TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh :
Aulia Morfi Nasution
NIM. 070403048
No. Dok.: FM-GKM-TI-TS-06A; Tgl. Efektif :15 Juli 2011; Rev : 0; Halaman : 1 dari 1
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan tugas sarjana
Laporan tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk mengikuti
sidang tugas sarjana untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Industri,
perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pembuatan celana jeans. Laporan tugas
sarjana ini membahas tentang penerpan Activity Based management yang digunakan
untuk meminimumkan biaya produksi. Judul penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti
Akhir kata, penulis berharap agar Laporan tugas sarjana ini bermanfaat bagi semua
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai
1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT., selaku ketua departemen Teknik Industri yang telah
2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT., selaku sekretaris departemen Teknik Industri.
3. Ibu Rosnani Ginting, MT dan Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Eng selaku
4. Bapak Prof. DR. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng. selaku ketua bidang rekayasa
Manufaktur. Yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam pengajuan judul
Tugas Sarjana.
5. Bapak Prof. DR. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE. selaku dosen pembimbing I yang
telah meluangkan waktu dan pemikirannya dalam memberikan arahan dan nasehat
6. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin, MT. selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dan pemikirannya dalam memberikan arahan dan nasehat untuk penulis
7. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT., Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT., Bapak Ikhsan Siregar,
ST, M.Eng., selaku Tim Pembanding pada Seminar Tugas Sarjana yang telah
8. Bapak Ujang selaku Pembimbing Lapangan Tugas Akhir dan Supervisor Bagian
Desain dan Produksi pada PT. Givemas Garmindo yang memberi dukungan dan
9. Rudi Putra, selaku teman seperjuangan dalam melakukan penelitian di PT. Givemas
Yessi, Rahma, Suhartono, Puput, Gudiman, Yose, Arief, Yogi, Bajora, Amanah,
Hendra, Wendy, Matius, Lia, Sadikin, Niko, Hadi, Maysarah) yang mendukung
11. Bang Nurmansyah, Bang Mijo, Kak Dina, Kak Ani, dan Bang Ridho atas bantuan
dan tenaga yang telah diberikan dalam memperlancar penyelesaian Tugas Sarjana
ini.
12. Seluruh pihak yang tidak dapat dituliskan satu per satu, namun telah memberikan
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL................................................................................................. i
I PENDAHULUAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
3.8. Cause and Effect Diagram (Diagram Sebab Akibat) .................... III-27
BAB HALAMAN
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... IV-1
4.2. Jenis Penelitian............................................................................ IV-1
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
TABEL HALAMAN
2.2. Sistem Pembagian Jam Kerja Bagian kantor dan Produksi .......................... II-7
2.3. Sistem Pembagian Jam Kerja Bagian kantor dan Pencucian ........................ II-7
5.6. Data Biaya Penggunaan Bahan Celana Jeans Selama Tahun 2011............... V-10
5.10. Uji Keseragaman Data untuk Celana Jeans Tipe Basic ............................... V-22
5.11. Uji Keseragaman Data untuk Celana Jeans Tipe Model .............................. V-23
TABEL HALAMAN
5.12. Uji Kecukupan Data untuk Celana Jeans Tipe Basic ................................... V-26
5.13. Uji Kecukupan Data untuk Celana Jeans Tipe Model .................................. V-27
5.19. Pengujian Aktivitas Pemeriksaan pada PT. Givemas Garmindo .................. V-41
5.26. Why-why Jahitan Celana Insime dan outsime berbelok ............................... V-55
5.30. Biaya Aktivitas dan Pemicu Biaya pada PT. Givemas Gamindo .................... V-72
TABEL HALAMAN
5.37. Pembebanan Biaya Pajak Bumi dan Bangunan ke Tiap Aktivitas................... V-77
5.43. Laporan Biaya Sistem Tradisional Produksi Tahun 2011 ............................... V-82
6.3. Upah per Unit Celana Jeans untuk Bagian Penjahitan .................................... VI-7
6.4. Rekapitulasi Waktu Baku pada Stasiun Kerja Penjahitan ............................... VI-7
6.6. Perbandingan Upah Sebelum dan Sesudah Penerapan Merit Pay.................... VI-11
6.8. Usulan SOP Pemeriksaan Kain PT. Givemas Garmindo ................................ VI-14
GAMBAR HALAMAN
5.1. Value Chain Diagram untuk Identifikasi Proses Bisnis ............................... V-15
5.3. Control Chart Uji Keseragaman Data untuk Proses ....................................... V-21
5.9. Cause and Effect Diagram Jahitan Insime dan onsime ................................... V-56
LAMPIRAN HALAMAN
Kata Kunci: Activity Based Management (ABM), Failure Mode Effect Analysis
(FMEA), Material Handling, Risk Priority Number, Eucledean Distance,
Merit Pay
Kata Kunci: Activity Based Management (ABM), Failure Mode Effect Analysis
(FMEA), Material Handling, Risk Priority Number, Eucledean Distance,
Merit Pay
cepatnya terjadi perubahan di dunia usaha. Untuk dapat mengikuti arus persaingan
perusahaan di tuntut untuk terus berinovasi dan menciptakan produk yang berkualitas.
dalam pembuatan celana jeans. Celana jeans yang dihasilkan beragam modelnya sesuai
dengan permintaan konsumen. Perbedaan model celana jeans membuat aktivitas yang
perusahaan. Ditinjau dari posisi strategik perusahaan pada persaingan industri konveksi,
berpengaruh pada harga jual yang ditetapkan perusahaan. untuk mempertahankan posisi
bernilai tambah. Biaya bernilai tambah diperoleh hanya dari aktivitas yang bernilai
tambah.
aktivitas pengerjaan ulang (rework) yang diindikasikan sebagai aktivitas yang tidak
bernilai tambah. Hal ini dapat dilihat pada data jumlah produk cacat yang melalui proses
Dari data diatas, diperoleh bahwa rata-rata 59 produk harus mengalami rework yang
harus melaksanakan aktivitas tersebut. Bila ditinjau dari aktivitas pemeriksaan, proses
Menurut Hansen dan Mowen (2006), Aktivitas rework (pengerjaan ulang) dan
pemeriksaan adalah aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah bagi perusahaan,
karena aktivitas tersebut tidak memberikan nilai bagi produk tetapi menjadi
pengeluaran bagi perusahaan. Pemaparan diatas menjadi titik tolak mengapa perlu
membuat perhatian manajemen berpusat pada aktivitas yang dilakukan dengan tujuan
tersebut. Activity Based Management memfokuskan pada efektivitas bisnis, serta untuk
meningkatkan tidak hanya nilai (value) yang diterima oleh pelanggan, tetapi juga
apa saja yang memberikan kontribusi bagi perusahaan dan aktivitas apa yang tidak
memberikan solusi untuk perbaikan sistem produksi pada PT. Givemas Garmindo.
terdapat pada perusahaan adalah terdapat pemborosan aktivitas dan pengalokasian biaya
yang tidak tepat dalam memproduksi celana jeans baik model maupun basic, sehingga
pembebanan biaya produksi menjadi tidak tepat yang mengakibatkan pemborosan biaya
produksi.
1
Avrillianti Yudi. 2006. Penerapan Activity Based Management Sebagai Sarana Untuk mendorong
Based Management (ABM) dan melakukan analisis terhadap non value added activity
untuk mengendalikan biaya produksi celana jeans pada PT. Givemas Garmindo.
1. Mendapatkan aktivitas yang tidak bernilai tambah pada bagian produksi dengan
tambah.
lapangan.
management.
1. Penelitian hanya dilakukan untuk proses produksi 2 jenis celana jeans yaitu model
dan basic.
2. Biaya overhead pabrik yang dimaksud adalah biaya yang berkaitan langsung dengan
proses produksi.
5. Analisis pemindahan bahan dilakukan dengan tidak mengubah tata letak pabrik
1. Tidak ada perubahan cara dalam proses produksi celana jeans model dan basic.
2. Semua fasilitas produksi yang digunakan berada dalam kondisi normal dan bekerja
dengan baik.
3. Tidak terjadi kenaikan harga biaya produksi langsung dan biaya overhead pabrik
4. Semua pekerja yang berhubungan dengan bagian produksi, berada dalam kondisi
dan manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi penelitian, serta sistematika
lingkup bidang usaha, organisasi dan manajemen perusahaan yang meliputi uraian tugas
dan tanggung jawab, jam kerja, dan sistem pengupahan, proses produksi yang meliputi
bahan-bahan yang digunakan dan uraian proses produksi, serta mesin dan peralatan.
penelitian yaitu Activity Based Management (ABM), aktivitas, value added activity,
Biaya, value chain, pengukuran waktu, Failure Mode and Effect Analysis (FMEA),
Merit Pay, serta Metode-metode yang digunakan dalam Pendekatan perbaikan material
handling. Sumber teori atau literatur yang digunakan diambil dari referensi buku dan
jurnal penelitian yang berhubungan dengan topik penelitian yang dapat dilihat pada
Daftar Pustaka.
diperlukan baik berupa data primer seperti urutan proses produksi, waktu pengerjaan
produk celana jeans, maupun data sekunder seperti data proses permintaan celana jeans,
data-data biaya produksi celana jeans. Selain itu, juga terdapat tahap pengolahan dengan
proses bisnis dengan diagram value chain, identifikasi aktivitas dan menggambarkannya
kedalam diagram aliran produksi, kemudian tahap selanjutnya adalah process value
analysis, analisis aktivitas yang bukan penambah nilai, serta analisis cost driver,
pengolahan data activity based management, dan analisis aktivitas untuk mendapatkan
Bab VII Kesimpulan dan Saran, memberikan hasil yang ditunjukkan oleh
penelitian seperti usulan perbaikan yang diperoleh dari pemecahan masalah serta saran-
Pada tahun 1970 di indonesia usaha pembuatan celana jeans mulai berkembang
pesat namun demikian produksi celana jeans belum dapat memenuhi kebutuhan
konsumen. Hal ini disebabkan minimnya keterampilan dalam membuat celana jeans.
Maka sejalan dengan hal tersebut terbesit dipikiran Pak Susanto untuk menjalankan
bisnis garmen.
Bermula dari sebuah tempat usaha yang sangat sederhana dikediaman beliau di
jalan Berlian beliau memulai usaha garmen. Dengan peralatan yang sederhana beliau
meningkat akhirnya pada tahun 1997 melakukan ekspansi dengan mendirikan satu
cabang perusahaan lagi yang berlokasi di jalan Medan-Batang Kuis km.16. No.168
kapasitas produksi dan teknologi yang digunakan. Hal ini menyebabkan perusahaan ini
terintegrasi. Dimana terintegrasi disini seluruh bahan baku yang diperlukan untuk
dibedakan berdasarkan jenisnya celana jeans terbagi atas hiphop, regular, cutting,
junkies. Untuk Jenis kain dibedakan atas denim dan non denim.
organisasi dan manajemen yang baik dan terpadu semua kegiatan dalam perusahaan itu
akan dikonsep hubungannya dalam sebuah organisasi dan cara pelaksanaan pelaksanaan
kegiatan tersebut diatur dalam manajemennya. Dengan adanya struktur organisasi dan
uraian tugas yang telah ditetapkan akan menciptakan suasana kerja yang baik dan tidak
terjadi kekacauan akibat kesalahan dalam pemberian perintah dan tanggung jawab.
Bentuk struktur organisasi yang digunakan pada PT. Givemas Garmindo adalah
bentuk struktur organisasi garis dan staff karena selain adanya perintah langsung dari
atasan terdapat juga spesialisasi atau beberapa tenaga yang ahli di bidangnya masing-
KEPALA BAGIAN
KASIER
PRODUKSI KEPALA PERSONALIA
SUPERVISOR
SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR STAF
MANDOR QC JAHITAN MUKA SUPERVISOR KEPALA LOUNDRY
GUDANG KAIN AKSESORIS FINISHING PERSIAPAN JAHITAN I DAN II PERSONALIA
BELAKANG GUDANG PRODUK
KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN MANDOR WRINGKLE MANDOR ROSE KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN
KARYAWAN KARYAWAN
tanggung jawab sesuai dengan jabatannya. Adapun uraian tugas dan tanggung
perusahaan ialah tenaga kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat
dapat memperoleh tenaga kerja yang dibutuhkan, baik dari segi kualitas maupun
kuantitas.
penempatan tenaga kerja dilakukan sendiri oleh pihak perusahaan dengan terlebih
dahulu melihat situasi yang ada, apakah perusahaan memerlukan karyawan atau
tidak. Hal ini perlu diperhitungkan mengingat efektivitas dan efisiensi yang
sumber, yaitu:
merekrut karyawan yang mahir atau bias menggunakan mesin jahit. Apabila
training (pelatihan kerja) selama tiga bulan. Saat ini PT. Givemas Garmindo pada
dan karyawan tidak tetap sebanyak 300 orang dengan perincian ditunjukkan pada
2.3.3.2.Jam Kerja
mengeluarkan tata tertib/peraturan kerja yang harus dipatuhi oleh setiap karyawan
dengan dua shift kerja, sedangkan untuk jahitan dan packing hanya jam kerja
normal.
Ketentuan jam kerja di PT. Givemas Garmindo diatur menurut aturan shift
Tabel 2.2. Sistem Pembagian Jam Kerja Bagian Kantor dan Produksi
(Jahitan dan Finishing)
HARI JAM KERJA (WIB) ISTIRAHAT (WIB)
Senin – sabtu 08.00 – 17.00 12.0 – 13.00
Sumber : PT. Givemas Garmindo
Untuk bagian keamanan, dibagi menjadi 2 kelompok yang terdiri dari 5 orang
kemanusiaan dan produksi dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang akan
atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja kepada penerima kerja. Gaji
adalah upah dasar yang diberikan dari pemberi kerja kepada penerima kerja dalam
ukuran waktu tertentu misalnya ukuran 1 (satu) hari dan 1 (satu) bulan, dan
kadang disebut dengan gaji pokok yang jumlahnya tetap dan akan mengalami
kerja.
Sistem pengupahan pada PT. Givemas Garmindo terbagi atas 3 jenis berdasarkan
karyawannya yaitu:
1. Karyawan tetap
diberikan untuk masa 21 hari kerja rata – rata 7 jam dalam sehari.
2. Karyawan Borongan
setiap pieces bagain celana ataupun celana yang dikerjakannya maka akan
3. Karyawan Harian
kedatangan karyawan.
teknik untuk menciptakan atau meningkatkan nilai tambah suatu barang atau jasa
kain, benang, skupil dan kancing menjadi produk akhir yaitu celana jeans.
Apabila dibedakan berdasarkan tipe proses produksinya maka untuk tipe celana
jeans model basic menggunakan tipe continuous sedangkan untuk model tertentu
produksi yang tergolong job shop yang menghasilkan celana jeans berdasarkan
order pelanggan.
banyak perusahaan pesaing yang bergerak dalam bidang yang sama dan tidak
hanya itu perusahaan juga mengekspor celana jeans. Standar mutu yang ada
1. Kain Grade A
Untuk jenis kain ini, tingkat kecacatan dan penyusutan kain setelah dicuci
sangat rendah. Di samping itu warna kain lebih baik dibandingkan grade B dan
C dan permukaan kain lebih halus. Kain ini digunakan untuk produksi celana
Untuk kain ini kualitasnya berada dibawah kualitas grade A. Dan kain ini
3. Kain Grade C
Untuk kain ini kualitasnya berada dibawah kualitas grade B. Dan kain ini
Agar kualitas mereka tetap terjaga sesuai spesifikasinya baik dari bahan
baku dan hasil akhir. PT. Givemas Garmindo melakukan kontrol disetiap lintasan
produksi. Dan pada tahap finishing perusahaan tersebut juga melakukan kontrol.
Selain itu, agar celana tersebut dapat dipilih oleh konsumen sesuai dengan selera
sebanyak 20 unit celana dengan model, warna dan jenis kain yang berbeda-beda.
2.4.2.1.Bahan Baku
1. Kain jeans sebagai bahan baku utama yang dikelompokkan menjadi 3 grade
yaitu grade A, B, dan C . Bahan baku (kain jeans) merupakan kain yang
diproduksi oleh perusahaan produksi kain jeans PT. Centralindo yang terletak
di Bandung.
jeans. Terdapat banyak warna dan ukuran benang yang digunakan PT. Givemas
Bandung dan juga perusahaan produksi kain PT. Centralindo yang terletak di
Bandung.
2.4.2.2.Bahan Penolong
tidak mengurangi nilai tambah produk yang dihasilkan tersebut, dan bahan
penolong ini tidak terdapat pada produk akhir. Dengan kata lain, bahan penolong
adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan ditambahkan ke dalam
proses pembuatan produk yang mana komponennya tidak dapat dibedakan secara
jelas pada produk jadi. Bahan penolong yang digunakan oleh PT. Givemas
Garmindo adalah:
1. Kapur warna
Kapur warna ini digunakan untuk menuliskan nomor celana yang akan dijahit.
2. Stempel karbon
3. Air
dan bercampur dengan bahan baku membentuk produk akhir. Bahan tambahan
ditambahkan pada proses produksi dalam rangka meningkatkan mutu produk dan
bahan ini merupakan bagian dari produk akhir. Adapun bahan tambahan yang
1. Kancing
2. Label Celana
4. Skupil
5. Tali resleting
6. Label Harga
7. Plastik
8. Kardus
Uraian proses produksi untuk celana jeans basic dapat dilihat pada
lampiran 2. Berikut adalah uraian proses produksi celana jeans model basic.
1. Penyortiran
celana jeans. Tujuan proses ini adalah untuk menyortir/memilih kain jeans
2. Pemotongan
Pemotongan kain dalam ukuran yang lebih kecil. Tujuan proses ini adalah
untuk memotong kain dari ukuran yang lebih besar menjadi ukuran lebih kecil
biasanya panjang potongan ini sesuai dengan order. Mesin yang digunakan
adalah mesin potong kain (ST-360C), dan untuk menahan kain digunkaan ER-
software desain.
4. Pemotongan Pola
6. Perakitan
Pada proses perakitan ini terbagi atas 5 lini. Dari kelima lini tersebut dapat
iii. Lini 3 : Lini Penyatuan Kantong, Tali Resleting dan Penyatuan Mukaan
dan Belakang
7. Pencucian
Pada bagian ini, celana dicuci beserta pemberian warna sesuai dengan order.
Mesin yang digunakan pada proses pencucian adalah mesin cuci (Stone
Washing Machine)
8. Pengepresan
Pada proses ini, kain yang sudah dicuci dipres. Tujuannya agar air yang
diresap kain dapat dibuang dan memudahkan proses pengeringan. Mesin yang
9. Pengeringan
Proses ini bertujuan untuk mengeringkan kain. Mesin yang digunakan untuk
iii. Penggosakan
11. Packing
d. Corong (3/8)
a. Corong (3/8)
b. Trim Kulit
2. Back c. Saten
d. Embroidary
1. Front: merupakan bagian mukaan celana yang terdiri dari model jahitan
berikut:
dalam dan biasanya bagian ini dibuat dengan menggunakan mesin bordir
komputer.
d. Corong (3/8) merupakan model yang digunkan untuk menjahit sisi dalam
2. Back: merupakan bagian belakang celana yang terdiri dari beberapa model
jahitan berikut
penjahitan corong.
b. Trim Kulit merupakan bagian kantong belakang celana diberi model basic.
c. Saten merupakan bagian pinggir celana yang dijahit pada akhir produksi.
kantong.
dengan tujuan meningkatkan nilai untuk pelanggan (costumer value) dan laba
informasi yang dipasok oleh analisis biaya dasar aktivitas untuk meningkatkan
diidentifikasikan untuk ABC dapat dipakai untuk tujuan pengelolaan biaya dan
terpadu terhadap aktivitas dengan tujuan untuk meningkatkan costumer value dan
2
Hansen dan Mowen. 2006. Management Accounting.
3
Simamora, Henry. 1999. Manajemen Biaya.
aktivitas tidak bernilai tambah. Di samping itu, Activity Based Management dapat
didasarkan pada isu-isu bisnis dari luar dan tidak semata-mata berdasarkan
informasi keuangan.
kompetitif perusahaan. 4
pemacu biaya (cost driver): resource driver dan activity driver. Resource
driver adalah faktor yang menjadi penyebab konsumsi sumber daya oleh
Analisis pemacu adalah usaha untuk mencari faktor penyebab timbulnya biaya
suatu aktivitas. Jika penyebab timbulnya biaya telah diketahui, dapat dicari
2. Analisis Aktivitas
3. Pengelolaan Aktivitas
4. Pengukuran Kinerja
pemicu biaya (cost driver), yakni bertindak sebagai faktor penyebab (causal
nilai konsumen dan memberikan kepuasan kepada pelanggan atau organisasi yang
organisasi.
Aktivitas tidak bernilai tambah adalah semua aktivitas selain dari aktivitas
yang penting dilakukan untuk bertahan dalam bisnis atau aktivitas yang perlu
aktivitas yang tidak perlu atau aktivitas-aktivitas yang perlu namun tidak efisien
dan dapat diperbaiki. Aktivitas tidak bernilai tambah jika dilaksanakan berakibat
menambah biaya yang tidak perlu dan merintangi kinerja, dengan kata lain
menimbulkan biaya yang tidak bernilai tambah. Dalam dunia industri, terdapat
lima aktivitas utama yang sering merupakan pemborosan dan tidak perlu yaitu:
6
Simamora Henry. 1999. Akuntansi Manajemen.
7
Opcit. Blocher. Hal : 133
untuk menentukan kapan produk yang berbeda diproses, atau kapan dan berapa
setup yang harus dilaksanakan, dan berapa banyak yang harus diproduksi.
untuk memindahkan bahan dan barang dalam proses, dan produk selesai dari
untuk menunggu bahan mentah atau barang dalam proses dipindahkan atau
jika bahan mentah, barang dalam proses, produk selesai, atau barang lainnya
aktivitas yang tidak bernilai tambah. Cara-cara yang dapat digunakan dalam
8
Opcit. Hansen dan Mowen. Hal: 492
2. Pemilihan aktivitas,
aktivitas yang berbeda. Dengan semua hal lain sama, strategi desain dengan
biaya terendah adalah yang harus dipilih. Jadi, pemilihan aktivitas dapat
3. Pengurangan aktivitas
Pendekatan ini mengurangi waktu dan sumber daya yang diperlukan oleh
dapat dieliminasi.
4. Pembagian aktivitas
biaya total dan biaya per unit untuk setiap penggerak biaya.
sebagai berikut.
biaya bernilai tambah dan tidak bernilai tambah. Pemisahan biaya ini
dimaksudkan agar:
biaya tidak bernilai tambah pada manajemen dalam bentuk yang dapat
nilai.
9
Opcit. Mulyadi. Hal: 619.
mengukur kinerja aktivitas. Aktivitas unit tertentu yang dipandang terbaik akan
ditetapkan sebagai standar. Kemudian, aktivitas yang sama yang berada dalam
terpenting yang didapat dari aktivitas ini adalah manajer dapat membagi biaya
membedakan antara dampak biaya dan dampak volume, serta didapat laporan
Biaya daur hidup produk adalah biaya yang berkaitan dengan produk dalam
1. Ukuran produktivitas
10
Ibid. Hal 632-633.
2. Ukuran kualitas
perusahaan. Ukuran yang biasanya dipakai misalnya berapa produk cacat per-
unit barang jadi, persentase produk rusak dari jumlah unit yang diperbaiki.
3. Ukuran waktu
Ada dua karakteristik penting yang berkaitan dengan waktu, yaitu keandalan
waktu, kecepatan berarti respon diukur dengan jangka waktu yang diperlukan
3.3. Biaya11
atau jasa. Pengorbanan ini dapat berupa uang kas yang telah dibelanjakan, jasa
yang dilaksanakan, dan sebagainya. Pada awal timbulnya akuntansi biaya mula-
mula hanya ditujukan untuk penentuan harga pokok produk atau jasa yang
dihasilkan, akan tetapi dengan semakin pentingnya biaya non produksi, yaitu
biaya pemasaran dan administrasi umum, akuntansi biaya saat ini ditujukan untuk
menyajikan informasi biaya bagi manjemen baik biaya produksi maupun biaya
non produksi.
11
Tambunan Loran. 2005. Akuntansi Biaya-Konsep, Sistem dan Metode.
1. Biaya-biaya produksi
Biaya produksi yang dalam bahasa asing disebut manufacturing cost hanya
a. Biaya bahan baku, adalah semua biaya bahan masukan yang dipergunakan
dalam menghasilkan barang atau produk jadi, termasuk dalam biaya bahan
baku adalah semua bahan yang dipergunakan dalam produksi dan menjadi
bagian yang menyatu dari produk atau barang yang dihasilkan. Misalnya
pelat baja pada mobil dan bahan kayu pada meja atau kursi dirumah.
b. Biaya tenaga kerja (upah) langsung, adalah semua biaya upah untuk tenaga
pembuatan produk. Upah untuk tenaga kerja pada lini perakitan mobil ama
meubel.
mencakup semua biaya-biaya produksi kecuali biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung. Yang termasuk dalam biaya overhead adalah biaya
Biaya non produksi adalah biaya diluar produksi yang digunakan perusahaan
b. Biaya umum dan administrasi, adalah mencakup semua biaya seperti gaji
yang terlibat biasanya hanya biaya langsung saja, yaitu biaya tenaga kerja dan
yang bisa digolongkan kedalam biaya langsung. Biaya-biaya tersebut seperti biaya
biaya tidak langsung kepada basis alokasi yang tidak representatrif. Pada sistem
12
Tunggal, Amin W. 2000. Activity Based Costing: Suatu Pengantar.
biasanya terjadi berbagai jenis unsur biaya gabungan yang harus dialokasikan ke
Ada beberapa metode alokasi biaya secara tradisional yang biasa digunakan
diantaranya:
jualnya masing-masing.
aktivitas yang relevan secara strategis untuk memahami penilaian biaya dan
sumber diferensiasi yang sudah ada dan potensial, rantai nilai setiap perusahaan
terdiri atas sembilan kategori generik aktivitas yang bernilai (value activities)
dikaitkan menjadi satu, yang menciptakan nilai tambah (value added) suatu
rantai nilai dapat dibangun untuk suatu perusahaan tertentu, yang mencerminkan
13
Porter.M. 1985. Competitive Advantage. Hal. 33-47
sendiri. Rantai nilai perusahaan adalah teori tentang perusahaan yang memandang
berfokus pada bagaimana aktivitas ini menciptakan nilai dan apa yang
diintegrasikan.
Aktivitas-aktivitas dalam rantai nilai dapat dibagi menjadi dua jenis luas,
aktivitas primer dan aktivitas pendukung. Aktivitas primer pada suatu perusahaan
input, proses dan output barang atau jasa yang terdapat dalam perusahaan. Ada
lima kategori generik aktivitas primer yang diperlukan dalam bersaing di dalam
industri apa pun. Tiap kategori dapat dibagi menjadi beberapa aktivitas yang
berbeda tergantung pada industri tertentu dan strategi perusahaan (Porter, 1985).
fasilitas.
dengan pemberian sarana yang dapat digunakan oleh pembeli untuk membeli
penetapan harga.
dan penyesuaian.
inti.
para pegawai bisa dilakukan melalui pemberian reward dalam program kerja
peralatan untuk proses, baik penelitian dasar dan rancangan produk serta
prosedur pelayanan.
yang digunakan dalam rantai nilai perusahaan, bukan pada masukan yang
dibeli itu sendiri. Pembelian dalam hal ini meliputi kegiatan-kegiatan yang
informasi, dan juga kegiatan yang tidak saling berhubungan seperti catering,
dihubungkan dengan aktivitas primer, masukan yang dibeli ada di dalam setiap
suatu pekerjaan. Isi kerja biasanya diukur dalam satuan waktu. Waktu yang
diambil sebagai dasar pertimbangan adalah waktu yang secara normal diperlukan
oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan dengan metode
kerja terbaik. Waktu ini biasanya disebut dengan waktu baku. Pengukuran waktu
bersangkutan dijalankan. Ada dua cara yang termasuk kedalam teknik ini, yaitu
jam henti (stop watch time study) dan sampling kerja (work sampling)
gerakan.
14
Sutalaksana. I. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Hal. 131-132
15
Ibid. Hal. 133-144.
diketahui dan ditetapkan untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat
untuk dipakai sebagai dasar upah perangsang, maka ketelitian dan keyakinan
pengukuran waktu akan diperoleh waktu yang pantas diberikan kepada pekerja
waktu kerja yang didapat dari kondisi kerja yang baik. Untuk itu perlu
3. Memilih operator
yang memiliki kemampuan (skill) normal atau rata-rata dan dapat diajak
4. Melatih Operator
Melatih operator perlu dilakukan agar operator dapat bekerja secara konsisten.
Dalam keadaan ini operator harus dilatih terlebih dahulu karena sebelum
ditetapkan.
Pekerjaan dapat dibagi kedalam elemen-elemen gerakan yang lebih kecil dan
diamati.
b. Lembar pengamatan
artinya waktu siklus rata-rata sudah normal. Jika operator bekerja terlampau
lambat (bekerja dibawah normal), maka rating factor (rf) < 1, dan sebaliknya
apabila operator bekerja terlalu cepat (bekerja diatas normal), maka rating factor
(rf) > 1. Untuk menentukan apakah operator bekerja secara wajar atau tidak, maka
16
Wignjosoebroto.W. 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Hal. 197-203
Kewajaran kerja seorang operator dapat dinilai oleh pengukur dengan suatu
standar nilai yang dibuat berdasarkan konsep tentang bekerja wajar. Untuk
yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan dan
Selain konsep diatas, terdapat juga konsep lain yang lebih terperinci, yaitu
cara Westinghouse. Pada metode ini, terdapat empat faktor yang menyebabkan
a. Cara persentase
cara yang sangat sederhana. Hal ini menunjukkan bahwa cara ini merupakan
cara yang paling mudah, namun segera tampak adanya kekurangan dalam
b. Cara Shumard
sendiri. Dalam hal ini pengukur diberi patokan untuk menilai performansi kerja
diamati dan diukur dengan nilai rating performance seorang operator yang
c. Cara Westinghouse
1. Keterampilan
3. Kondisi Kerja
4. Konsistensi
Faktor ini perlu diperhatikan karena angka-angka yang dicatat pada setiap
d. Cara Objektif
memperhatikan dua faktor, yaitu faktor kecepatan dan faktor tingkat kesulitan
(allowance). Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu untuk kebutuhan pribadi,
terhindarkan. Ketiga hal tersebut merupakan hal yang nyata dibutuhkan oleh
pekerja dan yang selama pengukuran tidak diamati, tidak diukur, tidak dicatat
ataupun tidak dihitung. Sedangkan waktu baku ditentukan berdasarkan hasil dari
17
Opcit. Sutalaksana.I. 2006. Hal. 167-172
berikut :
Uji ini dilakukan dengan cara statistik, dimana ditentukan batas kontrol atas
BKA = x + kσ BKB = x − kσ
Rumus untuk menghitung harga rata-rata dan standar deviasi (σ) adalah:
x=
∑x i
dan σ =
∑ (x i − x) 2
N N −1
Uji ini dilakukan dengan cara statistik, dimana dapat diketahui apakah data
k / s N xi 2 − ( xi )2
2
N '=
∑ ∑
∑ xi
Wn = Wt x Rf
100
Standard Time = normal time x
100 − allowance(%)
sehingga dapat dianalisis dan diketahui distribusinya. Dari histogram ini dapat
terlihat gambaran penyebaran data apakah data tersebut telah sesuai dengan yang
diharapkan atau tidak. Selain itu, histogram dikenal juga sebagai grafik distribusi
frekuensi, salah satu jenis grafik batang yang digunakan untuk menganalisis mutu
dari sekelompok data (hasil produksi), dengan menampilkan nilai tengah sebagai
standar mutu produk dan distribusi atau penyebaran datanya. Meski sekelompok
18
Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi.
melebar ke kiri atau ke kanan, maka dapat dikatakan bahwa mutu hasil produksi
pada kelompok tersebut kurang bermutu, sebaliknya, semakin sempit sebaran data
pada kiri dan kanan nilai tengah, maka hasil produksi dapat dikatakan lebih
dilakukan pengolahan data yang akurat terlebih dulu, dimulai dari pengumpulan
data, tidak kurang dari 50 sampel, yaitu jumlah yang dianggap dapat memenuhi
populasi yang akan diamati. Pengolahan data pada histogram menjadi sangat
penting, terutama dalam menentukan besaran nilai tengah (standar) dan seberapa
tercipta.
sebagai berikut:
a. Bila bentuk histogram pada sisi kiri dan kanan dari kelas yang tertinggi
ditentukan.
bahwa ada bagian dari hasil produk yang tidak memenuhi spesifikasi mutu.
ditetapkan.
c. Masukkan dan susun data tadi ke dalam tabel frekuensi untuk mengetahui
50
40
Frekuensi
30
20
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Number of Nonconforming
Diagram ini dikenal dengan istilah diagram tulang ikan (fish bone
diagram) yang diperkenalkan pertama sekali oleh Prof. Kaoru Ishikawa pada
tahun 1943. Diagram ini berguna untuk menganalisis dan menemukan faktor-
19
Ibid. Ginting Rosnani. 2007. Sistem Produksi.
detail.
hasil kerja, maka orang akan selalu mendapatkan bahwa ada 5 faktor penyebab
a. Manusia (Man).
berikut:
yang hendak diperbaiki/diamati dan usahakan adanya tolak ukur yang jelas dari
dapat dilakukan.
yang menunjukkan faktor penyebab ini yang mengarah pada panah utama.
c. Cari lebih lanjut faktor-faktor yang lebih terperinci yang secara nyata
tersebut. Tuliskan detail faktor tersebut di kiri kanan gambar panah cabang
faktor-faktor utama dan buatlah anak panah (ranting) menuju ke arah panah
satu cara yang efektif digunakan. Pertanyaan ‘mengapa’ secara berantai akan
Contoh penggunaan cause and effect diagram dapat dilihat pada Gambar
3.3. Faktor penyebab yang digunakan yaitu tenaga kerja, mesin, material, metode
dan manusia.
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) merupakan metode yang vital. Sejarah
FMEA berawal pada tahun 1950 ketika teknik tersebut digunakan dalam
Inggris yang digunakan secara garis besar menjelaskan BS 5760 atau British
20
Gaspersz, V., 2002. Pedoman Implementasi Program Six Sigma.
failure modes effect and criticality analysis) yang banyak diperhitungkan menjadi
referensi standar.
FMEA merupakan salah satu alat dari Six Sigma, untuk mengidentifikasi
sumber - sumber atau penyebab dari suatu masalah kualitas. Menurut Chrysler
2. Ketika ingin mengetahui / mendata alat deteksi yang ada jika terjadi kegagalan.
21
Ibid. Gaspersz, V., 2002
mengidentifikasi sumber sumber dan akar penyebab dari suatu masalah kualitas.
sebanyak mungkin mode kegagalan (failure mode). Suatu mode kegagalan adalah
apa saja yang termasuk dalam kecacatan, kondisi diluar spesifikasi yang
failure mode.
nilai RPN maka menunjukkan semakin bermasalah. Tidak ada angka acuan
gagal memenuhi persayaratan proses atau disain. Mode kegagalan dapat berupa
22
Ibid. Gaspersz, V., 2002
23
Ibid. Gaspersz, V., 2002
Ada empat jenis mode kegagalan yang dapat terjadi. Jenis pertama jarang
terjadi dan kedua lebih sering terlihat. Jenis ketiga dan keempat seringkali tidak
1. No function: proses tidak berfungsi secara total atau tidak dapat dioperasikan.
penuh karena ada pengaruh faktor luar, misalnya temperatur, kelembaban dan
lingkungan.
bila disatukan.
berikut:
berkualitas).
Bila ada satu atau lebih jenis mode kegagalan yang dapat dipastikan tidak akan
terjadi, maka tidak perlu dituliskan dalam form FMEA. Gunakan istilah fisik atau
3.3.
b. Peralatan rusak/aus.
misalnya operator salah menginstal mesin. Istilah yang ambigu (seperti operator
“tidak berfungsi” menjadi “mesin tidak menghasilkan panas lebih dari 1500C.
kejadian rendah atau tidak sering dan 10 menunjukkan tingkat kejadian sering.
angka Ppk (performance index) yaitu angka yang diperoleh dari perhitungan
Tinggi 1 dalam 8 8
1 dalam 20 7
Sedang 1 dalam 80 6
1 dalam 400 5
1 dalam 2.000 4
kegagalan. Gunakan FMEA atau control plan sebelumnya dan analisis claim
untuk perbaikan.
Detection berupa angka dari 1 hingga 10, di mana 1 menunjukkan sistem deteksi
dengan kemampuan tinggi atau hampir dipastikan suatu mode kegagalan dapat
yaitu sistem deteksi tidak efektif atau tidak dapat mendeteksi sama sekali.
Keterangan Rangking
Selalu jelas, sangat mudah untuk diketahui 1
Jelas bagi indera manusia 2
Memerlukan inspeksi 3
Inspeksi yang hati-hati dengan menggunakan indera manusia 4
Inspeksi yang sangat hati-hati dengan indera manusia 5
Memerlukan bantuan dan/atau pembongkaran sederhana 6
Diperlukan inspeksi dan/atau pembongkaran 7
Diperlukan inspeksi dan/atau pembongkaran yang kompleks 8
Kemungkinan besar tidak dapat dideteksi 9
Tidak dapat dideteksi 10
Sumber: Dyadem Engineering Corporation. 2003. Guidelines for Failure Mode
and Effects Analysis, For Automotive, Aerospace and General
Manufacturing Industries. Kanada: CRC Press.
Teknik pengukuran jarak yang ada sekarang ini adalah sebagai berikut:
a. Eucledean distance
Merupakan ukuran jarak antara dua item X dan Y. Jarak diukur dengan
lintasan garis lurus antara satu titik ke titik lain dan diaplikasikan pada
24
Sadikin Imam. 2008. Penerapan Cellular Manufacturing....
25
Apple, James M. 1990. Tataletak dan Pemindahan Bahan. Hal. 195.
Keterangan :
Merupakan ukuran jarak antara dua item X dan Y, jarak diukur dengan
menjumlahkan perbedaan jarak yang baru dengan fasilitas yang ada dengan
D (X,Y) = x − a + y − b
Keterangan :
bahan, biaya investasi dari berbagai alat pemindahan yang digunakan dan biaya-
biaya yang tidak bisa dipisahkan dan termasuk dalam biaya produksi untuk
26
Opcit. Sodikin Imam.
Kata merit berasal dari bahasa Inggris yang memiliki arti jasa, manfaat
(reward) yang dikaitkan dengan jasa atau prestasi kerja (kinerja) seseorang
konsep merit pay, bahwa seseorang yang memiliki kinerja yang baik, maka akan
tinggi kinerja yang diraih karyawan akan semakin tinggi pula kenaikan
berikut :
27
Sumiputra, I. 2005. Penerapan Merit Pay di Suatu Perusahaan.
didasarkan kinerja yakni sistem kompensasi yang didasarkan gaji individual atau
gaji yang diukur melebihi periode tertentu. Untuk pembayaran didasarkan prestasi
atau kinerja yang merupakan bagian dari sistem pembayaran reguler maka para
manajemen agar merit pay dapat diterapkan dengan baik, sebab asumsi umum
dalam bisnis bahwa merit pay merupakan pembayaran imbalan kepada karyawan
yang memiliki kinerja tinggi serta pemberian insentif untuk kelanjutan kinerja
yang baik.
Kain denim merupakan kain yang terbuat dari bahan alam yaitu kapas atau
populer disebut katun (cotton). Kain ini dibuat dari serat kapas yang dibuat kasar
sekarang menjadi bagian Italia modern. Pada tahun 1800 an di Genoa dicoba
28
Hartanto Sugiharto, Watanabe Shigeru. 2003. Teknologi Tekstil. Hal. 5
yang menyukai tidak hanya masyarakat Genoa melainkan juga warga Perancis.
celana dari denim buatan Genoa dengan nama Genes atau celana dari Genoa.
Orang Inggris dan Amerika melafalkannya menjadi Jeans. Jadi jelaslah kain
denim itu bahan untuk membuat celana yang dinamai Jeans atau di indonesia
disebut Jins.
Karakter awal celana Jeans yang dibuat pertama kalinya tentu belum
pekerjaan lapangan yang keras dan kasar. Banyak pekerja tambang Amerika
memakai celana jeans sehari - harinya. Bicara soal bisnis busana jeans tidak bisa
lepas dari rintisan perusahaan Levi's ( Levi Strauss & Co. (LS&CO) ). Bentuk
celana jeans modern yang nyaman dan trendi buah dari kreativitas desainer Levi's.
produk akhir. Hal ini memegang peranan penting karena nilai pakaian tergantung
dari teknik pembuatan pakaian yang diterapkan pada kain bermutu tinggi.
29
Ibid. Hal. 205-219
disusun sesuai dengan macam-macam pakaian yang akan dibuat, seperti pakaian
yang telah ditentukan, lalu diperiksa, disusun agar dapat memudahkan proses
penjahitan.
ketika membeli bahan tekstil dari toko, pasar, pedagang atau lainnya. Dalam
30
Chang P. 2003. Pengendalian Mutu Terpadu untuk Industri Tekstil dan Konfeksi.
pengujian teknis ini dibedakan menjadi pengujian secara fisika dan pengujian
(SII/SNI, ISO, JIS, dll) yang berlaku pada tingkat nasional dan internasional.
oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) dapat dilihat dalam gambar 3.4. dibawah
ini.
0560-2008
ditemukan proses atau hasil yang tidak sesuai dengan keinginan produsen, tentu
hal tersebut akan dapat menimbulkan kerugian bagi produse, oleh sebab itu perlu
31
Fitrihana Noor. Pengendalian Kualitas Fashion
Jalan Medan - Batang Kuis km.16 No.168 Desa Sei Rotan Dusun VII Tembung
Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan
sistematik dan faktual tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek terntentu,
32
Sinulingga, sukaria. 2011. Metode Penelitian. h. 23.
Ada dua jenis varibel penelitian yang akan diamati dalam penelitian ini yaitu:
1. Variabel Independen
a. Biaya Langsung
2. Variabel Dependen
a. Pembebanan Biaya
b. Cost Driver
c. Analisis Aktivitas
d. Perbaikan proses
33
Ibid. h. 77-78.
Biaya Overhead
Pabrik
Pembebanan
Biaya
Biaya Langsung
Analisis Aktivitas
dan biaya overhead pabrik untuk dibebankan pada masing-masing aktivitas, selain
untuk mengklasifikasikan mana aktivitas yang bernilai tambah dan tidak bernilai
tambah. Aktivitas yang tidak bernilai tambah berpeluang untuk diperbaiki pada
perbaikan proses. Setelah aktivitas yang tidak bernilai tambah diketahui, dan
pembebanan biaya.
yang dilakukan.
MULAI
Studi Pendahuluan
- Studi Literatur
- Studi Kepustakaan
- Pengamatan langsung di PT. Givemas Garmindo
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
SELESAI
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah jam henti (stopwatch)
dengan karyawan bagian produksi dan telaah dokumentasi untuk mengamati data-
data biaya apa saja yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun spesifikasi
- Merk : ROX
- Seri : ROX-SW8-2008
- Jenis : Profesional Stopwatch
- Buatan : China
Sumber data adalah subjek tempat data diperoleh yaitu proses produksi di
1. Data Primer, yaitu data yang berasal dari hasil pengukuran langsung pada
pembuatan celana jeans dan data waktu pembuatan celana jeans. Data
dari:
- Aktivitas Pemotongan
- Aktivitas Penjahitan
- Aktivitas Pencucian
- Aktivitas Finishing
- Aktivitas Pengepakan
2. Data Sekunder
langsung terhadap objek yang diteliti. Data sekunder ini dikumpulkan dengan
1. Data biaya produksi, yaitu biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja
- Biaya listrik
- Biaya Packing
2. Data permintaan celana jeans Basic dan model selama tahun 2011.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
1. Wawancara
mengadakan tanya jawab dan diskusi langsung kepada pihak manajemen dan
hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian dan untuk melengkapi data
2. Observasi
3. Telaah dokumentasi
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi Aktivitas
terjadi selama proses produksi. Pada tahapan ini akan dilakukan pengamatan
terhadap aktivitas yang dilakukan dengan melihat flow process chart (FPC)
dan standar deviasi dari hasil pengamatan waktu proses setiap elemen
berikut:
(∑ X )− (∑ X )
2
k 2 2
N i i
N '= s
∑X i
Wn = Wt x Rf
100
Standard Time = normal time x
100 − allowance(%)
operator.
MULAI
SELESAI
Dengan menganalisis pemicu biaya akan dapat diketahui pemicu biaya apa
aktivitas yang berasal dari strategi bersaing. Strategi yang berbeda akan
7. Pengukuran Kinerja
Identifikasi Aktivitas
Klasifikasi Aktivitas
bernilai tambah dan tidak
bernilai tambah
Pembebanan Biaya
Kepada Aktivitas
Analisis Aktivitas
Manajemen Aktivitas
Pengukuran Kinerja
SELESAI
yang tidak memberikan nilai tambah bagi perusahaan, lalu menganalisis biaya-
beberapa kali (why-why). Metode ini bertujuan untuk menemukan akar penyebab
dari suatu masalah yang berkaitan terhadap aktivitas yang tidak bernilai tambah
tersebut. Bertanya beberapa kali akan mengarahkan kita untuk sampai pada akar
masalah yang ditemukan itu akan menghilangkan masalah. Adapun yang menjadi
yang diusulkan.
aktivitas yang tidak bernilai tambah, menemukan pembebanan biaya yang lebih
masalah dan penyebab yang merupakan kunci dalam penyelesaian masalah dan
usulan perbaikan di lantai produksi. Selain kesimpulan pada tahap akhir prosedur
pada stasiun kerja. Data waktu produksi diperoleh dengan melakukan pengukuran
masing-masing pekerjaan dimulai dari stasiun kerja celana jeans basic USED
3. Memilih Operator
Operator yang dipilih pada penelitian ini adalah operator yang dapat diajak
Elemen kerja pada setiap stasiun kerja dapat dijelaskan sebagai berikut:
dijahit.
dijahit.
bagian depan sebelah kiri dan kanan dan menyatukan ke mesin jahit
bordir.
melipat bagian luar anak kantong seluruh bagian anak kantong terlipat
dan terjahit.
3. Penjahitan Persiapan
bagian atas kantong dan bagian bawah dan memasukkan kemesin jahit
bersatu
bersatu
terjahit
7. Penjahitan finishing
8. Bagaian finishing
a. Penyetrikaan
c. Packing
tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1. sebagai data pengukuran penjahitan
celana jeans tipe basic dan Tabel 5.2. sebagai data pengukuran penjahitan
penelitian ini data yang digunakan adalah data permintaan selama tahun 2011, hal
ini dikarenakan data yang belum dilaporkan belum dapat dipublikasikan. Data
permintaan celana jeans dapat dilihat dalam tabel 5.1. dibawah ini.
Permintaan (unit)
Bulan
Basic USED Model USED
Januari 12875 11700
Februari 11066 10098
Maret 13676 12454
April 13475 12250
Mei 13750 12775
Juni 14184 13008
Juli 17784 16328
Agustus 15336 13800
September 13156 12006
Oktober 16094 14612
Nopember 17108 15444
Desember 17290 15626
Sumber : PT. Givemas Garmindo
Data biaya produksi celana jeans dilakukan untuk melihat jumlah biaya
yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi celana jeans selama tahun 2011
sebagai berikut
1. Biaya Bahan
Dalam memproduksi celana jeans bahan baku utama yang digunakan adalah
kain, namun selain kain terdapat juga bahan yang melekat langsung ke
produk celana jeans. Adapun data biaya bahan diperoleh dari pemakaian
bahan per unit produk kemudian dikalikan dengan jumlah permintaan celana
jeans yang diproduksi adapaun data biaya bahan dapat dilihat dalam tabel
Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga
Biaya tenaga kerja langsung disini terdiri dari biaya bagian produksi. Adapun
data biaya tenaga kerja langsung dapat dilihat pada tabel 5.7 sebagai berikut.
Tabel 5.7. Data Biaya Tenaga Kerja Langsung Bagian Produksi PT.
Givemas Garmindo Selama Tahun 2011
Upah Permintaan Total Biaya
Aktivitas
Basic Model Basic Model Basic Model
Bagian Pemotongan
Pemotongan Kain Diglar 175794 160101 Rp42.366.354 Rp40.505.553
241 253
Pemotongan Komponen Kain 175794 160101 Rp42.366.354 Rp40.505.553
Jumlah Rp84.732.708 Rp81.011.106
Bagian Penjahitan
Corong Levis 265 315 175794 160101 Rp46.585.410 Rp50.431.815
Penjahitan Pisak belakang 280 350 175794 160101 Rp49.222.320 Rp56.035.350
Menjahit kantong Belakang 1390 1950 175794 160101 Rp244.353.660 Rp312.196.950
Penjahitan tali resleting 250 275 175794 160101 Rp43.948.500 Rp44.027.775
Penjahitan pinggir piso bulat 180 180 175794 160101 Rp31.642.920 Rp28.818.180
Gulung kantong depan 250 250 175794 160101 Rp43.948.500 Rp40.025.250
Penjahitan pisak depan 280 350 175794 160101 Rp49.222.320 Rp56.035.350
Penjahitan kunci 185 185 175794 160101 Rp32.521.890 Rp29.618.685
Penjahitan bordir kantong belakang 415 425 175794 160101 Rp72.954.510 Rp68.042.925
proses produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung,
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk
biaya TKTL. Adapun total biaya tenaga kerja tidak langsung untuk tahun
Biaya ini dikeluarkan untuk mesin dan peralatan yang rusak. Biaya
c. Biaya Listrik
berdasarkan kwh.
bor. Biaya pemamfaatan air yang dibebankan untuk tahun 2011 sebesar
Rp. 25.056.000,-
yang digunakan oleh PT. Givemas Garmindo untuk menghasilkan produk dan
activity driver, value and non value added activity. Selain itu analisis proses bisnis
konsumen.
sebagai berikut:
alat analisis yang digunakan adalah diagram value chain yang diperkenalkan
oleh Michel Porters, dari diagram tersebut terlihat dimana inti dari proses
bisnis yang dilakukan oleh PT. Givemas Garmindo, adapun diagram value
1. PEMASARAN DAN
PRIMARY ACTIVITIES
2. Identifikasi Subproses
Dari langkah diatas, diperoleh bahwa aktivitas paling banyak terjadi pada
adalah bagian produksi, lalu diidentifikasi subproses yang ada pada bagian
produksi PT. Givemas Garmindo, dapat dilihat dalam tabel 5.8 dibawah ini.
3. Identifikasi Aktivitas
aktivitas dimulai dari pengamatan diagram aliran produksi celana jeans, pada
bagian produksi PT. Givemas Garmindo dapat dilihat dalam tabel 5.9.
Tali Pinggang Pinggang Anak kantong Alas kantong Kantong Putih Piso lipat Piso Bulat Mukaan Celana Kantong Belakang Levis Belakangan Celana
Pemotongan Pemotongan Pemotongan Pemotongan Pemotongan Pemotongan Pemotongan Pemotongan Pemotongan Pemotongan Pemotongan
Jahit Tali Jahit Corong Jahit Gulung Jahit Pinggir Jahit Pinggir Jahit Pinggir Jahit Tali Jahit Bordir Jahit Levis
Resleting
Potong Tali Jahit Alas Jahit Piso-Piso Jahit Gulung Jahit Pisak
Kantong
Jahit Insime
Jahit onsime
Jahit pinggang
Jahit Sopan
Pencucian
Bagian Pencucian
Pengeringan
Penggosokan
Pemasangan
Skupil
diambil sudah seragam atau tidak. Data dikatakan seragam apabila data
berada pada batas control atas (BKA) dan batas control bawah (BKB).
Apabila data berada di luar batas maka data dinyatakan tidak seragam.
Perhitungan uji keseragaman data untuk celana jeans tipe basic USED
∑��=1 �� 9,20
�̅ = = = 0,920
� 10
∑ (Xi − X )
2
(0,96 - 0,920) 2 + (0,91 - 0,920) 2 + ... + (0,92 - 0,920) 2
s= =
N −1 10 − 1
= 0,01333
2. Menentukan nilai batas control atas (BKA) dan batas control bawah
k=2.
diamati adalah data pengukuran proses produksi celana jeans tipe basic
objek stasiun kerja bagian penjahitan corong levis celana jeans tipe basic.
0,94
Waktu Siklus
0,9
0,89
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pengamatan Ke-
Gambar 5.3. Control Chart Uji Keseragaman Data untuk Proses Penjahitan
Corong Levis
x
Aktivitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9s 10
BKB BKA Ket.
rataan
Corong Levis 0,91 0,9 0,92 0,93 0,91 0,94 0,92 0,94 0,91 0,92 0,920 0,01333 0,89 0,95 Seragam
Penjahitan Pisak 0,95 0,93 0,94 0,92 0,9 0,94 0,91 0,94 0,91 0,93 0,927 0,01636 0,89 0,96 Seragam
Menjahit kantong Belakang 0,88 0,87 0,86 0,88 0,89 0,87 0,85 0,85 0,86 0,9 0,871 0,01663 0,84 0,90 Seragam
Penjahitan tali resleting sebelah kanan ke
0,67 0,69 0,66 0,67 0,66 0,68 0,67 0,68 0,66 0,68 0,672 0,01033 0,65 0,69 Seragam
badan kanan
Penjahitan piso bulat 0,69 0,67 0,66 0,66 0,68 0,67 0,67 0,67 0,68 0,68 0,673 0,00949 0,65 0,69 Seragam
Gulung kantong depan 0,66 0,62 0,64 0,66 0,66 0,65 0,67 0,61 0,61 0,62 0,640 0,02309 0,59 0,69 Seragam
Penjahitan pisak depan 0,34 0,32 0,33 0,32 0,32 0,35 0,35 0,34 0,35 0,33 0,335 0,01269 0,31 0,36 Seragam
Penjahitan kunci 0,16 0,16 0,15 0,16 0,16 0,15 0,16 0,15 0,17 0,17 0,159 0,00738 0,14 0,17 Seragam
Penjahitan bordir kantong belakang 0,14 0,14 0,12 0,14 0,12 0,13 0,14 0,12 0,13 0,12 0,130 0,00943 0,11 0,15 Seragam
Penjahitan gulung kantong belakang 0,62 0,66 0,66 0,62 0,62 0,65 0,61 0,67 0,61 0,63 0,635 0,02273 0,59 0,68 Seragam
Penjahitan gulung anak kantong 0,16 0,16 0,15 0,17 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16 0,15 0,159 0,00568 0,15 0,17 Seragam
Jahit pinggir alas kantong 0,68 0,68 0,67 0,67 0,66 0,66 0,67 0,68 0,67 0,67 0,671 0,00738 0,66 0,69 Seragam
Jahit anak kantong ke alas 0,21 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22 0,219 0,00316 0,21 0,23 Seragam
Penjahitn alas kantong ke kantong putih 0,44 0,44 0,45 0,44 0,44 0,44 0,45 0,45 0,45 0,45 0,445 0,00527 0,43 0,46 Seragam
Penjahitan pinggir kain kantong 0,35 0,34 0,35 0,35 0,36 0,35 0,34 0,34 0,36 0,35 0,349 0,00738 0,33 0,36 Seragam
Penjahitan balas/timpa 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 0,320 0,00000 0,32 0,32 Seragam
Penjahitan piso sebelah kanan 0,35 0,34 0,35 0,35 0,34 0,35 0,35 0,35 0,34 0,34 0,346 0,00516 0,34 0,36 Seragam
Penjahitan piso sebelah kiri 0,22 0,22 0,22 0,22 0,23 0,22 0,23 0,23 0,22 0,22 0,223 0,00483 0,21 0,23 Seragam
Penjahitan tali pinggang 0,17 0,17 0,17 0,17 0,16 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,169 0,00316 0,16 0,18 Seragam
Pemotongan tali pinggang 0,08 0,1 0,1 0,09 0,09 0,09 0,1 0,08 0,09 0,09 0,091 0,00738 0,08 0,11 Seragam
Jahit insime 1 1,01 1,01 1 1,02 0,99 1,01 1,01 1 1 1,005 0,00850 0,99 1,02 Seragam
Jahit obras rante lima 1,03 1,02 1,03 1,03 1,03 1,04 1,02 1,04 1,04 1,03 1,031 0,00738 1,02 1,05 Seragam
x
Aktivitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 s BKA BKB Ket.
rataan
corong pinggang 0,96 0,96 0,96 1 0,98 0,99 0,96 0,96 0,96 0,97 0,970 0,01491 0,94 1,00 Seragam
Jahit Lipat ujung pinggang 0,34 0,34 0,35 0,33 0,35 0,31 0,32 0,35 0,35 0,32 0,336 0,01506 0,31 0,37 Seragam
Jahit klem kaki 0,94 0,93 0,92 0,98 0,96 0,94 0,93 0,92 0,96 0,91 0,939 0,02183 0,90 0,98 Seragam
penjahitan tali ke pinggang 0,98 0,98 0,98 0,94 0,95 0,98 0,94 0,96 0,96 0,97 0,964 0,01647 0,93 1,00 Seragam
Jahit sopan 0,17 0,15 0,16 0,16 0,15 0,16 0,17 0,16 0,15 0,17 0,160 0,00816 0,14 0,18 Seragam
Penggosokan 0,67 0,63 0,63 0,63 0,66 0,64 0,66 0,64 0,64 0,63 0,643 0,0149 0,67 0,61 Seragam
Pemasangan kancing dan Skupil 0,79 0,8 0,8 0,78 0,75 0,75 0,74 0,77 0,8 0,79 0,777 0,0231 0,82 0,73 Seragam
Pengepakan 0,27 0,24 0,26 0,29 0,28 0,29 0,25 0,26 0,25 0,26 0,265 0,0172 0,3 0,23 Seragam
Sumber : Pengolahan Data
Tabel 5.11. Uji Keseragaman Data untuk Celana Jeans Tipe Model USED
x
Aktivitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 s 10
BKB BKA Ket.
rataan
Corong Levis 0,96 0,91 0,91 0,94 0,94 0,93 0,91 0,92 0,94 0,92 0,928 0,01687 0,89 0,96 Seragam
Penjahitan Pisak 0,91 0,91 0,93 0,92 0,91 0,91 0,95 0,94 0,9 0,93 0,921 0,01595 0,89 0,95 Seragam
Menjahit kantong Belakang 0,93 0,92 0,88 0,89 0,88 0,88 0,88 0,91 0,88 0,9 0,895 0,01900 0,86 0,93 Seragam
Penjahitan tali resleting sebelah kanan ke 0,67 0,67 0,66 0,66 0,66 0,66 0,67 0,66 0,66 0,68 0,665 0,00707 0,65 0,68 Seragam
badan kanan
Penjahitan piso bulat 0,66 0,66 0,66 0,67 0,66 0,67 0,66 0,67 0,67 0,67 0,665 0,00527 0,65 0,68 Seragam
Gulung kantong depan 0,64 0,64 0,63 0,66 0,64 0,66 0,63 0,61 0,62 0,62 0,635 0,01650 0,60 0,67 Seragam
Penjahitan pisak depan 0,34 0,35 0,34 0,35 0,33 0,34 0,32 0,33 0,34 0,34 0,338 0,00919 0,32 0,36 Seragam
Penjahitan kunci 0,17 0,16 0,17 0,17 0,17 0,17 0,16 0,16 0,15 0,16 0,164 0,00699 0,15 0,18 Seragam
Penjahitan bordir kantong belakang 0,29 0,29 0,28 0,28 0,28 0,29 0,28 0,3 0,28 0,3 0,287 0,00823 0,27 0,30 Seragam
x
Aktivitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 s BKB BKA Ket.
rataan
Penjahitan gulung kantong belakang 0,77 0,8 0,79 0,75 0,78 0,74 0,74 0,75 0,8 0,8 0,772 0,02530 0,72 0,82 Seragam
Penjahitan gulung anak kantong 0,24 0,23 0,25 0,24 0,23 0,24 0,25 0,24 0,22 0,22 0,236 0,01075 0,21 0,26 Seragam
Jahit pinggir alas kantong 0,68 0,66 0,68 0,67 0,68 0,67 0,68 0,68 0,66 0,67 0,673 0,00823 0,66 0,69 Seragam
Jahit anak kantong ke alas 0,22 0,21 0,23 0,22 0,22 0,22 0,23 0,21 0,22 0,21 0,219 0,00738 0,20 0,23 Seragam
Penjahitn alas kantong ke kantong putih 0,44 0,44 0,46 0,45 0,46 0,45 0,45 0,44 0,46 0,44 0,449 0,00876 0,43 0,47 Seragam
Penjahitan pinggir kain kantong 0,36 0,35 0,34 0,34 0,34 0,34 0,36 0,36 0,35 0,34 0,348 0,00919 0,33 0,37 Seragam
Penjahitan balas/timpa 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 0,320 0,00000 0,32 0,32 Seragam
Penjahitan piso sebelah kanan 0,39 0,39 0,39 0,42 0,38 0,41 0,41 0,4 0,39 0,39 0,397 0,01252 0,37 0,42 Seragam
Penjahitan piso sebelah kiri 0,22 0,22 0,22 0,22 0,23 0,22 0,23 0,23 0,22 0,22 0,223 0,00483 0,21 0,23 Seragam
Penjahitan tali pinggang 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,16 0,17 0,17 0,169 0,00316 0,16 0,18 Seragam
Pemotongan tali pinggang 0,1 0,1 0,1 0,09 0,1 0,09 0,09 0,09 0,09 0,08 0,093 0,00675 0,08 0,11 Seragam
Jahit insime 1,01 1 1,01 0,99 1 1,01 1,01 1 1 1 1,003 0,00675 0,99 1,02 Seragam
Jahit obras rante lima 1,02 1,02 1,02 1,03 1,03 1,03 1,04 1,04 1,03 1,03 1,029 0,00738 1,01 1,04 Seragam
corong pinggang 0,99 0,96 1 0,97 0,99 0,96 0,98 0,98 1 0,96 0,979 0,01595 0,95 1,01 Seragam
Jahit Lipat ujung pinggang 0,33 0,35 0,36 0,35 0,34 0,35 0,33 0,34 0,31 0,36 0,342 0,01549 0,31 0,37 Seragam
Jahit klem kaki 0,96 0,95 0,97 0,92 0,93 0,94 0,97 0,95 0,91 0,92 0,942 0,02150 0,90 0,98 Seragam
penjahitan tali ke pinggang 0,97 0,89 0,94 0,92 0,91 0,95 0,92 0,91 0,99 0,9 0,930 0,03197 0,87 0,99 Seragam
Jahit sopan 0,16 0,16 0,15 0,17 0,15 0,17 0,16 0,17 0,16 0,16 0,161 0,00738 0,15 0,18 Seragam
Penggosokan 0,71 0,71 0,72 0,75 0,73 0,71 0,76 0,73 0,7 0,76 0,73 0,022 0,77 0,68 Seragam
Pemasangan kancing dan Skupil 0,77 0,79 0,78 0,78 0,81 0,76 0,82 0,78 0,78 0,77 0,78 0,0184 0,82 0,75 Seragam
Pengepakan 0,24 0,26 0,27 0,26 0,27 0,26 0,29 0,28 0,28 0,26 0,267 0,0142 0,3 0,24 Seragam
Sumber : Data diolah
pengujian kecukupan data. uji kecukupan data ini dilakukan untuk melihat
apakah jumlah data yang diambil pada satu pengamatan mencukupi untuk
Dimana:
N= jumlah pengamatan pendahuluan yang dilakukan
N’= Jumlah pengamatan yang diperlukan
k = angka standar deviasi yang nilainya bergantung pada tingkat
kepercayaan
s= derajat ketelitian yang diambil
Xj = data pengamatan ke-j (j=1,23,…,10)
k/s = 2/0,05 = 40
Perhitungan uji kecukupan data untuk produk celana jeans tipe basic
Rekapitulasi hasil pengujian kecukupan data untuk tiap tipe celana jeans
Tabel 5.12. Uji Kecukupan Data untuk Celana Jeans Tipe Basic
Aktivitas N’ Keterangan
Corong Levis 0,30 Cukup
Penjahitan Pisak 0,45 Cukup
Menjahit kantong Belakang 0,53 Cukup
Penjahitan tali resleting sebelah kanan ke badan kanan 0,34 Cukup
Penjahitan piso bulat 0,29 Cukup
Gulung kantong depan 1,87 Cukup
Penjahitan pisak depan 2,07 Cukup
Penjahitan kunci 3,10 Cukup
Penjahitan bordir kantong belakang 7,57 Cukup
Penjahitan gulung kantong belakang 1,85 Cukup
Penjahitan gulung anak kantong 1,84 Cukup
Jahit pinggir alas kantong 0,17 Cukup
Jahit anak kantong ke alas 0,30 Cukup
Penjahitn alas kantong ke kantong putih 0,20 Cukup
Penjahitan pinggir kain kantong 0,64 Cukup
Penjahitan balas/timpa 0,00 Cukup
Penjahitan piso sebelah kanan 0,32 Cukup
Penjahitan piso sebelah kiri 0,68 Cukup
Penjahitan tali pinggang 0,50 Cukup
Pemotongan tali pinggang 9,47 Cukup
Jahit insime 0,10 Cukup
Jahit obras rante lima 0,07 Cukup
Corong pinggang 0,34 Cukup
Jahit Lipat ujung pinggang 2,89 Cukup
Jahit klem kaki 0,78 Cukup
Penjahitan tali ke pinggang 0,42 Cukup
Jahit sopan 3,75 Cukup
Penggosokan 0,78 Cukup
Pemasangan kancing dan Skupil 1,27 Cukup
Pengepakan 4,73 Cukup
Sumber : Data diolah
Aktivitas N’ Keterangan
Corong Levis 0,48 Cukup
Penjahitan Pisak 0,43 Cukup
Menjahit kantong Belakang 0,65 Cukup
Penjahitan tali resleting sebelah kanan ke badan kanan 0,16 Cukup
Penjahitan piso bulat 0,09 Cukup
Gulung kantong depan 0,97 Cukup
Penjahitan pisak depan 1,06 Cukup
Penjahitan kunci 2,62 Cukup
Penjahitan bordir kantong belakang 1,18 Cukup
Penjahitan gulung kantong belakang 1,55 Cukup
Penjahitan gulung anak kantong 2,99 Cukup
Jahit pinggir alas kantong 0,22 Cukup
Jahit anak kantong ke alas 1,63 Cukup
Penjahitn alas kantong ke kantong putih 0,55 Cukup
Penjahitan pinggir kain kantong 1,00 Cukup
Penjahitan balas/timpa 0,00 Cukup
Penjahitan piso sebelah kanan 1,43 Cukup
Penjahitan piso sebelah kiri 0,68 Cukup
Penjahitan tali pinggang 0,50 Cukup
Pemotongan tali pinggang 7,58 Cukup
Jahit insime 0,07 Cukup
Jahit obras rante lima 0,07 Cukup
Corong pinggang 0,38 Cukup
Jahit Lipat ujung pinggang 2,95 Cukup
Jahit klem kaki 0,75 Cukup
Penjahitan tali ke pinggang 1,70 Cukup
Jahit sopan 3,02 Cukup
Penggosokan 1,32 Cukup
Pemasangan kancing dan Skupil 0,79 Cukup
Pengepakan 4,06 Cukup
Sumber : Data diolah
Hasil rekapitulasi waktu siklus setiap stasiun kerja untuk setiap tipe celana
Aktivitas Penjahitan Celana BASIC Waktu Aktivitas Penjahitan Celana Model Waktu
Corong Levis 0,920 Corong Levis 0,928
Penjahitan Pisak 0,927 Penjahitan Pisak 0,921
Menjahit kantong Belakang 0,871 Menjahit kantong Belakang 0,895
Penjahitan tali resleting sebelah kanan 0,672 Penjahitan tali resleting sebelah 0,665
Penjahitan piso bulat 0,673 Penjahitan piso bulat 0,665
Gulung kantong depan 0,640 Gulung kantong depan 0,635
Penjahitan pisak depan 0,335 Penjahitan pisak depan 0,338
Penjahitan kunci 0,159 Penjahitan kunci 0,164
Penjahitan bordir kantong belakang 0,130 Penjahitan bordir kantong belakang 0,287
Penjahitan gulung kantong belakang 0,635 Penjahitan gulung kantong belakang 0,772
Penjahitan gulung anak kantong 0,159 Penjahitan gulung anak kantong 0,236
Jahit pinggir alas kantong 0,671 Jahit pinggir alas kantong 0,673
Jahit anak kantong ke alas 0,219 Jahit anak kantong ke alas 0,219
Penjahitn alas kantong ke kantong 0,445 Penjahitn alas kantong ke kantong 0,449
Penjahitan pinggir kain kantong 0,349 Penjahitan pinggir kain kantong 0,348
Penjahitan balas/timpa 0,320 Penjahitan balas/timpa 0,320
Penjahitan piso sebelah kanan 0,346 Penjahitan piso sebelah kanan 0,397
Penjahitan piso sebelah kiri 0,223 Penjahitan piso sebelah kiri 0,223
Penjahitan tali pinggang 0,169 Penjahitan tali pinggang 0,169
Pemotongan tali pinggang 0,091 Pemotongan tali pinggang 0,093
Jahit insime 1,005 Jahit insime 1,003
Jahit obras rante lima 1,031 Jahit obras rante lima 1,029
corong pinggang 0,970 corong pinggang 0,979
Jahit Lipat ujung pinggang 0,336 Jahit Lipat ujung pinggang 0,342
Jahit klem kaki 0,939 Jahit klem kaki 0,942
penjahitan tali ke pinggang 0,964 penjahitan tali ke pinggang 0,930
Jahit sopan 0,160 Jahit sopan 0,161
Penggosokan 0,643 Penggosokan 0,73
Pemasangan kancing dan Skupil 0,777 Pemasangan kancing dan Skupil 0,78
Pengepakan 0,265 Pengepakan 0,267
Sumber : Data diolah
Wn = Ws x p
Ws = waktu siklus
Hasil perhitungan waktu normal untuk setiap stasiun kerja produk celana
5. Waktu Baku
perhitungan waktu baku untuk stasiun kerja penjahitan corong levis celana
Wb = Wn x (1 + Allowance)
dimana : Wn = waktu normal
Wb = waktu baku
sehingga, Wb = 0,92 x (1 + 0,215) = 1,118 ≈ 1,12
Pada tahap ini, berbagai aktivitas yang membentuk subproses dan proses
ditentukan nilainya dipandang dari sudut customer. Ada dua langkah yang
Pada tahap ini setiap aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, digolongkan
kedalam tiga kategori, yaitu aktivitas yang menambah nilai bagi costumer
dalam arti melekat pada atribut produk, aktivitas yang menambah nilai bagi
internal perusahaan namun tidak secara langsung melekat dengan produk, dan
aktivitas yang tidak menambah nilai bagi costumer dan perusahaan. Menurut
Aktivitas ini tergolong dalam real value Added activity, aktivitas ini adalah
aktivitas yang sangat penting bagi perusahaan, begitu banyak jenis kain dan
warna serta tekstur sehingga aktivitas ini sangat penting untuk menentukan
benar atau tidaknya kain yang dimaksud untuk diproduksi sudah tepat atau
tidak
Aktivitas ini tergolong dalam business value added activity, hal ini disebabkan
kegiatan produksi akan tetap berjalan dilakukan atau tidaknya aktivitas ini,
34
Hansen, Don R Mowen, Mayranne M. 2006. Akuntansi Manajemen. Hal. 489
dilakukan pemesanan.
c. Mengeluarkan Aksesoris
Aktivitas ini tergolong dalam real value Added activity, sama seperti kain,
aksesoris juga merupakan bahan utama untuk membuat celana jeans, berbagai
macam jenis kancing, tali reselting dan benang membuat aktivitas ini bernilai
d. Memotong Kain
Aktivitas ini tergolong dalam real value Added activity, aktivitas ini adalah
aktivitas memotong kain yang telah diglar untuk proses pemotongan pola,
atau tidak, oleh karena itu aktivitas ini tergolong dalam aktivitas bernilai
e. Memotong Pola
Aktivitas ini tergolong dalam real value Added activity, karena aktivitas
dan bagian-bagian celana digunakan untuk membuat celana, oleh karena itu
aktivitas ini memperoleh hasil perubahan bentuk fisik kain dari yang berukuran
f. Penjahitan
piso, penjahitan tali pinggang, penyatuan bagian mukaan dan belakangan, dan
penjahitan finishing merubah bentuk fisik dari kain menjadi celana jeans.
Aktivitas ini tergolong dalam real value added activity, karena terjadi
perubahan fisik dari bagian celana jeans, dari yang terpisah menjadi tergabung,
sehingga apabila aktivitas ini tidak dilakukan maka celana jeans tidak bisa
dibuat.
Aktivitas ini tergolong dalam kategori aktivitas tidak bernilai tambah, karena
dilakukan.
Aktivitas ini tergolong dalam kategori aktivitas tidak bernilai tambah, karena
pemindahan material tidak memberikan nilai tambah bagi produk, karena tidak
Aktivitas ini tergolong dalam real value Added activity, aktivitas bertujuan
konsumen atau tidak, sehingga aktivitas ini adalah aktivitas yang menambah
Aktivitas ini tergolong dalam real value Added activity, aktivitas ini adalah
proses untuk membersihkan celana jeans yang telah selesai melalui proses
penjahitan, aktivitas ini tergolong dalam aktivitas bernilai tambah bagi produk
karena secara langsung melekat pada atribut produk yaitu perubahan fisik dari
celana jeans.
Aktivitas ini tergolong dalam real value Added activity, Aktivitas ini adalah
aktivitas yang dilakukan setelah proses pencucian, sehingga kedua aktivitas ini
berkaitan dan tidak bisa dilanjutkan keproses selanjutnya apabila aktivitas ini
tidak dilaksanakan.
Aktivitas ini tergolong dalam business value Added activity, aktivitas ini adalah
Aktivitas ini tergolong dalam kategori aktivitas tidak bernilai tambah, karena
Aktivitas ini tergolong dalam real value Added activity, aktivitas ini
merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan pada bagian finishing, tujuan
menambah nilai produk, sehingga aktivitas ini bernilai tambah bagi produk.
Aktivitas ini tergolong dalam real value Added activity, Aktivitas ini adalah
penambahan bahan terhadap produk, celana jeans tidak akan bernilai apabila
proses ini tidak dilaksanakan. Oleh karena itu, aktivitas ini adalah aktivitas
Aktivitas ini tergolong dalam business value Added activity, aktivitas ini adalah
kelangsungan perusahaan.
untuk menambah nilai jual dari produk dengan menambahkan aksesoris pada
celana jeans, aksesoris dapat berupa gantungan kunci dan lain sebagainya yang
secara langsung dapat meningkatkan nilai produk dan melekat pada produk
akhir.
Aktivitas ini tergolong dalam real value Added activity, aktivitas ini tidak dapat
ketangan konsumen. Oleh karena itu aktivitas ini tidak dapat dihilangkan.
dan value added activity, diperoleh bahwa, aktivitas pemeriksaan II (QC Jahitan)
terhadap aktivitas pada setiap sub proses dalam memproduksi celana jeans, pada
tahap ini dilakukan analisis terhadap aktivitas yang bernilai tambah bagi
perusahaan dan aktivitas tidak bernilai tambah, kedua golongan aktivitas ini
Tabel 5.20. Pengujian Aktivitas Pemindahan Material pada PT. Givemas Garmindo
merupakan aktivitas yang tidak bernilai tambah, sedangkan pada tabel 5.21. dapat
dilihat bahwa perlu analisis lebih lanjut mengenai pemindahan material yang
alasan mengapa aktivitas tersebut dilaksanakan. Oleh karena itu analisis aktivitas
dilakukan terhadap:
Garmindo.
tahap, tujuannya adalah agar menjamin kualitas produk kepada konsumen, namun
keadaan yang sebenarnya adalah tingkat kecacatan tinggi selama tahun 2011.
tidak dengan pemecahan masalah, masalah kecacatan produk masih tetap ada.
cacat dibagian produksi PT. Givemas Garmindo. Data jumlah kecacatan produk
pada tahun 2011 untuk kedua model celana jeans, digunakan untuk alat
Data yang diperoleh dari bagian quality control PT. Givemas Garmindo
selama tahun 2011 untuk produk celana jeans basic dan model menunjukkan
1. Jahitan (hasil jahitan dari setiap bagian celana jeans rusak) (X1), dibagi
b. Loose stitch / Jahitan lepas . Tidak ada toleransi dan harus diperbaiki.
diperbolehkan.
dalam beberapa kelas dengan interval tertentu. Dari rekapitulasi jenis dan
2960
3000
2000
1000
0
yang memiliki frekuensi terbesar berada pada jenis kegagalan Jahitan lepas
5. Pareto Diagram
dari jumlah kesalahan terbesar hingga yang terkecil. Setelah itu dihitung
Dalam penelitian ini, dengan menggunakan aturan pareto 80% - 20% (Dale
1. Jahitan Lepas
3. Jahitan Putus
Keempat jenis kegagalan inilah yang akan dibahas pada cause and effect
diagram.
maka akan digunakan cause and effect diagram atau diagram sebab akibat.
mencari penyebab masalah yang mungkin terjadi dalam proses penjahitan. Dari
korektif yang sesuai pada akar penyebab masalah yang ditemukan itu akan
menghilangkan masalah.
sebagai berikut:
akibat (effect). Tuliskan pada sisi sebelah kanan dari kertas (kepala ikan),
kerja.
1. Manusia
terampil di sekitar pabrik yang mau bekerja karena upah yang tidak
c. Pekerja tidak serius bekerja, untuk mencapai hasil yang lebih banyak
dihasilkannya.
2. Metode kerja
Mesin
Prosedur Pemotongan
Tidak Ada Operator Pada Bagian
Pemotongan Tidak melakukan
Tidak ada Prosedur pemeriksaan secara visual kain
kerja dan Pengawasan
Kesalahan Bagian pemotongan
Tidak ada arahan dari supervisor
kepada operator pemotongan Operator terkadang lupa untuk
melebihkan potongan kain
Jahitan Lepas
Pengalokasian Upah
yang kurang Adil Kekurangan Tenaga Ahli Menjahit
kemudian dbentuk dalam bentuk tabel why-why yang dapat dilihat pada
Tabel 5.24.
Sulit mengetahui
Pengujian Kualitas Kain dikemas dalam mana kain yang susut
Kain tidak ada bentuk Gulungan dan tidak melalui
Kain (bahan
visual
baku) susut
Produk Bagian pemotongan
setelah
cacat Tidak ada pemeriksaan hanya memotong Tidak ada instruksi
pencucian
pada stasiun menjadi beberapa dan tata cara dalam
pemotongan bagian tanpa melihat proses pemotongan
ada bagian yang cacat
Sedikit gelap sehingga Perusahaan tidak
Lingkungan Kerja tidak sulit melihat mana menyediakan lampu
nyaman kain yang rusak untuk bagian
dengan tidak pemotongan
1. Bahan baku:
Diagram sebab-akibat untuk kegagalan kain (bahan baku) susut yang dapat
Kualitas material
Kurang baik
Ruangan pemotongan
Gelap
Kain diperoleh dari
perusahaan sendiri
Sulit untuk mengamati
secara visual
Manusia Metode
Gambar 5.7. Cause and Effect Diagram Kain (Bahan Baku) Susut
tidak sejalannya antara laju mesin dengan kain atau input yang
dimasukkan, hal ini disebabkan oleh kelalaian operator pada saat menjadi,
jahitan.
skoci dan jarum adalah komponen yang paling rentan terkena masalah,
kurang perawatan dan kesalahan operator pada saat menjahit, skoci macet
dapat diakibatkan oleh berdebu, jarum patah juga dapat disebabkan oleh
Diagram sebab-akibat untuk kegagalan jahitan putus yang dapat dilihat pada
Gambar 5.8
Mesin
Pemasangan Jarum yang tidak baik
Jahitan Putus
berbelok pada onsime dan insime yang ditemukan dalam proses produksi.
1. Manusia:
2. Metode:
sudah hilang atau tidak begitu jelas sehingga operator tidak dapat
- Kesalahan pada bagian joint, proses penyatuan yang tidak tepat dan
lurus mengakibatkan tidak lurus juga pada proses penjahitan insime dan
out sime.
2. Lingkungan Kerja:
- Ruangan gelap, terkadang sinar matahari yang tidak sempurna dan tidak
Metode Kerja
Kesalahan Pada
Proses marker yang manual Bagian Joint
Gambar 5.9. Cause and Effect Diagram Jahitan Insime dan Outsime Berbelok
Dari tabel 5.22 frekuensi Kecacatan Produk pada tahun 2011, telah terlihat
why yang dapat dilihat pada Tabel 5.23 hingga Tabel 5.26 dan juga
menggunakan cause and effect diagram yang dapat dilihat pada Gambar
1. Jahitan Lepas
2. Kain Susut
3. Jahitan Putus
4. Jahitan Berbelok pada Insime dan Onsime
2. Penentuan Dampak/Efek yang Ditimbulkan Oleh Kegagalan
Dari kedua jenis kegagalan yang ada, maka dapat ditemukan efek yang
outsime”.
2. Produk tidak layak jual apabila salah satu bagian mengalami susut
nilai Efek kegagalan (S) dari kelima jenis kegagalan tersebut. Pedoman
berikut:
produksi.
baik/bisa rework).
baik).
c. Metode Kerja yang tidak jelas, disebabkan tidak ada aturan yang
oleh:
sebelum produksi.
produk selama tahun 2011 pada lampiran 4 , maka dapat ditentukan nilai
sebagai berikut:
and effect diagram yang dapat dilihat pada Gambar 5.6 hingga Gambar
kegagalan yang dapat dilakukan oleh pekerja atau bahkan perusahaan yang
berpedoman pada Tabel 3.5, dapat diberikan nilai yang diperhatikan dalam
Tabel 5.28.
Meningkatkan kedisplinan
operator:
Mesin: - Memberikan arahan sebelum
Jahitan celana - Benang putus dan bekerja 5
jeans (lepas, jarum patah - Melakukan setup sebelum
Produk celana
Putus, dan melakukan pekerjaan
jeans dikerjakan
berbelok pada
ulang
insime dan
onsime) Perusahaan menekankan kepada
Supervisor untuk memberikan
arahan:
Metode:
- Memberikan arahan kepada
- Tidak ada tata cara
karyawan tata cara baku 4
pengerjaan yang
dalam bekerja,
baku
- Menerapkan Prinsip Bekerja
dan memeriksa untuk masing-
masing pekerja
Perusahaan melakukan
Produk tidak 9
Kain (bahan Tidak ada pengujian pemeriksaan pada saat
layak jual untuk
baku) susut bahan baku diberikan pemotongan secara visual oleh
konsumen
pekerja pada bagian pemotongan
Sumber: Data diolah
Pada Tabel 5.28, terdapat 4 kendali yang dapat dilakukan untuk 4 penyebab
kegagalan proses dari 2 jenis kegagalan dari data kecacatan produk selama
tahun 2011. Penilaian yang diberikan untuk 4 kendali tersebut yaitu sebagai
berikut:
menyelesaikan maslaah.
apakah tidak terjadi kerusakan produk akibat mesin yang tidak berjalan
produksi diberikan nilai 4. Hal ini perlu dilakukan inspkesi yang sangat
susut kain tidak terlihat oleh indra manusia, susut kain hanya dapat
1. Aktivitas pemindahan bahan yang dilakukan oleh PT. Givemas Garmindo tidak
memberikan nilai tambah pada produk, akan tetapi biaya produksi dibutuhkan
Tujuan yang akan dicapai dari analisis pemindahan bahan ini adalah:
produksi perusahaan.
langsung akan mengurangi biaya produksi yaitu penggunaan tenaga kerja untuk
pemindahan bahan.
perpindahan bahan yang diperkenalkan oleh James A.Apple dalam bukunya yang
4 8
1 2 3 5 6 7 9 10
SUMBER DAN SATUAN
JENIS KARAKTERISTIK KUANTITAS LOGISTIK KARAKTERISTIK JENIS PERALATAN TENAGA KERJA
TUJUAN PERPINDAHAN
Satuan Jumlah Per batch Produksi Cakupan : Departemen Jarak : Pengangkutan Metode Pendukung Fungsi : Waktu per 1 Gerakan
Berikutnya - Perp. I : 88 meter Perpindahan : - Pemindahan
- Bagian Penjahitan - Perpindahan I : 10 menit
- Perp. II: 30 meter - Dorong
ke bagian Pencucian Jenis - Perpindahan II: 5 menit
Waktu per 1 Gerakan Penggunaan
- Bagian Pencucian - Manusia
: (dengan
- Perpindahan I : 10 menit Peti kemas Biaya Per 1 x pemindahan
ke bagian Finishing menggunakan
- Perpindahan II: 5 menit - Tidak Ada Alat Bantu) - Rp. 10.000/perpindahan
Rute:
- Datar Laju : Jumlah Barang Jumlah :
- Perpindahan I : 30 Meter/menit per satuan - 2 Unit
- Perpindahan II: 30 Meter/menit pemindahan :
- 50 Unit Celana Biaya :
Gerakan
- Biaya Depresiasi Alat
:
- Perpindahan I : Bebas
Satuan bantu Pemindahan
- Perpindahan II: Bebas
pemindahan/ - Biaya Perawatan Alat
Lingkungan Jumlah Total : Bantu Pemindahan
:
1. Lokasi : - Jumlah Perpindahan
- Dalam Ruangan
2. Kondisi : Berat :
- Bersih - 1 Celana jeans : 0,5 Kg
- Nyaman
- Sedikit Panas Jumlah :
- 1 Hari : 600-800 Celana
perusahaan, perlu diketahui pola aliran bahan yang berfungsi untuk melihat aliran
bahan sampai menjadi produk akhir, informasi dari hasil observasi dituangkan
kedalam gambar 5.11 dibawah ini, menjelaskan kondisi aktual dari layout
Bagian Pemotongan
Bagian Pengepakan
Bagian Finishing
Bagian Penjahitan
Bagian Pencucian
perpindahan bahan yang dilakukan oleh Perusahaan. Teknik yang digunakan dalam
mengukur jarak perpindahan bahan antar satu titik ke titik lain salah satunya adalah
Eucledean Distance¸metode ini merupakan ukuran jarak antara dua item X dan Y,
jarak diukur dengan lintasan garis lurus antara satu titik ke titik lain dan aplikasikan
pada beberapa masalah lokasi atau rute proses produksi suatu produk. Dari gambar
Keterangan :
35
Apple, James M. 1990. Tataletak dan Pemindahan Bahan. Hal. 195.
25
Bagian Pemotongan
24
Bagian Pengepakan
23
22
21
20
19
Bagian Finishing
Bagian Penjahitan
18
17
16
15
14
(4,13.5)
13 (14,13)
12
Perpindahan II
11
Perpindahan I
10 (2,10)
9 (3,9)
8
Bagian Pencucian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 X
Gambar 5.12. Grafik Perhitungan Jarak Perpindahan Bahan pada Layout Aktual
PT. Givemas Garmindo
Adapun biaya matrial handling terdiri dari upah orang memindahkan bahan, biaya
investasi dari berbagai alat pemindahan yang digunakan dan biaya-biaya yang tidak
bisa dipisahkan dan termasuk dalam biaya produksi untuk mengerjakan produk
- Jumlah : 2 unit
celana, jika proses pemasukan celana dilakukan dengan baik maka kapasitas akan
tercapai.
Jika Biaya/ perpindahan adalah Rp. 10.000, maka biaya pemindahan material
adalah:
Biaya Pemindahan I
Biaya Pemindahan II
BPB usulan = 113,95 � (36,27 � 2240) = ��. 9.257.844,96/ tahun
macam pemacu biaya (cost driver) yaitu : activity driver dan resource driver. Resource
driver adalah faktor yang menjadi penyebab konsumsi sumber daya oleh aktivitas.
Activity driver adalah faktor yang menjadi penyebab timbulnya konsumsi aktivitas oleh
cost object.
Tabel 5.30. Biaya Aktivitas dan Pemicu Biaya pada PT. Givemas Garmindo
penelusuran biaya ke tiap-tiap aktivitas untuk menentukan biaya aktivitas. Berikut ini
aktivitasnya:
Berikut adalah biaya tenaga kerja tidak langsung yang berhubungan langsung pada
bagian produksi yang dikeluarkan oleh PT. Givemas Garmindo selama tahun 2011
sebagai berikut:
aktivitas :
4. Biaya Listrik
- Golongan I-3/TM
Pemakaian.
260C=ST-260H+ER-109)
5. Biaya Pengepakan
8. Asuransi Perusahaan
Setelah analisis terhadap pemacu biaya (Cost driver) telah dilakukan, untuk
itu sendiri, adapun manajemen aktivitas yang dilakukan pada PT. Givemas Garmindo
adalah:
pemeriksaan II (QC Jahitan) dan SOP pemeriksaan III (QC Produk), elemen-
elemen kerja pada pemeriksaan II (QC Jahitan) akan dilakukan pada pemeriksaan
2. Pada Tabel 5.41 terdapat pemeriksaan tampilan luar celana, pemeriksaan tersebut
dilakukan dengan cara melihat seluruh bagian celana bagian luar, sehingga sama
maksud nya dengan aktivitas pemeriksaan jahit insime dan onsime, jahit pinggir
celana, posisi kantong belakang, dan jahitan kantong belakang, serta kelurusan
SOP PT.
Ketercapaian
Tahapan Givemas Keterangan Hasil Evaluasi
di Lapangan
Garmindo
1. Memeriksa Mengetahui kondisi Terdeteksi
Tampilan luar ya permukaan celana
celana
1. Memeriksa Mengetahui mana Terdeteksi
panjang celana kain yang susut dan
ya
bagian kiri tidak
kanan
Pemeriksaan 2. Memeriksa Mengetahui mana Terdeteksi
II (QC panjang celana kain yang susut dan
ya
Produk) bagian depan tidak
dan belakang
Memperbaiki
3. Buang benang ya Terdeteksi
tampilan produk
4. Memeriksa Mengetahui produk
lipatan jahitan yang harus rework
ya Terdeteksi
celana dalam jahitan
dan luar
Tabel 5.41. SOP Pemeriksaan III (QC Produk) (Lanjutan)
(QC Jahitan) dianalisis, diperoleh bahwa seluruh aktivitas atau elemen kegiatan
pada SOP penjahitan dapat dilakukan oleh SOP pemeriksaan III (QC Produk)
personil/karyawan yang lebih banyak pada pemeriksaan III khusus untuk elemen
activity based management dilihat dari pemakaian waktu untuk memproses celana
jeans. Dengan adanya aktivitas tidak bernilai tambah yang dihilangkan maka waktu
produksi akan dapat diturunkan. Be rikut adalah pengukuran kinerja waktu produksi
terhadap bagian produksi PT. Givemas Garmindo. Adapun pengurangan waktu yang
terjadi setelah analisis aktivitas dapat dilihat pada tabel 5.42 sebagai berikut.
5.2.7.2.Kinerja Keuangan
sistem tradisional, kinerja keuangan juga melihat pengurangan biaya akibat analisis
Sistem tradisional menunjukkan bahwa sebagian biaya yang sulit untuk ditelusuri
yang timbul kedalam penggeraknya sehingga seluruh biaya yang berpotensi dapat
ditelusuri per unit produk dapat dilaksanakan. Dari analisis terhadap proses dan
pemeriksaan II (QC jahitan ) adalah aktivitas yang tidak bernilai tambah dan dapat
adapun rekapitulasi pengurangan biaya yang dilakukan dapat dilihat pada tabel
5.44, sedangkan laporan biaya setelah penerapan Activity Based Management dapat
Perhitungan efisiensi biaya dari eliminasi dan perbaikan aktivitas tersebut dapat
Rp. 139.891.499, −
��������� ����� �������� = x100% = 0,39 %
Rp. 35.181.932.570, −
12,484
��������� ����� �������� = x100% = 2,50 %
498,952
6.1. Analisis
dalam melaksanakan bisnis celana jeans adalah produksi dengan biaya rendah (low cost
production), hal dilihat dari aktivitas yang dominan dilaksanakan untuk menjalankan
proses bisnis adalah aktivitas pada bagian produksi, sementara untuk bagian inbound
penjualan kain ke luar perusahaan. Pada bagian outbond logistic perusahaan sudah
mempunyai agent yaitu departemen store berupa Matahari dan Ramayana untuk tempat
memasarkan produk jadi. Oleh sebab itu, maka analisis dilakukan terhadap aktivitas
berpedoman pada kriteria suatu aktivitas yang bernilai tambah menurut Hansen dan
aktivitas yang tidak bernilai tambah, perbaikan proses dilakukan dengan tujuan untuk
masih terdapat kecacatan produk yang besar akibat kegagalan proses penjahitan, hal
ini memberikan 2 dugaan yaitu antara aktivitas pemeriksaan II yang tidak efektif
a. Untuk jenis kegagalan Jahitan penyebab kegagalan proses adalah operator tidak
serius bekerja, tidak semnagat bekerja, mesin yang tidak berjalan sebagaimana
mestinya dan tidak ada tata cara prosedur pekerjaan yang baku.
b. Untuk jenis Kegagalan Bahan Baku, penyebab kegagalan proses adalah tidak
ada pemeriksaan bahan baku sehingga bahan baku yang rusak tetap diproduksi.
kegagalan jahitan yang disebabkan oleh operator tidak serius dan semangat bekerja,
kegagalan bahan baku dengan RPN sebesar 324 memerlukan kendali yaitu
memperbaiki metode pemindahan bahan yang dilakukan dan tidak mengubah tata
a. Dari keadaan eksisting aliran bahan pada gambar 5.6, dilihat bahwa bagian
bahan dari bagian penjahitan ke bagian pencucian, demikian juga untuk bagian
pencucian dengan finishing, selain itu, pemindahan yang dilakukan juga tidak
diperoleh jarak terpendek untuk pemindahan I yaitu 88,56 m dan 36,27 m untuk
pemindahan II
menjadi 150 celana sedangkan kapasitas aktual 100 celana, dengan analisis
Setelah Analisis Cost Driver (pemicu biaya) dilakukan, maka pembebanan biaya
secara langsung ke masing-masing aktivitas, hanya biaya listrik, bahan, dan tenaga kerja
bahan tidak dapat dihilangkan karena antar bagian penjahitan dengan pencucian dan
akibat analisis aktivitas dan process improvement. Adapaun biaya yang berkurang
dalam kinerja keuangan dapat dilihat pada tabel 6.1. sebagai berikut:
pengalokasian biaya produksi berdasarkan jenis produk yang dihasilkan. hal ini
disebabkan karena dalam sistem ABM perhitungan biaya berdasarkan konsumsi biaya
Dari tabel diatas, dilihat perbedaan antara metode tradisional dengan ABM,
untuk celana jeans basic tradisional memberikan biaya yang lebih besar dibandingkan
dengan ABM sebesar Rp. 15.863.489,- yang seharusnya menjadi beban untuk celana
jeans model, sehingga menyebabkan biaya produksi celana jeans basic menjadi lebih
Dari tahap diatas diperoleh bahwa masalah kecacatan produk pada PT. Givemas
Garmindo yang paling dominan adalah disebabkan oleh pekerja tidak serius bekerja,
tidak semangat bekerja dan kelelahan pekerja. Alasannya adalah sistem pengupahan
yang tidak disesuaikan dengan performance, usaha yang dilakukan oleh pekerja serta
tidak transparannya pihak manajemen menentukan upah membuat para pekerja tidak
teliti dalam mengerjakan produk dan mengabaikan kualitas produk, oleh karena itu
dalam penelitian ini peneliti akan mencoba menentukan bagaimana upah diberikan
Merit pay adalah sistem pengupahan yang berbasis performance yang digunakan
untuk mengitung upah yang diberikan per unit produk, adapun langkah-langkah
Untuk melakukan penghitungan upah per menit diperlukan data standar untuk
36
Sumiputra, I. 2005. Penerapan Merit Pay di Suatu Perusahaan.
pekerjaan per unit celana jeans, kemudian dengan menjumlahkan waktu produksi
yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 unit celana jeans diperoleh dari langkah
pertama.
∑��=0 ��
�� =
∑��=1. ���
Keterangan:
� ��� = �����ℎ ����� ���� ����� ������ℎ �� �����ℎ���� ��� ���� ������
�=1.
Upah untuk 1 unit celana jeans berdasarkan ketetapan dari PT. Givemas Garmindo
Tabel 6.3. Upah Per Unit Celana Jeans untuk Bagian Penjahitan
∑��=0 ��
�� = �
∑�=1. ���
��. 9275
�� =
17,46
Dasar alokasi adalah waktu yang dibutuhkan oleh pekerja pada workcenter dikali
dengan berapa biaya per menit penjahitan celana jeans. Adapun rumus
��1,…..� = ��� � ��
Keterangan :
��1,…..� = ���ℎ ��� ����������� ������ �����ℎ����
Maka untuk workcenter penjahitan levis celana jeans basic adalah sebagai berikut:
��1 = ��� � ��
��1 = ��� � ��
Rekapitulasi perhitungan Jumlah Upah per workcenter dapat dilihat dalam tabel
Tabel 6.5. menunjukkan bahwa terdapat perbedaan upah antara keadaan sebelum
menerapkan sistem merit pay dengan setelah menerapkan sistem merit pay, dibeberapa
hal ini didasarkan pada waktu pengerjaan sehingga akan lebih adil untuk seluruh pekerja
memngingat bagian yang mengalami penuruan sangat drastis adalah bagian celana yang
penurunan upah tidak sangat signifikan namun tetap menjaga rasa keadilan antara
sesama pekerja jahitan. Adapun contoh perhitungan upah setelah penambahan waktu
elemen kegiatan pemeriksaan dapat dilihat pada tabel 6.7 sebagai berikut.
Perbaikan yang dapat dilakukan untuk jenis kegagalan proses susut kain yang
melebihi dari batas yang ditetapkan perusahaan adalah tidak ada Standard Operational
melaksanakan kegiatan.
standar yang ada di dalam suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa
setiap keputusan, langkah, atau tindakan, dan penggunaan fasilitas pemrosesan yang
dilaksanakan oleh orang-orang di dalam suatu organisasi, telah berjalan secara efektif,
konsisten, standar, dan sistematis. Empat hal yang disebutkan tersebut adalah ciri-ciri
atau syarat-syarat SOP yang efektif dan bermanfaat bagi organisasi. Dengan
dipenuhinya empat syarat tersebut, maka SOP akan menjadi bagian sistem organisasi
yang dapat bergerak seirama dan harmonis dengan keputusan dan kegiatan organisasi,
membuat SOP pada pemeriksaan kain (fabric). Tata cara atau prosedur kerja yang
1. Proses Blangket, yang digunakan untuk melihat perbedaan warna kain yang tidak
2. Proses Shringkage (Test Susut Kain), yang digunakan untuk melihat perubahan
37
Rudi M. Tambunan, Standard Operating Procedures (SOP), (Maiestas Publishing, Cet. 1, 2008), h. 2-3
pemeriksaan kain atau dikenal dengan Fabric Procedure, dengan adanya SOP tersebut,
maka kain yang mengalami susut dan rusak bisa diklaim melalui marketing perusahaan
apabila melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh perusahaan. adapun SOP Fabric
2. Tujuan
Memastikan bahan baku fabric/kain datang tepat waktu dan sesuai permintaan sehingga
produksi berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
3. Pelaksana
Operator gudang bahan dibantu dan di awasi oleh Departemen PPIC.
4. Waktu Pelaksanaan
Pada saat bahan baku fabric/kain masuk ke pabrik, segera lakukan pengecekan dan pencatatan
apakah sesuai dengan document import (packing list), kemudian fabric/kain harus disimpan
dalam rak per style/color/lot dan rak harus diberi label keterangan mengenai tanggal datang,
berapa roll, berapa yard.
5. Prosedur
1. Memeriksa data container / kargo yang masuk seperti nomor mobil container dan nomor seal
sesuai dengan document import (packing list).
2. Melaksanakan proses pembongkaran muatan kargo import yang didampingi oleh petugas
keamanan dan departemen export-import.
3. Kargo yang dibongkar (unload) dicatat, dibedakan dan dipisahkan berdasarkan nomor style,
warna, lot dan jumlah ball disesuaikan dengan packing list.
4. Selesai pengecekan fabric/kain harus disimpan dalam rak per style/warna/lot dan setiap rak
harus diberi label keterangan mengenai ; tanggal datang, berapa roll, berapa yard total
kedatangan.
5. Setiap kali kedatangan fabric/kain harus diperiksa mutu (quality)-nya minimum 10% per
warnanya dengan membuat tes Blangket dan Test Shringkage. Dari hasil laporan atau
pemeriksaan tadi, maka harus segera diidentifikasi, dicatat, dipisahkan dan segera laporkan
kepada PPIC/Factory Dept. atau bagian terkait untuk ditindak lanjuti.
6. Hasil pemeriksaan actual fabric dengan Packing List dan laporan Quality harus dilaporkan
kepada bagian Marketing agar dapat diklaim.
6. Proses Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara periodik dengan Sringkage (Test Susut Kain) setelah pembongkaran
kargo, sehingga hasil pemeriksaan bahan dapat dijadikan bukti jika ada klaim pada kualitas
bahan tersebut.
7. Penjelasan Prosedur
Setelah semua barang (Material) telah dicek quantity ball/carton dengan dokumen import/local,
maka material tersebut langsung dipisahkan/disimpan antara fabric (kain) dan accessories untuk
dicek lagi secara detail. Pengecekan aktual material menggunakan form check fabric material
(lihat dilampiran). Kemudian dilakukan pengecekan Quality untuk dilaporkan ke bagian PPIC
dan di follow up.
Jika pada kenyataannya setiap #LOT beda warna, maka potongan kain tersebut harus tetap
dipisahkan sesuai dengan #LOT-nya masing-masing. Petugas wajib membuat laporan Blangket
dengan cara :
1. Potong kain sebanyak 6 set = 3 set untuk dicuci dan 3 set tidak dicuci.
2. Satu (1) set = 1 dicuci dan 1 tidak dicuci ; ini disimpan di gudang (keeping).
3. Satu (1) set = 1 dicuci dan 1 tidak dicuci ; ini diberikan kepada PPIC Dept.
4. Satu (1) set = 1 dicuci dan 1 tidak dicuci ; ini diberikan kepada Produksi Manager.
bagaimana cara memasukkan celana jeans kedalam keranjang kain dan membuat jalur
khusus yang tetap untuk pemindahan, hal ini berguna agar kapasitas alat angkut menjadi
lebih besar sehingga frekuensi pemindahan menjadi berkurang serta waktu perpindahan
yang menjadi singkat karena pekerja telah melewati jalur yang ditetapkan oleh
perusahaan.
7.1. Kesimpulan
berikut:
1. Aktivitas tidak bernilai tambah yang seharusnya dapat dihilangkan pada PT.
seluruh elemen kerja pada pemeriksaan II (QC jahitan) ke aktivitas pemeriksaan III
sebesar Rp. 139.891.319,- yang merupakan biaya overhead pabrik dari eliminasi
biaya produksi yaitu sebesar 0,39 % dan pengurangan waktu produksi sebesar
3. Usulan perbaikan yang dapat diberikan untuk perbaikan proses terhadap aktivitas
pemeriksaan II (QC jahitan) yaitu meminimisasi produk cacat pada bagian jahitan
dengan memberikan alokasi perhitungan upah bagian jahitan dengan Merit Pay dan
pembuatan SOP pemeriksaan kain untuk masalah kecacatan pada kain. Untuk
jeans, sementara pada sistem tradisional biaya-biaya produksi terdistori hanya pada
beberapa cost driver saja sehingga pembebanan biaya menjadi tidak tepat, sebesar
Rp. 15.863.488,- biaya produksi per tahun yang harus dibebankan kepada jenis
produk celana jeans basic yang seharusnya dibebankan ke biaya produksi celana
jeans model.
7.2. Saran
adalah :
proses produksi.
transparan untuk mengurangi tingkat kecemburuan dan rasa adil untuk seluruh
pekerja.
b. Melakukan pemeriksaan bahan baku (kain) dengan benar agar bahan baku yang
agar frekuensi pengangkutan menjadi lebih sedikit dan kapasitas alat angkut
Untuk mendorong Efisiensi Biaya produksi (Studi Kasus Pada PG. Krebet
Besterfield, Dale H. 1994. Quality Control. Edisi Keempat. London: Prentice Hall Intrnational.
Blocher, Chen, Lin. 2000. Manajemen Biaya: Dengan Tekanan Stratejik. Jilid 1.
Chang P. 2003. Pengendalian Mutu Terpadu untuk Industri Tekstil dan Konfeksi.
Dyadem Engineering Corporation. 2003. Guidelines for Failure Mode and Effects Analysis, For
Paramitha. Jakarta.
Algoritma Heuristic Similarity Coeficient Untuk meminimasi Waktu Siklus dan Biaya
Material handling. Jurusan Teknik Industri. Institut Sain & Teknologi AKPRIND
yogyakarta.
Publishing.
Tejo Andhika. 2007. Peranan Activity Based Management dalam Peningkatan Efisiensi
Universitas Brawijaya.
Tunggal, Amin W.1992. Activity Based Costing: Suatu Pengantar. Jakarta. Rineka Cipta.
Wignjosoebroto, Sritomo. 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: PT. Guna
Widya.
http://www.4shared.com/office/47wdwjuj/sop_fabric_warehouse_procedure.html
Adapun Mesin dan peralatan yang digunakan pada PT. Givemas Garmindo adalah
sebagai berikut:
I. Mesin Produksi
Adapun mesin-mesin yang digunakan PT. Givemas Garmindo adalah sebagai berikut:
II. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan PT. Givemas Garmindo adalah sebagai berikut :
1. Tagging gun
- Fungsi : Memasang label harga dan merek celana dengan cara menembakkan alat
tersebut ke celana jeans.
- Jumlah : 4 unit
2. Meja
- Fungsi : Sebagai wadah untuk melakukan penginspeksian celana.
- Jumlah : Terdapat disemua lantai produksi.
- Fungsi : Memotong benang, kain, label dan memotong pola (mal) celana..
- Jumlah : Terdapat disemua lantai produksi.
5. Meteran
- Fungsi : Mengukur kain yang akan diproduksi
- Jumlah : 4 unit
bahwa setiap jenis kegagalan mempunyao penyebab yang hampir sama, sehingga
kecacatan dari data kecacatan produk pada tabel 1 dibawah ini. Misalnya untuk
penyebab manusia, jenis kegagalan yang disebabkan manusia adalah jahitan lepas,
putus, melangkah, dan berbelok, sehingga dapat dikatakan manusia adalah penyebab
paling dominan terhadap jenis kegagalan yang terjadi, namun untuk menentukan berapa
38
Laudine, dkk. 2007. Manajemen dan Aksi Mitigasi untuk Menciptakan Rantai Pasok yang Robust. FTI-
ITS
A : Penyebab Kegagalan yang disebabkan oleh operator yang tidak serius dan
semangat bekerja
sebagaimana mestinya
C : Penyebab Kegagalan yang disebabkan oleh tidak adanya metode kerja yang
dilakukan perhitungan frekuensi kecacatan berdasarkan bobot yang diberikan, bobot per
jenis kegagalan diperoleh dari perhitunga total kecacatan dibagi dengan skala yang