METODE PELAKSANAAN
Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. JAYA KONSTRUKSI
BINTARO JAYA XCHANGE
TAHAP 2
i
SURAT PERMOHONAN PEMBIMBING KERJA PRAKTIK
ii
SURAT BALASAN
iii
SURAT REKOMENDASI KERJA PRAKTIK
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk semua berkat-Nya yang telah diberikan,
sehingga Laporan Kerja Praktik ini dapat diselesaikan. Laporan Kerja Praktik dengan judul
“Metode Pelaksanaan STP & GWT Proyek Bintaro Xchange Tahap 2” ini ditujukan untuk
memenuhi sebagian persyaratan akademik untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Strata
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan,
bantuan, serta doa dalam penyusunan Laporan Kerja Praktik ini. Pihak-pihak tersebut antara
lain adalah :
1. Allah SWT tuhan semesta alam atas segala kemudahan dan kelancaran yang
2. Kepada orang tua dan seluruh keluarga Saya yang terlibat dalam memberikan doa
3. Kepada Ibu Sylvia Indriany, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil
4. Kepada Ibu Mukhlisya Dewi Ratna Putri, ST,MT. selaku dosen pembimbing Saya
5. Kepada PT. JAYA KONSTRUKSI selaku tempat dimana saya bekerja yang telah
6. Kepada Ibu Dhita Dwi O. Selaku Koordinator Mutu Pembangunan Bintaro Xchange
Tahap 2 yang telah memberikan izin dan memberikan arahan kepada kami.
7. Kepada Bapak Joko Susilo selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan
bimbingan, nasihat, dan tata cara dalam proses pengerjaan tugas – tugas di lapangan.
v
Dalam penulisan laporan ini Saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
Adhigma / Adhitya
vi
DAFTAR ISI
vii
6.1 Kemajuan Proyek .............................................................................. VI-1
6.2 Pengendalian Proyek ......................................................................... VI-1
BAB VII PEMBAHASAN MASALAH ................................................................. VII-1
7.1 Uraian Umum .................................................................................. VII-1
7.2 Permasalahan Proyek dan Penyelesaian .......................................... VII-1
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. VIII-1
8.1 Kesimpulan ..................................................................................... VIII-1
8.2 Saran ............................................................................................... VIII-4
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 5.9 Pemasangan Bekisting ............................................................................ V-9
Gambar 5.10 Bekisting Dinding GWT & STP ........................................................... V-9
Gambar 5.11Pengecoran Dinding GWT & STP ...................................................... V-10
Gambar 5.12 Pembongkaran Bekisting .................................................................... V-11
Gambar 6.1 Test Slump ............................................................................................. VI-3
Gambar 6.2 Pengujian Kuat Tekan Beton ................................................................. VI-4
Gambar 6.3 Kurva S Proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 ................................... VI-9
Gambar 6.4 Kegiatan Safety Induction ................................................................... VI-12
Gambar 6.5 Kegiatan Tool Box Meeting ................................................................ VI-13
Gambar 7.1 Beton Keropos ..................................................................................... VII-2
Gambar 7.2 Proses Grouting Metode Injeck ........................................................... VII-3
Gambar 7.3 Pekerja Tidak Menggunakan APD ...................................................... VII-5
x
DAFTAR TABEL
xi
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
Kerja Praktik merupakan salah satu kurikulum pendidikan di Universitas Mercu Buana
sebagai syarat yang harus dipenuhi untuk menempuh Tugas Akhir (skripsi) dan
langsung terhadap suatu proyek, sehingga menjadi jembatan bagi mahasiswa untuk
bidang rekayasa teknik sipil yang diperoleh di kelas meliputi perencanaan, pengawasan
dan pelaksanaan proyek bangunan teknik sipil, sistem organisasi dan manajemen
konstruksi, memahami berbagai masalah (kasus) yang mungkin terjadi di lapangan dan
material, alat, dan metode kerja dengan teori di perkuliahan dan praktik di lapangan.
Pada saat kegiatan Kerja Praktik diharapkan mahasiswa aktif dalam meninjau
permasalahan di lapangan serta mengajukan pertanyaan mengenai hal apa saja dapat
Jakarta merupakan salah satu kota pariwisata yang memiliki bermacam-macam objek
wisata, seperti wisata alam, wisata sejarah, dan wisata kuliner. Para wisatawan dari
berbagai daerah berkunjung ke kota Jakarta untuk sekedar berlibur dan menikmati objek
wisata yang ada. Hal ini menjadikan PT. Jaya Real Property Tbk menyediakan hunian
bagi para wisatawan dengan membangun Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 yang
berlokasikan di CBD Bintaro Jaya, Blok O, Jl. Sektor VII No.2, Banten.
Pada setiap bangunan, sangat erat kaitannya dengan yang dinamakan utilitas bangunan.
Utilitas bangunan adalah suatu fasilitas bangunan yang digunakan untuk menunjang
I-1
BAB I PENDAHULUAN
tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudahan komunikasi,
dan mobilitas dalam bangunan. Salah satu sistem utilitas yang cukup vital pada setiap
gedung adalah utilitas sistem plumbing dan sanitasi, baik itu sistem penyaluran air
maupun bangunan penampungan air itu sendiri, sebab kebutuhan air merupakan
kebutuhan primer bagi setiap penghuninya, contohnya untuk kebutuhan makan, minum
dan mandi, juga dibutuhkan oleh pengelola gedung untuk difungsikan sebagai sumber
penampungan air yang memiliki sistem pengolahan air yang baik, sistem penyaluran
bebas hambatan, dan kapasitas penampungan yang cukup. Hal ini dilakukan dengan
membangun Sewage Treatment Plant (STP) dan Ground Water Tank (GWT) sebagai
Pada proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2, direncanakan pula pembangunan STP dan
GWT. Hal tersebut menarik perhatian penulis untuk mempelajari metode pelaksanaan
pekerjaan pembangunan Sewage Treatment Plant (STP) dan Ground Water Tank (GWT)
di lapangan dan menyusun kegiatan tersebut dalam bentuk laporan kerja praktik dengan
judul “Metode Pelaksanaan Sewage Treatment Plant (STP) dan Ground Water Tank
(GWT) Proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2” pada proyek Bintaro Jaya Xchange
Tahap 2.
Maksud dan tujuan diadakannya kerja praktik di proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap
2 ini adalah :
I-2
BAB I PENDAHULUAN
1.2.1 Secara Teoritis
mahasiswa.
lapangan.
mencari solusinya.
I-3
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Pada Proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 kami memulai Kerja Praktik pada tanggal
22 Oktober 2022 sampai dengan 30 Desember 2022 atau 2-3 bulan masa pelaksanaan
Kerja Praktik. Kunjungan kami datang ke proyek 1-2 kali dalam seminggu yaitu di hari
Adapun pekerjaan yang kami amati selama proses kerja praktik yaitu :
Secara garis besar, sistematika penulisan laporan kerja praktik dapat dijelaskan sebagai
berikut:
BAB I - PENDAHULUAN
Menjelaskan latar belakang proyek dan dilakukannya kerja praktik, maksud dan tujuan
penulisan, ruang lingkup dan batasan masalah, metode penyusunan laporan kerja
Berisi data umum proyek, data teknik, lokasi proyek, dan fasilitas perlengkapan.
Berisikan pihak – pihak yang terkait dengan proyek, menjelaskan hubungan kerja antara
pemilik, perencana dan kontraktor, tender dan kontrak, unsur-unsur pelaksana proyek,
I-4
BAB I PENDAHULUAN
kesesuaian dengan standar kualitas bahan yang digunakan. Selain itu berisi pula jenis
Berisikan mengenai Metode Pelaksanaan pembangunan STP dan GWT pada Proyek
Bintaro Jaya Xchange Tahap 2, sesuai dengan shop drawing dan RKS proyek
Berisi uraian tentang pengendalian mutu, pengendalian waktu, jadwal pekerjaan, dan
pengendalian biaya.
Membahas kendala maupun masalah Pelaksanaan STP dan GWT pada Proyek Bintaro
Berisi kesimpulan dan saran mengenai Metode Pelaksanaan STP dan GWT Proyek
I-5
BAB II DATA PROYEK
BAB II
DATA PROYEK
Data umum berdasarkan dokumen dari proyek pembangunan Bintaro Jaya Xchange
II-1
BAB II DATA PROYEK
Data Teknis Proyek
Data teknis proyek Bintaro Jaya Xchange Mall Tahap 2 adalah sebagai berikut :
2. Balok : Fc 35 Fa 15 (B2), Fc 25 Fa
10 (B1-5)
Proyek Pembangunan Bintaro Jaya Xchange Mall Tahap 2 terletak di CBD Bintaro Jaya,
Blok O, Jl. Sektor VII No.2, Banten. Bintaro Jaya Xchange Mall Tahap 2 mempunyai
II-2
BAB II DATA PROYEK
batas-batas sebagai berikut:
maupun lembaga swasta. Pada proyek pembangunan Bintaro Jaya Xchange Mall Tahap
2 yang bertindak selaku pemberi tugas (owner) adalah PT. Jaya Real Property Tbk.
Dalam pelaksanaan proyek Bintaro Jaya Xchange Mall Tahap 2, terdapat 3 konsultan
Dalam pelaksanaan proyek pembangunan Bintaro Jaya Xchange Mall Tahap 2, yang
bertindak sebagai kontraktor dengan tugas dan tanggung jawab yaitu PT. Jaya Konstruksi
Peran yang dapat dilakukan oleh manajemen konstruksi dalam pencapaian tujuan proyek
adalah dengan melakukan apa yang menjadi tahapan-tahapan proses project management.
II-3
BAB II DATA PROYEK
Pada proyek pembangunan Bintaro Jaya Xchange Mall Tahap 2 yang bertindak selaku
Pada pelaksanaan pembangunan proyek Bintaro Jaya Xchange Mall Tahap 2 sistem
Semua pekerjaan tercantum dalam dokumen kontrak dan dilaksanakan oleh kontraktor
dengan jumlah imbalan tetap. Tetapi jika pemilih yang menyebabkan perubahan maka
Terdapat beberapa fasilitas pelengkap dilokasi proyek untuk menunjang pekerjaan yang
1. Gerbang Proyek
II-4
BAB II DATA PROYEK
2. Kantor Manejemem Konstruksi
3. Kantor Owner
II-5
BAB II DATA PROYEK
4. Kantor Kontraktor
5. Mushola
II-6
BAB II DATA PROYEK
7. Toilet
8. Alat penunjang
c. Loker penyimpanan
d. Peralatan K3
II-7
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN
PROYEK
BAB III
Pada Proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2, sistem organisasi dan struktur organisasi
merupakan suatu keharusan yang tidak bisa ditawar lagi. Kehadirannya merupakan salah
satu aspek pendukung dalam pencapaian tujuan yang diharapkan bersama. Hal ini
Sistem organisasi proyek adalah suatu sistem hubungan kerjasama dari berbagai pihak
yang terlibat pada suatu proyek pembangunan dalam mengatur pelaksanaan berbagai
pekerjaan dalam rangka mencapai suatu hasil yang se-efektif dan se-efisien mungkin
sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Dengan adanya sistem organisasi
proyek ini maka kegiatan masing-masing pihak yang terlibat dalam suatu proyek
pembangunan jelas dan tidak berbenturan satu dengan yang lainnya. Adapun tugas dan
dipertanggung jawabkan kepada pihak-pihak yang terkait, dalam hal ini orang yang
III-1
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN
3.1.1 Pemilik Proyek (Owner) PROYEK
Pemberi tugas adalah pihak yang mempunyai dana dan ingin mendirikan suatu bangunan
dengan menggunakan dana yang dimilikinya tersebut. Adapun pelaksanaan dari tujuan
tersebut dapat dilakukan sendiri atau dengan alasan tertentu dapat meminta pihak lain
maupun lembaga swasta. Pada proyek pembangunan Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 yang
bertindak selaku pemberi tugas (owner) adalah PT. Jaya Real Property Tbk.
tersebut (IMB).
dengan kontrak.
III-2
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN
3.1.2 Manajemen Konstruksi PROYEK
Manajemen konstruksi adalah suatu team yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk
bertindak sebagai koordinator dari team-team Konsultan Perencana yang terlibat dan
(ukuran) untuk setiap item pekerjaan selama pelaksanaan pekerjaan, agar proyek dapat
berjalan dengan baik sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam spesifikasi dan
persyaratan dalam dokumen kontrak antara pemilik proyek dengan kontraktor. Peran
yang dapat dilakukan oleh manajemen konstruksi dalam pencapaian tujuan proyekadalah
dengan melakukan apa yang menjadi tahapan-tahapan proses project management. Pada
proyek pembangunan Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 yang bertindak selaku Manajemen
c. memantau kemajuan pekerjaan yang dilakukan oleh PT. Jaya Konstruksi selaku
kontraktor pelaksana.
d. bertanggung jawab untuk mencapai pelaksanaan proyek yang sesuai standar kualitas
yang diminta oleh PT. Jaya Real Property Tbk. selaku owner.
minggu sekali.
g. mengkaji ulang dan melakukan pengecekan hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan.
III-3
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN
h. mengingatkan PT. Jaya Real Property Tbk. selaku owner tentang dampak masalah L-
PROYEK
B-M-W (Lingkup, Biaya, Mutu dan Waktu) yang timbul atau yang mungkin timbul
menurut biaya yang telah disepakati dan melaksanakan sesuai dengan peraturan dan
perseroan yang berbadan hukum atau badan hukum yang bergerak dalam bidang
Tahap 2, yang bertindak sebagai kontraktor dengan tugas dan tanggung jawab yaitu PT.
Jaya Konstruksi.
a. menyiapkan sumber daya manusia dari tenaga ahli sampai dengan mandor-mandor dan
b. mempelajari gambar kerja dengan seksama dan melaporkan kepada pengawas setiap
ada perubahan.
bekas-bekasnya.
pekerjaan.
III-4
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN
f. memilih dan menetapkan metode PROYEK
pelaksanaan konstruksi (MPK) yang akan dipakai.
rencana pendanaan (funding plan) serta sistem pengendalian internal, baik bagi aspek
dari suatu pekerjaan bangunan. Konsultan perencana dapat berupa perseorangan atau
perseorangan yang berbadan hukum, atau badan hukum yang bergerak dalam bidang
a. Membantu membuat desain hasil akhir dari bangunan dengan bantuan sketsa
maupun teknologi.
b. Membantu membuat desain hasil akhir dari bangunan dengan bantuan sketsa
maupun teknologi.
c. Membantu membuat desain hasil akhir dari bangunan dengan bantuan sketsa
maupun teknologi.
Substruktur, Struktur, Arsitek yang telah digambarkan dalam preliminary design dan
berdasarkan kriteria - kriteria yang telah diberikan untuk Obyek Lingkup Pekerjaan
Fisik.
III-5
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN
PROYEK
3. PT. Arkonin & PT. Blue Lantz selaku Konsultan Perencana
Manajemen proyek adalah salah satu cabang dalam manajemen proyek yang secara
umum bertujuan untuk mengelola sumber daya yang ada (tenaga kerja, dana, material,
metode dan alat) pada suatu pembangunan sedemikian rupa secara efisien dan efektif
sehingga diperoleh hasil yang sesuai dengan persyaratan (spesification) biaya dan waktu
yang direncanakan. Manajemen proyek mempunyai ruang lingkup yang cukup luas
karena mencakup tahapan kegiatan awal pelaksanaan pekerjaan sampai dengan akhir
Dengan adanya manajemen proyek maka akan terlihat batasan mengenai wewenang,
tugas dan tanggungjawab dari pihak-pihak yang terlibat dalam proyek baik secara
III-6
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN
langsung maupun tidak langsung, PROYEK
sehingga tidak akan terjadi adanya tugas dan
konstruksi dimaksudkan agar terdapat suatu keterkaitan antara satu dengan yang
konstruksikepada kontraktor.
proyek.
PT. Arkonin dan PT. Blue Lantz, pelaksanaan (actuating) dilaksanakan oleh PT. Jaya
1. Perencanaan (planning)
III-7
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN
dibangun, termasuk pembuatan PROYEK
gambar-gambar perencanaan lengkap dengan
pekerjaan yang sudah direncanakan dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang
2. Pelaksanaan (actuating)
rangka mewujudkan bangunan yang akan dibangun. Dalam kegiatan pelaksanaan ini
sehingga masing-masing unsur dapat bekerja sesuai dengan bidangnya dan selalu
tunduk serta taat kepada peraturan dan ketentuan yang telah disepakati bersama.
Penyimpangan yang terjadi akibat tindakan dari salah satu unsur akan menimbulkan
3. Pengendalian (controlling)
sesuai dengan persyaratan biaya dan waktu yang telah ditetapkan Untuk keperluan
ini tugas unsur pengawas sangat penting terutama dalam membimbing dan
Kegiatan pengendalian dilakukan dari bahan dasar dan proses olah data output yang
diaplikasikan dalam bentuk, antara lain: pelaksanaan tes/uji terhadap material untuk
III-8
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN
daily/weekly/monthlyreport “S” curve actual dan sebagainya utuk pengendalian waktu
PROYEK
dahulu melakukan pemilihan terhadap pihak-pihak yang terlibat dan saling bekerja
sama satu dengan yang lainnya dalam rangka pelaksanaan pembangunan proyek.
Sistem pemilihan tersebut dilakukan dengan cara pelelangan. Pada umumnya, proses
1. Pelelangan umum
Pelelangan umum ini merupakan salah satu jenis pelelangan yang sifatnya terbuka
untuk seluruh pihak dalam melakukan penawaran sesuai ketentuan yang berlaku. Sistem
pelelangan ini biasanya diumumkan melalui media cetak atau media elektronik.
III-9
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN
2. Pelelangan terbatas PROYEK
pada pihak-pihak tertentu yang berkualitas dan bonafit, dalam arti telah terpilih untuk
memasukkan penawaran.
3. Pelelangan langsung
oleh rekanan owner, dimana penunjukan ini hanya berlaku pada satu pihak yang
memenuhi klasifikasi dan prestasi sebagai pihak yang akan melaksanakan suatu proyek
yang ditawarkan.
Kontrak adalah perjanjian pemborongan pekerjaan antara pihak pemberi tugas (owner)
dengan kontraktor. Kontrak ini dibuat setelah pemberi tugas menetapkan atau menunjuk
mengeluarkan surat pelulusan pekerjaan atau surat perintah kerja. Tahap ini
Kesepakatan tersebut diikat oleh surat perjanjian yang diatur dalam dokumen
kontrak beserta dengan lampirannya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya. Adapun dokumen kontraktersebut antara lain,
meliputi:
4. Surat penawaran
III-10
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN
PROYEK
6. Spesifikasi teknis dan gambar-gambar
Pada saat ini kebutuhan proyek-proyek konstruksi terdapat beberapa jenis sistem
Adalah semua jenis kontrak yang harga satuan pekerjaannya sudah ditentukan.
2. Kontrak biaya tambah upah yang dinegosiasikan (negotiated cost plus and fee
contract)
yang tetap ataupun bervariasi yang telah mengandung laba dan biaya umum
Pada kontrak jenis ini owner hanya menyampaikan gagasan spesifikasi dan luas
III-11
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN
PROYEK dan mengerjakannya. Pada sistem ini
lahan. Setelah kontraktor merancang
Pembayarannya dilakukan pada saat proyek sudah selesai dan owner hanya tinggal
menggunakannya/mengoperasikannya.
kontraktor dengan jumlah imbalan tetap. Tetapi jika pemilih yang menyebabkan
Pada pelaksanaan pembangunan proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 sistem kontrak
Struktur organisasi terdiri dari beberapa unsur yang saling terkait dan berinteraksi satu
dengan yang lainnya tanpa bisa terpisahkan rantai hubungan kegiatannya. Struktur
pelaksanaan suatu proyek pembangunan, atau dengan kata lain merupakan suatu
kerangka penjabaran dari keseluruhan tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak
Dengan adanya sistem organisasi yang baik dan struktur organisasi yang jelas, maka
suatu pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik dan tujuan dari pelaksanaan proyek
pembangunan tersebut dapat dicapai sesuai dengan persyaratan waktu, biaya dan mutu
Diharapkan dengan adanya sistem organisasi dan struktur organisasi yang baik dan juga
III-12
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN
PROYEK
tanggung jawab dan wewenang masing-masing pihak yang terlibat satu persatu
sehingga pelaksanaan proyek dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang
III-13
PROYEK
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN
III-14
Sumber : Data Proyek
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN
PROYEK
Project manager adalah perwakilan dari kontraktor yang bertanggung jawab sepenuhnya
2. Menyusun Rencana Mutu Proyek termasuk jadwal serta metode kerja bersama-sama
persetujuan.
Project Manager Pada Proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 ini adalah Bapak Albert
Louis Soubelan. Beliau sangat tegas dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
tugasnya sebagai Project Manager. Beliau juga sering melakukan monitoring langsung
Asisten Manager bertanggung jawab untuk memastikan apakah proyek telah berjalan
dengan sesuai rencana awal, untuk itu seorang Asisten Manager harus memiliki
sumber daya tim. Pada proyek Pembangunan Proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 ini
terdapat 5 asisten manager yang mengepalai setiap devisi masing-masing, antara lain :
III-15
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN
PROYEK
1. Asisten Manager Teknik, di kepalai oleh Bapak Heri Triwinarto
• Mengelola sumber daya yang ada untuk mencapai yang sesuai dengan rencana
kerja.
• Mengelola sumber daya yang ada untuk mencapai yang sesuai dengan rencana
kerja.
III-16
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN
• PROYEK
Memastikan pembayaran tenaga harian proyek
Tugas dan wewenang dari kelima Asisten Manager di atas menurut kami sangat sibuk.
Beliau sangat sering mendapat tugas-tugas dari atasan. Belum lagi jika ada maslaah
3.3.3 Pelaksana
Pelaksana adalah bagian dari kontraktor yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap
Pada proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 ini terdapat 2 pelaksana yaitu pelaksana OPS 1
a. Melaksanakan pekerjaan segsuai dengan program kerja, metode kerja, gambar kerja,
Tugas dari kedua pelaksana OPS tersebut dilapangan sangat sibuk, beliau setiap hari
III-17
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN
3.3.4 Quality Control (QC) PROYEK
Quality Control (QC) mempunyai tugas mengawasi seluruh metode pelaksanaan lapangan
yang dikeluarkan oleh Production Project Manager dan mengawasi mutu pelaksanaan
pekerjaan. Quality Control (QC) berdiri secara independent dan didalam melaksanakan
bertanggung jawab kepada Project Manager yang mempunyai tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
Quality Control (QC) pada Proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 yaitu Bapak M Syahrial
Akbar, Bapak Joko Susilo, dan Bapak matthew Stefanus. Tugas dari ketiga Quality Control
tersebut dilapangan bagi kami sangat sibuk, beliau selalu melakukan monitoring lapangan,
mengecek semua pekerjaan, dan beliau mengajarkan kami tugas bagaimana menjadi
3.3.5 Surveyor
Surveyor adalah seseorang yang melakukan pemeriksaan atau mengawasi dan mengamati
III-18
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN
PROYEK
2. Mengevaluasi hasil pengukuran dengen mencatat berbagai kekurangan sehingga bisa
Pada Proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 ini yang bertugas sebagai kepala surveyor
yaitu Bapak Reboanto, dan di bantu oleh dua surveyor yaitu Bapak Putra Andi dan Bapak
Susep dan tim-tim lainnya di lapangan. Tugas bapak-bapak surveyor ini sama halnya
dengan pengawas tadi, sangat sibuk, beliau sering kesana kemari untuk melakukan
HSE (Healty, Safety and Environment) merupakan suatu bidang atau disiplin ilmu
memberikan jaminan Kesehatan dan keselamatan kerja pada karyawan atau pekerja di
III-19
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN
PROYEK
5. Memeriksa kondisi Kesehatan tenaga kerja dan lingkungan kerja
HSE pada Proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 ini ada 1 kepala HSE Ibu Fathia Azzahra
dan dibantu 4 orang safety Officer yaitu Bapak Sudihartomo, Bapak Sri Prihadi, Bapak
Widnyo Kumoro dan Bapak Edi Sudrajat. HSE di proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2
ini sangat menaati dan melakukan tugasnya dengan sesuai. Dari yang melakukan Safety
Induction kepada pekerja yang baru pertama kali masuk proyek sampai menegur pekerja
3.3.7 Mekanik
tersedia dan dapat digunakan. Pada Proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 ini yang
bertugas sebagai Mekanik yaitu Bapak Tender dan Bapak Sutisna. Adapun tugas seorang
1. Menyalakan lampu.
Tugas dari Bapak Tender di lapangan agak ringan karena pekerjaan ini cukup mudah
apalagi beliau di bantu oleh Bapak Sutisna menyiapkan berbagai alat penunjang
kebutuhan dilapangan.
III-20
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN
3.3.8 Mekanikal Elektrikal (ME) PROYEK
yang memerlukan sebuah sistem mekanis dan sistem yang memerlukan tenaga listrik.
menunjang kegiatan yang dilakukan dalam bangunan, termasuk dalam hal kenyamanan
dan keamanan bagi setiap aktivitas dan pelakunya di dalam bangunan tersebut.
2. Melakukan proses pemasangan untuk instalasi elektrikal, seperti halnya pada sistem
pemasangan fire alarm, jaringan telepon, internet, tata suara dan beragam hal lainnya
3. Melakukan proses pemasangan dari beragam jenis mesin yang terdapat di dalam
air ke segala arah, baik itu air menuju basement, air mancur, hingga mesin lift yang
4. Melakukan proses pemasangan untuk instalasi AC. Bagian yang satu ini umumnya
disimpan di area plafon yang menggunakan sistem instalasi ducting. Dalam hal ini
layanan jasa tersebut akan menggunakan mesin khusus yang dikenal dengan nama
AHU atau pun mesin AC split yang umumnya ditempatkan di bagian dinding.
hydrant dan fire sprinkler yang merupakan bagian penting untuk melindungi
bangunan tersebut.
Pada Proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 ini yang bertanggung jawab dan coordinator
ME yaitu Bapak Wiyono. Pekerjaan beliau bisa dikatakan lumayan sibuk karena belia
III-21
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN
PROYEK pekerjaan sendiri tanpa ada asisten, tetapi
melakukan pengecekan, pengawasan, pengadaan
III-22
BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT
BAB IV
Bahan bangunan dan peralatan kerja pada pekerjaan konstruksi merupakan penunjang
pada proyek konstruksi untuk mencapai target yang ditentukan. Peralatan kerja yang
digunakan terdiri dari alat-alat berat, dan alat-alat perlengkap lainnya. Baik peralatan
yang digerakkan secara manual atau mekanis. Pemilihan bahan bangunan dan jenis
peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan proyek merupakan faktor penting dalam
kelancaran pekerjaan. Selain pemilihan peralatan, perawatan dan pemeliharaan bahan dan
alat merupakan hal utama dan harus dilakukan secara rutin. Demikian pula dengan cara
penggunaan dan pengoperasian alat harus sesuai dengan prosedur yang ditentukan sesuai
dengan fungsi peralatan tersebut. Dalam proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2, pihak
pelaksana memiliki alat-alat yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek. Selain itu
ditunjang juga oleh alat pertukangan yang dibawa oleh pekerja, kecuali untuk alat berat,
pihak pelaksana mendapatkannya dengan cara menyewa kepada pihak supplier alat berat.
Dalam pekerjaan struktur beton, sebagian besar bahan telah disediakan oleh Produsen
Beton yaitu PT. Adhimix Indonesia, beton ini menggunakan Ready mix dimana Semen
dan Agregat telah satu paket tersedia dalam adonan coran tersebut.
Untuk pengadaan bahan atau material yang lain dilakukan pemesanan secara bertahap
sesuai kebutuhan kepada pihak supplier/ sub-kontraktor dengan cara melakukan tender
IV-1
BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT
4.1.1 Beton Siap Pakai (Ready Mix)
Beton ready mix memiliki keuntungan diantaranya nilai yang ekonomis, tidak
membutuhkan banyak pekerja, dam mutu yang dihasilkan dapat lebih terjamin. Sebelum
Indonesia. PT Adhimix Indonesia sebagai penyedia jasa beton ready mix yang akan
dipakai selama pembangunan. Setelah itu mutu akan dicek oleh konsultan agar sesuai
dengan kualitas yang sesuai standar yang ditetapkan. Campuran beton terdiri dari
campuran kerikil, pasir, semen, air dan ditambahkan campuran (admixture) untuk
Mutu sbeton yang digunakan pada Proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 ini dapat dilihat
FC 45 Mpa
1 Kolom
FA 10 Mpa
FC 35 Mpa
2 Balok
FA 15 Mpa
FC 45 Mpa
3 Dinding
FA 10 Mpa
IV-2
BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT
Bahan yang digunakan dalam metode pelaksanaan STP dan GWT pada Bintaro Jaya
1. Semen
Semen yang dipakai dalam pelaksanaan proyek ini adalah tipe semen yang disesuaikan
dengan kebutuhan beton bertulang yaitu semen tipe I. Pengadaan semen dalam proyek ini
tidak begitu banyak digunakan karena seluruh struktur dan pondasi menggunakan Beton
Ready Mix sehingga penggunaan semen hanya untuk pembuatan beton skala kecil saja
seperti membuat tembok sisi saluran drainase atau menghaluskan permukaan beton yang
2 Pasir
Pasir merupakan tanah dengan butiran yang keras dan tajam, yang lolos pada ukuran
saringan 0,07mm sampai dengan 4,67mm. Merupakan butiran-butiran yang keras. Pasir
digunakan sebagai agregat halus pada campuran beton. Harga untuk pasir adalah
Rp250.000/ m3
1. Agregat
Agregat adalah salah satu dari bahan material beton yang berupa sekumpulan batu pecah,
kerikil, pasir baik berupa hasil alam atau lainnya. Agregat merupakan salah satu material
IV-3
BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT
yang digunakan dalam adukan beton yang membentuk suatu campuran semen (beton),
2. Air
Air yang digunakan harus memenuhi syarat secara fisik pada suatu proyek tidak boleh
mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan-bahan organis atau bahan- bahan
lain yang dapat merusak beton dan/atau baja tulangan. Air yang digunakan dalamproyek
ini adalah air tanah dimana sumber airnya berasal dari tanah yang dibor dan disedot
3. Besi tulangan
Jenis tulangan yang digunakan adalah tulangan ulir, dengan ketentuan tulangan : Fy 450
Dalam proyek, penggunaan besi tulangan ini memiliki keanekaragaman dimensi yang
digunakan. Ada yang berdiameter 10 mm, 13 mm, 19 mm, 22 mm, dan 25 mm sesuai
dengan kebutuhan besi tersebut. Besi tulangan ini disimpan di tempat terbuka didekatkan
1 BO Rp 690.000
2 K-175 Rp 760.000
3 K-200 Rp 780.000
4 K-225 Rp 810.000
5 K-250 Rp 830.000
6 K-275 Rp 840.000
7 K-300 Rp 870.000
IV-4
BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT
8 K-50 Rp 900.000
9 K-400 Rp 940.000
10 K-450 Rp 980.000
11 K-500 Rp 1.020.000
12 K-600 Rp 1.050.000
Beberapa jenis peralatan yang digunakan dalam proyek ini antara lain:
Truck Mixer adalah merupakan kendaraan yang digunakan untuk mengangkut beton
ready mix dari tempat pembuatan beton ke lokasi proyek dengan sekali angkut 7 m3,
dimana selama perjalanan tangki berisi adukan terus berputar agar adukan beton tetap
homogen. Pengadaan truk mixer berasal dari Produsen Beton yaitu PT. Adhimix
Indonesia. Truk mixer ini biasanya dapat menampung sebanyak 5 - 10 m3 adukan beton.
Dump Truck digunakan untuk memindahkan material tanah dengan jumlah yang banyak.
Penggunaan dump truck ini sangat memudahkan proses konsturksi, terutama pada saat
IV-5
BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT
pekerjaan penggalian tanah denga kapasitas angkut dump truck 20 m3.
Bucket adalah alat untuk mengangkut atau memindahkan adukan beton dari truk mixer ke
tempat pengecoran yang dialirkan melalui selang untuk mempercepat proses pengecoran.
Dengan adanya alat ini dapat lebih memudahkan dalam proses pengecoran karena dapat
menjangkau tempat yang jauh / tinggi serta bisa melakukan pengecoran dengan volume
IV-6
BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT
4.2.4 Mesin Penggetar Beton (Concrete Vibrator)
Concrete vibrator adalah alat untuk memadatkan adukan beton setelah adukan
dituangkan kedalam cetakan beton agar diperoleh beton yang tidak keropos dan padat
sesuai rencana.
Spesifikasi Alat :
Tower Crane merupakan alat yang digunakan untuk mengangkat material secara
vertical dan horizontal kesuatu tempat yang tinggi pada ruang gerak yang terbatas
dengan batas beban 2 ton. Untuk pengadaan Tower Crane di lapangan, pelaksana
menyewa 2 buah.
IV-7
BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT
Kapasitas : 2 ton
Scaffolding adalah besi-besi yang digunakan menopang balok atau pelat lantai bagian
atas Scaffolding disusun sedemikian rupa hingga mencapai ketinggian lantai berikutnya
dan menjadi dudukan atau alas untuk bekisting dan tulangan. Selain untuk menahan
tulangan dan bekisting, Scaffolding juga digunakan untuk menahan pekerja dan
menahan adukan coran. Untuk itu perakitan Scaffolding harus dibuat sangat kokoh dan
aman.
IV-8
BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT
Spesifikasi Alat :
Alat bar cutter digunakan untuk memotong besi tulangan agar didapat ukuran panjang
IV-9
BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT
Spesifikasi Alat :
Jumlah : 1 Unit
Alat ini berupa kunci untuk membengkokkan bagian ujung tulangan yang
Spesifikasi Alat :
Type : SP-32B
Jumlah : 1 Unit
4.2.9 Meteran
Meteran adalah alat yang digunakan untuk mengukur dimensi aktual, sebelum dan
IV-10
BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT
setelah pengecoran dan berfungsi untuk mengukur atau mengetahui ukuran yang sesuai
dengan perencanaan.
Spesifikasi Alat :
Jumlah : 5 Unit
Mesin trowel adalah mesin yang dirancang secara khusus untuk meratakan sekaligus
menghaluskan permukaan beton khususnya yang masih dalam proses pengerasan. Pada
bagian dasarnya terdapat beberapa daun dari bahan pelat baja yang bisa berputar. Daun
atau blade trowel ini dilengkapi pula dengan sangkar atau pelindung disekelilingnya
untuk keamanan saat digunakan.
IV-11
BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT
4.2.11 Waterpass
Waterpass adalah alat bantu yang digunakan untuk mengetahui ketegakan dan kerataan
pengecoran.
IV-12
BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT
Spesifikasi Alat :
Jumlah : 1 Unit
Selain alat-alat utama diatas, ada banyak alat pendukung yang digunakan untuk
kelancaran proses konstruksi pada proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2, antara lain :
a. Helm keamanan
b. Sekop
c. Ember
d. Tang gegep
e. Tang pemotong
f. Lampu penerangan
g. Selang
h. Cangkul
i. Sendok semen
j. Benang
IV-13
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
BAB V
PELAKSANAAN PEKERJAAN
disepakati meliputi ketentuan penggunaan material, alat berat, dan alat pendukung
sebagai persyaratan yang telah tercantum pada RKS agar pelaksanaan pekerjaan
berjalan dengan baik dan menghasilkan bangunan sesuai dengan perencanaan. Metode
pelaksanaan proyek secara umum dikerucutkan kembali dengan istilah metode kerja
pelaksanaan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis meninjau selama kurang lebih 2 bulan 2 minggu
terhitung sejak tanggal 22 Oktober 2022 s/d 30 Desember 2022 pada proyek Bintaro
Jaya Xchange Tahap 2 tentang bagaiman suatu proyek berjalan sesuai dengan metode
pelaksanaan. Pada bab ini akan di uraikan bebrapa metode pelaksanaan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan yang berkaitan dengan struktur. Pengamatan yyang kami
STP (Sewage Treatment Plant) adalah bangunan instalasi sistem pengolahan limbah cair
domestik. Air limbah yaitu air yang berasal dari sisa proses produksi dan kegiatan
lainnya yang tidak digunakan kembali. Air limbah domestik adalah air limbah dari
kegiatan rumah tangga, rumah susun, perumahan, perkantoran, apartemen, kantor rumah
dan toko, rumah sakit, pasar swalayan, mall, balai pertemuan, industri, sekolah, maupun
hotel, baik dalam bentuk grey water (air bekas) ataupun black water (air kotor/tinja).
V-1
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
V-2
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena
kumpulan dari berbagai macam material itulah yang membentuk suatu struktur yang di
inginkan. Karena itu pasokan material yang berkualitas tinggi akan dapat menghasilkan
struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan, kekakuan, dan kestabilan. Selain
itu faktor kelancaran pengadaan material akan membantu penyelesaian strukur secara
tepat waktu.
pekerjaan. Penyediaan alat kerja pada suatu proyek memerlukan manejemen yang baik
untuk menunjang kelancaran pekerjaan. Penggunaan alat harus sesuai dengan standart
dan kondisi dilapangan. Pertimbangan dari segi biaya sehubungan dengan penggunaan
peralatan harus tetap ada dan pemilihan jenis peralatan yang akan digunakan dalam
suatu pekerjaan secara cepat dan tepat. Peralatan yang digunakan terdiri dari alat-alat
berat dan alat-alat pelengkap lainya, baik yang digerakkan secara manual atau mekanis.
Berikut ini merupakan uraian kegiatan yang akan digunakan dalam pengerjaan :
1. Peralatan
• Excavator
• Dump truk
• Crane
V-3
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
• Linggis
• Palu
3. Material
persewaan peralatan konstruksi, cara ini harus dilakukan jika pihak kontraktor
V-4
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
Metode pelaksanaan yang akan dibahas pada pelaksanaan pekerjaan ini meliputi :
1. Pada tahap awal pekerjaan dimulai dengan meratakan tanah menggunakan alat
stamper.
3. Setelah itu lakukan pengecoran pada area lantai kerja sesuai dengan markingan
V-7
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Pemotongan ukuran panjang besi untuk tulangan yang dibutuhkan pada dinding
GWT &STP menggunakan mesin bar cutter sesuai dengan gambar kerja yang
telah disetujui.
V-8
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
sebagai penguat, dan rangka besi untuk rancangan polywood. Ukuran dimensi
2. Beton ready mix yang telah siap, di uji slump untuk memastikan sudah sesuai
V-9
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
syarat yang telah ditentukan apa belum.
lokasi pengecoran dan dilakukan pengecoran sampai dengan elevasi yang telah
direncakan.
vibrator.
6. Setelah pemadatan selesai lalu ditutup dengan plastik cor agar beton readyy mix
dari pengawas proyek. Pembongkaran bekisting pada proyek Bintaro Xchange Tahap
1. Kendorkan semua baut dan kemudian lepas tie rod dan kick brace secara
V-10
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
2. Kemudian bekisting dipindahkan ke tempat yang telah disiapkan.
2. Olesi permukaan dinding menggunakan rol secara merata dengan cara naik
turun.
3. Lakukan sebanyak 4-5 kal. Hal ini bertujuan untuk melindungi beton selama
V-11
BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK
BAB VI
KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK
Kemajuan proyek merupakan sebuah langkah yang berguna untuk meninjau progress
pekerjaan, yakni dari pekerjaan awal proyek hingga akhir pekerjaan proyek. Tujuannya
adalah untuk membantu semua pihak dalam upaya memantau dan mengendalikan secara
terus menerus dan berkesinambungan atas berbagai aspek penyelenggaraan proyek sampai
dengan saat pelaporan. Progress kemajuan proyek juga digunakan sebagai indikator untuk
Dalam setiap kemajuan proyek, juga diperlukan adanya suatu laporan mengenai evaluasi
kemajuan proyek dari awal hingga akhir pelaksanaan pekerjaan. Laporan ini berguna untuk
mengetahui kemajuan pekerjaan proyek tersebut. Laporan kemajuan proyek dapat berupa
laporan harian, laporan mingguan dan laporan bulanan yang disiapkan oleh kontraktor kepada
manajemen konstruksi, dan laporan dari menajemen konstruksi kepada pemberi tugas
(owner).
Pengendalian proyek adalah sistem yang mengatur semua kegiatan dalam proyek dengan
tujuan agar semua terlihat berfungsi secara optimal, sehingga pelaksanaan tepat waktu sesuai
dengan jadwal proyek (time schedule), supaya terkoordinasi dengan baik agar dapat
Pada pelaksanaan pembanguna Proyek Bintaro Jaya Xchange terdapat beberapa aspek
VI-1
BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK
4. Pengendalian Dokumen
6. Pengendalian K3
Pengendalian mutu adalah suatu sistem yang mengendalikan metode kerja dan hasil dari
suatu pekerjaan. Pada proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 ini khususnya dalam pekerjaan
STP dan GWT, pengendalian dan pengawasan mutusangat diperhatikan. Tujuan dari
pengendalian dan pengawasan mutu ini adalah agar kualitas yang dihasilkan dapat sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditentukan dalam dokumen kontrak. Pengendalian mutu ini
Pengendalian mutu ada proyek pembangunan Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 antara lain
sebagai beirkut:
1. Melakuakan pengawasan secara langsung mulai dari tahapan pemasangan tulangan dan
Slump Test
Slump test dilakukan untuk mengetahui kekentalan dari adukan beton yang akan dicor.
Dalam proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 pengujian slump test beton dilakukan dari
pihak kontraktor dan sub kontraktor yang terkait. Ada kemungkinan yang dapat terjadi pada
• Jika kurang dari 12 ± 2 mutu beton buruk dan truck mixer akan dirijek atau
VI-2
BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK
dipulangkan.
a. Adukan beton untuk pengujian slump diambil langsung dari truck mixer dengan
menggunakan troly. Bila dianggap perlu adukan beton diaduk lagi sebelum pegujian.
dantingginya 30 cm. Kemudian diletakkan pada pelat atau bidang yang datar dan
c. Cetakan diisi sampai penuh dengan adukan beton dalam 3 lapis. Setiap lapisan berisi
kira-kira 1/3 isi cetakan. Tiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat yang
merata.
d. Setelah cetakan diisi penuh maka bagian atasnya diratakan kemudian dibiarkan
selama ½ menit dan dalam jangka waktu itu semua adukan beton yang jatuh
f. Ukurlah nilai slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakkan
VI-3
BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK
Uji Kuat Tekan beton dilakukan sesuai dengan RKS yang telah ditetapkan sebelumnya.
Benda uji dicetak dalam bentuk silinder berukukaran 15x30 cm. Kuat tekan beton adalah
tekanan maksimum yang dapat diterima oleh beton umur 7 hari, 14 hari, dan 28 hari sampai
Pengendalian biaya dimaksudkan untuk mengetahui besarnya biaya yang telah dikeluarkan
dengan melihat tahap pekerjaan yang telah dicapai. Besarnya biaya ini dapat dibandingkan
dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) yang
telah disusun. Dari pembandingan ini, dapat diketahui apabila pada pekerjaan yang telah
dilaksanakan tersebut terjadi pembengkakan biaya sehingga dapat dilakukan evaluasi biaya.
Pengendalian biaya ini biasanya dilakukan dengan membuat rekapitulasi biaya yang telah
dikeluarkan. Setiap dilakukan pembelian material, bagian logistik mencatat jumlah material
yang dibeli dan besarnya biaya yang digunakan. Sedangkan pengendalian biaya tenaga kerja
dilakukan dengan memeriksa daftar absensi pekerja selama satu minggu dan besarnya biaya
yang dikeluarkan untuk membayar gaji pekerja. Besar total biaya inilah yang akan selalu
dikontrol dan dievaluasi sebagai pengendalian biaya. Selain itu, total biaya yang telah
VI-4
BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK
dikeluarkan ini juga dapat digunakan untuk menyusun kurva S realisasi dan untuk
memperkirakan presentase pekerjaan proyek yang telah dicapai. Langkah – langkah yang
1) Memilih keseluruhan pekerjaan menjadi item – item pekerjaan tersebut dengan batasan
2) Memilih biaya pekejaan yang dikeluarkan menurut item – item pekerjaan tersebut.
3) Menentukan pekerjaan yang telah dilaksanakan dan harus dibayar oleh pemilik.
Dengan pemilihan pekerjaan ini, kontaktor dapat mengetahui dengan jelas item bagian
pekerjaannya yang tidak efisien dan tetalu banyak menyerap dana, sehingga kontraktor
Pada proyek pembanguna Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 ini, sistem kontrak yang diterapkan
adalah Lumpsum fixed price. Semua pekerjaan tercantum dalam dokumen kontrak dan
dilaksanakan oleh kontraktor dengan jumlah imbalan tetap. Tetapi jika pemilih yang
Pengendalian waktu proyek adalah cara megendalikan waktu pelaksanaan agar waktu
pelaksanaan proyek sesuai dengan rencana. Oleh karena itu penjadwalan kegiatan proyek
yaitu mengatur waktu pelaksanaan pekerjaan menjadi sangat penting dalam rangka
pengendalian waktu. Salah satu cara pengendalian waktu adalah time schedule. Hal ini
dibuat untuk mengatur item-item pekerjaan agar diatur sedemikian rupa, sehingga suatu
pekerjaan dengan pekerjaan yang lainnya dapat saling berhubungan dan tidak saling
tumpang tindih.
VI-5
BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK
Laporan Harian
Laporan harian adalah laporan yang mencatat kegiatan setiap hari pada suatu lembar yang
sudah disediakan terhadap semua hal yang berkaitan dengan kegiatan proyek yang
berlangsung dalam satu hari. Pada proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 ini menjelaskan
pekerjaan yang dilaksanakan di hari itu juga, jika ada kendala dalam pelaksaan maka ada
Laporan Mingguan
Laporan mingguan adalah laporan yang berisikan kemajuan proyek selama satu minggu yang
merupakan hasil rekapitulasi data dari laporan harian. Laporan mingguan berupa tabel
perhitungan pencapaian kemajuan fisik pekerjaan (volume dan bobot) setiap mata
dokumen kontrak, rencana kerja dan deviasi, hasil minggu yang lalu, dan kumulatif
Laporan Bulanan
Laporan bulanan adalah laporan yang berisikan tentang kemajuan proyek selama satu bulan
yang dibuat berdasarkan laporan harian dan laporan bulanan. Laporan bulanan ini dibuat
sebagai pertanggung jawaban dari konsultan pengawas terhadap kondisi fisik pelaksanaan
konstruksi setiap bulan selama pelaksanaan. Penyusunan laporan bulanan ini juga sangat
dipengaruhi oleh kelengkapan dan keakurasian laporan mingguan yang telah disusun
sebelumnya.
Dalam pelaksanaan pekerjaan yang terdiri dari bagian-bagian pekerjaan yang jumlahnya
banyak, harus dijadwalkan sedemikian rupa agar tidak saling tunggu antar suatu pekerjaan
yang dapat memperlambat jalannya pekerjaan proyek. Sehingga dibuatlah master schedule
adalah untuk mencapai hasil fisik yang dapat dipertanggung jawabkan dalam jangka waktu
VI-6
BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK
a) contruction schedule
Rencana waktu pekerjaan struktur dalam suatu proyek baik struktur atas maupun
struktur bawah.
b) weekly schedule
Rencana pekerjaan yang akan dilakukan dalam waktu satu minggu oleh pekerjaan
lapangan.
c) monthly schedule
waktu pelaksanaan
VI-7
BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun master schedule antara lain:
a) Biaya pelaksanaan
pekerjaan tersebut.
d) Metode pelaksanaan
selesai.
e) Tenaga kerja
Kontraktor harus dapat menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk dapat
f) Peralatan
Penggunaan peralatan yang tepat dapat meningkatkan efisiensi waktu dan akan
menunjang produktivitas tenaga kerja sehingga pekerjaan dapat berjalan sesuai jadwal.
g) Faktor cuaca
Kondisi cuaca sangat berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan. Untuk itu kontraktor
harus dapat mengatasi masalah tersebut agar tidak menghambat pelaksanaan proyek.
Pada proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2, penjadwalan kerja dilakukan dengan
menggunakan kurva S. Kurva S ini berisikan tentang detail-detail pekerjaan yang akan
dilakukan, bobot pekerjaan, serta durasi pekerjaan. Selama proses pengendalian proyek,
penjadwalan kerja pada ini terus mengikuti perkembangan proyek. Oleh karena itu, proses
VI-8
BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK
monitoring dan updating selalu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan penjadwalan
yang paling realistis agar alokasi sumber daya dan penetapan durasinya sesuai dengan
sasaran dan tujuan proyek. Kemajuan pada awal-awalnya bergerak lambat, Kemudian
diikuti oleh kegiatan yang bergerak cepat dalam kurun waktu yang lebih lama. Pada
akhirnya kegiatan menurun kembali dan berhenti pada suatu titik akhir.
Pada proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 ini terjadi deviasi sekitar -0,034% dari grafik
rencana. Keterlambatan tersebut diakibatkan telatnya supply material serta cuaca yang tidak
Pengendalian ini adalah suatu sistem yang mengendalikan dokumen. Dokumen- dokumen
management.
VI-9
BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang penting dan menentukan dalam pelaksanaan
proyek pembangunan. Tenaga kerja yang ada harus dioperasikan dengan baik agar diperoleh
efisiensi kerja yang tinggi. Yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap orang yang
Tenaga kerja yang terdapat dalam pelaksanaan pembangunan Bintaro Jaya Xchange Tahap 2
sebagai berikut:
1. Tenaga ahli
Adalah tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan pengalaman dalam bidang
2. Tenaga menengah
Adalah tenaga kerja yang mendapat pendidikan rata-rata setingkat SMK dan diploma.
Tenaga kerja ini antara lain bekerja pada bidang administrasi, tenaga mekanik dan
pelaksana lapangan.
3. Tenaga mandor
Adalah kepala pekerja yang memberi perintah langsung kepada bawahannya (tenaga
4. Tenaga tukang
Adalah tenaga kerja yang ahli dalam bidangnya berdasarkan pengalaman kerja.
6.2.6 Pengendalian K3
Pada setiap proyek, selalu ditandai keterlibatan sumber daya. Salah satunya meliputi tenaga
kerja dengan berbagai latar belakang sosial, tingkat pendidikan, dan karakter
kepribadiannya. Jadi sangatlah mungkin kalau terjadi kesalahan – kesalahan yang bisa
mengganggu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Maka pada program pelaksanaan
VI-10
BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat pekerja maupun
pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat
kerja dengan cara mengenali hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadikecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Tujuannya adalah untuk menciptakan tempat kerja yang aman ,sehat sehingga dapat
Perlindungan tenaga kerja dalam suatu proyek dimaksudkan agar tenaga kerja dapat secara
Pada Proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 ini terdapat kebijakan khusus K3, yaitu :
1. Menggunakan Alat Pelindung diri (APD) seperti helem proyek, rompi, sepatu safety,
2. Dilarang menggunakan alat kerja yang rusak dan membahayakan untuk keselamatan diri
5. Dilarang membawa senjata tajam, bertindak keras, bermain judi, berkelahi, minum
6. Dilarang mencuri maupun membawa barang barang tanpa adanya ijin dari pihak terkait.
VI-11
BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK
7. Wajib mengkuti semua petunjuk keselamatan kerja dan peraturan keselamatan umum.
Beberapa kegiatan K3 yang ada di proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 yaitu :
1. Safety Induction
sebuah proyek ang di tujukan kepada seluruh pekerja maupun karyawan yang ada di
Tool Box Meeting diadakan diadakan seminggu sekali di hari selasa pagi pukul 07:30
WIB. Tool Box Meeting ini memberikan penjelasan mengenai pentingnya keselamatan
kerja dan memberikan informasi lapangan pada pekerja. Informarsi lapangan yang
diberikan yaitu area-area berbahaya dan apa saja yang oleh dan tidak boleh dilakukan
saat bekerja. Informasi yang sering di ingatkan yaitu penggunaan APD, kehati-hatian
VI-12
BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK
Berikut spanduk dan rambu-rambu peringatan agar selalu berhati-hati dan selalu waspada
VI-13
BAB VII PEMBAHASAN MASALAH
BAB VII
PEMBAHASAN MASALAH
Pada tahap pelaksanaan fisik suatu proyek sangat mungkin timbul masalah-masalah yang
tidak terduga dan tidak sesuai dengan gambar rencana yang telah direncanakan.
Permasalahan tersebut tidak dapat diatasi oleh satu pihak saja, untuk itulah diperlukan
Permasalahan tersebut harus dicari pemecahan dan solusi terbaik dengan segala
pertimbangannya. Dalam rapat koordinasi ini, biasanya terbagi menjadi 3 rapat koordinasi
Selama pelaksanaan Proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2, timbul beberapa masalah yang
Permasalahan cacat struktur dalam proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 ini adalah beton
keropos. Masalah ini ditemukan pada saat setelah pelepasan bekisting dilakukan. Beton
keropos ini hanya terdapat pada sisi bagian luarnya saja dari hasil pengecoran tidak rata,
terdapat pori, dan juga mengelupas. Selain itu, dalam skenario terburuk akan mengakibatkan
kegagalan struktur dan bangunan collapse (rubuh). Selain itu juga, beton keropos dapat
menyebabkan besi tulangan yang berada di dalamnya menjadi berkarat yang dikarenakan
terkena kontak langsung dengan udara dan air yang membuat besi tersebut dapat mengalami
VII-1
BAB VII PEMBAHASAN MASALAH
korosi, dan berkarat.
1. Proses adukan coran beton yang kurang maksimal yang dapat menyebabkan adukan
cor terlalu encer. Adukan cor yang terlalu encer dapat menyebabkan air semen keluar
dari bekisting.
3. Bekisting yang kotor juga dapat menyebabkan material-material yang akan berakibat
Faktor terbesar pada beton keropos ini ialah pemerataan beton dengan vibrator tidak
merata/tercampur dengan baik. Akibatnya terdapat rongga udara didalam campuran beton.
Beton yang keropos harus diperbaiki secepat mungkin, agar kualitas dari beton tersebut
dapat meningkat seperti yang seharusnya, sehingga beton tersebut dapat berfungsi secara
optimal.
VII-2
BAB VII PEMBAHASAN MASALAH
Penyelesaian Masalah:
Solusi yang harus dilakukan adalah grouting (penambalan) kembali bagian beton yang
keropos dengan menggunakan campuran mortar utama (MU) dan semen (untuk
beton yang keropos menggunakan sikat kawat, setelah dibersihkan dan beton terbebas dari
sisa retakannya barulah pekerja mulai menambal bagian yang keropos menggunakan
campuran mortar utama dan semen. Hasil dari grouting ini mengering dalam waktu kurang
lebih 5-6 jam. Penutupan beton keropos ini menggunakan Metode Injek.
Pengertian keterlambatan menurut Ervianto (1998) adalah sebagai waktu pelaksanaan yang
tidak dimanfaatkan sesuai dengan rencana kegiatan sehingga menyebabkan satu atau
beberapa kegiatan mengikuti menjadi tertunda atau tidak diselesaikan tepat sesuai jadwal
yang telah direncanakan. Keterlambatan proyek seringkali menjadi sumber perselisihan dan
tuntutan antara pemilik dan kontraktor, sehingga akan menjadi sangat mahal nilainya, baik
ditinjau dari sisi kontraktor maupun pemilik. Kontraktor akan terkena denda penalti sesuai
dengan kontrak.
Pelaksanaan pekerjaan yang tepat waktu akan menghasilkan suatu proyek yang baik. Di
dalam setiap pembangunan proyek pasti akan selalu ada permasalahan yang dihadapi, salah
• Cuaca buruk
Dari hasil tanya jawab dengan Bapak Joko Susilo selaku pembimbing lapangan kami, bila
sebuah proyek pembangunan mengalami keterlambatan pekerjaan hal yang perlu dilakukan
oleh pihak kontraktor adalah mencari tambahan pekerja apabila mengalami kekurangan
pekerja dan menambah jumlah jam kerja. Dan yang kedua jika keterlambatan di sebabkan
oleh keterlambatan maerial maka dilakukan alternatif lain sperti mencari suplier lain. Akan
tetapi semua itu harus mendapat ijin dari pihak Pengawas Proyek (MK).
Faktor alam yang menyebabkan terhambatnya kemajuan proyek adalah hujan. Air hujan
lainnya, misalnya pengecoran. Air hujan pula dapat mempengaruhi kadar air semen.
Solusi yang dapat dilakukan yaitu dengan mendirikan tenda tepat pada bagian yang akan
dicor sebelum kegiatan pengecoran dimulai untuk menghalangi hujan jatuh ke lokasi
tersebut. Selain itu, pemberian zat additive untuk mempercepat pengerasan beton juga ikut
Keselamatan dan kesehatan kerja atau yang sering kita kenal dengan sebutan K3 ini adalah
VII-4
BAB VII PEMBAHASAN MASALAH
hal yang terpenting yang harus dimiliki dalam setiap proyek konstruksi. K3 ini
diberlakukan dalam upaya menghargai setiap nyawa pekerja yang ada di proyek tersebut
dan juga melatih kedisiplinan kepada setiap pekerja. Akan tetapi tidak jarang kita jumpai di
beberapa proyek yang tidak mengikuti peraturan yang dibuat oleh K3. Banyak dari para
pekerja menyepelekan peraturan yang diberikan oleh K3. Begitu juga dengan para pekerja
Proyek ini masih ditemukan pekerja yang tidak menggunakan APD (alat pelindung diri).
Baik tidak menggunakan helmet, sarung tangan, sepatu boot, maupun alat safety pada
badan. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan adanya penyuluhan setiap hari sebelum
yang dibuat oleh K3 dan kerugian yang ditimbulkan akibat tidak menggunakan APD
ataupun tidak mematuhi peraturan yang dibuat oleh K3 Kemudian diadakan sanksi tegas
Solusi yang dilakukan oleh pihak kontraktor khususnya divisi K3 mengadakan Safety Health
and Environment Patrol secara rutin kepada pekerja dan menghimbau maupun menegur
kepada pekerja apabila ditemukan tidak memakai APD yang lengkap sesau dengan
pekerjaannya.
VII-5
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VIII
8.1 Kesimpulan
Setelah mengikuti kegiatan Kerja Praktik pada Pembangunan Proyek Bintaro Jaya
pelaksanaan pekerjaan yang dihadapi di lapangan. Dari Kerja Praktik ini, kami
mendapatkan banyak hal yang bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan
dalam bidang Teknik Sipil, baik yang menyangkut teknik di lapangan maupun
Berdasarkan hasil Kerja Praktik kami selama 2-3 bulan tepatnya di tanggal 22 Oktober
2022 sampai dengan 30 Desember 2022 di proyek Bintaro Xchange Tahap 2, berikut
pelayanan hunian yang lebih baik dan nyaman di daerah Jakarta dan sekitarnya.
Proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 ini memiliki jumlah lantai 13 lantai + 2
lantai basemant dan tinggi bangunan 63,2 meter, yang dibangun diatas lahan
mendapatkan hubungan kerjasama dari pihak yang terlibat pada proyek Bintaro
Jaya Xchange Tahap 2 ini terutama dalam pengaturan pelaksanaan proyek ang
VIII-1
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
3. Kebutuhan pokok bahan bangunan proyek ini yang merupakan material yang
berasal dari Pemasok (Supplier) yaitu Beton dari PT. Adhimix RMC Indonesia,
PT Pionir Beton Industri, Besi Tulangan berasal dari PT. Hanil Jaya Steel dan
PT. Tayo Giri Steel. Berikut bahan dan peralatan yang digunakan selama proses
b. Baja Tulangan
c. Kawat bendrat
d. Beton Decking
a. Tower Crane
b. Concrete Bucket
c. Concrete Vibrator
d. Mesin Trowel
e. Bekisting
f. Digital Theodolit
g. Bar Cutter
h. Dan alat tambahan : Helm Safety, Safety boots, sendok semen, cangkul,
4. Dalam pelaksanaan pekerjaan dinding GWT & STP pada proyek Bintaro Jaya
Xchange Tahap 2 menggunakan besi tulangan dengan jenis tulangan ulir dengan
papan polywood yang dirakit secara manual dan dibantu penyangga perkuatan
menggunakan kontrak Lump sum Fixed Price. Pada sitem kontrak ini,
yang telah disepakati bersama. Diakhir pekerjaan jika ada pekerjaan yang kurang
biaya bahan, biaya manusia, biaya administrasi, sampai biaya-biaya lain yang
sebagainya.
b. Pengendalian mutu pada proyek Bintaro Jaya Xchhange Tahap 2 ini sudah
memenuhi standart yang berlaku. Untuk hasil yang didapat tidak ada yang
cukup bagus dimana hal ini terbukti dengan tidak adanya insiden kecelakaan.
Banyak juga spanduk dan rambu peringatan yang ada di lingkungan proyek
hambatan yaitu:
8.2 Saran
Beberapa saran yang kami sampaikan setelah melakukan Kerja Praktik pada Proyek
Pembangunan Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 ini selama 2-3 bulan, yaitu :
1. Membuat perencanaan yang baik untuk menghindari masalah yang biasa terjadi.
2. Selalu mengecek terhaadap setiap pekerjaan agar terhindar dari permasalahan saat
pelaksanaaan pekerjaan.
menghambat pekerjaan, dimulai dari datang ke proyek dan saat selesai istirahat.
4. Perlu kesadaran bagi setiap pekerja maupun karyawan mengenai pentingnya Alat
Demikianlah kesimpulan dan saran kami. Sebagai penutup kami ucapkan terima kasih
keterangan dan kritik yang kami terima sebagai dasar penyusunan laporan kerja praktik
VIII-4
Daftar Pustaka
Adawiyah, M., & Anggraini, L. J. (2022). Metode Pelaksanaan Gwt (Ground Water Tank) Dan
Christina, W. Y., Djakfar, L., & Thoyib, A. (2012). Pengaruh Budaya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) terhadap kinerja proyek konstruksi. Rekayasa Sipil, 6(1), 83-95.
Ismael, I. (2013). Keterlambatan Proyek Konstruksi Gedung Faktor Penyebab dan Tindakan
Prasetyo, A., & Bukhori, B. (2019). Perbandingan Kebutuhan Tulangan Struktur Beton
2012 Serta SNI 1727: 2013 Dengan Pembebanan Sebelumnya. Logika Jurnal Ilmiah
Sutanto, K. R., Kosasi, M. H., & Andi, A. (2015). Produktivitas Alat Berat Pada Pekerjaan
4. BAB III, kepala proyek dll blm ada tugas secara 1. BAB VI, OK!
17/
teori vs tugas dilapangan, dan kesimpulannya gmn? 7 ACC SIDANG
01/
sesuai apa tidak teori dengan yg dilapangan 2023 Buat lembar asistensi
4. BAB IV, OK
05/
1. BAB I, OK!
4 01/
2023 2. BAB III, OK!
1. BAB V, OK!
14/
5 01/ 2. BAB VI, jelaskan pengendalian proyek apa saja?
2023 Baru bahas 1-1 beserta contoh lapangan