TUGAS SARJANA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
Zul Armain Siregar
080403151
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya yang
selalu menyertai sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik.
Tugas Sarjana merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tugas Sarjana ini merupakan laporan
hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan judul “Peningkatan Efektivitas
Metode Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) DI PT. Mutiara Mukti Farma”.
tugas sarjana ini. Oleh karena itu, diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini
bermanfaat.
Penulis
080403151
banyak pihak yang telah membantu, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan
1. ALLAH Tuhan Maha Esa, atas berkat rahmat dan hidayahnya kepada penulis
2. Kepada kedua orang tua tercinta (H. Fuad Siregar, SH. MM dan Hj. Rostati
Nasution), Kakak (Sirri Hidayani Siregar, SP. M.Si), Istriku (Yeyen Febriani) dan
anakku (Ahmad Aufa Al Farid Siregar) yang telah memberikan semangat dan
3. Bapak Dr. Ir. A. Jabbar Rambe, M.Eng, selaku Dosen Pembimbing I atas
4. Bapak Ikhsan Siregar, ST. M.Eng, selaku Dosen Pembimbing II atas kesediaannya
5. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri dan yang
Sarjana ini.
6. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Industri
ii
Koordinator Tugas Akhir yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam
8. Bapak Prof. Dr. Ir. A Rahim Matondang, MSIE. Selaku Ketua Bidang yang telah
9. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Administrasi Departemen Teknik Industri, Bang
Mijo, Bang Nurmansyah, Kak Dina, Bang Ridho, Buk Ani, Kak Rahma yang telah
10. Seluruh staf dan pegawai pada PT. Mutiara Mukti Farma yang telah membantu
11. Sahabat-sahabat penulis, Olis, Ilfi, Dita, Habib, Anas, Ombes Indra, , Winda Atun,
David, Willi, Trisman, Epan, Erwin M dan teman-teman transfer 2006 yang telah
laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis ucapkan terima kasih.
iii
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
BAB HALAMAN
I PENDAHULUAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
vi
BAB HALAMAN
vii
BAB HALAMAN
IV METODOLOGI PENELITIAN
viii
TABEL HALAMAN
1.1. Data Kerusakan Mesin Produksi Selama Satu Tahun ......................... I-1
2.2. Alokasi Tenaga Kerja PT. Mutiara Mukti Farma ................................ II-6
5.1. Data Produksi Bulan Juli 2012 s.d. Bulan Juni 2013 ......................... V-1
5.5. Perhitungan Downtime Bulan Juli 2012 s.d. Juni 2013 ...................... V-6
5.6. Perhitungan Availability Ratio Bulan Juli 2012 s.d. Juni 2013 .......... V-7
5.8. Perhitungan Ideal Cycle Time Bulan Juli 2012 s.d. Juni 2013 ........... V-8
5.9. Perhitungan Performance Efficiency Bulan Juli 2012 s.d. Juni 2013 V-9
5.10. Perhitungan Rate of Quality Bulan Juli 2012 s.d. Juni 2013 ............... V-11
ix
TABEL HALAMAN
5.11. Hasil Perhitungan OEE Bulan Juli 2012 s.d. Juni 2013 ...................... V-13
5.12. Breakdown Losses Bulan Juli 2012 s.d. Juli 2013 ............................... V-14
5.16. Perhitungan Persentase Quality defect and required losses .............. V-21
GAMBAR HALAMAN
3.4. Diagram Pareto Six Big Losses Mesin Oil Purifier Bulan
5.5. Breakdown Losses Bulan Juli 2012 sampai Juni 2013 ............................. V-15
xi
GAMBAR HALAMAN
5.6. Set-up and Adjustment Losses Bulan Juli 2012 sampai Juni 2013 ........... V-17
5.7. Idling and Minor Stoppages Bulan Juli 2012 sampai Juni 2013 .............. V-19
5.8. Speed losses Bulan Juli 2012 sampai Juni 2013 ....................................... V-20
5.10. Yield/Scrap Losses Bulan Juli 2012 sampai Juni 2013 ........................... V-23
5.11. Diagram Pareto Presentase Faktor Six Big Losses .................................. V-24
xii
LAMPIRAN HALAMAN
L.6. Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab pada PT. Mutiara
xiii
PENDAHULUAN
hal ini tentu saja membuat persaingan pada industri manufaktur kian pesat.
digunakan harus dalam kondisi yang baik agar dapat bekerja secara optimal.
Untuk menjaga agar kondisi mesin agar tidak terjadi kerusakan atau pun
dibidang memproduksi obat-obatan jenis tablet, kapsul, sirup, dan lain-lain. Tentu
peran mesin yang digunakan dapat bekerja dengan efektif sehingga produksi yang
dihasilkan dapat maksimal. Jika mesin digunakan bekerja secara efektif, maka
bertahan dalam persaingan bisnis dengan perusahaan lain yang sejenis. Dalam
merupakan produk dari kegiatan operasi dengan six big losses pada mesin.
Keenam faktor dalam six big losses dapat dikelompokkan menjadi tiga komponen
utama dalam OEE untuk dapat digunakan. Dalam mengukur kinerja mesin yakni,
I-1
downtime losses, speed losses dan defect losses. OEE juga merupakan alat ukur
dapat dilakukan dengan menggunakan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Berikut ini adalah total downtime beberapa mesin di PT. Mutiara Mukti
Farma yang terjadi selama satu tahun terakhir disajikan di Tabel 1.1.
Cetak 54185
Strip 48005
Blister 50601
Granulator 52390
Sumber : PT. Mutiara Mukti Farma Pharmaceuticals
performansi dan kualitas produk yang dihasilkan. Perhitungan six big losses
1
Usulan Peningkatan Efektivitas Mesin Cetak Manual Menggunakan Metode Overall Equipment
Effectiveness (OEE) (2014). Jurnal internet
dengan diagram alir pemilihan dan dilanjutkan dengan pemberian nilai Risk
Priorty Number masing - masing failure yang telah diidentifikasi. Pada penelitian
ini diperoleh kedua failure sebagai prioritas yaitu failure yang terjadi pada
elevator dan mixer. Pada kedua failure dilakukan preventive dan predictive
mesin produksi.
dalam penelitian ini adalah mesin yang digunakan oleh perusahaan dirasa sudah
disebabkan oleh umur mesin yang sudah tua. Hal tersebut membuat proses
produksi harus terhenti sesaat. Untuk mengetahui seberapa baik efektivitas suatu
Effectiveness (OEE) dari suatu mesin. dan hasil terhadap six big losses akan
diakibatkan oleh kerusakan mesin serta dapat menjadi masukkan dalam penerapan
2
Penentuan Strategi Perawatan Dengan Menggunakan Konsep Total Productive Maintenance
tepat dengan menggunakan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
a. Bagi Perusahaan :
(TPM) Pada Batching Section Produksi Pakan Dinas Haranditya dkk (2014). Jurnal internet
b. Bagi Mahasiswa
adanya keterbatasan waktu, fasilitas dan faktor-faktor lain yang berada diluar
1. Pengukuran efektivitas mesin berfokus hanya pada mesin cetak tablet di PT.
bersifat kuantitatif.
antara lain:
1. Data yang dikumpulkan mulai dari bulan Juli tahun 2012 sampai dengan
bulan Juni 2013 mengenai delay mesin, jam kerja mesin, data produksi.
2. Kemampuan kerja mesin dan operator adalah tetap selama proses produksi
sedang berlangsung.
3. Mesin bekerja dengan normal dan memiliki ketelitian atau keakuratan yang
sudah ditentukan
sebagai berikut :
belakang permasalahan yang terjadi PT. Mutiara Mukti Farma, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan, serta
tugas dan tanggung jawab dalam perusahaan, uraian proses produksi tablet.
lokasi penelitian, kerangka berfikir penelitian yang menjadi dasar berpikir dalam
dibutuhkan peneliti. Data sekunder dan data primer diperoleh dari penelitian di
metode OEE dan diawali dengan perhitungan availibity ratio, performance rate,
pengolahan data, berdasarkan hasil dari tahap pengolahan data, selanjutnya akan
yang didapat dari hasil pemecahan masalah serta saran-saran yang diberikan
kantor serta pabrik farmasi dengan nama “SEJATI” yang pada masa itu
Bangunan Kodati II Medan. Waktu itu pada bulan Januari 1980, Bapak H. T. M.
dengan akte No. 112 per tanggal 31 Januari 1980 maka didirikanlah PT. Mutiara
Mukti Farma dengan Bapak Drs. Weslyn Siahaan sebagai direktur utama. Melalui
kepada PT. Mutiara Mukti Farma untuk mendirikan sebuah industri farmasi yang
memproduksi obat-obatan serta menjualnya. Mulai dari sejak saat itu dengan surat
dan Makanan No. 213/AA/III/81 PT. Mutiara Mukti Farma mulai memproduksi
dengan No. 85/PT/1980 tanggal 10 Juni 1980 atas Keputusan Menteri Kehakiman
RI No. Y. A. 5/289/10 tanggal 3 Juni 1980 dan dicantumkan pada tambahan berita
II-1
No. 200 Medan. Kemudian dengan akte No. 35 yang dibuat pada tanggal 29
1134/HT/01/04 tahun 1989 pada tanggal 31 Januari 1989. Dalam akte tersebut
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Pembangunan dimulai pada tahun 1992
keberadaan PT. Mutiara Mukti Farma yang sampai dengan saat ini memproduksi
Ruang lingkup bidang usaha pada PT. Mutiara Mukti Farma dalam
- Tablet, yaitu obat yang terbuat dari bubuk yang dipadatkan dan berbentuk
bulat .
- Kapsul, yaitu obat yang berbentuk kapsul yang berisi powder (serbuk).
dalam plastik.
- Injeksi steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
Selain memproduksi obat-obat kimia, saat ini PT. Mutiara Mukti Farma
tujuan yang telah ditetapkan. Perusahaan yang terdiri dari beberapa bagian
dapat mencapai target dan sasaran perusahaan dengan kondisi efisiensi yang
tinggi. Dengan adanya struktur organisasi, maka setiap karyawan dan pimpinan
organisasi yang fleksibel dalam arti hidup, berkembang, bergerak sesuai dengan
Struktur organisasi yang digunakan oleh PT. Mutiara Mukti Farma adalah
meminta pertanggung jawaban dari semua pimpinan satuan pelaksana yang ada,
Bentuk struktur organisasi PT. Mutiara Mukti Farma dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
personil diberi tugas dan tanggung jawab sesuai dengan jabatannya. Adapun
uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab pada PT. Mutiara Mukti Farma dapat
dilihat di Lampiran.
penempatan tenaga kerja pada PT. Mutiara Mukti Farma diatur sendiri oleh
perusahaan dengan terlebih dahulu melihat situasi kegiatan yang ada, apakah
tenaga kerja pada PT. Mutiara Mukti Farma sampai saat ini berjumlah 137 orang.
Jam kerja PT. Mutiara Mukti Farma terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian
b. Bagian Produksi
c. Bagian Keamanan
Pada hari Senin sampai dengan Minggu dibagi dalam 2 shift, yaitu:
upah dan fasilitas-fasilitas yang dapat menjamin kesejahteraan karyawan dan juga
yang diikuti adalah kebijakan tentang Upah Minimum Regional (UMR) yang
telah ditetapkan pemerintah. Sistem pengupahan yang berlaku pada perusahaan ini
2. Upah lembur yang diberikan perusahaan kepada karyawan yang bekerja, yaitu:
Jam pertama sebesar 1,5 kali upah setiap jam kerja normal
Jam ketiga ke atas dibayar sebesar 3 kali upah setiap jam kerja normal
4. Tunjangan Hari Raya (THR) diberikan satu bulan gaji atau tergantung
(Jamsostek) berupa jaminan hari tua, kecelakaan kerja, kematian dan kesehatan.
dari kegiatan organisasi karyawan, seperti iuran Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK)
cuti kepada karyawan yang telah bekerja minimum 1 tahun. Hak cuti yang
diberikan perusahaan adalah 12 hari kerja dalam setahun, bagi karyawan yang
sedang hamil atau melahirkan, berhak mendapatkan cuti selama 3 bulan, sedang
karyawan
tugasnya
Astek
bulan gaji.
Mutiara Mukti Farma, kegiatan proses produksi yang diamati hanya menyangkut
pembuatan obat jenis tablet. Dalam pembuatan obat dibutuhkan adanya bahan
baku, bahan tambahan, bahan penolong, mesin, peralatan, dan tenaga kerja.
Dalam kegiatan operasinya, obat yang telah dihasilkan akan diuji oleh tenaga ahli
dengan suatu sistem pengendalian mutu yang baik dari manajemen. Proses
LANDASAN TEORI
dengan baik agar kontinuitas produksi dapat terjamin serta untuk dapat
mesin tetap dalam kondisi baik dan dapat dipergunakan untuk menjalankan
keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.
perusahaan dapat tercapai serta mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti
3
Assauri, Sofyan., Manajemen Produksi, Edisi Ketiga, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI,
Jakarta, 1993, p.124.
III-1
digunakan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan selama jangka
waktu tertentu.
untuk:
3. Menjaga agar setiap mesin/peralatan tetap dalam kondisi baik dan dalam
Komunikasi dapat diperbaiki dengan informasi yang dapat memberi data yang
lengkap untuk mengambil keputusan. Adapun data yang penting dalam kegiatan
lebih efektif
pelaksanaan, yaitu:
akan terjamin kelancaran kerja dan selalu diusahakan dalam kondisi yang siap
terjadinya kerusakan dan tetap menjaga agar mesin berfungsi dengan baik, maka
mesin.
jumlah hasil produksi yang lebih besar dalam waktu yang relatif lebih singkat.
yang dihasilkan.
4. Modal yang ditanamkan untuk mesin dan peralatan atau harga dari fasilitas
4
Ibid, p.125.
yaitu:
dilakukan secara periodik atau dalam jangka waktu tertentu, misalnya sebulan
sekali, setahun sekali atau memakai lamanya jam kerja mesin atau fasilitas
Kegiatan periodic maintenance ini jauh lebih berat dari pada kegiatan routine
tidak dapat berfungsi dengan baik yang sering disebut dengan kegiatan perbaikan
mesin/peralatan.
yang tidak akan dilakukan pada mesin/peralatan yang masih dapat beroperasi,
sampai mesin/peralatan tersebut rusak dan tidak dapat berfungsi lagi. Melalui
tersebut akan dapat memperpanjang umur pakai dari mesin/peralatan dan dapat
Preventive Maintenance
jawab dalam pelaksanaan PM, hal ini mencerminkan ciri dari konsep pembagian
divisi tenaga kerja yang diatur oleh serikat buruh Amerika. Pada Japanese-style
5
Nakajima, Seiichi., TPM : Introduction to Total Productive Maintenance, Productivity
keseluruhan.
sehingga peran masing-masing staf operasi dan stf pemeliharaan menjadi lebih
jelas.
4. Melatih semua staf dengan keahlian pemeliharaan yang memadai dan sesuai.
bagian dari suatu proses secara keseluruhan, TPM mencoba melacak masalah
Ide dasar dari kegiatan TPM adalah manusia mesin. Dalam TPM diusahakan
untuk dapat mengubah pola pikir manusia terhadap konsep pemeliharaan yang
biasa dipakai. Dimana pola pikir “saya menggunakan peralatan dan orang lain
peralatan saya sendiri”. Para karyawan dituntut untuk dapat belajar menggunakan
tidak dilaksanakan secara serius maka akan mengakibatkan 5D, yaitu Delay
6
Ibid, p.10-11.
tidak diperlukan lagi. Pada tahap ini, semua benda dinilai berdasarkan tingkat
2. Seiton (systematize)
Dalam konsep ini, semua benda yang diperlukan ditempatkan dengan rapi.
Semua benda yang telah digunakan harus dikembalikan ke tempat yang sama.
3. Seiso (sweep)
Seiso adalah membersihkan peralatan dan tempat kerja. Tempat kerja harus
bebas dari sampah, skrap, kebisingan, tidak ada minyak yang bocor dari
4. Seiketsu (standardisation)
pekerja harus menjaga agar tempat kerja, mesin ataupun perlatan tetap bersih
5. Shitsuke (discipline)
sebagai alat ukur (metric) dalam penerapan program TPM guna menjaga peralatan
pada kondisi ideal dengan menghapuskan six big losses peralatan. Selain itu,
secara jelas akar pemasalahan dan faktor penyebabnya sehingga membuat usaha
Effectiveness adalah besarnya efektifitas yang dimiliki oleh peralatan atau mesin.
OEE (%) = Availability (%) x Performance rate (%) x Quality rate (%)
Dalam pelaksanaan OEE ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari
- Dapat digunakan untuk menentukan starting point dari perusahaan atau pun
peralatan/mesin.
peralatan/mesin.
productivity losses)
Pengukuran OEE ini didasarkan pada pengukuran tiga rasio utama, yaitu:
1. Availability ratio
waktu yang tersedia untuk kegiatan operasi mesin atau peralatan. Nakajima
Operation Time
Availabili ty 100%
Loading Time
Loading Time Downtime
100%
Loading Time
Loading time adalah waktu yang tersedia (available time) perhari atau
(planned downtime).
2. Performance ratio
dari peralatan dalam menghasilkan barang. Rasio ini merupakan hasil dari
operating speed rate dan net operating rate. Operating speed rate peralatan
pemeliharaan dari suatu kecepatan selama periode tertentu. Dengan kata lain,
ia mengukur apakah suatu operasi tetap stabil dalam periode selama peralatan
adalah:
operation time.
Quality ratio atau rate of quality product merupakan suatu rasio yang
sesuai dengan standar. Formula yang digunakan untuk pengukuran rasio ini
adalah:
dan efisien yang di dalamnya terdapat enam faktor yang disebut enam kerugian
mesin)
Six big losses dihitung untuk mengetahui OEE dari suatu peralatan agar
Secara garis besar keenam kerugian dalam identifikasi tersebut dapat dipetakan
kedalam beberapa klasifikasi waktu pemesinan anatar lain waktu operasi yng
bernilai tambah (valuable operating time), waktu operasi bersih (net operating
time), waktu operasi (operating time), waktu proses (loading time) sebagaimana
7
Nakajima, Seiichi., Introduction to TPM : Total Productive Maintenance TPM.,1988
waktu akan terbuang yang berakibat pada berkurangnya volume produksi atau
perbaikan dan pencegahan biasanya lebih mudah dan jelas. Di sisi lain, kerusakan-
kerusakan kecil yang kronis dan tidak tampak kasat mata biasanya sering
terabaikan dan sepertinya dapat dicegah, misalnya tombol setting yang tidak
produksi selanjutnya. Dengan kata lain, total waktu yang dibutuhkan mesin tidak
berproduksi guna mengganti cetakan (dies) bagi jenis produk berikutnya sampai
dihasilkan produk yang sesuai untuk proses selanjutnya. Sekarang ini metode
untuk mengurangi lamanya waktu set-up telah banyak diterapkan pada industri
manufaktur modern. Hampir semua metode waktu set-up dan adjusment bertujuan
Penghentian Mesin)
Sebagai contoh mesin beroperasi tetapi bahan yang akan diproses tersangkut pada
conveyor ulir dan tidak mencapai mesin/peralatan. Jika kondisi ini terjadi biasanya
mesin akan berfungsi kembali jika material yang akan diproses dipindahkan
kecil dari pada kecepatan mesin yang telah dirancang beroperasi dalam kecepatan
mesin dan kualitas yang tidak sempurna, adanya historis permasalahan pada masa
mengurangi jumlah produksi, biaya tambahan untuk pengerjaan ulang dan limbah
kerja dan waktu yang dibutuhkan untuk mengolah dan mengerjakan kembali
ataupun memperbaiki produk yang cacat. Walaupun waktu yang dibutuhkan untuk
memperbaiki cacat produk hanya sedikit tetapi kondisi seperti ini dapat
Reduced yield adalah kerugian waktu dan material yang timbul selama
tergantung pada faktor-faktor seperti operasi yang tidak stabil, tidak tepatnya
yang tidak mengerti dengan kegiatan produksi yang dilakukan. Beberapa hal yang
berhubungan dengan kerugian yang mungkin timbul pada tahap awal produksi
dapat diterima karena tidak dapat dihindarkan, akan tetapi tetap dibutuhkan
Sebelum kita mengetahui seberapa besar pengaruh dari keenam six big
kita kurangi atau dihilangkan. Akan tetapi jika kita dapat mengukur seberapa
besar masing-masing six big losses yang terjadi pada mesin/peralatan maka
Sebelum mulai mengukur nilai OEE dan ketiga rasionya, terlebih dahulu
Reduced yield, (kerugian akibat hasil rendah). Keenam kerugian peralatan tersebut
terlewatkan. Alur Pengukuran nilai OEE dapat di lihat pada Gambar 3.3.
Scheduled Downtime
Scheduled maintenance
Processed amount
Quality losses Quality ratio
Reject amount
8
Dyadem Engineering Corporation. 2003. Guidelines for Failure Mode and Analysis, For
Automotive, Aerospace and General Manufacturing Industries, h 25.
pada tahun 1920. Namun pendokumentasian pertama dilakukan sejak tahun 1960
permasalahan utama yang terjadi pada setiap tahapan dari desain dan proses
produksi untuk mencegah produk yang tidak baik sampai ke tangan pelanggan,
penyebab kegagalan.
mechanism (proses yang menyebabkan kegagalan) dan failure effect (akibat yang
suatu sistem, produk atau pabrikasi/operasi perakitan yang disebabkan baik oleh
proses atau desain kritis yang memerlukan pengendalian khusus untuk mencegah
syarat.
pelanggan.
a. Design FMEA
FMEA pada tahapan ini akan difokuskan pada rancangan produk dan
dengan DFMEA.
b. Process FMEA
FMEA pada tahapan ini akan berorientasi pada rancangan proses dan
terlebih dahulu. Tujuannya agar analisis tidak melebar dan memerlukan waktu
lebih lama sehingga tidak fokus. Ruang lingkup ini dapat ditentukan dengan
suatu proses, bisa jadi analisis akan mundur lagi ke proses sebelumnya karena
ternyata potensi kegagalan disebabkan pada proses pertama, bahkan lebih besar
dari kemungkinannya. Walaupun akan ada beberapa asumsi yang dipakai saat
mungkin terjadi di dalam suatu sistem atau proses. Hal itu sangat penting
9
Ibid. h 27.
mengingat keandalan dengan tingkat tinggi sangat diharapkan bisa tercapai pada
gagal memenuhi persyaratan proses atau desain. Mode kegagalan dapat berupa
digunakan incoming material are correct. Ada emapt jenis mode kegagalan yang
dapat terjadi. Jenis pertama dan kedua jarang terjadi dan lebih sering terlihat. Jenis
ketiga dan keempat seringkali tidak teridentifikasi pada saat membuat FMEA.
1. Non functional: proses tidak berfungsi secara total atau tidak dapat
dioperasikan.
penuh karena ada pengaruh faktor luar, misalnya tempratur, kelembaban dan
lingkungan.
bila disatukan.
berkualitas).
Bila ada satu atau lebih jenis mode kegagalan yang dapat dipastikan tidak akan
terjadi, maka tidak perlu dituliskan dalam form FMEA. Gunakan istilah fisik atau
teknis yang spesifik seperti “cutting length kepanjangan” atau “cutting length
suatu mode kegagalan. Severity berupa angka 1 hingga 10, dimana 1 menunjukkan
tertinggi (sangat beresiko). Kriteria severity dapat dilihat pada Tabel 3.4.
CRC Press.
2. Peralatan rusak/aus
misalnya operator salah menginstal mesin. Istilah yang ambigu (seperti operator
error, mesin tidak berfungsi) sebaiknya tidak digunakan, karena akan menyulitkan
berfungsi” menjadi “mesin tidak menghasilkan panas lebih dari 150oC. Penyebab
potensial dapat dicari dengan menggunakan metode brainstorming dan fish bone
kejadian terendah atau tidak sering dan 10 menunjukkan tingkat kejadian sering.
Nilai occurrence dapat ditentukan berdasarkan jumlah kegagalan atau angka Ppk
(performance index) yaitu angka yang diperoleh dari perhitungan statistik yang
1 dalam 3 9
1 dalam 8 8
Tinggi
1 dalam 20 7
(Lanjutan)
CRC Press.
(tes/inspeksi).
kegagalan. Gunakan FMEA atau control plan sebelumnya dan analisis claim
untuk perbaikan.
sementara.
sistem deteksi dengan kemampuan tinggi atau hampir dipastikan suatu metode
kemampuan rendah yaitu sistem deteksi tidak efektif atau tidak dapat mendeteksi
sama sekali.
CRC Press.
RPN = S x O x D
Angka RPN berkisar dari 1 hingga 1000, di mana semakin tinggi nilai
seorang ekonomi italia yang bernama Vilfredo Pareto pada abad XIX
berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang paling
besar di sebelah kiri ke yang paling kecil di sebelah kanan. Susunan tersebut
sebab-sebab kejadian yang dikaji atau untuk mengetahui masalah utama proses.
ditangani
diagram pareto baru. Apabila terdapat perubahan dalam diagram pareto baru,
4. Menyususun data menjadi informasi yang berguna, data yang besar dapat
diagram tersebut, diagram pareto dapat disusun untuk merasionalisasi data yang di
peroleh dari diagram sebab akibat. Selanjutnya digunakan pda semua tahap
PDCA cycle. Pada tahap evaluasi hasil, diagram pareto ditampilkan untuk melihat
mengetahui efek upaya perbaikan. Berikut adalah contoh Gambar grafik pareto
1500 80.00%
Kumulatif (%)
Persentase
1250
60.00%
1000
750 40.00%
500
20.00%
250
0 0.00%
Idling and Reduced Breakdown Set-up and Rework Scrap/yield
Minor Speed loss loss adjustment Loss Loss
Stoppages loss
Gambar 3.4. Diagram Pareto Six Big Losses Mesin Oil Purifier Bulan
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada PT. Mutiara Mukti Farma yang berlokasi di
Jalan Besar Namorambe Km 8,5 No. 68 Kecamatan Deli tua, Kabupaten Deli
Penelitian yang dlakukan di PT. Mutiara Mukti Farma ini bersifat deskriptif
mesin yang berfungsi untuk mencetak tablet. Adapun alasan mesin pencetak obat
b. Hal ini dilakukan karena obat tablet merupakan produk yang banyak diminta
pelanggan
IV-1
c. Dari pertimbangan di atas, maka mesin pencetak tablet memiliki waktu delay
permasalahan yang sedang dihadapi. Ada dua jenis varibel penelitian yang akan
1. Variabel Independen
a. Tablet (X1) indikator variabel ini adalah jumlah produk tablet yang
dihasilkan.
c. Tenaga kerja (X3), indikator variabel ini adalah jumlah jam kerja, biaya
tenaga kerja.
2. Variabel Dependen
oleh nilai variabel. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah efektivitas
lebih sistematis. Kerangka berpikir inilah yang merupakan landasan awal dalam
Tablet
(x1)
Jam kerja
(x3)
Rekomendasi TPM
1. Observasi Pendahuluan
2. Studi kepustakaan
literatur serta informasi dari internet mengenai (OEE), Failure Mode and
3. Identifikasi Masalah
Tahap ini dilakukan dengan mengamati kondisi riil yang terjadi dilapangan
4. Perumusan Masalah
menyelesaikannya.
diselesaikan.
6. Pengumpulan Data
yaitu dengan mengamati cara kerja mesin cetak, perilaku operator dan
jam kerja mesin, delay mesin, data downtime dan jumlah cacat produk.
7. Pengolahan Data
produksi.
idea cycle time dan waktu operasi, perhitungan ini bertujuan untuk
produksi.
Nilai OEE merupakan hasil perkalian dari ketiga perhitungan yang telah
Six Big Losses adalah 6 penyebab yang paling harus dihindari oleh
1) Breakdown losses
3) Speed losses
6) Yield Losses
f. Pengolahan FMEA
ditetapkan sebelumnya
perhitungan overall equipment effectiveness yang dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Mulai
Identifikasi Masalah
Peningkatan Efektivitas Mesin
Perumusan Masalah
Masih rendahnya efektivitas penggunaan mesin/peralatan
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Kesimpulan
Selesai
Mulai
Stop
sebagai berikut:
1. Wawancara
2. Observasi langsung
dengan mengamati cara kerja mesin cetak, perilaku dari operator dan
adalah data di bagian produksi yang meliputi data hasil produksi, data reject dan
downtime. Selain data produksi, juga terdapat data perbaikan mesin dan
penggantian alat, jam kerja mesin dan data-data lain yang mendukung penentuan
efektivitas mesin.
availabity rate, nilai performance rate, nilai rate of quality, OEE, Six big losses
dan pengolahan FMEA. Data dari komponen pembentuk rasio OEE merupakan
data yang akan digunakan untuk pengukuran tingkat produktivitas dan efisiensi
penggunaan mesin, hal ini penting dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa
analisis perhitungan OEE, analisis perhitungan six big losses, analisis failure
hal-hal penting dalam, serta pemberian saran untuk penelitian selanjutnya bagi
peneliti yang ingin mengembangkan penelitian ini secara lebih mendalam lagi
Data yang diambil dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data
sekunder.
dengan mengamati cara kerja mesin cetak, perilaku operator dan bentuk-
d. Data sekunder berupa dokumen perusahaan meliputi data produksi, data jam
kerja mesin, delay mesin, data downtime dan jumlah cacat produk.
Data yang dikumpulkan adalah data selama satu tahun terakhir, yaitu
mulai dari bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Juni 2013.
Tabel 5.1. Data Produksi Bulan Juli 2012 s.d. Bulan Juni 2013
V-1
Data produksi mesin cetak tablet dari bulan Juli 2012 sampai dengan Juni
2. Schedule shutdown, yaitu Lama waktu berhenti produksi yang ditetapkan oleh
rencana produksi meliputi hari raya keagamaan dan hari libur lainnya.
5. Unschedule shutdown, yaitu lama waktu berhenti yang tidak ditetapkan oleh
Tabel 5.3. Data Jam Kerja dan Delay Mesin Cetak Bulan Juni 2012 s.d. Juli 2013
Operation Time
Availabili ty 100%
Loading Time
Loading Time Downtime
100%
Loading Time
Loading time adalah waktu yang tersedia perbulan dikurangi dengan waktu
Tabel 5.5. Perhitungan Downtime Bulan Juli 2012 s.d. Juni 2013
Operation Time
Availabili ty 100%
Loading Time
367,69 8,7
100%
367,69
97,63%
Tabel 5.6. sedangkan dilihat dari Gambar 5.1.dapat dilihat bahwa nilai availability
ratio pada mesin cetak berada diatas standard Japanese Institute of Plant
(Nakajima,1988).
Tabel 5.6. Perhitungan Availability Ratio Bulan Juli 2012 s.d. Juni 2013
Loading Total Operation
Availability Ratio
Bulan Time Downtime Time
(%)
(Jam) (Jam) (Jam)
Juli 2012 367,69 8,7 358,99 97,63%
Agustus 2012 360,20 13,5 346,66 96,24%
September 2012 373,52 11,2 362,29 96,99%
Oktober 2012 336,00 9,1 326,95 97,31%
November 2012 383,43 8,0 375,4 97,91%
Desember 2012 320,00 13,4 306,62 95,82%
Januari 2013 376,76 12,4 364,37 96,71%
Februari 2013 334,74 6,5 328,24 98,06%
Maret 2013 339,17 13,1 326,09 96,14%
April 2013 387,30 12,2 375,13 96,86%
Mei 2013 369,55 8,3 361,27 97,76%
Juni 2013 334,38 11,6 322,83 96,55%
Gambar 5.1. Pencapaian Availability Ratio Mesin Cetak Bulan Juli 2012
Time, Ideal Cycle Time merupakan waktu siklus ideal mesin dalam melakukan
cetakan tablet. Untuk menghitung Ideal Cycle Time maka perlu diperhatikan
Total Delay
% jam kerja = 1 100%
Available Time
Persentasi jam kerja efektif dapat dilihat pada tabel 5.7. berikut ini.
Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi tablet pada bulan Juli 2012
adalah:
Loading Time
Waktu Siklus
jumlahproduksi
367,69
0,023 Jam/butir
16104
= 0,019 Jam/Butir
Dengan demikian, perhitungan siklus ideal untuk bulan Juli 2012 sampai
Tabel 5.8. Perhitungan Ideal Cycle Time Bulan Juli 2012 s.d. Juni 2013
Tabel 5.9. Perhitungan Performance Efficiency Bulan Juli 2012 s.d. Juni 2013
Performance
Ideal Cycle Time Operation Time
Bulan Input (Butir) Efficiency
(Jam/Butir) (Jam)
(%)
Juli 2012 16104 0,019 358,99 87,11%
Agustus 2012 15231 0,019 346,66 81,36%
September 2012 15959 0,021 362,29 92,09%
Oktober 2012 14062 0,018 326,95 76,49%
November 2012 14409 0,024 375,4 90,89%
Desember 2012 12060 0,019 306,62 75,62%
Januari 2013 14440 0,022 364,37 85,92%
Tabel 5.9. Perhitungan Performance Efficiency Bulan Juli 2012 s.d. Juni 2013
(Lanjutan)
Tabel 5.9. sedangkan dilihat dari Gambar 5.2. dapat dilihat bahwa nilai
16104 960
Rate of Quality 100%
16104
94,04%
Dengan cara yang sama, maka perhitungan rate of quality untuk bulan Juli
2012 sampai bulan Juni 2013 disajikan dalam Tabel 5.10. di bawah ini.
Tabel 5.10. Perhitungan Rate of Quality Bulan Juli 2012 s.d. Juni 2013
Gambar 5.3. Pencapaian Rate of Quality Mesin Cetak Bulan Juli 2012
Tabel 5.10. sedangkan dilihat dari Gambar 5.3. Dapat dilihat bahwa nilai pada
rate of quality mesin cetak pada satu tahun terakhir masih berada dibawah
Performance Rate dan Rate of Quality. Nilai OEE dihitung dengan menggunakan
= 79,98%
Dari perhitungan yang dilakukan diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel
5.8. Sedangakan dilihat pada Gambar 5.4. dapat dilihat bahwa nilai OEE pada
mesin cetak masih belum berada standar Japanese Institute of Plant Maintenance
(JIPM). Nilai JIPM untuk OEE adalah 85% (Nakajima, 1988). Menurut Hansen
(2001) nilai OEE <65% tidak dapat diterima, 65-75% cukup baik dengan hanya
Tabel 5.11. Hasil Perhitungan OEE Bulan Juli 2012 s.d. Juni 2013
Gambar 5.4. Pencapaian OEE Mesin Cetak Bulan Juli 2012 sampai
Juni 2013
down time
Equipment Failure 100%
Loading Time
Dengan rumus diatas, maka perhitungan equipment failure untuk bulan Juli
8,7
Equipment Failure 100%
367,69
= 2,37 %
Perhitungan equipment failure untuk bulan Juli 2012 sampai Juli 2013
Tabel 5.12. Equipment Failure Bulan Juli 2012 s.d. Juli 2013
Total Breakdown
Loading Time
Bulan Breakdown losses
(Jam)
(Jam) (%)
Juli 2012 8,7 367,69 2,37%
Agustus 2012 13,5 360,20 3,76%
September 2012 11,2 373,52 3,01%
Oktober 2012 9,1 336,00 2,69%
November 2012 8,0 383,43 2,09%
Desember 2012 13,4 320,00 4,18%
Januari 2013 12,4 376,76 3,29%
Februari 2013 6,5 334,74 1,94%
Maret 2013 13,1 339,17 3,86%
April 2013 12,2 387,30 3,14%
Mei 2013 8,3 369,55 2,24%
Juni 2013 11,6 334,38 3,45%
Total 127,90
Gambar 5.5. Equipment Failure Bulan Juli 2012 sampai Juni 2013
Dari perhitungan yang dilakukan diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel
5.12. Sedangkan dilihat dari Gambar 5.5 dapat dilihat bahwa nilai equipment
mengenai waktu set up mesin yang menjadi objek penelitian. Untuk mengetahui
besarnya persentase efektivitas mesin yang hilang diakibatkan oleh set up and
Perhitungan Set-up and adjustment losses untuk bulan Juli 2012 dihitung
sebagai berikut:
9,60
Set up and adjustment loss 100%
367,69
= 2,61 %
Gambar 5.6. Set-up and Adjustment Losses Bulan Juli 2012 sampai Juni 2013
Pada section set up hanya dilakukan pada mesin cetak, set up yang
longgar. warm up time, yaitu lama waktu persiapan mesin sebelum dioperasikan.
Hasil perhitungan set-up and adjustment dapat dilihat pada Tabel 5.13 dan
Gambar 5.6 bahwa nilai set-up and adjustment cenderung fluktuatif selama satu
tahun.
mesin)
Untuk mengetahui persentase dari faktor idling and minor stoppages dalam
Nonproductive Time
Idling and Minor Stoppages 100%
Loading Time
Berdasarkan data delay mesin yang diperoleh, maka faktor yang termasuk
atas, persentase idling and minor stoppages untuk bulan Juli 2012 dihitung
sebagai berikut:
Nonproductive Time
Idling and Minor Stoppages 100%
Loading Time
4,3
100%
367,69
1,17%
Pada Tabel 5.14 menunjukkan hasil perhitungan idling and minor stoppages
losses. Nilai idling and minor stoppages losses sangat fluktuatif pada satu tahun
seperti ditunjukkan pada Gambar 5.7. idling and minor stoppages losses sendiri
ada dikarenakan adanya waktu yang tidak produktif (Non Productive Time)
Gambar 5.7. Idling and Minor Stoppages Bulan Juli 2012 sampai Juni 2013
Perhitungan persentase Reduced speed untuk bulan Juli 2012 adalah sebagai
berikut:
pada Gambar 5.8 menunjukkan bahwa nilai Reduced speed selama satu tahun
cenderung meningkat.
Total Speed
Operation Ideal Cycle Loading Speed
Product Losses
Bulan time Time Time Losses
Process Time
(Jam) (Jam/Butir) (Jam) (%)
(Butir) (Jam)
Juli 2012 347,97 0,019 17554 367,69 7,11 1,93%
Agustus 2012 341,05 0,019 16611 360,20 33,46 9,29%
September 2012 358,09 0,021 16409 373,52 15,04 4,03%
Oktober 2012 322,45 0,018 15912 336,00 39,45 11,74%
November 2012 364,76 0,024 15139 383,43 6,26 1,63%
Desember 2012 295,79 0,019 14780 320,00 11,63 3,64%
Januari 2013 357,87 0,022 16260 376,76 3,38 0,90%
Februari 2013 324,24 0,020 15464 334,74 10,66 3,18%
Maret 2013 321,79 0,018 15667 339,17 38,07 11,22%
April 2013 374,28 0,022 15830 387,30 21,63 5,58%
Mei 2013 349,05 0,019 17419 369,55 11,08 3,00%
Juni 2013 310,53 0,015 19267 334,38 19,89 5,95%
Total 219,62
Gambar 5.8. Reduced Speed Bulan Juli 2012 sampai Juni 2013
0,019 960
Defect in process 100%
367,69
= 5,07%
Hasil perhitungan Defect in process dapat dilihat pada Tabel 5.16. dan
Gambar 5.9 menunjukkan bahwa nilai Defect in process sangat fluktuatif. Losses
ini hanya terdapat pada mesin cetak karena proses ini terjadi cacat produk yang
mengakibatkan losses ini. Cacat yang dimaksud adalah cacat yang terjadi selama
Juni 2013
Reduced yield merupakan losses yang terjadi karena adanya cacat produk
selama proses set up. Reduced yield dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan
berikut :
0,019 0
Reduced yield 100%
367,69
0%
menunjukkan bahwa nilai Reduced yield pada mesin cetak adalah 0, karena pada
waktu set up mesin tidak melakukan proses produksi. Sehingga tidak terdapat
Loading Scrap
Ideal Cycle Time Scrap Scarp Loss
Bulan Time Time
(Jam/Butir) (Butir) (%)
(Jam) (Jam)
Juli 2012 367,69 0,019 0 0 0
Agustus 2012 360,20 0,019 0 0 0
September 2012 373,52 0,021 0 0 0
Oktober 2012 336,00 0,018 0 0 0
November 2012 383,43 0,024 0 0 0
Desember 2012 320,00 0,019 0 0 0
Januari 2013 376,76 0,022 0 0 0
Februari 2013 334,74 0,020 0 0 0
Maret 2013 339,17 0,018 0 0 0
April 2013 387,30 0,022 0 0 0
Mei 2013 369,55 0,019 0 0 0
Juni 2013 334,38 0,015 0 0 0
Total 0
Jenis kegagalan mesin dapat diurutkan dari frekuensi yang terbesar hingga
Persentasi
Total Time Presentase kumulatf
No Jenis Kegagalan
Losses (% (%)
kontribusi dari masing-masing faktor dalam six big losses yang mempengaruhi
tingkat efektivitas penggunaan mesin pada proses pencetakan. Dari data pada
Tabel 5.18. dapat dibentuk Pareto Diagram yang dapat dilihat pada Gambar 5.10
Akumulasi %
Didapat dua jenis kegagalan yang berpotensial besar terjadi selama proses
suatu kejadian terhadap output dari suatu proses. Pemberian skor severity
Pedoman pemberian nilai, berdasarkan pada Tabel 3.4. Skor severity untuk
masing - masing kegagalan yang terjadi dapat dilihat pada Tabel 5.19.
berdasarkan pada Tabel 3.5. Skor occurance untuk masing - masing kegagalan
Pedoman pemberian nilai, berdasarkan pada Tabel 3.6. Skor detection untuk
masing - masing kegagalan yang terjadi dapat dilihat pada Tabel 5.19.
5. Perhitungan RPN
RPN = S x O x D
RPN = 8 x 4 x 7 = 224
Efek yang
Jenis Penyebab
Ditimbulkan Kendali yang
Kegagalan Kegagalan S O D RPN
oleh Dilakukan
Proses Pada Proses
Kegagalan
Komponen- Melakukan
komponen perawatan
mesin yang berkala terhadap
Terjadinya sudah aus komponen-
penurunan dan juga komponen
Reduced
kecepatan dikarenakan mesin yang 8 4 7 224
speed
mesin umur mesin kritis sehingga
yang sudah tidak cepat aus
tua.
Operator
kurang teliti Memberikan
tidak pelatihan
Defect in
Cacat produk konsentarasi kepada operator 8 3 5 120
process
dalam proses dalam baru maupun
melakaksana operarator lama
kan tugasnya
penggunaan mesin cetak tablet selama periode Juli 2012 Juni 2013. Pengukuran
OEE ini merupakan kombinasi dari availability ratio, performance rate dan rate
of quality.
Nilai availability ratio pada mesin cetak berada 96,14%, hingga 98,06%
dimana nilai ini berada diatas nilai availability standar yaitu 90%. Hal ini
waktu berada 90%. Selain itu tingkat availability mesin seperti ini berarti ada
95%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan mesin tidak efisien karena tidak
sesuai dengan kapasitas mesin yang seharusnya produksi tidak berjalan sesuai titik
masih berada dibawah efektifitas standar yaitu 85%. Rendahnya efektivitas mesin
VI-1
Universitas Sumatera Utara
VI-2
mengetahui besarnya kontribusi dari masing-masing faktor dalam six big losses
pencetakan. Dari analisis yang dilakukan diperoleh faktor yang menjadi prioritas
dalam six big losses terhadap total time loss yang disebabkan oleh keenam faktor.
Diagram pareto untuk pengaruh six big losses pada mesin cetak dapat dilihat pada
Gambar 5.10. Diagram pareto pada proses pencetakan bahwa faktor yang
adalah faktor Reduced speed dan Defect in process menyebabkan waktu yang tidak
Analisis terhadap FMEA dengan nilai RPN (Risk Priority Number) ada
dua jenis kegagalan dapat dilihat pada Tabel 5.19. terdapat nilai RPN terbesar
yaitu 224 untuk jenis kegagalan Reduced speed. Nilai tersebut untuk penyebab
Komponen-komponen mesin yang sudah aus dan juga dikarenakan umur mesin
yang sudah tua. Kendali yang dilakukan melakukan perawatan berkala terhadap
komponen-komponen mesin yang kritis sehingga tidak cepat aus. Kategori jenis
untuk jenis kegagalan yang termasuk dikategori low moderate dan very low
memiliki prioritas terendah. Karena dalam kategori ini, perbaikan dapat dilakukan
yang lain sangat berkaitan sekali dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak
tidak diperoleh. Faktor penyebab dari tingginya Reduced speed ini sangat bersifat
a) Perawatan Harian
b) Perawatan bulanan
c) Perawatan tahunan
mesin ini dapat beroperasi dengan kinerja yang lebih baik dan dengan
merupakan bagian dari sistem kerja yang berperan sebagai variabel hidup,
dengan berbagai sifat dan kemampuannya yang dapat memberi pengaruh besar
baru ataupun pekerja yang telah lama bekerja. Tujuan dari program
mengetahui sejauh mana manfaat yang telah diperoleh dari hasil studi
tersebut.
kurang disiplin.
operator.
antara lain:
kecil.
Mukti Farma merupakan lebih banyak bersifat pemeliharaan korektif dari pada
peralatan jika ada. Setelah dilakukan perawatan preventif maka dievaluasi untuk
operator yang rendah sehingga tidak cepat tanggap terhadap masalah yang timbul
ini maka setiap operator akan terlibat dalam kegiatan perawatan dan penanganan
setiap masalah yang terjadi pada mesin mereka sendiri dibagian produksi.
pikir operator yang berpikir bahwa operator menggunakan mesin dan orang lain
Agar hal tersebut dapat tercapai maka dibutuhkan waktu dan usaha untuk
1. Membersihkan dan memeriksa pada mesin cetak, kotorn tepung pada mesin dan
pada petunjuk pemeriksaan pada mesin cetak yang diperoleh pada bagaian
teknik.
7.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari tahap analisis dan evaluasi adalah
sebagai berikut:
terendah terjadi pada bulan Desember 2012 dengan persentase 66,57%. Maka
dari itu perlu dilakukan peningakatan efektifitas mesin agar nilai nilai Overal
dalam 3 faktor, yaitu faktor mesin, faktor tenaga kerja dan material.
VII-1
7.2 Saran
Jakarta, 1992.
Chryster, LLC. Potential Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). 2008. Ford
Dyadem Engineering Corporation. Guidelines for Failure Mode and Analysis, For
Jakarta, 1998.