Anda di halaman 1dari 140

ANALISIS PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DI BAGIAN PRODUKSI DENGAN 5S DALAM KONSEP KAIZEN


SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA
DI PT. APINDOWAJA AMPUH PERSADA

TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh
PERWIRA GINTING
080403129

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

II-1
Universitas Sumatera Utara
II-2

Universitas Sumatera Utara


II-3

Universitas Sumatera Utara


II-4

Universitas Sumatera Utara


II-5

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Sarjana

ini dengan baik.

Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan program

studi strata satu (S1) di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara. Laporan ini mengenai Tugas Sarjana dengan melakukan

penelitian di PT.Apindowaja Ampuh Persada dengan judul “ Analisis Program

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bagian Produksi dengan 5S dalam

Konsep Kaizen Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di

PT.Apindowaja Ampuh Persada”.

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Sarjana ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari para pembaca sekalian demi kesempurnaan laporan Tugas

Sarjana ini. Penulis berharap agar tugas ini berguna bagi kita semua.

Universitas Sumatera Utara

Medan, Juni 2013

( Penulis )

Universitas Sumatera Utara


II-6

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan

dan dukungan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi

maupun administrasi sehingga dimampukan untuk menyelesaikan Tugas Sarjana

ini. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar,MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara.

3. Tuhan Yang Maha Kuasa, Pencipta Segala yang ada, yang telah memberi

penulis napas kehidupan.

4. Kedua orang tuaku yang tercinta, Bapak M. Ginting dan Ibu R. Sembiring

yang telah memberikan materiil, dan motivasi dengan penuh cinta dan

mendoakan penulis serta kedua saudaraku, kakakku Anita Ginting dan adikku

Desi Ratna Ginting, dan Ferawati Ginting yang juga mendoakan dan

memotivasi penulis.

5. Prof.Dr.Ir. A.Rahim Matondang.MSIE selaku Dosen Pembimbing I dan

Bapak Buchari ST,M.Kes selaku Dosen Pembimbing II dalam pelaksanaan

Tugas Sarjana yang telah memberikan banyak bimbingan dan memberikan

motivasi yang sangat berharga bagi penulis sehingga Tugas Sarjana ini dapat

terselesaikan.

Universitas Sumatera Utara


II-7

6. Bapak Ir. Mangara M.Tambunan,M.Sc dan Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT

selaku koordinator Tugas Sarjana Departemen Teknik Industri USU.

7. Bapak Gultom pembimbing lapangan penulis di PT. Apindowaja Ampuh

Persada dan yang membantu dalam memberikan izin penelitian.

8. Bapak Elyandra Tantono sebagai direktur PT. Apindowaja Ampuh Persada

9. Kepada special one, kekasihku Anita Jaya Naibaho yang telah memberikan

dukungan, semangat, motivasi dan doa kepada penulis.

10. Teman- teman (Anderso, Candra, Ulwan, Andi, Lambas, dan Budi)

terimakasih untuk dukungan dan motivasinya.

11. Seluruh staf dan karyawan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik,

Universitas Sumatera Utara (Bang Mijo, Kak Dina, Bu Ani, Bang Ridho, Kak

Rahma) yang banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam

memperlancar penyelesaian Tugas Sarjana ini.

10.Rekan-rekan asisten Laboratorium Inti (Core), (bang Fery, bang Kenzo, bang

Habib, kak Ilfi, bang Imam, bang Alan, bang Doly, Fahmy, Lusi, Jerry, Ainul,

Rizky, Michella, Raysha, Ernitua), memberikan bantuan berupa dan dukungan

dalam penyelesaian laporan ini.

12.Kepada rekan-rekan seperjuangan stambuk 2008 serta semua pihak yang telah

banyak membantu dalam penyelesaian laporan ini dan tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terimakasih. Semoga laporan ini

bermanfaat bagi kita semua.

Universitas Sumatera Utara


II-8

ABSTRAK

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan sarana untuk


mencegah terjadinya cedera, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting dalam proses
operasional baik di sektor modern maupun tradisional, apabila dilalaikan akan
berakibat sangat fatal dan bisa merugikan pekerja maupun perusahaan. PT
Apindowaja Ampuh Persada bergerak di bidang perakitan mesin digester dan
screwpress serta memproduksi berbagai sparepart yang terdapat pada mesin
kelapa sawit. PT.Apindowaja Ampuh Persada merupakan salah satu perusahaan
yang belum secara optimal menerapkan program Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3). Pekerja PT. Apindowaja Ampuh banyak yang mengeluh karena
kondisi lingkungan yang tidak teratur atau ergonomis dan belum lengkapnya alat
pelindung diri. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berkeinginan untuk
menganalisis program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di bagian produksi
dengan 5S (Kaizen) sebagai upaya dalam mencegah kecelakaan kerja
Analisis Program K3 meliputi analisis Analisis K3 dengan Seiri,Seiton,
Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke dan pengukuran Frekuensi Rate yang menyatakan
jumlah keelakaan yang terjadi tiap 1.000.000 jam kerja. Severity rate/Keparahan
yang menyatakan jumlah hari hilang akibat terjadinya kecelakaan kerja untuk
setiap 1.000.000 dari jumlah total jam kerja pada tahun tersebut, Nilai T Selamat
untuk membandingkan tingkat kecelakaan kerja pada periode saat itu dengan
periode sebelumnya. Dan produktivitas kerja untuk masing-masing tahun dari
2008 sampai tahun 2012.
Jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Apindowaja Ampuh Persada
dari tahun 2008 sampai 2012 sebesar 12, 13, 12, 10, dan 15 kecelakaan kerja.
Pengukuran frekuensi rate dari tahun 2008 sampai 2012 sebesar 250; 236; 200;
139; 196. Severity rate sebesar 4166,67; 57681,16; 9333,33; 2333,33; dan
10312,50. Dengan T Selamat 2009 sampai 2012 sebesar -208,02; -574,16; -
157,49; 1339,82. Produktivitas kerja dari tahun 2008 sampai 2012 sebesar
0,99583; 0,94231; 0,99067; 0,99767; dan 0,98969. Produktivitas kerja sangat
dipengaruhi oleh total jam kerja pekerja dan jumlah jam kerja hilang. Kondisi
perusahaan menunjukan bahwa barang atau scrap sisa produksi berserakan di
lantai, perusahaan belum menerapkan pengaturan barang, tidak semua pekerja
menjaga kebersihan, dan pekerja mempunyai keahlian namun jarang diawasi pada
saat bekerja. Hasil analisis dengan metode 5S (Kaizen).menunjukkan bahwa
kondisi aktual tidak sesuai dengan metode 5S (Kaizen).

Kata Kunci: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Metode 5S (Kaizen),


Kecelakaan Kerja

Universitas Sumatera Utara


II-9

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ............................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................. ii

SERTIFIKAT EVALUASI DRAFT TUGAS SARJANA ............. iii

KATA PENGANTAR ....................................................................... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................ v

ABSTRAK ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ..................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xviii

I PENDAHULUAN............................................................................... I-1

1.1 Latar Belakang Permasalahan ..................................................... I-1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... I-4

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... I-4

1.4 Asumsi dan Batasan Penelitian ................................................... I-5

1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................... I-6

Universitas Sumatera Utara


II-10

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN........................................... II-1

2.1 Sejarah Perusahaan...................................................................... II-1

2.2 Organisasi dan Manajemen ......................................................... II-4

2.2.1 Struktur Organisasi Perusahaan ...................................... II-2

2.2.2 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ................................ II-4

2.2.3 Tenaga Kerja dan Jam Kerja ........................................... II-9

2.2.4 Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ...................... II-10

2.3 Proses Produksi ........................................................................... II-11

2.3.1 Bahan Baku ..................................................................... II-11

2.3.2 Bahan Tambahan............................................................. II-12

2.3.3 Bahan Penolong .............................................................. II-12

2.3.4 Standar Mutu Bahan Baku .............................................. II-12

2.3.5 Standar Mutu Produk ...................................................... II-13

2.3.6 Uraian Proses Produksi ................................................... II-14

2.3.7 Mesin dan Peralatan ........................................................ II-16

2.3.8 Utilitas ............................................................................. II-20

III LANDASAN TEORI ......................................................................... III-1

3.1 Pengertian Dengan Tujuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja . III-1

3.1.1 Pengertian Keselamatan Kerja ........................................ III-1

Universitas Sumatera Utara


II-11

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.1.2 Tujuan Keselamatan Kerja .............................................. III-2

3.1.3 Pengertian Kesehatan Kerja ............................................ III-2

3.1.4 Tujuan Kesehatan Kerja .................................................. III-3

3.2 Program Keselamatan Kerja ....................................................... III-4

3.2.1 Sifat Pentingnya Keselamatan Kerja............................... III-4

3.2.2 Unsur keselamatan kerja ................................................. III-4

3.3 Unsur-unsur yang Mendukung Program Keselamatan Kerja ..... III-9

3.4 Pengertian Kecelakaan Kerja dan Macam Kecelakaan Kerja ..... III-11

3.5 Pencegahan-pencegahan Kecelakaan Kerja ................................ III-14

3.6 Pengukuran Hasil Usaha Keselamatan Kerja.............................. III-16

3.6.1 Tingkat Frekuensi / Kekerapan Kecelakaan Kerja.......... III-16

3.6.2 Tingkat Severity atau keparahan kecelakaan kerja.......... III-17

3.6.3 Nilai T Selamat ............................................................... III-17

3.7 Hubungan Antara Produktivitas Dengan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja .......................................................................... III-19

3.8 5S (Kaizen) ................................................................................ III-21

3.8.1 Konsep Seiri .................................................................... III-22

3.8.2 Konsep Seiton ................................................................. III-22

3.8.3 Konsep Seiso ................................................................... III-23

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

Universitas Sumatera Utara


II-12

BAB HALAMAN

3.8.4 Konsep Seiketsu .............................................................. III-24

3.8.5 Konsep Shitsuke .............................................................. III-25

IV METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... IV-1

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... IV-1

4.2 Jenis Penelitian ............................................................................ IV-1

4.3 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... IV-2

4.3.1 Sumber Data .................................................................... IV-2

4.3.2 Metode Pengumpulan Data ............................................. IV-3

4.4 Objek Penelitian .......................................................................... IV-4

4.5 Kerangka Konseptual Penelitian ................................................. IV-4

4.6 Defenisi Operasional ................................................................... IV-5

4.7 Metode Pengolahan Data ............................................................ IV-7

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA .......................... V-1

5.1 Pengumpulan Data ...................................................................... V-1

5.1.1 Data Primer ..................................................................... V-1

5.1.2 Data Sekunder ................................................................. V-1

5.2 Program Keselamatan Kerja pada PT. Apindowaja Ampuh

Persada ........................................................................................ V-5

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

Universitas Sumatera Utara


II-13

BAB HALAMAN

5.3 Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja ...................................................... V-8

5.4 Pengawasan Kebijakan di Bidang K3 ......................................... V-9

5.5 Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja ................................ V-12

5.5.1 Pengukuran Tingkat Frekuensi / Kekerapan

Kecelakaan Kerja. ........................................................... V-15

5.5.2 Pengukuran Tingkat Severity Rate/ Keparahan Cidera

Cacat................................................................................ V-16

5.5.3 Pengukuran Nilai T Selamat (Nts) .................................. V-17

5.5.4 Pengukuran Produktivitas Jam Kerja .............................. V-19

5.6 Metode 5S (Kaizen) .................................................................... V-20

5.6.1 Seiri (Pemilahan)............................................................. V-21

5.6.2 Seiton (Penataan)............................................................. V-22

5.6.3 Seiso (Pembersihan) ........................................................ V-24

5.6.4 Seiketsu (Pemantapan) .................................................... V-25

5.6.5 Shitsuke (Pembiasaan)..................................................... V-26

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH .......................................... VI-1

6.1 Analisis Hasil Pengolahan Data .................................................. VI-1

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

Universitas Sumatera Utara


II-14

BAB HALAMAN

6.1.1 Analisis Tingkat Frekuensi Kecelakaan Kerja ................ VI-1

6.1.2 Analisis Tingkat Severity Rate / Keparahan

Kecelakaan Kerja ............................................................ VI-3

6.1.3 Analisis Nilai T Selamat (Nts) ........................................ VI-5

6.1.4 Analisis Hubungan Jam Kerja Hilang dengan

Produktivitas ................................................................... VI-6

6.1.5 Analisis Hubungan Antarvariabel Kecelakaan Kerja ..... VI-8

6.1.5.1 Analisis perbandingan Jumlah Kecelakaan

Kerja dengan Frekuensi Kecelakaan Kerja ......... VI-9

6.1.5.2 Analisis Perbandingan Jumlah Kecelakaan

Kerja dengan Jumlah Jam Kerja Hilang

Pertahun .............................................................. VI-10

6.1.5.3 Analisis Perbandingan Jumlah Kecelakaan

Kerja dengan Tingkat Severity / Keparahan

Kecelakaan Kerja Pertahun ................................. VI-11

6.1.5.4 Analisis Perbandingan Frekuensi Kecelakaan

Kerja dengan Jumlah Jam Kerja Hilang

Pertahun .............................................................. VI-13

6.1.5.5 Analisis Perbandingan Frekuensi Kecelakaan

Kerja dengan Tingkat Severity / Keparahan

Kecelakaan Kerja Pertahun ................................. VI-14

Universitas Sumatera Utara


II-15

6.1.5.6 Analisis Perbandingan Jumlah Jam Kerja

Hilang Pertahun dengan Tingkat Severity

Rate / Keparahan Kecelakaan Kerja Pertahun .... VI-15

6.2 Metode 5S (Kaizen) .................................................................... VI-16

6.2.1 Seiri (Pemilahan)............................................................. VI-17

6.2.2 Seiton (Penataan) ............................................................ VI-19

6.2.3 Seiso (Pembersihan) ........................................................ VI-21

6.2.4 Seiketsu (Pemantapan) .................................................... VI-23

6.2.5 Shitsuke (Pembiasaan)..................................................... VI-24

VII KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... VII-1

7.1 Kesimpulan ................................................................................. VII-1

7.2 Saran............................................................................................ VII-3

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


II-16

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1 Jumlah Kecelakaan Kerja Pertahun PT. Apindowaja Ampuh

Persada dari Tahun 2008 – 2012 ......................................................... I-3

2.1 Daftar Tenaga Kerja ........................................................................... II-10

2.2 Standar Mutu Digester Model AP-2 .................................................... II-13

2.3 Standar Mutu Screwpress Model AP-12 dan AP-17 ........................... II-14

5.1 Jumlah Keccelakaan Kerja/Bulan PT.Apindowaja Ampuh Persada

Tahun 2008 - 2012 ............................................................................... V-2

5.2 Jumlah Hari Kerja Hilang/Bulan Berdasarkan Absensi

PT. Apindowaja Ampuh Persada Tahun 2008 - 2012 ......................... V-3

5.3 Hari Kerja Hilang Menurut Standar SNI ............................................. V-5

5.4 Data Pekerja yang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) ............ V-7

5.5 Program K3 di PT. Apindowaja Ampuh Persada ............................... V-10

5.6 Jumlah Tenaga Kerja Bagian Produksi dan Jam Kerja

PT. Apindowaja Ampuh Persada Tahun 2008 - 2012 ......................... V-13

5.7 Jumlah Jam Kerja Hilang dari Tahun 2008 – Tahun 2012 .................. V-14

5.8 Hasil Pengukuran Tingkat Frekuensi Kecelakaan Kerja ..................... V-16

5.9 Hasil Pengukuran Tingkat Severity Rate ............................................. V-17

5.10 Data-data Pengukuran Nilai T Selamat ............................................... V-17

5.11 Hasil Pengukuran Nilai T Selamat ...................................................... V-19

5.12 Data Pengukuran Produktivitas ........................................................... V-19

Universitas Sumatera Utara


II-17

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.13 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Seiri di

PT. Apindowaja Ampuh Persada......................................................... V-21

5.14 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Seiton di

PT. Apindowaja Ampuh Persada......................................................... V-22

5.15 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Seiso di

PT. Apindowaja Ampuh Persada......................................................... V-24

5.16 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Seiketsu di

PT. Apindowaja Ampuh Persada......................................................... V-25

5.17 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Shitsuke di

PT. Apindowaja Ampuh Persada......................................................... V-26

6.1 Hubungan Antarvariabel Kecelakaan Kerja ........................................ VI-8

6.2 Hubungan antara Jumlah Kecelakaan Kerja dengan Frekuensi

Kecelakaan Kerja. ................................................................................ VI-9

6.3 Hubungan antara Jumlah Kecelakaan Kerja dengan Jumlah

Jam Kerja Hilang Pertahun. ................................................................ VI-10

6.4 Hubungan antara Jumlah Kecelakaan Kerja dengan Tingkat

Severity / Keparahan Kecelakaan Kerja Pertahun. .............................. VI-12

6.5 Hubungan antara Frekuensi Kecelakaan Kerja dengan Jumlah

Jam Kerja Hilang Pertahun. ................................................................ VI-13

Universitas Sumatera Utara


II-18

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

6.6 Hubungan antara Frekuensi Kecelakaan Kerja dengan Tingkat

Severity / Keparahan Kecelakaan Kerja Pertahun. .............................. VI-14

6.7 Hubungan antara Jumlah Jam Kerja Hilang Pertahun dengan

Tingkat Severity Rate / Keparahan Kecelakaan Kerja Pertahun. ........ VI-16

6.8 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Seiri di

PT. Apindowaja Ampuh Persada......................................................... VI-17

6.9 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Seiton di

PT. Apindowaja Ampuh Persada......................................................... VI-19

6.10 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Seiso di

PT. Apindowaja Ampuh Persada......................................................... VI-22

6.11 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Seiketsu di

PT. Apindowaja Ampuh Persada......................................................... VI-23

6.12 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Shitsuke di

PT. Apindowaja Ampuh Persada......................................................... VI-24

Universitas Sumatera Utara


II-19

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1 Struktur Organisasi PT. Apindowaja Ampuh Persada ........................ II-3

2.2 Block Diagram Main Shaft .................................................................. II-16

4.1 Kerangka Konseptual Penelitian ......................................................... IV-4

4.2 Kerangka Pemecahan Masalah ............................................................ IV-7

6.1 Tingkat Frekuensi Rate / Kekerapan Kecelakaan ............................... VI-2

6.2 Frekuensi Kecelakaan Kerja ................................................................ VI-2

6.3 Grafik Jam Kerja Hilang dari Tahun 2008 sampai Tahun 2012 .......... VI-4

6.4 Grafik Severity Rtae / Keparahan Kecelakaan Kerja ........................... VI-4

6.5 Grafik Tingkat Nilai T Selamat ........................................................... VI-5

6.6 Jumlah jam Hilang PT Apindowaja Ampuh Persada .......................... VI-6

6.7 Produktivitas Kerja Setiap Tahun ........................................................ VI-7

Universitas Sumatera Utara


II-20

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1 Jumlah Kecelakaan Kerja/Bulan PT.Apindowaja Ampuh Persada

Tahun 2008-2012 .............................................................................. L-2

2 Jumlah Hari Hilang/Bulan PT.Apindowaja Ampuh Persada

Tahun 2008-2012 ................................................................................. L-3

3 Surat Permohonan Tugas Sarjana ....................................................... L-4

4 Formulir Penetapan Tugas Sarjana ...................................................... L-5

5 Surat Penjajakan Perusahaan ................................................................ L-6

6 Surat Balasan Perusahaan..................................................................... L-7

7 Surat Keputusan Tugas Sarjana............................................................ L-8

8 Berita Acara Laporan Tugas Sarjana ................................................... L-9

Universitas Sumatera Utara


II-8

ABSTRAK

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan sarana untuk


mencegah terjadinya cedera, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting dalam proses
operasional baik di sektor modern maupun tradisional, apabila dilalaikan akan
berakibat sangat fatal dan bisa merugikan pekerja maupun perusahaan. PT
Apindowaja Ampuh Persada bergerak di bidang perakitan mesin digester dan
screwpress serta memproduksi berbagai sparepart yang terdapat pada mesin
kelapa sawit. PT.Apindowaja Ampuh Persada merupakan salah satu perusahaan
yang belum secara optimal menerapkan program Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3). Pekerja PT. Apindowaja Ampuh banyak yang mengeluh karena
kondisi lingkungan yang tidak teratur atau ergonomis dan belum lengkapnya alat
pelindung diri. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berkeinginan untuk
menganalisis program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di bagian produksi
dengan 5S (Kaizen) sebagai upaya dalam mencegah kecelakaan kerja
Analisis Program K3 meliputi analisis Analisis K3 dengan Seiri,Seiton,
Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke dan pengukuran Frekuensi Rate yang menyatakan
jumlah keelakaan yang terjadi tiap 1.000.000 jam kerja. Severity rate/Keparahan
yang menyatakan jumlah hari hilang akibat terjadinya kecelakaan kerja untuk
setiap 1.000.000 dari jumlah total jam kerja pada tahun tersebut, Nilai T Selamat
untuk membandingkan tingkat kecelakaan kerja pada periode saat itu dengan
periode sebelumnya. Dan produktivitas kerja untuk masing-masing tahun dari
2008 sampai tahun 2012.
Jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Apindowaja Ampuh Persada
dari tahun 2008 sampai 2012 sebesar 12, 13, 12, 10, dan 15 kecelakaan kerja.
Pengukuran frekuensi rate dari tahun 2008 sampai 2012 sebesar 250; 236; 200;
139; 196. Severity rate sebesar 4166,67; 57681,16; 9333,33; 2333,33; dan
10312,50. Dengan T Selamat 2009 sampai 2012 sebesar -208,02; -574,16; -
157,49; 1339,82. Produktivitas kerja dari tahun 2008 sampai 2012 sebesar
0,99583; 0,94231; 0,99067; 0,99767; dan 0,98969. Produktivitas kerja sangat
dipengaruhi oleh total jam kerja pekerja dan jumlah jam kerja hilang. Kondisi
perusahaan menunjukan bahwa barang atau scrap sisa produksi berserakan di
lantai, perusahaan belum menerapkan pengaturan barang, tidak semua pekerja
menjaga kebersihan, dan pekerja mempunyai keahlian namun jarang diawasi pada
saat bekerja. Hasil analisis dengan metode 5S (Kaizen).menunjukkan bahwa
kondisi aktual tidak sesuai dengan metode 5S (Kaizen).

Kata Kunci: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Metode 5S (Kaizen),


Kecelakaan Kerja

Universitas Sumatera Utara


II-21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Pelaksanaan suatu kegiatan produksi banyak menggunakan tenaga kerja

manusia, dan setiap kegiatan produksi sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik

pekerja serta area kerja yang terbuka, seperti iklim, cuaca, dan lingkungan. Oleh

karena itu, pelaksanaan kegiatan produksi sangat rawan dan beresiko terhadap

terjadinya kecelakaan kerja. Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas

kerja yakni dengan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan baik.

Penerapan K3 akan meningkatkan produktivitas kerja karena perusahanan tidak

perlu mengeluarkan biaya untuk para pekerja yang mengalami kecelakaan

sehingga biaya tersebut bisa digunakan untuk kepentingan lainnya.

PT Apindowaja Ampuh Persada bergerak di bidang perakitan mesin

digester dan screwpress serta memproduksi berbagai sparepart yang terdapat

pada mesin kelapa sawit. PT. Apindowaja Ampuh Persada merupakan salah satu

perusahaan yang belum secara optimal menerapkan program Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3).

Menurut hasil kerja praktek Perwira Ginting (2012) bahwa jumlah pekerja

yang ada di lantai produksi PT. Apindowaja Ampuh Persada sebanyak 32 orang.

Pekerja PT. Apindowaja Ampuh banyak yang mengeluh karena kondisi

lingkungan yang tidak teratur atau ergonomis dan belum lengkapnya alat

pelindung diri yang digunakan oleh pekerja dalam melakukan pekerjaan sehingga

Universitas Sumatera Utara


II-22

dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Jenis Alat Pelindung Diri (APD) yang

digunakan di PT. Apindowaja Ampuh Persada misalnya : Sarung tangan, Helmet,

dan Welding Helmets (Topeng Las).

Berdasarkan penelitian Hayu Kartika (2011) menyebutkan bahwa

Perusahaan melaksanakan MESH System (Management, Environment, Safety, and

Health System) sebagai wujud kesadaran akan pentingnya keadaan lingkungan

kerja, kesehatan dan keselamatan kerja. Salah satu cara untuk

mengimplementasikan MESH System adalah dengan melakukan penerapan

housekeeping management dari Jepang, yaitu: 5S yang terdiri dari Seiri, Seiton,

Seiso, Seiketsu dan Shitsuke. Sedangkan bila di artikan ke dalam bahasa Indonesia

menjadi 5R yaitu: Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin. Sistem Housekeeping

ini harus diterapkan karena terjadinya ketidakteraturan penempatan tools dan

untuk mengurangi terjadinya kecelakaan di tempat kerja, khususnya pada

departemen produksi. Penelitian Prihadi Waluyo (2011) yang merupakan

penelitian yang sejenis dengan penelitian ini juga menjelaskan Gerakan 5R/5S

(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) di PT X sangat berkaitan erat dengan K3

(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang sesuai dengan standar OHSAS 18001

(Occupational Health and Safety Assessment Series).

Berdasarkan hasil pengamatan di PT. Apindowaja Ampuh Persada

penyuluhan kerja tidak dilakukan secara rutin sehingga ada pekerja yang belum

mengetahui cara bekerja yang sesuai dengan Standart Operating Procedure

(SOP). PT.Apndowaja Ampuh persada juga telah memberikan APD untuk pekerja

namun APD yang diberikan tidak sesuai dengan yang diharapan pekerja. Mesin di

Universitas Sumatera Utara


II-23

PT. Apindowaja Ampuh persada kebanyakan merupakan mesin yang sudah tua

sehingga perusahaan menyediakan bagian teknisi untuk perawatan berkala mesin.

Pihak perusahaan telah melakukan pengawasan namun tidak dilakukan secara

berkala sehingga sebagian pekerja bekerja dengan ceroboh, bekerja sambil

menelepon atau tidak berkonsentrasi dalam bekerja. Sedangkan untuk jaminan

biaya kesehatan di PT. Apindowaja Ampuh Persada telah bekerja sama dengan

pihak Jamsostek sehingga untuk kecelakaan kerja yang sedang dan berat, biaya

perawatan dikeluarkan langsung oleh pihak jamsostek dibawah koordinasi dengan

pihak perusahaan. Sedangkan untuk kecelakaan kerja yang ringan sebagian

pekerja yang mengalaminya tidak menyampaikan ke pihak perusahaan sehingga

pekerja yang mengalami kecelakaan kerja tersebut harus menyediakan biaya

sendiri untuk penyembuhannya.

Dari uraian tentang program K3 di PT. Apindowaja Ampuh Persada yang

diterapkan, masih banyak terjadi kecelakaan kerja. Data jumlah Kecelakaan Kerja

pertahun PT. Apindowaja Ampuh Persada dari tahun 2008 – 2012 dapat dilhat

pada tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Jumlah Kecelakaan Kerja Pertahun PT. Apindowaja

Ampuh Persada dari Tahun 2008 – 2012

Tahun Jumlah Kecelakaan Kerja (Kasus)


2008 12
2009 13
2010 12
2011 10
2012 15
Sumber: PT. Apindowaja Ampuh Persada

Universitas Sumatera Utara


II-24

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti berkeinginan untuk

menganalisis program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di bagian produksi

dengan 5S dalam konsep kaizen sebagai upaya dalam mencegah kecelakaan kerja

di PT. Apindowaja Ampuh Persada

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan maka yang menjadi rumusan

permasalahan adalah: Bagaimana perbaikan program kesehatan dan keselamatan

kerja bagian produksi dengan metode 5S dalam konsep kaizen untuk mencegah

kecelakaan kerja di PT. Apindowaja Ampuh Persada?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah menghasilkan usulan perbaikan

program K3 sebagai upaya untuk mencegah kecelakaan kerja di bagian produksi

PT. Apindowaja Ampuh Persada dengan metode 5S (kaizen).

Tujuan khusus dilakukannya penelitian ini antara lain:

1. Mengetahui tingkat kecelakaan kerja di PT. Apindowaja Ampuh Persada

khususnya pada bagian produksi.

2. Mengidentifikasi dan menganalisa potensi bahaya atau kecelakaan kerja yang

terjadi dan memberikan respon teknis atau perbaikan untuk mencegah

kecelakaan kerja.

3. Mengetahui dan menganalisis hubungan antara kecelakaan kerja terhadap

efesiensi jam kerja di PT. Apindowaja Ampuh Persada.

Universitas Sumatera Utara


II-25

3. Menghitung frekuensi rate , severity rate serta nilai T selamat.

4. Melakukan kajian terhadap program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

dengan metode 5S dalam konsep kaizen di lantai produksi PT Apindowaja

Ampuh Persada.

1.4 Asumsi dan Batasan Penelitian

Adapun yang menjadi asumsi dalam penelitian yang dilakukan adalah :

1. Kondisi psikologi pekerja dilantai produksi dianggap sama.

2. Layout pabrik dan metode kerja tidak berubah saat penelitian dilakukan.

3. Alat yang digunakan dalam keadaan baik dan sesuai standar.

Batasan dalam penelitian ini adalah :

1. Objek penelitian pada bagian produksi atau semua peralatan/mesin yang ada di

bagian produksi PT. Apindowaja Ampuh Persada.

2. Pembahasan yang dilakukan adalah mengenai bahaya-bahaya yang terjadi yang

disebabkan oleh manusia,scrap sisa produksi atau peralatan yang bekerja serta

lingkungan kerja. Termasuk didalamnya kecelakaan-kecelakaan yang terjadi.

3. Data kecelakaan kerja yang diambil adalah data kecelakaan kerja mulai dari

tahun 2008 sampai tahun 2012.

4. Pengukuran produktivitas dilakukan berdasarkan jumlah jam kerja yang hilang

dengan jumlah jam kerja karyawan.

5. Analisis hanya dilakukan untuk kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban

manusia (pekerja)

Universitas Sumatera Utara


II-26

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat bagi Mahasiswa

a. Meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang

diperoleh dari dunia akademis yang salah satunya adalah keselamatan dan

kesehatan kerja (K3).

b. Dapat mengetahui program Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) di PT. Apindowaja Ampuh Persada khususnya pada bagian produksi.

2. Manfaat bagi Perusahaan

Perusahaan dapat memperoleh informasi yang reliable dalam hal

implementasi program (K3), Hazards yang berpotensi menimbulkan kecelakaan

serta beberapa masukan yang dapat digunakan dalam mendukung proses

implementasi program (K3) selanjutnya.

3. Manfaat bagi Lembaga atau Institusi Pendidikan

a. Menambah literature tentang K3 khususnya penanganan terhadap potensi

bahaya yang dijumpai di dalam perusahaan.

b. Sebagai tolak ukur untuk mengetahui seberapa jauh para mahasiswa dapat

menerapkan ilmunya di dalam perusahaan

c. Dapat merangsang dan memberi informasi bagi mahasiswa / peneliti lain

yang akan melakukan penelitian lebih lanjut.

Universitas Sumatera Utara


II-27

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

PT. Apindowaja Ampuh Persada merupakan industri manufaktur yang

bergerak di bidang pembuatan dan perbaikan mesin-mesin produksi kelapa sawit.

PT. Apindowaja Ampuh Persada berdiri pada September 1991 dan berlokasi di

Jalan K.L. Yos Sudarso Km. 10,5 No. 56 Medan, Sumatera Utara. Adapun pendiri

sekaligus pemilik perusahaan ini adalah Sofyan Tantono dan E.Tantono.

perusahaan ini memiliki luas areal sebesar 5625 m2.

PT. Apindowaja Ampuh Persada menggunakan sistem make to order

dimana permintaan produk sangat bervariasi dari segi jumlah dan spesifikasi

sesuai dengan permintaan pelanggan. Hasil produksi sebagian besar diekspor ke

Malaysia. Dalam menjalankan proses produksinya, teknologi produksi yang

digunakan PT. Apindowaja Ampuh Persada bersifat mekanik dimana operator

yang mengendalikan pergerakan mesin-mesin yang ada.

2.2 Organisasi dan Manajemen

Organisasi pada dasarnya merupakan tempat atau wadah dimana orang-

orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana,

terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang,

material, mesin, metode, lingkungan), sarana-prasarana, data, dan lain sebagainya

yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

Universitas Sumatera Utara


II-28

Organisasi dapat pula didefenisikan sebagai struktur pembagian kerja dan struktur

tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama

secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.

2.2.1 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi yang digunakan PT. Apindowaja Ampuh Persada

adalah struktur organisasi lini dan fungsional. Disebut lini karena tiap kepala

bagian divisi memerintah secara langsung bawahannya, dan bawahan hanya

bertanggung jawab kepada kepala bagian bidangnya. Disebut juga fungsional

karena suatu bagian dapat berhubungan dengan anggota maupun kepala bagian

secara langsung.

Struktur organisasi PT. Apindowaja Ampuh Persada dapat dilihat pada

Gambar 2.1.

Universitas Sumatera Utara


II-29

Direktur utama

Kabag
Kabag Kabag Kabag
Kabag Teknik Penerimaan/
Keuangan Produksi Personalia
pengiriman

Bag
Bag Bag Bag Bag Bag Bag Penyetelan/ Bag Bag
Accounting Kasir perawatan Bag Listrik Satpam
pembubutan Pengeboran Pemotongan pengelesan pengerolan Perakitan QC Persediaan pemasaran
mesin

Hubungan fungsional

Hubungan lini/ garis

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Apindowaja Ampuh Persada

Universitas Sumatera Utara


2.2.2 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Pembagian tugas dan tanggung jawab pada PT. Apindowaja Ampuh

Persada dibagi menurut fungsi yang telah ditetapkan. Adapun tugas dan tanggung

jawab setiap bagian dalam perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Direktur Utama

Direktur Utama merupakan pimpinan tertinggi dalam perusahaan yang

bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan operasional pabrik dan

kelangsungannya serta pengembangan dari perusahaan tersebut.

Adapun tugas Direktur adalah sebagai berikut :

a. Merencanakan, mengarahkan dan menganalisa dan mengevaluasi serta

menilai kegiatan-kegiatan yang berlangsung pada perusahaan.

b. Bertugas mengawasi kebijaksanaan dan tindakan setiap kepala bagian dan

menjalin hubungan baik.

c. Melaksanakan kontrak-kontrak dengan pihak luar.

2. Kepala Bagian Keuangan

Kepala Bagian Keuangan bertanggung jawab atas semua hal yang

berhubungan dengan administrasi dan keuangan perusahaan.

Adapun tugas Kepala Bagian Keuangan adalah sebagai berikut :

a. Mengawasi penggunaan dana, barang dan peralatan pada masing-masing

departemen dalam perusahaan.

b. Bertanggung jawab atas hal-hal yang berhubungan dengan keuangan dan

administrasi perusahaan.

V-30

Universitas Sumatera Utara


3. Kepala Bagian Produksi

Kepala Bagian Produksi memiliki tanggung jawab terhadap kegiatan produksi

berlangsung secara lancar dan efisien dalam memenuhi target produksi yang

telah ditetapkan oleh perusahaan.

Adapun tugas Kepala Bagian Produksi adalah sebagai berikut :

a. Mengawasi semua kegiatan proses produksi yang berlangsung di lantai

pabrik seperti pemotongan, pembubutan, perakitan, dan proses lainnya.

b. Mengkoordinir dan mengarahkan setiap bawahannya serta menentukan

pembagian tugas bagi setiap bawahannya.

c. Mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan produksi agar dapat

mengetahui kekurangan dan penyimpangan/kesalahan sehingga dapat

dilakukan perbaikan untuk kegiatan berikutnya

4. Kepala Bagian Teknik

Adapun tugas Kepala Bagian Teknik adalah sebagai berikut :

a. Bertanggung jawab atas tersedianya mesin, peralatan dan kebutuhan listrik

demi kelancaran produksi.

b. Mendelegasikan dan mengkoordinir tugas-tugas di bagian perawatan

mesin dan listrik.

5. Kepala Bagian Personalia

Adapun tugas Kepala Bagian Personalia adalah :memiliki tanggung jawab

mengelola kegiatan bagian personalia dan umum, mengatur kelancaran

kegiatan ketenagakerjaan, hubungan industrial dan umum, menyelesaikan

Universitas Sumatera Utara


masalah yang timbul dilingkungan perusahaan dan bertanggung jawab

terhadap kinerja karyawan perusahaan.

Adapun tugas dari Kepala Bagian Personalia adalah sebagai berikut:

a. Mengadakan pengangkatan dan pemberhentian karyawan dan

menyelesaikan konflik antara sesama karyawan dan atasan dengan

bawahan.

b. Mengatur hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan karyawan

c. Membantu pimpinan dalam promosi dan mutasi karyawan

d. Mengatur hal-hal yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan.

5. Kepala Bagian Penerimaan dan Pengiriman

Kepala Bagian Penerimaan dan Pengiriman bertanggung jawab atas proses

pemesanan bahan baku serta pengiriman produk akhir ke konsumen. Adapun

tugas Kepala Bagian Penerimaan dan Pengiriman adalah :

a. Mendata jumlah bahan baku yang dibeli dari perusahaan lain.

b. Mengidentifikasi kebutuhan konsumen dan tingkat persaingan.

c. Menentukan kebijaksanaan dan strategi pemasaran perusahaan yang

mencakup jenis produk yang akan dipasarkan, harga pendistribusian dan

promosi.

6. Accounting

Adapun tugas bagian Akuntansi adalah membantu Kepala Bagian Keuangan

dalam hal kegiatan administrasi dan keuangan.

Universitas Sumatera Utara


7. Kasir

Adapun tugas Kasir adalah sebagai berikut :

a. Menerima dan mengeluarkan uang untuk berbagai keperluan.

b. Memberikan secara langsung upah atau gaji karyawan yang telah

ditetapkan oleh atasan.

8. Bagian Pembubutan

Adapun tugas Bagian Pembubutan adalah bertanggung jawab atas semua

proses pembubutan seluruh spare part yang akan dihasilkan.

9. Bagian Pengeboran

Adapun tugas Bagian Pengeboran adalah bertanggung jawab atas semua

proses pengeboran seluruh spare part yang akan dihasilkan.

10. Bagian Pemotongan

Adapun tugas Bagian Pemotongan adalah bertanggung jawab atas semua

proses pemotongan seluruh spare part yang akan dihasilkan.

11. Bagian Pengelesan

Adapun tugas Bagian Pengelesan adalah bertanggung jawab atas semua proses

pengelesan seluruh spare part yang akan dihasilkan.

12. Bagian Pengerolan

Adapun tugas Bagian Pengerolan adalah bertanggung jawab atas semua proses

pengerolan seluruh spare part yang akan dihasilkan.

13. Bagian Perakitan

Adapun tugas Bagian Perakitan adalah memasang/ merakit seluruh komponen/

spare part menjadi produk digester/ screwpress.

Universitas Sumatera Utara


14. Penyetelan/ QC

Adapun tugas bagian Penyetelan/ QC adalah bertanggung jawab atas kualitas

produk apakah sudah siap untuk dikirim atau belum melalui penyetelan

produk.

15. Bagian Perawatan Mesin

Adapun tugas Bagian Perawatan Mesin adalah sebagai berikut :

a. Melakukan pengecekan dan mencatat keadaan mesin/peralatan secara

berkala (rutin) atau pada saat-saat diperlukan dan melaporkannya kepada

kepala bagian teknik.

b. Melakukan perawatan dan perbaikan secara berkala atau saat-saat yang

diperlukan.

16. Bagian Listrik

Adapun tugas Bagian Listrik adalah melakukan pemeriksaan kebutuhan listrik

secara berkala yang dipakai untuk produksi.

17. Satpam

Adapun tugas Satpam adalah sebagai berikut :

a. Menjaga keamanan dan melaksanakan kegiatan pengamanan di seluruh

kompleks perusahaan.

b. Mengambil tindakan pengamanan dan perlindungan ketika tejadi

gangguan keamanan di dalam kompleks perusahaan.

18. Bagian Persediaan

Adapun tugas Bagian Persediaan adalah sebagai berikut :

a. Mencatat jumlah persediaan material yang masuk dan keluar.

Universitas Sumatera Utara


b. Memeriksa persediaan material (control stock) sehingga pada saat

diperlukan selalu tersedia.

19. Bagian Pemasaran

Adapun tugas Bagian Pemasaran adalah bertugas untuk melakukan pemasaran

koordinasi penjualan langsung baik ekspor maupun impor.

2.2.3 Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan demi berjalannya gerak langkah

perusahaan didasari atas kebutuhan setiap bagian lahan kerja. Tenaga kerja pada

PT. Apindowaja Ampuh Persada terbagi kepada dua bagian, yaitu:

1. Tenaga Kerja Tidak Langsung

Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak berhubungan

langsung terhadap berjalannya proses produksi, tetapi berdampak terhadap

berjalannya proses produksi, baik dalam bidang manajemen ataupun

administratif. Tenaga kerja tidak langsung PT. Apindowaja Ampuh Persada

berjumlah 14 orang.

2. Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang berhubungan langsung

terhadap pembuatan produk. PT. Apindowaja Ampuh Persada memiliki 35

tenaga kerja langsung dimana 12 orang karyawan tetap dan 23 orang

karyawan harian .

Universitas Sumatera Utara


Pembagian shift kerja yang diterapkan di PT. Apindowaja Ampuh Persada

hanyalah satu shift kerja dengan lama jam kerja 8 jam/hari dan jumlah hari kerja 6

hari/minggu. Jadwal kerja dimulai pada pukul 08.00 WIB – 16.00 WIB. Apabila

jumlah permintaan tinggi maka dilakukan overtime mulai pukul 16.00 WIB –

20.00 WIB. Daftar tenaga kerja pada PT. Apindowaja Ampuh Persada dapat

dilihat pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Daftar Tenaga Kerja

No Keterangan Tenaga Kerja Jumlah


1 Pimpinan perusahaan 1 orang
2 Kabag keuangan 1 orang
3 Kabag produksi 1 orang
4 Kabag Teknik 1 orang
5 Kabag personalia 1 orang
6 Kabag penerimaan dan pengiriman 1 orang
7 Karyawan kerja tidak langsung 8 orang
8 Karyawan kerja langsung tetap 12 orang
9 Karyawan kerja langsung tidak tetap 23 orang

2.2.4 Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya

Sistem pengupahan pada PT. Apindowaja Ampuh Persada diatur

berdasarkan status karyawan, dimana pemberian upah pada dasarnya ditetapkan

berdasarkan jabatan, keahlian, kecakapan, prestasi kerja, dan sebagainya dari

karyawan yang bersangkutan. Pajak atas upah menjadi tanggung jawab masing-

masing karyawan. Pengupahan pada perusahaan ini terdiri atas :

1. Upah pokok

2. Insentif

3. Tunjangan makan

Universitas Sumatera Utara


Bagi karyawan yang melakukan kerja lembur akan mendapatkan tambahan

yang dihitung berdasarkan tarif upah lembur. Selain upah pokok yang diterima

oleh karyawan, perusahaan memberikan suatu jaminan sosial dan tunjangan

kepada karyawan. Adapun tunjangan yang diberikan antara lain :

1. Tunjangan Hari Raya dan Tahun Baru

2. Tanggungan kecelakaan kerja.

2.3 Proses Produksi

Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai bahan baku, bahan tambahan,

bahan penolong, standar mutu bahan baku dan produk jadi, uraian proses

produksi, mesin dan peralatan yang digunakan serta utilitas yang mendukung

seluruh proses produksi di perusahaan.

2.3.1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam proses pembuatan

produk yang memiliki persentase yang paling besar dibandingkan bahan-bahan

lainnya dan akan mengalami perubahan fisik maupun kimia yang langsung ikut

dalam proses produksi sampai dihasilkannya produk jadi.

PT. Apindowaja Ampuh Persada menggunakan bahan baku berupa

potongan besi. Sumber bahan baku diperoleh dari pengecoran logam Indo dan

hasil impor dari luar negeri (Jerman, Singapura, dan Cina).

Universitas Sumatera Utara


2.3.2 Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan dalam proses produksi

dalam rangka meningkatkan mutu produk dimana bahan ini merupakan bagian

dari produk. Bahan tambahan yang digunakan adalah PT Apindowaja Ampuh

Persada adalah cat tahan panas yang digunakan untuk memberikan warna pada

produk digester dan screwpress.

2.3.3 Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam rangka

memperlancar proses produksi dan bahan ini bukan bagian dari produk akhir.

Bahan penolong yang digunakan pada PT. Apindowaja Ampuh Persada adalah

LPG dan oksigen yang digunakan untuk proses pemotongan plat baik yang tipis

maupun yang tebal dari berbagai macam ukuran yang diperlukan dalam proses

produksi.

2.3.4 Standar Mutu Bahan Baku

Standar mutu sangat perlu untuk ditingkatkan dan dipertahankan guna

menjaga standar kualitas produk akhir. Standar yang diterapkan ini sangat

mempengaruhi kualitas produk yang ingin dipasarkan dan berani bersaing dengan

perusahaan sejenis. PT. Apindowaja Ampuh Persada selalu menempatkan kualitas

terhadap produk sebagai hal yang terpenting. Perusahaan selalu meyakinkan

kualitas pasokan dari para pemasoknya karena perusahaan mengawasi secara

penuh kualitas dan proses produksinya. Untuk standard material harus dipastikan

bebas dari korosi yang berlebihan, kerusakan seperti cacat permukaan, perubahan

Universitas Sumatera Utara


bentuk seperti tekuk dan puntir. Selain itu material harus dikontrol untuk

memastikan bahwa material dengan standar yang berbeda atau material yang cacat

tidak tercampur dengan material yang telah lolos uji penerimaan, dan material

harus disimpan dalam kondisi yang bagus. Dan oleh karena itulah perusahaan

melakukan strategi proaktif untuk mengidentifikasi potensi sumber masalah dalam

penyediaan serta melakukan pengawasan yang ketat.

Perusahaan tetap berhubungan erat dengan pelanggan utama. PT

Apindowaja Ampuh Persada juga memberikan masukan-masukan tentang

perubahan-perubahan yang mungkin diperlukan dalam peraturan atau jenis-jenis

material yang diperlukan di masa yang akan datang.

2.3.5 Standar Mutu Produk

Standar mutu produk digester yang ditetapkan perusahaan PT.

Apindowaja Ampuh Persada dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Standar Mutu Digester Model AP-2

Kriteria Standar Mutu


Capacity 12 - 17 ton/ FFB/ Hour
Volume 3200 – 3500 litres
Steam 3,5 kg/cm2
Uji hidrostatis 6,5 kg/cm2
Diameter kulit luar 2800 mm
Tinggi 3100 mm
Tebal plat baja 12 mm
Tebal plat baja ringan 9 mm
Power 30 HP
Putaran 1500 rpm
Sumber : PT. Apindowaja Ampuh Persada

Standar mutu produk screwpress yang ditetapkan perusahaan PT.

Apindowaja Ampuh Persada dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.3 Standar Mutu Screwpress Model AP-12 dan AP-17

Standar Mutu
Kriteria
AP-12 AP-17
Capacity 10 - 15 ton/ FFB/ Hour 15 - 18 ton/ FFB/ Hour
Type Horizontal double screw Horizontal double screw
worm worm
Worm Dimension Φ 275 mm x 1015 mm Φ 305 mm x 1100 mm
LONG LONG
Revolution 10 - 13 RPM 10 - 12 RPM
Power Consumtion 22KW/ 30HP 30KW/ 40HP
Reducer Helical In – Line Gear Helical In – Line Gear
Reducer Reducer
or Cyclo Drive Speed or Cyclo Drive Speed
Reducer Reducer
Machine Length 4100 mm 4935 mm
Machine Width 1335 mm 1475 mm
Machine Height 955 mm 1075 mm
Nett Weight 5000 KGS 6000 KGS
Gross Weight 6000 KGS 6500 KGS
Sumber : PT. Apindowaja Ampuh Persada

Sedangkan untuk standar mutu seluruh spare part yang dihasilkan oleh

perusahaan PT. Apindowaja Ampuh Persada tidak dapat ditentukan karena

bergantung terhadap pesanan konsumen.

2.3.6 Uraian Proses Produksi

Proses produksi sparepart pada PT. Apindowaja Ampuh Persada berbeda-

beda. Berikut ini adalah contoh proses produksi Main Shaft.

1. Pemotongan besi

Pada proses ini, pipa besi dipotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan,

dimana disesuaikan dengan besar sparepart yang akan dibentuk pada proses

selanjutnya. Dalam hal ini digunakan meteran untuk mengukur panjang

potongan besi

Universitas Sumatera Utara


2. Pengelasan

Pada stasiun ini, komponen yang akan dilas cukup dimasukkan ke dalam mal

(cetakan) dan dilas. Setelah pengelasan dilakukan, produk setengah jadi

diangkut ke stasiun pembubutan.

3. Pembubutan besi

Pada proses ini, produk setengah jadi dibubut untuk memperoleh bentuk yang

sesuai dengan ukuran yang telah diukur dengan menggunakan jangka sorong.

Sisa pembubutan (scrap) mesin ditumpukkan dilantai produksi.

4. Pemrosesan produk setengah jadi dengan mesin rol

Pada proses ini, produk setengah jadi dirol sehingga membentuk bentuk

bulatan panjang yang sesuai dengan ukuran yang sudah ditentukan

5. Pemrosesan terakhir produk setengah jadi dengan mesin boring

Proses terakhir yaitu pengeboran pada mesin boring untuk mendapat lubang

pada main shaft.

6. Pengecatan

Setelah proses, produk diangkut menuju stasiun pengecatan. Pengecatan

dilakukan secara manual oleh tenaga kerja. Produk yang sudah selesai

dikemas dalam kotak prouk dan disimpan ke gudang produk. Berikut ini

Block Diagram Main Shaft

Universitas Sumatera Utara


Pemotongan besi

Pengelasan

Pembubutan besi

Pemrosesan produk
setengah jadi dengan mesin
rol

Pemrosesan terakhir
produk setengah jadi
dengan mesin boring

Pengecatan

Main Shaft

Gambar 2.2 Block Diagram Main Shaft

2.3.7 Mesin dan Peralatan

Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau mengubah

energi untuk melakukan atau membantu pelaksanaan tugas manusia. Biasanya

Universitas Sumatera Utara


membutuhkan sebuah masukan sebagai pelatuk, mengirim energi yang telah

diubah menjadi sebuah keluaran dan melakukan tugas yang telah disetel.

Adapun jenis dari mesin-mesin produksi yang digunakan oleh PT

Apindowaja Ampuh Persada adalah sebagai berikut :

1. Nama Mesin : Mesin las

Merk/ Type : BX 160

Arus : 160 A

Jumlah : 10 unit

2. Nama Mesin : Mesin Bor

Merk/ Type : Radial

Voltage : 380 V

Diameter maksimum : 115 mm

Kecepatan putaran : 150-2100 rpm

Kedalaman pemakanan : 150 mm

Jumlah : 5 Unit

3. Nama Mesin : Automatic Cutting

Merk/ Type : LG TGC 100-SB

Voltage : 380 V

Daya : 200 Watt

Diameter maksimum : 120 mm

Jumlah : 2 unit

4. Nama Mesin : Mesin potong

Tebal maksimum : 5 mm

Universitas Sumatera Utara


Diameter maksimum : 1200 mm

Jumlah : 4 unit

5. Nama Mesin : Mesin gerinda duduk

Diameter batu gerinda : 125 mm

Kecepatan : 5500 rpm

Jumlah : 2 unit

6. Nama Mesin : Mesin Bubut

Merk/ Type : ZMM Metalik CM 8

Putaran : 850 rpm

Jumlah : 12 Unit

7. Nama Mesin : Mesin Scrap

Merk/ Type : Hudong/4503537

Daya : 3000 Watt

Jumlah : 5 unit

8. Nama Mesin : Mesin Remer

Merk/ Type : Sudco

Daya : 2 HP

Jumlah : 1 unit

9. Nama Mesin : Mesin Rol

Merk/ Type : Heisteel type ASY –HA no70479

Daya : 60 HP

Phasa : 3 Phasa

Jumlah : 2 Unit

Universitas Sumatera Utara


10. Nama Mesin : Mesin Boring

Merk/ Type : Radial

Voltage : 380 V

Diameter maksimum : 250 mm

Kecepatan putaran : 300-3000 rpm

Kedalaman pemakanan : 200 mm

Jumlah : 4 Unit

Adapun peralatan yang digunakan oleh PT. Apindowaja Ampuh Persada

dalam proses produksi adalah sebagai berikut :

1. Kereta sorong

Fungsi : Alat angkut untuk memindahkan material yang digerakkan

dengan cara manual

Jumlah : 5 unit

2. Crane

Fungsi : Alat untuk memindahkan beban yang berat yang dilengkapi katrol

Jumlah :2 unit

3. Meteran

Fungsi : Mengukur ukuran plat yang digunakan

Jumlah : 20 unit

4. Jangka Sorong

Fungsi : Mengukur diameter dan ukuran dari pembentukan lubang dan

Profil yang digunakan pada pembubutan

Jumlah : 12 unit

Universitas Sumatera Utara


5. Kawat las

Fungsi : Digunakan sebagai logam pengisi pada proses pengelesan

Jumlah : 5 kotak

2.3.8 Utilitas

Utilitas merupakan fasilitas pendukung yang digunakan untuk kelancaran

dalam melakukan proses produksi pada lantai produksi. Adapun fasilitas

pendukung yang digunakan pada PT. Apindowaja Ampuh Persada adalah arus

listrik. PT. Apindowaja Ampuh Persada menggunakan arus listrik yang bersumber

dari PLN dan generator pembangkit listrik tenaga diesel.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Pengertian Dengan Tujuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

3.1.1 Pengertian Keselamatan Kerja 1

Keselamatan adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, alat kerja,

bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan serta

caracara melakukan pekerjaan.

Sehingga keselamatan dan kesehatan kerja merupakan sarana untuk

mencegah terjadinya kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan

kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting dalam proses

operasional baik di sektor modern maupun tradisional, apabila dilalaikan akan

berakibat sangat fatal dan bisa merugikan orang lain dan dirinya sendiri maupun

perusahaan. Kecelakaan selain menjadi sebab hambatan-hambatan langsung juga

merupakan kerugian-kerugian tidak langsung yaitu kerusakan-kerusakan mesin

dan peralatan-peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat,

kerusakan lingkungan kerja dan lain-lain.

Perlindungan tenaga meliputi aspek-aspek yang cukup luas yaitu

perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serata perlakuan

yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Perlindungan tersebut

dimaksudkan agar tenaga kerja secara aman melakukan pekerjaan sehari-hari

1
Suma’mur.1981. Keselamatan Kerja& Pencegahan Kecelakaan.Jakarta.CV.Haji Masagung.

Universitas Sumatera Utara


untuk meningkatkan hasil produksi dan produktivitas secara nasional. Tenaga

kerja harus memperoleh perlindungan diri dari masalah sekitarnya dari pada

dirinya yang dapat menimpa dan mengganggu pelaksanaan pekerjaannya.

Maka jelaslah keselamatan kerja adalah suatu segi penting dari

perlindungan tenaga kerja. Dalam hubungan ini bahaya yang timbul dari mesin,

pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, kadaan tempat kerja,

lingkungan, cara melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental dari

pekerjaan harus sejauh mungkin diberantas atau dikendalikan.

3.1.2 Tujuan Keselamatan Kerja

Tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

1. Melindungi keselamatan tenaga kerja didalam melaksanakan tugasnya untuk

kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

2. Melindungi keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.

3. Melindungi keamanan peralatan dan sumber produksi agar selalu dapat

digunakan secara efisien.

4. Sumber produksi diperiksa dan dipergunakan secara aman dan efisien.

3.1.3 Pengertian Kesehatan Kerja 2

Kesehatan kerja adalah spesialisasi kesehatan atau spesialisasi di bidang

kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja atau masyarakat

pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental

2
Suma’mur.1967.Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.Jakarta.PT. Toko Gunung Agung.

Universitas Sumatera Utara


dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau

gangguan-gangguan kesehatan yang di akibatkan faktor-faktor pekerjaan dan

lingkungan kerja.

Ada dua kategori penyakit yang diderita tenaga kerja yaitu:

a. Penyakit umum

Penyakit yang mungkin diderita oleh setiap orang baik yang bekerja,

masih sekolah atau menganggur. Pencegahan penyakit ini merupakan tanggung

jawab seluruh anggota masyarakat. Untuk mengurangi biaya mengatasi penyakit

umum, setiap calon karyawan diwajibkan mengikuti pemeriksaan atas dirinya

oleh dokter perusahaan.

b. Penyakit akibat kerja

Penyakit ini dapat timbul setelah seseorang melakukan pekerjaan.

Pencegahannya dapat dimulai dengan pengendalian secermat mungkin

pengganggu kerja dan kesehatan atau dengan mentaati peraturan-peraturan yang

berlaku.

3.1.4 Tujuan Kesehatan Kerja

Tujuan kesehatan kerja adalah sebagai berikut

1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

2. Mempertinggi efisiensi dan daya produktifitas tenaga manusia.

3. Agar terhindar dari bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh produk-produk

industri.

Universitas Sumatera Utara


3.2 Program Keselamatan Kerja

3.2.1 Sifat Pentingnya Keselamatan Kerja

a. Moral

Perusahaan dalam melaksanakan pencegahan atas dasar rasa kemanusiaan,

sehingga bila terjadi kecelakaan perusahaan mempunyai suatu beban moral, juga

perusahaan mengusahakan tindakan pencegahan guna tidak akan terjadi suatu

kecelakaan yang sama.

b. Hukum

Setiap tenaga kerja berhak untuk mendapatkan perlindungan keselamatan

dalam melaksanakan pekerjaan untuk mendapatkan kesejahteraan hidup dan

meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan UU no 1

Tahun 1970.

c. Ekonomi

Perusahaan mengadakan kesehatan dan keselamatan kerja. Apabila terjadi

kecelakaan maka perusahaan mengeluarkan biaya sebagai ganti rugi dan juga

terganggu produktivitasnya.

3.2.2 Unsur keselamatan kerja

Menurut International Labour Organization unsure keselamatan kerja

meliputi:

a. Perencanaan

Bila akan mendirikan perusahaan haruslah di perhitungkan faktor-faktor

yang mempengaruhi keselamatan dan produksi juga tingkat perencanaan lokasi,

Universitas Sumatera Utara


fasilitas untuk produksi dan untuk menyimpan material dan peralatan lantai,

penerangan, ventilasi, dan pencegahan kebakaran. Masalah keselamatan kerja

harus benarbenar diperhatikan pada waktu perencanaan dan bukan dipikirkan

kemudian sesudah perusahaan berdiri.

Maka dari itu ahli keselamatan kerja harus sudah ikut aktif dalam fase

perencanaan. Adanya masukan-masukan dari pengawasan kerja sangat membantu.

Prinsip-prinsip yang biasanya dapat diikuti oleh seseorang pimpinan perusahaan

dalam perencanaan dan efisiensi produksi seperti menyediakan tempat yang luas

bagi mesin dan peralatannya, menciptakan keadaan aman untuk bekerja.

b. Ketata-Rumah-Tanggaan yang Baik dan Teratur

Ketata-rumah-tanggaan dan kerapihan mencegah kecelakaan baik resiko

fisik maupun efek psikologi, dalam kadaan rapih dan teratur, tenaga kerja akan

lebih berhati-hati. Keteraturan dan Ketata-rumah-tanggaan yang baik akan

terselenggara jika tenaga kerja berpatisipasi dan memenuhi seluruh ketentuan

yang berhubungan, seperti tidak diletakkannya barang-barang pada jalan lalu

lintas atau penggunaan tempat sampah untuk pembuangan kotoran, keteraturan

yang baik selain bermanfaat bagi kesempatan kerja juga bermanfaat bagi

kelancaran produksi.

c. Pakaian Kerja atau Alat Pelindung Diri

Pakaian kerja termasuk alas kaki sering kali tak memadai untuk

melakukan pekerjaan. Tenaga kerja kadang-kadang bekerja dan berpakaian tua

Universitas Sumatera Utara


yang sudah tidak layak pakai. Keadaan ini merugikan dilihat dari keselamatan

juga menunjukan suatu mutu kehidupan yang rendah.

Jika pakaian kerja mungkin cepat rusak karena pekerjaan yang berat,

keadaan udara lembab dan pekerjaan penuh kotoran, pengusaha harus

menyediakan jenis pakaian yang cocok, pemakaian alas kaki juga harus

diperhatikan karena pemakaian alas kaki yang salah seperti berhak tinggi dan licin

akan mengakibatkan terpeleset atau terjadinya kecelakaan. Dan alas kaki dan

pakaian harus dibuat senyaman mungkin untuk tenaga kerja.

Dalam hal penetapan pemilihan atau penggunaan pakaian kerja, perlu

diperhatikan faktor-faktor dibawah ini :

1. Harus diperhatikan bahaya-bahaya yang mungkin menimpa pekerja dan

pakaian kerja haruslah dipilih menurut kemampuan untuk mengurangi bahaya

sebesar mungkin.

2. Pakaian kerja harus pas betul tanpa bagian-bagian atau tali yang longgar dan

kantong. Jika ada haruslah sedikit mungkin jumlahnya dan sedikit mungkin

ukurannya.

3. Pakaian longgar atau sobek dan kunci berantai atau arloji berantai tidak boleh

dipakai di dekat bagian-bagian mesin yang bergerak.

4. Pakaian berlengan pendek lebih baik dari pakaian berlengan panjang yang di

gulung lengannya keatas.

5. Benda-benda tajam atau runcing, bahan-bahan eksplosif atau cairan-cairan

yang dapat terbakar tidak boleh dibawa dalam kantong pakaian.

Universitas Sumatera Utara


6. Pekerja yang meghadapi debu-debu yang dapat terbakar, eksplosif atau beracun

tidak boleh memakai baju berkantong, memiliki lipatan-lipatan, dan lain-lain

yang mungkin menjadi tempat berkumpulnya debu.

d. Peralatan Perlindungan Diri

Peralatan perlindungan diri sangat di butuhkan agar kejadian kecelakaan

kerja tidak terjadi. Dan beberapa kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh semua

jenis peralatan perlindungan, mungkin hanya dua yang penting, yaitu :

1. Apapun sifat bahayanya, peralatan atau pakaian harus memberikan cukup

perlindungan terhadap bahaya tersebut.

2. Peralatan atau pakaian tersebut harus ringan dipakainya dan awet, dan membuat

rasa kurang nyaman sekecil mungkin, tetapi memungkinkan mobilitas,

penglihatan dan sebagainya maksimum. Peralatan perlindungan ini dapat

berupa:

a. Tutup muka / masker kain

b. Alas kaki pengaman

c. Sarung tangan

d. Topi pengaman, dll.

e. Pemasangan Tanda-Tanda

Pada PT. Apindowaja Ampuh Persada belum di pasang tanda-tanda

sebagai peringatan untuk tujuan keselamatan. Pemasangan tanda-tanda yang

diharapkan dapat membawa pesan peringatan atau memberikan keterangan secara

Universitas Sumatera Utara


umum. Keterangan-keterangan misalnya berupa tanda-tanda bagi tempat jalan

keluar dan tempat-tempat yang sering terjadi kecelakaan seperti peringatan

berhati-hati terhadap jalan yang licin, mesin yang berbahaya, selalu menggunakan

alat pelindung diri setiap akan bekerja, dsb. Dan tempat-tempat yang sering terjadi

kecelakaan serta tempat-tempat yang dianggap perlu.

f. Penerangan

Faktor-faktor penerangan yang menjadi sebab kecelakaan meliputi :

a. Kesilauan langsung

b. Kesilauan sebagai pantulan dari lingkungan pekerjaan.

c. Bayang-bayang gelap.

d. Perubahan mendadak dari terang menjadi gelap.

g. Ventilasi dan Pengaturan Suhu

Ventilasi merupakan suatu cara meniadakan debu-debu yang eksplosif

seperti debu serbuk kayu di udara. Uap-uap diudara dapat diturunkan kadarnya

sampai batas aman oleh ventilasi umum atau dapat mencegah terjadinya keadaan

terlalu panas atau terlalu dingin sehingga pekerja tidak terganggu keadaan itu.

h. Kebisingan

Pengaruh utama dari kebisingan adalah kerusakan pada indra pendengaran

yang dapat menimbulkan ketulian sedangkan efek bising pada daya kerja adalah

timbulnya gangguan pada konsentrasi sehingga dapat menyebabkan kecelakaan.

Universitas Sumatera Utara


3.3 Unsur-unsur yang Mendukung Program Keselamatan Kerja.

1. Dukungan Manajemen Puncak.

Manajemen puncak haruslah memberikan dukungan secara aktif pada

program keselamatan dapat tetap hidup dan menjadi efektif. Ditandai antara lain

dengan kehadiran secara pribadi pada rapatrapat yang membahas masalah

keselamatan kerja, dan pemeriksaaan pribadi secara periodik, penekanan pada

laporan tetap tentang keselamatan, prestasi bidang keselamatan pada agenda rapat

dewan direksi perusahaan.

2. Pengangkatan seksi keselamatan.

Seksi keselamatan kerja / Safety engineer memberikan perhatian kepada

aspek manusianya dan bukan hanya aspek tekniknya. Hubungan antara direktur

keselamatan kerja dengan karyawan-karyawan bersifat fungsional, yang artinya

direktur keselamatan kerja berhak memerintah dan memaksakan perintahnya

untuk menjalankan peraturan-peraturan dalam bidang keselamatan kerja.

3. Rekayasa suatu pabrik dan operasi yang aman.

Syarat-syarat dan usaha keselamatan adalah rekayasa yang sehat dan

berorientasi ke masa depan. Semua itu meliputi tempat-tempat kerja bersih,

penerangan baik, pemasangan ventilasi dengan tepat, semua peralatan yang

berbahaya haruslah dilakukan sejauh mungkin, pekerjaan dengan menggunakan

perlindungan diri digunakan sebagaimana mestinya dan semua perlindungan yang

Universitas Sumatera Utara


direkayasa harus dilaksanakan dengan baik agar kecelakaan kerja tidak terjadi dan

proses operasi dapat berjalan secara aman.

4. Pendidikan karyawan agar bertindak secara aman.

Pendidikan karyawan merupakan aspek yang sangat penting dalam upaya

pencegahan kecelakaan maka biasanya perusahaan memberikan pendidikan agar

bertindak, berpikir dan bekerja secara aman. Dan segala bentuk latihan seharusnya

dilengkapi dengan berbagai peringatan yang menyangkut tentang bahaya dari

pelaksanaan suatu pekerjaan. Tindakan pimpinan merupakan contoh, dan atasan

langsung haruslah memberikan contoh tentang perlunya keselamatan kerja, baik

dalam kata maupun perbuatan.demikian juga untuk pendidikan akan membantu

untuk menanamkan pengertian agar bekerja dengan hati-hati.

5. Analisis kecelakaan.

Apabila terjadi kecelakaan, berarti tindakan pencegahan tidak berhasil.

Walaupun demikian menajemen mempunyai kesempatan untuk mempelajari apa

yang salah. Kecelakaan tersebut dapat dipelajari dari beberapa aspek yaitu

pekerjaan yang menimbulkan kecelakaan, alat-alat dan perlengkapan yang

dipergunakan dan akibatnya. Analisa hendaknya digunakan untuk maksud-

maksud perbaikan dimasa yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara


6. Pelaksanaan peraturan.

Peraturan-peraturan yang mengatur tentang keselamatan kerja yang ada,

harus dilaksanakan apabila ada perusahaan yang tidak menerapkan peraturan

tersebut akan dikenakan sanksi.

3.4 Pengertian Kecelakaan Kerja Dan Macam Kecelakaan Kerja 3

Kecelakaan adalah peristiwa tidak diinginkan yang mempunyai potensi

untuk menimbulkan kerugian dalam derajar tertentu. Kecelakaan tidak terjadi

dengan sendirinya, tetapi merupakan suatu rangkaian peristiwa yang mempunyai

sebab-sebab yang dapat dijelaskan secara ilmiah. Kerugian yang terjadi bisa

berupa luka-luka (cedera pada manusia), kerusakan harta bendda, ataupun

kerusakan pada lingkungan sekitar.

Dengan memahami proses terjadinya kecelakaan, maka kita dapat

melakukan pencegahan yang sesuai. Menurut HW Hendrich, secara statistik kita

dapat melihhat sebab kecelkaan sebagai berikut:

1. 88% unsafe action atau substandard action (Tindakan berbahaya)

2. 10% unsafe condition atau substandard condition ( Kondisi berbahaya)

3. 2% act of God (sebab yang belum dapat ditentukan/nasib/factor alam)

Persentasi ini hanyalah berdasarkan pengalaman dan data pada suatu saat.

Pada dasarnya angka ini bukanlah angka presisi, tetapi kita dapat mengasumsikan

bahwa tindakan berbahaya (unsafe action) menempati sebab tertinggi.

3
Salim, Emil. 2002. Green Company:Pedoman Pengelolaan Lingkungan, Keselamatan, dan
Kesehatan Kerja (LK3).Jakarta.PT.Astra International Tbk.

Universitas Sumatera Utara


Unsafe Action (Tindakan tidak aman) adalah tidndakan yang menyimpang

dari prosedur atau cara yang wajar atau benar menurut persetujuan bersama,

sehingga tindakan tersebut merupakan mengandung bahaya. Misal: Berdiri di

bawah barang yang diangkut crane, ngebut di jalan ramai dll. Keadaan atau

tindakan berbahaya kalau dibiarkan akan dapat menimbulkan kecelakaan.

Unsafe Conditon ( Kondisi tidak aman) adalah kondisi apa saja, apakah

fisik, mekanis, kemiawi, atau biologis yang berbahaya. Misal: Sinar las yang tidak

terlindungi, roda gigi yang tidak tertutup pelindung, ban penggerak terbuka,

sumber radioaktof, bahan mudah terbakar yang berada di dekat sumber api, dll.

Komponen yang meliputi sebab dasar:

1. Personal Factor ( Faktor pribadi)

2. Job factor ( Faktor Pekerjaan)

Hal-hal yang termasuk personal factor:

1. Kemampuan fisik/ Fisiolgis yang terbatas

2. Ketidakmampuan mental/psikologis

3. Stress fisik atau fisiologis

4. Stress mental psikologis

5. kurangnya pengetahuan (lack of knowledge)

6. Kurangnya keterampilan (lack of skill)

7. Motivasi yang tidak tepat (Improper motivation)

Hal-hal termasuk ke dalam Job Factor

1. Tidak memadainya kepemimpinan dan supervise

2. Tidak memadainya rekayasa

Universitas Sumatera Utara


3. Tidak memadainya proses pembelian

4. Tidak memadainya proses pemeliharaan dan perawatan

5. Tidak memadainya peralatan dan perkakas

6. Tidak memadainya standar kerja

7. Keausan (wear and tear)

8. Penyalahgunaan/salah pakai

3.5 Pencegahan-pencegahan Kecelakaan Kerja 4

Mencegah kecelakaan kerja, merupakan upaya yang paling baik, bila

dibandingkan dengan upaya lainnya. Kecelakaan akibat kerja dapat dicegah

dengan:

1. Peraturan perundangan yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai

kondisi kerja umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan

pemeliharaan, pengawasan dan sebagainya.

2. Standarisasi yaitu penetapan standar yang memenuhi syarat keselamatan pada

berbagai jenis industri atau alat pelindung diri.

1
Ibid Hal 1.

Universitas Sumatera Utara


3. Pengawasan yakni tentang di patuhinya ketentuan perundang-undangan.

4. Riset medis tentang pengaruh fisiologis dan patologis lingkungan, dan keadaan

fisik lain mengakibatkan kecelakaan.

5. Penelitian psikologis penyelidikan tentang pola kejiwaan yang menyebabkan

terjadinya kecelakaan.

6. Penelitian secara statistik untuk menetapkan jenis, frekuensi, sebab kecelakaan,

mengenai siapa saja dan lain-lain.

7. Pendidikan, khususnya di bidang keselamatan kerja.

8. Penelitian bersifat teknik meliputi sifat dan ciri bahan berbahaya, pengujian

alat pelindung, penelitian tentang peledakan, desain peralatan dan sebagainya.

9. Pelatihan, untuk meningkatkan keterampilan keselamatan dalam bekerja,

antara lain bagi pekerja baru.

10. Penggairahan, yakni penggunaan berbagai cara penyuluhan atau pendekatan

lain untuk menumbuhkan sikap selamat.

11. Asuransi, berupa insentif finansial, dalam bentuk pengurangan biaya premi,

jika keselamatan kerjanya baik.

12. Upaya lain di tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif atau

tidaknya penerapan keselamatan kerja. Upaya pencegahan perlu dilakukan

pula dalam mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, antara lain berupa :

a. Identifikasi bahaya kesehatan di tempat kerja, yakni untuk mendeteksi

kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan atau penyakit.

Universitas Sumatera Utara


b. Evaluasi bahaya kesehatan, melalui pemantulan lingkungan kerja dan

pengujian biomedis, antara lain melalui pengambilan contoh udara di

ruang kerja, pemeriksaan darah dan sebagainya.

c. Pengendalian bahaya kesehatan, baik pada sumber bahaya, media

perantara, maupun pada pekerjanya sendiri.

d. Pemeriksaan kesehatan awal, berkala maupun khusus, untuk mengetahui

kondisi kesehatan pekerja dan menilai pengaruh pekerjaan pada

kesehatannya.

e. Tindakan teknis, berupa perbaikan ventilasi, penerapan isolasi substitusi

dan sebagainya.

f. Penggunaan alat pelindung diri, misalnya masker, sarung tangan, tutup

telinga, kaca mata dan sebagainya.

g. Penerangan, pendidikan, tentang kesehatan dan keselamatan kerja.

3.6 Pengukuran Hasil Usaha Keselamatan Kerja.

Tujuan pengukuran hasil usaha keselamatan kerja adalah membandingkan

keadaan antara dua atau lebih masa kerja guna mengetahui sejauhmana

pencegahan kecelakaan dapat dilakukan. Standart pengukuran yang telah di

setujui oleh International Labour Organization adalah untuk mengetahui tingkat

kekerapan atau frekuensi rate dan tingkat keparahan/safety rate.

Universitas Sumatera Utara


3.7.1 Tingkat Frekuensi / Kekerapan Kecelakaan Kerja 5.

Tingkat frekuensi menyatakan banyaknya kecelakaan yang terjadi tiap

sejuta jam kerja manusia, dengan rumus :

F=

Dimana :

F = Tingkat frekuensi kekerapan kecelakaan

n = Jumlah kecelakaan yang terjadi

N = Jumlah jam kerja karyawan

3.7.2 Tingkat Severity atau keparahan kecelakaan kerja

Untuk mengukur pengaruh kecelakaan, juga harus dihitung angka beratnya

kecelakaan untuk sejuta jam kerja dari jumlah jam kerja karyawan

S=

Dimana :

S = Tingkat seferity/keparahan kecelakaan

H = Jumlah total jam hilang karyawan

N = Jumlah jam kerja karyawan

Jumlah jam kerja yang hilang meliputi :

5
SNI.2001. Metode Perhitungan Tingkat Kekerapan dan Tingkat Keparahan Cedera Akibat Kerja

di Pertambangan Umum. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


a. Jumlah hari yang diakibatkan cacat total sementara, di hitung berdasarkan

tanggal (termasuk hari libur selama pekerja tidak mampu bekerja).

b. Jumlah cacat total permanen dan kematian.

3.7.3 Nilai T Selamat

Untuk membandingkan hasil tingkat kecelakaan suatu unit kerja pada

masa lalu dan masa kini, sehingga dapat diketahui tingkat penurunan kecelakaan

pada unit tersebut, digunakan nilai T Selamat yang berdasarkan pada uji

pengawasan mutu secara statistik. Metode yang di gunakan adalah pengujian “ t ”

atau Student Test.

Safe T Score =

Dimana :

Sts = Nilai T Selamat (tak berdimensi)

F1 = Tingkat Frekuensi kecelakaan kerja masa lalu

F2 = Tingkat Frekuensi kecelakaan kerja masa kini

N = Jumlah jam kerja karyawan

Nilai Sts antara +2 sampai dengan -2, dengan tingkat frekuensi kecelakaan

kerja tidak menunjukan perubahan yang berarti pada masa kini.

1. Nilai Sts diatas +2, artinya tingkat frekuensi kecelakaan kerja pada masa kini

mengalami penurunan terhadap prestasi masa lalu.

2. Nilai Sts dibawah -2, artinya terjadinya peningkatan prestasi tingkat frekuensi

kecelakaan kerja pada masa kini jika di bandingkan dengan masa lalu.

Cara menafsirkan :

Universitas Sumatera Utara


a. Nilai positif berarti keadaan memburuk.

b. Nilai negatif berarti keadaan membaik.

c. Nilai antara + 2,00 dan -2,00, tidak menunjukan keadaan berarti/bermakna.

d. Nilai kurang dari + 2,00 berarti ada perubahan yang memburuk secara

berarti/bermakna.

e. Nilai kurang dari – 2,00, menunjukan perbaikan secara berarti/bermakna.

3.7 Hubungan Antara Produktivitas Dengan Keselamatan dan kesehatan

Kerja

Pengertian produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang

selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan ini harus lebih baik dari hari

kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.

Jadi, secara umum produktivitas diartikan sebagai perbandingan antara apa

yang dihasilkan (output) dan masukan (input). Secara khusus produktivitas dapat

diartikan kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang meliputi peningkatan

efisiensi dan kecepatan menghasilkan suatu produk yang merupakan hasil

gabungan efektifitas, efisiensi dan keekonomian. Keselamatan kerja merupakan

usaha tindakan pengamanan proses produksi, menjamin agar tiap orang yang

berada di tempat kerja senantiasa dalam kondisi aman. Keselamatan kerja dapat

membantu peningkatan produksi.

Dengan tingkat keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan

yang menjadi sebab sakit dan kematian dapat perlu dikurangi atau ditekan paling

kecil:

Universitas Sumatera Utara


1. Tingkat keselamatan yang tinggi, sejalan dengan pemeliharaan dan penggunaan

peralatan kerja dan mesin efisien, dimana erat kaitan dan hubungan dalam

pencapaian produktivitas yang tinggi.

2. Tingkat keselamatan yang tinggi menciptakan kondisi yang mendukung

kenyamanan serta kegairahan kerja sehingga faktor manusia dapat diserasikan

dengan tingkat efisiensi yang tinggi pula.

3. Praktek keselamatan kerja tidak dapat di pisahkan dari keterampilan, keduanya

berjalan dengan sejajar.

4. Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya dengan partisipasi

pengusaha dan buruh akan membawa suasana keamanan dan ketenangan kerja

sehingga dapat membantu bagi hubungan buruh dan pengusaha yang

merupakan landasan bagi terciptanya kelancaran produksi.

Hubungan Antara Kesehatan Dengan Produktivitas bilamana seorang

tenaga kerja yang sakit biasanya kehilangan produktivitasnya secara nyata,

bahkan tingkat produktivitasnya sering menjadi nihil sama sekali. Keadaan sakit

yang menahun menjadi sebab rendahnya produktivitas untuk waktu yang relatif

panjang. Adapun keadaan diantara sehat dan sakit juga menjadi turunnya

produktivitas yang sering sering dapat dilihat secara nyata bahkan besar. Diantara

derajat kesehatan yang tinggi dan tingkat produktvitas yang tinggi terdapat

parallisme. Terdapat tiga alasan yang kian lama kian banyak pembuktian ilmiah

dan pengungkapan faktanya di lapangan:

1. Untuk efisiensi dan produktivitas yang tinggi, pekerjaan harus dilaksanakan

dengan cara dan dalam lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


2. Tingkat produktivitas dan efisiensi tenaga kerja ditentukan oleh derajat

kesehatan tenaga kerja.

3. Biaya cidera, penyakit atau gangguan kesehatan merupakan pemborosan dan

oleh karena itu sama sekali tidak produktif.

Produktivitas adalah perbandingan diantara hasil (output) dan upaya yang

di pergunakan (input). Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah

kesehatan, motivasi, disiplin, etos kerja, keterampilan, gizi, tingkat penghasilan,

jaminan sosial, pendidikan lingkungan, dan iklim kerja, hubungan industrial,

teknologi sarana produksi, manajemen dan kesempatan berprestasi. Pengukuran

produktivitas (Ravianto,1986:38) dapat dihitung dengan rumus :

Produktivitas =

Keterangan : Semakin sedikit kecelakaan dan karyawan yang tidak masuk baik

sakit maupun tanpa keterangan, maka semakin kecil pula hari kerja yang hilang

dan mengakibatkan semakin tingginya tingkat produktivatasnya.

3.8 5S (Kaizen)

Konsep 5S pada dasarnya merupakan proses perubahan sikap dengan

menerapkan penataan, kebersihan dan kedisiplinan di temapat kerja. Dengan

menerapkan prinsip ” A place for everything, and everything in its place, maka

setiap anggota organisasi dibiasakan bekerja dalam lingkungan kerja dengan

standar tempat yang jelas.

Konsep 5S yang merupakan bagian dari konsep kaizen, memiliki arti

penyempurnaan yang berkesinambungan baik dalam kehidupan pribadi, dalam

Universitas Sumatera Utara


keluarga, lingkungan sosial maupun di tempat kerja (Imai, 1992:VIII). Konsep 5 S

merupakan budaya tentang bagaimana seoseorang memperlakukan tempat

kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, tertib maka

kemudahan bekerja perorangan dapat diciptakan. Dengan kemudahan bekerja ini,

empat bidang sasaran pokok industri yang meliputi:

1. Efisiensi Kerja

2. Produktifitas Kerja

3. Kualitas Kerja, dan

4. Keselamatan Kerja dapat lebih mudah dipenuhi.

Pemenuhan bidang sasaran pokok ini merupakan syarat bagi industri

dalam bertumbuh kembang secara wajar. Manfaatnya jelas, bukan saja bagi

perusahaan, namun juga bagi karyawan

Sebelum kegiatan 5S dimulai hal yang pertama harus dilakukan adalah

mengambil foto di sekeliling tempat kerja. Hal ini akan sangat berguna sebagai

perbandingan bilamana 5S dilaksanakan sepenuhnya.

3.9.1 Konsep Seiri 6

Seiri yaitu memisahkan benda yang diperlukan dengan yang tidak

diperlukan, kemudian menyingkirkan yang tidak diperlukan (ringkas).

Sesungguhnya, terdapat banyak barang yang tidak diperlukan di dalam setiap

pabrik. Barang yang tidak diperlukan artinya barang tersebut tidak dibutuhkan

untuk kegiatan produksi saat ini.

6
Ibid Hal 11.

Universitas Sumatera Utara


- Prinsip : Singkirkan barang-barang yang tidak diperlukan dari

tempat kerja

- Latar Belakang : Karyawan pada ummnya menerima kehadiran berbagai

benda di tempat kerjanya secara wajar dan alamiah.

- Metode : a. Penyeragaman pengertian

b. Langsung meringkas tempat kerja

c. Pemeriksaan berkala

d. Pelembagaan kegiatan ringkas

- Contoh Hasil Penerapan : a. Mobilitas tinggi

b. Aliran kerja lancer

c. Keamana dan kenyamanan

d. Produktivitas/efesiensi meningkat

3.9.2 Konsep Seiton

Seiton yaitu menyusun dengan rapih dan mengenali benda untuk

mempermudah penggunaan. Kata Jepang ” seiton” secara harafiah berarti

menyusun benda dengan cara yang menarik (rapi). Dalam konteks 5 S, ini berarti

mengatur barang-barang sehingga setiap orang dapat menemukannya dengan

cepat. Untuk mencapai langkah ini, pelat penunjuk digunakan untuk menetapkan

nama tiap barang dan tempat penyimpanannya

- Prinsip : Setiap barang yang berada di tempat kerja mempunyai

tempat yang pasti dan jelas, serta harus diletakkan pada tempatnya.

Universitas Sumatera Utara


- Laar belakang : Kegiatan mencari adalah pemborosan karena tidak

memberikan nilai tambah pada hasil kerja

- Metode : a. Pengelompokan barang

b. Penyiapan tempat

c. Tanda pengenal barang

d. Tanda batas

e. Denah/peta pelaksanaan barang

- Contoh Hasil Penerapan: a. Kualitas kerja tinggi

b. Tidak ada barang hilang

c. Tidak ada penundaan pekerjaan

3.9.3 Konsep Seiso

Seiso yaitu selalu membersihkan, menjaga kerapihan dan kebersihan

(resik). Ini adalah proses pembersihan dasar dimana suatu derah disapu dan

kemudian dipel dengan kain pel. Karena lantai, jendela, maupun dinding harus

dibersihkan, seiso di sini setara dengan aktifitas pembersihan berskala besar yang

dilakukan setiap akhir tahun di rumah tangga Jepang.

Meskipun pembersihan besar-besaran di seluruh perusahaan dilakukan

beberapa kali dalam setahun, tiap tempat kerja perlu dibersihkan setiap hari.

Aktifitas itu cenderung mengurangi kerusakan mesin akibat tumpahan minyak,

abu, dan sampah. Contohnya, kalau ada pekerja yang mengeluh ada mesin yang

rusak ini tidak berarti mesin itu perlu penyetelan. Sebenarnya, yang diperlukan

mungkin hanya program pembersihan di tempat kerja.

Universitas Sumatera Utara


- Prinsip : Bersihkan segala sesuatu yang ada di tempat kerja.

Membersihkan berarti memeriksa dan menjaga

- Latar Belakang : Karyawan pada umumnya berpikir bahwa kebersihan

adalah tanggung jawab cleaning service.

- Metode : a. Penyediaan sarana kebersihan

b. Pembersihan tempat kerja

c. Peremajaan tempat kerja

d. Pelestarian resik

- Contoh hasil Penerapan: a. Tidak ada gangguan proses

b. Mengurang kesalahn kerja

3.9.4 Konsep Seiketsu

Seiketsu yaitu terus menerus mempertahankan 3 S tersebut diatas, yakni

Seiri, Seiton, dan Seiso. Seiketsu atau rawat, pada prinsipnya mengusahakan agar

tempat kerja yang sudah menjadi baik dapat selalu terpelihara. Di tempat kerja

yang rawat, kerawanan dan penyimpangan dapat segera dikenali, sehingga

berbagai masalah dapat dicegah sedini mungkin (Kristianto, 1995:47).

Memelihara tempat kerja tetap bersih tanpa sampah atau tetesan minyak

adalah aktivitas seiketsu. Antara seiso dengan seiketsu sangat berkaitan erat.

Seiketsu atau pemeliharaan kerapihan secara terus menerus dalam pabrik,

bergantung kepada Seiso yang membakukan kegiatan pembersihan sehingga

tindakan ini spesifik dan mudah dikerjakan.

- Prinsip : Semua orang memperoleh informasi yang dibutuhkandi

tempat kerja dengan tepat waktu.

Universitas Sumatera Utara


- Latar Belakang : Kesalahan/penyimpangan di tempat kerja terjadi karena

karyawan pada umumnya tidak tahu atau lupa

- Metode : a. Penentuan butir kendali

b. Penetapan kondisi tidak wajar

c. Mekanisme terpantau

d. Pola tindak lanjut

e. Pemeriksaan

- Contoh Hasil penerapan: a. Resiko dan kerancuan kerja berkurang

c. Keselamatan kerja, kualitas produk dan efesiensi

meningkat.

3.9.5 Konsep Shitsuke

Shitsuke yaitu metode yang digunakan untuk memotivasi pekerja agar

terus menerus melakukan dan ikut serta dalam kegiatan perawatan dan aktivitas

perbaikan serta membuat pekerja terbiasa mentaati aturan (rajin). Hal ini dianggap

sebagai komponen yang paling sukar dari 5 S. Untuk aktivitas ini, pekerja Jepang

diharapkan melatih pengandalian diri sendiri, bukan dikendalikan manajemen.

Shitsuke atau rajin berkaitan dengan kebiasaan karyawan yang harus

dibina agar dapat menjaga dan meningkatkan apa yang sudah baik. Seperti,

budaya antri, bersih, tepat waktu, tepat janji dan sebagainya harus dibina. Orang

yang dapat memberikan kritik membangun dengan baik akan dapat

melaksanakannya juga.

Universitas Sumatera Utara


- Prinsip : lakukan apa yang harus diakukan dan jangan melakukan

apa yang tidak boleh dilakukan.

- Latar belakang : Kebiasaan positif karyawan harus dibina agar dapat

menjaga dan meningkatkan apa yang sudah ada.

- Metode : a. Penetapan target bersama

b. Pengembangan teladan atasan

c. Pembinaan hubungan karyawan.

d. Kesempatan belajar dari karyawan.

- Contoh hasil penerapan : a. Mendukung efesiensi dan produktivitas kerja

b. timbul kebanggaan professional

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

PT Apindowaja Ampuh Persada berlokasi di Jl. Komodor Laut Yos

Sudarso Km 10,5 Kampung Mabar, Medan Sumatera Utara. Sebagai kantor utama

dan pabrik perakitan mesin digester dan screwpress. Cabang perusahaan yaitu PT

Ladju yang berlokasi di Jl. Komodor Laut Yos Sudarso Km 9,5 Kampung Mabar,

Medan Sumatera Utara juga berfungsi sebagai pabrik perakitan mesin digester

dan screwpress.

4.2 Jenis Penelitian 7.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survey (survey research)

yang merupakan bagian dari penelitian deskriptif. Penelitian survey ialah suatu

penyelidikan yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada

dan mencari keterangan secara factual untuk mendapatkan kebenaran. Penelitian

dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi secara langsung dari orang-

orang tertentu yang dijadikan subjek penelitian

7
Sinulingga, Sukaria. 2011. Metodologi Penelitian. USU Press. Medan. Hal. 24.

Universitas Sumatera Utara


4.3 Teknik Pengumpulan Data

4.3.1 Sumber Data

Dalam penelitian ini dibutuhkan data-data yang relevan untuk bisa

memformulasikan masalah dan menyelesaikan permasalahan yang diteliti,

sumbersumber yang dibutuhkan dapat dibagi dua, yaitu :

1. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dengan cara

mencari/menggali secara langsung dari sumbernya oleh peneliti bersangkutan:

Data primer meliputi :

a. Jenis Alat Pelindung Diri

b. Kondisi Lingkungan Kerja

2. Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan dan diolah oleh pihak

lain sehingga tidak perlu lagi digali/dicari oleh peneliti bersangkutan diperoleh

bukan dari informasi perusahaan melainkan dari sumber-sumber lain.

Data terdiri dari :

a. Studi kepustakaan yang berhubungan dengan kasus yang diteliti.

b. Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja

c. Jumlah kecelakaan kerja karyawan

d. Jumlah jam kerja karyawan

e. Jumlah jam kerja hilang karyawan berdasarkan absensi

Universitas Sumatera Utara


4.3.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengambilan data,

antara lain:

1. Riset lapangan (data primer)

a. Metode interview

Pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang di lakukan secara

langsung dan sistematis kepada beberapa pihak diantaranya: Bagian produksi,

pekerja, dan para karyawan administrasi di PT. Apindowaja Ampuh Persada.

b. Metode observasi

Yaitu perolehan data dengan cara melakukan pengamatan serta pencatatan

secara langsung pada obyek yang diteliti di PT. Apindowaja Ampuh Persada

seperti : sumber daya yang tersedia, waktu proses, dll.

2. Riset kepustakaan (data sekunder)

Adalah penelitian dengan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan

dengan permasalahan yang ada seperti : hubungan antara tingkat keselamatan

kerja dan tingkat produktivitas.

4.4 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah analisis keselamatan dan kesehatan

kerja di bagian produksi PT. Apindowaja Ampuh . Penelitian ini dikonsentrasikan

pada pencarian solusi dengan 5S untuk peningkatan produktivitas.

Universitas Sumatera Utara


4.5 Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual merupakan suatu bentuk kerangka berpikir yang

dapat digunakan sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah. Adapun

gambar kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.1

berikut ini.

Penyuluhan Kerja

Penggunaan Alat Unsafe Conditions


Pelindung Diri
(APD)

Perawatan Berkala Program K3 Usulan Perbaikan


Kecelakaan Kerja
Mesin (Actual Program) Program K3

Pengawasan Kerja Metode 5S dalam


Unsafe Actions konsep Kaizen

Jaminan Biaya
Kesehatan

Gambar 4.1 Kerangka Konseptual Penelitian

4.6 Defenisi Operasional

a. Penyuluhan kerja merupakan tindakan mensosialisasikan cara dan prilaku kerja

yang baik, sesuai dengan prosedur untuk mencegah terjadinya kecelakaan

kerja.

Universitas Sumatera Utara


b. Alat pelindung diri merupakan perlatan atau benda yang digunakan oleh

pekerja dalam bekerja untuk menjaga dan melindungi diri dari kecelakaan kerja

serta secara bersamaan juga dapat meningkatkan produktivitas pekerja.

c. Perawatan berkala merupakan suatu kegiatan perbaikan dan pembersihan mesin

untuk mencegah kerusakan mesin yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja

atau hilangnya produktivitas kerja.

d. Pengawasan kerja merupakan tindakan menjaga dan mengkoordinir pekerja

dalam melaksanakan pekerjaan untuk mencegah tindakan-tindakaan pekerja

yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja.

e. Jaminan biaya kesehatan merupakan suatu bentuk tanggung jawab perusahaan

untuk membiayai pekerja yang mengalami kecelakaan kerja sehingga

pekerja/buruh akan dapat memusatkan perhatiannya pada pekerjaannya

semaksimal mungkin tanpa khawatir sewaktu-waktu akan tertimpa kecelakaan

kerja.

f. Actual programs merupakan program keselamatan dan kesehatan kerja yang

sedang dilaksanakan oleh pihak perusahaan. Namun, kondisi di lapangan

program keselamatan kerja tersebut tidak berjalan dengan baik sehingga tujuan

dari program ini yaitu untuk mengurangi terjadinya kecelakaan kerja tidak

berjalan dengan baik.

g. Unsafe actions merupakan kegiatan-kegiatan yang tidak aman atau yang dapat

menimbulkan kecelakaan kerja yang dilakukan oleh pekerja misalnya

mengobrol dengan pekerja lain pada saat bekerja, menelepon, kurang

Universitas Sumatera Utara


pengetahuan dan keterampilan, tidak menggunakan APD, kelelahan, posisi

bekerja yang tidak sesuai, dll.

h. Unsafe conditions merupakan keadaan-keadaanlingkungan kerja yang tidak

aman sehingga dapat menimbulkan kecelkaan kerja. Misalnya area kerja yang

terlalu bising, gelap, panas, debu, gas, radiasi, ventilasi yang tidak memadai,

mesin yang rusak, tata area kerja yang tidak baik,dll.

i. Kecelakaan Kerja merupakan kejadian yang tak terduga atau tidak diharapkan.

Tak terduga maksudnya dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur-unsur

kesengajaan atau tanpa suatu perencanaan.

j. Metode 5S dalam konsep kaizen yakni: yaitu Seiri (Pemilah), Seiton (Penataan),

Seiso (Pembersihan), Seiketsu (Pemantapan), dan Shitsuke (Pembiasaan). 5S

bertujuan untuk membuat daerah kerja seefisien dan seproduktif mungkin guna

membangkitkan semangat karyawan dalam bekerja agar menghasilkan produk

yang berkualitas sehingga dapat memuaskan konsumen.

k. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau usulan perbaikan merupakan suatu

program yang digunakan berhubungan dengan penurunan kecelakaan kerja yakni

dengan menerapkan peraturan terkait keselamatan tenaga kerja didalam

melaksanakan tugasnya untuk melindungi keselamatan setiap orang yang

berada di tempat kerja, melindungi keamanan peralatan dan sumber

produksi agar selalu dapat digunakan secara efisien sehingga akan

meningkatkan produksi serta produktivitas perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


4.7 Metode Pengolahan Data

Pada pengolahan data ini, akan dilakukan perumusan masalah mengenai

dan kerangka pemecahan masalah. Kerangka pemecahan masalah dapat dilihat

pada Gambar 4.2.

Observasi Awal

Pengumpulan Data:
1. Analisis Kuantitatif:
a. Jumlah jam hilang karyawan
b. Jumlah kecelakaan kerja
c. Jumlah jam kerja karyawan
2. Analisis Kualitatif:
a. Jenis-jenis kecelakaan kerja
b. Faktor-faktor penyebab kecelakaan
kerja

Pengolahan data:
1. Analisis Kuantitatif
a. Menghitung tingkat keparahan
b. Tingkat Frekuensi
Hubungan produktivitas dengan
keselamatan dan kesehatanan kerja

Analisis Data:
1. Metode Analisis Kuantitatif
2. Metode Analisis Kualitatif
Gambar 4.2 Kerangka Pemecahan Masalah

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan diperoleh melalui dokumen perusahaan (data

sekunder) dan pengukuran langsung (data primer).

5.1.1 Data Primer

Data primer yang diperlukan dalam menyelesaikan permasalahan

keselamatan dan kesehatan kerja pada perusahaan ini antara lain:

1. Alat Pelindung Diri

5.1.2 Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan dalam menyelesaikan permasalahan

keselamatan dan kesehatan kerja pada perusahaan ini antara lain:

1. Data Kecelakaan Kerja

Data kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Apindowaja Ampuh Persada dapat

dilihat pada pada Tabel 5.1.

2. Data Jumlah Hari Kerja Hilang Berdasarkan Absensi

Data Jumlah hari hilang yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja di PT.

Apindowaja Ampuh Persada dapat dilihat pada Tabel 5.2.

3. Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja

Universitas Sumatera Utara


2. Data Jumlah Jumlah Kecelakaan Kerja

Berikut Data Jumlah Kecelakaan Kerja / Bulan PT. Apindowaja Ampuh Persada Tahun 2008 – 2012 datat dilhat pada tabel 5.1

berikut

Tabel 5.1 Jumlah Kecelakaan Kerja / Bulan PT. Apindowaja Ampuh Persada Tahun 2008 – 2012

Bulan Jumlah

Tahun Kecelakaan
Jan Feb Mar Apr Me Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Kerja

2008 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12

2009 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 13

2010 2 1 2 1 1 - 1 1 1 1 1 - 12

2011 1 - 1 - 1 1 1 1 1 1 1 1 10

2012 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 15

Sumber: PT. Apindowaja Ampuh Persada

Universitas Sumatera Utara


Berikuat data jumlah hari kerja hilang/ bulan berdasarkan absensi PT. Apindowaja Ampuh Persada Tahun 2008 – 2012 dapat

dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Jumlah Hari Kerja Hilang/ Bulan Berdasarkan Absensi PT. Apindowaja Ampuh Persada Tahun 2008 – 2012

Bulan Jumlah Hari


Tahun
Jan Feb Mar Apr Me Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Kerja Hilang

2008 1 4 1 2 4 2 1 1 1 5 2 1 25

2009 2 4 2 2 4 1 1 4 6 3 48 1 78

2010 8 3 5 4 1 - 2 1 31 5 10 - 70

2011 1 - 3 - 4 1 2 1 1 1 3 4 21

2012 6 2 10 2 4 1 2 4 2 11 50 5 99

Sumber: PT. Apindowaja Ampuh Persada

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel 5.1 di atas, dapat kita lihat bahwa hampir setiap bulan (mulai

dari tahun 2008 sampi tahun 2012) terjadi kecelakaan kerja di lantai produksi PT.

Apindowaja Ampuh persada. Sedangkan di Tabel 5.3 dapat kita lihat bahwa lama

hari hilang yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja tersebut tidak merata. Mulai

dari 1 hari bahkan ada yang 50 hari.

Jenis penanggulangan kecelakaan kerja yang diberlakukan di PT.

Apindowaja Ampuh Persada terbagi atas 2 bagian yakni golongan ringan dan

golongan berat. Golongan ringan merupakan kecelakaan kerja yang pengobatan

dilakukan oleh operator tersebut tanpa ada tunjangan dari perusahaan misalnya

kaki kena gram/scrap, tangan kena scap. Sedangkan untuk golongan berat

merupakan jenis kecelakaan kerja yang pengobatannya dikenakan biaya dari

Jamsostek. Jenis kecelakaan kerja ini misalnya jari tangan terpotong,dijatuhi alat

atau bahat berat yang terbuat dari besi.

Jenis kecelakaan kerja yang paling parah yang pernah dialami oleh pekerja

di lantai produksi yakni jari terpotong yakni jari terpotong, jari tengah dan jari

manis masing-masing ruas I (Distal Phallange), ruas II (Middle Phallange) dan

jari kelingking ruas I pada bulan November 2009 dan tertimpa benda jatuh pada

bulan November 2012. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia mengenai

kehilangan anggota tubuh, luka atau pembedahan maka jumlah hari hilang untuk

kehilangan jari dapat dilihat pada tabel 5.3:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.3 Hari Kerja Hilang Menurut Standar SNI

Ibu Jari Jari Jari


Amputasi seluruh atau Jari Manis
Jari Telunjuk Tengah Kelingking
sebagian (Hari)
(Hari) (Hari) (Hari) (Hari)

Ruas I (Distal
300 100 75 60 50
Phallange)

Ruas II (Middle
- 200 150 120 100
Phallange)

Ruas III ( Proximal


600 400 300 240 200
Phing)

Ruas IV (Metacarpal) 900 600 500 450 400

Tangan pada
3000
pergelangan

Sumber: Standar Nasional Indonesia (SNI 13-6618-2001)

Dari tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa untuk jari tengah dan jari manis

masing-masing ruas I (Distal Phallange), ruas II (Middle Phallange) dan jari

kelingking ruas I. Bila amputasi pada lebih dari 1 jari maka akan dijumlahkan

nilai tertinggi masing-masing jari teramputasi. Jari manis dan tengah nilai

tertinggi ruas pada ruas II yakni 120 hari dan 150 hari dan untuk ruas I jari

kelingking sebesar 50 hari. Jadi total hari hilang untuk kehinlangan jari pada

November 2009 ialah 320 hari.

5.2 Program Keselamatan Kerja pada PT. Apindowaja Ampuh Persada

Universitas Sumatera Utara


Keselamatan kerja yang telah dilaksanakan di PT. Apindowaja Ampuh

Persada untuk meningkatkan keselamatan kerja adalah sebagai berikut :

a. Pencegahan kecelakaan kerja.

Usaha-usaha pencegahan kecelakaan kerja yang dilakukan adalah :

1. Inspeksi keselamatan kerja

Inspeksi keselamatan kerja terhadap suatu unit operasi yang dilakukan

oleh kepala bagian produksi pada mesin produksi. Inspeksi itu sendiri meliputi

pengawasan dan peringatan seperti : bagian Boring, bubut, bor, remmer/milling,

Scrap, Las, Las Potong, Maintenance, Screw Press, Gun Bor, Digester, Namun,

Inspeksi tidak dilaksanakan dengan rutin. Inspeksi hanya dilakukan pada saat

kepala bagian produksi punya waktu senggang.

2. Pengadaan Alat Pelindung Diri.

Pada PT. Apindowaja Ampuh Persada pengadaan alat-alat keselamatan

kerja dikoordinir oleh kepala bagian produksi. Alat-alat tersebut antara lain :

a. Masker yang berfungsi sebagai alat pelindung pernafasan dari debu

b. Helmet berfungsi sebagai alat pelindung kepala operator terutama pada saat

proses penggunaan crane untuk memindahkan bahan.

c. Sarung tangan sebagai alat pelindung tangan atau jari dari bahaya panas mesin

produksi dan scrap sisa produksi.

d. Welding Helmets (Topeng Las) berfungsi untuk melindungi wajah dan mata

operator dari percikan api.

Alat Pelindung Diri (APD) diberikan kepada karyawan bagian produksi

dengan tujuan untuk melindungi karyawan dari bahaya-bahaya yang mungkin

Universitas Sumatera Utara


terjadi sewaktu melaksanakan pekerjaannya. Namun sebagian APD tidak sesuai

dengan yang mereka butuhkan saat bekerja selain itu tidak ada skala waktu untuk

pembaharuan alat pelindung diri operator sehingga sebagian operator

menyediakan sendiri APD yang mereka butuhkan untuk bekerja. Alat pelindung

diri yang operator sediakan sendiri misalnya baju kerja, sepatu, dan airplug

(operator menggunakan headset handphone sambil mendengarkan musik).

Tabel 5.4 Data Pekerja yang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

Kategori Jumlah (orang)

Pakai APD 20

Tidak Pakai APD 12

Total 32

Sumber: PT. Apindowaja Ampuh Persada

3. Safety talk

Pemberian pengarahan-pengarahan tentang cara kerja yang aman dan

selamat kepada karyawan / safety talk di laksanakan oleh tiap-tiap bagian yang

berwenang pada proses produksi sebelum memulai pekerjaan. Tujuan safety talk

ini untuk upaya pencegahan kecelakaan secara dini. Kegiatan ini meliputi :

a. Pemeriksaan kesiapan karyawan yang akan bekerja di area produksi,

mengenai kondisi fisik dan mental karyawan dengan mengumpulkan karyawan

dan yang akan bekerja pada masing-masing bagian. Pemeriksaan di lakukan

oleh masing-masing kepala bagian, pada saat sebelum memulai aktivitas kerja.

Namun kegiatan ini sangat jarang dilakukan karena kepala bagian sudah

menganggap operator dalam keadaan siap untuk bekerja.

Universitas Sumatera Utara


b. Pemeriksaan kesiapan alat-alat pelindung diri dan peralatan kerja yang akan di

pakai. Pemeriksaan di lakukan oleh masing-masing kepala bagian, pada saat

sebelum memulai aktivitas kerja.

c. Pemantauan Lingkungan Kerja

Pemanantauan ini meliputi kondisi kebersihan lingkungan pabrik. Sisa

produksi dari PT. Apindowaja Ampuh Persada industrinya berupa scrap. Scrap

ini akan dijual kepada perusahaan yang pendaur ulang.

5.3 Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja :

Jenis-jenis kecelakaan yang pernah terjadi di PT. Apindowaja Ampuh

Persada adalah :

1. Jari terpotong.

2. Terkena percikan api

3. Tangan terkena gram

4. Kaki terkena gram

5. Tangan dan kaki terkena gram

6. Tertimpa benda jatuh.

7. Kaki terbentur dengan bahan atau alat kerja yang terbuat dari besi.

8. Iritasi mata, akibat sering kemasukan debu (percikan cahaya mesin las).

9. Terganggu pendengaran, akibat sering di ruangan yang bising.

10. Terhimpit alat atau bahan yang terbuat dari besi.

Jenis-jenis kecelakaan yang mungkin terjadi :

Universitas Sumatera Utara


1. Jatuh atau terpeleset akibat lantai licin.

2. Terkena atau kontak langsung aliran listrik.

5.4 Pengawasan Kebijakan di Bidang K3

Pengawasan di bidang K3 di PT. Apindowaja Ampuh Persada bukan

merupakan sesuatu yang sangat penting sehingga sampai saat ini belum pernah

dilakukan pengawasan dari instansi lain. Program pengawasan terhadap program

K3 hanya dilakukan oleh pihak perusahaan untuk melihat sejauh mana program

K3 bisa berjalan dengan baik. Namun, pengawasan tidak dilakukan dengan

regular sehingga program K3 belum berjalan dengan baik.

Agenda pengawasan yang dilakukan meliputi:

1. Pelaksanaan dan peringatan pentingnya K3.

2. Inspeksi berkala mencakup:

a. Penggunaan APD oleh pekerja.

b. Pemasangan rambu-rambu peringatan bahaya pada tempat-tempat yang

seharusnya.

c. Pemasangan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran

d. Ketersediaan kotak P3K, sanitasi yang sehat,dll.

e. Ketersediaan rambu-rambu K3 dan tanda-tanda peringatan bahaya pada

tempat yang seharusnya.

Universitas Sumatera Utara


3. Jumlah dan jenis penyimpangan terhadap peraturan (SOP).

4. Tingkat terjadinya kecelakaan dan kecenderungan/trendnya.

5. Saran dan rekomendasi perbaikan program K3 bila diperlukan .

Untuk melakukan pengawasan K3 dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini,

Tabel 5.5 Program K3 di PT. Apindowaja Ampuh Persada

Keterangan

Jarang Tidak
Indikator Diterapka
Diterapka Diterapka
n
n n

Penggunaan APD oleh pekerja √

Pemasangan konstruksi pengaman sementara

serta rambu-rambu peringatan bahaya pada √

tempat-tempat yang seharusnya.

Pemasangan pencegahan dan penanggulangan



bahaya kebakaran

Pemasangan pencegahan dan



penanggulananbahaya kebakaran

Ketersediaan rambu-rambu K3 dan tanda-tanda



peringatan bahaya pada tempat yang seharusnya

Pengawasan Kerja √

Sosialisasi K3 √

Universitas Sumatera Utara


Jaminan pengobatan kecelakaan kerja √

Membuang barang yang tidak digunakan lagi √

Menyimpan atau menyingkirkan barang yang



tidak digunakan lagi

Pengaturan barang dan penempatan barang



tersebut pada lokasi yang tetap

Semua pekerja membersihkan stasiun kerja



masing-masing

Tabel 5.5 Program K3 di PT. Apindowaja Ampuh Persada (Lanjutan)

Keterangan

Jarang Tidak
Indikator Diterapka
Diterapka Diterapka
n
n n

Semua pekerja wajib melaporankan kondisi



stasiun kerja yang tidak baik

Harus ada jadwal kebersihan secara berkala untuk



setiap pekerja yang bekerja di perusahaan

Operator harus memiliki keterampilan di bidang



masing-masing

Operator harus teliti dan tidak melakukan

kegiatan lain (unsafe actions) saat melaksanakan √

proses kerja.

Universitas Sumatera Utara


Pihak perusahaan dan pekerja harus melakukan

diskusi setiap periode waktu yang ditetapkan.

Pekerja harus membiasakan meletakkan alat yang

penting tidak bercampur dengan yang tidak √

penting

Pihak perusahaan harus memiliki jadwal periodik



untuk melakukan audit 5S

Operator harus melakukan pekerjaan

menggunakan disiplin ilmu dan dengan penuh √

tanggung jawab

Sumber: PT. Apindowaja Ampuh Persada

5.5 Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Faktor-faktor kecelakaan yang di analisis di PT. Apindowaja Ampuh

Persada, adalah sebagai berikut :

a. Manusia

1. Pekerja belum benar-benar mempersiapkan diri baik fisik dan mental.

2. Hanya beberapa pekerja yang menggunakan alat perlindungan diri dan pakaian

kerja, dan alat tersebut sering hilang.

3. Pendidikan dan pelatihan bagi karyawan belum mendapat perhatian penuh dari

perusahaan.

4. Pekerja sering mengalami kelelahan dan kejenuhan akibat kebisingan,

kepanasan, dan sikap kerja yang tidak baik.

5. Pekerja saling mengganggu, bermain-bermain dengan pekerja lain.

Universitas Sumatera Utara


6. Pekerja menggunakan peralatan dengan ceroboh.

7. Bekerja dengan kecepatan tidak aman, terlalu cepat atau terlalu lambat.

b. Mesin, peralatan, dan perlengkapan kerja

1. Peralatan mesin yang tidak dibersihkan dan dilakukan maintenance dengan

baik.

2. Peralatan perlindungan diri seperti kaca mata, sarung tangan dan sepatu jarang

dipakai.

3. Peralatan dan perlengkapan kerja tidak rapih, kotor dan tidak terawat dengan

baik.

4. Tidak ada tanda-tanda peringatan keselamatan kerja pada ruangan produksi.

c. Lingkungan kerja

1. Tingkat kebisingan yang tinggi akibat mesin produksi.

2. Tempat kerja sering di biarkan kotor (scrap bertebaran di lokasi kerja).

3. Jumlah ventilasi yang kurang mengakibatkan ruangan menjadi panas.

4. Sistem penerangan hanya dengan atap transparan yang menimbulkan tidak

meratanya pencahayaan diruangan.

d. Tata cara kerja

1. Pekerja kurang mengetahui prosedur kerja yang aman.

2. Budaya pekerja yang kurang baik, seperti tidak membersihkan ruangan,

merapihkan peralatan setelah bekerja.

Universitas Sumatera Utara


Data mengenai jumlah tenaga kerja bagian produksi di PT. Apindowaja

Ampuh Persada sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada

tabel 5.6 berikut.

Tabel 5.6 Jumlah Tenaga Kerja Bagian Produksi dan Jam Kerja PT.

Apindowaja Ampuh Persada Tahun 2008 - 2012

Jumlah Jam
Jumlah Tenaga Total Jumlah Jam
Tahun Kerja/Bulan (Jam
Kerja (Orang) Kerja (Orang)
Orang)

2008 20 4000 48000

2009 23 4600 55200

2010 25 5000 60000

2011 30 6000 72000

2012 32 6400 76800

Pada Tabel 5.6 di atas dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja masing-

masing setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dimana tahun 2008 jumlah

pekerja di bagian produksi sebanyak 20 orang ini merupakan tahun dengan jumlah

pekerja terkecil. Sedangkan untuk tahun 2012 pekerja sebanyak 32 orang dan

merupakan tahun dengan jumlah pekerja terbesar. Untuk perhitungan jumlah jam

kerja perbulan jumlah pekerja dikali dengan 8 jam kerja dan diasumsikan setiap

bulan masing-masing pekerja bekerja selama 25 hari kerja. Sedangkan untuk Total

jumlah jam kerja, hasilnya diperoleh dari perkalian jumlah jam kerja perbulan

dengan jumlah bulan dalam setahun yakni 12 bulan.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan data kecelakaan kerja diatas maka diperoleh jumlah jam kerja

hilang dari tahun 2008 – 2012 seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 5.7 Jumlah Jam Kerja Hilang dari Tahun 2008 – Tahun 2012

Hari Kerja Hilang Hari Kerja Hilang Total Hari Jam Kerja Jam Kerja

Tahun Berdasarkan Berdasarkan SNI kerja Hilang Perhari (Jam) Hilang (Jam)

Absensi (A) (B) (C=(A+B)) (D) (E=(CxD))

2008 25 - 25 8 200

2009 78 320 398 8 3184

2010 70 - 70 8 560

2011 21 - 21 8 168

2012 99 - 99 8 792

Sumber: PT. Apindowaja Ampuh Persada

Dalam penentuan angka pengukuran hasil usaha keselamatan kerja dan

nilai TSelamat di PT. Apindowaja Ampuh Persada selama kurun waktu 5 tahun

periode 2008-2012 diperlukan data-data dari beberapa kejadian kecelakaan kerja,

jam kerja hilang dan hari kerja hilang karyawan produksi. Data-data tersebut

digunakan untuk mengukur :

a. Tingkat frekuensi kecelakaan kerja.

b. Tingkat severity atau keparahan kecelakaan kerja.

c. Pengukuran Nilai T-Selamat (Nts)

5.5.1 Pengukuran Tingkat Frekuensi / Kekerapan Kecelakaan Kerja.

Universitas Sumatera Utara


Untuk mendapatkan tingkat frekuensi rate/ kekerapan cidera cacat, rumus

yang digunakan adalah sebagai berikut :

F=

Dimana :

F = Tingkat frekuensi kekerapan kecelakaan

n = Jumlah kecelakaan kerja yang terjadi

N = Jumlah jam kerja karyawan

F2008 =

= 250 per 1.000.000 jam kerja

Tingkat frekuensi pada perioden ini menunjukkan bahwa dalam satu

tahun, kira-kira 250 kecelakaan yang menyebabkan luka telah terjadi untuk setiap

satu juta jam kerja. Dengan cara yang sama hasil pengukuran tingkat frekuensi

kecelakaan kerja adalah sebagai berikut :

Tabel 5.8 Hasil Pengukuran Tingkat Frekuensi Kecelakaan Kerja

Tahun Jumlah Kecelakaan Kerja Frekuensi Rate

2008 12 250

2009 13 236

2010 12 200

2011 10 139

2012 15 196

Universitas Sumatera Utara


5.5.2 Pengukuran Tingkat Severity Rate/ Keparahan Cidera Cacat.

Untuk menentukan hasil pengukuran tingkat severity rate / keparahan

cidera cacat rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

S=

Dimana :

S = Tingkat severity rate/keparahan kecelakaan

H = Jumlah total jam kerja hilang karyawan

N = Jumlah jam kerja karyawan

S2008 =

= 4166,67 jam per 1.000.000 jam kerja

Ini berarti bahwa dalam setahun kira-kira 4166,67 jam yang hilang untuk setiap

1.000.000 jam kerja yang dijalankan atau 4166,67 jam per juta jam kerja yang

dijalankan. Dengan cara yang sama hasil pengukuran Tingkat saferity rate /

keparahan kecelakaan kerja adalah sebagai berikut :

Tabel 5.9 Hasil Pengukuran Tingkat Severity Rate

Jumlah Jam Jumlah Jam


Tahun Severity Rate
Hilang (Jam) Kerja (Jam)

2008 200 48000 4166,67

2009 3184 55200 57681,16

2010 560 60000 9333,33

Universitas Sumatera Utara


2011 168 72000 2333,33

2012 792 76800 10312,50

5.5.3 Pengukuran Nilai T Selamat (Nts).

Nilai F1 diambil dari tahun sebelumnya dan nilai F2 adalah nilai pada

tahun yang akan diukur.

Tabel 5.10 Data-data Pengukuran Nilai T Selamat

Jumlah Jam
Tahun F1 F2
Kerja (Jam)

2008 48000 - 250

2009 55200 250 236

2010 60000 236 200

2011 72000 200 139

2012 76800 139 196

Pada pengukuran ini, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Safe T Score =

Dimana :

Sts = Nilai T Selamat (tak berdimensi)

F1 = Tingkat Frekuensi kecelakaan kerja masa lalu

F2 = Tingkat Frekuensi kecelakaan kerja masa kini

N = Jumlah jam kerja karyawan

Universitas Sumatera Utara


Safe T Score2009 =

= -208,02

Artinya terjadi peningkatan prestasi tingkat frekuensi kecelakaan kerja

pada masa kini jika dibandingkan terhadap masa lampau. Safe T Score adalah

angka yang tidak mempunyai dimensi. Arti Safe T Score positif menunjukkan

keadaan yang memburuk sedangkan angka negatif menunjukkan keadaan

membaik. Dengan cara yang sama hasil pengukuran nilai T selamat adalah

sebagai berikut :

Tabel 5.11 Hasil Pengukuran Nilai T Selamat

Tahun Nts (T Selamat)

2009 -208,02

2010 -574,16

2011 -1157,49

2012 1339,82

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai positif hanya terjadi pada tahun

2012 karena pada tahun tersebut terjadi peningkatan kecelakaan kerja dari tahun

2011.

5.5.4 Pengukuran Produktivitas Jam Kerja

Setelah didapat hasil pengukuran tingkat kecelakaan kerja, akan diketahui

jumlah total jam hilang, jumlah jam kerja, tingkat severity, kemudian didapat

Produktivitas Kerja dengan cara :

Produktivitas =

Tabel 5.12 Data Pengukuran Produktivitas

Jumlah Jam Kerja Jumlah Total Jam


Tahun Produktivitas
(Jam) Hilang (Jam)

2008 48000 200 0,99583

2009 55200 3184 0,94231

2010 60000 560 0,99067

Tabel 5.12 Data Pengukuran Produktivitas (Lanjutan)

Jumlah Jam Kerja Jumlah Total Jam


Tahun Produktivitas
(Jam) Hilang (Jam)

2011 72000 168 0,99767

2012 76800 792 0,98969

Universitas Sumatera Utara


Dari Tabel 5.12 di atas dilihat bahwa semakin sedikit kecelakaan yang

terjadi, maka semakin kecil pula jam kerja yang hilang dan mengakibatkan

semakin tingginya produktivitasnya.

5.6 Metode 5S (Kaizen)

5S merupakan proses perubahan sikap dengan menerapkan penataan dan

kebersihan kerja, atau secara umum adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) khususnya di lantai produksi pabrik. Sebagaimana diketahui, kondisi tempat

kerja mencerminkan perlakuan seseorang terhadap pekerjaannya dan perlakuan

terhadap pekerjaan ini mencerminkan sikap terhadap pekerjaan. Tenaga kerja

yang memiliki kondisi fisik prima, pengetahuan dan keterampilan tinggi serta

sikap mental yang positif akan mampu bekerja pada tingkat produktivitas yang

tinggi, efektif dan efisien. Untuk itu dianalisis masalah pokok program K3

dengan 5S di PT. Apindowaja Ampuh Persada karena belum menerapkan K3

dengan optimal.

5.6.1 Seiri (Pemilahan)

Seiri (Sort) adalah kegiatan pemilahan, penyingkiran dan penyimpanan

barang-barang yang diperlukan atau tidak diperlukan untuk kegiatan produksi di

tempat kerja.

Tabel 5.13 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Seiri di PT.

Apindowaja Ampuh Persada

Universitas Sumatera Utara


Program K3 di PT. Apindowaja
Ampuh Persada (actual Metode 5S (Seiri) Keterangan
condition)
Scap berserakan di lantai Membuang barang yang tidak Tidak sesuai

digunakan lagi

Sisa potongan besi (bahan baku) Menyimpan atau Tidak sesuai

berserakan menyingkirkan barang yang

tidak digunakan lagi

Tumpukan barang-barang sisa Menyimpan atau Tidak sesuai

hasil produksi cacat tidak teratur menyingkirkan barang yang

tidak digunakan lagi

Tumpukan barang-barang yang Menyimpan atau Tidak sesuai

tidak digunakan tidak memiliki menyingkirkan barang yang

tempat khusus tidak digunakan lagi

Dari tabel 5.13 diatas, kita melihat kondisi actual program K3 di PT

Apindowaja Ampuh Persada tidak sesuai dengan metode seiri. Misalnya untuk

scrap, di pabrik tidak dibuang langsung sehingga dapat menyebabkan kecelakaan

kerja. Jenis-jenis kecelakaan kerja yang dapat terjadi yakni tangan atau kaki

terkena scap.

5.6.2 Seiton (Penataan)

Seiton (Stabilize) adalah kegiatan pengaturan dan pemberian tanda untuk

barang-barang yang diperlukan dan penempatan barang tersebut pada lokasi yang

Universitas Sumatera Utara


tetap dan mudah dijangkau untuk mendukung kegiatan produksi. Usulan

perbaikan untuk bagian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 5.14 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Seiton di

PT. Apindowaja Ampuh Persada

Program K3 di PT. Apindowaja


Ampuh Persada (actual Metode 5S (Seiton) Keterangan
condition)
Scap sisa-sisa potongan Pengaturan barang dan Tidak sesuai

berserakan di lantai penempatan barang tersebut

pada lokasi yang tetap

sisa potongan berserakan Pengaturan barang dan Tidak sesuai

penempatan barang tersebut

pada lokasi yang tetap

Tumpukan barang-barang sisa Pengaturan barang dan Tidak sesuai

hasil produksi cacat tidak teratur penempatan barang tersebut

pada lokasi yang tetap

Tabel 5.14 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Seiton di

PT. Apindowaja Ampuh Persada (Lanjutan)

Program K3 di PT. Apindowaja


Ampuh Persada (actual Metode 5S (Seiton) Keterangan
condition)
Tumpukan barang-barang yang Pengaturan barang dan Tidak sesuai

tidak digunakan tidak memiliki penempatan barang tersebut

Universitas Sumatera Utara


tempat khusus pada lokasi yang tetap

Komponen mesin yang sudah Pengaturan barang dan Sesuai

tidak terpakai memiliki tempat penempatan barang tersebut

penempatan khusus pada lokasi yang tetap

Alat kebersihan seperti sapu dan Pengaturan barang dan Seusai

sekop memiliki tempat penempatan barang tersebut

penempatan khusus pada lokasi yang tetap

Botol minyak pelumas memiliki Pengaturan barang dan Sesuai

tempat penempatan khusus penempatan barang tersebut

pada lokasi yang tetap

Dari tabel 5.14 diatas dapat dilihat bahwa sebagian alat atau peralatan

memiliki tempat khusus sehingga memudahkan untuk mencari dan mengambil

alat atau peralata tersebut. Misalnya alat kebersihan dan komponen mesin yang

tidak terpakan dan botol minyak pelumas, sedangkan untuk potongan sisa

potongan atau produk cacat tidak sesuai dengan metode seiton (penataan).

5.6.3 Seiso (Pembersihan)

Seiso (Shine) adalah kegiatan yang menekankan pada pemisahan,

pembersihan tempat kerja dari debu dan yang lainnya dengan tujuan untuk

menjaga kebersihan tempat kerja dan keselamatan kerja.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.15 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Seiso di PT.

Apindowaja Ampuh Persada

Program K3 di PT. Apindowaja


Ampuh Persada (actual Metode 5S (Seiso) Keterangan
condition)
Tidak semua pekerja Semua pekerja membersihkan Tidak sesuai

membersihkan stasiun kerja stasiun kerja masing-masing

masing-masing

Tidak adanya laporan kondisi Semua pekerja wajib Tidak sesuai

stasiun kerja yang tidak baik melaporankan kondisi stasiun

misalnya lantai licin kerja yang tidak baik

Tidak ada jadwal kebersihan Harus ada jadwal kebersihan Tidak sesuai

secara berkala untuk setiap pekerja secara berkala untuk setiap

yang bekerja di perusahaan pekerja yang bekerja di

perusahaan

Tabel 5.15 diatas menjelakan bahwa untuk kegiatan kebersihan tidak

dilakukan oleh semua pekerja selain itu tidak ada laporan dari pekerja mengenai

kondisi actual stasiun kerja mereka dan tidak ada jadwal kebersihan secara berkala

untuk setiap pekerja sehingga dari analisis seiso kondisi tersubut tergolong tidak

sesuai sehingga dapat menimbulkan kecelakaan kerja.

5.6.4 Seiketsu (Pemantapan)

Seiketsu (Pemantapan) adalah kegiatan untuk melaksanakan tugas-tugas

yang diimplementasikan dan dijalankan secara konsisten.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.16 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Seiketsu di

PT. Apindowaja Ampuh Persada

Program K3 di PT. Apindowaja


Ampuh Persada (actual Metode 5S (Seiketsu) Keterangan
condition)
Operator memiliki keterampilan di Operator harus memiliki Sesuai

bidang masing-masing keterampilan di bidang

masing-masing

Operator jarang mendapatkan Operator harus mendapatkan Tidak sesuai

pengawasan saat bekerja pengawasan saat bekerja

Operator tidak teliti dan sering Operator harus teliti dan tidak Tidak sesuai

melakukan kegiatan lain (unsafe melakukan kegiatan lain

actions) saat melaksanakan proses (unsafe actions) saat

kerja. Misalnya bercerita dengan melaksanakan proses kerja.

operator lain, menelepon, dll.

Di PT. Apindowaja Ampuh Persada, operator memiliki keterampilan di

bidang atau stasiun kerja masing- masing hal ini disebabkan karena ada pelatihan

oleh pekerja yang sudah lama di stasiun kerja tersebut dan operator ditempatkan

di stasiun kerja yang mereka pilih sesuai keahlian dan bidang mereka masing-

masing. Untuk pengawasan kerja, pihak perusahaan melakukan pengawasan

namun tidak dilakukan secara berkala sehingga kemungkinan akan membuat

pekerja ceroboh (unsafe actions) dalam bekerja misalnya mengobrol dengan

pekerja lain atau menelepon atau mendengarkan musik dari handphone mereka.

Dari metode Seiketsu keadaan aktual ini tidak sesuai.

Universitas Sumatera Utara


5.6.5 Shitsuke (Pembiasaan)

Shitsuke (Pembiasaan) adalah suatu disiplin diri mengenai program 5S

sehingga setiap pekerja memandangnya sebagai suatu budaya perusahaan yang

harus dilaksanakan secara terus menerus.

Tabel 5.17 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Shitsuke di

PT. Apindowaja Ampuh Persada

Program K3 di PT. Apindowaja


Ampuh Persada (actual Metode 5S (Shitsuke) Keterangan
condition)
Pihak perusahaan dan pekerja Pihak perusahaan dan pekerja Tidak sesuai

tidak melakukan diskusi setiap harus melakukan diskusi

periode setiap periode waktu yang

ditetapkan.

Tabel 5.17 Analisis Program K3 di PT. Apindowaja Ampuh Persada

(actual condition) dengan Shitsuke (Lanjutan)

Program K3 di PT. Apindowaja Metode 5S (Shitsuke) Keterangan


Ampuh Persada (actual
condition)
Meletakkan alat pendukung yang Pekerja harus membiasakan Tidak sesuai

penting tidak bercampur dengan meletakkan alat yang penting

barang- barang yang tidak berguna tidak bercampur dengan yang

harus dibiasakan tidak penting

Universitas Sumatera Utara


Pihak perusahaan tidak memiliki Pihak perusahaan harus Tidak sesuai

jadwal periodik untuk melakukan memiliki jadwal periodik

audit 5S untuk melakukan audit 5S

Operator tidak melakukan Operator harus melakukan Tidak sesuai

pekerjaan menggunakan disiplin pekerjaan menggunakan

ilmu dan dengan penuh tanggung disiplin ilmu dan dengan

jawab penuh tanggung jawab

Dari tabel 5.17 diatas dapat diketahui bahwa metode Shitsuke tidak sesuai

dengan kondisi actual di PT. Apindowaja Ampuh Perkasa. Misalnya pihak

perusahaan dan pekerja tidak melakukan diskusi setiap periode selain itu, Pihak

perusahaan tidak memiliki jadwal periodik untuk melakukan audit 5S dan

Operator tidak melakukan pekerjaan menggunakan disiplin ilmu dan dengan

penuh tanggung jawab.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1 Analisis Hasil Pengolahan Data

Setelah pembahasan data-data dan menurut hasil pengolahan data diatas

maka penulis menganalisa hasil pembahasan tersebut. Dalam penganalisaan,

penulis memegang dasar dari hasil pengukuran dan perhitungan yang dilakukan.

Analisa dilakukan pada tahun 2008 sampai tahun 20012, karena sesuai dengan

periode program keselamatan kerja 5 tahun.

6.1.1 Analisis Tingkat Frekuensi Kecelakaan Kerja.

Dari hasil pengukuran diatas dapat diketahui bahwa tingkat frekuensi rate/

kekerapan kecelakaan yang terjadi pada tahun 2008, 2009, 2010,2011, dan 2012

sebesar 250; 236; 200; 139; 196. Angka tersebut menunjukkan bahwa dalam satu

juta jam kerja dari tahun ke tahun terjadi nilai frekuensi kecelakaan kerja yang

berubah-ubah. Hal ini karena jumlah jam kerja karyawan yang berubah-ubah dan

jumlah kecelakaan kerja yang terjadi. Semakin tinggi jumlah kecelakaan kerja

maka tingkat frekuensi kecelakaan kerja semakin meningkat sebaliknya semakin

tinggi jumlah jam kerja karyawan maka nilai frekuensi kekerapan kecelakaan

kerja semakin menurun. Berikut grafik tingkat frekuensi / kekerapan kecelakaan

kerja PT. Pindowaja Ampuh Persada sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 6.1 Tingkat Frekuensi Rate / Kekerapan Kecelakaan

Sedangkan untuk grafik tingkat kecelakaan kerja dapat dilihat pada

gambar 6.2 berikut ini:

Gambar 6.2 Frekuensi Kecelakaan Kerja

Data pengukuran jumlah kecelakaan kerja dari tahun 2008 sampai dengan

tahun 2012 selalu berubah-ubah namun dari angka data pengukuran frekuensi

Universitas Sumatera Utara


kecelakaan kerja semakin menurun dari tahun 2008 sampai tahun 2011 namun

pada tahun 2012 tingkat frekuansi kecelakaan kerja meningkat. hal ini disebabkan

bahwa pada tahun 2008 sampai dan 2011 jumlah jam kerja semakin tinggi namun

jumlah kecelakaan kerja hanya sedikit perubahan yakni pada tahun 2008 jumlah

kecelakaan kerja 12, pada tahun 2009 ada 13 kecelakaan kerja, pada tahun 2010

ada 12 kecelakaan kerja dan tahun 2011 ada 10 kecelakaan kerja sedangkan pada

tahun 2012 memang terjadi peningkatan jumlah jam kerja namun tingkat

kecelakaan kerja meningkat menjadi 15 kali terjadi kecelakaan kerja. belum

diterapkan program K3 secara optimal merupakan alasan yang paling utama

terjadi peningkaan dan penurunan jumlah kecelakaan kerja yang tidak stabil.

6.1.2 Analisis Tingkat Severity Rate / Keparahan Kecelakaan Kerja.

Tingkat severity Rate / keparahan kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada

tahun 2009 sebesar 57681,16 dengan jumlah total jam hilang 3184 dalam

1.000.000 jam kerja pertahun. Tingkat keparahan kecelakaan kerja yang rendah

yaitu pada tahun 2011 yaitu 2333,33. Tingkat keparahan/severity dipengaruhi oleh

jumlah total jam hilang karyawan dan jam kerja karyawan setiap tahunnya.

Semakin tinggi jumlah jam kerja hilang karyawan maka tingkat

keparahan/severity semakin tinggi pula dan sebaliknya semakn tinggi jam kerja

karyawan maka semakin rendah tingkat severity rate/keparahan. Berikut grafik

jam kerja hilang karyawan dari tahun 2008 sampai tahun 2012 di PT. Apindowaja

Ampuh Persada.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 6.3 Grafik Jam Kerja Hilang dari Tahun 2008 sampai Tahun 2012

Tingkat severity rate / keparahan kecelakaan kerja karyawan dari tahun

2008 sampai tahun 2012 di PT. Apindowaja Ampuh Persada dapat dilihat pada

Gambar 6.3.

Gambar 6.4 Grafik Severity Rtae / Keparahan Kecelakaan Kerja

Universitas Sumatera Utara


Dapat dilihat dari diagram di atas bahwa dari tahun ke tahun tingkat terjadi

perubahan yang fluktuatif keparahan/severity rate karyawan dari tahun di PT.

Pada tahun 2009 merupakan nilai dengan tingkat keparahan/severity rate tertinggi

karena pada tahun ini terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan jam kerja

hilang tertinggi yakni sebesar 3184 jam kerja hilang. Apindowaja Ampuh

Persada. Tingkat severity karyawan dari tahun 2008 sampai tahun 2012 di PT.

Apindowaja Ampuh Persada ini akan berpengaruh terhadap meningkatnya

produktivitas kerja karyawan.

6.1.3 Analisis Nilai T Selamat (Nts)

Dari hasil pengukuran Nts selama 5 tahun, didapat Nts pada tahun 2009

besarnya adalah -220,78, tahun 2010 sebesar -560,22, tahun 2011 sebesar -

1160,86 dan tahun 2012 sebesar 1336,29. Grafik tingkat nilai T selamat dapat

dilihat pada Gambar 6.4 sebagai berikut :

Gambar 6.5 Grafik Tingkat Nilai T Selamat

Universitas Sumatera Utara


Dari Gambar 6.4 di atas, dapat dilihat Nilai T Selamat dari tahun 2010 dan

tahun 2011 mengalami penurunan sedangkan untuk tahun 2012 terjadi

peningkatan. Nilai T Score positif menunjukkan keadaan yang memburuk

sedangkan angka negatif menunjukkan keadaan membaik. Tahun 2012 nilai T

selamat positif ini menandakan bahwa pada tahun 2012 keadaan memburuk ini

ditandai dengan peningkatan jumlah kecelakaan kerja dari tahun 2011 sebesar

sebesar 10 kali sedangkan untuk tahun 2012 meningkat menjadi 15 kali

kecelakaan kerja.

6.1.4 Analisis Hubungan Jam Kerja Hilang dengan Produktivitas.

Produktivitas di sebuah perusahaan terkait erat dengan kecelakaan kerja.

Semakin tinggi kecelakaan kerja, semakin tinggi tinggi pula jam kerja hilang dan

akan semakin rendah atau menurun produktivitas. Jam kerja di PT. Apindowaja

Ampuh Persada dapat dilihat pada Gambar 6.5 berikut ini.

Gambar 6.6 Jumlah jam Hilang PT Apindowaja Ampuh Persada

Universitas Sumatera Utara


Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa jam kerja karyawan dari tahun 2008

hingga tahun 2012 semakin meningkat setiap tahunnya. Namun jumlah jam hilang

dari tahun ke tahun fluktuatif atau terjadi peningkatan dan terjadi penurunan untuk

tahun yang lain. Peningkatan dan penurunan jam kerja hilang setiap tahunnnya

dipengaruhi oleh frekuensi kecelakaan kerja dan jenis kecelakaan kerja. Namun

frekuensi kecelakaan kerja meningkat belum tentu jam kerja hilang semakin

meningkat ini terlihat dari data pada thun 2008 terjadi 12 kecelakaan kerja sama

dengan tahun 2010. Namun jam kerja hilang pada tahun 2010 lebih besar dari

pada tahun 2008 yakni 560 jam untuk 2010 sedangkan 200 jam untuk tahun 2008.

Jam kerja hilang dipengaruhi oleh jumlah hari kerja hilang. Satu kecelakaan kerja

bisa saja menyebabkan hari hilang yang lebih tinggi dari pada dua kecelakaan

kerja yang lain.

Gambar 6.7 Produktivitas Kerja Setiap Tahun

Terlihat bahwa semakin sedikit hari kerja yang hilang dan mengakibatkan

semakin tingginya tingkat produktivitas dan begitu juga sebaliknya. Penurunan

Universitas Sumatera Utara


prodoktivitas pada tahun 2009 karena pada tahun tersebut jumlah hari kerja hilang

sangat besar yakni 3184 dengan jumlah total waktu kerja sebesar 55200 jam.

6.1.5 Analisis Hubungan Antarvariabel Kecelakaan Kerja

Dari hasil pengukuran di pengolahan data dapat direkapitulasi data

mengenai Tingkat Frekuensi Kecelakaan Kerja dengan Tingkat Severity /

Keparahan Kecelakaan Kerja. Dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1 Hubungan Antarvariabel Kecelakaan Kerja

Jumlah Frekuensi Jumlah Jam Kerja


Tahun Severity Rate
Kecelakaan Kerja Rate Hilang (Jam)

2008 12 250 200 4166,67

2009 13 236 3184 57681,16

2010 12 200 560 9333,33

2011 10 139 168 2333,33

2012 15 196 792 10312,50

Tabel 6.1 diatas diketahui bahwa frekuensi rate / kekerapan kecelakaan

yang terjadi pada tahun 2008, 2009, 2010,2011, dan 2012 sebesar 250; 236; 200;

139; 196. Sedangkan untuk Tingkat severity rate / keparahan kecelakaan kerja

untuk tahun 2008 sampai tahun 2012 yakni 4166,67; 57681,16; 9333,33; 2333,33;

dan 10312,50.

Universitas Sumatera Utara


Dari Tabel 6.1 juga dapat dianalisis beberapa elemen yakni:

6.1.5.1 Analisis perbandingan Jumlah Kecelakaan Kerja dengan Frekuensi

Kecelakaan Kerja.

Pada Tabel 6.2. berikut dapat dilihat hubungan antara jumlah kecelakaan

kerja dengan frekuensi kecelakaan kerja.

Tabel 6.2 Hubungan antara Jumlah Kecelakaan Kerja dengan Frekuensi

Kecelakaan Kerja.

Jumlah Frekuensi Total Jumlah Jam


Tahun
Kecelakaan Kerja Rate Kerja (Orang)

2008 12 250 48000

2009 13 236 55200

2010 12 200 60000

2011 10 139 72000

2012 15 196 76800

Dari tabel 6.2 diatas dapat dilihat bahwa dari tahun 2008 sampai dengan

tahun 2012 terdapat perbedaan kecelakaan kerja , dimana tahun 2011 merupakan

tahun paling sedikit terjadi kecelakaan kerja yakni 10 kasus. Sedangkan tahun

2012 merupaka yang paling sering terjadi kecelakaan kerja yakni pada yakni 15

kasus kecelakaan kerja. Untuk frekuensi kecelakaan kerja, tahun 2011 merupakan

tahun dimana tingkat frekuensi kecelakaan kerja terendah yakni sebesar 139.

Sedangkan untuk frekuensi tertinggi terjadi pada tahun 2008 dengan jumlah

kecelakaan kerja 12 kasus. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa ada hubungan

Universitas Sumatera Utara


berbanding lurus antara jumlah kecelakaan kerja dengan frekuensi kecelakaan

kerja.

Faktor yang tidak bisa dipisahkan ialah jumlah jam kerja karyawan

pertahunnya. Seperti pada tahun 2008 dengan 2009, kecelakaan kerja yang terjadi

pada 2008 ialah 12 kasus sedangkan untuk 2009 terjadi 13 kasus kecelakaan kerja.

Tetapi nilai frekuensi kekerapan kecelakaan 2008 lebih tinggi dari pada nilai

frekuensi kekerapan kecelakaan 2009 karena jumlah jam kerja 2008 lebih jauh

sedikit 48000 jam dibandingkan jam kerja tahun 2009 yakni 55200 jam sedangkan

selisih jumlah kecelakaan kerja hanya 1 kasus lebih sedikit tahun 2008.

6.1.5.2 Analisis Perbandingan Jumlah Kecelakaan Kerja dengan Jumlah

Jam Kerja Hilang Pertahun.

Pada Tabel 6.3. berikut dapat dilihat hubungan antara jumlah kecelakaan

kerja dengan jumlah jam kerja hilang pertahun.

Tabel 6.3 Hubungan antara Jumlah Kecelakaan Kerja dengan Jumlah Jam

Kerja Hilang Pertahun.

Jumlah Kecelakaan Jumlah Jam Kerja Hilang


Tahun
Kerja (Kasus) (Jam)

2008 12 200

2009 13 3184

2010 12 560

Tabel 6.3 Hubungan antara Jumlah Kecelakaan Kerja dengan Jumlah Jam

Kerja Hilang Pertahun (Lanjutan).

Universitas Sumatera Utara


Jumlah Kecelakaan Jumlah Jam Kerja Hilang
Tahun
Kerja (Kasus) (Jam)

2011 10 168

2012 15 792

Dari tabel 6.3 di atas dapa dilihat bahwa jumlah jam kerja hilang yang

paling tinggi yakni pada tahun 2009 dengan jumlah kecelakaan kerja yang terjadi

yakni sebesar 13 kasus. Sedangkan untuk jumlah jam kerja hilang terkecil yakni

pada tahun 2011 yakni sebesar 168 dengan jumlah kecelakaan kerja 10 kasus.

Pada tahun 2009 terjada kasus kecelakaan kerja yang menyebabkan cacat

sehingga hari hilang yang diakibatkan oleh kecelakaan tersebut sebesar 320 hari.

Jam kerja hilang ditentukan juga oleh Standar Nasional Indonesia SNI 13-6618-

2001 untuk Kehilangan Anggota Tubuh - Luka atau Pembedahan. Jadi dapat

disimpulkan bahwa belum tentu jumlah kecelakaan yang tinggi di imbangi juga

dengan jam kerja hilang yang tinggi karena satu kecelakaan kerja bisa saja

menyebabkan jam kerja hilang lebih tinggi dari pada dua kecelakaan lain.

6.1.5.3 Analisis Perbandingan Jumlah Kecelakaan Kerja dengan Tingkat

Severity / Keparahan Kecelakaan Kerja Pertahun.

Pada Tabel 6.4. berikut dapat dilihat hubungan antara jumlah kecelakaan

kerja dengan tingkat severity / keparahan kecelakaan kerja pertahun.

Tabel 6.4 Hubungan antara Jumlah Kecelakaan Kerja dengan Tingkat

Severity / Keparahan Kecelakaan Kerja Pertahun.

Universitas Sumatera Utara


Jumlah
Tahun Severity Rate
Kecelakaan Kerja

2008 12 4166,67

2009 13 57681,16

2010 12 9333,33

2011 10 2333,33

2012 15 10312,50

Tingkat severity rate / keparahan kecelakaan kerja yang tertinggi terdapat

pada tahun 2009 yakni 57681,16 dengan jumlah kecelakaan kerja yang terjadi

pada tahun tersebut yakni sebesar 13. Sedangkan untuk nilai severity rate terkecil

terjadi pada tahun 2011 yakni sebesar 2333,33 dengan jumlah kecelakaan kerja 10

kasus.

Tingkat severity/keparahan kecelakaan dalam setahun dipengaruhi oleh

Jumlah total jam kerja hilang karyawan dan Jumlah jam kerja karyawan dalam

setahun hal ini didukung juga dari data yang terdapat pada tabel. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa untuk tingkat severity tidak dipengahi oleh jumlah kecelakaan

kerja secara signifikan. Hubungan yang terjadi antara tingkat severity/keparahan

kecelakaan dengan jumlah kecelakaan kerja hanya ada jika kecelakaan kerja yang

sama terjadi pada setiap tahunnya, jumlah hari hilang yang sama, dan jumlah jam

kerja karyawan yang linier dengan jumlah kecelakaan kerja setiap tahunnya.

Karena tidak semua kecelakaan kerja sama atau dapat dikatakan satu kecelakaan

kerja dapat menyebabkan jumlah hari hilang dari dua kecelakaan kerja lain dan

Universitas Sumatera Utara


jumlah jam kerja setiap tahunnya tidak linier dengan kecelakaan kerja. Maka,

disimpulkan hubungan antara jumlah kecelakaan kerja dengan Tingkat

severity/keparahan kecelakaan sangat kecil.

6.1.5.4 Analisis Perbandingan Frekuensi Kecelakaan Kerja dengan Jumlah

Jam Kerja Hilang Pertahun.

Pada Tabel 6.5 berikut dapat dilihat hubungan antara frekuensi kecelakaan

kerja dengan jumlah jam kerja hilang pertahun.

Tabel 6.5 Hubungan antara Frekuensi Kecelakaan Kerja dengan

Jumlah Jam Kerja Hilang Pertahun.

Frekuensi Jumlah Jam Kerja


Tahun
Rate Hilang (Jam)

2008 250 200

2009 236 3184

2010 200 560

2011 139 168

2012 196 792

Dari Tabel 6.5 di atas dapat dilihat bahwa frekuensi tertinggi terjadi pada

tahun 2008 sebesar 250 dengan jumlah jam kerja hilang 200 jam. Sedangkan

untuk nilai frekuensi terendah yakni pada tahun2011 yakni sebesar 139 dan

dengan jumlah jam kerja hilang terendah 168 jam. Untuk jumlah jam kerja hilang

tertinggi terjadi pada tahun 2009 dengan 3184 jam dengan nilai frekuensi

Universitas Sumatera Utara


kecelakaan kerja sebesar 236. Penentuan jumlah jam kerja hilang selain

ditentukan dari absen kerja yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja juga

ditentukan dari kefatalan yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja tersebut sesuai

Standar Nasional Indonesia (SNI). Hampir sama dengan perbandingan antara

jumlah kecelakaan kerja dengan jumlah jam kerja hilang pertahun tidak

memberikan nilai yang berbanding lurus karena semakin tinggi frekuensi rate

belum tentu membuat nilai jumlah jam kerja hilang pertahun semakin tinggi pula.

6.1.5.5 Analisis Perbandingan Frekuensi Kecelakaan Kerja dengan Tingkat

Severity / Keparahan Kecelakaan Kerja Pertahun.

Pada Tabel 6.6. berikut dapat dilihat hubungan antara frekuensi kecelakaan

kerja dengan tingkat severity / keparahan kecelakaan kerja pertahun.

Tabel 6.6 Hubungan antara Frekuensi Kecelakaan Kerja dengan Tingkat

Severity / Keparahan Kecelakaan Kerja Pertahun.

Tahun Frekuensi Rate Severity Rate

2008 250 4166,67

2009 236 57681,16

2010 200 9333,33

2011 139 2333,33

2012 196 10312,50

Dari Tabel 6.6 di atas dapat dilihat bahwa tingkat severity terjadi pada

tahun 2009 sebesar 57681,16 dengan nilai frekunsi tertinggi juga yakni sebesar

Universitas Sumatera Utara


236. sedangkan tingkat severity terendah terjadi pada tahun 2011 yakni sebesar

2333,33 dan dengan nilai frekuensi terendah juga yakni sebesar 139. namun pada

tahun 2010 dengan nilai severity 9333,33 dan nilai frekuensi 200 tidak sesuai

dengan tahun 2012 frekuensi hanya 196 namun tingkat severity lebih tinggi dari

pada tahun 2010 yakni 10312,50

Dari tabel di atas dapat disimpulakan bahwa hubungan antara frekuensi

kecelakaan kerja dengan tingkat severity / keparahan kecelakaan kerja pertahun

tidak terlalu signifikan hanya terjadi hubungan pada jumlah jam kerja karyawan

pertahun.

6.1.5.6 Analisis Perbandingan Jumlah Jam Kerja Hilang Pertahun dengan

Tingkat Severity Rate / Keparahan Kecelakaan Kerja Pertahun.

Pada Tabel 6.7. berikut dapat dilihat hubungan antara jumlah jam kerja

hilang pertahun dengan tingkat severity Rate/ keparahan kecelakaan kerja

pertahun.

Tabel 6.7 Hubungan antara Jumlah Jam Kerja Hilang Pertahun dengan

Tingkat Severity Rate / Keparahan Kecelakaan Kerja Pertahun.

Tahun Jumlah Jam Kerja Severity Rate

Universitas Sumatera Utara


Hilang (Jam)

2008 200 4166,67

2009 3184 57681,16

2010 560 9333,33

2011 168 2333,33

2012 792 10312,50

Dari Tabel 6.7 dapat dilihat bahwa tingkat severity tertinggi terjadi pada

tahun 2009 yakni 57681,16 dan dengan jumlah jam kerja hilang tertinggi juga

yakni sebesar 3184 jam. sedangkan nilai severity rate terendah terjadi pada tahun

2011 sebesar 2333,33 dan jumlah jam kerja hilang terendah juga sebesar 168 jam.

Dari Tabel dan rumus untuk menentukan tingkat severity rate / keparahan

kecelakaan kerja pertahun dapat disimpulkan bahwa tingkat severity rate /

keparahan kecelakaan kerja dipengaruhi secara signifikan oleh jumlah jam kerja

hilang karyawan.

6.2. Metode 5S (Kaizen)

Pendekatan perbaikan dengan metode 5S merupakan suatu program untuk

meningkatkan kenyamanan tempat kerja, proses dan produk dengan melibatkan

operator yang bekerja selama proses produksi berlangsung. Metode 5S merupakan

dasar perbaikan berkelanjutan (kaizen) yang terdiri dari serangkaian aktifitas

untuk menghilangkan pemborosan yang menyebabkan kesalahan, kecacatan dan

Universitas Sumatera Utara


kecelakaan di tempat kerja. Adapun penjelasan mengenai metode 5S adalah

sebagai berikut :

6.2.1 Seiri (Pemilahan)

Seiri (Sort) adalah kegiatan pemilahan, penyingkiran dan penyimpanan

barang-barang yang diperlukan atau tidak diperlukan untuk kegiatan produksi di

tempat kerja.

Tabel 6.8 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Seiri di PT.

Apindowaja Ampuh Persada

Program K3 di PT. Apindowaja

Ampuh Persada (actual Metode 5S (Seiri) Keterangan

condition)

Scap berserakan di lantai Membuang barang yang tidak Tidak sesuai

digunakan lagi

Sisa potongan besi (bahan baku) Menyimpan atau Tidak sesuai

berserakan menyingkirkan barang yang

tidak digunakan lagi

Tabel 6.8 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Seiri di PT.

Apindowaja Ampuh Persada (Lanjutan)

Program K3 di PT. Apindowaja


Metode 5S (Seiri) Keterangan
Ampuh Persada (actual

Universitas Sumatera Utara


condition)

Tumpukan barang-barang sisa Menyimpan atau Tidak sesuai

hasil produksi cacat tidak teratur menyingkirkan barang yang

tidak digunakan lagi

Tumpukan barang-barang yang Menyimpan atau Tidak sesuai

tidak digunakan tidak memiliki menyingkirkan barang yang

tempat khusus tidak digunakan lagi

Usulan perbaikan untuk bagian ini adalah sebagai berikut:

Pada lantai lantai produks, barang-barang yang diidentifikasi sebagai barang yang

tidak diperlukan lagi atau tidak diperlukan untuk sementara waktu adalah :

a. Mesin-mesin yang sudah tua dan sering rusak.

b. Besi kecil sisa-sisa potongan

c. Scrap/gram sisa potongan

d. Komponen mesin yang sudah tidak terpakai

e. Minyak pelumas mesin yang terdapat di lantai

f. Tumpukan barang-barang sisa hasil produksi cacat

Adapun tindakan yang dapat dilakukan untuk barang-barang yang tidak

diperlukan tersebut adalah

a. Memisahkan barang tersebut dalam suatu area, kemudian dievaluasi kembali

dengan pertimbangan jika barang ditetapkan tidak diperlukan maka dapat

dibuang ke tempat penampungan sampah sementara.

Universitas Sumatera Utara


b. Jika barang ditetapkan akan diperlukan maka dapat disimpan sementara

misalnya sisa potongan bahan atau besi dan produk cacat dapat diletakan di

box ata lemari barang dan digunakan kembali pada proses produksi yang

memerlukan barang tersebut.

6.2.2 Seiton (Penataan)

Seiton (Stabilize) adalah kegiatan pengaturan dan pemberian tanda untuk

barang-barang yang diperlukan dan penempatan barang tersebut pada lokasi yang

tetap dan mudah dijangkau untuk mendukung kegiatan produksi. Usulan

perbaikan untuk bagian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 6.9 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Seiton di PT.

Apindowaja Ampuh Persada

Program K3 di PT. Apindowaja


Metode 5S (Seiton) Keterangan
Ampuh Persada (actual condition)

Scap sisa-sisa potongan berserakan di Pengaturan barang dan Tidak sesuai

lantai penempatan barang tersebut

pada lokasi yang tetap

Sisa potongan berserakan Pengaturan barang dan Tidak sesuai

penempatan barang tersebut

pada lokasi yang tetap

Tabel 6.9 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Seiton di PT.

Apindowaja Ampuh Persada (Lanjutan)

Program K3 di PT. Apindowaja Metode 5S (Seiton) Keterangan

Universitas Sumatera Utara


Ampuh Persada (actual condition)

Tumpukan barang-barang sisa hasil Pengaturan barang dan Tidak sesuai

produksi cacat tidak teratur penempatan barang tersebut

pada lokasi yang tetap

Tumpukan barang-barang yang tidak Pengaturan barang dan Tidak sesuai

digunakan tidak memiliki tempat penempatan barang tersebut

khusus pada lokasi yang tetap

Komponen mesin yang sudah tidak Pengaturan barang dan Sesuai

terpakai memiliki tempat penempatan penempatan barang tersebut

khusus pada lokasi yang tetap

Alat kebersihan seperti sapu dan sekop Pengaturan barang dan Seusai

memiliki tempat penempatan khusus penempatan barang tersebut

pada lokasi yang tetap

Botol minyak pelumas memiliki Pengaturan barang dan Sesuai

tempat penempatan khusus penempatan barang tersebut

pada lokasi yang tetap

Solusi pada lantai produksi, barang-barang yang masih diperlukan dan harus

diatur peletakannya yaitu :

a. Pencahayaan di lantai produksi haruslah mencukupi agar operator dapat bekerja

lebih baik seperti pada proses pengelasan, bubut atau pemotongan bahan.

b. Sisa potongan dan scrap/gram yang terdapat pada lantai produksi segera

dikumpulkan dan diangkut ke tempat penumpukan barang reject sementara.

Universitas Sumatera Utara


c. Alat kebersihan seperti sapu dan sekop digantung di dinding dekat mesin

potong,mesin bubut, mesin bor,mesin digester, dan mesin las potong. sehingga

scrap atau lempengan besi sisa pemotongan yang dihasilkan pada proses-

proses tersebut dapat dibersihkan dengan segera.

d. Peralatan yang digunakan selama proses produksi berlangsung diletakkan di

tempat atau meja peralatan yang mudah dilihat dan dijangkau pekerja.

e. Botol minyak pelumas yang digunakan untuk mesin produksi disimpan di rak

dinding.

6.2.3 Seiso (Pembersihan)

Seiso (Shine) adalah kegiatan yang menekankan pada pemisahan,

pembersihan tempat kerja dari debu dan yang lainnya dengan tujuan untuk

menjaga kebersihan tempat kerja dan keselamatan kerja.

Tabel 6.10 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Seiso di PT.

Apindowaja Ampuh Persada

Program K3 di PT. Apindowaja

Ampuh Persada (actual Metode 5S (Seiso) Keterangan

condition)

Universitas Sumatera Utara


Tidak semua pekerja Semua pekerja membersihkan Tidak sesuai

membersihkan stasiun kerja stasiun kerja masing-masing

masing-masing

Tidak adanya laporan kondisi Semua pekerja wajib Tidak sesuai

stasiun kerja yang tidak baik melaporankan kondisi stasiun

misalnya lantai licin kerja yang tidak baik

Tidak ada jadwal kebersihan Harus ada jadwal kebersihan Tidak sesuai

secara berkala untuk setiap pekerja secara berkala untuk setiap

yang bekerja di perusahaan pekerja yang bekerja di

perusahaan

Solusi untuk masing-masing masalah diatas yakni:

1. Semua pekerja membersihkan stasiun kerja masing-masing

2. Semua pekerja wajib melaporankan kondisi stasiun kerja yang tidak baik

3. Harus ada jadwal kebersihan secara berkala untuk setiap pekerja yang bekerja

di perusahaan

4. Pihak perusahaan menetapkan bagian khusus Panitia Pembina Keselamatan dan

Kesehatan Kerja

6.2.4 Seiketsu (Pemantapan)

Seiketsu (Pemantapan) adalah kegiatan untuk melaksanakan tugas-tugas

yang diimplementasikan dan dijalankan secara konsisten. Perusahaan perlu

membuat suatu persetujuan 5S yang disepakati secara bersama oleh semua pekerja

sehingga persetujuan tersebut menjadi suatu aturan yang mewajibkan pekerja.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 6.11 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Seiketsu di

PT. Apindowaja Ampuh Persada

Program K3 di PT. Apindowaja

Ampuh Persada (actual Metode 5S (Seiketsu) Keterangan

condition)

Operator memiliki keterampilan di Operator harus memiliki Sesuai

bidang masing-masing keterampilan di bidang

masing-masing

Operator jarang mendapatkan Operator harus mendapatkan Tidak sesuai

pengawasan saat bekerja pengawasan saat bekerja

Operator tidak teliti dan sering Operator harus teliti dan tidak Tidak sesuai

melakukan kegiatan lain (unsafe melakukan kegiatan lain saat

actions) saat melaksanakan proses melaksanakan proses kerja.

kerja. Misalnya bercerita dengan

operator lain, menelepon, dll.

Solusi untuk masing-masing masalah diatas yakni:

1. Operator harus memiliki keterampilan di bidang masing-masing

2. Operator harus mendapatkan pengawasan saat bekerja

3. Ketelitian operator saat melaksanakan proses kerja

4. Pengadaan (penggunaan) bahan baku diproses secara baik.

Universitas Sumatera Utara


6.2.5 Shitsuke (Pembiasaan)

Shitsuke (Pembiasaan) adalah suatu disiplin diri mengenai program 5S

sehingga setiap pekerja memandangnya sebagai suatu budaya perusahaan yang

harus dilaksanakan secara terus menerus. Untuk menjadi dasar perbaikan terus

menerus (continuous improvement), pihak perusahaan dan para pekerjanya dapat

melakukan diskusi setiap periode waktu yang ditetapkan.

Tabel 6.12 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Shitsuke di

PT. Apindowaja Ampuh Persada

Program K3 di PT. Apindowaja

Ampuh Persada (actual Metode 5S (Shitsuke) Keterangan

condition)

Pihak perusahaan dan pekerja Pihak perusahaan dan pekerja Tidak sesuai

tidak melakukan diskusi setiap harus melakukan diskusi

periode setiap periode waktu yang

ditetapkan.

Tabel 6.12 Perbandingan Kondisi Aktual dengan Metode Shitsuke di

PT. Apindowaja Ampuh Persada (Lanjutan)

Program K3 di PT. Apindowaja

Ampuh Persada (actual Metode 5S (Shitsuke) Keterangan

condition)

Universitas Sumatera Utara


Meletakkan alat pendukung yang Pekerja harus membiasakan Tidak sesuai

penting tidak bercampur dengan meletakkan alat yang penting

barang- barang yang tidak berguna tidak bercampur dengan yang

harus dibiasakan tidak penting

Pihak perusahaan tidak memiliki Pihak perusahaan harus Tidak sesuai

jadwal periodik untuk melakukan memiliki jadwal periodik

audit 5S untuk melakukan audit 5S

Operator tidak melakukan Operator harus melakukan Tidak sesuai

pekerjaan menggunakan disiplin pekerjaan menggunakan

ilmu dan dengan penuh tanggung disiplin ilmu dan dengan

jawab penuh tanggung jawab

Solusi untuk masalah di atas yakni:

1. Meletakkan alat pendukung yang penting bercampur dengan barang- barang

yang tidak berguna. Hal ini harus dihilangkan prinsip meletakkan barang pada

tempatnya harus dibiasakan.

2. Melakukan pekerjaan menggunakan disiplin ilmu dan dengan penuh tanggung

jawab sehinngga pekerjaan yang dilakukan secara rutin akan menjadi suatu

kebiasaan yang baik dan mengurangi kesalahan dalam menjalankan tugas serta

mengurangi produk cacat yang akan dihasilkan.

3. Membiarkan mesin dalam keadaan kotor dan rusak. Ini perlu diubah dan kita

seharusnya membiasakan kegiatan membersihkan dan melakukan perawatan

mesin sebelum dan sesudah mempergunakan.

Universitas Sumatera Utara


4. Tetapkan jadwal periodik untuk melakukan audit 5S. minimum setiap minggu

pada tingkat supervisor dan setiap bulan pada tingkat manajemen untuk

kesuksesan implementasi program 5S, dan terus menerus melakukan

peningkatan kinerja.

Universitas Sumatera Utara


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan evaluasi, pengukuran dan analisis yang telah dilakukan di PT.

Apindowaja Ampuh Persada dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil pengukuran tingkat frekuensi kecelakaan kerja diketahui bahwa pada

tahun 2008 dengan frekuensi 250. Tahun 2009 terjadi dengan frekuensi 236.

Tahun 2010 dengan frekuensi 200. Tahun 2011 dengan frekuensi 139. Dan

pada tahun 2012 dengan frekuensi 196.

2. Hasil tingkat keparahan kecelakaan kerja pada tahun 2008 sebesar 4166,67.

Pada tahun 2009 sebesar 57681,16, tahun 2010 sebesar 9333,33, tahun 2011

sebesar 2333,33, dan pada tahun 2012 sebesar 10312,50. Hal itu berarti tingkat

keparahan bekerja dari tahun ke tahun semakin menurun dan akan diikuti

meningkatnya produktivitas kerja karyawan.

3. Hasil pengukuran nilai T selamat (Nts) tahun 2009 diketahui – 208,02, pada

tahun 2010 sebesar -574,16, pada tahun 2011 sebesar 1157,49, dan sebesar

1339,82 pada tahun 2012. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam tahun 2009

ke tahun 20011 nilai frekuensi kecelakaan masa kini mengalami peningkatan

prestasi dibandingkan dengan masa lalu dan pada tahun 2012 terjadi penurunan

prestasi dibandingkan dengan 2011.

4. Kecelakaan kerja di PT. Apindowaja Ampuh Persada masih bisa terjadi, hal ini

disebabkan karena ketidak hati-hatian para karyawan dalam melaksanakan

Universitas Sumatera Utara


tugasnya dan banyak karyawan yang tidak mengindahkan anjuran dari

perusahaan atau dengan tidak memakai alat perlindungan diri yang telah

disediakan oleh perusahaan.

5. Terlihat dari hasil analisis hubungan keselamatan kerja dengan produktifitas

bahwa semakin sedikit kecelakaan yang terjadi, maka semakin kecil pula hari

kerja yang hilang dan mengakibatkan semakin tingginya tingkat produktifitas.

6. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dilakukan oleh PT

Apindowaja Ampuh Persada antara lain adalah Penyuluhan kerja, Penggunaan

alat pelindung diri (APD), Perawatan mesin secara berkala, pengawasan

kerja,dan adanya jaminan biaya kesehatan.

7. Jumlah kecelakaan kerja yang terjadi dalam setahun tidak berbanding lurus

dengan jumlah jam kerja hilang. Semakin tinggi jumlah kecelakaan kerja

belum tentu semakin tinggi jam kerja hilang begitu juga sebaliknya. Semakin

tinggi jumlah jam kerja hilang maka semakin tinggi pula tingkat severity.

Semakin tinggi tingkat Frekuensi Kecelakaan Kerja meningkat tidak secara

signifikan mengakibatkan tingkat keparahan semakin tinggi.

8. Kondisi perusahaan menunjukan bahwa barang atau scrap sisa produksi

berserakan di lantai sehingga tidak tidak sesuai dengan metode 5S untuk seiri.

Hasil analisis metode seiton menunjukkan bahwa perusahaan belum

menerapkan pengaturan barang dan penempatan barang atau alat pada lokasi

yang tetap. Hasil analisis dengan metode seiso menunjukkan bahwa tidak

semua pekerja menjaga kebersihan. Metode Seiketsu menunjukkan bahwa

operator mempunyai keahlian namun jarang diawasi pada saat bekerja. Dan

Universitas Sumatera Utara


hasil analisis dengan metode menunjukkan bahwa tidak ada diskusi antara

pihak perusahaan dengan pekerja dalam pembudayaan displin kerja.Sehingga

dapat disimpulkan kondisi aktual PT. Apindowaja Ampuh Persada tidak sesuai

dengan metode 5S (Kaizen).

7.2 Saran

Sebagai penutup penulis ingin menyampaikan beberapa saran yang

diharapkan dapat membantu pihak perusahaan, yaitu :

1. Menerapkan 5S untuk pencegahan kecelakaan kerja

2. Perlu adanya pengawasan dan pengarahan yang ketat dari perusahaan tentang

pemakaian alat perlindungan diri pada waktu mengoperasikan mesin atau

sewaktu bekerja. Mengingat faktor pekerja masih sebagai penyebab

kecelakaan kerja, sehingga kecelakaan kerja dapat dihindari sedini mungkin.

3. Mengadakan safety talk dan training pada setiap 3 bulan sekali untuk diberikan

pengarahan dan kegunaan alat perlindungan diri yang mereka pakai setiap

hari.

4. Untuk mendapat hasil yang optimal, sebaiknya pengertian mengenai pentingnya

produktivitas lebih ditanamkan lagi sampai ketahap pekerja. Pengertian ini

dijelaskan dengan sederhana dan mengambil contoh langsung pada pekerjaan

yang dihadapinya sehari-hari. Jika terjadi kecelakaan kerja pada perusahaan

maka tingkat produktivitas menurun. Produktivitas dapat mencapai optimal

jika perusahaan mampu menurunkan tingkat kecelakaan kerja menjadi sekecil-

kecilnya.

Universitas Sumatera Utara


5. Pekerja sebaiknya melaporkan sekecil apapun kecelakaan kerja yang terjadi di

lantai produksi PT. Apindowaja Ampuh Persada.

6. Perusahaan sebaiknya membuat panitia pembina keselamatan dan kesehatan

kerja (P2K3).

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Gaspersz, Vincent.2007.”Lean Six Sigma for Manufacturing and Service

Industries”. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kartika , Hayu dan Tri Hastuti.2011. Analisa Pengaruh Sikap Kerja 5S dan

Faktor Penghambat Penerapan 5S Terhadap Efektivitas kerja

Departemen Produksi di Perusahaan Sepatu. Program Studi Teknik

Industri Universitas Mercu Buana. Jakarta

Osada, Takashi, 2002, Sikap Kerja 5S Seri Manajemen Operasi, PPM, Jakarta.

Ridley, John. 2006.Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta. Penerbit Erlangga.

Salim, Emil. 2002. Green Company:Pedoman Pengelolaan Lingkungan,

Keselamatan, dan Kesehatan Kerja (LK3).Jakarta.PT.Astra International

Tbk.

Silalahi, B. 1995. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Penerbit PT.

Pustaka Binaman Presindo, Jakarta.

Sinulingga, Sukaria. 2011. Metode Penelitian. Edisi 1. Medan : USU Press.

SNI.2001. Metode Perhitungan Tingkat Kekerapan dan Tingkat Keparahan

Cedera Akibat Kerja di Pertambangan Umum. Jakarta. Badan

Standarisasi Nasional.

Suma’mur.1967.Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta. PT. Toko

Gunung Agung

Universitas Sumatera Utara


Suma’mur.1981. Keselamatan Kerja& Pencegahan Kecelakaan. Jakarta. CV.Haji

Masagung.

Sutalaksana, Iftikar, dkk. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Jurusan Teknik Industri

ITB : Bandung.

Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi, Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan

Produktivitas. Surakarta : UNIBA PRESS.

Waluyo, Prihadi. 2011. Analisis Penerapan Program K3/5R di PT X Dengan

Pendekatan Standar Ohsas 18001 Dan Statistik Tes U Mann-Whitney

Serta Pengaruhnya Pada Produktivitas Karyawan. Pusat Audit

Teknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta

Wignjosoebroto, Sritomo. 1992. Studi Gerak dan Waktu : Teknik Analisis untuk

Peningkatan Produktivitas Kerja. Surabaya: Penerbit Guna Widya.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai