Anda di halaman 1dari 79

PENGARUH PENCAHAYAAN DAN KONTRAS TERHADAP

KELELAHAN MATA OPERATOR INSPEKSI DI

PT.COCA-COLA AMATIL

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Penulisan Tugas Sarjana

Oleh

Oka Triyona

NIM : 120403127

DEPA RT EMEN TEKNIK INDUST RI

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2016

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan keadirat Allah SWT atas berkat dan

rahmat-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

Tugas Sarjana ini dengan baik.

Tugas Sarjana ini merupakan sarana untuk melakukan penelitian terhadap

permasalahan yang ada di perusahaan. Tugas Sarjana ini berjudul “Pengaruh

Pencahayaan dan Kontras Terhadap Kelelahan Mata Operator Inspeksi Di

PT. Coca-Cola Amatil”. Tugas sarjana ini merupakan sarana bagi penulis untuk

melakukan studi terhadap salah satu permasalahan nyata dalam perusahaan.

Disadari bahwa dalam penulisan Tugas Sarjan ini belum sepenuhnya

sempurna. Oleh sebab itu penulis berharap kritik dan saran yang membangun

guna melengkapi Tugas Sarjana ini. Akhir kata penulis berharap agar Tugas

Sarjana ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Medan, Februari 2017

Penulis

Universitas Sumatera Utara


UCAPAN TERIMA KASIH

Tugas Sarjana yang ditulis ini telah mendapatkan bimbingan dan

dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini dengan hati yang tulus

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Anizar, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I dan Pak Erwin Sitorus,

ST, MT selaku Dosen Pembimbing II telah banyak memberikan bimbingan,

motivasi, dan nasehat selama penyusunan Tugas Sarjana ini.

3. Pimpinan PT. Coca-cola Amati Indonesia yang telah mengizinkan penulis

melakukan penelitian.

4. Kedua orang tua Penulis yang senantiasa memberikan doa, nasehat dan

materil, abang penulis Riat Shuhada Sp, Sandi Saputra, adik penulis Melki

Septiadi, Silva Ananda serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan

motivasi dalam penulisan penelitian ini.

5. Senior penulis Bang Agus Fernando KS (2011) yang telah membantu penulis

untuk bernegosiasi dengan pihak perusahaan

6. Bang Yandri selaku pembimbing lapangan di pabrik PT. Coca-cola Amati

Indonesia

7. Arifin Bahagia yang telah meluangkan waktunya untuk penulis bertanya

dalam penyelesaian Tugas Sarjana

Universitas Sumatera Utara


8. Teman-teman satu dosen pembimbing Defri Nael Sianipar, Elsa Putri, M.

Tegoeh Adi Prasetya, Hardianto, Mounique Ardita

9. Sahabat seperjuangan di kontrakan Rian Maulana, Muhammad Tuah Afandi,

Zulfirmansyah A.D, Ridho S Situmeang, dan Akbar Allyubi, dan Nauli yang

memberi masukan dan dukungan.

10. Sahabat-sahabat seperjuangan Ridho, Akbar, Solly, Rian, Askari, Rori, Arif,

Sendy, Teteng, Dika, Elsa, Riri, Dani, Yuli, Ai, Tioni, Alm. Siga.

11. Semua teman angkatan 2012 (DUA BELATI) serta abang kakak senior dan

junior di Departemen Teknik Industri USU yang telah memberikan banyak

masukan kepada penulis.

12. Ulfa Audina yang membantu penulis dalam memotivasi dan pengerjaan

laporan.

13. Seluruh staf dan karyawan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik,

Universitas Sumatera Utara yang banyak membantu dan memberikan

dukungan kepada penulis.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaian

laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan

terima kasih. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2017

Penulis

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Pekerjaan inspeksi botol minuman fanta yang berwarna merah dan coca-cola
berwarna hitam merupakan aktivitas kerja yang dilakukan secara manual maupun
oleh mesin. Kinerja operator inspeksi secara manual di line 3 departemen quality
control 3 (QC 3) sangat bergantung terhadap tingkat pencahayaan yang ada pada
inspection lamp. Fungsi dari inspection lamp adalah untuk membantu operator
dalam menginspeksi botol secara manual agar kecacatan produk dapat ditindak
secara langsung. Klasifikasi dari kecacatan produk di QC 3 adalah isi botol dari
minuman serta penutup botol harus sesuai dengan standar yang diterapkan oleh
perusahaan.
Tempat penelitian adalah di PT. Coca-Cola Amatil Jalan Medan-Belawan Besar,
Medan. Observasi dan pengamatan dilakukan terhadap tingkat pencahayaan dan
kelelahan mata secara langsung khususnya di Line 3 di departemen QC 3 dengan
menggunakan instrument 4 in 1 dan flicker fusion. Keluhan yang dialami oleh
operator yakni mata yang terasa gatal, berair, dan memerah.
Keluhan pada mata tersebut dialami oleh 6 dari 6 operator inspeksi dimana tingkat
pencahayaan yang ada di inspection lamp belum memenuhi standar dari dalam
Kepmenkes No 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri yakni sebesar 500 lux. Hal ini
dibuktikan dengan uji ANAVA dimana pencahayaan mempengaruhi kelelahan
mata namun untuk kontras warna pada produk tidak memiliki pengaruh secara
signifikan. Tingkat pencahayaan yang didapatkan dari hasil uji Regresi Linear
untuk dapat mengurangi tingkat kelelahan mata adalah 358 lux. Keluhan tersebut
dapat dikurangi jika mata operator menerima tingkat pencahayaan sebesar 358 lux
pada saat bekerja.

Kata Kunci: Pencahayaan, Kelelahan mata, Kontras, ANAVA, Regresi Linear.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

BAB

HALAMAN

LEMBAR JUDUL ........................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN.............................................. ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ........... iii

KATA PENGANTAR ..................................................... iv

UCAPAN TERIMA KASIH............................................ v

ABSTRAK......................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ....................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................... xx

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

I PENDAHULUAN............................................................. I-1

1.1. Latar Belakang ................................................................... I-1

1.2. Rumusan Masalah .............................................................. I-3

1.3. Tujuan dan Manfaat ........................................................... I-4

1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian .......................................... I-5

1.5. Sistematika Penulisan Laporan .......................................... I-5

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN......................... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan PT. Coca-Cola Amatil

Indonesia ..................................................................... II-1

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha.................................... II-2

2.3. Lokasi Perusahaan ...................................................... II-2

2.4. Daerah Pemasaran ...................................................... II-3

2.5. Organisasi dan Manajemen ........................................ II-3

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

2.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan ....................... II-3

2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab .......... II-4

2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja & Jam Kerja .................. II-7

2.6. Proses Produksi .......................................................... II-8

2.6.1. Bahan yang Digunakan .................................... II-8

2.6.2. Uraian Proses Produksi .................................... II-10

2.7. Mesin dan Peralatan ................................................... II-18

2.8. Utilitas......................................................................... II-20

2.9. Safety and Fire Protection .......................................... II-21

2.10. Limbah ....................................................................... II-22

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

III LANDASAN TEORI................................................................. III-1

3.1. Pencahayaan ............................................................... III-1

3.2. Istilah-istilah dan Pengertian dalam Pencahayaan...... III-2

3.3. Cahaya Alam dan Cahaya Buatan .............................. III-4

3.4. Standar Pencahayaan di Tempat Kerja ....................... III-5

3.3. Kelelahan Mata ........................................................... III-7

3.6. Kepekaan Mata Terhadap Kontras Cahaya ................ III-8

3.7. Pengukuran Pencahayaan ........................................... III-8

3.7.1. Pengukuran Tingkat Iluminasi ......................... III-8

3.7.2. Pengukuran Tingkat Iluminasi Bidang Kerja... III-11

3.7.3. Pengukuran Reflektansi.................................... III-12

3.8. Uji Kenormalan Data dengan Uji Anderson Darling . III-13

3.9. Uji Kenormalan Data dengan Kolmogorov – Smirnov III-14

3.10.Uji Kecukupan Data ................................................... III-15

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.11.Regresi Linier ..................................................................... III-16

3.12. Uji Homogenitas dengan Metode Barlett.................. III-18

3.13.Desain Eksperimental Faktorial ................................. III-19

IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................. IV-1

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian..................................... IV-1

4.2. Rancangan Penelitian.................................................. IV-1

4.3. Objek Penelitian.......................................................... IV-1

4.4. Variabel Penelitian...................................................... IV-2

4.5. Kerangka Berfikir ....................................................... IV-2

4.6. Prosedur Penelitian ..................................................... IV-2

4.7. Pengumpulan Data ...................................................... IV-4

4.8. Pengolahan Data ......................................................... IV-4

4.9. Analisis dan Pemecahan Masalah............................... IV-5

4.10.Kesimpulan dan Saran................................................ IV-6

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA.................. V-1

5.1. Pengumpulan Data ...................................................... V-1

5.1.1. Data Tingkat Kelelahan Mata Inspektor

di Stasiun Quality Control 3 (QC 3 ) ............... V-1

5.1.2. Data Tingkat Iluminai di Stasiun Quality

Control 3 (QC 3 ) ............................................. V-7

5.2. Pengolahan Data ......................................................... V-9

5.2.1. Uji Kenormalan Data Dengan Metode

Anderson Darling ............................................. V-9

5.2.1.1. Uji Kenormalan Data Iluminasi

di Quality Control 3.......................... V-9

5.3. Uji Homogenitas Varians ........................................... V-14

5.3.1. Uji Homogenitas Varians untuk Setiap Faktor V-14

5.3.1.1. Uji Barlett untuk Faktor Kelelahan Mata ...... V-15

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.3.1.2. Uji Barlett untuk Faktor Intensitas

Cahaya .............................................. V-18

5.4. Uji ANAVA Dengan Fakorial 22 Data ....................... V-21

5.4.1. Perhitungan Secara Manual.............................. V-21

5.5. Uji Kenormalan Data ................................................. V-27

5.5.1. Uji Kenormalan Data Tingkat Iluminasi

Di Stasiun Quality Control 3............................ V-28

5.6. Uji Kecukupan Data ................................................... V-30

5.6.1. Uji Kecukupan Data Tingkat Iluminasi

di Stasiun Quality Control 3............................. V-30

5.6.2. Perhitungan Persamaan Regresi Tingkat

Iluminasi di Stasiun Quality Control 3 ............ V-32

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

VI ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL ..................... VI-1

6.1. Analisis ....................................................................... VI-1

6.1.1. Analisis Uji Kenormalan Data ......................... VI-1

6.1.2. Analisis Uji Homogenitas Varians ................... VI-1

6.1.3. Analisis Perhitungan ANAVA ......................... VI-1

6.1.4. Analisis Uji Kecukupan Data ........................... VI-2

6.1.5. Analisis Uji Regresi ......................................... VI-2

6.2.Analisis ........................................................................ VI-2

6.2.1.Pemecahan Masalah........................................... VI-2

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

VII KESIMPULAN DAN SARAN ....................................... VII-1

7.1. Kesimpulan ................................................................. VII-1

7.2. Saran ........................................................................... VII-1

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Daftar Pabrik Coca-cola di Indonesia ....................................... II-1

2.2. Data Mesin dan Peralatan Produksi PT. Coca-Cola Amatil

Indonesia Medan ....................................................................... II-19

3.1. Intensitas Cahaya di RuangKerja .............................................. III-5

5.1. Pengukuran Tingkat Kelelahan Mata pada Inspektor Terhadap

Produk Warna Merah Pada Intensitas Cahaya 700 Lux ........... V-1

5.2. Pengukuran Tingkat Kelelahan Mata pada Inspektor Terhadap

Produk Warna Hitam Pada Intensitas Cahaya 900 Lux............ V-3

5.3. Pengukuran Tingkat Kelelahan Mata pada Inspektor Terhadap

Produk Warna Hitam Pada Intensitas Cahaya 700 Lux............ V-4

5.4. Pengukuran Tingkat Kelelahan Mata pada Inspektor Terhadap

Produk Warna Merah Pada Intensitas Cahaya 900 Lux ........... V-5

5.5. Nilai Rata-rata Tingkat Kelelahan Mata pada Inspektor

Terhadap Intensitas Cahaya 700 Lux........................................ V-6

5.6. Nilai Rata-rata Tingkat Kelelahan Mata pada Inspektor

Terhadap Intensitas Cahaya 900 Lux........................................ V-7

5.7. Tingkat Iluminasi di Area Pengukuran Quality Control 3........ V-8

5.8. Anderson Darling Test .............................................................. V-12

5.9. Data Taraf Faktor Kelelahan Mata............................................ V-16

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.10. Data Taraf Faktor Intensitas Cahaya......................................... V-19

5.11. Data Hasil Observasi Eksperimen Faktorial 2x2 ...................... V-22

5.13. Tabel ANAVA untuk Eksperimen Faktorial 2 2 ........................ V-26

5.14. Hasil Perhitungan Kenormalan Data Tingkat Iluminasi di

Stasiun Quality Control 3 ......................................................... V-29

5.15. Uji Kecukupan Data Tingkat Iluminasi di Stasiun Quality

Control 3 ................................................................................... V-31

5.16. Perhitungan Persamaan Regresi Untuk Intensitas Cahaya 700

Lux ............................................................................................ V-32

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi Perusahaan ............................................ II-4

2.2. Blok Diagram Pembuatan Carbonated Soft Drink................ II-11

2.3. Blok Diagram Pembuatan Non-Carbonated Soft Drink........ II-12

2.4. Flowchart Proses Pengolahan Air di PT. Coca-Cola Amatil

Indonesia Medan ................................................................... II-14

3.1. Denah Pengukuran Intensitas Penerangan Untuk Luas

Ruangan Kurang dari 10 m2 .................................................. III-7

3.2. Denah Pengukuran Intensitas Penerangan Untuk Luas

Ruangan Kurang dari 10 m2 – 100 m2 .................................. III-7

3.3. Denah Pengukuran Intensitas Penerangan Untuk Luas

Lebih dari 10 m2 .................................................................... III-8

4.1. Kerangka Berfikir.................................................................. IV-2

4.2. Blok Diagram Prosedur Penelitian ........................................ IV-3

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1405/MENKES/SK/XI/2002 ...................................................... L-1

Tabel Kolmogorov Smirnov ....................................................... L-2

Tabel F ........................................................................................ L-3

Surat Permohonan Tugas Sarjana ............................................... L-4

Formulir Penetapan Tugas Sarjana ............................................. L-5

Surat Permohonan Riset Tugas Sarjana ...................................... L-6

Surat Balasan Penerimaan Riset Tugas Sarjana.......................... L-7

Surat Keputusan Tugas Sarjana Mahasiswa ............................... L-8

Form Asistensi Dosen Pembimbing I......................................... L-9

Form Asistensi Dosen Pembimbing II ....................................... L-10

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pencahayaan diperlukan manusia untuk mengenal obyek secara visual

dimana organ tubuh yang mempengaruhi penglihatan adalah mata, syaraf dan

pusat syaraf penglihatan di otak. Mata sebagai alat visual merupakan pintu

gerbang utama masuknya gambaran dari dunia luar kita, dan menguasai sekitar

90% aktivitas kerja kita, terutama untuk pekerjaan yang membutuhkan ketajaman

visual. Ketika seseorang bekerja, mata secara langsung akan melakukan interaksi

dengan lingkungan kerja kita, untuk melihat objek pekerjaan. Lelahnya mata ini

akan mengakibatkan pula kelelahan mental dan lebih jauh lagi dapat

menimbulkan kerusakan pada mata.

Dalam suatu lingkungan kerja, warna digunakan dengan maksud untuk

menciptakan kontras warna dan menciptakan efek psikologis lingkungan kerja

yang optimal. Oleh karena itu pengaturan warna ruangan tempat kerja perlu

diperhatikan serta disesuaikan dengan kegiatan kerja.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405 tahun 2002,

tentang Persyaratan Lingkungan Kerja Industri, Pencahayaan di Ruangan, untuk

jenis kegiatan pekerjaan rutin, seperti : pekerjaan kantor/administrasi, ruang

kontrol, pekerjaan mesin dan perakitan/penyusun tingkat pencahayaan

minimalnya adalah 500 Lux.)

Universitas Sumatera Utara


1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada peneliti adalah kelelahan mata pada operator

inspeksi botol kaca atau QC 3.

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini yaitu:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan

pengaruh pencahayaan dan kontras warna produk terhadap kelelahan mata

operator sehingga bisa memberikan rekomendasi tingkat pencahayaan pada

inspection lamp agar dapat mengurangi kelelahan mata operator.

Merekomendasikan usulan iluminasi pada inspection lamp yang dapat

mengurangi kelelahan mata operator di QC 3.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:

1. Bagi pihak perusahaan

Dapat dijadikan usulan bagi perusahaan dalam mempertimbangkan perbaikan

sistem pencahayaan pada departemen QC 3.

2. Bagi peneliti

Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat diperkuliahan dengan

menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat untuk meningkatkan

kemampuan soft skill dan hard skill peneliti dalam menganilisis dan

menyelesaikan permasalahan yang didapat.

Universitas Sumatera Utara


3. Bagi universitas

Menjadi tambahan literatur yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi setiap

pembaca tentang penelitian yang dilakukan dan dapat membangun hubungan

kerja sama antara universitas dan perusahaan.

1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Alat pengukuran dalam keadaan baik.

2. Operator dalam keadaan kondisi mata yang sama

3. Faktor lingkungan kerja mempengaruhi hasil pengukuran hanya faktor cahaya

pada inspection lamp

Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengukuran dilakukan selama 24 hari.

2. Penelitian dilakukan di PT. Coca-Cola Amatil pada stasiun QC 3 Line 3.

3. Penelitian ini berlaku untuk operator yang bekerja pada shift 1 sebanyak 6

operator yakni pada jam 06.00-14.00 WIB.

1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan tugas sarjana dapat dilihat sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang permasalahan yang

mendasari penelitian dilakukan, perumusan permasalahan, tujuan penelitian,

Universitas Sumatera Utara


manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian dan

sistematika penulisan tugas sarjana.

Bab II gambaran umum PT. Coca-Cola Amatil, ruang lingkup perusahaan,

lokasi, struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab, jumlah tenaga kerja dan

jam kerja karyawan, dan sistem pengupahan,

Bab III Landasan Teori , berisi teori mengenai pencahayaan.

Bab IV Metodologi Penelitian, menguraikan tahap-tahap yang dilakukan

dalam penelitian yaitu persiapan penelitian meliputi penentuan lokasi penelitian,

jenis penelitian, objek penelitian, kerangka berpikir, identifikasi variabel

penelitian, pengumpulan data primer dan sekunder, metode pengolahan data, blok

diagram prosedur penelitian, pengolahan data, analisis pemecahan masalah

sampai kesimpulan dan saran.

Bab V Pengumpulan Dan Pengolahan Data, dalam bab ini menjelaskan

tentang jenis-jenis data, baik data primer maupun data sekunder yang perlu

dikumpulkan, lokasi data dan metode pengumpulan data. Data primer pada

umumnya dikumpulkan melalui observasi dan wawancara yang dilakukan secara

langsung. Data sekunder dikumpulkan dengan mencatat data dari laporan yang

ada.

Bab VI Analisis Pembahasan Hasil, dalam bab ini menjelaskan tentang

analisa yang dilakukan terhadap data termasuk pengoperasian konsep ilmiah yang

digunakan dalam metode pendekatan serta teori-teori yang dijadikan landasan

dalam pemecahan masalah.

Universitas Sumatera Utara


Bab VII Kesimpulan Dan Saran, berisi kesimpulan yang diperoleh dari

hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia

Perusahaan publik Australia pada tanggal 12 Oktober 1993 yang

merupakan perusahaan terbesar di dunia untuk fabrikasi, distribusi, dan pemasaran

produk The Coca-Cola Company mengambil alih kepemilikan DBBC dan

berubah nama menjadi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia.

Pada saat ini terdaftar 11 pabrik Coca-Cola yang beroperasi diberbagai

provinsi di Indonesia, yaitu pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Daftar Pabrik Coca-cola di Indonesia

No Tahun Kota Nama Pabrik


1 1971 Jakarta PT. Djaya Baverages Bottling Company
2 1971 Padang PT. Tribina Jaya Nusantara Bottling Company
3 1971 Denpasar PT. Banyu Agung Sejahtera Bottling Company
4 1971 Tj. Karang PT. Swarna Dwipa Mekar Bottling Company
5 1971 Manado PT. Bangun Wenang Baveraages Company
6 1971 Banajarmasin PT. Eka Tiema Manunggal Bottling Company
7 1973 Medan PT. Braseries Del Indonesia
8 1976 Semarang PT. Coca-Cola Pan Java Bottling Company
9 1976 Surabaya PT. Tirtalina Bottling Company
10 1981 Unjung PT. Tirta Permata sari Bottling Company
Pandang
11 1983 Bandung PT. Tirta Mukti Indah Bottling Company

Universitas Sumatera Utara


Pada tahun 1995 Coca-Cola Amatil milik Australia yang merupakan

perusahaan pembotolan terbesar di dunia untuk pabrikasi, distribusi dan

pemasaran produk.The Coca-Cola Company mengambil alih semua semua pabrik

pembotolan Coca-Cola Company di Indonesia kecuali dikota Manado.

Perkembangan perusahaan minuman ini memiliki perkembangan yang

pesat. Dan untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing, maka pada tanggal 1

Januari tahun 2000, kesepuluh perusahaan pembotolan dan distribusi Coca-cola

yang berada dibawah manajemen Coca-Cola Amatil Australia berubah nama

menjadi PT. Coca-Cola Bottling Indonesia untuk perusahaan pembotolan dan PT.

Coca-Cola Distribution Indonesia untuk perusahaan distribusi.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Coca-cola Amatil Indonesia Unit Medan bergerak dalam bidang

pembuatan minuman dalam kemasan. Saat ini PT. Coca-cola Amatil Indonesia

Unit Medan sudah memiliki beraneka jenis produk yakni Carbonated Softdrink

(CSD) yang terdiri dari Coca-cola, Fanta, dan NonCarbonated Softdrink(Non

CSD) yang terdiri dari Frestea, Ades, Pulpy Orange.

2.3. Lokasi Perusahaan

PT .Coca-cola Amatil Indonesia Unit Medan berlokasi di Jl. Medan

Belawan Km. 14, Simpang Martubung, Medan - Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


2.4. Daerah Pemasaran

Pabrik pembuatan produk Coca-cola dan lain-lain berada di daerah

Martubung, Medan dan daerah pemasarannya adalah daerah Provinsi Sumatera

Utara dan D.I.Aceh. Dalam pelaksanaannya, untuk memperlancar pendistribusian

produkPT. Coca-cola Amatil Indonesia Unit Medan memiliki beberapa

subdistributor, yaitu Medan, Kabanjahe, Tebing Tinggi, P.Siantar, Rantau

Parapat, Kisaran, P.Sidempuan, Langsa, Lhoksemawe, Banda Aceh, Meulaboh,

Sibolga, Balige, dan Indrapura. PT. Coca-cola Amatil Indonesia sudah memiliki

lebih dari 18000 retailer produk coca-cola.Hal ini membuat produk Coca-cola

semakin mudah untuk dibeli dimana saja dengan harga yang terjangkau.

2.5. Organisasi dan Manajemen

2.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi merupakan suatu susunan dari hubungan-hubungan

antara fungsi-fungsi, wewenang, dan tanggung jawab yang saling terintegrasi.

Pembagian tanggung jawab setiap orang dituangkan dalam job description,

sedangkan penggambarannya diwujudkan dalam stuktur organisasi seperti pada

Gambar 2.1.

Universitas Sumatera Utara


General Manager

Secretary to GM

Tech. Operations Human Business


General Sales
& Logistics Finance Manager Resources Services
Manager (GSM)
Manager (TOM) Manager (HRM) Manager (BSM)

Sumber: PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Jenis struktur organisasi yang digunakan oleh PT. Coca-cola Amatil

Indonesia Unit Medan adalah struktur organisasi fungsional karena terdapat

sejumlah spesialis fungsional yang mengawasi kegiatan masing-masing karyawan,

seperti fungsi produksi, keuangan, personalia, administrasi, dan lain-lain. Pada

struktur organisasi fungsional, seorang karyawan tidak bertanggung jawab kepada

satu atasan saja.Pimpinan berwenang pada satuan-satuan organisasi dibawahnya

untuk bidang pekerjaan tertentu.Pimpinan berhak memerintah semua karyawan

disemua bagian, selama masih berhubungan dengan bidang kerjanya.

2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Tugas dan tanggung jawab masing-masing pimpinan yang ada di dalam

struktur perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


1. General Manager

a. Berwenang dalam menentukan sasaran-sasaran usaha yang ingin dicapai

perusahaan dalam periode kerja tertentu.

b. Menentukan rencana kerja dan anggaran pendapatan serta belanja

perusahaan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

c. Memimpin dan mengkoordinir pekerjaan bagian-bagian lain yang ada

dibawahnya.

d. Menandatangani keputusan peraturan dan syarat-syarat serta semua cek

yang dikeluarkan.

e. Menentukan struktur organisasi perusahaan danjob description.

2. General Sales Manager

a. Penanggung jawab dalam pemasaran produk, dan juga menjalankan semua

strategi pemasaran yang ditetapkan perusahaan (strategi produk, strategi

harga, strategi distribusi)

b. Mengkoordinir bagian-bagian di bawahnya atas tanggung jawab untuk

ketetapan dan kebenaran laporan.

c. Merencanakan dan menentukan strategi penjualan dan pemasaran.

3. Technical Operation and Logistic Manager

Penanggung jawab dalam penyediaan barang yang cukup sesuai dengan

permintaan pasar menurutstandar kualitas yang sudah ditentukan dengan

efisiensi kerja secara optimal.

Universitas Sumatera Utara


4. Finance Manager

a. Menentukan rencana pengeluaran biaya operasional, melakukan

pencatatan transaksi, mengeluarkan analisis biaya, dan melakukan kontrol

terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.

b. Mengatur sumber-sumber pembiyayaan perusahaan.

c. Penanggung jawab dalamketertiban administrasi yang berhubungan

dengan sistem dan prosedur akuntansi.

d. Penanggung jawab dalam penggunaan dan pengawasan dana perusahaan.

5. Human Resources Manager

a. Human resources manager bertugas mengatur masalah administrasi yang

berkaitan dengan masalah karyawan/ketenaga kerjaan seperti

pengangkatan karyawan baru, pelatihan karyawan, pemberhentian

karyawan dan sebagainya.

b. Mengadakan kerjasama dengan bagian lain untuk membina stabilitas kerja,

tata tertib kerja, disiplin kerja, keamanan dan kenyamanan dalam

lingkungan kerja.

6. Business Services Manager

a. Business services manager bertanggung jawab terhadap jalannya arus

informasi di perusahaan, departemen ini manangani hal-hal seperti

pemeliharaan jaringan komputer, internet, database , dan telephone.

b. Membantu mengimplementasikan program baru yang dijalankan dari

nasional.

Universitas Sumatera Utara


c. Bertanggung jawab atas segala seluruh fasilitas perusahaan di seluruh

wilayah kerja.

d. Membantu seluruh kelancaran informasi yang berhubungan dengan

teknologi software dan hardware di seluruh bagian.

2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja & Jam Kerja

Jumlah tenaga kerja pada PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan

sebanyak 700 orang. Setiap tenaga kerja yang bekerja di PT. Coca-cola Amatil

Indonesia Unit Medan terikat oleh jam kerja yang telah ditetapkan oleh

perusahaan. Adapun jam kerja tersebut adalah sebagai berikut:

1. Untuk seluruh tenaga kerja, kecuali tenaga kerja bagian Satuan Pengamanan

(SATPAM) dan departemen Produksi, hari kerja adalah Senin sampai Jumat

dengan jam sebagai berikut:

a. Jam 08.00 – 12.00 WIB : waktu kerja

b. Jam 12.00 – 13.00 WIB : waktu istirahat

c. Jam 13.00 – 17.00 WIB : waktu kerja

2. Untuk bagian SATPAM, bekerja setiap hari dengan jam kerja yang terdiri atas

3 shift, yaitu:

a. Jam 06.00 – 14.00 WIB

b. Jam 14.00 – 22.00 WIB

c. Jam 22.00 – 06.00 WIB

3. Untuk Departemen Produksi hari kerja adalah Senin sampai Sabtu dengan jam

kerja setiap harinya dibagi atas tiga shift yaitu:

Universitas Sumatera Utara


a. Jam 06.00 – 14.00 WIB

b. Jam 14.00 – 22.00 WIB

c. Jam 22.00 – 06.00 WIB

2.6. Proses Produksi

2.6.1. Bahan yang Digunakan

Bahan-bahan yang digunakan oleh PT. Coca-cola Amatil Indonesia Unit

Medan dalam menghasilkan produk adalah sebagai berikut:

1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk,

ikut dalam proses produksi dan memiliki persentase terbesar dibandingkan

dengan bahan-bahan lain. Adapun bahan baku yang digunakan PT. Coca-cola

Amatil Indonesia Unit Medan dalam pembuatan minuman ringan adalah:

a. Air

Air digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman berkarbonasi

(Coca-Cola, Sprite, dan Fanta) maupun minuman yang tidak berkarbonasi

(Frestea dan Pulpy Orange).

b. Gula

Gula yang digunakan adalah gula murni yang memenuhi standar yang

telah ditetapkan, yaitu memiliki kadar 99,99% dan bebas dari kotoran.

c. Concentrate

Concentrate diperoleh dari PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Unit Jakarta

yang menyediakan bahan ini untuk perusahaan Coca-Cola di seluruh

Universitas Sumatera Utara


Indonesia. Concentrate berfungsi sebagai bahan pengawet dan pemberi

rasa.

d. Karbondioksida (CO2)

Karbondioksida merupakan bahan baku yang berfungsi sebagai penyegar

dan pengawet minuman. Selain itu secara kualitas berfungsi untuk

menunjukkan ciri khas dari Coca-Cola.CO2 dibeli dari PT. Aneka Gas dan

UD. Mulya Perkasa di Medan.

2. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan pada proses produksi dengan

persentase lebih rendah dari pada bahan utama agar proses produksi dapat

berjalan lebih baik dan tidak dapat dibedakan dengan jelas pada produk akhir.

Bahan penolong yang digunakan pada proses produksi di perusahaan ini

adalah:

a. Kaporit: digunakan dalam proses pengolahan air, membunuh bakteri

(menghambat pertumbuhan mikroorganisme), membersihkan botol dan

sanitasi peralatan.

b. Asam Sulfat (H2SO4): digunakan untuk membebaskan dan

menghilangkan gas-gas yang terlarut dalam air.

c. Filter Aid: berfungsi untuk melapisi filter paper pada proses penyaringan

syrup di filter press, memperbesar pori-pori filter paper sehingga

mempermudah filtrasi dan menahan karbon aktif sehingga tidak lolos ke

final syruptank.

Universitas Sumatera Utara


d. Karbon Aktif: digunakan pada pembuatan syrup untuk menjernihkan

larutan gula dan menghilangkan bau-bauan.

e. Coustik Soda (NaOH)

3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan-bahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan

kualitas suatu produk atau suatu bahan yang dapat dilihat pada akhir produk.

Bahan tambahan pada proses pembuatan minuman ringan yang terdapat pada

PT. Coca-cola Amatil Indonesia Unit Medan pada umumnya dibutuhkan pada

proses pengepakan, yaitu:

a. Botol: merupakan bahan pengemas minuman yang dihasilkan oleh PT.

Coca-cola Amatil Indonesia Unit Medan sehingga siap dipasarkan.

b. Crown Cork (Penutup Botol): digunakan untuk menutup botol minuman

ringan.

c. Crate (Peti Plastik): berfungsi sebagai tempat penyusunan botol-botol

dengan kapasitas 24 botol per krat.

d. Karton: digunakan untuk pengepakan minuman yang dikemas dalam botol

plastik.

2.6.2. Uraian Proses Produksi

Uraian proses produksi minuman yang diproduksi PT. Coca-Cola Amatil

Indonesia Medan dapat dikelompokan atas 2 jenis yaitu minuman berkarbonasi

(Coca-Cola, Sprite, Ades, dan Fanta) dan minuman tanpa karbonasi (Frestea dan

Universitas Sumatera Utara


Pulpy Mate). Coca-Cola, Sprite, dan Fanta melalui proses produksi yang sama

tetapi komposisi bahannya yang berbeda.

Adapun proses pembuatan dan pembotolan produk bersoda dan non-soda

dapat dilihat pada Gambar 2.2 dan Gambar 2.3.

Sumber: PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan

Gambar 2.2. Blok Diagram Pembuatan Carbonated Soft Drink

Universitas Sumatera Utara


Sumber: PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan

Gambar 2.3. Blok Diagram Pembuatan Non-Carbonated Soft Drink

Uraian proses produksi adalah sebagai berikut:

a. Proses Pengolahan Air (Water Treatment)

Air merupakan salah satu bahan baku dalam pembuatan minuman pada

PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan. Air diperoleh dari 4 sumur bor dengan

kedalaman 100-200 meter dari permukaan tanah.

Air dari sumur akan dipompa ke alat degasifer yang sebelumnya

diinjeksikan H2SO4 sehingga mudah dibebaskan dan menghilangkan gas-gas

yang larut dalam air. Dari degasifer air masuk ke dalam fluctor tank/ reaction

tank.Sebelumnya ditambahkan poly Aluminium Chlorine (PAC), kapur dan Cl2

10%.PAC berfungsi untuk mengendapkan senyawa-senyawa organik.Kapur

berfungsi untuk menaikkan besar pH karena semakin besar pH maka kecepatan

Universitas Sumatera Utara


pengendapan semakin besar.Sementara Cl2 berfungsi sebagai antiseptik

untukmematikan kuman-kuman bakteri dalam air. Pada fluctiator tank terjadi

pengendapan floc sementara air pada bagian atas akan mengalir ke sand filter.

Jarak antara permukaan air dengan floc dijaga lebih kurang 1 -1,25 meter untuk

mempertahankan kejernihan air.

Di sand filterakan disaring dan akan menghasilkan 3 lapisan. Tetapi hanya

adal 2 lapisan yang akan digunakan dan 1 lapisan lagi sebagai cadangan. Sand

filter terdiri dari 3 lapisan dengan uFspkuran sebagai berikut:

- Lapisan I : ukuran 2 – 3 meter

- Lapisan II : ukuran 1 – 2 meter

- Lapisan III : ukuran 0,5 – 1 meter.

Total tebal lapisan ini adalah sebesar ¾ tinggi sand filter. Setiap hari

setelah produksi akan dilakukan back wash yang berfungsi untuk menghilangkan

partikel/kotoran dalam sand filter. Sementara setiap 3 bulan sekali kerikil-kerikil

akan dikeluarkan untuk dicuci dengan HCl 2 – 5 % lalu dapat dipakai kembali.

Dari sand filter dialrkan ke storage tank. Setelah air sampai ketinggian

maksimum, pompa air dari sumur akan mati secara otomatis dan akan hidup

kembali apabila telah mencapai ketinggian maksimum.

Kemudian air dialirkan lagi ke buffer tank dan sebelumnya ditambahnkan

clorine 10%. Tujuannya adalah untuk membunuh sisa-sisa dari bakteri yang masih

terdapat di dalam air yang diolah.

Universitas Sumatera Utara


Dari buffer tank ini, air dilewatkan melalui carbon filter untuk menyerap

clorine dan partikel-partikel kecil. Kadar Cl2 setelah melewati carbon

filteradalahsebesar 0 ppm. Setelah itu air dilewatkan melalui polisher filter

sebagai proses penyaringan akhir.

Air hasil pengolahan (treated water) inilah yang dipakai untuk proses

produksi pembuatan Coca-Cola, Sprite, Fanta dan Frestea. Pada tiap tahapan

proses pengolahan akan diambil sampel air untuk diperiksa bagian pengendalian

kualitas di laboratorium untuk memastikan bahwa air hasil pengolahan akan

memenuhi persyaratan yang ditentukan. Secara keseluruhan proses air di

perusahaan ini dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4.Flowchart Proses Pengolahan Air di PT. Coca-Cola Amatil


Indonesia Medan

Universitas Sumatera Utara


b. Proses Pembuatan Syrup

Pada proses pembuatan syrup, air hasil olahan dari hot water tank dialirkan

ke tangki pelarut dan di dalamnya dimasukkan gula sesuai dengan jumlah yang

dibutuhkan. Perbandingan air dan gula berdasarkan pada derajad kemanisan (Brix)

yang ditentukan.Temperatur air untuk melarutkannya adalah sebesar 800 C. Ke

dalam tangki pelarut tersebut juga dimasukkan karbon aktif untuk menyerap

bauan menurunkan warna sehingga larutan menjadi jernih.Pelarutan gula dan air

dilakukan selama 60 menit dan diaduk dengan agigator sampai homogen.Hasil

pelarutan ini disebut syrup dasar dan telah memenuhi standard yang telah

ditentukan.

Setelah semua larut, langkah selanjutnya adalah penyaringan

/filtrasi.Sebelumnya dilakukan pelapisan awal untuk membentuk lapisan pada

filter paper.Air hasil olahan dialirkan ke tangki precoating yaitu sebuah tangki

yang kecil yang terbuat dari stainless steel yang dilangkapi dengan agrogator.

Lalu kedalamnya ditambahkan filter aid. Cairan dari tangki precoating

disirkulasikan melalui filter sampai semua filter aid menempel pada filter paper

dengan baik. Syrup dasar akan dialirkan ke filter dan disirkulasikan sampai

filternya bersih.

Syrup dasar yang telah disaring dimasukkan ke dalam tangki

pencampur.Sebelumnya didinginkan sampai temperatur 20 – 250C.pada tangki

pencampur dimasukkan concentrate. Setelah semua dituangkan, campuran syrup

Universitas Sumatera Utara


dasar diaduk selama lebih kurang 1 jam.Pada syrup akhir, derajad kemanisan

diperiksa kembali agar tercapai kemanisan sesuai dengan standard yang telah

ditentukan.

c. Proses Pemurnian CO2

CO2 yang dipakai adalah CO2 yang dibeli dari PT. Aneka Gas Medan dan

UD.Mulya Perkasa Medan.CO2 ini kemungkinan besar masih mengandung

zat/gas sehingga mengurangi kemurnian CO2. Untuk itu CO2 perlu dimurnian

terlebih dahulu sebelum digunakan dengan cara sebagai berikut:

- Tabung-tabung CO2 pada bagian atasnya harus disemprot dengan air terlebih

dahulu supaya selang-selang penghubung tidak membeku, bila membeku CO2

tidak berjalan dengan lancar.

- CO2 kemudian dialirkan lagi ke dalam tabung yang berisi KMnO4 berfungsi

mengikat zat impurity (kotoran)

- CO2 kemudian dialirkan lagi ke dalam tabung yang berisi air. Tujuannya untuk

memurnikan CO2 agar KMnO4 tidak terbawa pada proses selanjutnya.

- Tahap selanjutnya adalah melewatkan CO2 pada tabung yang berisi karbon

dengan tujuan untuk menghilangkan bau yang tidak diinginkan.

- Terakhir CO2 disaring pada filter sehingga kotoran yang tersisa dapat tertahan.

- CO2 yang telah melalui tahapan diatas adalah CO2 yang telah dimurnikan d an

digunakan dalam proses pencampuran.

Universitas Sumatera Utara


d. Proses Pencampuran Air, Syrup dan CO2

Proses paramix adalah proses pencampuran air, syrup dan CO2 sehingga

diperoleh minuman ringan (beverage) yang siap untuk diisi kemasannya. Air dari

trested water dan syrup akhir bersamaan masuk ke mesin

pencampuran.Airsebelumnya didearasi di dearator. Dearasi adalah proses

pengeluaran udara dari dalam air yang digunakan untuk membuat minuman

sehingga mempermudah proses karbonasi dan membantu memperlancar

pengisian. Jadi dearasi ini bertujuan untuk memisahkan gas oksigen di dalam air

sehingga CO2 mudah larut di dalamnya. Air masuk ke dearator dimana tekanan

dearator adalah 0,8 bar dan kemudian gas CO2 akan dipompakan masuk ke dalam

liter air.

Syrup akhir langsung di masukkan ke dalam gelas syrup.Dengan

perbandingan tertentu, air dan syrup akhir dicampur.Hasil pencampuran

didinginkan sehingga temperatur lebih kurang 0 – 10C dengan medium pendingin

gelikol. Hal ini dilakukan karena semakin rendah temperatur campuran semakin

tinggi absorbs CO2. Campuran kemudian dimasukkan ke karbonasi. Karbonasi

adalah proses pelarutan CO2 dalam suatu cairan. Gas CO2 yang dimurnikan

dimasukkan ke dalam karbonator dimana tekanannya dikendalikan oleh alat

taylor. Alat taylor mengukur temperatur campuran cairan dan dikonvesikan ke

dalam tekanan CO2 yang dibutuhkan agar air dapat mengabsorbsi CO2 hingga

kandungan tertentu. Produk yang keluar dari karbonator inilah yang disebut

beverage dan diteruskan ke mesin filter dan crowner.

e. Proses Pembotolan

Universitas Sumatera Utara


Proses pembotolan mengalami beberapa tahap, yaitu:

Pengisian Minuman ke Botol

Proses pengisian minuman ke dalam botol adalah sebagai berikut:

- Pembukaan filling valve (kran pengisian)

- Pembukaan filling valve bertujuan agar tekanan yang ada pada mesin dapat

dipindahkan ke botol.

- Setelah selesai pengisian, kran pengisian ditutup.

- Pembuangan udara yang masih tersisa di dalam botol bagian atas ditujukan

untuk menghindari timbulnya buih sehingga sejumlah minuman keluar dari dalam

botol yang mengakibatkan isisnya menjadi kurang. Hal ini bisa terjadi karena

adanya perbedaan tekanan.

- Penutupan Botol Minuman

Botol yang telah berisi minuman selanjutnya ditutup dengan menggunakan

crowner machine yang fungsinya untuk menutup botol.Botol yang sudah ditutup

selalu dicek oleh inspekor. Inspeksi akan mensortir minuman yang tidak

memenuhi syarat, misalnya retak, volume botol yang kurang bagus atau berlebih

dan segainya. Minuman tersebut lalu disisihkan sebagai reject produk. Produk ini

tidak bolah dijual, sedangkan minuman yang baik akan dibawa ke tempat

pengepakan melalui conveyor.

Pemberian Kode Produksi dan Pengepakan

Sebelum sampai ke tempat pengepakan, botol diberi kode produksi oleh

coding machine dan diperiksa oleh inspektor. Produk yang tidak memenuhi syarat

Universitas Sumatera Utara


dipisahkan untuk dibuang isinya jika terjadi kerusakan pada botol maka botol

tersebut akan dipecahkan. Di tempat pengepakan botol dimasukkan oleh operator

ke dalam crate dan disusun di dalampallet. Forklift akan membawa pallet yang

sudah diisi dengan produk ke gudang produk jadi.

2.7. Mesin dan Peralatan

Mesin dan peralatan yang digunakan untuk kegiatan produksi di PT. Coca-

Cola Amatil Indonesia Medan dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.2. Data Mesin dan Peralatan Produksi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan

Universitas Sumatera Utara


2.8. Utilitas

Utilitas merupakan fasilitas penunjang untuk kelancaran proses produksi

pada lantai produksi. Adapun fasilitas penunjang di pabrik ini adalah:

a. Air

Air diperoleh dari sumur bor dengan kedalaman 100-200 m dan diolah menjadi

2 jenis yaitu:

- Treated Water

Treated water digunakan untuk produksi, keperluan air minum kantin dan kantor.

- Untreated Water

-Untreated water digunakan untuk keperluan kamar mandi, pencucian ruangan

dan pekarangan.

b. Listrik

Listrik PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan menggunakan fasilitas listrik

dari perusahaan listrik negara (PLN) dengan kapasitas terpasang sebesar 1040

KVA.Selain itu listrik juga dihasilkan generator listrik dengan kapasitas 1500

KVA. Generatorakan digunakan apabila pemadaman listrik dari PLN terjadi.

c. Steam

Steam adalah kebutuhan yang sangat vital untuk proses pemanasan yang

dibutuhkan untuk keperluan proses produksi yang diperoleh dari boiler. Air

yang masuk ke dalam boiler akan dipanaskan sehingga akan menghasilkanuap

panas. Air yang digunakan sebagai umpan boiler adalah air yang lunak yang

telah melalui proses water treatment.

I-44

Universitas Sumatera Utara


2.9. Safety and Fire Protection

Kebakaran pada bangunan gedung menimbulkan kerugian berupa korban

jiwa, harta benda dan lingkungan, sementara itu penggunaan bahan atau

kompoenen-komponen bangunan dan peralatan serta instalasi dalam bangunan

belum memenuhi ketentuan yang berlaku. Menyadari hal tersebut perlu dibuat

ketentuan yang bersifat teknis yaitu:

a. Pencegahan kebakaran

Usaha preventive yang dilakukan perusahaan adalah dengan memberikan

prosedur kerja yang jelas kepada seluruh karyawan sehingga terhindar dari

kecelakaan kerja atau kebakaran yang disebabkan oleh kesalahan operator.

Perusahaan juga memberikan display (rambu-rambu) untuk bahan-bahan

yang berbahaya atau mudah terbakar.

b. Penanggulangan Kebakaran

Untuk menanggulangi masalah kebakaran, perusahaan telah menyediakan

daearah evakuasi untuk semua karyawan untuk menghindari korban yang

mungkin terjadi. Sedangkan untuk pemadaman api, perusahaan

menempatkan fire extinguiser di lantai produksi dan beberapa ruangan

kantor.

Penanggulangan kebakaran adalah meliputi tugas dan kewajiban bagi

seluruh karyawan agar tercapai kesiapsiagaan dalam menghadapi

kebakaran danmemiliki kemampuan untuk dapat mencegah, menghindari

dan menyelamatkan diri.

Universitas Sumatera Utara


Pakaian yang wajib digunakan di lantai produksi sesuai dengan

kebutuhan jika karyawan atau yang sedang magang berada dibagian

produksi maka diwajibkan menggunakan wear pack, safety shoes,ear

pack, topi dan jika berkunjung ke laboratorium maka diwajibkan

menggunakan pakaian khusus laboratorium.

2.10. Limbah

Limbah yang dihasilkan oleh PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan

secara umum dapat diklasifikasikan atas dua bagian yaitu:

a. Limbah Padat

Limbah padat adalah segala sesuatu zat padat yang tidak bermanfaat lagi

dan dapat mengganggu jalannya proses produksi seperti botol yang tidak

layak pakai, sedotan minuman dan kertas. Untuk pengolahan limbah padat

ini PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan menyerahkannya kepada dinas

kebersihan kota Medan.

b. Limbah Cair

Limbah cair adalah limbah yang berasal dari proses produksi dan limbah

dari hasil sanitasi. Limbah cair ini mengalami proses pengolahan sebelum

dialirkan ke sungai Deli. Sistem pengolahan limbah cair oleh PT. Coca-

Cola Amatil Indonesia Medan adalah secara aerobik, dengan tahapan

sebagai berikut:

- Screening Unit

Universitas Sumatera Utara


Limbah buangan dari proses produksi dialirkan melalui pipa ke

screening unit. Pada bagian ini terjadi pemisahan antara limbah padat

dengan limbah cair.

- Equalition Pond

Limbah cair kemudian dialirkan ke equalition pond.Sekeliling sisi dari

equalition pond dilapisi dengan kertas plastik hitam, dengan tujuan

limbah tidak meresap ke dalam tanah.Limbah cair ini dihomogenkan

dengan pompa hingga suhu 400C.

- Neutralition Tank

Dari equalition pondlimbah cair kemudian mengalir ke neutralition

tank dimana pada tahap ini diinjeksi H2SO4 dengan tujuan

menetralkan pH agar berkisar anatara 7,5 – 8,2.

- Oxidan Ditch

Limbah kemudian dialirkan ke oxidan ditch untuk ditambahkan O2,

pupuk urea dan posfat agar bakteri dapat hidup dan berkembang biak.

Bakteri ini bertujuan untuk menguraikan zat organik dalam limbah

menjadi lumpur.

- Calrification Tank

Sludge/lumpur dialirkan ke clarification tank untuk memisahkan air

dengan lumpur tersebut, kemudian air ini dialirkan ke sungai Deli.

- Belt Press

Sludge/lumpur dari calrification belt tank dialirkan melalui belt press

ke equalition pond untuk dioleh kembali

Universitas Sumatera Utara


BAB III
LANDASAN TEORI

3.1. Pencahayaan

Iluminansi adalah suatu ukuran banyaknya cahaya yang jatuh pada suatu

ukuran banyaknya cahaya yang jatuh pada suatu permukaan atau benda kerja.

Besarnya iluminansi bergantung pada seberapa jauh jarak dari sumber cahaya ke

benda kerja/pekerjaan yang tengah dilakukan

Luminansi merupakan ukuran banyaknya cahaya yang dipantulkan oleh

suatu permukaan ke mata kita.Seberapa terang suatu permukaan dapat dikatakan

bergantung pada tingkat luminansi dari permukaan tersebut. Reflektansi adalah

banyaknya cahaya yang diapantulkan oleh suatu permukaan tersebut

(reflektansi=luminansi/iluminasi) 1

Cahaya memiliki pengaruh yang besar pada manusia, memang

memungkinkan visi tetapi juga terkait dengan serangkaian efek, yang dikenal

sebagaitanggapan non-visual, termasuk untuk menekan misalnya melatonin,

denyut jantung dan tingkat variasi kewaspadaan. Efek ini tergantung pada

beberapa karakteristik cahaya yang mencapai mata pengguna, termasuk

durasipaparan stimulus cahaya, karena itu mereka sangat relevan dalam

lingkungan di mana orang menghabiskansebagian besar hari mereka seperti

lingkungan pendidikan.

1 Hardianto Iridiastadi, Ergonomi Suatu Pengantar (Bandung: Rosda, 2014), hlm. 218-219

Universitas Sumatera Utara


3.2. Istilah-istilah dan Pengertian dalam Pencahayaan 2

Cahaya langit (sky light) adalah cahaya bola langit. Cahaya inilah yang

dipakai untuk penerangan alami ruangan, bukan sinar matahari langsung. Sinar

matahari langsung akan sangat menyilaukan dan membawa panas, sehingga tidak

dipakai untuk menerangi ruangan. Catatan: hindari kekacauan antara sky light dan

skylight (disambung) yang berarti kaca atap atau jendela loteng.

Cahaya buatan (artificial light) adalah segala bentuk cahaya yang

bersumber dari alat yang diciptakan manusia, seperti lampu pijar, lilin, lampu

minyak tanah dan obor. Lawan dari cahaya buatan adalah cahaya alami, yaitu

cahaya yang bersumber dari alam, misalnya: matahari, lahar panas, fosfor di

pohon-pohon, kilat, dan kunang-kunang. Bulan adalah sumber cahaya alami

sekunder karena dia sebenarnya hanya memantulkan cahaya matahari.

Dalam pembicaraan kuantitatif cahaya, kita akan menemukan istilah-

istilah berikut:

1. Arus cahaya (luminos flux, flow diukur dengan lumen) adalah banyaknya

cahaya yang dipancarkan ke segala arah oleh sebuah sumber cahaya

persatuan waktu.

2. Intensitas sumber cahaya (light intensity, luminos intensity diukur dengan

cendela) adalah kuat cahaya yang dikeluarkan oleh sumber cahaya ke arah

tertentu. Sebuah sumber cahaya berintensitas 1 cendela (1 lilin) mengeluarkan

cahaya total ke segala arah sebanyak 12,57 lumen. (12,57 adalah luas kulit

2 Prasasto Satwiko. 2009. Fisika Bangunan. Yogyakarta: ANDI. Hal. 144-145

Universitas Sumatera Utara


bola berjari-jari 1 meter dengan sumber cahaya sebagai titik pusatnya.)

Dengan kata lain, 1 cendela = 1 lumen per 1 sudut bola (steradian).

3. Iluminan (illuminance, diukur dengan lux, lumen/m2 ) adalah banyak arus

cahaya yang datang pada satu unit bidang. Illuminasi (illumination) adalah

datangnya cahaya ke suatu objek.

4. Luminan (Luminance, diukur dengan candela/m2 adalah intensitas cahaya

yang dipancarkan, dipantulkan, atau diteruskan oleh satu unit bidang yang

diterangi. Tetapi kita mengukur terang yang dipantulkan oleh sebuah bidang

dengan cendela/m2 , demikian juga kita mengukur terang bidang yang

meneruskan cahaya, seperti kaca lampu, dengan candela/m2 . Pada buku

referensi lama sering digunakan satuan footLambert (fL), untuk membedakan

satuan luminan dari iluminan. FootLambert = (Footcandle) x (Reflection

Factor). Luminasi (lumination) adalah perginya cahaya dari suatu objek.

3.3. Cahaya Alam dan Cahaya Buatan

Cahaya buatan, mayoritas bisa diatur sesuai keinginan dan kebutuhan

kita yaitu cahaya dari tenaga listrik karena bisa diatur dengan berbagai cara guna

mendukung kegiatan yang sesuai fungsi ruang. Spesifikasi sumber cahaya buatan

yang perlu diperhatikan yaitu temperatur, warna, jarak dan brntuk cahaya. Dalam

sistem pencahayaan buatan yang biasa disebut cahaya artificial banyak digunakan

dengan kombinasi dari berbagai macam elemen, seperti: sumber cahaya, kekuatan

cahaya, permukaan dan warma-warna yang secara keseluruhan diatur secara

terpadu. Pemcapaian kondisi pencahayaan dalam desain dengan

Universitas Sumatera Utara


memperhitungkan efek atau dampak yang ditimbulkan. Pada hakekatnya sumber

cahaya listrik bisa dibedakan dalam dua sifat, yaitu:

1. Lampu Pijar

2. Lampu Neon

3.4. Standar Pencahayaan di Tempat Kerja

Pencahayaan di tempat kerja harus disesuaikan dengan kebutuhan

tergantung pada tingkat detail suatu pekerjaan. Untuk Indonesia, standar

pencahayaan diatur dalam Kepmenkes No 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Di Lampiran

II mengenai Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan

Kerja Industri, bagian V membahas mengenai pencahayaan. Standar pencahayaan

yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1 Intensitas Cahaya di Ruang Kerja

No Jenis Kegiatan Tingkat Pencahayaan Keterangan


Minimal (Lux)
1 Pekerjaan kasar 100 Ruang penyimpanan & ruang
dan peralatan/instansi yang memerlukan
tidak terus pekerjaan yang kontinu
menerus

2 Pekerjaan kasar 200 Pekerjaan dengan mesin dan perakitan


dan terus Kasar
menerus
3 Pekerjaan rutin 300 R. administrasi, ruang kontrol, pekerjaan
mesin dan perakitan/penyusun

4 Pekerjaan agak 500 Pembuatan gambar atau bekerja dengan


halus mesin kantor
Pekerja pemeriksaan atau pekerjaan
dengan mesin

5 Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan tekstil,


pekerjaan mesin halus dan perakitan
Halus

6 Pekerjaan amat 1500 Tidak Mengukir dengan tangan, pemeriksaan


halus Menim bulkan bayangan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat
halus

7 Pekerjaan terinci 3000 Tidak Pemeriksaan pekerjaan dan perakitan sangat


Menim bulkan bayangan halus

Universitas Sumatera Utara


3.5. Kelelahan Mata

Kondisi pencahayaan (warna pencahayaan dan intensitas pencahayaan)

secara signifikan mempengaruhi respon psikologis manusia, seperti kinerja visual

diskriminasi warna. Untuk mendukung berbagai keperluan tempat kerja, warna

pencahayaan dari lampu neon dapat bervariasi; misalnya, cahaya putih di

digunakan untuk kantor umum dan lampu kuning untuk proses di bidang foto dari

pabrik semi-konduktor.Ketajaman visual dan kelelahan visual subjektif secara

signifikan dipengaruhi oleh warna cahaya. Tapi ada penelitian cukup tentang efek

warna pencahayaan pada kinerja visual.

Mata akan berkurang kemampuannya saat lelah. Pekerjaan melihat objek

dari jarak dekat akan memberikan kelelahan mata yang jauh lebih besar

dibandingkan dengan melihat objek dalam jarak yang relative jauh. Hal ini karena

adanya kerja akomodasi otot mata ketika pekerjaan yang membutuhkan untuk

melihat benda dari jarak dekat dalam jangka waktu yang lama, Bridger (1995)

menyarankan pekerja untuk istirahat sejenak beberapa menit atau melihat objek

lainnya dengan jarak yang lebih jauh guna mereduksi kelelahan mata yang

diterima3 .

3.6. Kepekaan Mata Terhadap Kontras Cahaya

Kepekaan terhadap kontras cahaya adalah kepekaan mata untuk

membedakan terang/gelap suatu benda terhadap yang lain atau lingkungannya

sehingga dapat terdeteksi. Dua benda akan terlihat sama ketika tingkat kontras

3 Ibid (139)

Universitas Sumatera Utara


cahaya keduanya di bawah batas kepekaan kita. Fenomena yang sama akan kita

temui saat membaca teks warna hitam pada latar warna gelap. Oleh karena itu,

kemampuan membedakan kontras diperlukan untuk mendeteksi dan mengenali

benda atau tulisan.

Kepekaan terhadap kontras cahaya akan menurun pada kondisi berikut.

1. Saat kondisi penerangan yang buruk seperti melihat peta, denah, atau gambar

secara detail di bawah pencahayaan yang minim

2. Saat usia menua kemampuan mata akan berkurang

3. Saat benda bergerak4

3.7. Pengukuran Pencahayaan

3.7.1. Pengukuran Tingkat Iluminasi dan Penentuan Titik Pengukuran 5

Pengukuran tingkat iluminasi untuk bidang kerja dengan menggunakan

luxmeter diukur secara horizontal sejauh 75 cm di atas permukaan lantai,

sedangkan untuk luasan tertentu tingkat iluminasi diperoleh dengan mengambil

nilai rata-rata dari beberapa titik pengukuran (SNI 03-6575-2001).

Penentuan titik pengukuran tingkat iluminasi diatur dalam SNI 16-7062-

2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja. Metode

penentuan titik pengukuran tingkat penerangan dibagi berdasarkan kegunaannya

menjadi penerangan setempat dan penerangan umum. Pengukuran tingkat

penerangan setempat dilakukan pada objek kerja yang akan diukur, misalnya meja

kerja ataupun peralatan. Sedangkan pada penerangan umum, metode penentuan


4 Ibid (136-137)
5 Badan Standarisasi Nasional (SNI 16-7062-2004)

Universitas Sumatera Utara


titik pengukuran dibagi berdasarkan luas ruangan dengan menentukan grid-grid

dengan ukuran tertentu. Titik pertemuan grid-grid tersebut akan menjadi titik-titik

pengukuran tingkat penerangan. Metode ini mengggunakan titik pada jarak

tertentu yang dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai berikut:

1. Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis horizontal

panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu) meter. Contoh

denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan kurang

dari 10 meter persegi seperti Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan Luas


Kurang dari 10 m2

2. Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik potong

garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga)

meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas

ruangan antara 10 meter sampai 100 meter persegi seperti Gambar 3.2.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.2. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan Luas
Kurang dari 10 m2 -100 m2

3. Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang

dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter. Contoh denah pengukuran

intensitas penerangan umum untuk ruangan dengan luas lebih dari 100 meter

persegi seperti Gambar 3.3.

Gambar 3.3. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan Luas


Lebih dari 100 m2

Universitas Sumatera Utara


Tata cara pengukuran yang direkomendasikan oleh Badan Standarisasi

Nasional adalah sebagai berikut:

1. Hidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor.

2. Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik pengukuran

untuk intensitas penerangan setempat atau umum.

3. Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat

sehingga didapat nilai angka yang stabil.

4. Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas

penerangan setempat.

5. Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas penerangan.

3.8. Uji Kenormalan Data dengan Kolmogorov – Smirnov

Uji kolmogorov-smirnov adalah uji yang digunakan untuk mengganti uji

kuadrat chi untuk dua sampel yang independen. Data yang diperlukan dapat

berupa kontinu atau diskrit, data ordinal atau bukan, dan dapat digunakan untuk

sampel besar atau kecil. Uji kolmogorov-smirnov bertujuan untuk menguji

hipotesis bahwa tidak ada beda antara dua buah distribusi, atau untuk mengetahui

apakah data hasil pengukuran berdistribusi normal atau tidak.

3.9. Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil

pengukuran dengan tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian tertentu

jumlahnya telah memenuhi atau tidak. Untuk menetapkan berapa jumlah

Universitas Sumatera Utara


observasi yang seharusnya dibuat (N’), maka terlebih dahulu harus

ditetapkan tingkat kepercayaan (convidence level) dan derajat ketelitian

(degree of accuracy) untuk pengukuran rancangan.

Uji kecukupan data dilakukan jika ukuran populasi cukup besar

dan terdistribusi secara normal. Pengujian ini juga untuk memastikan data

yang dikumpulkan adalah cukup secara objektif. Rumus yang digunakan

untuk menguji kecukupan data dengan tingkat ketelitian 5 % adalah:

 k / s N . X 2 − ( X )2
2

N'= 
  

 X 


Dimana,

k = tingkat keyakinan

s = tingkat ketelitian

N’ = jumlah data yang diperoleh

x = data yang diperoleh dari pengamatan

3.10. Regresi Linear

Dalam pasal ini kita akan membicarakan masalah pendugaan atau

peramalan nilai peubah tak bebas Y berdasarkan peubah bebas X yang telah

diketahui nilainya. Misalkan kita ingin meramalkan nilai kimia mahasiswa tingkat

persiapan berdasarkan skor tes intelegensia yang diberikan sebelum mulai

kuliah.Untuk membuat peramalan semacam ini, pertama-tama kita perhatikan

sebaran nilai kimia untuk berbagai skor tes intelegensia yang dicapai oleh

Universitas Sumatera Utara


mahasiswa-mahasiswa tahun sebelumnya. Dengan melambangkan nilai kimia

seseorang dengan y dan skor tes intelegensianya dengan x, maka data setiap

anggota populasi dapat dinyatakan dalam koordinat (x,y). Contoh regresi,

tentukanlah garis regresi bagi data pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Skor Tes Intelegesia dan Nilai Kimia Mahasiswa Baru

Mahasiswa Skor Tes, X Nilai Kimia, Y


1 65 85
2 50 74
3 55 76
4 65 90
5 55 85
6 70 87
7 65 94
8 70 98
9 55 81
10 70 91
11 50 76
12 55 74

Maka diperoleh

Sehingga,

Universitas Sumatera Utara


Dengan demikian garis regresinya adalah:

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di yang bergerak dibidang minuman ringan atau

Carbonated Soft Drink (CSD) dan Non- Carbonated Soft Drink (Non-CSD).

4.2. Rancangan Penelitiaan

Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah uji eksperimen.

4.3. Variabel Penelitian

Variabel-variabel penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel dependen (variabel tergantung, akibat, terpengaruh)

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi atau ditentukan

oleh variabel lain.

2. Variabel Independen (veriabel bebas, sebab mempengaruhi)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi nilai variabel

dependen.

Universitas Sumatera Utara


4.4. Kerangka Berpikir

Sebuah penelitian akan dapat dikerjakan apabila penulis telah menemukan

kerangka berpikir yang baik agar proses dan hasil yang didapatkan akan sistematis

dan baik.

4.5. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dapat dilihat di blok diagram pada gambar 4.2.

Universitas Sumatera Utara


Studi Pendahuluan
(melakukan pengamatan langsung ke perusahaan)

Identifikasi Masalah
(Tingkat kelelahan mata operator inspeksi)

Perumusan Masalah
(Adanya tingkat kelelahan mata operator inspeksi)

Studi Literatur
(Mengumpulkan literatur yang berhubungan dengan
pencahayaan)

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

-Sejarah Perusahaan
-Data wawancara -Struktur organisasi dan Manajemen
-Pengukuran kelelahan mata perusahaan
-Data Departemen QC 3 di Line 3

Pengolahan Data
-Uji Kenormalan Data dengan Uji Anderson-Darling
-Uji Homogenitas Data dengan Uji Bartlett
-Uji Anava dengan faktorial 2x2
-Uji Kenormalan Data dengan Uji Kolmogorov Smirnov
-Uji kecukupan Data
-Uji Regresi

Analisis dan Evaluasi


-Hubungan intensitas cahaya dan kontras warna produk
terhadap kelelahan mata operator
-Merekomendasi kan intensitas cahaya untuk operator di
Quality Control 3

Kesimpulan dan Saran

Gambar 4.2. Blok Diagram Prosedur Penelitian

Universitas Sumatera Utara


4.6. Pengumpulan Data

Sumber-sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan yang dilakukan secara

langsung atau data yang diperoleh melalui proses pengukuran.

2. Data sekunder

Data sekunder bersumber dari dokumen perusahaan yang dapat diperoleh dari

pihak manajemen. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Sejarah perusahaan

b. Struktur organisasi dan manajemen perusahaan

4.7. Analisis dan Pemecahan Masalah

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap hasil yang diperoleh pada tahap

sebelumnya, dimana pada tahap ini memberikan pembahasan atau analisis yang

lebih mendalam mengenai kelelahan mata operator. Pada hal ini pembaasan hasil

dilakukan untuk mengetahui nilai intensitas cahaya terhadap operator agar dapat

mengurangi

Universitas Sumatera Utara


4.8. Kesimpulan dan Saran

Pada tahap ini dilakukan pengambilan kesimpulan berdasarkan hasil dan

analisa serta untuk memenuhi tujuan khusus, kemudian dibuat saran-saran yang

bertujuan untuk memberi rekomendasi ke pihak kampus, pabrik, dan bagi peneliti

selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah kelelahan mata operator

berdasarkan kontras pada warna produk Merah dan Hitam serta iluminasi.

5.1.1. Data Tingkat Kelelahan Mata Inspektor di Stasiun Quality Control 3

(QC 3 )

Data yang dikumpulkan adalah kelelahan mata operator berdasarkan

kontras pada warna produk Merah dan Hitam dengan alat ukur Flicker Fusion.

5.2. Pengolahan Data

5.2.1. Uji Kenormalan Data Dengan Metode Anderson Darling

5.2.1.1.Uji Kenormalan Data Kelelahan Mata di Quality Control 3

Data yang diperoleh dilakukan uji kenormalan data dengan Anderson

Darling Test. Uji ini digunakan untuk menguji apakah data berasal dari populasi

yang mengikuti distribusi khusus. Adapun tahapan pengujian kenormalan data

menggunakan Anderson Darling Test adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


1. Data pengamatan diurutkan mulai dari pengamatan dengan nilai terkecil

sampai nilai terbesar.

2. Dihitung nilai Z dengan menggunakan rumus berikut ini:

X -
Z=

3. Tentukan nilai dari AD:

2i − 1
AD = − N − (ln (F (Yi )) + ln (1 − F (YN +1−i )))
N

4. Hitung nilai AD*:

 0,75 2,25 
AD* = AD1 + + 2 
 n n 

5. Hitung nilai dari p-value

a. jika AD* => 23,51 maka p = exp(1,2937 – 5,709(AD*)+0,0186(AD*)2

b. jika 0,34 < AD* < 0,6 maka p = exp(0,9177 – 4,279(AD*) – 1,38(AD*)2

c. jika 0,2<AD*<0,34 maka p = 1 – exp(-8,318 + 42,796(AD*)–59,938(AD*)

d. jika AD* <= 0,2 maka p = 1 – exp(-13,436 + 101,14(AD*) – 223,73(AD*)2 )

6. Kriteria pengambilan keputusannya adalah:

Ho : Data tersebut tidak berdistribusi Normal

Universitas Sumatera Utara


H1 : Data tersebut berdistribusi Normal

Jika p-value> α, maka Ho ditolak

Jika p-value ≤ α, maka Ho diterima

5.3. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas ini dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett. Uji ini

digunakan untuk membuktikan kesamaan variansi untuk setiap faktor dan

interaksi faktor.

5.3.1. Uji Homogenitas Varians untuk Setiap Faktor

Uji Bartlett dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan hipotesis.

Ho : S1 2 = S2 2 = S3 2 =Sn 2

Hi : Tidak semua variansi sama

2. Menentukan nilai 

3. Menentukan Daerah Kritis

Daerah Kritis : b hitung> b k (0,05 ; n)

4. Perhitungan :

 (n − 1)S i
2
i
Sp = i =1
2

N −k

dimana, N = populasi

n = jumlah sampel

Universitas Sumatera Utara


k = taraf faktor

S i2 = varians

(S ) ( ) 
1
2 n1−1
(S 2 )
n2 −1
... S i
2 ni −1 N − k

b= 1
2
Sp

5. Kesimpulan : Terima Ho jika b hitung> b k (0.05 :n)

Data yang diperoleh adalah data yang mempunyai 2 faktor, maka uji Bartlett

dilakukan untuk masing-masing faktor.

5.4. Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui data yang

dikumpulkan telah cukup secara objektif. Rumus yang digunakan untuk

menguji kecukupan data dengan tingkat ketelitian 5 % adalah:

 k / s N . X 2 − ( X )2
2

N'= 
  


 X 


Dimana,

k = tingkat keyakinan dengan nilai 1,96

s = tingkat ketelitian dengan nilai 0,05

N = jumlah data yang diperoleh

x = data yang diperoleh dari pengamatan

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah kelelahan mata operator

berdasarkan kontras pada warna produk Merah dan Hitam serta iluminasi.

5.1.1. Data Tingkat Kelelahan Mata Inspektor di Stasiun Quality Control 3

(QC 3 )

Data yang dikumpulkan adalah kelelahan mata operator berdasarkan

kontras pada warna produk Merah dan Hitam dengan alat ukur Flicker Fusion.

5.2. Pengolahan Data

5.2.1. Uji Kenormalan Data Dengan Metode Anderson Darling

5.2.1.1.Uji Kenormalan Data Kelelahan Mata di Quality Control 3

Data yang diperoleh dilakukan uji kenormalan data dengan Anderson

Darling Test. Uji ini digunakan untuk menguji apakah data berasal dari populasi

Universitas Sumatera Utara


yang mengikuti distribusi khusus. Adapun tahapan pengujian kenormalan data

menggunakan Anderson Darling Test adalah sebagai berikut:

3. Data pengamatan diurutkan mulai dari pengamatan dengan nilai terkecil

sampai nilai terbesar.

4. Dihitung nilai Z dengan menggunakan rumus berikut ini:

X -
Z=

3. Tentukan nilai dari AD:

2i − 1
AD = − N − (ln (F (Yi )) + ln (1 − F (YN +1−i )))
N

6. Hitung nilai AD*:

 0,75 2,25 
AD* = AD1 + + 2 
 n n 

7. Hitung nilai dari p-value

e. jika AD* => 23,51 maka p = exp(1,2937 – 5,709(AD*)+0,0186(AD*)2

f. jika 0,34 < AD* < 0,6 maka p = exp(0,9177 – 4,279(AD*) – 1,38(AD*)2

g. jika 0,2<AD*<0,34 maka p = 1 – exp(-8,318 + 42,796(AD*)–59,938(AD*)

h. jika AD* <= 0,2 maka p = 1 – exp(-13,436 + 101,14(AD*) – 223,73(AD*)2 )

7. Kriteria pengambilan keputusannya adalah:

Ho : Data tersebut tidak berdistribusi Normal

Universitas Sumatera Utara


H1 : Data tersebut berdistribusi Normal

Jika p-value> α, maka Ho ditolak

Jika p-value ≤ α, maka Ho diterima

5.3. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas ini dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett. Uji ini

digunakan untuk membuktikan kesamaan variansi untuk setiap faktor dan

interaksi faktor.

5.3.2. Uji Homogenitas Varians untuk Setiap Faktor

Uji Bartlett dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

4. Menentukan hipotesis.

Ho : S1 2 = S2 2 = S3 2 =Sn 2

Hi : Tidak semua variansi sama

5. Menentukan nilai 

6. Menentukan Daerah Kritis

Daerah Kritis : b hitung> b k (0,05 ; n)

4. Perhitungan :

 (n − 1)S i
2
i
Sp = i =1
2

N −k

dimana, N = populasi

Universitas Sumatera Utara


n = jumlah sampel

k = taraf faktor

S i2 = varians

(S ) ( ) 
1
2 n1−1
(S 2 )n
2 −1
... S i
2 ni −1 N − k

b= 1
2
Sp

5. Kesimpulan : Terima Ho jika b hitung> b k (0.05 :n)

Data yang diperoleh adalah data yang mempunyai 2 faktor, maka uji Bartlett

dilakukan untuk masing-masing faktor.

5.4. Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui data yang

dikumpulkan telah cukup secara objektif. Rumus yang digunakan untuk

menguji kecukupan data dengan tingkat ketelitian 5 % adalah:

 k / s N . X 2 − ( X )2
2

N'= 
  

 X 


Dimana,

k = tingkat keyakinan dengan nilai 1,96

s = tingkat ketelitian dengan nilai 0,05

N = jumlah data yang diperoleh

Universitas Sumatera Utara


x = data yang diperoleh dari pengamatan

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL

6.1. Analisis
6.1.1. Analisis Uji Kenormalan Data Dengan Uji Anderson-Darling

Uji kenormalan data dilakukan untuk mengetahui jenis sebaran data

apakah sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan data

dilakukan terhadap data kelelahan mata dan iluminasi.

6.1.2. Analisis Uji Homogenitas Varians

Dalam pengujian homogenitas varians terhadap kelelahan mata operator,


dan intensitas cahaya dapat digunakan uji Bartlet.

6.1.3. Analisis Perhitungan ANAVA

Pada perhitungan secara manual, untuk mengetahui penerimaan atau


penolakan hipotesis nol, maka dilakukan pengujian terhadap F hitung. Jika Fhitung <
Ftabel maka hipotesis nol diterima dan apabila F hitung > Ftabel maka hipotesis nol
ditolak. Jika hipotesis nol diterima maka kesimpulannya adalah bahwa tidak
terdapat efek faktor-faktor dan tidak terdapat efek faktor interaksi antara faktor-
faktor dan apabila hipotesis nol ditolak maka terdapat efek faktor yang signifikan.

6.2. Pembahasan Masalah

Lelah visual terjadi karena ketegangan otot sehingga membuat mata

menjadi lelah. Ketegangan yang terus menerus pada otot siliar terjadi dan

mengakibatkan visual :

a. Gangguan, berair dan memerah pada konjunktiva mata.

b. Pandangan dobel.

c. Sakit kepala.

Universitas Sumatera Utara


d. Menurunnya kekuatan akomodasi.

e. Menurunnya tajam visual, peka kontras dan kecepatan persepsi.

Prestasi kerja karyawan yang dipengaruhi oleh mata mata dan pecahayaan.

Pencahayaan yang baik memungkinkan karyawan bekerja lebih cermat, jelas dan

cepat. Jika terjadi kebalikannya maka kelelahan mata akan mudah menyerang

karyawan (Muhammad Yusuf, 2015).

Universitas Sumatera Utara


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data, analisis dan pemecahan masalah maka

kesimpulan dari penilitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data yang dikumpulkan untuk kelelahan mata pada operator telah di uji

data dengan uji normalitas, uji homogenitas, dan ANAVA 2x2.

2. Data yang dikumpulkan untuk iluminasi pada operator telah di uji data

dengan uji normalitas, uji kecukupan, dan uji regresi.

3. Tingkat kelelahan mata operator yang berjumlah enam orang dipengaruhi

secara signifikan oleh pencahayaan tetapi tidak dipengaruhi oleh kontras

yang terdapat pada warna jenis produk minuman.

7.2. Saran

Adapun saran yang diberikan untuk pihak perusahaan dan sebagai bahan

pertimbangan pada penelitian selanjutnya antara lain sebagai berikut:

1. Diharapkan pada peneliti selanjutnya melakukan penelitian mengenai jarak

mata ke sumber cahaya terhadap tingkat ketelitian operator dalam melakukan

Universitas Sumatera Utara


inspeksi dan penelitian seberapa lama operator dapat menerima paparan

cahaya.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional SNI 03-6575-2001

Badan Standarisasi Nasional SNI 16-7062-2004

Iridiastadi, Hardianto, Ergonomi Suatu Pengantar, Bandung: Rosda, 2014.

Janse, Adi, Bambang. “U JI NORMALITAS BERDASARKAN METODE ANDERSON -

DARLINGCRAMER-VON MISES DAN LILLIEFORS MENGGUNAKAN METODE

BOOTSRAP, 2013.

Nazir , Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003

Walpole, Ronald E,. Pengantar Statistika. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 1992.

Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Edisi Pertama.

Cetakan Kedua. Surabaya: Guna Widya, 2003.

Satwiko, Prasasto. Fisika Bangunan. Yogyakarta: ANDI, 2009.

Sudjana. Desain dan Analisis Eksperimen Edisi Ketiga. Bandung: PT. Tarsito,
1994

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai