Anda di halaman 1dari 119

PEMODELAN PRODUKSI CRUDE PALM OIL

MENGGUNAKAN SISTEM DINAMIS UNTUK MENDUKUNG


INDUSTRI KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

MIFTAHUL JANNAH

NIM : 140403118

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI


F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

No. Dok.: FM-GKM-S1TI-FT-06-06-9; Tgl. Efektif : 09 Juli 2018; Revisi : 01

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Sarjana ini

dengan baik.

Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan

program studi strata satu (S1) di Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik,

Universitas Sumatera Utara. Laporan ini mengenai Tugas Sarjana dengan

melakukan penelitian yang berjudul “Pemodelan Produksi Crude Palm Oil

Menggunakan Sistem Dinamis untuk Mendukung Industri Kelapa Sawit

Berkelanjutan”

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Sarjana ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari para pembaca sekalian demi kesempurnaan laporan Tugas

Sarjana ini. Penulis berharap agar tugas ini berguna bagi kita semua.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENULIS

MEDAN, OKTOBER 2018

Universitas Sumatera Utara


UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat mengikuti pendidikan di

Departemen Teknik Industri USU serta telah memberikan nikmat iman, kesehatan

dan ilmu kepada penulis selama masa kuliah dan dalam penyelesaian laporan

Tugas Sarjana ini.

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun

administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Kedua Orang tua yang tiada hentinya mendukung penulis baik secara moril

maupun materil dan mendoakan penulis selama penyelesaian Tugas Sarjana

ini.

2. Ibu Dr. Meilita Tryana Sembiring, ST., MT., selaku Ketua Departemen dan

Bapak Buchari ST, M. Kes selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3. Bapak M. Haikal Karana Sitepu, ST, M.Eng, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing

yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan arahan

kepada penulis dalam penulisan laporan.

4. Bapak Zulfansyah dari pihak PT. XYZ yang telah mengizinkan penulis untuk

melakukan riset di pabrik dan memberikan data yang mendukung penelitian

tugas sarjana.

Universitas Sumatera Utara


5. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama perkuliahan sebagai bekal

dalam penulisan tugas sarjana.

6. Staf pegawai Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara, Bang Tumijo, Bang Eddy, Kak DeDe, Kak Neneng, Bang

Nurmansyah, Bu Aniaty, Kak Rahmaini, dan Kak Mia yang telah membantu

segala urusan administrasi dan peminjaman buku di perpustakaan selama

kegiatan perkuliahan dan penyelesaian tugas sarjana.

7. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan dan motivasi sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini.

8. Rekan seperjuangan penelitian, yaitu Allessia Titusa dan Mutia Irani yang

telah bekerja sama dengan baik.

9. Relawan tugas akhir yang telah memberikan dukungan motivasi dan dorongan

semangat kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

10. Sahabat-sahabat penulis di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik USU

khususnya teman-teman angkatan 2014 “ELASTIS” yang tidak dapat

disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan kepada penulis

dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

11. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Pertumbuhan produksi CPO tidak hanya membawa dampak baik bagi


perekonomian tetapi juga membawa dampak buruk bagi lingkungan.
Permasalahan dampak lingkungan yang berpotensi timbul tidak hanya dari
aktivitas perkebunan, tetapi juga pabrik atau industri minyak kelapa sawit (palm
oil mill), karena adanya limbah cair, limbah padat dan limbah udara.
Pembangunan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan atau Indonesia Sustainable
Palm Oil (ISPO) merupakan kewajiban dari pemerintah Indonesia dalam upaya
memelihara lingkungan, meningkatkan kegiatan ekonomi, sosial di bidang
perkelapa-sawitan. Begitu pula dengan RSPO (Roundtable on Sustainable Palm
Oil) yang bertujuan untuk mempromosikan produksi dan penggunaan minyak
sawit berkelanjutan yang bersifat sukarela dan berskala internasional. Sebagai
usaha untuk mencapai industri kelapa sawit berkelanjutan maka perlu dilakukan
sertifikasi ISPO (wajib) maupun RSPO (sukarela). Kedua sertifikasi tersebut
memiliki prinsip dan kriteria yang harus dipenuhi (required), diantaranya adalah
me-monitoring penggunaan energi dan limbah. Monitoring dilakukan dengan
mengkuantifikasi penggunaan energi dan limbah dari produksi CPO. Saat ini
belum ada dilakukan monitoring oleh perusahaan PT. XYZ Raya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan sistem dinamis yang kemudian
digunakan untuk mengkuantifikasi konsumsi energi dan limbah yang dihasilkan
dari proses produksi CPO. Pembuatan model sistem dinamis menggunakan
software Anylogic. Validasi model dilakukan dengan uji Mean Absloute
Precentage Error (MAPE). Simulasi eksperimen dilakukan dengan 3 skenario
berdasarkan jam kerja (shift) yang berbeda.
Hasil simulasi dianilisis menggunakan diagram pareto dimana konsumsi
listrik tertinggi terdapat pada stasiun kernel, konsumsi air tertinggi terdapat pada
stasiun pemurnian, dan konsumsi uap tertinggi terdapat pada stasiun perebusan
dan untuk limbah dimana effluent tertinggi terdapat pada stasiun pemurnian,
limbah padat teringgi terdapat pada stasiun pemipilan dan limbah gas/emisi
terdapat pada stasiun kernel.

Kata Kunci : sistem dinamis, pemodelan, CPO, industri kelapa sawit


berkelanjutan

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL .......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ......................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii

I PENDAHULUAN .......................................................................... I-1

1.1. Latar Belakang.......................................................................... I-1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................... I-4

1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... I-4

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................... I-4

1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian ................................................ I-5

1.6. Sistematika Penulisan Laporan................................................. I-5

II STUDI KASUS ................................................................................. II-1

2.1. Gambaran Umum Kasus........................................................... II-1

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB

HALAMAN

2.2. Jam Kerja .................................................................................. II-5

2.3. Proses Produksi ........................................................................ II-5

2.3.1. Proses Produksi Crude Palm Oil .................................. II-5

2.3.2. Proses Pengolahan Inti Sawit (Kernel) ......................... II-15

2.4. Mesin Produksi ......................................................................... II-10

III LANDASAN TEORI ....................................................................... II-1

3.1. Sustainability (Keberlanjutan) .................................................. III-1

3.2. Sustainability Assessment and Management (Penilaian

dan Manajemen Keberlanjutan) .............................................. III-1

3.3. Definisi Masalah, Perencanaan, dan Pelingkupan .................... III-4

3.4. Penerapan Sustainability Assessment Tools ............................. III-4

3.5. Jenis Sustainability Assessment Tools ...................................... III-5

3.5.1. Integrated Asessment .................................................... III-7

3.5.1.1. Sistem Dinamis .............................................. III-7

3.6. Pengambilan Keputusan dan Implementasi............................ III-10

3.7. Evaluasi Hasil ........................................................................ III-10

3.8. Tujuan Model ........................................................................ III-11

3.8.1. Pendekatan untuk Memodelkan Sistem Kompleks .... III-13

3.9. AnyLogic Software.................................................................. III-15

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB

HALAMAN

3.10. Verifikasi dan Validasi Model Simulasi................................. III-15

3.11. Indonesia Suistainable Palm Oil (ISPO) ................................ III-17

3.12. Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) ........................ III-19

3.13. Pedoman Penghargaan Industri Hijau .................................... III-21

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi Penelitian .................................................................... IV-1

4.2. Metode Penelitian ................................................................... IV-1

4.3. Objek Penelitian ..................................................................... IV-1

4.4. Variabel Penelitian ................................................................. IV-1

4.5. Kerangka Berpikir .................................................................. IV-2

4.6. Metode Pengumpulan Data .................................................... IV-4

4.7. Metode Pengolahan Data ........................................................ IV-4

4.8. Analisis dan Pembahasan ....................................................... IV-4

4.9. Kesimpulan dan Saran ............................................................ IV-5

4.10. Blok Diagram Prosedur Penelitian ......................................... IV-5

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data.................................................................. V-1

5.1.1. Data Produksi ............................................................. V-1

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB

HALAMAN

5.1.2. Kebutuhan Air ............................................................ V-2

5.1.3. Kebutuhan Uap ........................................................... V-2

5.2. Pengolahan Data ..................................................................... V-2

5.2.1. Konseptual Sistem ...................................................... V-2

5.2.2. Model Simulasi ........................................................... V-5

5.2.2.1. Formulasi ....................................................... V-7

5.2.3. Verifikasi Model ......................................................... V-9

5.2.4. Validasi Model ........................................................... V-10

5.2.5. Eksperimen Simulasi .................................................. V-13

5.2.6. Verifikasi Model ......................................................... V-9

5.3. Penilaian Indikator Lingkungan ............................................. V-20

VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis dan Pembahasan Model ............................................ VI-1

6.2. Analisis dan Pembahasan Diagram Pareto ............................. VI-2

6.3. Analisis dan Pembahasan Penilaian Indikator Lingkungan ... VI-10

6.4. Analisis dan Pembahasan Sertifikasi Industri Kelapa

Sawit Berkelanjutan .............................................................. VI-11

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ............................................................................. VI-1

7.2. Saran ....................................................................................... VI-3

HALAMAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Mesin Produksi CPO.............................................................. II-21

2.2. Mesin Produksi Kernel .......................................................... II-23

3.1. Ringkasan dari Lima Pendekatan Terintegrasi ...................... III-14

3.2. Perbedaan ISPO dengan RSPO .............................................. III-20

3.3. Indikator Penilaian Rasio Produk terhadap Material Input.... III-22

3.4. Indikator Penilaian Efisiensi Penggunaan Material Input ..... III-22

3.5. Indikator Penilaian Efisiensi Penggunaan Energi .................. III-23

3.6. Indikator Penilaian Efisiensi Penggunaan Air ....................... III-23

5.1. Data Produksi CPO Tahun 2017 ............................................ V-1

5.2. Kebutuhan Air ........................................................................ V-2

5.3. Kebutuhan Uap ...................................................................... V-2

5.4. Formulasi Model Simulasi ..................................................... V-7

5.5. Data Aktual dan Simulasi Produksi CPO Tahun 2017 .......... V-10

5.6. Perhitungan MAPE ................................................................ V-12

5.7. Data Konsumsi Listrik ........................................................... V-21

5.8. Data Konsumsi Air ................................................................ V-22

6.1. Listrik yang Dibutuhkan pada Tiap Stasiun Produksi ........... VI-3

6.2. Air yang Dibutuhkan pada Tiap Stasiun Produksi ................. VI-4

6.3. Uap yang Dibutuhkan pada Tiap Stasiun Produksi ............... VI-5

6.4. Effluent yang Dihasilkan pada Tiap Stasiun Produksi .......... VI-7

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

6.5. Limbah Padat yang Dihasilkan pada Tiap Stasiun Produksi .. VI-8

6.6. Emisi yang Dihasilkan pada Tiap Stasiun Produksi .............. VI-9

6.7. Nilai Pencapaian Indikator Lingkungan ................................ VI-11

6.8. Prinsip dan Kriteria RSPO yang Berkaitan dengan

Penelitian................................................................................ VI-12

6.9. Prinsip dan Kriteria ISPO yang Berkaitan dengan Penelitian ....... VI-13

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Causal Loop .............................................................................. II-4

2.2. Sistem Jembatan Timbangan. ................................................... II-6

2.3. Stasiun Sortasi........................................................................... II-6

2.4. Stasiun Loading Ramp. ............................................................. II-6

2.5. Stasiun Sterilizer (Perebusan). .................................................. II-8

2.6. Stasiun Thresser (Pemipilan). ................................................... II-9

2.7. Stasiun Digester (Pencacahan). ................................................ II-10

2.8. Stasiun Presser (Pengempaan) ................................................. II-11

2.9. Proses Vibrating Screen ............................................................ II-11

2.10. Proses Crude Oil Tank. ............................................................. II-12

2.11. Proses Continious Tank............................................................. II-12

2.12. Proses Sludge Separator. .......................................................... II-13

2.13. Proses Oil Tank. ........................................................................ II-14

2.14. Proses Oil Purifier. ................................................................... II-14

2.15. Proses Vacuum Dryer ............................................................... II-15

2.16. Proses Cake Braker Conveyor. ................................................. II-16

2.17. Proses Depericarper. ................................................................ II-16

2.18. Proses Polishing Drum. ............................................................ II-17

2.19. Proses Nut Silo. ......................................................................... II-17

2.20. Proses Riplle Mill. ..................................................................... II-18

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

2.21. Sistem LTDS 1. ......................................................................... II-19

2.22. Sistem LTDS 2. ......................................................................... II-20

2.23. Proses Clay Bath. ...................................................................... II-20

2.24. Proses Kernel Silo. .................................................................... II-21

3.1. Representasi Skematis dari Kerangka Kerja Konseptual

untuk Penilaian Keberlanjutan. ................................................. III-3

3.2. Kerangka untuk Sustainability Assessment Tools ..................... III-6

3.3. Skema Representasi dari Sistem Dinamis................................. III-9

4.1. Kerangka Berpikir Penelitian.................................................... IV-3

4.2. Blok Diagram Prosedur Penelitian............................................ IV-6

5.1. Causal Loop .............................................................................. V-3

5.2. Model Simulasi ......................................................................... V-6

5.3. Problems pada Model Simulasi ................................................ V-10

5.4. Grafik Produksi CPO 2017 (Aktual dan Simulasi) ................... V-11

5.5. Konsumsi Listrik Skenario 1, 2 dan 3 ....................................... V-15

5.6. Konsumsi Air Skenario 1, 2 dan 3 ........................................... V-16

5.7. Konsumsi Uap Skenario 1, 2 dan 3 ........................................... V-17

5.8. Limbah Padat Skenario 1, 2 dan 3 ............................................ V-18

5.9. Limbah Cair Skenario 1, 2 dan 3. ............................................. V-19

5.10. Emisi Skenario 1, 2 dan 3 ......................................................... V-20

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

6.1. Diagram Pareto Konsumsi Listrik ............................................ VI-3

6.2. Diagram Pareto Konsumsi Air .................................................. VI-4

6.3. Diagram Pareto Konsumsi Uap ................................................ VI-6

6.4. Diagram Pareto Effluent ........................................................... VI-7

6.5. Diagram Pareto Limbah Padat .................................................. VI-8

6.6. Diagram Pareto Emisi ............................................................... VI-10

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

- Tabel Hasil Simulasi Skenario 1

- Tabel Hasil Simulasi Skenario 2

- Tabel Hasil Simulasi Skenario 3

- Tabel Rincian Energi dan Limbah Skenario 1

- Tabel Rincian Energi dan Limbah Skenario 2

- Tabel Rincian Energi dan Limbah Skenario 3

- Tabel Prinsip dan Kriteria Sertifikasi ISPO

- Tabel Prinsip dan Kriteria Sertifikasi RSPO

- Form Tugas Akhir

- Surat Penjajakan

- Surat Balasan Pabrik

- Surat Keputusan

- Form Asistensi

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan

yang menduduki posisi penting dalam perekonomian Indonesia. Seiring dengan

penambahan luas areal kelapa sawit serta berkembangnya industri kelapa sawit di

berbagai wilayah di Indonesia, maka produksi kelapa sawit nasional dalam wujud

minyak sawit juga terus meningkat setiap tahun. Pada tahun 1980 produksi Crude

Palm Oil (CPO) Indonesia hanya sebesar 721,17 ribu ton, dan naik menjadi 33,50

juta ton pada tahun 2016 atau tumbuh rata-rata sebesar 11,50% per tahun. Dari

hasil penelusuran model estimasi dengan model Double Exponential Smoothing

(DES), penawaran kelapa sawit Indonesia selama periode 2017-2020 diperkirakan

meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,39 % per tahun. Pada tahun

2017 produksi kelapa sawit mencapai 35,29 juta ton, hingga tahun 2020

mengalami peningkatan sebesar 41,32 juta ton (Kementrian Pertanian, 2016).

Pertumbuhan produksi CPO tidak hanya membawa dampak baik bagi

perekonomian tetapi juga membawa dampak buruk bagi lingkungan. Contohnya

praktik tidak ramah lingkungan, seperti teknik pembukaan lahan dengan

pembakaran hutan dan pembuangan limbah yang tidak terkendali telah

menimbulkan citra buruk bagi industri kelapa sawit Indonesia. Sejalan dengan

semakin meningkatnya produksi kelapa sawit dari tahun ke tahun, akan terjadi

pula peningkatan volume limbah. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan produksi

Universitas Sumatera Utara


minyak sawit meliputi limbah cair, limbah padat, dan limbah udara. Isu

lingkungan selama ini dianggap sebagai salah satu faktor penghambat bagi

industri kelapa sawit Indonesia. Pada kasus minyak sawit ini, Uni Eropa

mengaitkan isu perdagangan dengan isu lingkungan. Dalam perkembangannya

Uni Eropa telah menyetujui EU Emission Trading Scheme (EU – ETS), yaitu

kebijakan yang disetujui oleh anggota Uni Eropa untuk mendukung produk negara

– negara yang memiliki low – carbon industrial sectors (Sally, 2016).

Permasalahan pada dampak lingkungan yang berpotensi timbul tidak

hanya dari aktivitas perkebunan, tetapi juga pabrik atau industri minyak kelapa

sawit (palm oil mills), karena adanya limbah cair, limbah padat dan limbah udara.

Jika tidak dikelola dengan baik, limbah tersebut berpotensi mencemari lingkungan

(Giandadewi, Andarani, & Nugraha, 2017).

Pembangunan Perkebunan kelapa sawit berkelanjutan atau Sustainable

Palm Oil merupakan kewajiban yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia dalam

upaya memelihara lingkungan, meningkatkan kegiatan ekonomi, sosial dan

penegakan peraturan perundangan Indonesia di bidang perkelapa-sawitan.

Penerapan kewajiban kebun sawit yang berkelanjutan ini telah dilakukan sejak

peluncuran Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian

Sustainable Palm Oil / ISPO) di Medan pada Maret tahun 2011. Berdasarkan

prinsip dan kriteria sertifikasi ISPO, perusahaan perkebunan yang melakukan

usaha produksi minyak kelapa sawit perlu melakukan pengelolaan dan

pemantauan lingkungan serta wajib menghitung emisi Gas Rumah Kaca (GRK),

(Peraturan Menteri Pertanian Indonesia, 2011).

Universitas Sumatera Utara


Begitu pula dengan RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) yang

didirikan pada tahun 2004 sebagai respon untuk menanggapi masalah-masalah

sosial dan lingkungan di negara-negara produsen. Inisiatif yang bersifat sukarela

ini diprakarsai oleh pihak industri dan masyarakat sipil dan bertujuan untuk

mempromosikan produksi dan penggunaan minyak sawit berkelanjutan. Untuk

menjamin hal tersebut, telah disusun serangkaian kriteria yang mempunyai

jangkauan luas. (Voge & Adams, 2014). Prinsip dan kriteria RSPO untuk

produksi minyak sawit berkelanjutan seperti monitoring penggunaan energi per

ton CPO/TBS, monitoring penggunaan air per ton TBS oleh pabrik,

mengidentifikasi dan memonitor sumber limbah dan polusi yang harus dipenuhi.

(Dokumen Panduan RSPO, 2006)

Dalam penelitian yang berjudul “Aplikasi Model Sistem Dinamik untuk

Menganalisis Permintaan dan Ketersediaan Listrik Sektor Industri (Studi Kasus:

Jawa Timur)” yang bertujuan membangun model sistem dinamik, untuk

memenuhi permintaan pada sektor industri dalam meningkatkan pertumbuhan

ekonomi nasional, berdasarkan cadangan batubara yang tersedia, konstruksi

tambang dan kemampuan dalam memasok batubara. Dengan menggunakan model

sistem dinamik tersebut nantinya akan dibuat suatu model untuk memprediksi

permintaan energi listrik di masa mendatang dan ketersediaan energi listrik untuk

masa mendatang pada sektor industri (Axella & Suryani, 2012).

Dalam penelitian lainnya yang berjudul “Model Sistem Dinamis Penilaian

Kinerja Agroindustri Tembakau di PT Gading Mas Indonesia” yang bertujuan

membangun model sistem dinamis penilaian kinerja untuk mendapatkan skenario

Universitas Sumatera Utara


kebijakan terbaik di PT. GMIT Jember. Manfaat dari penelitian yang dilakukan

adalah sebagai rekomendasi bagi perusahaan dalam penerapan kebijakan yang

tepat untuk meningkatkan kinerja PT. GMIT. (Ghiffari, Purnomo, & Novijanto,

2016).

Salah satu cara untuk menganalisis kinerja sebuah perusahaan yakni

menggunakan pendekatan sistem dinamis. Model sistem dinamis menyediakan

cara memahami penyebab perilaku industri, mendeteksi terhadap perubahan dini

dalam struktur industri dan penentuan faktor-faktor yang meramalkan perilaku

secara signifikan dan sensitif. Selain itu, kelebihan sistem dinamis yakni dapat

mengestimasi kinerja sistem pada kondisi tertentu. Dengan menggunakan sistem

dinamis, didapatkan sebuah model dari sistem yang kompleks. Model ini akan

digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam jangka

panjang. (Ghiffari, Purnomo, & Novijanto, 2016).

Pada PT. XYZ belum dilakukan monitoring untuk memenuhi beberapa

requirement pada prinsip dan kriteria sertifikasi ISPO maupun RSPO. Monitoring

ini dilakukan dengan mengkuantifikasi penggunaan energi dan limbah. Mengacu

pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, sistem dinamis dapat

digunakan untuk memodelkan produksi CPO pada PT. XYZ. Model sistem

dinamis ini kemudian dapat digunakan untuk mengkuantifikasi konsumsi energi

dan limbah yang dihasilkan dari produksi CPO.

Universitas Sumatera Utara


1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah bagaimana cara untuk melakukan monitoring penggunaan energi dan

limbah?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum pada penelitian ini adalah memodelkan produksi CPO yang

berlangsung di PT. XYZ dengan sistem dinamis.

Tujuan khusus pada penelitian ini adalah:

1. Membangun konseptual model produksi CPO dengan software Anylogic

2. Membangun model simulasi produksi CPO software Anylogic

3. Memverifikasi dan memvalidasi model produksi CPO

4. Melakukan simulasi eksperimen dengan menggunakan model simulasi

5. Melakukan analisis diagram pareto pada hasil simulasi model

6. Melakukan penilaian terhadap proses produksi yang berlangsung berdasarkan

indikator lingkungan hijau dalam rangka mendukung industri kelapa sawit

berkelanjutan

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian bagi perusahaan adalah

menghasilkan model yang dapat dijadikan tools bagi perusahaan untuk memenuhi

beberapa requirement dari prinsip dan kriteria sertifikasi ISPO maupun RSPO.

Universitas Sumatera Utara


1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian

Berikut adalah batasan masalah pada penelitian ini:

1. Penelitian fokus pada produksi CPO untuk menganalisis konsumsi energi

(listrik, air,uap), limbah (cair, padat) dan emisi.

2. Penelitian tidak memenuhi semua requirement pada prinsip dan kriteria

sertifikasi ISPO maupun RSPO.

3. Penelitian tidak membahas terkait biaya apapun pada perusahaan.

Berikut adalah asumsi pada penelitian ini:

Proses produksi berlangsung normal tanpa adanya kendala seperti

kerusakan mesin dan listrik padam.

1.6. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan laporan dari tugas sarjana akan disajikan dalam Bab

I hingga Bab VII.

Dalam Bab I Pendahuluan diuraikan latar belakang permasalahan yang

mendasari dilakukannya penelitian, perumusan permasalahan, tujuan dan manfaat

penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian dan sistematika

penulisan laporan penelitian.

Dalam Bab II Gambaran Umum Perusahaan diuraikan sejarah singkat,

proses produksi, kondisi aktual dan informasi lainnya dari PT. XYZ.

Dalam Bab III Landasan Teori diuraikan teori-teori yang mendukung

pemecahan permasalahan penelitian. Teori yang digunakan berhubungan dengan

pendekatan sistem dinamis, model dan sustainability.

Universitas Sumatera Utara


Dalam Bab IV Metodologi Penelitian diuraikan langkah-langkah yang

dilakukan dalam penelitian seperti penentuan lokasi penelitian, jenis penelitian,

objek penelitian, variabel penelitian, kerangka konseptual penelitian, blok

diagram prosedur penelitian, pengumpulan data, metode pengolahan data, analisis

pemecahan masalah, serta kesimpulan dan saran.

Dalam Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data diuraikan data-data

yang dikumpulkan peneliti yang berhubungan dengan pemecahan permasalahan

penelitian,serta bagaimana data-data tersebut diolah untuk memperoleh hasil yang

menjadi dasar pemecahan permasalahan tersebut.

Dalam Bab VI Analisis dan Pembahasan diuraikan analisis terhadap hasil

dari pengolahan data dan hasil pemecahan masalah dalam penelitian.

Dalam Bab VII Kesimpulan dan Saran diuraikan kesimpulan yang

diperoleh dari pemecahan masalah, serta memberikan saran-saran yang

bermanfaat bagi perusahaan dan pengembangan penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

STUDI KASUS

2.1. Gambaran Umum Kasus

PT. XYZ merupakan sebuah perusahaan swasta yang bergerak dibidang

perkebunan kelapa sawit dan pengolahan kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm

Oil) dan IKS (Inti Kelapa Sawit) / kernel. Kemudian CPO dan IKS tersebut akan

dijual kepada perusahaan yang membutuhkan sebagai bahan untuk pengolahan

lebih lanjut. Pabrik kelapa sawit PT. XYZ terletak di desa Gedong Biara Kec.

Seruway Kabupaten Aceh Timur, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Pertumbuhan produksi CPO tidak hanya membawa dampak baik bagi

perekonomian namun juga membawa dampak buruk bagi lingkungan. Proses

produksi CPO sendiri menghasilkan berbagai jenis limbah. Limbah yang

dihasilkan dari kegiatan produksi CPO ini meliputi limbah cair, limbah padat dan

limbah udara/gas (emisi).

1. Limbah cair

Limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi berasal dari penggunaan air

dalam proses produksi dan sludge (lumpur minyak) sisa olahan yang berasal

dari pengendapan. Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik akan diproses dan

dinetralisir terlebih dahulu sebelum dibuang ke kolam limbah.

2. Limbah padat

Limbah padat yang dihasilkan dari proses produksi berupa janjang kosong

(Empty Fruit Bunch), fiber dan shell (cangkang). EFB dihasilkan dari proses

Universitas Sumatera Utara


pemipilan yang terjadi akibat putaran pada sumbu mendatar yang membawa

FFB ikut berputar sehingga membanting-banting FFB tersebut dan

menyebabkan brondon terlepas dari janjangnya. Sedangkan fiber dan shell

adalah ampas dari hasil cacahan yang kemudian dikempa unutk memisahkan

minyak dari daging buah pada proses pencacahan dan pengempaan. Pada

pabrik ini EFB biasanya akan digunakan kembali untuk pupuk. Sedangkan

fiber dan shell digunakan untuk bahan bakar atau dijual mentah ke pasaran.

3. Limbah udara/gas

Limbah udara/gas (emisi) disini berupa gas karbondioksida CO2 yang

dihasilkan dari penggunakan mesin-mesin yang berkaitan dengan proses

produksi. Pada pabrik kelapa sawit ini belum ada penanganan khusus untuk

emisi yang dihasilkan.

Dalam upaya memelihara lingkungan, meningkatkan kegiatan ekonomi,

sosial dan penegakan peraturan perundangan Indonesia di bidang perkelapa-

sawitan maka pembangunan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan atau

Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) merupakan kewajiban yang diterapkan

oleh pemerintah Indonesia. Begitu pula dengan RSPO (Roundtable on Sustainable

Palm Oil) yang bertujuan untuk mempromosikan produksi dan penggunaan

minyak sawit berkelanjutan yang bersifat sukarela dan berskala internasional.

Sebagai usaha untuk mencapai industri kelapa sawit berkelanjutan maka perlu

dilakukan sertifikasi ISPO (wajib) maupun RSPO (sukarela).

Kedua sertifikasi tersebut memiliki prinsip dan kriteria yang harus

dipenuhi (required) (tabel terlampir), diantaranya adalah me-monitoring

Universitas Sumatera Utara


penggunaan energi dan limbah. Monitoring dilakukan dengan mengkuantifikasi

penggunaan energi dan limbah dari produksi CPO. Saat ini belum ada dilakukan

monitoring oleh PT. XYZ.

Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian maka causal loop

digunakan untuk membantu pemodel memahami sistem dengan memberikan

gambaran umum melalui hubungan sebab dan akibat dalam sistem tersebut

(konseptualisasi sistem). Komponen-komponen yang mempunyai hubungan

antara komponen yang satu dengan komponen yang lain pada causal loop diatas

yaitu produksi CPO, produksi kernel, emisi, limbah padat, effluent, konsumsi uap,

konsumsi air, konsumsi listrik, Fresh Fruit Bunch (FFB), jam kerja, mesin(mesin

loading ramp, mesin sterilizer, mesin thresser, mesin digester, mesin screw press,

mesin vibrating screen, mesin COT, mesin CT, mesin sludge separator, mesin

POT, mesin oil purifier, mesin vacuum drier, mesin kernel) dan proses produksi

CPO (loading ramp, sterilizer, thresser, digester, screw press, vibrating screen,

mesin COT, CT, sludge separator, POT, oil purifier, vacuum drier, kernel).

Causal Loop untuk pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.

berikut.

Universitas Sumatera Utara


Sumber: Anylogic Software

Gambar 2.1. Causal Loop

Universitas Sumatera Utara


Berikut adalah data-data yang menunjang penelitian.

2.2. Jam Kerja

Pengaturan jam kerja di PT XYZ adalah sebagai berikut:

1. Semua karyawan kecuali bagian pengolahan dan pengamanan hari kerjanya

adalah Senin – Sabtu, dengan ketentuan jam kerja sebagai berikut:

a. Senin – Jumat

- Jam 07.00 – 12.00 WIB Waktu Kerja (dinas)

- Jam 12.00 – 13.30 WIB Waktu Istirahat

- Jam 13.30 – 15.30 WIB Waktu Kerja (dinas)

2. Pengaturan jam kerja bagian pengolahan dan pengamanan (security) pada

perusahaan terbagi atas tiga shift setiap harinya yaitu:

- Shift I : jam 06.00 – 14.00 WIB

- Shift II : jam 14.00 – 22.00 WIB

- Shift III : jam 22.00 – 06.00 WIB

2.3. Proses Produksi

2.3.1. Proses Produksi Crude Palm Oil

Proses produksi CPO pada PT. XYZ memakai bahan baku utama adalah

buah sawit yang masih segar. Berikut adalah proses CPO:

1. Penimbangan Buah

Penimbangan dilakukan dua kali, yaitu pada saat masuk pabrik (berat truk

dan TBS) serta pada saat keluar (berat truk). Dari selisih timbangan saat truk

masuk dan keluar, diperoleh berat bersih TBS yang masuk ke pabrik

Universitas Sumatera Utara


Sumber : PT. XYZ

Gambar 2.2. Sistem Jembatan Timbangan

2. Stasiun Sortasi

TBS yang telah ditimbang di jembatan timbang selanjutnya dibongkar

kemudian dipilih/disortasi berdasarkan standar mutu yang telah ditentukan

oleh pabrik.

Sumber : PT. XYZ

Gambar 2.3. Stasiun Sortasi

3. Loading Ramp

TBS yang dimasukkan ke loading ramp. Loading ramp dilengkapi pintu-

pintu keluaran yang digerakkan secara hidrolis sehingga memudahkan dalam

pengisian TBS ke dalam lori untuk proses selanjutnya.

Sumber : PT. XYZ

Gambar 2.4. Stasiun Loading Ramp

Universitas Sumatera Utara


4. Stasiun Perebusan (Sterilizer)

Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun perebusan dengan cara

ditarik menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga

memasuki sterilizer. Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap

pada temperatur sekitar 1350C selama 80-90 menit. Proses perebusan

dilakukan secara bertahap dalam tiga puncak tekanan agar diperoleh hasil

yang optimal. Tujuan perebusan ini adalah sebagai berikut :

a. Menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB) dan free fatty acid

(FFA)

Perkembangan asam lemak bebas terjadi akibat kegiatan enzim yang

menghidrolisis minyak. Menghentikan kegiatan enzim tersebut sebenarnya

cukup dengan perebusan hinggan 500C selama beberapa menit. Namun, jika

ditinjau dari proses pengolahan. Selanjutnya, perebusan harus dilakukan

dengan temperatur lebih tinggi.

b. Memudahkan pemipilan

Untuk melepaskan brondolan (Spikelets fruit) dari tandan secara manual,

sebenarnya cukup dengan merebus dalam air mendidih. Namun, cara ini tidak

memadai. Oleh karenanya, diperlukan uap jenuh bertekanan agar diperoleh

temperatur yang semestinya dibagian dalam tandan buah.

c. Menurunkan Kadar Air

Dengan berkurangnya air, susunan daging buah (pericarp) berubah.

Perubahan tersebut memberikan efek positif, yaitu mempermudah

pengambilan minyak selama proses pengempaan dan mempermudah

Universitas Sumatera Utara


pemisahan minyak dari zat non lemak. Pada saat yang sama, sel-sel minyak

akan pecah dan berada dalam keadaan bebas pada saat pengeluaran uap

perebusan (Puncak Ketiga). Dalam hal ini senyawa protein merupakan cairan

emulsi yang berbeda sehingga lapisan minyak lebih mudah dipisahkan saat

proses pemurnian. Secara keseluruhan, akibat penguapan sebagian air dari

daging buah yang kehilangan minyak dalam serabut maupun dalam lumpur

buangan (sludge) pada proses pemurnian dapat ditekan.

d. Penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit

Hal utama yang dihadapi pada proses pengolahan sawit yaitu lekat dari inti

sawit terhadap cangkangnya. Dengan proses perebusan, kadar air dalam biji

akan berkurang sehingga daya lekat inti terhadap cangkangnya menjadi

berkurang.

Sumber : PT. XYZ

Gambar 2.5. Stasiun Sterilizer (Perebusan)

5. Stasiun Pemipilan (Threser)

Pada stasiun pemipilan, buah dituang dari lori ke rebusan ke automatic feeder

dengan menggunakan hosting crane, automatic feeder ini berfungsi untuk

menampung serta mengatur pemasakan buah ke dalam alat pemipilan

(threser/stripper drum). Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada

sumbu mendatar membawa TBS ikut berputar sehingga membanting-banting

Universitas Sumatera Utara


TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya. Pada bagian

dalam dari pemipil, dipasang batang-batang besi perantara sehingga

membentuk kisi-kisi yang memungkinkan brondolan keluar dari bagian

bawah pemipil dan ditampung oleh sebuah screw conveyor untuk dikirim ke

bagian digesting dan pressing. Sementara, tandan yang kosong keluar dari

bagian belakang pemipil ditampung oleh elevator. Kemudian, hasil tersebut

dikirim ke hopper untuk dibuang.

Sumber : PT. XYZ

Gambar 2.6. Stasiun Thresser (Pemipilan)

6. Stasiun Pencacahan (Digester) dan Pengempaan (Presser)

Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut ke bagian

pengadukan/pencacahan (digester). Alat yang digunakan untuk

pengadukan/pencacahan berupa sebuah tangki vertikal yang dilengkapi

dengan lengan-lengan pencacah dibagian dalamnya. Lengan-lengan pencacah

ini diputar oleh motor listrik yang dipasang di bagian atas dari alat pencacah

(digester). Tujuan utama dari proses digesting yaitu mempersiapkan daging

buah untuk pengempaan (Pressing) sehingga minyak dengan mudah dapat

dipisahkan dari daging buah dengan kerugian yang sekecil-kecilnya.

Universitas Sumatera Utara


Sumber : PT. XYZ

Gambar 2.7. Stasiun Digester (Pencacahan)

Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian

bawah digester sudah berupa bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk

ke alat pengempaan yang berada persis dibagian bawah digester. Pada pabrik

kelapa sawit, umumnya digunakan screw press sebagai alat pengempaan

untuk memisahkan minyak dari daging buah. Proses pemisahan minyak

terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah, sedangkan dari arah yang

berlawanan tertahan oleh sliding cone. Screw dan sliding cone ini berada

dalam sebuah selubung baja yang disebut press cage, dimana dindingnya

berlubang-lubang diseluruh permukaannya. Dengan demikian, minyak dari

bubur buah yang terdesak ini akan keluar melalui lubang-lubang press cage,

sedangkan ampasnya keluar melalui celah antara sliding cone dan press cage.

Selama proses pengempaan berlangsung, air panas ditambahkan ke dalam

screw press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran (dillution) sehingga massa

bubur buah yang dikempa tidak terlalu rapat. Jumlah penambahan air berkisar

10-15% dari berat TBS yang diolah dengan temperatur air sekitar 900C.

Proses pengempaan akan menghasilkan minyak kasar dengan kadar 50%

minyak, 42% air, 8% zat padat.

Universitas Sumatera Utara


Sumber : PT. XYZ

Gambar 2.8. Stasiun Presser (Pengempaan)

7. Stasiun Pemurnian (Clarifier)

Stasiun ini berfungsi untuk mendapatkan minyak sawit mentah (CPO) yang

sudah dimurnikan dari impurities atau kotoran lainnya. Stasiun pemurnian

minyak adalah stasiun terakhir untuk pengolahan minyak sawit mentah

(CPO). Pemurnian minyak bertujuan agar diperoleh minyak dengan kualitas

sebaik mungkin dan dapat dipasarkan. Pada stasiun pemurnian/klarifikasi

minyak, terjadi beberapa tahapan proses:

a. Vibrating screen

Pemakaian ayakan getar bertujuan untuk memisahkan non oil solid (NOS)

yang berukuran besar, sehingga pada proses selanjutnya di dapatkan

minyak yang memenuhi standar. Ayakan getar dikenal dengan tipe vibro

yang mempunyai mekanisme pemisahan yang bekerja dengan cara getaran

melingkar dan atas bawah.

Sumber : PT. XYZ

Gambar 2.9. Proses Vibrating Screen

Universitas Sumatera Utara


b. Crude Oil Tank

Crude oil tank (COT) berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel

yang tidak larut dan lolos dari vibrating screen, karena tangki ini ukuran

kecil dapat dikatakan bahwa retention time nya relatif singkat sehingga

lebih berfungsi untuk mengendapakan pasir atau lumpur partikel besar.

Fungsi utama crude oil tank adalah menampung minyak dan ayakan

sebelum dipompakan pada continious tank.

Sumber : PT. XYZ

Gambar 2.10. Proses Crude Oil Tank

c. Continious Tank

Continious tank berfungsi untuk memisahkan minyak dengan sludge.

Sumber : PT. XYZ

Gambar 2.11. Proses Continious Tank

d. Sludge Separator

Sludge yang masuk ke dalam sludge separator terdiri dari bahan mudah

menguap. Tujuan dari proses ini adalah memisahkan minyak dari air dan

Universitas Sumatera Utara


kotoran, dengan kata lain memisahkan minyak dari fraksi yang berat jenis

nya 1. Air dan kotoran yang dipisahkan disebut dengan air drab. Fraksi

ringan dikembalikan ke oil tank. Suhu minyak dalam sludge separator

dipertahankan diatas 900C yang dapat dibantu dengan pemberian uap gas.

Cairan yang telah dibebaskan dari pasir-pasir halus dipompakan lagi ke

Pure Oil tank.

Sumber : PT. XYZ

Gambar 2.12. Proses Sludge Separator

e. Pure Oil Tank

Cairan yang berada di permukaan tangki continius tank dialirkan ke dalam

pure oil tank. Minyak ini masih mengandung air dan kotoran-kotoran

ringan. Alat pure oil tank dilengkapi dengan pipa coil pemanas, yang

digunakan untuk menaikkan suhu minyak hingga 900C. Tujuan pemanasan

minyak adalah untuk mempermudah pemisahan minyak dengan air dan

kotoran ringan dengan cara pengendapan, yaitu zat yang memiliki berat

jenis lebih berat dari minyak akan mengendap pada dasar tangki. Suhu

minyak dalam pure oil tank sangat berpengaruh pada perlakuan

selanjutnya karena tidak terjadi lagi pemanasan, sehingga dianggap suhu

pada pure oil tank adalah sumber panas untuk pengolahan lanjutan seperti

pada oil purifier dan vacum dryer.

Universitas Sumatera Utara


Sumber : PT. XYZ

Gambar 2.13. Proses Pure Oil Tank

f. Oil Purifier

Dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran dan kadar air yang

terdapat pada minyak berdasarkan atas perbedaan densitas dengan

menggunakan gaya sentrifugal, dengan kecepatan perputarannya 7500

rpm. Kotoran dan air yang memiliki densitas yang besar akan berada pada

bagian yang luar (dinding bowl), sedangkan minyak yang mempunyai

densitas lebih kecil bergerak ke arah poros dan keluar melalui sudut-sudut

untuk dialirkan ke vacuum drier. Kotoran dan air yang melekat pada

dinding di-blowdown ke saluran pembuangan

Sumber : PT. XYZ

Gambar 2.14. Proses Oil Purifier

Universitas Sumatera Utara


g. Vacuum Drier

Minyak yang keluar dari purifier masih mengandung air, maka untuk

mengurangi kadar air tersebut, minyak dipompakan ke vacuum drier. Di

sini minyak disemprot dengan menggunakan nozzle sehingga campuran

minyak dan air tersebut akan pecah. Hal ini akan mempermudah

pemisahan air dalam minyak, dimana minyak yang memiliki tekanan uap

lebih rendah dari air akan turun ke bawah dan kemudian dipompakan ke

storage tank.

Sumber : PT. XYZ

Gambar 2.15. Proses Vacuum Dryer

2.3.2. Proses Pengolahan Inti Sawit (Kernel)

Berikut adalah proses pengolahan inti sawit:

1. Cake breaker conveyor (CBC)

Ampas dari screw press yang terdiri dari fiber dan nut yang masih

menggumpal masuk ke CBC. CBC merupakan suatu screw conveyor namun

screwnya dipasang palt persegi sebagai pelempar fiber dan nut. CBC

berfungsi untuk mengurai gumpalan fiber dengan nut dan membawanya ke

depericarper.

Universitas Sumatera Utara


Sumber : PT. XYZ

Gambar 2.16. Proses Cake Braker Conveyor

2. Depericarper

Depericarper adalah alat untuk memisahkan fiber dengan nut. Fiber dan nut

dari CBC masuk ke separating column. Disini fraksi ringan yang berupa fiber

dihisap dengan fibre cyclone dan di tampung dalam hopper sebagai bahan

bakar pada boiler. Sedangkan fraksi berat berupa nut turun ke bawah masuk

ke polishing drum.

Sumber : PT. XYZ

Gambar 2.17. Proses Depericarper

3. Polishing Drum

Polishing drum berupa drum berlubang-lubang yang berputar. Akibat dari

perputaran ini terjadi gesekan yang mengakibatkan serabut yang masih

menempel pada nut terkikis dan terpisah dari nut. Nut jatuh, selanjutnya nut

diangkut oleh nut conveyor dan destoner (second depericarper) untuk

memisahkan batu dan benda – benda yang lebih berat dari nut seperti besi.

Universitas Sumatera Utara


Nut yang terbawa ke atas jatuh kembali di dalam air lock dan di tampung oleh

nut elevator untuk dibawa ke dalam nut silo.

Sumber : PT. XYZ

Gambar 2.18. Proses Polishing Drum

4. Nut Silo

Fungsi dari alat ini sebagai tempat penampungan nut, hal ini dilakukan untuk

mengurangi kadar air sehingga lebih mudah dipecah dan inti lekang dari

cangkangnya.

Sumber : PT. XYZ

Gambar 2.19. Proses Nut Silo

5. Ripple Mill

Ripple mill memiliki fungsi untuk memecahkan bagian nut. Ripple mill terdiri

dari bagian rotor yang bergerak dan juga bagian yang diam. Sementara itu nut

umumnya akan masuk diantara rotor dari ripple plate tersebut, sehingga

mereka saling mengalami benturan dan kemudian cangkang pun dapat

terpecah dengan mudah dari bagian nut tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Sumber : PT. XYZ

Gambar 2.20. Proses Riplle Mill

6. Pneumatic Separating

Hasil pemecahan dari ripple mill berupa campuran kernel, cangkang, dan

kotoran halus selanjutnya dibawa dengan conveyor ke bagian pemisahan. Ada

dua sistem atau metode pemisahan kernel dan cangkang, yaitu sistem

pemisahan kering dan pemisahan basah.

Pemisahan kering (dry separator) dilakukan dalam suatu kolom vertikal

(LTDS) dengan bantuan hisapan udara dari sebuah kipas, dimana fraksi yang

lebih ringan (cangkang) akan terhisap ke bagian atas, sedangkan fraksi yang

ringan akan jatuh ke bawah. Untuk memperoleh kernel yang baik dengan

losses rendah, pemisahan dilakukan dengan dua kolom pemisah. Setiap

kolom pemisah bekerja secara dua tahap.

Pada kolom pemisah pertama (LTDS 1), terjadi pemisahan serabut, cangkang

halus, dan debu yang timbul sebagai hasil pemecahan biji oleh ripple mill.

Pada tahap pertama, digunakan hisapan udara dengan kecepatan 14-15

m/detik, di mana fraksi berat jatuh ke bawah dan fraksi ringan masuk ketahap

pemisahan kedua. Fraksi berat disini berupa batu dan potongan besi.

Sementara fraksi ringan disini berupa kernel, biji, cangkang, dan debu. Pada

Universitas Sumatera Utara


tahap pemisahan kedua, digunakan hisapan udara dengan kecepatan 7,5-9,0

m/detik, dimana fraksi ringan dengan serabut, cangkang halus, dan debu

bersama hisapan udara diteruskan ke cangkang silo untuk bahan bakar boiler.

Cangkang besar dan kernel yang tidak terangkat masuk ke corong air lock

menuju kernel grading drum, sedangkan kernel beserta cangkang besar masuk

melalui corong untuk diumpankan ke kolom pemisah kedua.

Sumber : PT. XYZ

Gambar 2.21. Sistem LTDS 1

Pada kolom pemisah kedua (LTDS 2) dilakukan pemisahan dengan prinsip

yang sama dengan kolom pemisah pertama, tetapi dengan kecepatan prinsip

udara yang lebih kecil. Pada tahap pertama, kernel dan cangkang kasar akan

terpisah, dimana fraksi berat berupa kernel bulat jatuh ke bawah untuk

selanjutnya dikirim ke kernel silo, sedangkan kernel halus, kernel pecah,

sebagian kernel kasar, serta sedikit serabut dan cangkang halus masuk ke

tahap pemisah kedua. Pada tahap kedua, dilakukan pemisahan dimana kernel

kecil, kernel pecah, dan cangkang besar masuk melalui corong dari air lock

menuju sistem pemisahan basah (clay bath), sedangkan cangkang halus dan

serabut terhisap untuk diteruskan ke silo cangkang dan digunakan sebagai

bahan bakar boiler.

Universitas Sumatera Utara


Sumber : PT. XYZ

Gambar 2.22. Sistem LTDS 2

7. Clay Bath

Pemisahan dengan clay bath didasari oleh perbedaan berat jenis antara kernel

dan cangkang. Campuran antara kernel dan cangkang dimasukkan ke dalam

cairan tanah liat yang bebas pasir sehingga kernel akan terapung dan

cangkang akan tenggelam. Proses ini dilakukan dalam sebuah bak berbentuk

kerucut dilengkapi dengan pompa untuk mensirkulasikan cairan tanah lait.

Gerak cairan karena adanya sirkulasi akan membawa kernel menuju ayakan

getar untuk dibersihkan dan selanjutnya dikirim ke silo pengering. Sementara

cangkang yang tenggelam kemudin terdorong ke luar melalui pipa

pengeluaran yang dipasang pada bagian bawah. Selanjutnya, cangkang

tersebut dimasukkan ke silo cangkang untuk dijadikan bahan bakar boiler.

Sumber : PT. XYZ

Gambar 2.23. Proses Clay Bath

Universitas Sumatera Utara


8. Kernel Silo

Inti yang berasal dari pemisahan di clay bath melalui top wet kernel conveyor

didistribusikan ke dalam unit kernel silo untuk dilakukan proses pengeringan.

Pada kernel silo ini inti akan dikeringkan dengan menggunakan udara panas

dari steam heater yang dihembuskan oleh fan kernel silo ke dalam kernel silo.

Pengeringan dilakukan pada temperatur 60-80°C selama 4-8 jam.

Sumber : PT. XYZ

Gambar 2.24. Proses Kernel Silo

2.4. Mesin Produksi

Mesin produksi adalah semua peralatan yang merupakan penggerak yang

digunakan dalam proses produksi. Adapun mesin produksi yang digunakan adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.1. Mesin Produksi CPO

No Nama Mesin Spesifikasi


tempat penampungan semenatra
Fungsi Tandan Buah Segar sebelum
dimasukkan ke dalam lori.
Loading
1 Kapasitas 20 ton
Ramp
Daya 2,2 kW
Ukuran P = 40 m,
L = 22 m

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1. Mesin Produksi CPO (Lanjutan)

No Nama Mesin Spesifikasi


merebus buah kelapa sawit
Fungsi yang ada di dalam tandan buah
segar (TBS) sawit.
2 Sterilizer Daya 2,2 kW
Merek PT. S.A.S
Kapasitas 25 ton
Fungsi Memipil brondolan
3 Thresser Kapasitas 10 Ton
Daya 2,2 Kw
Melumat berondolan, sehingga
daging buah terpisah dari biji
(nut) dan menghancurkan
minyak dalam waktu singkat,
Fungsi
agar minyak
dapat diperas sebanyak-
4 Digester banyaknya pada saat
pengempaan berlangsung.
Kapasitas 28 ton
Merek Electrim

Daya 22 kW

untuk memisahkan minyak


Fungsi
kasar
5 Screw Press Kapasitas 11 ton
Merek TECO
Daya 22 kW
Untuk memisahkan serat-serat
Fungsi halus dan kotoran-kotoran kasar
Vibrating yang terikut dengan minyak
6
Screen Kapasitas 17 ton
Merek Internasional
Daya Daya : 1,86 kW
Untuk mengendapkan partikel-
partikel yang tidak larut dan
Fungsi
masih lolos dari vibrating
Crude Oil screen
7
Tank
Kapasitas 14 ton
Merek Stombrey
Daya 7 kW

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1. Mesin Produksi CPO (Lanjutan)

No Nama Mesin Spesifikasi


untuk memisahkan minyak
Fungsi dengan sludge sebelum
Continius dipompakan pada sludge tank
8
Tank Kapasitas 14 ton
Merek UKA
Daya 4 kW
Memisahkan minyak dengan air
Fungsi
pada sludge tank
Sludge
9 Kapasitas 20 ton
Separator
Merek ASEA
Daya 22kW
Untuk mengendapkan kotoran
Fungsi dan air yang masih terkandung
Pure Oil di dalam minyak.
10 Kapasitas 15 ton
Tank
Merek ASEA
Daya 1 kW
untuk mengurangi kadar
Fungsi kotoran dan kadar air yang
terdapat pada minyak
11 Oil Purifier Kapasitas 10 ton
Merek Alva Laval
Daya 1 kW
Untuk memisahkan air dari
Fungsi Crude Oil yang masih
12 Vacuum mengandung kadar air.
Drier Kapasitas 9 ton
Merek Korting Hannover AG
Daya 1,5 kW
Sumber : PT. XYZ

Tabel 2.2. Mesin Produksi Kernel

No Nama Mesin Spesifikasi


Mempermudah proses
Fungsi pemisahan biji dan serat pada
Cake Brake depericarper
1
Conveyor Kapasitas 12 ton
Merek DAUER
Daya 1kW

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.2. Mesin Produksi Kernel (Lanjutan)

No Nama Mesin Spesifikasi


Memisahkan ampas/serat
Fungsi
kering dengan biji
2 Depericarper Kapasitas 16 ton
Merek DAUER
Daya 6 kW
Untuk membersihkan fibre
Fungsi
yang masih melekat pada nut
Polishing
3 Kapasitas 5 Ton
Drum
Merek Geared Motor
Daya 6 kW
Fungsi untuk mengurangi kadar air
4 Nut Silo Kapasitas 7 ton
Merek Novenco
Daya 10 kW
Fungsi untuk memecahkan bagian nut
5 Ripple Mill Kapasitas 6 ton
Merek Peltec
Daya 6 kW
Untuk memisahkan kernel,
Fungsi
cangkang, dan kotoran halus
Pneumatic Kapasitas 11 ton
6
Separating Merek Novenco
14kW
Daya
Untuk memisahkan inti sawit
Fungsi dengan cangkangnya yang
memilki berat jenis berbeda
7 Clay Bath Kapasitas 3 ton
Merek ASEA
5 kW
Daya
tempat penyimpanan kernel
Fungsi sebelum dikirim kepada
konsumen.
8 Kernel Silo Kapasitas 30 ton
Merek ASEA
2 kW
Daya
Sumber : PT. XYZ

Universitas Sumatera Utara


Pada umumnya proses produksi CPO di PT. XYZ tidak berbeda dengan

pabrik kelapa sawit lainnya (seperti uraian proses produksi diatas) sehingga

model yang dibuat pada penelitian ini dapat digunakan pada pabrik sejenis

lainnya. Perbedaannya terletak dari mesin yang digunakan (daya, kapasitas) ,

jam(shift) kerja, dan tandan buah segar /fresh fruit bunch yang diolah oleh pabrik

sejenis lainnya. Sehingga untuk menggunakan model harus menyesuaikan dengan

spesifikasi mesin, jam(shift) kerja, dan tandan buah segar /fresh fruit bunch yang

diolah.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Sustainability (Keberlanjutan)

"Untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi, di mana manusia dan

alam berada dalam harmoni yang produktif, yang memungkinkan memenuhi

persyaratan sosial, ekonomi, dan lainnya dari generasi sekarang hingga

mendatang". Keberlanjutan didasarkan pada premis faktual dan sederhana yang

sudah lama diakui: Segala sesuatu yang manusia butuhkan untuk kelangsungan

hidup dan kesejahteraan mereka tergantung, langsung atau tidak langsung, pada

lingkungan alam. Lingkungan menyediakan udara yang kita hirup, air yang kita

minum, dan makanan yang kita makan. Ini mendefinisikan secara mendasar

masyarakat di mana kita hidup dan merupakan sumber daya terbarukan dan tak

terbarukan di mana peradaban bergantung. Kesehatan dan kesejahteraan kita,

ekonomi kita, dan keamanan kita semua membutuhkan lingkungan yang

berkualitas tinggi (National Research Council, 2011:53-69).

3.2. Sustainability Assessment and Management (Penilaian dan Manajemen

Keberlanjutan)

Sub bab ini menjelaskan langkah-langkah yang terlibat dalam pendekatan

ini, dimulai dengan evaluasi penyaringan untuk menentukan apakah akan

melakukan proses penilaian dan manajemen keberlanjutan dan untuk menentukan

tingkat upaya yang tepat atau kedalaman dari penilaian tersebut. Langkah ini

Universitas Sumatera Utara


diikuti oleh definisi masalah dan pelingkupan, yang meliputi identifikasi opsi,

cakupan awal analisis, keterlibatan pemangku kepentingan, dan peluang untuk

kolaborasi. Bagian selanjutnya menjelaskan seperangkat alat analitik yang dapat

digunakan dalam proses penilaian dan manajemen keberlanjutan (National

Research Council, 2011).

Sebelum melakukan Sustainability Assessment (SA), perlu untuk

mendefinisikan dengan jelas kerangka keberlanjutan, yang didefinisikan sebagai

"pemikiran dan struktur untuk integrasi konsep, metodologi, metode dan tools”.

Jika penilaian ditunjukkan dalam sebuah kerangka keberlanjutan yang lemah,

maka trade-off dapat diterima, tetapi penulis bertanggung jawab untuk asumsi ini.

Kerangka prosedural metodologis untuk SA dikembangkan dan disajikan di sini

untuk mewujudkan prasyarat yang telah dijelaskan sebelumnya, dan untuk

mengatasi kritik potensial dari pendekatan tersebut. Dalam hal ini kami

mendalilkan bahwa perbedaan mendasar antara SA dengan metode penilaian

terintegrasi lainnya dapat diidentifikasi pada tiga tingkatan: (Sala, Ciuffo, &

Nijkamp, 2015:316-317).

1. Secara ontologis, sebagaimana SA meminta kelengkapan dalam penilaian dan

untuk integrasi daya dukung sistem yang sedang dinilai (menjadi sistem

lingkungan atau sosio-ekonomi) untuk menetapkan batas / ambang batas

keberlanjutan;

2. Secara metodologis, karena umpan timbal balik dan interaksi antara sistem

lingkungan dan sosio-ekonomi harus dimodelkan dan dinilai melalui

metodologi khusus.

Universitas Sumatera Utara


3. Secara epistemologis, karena pergeseran ke posting sains normal

membutuhkan perspektif yang berbeda mengenai antarmuka kebijakan sains.

SA, yang bermuatan nilai dan terkait erat dengan perspektif budaya, memiliki

karakter politik. Ini membutuhkan kontribusi nyata dan keterlibatan para

pemangku kepentingan di semua langkah proses.

Representasi skematis dari kerangka kerja konseptual untuk penilaian

keberlanjutan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Sumber: Serenella Sala, Biagio Ciuffo and Peter Nijkamp. A Systemic Framework for

Sustainability Assessment. 2015

Gambar 3.1. Representasi Skematis dari Kerangka Kerja Konseptual untuk

Penilaian Keberlanjutan.

Universitas Sumatera Utara


3.3. Definisi Masalah, Perencanaan, dan Pelingkupan

Langkah awal yang penting dalam proses ini adalah untuk

mengidentifikasi keputusan alternatif yang dapat dibuat (identifikasi opsi) dan

untuk menjangkau pilar sosial (termasuk kesehatan), lingkungan, dan ekonomi

yang penting yang dapat berpotensi dipengaruhi oleh keputusan tersebut. Setelah

perhatian telah diterapkan pada definisi masalah dan identifikasi opsi alternatif,

manajer dan analis dapat memulai mengembangkan pendekatan sementara untuk

proses penilaian dan analisis (National Research Council, 2011:58).

3.4. Penerapan Sustainability Assessment Tools

Sejumlah besar alat dapat diterapkan untuk mengatasi bagian komponen

dari suatu analisis. Biasanya analisis komprehensif akan membutuhkan penerapan

seperangkat alat. Beberapa prinsip penting dalam menerapkan seperangkat alat

ini: (National Research Council, 2011:60).

1. Tidak ada alat tunggal yang mungkin komprehensif; analisis yang

komprehensif mungkin akan membutuhkan penerapan seperangkat alat untuk

menganalisis dampak pada pilar keberlanjutan sosial, lingkungan, dan

ekonomi.

2. Rangkaian alat harus mencakup analisis dinamis yang menganalisis

konsekuensi dari opsi alternatif melalui waktu (komponen antargenerasi).

3. Alat harus mampu memberikan dampak penilaian kuantitatif sejauh mungkin.

Universitas Sumatera Utara


4. Sangat diharapkan untuk memiliki metode yang relatif transparan yang dapat

dengan mudah dijelaskan di mana hasil analisis dapat dikomunikasikan

secara efektif kepada para pembuat keputusan.

5. Ketersediaan akan data, sebagian, menentukan alat yang diperlukan.

6. Ketidakpastian dan analisis sensitivitas akan diperlukan.

3.5. Jenis Sustainability Assessment Tools

Kerangka sustainability assessment tool terdiri dari tiga bagian atau area

kategorisasi umum; area-area ini adalah 1) indikator dan indeks, yang selanjutnya

dipecah menjadi alat penilaian yang tidak terintegrasi dan terpadu, 2) terkait

produk yang berfokus pada aliran material dan / atau energi dari suatu produk atau

layanan dari perspektif siklus hidup, dan 3) Integrated assessment, yang

merupakan kumpulan tools yang biasanya berfokus pada perubahan kebijakan

atau implementasi proyek. Ada juga kategori menyeluruh di bagian bawah

gambar yang digunakan ketika nilai-nilai non-pasar diperlukan dalam tiga

kategori. Alat-alat itu disusun berdasarkan waktu jika melihat ke masa lalu atau

jika melihat ke depan (alat-alat prospektif, forecasting) (Ness et al, 2107:499).

Universitas Sumatera Utara


Sumber: Barry Ness, et al. Categorising Tools for Sustainability Assessment. 2007.

Gambar 3.2. Kerangka untuk Sustainability Assessment Tools

Universitas Sumatera Utara


3.5.1. Integrated Asessment

Tools pada bagian ketiga adalah integrated assessment tools; yang

digunakan untuk mendukung keputusan yang terkait dengan kebijakan atau

proyek di wilayah tertentu. Alat terkait proyek digunakan untuk penilaian skala

lokal, sedangkan kebijakan terkait fokus pada penilaian skala lokal dan global.

Dalam konteks penilaian keberlanjutan, alat penilaian terintegrasi sering

dilakukan dalam bentuk skenario. Banyak dari alat penilaian terintegrasi ini

didasarkan pada pendekatan analisis sistem dan mengintegrasikan aspek alam dan

masyarakat. Integrated assessment terdiri dari beragam tools untuk mengelola

masalah yang kompleks. Ada banyak contoh integrated assessment pada masalah

utama lingkungan, tetapi juga didirikan tools seperti Multi-Criteria Analysis, Risk

Analysis, Vulnerability Analysis and Cost Benefit Analysis yang tidak selalu

berhubungan langsung dengan hanya masalah keberlanjutan, tetapi dapat

diperluas ke berbagai bidang masalah lainnya di seluruh batas disiplin (Ness et al,

2107:503).

3.5.1.1. Sistem Dinamis

Secara historis, para insinyur telah mengembangkan metode khusus

untuk menganalisis perilaku sistem dalam disiplin mereka sendiri. Sebagai

contoh, insinyur listrik telah mengembangkan dan menyempurnakan metode

analisis sirkuit untuk menentukan respons tegangan dan arus dalam sistem

elektronik; dan insinyur struktural dan mekanik telah mengembangkan metode

kekuatan dan perpindahan komputasi dalam sistem yang dirakit dari komponen

Universitas Sumatera Utara


mekanis. Disiplin umum dari sistem dinamis telah dikembangkan selama lima

dekade terakhir untuk menyediakan metode terpadu dari representasi sistem dan

analisis yang dapat diterapkan di berbagai teknologi. Konsep sistem dinamis

sekarang digunakan dalam banyak analisis dan jenis sistem yang saling

berhubungan termasuk mekanik, listrik, thermal, dan sistem fluida. Metodologi

umum yang timbul baru-baru ini diperluas untuk analisis banyak jenis sistem

lainnya termasuk ekonomi, biologi, ekologi, ilmu sosial, dan kedokteran (Rowell

& Wormley, 1997:1-5).

Sistem dinamis adalah studi tentang perilaku dinamis atau waktu yang

bervariasi dari suatu sistem dan mencakup komponen-komponen berikut:

1. Definisi sistem, batasan sistem, variabel input, dan variabel output.

2. Formulasi model dinamis dari sistem fisik, biasanya dalam hubungan

matematika atau grafis yang ditentukan secara analitik atau eksperimental.

3. Penentuan perilaku dinamis dari model sistem dan pengaruh input sistem pada

variabel output sistem yang menarik.

4. Formulasi rekomendasi atau strategi untuk meningkatkan kinerja sistem melalui

modifikasi struktur sistem atau parameter nilai.

Fundamental untuk sistem dinamis adalah interaksi antara sistem dan

lingkungannya. Dalam konteks sistem dinamis yang paling luas, sistem dan

lingkungannya didefinisikan sebagai entitas abstrak:

1. Sistem: Kumpulan materi, pemikiran, atau konsep yang terkandung dalam

batas nyata atau imajiner.

2. Lingkungan: Semua yang eksternal ke sistem.

Universitas Sumatera Utara


Mendefinisikan dua kelas penting dari variabel sistem:

1. Input: Input adalah variabel sistem yang ditentukan secara independen; atau

ditentukan, oleh lingkungan sistem. Nilai input pada setiap saat tidak

bergantung pada perilaku atau respons sistem. Input menentukan eksitasi

eksternal dari sistem dan dapat berupa jumlah seperti gaya angin eksternal

yang bekerja pada sistem gedung tinggi atau curah hujan yang membentuk

aliran input ke dalam sistem reservoir. Sistem mungkin memiliki lebih dari satu

input.

2. Output: Output didefinisikan sebagai variabel sistem yang diinginkan.

Mungkin variabel yang diukur pada antarmuka dengan lingkungan atau

variabel yang bersifat internal ke sistem dan tidak langsung berinteraksi dengan

lingkungan.

Sumber: Derek Rowell and David N. Wormley. Systems Dynamics: An Introduction. 1997.

Gambar 3.3. Skema Representasi dari Sistem Dinamis

Universitas Sumatera Utara


3.6. Pengambilan Keputusan dan Implementasi

Berbagai pilihan dan dampak sosial (termasuk kesehatan), lingkungan, dan

ekonomi terkait untuk setiap opsi akan disajikan bersama dengan analisis trade-off

yang mungkin telah dilakukan. Pilihan dalam penilaian keberlanjutan

memungkinkan pembuat keputusan untuk memahami cara-cara yang berbeda

dalam mengambil tindakan tertentu dan dengan demikian memberikan pembuat

keputusan dengan lebih banyak pilihan untuk mengurangi dampak negatif. Selain

itu, opsi dalam penilaian keberlanjutan memungkinkan pengambil keputusan

untuk menemukan cara yang lebih baik untuk meningkatkan kesejahteraan sosial,

pembangunan ekonomi, dan perlindungan lingkungan pada saat yang bersamaan.

Pilihan juga memperjelas sebab-sebab terjadinya pertukaran di antara ketiga pilar

dan membantu pengambil keputusan untuk mengurangi dampak merugikan dari

setiap pertukaran (National Research Council, 2011:68).

3.7. Evaluasi Hasil

Komponen penting dalam mengkomunikasikan manfaat potensial

mengadopsi keberlanjutan dan membenarkan upaya lebih lanjut diarahkan menuju

keberlanjutan adalah menunjukkan efektivitas tindakan sebelumnya dan

memberikan informasi yang akan digunakan dalam umpan balik untuk mengubah

tujuan. Pekerjaan seperti itu berjalan dengan nama-nama seperti evaluasi proyek,

evaluasi post facto, atau analisis akuntabilitas (National Research Council,

2011:69).

Universitas Sumatera Utara


Evaluasi berguna dalam mengidentifikasi praktik terbaik, mengurangi

ketidakpastian, dan mengidentifikasi hubungan tambahan. Evaluasi, seperti alat

dan indikator, didasarkan pada memiliki data yang sesuai.

Pada tingkat pertama, evaluasi harus membandingkan respons yang

diamati dari indikator (atau metrik terkait) dengan sasaran proyek.

Ketidaksesuaian harus dievaluasi untuk mengidentifikasi kelemahan dalam proses

penilaian, termasuk alat dan data yang digunakan. Evaluasi ini dapat dibantu

dengan mengidentifikasi data tambahan untuk lebih mengkarakterisasi hubungan

dan tanggapan sistem dalam indikator selain yang digunakan untuk menilai

tujuan. Pertanyaan penting untuk diatasi adalah apakah respon berada dalam

kisaran ketidakpastian yang diperkirakan selama analisis opsi alternatif.

Perencanaan untuk evaluasi termasuk mengidentifikasi data dan alat

tambahan yang sangat penting dalam memahami sistem pada tingkat yang dapat

diprediksi dari proyek atau kebijakan serupa di masa mendatang. Mengingat sifat

transgenerasional dari banyak indikator dan tujuan keberlanjutan, evaluasi

mungkin perlu didasarkan pada indikator yang lebih panjang daripada yang

langsung digunakan dalam menilai seberapa baik proyek atau kebijakan

memenuhi tujuan yang dinyatakan.

3.8. Tujuan Model

Di bidang penilaian terintegrasi, model umumnya dibangun untuk

memenuhi satu atau lebih dari lima tujuan utama: (Kelly et al, 2013:161-164)

Universitas Sumatera Utara


1. Prediksi melibatkan memperkirakan nilai (kuantitatif atau kualitatif) dari

suatu variabel sistem dalam periode waktu tertentu yang diberikan

pengetahuan tentang variabel sistem lain dalam periode waktu yang sama.

Model sering dikembangkan untuk memprediksi efek dari perubahan driver

sistem atau input pada output sistem. Model prediktif umumnya diperlukan

untuk memiliki beberapa tingkat akurasi dalam mereproduksi pengamatan

bersejarah, dan dengan demikian memerlukan data untuk kalibrasi, dan

independen lainnya data untuk validasi.

2. Peramalan mengacu pada memprediksi nilai variabel sistem dalam periode

waktu mendatang (jangka pendek, menengah atau panjang), tanpa

pengetahuan tentang nilai-nilai variabel sistem lainnya dalam periode

tersebut. Sebagai contoh, sebuah model dapat menggunakan curah hujan yang

diamati hari ini untuk memperkirakan kemungkinan hujan besok. Metode

time series sangat umum digunakan untuk meramalkan masalah.

3. Manajemen dan pengambilan keputusan di bawah ketidakpastian sering

mendapat manfaat dari model, yang digunakan dalam perumusan masalah

dan dapat dimasukkan ke dalam sistem pendukung keputusan dan alat

penilaian terpadu dalam konteks ini. Model-model ini mungkin berbasis

simulasi (yaitu dikembangkan untuk menjawab pertanyaan tipe 'bagaimana

jika') atau berdasarkan pengoptimalan (dikembangkan untuk memberikan

opsi 'terbaik' di bawah sasaran tertentu, sesuai dengan batasan). Alat seperti

optimasi multi-objective dan analisis multi-kriteria dapat memberikan

Universitas Sumatera Utara


wawasan tentang trade-off antara tujuan yang bersaing dan dapat

digabungkan dengan model simulasi.

4. Pembelajaran sosial semakin diakui sebagai hasil yang sangat berharga dari

membangun model. Pembelajaran sosial mengacu pada kapasitas jaringan

sosial untuk berkomunikasi, belajar dari perilaku masa lalu, dan melakukan

tindakan kolektif, misalnya berurusan dengan tugas-tugas teknis yang rumit

dan pada saat yang sama kegiatan relasional sosial. Penekanan dalam model

yang dikembangkan untuk pembelajaran sosial cenderung lebih mengarah

pada kemasukakalan interaksi dan hasil daripada akurasi prediksi model.

5. Mengembangkan pemahaman sistem / eksperimen adalah tujuan dari banyak

model yang dikembangkan untuk meringkas dan mengintegrasikan

pengetahuan yang tersedia pada komponen sistem untuk meningkatkan

pemahaman seluruh sistem dan cara itu dapat bereaksi terhadap perubahan

dalam driver sistem.

3.8.1. Pendekatan untuk Memodelkan Sistem Kompleks

Klasifikasi lima tipe model untuk penilaian terintegrasi sebelum

memberikan peninjauan aplikasi dari masing-masing pendekatan. Yaitu Systems

Dynamics (SD), Bayesian Networks (BN), Couple Component Models (CCM),

Agent-Based Models (ABM) dan Knowedge-Based Models (KBM) (Kelly et al,

2013:164). Berikut adalah ringkasan dari lima pendekatan terintegrasi yang dilihat

pada Tabel 3.1.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1. Ringkasan dari Lima Pendekatan Terintegrasi

Typical
Types of Treatment of Uncertainty in Treatment of Uncertainty in Optimisation of
Approach Application (in Treatment of Space Treatment of Time
Data Inputs/Parameters Model Structure Scenario Based
approx, order)
Sytem Challenging but posibble through Scenario-based
Limitied to date - Requires comprehensive
System understanding/ Quantitative Monte Carlo (MC) runs. Scenario to (also refers to
lumped 'regions' and Routine discrimination tests between
Dynamics experimentation mainly Simukate plausible range of inputs and simulation-
non spatial alternatives
other drivers. based)
Social Learning
Decision-making Limitied to date - Limited - lumped Explicit by assigning probabilities to the
Bayesian and management lumped 'regions' and temporal, or non links between the states of variables. Structural learning from data
Both Both
Networks Social Learning non spatial, more temporal, more Scenarios to simulate plausible range of and knowledge is possible
System common common inputs and other drivers.
understanding /
experimentation
Prediction
Prediction, Challenging through MC and/or
Quantitative Routine though
Coupled forecasting Bayesian inference if model run time Requires comprehensive
mainly but Comprehensive set of component models
Component System not a constraint. Scenarios to simulate discrimination tests between Both
qualitative option may be limiited eg if
Models understanding / plausible range of inputs and other alternatives
possible BN
experimentation drivers
Decision-making
and management
Social Learning Challenging but posibble through
Agent- Requires comprehensive
Quantitative Monte Carlo (MC) runs. Scenario to
Based System Limited Limited discrimination tests between Scenario-based
mainly Simukate plausible range of inputs and
Models understanding / alternatives
other drivers.
experimentation
Decision-making Various - usually
Knowledge- Requires comprehensive
and management Limited-lumped, non non-temporal but
based Both Can be explicit discrimination tests between Scenario-based
Prediction spatial more common rules can be 'forecast'
Models alternatives
based
Forecasting

Sumber: Rebecca A. Kelly et al,. Selecting Among Five Common Modelling Approaches for Integrated Environmental Assessment and Management. 2013.

Universitas Sumatera Utara


3.9. AnyLogic Software

AnyLogic adalah alat pemodelan simulasi multimethod yang

dikembangkan oleh The AnyLogic Company. Ini mendukung agent based,

kejadian diskrit, dan metodologi simulasi sistem dinamis. AnyLogic adalah

perangkat lunak simulasi lintas platform yang berfungsi di Windows, macOS dan

Linux. AnyLogic biasa digunakan untuk mensimulasikan: pasar dan kompetisi,

perawatan kesehatan, manufaktur, rantai pasokan dan logistik, ritel, proses bisnis,

dinamika sosial dan ekosistem, pertahanan, proyek dan manajemen aset, dinamika

pejalan kaki dan lalu lintas jalan, IT, kedirgantaraan. Diberi nama AnyLogic,

karena software ini mendukung ketiga pendekatan pemodelan yang biasa dikenal

yaitu: sistem dinamis, peristiwa diskrit simulasi, agent based modelling dan apa

saja dari kombinasi ini dalam pendekatan satu model (Wikipedia).

3.10. Verifikasi dan Validasi Model Simulasi

Verifikasi model simulasi atau model pengoperasian sistem maya

dilakukan dengan mengecek kecocokan prosedur yang digunakan pada

pengolahan data operasi sistem imitasi terhadap prosedur pelaksanaan operasi

pada sistem ril (Napitupulu, 2009:213).

Tujuan utama verifikasi model simulasi sistem adalah untuk memastikan

bahwa program komputer dan worksheet pengolahan data yang disusun adalah

sesuai dan benar mewujudkan model konseptual simulasi yang digunakan sebagai

dasar penyusunan prosedur pengoperasian sistem maya. Pengecekan kecocokan

model operasi terhadap model konseptual simulasi sistem perlu dilakukan karena

Universitas Sumatera Utara


bentuk model operasi sistem tidak sama dengan bentuk model konseptual

simulasi. Pengecekan juga diperlukan karena program komputer dan worksheet

simulasi yang tidak sesuai dapat memberikan hasil pengoperasian sistem maya

tanpa mengalami error eksekusi meskipun hasil yang diperoleh menyimpang jauh

dari hasil yang seharusnya.

Validasi model simulasi dilakukan dengan mengecek akurasi hasil

program simulasi dan worksheet aplikasi simulasi yang lolos verifikasi. Validasi

model tidak sama dengan verfikasi model tetapi berkaitan berdasarkan berlakunya

validasi atas model yang telah lolos verifikasi. Jika verifkasi menyangkut

penyusunan model benar maka validasi menyangkut penyusunan model simulasi

yang benar memberikan hasil yang akurat (Napitupulu, 2009:217).

Validasi dalam pemodelan sistem dinamik dapat dilakukan dengan

beberapa cara meliputi uji struktur secara langsung (direct structure tests) tanpa

memproses model, uji struktur tingkah laku model (structure oriented behaviour

test) dengan proses model, dan pembandingan tingkah laku model dengan sistem

nyata (quantitative behaviour pattern comparison), yaitu dengan uji nilai tengah

persentase kesalahan absolut (mean absolute percentage error) adalah salah satu

ukuran relatif yang menyangkut kesalahan persentase. Uji ini dapat digunakan

untuk mengetahui kesesuaian data hasil prakiraan dengan data aktual (Aminudin,

2014:32-33).

MAPE = %

Dimana :

A = Data aktual

Universitas Sumatera Utara


S = Data hasil simulasi

n = Periode/banyak data

Kriteria ketepatan model dengan uji MAPE (Lomauro dan Basuki, 1985

dalam Soemantri, 2005) adalah:

MAPE <5% : Sangat tepat

5% < MAPE <10% : Tepat

MAPE > 10% : Tidak tepat

3.11. Indonesia Suistainable Palm Oil (ISPO)

Pembangunan Perkebunan kelapa sawit berkelanjutan atau Sustainable

Palm Oil merupakan kewajiban yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia dalam

upaya memelihara lingkungan, meningkatkan kegiatan ekonomi, sosial dan

penegakan peraturan perundangan Indonesia di bidang perkelapa-sawitan.

Penerapan kewajiban kebun sawit yang berkelanjutan ini telah dilakukan sejak

peluncuran Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian

Sustainable Palm Oil/ISPO) di Medan pada Maret tahun 2011 (Mentri Pertanian,

2011).

Dalam perkembangannya, terutama sejak peluncuran ISPO tersebut dan

terbitnya berbagai peraturan terkait dengan keberlanjutan pembangunan

Perkebunan, serta di undangkannya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014

tentang Perkebunan yang harus diadopsi oleh persyaratan ISPO, permintaan pasar

terhadap minyak yang bersertifikat ISPO yang mulai bermunculan, mengharuskan

perlunya persyaratan ISPO untuk direvisi. Penyempurnaan ketentuan yang diatur

Universitas Sumatera Utara


dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.140/3/2011 tentang

Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian

Sustainable Palm Oil/ISPO), bertujuan untuk lebih memberikan petunjuk yang

lebih jelas bagi Pelaku Usaha Perkebunan dan para auditor.

Sistem Sertifikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia dimaksudkan

untuk mengatur pengelolaan sertifikasi ISPO dengan tujuan memastikan

Perusahaan Perkebunan kelapa sawit dan Usaha Pekebun kelapa sawit telah

menerapkan prinsip dan kriteria ISPO secara benar dan konsisten dalam

menghasilkan minyak sawit berkelanjutan.

Persyaratan untuk mendapatkan sertifikat ISPO meliputi kepatuhan

aspek/segi hukum, ekonomi, lingkungan, dan sosial sebagaimana diatur peraturan

perundangan yang berlaku beserta sanksi bagi mereka yang melanggar. Ketentuan

ini merupakan serangkaian persyaratan yang terdiri dari prinsip dan kriteria, dan

panduan yang dipersyaratkan untuk pengelolaan perkebunan kelapa sawit

berkelanjutan dan Pabrik Kelapa Sawit (PKS), serta memiliki ukuran yang pasti

dan tidak mentoleransi kesalahan, oleh karena itu penilaian atau audit tidak

memasukkan unsur ini.

Prinsip dan Kriteria ISPO Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan adalah:

(Tabel terlampir)

1. Sistem Perizinan dan Manajemen Perkebunan.

2. Penerapan Pedoman Teknis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit.

3. Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan.

4. Tanggung Jawab Terhadap Pekerja.

Universitas Sumatera Utara


5. Tanggung Jawab Sosial dan Komunitas.

6. Pemberdayaan Kegiatan Ekonomi Masyarakat.

7. Peningkatan Usaha Secara Berkelanjutan.

Pada Bab V dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia disebutkan

Tata Cara Sertifikasi ISPO (Tata Cara Sertifikasi Perusahaan Perkebunan);

1. Penilaian oleh pemerintah

2. Penilaian oleh lembaga sertifikasi

3. Pengambilan contoh kebun

4. Prinsip dan Kriteria ISPO untuk Perusahaan Perkebunan

3.12. Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO)

Produksi minyak sawit secara berkelanjutan, yang berpedoman pada 3P –

People, Planet and Profit – selanjutnya menjadi konsep yang diambil dari

kebijakan Millennium Development Goals (MDGs), yang ditandatangani oleh

negara-negara anggota, termasuk Indonesia (UNDP, 2015).

Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), suatu organisasi

internasional multistakeholder yang didirikan pada tahun 2004, mengadopsi

MDGs yang terkait dengan 3P di dalam Prinsip dan Kriteria (P&C). RSPO adalah

inisiatif bisnis dimana para anggotanya secara sukarela mengikatkan diri pada

mekanisme RSPO dengan tujuan untuk memproduksi dan menggunakan minyak

sawit berkelanjutan. Praktek perkebunan yang berpegang pada prinsip-prinsip

sustainability memprioritaskan aspek legalitas, lingkungan, dan kelayakan sosial

ekonomi jangka panjang.

Universitas Sumatera Utara


Prinsip dan kriteria RSPO untuk produksi minyak sawit berkelanjutan

adalah: (Tabel terlampir)

1. Komitmen terhadap transparasi

2. Memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku

3. Komitmen terhadap kelayakan ekonomi dan keuangan jangka panjang

4. Penggunaan praktik terbaik tepat oleh perkebunan dan pabrik

5. Tanggung jawab lingkungan dan konservasi kekayaan alam dan

keanekaragaman hayati

6. Pertimbangan bertanggung jawab atas karyawan, individu, dan komunitas

yang terkena dampak perkebunan dan pabrik

7. Pengembangan perkebunan baru yang bertanggung jawab

8. Komitmen terhadap perbaikan terus-menerus pada wilayah-wilayah utama

aktifitas.

Tabel 3.2. Perbedaan ISPO dengan RSPO

ISPO RSPO
Mandatory (Wajib) Voluntary (Sukarela)
Berdasarkan Hukum Indonesia Konsensus multi-stakeholders, dan undang-
Kerangka Kerja (27 Hukum dan undang dan peraturan di negara yang
Peraturan) diterapkan
Standarisasi Industri Kebutuhan bisnis
Oleh pemerintah Oleh multi-stakeholders
Sanksi dan hukumannya diaplikasikan pada Tidak ada sanksi hukum bagi pemohon yang
perkebunan / pabrik yang tidak sesuai tidak dapat memenuhi persyaratan, sertifikat
dengan undang-undang yang disyaratkan tidak dikeluarkan
dan peraturan.
Perkebunan yang tidak tersertifikasi hingga
tahun 2014 akan diturunkan ke perkebunan
Kelas 4.
7 Prinsip dan 26 Kriteria 8 Prinsip dan 39 Kriteria (Umum)
Sumber: Dina Harsono, M. Achmad Chozin & Anas M. Fauzi, Analysis on Indonesia Sustainable

Palm Oil (ISPO): A Qualitative Assessment on The Success Factors for ISPO, 2012.

Universitas Sumatera Utara


3.13. Pedoman Penghargaan Industri Hijau

Industri hijau adalah industri yang dalam proses produksinya upaya

efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga

mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi

lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat. Artinya, industri

hijau merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada peningkatan efisiensi

melalui tindakan hemat dalam pemakaian bahan/material, air dan energi;

penggunaan energi alternatif; penggunaan material yang aman terhadap manusia

dan lingkungan; dan penggunaan teknologi rendah karbon dengan sasaran

peningkatan produktivitas dan minimisasi limbah yang menekankan pendekatan

bisnis guna memberikan peningkatan efisiensi secara ekonomi dan lingkungan

(Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, 2018).

Kriteria penilaian indikator industri hijau menurut Kementrian Perindustrian

dalam Pedoman Penghargaan Industri Hijau adalah sebagai berikut.

1. Proses Produksi, meliputi efisiensi penggunaan material / sumber daya alam,

energi, air, dan sumber daya manusia.

2. Kinerja Pengelolaan Limbah/Emisi, meliputi pemenuhan baku mutu

lingkungan dan sarana pengelolaan limbah/emisi.

3. Manajemen Perusahaan, meliputi Corporate Social Responsibility (CSR) dan

kesehatan karyawan.

Justifikasi penilaian indikator industri hijau menurut Kementrian

Perindustrian dalam Pedoman Penghargaan Industri Hijau adalah sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara


1. Rasio produk terhadap material input

Rasio produk terhadap material input adalah perbandingan antara produk

yang dihasilkan dengan material yang digunakan.

Rasio produk terhadap material =

Indikator penggunaan material adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3. Indikator Penilaian Rasio Produk terhadap Material Input


Skor Indikator
4 Rata-rata pencapaiannya 97% < x ≤ 100%
3 Rata-rata pencapaiannya 90% < x ≤ 97%
2 Rata-rata pencapaiannya 80% < x ≤ 90%
1 Rata-rata pencapaiannya 70% < x ≤ 80%
0 Rata-rata pencapaiannya 0% < x ≤ 70%
Sumber: Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, Pedoman Penghargaan Industri Hijau,

2018.

2. Efisiensi penggunaan material input

Indikator perhitungan efisiensi adalah berdasarkan indeks bahan baku (raw

material index), yaitu jumlah penggunaan material input per satuan produk.

Efisiensi penggunaan material =

Tabel 3.4. Indikator Penilaian Efisiensi Penggunaan Material Input


Skor Indikator
4 Telah melakukan efisiensi penggunaan material input > 7,5%
3 Telah melakukan efisiensi penggunaan material input 5% < x ≤ 7,5%
2 Telah melakukan efisiensi penggunaan material input 2,5% < x ≤ 5%
1 Telah melakukan efisiensi penggunaan material input 0% < x ≤ 2,5%
0 Belum ada upaya efisiensi penggunaan material input
Sumber: Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, Pedoman Penghargaan Industri Hijau,

2018.

3. Penurunan Intensitas Energi

Intensitas energi merupakan perbandingan antara jumlah penggunaan energi

yang dibutuhkan untuk proses produksi dibandingkan dengan output yang

Universitas Sumatera Utara


dihasilkan. Penurunan intensitas konsumsi energi dihitung melalui rata-rata

penurunan intensitas konsumsi air selama 3 (tiga) tahun.

Intensitas Energi =

Penurunan Intensitas Energi = x 100%

Tabel 3.5. Indikator Penilaian Efisiensi Penggunaan Energi


Skor Indikator
4 Telah melakukan efisiensi penggunaan energi > 7,5%
3 Telah melakukan efisiensi penggunaan energi 5% < x ≤ 7,5%
2 Telah melakukan efisiensi penggunaan energi 2,5% < x ≤ 5%
1 Telah melakukan efisiensi penggunaan energi 0% < x ≤ 2,5%
0 Belum ada upaya efisiensi penggunaan energi
Sumber: Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, Pedoman Penghargaan Industri Hijau,

2018.

4. Penurunan Intensitas Penggunaan Air

Intentsitas penggunaan air merupakan perbandingan antara jumlah

penggunaan air untuk proses produksi dan output. Penurunan intensitas

konsumsi air dihitung melalui rata-rata penurunan intensitas konsumsi air

selama 3 (tiga) tahun.

Intensitas Konsumsi Air =

Penurunan Intensitas Konsumsi Air = x 100%

Tabel 3.6. Indikator Penilaian Efisiensi Penggunaan Air


Skor Indikator
4 Telah melakukan efisiensi penggunaan air > 15%
3 Telah melakukan efisiensi penggunaan air 10% < x ≤ 15%
2 Telah melakukan efisiensi penggunaan air 5% < x ≤ 10%
1 Telah melakukan efisiensi penggunaan air 0% < x ≤ 5%
0 Belum ada upaya efisiensi penggunaan air
Sumber: Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, Pedoman Penghargaan Industri Hijau,

2018.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT. XYZ (Wilayah Timur), PKS Gedong Biara.

Perusahaan berlokasi di Jl. Rantau, Kec. Rantau, Kab. Aceh Tamiang.

4.2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah case study.

Penelitian case study adalah metode penelitian yang menyelidiki fenomena di

dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena tidak

tampak tegas atau jelas dengan menggunakan berbagai sumber (Yin R, 2003).

4.3. Objek Penelitian

Objek yang diteliti pada penelitian ini adalah konsumsi energi, limbah dan

emisi pada proses produksi CPO di PT. XYZ.

4.4. Variabel Penelitian

Variabel penelitian terbagi menjadi 3 jenis, yaitu variabel independen,

variabel dependen dan variabel campuran.

Universitas Sumatera Utara


1. Variabel dependen

Variabel dependen merupakan variabel terikat yang nilainya dipengaruhi atau

ditentukan oleh variabel lain, variabel dependen pada penelitian ini adalah

produksi CPO, emisi dan limbah.

2. Variabel independen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel

dependen baik secara positif atau negatif. Variabel dependen dalam penelitian

ini adalah Fresh Fruit Bunch (FFB), jam kerja, dan mesin.

3. Variabel intervening

Variabel intervening merupakan variabel yang mempengaruhi hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen. Variabel intervening dalam

penelitian ini yaitu proses produksi CPO, konsumsi listrik, konsumsi uap dan

konsumsi air.

4.5. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir menguraikan konsep berpikir sebagai pendekatan dalam

memecahkan masalah. Adapun kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat

pada Gambar 4.1

Universitas Sumatera Utara


Sustainability Assesment Procedure

Approach to Sustainability

Values: Sustainability palm oil

Sustainability principles: Compliance with


legal,economic,social, environmental aspects

Sustainability target: fulfill some of the principles and


criteria of ISPO and RSPO certification

Decision context

Sustainability Assessment Object of the assessment: Production


principles Actor Scale Complexity
CPO PT. Mopoli What if Uncertainty
-Guiding vision Production Raya approach
-Essential considerations
-Adequate scope Timing Impacts Strategy
-Framework & indicators Daily Environment Accounting
-Transparency
-Continuity & capacity
-Broad participation What If (scenario oriented)

Methodological choices

Methods: System Dynamic

Model/tools: Software Uncertainty


Anylogic management

Indicators: Energy, waste

Sustainability Assessment

Gambar 4.1. Kerangka Berpikir Penelitian

Universitas Sumatera Utara


4.6. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan untuk digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada. Data

sekunder pada penelitian diperoleh dengan mengambil data historis dari

perusahaan.

2. Data primer adalah data yang diperolah dengan pengamatan langsung atau

mewawancarai pekerja. Data primer pada penelitian ini diperoleh dengan

mewawancarai pekerja di PT. XYZ.

4.7. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu:

1. Membangun konseptual model produksi CPO.

2. Membangun model simulasi produksi CPO

3. Memverifikasi dan memvalidasi model.

4. Melakukan simulasi eksperimen pada model simulasi.

5. Melakukan perhitungan nilai indikator lingkungan.

4.8. Analisis dan Pembahasan

Dalam penelitian ini analisis dilakukan dengan membandingkan konsumsi

energi, limbah serta emisi pada tiap stasiun dalam proses produksi CPO

menggunakan diagram pareto.

Universitas Sumatera Utara


4.9. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan dan saran memaparkan tentang hasil penelitian serta

pemberian saran kepada perusahaan.

4.10. Blok Diagram Prosedur Penelitian

Langkah-langkah prosedur penelitian yang akan dilakukan pada penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan informasi mengenai penelitian yang terkait

Informasi diperoleh dari studi pendahuluan dan studi literatur. Informasi studi

pendahuluan didapat dari pengamatan langsung terhadap penelitian yang akan

diteliti, sedangkan informasi studi literatur didapat dari review terhadap hasil

penelitian terdahulu.

2. Mengidentifikasi permasalahan penelitian

Identifikasi permasalahan dilakukan dengan menentukan latar belakang

penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta batasan

yang terdapat pada penelitian.

3. Mengumpulkan data yang terkait dalam penelitian

Data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung. Data

sekunder didapat dari referensi penelitian terdahulu yang berhubungan

dengan permasalahan dalam penelitian.

4. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan sistem dinamis. Sistem

dinamis adalah sistem yang variabelnya dapat terus berubah dikarenakan

Universitas Sumatera Utara


perubahan input dan interaksi antar elemen pada sistem. Sistem dinamis

bertujuan untuk menciptakan model yang memiliki keterkaitan secara

dinamis antar variabelnya yang berpengaruh.

Prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.2. di bawah ini.

Studi Kasus Pengumpulan Data Konseptual Model

Komputerisasi
Perusahaan Terkait
Model

Experimentation/
Analysis

Gambar 4.2. Blok Diagram Prosedur Penelitian

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Data yang digunakan merupakan data sekunder yang didapat dari

perusahaan.

5.1.1. Data Produksi

Data produksi Crude Palm Oil selama tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel

5.1.

Tabel 5.1. Data Produksi CPO Tahun 2017

Hari Jam TBS diolah Produksi CPO Rendemen


Bulan
Kerja Kerja (ton) (ton) CPO %
Jan 26 24 25760,90 5327,35 20,68%
Feb 23 24 22809,04 4728,31 20,73%
Mar 25 24 24250,00 5002,78 20,63%
Apr 24 24 23305,00 4868,41 20,89%
Mei 24 24 26412,00 5501,62 20,83%
Jun 23 24 24608,00 5175,06 21,03%
Jul 26 24 25607,08 5331,39 20,82%
Agust 25 24 27500,00 5753,00 20,92%
Sept 24 24 26400,00 5488,56 20,79%
Okt 27 24 27000,00 5586,30 20,69%
Nov 25 24 25548,70 5288,58 20,70%
Des 25 24 24748,10 5140,18 20,77%
Total 297 288 303948,82 63191,55 249,48%
Rata-rata 25 24 25329,07 5265,96 20,79%
Sumber : PT. XYZ

Universitas Sumatera Utara


5.1.2. Kebutuhan Air

Air digunakan untuk membantu berlangsungnya proses produksi

Kebutuhan rata-rata air pada produksi dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Kebutuhan Air

Proses Mesin m3/ton


Pengadukan/pencacahan Digester 0,09
Pemurnian Vibrating screen 0,15
Sumber : PT. XYZ

5.1.3. Kebutuhan Uap

Kebutuhan rata-rata uap pada proses produksi dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Kebutuhan Uap

Stasiun kg/ton
Sterilizer 230
Screw Press 40
Clarifier 120
Kernel 85
Sumber : PT. XYZ

5.2. Pengolahan Data

5.2.1. Konseptual Sistem

Causal loop digunakan untuk membantu pemodel memahami sistem

dengan memberikan gambaran umum melalui hubungan sebab dan akibat dalam

sistem tersebut (konseptualisasi sistem).

Causal Loop untuk pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.1.

berikut.

Universitas Sumatera Utara


Sumber: Anylogic Software

Gambar 5.1. Causal Loop

Universitas Sumatera Utara


Komponen-komponen yang mempunyai hubungan antara komponen yang

satu dengan komponen yang lain pada causal loop diatas yaitu produksi CPO,

produksi kernel, emisi, limbah padat, effluent, konsumsi uap, konsumsi air,

konsumsi listrik, Fresh Fruit Bunch (FFB), jam kerja, mesin (mesin loading

ramp, mesin sterilizer, mesin thresser, mesin digester, mesin screw press, mesin

vibrating screen, mesin COT, mesin CT, mesin sludge separator, mesin POT,

mesin oil purifier, mesin vacuum drier, mesin kernel) dan proses produksi CPO

(loading ramp, sterilizer, thresser, digester, screw press, vibrating screen, mesin

COT, CT, sludge separator, POT, oil purifier, vacuum drier, kernel).

Variabel yang terdapat pada causal loop terdiri atas variabel dependen

(terikat), variabel independen (bebas) dan variabel intervening.

1. Variabel dependen

Merupakan variabel terikat yang nilainya dipengaruhi atau ditentukan oleh

variabel lain, variabel dependen pada penelitian ini adalah produksi CPO,

produksi kernel, emisi, limbah padat, effluent, dan konsumsi uap.

2. Variabel independen

Merupakan variabel yang mempengaruhi variabel dependen baik secara

positif atau negatif. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Fresh

Fruit Bunch (FFB), jam kerja, dan mesin(mesin loading ramp, mesin

sterilizer, mesin thresser, mesin digester, mesin screw press, mesin vibrating

screen, mesin COT, mesin CT, mesin sludge separator, mesin POT, mesin oil

purifier, mesin vacuum drier, mesin kernel).

Universitas Sumatera Utara


3. Variabel intervening

Merupakan variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen. Variabel intervening dalam penelitian

ini yaitu proses produksi CPO (loading ramp, sterilizer, thresser, digester,

screw press, vibrating screen, COT, CT, sludge separator, POT, oil purifier,

vacuum drier, kernel), konsumsi air dan konsumsi listrik.

5.2.2. Model Simulasi

Model simulasi dibuat dengan menggambarkan stock and flow diagram

pada software, yang juga mampu menggambarkan perilaku yang mungkin terjadi

pada sistem nyatanya.

1. Stock

Merupakan faktor-faktor yang nilainya mengalami perubahan dari waktu ke

waktu. Menyatakan kondisi sistem pada setiap saat.

2. Flow

Merupakan komponen objek diagram yang berfungsi untuk menghubungkan

informasi antar variabel (stock, variabel dinamis).

3. Variabel dinamis

Komponen/elemen yang dapat melengkapi/mempengaruhi stock dan flow.

4.

Digunakan untuk menentukan hubungan antara variabel, stock maupun flow.

Tampilan model simulasi keseluruhan yang telah dirancang dapat dilihat

pada Gambar 5.2.

Universitas Sumatera Utara


Sumber: Anylogic Software

Gambar 5.2. Model Simulasi

Universitas Sumatera Utara


5.2.2.1. Formulasi

Setelah membuat model simulasi, kemudian menyusun formulasi

matematis menggunakan bahasa komputer (bahasa pemrograman). Formulasi

model simulasi dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Formulasi Model Simulasi

No. Variabel Model Formulasi


1 FfbFromPlantation Var FfbFromPlantation=rata-rata ffb diolah tahun 2017 (per hari)
2 ffb Flow ffb=FfbFromPlantation
3 stock stock Stock=ffb-LoadingRamp
4 LoadingRampMachine Var LoadingRampMachine=cap.machine*24*coefficient
5 LoadingRamp Flow LoadingRamp=LoadingRampMachine
6 Penerimaan stock Penerimaan=LoadingRamp-Sterilizer
7 SterilizerMachine Var SterilizerMachine=cap.machine*24*coefficient
8 Sterilizer Flow Sterilizer=SterilizerMachine*0,6854
9 BuahRebus Stock BuahRebus=Sterilizer*0.6854*(Thresser/Thresser)
10 ThresserMachine Var ThresserMachine=cap.machine*24*coefficient
11 Thresser Flow Thresser= ThresserMachine
12 EFB Var EFB=Thresser*0.2118*time()
13 BrondolanTerpipil Stock BrondolanTerpipil=Thresser+Digester
14 DigesterMachine Var DigesterMachine=cap.machine*24*coefficient
15 Digester Flow DigesterMachine
16 BTercacah Stock Btercacah=Digester+Vibratingscreen-ScrewPress
17 ScrewPressMachine Var ScrewPressMachine=cap.machine*24*coefficient
18 ScrewPress Flow ScrewPress= ScrewPressMachine*0,403
19 Fiber Var Fiber=ScrewPress*0,4815*time()
20 Shell Var Shell=ScrewPress*0,3033*time()
21 PressCake Stock PressCake=ScrewPress+ProsesKernel
22 KernelMachine Var KernelMachine=cap.machine*24*coefficient
23 ProsesKernel Flow ProsesKernel=KernelMachine*0,19
24 Kernel Stock Kernel=ProsesKernel
25 VibratingscreenMachine Var VibratingscreenMachine=cap.machine*24*coefficient
26 VibratingScreen Flow VibratingScreen=water3+VibratingScreenMachine*0,597
27 MinyakKasar Stock MinyakKasar=COT+Vibratingscreen
28 COTmachine Var COTmachine=cap.machine*24*coefficient
29 COT Flow COT=COTmachine
30 MinyakKasar2 Stock MinyakKasar2=COT+CT
31 CTmachine Var CTmachine=cap.machine*24*coefficient
32 CT Flow CT=CTmachine
33 MinyakKasar3 Stock MinyakKasar3=SludgeSeparator-CT
34 SludgeSeparatormachine Var SludgeSeparatormachine=cap.machine*24*coefficient

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.4. Formulasi Model Simulasi (Lanjutan)

No. Variabel Model Formulasi


35 SludgeSeparator Flow SludgeSeparator=SludgeSeparatormachine
36 Minyak1 Stock Minyak1=SludgeSeparator-POt
37 POtMachine Var POtMachine=cap.machine*24*coefficient
38 POt Flow POt=POtMachine
39 Minyak Stock Minyak=POt-OilPurifierMachine
40 OilPurifierMachine Var OilPurifierMachine=cap.machine*24*coefficient
41 OilPurifier Flow OilPurifier=OilPurifierMachine
42 Minyak2 Stock Minyak2=OilPurifier-VacuumDrier
43 VacuumDrierMachine Var VacuumDrierMachine=cap.machine*24*coefficient
44 VacuumDrier Flow VacuumDrier=VacuumDrierMachine
45 CPO Stock CPO=VacuumDrier
46 SimulationTime Var SimulationTime=time()
47 LoadRampKW Var LoadRampKW=LoadRamppower*24*coefficient
48 SterilizerKW Var SterilizerKW=Sterilizerpower*24*coefficient
49 ThresserKW Var ThresserKW=Thresserpower*24*coefficient
50 DigesterKW Var DigesterKW=Digesterpower*24*coefficient
51 VibrateScreenKW Var VibrateScreenKW=VibrateScreenpower*24*coefficient
52 COTKW Var COTKW=COTpower*24*coefficient
53 CTKW Var CTKW=CTpower*24*coefficient
54 POtKW Var PotKW=POtpower*24*coefficient
55 OilPurifierKW Var OilPurifierKW=OilPurifierpower*24*coefficient
56 VacuumDrierKW Var VacuumDrierKW=VacuumDrierpower*24*coefficient
57 SludgeSeparatorKW Var SludgeSeparatorKW=SludgeSeparatorpower*24*coefficient
58 KernelKW Var KernelKW=Kernelpower*24*coefficient
59 Electric Var Electric=SimulationTime*LoadRampKW
60 Electric2 Var Electric2=SimulationTime*SterilizerKW
61 Electric3 Var Electric3=SimulationTime*ThresserKW
62 Electric4 Var Electric4=SimulationTime*DigesterKW
63 Electric5 Var Electric5=SimulationTime*VibrateScreenKW
64 Electric6 Var Electric6=SimulationTime*ScrewPressKW
65 Electric7 Var Electric7=SimulationTime*COTKW
66 Electric8 Var Electric8=SimulationTime*CTKW
67 Electric9 Var Electric9=SimulationTime*POtKW
68 Electric10 Var Electric10=SimulationTime*OilPurifierKW
69 Electric11 Var Electric11=SimulationTime*VacuumDrierKW
70 Electric12 Var Electric12=SimulationTime*SludgeSeperatorKW
71 Electric13 Var Electric13=SimulationTime*KernelKW
72 TotalElectricConsumption Var TotalElectricConsumption=Electric+Electric2+...+Electric13
73 Coefficient Var Coefficient=kapasitas*SimulationTime
74 SteamSterilizer Var SteamSterilizer=steamconsumptionSterilizer*24*coefficient
75 SteamScrewPress Var SteamScrePress=steamconsumptionScrewPress*24*coefficient
76 SteamKernelMachine Var SteamKernelMachine=steamconsumptionKernel*24*coefficient

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.4. Formulasi Model Simulasi (Lanjutan)

No. Variabel Model Formulasi


77 SteamPurifier Var SteamPurifier=steamconsumptionPurifier*24*coefficient
78 Time Var Time=time()
79 Steam Var Steam=Time*SteamSterilizer
80 Steam2 Var Steam2=Time*SteamScrewPress
81 Steam3 Var Steam3=Time*SteamKernelMachine
82 Steam4 Var Steam4=Time*SteamPurifier
83 TotalSteamConsumption Var TotalSteamConsumption=Steam+Steam2+Steam3+Steam4
84 Water3 Var Water3=waterconsumptionVibratingscreen*time()*24*coefficient
85 waterDigester Var waterDigester=waterconsumptionDigester
86 Water Var Water=waterDigester*time*24*coefficient
87 TotalWaterConsumption Var TotalWaterConsumption=water3+Water
88 Sludge1 Var Sludge1=0,6181*SludgeSeparator*time()
89 TotalEffluent Var TotalEffluent=Water+Sludge1
90 Solid Var Solid=Sludge1 *0.0103
91 TotalSolidWaste Var TotalSolidWaste=EFB+fiber+shell+solid
92 emission Var mission=Electric*0,59 (carbon emission factor for electric)
93 emission2 Var emission=Electric2*0,59
94 emission3 Var emission=Electric3*0,59
95 emission4 Var emission=Electric4*0,59
96 emission5 Var emission=Electric5*0,59
97 emission6 Var emission=Electric6*0,59
98 emission7 Var emission=Electric7*0,59
99 emission8 Var emission=Electric8*0,59
100 emission9 Var emission=Electric9*0,59
101 emission10 Var emission=Electric10*0,59
102 emission11 Var emission=Electric11*0,59
103 emission12 Var emission=Electric12*0,59
104 emission13 Var emission=Electric13*0,59
105 Emission Var emission+emission2+emission3+...+emission13

Sumber: Anylogic Software

5.2.3. Verifikasi Model

Verifikasi bertujuan untuk memastikan bahwa model simulasi benar

dengan memanfaatkan pilihan Problem pada Software Anylogic untuk melihat

apakah model yang dirancang memungkinkan dilakukan simulasi. Jika model

Universitas Sumatera Utara


yang di rancang memungkinkan untuk disimulasikan maka akan menghasilkan

notifikasi tidak ada error dan peringatan yang terdapat dalam model.

Sumber: Anylogic Software

Gambar 5.3. Problems pada Model Simulasi

5.2.4. Validasi Model

Validasi model adalah proses menentukan apakah model simulasi yang

dibuat dapat merepresentasikan sistem nyata dengan tepat. Model dikatakan valid

apabila hasil perbandingan menunjukkan bahwa model dan real system tidak

berbeda secara signifikan.

Data aktual dan simulasi produksi CPO pada tahun 2017 bulan dapat

dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Data Aktual dan Simulasi Produksi CPO Tahun 2017

Bulan Aktual Simulasi


1 5327,35 5491,2
2 4728,31 4857,6
3 5002,78 5280
4 4868,41 5068,8
5 5501,62 5068
6 5175,06 4857,6
7 5331,39 5491,2

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.5. Data Aktual dan Simulasi Produksi CPO Tahun 2017 (Lanjutan)

Bulan Aktual Simulasi


8 5753,00 5280
9 5488,56 5068,8
10 5586,30 5702,4
11 5288,58 5280
12 5140,18 5280
Total 63191,55 62725,6
Rata-rata 5265,96 5227,13
Std Deviasi 300,59 256,74
Variansi 90357,21 65917,49
Sumber: Pengolahan Data

Grafik data aktual dan simulasi produksi CPO pada tahun 2017 bulan

dapat dilihat pada Gambar 5.4.

Sumber: Pengolahan Data

Gambar 5.4. Grafik Produksi CPO 2017 (Aktual dan Simulasi)

Universitas Sumatera Utara


Validasi model dilakukan dengan cara melakukan pengujian antara data

aktual dengan data hasil simulasi. Apakah data tersebut relevan atau tidak.

Validasi pada pemodelan dapat dilakukan dengan membandingkan tingkah laku

model dengan sistem nyata yaitu dengan uji MAPE (Mean Absolute Percentage

Error). MAPE adalah salah satu ukuran relative yang menyangkut kesalahan

persentase. Uji ini dapat digunakan untuk mengetahui kesesuaian data hasil

simulasi dengan data aktual.

MAPE = %

Dimana :

A = Data aktual

S = Data hasil simulasi

n = Periode/banyak data

Kriteria ketepatan model dengan uji MAPE (Lomauro dan Basuki, 1985

dalam Soemantri, 2005) adalah:

MAPE <5% : Sangat tepat

5% < MAPE <10% : Tepat

MAPE > 10% : Tidak tepat

Berikut adalah perhitungan MAPE yang dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Perhitungan MAPE

Bulan Aktual (A) Simulasi (S) A-S |A - S| |(A - S)/A|


1 5327,354 5491,200 -163,846 163,846 0,031
2 4728,314 4857,600 -129,286 129,286 0,027
3 5002,775 5280,000 -277,225 277,225 0,055
4 4868,415 5068,800 -200,386 200,386 0,041
5 5501,620 5068,000 433,620 433,620 0,079

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.6. Perhitungan MAPE (Lanjutan)

Bulan Aktual (A) Simulasi (S) A-S |A - S| |(A - S)/A|


6 5175,062 4857,600 317,462 317,462 0,061
7 5331,394 5491,200 -159,806 159,806 0,030
8 5753,000 5280,000 473,000 473,000 0,082
9 5488,560 5068,800 419,760 419,760 0,076
10 5586,300 5702,400 -116,100 116,100 0,021
11 5288,581 5280,000 8,581 8,581 0,002
12 5140,180 5280,000 -139,820 139,820 0,027
Total 63191,555 62725,600 465,955 2838,891 0,533
MAPE 4,443
Sumber: Pengolahan Data

Terdapat penyimpangan sebesar 4,443% antara hasil simulasi dengan data

aktual. Berdasarkan kriteria ketepatan model, nilai MAPE hasil simulasi < 5%

sehingga dikatakan bahwa model sangat tepat dan dapat diterima (valid).

5.2.5. Simulasi Eksperimen

Eksperimen yang dilakukan pada model simulasi bertujuan untuk

memahami tingkah laku sistem sehubungan dengan operasi sistem tersebut.

Eksperimen simulasi pada penelitian ini dilakukan dengan membuat beberapa

skenario. Skenario simulasi model dilakukan dengan menggunakan rata-rata hari

kerja selama tahun 2017 yaitu 25 hari kerja dalam 1 bulan, dan rata-rata FFB

diolah yaitu 1008 ton/hari. Beberapa skenario berbeda yang dilakukan pada

simulasi adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


1. Skenario 1

Kondisi yang dipilih untuk skenario 1 adalah melakukan simulasi dengan 3

shift (24 jam) yang berlangsung selama 6 bulan. Simulasi dijalankan dalam

satuan hari. Hasil simulasi terlampir.

2. Skenario 2

Kondisi yang dipilih untuk skenario 2 adalah melakukan simulasi dengan 1

shift (8 jam) selama 6 bulan. Simulasi dijalankan dalam satuan hari. Hasil

simulasi terlampir.

3. Skenario 3

Kondisi yang dipilih untuk skenario 3 adalah melakukan simulasi dengan

mixed shift dimana 2 minggu pertama (12 hari) menggunakan 3 shift dan 2

minggu selanjutnya (13 hari) menggunakan 1 shift kerja. Simulasi

berlangsung selama 6 bulan dijalankan dalam satuan hari. Hasil simulasi

terlampir.

Hampir keseluruhan tahapan proses produksi membutuhkan energi listrik

untuk mengoperasikan mesin-mesin produksi. Berdasarkan hasil simulasi skenario

1 menunjukkan bahwa selama 6 bulan (proses produksi berlangsung)

mengkonsumsi 500.256 kW listrik, pada skenario 2 mengkonsumsi 166.585,25

kW dan pada skenario 3 mengkonsumsi 32.667,168 kW listrik. Grafik

perbandingan dari hasil ketiga skenario untuk konsumsi listrik dapat dilihat pada

Gambar 5.5.

Universitas Sumatera Utara


Sumber: Pengolahan Data

Gambar 5.5. Konsumsi Listrik Skenario 1, 2 dan 3

Air merupakan bahan penolong yang digunakan untuk membantu

berlangsungnya proses produksi. Berdasarkan hasil simulasi skenario 1

menunjukkan bahwa selama 6 bulan (proses produksi berlangsung)

mengkonsumsi 36.288 m3 air, pada skenario 2 mengkonsumsi 12.083,9 m3 dan

pada skenario 3 mengkonsumsi 23.696,06 m3 air. Grafik perbandingan dari hasil

ketiga skenario untuk konsumsi air dapat dilihat pada Gambar 5.6.

Universitas Sumatera Utara


Sumber: Pengolahan Data

Gambar 5.6. Konsumsi Air Skenario 1, 2 dan 3

Beberapa proses produksi membutuhkan uap seperti proses perebusan

yang menggunakan mesin sterilizer. Berdasarkan hasil simulasi skenario 1

menunjukkan bahwa selama 6 bulan (proses produksi berlangsung)

mengkonsumsi 71.820 ton uap, pada skenario 2 mengkonsumsi 23.916,06 ton uap

dan pada skenario 3 mengkonsumsi 46.898,46 ton uap. Grafik perbandingan dari

hasil ketiga skenario untuk konsumsi uap dapat dilihat pada Gambar 5.7.

Universitas Sumatera Utara


Sumber: Pengolahan Data

Gambar 5.7. Konsumsi Uap Skenario 1, 2 dan 3

Limbah padat yang dihasilkan dari proses produksi berupa janjang kosong

(Empty Fruit Bunch), fiber dan shell (cangkang). Pada pabrik ini EFB biasanya

akan digunakan kembali untuk pupuk. Sedangkan fiber dan shell digunakan untuk

bahan bakar atau dijual mentah ke pasaran. Berdasarkan hasil simulasi skenario 1

menunjukkan bahwa selama 6 bulan (proses produksi berlangsung) menghasilkan

40.613,72 ton limbah padat, pada skenario 2 menghasilkan 13.524,37 ton limbah

padat dan pada skenario 3 menghasilkan 26.520,76 ton limbah padat. Grafik

perbandingan dari hasil ketiga skenario untuk limbah padat dapat dilihat pada

Gambar 5.8.

Universitas Sumatera Utara


Sumber: Pengolahan Data

Gambar 5.8. Limbah Padat Skenario 1, 2 dan 3

Limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi berasal dari penggunaan

air dalam proses produksi dan sludge (lumpur minyak) sisa olahan yang berasal

dari pengendapan dari proses pemurnian minyak. Limbah cair yang dihasilkan

oleh pabrik akan diproses dan dinetralisir terlebih dahulu sebelum dibuang ke

kolam limbah. Berdasarkan hasil simulasi skenario 1 menunjukkan bahwa selama

6 bulan (proses produksi berlangsung) menghasilkan 64.786,68 m3 limbah cair,

pada skenario 2 menghasilkan 21.573,96 m3 limbah cair dan pada skenario 3

menghasilkan 42.305,7 m3 limbah cair. Grafik perbandingan dari hasil ketiga

skenario untuk limbah cair dapat dilihat pada Gambar 5.9.

Universitas Sumatera Utara


Sumber: Pengolahan Data

Gambar 5.9. Limbah Cair Skenario 1, 2 dan 3

Mesin-mesin produksi yang digunakan membutuhkan energi listrik dan

dari energi listrik yang digunakan akan menghasilkan emisi berupa gas CO2.

Berdasarkan hasil simulasi skenario 1 menunjukkan bahwa selama 6 bulan (proses

produksi berlangsung) menghasilkan 295.151,04 kgCO2, pada skenario 2

menghasilkan 98.285,3 kgCO2 dan pada skenario 3 menghasilkan 192.733,63

kgCO2. Grafik perbandingan dari hasil ketiga skenario untuk emisi dapat dilihat

pada Gambar 5.10.

Universitas Sumatera Utara


Sumber: Pengolahan Data

Gambar 5.10. Emisi Skenario 1, 2 dan 3

5.3. Penilaian Indikator Lingkungan

Penilaian dilakukan terhadap beberapa indikator lingkungan yang

berkaitan dengan proses produksi. Perhitungan nilai pada setiap indikator dapat

dilihat sebagai berikut.

5. Rasio produk terhadap material input

Berdasarkan skenario 1 pada eksperimen simulasi dapat diketahui bahwa

jumlah produk CPO yang dihasilkan per tahun adalah 63.360 ton. Material

yang dibutuhkan adalah tandan buah segar sebanyak 302.400 ton. Maka rasio

produk terhadap material adalah sebagai berikut.

Rasio produk terhadap material =

Rasio produk terhadap material =

Universitas Sumatera Utara


Rasio produk terhadap material = 0,21 = 21%

6. Efisiensi penggunaan material input

Perhitungan efisiensi penggunaan material adalah sebagai berikut.

Efisiensi penggunaan material =

Efisiensi penggunaan material =

Efisiensi penggunaan material = 4,77

7. Penurunan Intensitas Energi

Data yang dibutuhkan untuk perhitungan intensitas energi adalah sebagai

berikut.

Tabel 5.7. Data Konsumsi Listrik

Konsumsi Listrik (kW/Tahun) Output (ton/Tahun)


Skenario 1 1.000.512 63.360
Skenario 2 333.170,5 21.098,88
Skenario 3 653.334,34 41.374,08

Berikutnya, dilakukan perhitungan intensitas penggunaan listrik dan

penurunan yang terjadi selama 3 tahun terakhir.

Intensitas Energi Listrik Skenario 1 = kW/Ton

Intensitas Energi Listrik Skenario 2 = kW/Ton

Intensitas Energi Listrik Skenario 3 = kW/Ton

Penurunan Intensitas Energi = x 100 %

Penurunan Intensitas Energi Skenario 2 = x 100 % = 0 %

Universitas Sumatera Utara


Penurunan Intensitas Energi Skenario 3 = x 100 % = 0 %

Penurunan intensitas rata-rata penggunaan energi listrik adalah sebagai berikut.

Penurunan intensitas energi rata-rata = %.

8. Penurunan Intensitas Penggunaan Air

Kebutuhan air pada pabrik selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel

5.8.

Tabel 5.8. Data Konsumsi Air

Konsumsi Air (m3/Tahun) Output (ton/Tahun)


Skenario 1 75.576 63.360
Skenario 2 24.166 21.098,88
Skenario 3 47.392,12 41.374,08

Intensitas konsumsi air dapat dilakukan dengan membandingkan jumlah

konsumsi air yang terpakai dalam pembuatan produk pertahun.

Intensitas Konsumsi Air =

Intensitas Konsumsi Air Skenario 1 = m3/Ton

Intensitas Konsumsi Air skenario 2 = m3/Ton

Intensitas Konsumsi Air Skenario 3 = m3/Ton

Penurunan Intensitas Konsumsi Air =

Penurunan Intensitas Konsumsi Air Skenario 2 =

Penurunan Intensitas Konsumsi Air Skenario 3 =

Universitas Sumatera Utara


Penurunan intensitas rata-rata konsumsi air rata-rata adalah sebagai berikut.

Penurunan Intensitas Konsumsi Air Rata-rata = %.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis dan Pembahasan Model

Konseptual sistem pada penelitian ini menggunakan causal loop yang

dibuat untuk membantu memahami sistem dengan memberikan gambaran umum

melalui hubungan sebab dan akibat dalam sistem tersebut.

Causal loop kemudian digambarkan menjadi stock and flow diagram

hingga menjadi sebuah model simulasi. Model simulasi untuk konsumsi energi

dan limbah yang dihasilkan pada produksi CPO kemudian dimasukkan nilai-nilai

dan rumus (formulasi) sehingga dapat dilakukan simulasi.

Verifikasi dilakukan dengan memanfaatkan pilihan Problem pada

Software Anylogic untuk melihat bahwa model memungkinkan untuk

disimulasikan karena menghasilkan notifikasi tidak ada error dan tidak ada

peringatan yang terdapat dalam model.

Validasi model dilakukan dengan cara melakukan pengujian antara data

aktual dengan data hasil simulasi menggunakan uji MAPE (Mean Absolute

Percentage Error). Nilai MAPE yang dihasilkan yaitu 4,443% yang berarti

terdapat penyimpangan sebesar 4,443% antara hasil simulasi dengan data aktual.

Karena nilai MAPE hasil simulasi < 5% sehingga dikatakan bahwa model sangat

tepat dan dapat diterima (valid).

Eksperimen simulasi dilakukan dengan memberikan skenario yang

berbeda pada model simulasi.

Universitas Sumatera Utara


6.2. Analisis dan Pembahasan Diagram Pareto

Produksi CPO berlangsung dari serangkaian proses yang terdiri dari

beberapa stasiun yaitu penerimaan buah, perebusan, pemipilan, pencacahan dan

pengempaan, pemurnian dan kernel. Tiap stasiun memiliki kebutuhan energi yang

berbeda dan menghasilkan limbah yang berbeda. Diagram pareto disini digunakan

untuk menunjukkan presentase kumulatif konsumsi energi dan/atau limbah

terbesar dari masing-masing stasiun dengan aturan 80 – 20. Diagram pareto

menggunakan data dari hasil simulasi skenario 1, dikarenakan perbandingan dari

grafik hasil simulasi ketiga skenario berbanding lurus dengan waktu produksi

selama 6 bulan. Tabel rincian kebutuhan energi dan limbah yang dihasilkan

terlampir.

1. Diagram Pareto Konsumsi Energi

Konsumsi energi yang terdapat pada proses produksi yaitu konsumsi listrik,

air dan uap.

a. Konsumsi Listrik

Data konsumsi listrik yang akan dijadikan input penggambaran diagram

pareto dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Listrik yang Dibutuhkan pada Tiap Stasiun Produksi

Stasiun Electric (kW)


Penerimaan Buah (fruit reception) 7.920
Perebusan (sterilizer) 7.920
Pemipilan (stripper) 7.920
Pencacahan (digester)dan Pengempaan (pressing) 158.400
Pemurnian (clarifier) 138.096
Kernel 180.000
Total 500.256

Universitas Sumatera Utara


Diagram pareto untuk konsumsi listrik pada tiap stasiun dapat dilihat pada

Gambar 6.1.

Gambar 6.1. Diagram Pareto Konsumsi Listrik

Gambar diatas menunjukkan bahwa konsumsi listrik pada stasiun kernel

paling tinggi sebesar 36% dibandingkan dengan stasiun lainnya karena

pada stasiun ini terdapat 8 mesin yang beroperasi dimana mesin-mesin

tersebut memiliki daya yang cukup tinggi.

b. Konsumsi Air

Data konsumsi air pada tiap stasiun dapat dilihat pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2. Air yang Dibutuhkan pada Tiap Stasiun Produksi

Stasiun Water (m3)


Penerimaan Buah (fruit reception) 0
Perebusan (sterilizer) 0
Pemipilan (stripper) 0
Pencacahan (digester)dan Pengempaan
(pressing) 13.608
Pemurnian (clarifier) 22.680
Kernel 0
Total 36.288

Universitas Sumatera Utara


Diagram pareto untuk konsumsi air pada tiap stasiun dapat dilihat pada

Gambar 6.2.

Gambar 6.2. Diagram Pareto Konsumsi Air

Diagram pareto diatas menunjukkan bahwa konsumsi air terbesar

terdapat pada stasiun pemurnian dengan presentase kumulatif 62,5%.

Stasiun ini bertujuan untuk memperoleh minyak dengan kualitas yang

baik. Minyak kasar melalui beberapa proses dimana minyak yang masih

mengandung non oil solid (NOS) yang berukuran besar dicampur dengan

air lalu dilakukan ayakan getar untuk memisahkan minyak dengan NOS

kemudian minyak yang sudah terpisah dengan NOS dipanaskan dan

diendapkan agar air dengan minyak dapat terpisah berdasarkan massa

jenisnya.

c. Konsumsi Uap

Data konsumsi uap yang akan dijadikan input penggambaran diagram

pareto dapat dilihat pada Tabel 6.3.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 6.3. Uap yang Dibutuhkan pada Tiap Stasiun Produksi

Stasiun Steam (ton)


Penerimaan Buah (fruit reception) 0
Perebusan (sterilizer) 34.776
Pemipilan (stripper) 0
Pencacahan (digester)dan Pengempaan
(pressing) 6.048
Pemurnian (clarifier) 18.144
Kernel 12.852
Total 71.820

Diagram pareto untuk konsumsi uap pada tiap stasiun dapat dilihat pada

Gambar 6.3.

Gambar 6.3. Diagram Pareto Konsumsi Uap

Diagram pareto diatas menunjukkan bahwa konsumsi uap terbesar

terdapat pada stasiun perebusan dengan presentase kumulatif 48,4%.

Proses perebusan dilakukan untuk mengentikan perkembangan asam

lemak bebas, memudahkan pemipilan dan untuk penyempurnaan dalam

pengolahan. Dalam proses perebusan, FFB dipanaskan dengan uap pada

temperatur sekitar 1350C.

Universitas Sumatera Utara


2. Diagram Pareto Limbah

Limbah (waste) yang dihasilkan selama proses produksi terdapat 3 jenis yaitu

limbah cair (Effluent), limbah padat dan emisi (limbah gas).

a. Effluent

Data effluent yang dihasilkan dari tiap stasiun produksi dapat dilihat pada

Tabel 6.4.

Tabel 6.4. Effluent yang Dihasilkan pada Tiap Stasiun Produksi

Stasiun Effluent (m3)


Penerimaan Buah (fruit reception) 0
Perebusan (sterilizer) 0
Pemipilan (stripper) 0
Pencacahan (digester)dan Pengempaan
(pressing) 13.608
Pemurnian (clarifier) 51.178,68
Kernel 0
Total 64.786,68

Diagram pareto untuk effluent yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar

6.4.

Gambar 6.4. Diagram Pareto Effluent

Universitas Sumatera Utara


Diagram pareto diatas menunjukkan bahwa effluent paling banyak

dihasilkan pada stasiun pemurnian dengan presentase kumulatif 79%.

Limbah cair yang dihasilkan dari stasiun ini berupa sludge (lumpur

minyak) sisa olahan yang berasal dari pengendapan dari proses pemurnian

minyak.

b. Limbah Padat (Solid Waste)

Data effluent yang dihasilkan dari tiap stasiun produksi dapat dilihat pada

Tabel 6.5.

Tabel 6.5. Limbah Padat yang Dihasilkan pada Tiap Stasiun Produksi

Stasiun Solid Waste (ton)


Penerimaan Buah (fruit reception) 0
Perebusan (sterilizer) 0
Pemipilan (stripper) 27.220,54
Pencacahan (digester)dan Pengempaan
(pressing) 12.866,04
Pemurnian (clarifier) 527,14
Kernel 0
Total 40.613,72

Digram pareto untuk limbah padat yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 6.5.

Gambar 6.5. Diagram Pareto Limbah Padat

Universitas Sumatera Utara


Diagram pareto diatas menunjukkan bahwa limbah padat terbanyak

dihasilkan pada stasiun pemipilan dengan presentase kumulatif 67%.

Proses pemipilan terjadi akibat putaran pada sumbu mendatar yang

membawa FFB ikut berputar sehingga membanting-banting FFB tersebut

dan menyebabkan brondon terlepas dari janjangnya. Janjang kosong

(empty fruit bunch) merupakan limbah padat yang dihasilkan pada stasiun

pemipilan.

c. Emisi

Data emisi yang dihasilkan dari tiap stasiun produksi dapat dilihat pada

Tabel 6.6.

Tabel 6.6. Emisi yang Dihasilkan pada Tiap Stasiun Produksi

Stasiun Emission (kgCO2)


Penerimaan Buah (fruit reception) 4.672,8
Perebusan (sterilizer) 4.672,8
Pemipilan (stripper) 4.672,8
Pencacahan (digester)dan Pengempaan
(pressing) 9.3456
Pemurnian (clarifier) 81.476,64
Kernel 106.200
Total 295.151,04
Digram pareto untuk emisi yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 6.6.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 6.6. Diagram Pareto Emisi

Berdasarkan diagram pareto diatas, emisi tertinggi dihasilkan pada stasiun

kernel dengan presentase kumulatif 36% dikarenakan pada stasiun ini

menggunkan 8 mesin dengan daya yang cukup tinggi. Emisi disini berupa

gas karbondioksida CO2. Perhitungan CO2 dilakukan dengan cara; mesin-

mesin yang digunakan, kemudian dikalikan dengan faktor emisi CO2 untuk

listrik (0,59 kg CO2 /kWh). Pada pabrik ini belum ada penanganan khusus

untuk emisi.

6.3. Analisis dan Pembahasan Penilaian Indikator Lingkungan

Setelah dilakukan perhitungan indikator lingkungan, maka nilai tersebut

dibandingkan dengan standar yang diberikan oleh kementrian lingkungan hidup.

Nilai yang dicapai pada indikator lingkungan hijau dapat dilihat pada tabel 6.7.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 6.7. Nilai Pencapaian Indikator Lingkungan
Nilai yang
No Kriteria Keterangan Skor
diperoleh
Rasio Penggunaan Rata-rata pencapaiannya
1 21% 0
Material Input 0% < x ≤ 70%
Efisiensi Telah melakukan efisiensi
2 Penggunaan 4,77 penggunaan material input 2
Material Input 2,5% < x ≤ 5,0%
Penurunan Belum ada upaya efisiensi
3 0% 0
Intensitas Energi energi
Penurunan
Belum ada upaya efisiensi
4 Intensitas 0,02% 0
air
Penggunaan Air

Dari penilaian diatas (berdasarkan input nilai dari skenario1, skenario 2

dan skenario 3) dapat dilihat bahwa pada perusahaan belum adanya upaya

efisiensi penggunaan energi listrik dan penggunaan air. Perusahaan perlu

mengoptimalkan penggunaan listrik agar dapat meminimalisir emisi serta

mengoptimalkan penggunaan air agar dapat meminimalisir limbah cair.

6.4. Analisis dan Pembahasan Sertifikasi Industri Kelapa Sawit

Berkelanjutan

Sertifikasi yang digunakan untuk menunjang industri kelapa sawit

berkelanjutan dalam upaya memelihara lingkungan, meningkatkan kegiatan

ekonomi, sosial adalah sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) yang

bersifat wajib dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) bersifat sukarela.

Dalam penelitian ini ada beberapa requirement pada prinsip dan kriteria sertifikasi

yang dapat dipenuhi menggunakan model sistem dinamis yang telah dibangun.

Berikut adalah rangkuman dari beberapa prinsip dan kriteria RSPO yang berkaitan

dengan penelitian pada Tabel 6.8.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 6.8. Prinsip dan Kriteria RSPO yang Berkaitan dengan Penelitian

Prinsip dan Kriteria Indikator dan Panduan


Prinsip 4. Penggunaan praktik terbaik Indikator:
tepat oleh perkebunan dan pabrik Monitoring penggunaan air per ton
Kriteria 4.4. Praktik-praktik TBS oleh pabrik
mempertahankan kualitas dan
ketersediaan air permukaan dan air
tanah
Prinsip 5.Tanggung jawab lingkungan Panduan:
dan konservasi kekayaan alam dan Mengidentifikasi dan memonitor
keanekaragaman hayati sumber limbah dan polusi
Kriteria 5.3. Limbah harus dikurangi, Indikator:
didaur ulang, dipakai kembali, dan Monitoring penggunaan energi dan
dibuang dengan cara-cara bertanggung energi terbarukan per ton CPO/TBS
jawab secara lingkungan dan sosial Panduan:
Kriteria 5.4. efisiensi penggunaan Pihak perkebunan dan pabrik kelapa
energi dan penggunaan energi sawit perlu mengkaji penggunaaan
terbarukan dimaksimalkan energi dalam operasi mereka
Kriteria 5.6. Rencana-rencana untuk Indikator:
mengurangi pencemaran dan emisi, Analisa seluruh kegiatan yang
termasuk gas rumah kaca, menimbulkan polusi perlu dilakukan,
dikembangkan, diimplementasikan dan termasuk emisi gas, emisi dan limbah.
dimonitor Polutan dan emisi dalam jumlah
banyak dan rencana-rencana untuk
menguranginya diimplementasikan
Prinsip 8. Komitmen terhadap Indikator:
perbaikan terus-menerus pada wilayah- Rencana aksi untuk perbaikan terus
wilayah utama aktifitas menerus perlu didasarkan pada
Kriteria 8.1. Pihak perkebunan dan pertimbangan dampak sosial dan
pabrik kelapa sawit secara teratur lingkungan dan kesempatan yang
memonitor dan mengkaji ulang aktifitas ditimbulkan perkebunan/pabrik kelapa
mereka dan mengembangkan dan sawit, dan perlu mencakup sejumlah
mengimplementasikan rencana aksi indikator yang dijabarkan dalam
yang memungkinkan adanya perbaikan prinsip dan kriteria ini. Minimum, hal
nyata yang kontinu pada operasi-operasi ini harus meliputi, namun tidak terbatas
kunci. pada:
• Dampak lingkungan
• Pengurangan limbah
• Polusi dan emisi

Berikut adalah rangkuman dari prinsip dan kriteria ISPO yang berkaitan

dengan penelitian pada Tabel 6.9.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 6.9. Prinsip dan Kriteria ISPO yang Berkaitan dengan Penelitian

Prinsip dan Kriteria Indikator dan Panduan


Prinsip 2. Penerapan Pedoman Teknis Indikator:
Budidaya dan Pengelolaan Kelapa Tersedia rekaman penggunaan air untuk
Sawit pabrik kelapa sawit
Kriteria 2.1.2 Konservasi Terhadap Panduan:
Sumber dan Kualitas air Perusahaan harus menggunakan air
secara efisien
Prinsip 3. Pengelolaan dan Panduan:
Pemantauan Lingkungan Untuk industri yang tidak melakukan
Kriteria 3.1. Kewajiban pengelola land application wajib: Memantau
kebun yang memiliki pabrik limbah cair setiap bulan
Pengelola perkebunan yang memiliki
pabrik harus melaksanakan kewajiban
pengelolaan dan pemantauan
lingkungan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
Kriteria 3.6. Mitigasi Emisi Gas Indikator:
Rumah Kaca (GRK) Tersedia inventarisasi sumber emisi
Pengelola usaha perkebunan harus GRK
mengidentifikasi sumber emisi GRK Panduan:
Dilakukan inventarisasi sumber emisi
GRK

Universitas Sumatera Utara


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Konseptual sistem digambarkan menggunakan causal loop untuk membantu

memahami sistem dengan memberikan gambaran umum melalui hubungan

sebab dan akibat dalam sistem tersebut.

2. Model simulasi digambarkan menggunakan stock and flow diagram pada

software Anylogic yang kemudian diberikan formulasi.

3. Verifikasi dilakukan dengan menggunakan menu Problem pada software

yang menunjukkan bahwa model tidak memiliki error dan model dikatakan

valid karena nilai Mean Absolute Precentage Error (MAPE) < 5% ; (4,443%)

< 5%.

4. Simulasi eksperimen yang dilakukan menggunakan software Anylogic dengan

3 skenario dimana, hasil simulasi skenario 1 mengkonsumsi 500.256 kW

listrik, 36.288 m3 air, dan 71.820 ton uap, menghasilkan waste yaitu

64.786,68 m3 limbah cair, 40.613,72 ton limbah padat dan 295.151,04 kgCO2.

Hasil simulasi skenario 2 mengkonsumsi 166.585,25 kW listrik, 12.083,9 m3

air, dan 23.916,06 ton uap, menghasilkan waste yaitu 21.573,96 m3 limbah

cair, 13.524,37 ton limbah padat dan 98.285,3 kgCO2. Hasil simulasi skenario

3 mengkonsumsi 32.667,168 kW listrik, 23.696 m3 air, dan 46.898,46 ton

Universitas Sumatera Utara


uap, menghasilkan waste yaitu 42.305,7 m3 limbah cair, 26.520,76 ton limbah

padat dan 192.733,63 kgCO2.

5. Berdasarkan analisis diagram pareto konsumsi energi yang dilakukan, dapat

dilihat untuk konsumsi listrik tertinggi terdapat pada stasiun kernel, konsumsi

air tertinggi terdapat pada stasiun pemurnian, dan konsumsi uap tertinggi

terdapat pada stasiun perebusan. Berdasarkan analisis diagram pareto untuk

limbah dapat dilihat bahwa effluent tertinggi terdapat pada stasiun pemurnian,

limbah padat teringgi terdapat pada stasiun pemipilan dan limbah gas/emisi

terdapat pada stasiun kernel.

6. Berdasarkan penilaian indikator lingkungan hijau, perusahaan belum

menggunakan listrik dan air secara efisien

7. Berdasarkan beberapa requirement pada prinsip dan kriteria sertifikasi ISPO

maupun RSPO, model yang dibuat dapat digunakan perusahaan sebagai salah

satu tools untuk memenuhi requirement tersebut dalam rangka mendukung

industri kelapa sawit berkelanjutan.

7.2. Saran

Saran yang diberikan terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Perusahaan dapat menggunakan penelitian ini sebagai salah satu tools untuk

memenuhi requirement pada prinsip dan kriteria sertifikasi ISPO maupun

RSPO untuk mendukung industri kelapa sawit berkelanjutan.

2. Diharapkan pada penelitian berikutnya, peneliti dapat menemukan komponen

lain yang belum dibahas pada penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Aminudin, Muhammad. (2014) . Simulasi Model Sistem Dinamis Rantai Pasok

Kentang dalam Upaya Ketahanan Pangan Nasional. Jakarta: Program Studi

Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah.

Axella, O., & Suryani, E. (2012). Aplikasi Model Sistem Dinamik untuk

Menganalisis Permintaan dan Ketersediaan Listrik Sektor Industri (Studi

Kasus: Jawa Timur). Jurnal Teknik ITS , 1.

Derek Rowell & David N. Wormley. (1997) . Systems Dynamics: An

Introduction. New Jersey: Prentice-Hall. Inc.

Ghiffari, M. A., Purnomo, B. H., & Novijanto, N. (2016). Model Sistem Dinamis

Penilaian Kinerja Agroindustri Tembakau di PT Gading Mas Indonesia.

Jurnal Agroekoteknologi .

Giandadewi, D. S., Andarani, P., & Nugraha, W. D. (2017). Potensi Dampak

Lingkungan Dalam Sistem Produksi Minyak Kelapa Sawit Mentah (Crude

Palm Oil-CPO) dengan Menggunakan Metode Life Cycle Assessment (Eco-

Indicator 99) (Studi Kasus: PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology

tbk). Jurnal Teknik Lingkungan , Vol. 6 (1).

Harsono, D., Chozin, M. A., & Fauzi, A. M. (2012) . Analysis on Indonesia

Sustainable Palm Oil (ISPO): A Qualitative Assessment on The Success

Factors for ISPO.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA (LANJUTAN)

Kelly, R. A., Jakeman, A. J., Barreteau, O., Borsuk, M. E., ElSawah, S.,

Hamilton, S. H., … Voinov, A. A. (2013). Selecting Among Five Common

Modelling Approaches for Integrated Environmental Assessment and

Management. Environmental Modelling and Software, 47, 159–181.

https://doi.org/10.1016/j.envsoft.2013.05.005

Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. (2018) . Pedoman Penghargaan

Industri Hijau. Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian Dan

Pengembangan Industri Nomor : 88/BPPI/PER/3/2018

Mentri Pertanian. Lampiran I. Sistem Sertifikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan.

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia

Mentri Pertanian. (2011). Lampiran I. Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit

Berkelanjutan Indonesia (Indonesia Sustainable Palm Oil/ISPO). Peraturan

Menteri Pertanian. No. 19/Permentan/OT.140/3/2011.

Napitupulu, Humala L.. (2009) . Simulasi Sistem Pemodelan dan Analisis. Medan:

USU Press.

National Research Council. (2011). Sustainability and the U.S. EPA. Washington

D.C: The National Academies Press.

Ness, B., Urbel-Piirsalu, E., Anderberg, S., & Olsson, L. (2007). Categorising

Tools for Sustainability Assessment. Ecological Economics, 60(3), 498–508.

https://doi.org/10.1016/j.ecolecon.2006.07.023

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA (LANJUTAN)

Sala, S., Ciuffo, B., & Nijkamp, P. (2015). A Systemic Framework for

Sustainability Assessment. Ecological Economics, 119, 314–325.

https://doi.org/10.1016/j.ecolecon.2015.09.015

Sally, N. U. (2016). Sengketa Minyak Sawit Antara Indonesia dan Eropa.

University of Batam .

UNDP, I. R. (2015). Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi

ISPO dan RSPO. Jakarta: Kementrian Pertanian Republik Indonesia,

Skertariat Komisi ISPO, RSPO.

Yin, R. (2003). Case Study Research: Design and Methods. California: Thousands

Oaks.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai