KERJA PRAKTEK
PADA:
Oleh:
1910015410026
UNIVERSITAS BUNGHATTA
2022
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yangtelah
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya yang telah memberikan banyak
kesempatan, sehingga dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktek (KP) ini dengan
baik.
1) Bapak Prof. Dr. Ir Nafrizal Carlo, M.Sc sebagai dekan Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan yang memfasilitasi dengan kebijakan-nya.
2) Bapak Dr. Wahyudi P. Utama, BQS,.MT selaku ketua Program Studi
Teknik Ekonomi Konstruksi (QS) yang memberikan pengaruh positif
terhadap perkembangan program studi dan mahasiswa khusunya.
3) Ibu Sesmiwati, A.Md, BQS, M.T selaku kordinator kerja praktek yang
telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan kerja praktek (KP).
4) Ibu Dr.Dwifitra Y Jumas S.T, MSCE selaku pembimbing utama dalam
penulisan laporan ini, membimbing selalu aktif dan berpikir maju, serta
memberi kepercayaan untuk menyelesaikan laporan kerja praktek ini
dengan baik.
5) Zainal Kusnan dan Desmaniar, selaku orang tua yang selalu memberikan
semangat, perhatian, kasih sayangnya, doa dan dukungan yang tiada henti
diberikan.
6) Rekan-rekan Teknik Ekonomi Konstruksi Universitas Bung Hatta 2019
7) Semua pihak – pihak terkait lainya yang telah banyak membantu dalam
pelaksanaan kerja praktek (KP) dalam penulisan laporan ini yang tidak
dapat sebutkan satu-persatu.
ii
Penyusunan laporan kerja praktek (KP) ini disusun dengan sebaik-baiknya.
Namun, masih terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan kerja praktek (KP)
ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak
yang sangat diharapkan. Tidak lupa, harapan laporan kerja praktek (KP) dapat
bermanfaat.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
3.2.1 Tinjauan Umum Pekerjaan Proyek ................................................ 24
LAMPIRAN ...................................................................................................... 61
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Logo Perusahaan.............................................................................. 5
Gambar 3.1 Kondisi awal proyek rancang bangun rumah susun tanjung barat .... 16
vi
Gambar 3.20 pemasangan kawat besi yang di gunakan untuk besi kolom
bore pile........................................................................................ 22
Gambar 3.22 Pemasangan bata ringan pada pondasi kolom ............................... .23
vii
Gambar 3.43 Contoh From Checklist pekerjaan ................................................. 49
Gambar 3.49 Kegiatan Safety Patrol Yang Dilakukan Setiap Hari Oleh K3 ........ 56
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB 1
PENDAHULUAN
1
b. Meningkatkan kemahiran dalam menghitung kuantitas bangunan serta
membangun kepribadian manusia yang jauh lebih baik.
c. Mempelajari tentang perkembangan berbagai teknologi konstruksi yang
banyak diaplikasikan dalam proyek konstruksi baik berupa bangunan
Gedung, bangunan perindustrian, maupun bangunan lainya.
d. Mengatahui proses awal proyek konstruksi hingga proyek selesai.
e. Mengatahui berbagai permasalahan yang terjadi dalam proses
pembangunan konstruksi dan mengetahui cara penyelesaiannya.
2
BAB I : PENDAHULUAN
Pada Bab ini menjelaskan tentang kegiatan selama kerja praktek sesuai
dengan buku log. Serta menjelaskan lingkup pekerjaan perusahaan dari
administrasi kantor, Analisa dan perencanaan kontrak, dokumentasi prakontrak
(BQ), tender dan penyusunan kontrak dan kerja pasca kontrak (Interim Valuation
and Payment).
Pada Bab ini berisikan keimpulan dan saran dari selama melakukan kerja
praktek sesuai dengan BAB III (Laporan Kegiatan). Sementara saran berisikan
pemecahan masalah pada kerja praktek.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka berisikan referensi atau dafta pustaka berisi daftar bacaab
yang dikutip dalam laporan kerja praktek yang dapat beruka buk, wawancara dan
lain sebagainya.
LAMPIRAN
3
2 BAB 2
PROFIL PERUSAHAAN
Saat ini Brantas Abipraya memiliki tiga Divisi Operasi. Yaitu Divisi
Operasi 1 yang fokus pada Bangunan, Divisi Operasi 2 yang fokus pada
pengembangan Sumber Daya Air, dan Divisi Operasi 3 yang fokus pada
pembangunan Jalan dan Jembatan. Selain itu, Perseroan juga memiliki dua
penunjang bisnis yaitu Abipraya Properti untuk bisnis properti, Abipraya untuk
4
memenuhi bisnis alat berat dan Abipraya Beton untuk melayani kebutuhan produk
beton.
5
2.2.2 Misi
"Menyediakan produk konstruksi bermutu secara profesionaI dan
berkelanjutan"
6
tergolong dalam jajaran intistruktur perusahaan atau petinggi perusahaan.
7
mengawasi dan menelaah manajemen risiko, sistem pengendalian
internal Perseroan, tata kelola perusahaan untuk kepentingan
Pemegang Saham.
2. Direktur Operasi I: 1. Mengkoordinir seluruh kegiatan perusahaan
termasuk Produksi, Pemasaran, Teknik, Pengembangan, Wilayah
dan Cabang 2. Memberikan pengarahan dan petunjuk kepada para
GM Pemasaran, GM Teknik, GM Pengembangan, Kepala Wilayah
dan Kepala Cabang serta mengawasi keseimbangan antara
wewenang dan tanggung jawab serta memastikan bahwa prosedur
kerja di dalam perusahaan berjalan lancar.
3. Direktur Operasi II: 1. Mengkoordinir seluruh kegiatan perusahaan
termasuk Divisi, Proyek/Depo. 2. Memberikan pengarahan dan
petunjuk kepada para GM Produksi, Kepala Divisi, Kepala Proyek
dan Kepala Depo serta mengawasi keseimbangan antara wewenang
dan tanggung jawab serta memastikan bahwa prosedur kerja di
dalam perusahaan berjalan lancar.
4. Direktur Operasi Keuangan & SDM: 1. Mengkoordinir seluruh
kegiatan perusahaan termasuk sumber daya manusia (SDM),
Keuangan. 2. Memberikan pengarahan dan petunjuk kepada para
GM dan mengawasi keseimbangan antara wewenang dan tanggung
jawab serta memastikan bahwa prosedur kerja di dalam perusahaan
berjalan lancar.
5. Sekretariat Perusahaan: Departemen ini terdiri dari Bidang Humas &
Legal dan Bidang Rumah Tangga & Perkantoran. Bidang Humas &
Legal bertugas melaksanakan hubungan kemasyarakatan aspek
informasi dan legal. Bidang Rumah Tangga & Perkantoran bertugas
menyelenggarakan tata kelola perkantoran, pengelolaan rumah
tangga perusahaan agar menjamin terlaksananya tata kelola
perusahaan.
6. SM QHSE: Quality, Health, Safety and Environment yaitu
kepedulian perusahaan atau organisasi untuk mutu
produknya.kepedulian perusahaan atas lingkungan,
8
keselamatan maupun kesehatan kerja pada kegiatan
produksinya juga berkaitan dengan training
QHSE.Singkatnya, QHSE membahas tentang mutu produk
dan keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan (K3L)
dalam suatu perusahaan.
7. SM Pemasaran: bertugas mengkoordinir wilayah dalam
mempromosikan kompetensi perusahaan dalam rangka mendapatkan
kontrak proyek.
8. GM Divisi Operasi 2: Melaksanakan Produksi Proyek-proyek yang
dilimpahkan pelaksanaannya atas kontrak proyek yang didapat.
9. Unit Abipraya Alat: adalah bagian personil dalam struktur organisai
dalam proyek yang bertugas memanajemen peralatan proyek sebagai
alat untuk melaksanakan pekerjaan pembangunan.
2.5 Pengalaman Perusahaan
Saat ini Brantas Abipraya memiliki tiga Divisi Operasi. Yaitu Divisi
Operasi 1 yang fokus pada Bangunan, Divisi Operasi 2 yang fokus pada
pengembangan Sumber Daya Air, dan Divisi Operasi 3 yang fokus pada
pembangunan Jalan dan Jembatan. Selain itu, Perseroan juga memiliki dua
penunjang bisnis yaitu Abipraya Properti untuk bisnis properti, Abipraya
Peralatan dan Precast untuk memenuhi bisnis alat berat dan untuk melayani
kebutuhan produk beton.
9
Asosiasi Konstruksi Indonesia menganugerahkan Perseroan sebagai
pelopr pelaksana bendungan dengan proyek terbanyak di Indonesia.
PT Brantas Abipraya (Persero) dipercaya untuk membangun Dam
Kota panjang HEPP, Bangkinang, Riau dengan metode Roller
Compacted Concrete (RCC), yang pertama kali digunakan dalam
konstruksi Dam di Indonesia.
10
berisikan tentang latar belakang proyek, tujuan pembangunan proyek, dan data
teknis proyek. Proyek ini menempel stasiun commuterline Tanjung Barat dan
dekat dengan kawasan perkantoran CBD Simatupang, pusat perbelanjaan AEON
Mall, Pondok Ind ah Mall, Kebun Binatang Ragunan dan Pondok, dengan luas
bangunan ±81.696 m2 dan jumlah lantai terdiri dari 30 lantai.
11
Subkon Opr. TC : PT ARKM Subkon
Tipe Kontrak : Unit Price untuk pekerjaan Pondasi, Lump Sum Fixed
Price untuk Struktur Atas, Arsitek, MEP
Retensi : 5%
12
2.6.2 Struktur Organisasi Proyek
Gambar 2.4 Struktur organisasi proyek pembangunan rancang bangun rumah susun ST. Tanjung Barat
13
Berikut penjelasan dari berbagai posisi struktur organisasi PT. Brantas Abipraya
pada proyek Rancang Bangun Rusun Stasiun Tanjung Barat:
1. Project Manager
Memiliki beberapa tugas dan tanggung jawab esensial. Mulai dari
membuat perencanaan, mengalokasikan tim, membuat mitigasi risiko,
hingga membuat berbagai laporan kompleks untuk para stakeholder.
2. QC Inspector
melaksanakan inspeksi (material, alat, pekerjaan) memeriksa dokumen
sertifikasi (material, alat, tenaga kerja) menyaksikan pelaksanaan dan
menganalisa hasil pengujian (material, pekerjaan).
3. HSE Officer
merencanakan, membuat, melakukan dan mengevaluasi program
keselamatan dan juga kesehatan kerja dengan detail tugasnya adalah
sebagai berikut: 1.Melakukan identifikasi sekaligus pemetaan dari potensi
bahaya yang berpeluang terjadi pada lingkungan kerja. 2.HSE officer juga
bertugas membuat suatu gagasan yang berkaitan dengan program K3.
4. QC Koor gedung
Mengerti, paham, dan mempelajari spesifikasi teknis yang
diterapkan dalam suatu proyek, Melakukan pemeriksaan alat QC, Menguji
mutu item yang dipakai dalam proyek, Melakukan evaluasi atau uji
kelayakan hasil pekerjaan di laboratorium maupun lapangan.
5. Site Construction Manager
14
Mengkoordinasikan para kepala pelaksana (General
Superintendant) dalam mengendalikan dan mengontrol pekerjaan
para mandor dan subkontraktor.
Membina dan melatih ketrampilan para staf, tukang, dan mandor.
Melakukan penilaian kemampuannya sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
8. Konsultan Perencana
Memproyeksikan keinginan – keinginan atau ide – ide pemilik proyek ke
dalam desain bangunan. Melakukan penyesuaian desain bila terjadi
kesalahan pelaksanaan pekerjaan dilapangan yang tidak memungkinkan
untuk dilaksanakan.
9. Site Administration Manager
Menyiapkan urusan administrasi penagihan kepada pemilik
proyek.
Melakukan pencatatan transaksi ke dalam jurnal (media
pembukuan).
Melakukan verifikasi seluruh dokumen transaksi pembayaran.
Mengurus masalah perpajakan dan asuransi, dll.
15
BAB 3
LAPORAN KEGIATAN
3.1 Pendahuluan
Gambar 3.1 Kondisi awal proyek rancang bangun rumah susun stasiun tanjung
barat.
Dapat di lihat dari gambar 3.1 kondisi awal proyek saat kegiatan kerja
praktek di mulai. Dari gambar diatas terlihat pengerjaan apartemen memasuki
lantai 30. Sejauh ini progres proyek sekitar 80% keseluruhannya. Dari gambar
terlihat bahwa pekerjaan apartemen sudah mencapai lantai 30 dan sedang
mengerjakan finishing dari lantai 7–30 dan masih pengerjaan struktur pondasi
stasiun untuk akses ke apartemen .
16
Gambar 3.3 Besi pagar balkon
Terlihat pada gambar di atas besi untuk bahan pembuatan pagar balkon tiap
unit. Ukuran besi yang umumnya digunakan untuk pembuatan balkon adalah yang
berukuran 40 x 40 dengan ketebalan 1.6 mm dan jenis besi hollow yang sering
digunakan adalah hollow galvanis dan hollow hitam.
17
Pemarkingan lantai balkon untuk posisi penetapan pagar. Proses marking
lantai dan penetapan posisi pagar balkon.Dapat dilihat proses marking lantai dan
penetapan posisi pagar balkon menggunakan laser agar penetapan posisi dapat
lebih efektif
18
Gambar 3.9 Denah elevasi pipa
Pada denah terdapat beberapa yang sudah di hitung antara jarak plafon dari kolom
ke lantai.
Pengecatan star point memakai pilox pada lantai untuk menentukan pemasangan
lantai keramik.
19
Gambar 3.12 Plasteran acian plafon.
Dari gambar 3.14 disini memasuki bulan kedua KP. Pada pengejaan kali ini
masuk tahap struktur pondasi stasiun apartemen mahata tanjung barat.
20
Gambar 3.15 Pemarkingan denah pondasi stasiun PS-2.
Di tahap ini akan di galinya atau di bor untuk pengerjaan pondasi stasiun.
Terdapat pada gambar 3.17 dan 3.16 dapat kita lihat pengerjaan struktur pondasi
bore pile yang masih dalam tahap pengerjaan.
21
Gambar 3.18 Pengeboran pondasi bore pile.
Gambar 3.20 pemasangan kawat besi yang di gunakan untuk besi kolom bore pile.
22
Gambar 3.22 Pemasangan bata ringan pada pondasi kolom.
Terlihat pada gambar di atas sudah 80% pemasangan pipa kabel dan saluran air
pada beberapa lantai 6-26.
23
3.2 Lingkup Pekerjaan Proyek
3.2.1Tinjauan Umum Pekerjaan Proyek
Pada sub-bab ini akan dibahas mengenai tahapan pekerjaan proyek,
monitoring serta pengawasan pekerjaan. Berikut penjelasan dari poin-
poin di atas :
24
mengetahui seberapa besar penyimpangan biaya dan juga jadwal diantara
perencana dan pelaksanaan proyek tersebut pada saat dilaporkan.
Monitoring dan pengawasan proyek merupakan salah satu tanggung
jawab dari pekerjaan MK sebagai pengawas. Monitoring dan pengawasan
dilakukan setelah pekerjaan dilaksanakan. Monitoring dan pengawasan
pekerjaan dilihat dari segi :
25
a) Biaya
Pengendalian biaya dimaksudkan untuk mengetahui besarnya biaya
yang telah dikeluarkan dengan melihat tahapan pekerjaan yang telah
dicapai, besarnya biaya ini dapat dibandingkan dengan Rencana
Anggaran Biaya (RAB) dan Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP)
yang telah disusun. Pengendalian biaya ini biasanya dilakukan dengan
membuat rekapitulasi biaya yang telah dikeluarkan. Setiap dilakukan
pembelian material, bagian storekeeper mencatat jumlah material yang
dibeli dan besarnya biaya yang digunakan. Sedangkan pengendalian
biaya tenaga kerja dilakukan dengan memeriksa daftar absensi pekerja
selama satu minggu dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
membayar gaji pekerja. Selain itu, total biaya yang telah dikeluarkan
ini juga dapat digunakan untuk menyusun kurva S realisasi dan untuk
memperkirakan persentase pekerjaan proyek yang telah dicapai.
b) Mutu
Pengendalian mutu adalah bagian utama agar proyek dapat
dipertanggung jawabkan memenuhi persyaratan pelanggan terdiri atas
2 yakni prinsip pengendalian mutu dan prosedur pengendalian mutu.
Pengendalian mutu dalam sebuah proyek perlu dilakukan karena
sebuah mutu yang digunakan akan mempengaruhi waktu serta biaya
yang dibutuhkan. Pengendalian mutu biasa dilakukan oleh pengawas
agar pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan. Pengendalian mutu dapat dilakukan dengan 2 cara
yakni pengendalian langsung yang dapat dilakukan di lapangan dan
pengendalian tidak langsung yang dapat dilakukan di laboratorium.
Pada proyek ini mutu beton yang digunakan adalah sebagai berikut :
26
Tabel 3.1 Mutu Beton
Fc’25 Mpa Balok dan Plat adalah Beton dengan mufu fc' 25
menyatakan kekuatan tekan minimum adalah 25 MPa pada
umur beton 28 hari, dengan menggunakan silinder beton
diameter 15 cm, tinggi 30 cm.
Mengacu pada standar SNI 03-2847-2002 yang merujuk pada
ACI (American Concrete Institute).
MPa = Mega Pascal ; 1 MPa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm2.
Fc’30 Mpa Kolom adalah Beton dengan fc=30 Mpa memiliki
kuat tekan lebih besar daripada beton K-300. Perbedaan itu
terjadi karena terdapat perbedaan benda uji dan satuan ukuran
yang digunakan untuk mendapatkan mutu tersebut.
K-300 adalah kuat tekan karakteristik beton 300 kg/cm2
dengan benda uji kubus ukuran 15x15x15 cm.
fc=30 Mpa adalah kuat tekan beton yang disyaratkan 30 Mpa
atau 300 kg/cm2 dengan benda uji silinder.
Cara mudah mengkonversi dari fc ke K adalah dengan
membagi nilai fc dengan 0,083.
27
Konversi benda uji kubus ke silinder = 0,83
Konversi satuan Mpa ke kg/cm2 = 10
Jadi mutu beton fc=30 Mpa setara dengan = ( 30x10 ) / 0,83 =
361,45 kg/cm2
c) Waktu
Suatu proyek harus tepat waktu sesuai dengan rencana sehingga
mempunyai nilai-nilai ekonomis yang tinggi, pengendalian waktu
dimaksudkan untuk mengetahui apakah proyek berjalan seusia dengan
waktu yang telah direncanakan. Pada Proyek Rancang Bangun Rumah
Susun Stasiun Tanjung Barat, ini diperlukan waktu pelaksanaan
proyek ± 5 tahun dengan waktu pemeliharaan selama 1 tahun setelah
proyek selesai dibangun. Untuk itu diperlukannya time schedule.
28
pedoman koordinasi dan kerja sama antar bagian pelaksana proyek
dilapangan. Dalam Time schedule waktu pekerjaan diatur sedemikian
rupa sehingga setiap pekerjaan dapat berjalan dengan baik dan
lancar,sebelum proyek dilaksanakan pelaksana harus mengetahui
rencana kerja yang telah dicantumkan dalam Time schedule agar
waktu benar-benar efektif dan efisien. Time schedule digunakan
sebagai bahan dasar pertimbangan penambahan personal sesuai
dengan perkembangan pelaksanaan pekerjaan, dalam hubungan
dengan bahan dan alat yang digunakan.
29
a) Mencari dan mensurvei data jumlah bahan material serta harganya
dari beberapa supplier atau toko material bangunan sebagai data
untuk memilih harga terbaik dan memenuhi standar dan spesifikasi
atau kualitas yang telah ditetapkan.
b) Menentukan lokasi penyimpanan bahan material konstruksi yang
sudah didatangkan ke area proyek sehingga dapat tertata rapi dan
terkontrol dengan baik jumlah pendatangan dan pemakaiannya.
c) Menandai label atau keterangan pada bahan material atau alat
konstruksi yang disimpan untuk menghindari kesalahan
penggunaan akibat tertukar dengan bahan material atau alat proyek
lain.
d) Melakukan pencatatan keluar masuknya barang serta bertanggung
jawab atas ketersediaan bahan material yang dibutuhkan.
e) Membuat dan menyusun laporan kebutuhan bahan material sesuai
dengan format yang sudah menjadi standar perusahaan kontraktor.
30
1) Pembayaran pertama adalah uang muka sebesar 10% dari
nilai kontrak yang di cover oleh Garansi Bank, yang akan
dibayarkan owner kepada kontraktor pelaksana setelah
melengkapi surat surat di bawah ini:
Jaminan Uang Muka, owner memberikan uang muka
sebesar 10% dair nilai proyek.
Jaminan Pelaksanaan, owner berhak mendapatkan
jaminan pelaksanaan secara tertulis tentang pelaksanaan
proyek dalam dokumen kontrak, jaminan tersebut dapat
berupa uang tunai, garansi bank, kendaraan, dan benda
berharga lainnya.
Struktur Organisasi Proyek.
Master Schedule, proyek dikerjakan berdasarkan
schedule yang telah disusun.
Site Plan.
Metode Kerja.
Safety, Health, & Environment.
Pembayaran atas pekerjaan tambah kurang dapat
dilaksanakan bersamaan dengan monthly progress
payment.
Pembayaran berikutnya akan dilakukan setiap kemajuan
progressnya yakni 6%
2) Pembayaran Subkon
Pada proyek Apartemen Mahata Tanjung Barat subkon
dibayar dengan menggunakan sistem Progress Payment.
Dimana subkon akan dibayarkan jika telah menyelesaikan
target yang sudah ditentukan yang dibuktikan dengan
laporan progress pekerjaan di lapangan yang kemudian
diberikan kepada main contractor (kontraktor utama)
kemudian dilakukan pengecekan terhadap pekerjaan
tersebut dan jika sudah sesuai dengan laporan progress
maka akan diterbitkan sertifikat pembayaran oleh QS
31
dengan syarat setiap subkon melampirkan laporan
progress pekerjaan dan dokumentasi pekerjaan.
3) Pembayaran Retensi
Pembayaran retensi merupakan jumlah pembayaran
termin/termijn (Progress Billings) yang tidak dibayar atau
ditahan hingga pemenuhan kondisi proyek yang
ditentukan dalam kontrak untuk pembayaran jumlah
tersebut atau hingga diselesaikan dengan kondisi yang
disetuji. Pada proyek Rusun Stasiun Tanjung Barat nilai
retensi sebesar 5% dari nilai konrak yang nantinya akan
dikembalikan/dibayarkan setelah proyek selesai atau
setelah masa pemeliharaan yakni selama 6 bulan.
4) Pembayaran Material
Pada proyek Apartemen Mahata Tanjung Barat
pembayaran material dilakukan dengan 2 cara yakni
pembayaran on site dan pembayaran dengan DP.
Pembayaran on site adalah pembayaran yang dilakukan di
lapangan ketika material datang. Pembayaran on site
dilakukan saat pembelian besi dan beton. Pembayarn
dengan DP adalah pembayaran material yang pembayaran
awalnya sebesar 30% - 50% lalu sisanya di bayarkan
ketika barang telah sampai di lapanngan. Pembayaran
material dengan cara ini biasa dilakukan saat pembelian
semen.
32
sendiri merupakan hasil pencampuran dari Semen Portland (PC), agregat halus
(pasir), agregat kasar (kerikil), dan air dengan atau tanpa bahan tambah
(admixtures) dalam proporsi masing-masing bahan tertentu. Untuk mendapatkan
beton yang baik, salah satu diantaranya adalah dengan menggunakan bahan
penyusun yang baik, sehingga perlu dilakukan pengujian dilaboratorium dan
pengecekan oleh quality contol. Selain dengan memperhatikan bahan-bahan
yang akan digunakan dalam pembuatan beton, proses pencampuran atau teknik
pencampuran yang baik juga sangat berpengaruh terhadap kualitas beton sendiri,
seperti cara mengayak pasir, lama pengadukan semen, hingga kadar air dalam
campuran beton. Adapun alat dan bahan yang di gunakan pada proyek Rancang
Bangun Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat adalah sebagai berikut:
A. Peralatan Konstruksi
1) Excavator
33
Gambar3.26 Waterpass level
3) Truck
34
Gambar 3.28 Truck Mixer
5) Prisma Level
35
Gambar 3.30 Katrol
7) Scaffolding
8) Meteran
36
Gambar 3.32 Meteran
Meteran digunakan untuk mengukur panjang atau jarak dan dapat
juga digunakan untuk mengukur sudut, membuat sudut siku-siku,
dan juga dapat digunakan untuk membuat lingkaran. Pada ujung
meteran diberi pengait dan magnet untuk mempermudah dalam
pengukuran.
9) Tower crane
37
Gambar 3.34 Sipatan
B. Material Konstruksi
1. Bata ringan
Bata ringan merupakan bata berpori yang memiliki nilai berat jenis
(density) lebih ringan daripada bata pada umumnya. Berat jenisnya
antara 600-1600 kg/m³ dengan kekuatannya tergantung pada
komposisi campuran (mix design).
38
Bata ringan yang dipakai sebagai dinding pada proyek ini memiliki
ukuran 20 x 60 x 10.
Fungsi dari semen plesteran dan acian ini adalah sebagai lapisan
yang digunakan untuk penutup pasangan dinding bata ringan, bata
merah, maupun batako. Pengaplikasian semen plester sendiri pada
proyek ini adalah 2,5 cm.
39
mencegah granite terangkat (popping) akibat proses susut-muai.
Besi
Besi yang digunakan untuk pembesian kolom dan plat adalah besi
ulir dengan diameter 19 - 25 mm. sementara untuk sengkang
digunakan besi ulir diameter 10 - 13 mm.
4. Granite
40
3.3 Kegiatan Selama Kerja Praktek
Kegiatan Kerja Praktek pada PT.BRANTAS ABIPRAYA kami
ditempatkan di proyek Rancang Bangun Rumah Susun Stasiun. Proyek ini
terdiri dari 30 lantai yang langsung menghubungkan akses ke stasiun
Tanjung Barat. Untuk Apartemen nantinya akan dibangun dari lantai 7
sampai lantai 30, sedangkan dari basement sampai lantai 6 untuk lahan
parkir. Selama kegiatan kerja praktek di PT.BRANTAS ABIPRAYA
berlangsung penulis dibimbing dan diberi arahan oleh Bapak Egy Setya
Maiwarrisa selaku QS pada proyek tersebut. Selama kegiatan KP
berlangsung sekitar ± 60 hari mengikuti pengerjaan proyek Rancang
Bangun Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat yang berlokasi di Jl. Lenteng
Agung No.55 RT.004/01 Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, penulis ditempatkan dibagian Quantity
Surveying (QS) dimulai dari hari pertama kerja praktek dimulai sampai
dengan kerja praktek berakhir.
3.3.1Safety Induction
Safety induction adalah pengenalan dasar-dasar Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) kepada karyawan baru atau mahasiswa magang.
Setelah pengenalan diri penulis diberi penjelasan terkait keselamatan
dalam proyek, lalu penulis diarahkan ke divisi Safety, Health and
41
Environment (SHE) dan diberi penjelasan terkait apa yang harus dilakukan
sebelum masuk proyek, keadaan darurat seperti bencana alam atau
bencana yang tidak disengaja atau human error, dan jika memasuki
proyek harus memakai Alat Perlindungan Diri (APD) lengkap seperti
helm, rompi, sepatu, dan kartu nama untuk tanda pengenal bahwa penulis
adalah mahasiswi kerja praktek. Dan jika melanggar akan diberi sanksi
seperti yang telah dituliskan pada kontrak kerja praktek.
42
bahaya baru dan tidak melaporkannya. Maka dari itu, sangat penting sekali
peran Safety Induction tersebut agar dapat mencegah hal-hal diatas.
43
terlibat langsung dalam kegiatan sehari-hari objek yang sedang diamati
atau digunakan sebagai sumber data.Berkaitan dengan pentingnya arsip
dalam pengambilan keputusan maka penataan berkas harus dapat
diaplikasikan secara tepat dan terpadu, serta memudahkan dalam
pelaksanaan penyimpanan dan penemuan kembali arsip. Sehingga dapat
menjamin ketersediaan informasi secara cepat, tepat, lengkap, dan
berkualitas.
44
Namun pengaplikasikan dalam lapangan ada beberapa hal yang
situasinya tidak sesuai dengan shop drawing tersebut,jadi surveyors harus
melakukan yang namanya “pinjaman”.hal ini bias terjadi karna beberapa
factor contohnya kondisi tanah yang tidak memungkingkan dan surveyor
tersebut harus melaporkan hal tersebut kepada Side manager yaitu bapak
Teguh.
45
tentang kegiatan program/proyek sehingga dapat dilakukan tindakan
koreksi untuk penyempurnaan program/proyek itu selanjutnya.
Monitoring proyek sejatinya untuk memantau pelaksanaan proyek, untuk
membantu manajer proyek dan tim untuk meramalkan risiko dan hambatan
bila tidak di tangani dengan baik, bisa menggagalkan proyek itu sendiri.
46
Gambar 3.42 Pengecoran pondasi bore pile
Terlihat pada gambar 3.42 yaitu pengecoran pondasi bore pile yang
dimana menggunakan mutu beton fc’ 30 Mpa NFA.
47
Rumus dari perhitungan keramik sebagai berikut :
Pertama, hitung luas lantai atau dinding yang akan diberi keramik.
Rumusnya, luas bidang = panjang x lebar
Kedua, hitung luas keping keramik. Rumusnya, luas keping keramik =
panjang keramik x lebar keramik,kemudian konversikan
Ketiga, bagi luas lantai yang akan diberi keramik dengan luas keping
keramik. Rumusnya, jumlah keramik = Luas bidang lantai ÷ luas keping
keramik.
Contohnya saja perhitungan keramik di salah satu ruangan di proyek
rumah susun stasiun di tempat kerja praktek berlangsung
48
Gambar 3.43 Contoh From Checklist pekerjaan
49
pasir. Slump pada dasarnya merupakan salah satu pengetesan sederhana
untuk mengetahui workability beton segar sebelum diterima dan
diaplikasikan dalam pekerjaan pengecoran
50
7. Lalu cetakan diangkat perlahan tegak lurus ke atas.
8. Ukur nilai slump dengan membalikkan kerucut disebelahnya dengan
menggunakan perbedaan tinggi rata-rata dari benda uji.
9. Toleransi nilai slump dari beton segar adalah ± 2 cm.
10. Jika nilai slump sudah memenuhi standar, maka beton sudah dapat
digunakan dan pekerjaan pengecoran dapat dilaksanakan
Besar penurunan permukaan beton segar diukur, dan disebut nilai 'slump'.
Makin besar nilai slump, maka beton segar makin encer dan ini berarti
semakin mudah untuk dikerjakan.
51
Sebelum melaksanakan pekerjaan fisik, hal utama yang harus
dilakukan lebih awal adalah pengukuran. Pengukuran yang dimaksud
adalah pengukuran lahan/lokasi yang akan dikerjakan, dimana
lahan/lokasi yang akan dikerjakan sudah sesuai dengan gambar kerja atau
tidak. Apabila ada selisih atara gambar dan lahan, maka perlu
dibicarakan kembali dengan engineering. Maka diperlukan juga
koordinasi lapangan antara survey dengan dengan engineering. Dan
apabila sudah ada kesepakatan dengan engineering, dan gambar sudah
disetujui oleh MK dan owner, maka pelaksanaan pekerjaan marking
sudah bisa dimulai.
1. Marking Balkon
52
2. Marking Elevasi Dinding
53
Gambar 3.47 Hasil Perhitungan RAB
54
Seperti pada pekerjaan pemotongan/pembobokan tiang pancang
Hasil temuan menjadi dasar dari tindakan perbaikan, dan hal ini
berlaku untuk rentang waktu tertentu yang telah di sepakati untuk segera
55
dalam sebuah form resmi yang telah disepakati, terdapat reason finding,
person in charge dan deadline waktu perbaikan serta dilampirkan juga foto
Gambar 3.49 Kegiatan Safety Patrol yang dilakukan setiap hari oleh K3
Safety Patrol juga biasa disebut sebagai manajemen work down atau
semua pihak yang terlibat dalam sebuah project tentunya. Hal ini juga
indicator.
ketidaksesuaian.
56
Monitoring pelaksanaan perbaikan.
hal yang tidak sesuai dengan standar. Adapun item yang perlu dilakukan
condition).
57
BAB 4
4.1 Kesimpulan
Selama melaksanakan kerja praktek di PT. Brantas Abipraya hal-hal yang
didapatlan adalah sebagai berikut:
58
4.2 Saran
1. Untuk mahasiswa QS sangat dibutuhkan penguasaan dan pendalaman
aplikasi computer yang menunjang seperti Autocad, Microsoft Office dan
Microsoft Project
2. Untuk mahasiswa atau mahasiswi jurusan Teknik Ekonomi Konstruksi
Universitas Bung Hatta, diharapkan untuk lebih mempelajari cara membaca
gambar dan memahami metode pekerjaan lainnya, dikarenakan kebanyakan
gambar yang penulis dapatkan selama kerja praktek terkadang gambar yang
didapatkan dari segi simbol-simbol berbeda dengan yang dipelajari
dipeerkuliahan
3. Melatih kemampuan komunikasi yang baik dengan pihak lain.Hal ini
diperlukan karena QS akan bekerja sama dalam sebuah tim, sehingga
komunikasi menjadi kunci dalam membentuk kerja sama tim yang baik.
59
DAFTAR PUSTAKA
60
LAMPIRAN
61
62
63
64
65
66
67