dan tanggung jawab dalam

melaksanakan tugas.

1.4.6 Mendorong siswa berjiwa wirausaha.

1.4.7 Menjajagi penempatan dan lowongan kerja untuk lulusan

setelah mereka melakukan pendidikannya.

1.4.8 Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional

(dengan tingkat pengetahuan, keterampilan dan etos kerja

yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja).

1.5 Manfaat Penyelenggaraan Praktek Kerja Lapangan

1.5.1 Dapat mempelajari tentang proses pembubutan.

1.5.2 Memperoleh penjelasan mengenai tahapan proses

perencanaan pembuatan komponen sampai komponen

diproduksi.

1.5.3 Memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang tidak

didapatkan di perkuliahan.
8

1.6 Latar Belakang Pembuatan Laporan

Pembuatan laporan praktek kerja lapangan ini

dilatarbelakangi oleh kewajiban siswa pada pihak sekolah maupun

pihak perusahaan tentang apa saja yang siswa dapatkan selama

menjalankan praktek kerja lapangan.

1.7 Tujuan Pembuatan Laporan

Tujuan pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut :

1.7.1 Agar siswa mampu memahami, memantapkan dan

mengembangkan pelajaran yang diperoleh di sekolah dan

penerapan di dunia usaha/dunia lapangan.

1.7.2 Siswa mampu mencari alternatif pemecahan masalah

kejuruan yang lebih luas dan mendalam yang dituangkan

dalam buku laporan.

1.7.3 Mengumpulkan data guna kepentingan sekolah dan siswa

yang bersangkutan.

1.7.4 Menambah perbendaharaan perpustakaan sekolah dan

menunjang peningkatan wawasan dan pengetahuan siswa

berikutnya.

1.8 Pembatasan Masalah

Penulis melakukan PKL selama tiga bulan di sekolah

dengan bimbingan langsung dari Politeknik Manufaktur Negeri

Bandung. Pada laporan ini masalah yang akan penulis bahas


9

mencakup kegiatan yang dilalukan selama melaksanakan praktek

kerja lapangan di sekolah khususnya dalam proses pembuatan, yang

meliputi:

1.8.1 Pelayanan tool crib

1.8.2 Mengasah pahat bubut rata

1.9 Sistematika Penulisan Laporan

Sebelum Penyusunan melanjutkan ke Bab selanjutnya,

terlebih dahulu penyusun ingin menjelaskan tentang Sistematika

Penulisan Laporan ini. Dimana Bab ini secara umum adalah sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

1.10 Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan

1.11 Pengertian Praktek Kerja Lapangan

1.12 Landasan Hukum Praktek Kerja Lapangan

1.13 Tujuan Praktek Kerja Lapangan

1.14 Manfaat Penyelenggaraan Praktek Kerja Lapangan

1.15 Latar Belakang Pembuatan Laporan

1.16 Tujuan Pembuatan Laporan

1.17 Pembatasan Masalah

1.18 Sistematika Penulisan Laporan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Tentang Perusahaan

2.1.1 Nilai Utama Logo POLMAN


10

2.1.2 Contact Information

2.2. Sejarah Singkat POLMAN

2.3. Visi dan Misi Politeknik Manufaktur Bandung

2.3.1 Visi POLMAN

2.3.2 Misi POLMAN

2.4 Struktur Organisasi POLMAN

BAB III LANDASAN TEORI

3.2. Tool Crib

3.1.4. Pengertian Tool Crib

3.1.5. Penempatan Alat di Tool Crib

3.1.6. Prosedur Peminjaman Alat di Tool Crib

3.3 Mesin Gerinda

3.2.3. Pengertian Mesin Gerinda

3.2.4. Jenis Mesin Gerinda

3.2.5. Fungsi

3.4 Pahat Bubut

3.4.1 Pengertian Pahat Bubut

3.4.2 Material Pahat Bubut

3.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Pahat Bubut

3.4.4 Proses Pembuatan Pahat Bubut

3.4.5 Jenis-jenis Pahat Bubut

3.4.6 Geometris Sudut Pahat Bubut

3.5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


11

3.5.1 Pengertian

3.5.2 Undang-undang Keselamatan Kerja

3.5.3 Tujuan

3.5.4 Perlengkapan

3.6 Alat Ukur

3.6.1 Pengertian Alat Ukur

3.6.2 Jenis-jenis Alat Ukur

BAB IV URAIAN KHUSUS

4.3. Pelayanan di Tool Crib

4.1.3. Alat Pelindung Diri

4.1.4. Langkah Kerja

4.4. Menggerinda Pahat Bubut Rata

4.2.4. Bahan dan Peralatan Kerja

4.2.5. Alat Pelindung Diri

4.2.6. Langkah Kerja

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.3. Kesimpulan

5.4. Saran

5.2.1 Saran Untuk Industri

5.2.2 Saran Untuk Siswa

5.2.3 Saran Untuk Sekolah


12
BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Tentang Perusahaan

POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG (POLMAN-

Bandung) adalah politeknik pertama di Indonesia yang dahulu

bernama Politeknik Mekanik Swiss (PMS-ITB).

Gambar 2.1 Gerbang Polman I (Tempo Doeloe)

Pendirian POLMAN Bandung merupakan hasil kerja sama

bilateral antara pemerintahan Republik Indonesia dan pemerintahan

konfederasi Swiss. Perjanjian kerja sama kedua Negara

ditandatangani pada tanggal 6 Desember 1973 oleh Menteri Luar

Negeri RI Bapak Adam Malik dan Duta Besar Konfederasi Swiss Mr.

Dr. Max Feller, yang mana salah satu hasil perjanjian tersebut adalah

pendirian politeknik mekanik PMS-ITB.

13
14

Secara garis besar pihak Swiss penyediakan bahan

pengajaran dan peralatan praktek, membangun bengkel dan

menyediakan tenaga ahli.

Sedangkan pihak Indonesia membangun gedung kuliah,

administrasi, fasilitas penunjang lainnya dan menyediakan biaya

operasional pendidikan.

Kemudian untuk pelaksananya, pemerintah konfederasi

Swiss menunjuk Swiss contact (yayasan bantuan teknis Swiss)

sebagai pelaksna proyek dari pihak Swiss dan pemerintah Indonesia

menunjuk Institut Teknologi Bandung ITB sebagai pelaksanaan dari

pihak Indonesia.

Pada tahun 1975 pembangunan kampus Politeknik Mekanik

Swiss-ITB (disingkat PMS-ITB) dimulai, bertempat di komplek

kanayakan, Dago Bandung. Perkuliahan pertama dimulai pada bulan

Januari 1976 dengan 3 program studi, yaitu Teknik Pembuatan

Perkakas Presisi, Teknik Pemeliharaan Mesin, dan Teknik Gambar

dan Perancangan. Penerimaan mahasiswa pada tingkat diploma 3

saat itu masih terbatas, yaitu 52 mahasiswa per angkatan. Tanggal 24

maret 1977, PMS-ITB secara formal diresmikan oleh Mentri

Pendidikan dan Kebudayaan-Kebudayaan RI, Bpk. Sjarif Thajeb.

Tanggal tersebut akhirnya di tetapkan sebagai tanggal Dies Natalis

PMS-ITB.
15

Dikenal sebagai pionir pendidikan Politeknik di Indonesia,

PMS-ITB berhasil merealisasikan tujuan pendidikan tinggi vokasi yang

memperoleh sambutan sangat baik dari kalangan lapangan. Lulusan

PMS-ITB benar-benar diterima oleh pasar kerja, sehingga dengan

keberhasilan ini pemerintah Indonesia mendirikan Politeknik-Politeknik

Negeri lainnya di seluruh wilayah Indonesia dan membentuk Pusat

Pengembangan Pendidikan Politeknik (Polytechnic Education

Development Center/PEDC) melalui bantuan Bank Dunia.

Gambar 2.2 Gerbang Polman II (Tempo Doeloe)

Berbeda dengan sistem pendidikan akademik yang bertujuan

untuk menyiapkan peserta didik agar mampu mengembangkan IPTEK

masyarakat luas, pendidikan tinggi berbentuk Politeknik adalah

Pendidikan Tinggi vokasi ( Vocational Oriented Higher Education )

yang memiliki tugas untuk menyiapkan peserta didik agar dapat

langsung memasuki pagar kerja sesuai dengan keahlian yang di

milikinya sesuai dengan arti kata vokational yang bermakna keahlian.


16

Selain mendapat ilmu pengetahuan dan keterampilan,

alumni POLMAN Bandung juga dibekali dengan sikap kerja yang

dibentuk selama mengikuti perkuliahan. Salah satu keunggulan yang

dimiliki POLMAN Bandung dalam menyiapkan lulusan yang siap untuk

bekerja adalah suasana belajar yang di padukan dengan suasana

lapangan, sehingga lulusannya memiliki kesiapan pengetahuan,

keterampilan, kehadiran dan sikap kerja.

Bahasa lapangan yang diciptakan adalah dengan

menerapkan metode pembelajaran yang dikenal sebagai Production

Based Education (PBE). Melalui metode PBE mahasiswa akan terlibat

langsung dalam kegiatan pengembangan dan pembuatan produk,

baik standar maupun customized, untuk keperluan lapangan yang

terintegrasi dalam kurikulum pendidikan.

Melalui pendekatan ini mahasiswa akan mendapatkan

keuntungan berupa pengalaman untuk melatih keterampilan yang

secara nyata diperlukan oleh lapangan. Di lain pihak dengan adanya

lapangan ini, POLMAN akan dapat mengevaluasi program

pendidikannya agar menghasilkan lulusan dengan kompetensi yang

sesuai dengan kebutuhan lapangan terkini.

Pada tahun 1991, POLMAN Bandung mulai mengembankan

pendekatan Cooperative 3-2-1 based education untuk lebih

menegaskan peran lapangan dalam membangun Sumber Daya


17

Manusia professional yang handal dan kompeten dibidangnya melalui

program magang lapangan Cooperative 3-2-1 based education berarti

POLMAN bermitra dengan lapangan untuk melaksanakan pendidikan

D-3 vokasi dengan 3 semester pendidikan dasar di POLMAN, 2

semester magang lapangan dan 1 semester pendidikan lanjut kembali

dilaksanakan di Kampus POLMAN. Dengan kegiatan magang

lapangan selama 1 tahun penuh mahasiswa akan mendapatkan

pengalaman kerja nyata dalam rangka membangun pengetahuan,

keterampilan dan sikap kerja. Di sisi lain kegiatan magang lapangan

selama 1 tahun tersebut dapat memberikan masukkan informasi bagi

POLMAN Bandung tentang tingkat teknologi yang di tetapkan

lapangan saat itu, disamping juga dapat membantu pihak indusri

dalam mengisi posisi kerja pada level teknis ahli. Lebih dari 100

lapangan selama 10 tahun terakhir ini telah berperan dalam kegiatan

magang lapangan ini dengan kecenderungan yang selau meningkat.

Merespon kebutuhan lapangan nasional akan tenaga ahli

dibidang pengecoran logam, pada tahun 1987 POLMAN Bandung

membuka program studi sekolah pengecoran logam. Dan pada tahun

berikutnya , 1988, diselenggarakan program studi Teknik Pengecoran

Logam.

Pada tahun 1995, POLMAN Bandung membuka program

studi Teknik Otomasi Manufaktur dan Mekatronika. Dan pada tahun

yang sama, kerjasama bilateral antara pemerintah RI dan pemerintah


18

konpederasi Swiss berakhir. Untuk selanjutnya program pendidikan

POLMAN Bandung di bantu melalui perbedaan dari program-program

pembangunan DIKTI seperti DUE Like, TPSDP, IMHERE-IGI. Sejak

tahun 2002, seluruh program studi yang di selenggarakan POLMAN

Bandung memperoleh nilai akreditasi “A” dari badan akreditasi

nasional pendidikan tinggi (BAN-PT) departemen pendidikan nasional.

1. Jasa Pendidikan tinggi (Higher Education Services)

2. Perancangan dan manufaktur produk cor logam, perkakas presisi,

mesin produksi dan sistem kendali.

(Design & Manufacturing Metal Casting Products, Precision

Tooling, Production Machine & System Control) Sertifikat ISO 9001-

2000 bagi POLMAN Bandung merupakan sertifikat ISO pertama yang

diberikan kepada perguruan tinggi negeri di Indonesia dan sekarang

menjadi Sertifikat ISO 9001-2008. Hal ini menegaskan bahwa usaha

keras POLMAN Bandung untuk terus berada di garis depan dalam

mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan nasional untuk

menghasilkan sumberdaya manusia yang kompeten, cerdas, disiplin

dan profesional. Pada tahun 2002 POLMAN Bandung terpilih sebagai

salah satu pusat dari 5 pusat dalam program Indonesia German

Institut (IGI) yang membina 4 Institusi yaitu P3TKINM, BLKI Serang,

STT tekstil, SMKN 6. Tujuan dari program ini adalah untuk


19

meningkatkan kompetensi dan produktivitas lapangan kecil

menengah.

Untuk meningkatjkan peran dalam aplikasi teknologi bagi

lapangan kecil, POLMAN Bandung menjalin kerjasama dengan

yayasan Indonesia baru di Ceper, Kelaten, dengan bertujuan untuk

memperkuat lapangan kecil menengah pengecoran logam di Ceper.

Pada tahun ajaran 2003/2004, tepatnya bulan September 2003,

didirikanlah Politeknik Manufaktur Ceper, Solo.

Kerjasama di bidang pendidikan semakin memperkuat posisi

POLMAN Bandung sebagai pionir pendidikan tinggi politeknik. Pada

tahun 1985 POLMAN Bandung dipercaya oleh PT. INCO-Sumitomo

Sorwako, Sulawesi Selatan, untuk mengembangkan INCO-Sumitomo

Training Centre yang saat ini telah menjadi Akademik Teknik

Sarwako. Begitu pula pada tahun 1995, PT. TIMAH, Pulau Bangka,

menunjuk POLMAN Bandung untuk mengembangkan Politeknik

Manufaktur Timah. Dan pada awal tahun 2009, POLMAN Bandung

kembali mendapat kepercayaan sebagai konsultan perencana pada

pendirian politeknik.
20

Gambar 2.3 Gerbang Polman III

2.1.1 Nilai Utama Logo Politeknik Manufaktur Negeri Bandung

Gambar 2.4 Lambang Polman

Terdiri dari dua buah segi enam yang berpasangan

secara selaras melambangkan bahwa system Pendidikan

berbasis produksi dinkembangkan di POLMAN Bandung

merupakan paduan harmonis unsur unsur Pendidikan,rekayasa

dan produksi.

1) Segi Enam Besar

Melambangkan bentuk kepala micrrometer memiliki

arti bahwa proses manufaktur menuntut ketelitian dan

kepresisian yang tinggi.


21

2) Segi Enam Kecil

Melambangkan kepala baut yang memiliki arti produk

dan jasa yang dihasilkan POLMAN – Bandung memiliki

kesesuaian yang tinggi terhadap persyaratan yang ditetapkan.

2.1.2 Contact Information

POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG

(POLMAN) Jl. Kanayakan 21 – DAGO – BANDUNG 40135

Tromol Pos 861 Bandung 40008 INDONESIA.

Telp : (022) 2500214 / 2502649

e-mail : secretariat@polman-bandung.ac.id

web : http://www.polman-bandung.ac.id

2.2 Sejarah Singkat POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG

Politeknik sebagai salah satu bentuk Pendidikan tinggi di

Indonesia diselenggarakan berdasarkan perjanjian kerjasama antara

Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Konfederasi

Swiss yang ditandatangani pada tanggal 6 Desember 1973 oleh

Menteri Luar Negeri R.I. Bpk. Adam Malik dan Duta Besar Swiss Mr.

Dr. Max Feller salah satu hasil dari perjanjian kerjasama ini adalah

pendirian Politeknik Manufaktur Negeri Bandung.


22

Tujuan dari pendirian Politeknik Mekanik Swiss adalah untuk

mendukung perkembangan teknologi lapangan di Indonesia melalui

Pendidikan Teknik Program Pendidikan politeknik yang dilaksanakan

pada saat itu menekankan pada peningkatan kemampuan dan

penerapan teknologi indutstri di bidang bidang pembuatan perkakas

persisi, pihak Swiss mengadakan bahan pengajaran dan peralatan

praktek, membangun bengkel dan membayar tenaga ahli. Sedangkan

pihak Indonesia membangun Gedung kuliah, administrasi,dan fasilitas

penunjang lain, serta menyediakan biaya operasional.

POLMAN Bandung adalah politeknik pertama di Indonesia

yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dr. Sjarif

Thajeb pada tanggal 24 Maret 1977 meskipun Angkatan mahasiswa

pertama masuk tahun 1976.

Pengembanga POLMAN Bandung selanjutnya dibantu

melalui pendanaan dari pinjaman APDB dan Bank Dunia serta proyek

proyek DIP (DUE LIKE), IGI, dan TPSDPP.

Sejak September 2002 POLMAN Bandung menambahkan

penerimaan jumlah mahasiswa sebanyak 24 orang di Jurusan

Manufaktur dan 24 orang di jurusan Teknik Otomasi Manufaktur dan

Mekatronika melalui kerja sama dengan P3TKIM di Bandung.

Pada tahun 2002 POLMAN Bandung terpilih sebagai salah

satu pusat dari 5 pusat program IGI yang membina 3 institusi yaitu

P3TKIM, STT Tekstil dan SMKN 6 BANDUNG, tujuan dari program ini
23

adalah untuk meningkatkan kompetensi dan industry kecil menengah.

Satu tahun melakukan persiapan, akhirnya POLMAN Bandung

berhasil meraih sertifikat ISO 9001-2000 dari KEMA untuk : POLMAN

Bandung mendapatkan nilai akreditasi A untuk semua program studi

dari BAN pada tahun 2002 untuk :

 Jasa Pendidikan Tinggi

 Perancangan & Manufaktur Produk Cor Logam, Perkakas

Presisi, Mesin Produksi & Sistem Kendali.

Selain itu juga POLMAN Bandung sudah menjalin kerja

sama dengan Yayasan Indonesia Baru di Ceper, Klaten dalam tujuan

untuk memperkuat industry kecil menengah pengecoran logam di

Ceper. Untuk tujuan tersebut maka pada tahun 2003/2004 tepatnya

bulan September 2003, didirikanlah Politeknik Manufaktur Ceper,

Solo.

Sebagian besar Mahasiswa lulusan Politeknik Manufaktur

Bandung bekerja pada perusahaan atau industry manufaktur dan

perminyakan. Lapangan tersebut ada yang merupakan perusahaan

domestic dan perusahaan dengan modal asing.

Jumlah permintaan lulusan POLMAN Bandung oleh industry

tiap tahun terus mengalami peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari

hasil pengamatan dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2003,


24

permintaan industry terhadap lulusan POLMAN Bandung rata rata

mencapai 150% dan prosentase tertinggi dicapai pada tahun 2002

sebesar 243% dengan mempertimbangkan industry terhadap lulusan.

Dapat disimpulkan bahwa lulusan POLMAN Bandung secara

umum dapat diterima dengan baik dikalangan industry sebagai

pengguna. Permintaan lulusan POLMAN Bandung oleh industry

bermacam macam, berikut beberapa proses pengambilan lulusan:

 Proses pengambilan lulusan oleh industry dengan

melaksanakan presentasi yang dilaksanakan POLMAN

Bandung yang diikuti oleh seluruh mahasiswa semester akhir

yang akan lulus D3 POLMAN Bandung, yang dilanjutkan

pengambilan calon pegawai.

 Permintaan lulusan dari industry melalui POLMAN Bandung

dengan memasang pengumuman lowongan kerja yang

dipassang di BAK (Bagian Administrasi Kemahasiswaan).

 Pendaftaran langsung oleh lulusaan pada industry diluar yang

terdaftar di POLMAN Bandung.

Dari kondisi diatas POLMAN Bandung sebagai Institusi

Pendidikan Teknik perlu untuk terus menjaga keterpakaian lulusan di

dunia industry dengan cara terus mengikuti perkembangan teknologu

dan membentuk lulusan lulusan D3 POLMAN Bandung yang

berkualitas.
25

2.2.1 Tahapan Pencapaian POLMAN Bandung

2.2.1.1 Desember 1973

Penandatanganan perjanjian kerjasama anatara

Pemerintah Konfederensi Swiss dengan Pemerintah

Republik Indonesia tentang pendirian Politeknik

Mekanik Swiss – ITB, yang kemudian diangkat PMS

– ITB.

2.2.1.2 1975

Pembangunan kampus PMS – ITB, bertempat di

Komplek Kanayakan Dago (Jl.Ir.H.Juanda),

Bandung.

2.2.1.3 Januari 1976

Mulai Pendidikan Program Diploma dengan 3

Program Studi, yaitu Teknik Pembuatan Perkakas

Presisi, Teknik Pemeliharaan Mesin, dan Teknik

Gambar dan Perancangan.

2.2.1.4 24 Maret 1977

Pemesinan Politeknik Mekanik Swiss – ITB oleh

Menteri Pendidikan & Kebudayaan RI saat itu adalah

Bapak sjarif Thajeb. Tanggal ini di tetapkan sebagai

tanggal Dies Natalis PMS – ITB.

2.2.1.5 Desember 1978


26

Lulusan angakatan pertama PMS – ITB.

2.2.1.6 September 1980

Mengembangkan Program Studi Teknik Gambar dan

Perancangan berkapasitas penuh satu kelas.

2.2.1.7 Agustus 1982

Unit Pelayanan Lapangan sebagai bagian tersendiri

untuk menerima dan mengerjakan jasa produksi bagi

Kebutuhan industry.

2.2.1.8 1985

Menerapkan Sistem Pembelajaran Berbasis

Produksi (Production Based Learning – PBL).

2.2.1.9 1987

Membuka Program Studi Teknik Pola Pengecoran

Logam.

2.2.1.10 1991

Menerapkan Sistem Pembelajaran 3-2-1 Kooperatif

disamping PBL.

2.2.1.11 Juni 1991

Politeknik Mekanik Swiss – ITB berubah nama

menjadi Politeknik Manufaktur Bandung – ITB

disingkat POLMAN – ITB.

2.2.1.12 1994
27

Berakhir MOU Proyek Politeknik antara Pemerintah

Konfederasi Swiss dengan Pemerintah Republik

Indonesia.

2.2.1.13 1995

Membuka program studi baru, Teknik Otomasi

Manufaktur & Mekatronika.

2.2.1.14 Oktober 1996

Restruksisasi Organisasi POLMAN – ITB.

2.2.1.15 1998

Kemandirian POLMAN – ITB, menjadi Lembaga

Pendidikan Politeknik yang mandiri dengan nama

POLMAN Bandung.

2.2.1.16 2002

Semua program studi yang terdiri dari Teknik

Manufaktur, Teknik Perancangan Manufaktur, Teknik

Pengecoran Logam, dan Teknik Otomasi Manufaktur

& Mekatronika masing masing meraih akreditasi “A”

dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.

Bergabung dalam aliansi Indonesian – German

Institute (GI).

2.2.1.17 2003
28

Menetapakan Sistem Manajemen Mutu ISO

9001:2000 pada 2 bidang :

 Higher Education Services dengan Nomor Sertifikat

2032807 berlaku dari 11 April 2003 – 11 April 2006.

 Design & Manufacturing of Metal Casting Product,

Precision Tooling, Production Machines & system

Control dengan nomor sertifikat 2032845 berlaku

dari 11 April 2003 – 11 April 2006.

2.2.1.18 2004

Mendirikan Unit Inkubator Bisnis.

2.2.1.19 2006

Kerjasama dengan Norma BV Hengelo, Belanda

untuk pengembangan dan peningkatan permesinan

presisi tinggi (precision machining).

2.3 Visi dan Misi POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG

2.3.1 Visi

Menjadi institusi terdepan dalam Pendidikan,

pengembangan dan penerapan teknologi manufaktur yang

diakui dunia.

2.3.2 Misi

Menyiapkan sumber daya menusia yang menguasai

Teknologi Manufaktur, inovatif, tanggap terhadap tantangan


29

local, serta mampu bersaing dalam pasar global, dengan

membangun dan mengembangkan Pendidikan, pelatihan,

rancangan bangun dan produksi.

2.4 Struktur Organisasi POLMAN BANDUNG

Gambar 2.5 Struktur Organisasi POLMAN


30
BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 TOOL CRIB

3.1.1 Pengertian Tool Crib

Tool crib adalah bagian yang melakukan

pengelolaan terhadap peralatan untuk penunjang kegiatan

akademis bagi mahasiswa maupun non mahasiswa di

Jurusan Teknik Manufaktur.

Proses produksi yang melibatkan mesin

perkakas maupun mesin produksi lainnya dalam

menghasilkan produk juga melibatkan peralatan di

dalamnya. Secara umum bagian tool crib bertugas

melayani peminjaman, pengembalian dan penyimpanan

peralatan, serta fungi-fungsi lain yang terkait dengan

pengelolaan peralatan.

Bagian ini bertugas melayani peminjaman,

pengembalian dan penyimpanan peralatan, serta fungi-

fungsi lain yang berkaitan dengan pengelolaan peralatan.

Proses peminjaman dilakukan dengan menggunakan alat

tukar berupa koin.

Terdapat lebih dari 1000 jenis peralatan dengan

jumlah yang bervariasi. Peralatan penunjang yang dapat

31
32

berfungsi dengan baik sangat dibutuhkan dalam kegiatan

praktek maupun produksi. Agar peralatan selalu dalam

kondisi yang baik dan siap untuk digunakan, maka

dibutuhkan suatu sistem pengelolaan peralatan yang baik.

3.1.2 Penempatan Alat Di Tool Crib

Dalam penempatan alat dikelompokan menurut

fungsi alat, jenis alat, dan dimensi alat. Pengelompokan

menurut fungsinya dapat dibedakan dari alat ukur, alat

potong, alat tangan, dan alat alat khusus lainnya.

Alat-alat tersebut ditempatkan dalam satu lemari

dan dikelompokan dalam satu laci untuk tiap jenisnya,

apabila ada jumlah alat yang lebih sedikit dari ketentuan

seharusnya maka dapat dicampur dengan alat yang lain.

Didalam setiap laci memiliki sekat untuk membedakan

ukuran alat dan jenis alat lainnya.

3.1.3 Prosedur Peminjaman Alat Di Tool Crib

Gambar 3.1 Prosedur Peminjaman Tool Crib


33

Setiap kegiatan yang dilakukan di tool crib

harus sesuai dengan prosedur yang ada. Kegiatan

peminjaman ini melibatkan petugas jaga tool crib dan

peminjam.

Peminjaman peralatan dilakukan dengan

melakukan penukaran koin dengan alat yang akan

dipinjam. Koin yang digunakan mempunyai tanda khusus

pada salah satu permukaan berupa huruf dan/atau angka

yang memberikan informasi tentang pemiliknya.

Gambar 3.2 Contoh koin

3.2 MESIN GERINDA

3.2.1 Pengertian Gerinda

Mesin gerinda adalah mesin yang digunakan

untuk pemotongan logam dalam volume kecil. Atau lebih

tepatnya proses pengikisan benda kerja. Proses ini biasa


34

disebut dengan proses grinding. Mesin ini menggunakan

roda abrasif sebagai pemotongnya.

Penggerindaan dilakukan untuk mendapatkan

ukuran yang sangat presisi dan menghasilkan permukaan

yang lebih baik. Biasanya permukaan yang sudah

digerinda akan terlihat halus dan mengkilap.

Tingkat kepresisian proses gerinda bisa

mencapai 0,000025 mm. Dengan demikian mesin gerinda

dapat mengurangi permukaan yang sangat sedikit.

3.2.2 Jenis Mesin Gerinda

Secara umum jenis dan macam-mcam mesin

gerinda menurut tingkat presisinya, diklasifikasikan

mnejadi dua yaitu, mesin gerinda presisi dan mesin

gerinda kasar.

3.2.2.1 Mesin gerinda kasar

Mesin gerinda ini biasanya digunakan

untuk menghaluskan atau merapikan

permukaan yang kasar dan tidak memiliki

tingkat presisi. Contohnya digunakan untuk

merapikan hasil pengelasan dan hasil

pengecoran logam. Yang termasuk jenis

gerinda kasar antara lain :


35

3.2.2.1.1 Mesin Gerinda Tangan

Gambar 3.3 Gerinda Tangan

Mesin gerinda tangan yaitu

mesin gerinda yang memiliki cara

kerja paling sederhana untuk

digunakan. Cara penggunaannya

dengan dipegang tangan dan

mendekatkan mesin gerinda tersebut

ke arah benda kerja.

Umumnya mesin gerinda

jenis ini digunakan untuk

menggerinda atau memotong logam.


36

Selain itu ketika mata atau

batu gerindanya diganti, mesin ini

dapat digunakan untuk menggerinda

batu, keramik, kayu, dan bahan non

logam lainnya.

3.2.2.1.2 Mesin Gerinda Duduk

Gambar 3.4 Gerinda Duduk

Mesin gerinda duduk yaitu

mesin gerinda yang bekerja memutar

roda abrasif. Berbeda dengan mesin

gerinda tangan, cara penggunaan

mesin ini dengan mendekatkan

benda kerja ke roda abrasif yang

duduk berputar tersebut.Sehingga

permukaan benda kerja yang

menyentuh dan bergesekan denagn


37

roda abrasif yang kemudian akan

terpotong atau terkikis. Mesin ini

biasanya digunakan untuk

mengasah alat potong seperti mata

bor dan pahat bubut.

Namun sebagian para

pengerajin ada juga yang

menggunakannya untuk mengasah

atau membentuk batu akik.

Umumnya mesin gerinda duduk ini

diletakan pada meja ataupun lantai

dan diikat dengan sambungan mur

dan baut.

3.2.2.1.3 Mesin Gerinda Berdiri

Gambar 3.5 Gerinda Berdiri


38

Mesin ini adalah mesin

gerinda duduk yang dilengkapi tiang

penyangga, sehingga konstruksinya

lebih kokoh dibanding diletakkan

pada meja. Mesin gerinda berdiri ini

memiliki cara kerja yang sama

dengan mesin gerinda duduk.Mesin

gerinda ini juga umum disebut

dengan mesin gerinda lantai, karena

diletakkan langsung pada lantai.

3.2.2.2 Mesin gerinda presisi

Mesin gerinda presisi digunakan

pada proses finishing untuk mendapatkan

dimensi yang sangat halus dan presisi. Berikut

beberapa jenis mesin gerinda yang termasuk

presisi antara lain:

3.2.2.2.1 Mesin Gerinda Silindris


39

Gambar 3.6 Mesin Gerinda Silindris

Mesin gerinda ini

digunakan untuk membentuk bagian

luar benda kerja. Selain itu juga

dapat digunakan untuk bentuk yang

bervariasi namun harus memiliki titik

pusat aksis putaran. Jenis mesin

gerinda ini dibagi menjadi empat

macam yaitu:

 Mesin Gerinda Silindris Luar.

 Mesin Gerinda Silindris Dalam.

 Mesin Gerinda Silindris

Universal.

 Mesin Gerinda Silindris Luar

Tanpa Senter.

3.2.2.2.2 Mesin Gerinda Internal


40

Gambar 3.7 Mesin Gerinda Internal

Mesin gerinda internal

berfungsi untuk menggerinda benda-

benda dengan diameter dalam yg

berbentuk silindris dan tirus.

Selain untuk menggerinda

bagian dalam juga dapat digunakan

menggerinda bagian luar untuk

membentuk radius. Mesin gerinda ini

merupakan solusi di dunia lapangan

saat ini untuk meningkatkan

produktivitas.

3.2.2.2.3 Mesin Gerinda Datar

Gambar 3.8 Gerinda Datar


41

Mesin gerinda datar adalah

salah satu jenis mesin gerinda yang

paling banyak digunakan  untuk

menggerinda benda kerja untuk

mendapatkan kehalusan dan

keerataan permukaan serta ukuran

benda kerja yang diinginkan.

Mesin gerinda jenis ini

digunakan untuk menggerinda

permukaan benda yang datar. Mesin

ini mengacu berdasarkan bentuk

datar dan permukaan yang tidak rata

pada sebuah benda kerja. Benda

kerja yang hendak digerinda

diletakkan di bawah batu gerinda.

Umumnya meja yang ada

pada jenis mesin gerinda ini

bergerak horizontal dan bolak-balik.

Cara kerjanya dengan mencekam

benda kerja pada meja magnetik,

kemudian meja digerakkan maju

mundur di bawah batu gerinda.


42

3.2.2 Fungsi

Fungsi utama alat yang satu ini digunakan untuk

memotong dan menggerus benda. Tapi gerinda juga

mempunyai berbagai fungsi lainnya, yaitu:

3.2.2.1 Memotong berbagai benda yang mempunyai

ukuran tidak terlalu terbal. Memotong segala jenis

material bisa dilakukan dengan cara

menyesuaikan mata yang ada pada gerinda.

3.2.2.2 Menghaluskan atau menghilangkan sisi tajam

yang ada pada berbagai benda kerja.

3.2.2.3 Mengasah berbagai jenis alat potong sehingga

alat potong tersebut bisa tetap tajam.

3.2.2.4 Menghaluskan dan meratakan permukaan yang

dimiliki oleh berbagai benda kerja.

3.2.2.5 Membentuk profil pada suatu benda kerja,

misalnya membentuk lengkungan.

3.2.2.6 Menyelesaikan proses atau finishing terhadap

berbagai benda kerja.

Karena sifatnya yang multifungsi, gerinda

banyak digunakan di berbagai lapangan dan sangat cocok

untuk berbagai keperluan. Sering kali mesin gerinda


43

digunakan untuk mengasah pahat bubut, jenis mesin

gerinda yang digunakan adalah jenis mesin bubut berdiri.

3.3 PAHAT BUBUT

3.3.1 Pengertian Pahat Bubut

Pahat bubut adalah salah satu alat potong yang

sangat penting dan diperlukan dalam melakukan

pembubutan, dengan pahat bubut yang beraneka ragam,

berbagai bentuk benda kerja dapat dibuat sesuai dengan

kebutuhan pembubutan.

Berbagai pengerjaan yang bisa dilakukan yaitu

pembubutan permukaan atau facing, memperbesar

diameter lubang, pahat ulir, pengerjaan rata, alur, tirus

dan champer.

3.3.2 Material Pahat Bubut

Berdasarkan material yang digunakan, pahat

bubut dikategorikan beberapa jenis yaitu pahat bubut dari

karbon, HSS / Baja kecepatan tinggi, Paduan cor nonferri,

Keramik, Karbida, CBN / cubic boron nitrides, dan Intan

yaitu Sintered dan Natural diamond.


44

3.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pahat Bubut

Faktor yang mempengaruhi kemampuan

potongan pahat bubutdiantaranya

 Jenis bahan/ material yang digunakan

 Geometris pahat bubut

 Sudut potong pahat bubut

 Teknik penggunaan sesuai petunjuk

Kemampuan pemotongan pahat bubut akan

memberika performa yang baik apabila kesemua faktor

diatas telah terpenuhi sesuai dengan standar yang telah

ditentukan.

3.3.4 Proses Pembuatan Pahat Bubut

Proses pembuatan pahat bubut terdiri dari 4

tahan, yaitu proses pencampuran atau mixing, proses

pembentukan atau forming, proses panufaktur, dan yang

terakhir proses finishing. Semua tahapan proses tersebut

harus mengikuti prosesdur yang ada agar menghasilkan

kualitas produk pahat bubut yang standar.

3.3.4.1 Pencampuran / Mixing.

Proses Pencampuran yang dilakukan

adalah pencamputan antara serbuk logam

dengan zat aditif.


45

3.3.4.2 Pembentukan / Forming

Proses pembentukan, yaitu proses

penerapan gaya kompaksi baik pada suhu

ruang atau disebut kompaksi dingin maupun

pada suhu tinggi atau kompaksi panas.

Proses pemadatan dingin akan dilanjutkan

dengan proses sintering, yaitu proses

pemanasan yang dilakukan dalam ruang

hampa sehingga partikel-partikel tersebut

menyatu dengan kuat.

3.3.4.3 Fabrikasi / Manufacturing

Proses manufaktur merupakan proses

pemesinan agar terbentuk produk alat potong

sesuai standar yang diinginkan.

3.3.4.4 Proses Finishing

Proses finishing adalah proses

mengahluskan area / bagian tertentu agar

terlihat lebih menarik jika dilihat dari segi

tampilan, tanpa mempengaruhi spesifikasi.

3.3.5 Jenis Jenis Pahat Bubut

Pahat bubut memiliki berbgai macam jenis

tergantung dari klasifikasinya. Berikut jenis jenis pahat

bubut yang dilihat dari segi masing-masing.


46

3.3.5.1 Berdasarkan Letak Penyayatan

Gambar 3.9 Pahat Bubut Berdasarkan Penyayatan

3.3.5.1.1 Pahat Bubut Dalam

Yaitu proses pembubutan

benda kerja pada bidang bagian

dalam. Pembubutan jenis ini banyak

digunakan untuk keperluan

memperbesar diameter lubang pada

benda kerja. Tingkat kesulitan dalam

roses pembubutan pahat dalam

membutuhkan ketelitian dan kehati

hatian karena proses penyayatan

tidak dapat dilihat dan diamati

dengan jelas oleh operator.

3.3.5.1.2 Pahat Bubut Luar


47

Yaitu proses pembubutan

benda kerja pada bidang luar. Pahat

bubut luar memiliki tingkat kesulitan

yang lebih ringan dibandingkan

pahat bubut dalam.

3.3.5.2 Berdasarkan Keperluan Pekerjaan

3.3.5.2.1 Pahat Kasar / Roughing

Selama diperlukan untuk

proses pemesinan yang kasar, pahat

harus memotong benda kerja dalam

waktu sesingkat mungkin. Kemudian

gunakan pahat kasar / roughing

yangmana konstruksinya dibuat kuat.

3.3.5.2.2 Pahat Halus / Finishing

Jika Anda ingin permukaan

yang halus, pahat finishing harus

digunakan. Terdapat dua macam

pahat finishing yang bisa digunakan,

yaitu pahat finishing titik dan pahat

finishing datar.

Pahat finishing datar

mempunyai sisi potong rata,


48

sedangkan pahat finishing titik

mempunyai sisi potong bulat.

3.3.5.3 Menurut Letak Sisi Potongnya

Gambar 3.10 Perbedaan Pahat Kanan dan Kiri

3.3.5.3.1 Pahat Kiri

Pahat kiri adalah pahat yang

ujungnya menghadap ke kiri,

sedangkan ujung potong menghadap

kita. Proses pembubutan pahat kiri

difungsikan untu mengerjakan benda

kerja dari arah kiri ke kanan.

3.3.5.3.2 Pahat Kanan

Pahat kanan adalah pahat

yang memiliki ujung potong

menghadap ke kanan saat ujung

potong menghadap kita.

Kegunaannya untuk mengerjakan


49

benda kerja dari kanan ke kiri, atau

kearah head tetap / chuck.

3.3.5.4 Berdasarkan Fungsinya

3.3.5.4.1 Pahat Rata

Jenis bubut ini digunakan

untuk membalik permukaan datar

pada bidang longitudinal. Proses

pengerjaannya yaitu dengan

memindahkan posisi pahat dari ujung

luar benda kerja menuju ke arah chuck

atau lawannya tergantung apakah itu

pahat kanan atau kiri.

Gambar 3.11 Pahat Rata Kanan dan Kiri

3.3.5.4.2 Pahat Sisi / Muka


50

Mesin bubut jenis ini

digunakan untuk membalik

permukaan benda kerja. Sistem

kerjanya adalah memindahkan dari

tengah benda kerja ke arah luar atau

sebaliknya tergantung dari arah

putarannya.

Gambar 3.12 Pahat Sisi/Muka

3.3.5.4.3 Pahat Potong

Pahat jenis ini dikhususkan

dalam memotong benda kerja dengan

panjang tertentu.
51

Gambar 3.13 Pahat Potong

3.3.5.4.4 Pahat Alur

Jenis pahat alur biasanya

dipakai dalam membentuk profil alur

pada permukaan benda kerja.

Bentuknya tergantung alur pahat yang

digunakan.

Gambar 3.14 Pahat Alur

3.3.5.4.5 Pahat Champer

Pahat jenis ini digunakan

untuk menchamper ujung permukaan

benda kerja. Sudut sampanye

umumnya 45º
52

Gambar 3.15 Pahat Chamfer

3.3.5.4.6 Pahat Ulir

Gambar 3.16 Pahat Ulir

Jenis Pahat Ulir ini biasanya

digunakan dalam pembuatan ulir pada

permukaan benda kerja baik untuk

pekerjaan ulir dalam ataupun ulir luar.

3.3.6 Geometris Sudut Pahat Bubut

Jenis jenis sudut geometris yang terdapat pada

pahat bubut diantaranya adalah:

3.3.6.1 Side cutting edge angle / sudut potong

samping

3.3.6.2 Front cutting edge angle / sudut potong depan

3.3.6.3 Rake angle / sudut tatal


53

3.3.6.4 Side clearance angle / sudut bebas sisi

3.3.6.5 Front clearance angle / sudut bebes depan

Ukuran sudut potong dan sudut-sudut kebebasan

pahat tergantung dari faktor jenis material yang akan

dilakukan proses pembubutan, karena hal itu akan sangat

berpengaruh sekali terhadap hasil pemebubutan dan

kemampuan pahat.

Dibawah ini dijelaskan tentang berapa besarnya

sudut potong dan sudut kebebasan untuk mesin bubut tipe

HSS.

3.3.6.6 Sudut Pahat Bubut Rata

Untuk proses pembubutan rata pada

benda kerja yang terbuat dari baja ringan (mild

steel), mesin bubut pipih memiliki sudut potong dan

kebebasan sebagai berikut:

 Geometris Sudut / Derajat

 Sudut potong samping 80º

 Sudut potong depan 12º ÷ 15º

 Sudut tatal 12º ÷ 20º

 Sudut bebas samping 10º ÷ 13º

 Sudut bebes depan 8º ÷ 10º

3.3.6.7 Sudut Pahat Bubut Muka / Facing


54

Untuk proses pembubutan muka/ facing

pada benda kerja dari bahan/ material baja yang

lunak (mild steel), pahat bubut muka memilki sudut

potong dan sudut-sudut kebebasan sebagai berikut:

 Geometris Sudut / Derajat

 Sudut potong samping 55º

 Sudut potong depan 12º ÷ 15º

 Sudut tatal 12º ÷ 20º

 Sudut bebas samping 10º ÷ 13º

 Sudut bebes depan 8º ÷ 10º

3.3.6.8 Sudut Pahat Bubut Ulir Segitiga

Pada umumnya mesin bubut dalam

pembuatan pahat bubut segitiga adalah pahat

bubut jenis ulir metris (M) dan jenis withwort (W).

Besaran sudut pada masing-masing pahat bubut

tersebut yaitu

 Geometris Sudut / Derajat

 Sudut puncak ulir metris 60º

 Sudut puncak ulir withwort 55º

3.3.6.9 Pahat Bubut Ulir Segi Empat

Sama seperti pada pahat bubut ulir

segitiga, untuk ukuran sudut kebebasan ulir segi


55

empat itu sendiri semua disesuaikan lagi dengan

kisar atau gang yang ingin dibuat.

3.4 KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3)

3.4.1 PENGERTIAN

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah

suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan

kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja

khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya

dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.

Pengertian K3 Menurut Keilmuan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) adalah semua Ilmu dan

Penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan

kerja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran, peledakan

dan pencemaran lingkungan.

Pengertian K3 Menurut OHSAS 18001:2007

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua

kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada

keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun

orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di

tempat kerja.

Ketiga versi pengertian K3 di atas adalah

pengertian K3 yang umum/paling sering digunakan di


56

antara versi-versi pengertian/definisi K3 (Keselamatan dan

Kesehatan Kerja) lainnya.

Sebagaimana diketahui, tahun 2017 merupakan

tahun ke-3 bagi bangsa Indonesia yang secara terus

menerus berusaha mewujudkan kemandirian masyarakat

Indonesia berbudaya K3 tahun 2020.

3.4.2 UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA

Menurut Menteri Ketenagakerjaan (Menaker)

Muhammad Hanif Dhakiri, Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1970 Tentang Keselamatan Kerja mengatur dengan jelas

pelaksanaan K3 di semua tempat kerja dimana terdapat

tenaga kerja, hubungan kerja atau kegiatan usaha dan

sumber bahaya baik di darat, didalam tanah, di permukaan

air, di dalam air maupun di udara yang berada di dalam

wilayah Indonesia.

Perlindungan K3 yang efektif dan efisien dapat

mendorong produktivitas jika di laksanakan dan di terapkan

melalui sistem manajemen K3 sebagaimana amanat pasal

83 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan.
57

3.4.3 TUJUAN

Disamping itu, tujuan K3 tidak hanya untuk

memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja dan orang

lain yang berada di tempat kerja agar terjamin

keselamatannya, tetapi juga untuk mengendalikan resiko

terhadap peralatan, aset, dan sumber produksi sehingga

dapat digunakan secara aman dan efisien agar terhindar

dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Perlindungan K3 yang efektif dan efisien dapat

mendorong produktivitas jika di laksanakan dan di terapkan

melalui sistem manajemen K3 sebagaimana amanat pasal

83 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan.

3.4.4 PERLENGKAPAN

Keamanan kerja adalah unsur unsur penunjang

yang mendukung terciptanya suasana kerja yang aman,

baik berupa materil maupun nonmaterial. Unsur unsur

penunjang keamanan yang bersifat material diantaranya

sebagai berikut :

3.4.4.1 Baju kerja (wearpack)


58

Gambar 3.17 Baju Wearpack

Wearpack harus selalu di gunakan dalam pelaksanaan

kerja lapangan, selain karna untuk keseragaman pegawai

tetapi juga untuk melindungi anggota badan.

3.4.4.2 Safety Helmet

Gambar 3.18 Safety Helmet

Digunakan untuk melindungi kepala dari kejatuhan material,

benda kerja.

3.4.4.3 Kacamata safety


59

Gambar 3.19 Kacamata Safety

Digunakan untuk melindungi mata dari percikan bram atau

tatal dari benda kerja pada proses pembubutan dan

pekerjaan lainnya yang wajib menggunakan.

3.4.4.4 Sepatu safety

Gambar 3.20 Sepatu Safety


60

Sepatu safety selalu digunakan di bengkel bengkel

pengolahan logam, yang bertujuan untuk melindungi kaki

dari timpaan atau jatuhnya logam ke kaki.

3.4.4.5 Sarung tangan safety

Gambar 3.21 Sarung Tangan Safety

Sarung tangan selalu digunakan untuk melindungi tangan

agar terhindar dari kecelakaan karena benda tergelincir dan

jatuh dari tangan, atau pun bram masuk ke tangan

(kasura).

3.5 ALAT UKUR

3.5.1 Pengertian Alat Ukur

Alat ukur (measuring tool) adalah sebuah alat yang tujuan

penggunaanya untuk membantu dalam mengetahui nilai

suatu besaran. Baik itu besaran nilai maupun kondisi dari

sebuah komponen yang diukur.


61

Alat ukur sendiri juga telah banyak digunakan untuk

menentukan nilai presisi yang ada pada sebuah benda

ataupun komponen yang diukur, dengan tujuan

mendapatkan nilai kuantitas dari sebuah benda. Dimana

jika kita menggunakan data pengukuran pada sebuah

penelitian atau pekerjaan, maka data yang kita dapat

adalah merupakan data pasti.

3.5.2 Jenis-Jenis Alat Ukur

3.5.2.1 Mistar

Umumnya kita mengenal alat ukur ini

dengan sebutan penggaris. Kalian dapat

menggunakannya juga sebagai alat bantu gambar

yang dapat menghasilkan garis lurus dan konsisten.

Penggaris atau mistar juga memiliki

berbagai macam jenis, semisal mistar segitiga dan

mistar lurus. Dan begitu pula dengan bahan dari

mistar yang umum kita temui, karena bisa berupa

bahan logam, kayu, plastik, dan lain sebagainya.

3.5.2.2 Meteran

Lalu ada pula meteran yang memiliki

ukuran yang biasanya lebih dikenal dengan

panjang yang lebih dari satu meter. Ketelitian yang

ada di dalam meteran bahkan sampai 0,5 mm, dan


62

umumnya digunakan sebagai alat bantu ukur dalam

membangun bangunan. Alat ini mirip seperti mistar

namun biasanya tidak dapat digunakan untuk

menggambar dan memiliki ukuran yang lebih

panjang.

Ukurannya yang panjang akan lebih

ringkas karena dapat digulung. Satuan yang

digunakan umumnya adalah mm dan cm, feet atau

inch. Panjang dari meteran juga sangat beragam,

biasanya kelipatan dari sat meter bahkan mencapai

100 meter.

3.5.2.3 Jangka Sorong

Jangka sorong sendiri bagiannya terdiri

dari dua macam yaitu bagian geser (serong) dan

rahang tetap. Pada bagian rahang terdapat skala

panjang yang menjadi skala utama, sedangkan

pada rahang gesernya sebagai skala pendek yang

merupakan skala nonius atau Vernier. Skala utama

yang terdapat pada alat ukur ini adalah cm dan

mm, dan skala noniusnya adalah 9 mm yang

kemudian dibagi menjadi 10 skala.

Untuk penggunaannya, umumnya jangka

serong akan membutuhkan keahlian dan juga


63

ketelitian tinggi dari penggunanya, demi

mendapatkan hasil pengukuran yang tepat.

3.5.2.4 Mikrometer Sekrup (Ulir)

Merupakan alat ukur dengan tingkat

akurasi tinggi dan memiliki presisi tinggi. Dimana

alat ini akan dapat menunjukkan serta melihat serta

mengukur benda yang memiliki satuan ukur dengan

ketelitian mencapai 0,01 mm.

Untuk penggunaanya, micrometer biasa

digunakan pada bidang keahlian teknik mesin dan

elektro dikarenakan akurasinya yang begitu baik

ketika mengukur diameter maupun ketebalan,

bahkan pada benda yang berukuran sagat kecil.

Benda kecil yang dapat diukur oleh mikrometer

sekrup diantaranya adalah rambut, kertas, seng,

serat kabel, kawat dan juga lain sebagainya.


BAB IV

URAIAN KHUSUS

Bab IV disusun berdasarkan hasil melaksanakan praktek kerja

lapangan di POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG khusunya di Divisi

Tool Crib adapun hal-hal yang akan dibahas dalam bab ini adalah semua

proses pekerjaan yang dilakukan selama praktek kerja lapangan yaitu di

bidang Tool Crib. Adapun pengerjaan di beri arahan dan petunjuk kerja

oleh pembimbing lapangan. Proses pengerjaan meliputi hal-hal berikut ini,

yaitu

4.1 Pelayanan di Tool Crib

Tempat Kerja : Politeknik Negeri Bandung

Tanggal Kerja : 01 Maret 2022 – 25 Maret 2022

Nama Pekerjaan : Melayani peminjaman peralatan tool crib

Waktu Bekerja : 08.00 WIB s/d 15.00 WIB

4.1.1 Alat Pelindung Diri

4.1.1.1 Sepatu Safety

4.1.2 Langkah Kerja

4.1.2.1 Memberi peralatan yang akan dipinjam dan

ditukarkan dengan koin.

4.1.2.2 Menyimpan koin ke tempat alat yang tadi dipinjam.

64
65

4.1.2.3 Jika ada yang ingin mengembalikan peralatan yang

sudah dipinjam, cek kembali peralatan tersebut lalu

kembalikan koin peminjam.

4.1.2.4 Cara mengetahui koin peminjam tersebut dengan

menanyakan berapa angka dan kelas yang ada

dikoinnya.

Gambar 4.1 Contoh koin

4.2 Menggerinda Pahat Bubut Rata

Tempat kerja : Politeknik Negeri Bandung

Tanggal Kerja : 22 Maret 2022 – 23 Maret 2022

Nama pekerjaan : Menggerinda pahat bubut rata

Waktu Bekerja : 08.00 WIB s/d 15.00 WIB


66

4.2.2 Bahan dan Perlatan Kerja

4.2.2.1 Busur derajat

4.2.2.2 Batu gerinda

4.2.2.3 Pahat bubut rata kanan yang sudah tumpul

4.2.2.4 Alat pengasah batu gerinda

4.2.3 Alat Pelindung Diri

4.2.3.1 Kacamata safety

4.2.3.2 Sepatu safety

4.2.4 Langkah Kerja

4.2.4.1 Lukis sudut-sudut pahat pada benda kerja.

4.2.4.2 Asah bagian bidang pembuang A dengan sudut

buang=14 derajat pada batu gerinda sebelah kiri

sepanjang kurang lebih 1 ½ x lebar bahan pahat.

4.2.4.3 Asah dan ratakan bidang tersebut pada bidang

datar batu gerinda sebelah kanan dengan mengatur

sudut meja

4.2.4.4 Ukur kerataan dan sudutnya.

4.2.4.5 Asah bidang bebas dengan sudut 8 derajat pada

batu gerinda sebelah kiri.

4.2.4.6 Selesaikan bidang diatas pada bidang datar batu

gerinda sebelah kanan dengan mengatur sudut

meja.

4.2.4.7 Perhatikan sisi potong tetap segaris.


67

4.2.4.8 Asah kurang lebih 2/3 dari bidang ujung dengan

kemiringan 45 derajat kesamping sisi bidang

pembuang dengan menyetel meja landasan pada

kemiringan b.

4.2.4.9 Asah bagian bidang bebas ujung A dengan sudut

bebas 6 derajat, sesuai dengan kemiringan meja.

4.2.4.10 Bentuk sisi potong ujung S dengan sudut sisi

potong ujung sebesar 10 derajat.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat di ambil oleh penulis selama

Praktek Kerja Lapangan di bawah bimbingan Politeknik Manufaktur

Bandung diantaranya :

5.1.1 PKL sangat penting bagi siswa SMK karena perserta didik

dapat terjun langsung kelapangan, dan harus bertanggung

jawab dengan yang telah dilaksanakannya di tempat PKL

tersebut.

5.1.2 Dalam dunia kerja kita harus mampu menanggulangi setiap

permasalahan baik secara langsung, maupun secara tidak

langsung kepada perusahaan sebagai bukti keprofesionalan

profesi.

5.1.3 Penyerapan disiplin ilmu, waktu dan tugas yang didapatkan

selama PKL.

5.1.4 Gambar merupakan Bahasa teknik sehingga seorang ahli

teknik harus memiliki kemampuan untuk membaca gambar

agar tidak terjadi kesalahan dalam proses pengerjaan.

5.1.5 Kecepatan, ketangkasan serta kelihaian tangan dalam

pengoperasian mesin sangat berperan penting.

68
69

5.1.6 Keahlian untuk tetap fokus bekerja walaupun dalam kondisi

yang tidak kondusif menjadi hal yang sangat penting untuk

dimiliki.

5.1.7 Selama 3 bulan Praktek Kerja Lapangan di Politeknik

Manufaktur Bandung, penulis dapat menghasilkan sebuah

produk berupa bush penyangga.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk lapangan

5.2.1.1 Melakukan pengawasan terhadap peserta PKL

semaksimal mungkin.

5.2.1.2 Melakukan komunikasi dengan pihak sekolah

semaksimal mungkin.

5.2.1.3 Membimbing peserta PKL semaksimal mungkin.

5.2.1.4 Memberikan ilmu baru yang tidak diajarkan oleh pihak

sekolah tetapi terpakai di dunia kerja.

5.2.2 Saran untuk siswa

5.2.2.1 Meningkatkan sopan santun terhadap pembimbing.

5.2.2.2 Menjaga lisan dari perkataan yang tidak baik.

5.2.2.3 Berkerja yang giat dan teliti.

5.2.2.4 Selalu disiplin dalam bekerja.

5.2.2.5 Aktif bertanya jika ada sesuatu pekerjaan yang

kurang dipahami.
70

5.2.3 Saran untuk sekolah

5.2.3.1 Menambahkan dan mengefektifkan proses praktek

produktif.

5.2.3.2. Membuat jadwal praktek lebih baik lagi, agar

perkembangan peserta PKL dapat terkontrol dengan

baik.

5.2.3.3 Meningkatkan komunikasi dengan pihak lapangan.

5.2.3.4 Mendampingi peserta PKL semaksimal mungkin.

Anda mungkin juga menyukai