Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM PRODUKSI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

Anggota :

Abd. Rais 18TIA388

Alisa Safitri 18TIA425

Cici Permata Sari 18TIA431

Dodi Efendi 18TIA395

Nur Alifa Barsa 18TIA413

Syahdiatul Nadya 18TIA422

LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI DAN OPERASI

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI AGRO

POLITEKNIK ATI MAKASSAR

2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Mata Kuliah Sistem Produksi & Operasi yang dilaksanakan pada

tanggal 2- 4 Desember 2020 telah diterima dan disahkan oleh pembimbing.

Penyusun Laporan:

Tim penyusun laporan:

1. ABD. RAIS (18TIA388)


2. ALISA SAFITRI (18TIA425)
3. CICI PERMATA SARI (18TIA431)
4. DODI EFENDI (18TIA395)
5. NUR ALIFA BARSA (18TIA413)
6. SYAHDIATUL NADYA (18TIA422)

Makassar, Januari 2021


Disahkan Oleh :

Asisten

Sulung Rohmatullah A.Md

Mengetahui:
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

MULYADI ILYAS., SMI.,MM ANDI NURWAHIDAH, ST.,MT


NIP. 19551112 1987 03 0 001 NIP. 1990 0629 201901 2 001

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Sistem Produksi & Operasi ini telah diselesaikan oleh kelompok

II, guna memenuhi persyaratan Mata Kuliah Praktek Sistem Produksi & Operasi

(SISPRO) yang dilaksanakan pada Laboratorium Sistem Produksi & Operasi

Politeknik ATI Makassar.

Tim penyusun laporan:

1. ABD. RAIS (18TIA388)


2. ALISA SAFITRI (18TIA425)
3. CICI PERMATA SARI (18TIA431)
4. DODI EFENDI (18TIA395)
5. NUR ALIFA BARSA (18TIA413)
6. SYAHDIATUL NADYA (18TIA422)
Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh asisten Laboratorium, serta

telah memenuhi syarat untuk seminar praktek.

Makassar, Januari 2021


Menyetujui:
Pranata Laboratorium Pendidikan Asisten

DEDY CHRISDIANTO, A.Md Sulung Rohmatullah, A.Md


NIP. 198407102009011003
Mengetahui:
Kepala Laboratorium Sistem Produksi & Operasi

MULYADI ILYAS.,SMI.,MM
NIP. 19551112 1987 03 0 001

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

semua limpahan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan

Laporan Praktikum dari mata kuliah Sistem Operasi.

Harapan kami semoga Laporan Praktikum yang telah tersusun ini dapat

bermanfaat sebagai salah satu pedoman bagi para pembacanya, menambah

wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya kami dapat memperbaiki bentuk

ataupun isi dari Laporan Praktikum ini menjadi lebih baik lagi.

Sebagai panelis kami mengakui bahwasanya masih banyak kekurangan

yang terkandung di dalamnya. Oleh sebab itu, dengan penuh kerendahan hati kami

berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi

memperbaiki Laporan Praktikum ini.

Makassar, Januari 2021

Penulis

Kelompok II

iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3. Tujuan........................................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................4
2.1. Desain Produk...........................................................................................4
2.2. Peta Proses Operasi (OPC)........................................................................6
2.3. Peta Aliran Proses (FPC)...........................................................................8
2.4. Assembly Process Chart (APC)................................................................9
2.5. Bill of Material (BOM)............................................................................10
2.6. Kanban.....................................................................................................12
2.7. 7 Waste....................................................................................................13
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM..........................................................14
3.1. Alat Yang Digunakan..............................................................................14
3.2. Bahan Yang Dibutuhkan.........................................................................14
3.3. Prosedur Kerja.........................................................................................15
3.4. Flowchart................................................................................................16
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA..............................17
4.1. Rancangan Produk...................................................................................17
4.2. Operation Process Chart (OPC).............................................................22
4.3. Assembly Process Chart (APC)..............................................................22
4.4. Struktur Produk.......................................................................................23

v
4.5. Bill of Material (BOM)...........................................................................23
4.6. Kanban.....................................................................................................24
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN.........................................................25
5.1. Operation Process Chart (OPC).............................................................25
5.2. Assembly Process Chart (APC)..............................................................25
5.3. Bill of Material (BOM)...........................................................................26
5.4. Kanban.....................................................................................................27
5.5. Identifikasi Kendala Yang Dialami Selama Membuat Produk ..............27
BAB VI PENUTUP..............................................................................................29
6.1. Kesimpulan..............................................................................................29
6.2. Saran........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................30

vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 7

Gambar 9

Gambar 10

Gambar 12

Gambar 16

Gambar 17

Gambar 17

Gambar 18

Gambar 19

Gambar 20

Gambar 21

Gambar 22

Gambar 4.8. Bagan Struktur Produk Rak Pajangan.............................................. 23

vii
DAFTAR TABEL
Tabel 7

Tabel 23

Tabel 24

Tabel 25

Tabel 25

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di dalam pelaksanaan proses produksi dari perusahaan-perusahaan pada
umumnya, maka kelancaran pelaksanaan proses produksi merupakan suatu
hal yang sangat diharapkan di dalam setiap perusahaan. Kelancaran dalam
pelaksanaan proses produksi dari suatu perusahaan ini disamping dipengaruhi
oleh sistem produksi yang ada didalam perusahaan tersebut, maka
pengendalian proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan akan
menentukan pula. Sistem produksi pada umumnya sudah dipersiapkan
sebelum perusahaan tersebut melaksanakan proses produksinya. Baik
buruknya sistem produksi dalam suatu perusahaan akan mempengaruhi
pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut.
Namun demikian sistem produksi yang baik belum tentu dapat menghasilkan
pelaksanaan proses produksi yang baik pula apabila tidak diikuti dengan
pengendalian yang memadai. Untuk dapat melaksanakan proses produksi
dengan baik maka disamping diperlukan adanya sistem produksi yang baik,
sangat diperlukan pula terdapatnya pengendalian proses produksi yang tepat
pula. Dengan terdapatnya sistem produksi yang baik serta diikuti dengan
pengendalian proses yang tepat maka akan dapat diharapkan terdapatnya
kelancaran pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan.
Perancangan dan pengembangan produk adalah semua proses yang
berhubungan dengan keberadaan produk yang meliputi segala aktivitas mulai
dari identifikasi keinginan konsumen sampai fabrikasi, penjualandan
pengiriman dari produk (Widodo, 2003). Perancangan dan pengembangan
produk inilah yang menjadi suatu bagian dari perubahan abstrak yang ada
dalam dunia usaha.
Saat ini perkembangan teknik-teknik pertukangan kayu diharapkan
menghasilkan suatu produk yang berkualitas, maka perlu suatu proses kerja
yang efektif. Pada awalnya pemotongan kayu dilakukan secara manual

1
dengan memanfaatkan tenaga manusia kemudian berubah menggunakan
gergaji tangan. Dengan perkembangan zaman yang semakin maju,
penggunaan gergaji tangan sudah mulai jarang digunakan dan beralih ke
mesin gergaji.
Ukuran mesin gergaji sangat besar, sehingga akan menyulitkan dalam
pemotongan kayu yang berukuran kecil dan mesin tersebut tidak dapat
digunakan untuk membuat alur. Permasalahan itu disebabkan karena mata
pisau tidak dapat dinaik-turunkan sesuai kebutuhan. Selain itu, ukuran mesin
gergaji yang besar akan menyulitkan pekerja untuk memindah mesin ke suatu
tempat tertentu.
Demikian halnya untuk para pengrajin mebel yang biasanya dijumpai di
pinggir-pinggir jalan. Dengan ukuran bahan dari kayu yang tidak terlalu
besar, maka dibutuhkan alat pemotong kayu yang efektif dan efisien
untuk menunjang hasil produksi. Semakin bertambahnya variasi pekerjaan
yang ada di suatu industri mebel khususnya para pengrajin mebel. pekerjaan
pemotongan kayu yang menuntut adanya perbaikan mutu produksi,
kepresisian dan masih terbatasnya mesin potong yang efisien, maka inovasi
dan modifikasi alat yang ada menjadi suatu perhatian untuk kemajuan ke
depan.
Selain itu, keterbatasan alat potong manual dan mesin-mesin yang telah
ada dalam memproduksi barang serta hasil produksi yang kurang maksimal
menjadi salah satu landasan pendukung untuk memodifikasi mesin yang telah
ada. Produk mebel karya perajin antara lain almari, rak buku, meja, kursi,
meja belajar, meja komputer, bufet dan tempat tidur. Jenis kayu yang sering
digunakan untuk membuat mebel adalah kayu sengon laut, mahoni, durian,
nangka, munggur, sonokeling dan jati. Selain jenis rak buku dan meja belajar,
para pengrajin juga membuat berbagai jenis daun pintu.
Kebutuhan dan keinginan masyarakat terhadap produk mebel yang kian
hari semakin tinggi dan semakin unik menuntut para pengrajin mebel untuk
selalu membuat produk yang kreatif dan minimalis. Hal itu memberikan
ruang peluang untuk para pengrajin yang kreatif. Mulai dari desain dan

2
fungsinya harus multifungsi semua harus kreatif. Maka produk yang selalu
begitu saja akan tertinggal dan kehilangan minat. Jadi, perlu adanya terobosan
inivatif untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara merancang rak pajangan?
2. Bagaimana cara pembuatan lemari rak pajangan?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui cara merancang rak pajangan
2. Mengetahui cara pembuatan rak pajangan

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Desain Produk


Desain produk dapat didefinisikan sebagai generasi ide, pengembangan
konsep, pengujian dan pelaksanaan manufaktur (objek fisik) atau jasa.
Desain produk merupakan terjemahan dari industrial design. Sebagian para
ahli menterjemahkan industrial design dengan desain produk.
Desain produk adalah pioner dan kunci kesuksesan sebuah produk
menembus pasar sebagai basic bargaining marketing, mendesain sebuah
produk berarti membaca sebuah pasar, kemauan pasar, kemampuan pasar,
pola pikir pasar serta banyak aspek lain yang akhirnya diterjemahkan dan
diaplikasikan dalam perancangan sebuah produk. Kemampuan sebuah
produk bertahan dalam siklus sebuah pasar ditentukan oleh bagaimana
sebuah desain mampu beradaptasi akan perubahan-perubahan dalam bentuk
apapun yang terjadi dalam pasar sehingga kemampuan tersebut menjadi nilai
keberhasilan bagi produk itu sendiri dikemudian hari. Dengan krusialnya
bentuk tanggung jawab seorang desainer produk industri dalam perancangan
sebuah produk, desainer produk harus memiliki pengetahuan dan riset yang
baik sebelum merancang sebuah produk. Proses tersebut membutuhkan
waktu yang tidak singkat dalam perancangannya, ketajaman berpikir dan
membaca peluang sangatlah dominan dalam menentukan rating desainer
tersebut. Sense dapatlah kita katakanlah begitu, terbentuk dari pengalaman
yang panjang dan ditempa berbagai aspek yang melingkupi dan dihadapi
sang desainer tersebut (Muhajirin, 2010).

Proses desain produk :


1. Pengembangan Ide (Idea Development)
Ide terhadap produk dapat muncul dari dalam perusahaan – seperti
manajer produk atau teknisi – maupun dari luar perusahaan – seperti
pelanggan, pesaing, pemasok, dll–. Riset pasar (market research)

4
mengumpulkan informasi dari pelanggan dengan mempelajari selera dan
pola pembelian pelanggan. Pembandingan (benchmarking) mempelajari
praktik kerja dari perusahaan terbaik dan membandingkan kinerja diri
dengan kinerja mereka. Reverse engineering adalah metode dengan
membeli produk pesaing dan membongkarnya untuk mempelajari
komponen dan fitur produk.

2. Penyaringan Produk (Product Screening)


Selanjutnya tim penyaringan melakukan evaluasi terhadap realisasi ide
produk menurut fungsi bisnis utama, seperti keuangan, pemasaran, dan
operasi. Salah satu teknik yang digunakan adalah break-even analysis.
Teknik ini menghitung jumlah produk yang harus dijual perusahaan agar
menutupi biaya produksinya.

3. Desain Awal dan Pengujian (Prelimenary Design and Testing)


Pada tahap ini, desain produk yang telah dipilih diwujudkan dalam bentuk
prototipe. Prototipe tersebut diuji, dan hasil pengujian digunakan untuk
merubah desain produk. Proses dilanjutkan dengan merevisi dan
membuat ulang prototipe sesuai desain yang baru. Proses ini diulang
beberapa kali hingga seluruh kesalahan mayor diperbaiki. Pada tahap ini
perlu pertimbangan terhadap biaya dan waktu untuk jumlah pengujian
ulang yang dilakukan.

4. Desain Akhir (Final Design)


Merupakan tahap perancangan akhir yang menguraikan antara lain,
spesifikasi produk akhir, intruksi pemrosesan, pekerjaan yang harus
dilakukan, peralatan dan bahan baku yang digunakan, serta pengaturan
produksi lainnya.

5
2.2. Peta Proses Operasi (OPC)
Operation process chart (OPC) merupakan suatu diagram yang
menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku
mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaan sejak dari awal sampai
menjadi produk jadi utuh maupun sebagai komponen, dan juga memuat
informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa lebih lanjut. Jadi dalam
suatu operation process chart, yang dicatat hanyalah kegiatan-kegiatan
operasi dan pemeriksaan saja, kadang-kadang pada akhir proses dicatat
tentang Penyimpanan .
Menurut Wignjosoebroto (2006), peta proses operasi (operation
process chart) atau disingkat OPC adalah peta kerja yang menggambarkan
urutan kerja dengan jalan membagi pekerjaan tersebut ke dalam elemen-
elemen operasi secara detail.
Operation Process Chart memiliki beberapa kegunaan yang dapat
dicatat. Kegunaannya adalah bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan
penganggarannya, bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan
menghitung efisiensi ditiap operasi/pemeriksaan), sebagai alat untuk
menentukan tata letak pabrik, sebagai alat untuk menentukan perbaikan cara
kerja yang sedang dipakai, serta sebagai alat untuk latihan kerja.
Operation process chart biasanya dimulai dengan bahan baku
memasuki pabrik dan mengikutinya melalui setiap langkah, seperti
penyimpanan transportasi, inspeksi, operasi mesin, dan perakitan sampai
menjadi sebuah unit atau bagian dari sebuah unit yang akan dirangkai.
 Adapun informasi-informasi yang bisa didapatkan dalam peta proses
operasi adalah sebagai berikut:
a. Bahan baku dan bahan penunjang yang dibutuhkan (dipresentasikan
dengan garis panah horizontal).
b. Operasi yang dibutuhkan pada masing-masing komponen atau bagian
dari bahan baku (dipresentasikan dalam lingkaran).
c. Waktu yang dibutuhkan dalam proses.
d. Alat yang digunakan dalam operasi.

6
Berikut merupakan lambang atau simbol American Society of
Mechanical Engineer (ASME) untuk Operation Process Chart:
Tabel 2. 1 Simbol American Society of Mechanical Engineer

Gambar 2.1. Contoh Peta Proses Operasi Pembuatan Kursi Kuliah

7
2.3. Peta Aliran Proses (FPC)
Peta Aliran Proses adalah suatu diagram yang menggambarkan langkah
– langkah proses secara lebih rinci dan lengkap dari setiap komponen
pembentuk suatu produk. Informasi yang diberikan antara lain yaitu Urutan
Operasi, Pemeriksaan, Transportasi, Menunggu, dan Penyimpanan.
Kegunaan peta aliran proses, adalah:
1. Memberikan informasi aliran bahan atau aktivitas orang mulai awal
masuk proses sampai aktivitas terakhir.
2. Memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu proses.
3. Mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau orang selama
proses berlangsung.
4. Alat untuk perbaikan proses atau metode kerja.

Perbedaan OPC dan FPC:


1. Peta aliran proses memperlihatkan semua aktivitas dasar, termasuk
transportasi, menunggu dan menyimpan, sedangkan pada peta proses
operasi terbatas pada operasi dan pemeriksaan.
2. Peta aliran proses tidak bisa digunakan untuk menggambarkan proses
perakitan secara keseluruhan, biasanya hanya salah satu komponen dari
produk yang dirakit. Sedangkan peta proses operasi menggambarkan
keseluruhan proses perakitan produk.

8
Gambar 2.2. Contoh Peta Aliran Proses Pembuatan Keripik Kentang

2.4. Assembly Process Chart (APC)


Assembly Process Chart atau juga disebut dengan peta proses perakitan
merupakan peta kerja yang termasuk kedalam peta kerja yang menganalisis
keseluruhan proses yang terjadi dalam proses produksi. Bedanya peta kerja
ini digunakan untuk mnganalisis proses perakitan.

Assembly Process Chart (APC) menurut Sutalaksana (1979)


merupakan peta yang menggambarkan langkah-langkah proses perakitan
yang akan dialami komponen berikut pemeriksaannya dari awal sampai
produk jadi selesai. APC atau peta proses perakitan memiliki beberapa
manfaat diantaranya dapat menentukan kebutuhan operator, mengetahui
kebutuhan tiap komponen, untuk menentukan tata letak fasilitas, dan
membantu menentukan perbaikan cara kerja.

9
2.5. Bill of Material (BOM)
Bill of Material (BOM) suatu barang menunjukkan jumlah setiap jenis
bahan dan bagian barang yang dibutuhkan membuat satu satuan barang jadi
serta jumlah setiap jenis bahan lain dan bagian barang lain yang dibutuhkan
untuk membuat setiap jenis bahan. Karena juga menunjukkan susunan
bahan-bahan dan bagian-bagian barang yang dibutuhkan untuk membuat
suatu barang jadi, BOM ini disebut juga susunan barang (product structure)
atau daftar suku rakitan (assembly parts list). Jumlah dan jenis bagian
barang atau bahan yang ditunjukkan pada satu tingkat adalah jumlah dan
jenis yang dibutuhkan untuk membuat barang atau bagian barang yang
berada satu tingkat di atasnya. Jumlah suatu jenis bahan baku yang
dibutuhkan untuk membuat 1 satuan barang disebut tingkat pemakaian
bahan baku (TPB). Pada beberapa kegiatan pengolahan, suatu bagian barang
dibuat baik untuk diolah kembali dalam membuat bagian barang yang lain
maupun untuk dijual kepada pihak lain. Dalam hal ini bagian barang yang
bersangkutan pada waktu yang bersamaan mempunyai lebih dari satu
kedudukan, sebagai barang setengah jadi dan barang jadi.
Bill of material adalah sebuah daftar jumlah komponen, campuran
beberapa bahan dan bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi suatu
produk jadi. BOM tidak hanya mengkualifikasikan sebuah produk produk
tapi juga berguna untuk pembebanan biaya dan dapat dipakai sebagai daftar
bahan yang harus dikeluarkan untuk karyawan produksi atau perakitan.
Kegunaan Bill of Material :

1. Dasar perhitungan harga jual

2. Dasar perencanaan kebutuhan bahan baku

3. Menghindari kekurangan bahan baku

4. Sebagai acuan perbaikan produk

5. Menyatukan fungsi dalam perusahaan

10
Sepatu (1)

Tali (1) Sol (1) Kap (1) Lidah (1)

Sol Dalam
(1)
Sol
Tengah
(1)
Sol
Terluar (1)
Gambar 2.3. Contoh Bill of Material Produk Sepatu

Keterangan :
1. Level 0
Sebuah produk jadi yang tidak digunakan sebagai komponen
pembentuk dari produk lain.
2. Level 1
Sebuah komponen pembentuk langsung dari produk dengan Level 0.
Pada waktu bersamaan, komponen ini juga merupakan sebuah
produk jadi. Sebagai gambaran, ban mobil juga dapat dijual terpisah
sebagai produk jadi yang siap pakai.
3. Level 2
Sebuah komponen pembentuk langsung dari produk dengan Level 1.
Sebagaimana level 1, komponen pada level 2 juga dapat digumakan
sebagai komponen pembentuk langsung pada level 0 atau sebagai
produk jadi.
4. Level 3
Sebuah komponen pembentuk langsung dari produk dengan Level 2.
Sebagaimana level 2, komponen pada level 3 juga dapat digumakan
sebagai komponen pembentuk langsung pada level 0 atau sebagai
produk jadi.

11
2.6. Kanban
Salah satu teknik penerapan just-in-time (JIT) yang praktis disebut
Kanban. Teknik ini dibuat untuk mengendalikan tingkat persediaan dan
produksi, serta pasokan komponen menurut Junior dan Filho. Menurut
Kumar dan Panneerselvam, Kanban merupakan suatu pendekatan pull
system yang mengandalkan otorisasi sebagai pengendali jumlah produksi
yang akan dilakukan oleh perusahaan, dalam rangka mengendalikan bahan
baku suatu produk berdasarkan peramalan permintaan konsumen. Kanban
merupakan kata dari bahasa Jepang, yang berarti papan tanda. “Kan” berarti
visual, “ban” berarti kartu. Sistem ini menggunakan kartu visual sebagai alat
untuk menyediakan informasi dalam rangka mengatur pergerakan
persediaan dan bahan baku dalam perusahaan. Sistem Kanban ini dibuat
untuk memenuhi kebutuhan spesifik perusahaan, khususnya untuk
meningkatkan visibilitas dan transparansi atas pengendalian persediaan dan
produksi menurut Kouri.
Secara umum, tujuan dari Kanban ini ialah untuk meningkatkan
prediktabilitas dan stabilitas dalam pengendalian persediaan sehingga
menjadi lebih responsif terhadap perubahan di pasar menurut Kniberg.
Menurut Kumar, faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
mengendalikan sistem Kanban antara lain ialah:
1. Manajemen persediaan,
2. Partisipasi vendor maupun pemasok,
3. Peningkatan dan pengendalian kualitas,
4. Komitmen karyawan dan manajemen tingkat atas.

12
Gambar 2.4. Contoh Kanban

2.7. 7 Waste
Berikut ini adalah tujuh jenis pemborosan yang tidak bernilai tambah
(Besterfield 2004, Hines 2004) dalam (Fadhillah, 2018) :
1. Defect (cacat)
Dapat berupa ketidaksempurnaan produk, kurangnya tenaga kerja pada
saat proses berjalan, adanya proses pengerjaan ulang (rework) dan klaim
dari pelanggan.
2. Waiting (menunggu)
Dapat berupa proses menunggu kedatangan material, informasi,
peralatan,dan perlengkapan. Para pekerja hanya mengamati mesin yang
sedang berjalan atau berdiri menunggu langkah proses selanjutnya.
3. Unnecessary inventory (persediaan yang tidak perlu)
Dapat berupa penyimpanan inventory melebihi volume gudang yang
ditentukan, material yang rusak karena terlalu lama disimpan atau
kadaluarsa.
4. Unappropriate processing (proses yang tidak tepat)
Dapat berupa ketidak sesuaian proses / metode operasi produk yang
diakibatkan oleh penggunaan tool yang tidak sesuai dengan fungsinya
ataupun kesalahan prosedur / sistem operasi.
5. Unnecessary motion (gerakan yang tidak perlu)
Dapat berupa gerakan-gerakan yang seharusanya bisa dihindari, misalnya
komponen dan control yang jauh dari jangkauan, double handling layout
yang tidak standart, operator membungkuk.
6. Transportation (transportasi)
Dapat berupa pemborosan waktu karena jarak gudang bahan baku ke
mesin jauh atau memindahkan material antar mesin atau dari mesin ke
gudang produk jadi.
7. Overproduction (kelebihan produksi)
Dapat berupa produksi barang-barang yang belum dipesan atau produk
yang diproduksi lebih banyak daripada yang dipesan atau dijual.

13
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Alat Yang Digunakan


Berikut alat-alat yang digunakan dalam pembuatan Rak Pajangan, yaitu:
a. Gergaji (Circual Saw) 1 buah
b. Meteran 1 buah
c. Bor 2 buah
d. Penggaris 2 buah
e. Waterpass 1 buah
f. Kacamata 1 buah
g. Mesin Katam 1 buah
h. Pensil 3 buah
i. Siku 1 buah
j. Gunting 2 buah
k. Pisau Cutter 2 buah
l. Mesin Gerinda 1 buah
m. APD (Safety) 1 buah

3.2. Bahan Yang Dibutuhkan


Selain alat-alat diatas, berikut bahan-bahan yang dibutuhkan dalam
pembuatan Rak Pajangan, yaitu:
a. Sekrup 5 cm (32)
b. Amplas 10 cm
c. Multiplex Mekanikal uk. 124x25 cm, Ketebalan 18 mm (1)
d. Multiplex Mekanikal uk. 162x25 cm, Ketebalan 18 mm (1)
e. Multiplex Mekanikal uk. 104x25 cm, Ketebalan 18 mm (1)
f. Multiplex Mekanikal uk. 82x25 cm, Ketebalan 18 mm (1)
g. Multiplex Mekanikal uk. 62x25 cm, Ketebalan 18 mm (1)

14
h. Multiplex Mekanikal uk. 204x10 cm, Ketebalan 18 mm (2)
i. Lem Fox Kayu 500 gram
j. HPL uk. 4 m

3.3. Prosedur Kerja


1. Membuat sketsa desain produk di kertas.
2. Membuat PPO (Peta Proses Operasi) dari produk rak pajangan
berdasarkan sketsa yang telah digambar.
3. Membuat Kanban dan BOM rak pajangan.
4. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan rak
pajangan.
5. Ukur Multiplex dengan meteran sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan yaitu Multiplex Mekanikal uk. 124x25 cm (1), Multiplex
Mekanikal uk. 162x25 cm (1), Multiplex Mekanikal uk. 104x25 cm (1),
Multiplex Mekanikal uk. 82x25 cm (1), Multiplex Mekanikal uk. 62x25
cm (1), Multiplex Mekanikal uk. 204x10 cm (2).
6. Tandai Multiplex menggungakan pensil sesuai dengan ukuran pada
langkah (2).
7. Potong Multiplex dengan menggunakan Circular Saw Table sesuai
dengan ukuran yang telah ditandai.
8. Setelah itu, setiap komponen dirakit menggunakan sekrup yang telah
disediakan sesuai dengan petunjuk.
9. Ukur HPL sesuai dengan ukuran Multiplex dan potong menggunakan
pisau cutter.
10. Kemudian, lakukan laminating pada Multiplex dengan HPL yang telah
dipotong menggunakan lem fox kayu.
Catatan : cara pengeleman harus rata dan setipis mungkin agar tidak ada
oksigen yang tertinggal sehingga hasilnya tidak menggelembung dan
dapat bertahan lama.
11. Tunggu sampai proses laminating selesai dan kering lalu rak pajangan
siap digunakan.

15
3.4. Flowchart

MULAI

PENDAHULUAN
- Latar Belakang
- Rumusan Masalah
- Tujuan

LANDASAN

METODOLOGI PRAKTIKUM
- Alat yang digunakan
- Bahan yang dibutuhkan
- Prosedur kerja
- Flowchart

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


PPO, PAP, Kanban, dan BOM

ANALISA DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN

SELESAI

16
Gambar 3.1. Flowchart Rak Pajangan

BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. Rancangan Produk


a. Desain Rak Pajangan

Gambar 4.1. Desain Rak Pajangan

b. Pemberian Nomor Komponen

5
6

4
2
3

Gambar 4.2. Pemberian Nomor Setiap Komponen

17
c. Ukuran Setiap Bagian

Komponen 1 Komponen 2 Komponen 3 Komponen 4


(124x25x2) (162x25x2) (104x25x2) (82x25x2)

Komponen 5 Komponen 6
(62x25x2) (204x10x2)

Gambar 4.3. Ukuran Setiap Bagian

18
d. Alat dan Bahan
1. Alat

Gergaji (Circual Saw) Meteran


Mesin Bor

Penggaris Waterpass
Kacamata Safety

Mesin Katam Pensil


Besi Siku

Gunting Pisau Cutter


Mesin Gerinda

19
APD (Alat Pelindung Diri)

Gambar 4.4. Alat Yang Digunakan Dalam Pembuatan Rak Pajangan

2. Bahan

Multiplex Sekrup
Lem Kayu

HPL

Gambar 4.5. Bahan Yang Digunakan Dalam Pembuatan Rak Pajangan

4.2. Operation Process Chart (OPC)

20
PETA PROSES OPERASI
Nama Objek : Rak Pajangan
Nomor Peta : 01
Dipetakan Oleh : Kelompok 2 ( Abd. Rais, Alisa Safitri,Cici Permata S, Dodi Efendi, Nur Alifa Barsa )
Tanggal Dipetakan : 2 November 2020
Sekarang Usulan
(224 cm x 122 cm) (224 cm x 122 cm) (224 cm x 122 cm) (224 cm x 122 cm) (224 cm x 122 cm) (224 cm x 122 cm)
HPL Papan Rangka Papan Alas 4 (1) Papan Alas 3 (1) Papan Alas 2 (1) Papan Belakang (1) Papan Alas 1 (1)
(204 cm x 10 cm) (62 cm x 25 cm) (82 cm x 25 cm) (104 cm x 25 cm) (162 cm x 25 cm) (124 cm x 25 cm)

Mengukur 5" 5"


30" Mengukur 5" Mengukur O-15 Mengukur 5"
O-10 Mengukur 5"
O-5
Mengukur 5"
O-1
Mengukur
O-30 (Meja O-25 O-20
(Meja Fabrikasi) (Meja Fabrikasi)
(Meja Fabrikasi) (Meja Fabrikasi) (Meja Fabrikasi) (Meja Fabrikasi)
Fabrikasi)
650" 15" 10" 10" 10" 15"
Menandai Menandai Menandai Menandai Menandai Menandai 10" Menandai
O-31 O-26 O-21 O-16 O-11 O-6 O-2
(Meja (Meja Fabrikasi) (Meja Fabrikasi) (Meja Fabrikasi) (Meja Fabrikasi) (Meja Fabrikasi) (Meja Fabrikasi)
Fabrikasi)
1200" Memotong 25" 18" 18" Memotong 18" Memotong 25" Memotong 18" Memotong
Memotong Memotong O-17 O-12 O-7 O-3
O-32 O-27 O-22
(Meja (Circual Saw) (Circual Saw) (Circual Saw) (Circual Saw) (Circual Saw) (Circual Saw)
Fabrikasi)
16" 16" Menghaluskan 16"
16" Menghaluskan Menghaluskan O-18 Menghaluskan 16" Menghaluskan 16" Menghaluskan
O-28 O-23 O-13 O-8 O-4
(Meja Fabrikasi) (Meja Fabrikasi) (Meja Fabrikasi) (Meja Fabrikasi) (Meja Fabrikasi) (Meja Fabrikasi)

55" Produk 7" 7" 7"


Produk Diperiksa
7" 7" Produk Diperiksa 7"
I-7 I-6 Produk Diperiksa I-5 Produk Diperiksa I-4 I-3 Produk Diperiksa I-2 I-1 Produk Diperiksa
Diperiksa
ASS - 1
Sekrup 5 cm (2)
Perakitan 1
10"
(Meja Assembly)
O-9
ASS - 2
Sekrup 5 cm (2)

10" Perakitan 2
O-14
(Meja Assembly)
ASS - 3
Sekrup 5 cm (2)

10" Perakitan 3
O-19
ASS - 4 (Meja Assembly)

Sekrup 5 cm (2)

10" Perakitan 4
O-24
(Meja Assembly)
ASS - 5
Sekrup 5 cm (24)

Perakitan 5
120" O-29
(Meja Assembly)
ASS - 6

Lem

9000" Perakitan 6
O-33
(Meja Assembly)
RINGKASAN
KEGIATAN JUMLAH WAKTU (MENIT)

Menghaluskan
OPERASI 34 11.378 15" O-34
(Meja Fabrikasi)

PEMERIKSAAN 8 102
5" I-8 Produk Diperiksa

TOTAL 42 11.480
Penyimpanan

Gambar 4.6. Operation Process Chart Rak Pajangan

21
4.3. Assembly Process Chart (APC)
PETA PROSES OPERASI
Nama Objek : Rak Pajangan
Nomor Peta : 01
Dipetakan Oleh : Kelompok 2 ( Abd. Rais, Alisa Safitri,Cici Permata S, Dodi Efendi, Nur Alifa Barsa )
Tanggal Dipetakan : 2 November 2020
Sekarang Usulan
(224 cm x 122 cm) (224 cm x 122 cm) (224 cm x 122 cm) (224 cm x 122 cm) (224 cm x 122 cm) (224 cm x 122 cm)
HPL Papan Rangka Papan Alas 4 (1) Papan Alas 3 (1) Papan Alas 2 (1) Papan Belakang (1) Papan Alas 1 (1)
(204 cm x 10 cm) (62 cm x 25 cm) (82 cm x 25 cm) (104 cm x 25 cm) (162 cm x 25 cm) (124 cm x 25 cm)

55" Produk 7" 7" 7"


Produk Diperiksa
7" 7" Produk Diperiksa 7"
I-7 I-6 Produk Diperiksa I-5 Produk Diperiksa I-4 I-3 Produk Diperiksa I-2 I-1 Produk Diperiksa
Diperiksa
ASS - 1
Sekrup 5 cm (2)
Perakitan 1
10"
(Meja Assembly)
O-9
ASS - 2
Sekrup 5 cm (2)

10" Perakitan 2
O-14
(Meja Assembly)
ASS - 3
Sekrup 5 cm (2)

10" Perakitan 3
O-19
ASS - 4 (Meja Assembly)

Sekrup 5 cm (2)

10" Perakitan 4
O-24
(Meja Assembly)
ASS - 5
Sekrup 5 cm (24)

Perakitan 5
120" O-29
(Meja Assembly)
ASS - 6

Lem

9000" Perakitan 6
O-33
(Meja Assembly)
RINGKASAN
KEGIATAN JUMLAH WAKTU (MENIT)

OPERASI 6 9.160

PEMERIKSAAN 8 102
5" I-8 Produk Diperiksa

TOTAL 14 9.262
Penyimpanan

Gambar 4.7. Assembly Process Chart Rak Pajangan

22
4.4. Struktur Produk

Rak Pajangan

Papan Papan Papan


Alas Belakang Rangka

Multiplex Multiplex Multiplex Multiplex


Multiplex Multiplex
Mekanika Mekanikal Mekanikal Mekanika
Mekanikal Mekanika
l uk. uk. uk. l uk.
uk. 82x25 l uk.
124x25 104x25 162x25 204x10
cm 62x25 cm
cm cm cm cm

Gambar 4.8. Bagan Struktur Produk Rak Pajangan

4.5. Bill of Material (BOM)

Tabel 4.1. Bill of Material Rak Pakangan

Level Description Quantity


0 Rak Pajangan 1
1 Papan Alas 4
1 Papan Belakang 1
1 Papan Rangka 2
2 Multiplex Mekanikal uk. 124x25 cm 1
2 Multiplex Mekanikal uk. 162x25 cm 1
2 Multiplex Mekanikal uk. 204x10 cm 1
2 Multiplex Mekanikal uk. 104x25 cm 2
2 Multiplex Mekanikal uk. 82x25 cm 1
2 Multiplex Mekanikal uk. 62x25 cm 1
3 Sekrup 32
3 Amplas 10 cm
3 Lem Fox Kayu 500 gr
3 HPL 4m

4.6. Kanban

23
Tabel 4.2. Kanban Rak Pakangan

TO - DO DOING DONE

Menyiapkan alat dan Mengukur setiap


bahan komponen

Menandai setiap Memotong setiap


komponen komponen

Menghaluskan setiap Melakukan


komponen pemeriksaan

Perakitan 1 Perakitan 2

Perakitan 3 Perakitan 4

Perakitan 5 Perakitan 6

24
BAB V
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.

5.1. Operation Process Chart (OPC)


Tabel 5.1. Ringkasan OPC
RINGKASAN
KEGIATAN JUMLAH WAKTU (MENIT)

OPERASI 34 11.378

PEMERIKSAAN 8 102

TOTAL 42 11.480

Pada tabel ringkasan Operation Process Chart diatas dapat diketahui jumlah

kegiatan operasi dan jumlah kegiatan pemeriksaan serta waktu yang

digunakan dalam pembuatan Rak Pajangan yaitu:

1. Kegiatan operasi sebanyak 34 dengan waktu selama 11.378 detik atau

189,63 menit.

2. Kegiatan pemeriksaan sebanyak 8 dengan waktu selama 102 detik atau 1,7

menit.

3. Keseluruhan kegiatan sebanyak 42 dengan keseluruhan waktu selama

11.480 detik atau 191,33 menit.

25
5.2. Assembly Process Chart (APC)
Tabel 5.2. Ringkasan APC
RINGKASAN
KEGIATAN JUMLAH WAKTU (MENIT)

OPERASI 6 9.160

PEMERIKSAAN 8 102

TOTAL 14 9.262

Pada tabel ringkasan Assembly Process Chart diatas dapat diketahui jumlah

kegiatan operasi dan jumlah kegiatan pemeriksaan serta waktu yang

digunakan dalam pembuatan Rak Pajangan yaitu:

1. Kegiatan operasi sebanyak 6 dengan waktu selama 9.160 detik atau

152,66 menit.

2. Kegiatan pemeriksaan sebanyak 8 dengan waktu selama 102 detik atau

1,7 menit.

3. Keseluruhan kegiatan sebanyak 14 dengan keseluruhan waktu selama

9.262 detik atau 152,36 menit.

5.3. Bill of Material (BOM)


Pada tabel Bill of Material diatas diketahui terdapat 3 level dalam pembuatan

Rak Pajangan, yaitu:

1. Level 0

Rak Pajangan dengan quantity sebanyak 1 yang merupakan produk jadi.

2. Level 1

a. Papan alas dengan quantity sebanyak 4 yang terdapat pada bagian

setiap bagian rak alas tempat pajagan.

26
b. Papan Belakang dengan quantity sebanyak 1 yang terdapat pada

bagian belakang rak sebagai penyangga.

c. Papan Rangka dengan quantity sebanyak 2 yang terdapat pada bagian

sisi kiri dan kanan rak pajangan.

3. Level 2

a. Alas Rak meggunakan Multiplex uk.124x25 cm, 104x25 cm, 82x25

cm, dan 62x25 cm.

b. Belakang Rak menggunakan Multiplex uk 162x25 cm.

c. Rangka menggunakan Multiplex uk. 204x10 cm.

4. Level 3

a. Sekrup dengan quantity sebanyak 32.

b. Amplas dengan quantity sebesar 10 cm.

c. Lem Fox Kayu dengan quantity sebanyak 500 gram.

d. HPL dengan quantity sebanyak 4 m.

5.

5.4. Kanban
Dari Kanban diatas dapat disimpulka terdapat 12 kegiatan yang telah
dilakukan dalam pembuatan Rak Pajangan yaitu penyiapan alat dan bahan,
pengukuran setiap komponen, penandaan tiap komponen, pemotongan tiap
komponen, penghalusan setiap komponen, kegiatan perakitan sebanyak 6 kali
perakitan, serta kegiatan pemeriksaan.

5.5. Identifikasi Kendala Ketika Mengerjakan / Membuat Produk Rak


Pajangan
Berikut merupakan kendala yang dialami ketika membuat produk Rak
Pajangan :

27
a. Segi produksi
1. Waktu pengerjaan yang lama karena menunggu proses keringnya lem
terlebih dahulu sebelum pemasangan HPL.
2. Bahan yang dipotong tidak sesuai dengan ukuran sehingga
mempersuli dalam pemotongan bahan yang lebih pada produk.
3. Pemasangan HPL yang kurang baik sehingga terdapat gelembung
udara pada produk.
b. Segi praktikan
1. Kurangnya keterampilan sehingga produk yang dihasilkan kurang
rapi.
2. Waktu pegerjaan menjadi lebih lambat karena pembagian tugas yang
kurag baik sehingga waktu produk menunggu terlalu lama.

28
BAB VI
PENUTUP

6.1. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum diatas adalah sebagai berikut:
Dari hasil praktikum Sistem Produksi dan Operasi, adapun kesimpulannya
yaitu.
a. Dari OPC dapat diketahui jumlah kegiatan operasi dan jumlah kegiatan

pemeriksaan serta waktu yang digunakan dalam meja yaitu :

1. Kegiatan operasi sebanyak 34 dengan waktu selama 11,378

menit

2. Kegiatan pemeriksaan sebanyak 8 dengan waktu selama

102 detik

3. Keseluruhan kegiatan sebanyak 42 dengan keseluruhan

waktu selama 11,480 menit.

b. Dari APC dapat diketahui jumlah kegiatan operasi dan jumlah kegiatan

pemeriksaan serta waktu yang digunakan dalam meja yaitu :

1. Kegiatan operasi sebanyak 6 dengan waktu selama 9,168 menit

2. Kegiatan pemeriksaan sebanyak 11 dengan waktu selama 102 detik

3. Keseluruhan kegiatan sebanyak 14 dengan keseluruhan waktu selama

9,262 menit.

6.2. SARAN
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan, yang menjadi saran kelompok
kami yaitu praktikan diharapkan mampu bekerja sama dalam membagi tugas
agar waktu penyelesaian lebih singkat. Praktikan juga diharapkan

29
mengutamakan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dalam melaksanakan
praktikum.

30
DAFTAR PUSTAKA

Fadhillah, D. I. 2018. Perancangan Mesin Auto Gluing Conveyor Composer Pada


Kelompok Kerja Mesin Leg Studi Kasus Di Pt Yamaha Indonesia.

Kanban for the shopfloor. (2002). New York: The Productivity Press
Development Team.

Kumar, V., (2010). JIT based quality management: Concepts and Implications in
Indian Context. International Journal of Engineering Science and
Technology. Vol. 2, p. 40-50.

Muhairin (2010. “Desain Produk Pengertian dan Ruang Lingkupnya” Jurnal Seni
kerajinan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyyakarta.

Pardede. P.M., 2003, Manajemen Operasi dan Produksi: Teori, Model, dan
Kebijakan, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Wignjosoebroto, Sritomo., 2006, “Pengantar Teknik dan Manajemen Industri”,


Guna Widya, Surabaya

31
LAMPIRAN PEMBUATAN RAK PAJANGAN
A. Pembuatan Rak pajangan

B. Hasil Pembuatan Rak Pajangan

32

Anda mungkin juga menyukai