TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri
Oleh :
JAHOOTSAN P. SILALAHI
NIM. 070423018
Segala puji, hormat juga syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk dapat lebih melengkapi penulisan laporan tugas sarjana ini.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan berharap laporan ini
Jahootsan P. Silalahi
NIM : 070423018
kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan moral dan spiritual yang diberikan
kepada penulis selama proses penyusunan tugas sarjana ini. Tanpa dukunagn yang
Bapak, Ibu, dan Rekan-rekan berikan, maka penulis akan mengalami perjalanan
Pembimbing II, Ir. Dini Wahyuni, MT, yang telah membimbing penulis
3. Bapak Ridwan Nasution selaku kepala HRD PT. Intan Suar Kartika.
4. Bapak Rahman Tjengal selaku kepala Produksi Departemen Paku PT. Intan
Suar Kartika.
5. Seluruh staf dan karyawan khususnya di departemen paku PT. Intan Suar
Kartika.
6. Teristimewa kapada Ayahanda dan Ibunda serta Adik-adik atas doa dan
melimpah kepada Bapak, Ibu dan Rekan-rekan sekalian. Akhir kata penulis
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
17
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
TABEL HALAMAN
2.1. Alokasi Tenaga Kerja PT. Intan Suar Kartika ................................ II-3
5.2. Pengamatan Waktu Tiap Kegiatan Setup Mesin MTG C ............... V-7
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
3.1. Konsep Langkah SMED dalam Mereduksi Waktu Setup ............... III-8
5.2. Tampak Atas Die Box yang Telah Dirakit ..................................... V-4
5.3. Tampak Samping Penampang Die Box yang Telah Dirakit ............ V-4
10
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
PT. Intan Suar Kartika adalah sebuah perusahan yang bergerak di bidang
pembuatan paku untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal yaitu Sumatera Utara
dengan berbagai ukuran. Akan tetapi, proses setup mesin yang dilakukan oleh
PT. Intan Suar Kartika membutuhkan waktu yang lama (dapat mencapai 3 jam
lebih) yang menyebabkan perusahaan kesulitan meneriman order dalam jumlah
kecil. Dengan situasi perekonomian seperti sekarang perusahaan mau tidak mau
terpaksa harus tetap menerima orderan walaupun jumlahnya sedikit.
Bila ditinjau dari efektivitas perusahaan, kegiatan setup yang dilakukan
akan sangat merugikan perusahaan yang pada akhirnya akan berimbas pada
tingginya bottleneck yang mengakibatkan keterlambatan proses produksi dalam
kapasitas tertentu. Metode SMED (Single Minute Exchange of Die) sebagai suatu
pendekatan yang dianggap dapat digunakan untuk mereduksi waktu setup mesin.
SMED mampu mengefektifkan waktu produksi dan mengeliminir terjadinya
kesalahan dalam melakukan setup mesin. Dengan menggunakan metode SMED
maka tujuan penelitian diharapkan akan tercapai.
Kegiatan penelitian dilakukan dengan melakukan pengukuran langsung
terhadap mesin paku khususnya mesin paku MTG C dengan menggunakan
stopwatch. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan setup mesin produksi yaitu 3
jam 17 menit 8 detik. Tingginya waktu setup disebabkan karena tidak
dibedakannya internal setup dan eksternal setup sehingga semua kegiatan setup
dilakukan pada saat mesin berhenti (internal setup).
Dengan membedakan antara internal setup dan eksternal setup serta
melakukan konversi setup internal menjadi setup eksternal mampu mereduksi
waktu setup hingga 17,17%, yaitu menjadi 2 jam 48 menit 32 detik. Tahap ketiga
memperbaiki semua aspek dalam operasi setup serta tahap keempat
menghilangkan setup yang tidak perlu serta menerapkan program setup baru maka
akan diperoleh reduksi waktu yang lebih besar.
PT. Intan Suar Kartika adalah sebuah perusahan yang bergerak di bidang
pembuatan paku untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal yaitu Sumatera Utara
dengan berbagai ukuran. Akan tetapi, proses setup mesin yang dilakukan oleh
PT. Intan Suar Kartika membutuhkan waktu yang lama (dapat mencapai 3 jam
lebih) yang menyebabkan perusahaan kesulitan meneriman order dalam jumlah
kecil. Dengan situasi perekonomian seperti sekarang perusahaan mau tidak mau
terpaksa harus tetap menerima orderan walaupun jumlahnya sedikit.
Bila ditinjau dari efektivitas perusahaan, kegiatan setup yang dilakukan
akan sangat merugikan perusahaan yang pada akhirnya akan berimbas pada
tingginya bottleneck yang mengakibatkan keterlambatan proses produksi dalam
kapasitas tertentu. Metode SMED (Single Minute Exchange of Die) sebagai suatu
pendekatan yang dianggap dapat digunakan untuk mereduksi waktu setup mesin.
SMED mampu mengefektifkan waktu produksi dan mengeliminir terjadinya
kesalahan dalam melakukan setup mesin. Dengan menggunakan metode SMED
maka tujuan penelitian diharapkan akan tercapai.
Kegiatan penelitian dilakukan dengan melakukan pengukuran langsung
terhadap mesin paku khususnya mesin paku MTG C dengan menggunakan
stopwatch. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan setup mesin produksi yaitu 3
jam 17 menit 8 detik. Tingginya waktu setup disebabkan karena tidak
dibedakannya internal setup dan eksternal setup sehingga semua kegiatan setup
dilakukan pada saat mesin berhenti (internal setup).
Dengan membedakan antara internal setup dan eksternal setup serta
melakukan konversi setup internal menjadi setup eksternal mampu mereduksi
waktu setup hingga 17,17%, yaitu menjadi 2 jam 48 menit 32 detik. Tahap ketiga
memperbaiki semua aspek dalam operasi setup serta tahap keempat
menghilangkan setup yang tidak perlu serta menerapkan program setup baru maka
akan diperoleh reduksi waktu yang lebih besar.
PENDAHULUAN
fluktuasi dan variasi permintaan konsumen. Hal ini berimbas pula pada produksi
paku yang dilakukan oleh PT. Intan Suar Kartika. PT. Intan Suar Kartika pada
memenuhi kebutuhan pasar lokal dan internasional, tetapi pada saat sekarang paku
yang diproduksi hanya untuk pasar lokal saja. Permintaan akan produk paku
Untuk tetap manjalankan roda perusahaan, PT. Intan Suar Kartika mau
tidak mau harus menerima order walaupun dalam jumlah kecil. Hal ini
mesin yang dilakukan oleh PT. Intan Suar Kartika membutuhkan waktu yang
kecil karena sebagian besar waktu dipakai untuk aktivitas setup yang secara
pendekatan dianggap sebagai salah satu solusi yang dapat digunakan untuk
mereduksi waktu setup mesin. Hal ini sudah pernah dibuktikan dalam sebuah
I-1
Universitas Sumatera Utara
penelitian oleh Yantiani Trisiana Haloho di PT. Voltama Vista Megah Electric,
Medan pada mesin Injection Thermoplastic PYI-180 POR No. 9525. Dengan
menggunakan metode SMED mampu mereduksi waktu setup hingga 40%, yaitu
waktu setup maka proporsi waktu produktif akan meningkat dan jumlah produk
Pada depaertemen paku PT. Intan Suar Kartika terdapat beberapa jenis
mesin produksi paku, salah satu diantaranya adalah mesin paku tipe MTG
C. Adapun setup mesin yang dibahas di dalam laporan ini dimulai dari sesudah
mesin paku MTG C berhenti beroperasi. Secara garis besar kegiatan setup
meliputi pelepasan die box dari mesin paku, mengambil die grip baru dari tempat
wirerod pada piringan berputar. Kegiatan seperti membersihkan oli juga termasuk
kegiatan setup mesin. Dari pengamatan awal terlihat ada sejumlah kegiatan yang
dapat dilakukan saat mesin paku masih beroperasi. Hal inilah yang mendorong
yaitu relatif tingginya waktu setup mesin produksi di departemen pembuat paku.
mesin karena tidak adanya output yang dihasilkan selama proses setup
berlangsung.
yang melakukan setup adalah tenaga kerja normal yang terampil dalam
sebagai berikut :
berbagai atribut dari perusahaan yang menjadi objek penelitian, jenis produk dan
spesifikasinya, bahan baku, proses produksi, mesin dan peralatan yang digunakan
tahapan penelitian dan penjelasan tiap tahapan secara ringkas disertai diagram alir
penelitian yang diperoleh dari perusahaan, baik data primer maupun data sekunder
Pada Bab VI Analisa dan Pemecahan Masalah, hasil dari pengolahan data
Pada Bab VII Kesimpulan dan Saran, berisikan kesimpulan yang dapat
diambil oleh penulis dari hasil penelitian ini serta rekomendasi saran-saran yang
PT. Intan Suar Kartika adalah sebuah perusahaan swasta nasional yang
bergerak dalam industri yang memproduksi bahan bangunan yaitu paku dan
kawat. Pabrikasi perusahaan ini berlokasi di Jl. K. L. Yos Sudarso Km. 9,6 Medan
dengan kantor pusat dan pemasarannya di Jl. Gandhi No. 130 (d/h 14-B) Medan.
PT. Intan Suar Kartika merupakan pengembangan dari PT. Intan Nasional
Iron Industri yang didirikan pada bulan Mei 1971 dengan masa proyek selama
kurang lebih enam bulan. Pada bulan Oktober 1971 perusahaan telah dapat
memproduksi kawat paku, paku, kawat licin, serta kawat beton dengan nama
produk PT. Intan Suar Kartika semakin meningkat baik dalam negeri maupun luar
negeri sehingga memerlukan areal yang luas untuk berproduksi. Akhirnya pada
tahun 1984, pengolahan dan pengalvanisan seng PT. Intan Nasional Iron Industri
dipindahkan ke lokasi lain dan hingga kini pabrik di Jl. K. L. Yos Sudarso Km.
9,6 Medan merupakan sepenuhnya pabrik PT. Intan Suar Kartika yang
memproduksi paku.
Produk yang dihasilkan oleh PT. Intan Suar Kartika adalah paku dengan
ukuran yang beragam sesuai dengan permintaan pasar. Bahan baku untuk produk
ini adalah wirerod yang diimpor dari India, Singapura, Rusia dan Australia.
untuk menghasilkan kawat paku yang merupakan bahan setengah jadi untuk
produk paku. Selain untuk memenuhi kebutuhan sendiri, PT. Intan Suar Kartika
tanggung jawab kepada individu maupun bagian tertentu dari organisasi. Struktur
organisasi ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan dan
dan tanggung jawab serta hubungan satu sama lain dapat digambarkan pada
mengetahui dengan jelas apa tugasnya dari mana ia mendapatkan perintah dan
Dengan adanya struktur organisasi dan uraian tugas yang telah ditetapkan
akan menciptakan suasana kerja yang baik karena perintah yang akan diterima
oleh seorang bawahan dari atasannya tidak akan tumpang tindih dengan perintah
dilakukan menurut fungsi-fungsi pada tiap bagian dengan bidang pekerjaan yang
telah ditentukan. Struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Jumlah karyawan pada PT. Intan Suar Kartika sebanyak 373 orang.
Tabel 2.1. Alokasi Tenaga Kerja pada PT. Intan Suar Kartika
Direktur
Wakil Direktur
Factory Manager
Ass.
Foreman Foreman
Foreman
Ass. Ass.
Operator
Foreman Foreman
Operator Operator
Pada PT. Intan Suar Kartika terdapat dua jenis jam kerja yaitu jam kerja
Jam kerja regular berlaku bagi karyawan di luar bagian produksi seperti di
dan bengkel.
1. Shift pagi
2. Shift siang
3. Shift malam
Jam kerja ini berlaku untuk untuk bagian-bagian produksi seperti bagian
tarik kawat, cuci kawat, produksi paku, polish, serta bagian-bagian yang
Sistem pengupahan yang berlaku di PT. Intan Suar Kartika adalah sistem
upah harian yang besarnya berdasarkan atas upah minimum regional yang
bulannya.
1. Upah Resmi
Pada PT.Intan Suar Kartika, upah resmi terdiri atas 2 macam yaitu :
a. Upah bulanan, upah ini diberikan kepada tenaga kerja reguler setiap
b. Upah harian, upah ini diberikan kepada tenaga kerja buruh kasar di lantai
per hari. Upah lembur diberikan bila bekerja lebih dari 40 jam seminggu
2. Upah Perangsang
dalam seminggu atau penuh dalam sebulan. Hal ini dimaksudkan untuk
1. Pakaian Dinas
Untuk karyawan baru, yang telah melewati masa job training mendapat dua
stel pakaian lengkap. Kemudian untuk selanjutnya pakaian dan sepatu kerja
2. Fasilitas Transportasi
Perusahaan memberikan bus antar jemput karyawan secara gratis setiap hari
kerja.
Bahan yang digunakan oleh PT. Intan Suar Kartika untuk membuat paku
a. Bahan Baku
jumlahnya dari waktu ke waktu tidak berubah untuk produk yang sejenis. Bahan
baku yang diolah oleh PT. Intan Suar Kartika adalah wirerod.
Wire rod adalah gulungan kawat baja dengan kadar karbon 0,25 %, dengan
diameter wire rod 5,5 mm. Wirerod ini digulung dalam bentuk bundelan-bundelan
(coils) dengan berat 1500 kg. Wirerod diperoleh dari Singapura, Australia, India
dan Rusia. Komposisi kimia wirerod dapat dilihat pada Tabel 2.2.
C = Carbon
Mn = Mangan
Cr = Cromium
Mo = Molibdenum
V = Vanadium
Cu = Cuprum
Wirerod yang digunakan oleh PT. Intan Suar Kartika dapat dilihat pada
Gambar 2.2.
b. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi yang
3. Kapur tohor (CaCO3), digunakan untuk melunakkan dan melicinkan wire rod
(pH= 9)
5. Parafin, digunakan untuk melapisi paku agar tidak cepat berkarat saat polish
paku.
permukaan kawat pada proses tarik kawat sehingga kawat tidak mudah putus
c. Bahan Tambahan
produksi dan tampak pada produk akhir, yang bertujuan untuk meningkatkan
2. Band tape, digunakan untuk mengikat kotak paku yang telah berisi paku.
3. Label, digunakan untuk menandai jenis dan ukuran kawat yang telah
diproduksi.
Proses pembuatan paku di PT. Intan Suar Kartika terbagi atas 5 tahapan
proses yaitu : pencucian kawat, penarikan kawat, pembuatan paku, polish dan
pengepakan. Flow Process Chart proses produksi pembuatan paku dapat dilihat
pada Lampiran 1. Adapun blok diagram dari proses pembuatan paku dapat dilihat
Secara umum proses produksi pembuatan paku pada PT. Intan Suar
Kartika adalah:
produksi berupa pickling (acid boxes),yaitu sederetan bak yang terdiri dari tiga
buah bak yang dipakai untuk membersihkan atau mencuci wirerod dari
Wirerod diangkut satu persatu dari bak yang satu ke bak berikutnya dengan
bentuk gulungan besar dimasukkan ke dalam bak yang berisi H2SO4 (asam
sulfat) untuk dibersihkan dari karat dan kotoran lainnya. Wirerod direndam
dalam bak tersebut lebih kurang 1 menit dan diinspeksi dengan stopwatch.
Fungsi : untuk mencuci dan membilas wirerod supaya bersih dari sisa
Setelah itu wire rod dimasukkan ke dalam bak berikut yang berisi air dengan
membilas wirerod supaya bersih dari sisa asam yang masih melekat selama 5
Fungsi : untuk menetralisir wirerod agar tidak terjadi proses oksidasi yang
Kemudian dilanjutkan ke bak berikut yang berisi larutan CaCO3 (kapur tohor)
dan dipasang pemanas gas untuk memanaskan campuran serta kipas pengaduk
untuk memutar larutan kapur agar tidak mengendap. Panas campuran sekitar
80OC selama 5 menit yang ditujukan untuk menetralisir wirerod agar tidak
logam.
Untuk menghilangkan karat digunakan cara acid pickling dimana karat pada
besi akan larut dalam asam, dan besi juga akan larut sehingga permukaan
rapuh sehingga untuk mencegah hal tersebut, maka wirerod perlu direndam
Kawat yang telah bebas dari karat dikeringkan dalam bak dryer dengan jalan
Wirerod diangkut dengan lory ke stasiun tarik kawat. Wirerod ditarik dengan
mesin tarik kawat (drawing machine) yang terdiri dari sederetan blok-blok
tertentu sesuai dengan yang diharapkan. Mesin ini dilengkapi dengan sejenis
alat yang disebut dies box yang terdiri dari dua buah dies berbentuk cincin
lebih besar dari diameter untuk keluar. Dengan adanya perbedaan diameter
yang semakin kecil, akhirnya didapat kawat dengan ukuran yang dikehendaki.
berada di atas piringan besi yang dapat berputar. Ujung wirerod dipasang pada
drawing machine dan mulailah proses tarik kawat. Setiap melewati dies box
pada tiap mesin yang telah diberi tepung sirip, diameter kawat akan berkurang
kedua menjadi 5 mm, kemudian 4,27 mm, sampai akhirnya menjadi 3,76 mm.
(sejenis alat las listrik). Kualitas kawat yang mengalami penyambungan sama
dengan kualitas kawat yang tidak disambung. Kawat yang dihasilkan setelah
melewati proses drawing machine disebut bahan setengah jadi. Dari proses
Pada proses ini, paku akan dicetak atau dibentuk dengan mesin khusus
pengubah kawat menjadi paku dengan ukuran tertentu. Mesin pembuat paku
keranjang besi yang terletak diatas piringan besi yang dapat berputar. Ujung
kawat dipasang pada working tools mesin yaitu wire feeding rollers atau
kawat masuk ke nail box yang membentuk leher paku lalu die grip menjepit
kawat.
Fungsi : untuk membentuk kepala paku dan pola arsiran kepala paku
Bagian hammer (martil) pada mesin paku memukul kawat sehingga terbentuk
kepala paku. Pada proses pemukulan ini akan membentuk pola arsiran pada
kepala paku.
8. Pemotongan dan peruncingan ujung paku dengan cutter pada mesin paku.
Mesin polish terdiri dari tong polish persegi delapan, motor penggerak dan
tutup jaring. Paku dimasukkan ke dalam tong polish lalu dicampur dengan
sekam padi. Dengan alat angkut hoist crane, tong polish yang telah ditutup
rapat dipasangkan pada poros motor penggerak dan diputar selama 30 menit.
Setelah itu tutup tong polish ditukar dengan tutup jaring, gunanya untuk
bersih.
Paku yang dikeluarkan dari tong polish masih tercampur dengan scrap dan
sekam padi walaupun dalam kadar yang sedikit. Untuk itu dilakukan
pemisahan scrap dan sekam padi dari paku secara manual oleh operator.
Fungsi : untuk membersihkan paku dari abu dan debu sisa polish.
Paku-paku yang telah selesai dipolis dipindahkan ke bagian tiup yang berguna
untuk membersihkan paku-paku dari abu dan debu sisa polish. Untuk jenis
paku lokal, dari mesin tiup langsung dikirim ke bagian pencurahan untuk
dicurahkan sesuai dengan berat dan ukurannya dan kemudian ditimbang dan
selanjutnya sedikit demi sedikit jatuh ke atas mesin magnetik conveyor (ban
Fungsi : untuk menimbang paku sesuai dengan ukuran dan massa yang
dibutuhkan
Kotak paku yang telah terisi bergerak ke tempat timbangan digital berada.
Pada saat terjadi penimbangan paku sesuai dengan ukurannya, dari arah yang
diberikan band tape dan dilem listrik sehingga bersih dan kuat. Untuk
bersih paku dalam kemasan, nama/merk pabrik pembuat, bulan dan tahun
pembuatan.
Diameter
Topi
Panjang Paku
Diameter kawat
paku
2.4.3.1.Mesin Produksi
Untuk mendukung pelaksanaan produksi paku pada PT. Intan Suar Kartika
sesuai dengan jenis paku yang akan diproduksi dan untuk memperlicin
permukaan kawat.
Merek : Tanisaka
Buatan : Jepang
Nomor : N-6075168
Tahun : 1984
Kapasitas : 1 ton/jam
Jumlah : 6 unit
Proses :
− Rotor mesin tarik kawat dihidupkan sehingga wirerod tertarik oleh dies
2. Mesin Paku
Mesin ini berfungsi dalam pembuatan paku melalui die grip, pisau (cutter)
Merek Seri Model Buatan Kecepatan Kapasitas Jumlah Daya Ukuran Paku
1 Tanisaka F MTG Jepang 135 rpm 1 ton/jam 2 unit 7,5 KVA 4” dan 6”
2 Tanisaka D MTG Jepang 200 rpm 950 kg/shift - paku 4” 9 unit 3,5 KVA 4” dan 3”
3 Tanisaka C MTG Jepang 280 rpm 360 kg/shift 5 unit 2,5 KVA 2,5”
4 Nail Making Machine C MTG China 280 rpm 356 kg/shift 1 unit 2,5 KVA 2,5”
5 Tanisaka B MTG Jepang 350 rpm 265 kg/shift 1 unit 2,5 KVA 2”
6 Tanisaka A MTG Jepang 430 rpm 75 kg/shift - paku 1” 1 unit 2 KVA 1” dan 1,5”
7 Nail Making Machine A MTG China 430 rpm 75 kg/shift - paku 1” 1 unit 1 KVA 1” dan 1,5”
8 Automatic Nail Making Machine 92064 Z94-4A China 200 rpm 157 kg/shift 1 unit 1 KVA 1”
bagian chuck.
paku
3. Mesin Polish
Merek : Tanisaka
Buatan : Jepang
Model : MTG
Jumlah : 4 unit
Daya : 9 KW
Proses :
menurut arah rotasi dan paku yang bersih keluar dari tutup jaring.
4. Mesin Packing
Mesin ini berfungsi untuk mengalirkan paku ke dalam kotak atau kemasan
Merek : Tanisaka
Buatan : Jepang
Model : TDP-2,5.K
Nomor : N-25061.R
Tahun : 1983
Kapasitas : 6 ton/jam
Jumlah : 2 unit
Proses :
2.4.3.2.Peralatan
1. Hoist crane
Jumlah : 13 unit
Buatan : Taiwan
2. Forklift
Jumlah : 3 unit
Buatan : China
Power : 120 Kw
Berat : 8 ton
ke bagian packing.
Jumlah : 10 unit
Buatan : Taiwan
Power : 212 Hp
Dimensi : 1 m x 0,83 m
4. Trado
Jumlah : 3 unit
Buatan : China
5. Sekop
Jumlah : 8 unit
6. Tampungan paku
pembuatan paku.
Jumlah : 40 unit
Buatan : Taiwan
7. Keranjang kawat
Digunakan untuk menampung kawat yang telah ditarik pada mesin tarik
Jumlah : 15 unit
Buatan : Taiwan
8. Tong polish
Jumlah : 8 unit
Buatan : Taiwan
2.4.3.3.Utilitas
crome paku.
5. Sebagai bahan pembilasan pada proses cuci kawat dan proses crome paku
karyawan.
Air yang digunakan di pabrik ini adalah air yang berasal dari air sungai
yang terdapat dekat dengan lokasi pabrik, yang diolah terlebih dahulu sebelum
dapat digunakan. Air hasil pengolahan ini tidak digunakan untuk air minum,
sebab kualitasnya kurang baik untuk dikonsumsi. Untuk kebutuhan air minum
Sumber tenaga listrik pada PT. Intan Suar Kartika ada dua yaitu tenaga
listrik yang diperoleh dari PLN dan dari generator pembangkit listrik tenaga
diesel.
Sumber tenaga utama yang digunakan berasal dari PLN yaitu aliran listrik
3 phase dengan kapasitas 1500 KVA dan dengan tegangan 380 V. Daya
listrik dari PLN. Mesin Diesel yang terdapat di lokasi genset berjumlah
buah.
buah.
buah.
penggerak mesin dan memberikan oli pada roda gigi dan rantai-rantai
LANDASAN TEORI
Waktu setup atau waktu persiapan adalah waktu yang dibutuhkan untuk
sebagainya. Sebagian besar setup dilakukan pada saat mesin berhenti atau mesin
1. Ronald G.Askin and Jeffrey B. Goldberg, Design and Analysis of Lean Production Systems. 2001.
USA : John Wiley & Sons, Inc. pp. 369-371
III-1
Universitas Sumatera Utara
4. Jenis 4: memproduksi suatu produk contoh setelah setting awal selesai dan
melalui penghapusan aktifitas yang tidak perlu, memperbaiki aktifitas yang perlu,
Prosedur setup biasanya terdiri dari variasi yang tidak terbatas, tergantung
pada tipe operasi dan tipe peralatan yang digunakan. Akan tetapi bila prosedur-
prosedur ini dianalisis dari sudut pandang yang berbeda, maka dapat dilihat bahwa
seluruh kegiatan setup memiliki alur tahap yang sama. Pada setup tradisional
Sumber : Shigeo Shingo, A Revolution in Manufacturing: The SMED System,1985, UK : Productivity Inc,
pp.27
2 Shigeo Shingo, A Revolution in Manufacturing : the SMED System, 1985, UK : Productivity Inc,
pp. 26-27
Pada tahap ini memastikan bahwa semua part dan peralatan berada di
tempatnya dan berfungsi semestinya. Dalam tahap ini termasuk juga periode
dan sebagainya.
Tahap ini termasuk dalam hal melepaskan part dan peralatan setelah proses
Langkah ini mengacu pada seluruh pengukuran yang harus dilakukan untuk
Pada tahap ini, penyesuaian dilakukan setelah pengujian. Uji coba dilakukan
1. Quality
Operator akan lebih sedikit melakukan kesalahan dalam operasi setup apabila
dan inspeksi dapat dieliminasi sehingga dapat juga mereduksi waktu setup.
2. Costs
Prosedur setup yang sederhana dapat mengurangi jam kerja operator dan
tingkat keahlian operator untuk setup dan dapat menghilangkan scrap yang
3. Flexibility
Dengan waktu setup yang singkat, kegiatan manufaktur lebih fleksibel untuk
4. Worker Utilization
Prosedur setup yang sederhana tidak membutuhkan operator yang ahli dalam
melakukan setup melainkan setup dapat dilakukan oleh operator peralatan. Hal
ini dapat dilakukan untuk mengurangi idle time operator. Oleh karena itu,
tenaga ahli setup hanya bekerja untuk kegiatan setup yang sulit atau untuk
time produksi dapat dikurangi karena kombinasi dari lot size yang kecil dan
6. Process Variability
Apabila waktu yang digunakan untuk melakukan setup singkat, maka process
variability dapat terjadi. Pergantian tools dan fixture adalah hal yang sangat
Shigeo Shingo yang pada saat itu ditugaskan melakukan penelitian disana melihat
masalah utama terjadinya bottleneck adalah pada proses pergantian die. Dimana
proses pergantian die dilakukan secara berulang-ulang dan dalam jangka waktu
Hal yang hampir sama juga terjadi pada saat Shigeo Shingo melakukan
Company. Dimana proses setup yang terjadi begitu lama dan dilakukan pada saat
digunakan untuk mereduksi waktu setup. Metode SMED ini terdiri dari dua tahap,
yakni :
3&4
Shigeo Shingo, A Revolution in Manufacturing : the SMED System, 1985, UK : Productivity
Inc, pp. 21-52
dilakukan saat mesin dalam keadaaan tidak beroperasi, sedangkan setup eksternal
Berikut ini merupakan titik-titik yang efektif yang dapat digunakan untuk
Buatlah sebuah daftar checklist dari semua part mesin dan langkah-
langkah yang dibutuhkan dalam suatu operasi. Daftar ini berisi nama,
dalam mengkonversikan setup internal menjadi setup eksternal ini antara lain :
Hal ini dapat ditempuh dengan cara melakukan uji coba pemanasan
fungsi individual tiap part harus dianalisis satu persatu, engineer harus
c. Tahap Ketiga
ada banyak faktor lain yang bisa mempengaruhi reduksi ini di sejumlah kasus
setup. Oleh karena itu harus dilakukan upaya pembakuan untuk mengefisienkan
prosedur-prosedur dasar dalam operasi setup internal maupun eksternal. Jadi tahap
Pada sejumlah perusahaan, prosedur yang baku untuk suatu proses setup
yang umum dilakukan telah ditetapkan. Untuk setup yang jarang dilakukan,
- Menggunakan
Checklist
- Menampilkan
fungsi
checklist
- Mengembang- - Menyiapkan - Meningkatkan
kan Sistem kondisi sistem
Transportasi operasional transportasi
pada yang baik dan
Pencetakan - Standarisasi penyimpanan
fungsi
- Mengimplementasikan
Operasi paralel
- Menggunakan
Functional
Clamps
- Mengeliminasi
Pencocokan
(adjustment)
- Mengurangi
Sistem Operasi
Majemuk
- Menggunakan
mekanisasi
Eksternal Setup
Internal Setup
antara lain :
yang kecil dan tingkat persediaan minimal. Dengan demikian ketika suatu
efisien
• Peningkatan produktivitas
Jika waktu setup telah menurun secara drastis, maka tingkat kerja mesin
5
Shigeo Shingo, A Revolution in Manufacturing : the SMED System, 1985, UK : Productivity Inc,
pp. 113-126
mengatur dan mengubah ukuran blade dan ujung blade sering menyebabkan
dilakukan disana. Pada prosedur yang baru, pegangan dipindahkan dari mesin
bubut dan ujung blade diubah di luar mesin dengan bantuan meteran. Prosedur
yang baru ini menghasilkan perbaikan yang cukup baik, yakni berhasil
blade dari 15 jam hingga menjadi 5 menit saja, dan ukuran kecacatan
6
Shigeo Shingo, A Revolution in Manufacturing : the SMED System, 1985, UK : Productivity Inc,
pp. 131-152
Shigeo Singo, pabrik ini bisa mengurangi waktu setup hingga kurang dari 9
diseragamkan.
aman pula. Konsep SMED ini diaplikasikan di Arakawa Auto Body Industries
7&8
Shigeo Shingo, A Revolution in Manufacturing : the SMED System, 1985, UK : Productivity
Inc, pp. 299-313; 215-245
kegiatan pemrosesan maupun perakitan. Waktu produksi yang cukup lama dan
proses produksinya.
dapat dianalisa pada proses pressing yang dilakukan pada cetakan seberat 25
cetakan diganti.
dipasarkan untuk kebutuhan dalam dan luar negeri. Salah satu contoh
ukuran sekalipun.
9
Shigeo Shingo, A Revolution in Manufacturing : the SMED System, 1985, UK : Productivity Inc,
pp. 191-204
disusun dengan rapi. Perlu juga diberikan label pada beberapa peralatan
setup di perusahaan.
direduksi. Aplikasi SMED ini dilakukan di pabrik sakai pada lintasan produksi
konfigurasi U dan operasi multiproses aliran item tunggal dilakukan oleh tiga
pekerja wanita dan 1 orang pria. Sebelum SMED diterapkan, waktu setup
mencapai 5 jam 42 detik. Dimana ketika setup dilakukan, pekerja pria adalah
bantuan operator lain untuk melakukan setup dengan mereduksi waktu setup
3.6. Pengukuran Waktu Kerja dengan Jam Henti (Stopwatch Time Study)
W. Taylor pada abad ke-19. Metode ini baik untuk diaplikasikan pada pekerjaan
yang singkat dan berulang (repetitive). Dari hasil pengukuran akan diperoleh
waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan yang akan dipergunakan
sebagai waktu standar penyelesaian suatu pekerjaan bagi semua pekerja yang akan
terspesifikasi jelas, dan menghasilkan output yang relatif sama. Secara sistematis
langkah – langkah untuk pelaksanaan pengukuran waktu kerja dengan jam henti
dengan jam henti ini merupakan cara pengukuran yang objektif karena di sini
waktu ditetapkan berdasarkan fakta yang terjadi dan tidak cuma sekedar
10
Wignjosoebroto, S., Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Edisi Pertama. Jakarta : PT. Guna Widya,
2000.
berikut :
sebelum dilakukan kerja. Operator yang akan dibebani dengan waktu baku
sesuai untuk pekerjaan tersebut. Untuk ini persyaratan mutlak pada waktu
• Kondisi lingkungan fisik pekerjaan juga relatif tidak jauh berbeda dengan
• Performa kerja mampu dikendalikan pada tingkat yang sesuai untuk seluruh
Tidak
N’ ≤ N
Ya
umumnya sedikit berbeda dari siklus ke siklus kerja sekalipun operator bekerja
Konsekuensinya adalah semakin besar jumlah siklus kerja diukur maka akan
semakin mendekati kebenaran akan data waktu yang diperoleh. Konsistensi dari
hasil pengukuran dan pembacaan waktu merupakan hal yang sangat diperlukan
dalam proses pengukuran kerja. Semakin kecil variasi data yang ada, jumlah
Keterangan :
−
x = waktu siklus
x = waktu pengamatan
sebagai berikut :
11
Wignjosoebroto, S., Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Edisi Pertama. Jakarta : PT. Guna Widya,
1995, hal 192
dengan rumus:
2
k
N Σx 2 − (Σx )
2
N '= s
Σx
Keterangan:
s = tingkat ketelitian
x = waktu pengamatan
menggunakan peta kontrol (control chart). Apabila terdapat data yang di atas
− −
BKA = x + zσ dan BKB = x - zσ
Keterangan:
σ = Standar Deviasi
Rating factor adalah kegiatan evaluasi kecepatan atau tempo kerja operator
kemampuan kerja operator pada saat bekerja agar bisa ditentukan waktu normal
12
Sutalaksana, Iftikar. Z. dkk. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung : Jurusan Teknik Industri Institut
Teknologi Bandung, 1979, hal 147-164
seperti ini mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau
terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena
waktu baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja
yang baku yang diselesaikan secara wajar. Andai kata ketidakwajaran ada maka
pengukur harus mengetahuinnya dan menilai seberapa jauh hal itu terjadi. Bila
pengukur berpendapat bahwa operator bekerja diatas normal (terlalu cepat) maka
rating faktornya akan lebih besar dari 1 (rf>1); sebaliknya jika operator dipandang
bekerja dibawah normal maka rating faktor akan lebih kecil dari satu (rf<1).
yaitu:
3. Syntetic rating
(skill), usaha (effort), kondisi kerja (condition), dan konsistensi dari operator di
menyelesaikan pekerjaan pada kecepatan/ tempo kerja yang normal. Rating factor
pada dasarnya digunakan untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari
3.13.1.Allowance (Kelonggaran)
pekerja, dan selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat dan dihitung.
Waktu baku atau waktu standar adalah waktu normal yang telah
waktu baku.
Cara untuk mendapatkannya waktu dari data yang terkumpul itu adalah
sebagai berikut:
Wn = Ws + Rf
100
Ws = Wn x
100 − Allowance
gangguan yang mungking terjadi yang tidak dapat dihindarkan oleh pekerja.
Rf Allowance
Wn Ws
Wt Wn
METODOLOGI PENELITIAN
Kartika yang berlokasi di Jl. K. L. Yos Sudarso Km 9,6 Medan dengan kantor
pusat dan pemasaran di Jl. Gandhi No. 130 (d/h 14-B) Medan. Objek yang diteliti
adalah waktu setup mesin pembuat paku PT. Intan Suar Kartika.
terkait.
kerja operator terhadap mesin ketika melakukan setup mesin dan seterusnya
dilakukan pengukuran waktu setiap elemen kerja operasi yang kemudian dianalisa
Data yang dibutuhkan dalam Tugas Sarjana ini diperoleh dari data primer
yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan langsung, wawancara dan diskusi.
Instrument : Stopwatch
Data dalam penelitian ini adalah waktu dari elemen-elemen kerja yang
dilakukan operator dan mesin pada saat melakukan setup mesin pembuat paku.
Keterangan :
penyebab tingginya waktu setup mesin pembuat paku dengan melihat urutan
diperoleh waktu setup pada mesin pembuat paku yang lebih singkat.
of Die (SMED).
5. Hasil akhir yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini adalah proses setup
mesin yang lebih singkat sehingga proporsi waktu produktif lebih meningkat
Internal setup adalah aktifitas yang hanya dapat dilakukan pada saat
mesin berhenti, sedangkan eksternal setup dapat dilakukan pada saat mesin
beroperasi.
beroperasi.
tingginya waktu setup. Berdasarkan hasil analisa tersebut akan didapat metode
pemecahan masalah yang paling efektif untuk mengurangi waktu setup mesin, hal
semua aspek dalam operasi setup. Elemen setup Internal yang tidak dapat dirubah
4.8. Evaluasi
proses setup mesin usulan memberikan dampak positif atau tidak dengan
Mulai
Identifikasi Masalah
Proses setup mesin pembuat paku yang lama
Perumusan Masalah
Bagaimana cara untuk mereduksi
waktu setup pada mesin paku.
Penetapan Tujuan
Mereduksi waktu setup pada mesin paku
Dilakukan identifikasi
faktor penyebab Pengolahan Data
tingginya waktu setup Penerapan Metode Single Minute Exchange of Die
mesin pembuat paku. (SMED) : Tidak
Tools: Checklist dan 1. Mengkonversi internal setup menjadi eksternal setup
Stopwatch 2. Mengklasifikasi internal setup dan eksternal setup
Evaluasi
Mengitung persentase reduksi waktu
setup yang dihasilkan
Selesai
metode Single Minute Exchange of Die (SMED), maka data yang diperlukan
berupa data mesin yang diteliti, peralatan yang digunakan selama melakukan
setup, bahan penolong yang digunakan serta kegiatan setup yang dilakukan.
5.1.1. Mesin
pembuat paku, maka mesin yang dipilih dalam penelitian ini adalah mesin paku
Merek : Tanisaka
Model : MTG
Seri : C
V-1
5.1.2. Peralatan
1. Kunci Inggris
2. Kunci L
3. Tang
4. Kunci Sock
5. Kunci Ring
6. Paku
7. Kuas
8. Ember
1. Oli
2. Sekam
akibat pengoperasian.
Adapun sketsa tampat kerja dapat di lihat pada Gambar 5.1. berikut :
MESIN
PAKU
MESIN
PAKU
MESIN
PAKU
MESIN
PAKU
MESIN
PAKU
MESIN
MESIN PAKU
PAKU
MESIN
MESIN PAKU
PAKU
Bengkel
untuk melakukan penggantian Die grip. Die grip adalah part yang berfungsi untuk
menjepit kawat. Part ini sering rusak karena mengalami gerakan open close
secara terus menerus, sehingga Die grip sering aus akibat gaya gesek yang
Gambar 5.2.
ENGSEL
1A 1B
BAUT
PENAHAN
MOVEABLE UNMOVEABLE
DIEGRIP DIEGRIP
2B 2A
DIE BOX
MUR
Sedangkan tampak samping penampang die box yang telah dirakit dapat
BAUT
PENAHAN
TAPAK
DIE DIE BOX
CINCIN
DIE
Gambar 5.3. Tampak Samping Penampang Die Box yang Telah Dirakit
Adapun hasil uraian kegiatan setup yang dilakukan pada mesin paku MTG
No Kegiatan
Melepaskan die box dari mesin paku dengan menggunakan kunci Sock
1.
12 dan tang
2. Mengambil die grip baru dari tempat penyimpanan
3. Mengambil sekam padi, kuas, ember dan oli dari tempat penyimpanan
Membersihkan seluruh permukaan die dari minyak dengan
4.
menggunakan sekam
5. Membuka baut penahan 1A die grip dengan menggunakan kunci Inggris
6. Membersihkan lubang baut penahan 1A die grip dengan sekam
7. Membuka baut penahan 1B die grip dengan menggunakan kunci Inggris
8. Membersihkan lubang baut penahan 1B die grip dengan sekam
9. Membuka baut penahan 2A die grip dengan menggunakan kunci Inggris
10. Membersihkan lubang baut penahan 2A die grip dengan sekam
11. Membuka baut penahan 2B die grip dengan menggunakan kunci Inggris
12. Membersihkan lubang baut penahan 2B die grip dengan sekam
13. Melepaskan penahan 1A die grip dan penahan 1B die grip dari die box
14. Membersihkan die box dengan oli
15. Melepaskan penahan 2A die grip dan penahan 2B die grip dari die box
16. Membersihkan die box dengan oli
Membuka mur dan baut utama yang mengikat unmoveable die grip
17.
dengan menggunakan kunci Inggris
18. Membuka engsel penahan moveable die grip dengan menggunakan tang
No Kegiatan
Membersihkan die box dengan sekam dan memberi oli pada die box
24
yang telah bersih
Memasang tapak dan cincin die yang baru serta menguncinya dengan
25.
baut dan mur dengan menggunakan kunci L
Memasang penahan 1A die dan penahan 1B die serta menguncinya
26.
dengan baut dan mur menggunakan kunci Inggris
Memasang penahan 2A die dan penahan 2B die serta menguncinya
27.
dengan baut dan mur menggunakan kunci Inggris
Memasang mur dan baut utama yang mengikat unmoveable die grip
28.
dengan menggunakan kunci Inggris
29. Menyesuaikan ukuran die grip dengan die box
Membawa die grip ke mesin gerinda dan menggerindanya untuk
30.
mendapatkan ukuran yang tepat
Mencuci die grip dengan oli dan merakitnya pada die box sampai
31.
memperoleh hasil yang presisi
32. Memasang engsel penahan moveable die grip
Memasang die box yang telah dirakit ke mesin paku MTG C dengan
33.
menggunakan kunci Sock 12
Menyetel kawat pegas (mengetatkan atau melonggarkan baut) sampai
34.
diperoleh kesesuaian dengan die box
Menyetel cutter (pisau) dengan mengetatkan atau melonggarkan baut
35.
dengan menggunakan kunci Sock 12
36. Melakukan uji ketajaman cutter
Menyetel punch atau martil paku dengan menggunakan kunci Ring dan
37.
kunci L
38. Melakukan uji kesesuaian pengaturan cutter, punch dan die grip
No Kegiatan
Memeriksa paku hasil uji coba dengan menggunakan mikrometer sekrup
39.
0.01 mm dan jangka sorong 0.1 mm
40. Menyimpan peralatan setup yang digunakan
41. Menyiapkan wirerod pada piringan berputar
Sumber : PT. Intan Suar Kartika
Seluruh kegiatan setup di atas dilakukan saat mesin berhenti. Adapun hasil
pengamatan terhadap kegiatan dan waktu setiap kegiatan pada proses setup yang
dilakukan pada mesin paku MTG C dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Pengamatan Waktu Tiap Kegiatan Setup Mesin Paku MTG C
σ=
(X − X )
i
2
n −1
c. Tentukan batas kendali atas dan batas kendali bawahnya (BKA dan BKB)
dengan :
−
Batas Kendali Atas (BKA) = x + kσ
−
Batas Kendali Bawah (BKB) = x − kσ
−
Dimana : x = harga rata-rata data
σ = standar deviasi
melepaskan die box dari mesin paku dengan menggunakan kunci Sock 12 dan
tang, diperoleh :
b. σ =
(X − X )
i
2
=
166
= 6,442
n −1 5 −1
− −
c. BKA = x + kσ dan BKB = x − kσ
BKA
Center
BKB
61 69 62 59 65
Membersihkan die box Data in
14. 62,8 3,882 70,563 55,037
dengan oli 63 63 62 68 56
control
Melepaskan penahan
109 117 104 111 115
2A die grip dan Data in
15. 107,7 6,584 120,867 94,533
penahan 2B die grip control
97 104 112 99 109
dari diebox
memenuhi syarat (mencukupi) atau masih kurang dapat diketahui dengan rumus:
2
k
N Σx 2 − (Σx )
2
N'= s
Σx
Keterangan:
s = tingkat ketelitian
x = waktu pengamatan
I II III IV V Σ
5(178771) − (945 2 )
2
N'= = 1,487 ≈ 1.
0,05
945
untuk hasil perhitungan uji kecukupan seluruh kegiatan dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Waktu total berhenti saat dilakukan setup mesin pada mesin paku tipe
MTG C dapat dihitung dari penjumlahan total pengamatan. Total waktu setiap
Membersihkan lubang 35 36 42 34 39
6. baut penahan 1A die 38,4
grip dengan sekam 40 38 37 43 40
dalam bekerja, yaitu: keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Data
rating factor yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5.6. sebagai berikut:
Keterangan :
terlihat bahwa:
- Pekerjaan yang dilakukan cukup baik, tidak cepat dan juga tidak lambat
bahwa:
terlihat bahwa:
terlihat telah terbiasa dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal ini terlihat dari
significant, hal ini terlihat dari keseragaman data serta variasi gerakan ketika
melakukan setup.
5.2.3.2.Penentuan Allowance
terhindarkan. Data allowance yang ditetapkan untuk operator I dapat dilihat pada
Keterangan :
3. Sikap kerja operator adalah berdiri lalu jongkok saat melepaskan die box dari
Dari ketentuan di atas, maka waktu normal setup yang dilakukan oleh
operator setup pada mesin paku tipe MTG C dapat ditentukan yaitu :
Wn = Wt x Rf
100 100
Ws = Wn x = 10249,2 x = 11848,786 detik
100 − Allowance 100 − 13,5
setup. Internal setup adalah kegiatan pada operasi setup pada saat mesin berhenti,
sedangkan eksternal setup adalah kegiatan pada operasi setup pada saat mesin
sedang berproduksi.
saat mesin berhenti maka seluruh kegiatan setup tergolong internal setup.
mengkonversi internal setup menjadi eksternal setup sehingga waktu setup yang
dilakukan pada saat mesin sedang berhenti menjadi minimum. Artinya merubah
kegiatan yang dilakukan saat mesin berhenti menjadi kegiatan yang dapat
dilakukan saat mesin berjalan sehingga lamanya mesin berhenti saat melakukan
setup dapat tereduksi oleh kegiatan yang tergolong eksternal setup tersebut. Tabel
6.1. Analisis
Ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam operasi setup yaitu :
1. Peralatan setup
ruangan kepala produksi yang letaknya ± 10 m dari lantai produksi. Hal ini
Apabila peralatan setup diletakkan dekat dengan setiap grup mesin paku
maka operator akan lebih mudah dan cepat untuk mengambil peralatan setup.
Hal ini akan mengurangi waktu setup untuk kegiatan mengambil die grip
baru dari tempat penyimpanan dan mengambil sekam padi, kuas, ember dan
mendapatkan ujung paku yang tajam, diameter kepala paku dan panjang paku
cara uji coba kesesuaian (trial and error). Cara ini menghabiskan banyak
VI - 1
yang diinginkan.
4. Meja Perakitan
lantai produksi (tanah) tanpa alas. Hal ini jelas menimbulkan kesulitan
operator dalam bekerja, hal ini pula menyebabkan operator cepat lelah
sehingga menjadi lamban dalam bekerja. Oleh karena itu, perlu disediakan
Letak lantai produksi paku dengan bengkel dan gudang penyimpanan fixture
menuju ke bengkel. Hal ini perlu dikaji kembali kerena intensitas operator
untuk menyesuaikan ukuran die grip dengan die box hampir dilakukan setiap
6. Penyimpanan peralatan
Peralatan setup tidak disimpan secara teratur. Misalnya saja tang dan
diletakkan di kotak. Akibat dari susunan yang tidak teratur ini, operator
sesuai dengan yang diinginkannya. Oleh karena itu, akan lebih baik apabila
peralatan disimpan dalam box atau tempat penyimpanan yang lebih baik dan
diubah menjadi point 1), kegiatan mengambil sekam padi, kuas, ember dan
oli dari tempat penyimpanan (point 3 diubah menjadi point 2), kegiatan
menjadi point 3). Hal ini dilakukan agar operator dapat mempersiapkan
peralatan, bahan baku dan bahan penolong terlebih dahulu tanpa harus
menghentikan mesin.
b. Kegiatan melepaskan die box dari mesin paku yang semula berada pada
point 1 diubah menjadi point 4. Hal ini dilakukan agar mesin dihentikan
Karena untuk melepaskan die box mesin harus dihentikan terlebih dahulu
berulang-ulang.
penahan diegrip (kegiatan point 5 sampai point 12), dimana pada prosedur
setup awal kegiatan-kegiatan ini dilakukan secara selang seling, akan tetapi
pada prosedur setup yang baru, baut penahan diegrip dibuka dulu terlebih
digabungkan pada prosedur setup baru pada point 16. Hal ini dilakukan
pembersihan die box yang semula ada pada point 14 dilakukan secara
sekaligus (digabung) pada point 16. Perubahan ini tentu menghemat waktu
yang diasumsikan dari 121,7 detik (62,8 detik + 58,9 detik) menjadi 80
detik.
b. Kegiatan menyesuaikan ukuran die grip dengan die box (point 29) dan
850 detik. Hal ini diasumsikan berdasarkan jarak lantai produksi paku ke
bengkel yang ditempuh ± 30 m, maka sebaiknya die box dan die grip di
eksternal setup.
b. Kegiatan mengambil sekam padi, kuas, ember dan oli (point 3) dari
Prosedur setup baru yang diperoleh setelah penelitian ini berlangsung dan
merupakan hasil konversi internal setup menjadi eksternal setup. Prosedur setup
Waktu
Waktu Kumulatif
No Kegiatan Int/Eks
(detik) Internal Setup
(detik)
1. Mengambil die grip baru dari tempat penyimpanan 256,8 Eksternal -
Mengambil sekam padi, kuas, ember dan oli dari tempat
2. 140,2 Eksternal -
penyimpanan
3. Menyiapkan wirerod pada piringan berputar 311,4 Eksternal -
Melepaskan die box dari mesin paku dengan
4. 189 Internal 189
menggunakan kunci Sock 12 dan tang
Waktu
Waktu Kumulatif
No Kegiatan Int/Eks
(detik) Internal Setup
(detik)
Membersihkan seluruh permukaan die dari minyak
5. 135,4 Internal 324,4
dengan menggunakan sekam
Membuka baut penahan 1A die grip dengan
6. Internal 448,4
menggunakan kunci Inggris 124
Membuka baut penahan 1B die grip dengan
7. Internal 584,2
menggunakan kunci Inggris 135,8
Membuka baut penahan 2A die grip dengan
8. Internal 724,2
menggunakan kunci Inggris 140
Membuka baut penahan 2B die grip dengan
9. Internal 852,8
menggunakan kunci Inggris 128,6
Membersihkan lubang baut penahan 1A die grip dengan
10. Internal 891,2
sekam 38,4
Membersihkan lubang baut penahan 1B die grip dengan
11. Internal 938,3
sekam 47,1
Membersihkan lubang baut penahan 2A die grip dengan
12. Internal 969,8
sekam 31,5
Membersihkan lubang baut penahan 2B die grip dengan
13. Internal 995,2
sekam 25,4
Melepaskan penahan 1A die grip dan penahan 1B die
14. Internal 1036,9
grip dari die box 41,7
Melepaskan penahan 2A die grip dan penahan 2B die 107,7
15. Internal 1144,6
grip dari diebox
16. Membersihkan die box dengan oli 80 Internal 1224,6
Membuka mur dan baut utama yang mengikat
17. unmoveable die grip dengan menggunakan kunci 172,6 Internal 1397,2
Inggris
Membuka engsel penahan moveable die grip dengan
18. 151,2 Internal 1548,4
menggunakan tang
19. Melepaskan moveable dan unmoveable die grip 85,6 Internal 1634
20. Membersihkan die box dengan oli 30,3 Internal 1664,3
Membuka mur dan baut tapak die dengan menggunakan
21. 302,8 Internal 1967,1
kunci L
Membersihkan lubang tapak die dengan menggunakan
22. 132 Internal 2099,1
sekam
23. Melepaskan tapak die dan cincin die dengan tang 197 Internal 2296,1
Membersihkan die box dengan sekam dan memberi oli
24 144 Internal 2440,1
pada die box yang telah bersih
diperoleh waktu total penyelesaian setup pada saat mesin berhenti adalah 8410,5
Wn = Wt x Rf
100 100
Ws = Wn x = 8746,92 x = 10112,046 detik
100 − Allowance 100 −13,5
berhenti dapat dilakukan pada saat mesin beroperasi. Hal ini berarti dengan
1736,74
= x100% = 17,17 %.
10112,046
perbandingan prosedur setup aktual dan usulan seperti Gambar 6.1. berikut.
Gambar 6.2. (hanya untuk area kerja mesin paku tipe MTG C) sebagai berikut :
MESIN PAKU
MESIN PAKU
1m 2m
MESIN PAKU
MESIN PAKU
Operator
Meja kerja dengan
laci bersekat untuk 1,5 m 2m
menyimpan peralatan
MESIN PAKU
serba guna
MESIN PAKU
MESIN PAKU
Lorong/ jalan
departemen
Meja kerja yang diusulkan adalah meja kerja seba guna atau multi fungsi
sejenis.
7.1. Kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dari identifikasi internal setup dan eksternal setup diperoleh bahwa seluruh
kegiatan setup dilakukan pada saat mesin berhenti, dikarenakan tidak adanya
total waktu mesin berhenti adalah 10112,046 detik atau 2 jam 48 menit 32
detik.
4. Untuk memperbaiki semua aspek dalam operasi setup maka perlu dilakukan :
VII - 1
1. Operator setup perlu dilatih dalam melakukan operasi setup sesuai dengan
mengeliminasi waktu.
1. Ronald G.Askin and Jeffrey B. Goldberg, 2001, Design and Analysis of Lean
Utara.
4. Sutalaksana, Iftikar. Z. Dkk, 1979, Teknik Tata Cara Kerja. Bandung : Jurusan
5. Wignjosoebroto, S., 1995, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Edisi Pertama.
Setup Mesin Injection Thermoplastic PYI-180 POR No. 9525 Dengan Metode
Single Minute Exchange of Die (SMED) pada PT. Voltama Vista Megah
Lampiran 1
c. Dewan Komisaris
d. Direktur
masing-masing bagian
e. Wakil Direktur
secara periodik
produksi
i. Kepala Produksi
masing bagian
o. Kasir
p. Delivery Order
barang
q. Bagian Pembukuan
1. Mencatat pengeluaran dan penerimaan kas termasuk cek dan menutup kas
setiap hari
s. Pengawas Produksi
masing-masing
t. Langsir
u. Satpam
lingkungan pabrik
w. Mekanik
x. Foreman ( Mandor )
y. Asisten foreman
tugasnya
proses produksi