Oleh:
Oleh
DEA ANANDA PUTRI
NIM : 21 01 004
Disetujui
Pembimbing Industri I Pembimbing Industri II
Penguji I Penguji II
Laporan Prakerin I | ii
KATA PENGANTAR
Laporan Prakerin I | ii
dan memberikan ilmu kepada saya sehingga laporan praktik kerja
industri ini dapat terselesaikan.
8. Untuk teman-teman saya yang sangat saya sayangi, Anjani Bintania
Utari, Syahrani, Ratu Aisyah Ramadhani .T, dan teman-teman
seperjuangan saya dalam melaksanakan prakerin ini terutama, Fitri
Khairunnisa teman satu rumah teman berbagi suka dan duka selama
prakerin berlangsung.
9. Untuk pemilik nomor mahasiswa 222310019 yang telah membersamai
penulis dihari-hari yang tidak mudah selama proses pengerjaan laporan
akhir. Terimakasih atas segala waktu dan dukungan yang telah diberikan
kepada penulis.
Penulis
DAFTAR TABEL...................................................................................... vi
Laporan Prakerin I | iv
3.1.2 Asam Lemak Tak Jenuh ..................................................... 9
5.2 Saran.......................................................................................... 32
LAMPIRAN ............................................................................................. 34
Laporan Prakerin I | v
DAFTAR TABEL
Laporan Prakerin I | vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Dove Noodle............................................................................ 5
Lampiran 1 ............................................................................................... 34
Lampiran 2 ............................................................................................... 36
Laporan Prakerin I | 1
mahasiswa/i di beberapa perusahaan salah satunya dilaksanakan di PT.
Unilever Oleochemical Indonesia (UOI) yang berlokasi di Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, Simalungun, Sumatera Utara. Pabrik
ini memproses CPKO (Crude Palm Kernel Oil) dari inti buahnya, dimana
95% CPKO yang dihasilkan digunakan oleh pabrik-pabrik Unilever di
seluruh dunia.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1. Melahirkan sikap tanggung jawab, disiplin, sikap mental, dan etika
yang baik serta dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
2. Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan serta
pengalaman dalam mengolah produksi turunan kelapa sawit.
3. Memberikan jalan mahasiswa/i agar mendapatkan perkerjaan yang
tetap dalam dunia Industri.
Laporan Prakerin I | 2
oleochemical atau turunan kelapa sawit yaitu PT. Unilever Oleochemical
Indonesia.
Laporan Prakerin I | 3
BAB II
GAMBARAN UMUM
Gambar pabrik
Laporan Prakerin I | 4
2.2 Kegiatan Perusahaan
PT. UOI dirancang untuk memproses CPKO (Crude Palm Kernel Oil)
dimana 95% dari CPKO yang dihasilkan digunakan oleh pabrik-pabrik
Unilever di seluruh dunia dan 5% untuk perusahaan lokal. Dari 95% tersebut
sebanyak 85% untuk kebutuhan ekspor ke berbagai negara, sedangkan 15%
sisanya untuk kebutuhan domestic. PT. UOI merupakan salah satu
perusahaan yang terkenal di bidang FMCG (Fast Moving Consumer Goods)
di Indonesia. Perusahaan ini memiliki misi untuk menyuplai produk secara
berkesinambungan yang termasuk mass balance certified fatty acid fractions
dan traceable segregated product, yaitu berkontribusi pada produksi, proses
mengidentifikasi dan melacak produk minyak sawit secara global. Sebagai
bagian dari komitmen Unilever untuk menerapkan praktik bisnis
berkelanjutan, PT. UOI berperan penting dalam mendukung Unilever untuk
memasok fraksi kelapa sawit. Dengan kapasitas produksi 200 ribu ton per
tahun, PT. UOI mengolah bahan baku berupa Crude Palm Kernel Oil (CPKO)
menjadi fatty acid, glycerine, soap noodle dan Dove noodle sebagai bahan
baku untuk membuat sabun, shampo dan detergen. Contoh produk dari PT.
UOI adalah Dove, Lifebuoy, Sunlight, Pepsodent, Rexona dan lainnya.
PT. UOI Departemen Dove memiliki bidang dan skala kerja yang
tersusun sebagai berikut:
Laporan Prakerin I | 5
1. Managing Director, bertanggung jawab secara langsung kepada Chief
Executive Officer (CEO) sekaligus membawahi departemen-departemen
yang ada di perusahaan. Mempunyai tugas untuk memimpin dan
mengendalikan perusahaan, mengontrol pertumbuhan aktivitas organisasi
serta mengawasi kinerja perusahaan.
2. Manufacturing Director, yang mempunyai tugas untuk melalukan review
atas pencapaian business plan, serta melakukan action plan jika tidak
sesuai target, mengontrol distribusi pengiriman produk, mengontrol
pencapaian target produksi dan monitoring stock material dan kebutuhan
produksi dapat terpenuhi.
3. Manager, yang mempunyai tugas untuk melakukan evaluasi di lapangan
dan melakukan perbaikan terhadap aktifitas SAP yang tidak efisien
termasuk safety dan kualitas produk.
4. Assistant Manager, yang mempunyai tugas untuk memeriksa pelaksanaan
lapangan secara konsisten dan berkesinambugan dan memelihara aktifitas
harian yang harus dijalankan oleh personal Proses Dove serta melakukan
inovasi di area produksi, menyusun sistem baru untuk meningkatkan
produktivitas kerja dan menganalisis sistem untuk mendapatkan sistem
yang bagus.
5. Team Leader, yang mempunyai tugas untuk memastikan bahwa prosedur
diikuti dengan benar oleh timnya, sewaktu start up maupun pada saat shut
down, demikian juga pada kondisi normal. Team Leader bertanggung
jawab atas pencapaian produktivitas, pencapaian kualitas, keselamatan
dan kebersihan diarea kerjanya.
6. Technical Operator DCS, yang mempunyai tugas untuk memonitor
kondisi secara keseluruhan meliputi tekanan, temperature, dan level dari
semua instrument dan jalannya SFC melalui layar computer di control
room. Dan bertanggung jawab untuk mencatat seluruh aktifitas produksi
kedalam log book dan form yang tersedia, dan bertanggung jawab atas
pencapaian produktivitas, kualitas, keselamatan, dan kebersihan area
Laporan Prakerin I | 6
kerjanya.
7. Technical Operator, yang mempunyai tugas untuk memonitor dan
mengecek kondisi di lapangan dan melakukan dosing secara manual
maupun troubleshooting di lapangan apabila diperlukan. Serta
bertanggung jawab atas pencapaian produktivitas, kualitas, keselamatan,
dan kebersihan area kerjanya.
8. Basic Operator, yang mempunyai tugas untuk menghidupkan/
menghentikan semua peralatan yang ada di daerah kerjanya menurut SOP
yang ada, setelah mendapat instruksi dari Technical Operator. Basic
Operator juga harus mengamati kinerja dari masing-masing alat dan
mencatatnya lewat logsheet yang disediakan, mengambil dan mengirim
sampel yang benar ke Laboratorium sesuai dengan jadwalnya. Juga
bertanggung jawab terhadap kebersihan daerah kerjanya seperti halnya
juga terhadap keselamatan.
Struktur manajemen Departemen Dove dapat dilihat pada Gambar 2.3
Managing Director
Manufacturing Director
Manufaturing Manager
Soap & Dove
Laporan Prakerin I | 7
Team Team Team Team
Leader Leader Leader Leader
Dove Dove Dove Dove
Group Group Group Group
A B C D
RR RR RR RR
Operator Operator Operator Operator
2.4.1 Visi
Menjadi pemasok pilihan kelas dunia yang inovatif dan
berkelanjutan.
2.4.2 Misi
Mendukung pertumbuhan brand dan margin dari Unilever dengan
menjadi pemasok pilihan dibidang bahan kimia, melalui pertambahan
nilai, strategi tepat guna, dan berkelanjutan.
Laporan Prakerin I | 8
BAB III
KAJIAN TEORI
3.1. Asam Lemak
Asam lemak merupakan asam organik yang terdapat sebagai ester
trigliserida atau lemak, baik yang berasal dari hewan maupun tumbuhan.
Asam lemak adalah asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi
(rantai C lebih dari 6), umumnya terdiri atas 4-24 buah atom karbon. Yang
mana rumus kimianya adalah R-COOH dimana R merupakan rantai
hidrokarbon. Pada umumnya, asam lemak mempunyai jumlah atom C genap,
terdapat sebagai ester dalam tumbuhan atau hewan dan bersifat tidak larut
dalam air.
3.1.1 Asam lemak jenuh
Merupakan asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap.
Dikatakan bahwa asam lemak yang dijenuhkan ketika setiap atom karbon
yang terdapat dalam rantai hidrokarbon berikatan dengan atom hidrogen yang
ada (atom karbon dijenuhkan dengan hidrogen). Asam lemak jenuh berbentuk
padat pada suhu kamar. Lemak hewan merupakan salah satu sumber asam
lemak jenuh. Asam lemak jenuh dengan jumlah atom karbon lebih dari 24
agak jarang ditemukan dalam trigliserida, melainkan banyak ditemukan
dalam lilin.
3.1.2 Asam lemak tak jenuh
Asam lemak ini dapat memiliki satu atau lebih ikatan rangkap pada
rantai karbon. Asam lemak dengan satu ikatan rangkap disebut sebagai
monounsaturated. Jika memiliki dua atau lebih ikatan rangkap, disebut
sebagai polyunsaturated. Titik leleh asam lemak ini berpengaruh pada jumlah
ikatan rangkap yang terkandung dan tergantung pada panjangnya rantai
hidrokarbon. Jika ikatan rangkap yang terkandung lebih banyak maka titik
lelehnya akan semakin rendah. Jika rantainya semakin panjang, maka titik
lelehnya juga akan semakin rendah. Titik leleh berkurang seiring dengan
Laporan Prakerin I | 9
bertambahnya jumlah ikatan rangkap dikarenakan geometri cis dari ikatan
rangkap tersebut. Asam lemak tidak jenuh berbentuk cairan pada suhu kamar.
Tanaman merupakan sumber asam lemak tak jenuh.
Laporan Prakerin I | 10
AWC adalah DCNFA atau Minyak kelapa. Alasan digunakannya minyak
kelapa karena minyak kelapa adalah sumber asli yang pada 60 tahun yang lalu
adalah satu-satunya minyak yang tersedia secara komersial yang memiliki
konsentrasi tinggi asam lemak rantai pendek.
3.2. Sabun
Pada sabun terjadi reaksi penyabunan (saponifikasi) Reaksi saponifikasi
merupakan proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan
asam lemak dengan alkali yang menghasilkan sintesis dari air serta garam
karbonil. Produk yang dihasilkan dalam proses saponifikasi adalah sabun dan
gliserin. Proses saponifikasi diperlukan basa mineral untuk menghidrolisis
senyawa ester ataupun asam lemak yang umumnya menggunakan NaOH atau
KOH (Antonius, et al, 2021).
Laporan Prakerin I | 11
cair. Molekul bergerak jauh lebih lambat dalam fase cair daripada fase gas
sehingga asam lemak dan molekul kaustik bersentuhan jauh lebih jarang.
Lebih sedikit kontak, laju reaksi lebih lambat. Kedua, molekul asam lemak
adalah molekul besar yang reaktif hanya pada satu ujung. Ketika kaustik
bertemu dengan ujung-R molekul, tidak ada reaksi yang terjadi. Reaksi hanya
Laporan Prakerin I | 11
terjadi ketika kaustik bertemu dengan ujung –COOH dari molekul asam
lemak. Jadi lebih sedikit tabrakan yang menghasilkan reaksi. Ketiga,
kekuatan pendorong untuk reaksi ini kurang. Ketika sabun berinteraksi
dengan air, ion OH- bebas diproduksi. Ion OH- bebas merusak kulit dengan
menghilangkan lipid dari epidermis. Hilangnya lipid membuat kulit lebih
mudah kehilangan kelembaban. Sabun natrium dinonaktifkan oleh reaksi
dengan ion dalam air. "Buih sabun" yang dihasilkan mengendap pada kulit
dan permukaan.
3.3. Dove
Dove bukan sabun. Proses reaksi yang terjadi di Dove adalah reaksi
esterifikasi, atau reaksi defi sedangkan pada sabun adalah reaksi saponifikasi.
Dove terdiri dari berbagai bahan kimia dan reaksi yang terlibat dengan
formulasi dan proses yang unik. Dove bukanlah campuran bahan yang
sederhana, Dove memiliki struktur paduan yang memberikan bar pemrosesan
dan properti konsumen yang unik. Memiliki rasio bahan yang benar
diperlukan, tetapi tidak cukup. Bahan-bahan harus dicampur di bawah kondisi
yang tepat untuk membuat struktur pada Dove. Dove Membentuk padatan
lunak dengan asam lemak dan air, tidak meninggalkan buih sabun di kulit,
formulasi akhir adalah pH netral, dan ketika diformulasikan dengan asam
stearat, asam stearat akan disimpan pada lapisan kulit meningkatkan
pelembab.
Laporan Prakerin I | 12
Ini adalah reaksi lambat karena beberapa alasan. Pertama, ini adalah
reaksi fase cair – molekul bergerak perlahan dalam cairan. Kedua, kedua
molekul harus berada dalam orientasi yang tepat agar tumbukan
menghasilkan reaksi. Ujung –COOH dari molekul asam lemak hanya
bereaksi dengan ujung HOC- dari molekul natrium isethionate. Jika molekul
berada dalam orientasi lain, tidak ada reaksi yang terjadi. Jadi hanya sejumlah
kecil tabrakan yang menghasilkan reaksi. Ketiga, kekuatan pendorong untuk
reaksi ini rendah. SOFI adalah produk reaksi utama dalam pembuatan Dove,
Anion aktif untuk Dove adalah SOFI.
Laporan Prakerin I | 13
sebenarnya tersedia.
- Reaktan pembatas biasanya habis terpakai terlebih dahulu, dan reaksi akan
berhenti setelahnya.
2. Reaktan Sisa (Excess Reactant):
- Reaktan sisa adalah reaktan yang masih tersisa setelah reaksi kimia selesai
atau setelah reaktan pembatas habis terpakai.
- Jumlah reaktan sisa dapat dihitung dengan mengurangkan jumlah reaktan
pembatas yang digunakan dari jumlah awal reaktan yang tersedia.
- Reaktan sisa tidak berperan dalam menentukan jumlah produk yang
dihasilkan, karena reaksi berhenti setelah reaktan pembatas habis.
Rasio mol adalah proporsi molekul asam lemak terhadap molekul
natrium isethionate dalam reaktor pada awal reaksi. Untuk reaksi DEFI, satu
molekul asam lemak bereaksi dengan satu molekul natrium isethionate, tetapi
reaksi ini membutuhkan lebih banyak asam lemak dari pada natrium
isethionate untuk menjaga viskositas batch tetap rendah (mencegah berbusa).
Rasio mol untuk reaksi DEFI adalah 1,35:1. Untuk setiap 135 molekul asam
lemak ada 100 molekul natrium isethionate. Maka dari itu, reaktan pembatas
untuk reaksi pembuatan dove noodle adalah Natrium Isethionate (AIT).
Pembuatan DEFI adalah proses batch. AWC, ASA-D, dan AWC-R (dari
batch sebelumnya) dimasukkan ke reaktor. Ketiganya adalah asam lemak
100%. Sekitar 80% dari isethionate bereaksi dengan asam lemak untuk
membentuk SOFI dan air. Konsentrasi asam lemak menurun dan konsentrasi
SOFI meningkat selama periode reaksi. Suhu reaksi (245 C) lebih tinggi dari
titik didih beberapa asam lemak. Asam lemak dan air menguap dari batch
reaktor, terkondensasi dalam kondensor, dan diteruskan ke separator asam
lemak / air. Asam lemak terpisah dari air. Air, distilat 1, digunakan untuk
pengolahan air limbah. Asam lemak, distilat 2, kembali ke reaktor. Destilat
2 sangat penting untuk formulasi dan pemrosesan bahwa jumlah asam lemak
yang sama yang meninggalkan reaktor akan dikembalikan ke reaktor. Jumlah
distilat 2 yang didaur ulang selama batch tergantung pada suhu dan waktu.
Laporan Prakerin I | 14
Suhu yang lebih tinggi meningkatkan jumlahnya. Waktu yang lebih lama
juga meningkatkan jumlahnya.
Diagram Proses Pembuatan Dove Noodle
AIT-D AIT-D
ZnO Concentration AWC-R
FA
AWC Reactor FA & H2O Condense & Separate
FA
ASA-D Stripper Condense& Collect
Laporan Prakerin I | 15
yang jauh lebih besar dapat hilang jika suhu air pendingin terlalu tinggi atau
aliran air pendingin terlalu rendah. Berikut adalah spesifikasi dalam SOFI
dari reaktor.
Component Weight %
ZnO 0.2%
Laporan Prakerin I | 16
menurunkan tegangan permukaan, tegangan antarmuka, meningkatkan
kestabilan partikel yang terdispersi, dan mengontrol jenis formasi emulsi,
yaitu misalnya oil in water (O/W) atau water in oil (W/O). (Salager, 2002).
Surfaktan merupakan molekul yang memiliki dua sisi yang terdiri dari bagian
hidrofilik (polar, larut dalam air) dan hidrofobik (non polar, larut dalam
minyak/ pelarut non-polar) (Tang, 2011).
Surfaktan anionik didalam Dove noodle adalah SOFI, Batch reaktor
harus 64~65% SOFI pada akhir periode reaksi. Standar mutu ini telah
ditetapkan oleh PT. Unilever Oleochemical Indonesia. Jika sofi atau anion
aktif yang di hasilkan pada akhir periode reaksi direaktor rendah atau kurang
dari 64.5% akan menyebabkan busa yang dihasilkan rendah dan juga sabun
yang lembek dan sulit dibentuk pada saat proses pembuatan Dove, sedangkan
jika anion aktif yang didapatkan pada akhir periode reaksi lebih dari 65.5%
akan menyebabkan sabun yang keras, grit dan sulit dibentuk pada proses
pembuatan dan pengemasan Dove. Asam lemak dalam SOFI harus terutama
asam lemak rantai pendek (C8, C10, C12). SOFI rantai pendek larut dalam
air menghasilkan batang Dove dengan busa tinggi. SOFI rantai panjang tidak
larut dalam air menghasilkan batang dengan busa yang buruk.
3.4.1. Metode Titrasi Potensiometri
Titrasi kuantitatif adalah teknik titrasi yang dilakukan untuk
menentukan konsentrasi suatu zat terlarut dalam larutan dengan
menggunakan reagen standar. Titrasi potensiometri adalah salah satu teknik
titrasi yang dilakukan untuk mengetahui konsentrasi zat terlarut dalam larutan
dengan mengukur potensial antara dua elektroda. Dalam titrasi potensiometri,
sel digunakan dengan elektroda referensi, jembatan garam, analit dan
elektroda indikator. Elektroda hidrogen, elektroda perak klorida, dan
elektroda kalomel umumnya digunakan sebagai elektroda referensi.
Elektroda indikator umumnya adalah elektroda kaca dan elektroda ion logam.
Prinsip kerja titrasi potensiometri adalah ketika sepasang elektroda
ditempatkan dalam larutan sampel atau analit, itu akan menunjukkan
Laporan Prakerin I | 17
perbedaan potensial antara dua elektroda dengan penambahan titran atau
dengan perubahan konsentrasi ion. Kedua elektroda tersebut dinamakan
elektroda referensi dan elektroda indikator. Jembatan garam digunakan untuk
mencegah interferensi analit dengan elektroda referensi.
Surfaktan anionik dititrasi dengan Hyamine ke titik akhir
potensiometri baik menggunakan surfaktan atau ion nitrat dengan elektroda
ion selektif. Ujung elektroda terdiri dari membran PVC berisi larutan garam
dan plasticizer yang merespon langsung ke surfaktan anionik yang bebas.
Metode ini untuk menentukan persen komponen aktif dalam sofi dan
menentukan jumlah surfaktan anionik yang ada dalam reaktor, stripper,
chillroll dan produk jadi dengan titrasi potensiometri menggunakan surfaktan
elektroda spesifik.
Laporan Prakerin I | 18
menghasilkan formulasi yang sesuai dengan efisiensi tinggi di pengemasan
Asam lemak bebas rantai pendek menghasilkan formulasi lengket yang sulit
dicap di pengemasan.
Sebagai indikator besar kecilnya kandungan asam lemak bebas yang
terdapat pada minyak adalah berdasarkan jumlah NaOH yang diperlukan
untuk titrasi. Sebelum memasuki proses titrasi, minyak dicampur terlebih
dahulu dengan etanol netral, agar asam lemak bebas dapat terikat pada etanol
sehingga lebih mudah terdeteksi oleh NaOH saat titrasi. Etanol bersifat asam
dan NaOH bersifat basa. Penambahan indikator PP adalah untuk mengetahui
tingkat equivalen larutan tersebut atau larutan menjadi netral (Qurrota, 2013).
Penentuan asam lemak bebas dapat dilakukan dengan metode titrasi asam
basa. Prinsipnya yaitu Analisis jumlah asam lemak bebas dalam suatu sampel
ekuivalen dengan jumlah basa (NaOH) yang ditambahkan dalam titrasi yang
ditandai dengan berubahnya warna sampel menjadi warna merah jambu
(Maligan, 2014).
Laporan Prakerin I | 19
BAB 4
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA
INDUSTRI
Laporan Prakerin I | 20
4.1.1 Alat dan Bahan
1. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas atau Free Fatty Acid
Alat:
a.) Labu ukur 300 mL
b.) Timbangan analitis akurasi sampai dengan 0.0001 g
c.) Pemanas
d.) Kondenser
Bahan:
a.) Sampel reaktor dove menit 10, 20, 30, 40, 55, 60
b.) Natrium Hidroksida 0.1 N
c.) Fenolftalein 1%
d.) Etanol netral 85%
2. Penentuan Anion Aktif (AA)
Alat:
a.) Penitrasi otomatis metrohm 848 atau setara
b.) Beaker glass 100 mL
c.) Timbangan analitik akurasi sampai ± 0.001 g
d.) Gelas ukur 100 mL
e.) Pengaduk magnetik/batang pengaduk
f.) Labu ukur 500 mL
Bahan:
a.) Sampel reaktor dove menit 10, 20, 30, 40, 55, 60
b.) Hyamin 1622 0.05 M
c.) Methilenblue
d.) Dikloromethan
4.1.2 Prosedur Kerja
A. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas atau Free Fatty Acid
1. Timbang sampel dalam Beaker glass 100 mL sebanyak 0,5 g
dengan menggunakan neraca analitik.
Laporan Prakerin I | 21
2. Tambahkan 100 mL etanol netral 85%.
3. Panaskan diatas hot plate pada suhu 700C dan aduk sampai larut.
4. Tempatkan larutan NaOH 0.1 N pada dosimat titrator.
5. Cek dosimat titrator dengan mengalirkan larutan NaOH untuk
menghilangkan gelembung.
6. Setelah sampel larut angkat (memakai sarung tangan) dan
Titrasi dalam kondisi panas hingga larutan menjadi merah muda
dengan indikator fenolftalein.
7. Catat hasil yang titrasi dan hitung kadar free fatty acid yang
terdapat pada sampel.
8. Percobaan diulangi sebanyak 5 kali untuk sampel menit 20, 30,
40, 55, dan 60.
Perhitungan kadar free fatty acid:
Vt × N NaOH × BM
% 𝐹𝐹𝐴 =
w
Dimana:
Vt = Volume titrasi natrium hidroksida (mL)
N = Normalitas larutan natrium hidroksida
BM = BM asam lemak yang ditentukan (BM reaktor untuk
FFA = 21,4)
W = Berat sampel dalam gr
B. Penentuan Kadar Anion Aktif
1. Timbang sampel dalam beaker 100mL sebanyak 1,7 - 2 gr
dengan menggunakan neraca analitik.
2. Tambahkan aquades sebanyak 50mL.
3. Panaskan diatas hot plate dan diaduk sampai larut.
4. Setelah sampel larut angkat (memakai sarung tangan) dan
diencerkan dengan labu ukur 500mL dengan aquades.
5. Sampel yanag diencerkan dipipet sebanyak 10mL kedalam
gelas ukur.
Laporan Prakerin I | 22
6. +15mL dikloromethan.
7. +25mL methilenblue.
8. Larutan dititrasi dengan menggunakan hyamine hingga larutan
menjadi biru muda terdapat pada sampel.
9. Catat hasil yang titrasi dan hitung kadar free fatty acid yang
terdapat pada sampel.
10. Percobaan diulangi sebanyak 5 kali untuk sampel menit 20, 30,
40, 55, dan 60.
Perhitungan kadar anion aktif:
Vt × N × BM × Fp
% 𝐴𝑛𝑖𝑜𝑛 𝐴𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒 =
𝑤 × 100
Dimana:
Vt = Volume titrasi hyamine dalam mL
N = Normalitas Larutan Hyamine
BM = Berat Molekul anion surfaktan
W = Berat sample dalam g
Laporan Prakerin I | 23
Tanggal
Percobaan Pengambilan Sample ID Temperatur %AA %FFA
Sampel
M1-DEFI-
1. 17 Juli 2023 SPRING- 246.59 16,76 67,52
230717-0505
M1-DEFI-
2. 20 Juli 2023 SPRING- 246.85 17,73 69,13
230720-0453
M1-DEFI-
3. 24 Juli 2023 SPRING- 246.80 18,62 68,97
230724-0436
M1-DEFI-
4. 27 Juli 2023 SPRING- 246.59 17,51 73,36
230727-0554
M1-DEFI-
5. 28 Juli 2023 SPRING- 244.38 18,03 70,23
230728-0450
Rata-rata 246.24 17,73 69,84
Laporan Prakerin I | 24
Tabel 4.3 Data 30 menit reaction time
Tanggal
Percobaan Pengambilan Sample ID Temperatur %AA %FFA
Sampel
M1-DEFI-
1. 17 Juli 2023 SPRING-230717- 240.99 43,02 39,77
0505
M1-DEFI-
2. 20 Juli 2023 SPRING-230720- 241.34 42,05 40,73
0453
M1-DEFI-
3. 24 Juli 2023 SPRING-230724- 242.84 40,98 44,17
0436
M1-DEFI-
4. 27 Juli 2023 SPRING-230727- 240.99 40,39 39,13
0554
M1-DEFI-
5. 28 Juli 2023 SPRING-230728- 242.10 41,70 39,88
0450
Laporan Prakerin I | 25
M1-DEFI-
5. 28 Juli 2023 SPRING-230728- 242.35 50,50 32,02
0450
Tanggal
Percobaan Pengambilan Sample ID Temperatur %AA %FFA
Sampel
M1-DEFI-
1. 17 Juli 2023 SPRING- 244.97 58,85 27,58
230717-0505
M1-DEFI-
2. 20 Juli 2023 SPRING- 245.23 61,22 27,67
230720-0453
M1-DEFI-
3. 24 Juli 2023 SPRING- 245.74 58,67 30,20
230724-0436
M1-DEFI-
4. 27 Juli 2023 SPRING- 244.97 60,10 28,03
230727-0554
M1-DEFI-
5. 28 Juli 2023 SPRING- 244.54 59,43 27,67
230728-0450
Laporan Prakerin I | 26
M1-DEFI-
2. 20 Juli 2023 SPRING- 245.34 65,84 25,43
230720-0453
M1-DEFI-
3. 24 Juli 2023 SPRING- 245.65 65,58 24,82
230724-0436
M1-DEFI-
4. 27 Juli 2023 SPRING- 245.20 65,22 26,03
230727-0554
M1-DEFI-
5. 28 Juli 2023 SPRING- 244.34 65,57 26,56
230728-0450
Rata-rata 245.15 65,43 25,82
Maka dari itu, dari Analisa rata-rata didapatkan hasil reaction time
terhadap %AA dan %FFA sebagai berikut.
4.2.2 Pembahasan
Anion aktif dan asam lemak bebas untuk pembuatan DEFI tidak dapat
dipisahkan, karena tujuan pembuatan DEFI adalah untuk mengubah asam
lemak menjadi SOFI. % konversi natrium isethionate berbeda dengan %
anion aktif. Dalam reaktor, 80% Natrium Isethionate diubah menjadi SOFI.
DEFI mentah yang dihasilkan adalah 65,5% berat SOFI. Pembuatan DEFI
adalah proses batch. AWC, ASA-D, dan AWC-R (dari batch sebelumnya)
Laporan Prakerin I | 27
diberi dosis ke reaktor. Ketiganya adalah asam lemak 100%. Sekitar 80%
dari isethionate bereaksi dengan asam lemak untuk membentuk SOFI dan air.
Konsentrasi asam lemak menurun dan konsentrasi SOFI meningkat selama
periode reaksi. Batch reaktor harus ~ 65% SOFI dan 28% FFA pada akhir
periode reaksi.
Dari data hasil Analisa, dapat dibuat grafik reaction time terhadap
parameter % AA sebagai berikut.
27.17
30.00 17.73
20.00
10.00
0.00
246.24 245.48 241,65 241.53 245.09 245.15
10 MENIT 20 MENIT 30 MENIT 40 MENIT 55 MENIT 60 MENIT
REACTION TIME DAN TEMPERATUR
Laporan Prakerin I | 28
reagen semakin sedikit. Adapun metode yang digunakan dalam penentuan
anion aktif yaitu dengan titrasi potensiometri yang dilakukan sesuai dengan
metode yang telah ditentukan oleh UOI, pada gambar 4.2.2.1 Grafik reaction
time terhadap parameter anion aktif menunjukkan bahwa waktu yang paling
efesien untuk spec parameter AA ialah pada waktu 60 menit karena di waktu
60 menit %AA yang hasilkan dari Analisa memenuhi range yang ditentukan
dari parameter SOFI yaitu rata-rata 65,43% dengan parameter 64,5 - 65,5%.
Pada waktu reaksi 0-15 menit masuk kedalam fase induksi, dimana
gelembung isethionate mengapung di asam lemak. Laju reaksi lambat karena
reaksi hanya terjadi pada permukaan gelembung di mana asam lemak bertemu
isethionate. Untuk waktu 10 menit didapat %AA sekitar 17,73% dengan
temperatur reaksi 246.24℃ dan %AA semakin meningkat secara signifikan
seiring dengan bertambahnya waktu reaksi atau reaction time. Dari waktu
reaksi 16-50 menit ketika sekitar 15% isethionate diubah menjadi SOFI,
reaksi memasuki fase autokatalitik. SOFI adalah pengemulsi dan menarik
isethionate keluar dari gelembung ke dalam asam lemak. Laju reaksi
meningkat karena sekarang asam lemak dan molekul isethionate bersentuhan
lebih sering. Pada menit ke 20 didapatkan %AA rata-rata 27,17% dengan
temperatur reaksi 245,48℃, pada reaction time 30 menit didapatkan %AA
rata-rata 41,63% dengan temperatur reaksi 241,65℃, pada reaction time 40
menit didapatkan %AA rata-rata 51,06% dengan temperatur reaksi 241.53℃.
Ketika memasuki waktu reaksi 51-70 menit, terjadi reaksi kesetimbangan,
dimana reaksi DEFI bersifat reversibel. Pada fase kesetimbangan, konversi
isethionate menjadi SOFI menjadi nol. SOFI bereaksi dengan air pada tingkat
yang sama isethionate bereaksi dengan asam lemak. Pada reation time 55
menit didapatkan %AA rata-rata 59,65% dengan temperatur reaksi 245.09℃,
dan pada reaction time 60 menit didapatkan %AA rata-rata 65,43% dengan
temperatur reaksi 245.15℃. Temperatur pada menit ke 20, 30 dan 40
mengalami penurunan yang disebabkan oleh TOH yang masuk kedalam
reaktor menurun dan kembali meningkat pada menit ke 55 dan 60. Maka dari
Laporan Prakerin I | 29
itu, reaction time 60 menit sudah cukup untuk memenuhi spec anion aktif
produk SOFI di reaktor.
Dari data hasil Analisa kadar %FFA, dapat dibuat grafik reaction time
terhadap parameter %FFA sebagai berikut.
34.35
40.00 28.23 25.82
30.00
20.00
10.00
0.00
246.24 245.48 241,65 241.53 245.09 245.15
10 MENIT 20 MENIT 30 MENIT 40 MENIT 55 MENIT 60 MENIT
REACTION TIME DAN TEMPERATUR
Laporan Prakerin I | 30
Jumlah distilat 2 yang didaur ulang selama batch tergantung pada suhu dan
waktu. Suhu yang lebih tinggi meningkatkan jumlahnya. Waktu yang lebih
lama juga akan meningkatkan jumlahnya
Dapat dilihat pada Gambar 4.2.2.2 Grafik reaction time terhadap
parameter FFA menunjukkan bahwa semakin lama waktu reaksi berlangsung
maka semakin sedikit kadar %FFA yang didapatkan, hal ini disebabkan
karena semakin lama waktu reaksi semakin banyak kadar air yang teruapkan
ke dalam fatty acid separation tank dan diteruskan ke waste water sehingga
trigliserida atau asam lemak akan semakin sedikit terhidrolisis selama proses
reaksi berlangsung. Pada reaction time 10 menit didapatkan %FFA rata-rata
69,84% dengan temperatur reaksi 246,24℃, pada menit ini kadar FFA masih
tinggi dikarenakan masi berada pada awal reaksi. Pada reaction time 20 menit
didapatkan kadar %FFA rata-rata 49,07% dengan temperatur reaksi 245,48℃
kadar %FFA semakin menurun seiring meningkatnya reaction time. Pada
reaction time 30 menit didapatkan kadar %FFA rata-rata 40,73% dengan
temperatur reaksi 241,65℃, pada reaction time 40 menit didapatkan %FFA
rata-rata 34,35% dengan temperatur reaksi 241,53℃, pada reaction time 55
menit didapatkan %FFA rata-rata 28,23% dengan temperatur reaksi
245,09℃, pada waktu ini %FFA yang didapatkan sudah hampir mendekati
spec yang dibutuhkan dan pada reaction time 60 menit didapatkan %FFA
rata-rata 25,82% dengan temperatur reaksi 245,15℃. Maka dari itu, reaction
time 60 menit sudah cukup untuk memenuhi spec % free fatty acid dan %
anion aktif produk SOFI dari reaktor.
Laporan Prakerin I | 31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Analisa yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Waktu reaksi atau reaction time sangat mempengaruhi parameter spek
produk SOFI dari reaktor, semakin lama waktu reaksi akan
menyebabkan kadar %AA atau anion aktif semakin meningkat,
sedangkan semakin lama waktu reaksi menyebabkan kadar %FFA
atau asam lemak bebas semakin menurun yang di akibatkan karena
semakin sedikit trigliserida yang terhidrolisa dengan air.
2. Waktu yang paling pas untuk memenuhi spec produk SOFI dari
reaktor yang ditetapkan oleh PT. Unilever Oleochemical Indonesia
adalah pada reaction time 60 menit. Pada reaction time 60 menit,
kadar %AA sudah memenuhi spec yaitu rata-rata 65,43% dan kadar
%FFA rata-rata 25,82%.
3. Namun jika reaction time melebihi dari 60 menit juga akan
mempengaruhi produk yang keluar dari reaktor, jika reaksi terlalu
lama berlangsung, kontaminasi atau degradasi produk dapat terjadi.
Produk yang terbentuk mungkin tidak lagi stabil atau memiliki
kualitas yang tidak diinginkan.
4. Suhu reaksi harus lebih tinggi dari 238 °C untuk sebagian besar waktu
reaksi. Penting untuk memahami bahwa waktu reaksi adalah faktor
penting dalam proses kimia dan dapat mempengaruhi hasil reaksi serta
produk yang dihasilkan.
5.2 Saran
Disarankan pada proses pembuatan SOFI di reaktor untuk
menggunakan waktu reaksi selama 60 menit agar kualitas produk dapat
memenuhi spec SOFI dari reaktor yang telah ditetapkan oleh PT. UOI.
Laporan Prakerin I | 32
DAFTAR PUSTAKA
Antoius, et al. 2021. Reaksi Saponifikasi. Praktikum Reaksi Senyawa
Organik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Tanjung
Pura: Universitas Tanjung Pura.
Maligan, Jaya Mahar. 2014. Analisis Lemak & Minyak. Laboratorium Nutrisi
Pangan dan Hasil Pertanian. Malang: Universitas Brawijaya.
Salager, J.L. 2002. Surfactants types and uses. Venezuela : De Los Andes
University.
Sopianti S., Herlina dan Saputra. 2017. Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas
Pada Minyak Goreng. Jurnal Katalisator, Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi. Bengkulu: Akademi Farmasi Al-Fatah Bengkulu.
Laporan Prakerin I | 33
LAMPIRAN
Lampiran 1
1. Presentase Anion Aktif pada Sample SOFI dari reaktor dapat dihitung
dengan rumus:
Vt × N × BM × Fp
% 𝐴𝑛𝑖𝑜𝑛 𝐴𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒 =
𝑤 × 100
Contoh perhitungan:
Maka presentase Anion Aktif pada sample SOFI dari reaktor yaitu:
Vt × N × BM × Fp
% 𝐴𝑛𝑖𝑜𝑛 𝐴𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒 =
𝑤 × 100
16,7420 mL × 0,004 × 344 × 500 mL
% 𝐴𝑛𝑖𝑜𝑛 𝐴𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒 =
1,7724 𝑔𝑟 × 100
2. Presentase Free Fatty Acid pada Sample SOFI dari reaktor dapat dihitung
dengan rumus:
Vt × N NaOH × BM
% 𝐹𝐹𝐴 =
w
Contoh perhitungan:
Laporan Prakerin I | 34
BM SOFI dari reaktor = 21,4
Maka presentase Free Fatty Acid pada sample SOFI dari reaktor yaitu:
Vt × N NaOH × BM
% 𝐹𝐹𝐴 =
w
6,3860 mL × 0,1006 mL × 21,4
% 𝐹𝐹𝐴 =
0,5230 mL
% 𝐹𝐹𝐴 = 26,28%
Laporan Prakerin I | 35
LAMPIRAN
Lampiran 2
Sampel sofi dari reaktor dengan reaction time 10, 20, 30, 40, 55 dan 60
menit.
Laporan Prakerin I | 36
Sampel yang sudah larut diencerkan dengan menggunakan aquades dengan
labu ukur 500 mL.
Laporan Prakerin I | 37
Hasil TAT untuk Analisa persentase Anion Aktif pada sample Sofi dari
reaktor.
Laporan Prakerin I | 38
Sampel SOFI dari reaktor dengan reaction time 10, 20, 30, 40, 55 dan 60
menit.
Ditambahkan etanol nteral 100mL dan panaskan sampai larut dengan magic
stirrer.
Laporan Prakerin I | 39
Setelah larut, sampel dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga mencapai TAT
berwarna merah muda.
Laporan Prakerin I | 40