TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
PERWIRA GINTING
080403129
F A K U L T A S T E K N I K
MEDAN
2013
II-1
Universitas Sumatera Utara
II-2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kepada hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Sarjana
Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan program
studi strata satu (S1) di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas
Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Sarjana ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sekalian demi kesempurnaan laporan Tugas
Sarjana ini. Penulis berharap agar tugas ini berguna bagi kita semua.
( Penulis )
UCAPAN TERIMAKASIH
dan dukungan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi
ini. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
3. Tuhan Yang Maha Kuasa, Pencipta Segala yang ada, yang telah memberi
4. Kedua orang tuaku yang tercinta, Bapak M. Ginting dan Ibu R. Sembiring
yang telah memberikan materiil, dan motivasi dengan penuh cinta dan
mendoakan penulis serta kedua saudaraku, kakakku Anita Ginting dan adikku
Desi Ratna Ginting, dan Ferawati Ginting yang juga mendoakan dan
memotivasi penulis.
motivasi yang sangat berharga bagi penulis sehingga Tugas Sarjana ini dapat
terselesaikan.
9. Kepada special one, kekasihku Anita Jaya Naibaho yang telah memberikan
10. Teman- teman (Anderso, Candra, Ulwan, Andi, Lambas, dan Budi)
11. Seluruh staf dan karyawan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara (Bang Mijo, Kak Dina, Bu Ani, Bang Ridho, Kak
10.Rekan-rekan asisten Laboratorium Inti (Core), (bang Fery, bang Kenzo, bang
Habib, kak Ilfi, bang Imam, bang Alan, bang Doly, Fahmy, Lusi, Jerry, Ainul,
12.Kepada rekan-rekan seperjuangan stambuk 2008 serta semua pihak yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian laporan ini dan tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terimakasih. Semoga laporan ini
ABSTRAK
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
I PENDAHULUAN............................................................................... I-1
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
3.4 Pengertian Kecelakaan Kerja dan Macam Kecelakaan Kerja ..... III-11
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
Cacat................................................................................ V-16
BAB HALAMAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
2.3 Standar Mutu Screwpress Model AP-12 dan AP-17 ........................... II-14
5.4 Data Pekerja yang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) ............ V-7
5.7 Jumlah Jam Kerja Hilang dari Tahun 2008 – Tahun 2012 .................. V-14
TABEL HALAMAN
TABEL HALAMAN
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
6.3 Grafik Jam Kerja Hilang dari Tahun 2008 sampai Tahun 2012 .......... VI-4
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
manusia, dan setiap kegiatan produksi sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik
pekerja serta area kerja yang terbuka, seperti iklim, cuaca, dan lingkungan. Oleh
karena itu, pelaksanaan kegiatan produksi sangat rawan dan beresiko terhadap
kerja yakni dengan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan baik.
pada mesin kelapa sawit. PT. Apindowaja Ampuh Persada merupakan salah satu
Menurut hasil kerja praktek Perwira Ginting (2012) bahwa jumlah pekerja
yang ada di lantai produksi PT. Apindowaja Ampuh Persada sebanyak 32 orang.
lingkungan yang tidak teratur atau ergonomis dan belum lengkapnya alat
pelindung diri yang digunakan oleh pekerja dalam melakukan pekerjaan sehingga
dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Jenis Alat Pelindung Diri (APD) yang
housekeeping management dari Jepang, yaitu: 5S yang terdiri dari Seiri, Seiton,
Seiso, Seiketsu dan Shitsuke. Sedangkan bila di artikan ke dalam bahasa Indonesia
menjadi 5R yaitu: Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin. Sistem Housekeeping
penelitian yang sejenis dengan penelitian ini juga menjelaskan Gerakan 5R/5S
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang sesuai dengan standar OHSAS 18001
penyuluhan kerja tidak dilakukan secara rutin sehingga ada pekerja yang belum
(SOP). PT.Apndowaja Ampuh persada juga telah memberikan APD untuk pekerja
namun APD yang diberikan tidak sesuai dengan yang diharapan pekerja. Mesin di
PT. Apindowaja Ampuh persada kebanyakan merupakan mesin yang sudah tua
biaya kesehatan di PT. Apindowaja Ampuh Persada telah bekerja sama dengan
pihak Jamsostek sehingga untuk kecelakaan kerja yang sedang dan berat, biaya
diterapkan, masih banyak terjadi kecelakaan kerja. Data jumlah Kecelakaan Kerja
pertahun PT. Apindowaja Ampuh Persada dari tahun 2008 – 2012 dapat dilhat
dengan 5S dalam konsep kaizen sebagai upaya dalam mencegah kecelakaan kerja
kerja bagian produksi dengan metode 5S dalam konsep kaizen untuk mencegah
kecelakaan kerja.
Ampuh Persada.
2. Layout pabrik dan metode kerja tidak berubah saat penelitian dilakukan.
1. Objek penelitian pada bagian produksi atau semua peralatan/mesin yang ada di
disebabkan oleh manusia,scrap sisa produksi atau peralatan yang bekerja serta
3. Data kecelakaan kerja yang diambil adalah data kecelakaan kerja mulai dari
manusia (pekerja)
diperoleh dari dunia akademis yang salah satunya adalah keselamatan dan
b. Sebagai tolak ukur untuk mengetahui seberapa jauh para mahasiswa dapat
BAB II
PT. Apindowaja Ampuh Persada berdiri pada September 1991 dan berlokasi di
Jalan K.L. Yos Sudarso Km. 10,5 No. 56 Medan, Sumatera Utara. Adapun pendiri
dimana permintaan produk sangat bervariasi dari segi jumlah dan spesifikasi
yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Organisasi dapat pula didefenisikan sebagai struktur pembagian kerja dan struktur
tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama
adalah struktur organisasi lini dan fungsional. Disebut lini karena tiap kepala
karena suatu bagian dapat berhubungan dengan anggota maupun kepala bagian
secara langsung.
Gambar 2.1.
Direktur utama
Kabag
Kabag Kabag Kabag
Kabag Teknik Penerimaan/
Keuangan Produksi Personalia
pengiriman
Bag
Bag Bag Bag Bag Bag Bag Penyetelan/ Bag Bag
Accounting Kasir perawatan Bag Listrik Satpam
pembubutan Pengeboran Pemotongan pengelesan pengerolan Perakitan QC Persediaan pemasaran
mesin
Hubungan fungsional
Persada dibagi menurut fungsi yang telah ditetapkan. Adapun tugas dan tanggung
1. Direktur Utama
administrasi perusahaan.
V-30
berlangsung secara lancar dan efisien dalam memenuhi target produksi yang
bawahan.
promosi.
6. Accounting
8. Bagian Pembubutan
9. Bagian Pengeboran
Adapun tugas Bagian Pengelesan adalah bertanggung jawab atas semua proses
Adapun tugas Bagian Pengerolan adalah bertanggung jawab atas semua proses
produk apakah sudah siap untuk dikirim atau belum melalui penyetelan
produk.
diperlukan.
17. Satpam
kompleks perusahaan.
perusahaan didasari atas kebutuhan setiap bagian lahan kerja. Tenaga kerja pada
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak berhubungan
berjumlah 14 orang.
karyawan harian .
hanyalah satu shift kerja dengan lama jam kerja 8 jam/hari dan jumlah hari kerja 6
hari/minggu. Jadwal kerja dimulai pada pukul 08.00 WIB – 16.00 WIB. Apabila
jumlah permintaan tinggi maka dilakukan overtime mulai pukul 16.00 WIB –
20.00 WIB. Daftar tenaga kerja pada PT. Apindowaja Ampuh Persada dapat
karyawan yang bersangkutan. Pajak atas upah menjadi tanggung jawab masing-
1. Upah pokok
2. Insentif
3. Tunjangan makan
yang dihitung berdasarkan tarif upah lembur. Selain upah pokok yang diterima
Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai bahan baku, bahan tambahan,
bahan penolong, standar mutu bahan baku dan produk jadi, uraian proses
produksi, mesin dan peralatan yang digunakan serta utilitas yang mendukung
Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam proses pembuatan
lainnya dan akan mengalami perubahan fisik maupun kimia yang langsung ikut
potongan besi. Sumber bahan baku diperoleh dari pengecoran logam Indo dan
dalam rangka meningkatkan mutu produk dimana bahan ini merupakan bagian
Persada adalah cat tahan panas yang digunakan untuk memberikan warna pada
memperlancar proses produksi dan bahan ini bukan bagian dari produk akhir.
Bahan penolong yang digunakan pada PT. Apindowaja Ampuh Persada adalah
LPG dan oksigen yang digunakan untuk proses pemotongan plat baik yang tipis
maupun yang tebal dari berbagai macam ukuran yang diperlukan dalam proses
produksi.
menjaga standar kualitas produk akhir. Standar yang diterapkan ini sangat
mempengaruhi kualitas produk yang ingin dipasarkan dan berani bersaing dengan
penuh kualitas dan proses produksinya. Untuk standard material harus dipastikan
bebas dari korosi yang berlebihan, kerusakan seperti cacat permukaan, perubahan
memastikan bahwa material dengan standar yang berbeda atau material yang cacat
tidak tercampur dengan material yang telah lolos uji penerimaan, dan material
harus disimpan dalam kondisi yang bagus. Dan oleh karena itulah perusahaan
Standar Mutu
Kriteria
AP-12 AP-17
Capacity 10 - 15 ton/ FFB/ Hour 15 - 18 ton/ FFB/ Hour
Type Horizontal double screw Horizontal double screw
worm worm
Worm Dimension Φ 275 mm x 1015 mm Φ 305 mm x 1100 mm
LONG LONG
Revolution 10 - 13 RPM 10 - 12 RPM
Power Consumtion 22KW/ 30HP 30KW/ 40HP
Reducer Helical In – Line Gear Helical In – Line Gear
Reducer Reducer
or Cyclo Drive Speed or Cyclo Drive Speed
Reducer Reducer
Machine Length 4100 mm 4935 mm
Machine Width 1335 mm 1475 mm
Machine Height 955 mm 1075 mm
Nett Weight 5000 KGS 6000 KGS
Gross Weight 6000 KGS 6500 KGS
Sumber : PT. Apindowaja Ampuh Persada
Sedangkan untuk standar mutu seluruh spare part yang dihasilkan oleh
1. Pemotongan besi
Pada proses ini, pipa besi dipotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan,
dimana disesuaikan dengan besar sparepart yang akan dibentuk pada proses
potongan besi
Pada stasiun ini, komponen yang akan dilas cukup dimasukkan ke dalam mal
3. Pembubutan besi
Pada proses ini, produk setengah jadi dibubut untuk memperoleh bentuk yang
sesuai dengan ukuran yang telah diukur dengan menggunakan jangka sorong.
Pada proses ini, produk setengah jadi dirol sehingga membentuk bentuk
Proses terakhir yaitu pengeboran pada mesin boring untuk mendapat lubang
6. Pengecatan
dilakukan secara manual oleh tenaga kerja. Produk yang sudah selesai
dikemas dalam kotak prouk dan disimpan ke gudang produk. Berikut ini
Pengelasan
Pembubutan besi
Pemrosesan produk
setengah jadi dengan mesin
rol
Pemrosesan terakhir
produk setengah jadi
dengan mesin boring
Pengecatan
Main Shaft
Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau mengubah
diubah menjadi sebuah keluaran dan melakukan tugas yang telah disetel.
Arus : 160 A
Jumlah : 10 unit
Voltage : 380 V
Jumlah : 5 Unit
Voltage : 380 V
Jumlah : 2 unit
Tebal maksimum : 5 mm
Jumlah : 4 unit
Jumlah : 2 unit
Jumlah : 12 Unit
Jumlah : 5 unit
Daya : 2 HP
Jumlah : 1 unit
Daya : 60 HP
Phasa : 3 Phasa
Jumlah : 2 Unit
Voltage : 380 V
Jumlah : 4 Unit
1. Kereta sorong
Jumlah : 5 unit
2. Crane
Fungsi : Alat untuk memindahkan beban yang berat yang dilengkapi katrol
Jumlah :2 unit
3. Meteran
Jumlah : 20 unit
4. Jangka Sorong
Jumlah : 12 unit
Jumlah : 5 kotak
2.3.8 Utilitas
pendukung yang digunakan pada PT. Apindowaja Ampuh Persada adalah arus
listrik. PT. Apindowaja Ampuh Persada menggunakan arus listrik yang bersumber
LANDASAN TEORI
bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan serta
kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting dalam proses
berakibat sangat fatal dan bisa merugikan orang lain dan dirinya sendiri maupun
yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Perlindungan tersebut
1
Suma’mur.1981. Keselamatan Kerja& Pencegahan Kecelakaan.Jakarta.CV.Haji Masagung.
kerja harus memperoleh perlindungan diri dari masalah sekitarnya dari pada
perlindungan tenaga kerja. Dalam hubungan ini bahaya yang timbul dari mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, kadaan tempat kerja,
kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja atau masyarakat
2
Suma’mur.1967.Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.Jakarta.PT. Toko Gunung Agung.
lingkungan kerja.
a. Penyakit umum
Penyakit yang mungkin diderita oleh setiap orang baik yang bekerja,
berlaku.
industri.
a. Moral
sehingga bila terjadi kecelakaan perusahaan mempunyai suatu beban moral, juga
b. Hukum
Tahun 1970.
c. Ekonomi
kecelakaan maka perusahaan mengeluarkan biaya sebagai ganti rugi dan juga
terganggu produktivitasnya.
meliputi:
a. Perencanaan
Maka dari itu ahli keselamatan kerja harus sudah ikut aktif dalam fase
dalam perencanaan dan efisiensi produksi seperti menyediakan tempat yang luas
fisik maupun efek psikologi, dalam kadaan rapih dan teratur, tenaga kerja akan
yang baik selain bermanfaat bagi kesempatan kerja juga bermanfaat bagi
kelancaran produksi.
Pakaian kerja termasuk alas kaki sering kali tak memadai untuk
Jika pakaian kerja mungkin cepat rusak karena pekerjaan yang berat,
menyediakan jenis pakaian yang cocok, pemakaian alas kaki juga harus
diperhatikan karena pemakaian alas kaki yang salah seperti berhak tinggi dan licin
akan mengakibatkan terpeleset atau terjadinya kecelakaan. Dan alas kaki dan
sebesar mungkin.
2. Pakaian kerja harus pas betul tanpa bagian-bagian atau tali yang longgar dan
kantong. Jika ada haruslah sedikit mungkin jumlahnya dan sedikit mungkin
ukurannya.
3. Pakaian longgar atau sobek dan kunci berantai atau arloji berantai tidak boleh
4. Pakaian berlengan pendek lebih baik dari pakaian berlengan panjang yang di
kerja tidak terjadi. Dan beberapa kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh semua
2. Peralatan atau pakaian tersebut harus ringan dipakainya dan awet, dan membuat
berupa:
c. Sarung tangan
e. Pemasangan Tanda-Tanda
berhati-hati terhadap jalan yang licin, mesin yang berbahaya, selalu menggunakan
alat pelindung diri setiap akan bekerja, dsb. Dan tempat-tempat yang sering terjadi
f. Penerangan
a. Kesilauan langsung
c. Bayang-bayang gelap.
seperti debu serbuk kayu di udara. Uap-uap diudara dapat diturunkan kadarnya
sampai batas aman oleh ventilasi umum atau dapat mencegah terjadinya keadaan
terlalu panas atau terlalu dingin sehingga pekerja tidak terganggu keadaan itu.
h. Kebisingan
yang dapat menimbulkan ketulian sedangkan efek bising pada daya kerja adalah
program keselamatan dapat tetap hidup dan menjadi efektif. Ditandai antara lain
laporan tetap tentang keselamatan, prestasi bidang keselamatan pada agenda rapat
aspek manusianya dan bukan hanya aspek tekniknya. Hubungan antara direktur
bertindak, berpikir dan bekerja secara aman. Dan segala bentuk latihan seharusnya
5. Analisis kecelakaan.
yang salah. Kecelakaan tersebut dapat dipelajari dari beberapa aspek yaitu
sebab-sebab yang dapat dijelaskan secara ilmiah. Kerugian yang terjadi bisa
Persentasi ini hanyalah berdasarkan pengalaman dan data pada suatu saat.
Pada dasarnya angka ini bukanlah angka presisi, tetapi kita dapat mengasumsikan
3
Salim, Emil. 2002. Green Company:Pedoman Pengelolaan Lingkungan, Keselamatan, dan
Kesehatan Kerja (LK3).Jakarta.PT.Astra International Tbk.
dari prosedur atau cara yang wajar atau benar menurut persetujuan bersama,
bawah barang yang diangkut crane, ngebut di jalan ramai dll. Keadaan atau
Unsafe Conditon ( Kondisi tidak aman) adalah kondisi apa saja, apakah
fisik, mekanis, kemiawi, atau biologis yang berbahaya. Misal: Sinar las yang tidak
terlindungi, roda gigi yang tidak tertutup pelindung, ban penggerak terbuka,
sumber radioaktof, bahan mudah terbakar yang berada di dekat sumber api, dll.
2. Ketidakmampuan mental/psikologis
8. Penyalahgunaan/salah pakai
dengan:
1
Ibid Hal 1.
4. Riset medis tentang pengaruh fisiologis dan patologis lingkungan, dan keadaan
terjadinya kecelakaan.
8. Penelitian bersifat teknik meliputi sifat dan ciri bahan berbahaya, pengujian
11. Asuransi, berupa insentif finansial, dalam bentuk pengurangan biaya premi,
12. Upaya lain di tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif atau
pula dalam mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, antara lain berupa :
kesehatannya.
dan sebagainya.
keadaan antara dua atau lebih masa kerja guna mengetahui sejauhmana
F=
Dimana :
kecelakaan untuk sejuta jam kerja dari jumlah jam kerja karyawan
S=
Dimana :
5
SNI.2001. Metode Perhitungan Tingkat Kekerapan dan Tingkat Keparahan Cedera Akibat Kerja
masa lalu dan masa kini, sehingga dapat diketahui tingkat penurunan kecelakaan
pada unit tersebut, digunakan nilai T Selamat yang berdasarkan pada uji
Safe T Score =
Dimana :
Nilai Sts antara +2 sampai dengan -2, dengan tingkat frekuensi kecelakaan
1. Nilai Sts diatas +2, artinya tingkat frekuensi kecelakaan kerja pada masa kini
2. Nilai Sts dibawah -2, artinya terjadinya peningkatan prestasi tingkat frekuensi
kecelakaan kerja pada masa kini jika di bandingkan dengan masa lalu.
Cara menafsirkan :
d. Nilai kurang dari + 2,00 berarti ada perubahan yang memburuk secara
berarti/bermakna.
Kerja
selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan ini harus lebih baik dari hari
yang dihasilkan (output) dan masukan (input). Secara khusus produktivitas dapat
usaha tindakan pengamanan proses produksi, menjamin agar tiap orang yang
berada di tempat kerja senantiasa dalam kondisi aman. Keselamatan kerja dapat
yang menjadi sebab sakit dan kematian dapat perlu dikurangi atau ditekan paling
kecil:
peralatan kerja dan mesin efisien, dimana erat kaitan dan hubungan dalam
pengusaha dan buruh akan membawa suasana keamanan dan ketenangan kerja
bahkan tingkat produktivitasnya sering menjadi nihil sama sekali. Keadaan sakit
yang menahun menjadi sebab rendahnya produktivitas untuk waktu yang relatif
panjang. Adapun keadaan diantara sehat dan sakit juga menjadi turunnya
produktivitas yang sering sering dapat dilihat secara nyata bahkan besar. Diantara
derajat kesehatan yang tinggi dan tingkat produktvitas yang tinggi terdapat
parallisme. Terdapat tiga alasan yang kian lama kian banyak pembuktian ilmiah
Produktivitas =
Keterangan : Semakin sedikit kecelakaan dan karyawan yang tidak masuk baik
sakit maupun tanpa keterangan, maka semakin kecil pula hari kerja yang hilang
3.8 5S (Kaizen)
menerapkan prinsip ” A place for everything, and everything in its place, maka
kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, tertib maka
1. Efisiensi Kerja
2. Produktifitas Kerja
dalam bertumbuh kembang secara wajar. Manfaatnya jelas, bukan saja bagi
mengambil foto di sekeliling tempat kerja. Hal ini akan sangat berguna sebagai
pabrik. Barang yang tidak diperlukan artinya barang tersebut tidak dibutuhkan
6
Ibid Hal 11.
tempat kerja
c. Pemeriksaan berkala
d. Produktivitas/efesiensi meningkat
menyusun benda dengan cara yang menarik (rapi). Dalam konteks 5 S, ini berarti
cepat. Untuk mencapai langkah ini, pelat penunjuk digunakan untuk menetapkan
tempat yang pasti dan jelas, serta harus diletakkan pada tempatnya.
b. Penyiapan tempat
d. Tanda batas
(resik). Ini adalah proses pembersihan dasar dimana suatu derah disapu dan
kemudian dipel dengan kain pel. Karena lantai, jendela, maupun dinding harus
dibersihkan, seiso di sini setara dengan aktifitas pembersihan berskala besar yang
beberapa kali dalam setahun, tiap tempat kerja perlu dibersihkan setiap hari.
abu, dan sampah. Contohnya, kalau ada pekerja yang mengeluh ada mesin yang
rusak ini tidak berarti mesin itu perlu penyetelan. Sebenarnya, yang diperlukan
d. Pelestarian resik
Seiri, Seiton, dan Seiso. Seiketsu atau rawat, pada prinsipnya mengusahakan agar
tempat kerja yang sudah menjadi baik dapat selalu terpelihara. Di tempat kerja
Memelihara tempat kerja tetap bersih tanpa sampah atau tetesan minyak
adalah aktivitas seiketsu. Antara seiso dengan seiketsu sangat berkaitan erat.
c. Mekanisme terpantau
e. Pemeriksaan
meningkat.
terus menerus melakukan dan ikut serta dalam kegiatan perawatan dan aktivitas
perbaikan serta membuat pekerja terbiasa mentaati aturan (rajin). Hal ini dianggap
sebagai komponen yang paling sukar dari 5 S. Untuk aktivitas ini, pekerja Jepang
dibina agar dapat menjaga dan meningkatkan apa yang sudah baik. Seperti,
budaya antri, bersih, tepat waktu, tepat janji dan sebagainya harus dibina. Orang
melaksanakannya juga.
METODOLOGI PENELITIAN
Sudarso Km 10,5 Kampung Mabar, Medan Sumatera Utara. Sebagai kantor utama
dan pabrik perakitan mesin digester dan screwpress. Cabang perusahaan yaitu PT
Ladju yang berlokasi di Jl. Komodor Laut Yos Sudarso Km 9,5 Kampung Mabar,
Medan Sumatera Utara juga berfungsi sebagai pabrik perakitan mesin digester
dan screwpress.
yang merupakan bagian dari penelitian deskriptif. Penelitian survey ialah suatu
penyelidikan yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada
dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi secara langsung dari orang-
7
Sinulingga, Sukaria. 2011. Metodologi Penelitian. USU Press. Medan. Hal. 24.
1. Data primer
2. Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan dan diolah oleh pihak
lain sehingga tidak perlu lagi digali/dicari oleh peneliti bersangkutan diperoleh
antara lain:
a. Metode interview
b. Metode observasi
secara langsung pada obyek yang diteliti di PT. Apindowaja Ampuh Persada
gambar kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.1
berikut ini.
Penyuluhan Kerja
Jaminan Biaya
Kesehatan
kerja.
pekerja dalam bekerja untuk menjaga dan melindungi diri dari kecelakaan kerja
kerja.
program keselamatan kerja tersebut tidak berjalan dengan baik sehingga tujuan
dari program ini yaitu untuk mengurangi terjadinya kecelakaan kerja tidak
g. Unsafe actions merupakan kegiatan-kegiatan yang tidak aman atau yang dapat
aman sehingga dapat menimbulkan kecelkaan kerja. Misalnya area kerja yang
terlalu bising, gelap, panas, debu, gas, radiasi, ventilasi yang tidak memadai,
i. Kecelakaan Kerja merupakan kejadian yang tak terduga atau tidak diharapkan.
j. Metode 5S dalam konsep kaizen yakni: yaitu Seiri (Pemilah), Seiton (Penataan),
bertujuan untuk membuat daerah kerja seefisien dan seproduktif mungkin guna
k. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau usulan perbaikan merupakan suatu
Observasi Awal
Pengumpulan Data:
1. Analisis Kuantitatif:
a. Jumlah jam hilang karyawan
b. Jumlah kecelakaan kerja
c. Jumlah jam kerja karyawan
2. Analisis Kualitatif:
a. Jenis-jenis kecelakaan kerja
b. Faktor-faktor penyebab kecelakaan
kerja
Pengolahan data:
1. Analisis Kuantitatif
a. Menghitung tingkat keparahan
b. Tingkat Frekuensi
Hubungan produktivitas dengan
keselamatan dan kesehatanan kerja
Analisis Data:
1. Metode Analisis Kuantitatif
2. Metode Analisis Kualitatif
Gambar 4.2 Kerangka Pemecahan Masalah
Data kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Apindowaja Ampuh Persada dapat
Data Jumlah hari hilang yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja di PT.
Berikut Data Jumlah Kecelakaan Kerja / Bulan PT. Apindowaja Ampuh Persada Tahun 2008 – 2012 datat dilhat pada tabel 5.1
berikut
Tabel 5.1 Jumlah Kecelakaan Kerja / Bulan PT. Apindowaja Ampuh Persada Tahun 2008 – 2012
Bulan Jumlah
Tahun Kecelakaan
Jan Feb Mar Apr Me Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Kerja
2008 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
2009 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 13
2010 2 1 2 1 1 - 1 1 1 1 1 - 12
2011 1 - 1 - 1 1 1 1 1 1 1 1 10
2012 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 15
Tabel 5.2 Jumlah Hari Kerja Hilang/ Bulan Berdasarkan Absensi PT. Apindowaja Ampuh Persada Tahun 2008 – 2012
2008 1 4 1 2 4 2 1 1 1 5 2 1 25
2009 2 4 2 2 4 1 1 4 6 3 48 1 78
2010 8 3 5 4 1 - 2 1 31 5 10 - 70
2011 1 - 3 - 4 1 2 1 1 1 3 4 21
2012 6 2 10 2 4 1 2 4 2 11 50 5 99
dari tahun 2008 sampi tahun 2012) terjadi kecelakaan kerja di lantai produksi PT.
Apindowaja Ampuh persada. Sedangkan di Tabel 5.3 dapat kita lihat bahwa lama
hari hilang yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja tersebut tidak merata. Mulai
Apindowaja Ampuh Persada terbagi atas 2 bagian yakni golongan ringan dan
dilakukan oleh operator tersebut tanpa ada tunjangan dari perusahaan misalnya
kaki kena gram/scrap, tangan kena scap. Sedangkan untuk golongan berat
Jamsostek. Jenis kecelakaan kerja ini misalnya jari tangan terpotong,dijatuhi alat
Jenis kecelakaan kerja yang paling parah yang pernah dialami oleh pekerja
di lantai produksi yakni jari terpotong yakni jari terpotong, jari tengah dan jari
jari kelingking ruas I pada bulan November 2009 dan tertimpa benda jatuh pada
kehilangan anggota tubuh, luka atau pembedahan maka jumlah hari hilang untuk
Ruas I (Distal
300 100 75 60 50
Phallange)
Ruas II (Middle
- 200 150 120 100
Phallange)
Tangan pada
3000
pergelangan
Dari tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa untuk jari tengah dan jari manis
kelingking ruas I. Bila amputasi pada lebih dari 1 jari maka akan dijumlahkan
nilai tertinggi masing-masing jari teramputasi. Jari manis dan tengah nilai
tertinggi ruas pada ruas II yakni 120 hari dan 150 hari dan untuk ruas I jari
kelingking sebesar 50 hari. Jadi total hari hilang untuk kehinlangan jari pada
oleh kepala bagian produksi pada mesin produksi. Inspeksi itu sendiri meliputi
Scrap, Las, Las Potong, Maintenance, Screw Press, Gun Bor, Digester, Namun,
Inspeksi tidak dilaksanakan dengan rutin. Inspeksi hanya dilakukan pada saat
kerja dikoordinir oleh kepala bagian produksi. Alat-alat tersebut antara lain :
b. Helmet berfungsi sebagai alat pelindung kepala operator terutama pada saat
c. Sarung tangan sebagai alat pelindung tangan atau jari dari bahaya panas mesin
d. Welding Helmets (Topeng Las) berfungsi untuk melindungi wajah dan mata
dengan yang mereka butuhkan saat bekerja selain itu tidak ada skala waktu untuk
menyediakan sendiri APD yang mereka butuhkan untuk bekerja. Alat pelindung
diri yang operator sediakan sendiri misalnya baju kerja, sepatu, dan airplug
Tabel 5.4 Data Pekerja yang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
Pakai APD 20
Total 32
3. Safety talk
selamat kepada karyawan / safety talk di laksanakan oleh tiap-tiap bagian yang
berwenang pada proses produksi sebelum memulai pekerjaan. Tujuan safety talk
ini untuk upaya pencegahan kecelakaan secara dini. Kegiatan ini meliputi :
oleh masing-masing kepala bagian, pada saat sebelum memulai aktivitas kerja.
Namun kegiatan ini sangat jarang dilakukan karena kepala bagian sudah
produksi dari PT. Apindowaja Ampuh Persada industrinya berupa scrap. Scrap
Persada adalah :
1. Jari terpotong.
7. Kaki terbentur dengan bahan atau alat kerja yang terbuat dari besi.
8. Iritasi mata, akibat sering kemasukan debu (percikan cahaya mesin las).
merupakan sesuatu yang sangat penting sehingga sampai saat ini belum pernah
K3 hanya dilakukan oleh pihak perusahaan untuk melihat sejauh mana program
seharusnya.
Untuk melakukan pengawasan K3 dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini,
Keterangan
Jarang Tidak
Indikator Diterapka
Diterapka Diterapka
n
n n
Pengawasan Kerja √
Sosialisasi K3 √
Keterangan
Jarang Tidak
Indikator Diterapka
Diterapka Diterapka
n
n n
proses kerja.
penting
tanggung jawab
a. Manusia
2. Hanya beberapa pekerja yang menggunakan alat perlindungan diri dan pakaian
3. Pendidikan dan pelatihan bagi karyawan belum mendapat perhatian penuh dari
perusahaan.
7. Bekerja dengan kecepatan tidak aman, terlalu cepat atau terlalu lambat.
baik.
2. Peralatan perlindungan diri seperti kaca mata, sarung tangan dan sepatu jarang
dipakai.
3. Peralatan dan perlengkapan kerja tidak rapih, kotor dan tidak terawat dengan
baik.
c. Lingkungan kerja
Ampuh Persada sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada
Tabel 5.6 Jumlah Tenaga Kerja Bagian Produksi dan Jam Kerja PT.
Jumlah Jam
Jumlah Tenaga Total Jumlah Jam
Tahun Kerja/Bulan (Jam
Kerja (Orang) Kerja (Orang)
Orang)
Pada Tabel 5.6 di atas dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja masing-
pekerja di bagian produksi sebanyak 20 orang ini merupakan tahun dengan jumlah
pekerja terkecil. Sedangkan untuk tahun 2012 pekerja sebanyak 32 orang dan
merupakan tahun dengan jumlah pekerja terbesar. Untuk perhitungan jumlah jam
kerja perbulan jumlah pekerja dikali dengan 8 jam kerja dan diasumsikan setiap
bulan masing-masing pekerja bekerja selama 25 hari kerja. Sedangkan untuk Total
jumlah jam kerja, hasilnya diperoleh dari perkalian jumlah jam kerja perbulan
hilang dari tahun 2008 – 2012 seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 5.7 Jumlah Jam Kerja Hilang dari Tahun 2008 – Tahun 2012
Hari Kerja Hilang Hari Kerja Hilang Total Hari Jam Kerja Jam Kerja
Tahun Berdasarkan Berdasarkan SNI kerja Hilang Perhari (Jam) Hilang (Jam)
2008 25 - 25 8 200
2010 70 - 70 8 560
2011 21 - 21 8 168
2012 99 - 99 8 792
nilai TSelamat di PT. Apindowaja Ampuh Persada selama kurun waktu 5 tahun
jam kerja hilang dan hari kerja hilang karyawan produksi. Data-data tersebut
F=
Dimana :
F2008 =
tahun, kira-kira 250 kecelakaan yang menyebabkan luka telah terjadi untuk setiap
satu juta jam kerja. Dengan cara yang sama hasil pengukuran tingkat frekuensi
2008 12 250
2009 13 236
2010 12 200
2011 10 139
2012 15 196
S=
Dimana :
S2008 =
Ini berarti bahwa dalam setahun kira-kira 4166,67 jam yang hilang untuk setiap
1.000.000 jam kerja yang dijalankan atau 4166,67 jam per juta jam kerja yang
dijalankan. Dengan cara yang sama hasil pengukuran Tingkat saferity rate /
Nilai F1 diambil dari tahun sebelumnya dan nilai F2 adalah nilai pada
Jumlah Jam
Tahun F1 F2
Kerja (Jam)
Safe T Score =
Dimana :
= -208,02
pada masa kini jika dibandingkan terhadap masa lampau. Safe T Score adalah
angka yang tidak mempunyai dimensi. Arti Safe T Score positif menunjukkan
membaik. Dengan cara yang sama hasil pengukuran nilai T selamat adalah
sebagai berikut :
2009 -208,02
2010 -574,16
2011 -1157,49
2012 1339,82
2012 karena pada tahun tersebut terjadi peningkatan kecelakaan kerja dari tahun
2011.
jumlah total jam hilang, jumlah jam kerja, tingkat severity, kemudian didapat
Produktivitas =
terjadi, maka semakin kecil pula jam kerja yang hilang dan mengakibatkan
kebersihan kerja, atau secara umum adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang memiliki kondisi fisik prima, pengetahuan dan keterampilan tinggi serta
sikap mental yang positif akan mampu bekerja pada tingkat produktivitas yang
tinggi, efektif dan efisien. Untuk itu dianalisis masalah pokok program K3
dengan optimal.
tempat kerja.
digunakan lagi
Apindowaja Ampuh Persada tidak sesuai dengan metode seiri. Misalnya untuk
kerja. Jenis-jenis kecelakaan kerja yang dapat terjadi yakni tangan atau kaki
terkena scap.
barang-barang yang diperlukan dan penempatan barang tersebut pada lokasi yang
Dari tabel 5.14 diatas dapat dilihat bahwa sebagian alat atau peralatan
alat atau peralata tersebut. Misalnya alat kebersihan dan komponen mesin yang
tidak terpakan dan botol minyak pelumas, sedangkan untuk potongan sisa
potongan atau produk cacat tidak sesuai dengan metode seiton (penataan).
pembersihan tempat kerja dari debu dan yang lainnya dengan tujuan untuk
masing-masing
Tidak ada jadwal kebersihan Harus ada jadwal kebersihan Tidak sesuai
perusahaan
dilakukan oleh semua pekerja selain itu tidak ada laporan dari pekerja mengenai
kondisi actual stasiun kerja mereka dan tidak ada jadwal kebersihan secara berkala
untuk setiap pekerja sehingga dari analisis seiso kondisi tersubut tergolong tidak
masing-masing
Operator tidak teliti dan sering Operator harus teliti dan tidak Tidak sesuai
bidang atau stasiun kerja masing- masing hal ini disebabkan karena ada pelatihan
oleh pekerja yang sudah lama di stasiun kerja tersebut dan operator ditempatkan
di stasiun kerja yang mereka pilih sesuai keahlian dan bidang mereka masing-
pekerja lain atau menelepon atau mendengarkan musik dari handphone mereka.
ditetapkan.
Dari tabel 5.17 diatas dapat diketahui bahwa metode Shitsuke tidak sesuai
perusahaan dan pekerja tidak melakukan diskusi setiap periode selain itu, Pihak
penulis memegang dasar dari hasil pengukuran dan perhitungan yang dilakukan.
Analisa dilakukan pada tahun 2008 sampai tahun 20012, karena sesuai dengan
Dari hasil pengukuran diatas dapat diketahui bahwa tingkat frekuensi rate/
kekerapan kecelakaan yang terjadi pada tahun 2008, 2009, 2010,2011, dan 2012
sebesar 250; 236; 200; 139; 196. Angka tersebut menunjukkan bahwa dalam satu
juta jam kerja dari tahun ke tahun terjadi nilai frekuensi kecelakaan kerja yang
berubah-ubah. Hal ini karena jumlah jam kerja karyawan yang berubah-ubah dan
jumlah kecelakaan kerja yang terjadi. Semakin tinggi jumlah kecelakaan kerja
tinggi jumlah jam kerja karyawan maka nilai frekuensi kekerapan kecelakaan
kerja PT. Pindowaja Ampuh Persada sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.
Data pengukuran jumlah kecelakaan kerja dari tahun 2008 sampai dengan
tahun 2012 selalu berubah-ubah namun dari angka data pengukuran frekuensi
pada tahun 2012 tingkat frekuansi kecelakaan kerja meningkat. hal ini disebabkan
bahwa pada tahun 2008 sampai dan 2011 jumlah jam kerja semakin tinggi namun
jumlah kecelakaan kerja hanya sedikit perubahan yakni pada tahun 2008 jumlah
kecelakaan kerja 12, pada tahun 2009 ada 13 kecelakaan kerja, pada tahun 2010
ada 12 kecelakaan kerja dan tahun 2011 ada 10 kecelakaan kerja sedangkan pada
tahun 2012 memang terjadi peningkatan jumlah jam kerja namun tingkat
terjadi peningkaan dan penurunan jumlah kecelakaan kerja yang tidak stabil.
tahun 2009 sebesar 57681,16 dengan jumlah total jam hilang 3184 dalam
1.000.000 jam kerja pertahun. Tingkat keparahan kecelakaan kerja yang rendah
yaitu pada tahun 2011 yaitu 2333,33. Tingkat keparahan/severity dipengaruhi oleh
jumlah total jam hilang karyawan dan jam kerja karyawan setiap tahunnya.
keparahan/severity semakin tinggi pula dan sebaliknya semakn tinggi jam kerja
jam kerja hilang karyawan dari tahun 2008 sampai tahun 2012 di PT. Apindowaja
Ampuh Persada.
2008 sampai tahun 2012 di PT. Apindowaja Ampuh Persada dapat dilihat pada
Gambar 6.3.
Pada tahun 2009 merupakan nilai dengan tingkat keparahan/severity rate tertinggi
karena pada tahun ini terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan jam kerja
hilang tertinggi yakni sebesar 3184 jam kerja hilang. Apindowaja Ampuh
Persada. Tingkat severity karyawan dari tahun 2008 sampai tahun 2012 di PT.
Dari hasil pengukuran Nts selama 5 tahun, didapat Nts pada tahun 2009
besarnya adalah -220,78, tahun 2010 sebesar -560,22, tahun 2011 sebesar -
1160,86 dan tahun 2012 sebesar 1336,29. Grafik tingkat nilai T selamat dapat
selamat positif ini menandakan bahwa pada tahun 2012 keadaan memburuk ini
ditandai dengan peningkatan jumlah kecelakaan kerja dari tahun 2011 sebesar
kecelakaan kerja.
Semakin tinggi kecelakaan kerja, semakin tinggi tinggi pula jam kerja hilang dan
akan semakin rendah atau menurun produktivitas. Jam kerja di PT. Apindowaja
hingga tahun 2012 semakin meningkat setiap tahunnya. Namun jumlah jam hilang
dari tahun ke tahun fluktuatif atau terjadi peningkatan dan terjadi penurunan untuk
tahun yang lain. Peningkatan dan penurunan jam kerja hilang setiap tahunnnya
dipengaruhi oleh frekuensi kecelakaan kerja dan jenis kecelakaan kerja. Namun
frekuensi kecelakaan kerja meningkat belum tentu jam kerja hilang semakin
meningkat ini terlihat dari data pada thun 2008 terjadi 12 kecelakaan kerja sama
dengan tahun 2010. Namun jam kerja hilang pada tahun 2010 lebih besar dari
pada tahun 2008 yakni 560 jam untuk 2010 sedangkan 200 jam untuk tahun 2008.
Jam kerja hilang dipengaruhi oleh jumlah hari kerja hilang. Satu kecelakaan kerja
bisa saja menyebabkan hari hilang yang lebih tinggi dari pada dua kecelakaan
Terlihat bahwa semakin sedikit hari kerja yang hilang dan mengakibatkan
sangat besar yakni 3184 dengan jumlah total waktu kerja sebesar 55200 jam.
yang terjadi pada tahun 2008, 2009, 2010,2011, dan 2012 sebesar 250; 236; 200;
139; 196. Sedangkan untuk Tingkat severity rate / keparahan kecelakaan kerja
untuk tahun 2008 sampai tahun 2012 yakni 4166,67; 57681,16; 9333,33; 2333,33;
dan 10312,50.
Kecelakaan Kerja.
Pada Tabel 6.2. berikut dapat dilihat hubungan antara jumlah kecelakaan
Kecelakaan Kerja.
Dari tabel 6.2 diatas dapat dilihat bahwa dari tahun 2008 sampai dengan
tahun 2012 terdapat perbedaan kecelakaan kerja , dimana tahun 2011 merupakan
tahun paling sedikit terjadi kecelakaan kerja yakni 10 kasus. Sedangkan tahun
2012 merupaka yang paling sering terjadi kecelakaan kerja yakni pada yakni 15
kasus kecelakaan kerja. Untuk frekuensi kecelakaan kerja, tahun 2011 merupakan
tahun dimana tingkat frekuensi kecelakaan kerja terendah yakni sebesar 139.
Sedangkan untuk frekuensi tertinggi terjadi pada tahun 2008 dengan jumlah
kecelakaan kerja 12 kasus. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa ada hubungan
kerja.
Faktor yang tidak bisa dipisahkan ialah jumlah jam kerja karyawan
pertahunnya. Seperti pada tahun 2008 dengan 2009, kecelakaan kerja yang terjadi
pada 2008 ialah 12 kasus sedangkan untuk 2009 terjadi 13 kasus kecelakaan kerja.
Tetapi nilai frekuensi kekerapan kecelakaan 2008 lebih tinggi dari pada nilai
frekuensi kekerapan kecelakaan 2009 karena jumlah jam kerja 2008 lebih jauh
sedikit 48000 jam dibandingkan jam kerja tahun 2009 yakni 55200 jam sedangkan
selisih jumlah kecelakaan kerja hanya 1 kasus lebih sedikit tahun 2008.
Pada Tabel 6.3. berikut dapat dilihat hubungan antara jumlah kecelakaan
Tabel 6.3 Hubungan antara Jumlah Kecelakaan Kerja dengan Jumlah Jam
2008 12 200
2009 13 3184
2010 12 560
Tabel 6.3 Hubungan antara Jumlah Kecelakaan Kerja dengan Jumlah Jam
2011 10 168
2012 15 792
Dari tabel 6.3 di atas dapa dilihat bahwa jumlah jam kerja hilang yang
paling tinggi yakni pada tahun 2009 dengan jumlah kecelakaan kerja yang terjadi
yakni sebesar 13 kasus. Sedangkan untuk jumlah jam kerja hilang terkecil yakni
pada tahun 2011 yakni sebesar 168 dengan jumlah kecelakaan kerja 10 kasus.
Pada tahun 2009 terjada kasus kecelakaan kerja yang menyebabkan cacat
sehingga hari hilang yang diakibatkan oleh kecelakaan tersebut sebesar 320 hari.
Jam kerja hilang ditentukan juga oleh Standar Nasional Indonesia SNI 13-6618-
2001 untuk Kehilangan Anggota Tubuh - Luka atau Pembedahan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa belum tentu jumlah kecelakaan yang tinggi di imbangi juga
dengan jam kerja hilang yang tinggi karena satu kecelakaan kerja bisa saja
menyebabkan jam kerja hilang lebih tinggi dari pada dua kecelakaan lain.
Pada Tabel 6.4. berikut dapat dilihat hubungan antara jumlah kecelakaan
2008 12 4166,67
2009 13 57681,16
2010 12 9333,33
2011 10 2333,33
2012 15 10312,50
pada tahun 2009 yakni 57681,16 dengan jumlah kecelakaan kerja yang terjadi
pada tahun tersebut yakni sebesar 13. Sedangkan untuk nilai severity rate terkecil
terjadi pada tahun 2011 yakni sebesar 2333,33 dengan jumlah kecelakaan kerja 10
kasus.
Jumlah total jam kerja hilang karyawan dan Jumlah jam kerja karyawan dalam
setahun hal ini didukung juga dari data yang terdapat pada tabel. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa untuk tingkat severity tidak dipengahi oleh jumlah kecelakaan
kecelakaan dengan jumlah kecelakaan kerja hanya ada jika kecelakaan kerja yang
sama terjadi pada setiap tahunnya, jumlah hari hilang yang sama, dan jumlah jam
kerja karyawan yang linier dengan jumlah kecelakaan kerja setiap tahunnya.
Karena tidak semua kecelakaan kerja sama atau dapat dikatakan satu kecelakaan
kerja dapat menyebabkan jumlah hari hilang dari dua kecelakaan kerja lain dan
Pada Tabel 6.5 berikut dapat dilihat hubungan antara frekuensi kecelakaan
Dari Tabel 6.5 di atas dapat dilihat bahwa frekuensi tertinggi terjadi pada
tahun 2008 sebesar 250 dengan jumlah jam kerja hilang 200 jam. Sedangkan
untuk nilai frekuensi terendah yakni pada tahun2011 yakni sebesar 139 dan
dengan jumlah jam kerja hilang terendah 168 jam. Untuk jumlah jam kerja hilang
tertinggi terjadi pada tahun 2009 dengan 3184 jam dengan nilai frekuensi
ditentukan dari absen kerja yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja juga
ditentukan dari kefatalan yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja tersebut sesuai
jumlah kecelakaan kerja dengan jumlah jam kerja hilang pertahun tidak
memberikan nilai yang berbanding lurus karena semakin tinggi frekuensi rate
belum tentu membuat nilai jumlah jam kerja hilang pertahun semakin tinggi pula.
Pada Tabel 6.6. berikut dapat dilihat hubungan antara frekuensi kecelakaan
Dari Tabel 6.6 di atas dapat dilihat bahwa tingkat severity terjadi pada
tahun 2009 sebesar 57681,16 dengan nilai frekunsi tertinggi juga yakni sebesar
2333,33 dan dengan nilai frekuensi terendah juga yakni sebesar 139. namun pada
tahun 2010 dengan nilai severity 9333,33 dan nilai frekuensi 200 tidak sesuai
dengan tahun 2012 frekuensi hanya 196 namun tingkat severity lebih tinggi dari
tidak terlalu signifikan hanya terjadi hubungan pada jumlah jam kerja karyawan
pertahun.
Pada Tabel 6.7. berikut dapat dilihat hubungan antara jumlah jam kerja
pertahun.
Tabel 6.7 Hubungan antara Jumlah Jam Kerja Hilang Pertahun dengan
Dari Tabel 6.7 dapat dilihat bahwa tingkat severity tertinggi terjadi pada
tahun 2009 yakni 57681,16 dan dengan jumlah jam kerja hilang tertinggi juga
yakni sebesar 3184 jam. sedangkan nilai severity rate terendah terjadi pada tahun
2011 sebesar 2333,33 dan jumlah jam kerja hilang terendah juga sebesar 168 jam.
Dari Tabel dan rumus untuk menentukan tingkat severity rate / keparahan
keparahan kecelakaan kerja dipengaruhi secara signifikan oleh jumlah jam kerja
hilang karyawan.
sebagai berikut :
tempat kerja.
condition)
digunakan lagi
Pada lantai lantai produks, barang-barang yang diidentifikasi sebagai barang yang
tidak diperlukan lagi atau tidak diperlukan untuk sementara waktu adalah :
misalnya sisa potongan bahan atau besi dan produk cacat dapat diletakan di
box ata lemari barang dan digunakan kembali pada proses produksi yang
barang-barang yang diperlukan dan penempatan barang tersebut pada lokasi yang
Alat kebersihan seperti sapu dan sekop Pengaturan barang dan Seusai
Solusi pada lantai produksi, barang-barang yang masih diperlukan dan harus
lebih baik seperti pada proses pengelasan, bubut atau pemotongan bahan.
b. Sisa potongan dan scrap/gram yang terdapat pada lantai produksi segera
potong,mesin bubut, mesin bor,mesin digester, dan mesin las potong. sehingga
scrap atau lempengan besi sisa pemotongan yang dihasilkan pada proses-
tempat atau meja peralatan yang mudah dilihat dan dijangkau pekerja.
e. Botol minyak pelumas yang digunakan untuk mesin produksi disimpan di rak
dinding.
pembersihan tempat kerja dari debu dan yang lainnya dengan tujuan untuk
condition)
masing-masing
Tidak ada jadwal kebersihan Harus ada jadwal kebersihan Tidak sesuai
perusahaan
2. Semua pekerja wajib melaporankan kondisi stasiun kerja yang tidak baik
3. Harus ada jadwal kebersihan secara berkala untuk setiap pekerja yang bekerja
di perusahaan
Kesehatan Kerja
membuat suatu persetujuan 5S yang disepakati secara bersama oleh semua pekerja
condition)
masing-masing
Operator tidak teliti dan sering Operator harus teliti dan tidak Tidak sesuai
harus dilaksanakan secara terus menerus. Untuk menjadi dasar perbaikan terus
condition)
Pihak perusahaan dan pekerja Pihak perusahaan dan pekerja Tidak sesuai
ditetapkan.
condition)
yang tidak berguna. Hal ini harus dihilangkan prinsip meletakkan barang pada
jawab sehinngga pekerjaan yang dilakukan secara rutin akan menjadi suatu
kebiasaan yang baik dan mengurangi kesalahan dalam menjalankan tugas serta
3. Membiarkan mesin dalam keadaan kotor dan rusak. Ini perlu diubah dan kita
pada tingkat supervisor dan setiap bulan pada tingkat manajemen untuk
peningkatan kinerja.
7.1 Kesimpulan
tahun 2008 dengan frekuensi 250. Tahun 2009 terjadi dengan frekuensi 236.
Tahun 2010 dengan frekuensi 200. Tahun 2011 dengan frekuensi 139. Dan
2. Hasil tingkat keparahan kecelakaan kerja pada tahun 2008 sebesar 4166,67.
Pada tahun 2009 sebesar 57681,16, tahun 2010 sebesar 9333,33, tahun 2011
sebesar 2333,33, dan pada tahun 2012 sebesar 10312,50. Hal itu berarti tingkat
keparahan bekerja dari tahun ke tahun semakin menurun dan akan diikuti
3. Hasil pengukuran nilai T selamat (Nts) tahun 2009 diketahui – 208,02, pada
tahun 2010 sebesar -574,16, pada tahun 2011 sebesar 1157,49, dan sebesar
1339,82 pada tahun 2012. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam tahun 2009
prestasi dibandingkan dengan masa lalu dan pada tahun 2012 terjadi penurunan
4. Kecelakaan kerja di PT. Apindowaja Ampuh Persada masih bisa terjadi, hal ini
perusahaan atau dengan tidak memakai alat perlindungan diri yang telah
bahwa semakin sedikit kecelakaan yang terjadi, maka semakin kecil pula hari
7. Jumlah kecelakaan kerja yang terjadi dalam setahun tidak berbanding lurus
dengan jumlah jam kerja hilang. Semakin tinggi jumlah kecelakaan kerja
belum tentu semakin tinggi jam kerja hilang begitu juga sebaliknya. Semakin
tinggi jumlah jam kerja hilang maka semakin tinggi pula tingkat severity.
berserakan di lantai sehingga tidak tidak sesuai dengan metode 5S untuk seiri.
menerapkan pengaturan barang dan penempatan barang atau alat pada lokasi
yang tetap. Hasil analisis dengan metode seiso menunjukkan bahwa tidak
operator mempunyai keahlian namun jarang diawasi pada saat bekerja. Dan
dapat disimpulkan kondisi aktual PT. Apindowaja Ampuh Persada tidak sesuai
7.2 Saran
2. Perlu adanya pengawasan dan pengarahan yang ketat dari perusahaan tentang
3. Mengadakan safety talk dan training pada setiap 3 bulan sekali untuk diberikan
pengarahan dan kegunaan alat perlindungan diri yang mereka pakai setiap
hari.
kecilnya.
kerja (P2K3).
Kartika , Hayu dan Tri Hastuti.2011. Analisa Pengaruh Sikap Kerja 5S dan
Osada, Takashi, 2002, Sikap Kerja 5S Seri Manajemen Operasi, PPM, Jakarta.
Tbk.
Standarisasi Nasional.
Gunung Agung
Masagung.
Sutalaksana, Iftikar, dkk. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Jurusan Teknik Industri
ITB : Bandung.
Wignjosoebroto, Sritomo. 1992. Studi Gerak dan Waktu : Teknik Analisis untuk