Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PENGGUNAAN ALAT UJI ULTRASONIK DI DIPO


KERETA PT. KAI DIVRE II SB

Oleh:
PUTRA SATRIA ARNANDA
BP: 1710003423006

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS EKASAKTI
PADANG
2020
2
KATA PENGANTAR

Berkat Rahmat Allah SWT, penyusunan Panduan Pelaksanaan dan Penulisan


Kerja Praktek Program Studi Teknik Mesin dapat diselesaikan. Penyusunan Panduan
Pelaksanaan dan Penulisan Kerja Praktek Program Studi Teknik Mesin disesuaikan
berdasarkan perubahan kurikulum baru Tahun 2019. Dalam menyelesaikan tugas ini
banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik moril maupun
materiil, dan pada kesempatan ini, dengan setulus hati penyusun mengucapkan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Rekan-rekan Dosen dan semua pihak yang
telah banyak membantu dalam menyelesaikan Panduan Pelaksanaan dan Penulisan Kerja
Praktek ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata dengan segala keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang penulis
miliki dalam penyusunan panduan ini, dengan hati terbuka penyusun mengharapkan
adanya saran dan kritik demi kesempurnaan.

Padang , agustus 2020

Putra Satria Arnanda

i
DAFTAR ISI

Hal.
HALAMAN JUDUL ……………………………………………......................
KATA PENGANTAR …………………………..................................... i
DAFTAR ISI ……...……………………………………………….................... ii

BAB I PENDAHULUAN ………................................................................ 1


1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah…….............................................................. 1
1.3 Tujuan……………………………………………………….. 1
1.4 Manfaat Keja Praktek ............................................................ 2
1.5 Waktu dan Tempat Kuliah Kerja Praktek…………………… 2
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ..................... 4
2.1 Sejarah Perusahaan ............................................ 4
2.2 Profil Perusahaan ..................................... 7
2.3 Struktur Organisasi Perusahaan ............................................ 9
2.4 Pendukung Operasi.................................................................. 10
2.5 Bidang Dan Ruang Lingkup Perusahaan 10
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 12
3.1 Non Destructive Testing (NDT)............................................. 12
3.1.1 Tujuan Non Destructive Testing (NDT). ....................... 12
3.1.2 Aplikasi Non Destructive Testing……………….......... 13
3.2 Liquid Penetrant Testing....................................................... 13
3.2.1 Sejarah Penetrant Testing……………….................... 13
3.2.2 Liquid Penetrant Testing…........................................... 13

3.2.3 Batasan Penggunaan Liquid Penetrant Test................... 19


3.3 Ultrasonic Test....................................................................... 19
3.3.1 Pengaruh Kuplan ........................................................... 22
3.3.2 probe……...................................................................... 22
3.3.3 tipe gelombang………………………………………… 23
3.4 Instalasi Pengujian…………………………………………. 25
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN………………………………........... 28
4.1 Penggunaan Alat UT................................................................ 28
4.2 Alat Ultrasonic Test………….…………………………........ 28
4.3 Analisa ……………………………………………………… 29
BAB V Penutup…………………………………........................................... 30
5.1 Kesimpulan....................................................... 30
5.2 Saran ........................................................ 30

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 31

LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kerja praktek di Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Ekasakti merupakan mata kuliah wajib yang harus dilaksanakan oleh setiap
mahasiswa sebelum menempuh sidang sarjana. Kerja praktek dilaksanakan dengan tujuan
untuk menunjukkan adanya kemampuan dan sikap berpikir ilmiah mahasiswa secara
mandiri. Selain itu, untuk lebih mempersiapkan mahasiswa sebelum terjun ke dunia
profesinya, yaitu bidang teknik mesin. Diharapkan kegiatan ini dapat memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk mengamati, membandingkan, menganalisis, dan
menerapkan ilmu yang diperoleh dari kuliah dengan keadaan sebenarnya dalam praktek.
Kerja praktek adalah sebagai salah satu persyaratan bagi mahasiswa Program
Studi Teknik Mesin untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Mesin pada Program Studi
Teknik Mesin Fakultas Teknik dan Perencanaan Universitas Ekasakti, disetarakan dengan
2 SKS.
Diharapkan melalui kerja praktek, mahasiswa dapat melihat, mengerti,
menganalisis dan mempelajari hal-hal yang berbeda dari dunia pendidikan, seperti
tingkah laku (attitude), kemampuan berkomunikasi (communication skill), dan kerjasama
(team work). Kerja praktek dapat dijadikan media untuk memperoleh pengalaman awal,
melatih keterampilan, melatih bersikap, serta bertindak di masyarakat maupun di
lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan bidang teknik mesin.

1.2 Batasan Pembahasan


Kompleksitas dan biaya fasilitas perusahaan menetukan prosedur uji yang akan
memastikan keandalan maksimum. Untuk mencapai keandalan tersebut, spesifikasi uji
telah ditetapkan dan hasil uji harus memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam spesifikasi.
Sejumlah metode uji tersedia, yaitu NDT (Non Destructive Testing) dan yang sering
digunakan dalam NDT adalah UT (Ultrasonic Testing).
Metode uji secara teratur digunakan untuk mengukur ketebalan atau memeriksa
struktur internal dari bahan terhadap discontinuity, seperti void atau retak. NDT sangat
bergantung pada dedikasi dan pengetahuan personilnya. Pekerjaan dilakukan untuk
1
melindungi kesehatan dan keselamatan semua orang dan untuk masa yang akan dating,
yang bekerja di atau dekat struktur yang diperiksa.

1.3 Tujuan
1.3.1 tujuan umum
Tujuan pelaksanaan kerja praktek adalah memberikan kemampuan kepada
mahasiswa untuk:
1. Menghayati asas-asas keilmuan sehingga mampu berpikir, bersikap dan
berprilaku sebagai seorang ilmuwan.
2. Memperluas dan memperdalam pengetahuan dalam bidang ilmu/materi kerja
lapangan.
3. Mengkomunikasikan gagasan dan temuan ilmiah secara tertulis dalam bentuk
laporan sesuai ketentuan.

1.3.2 tujuan khusus


1. Memberikan pengetahuan dasar metode UT (Ultrasonic Testing)
2. Memastikan kualitas produk ( lasan atau material)
3. mengevaluasi dan menginterpretasi serta menunjukan lokasi meragukan yang
memerlukan metode uji lain.

1.4 Manfaat Kerja praktek


Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan Kerja Praktek ini baik dari
pihak mahasiswa, perusahaan maupun perguruan tinggi, yaitu:

1.4.1 Bagi Mahasiswa


2. Dapat memahami dan mengetahui berbagai macam aspek kegiatan perusahaan;

3. Dapat membandingkan teori-teori ilmiah yang diperoleh selama perkuliahan


dengan kondisi nyata di lapangan;

4. Memperoleh kesempatan untuk melatih keterampilan dalam melakukan


pekerjaan atau kegiatan lapangan;

5. Melatih bekerja, berdisiplin dan bertanggung jawab.

1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi

2
1. Mendapat masukan mengenai penerapan ilmu manajemen dalam produksi
dengan kurikulum perkuliahan, dapat menjadi landasan untuk perbaikan
kurikulum agar dapat sejalan dengan keadaan dilapangan;

2. Meningkatkan kerja sama antara lembaga pendidikan dengan perusahaan.

1.4.3 Bagi perusahaan


1. Hasil pelaksanaan praktek merupakan bahan masukan bagi pihak manajemen
perusahaan dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan;

2. Turut berpartisipasi dalam meningkatkan pendidikan nasional.

1.5 Waktu dan Tempat Kuliah Kerja Praktek


1.5.2 Waktu Pelaksanaan
Untuk waktu pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek (KKP) pada perusahaan PT.
Kereta Api Indonesia, dilakukan mulai pada tanggal 19 Juni 2020 sampai 20 Juli 2020.
Kegiatan Kerja Praktek (KP) dilaksanakan setiap hari Senin sampai Sabtu, Untuk Hari
Senin Sampai Kamis Dimulai Pada Pukul 08:00 Sampai 15:15 Sedangkan Pada hari
jum’at Dimulai Pada pukul 08:00 Sampai 11:15 dan pada hari sabtu dimulai pukul 08:00
sampai 14:15

1.5.3 Tempat Pelaksanaan


Tempat pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek dilaksanakan di PT. Kereta Api
Indonesia Beralamat di Jl. Stasiun No.1 Simpang Haru, Padang Sumatera Barat

3
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan


Sejarah perkeretaapian di Indonesia dimulai ketika pencangkulan pertama jalur
kereta api Semarang-Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta) di Desa Kemijen oleh Gubernur
Jendral Hindia Belanda Mr. L.A.J Baron Sloet van de Beele tanggal 17 Juni 1864.
Pembangunan dilaksanakan oleh perusahaan swasta Naamlooze Venootschap
Nederlansch Indische Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) menggunakan lebar sepur
1435 mm.

Sementara itu, pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api negara
melalui Staatssporwegen (SS) pada tanggal 8 April 1875. Rute pertama SS meliputi
Surabaya-Pasuruan-Malang. Keberhasilan NISM dan SS mendorong investor swasta
membangun jalur kereta api seperti Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS),
Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS), Serajoedal Stoomtram Maatschappij
(SDS), Oost Java Stoomtram Maatschappij (OJS), Pasoeroean Stoomtram Maatschappij
(Ps.SM), Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM), Probolinggo Stoomtram Maatschappij
(Pb.SM), Modjokerto Stoomtram Maatschappij (MSM), Malang Stoomtram Maatschappij
(MS), Madoera Stoomtram Maatschappij (Mad.SM), Deli Spoorweg Maatschappij
(DSM).

Selain di Jawa, pembangunan jalur kereta api dilaksanakan di Aceh (1876),


Sumatera Utara (1889), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), dan Sulawesi
(1922). Sementara itu di Kalimantan, Bali, dan Lombok hanya dilakukan studi mengenai
kemungkinan pemasangan jalan rel, belum sampai tahap pembangunan. Sampai akhir
tahun 1928, panjang jalan kereta api dan trem di Indonesia mencapai 7.464 km dengan
perincian rel milik pemerintah sepanjang 4.089 km dan swasta sepanjang 3.375 km.

Pada tahun 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang.
Semenjak itu, perkeretaapian Indonesia diambil alih Jepang dan berubah nama menjadi
Rikuyu Sokyuku (Dinas Kereta Api). Selama penguasaan Jepang, operasional kereta api
hanya diutamakan untuk kepentingan perang. Salah satu pembangunan di era Jepang

4
adalah lintas Saketi-Bayah dan Muaro-Pekanbaru untuk pengangkutan hasil tambang batu
bara guna menjalankan mesin-mesin perang mereka. Namun, Jepang juga melakukan
pembongkaran rel sepanjang 473 km yang diangkut ke Burma untuk pembangunan kereta
api disana.

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945,


beberapa hari kemudian dilakukan pengambilalihan stasiun dan kantor pusat kereta api
yang dikuasai Jepang. Puncaknya adalah pengambil alihan Kantor Pusat Kereta Api
Bandung tanggal 28 September 1945 (kini diperingati sebagai Hari Kereta Api
Indonesia). Hal ini sekaligus menandai berdirinya Djawatan Kereta Api Indonesia
Republik Indonesia (DKARI). Ketika Belanda kembali ke Indonesia tahun 1946, Belanda
membentuk kembali perkeretaapian di Indonesia bernama Staatssporwegen/Verenigde
Spoorwegbedrif (SS/VS), gabungan SS dan seluruh perusahaan kereta api swasta (kecuali
DSM).

Berdasarkan perjanjian damai Konfrensi Meja Bundar (KMB) Desember 1949,


dilaksanakan pengambilalihan aset-aset milik pemerintah Hindia Belanda. Pengalihan
dalam bentuk penggabungan antara DKARI dan SS/VS menjadi Djawatan Kereta Api
(DKA) tahun 1950. Pada tanggal 25 Mei DKA berganti menjadi Perusahaan Negara
Kereta Api (PNKA). Pada tahun tersebut mulai diperkenalkan juga lambang Wahana
Daya Pertiwi yang mencerminkan transformasi Perkeretaapian Indonesia sebagai sarana
transportasi andalan guna mewujudkan kesejahteraan bangsa tanah air. Selanjutnya
pemerintah mengubah struktur PNKA menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA)
tahun 1971. Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa angkutan, PJKA berubah bentuk
menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) tahun 1991. Perumka berubah menjadi
Perseroan Terbatas, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) pada tahun 1998.

Saat ini, PT Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki tujuh anak perusahaan/grup
usaha yakni PT Reska Multi Usaha (2003), PT Railink (2006), PT Kereta Commuter
Indonesia (2008), PT Kereta Api Pariwisata (2009), PT Kereta Api Logistik (2009), PT
Kereta Api Properti Manajemen (2009), PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (2015).

Tabel 2.1 Ringkasan Sejarah Perusahaan Perkeretaapian Indonesia

5
Periode Perusahaan Dasar Hukum

1864 - 1864 Nederlansch Indische Spoorweg -


Maatschappij (NISM)

1864 - 1864 Staatssporwegen (SS) -

1864 - 1864 Semarang Joana Stoomtram -


Maatschappij (SJS)

1864 - 1864 Semarang Cheribon Stoomtram -


Maatschappij (SCS)

1864 - 1864 Madoera Stoomtram Maatschappij -


(Mad.SM)

1864 - 1864 Malang Stoomtram Maatschappij -


(MS)

1864 - 1864 Modjokerto Stoomtram Maatschappij -


(MSM)

1864 - 1864 Probolinggo Stoomtram Maatschappij -


(Pb.SM)

1864 - 1864 Kediri Stoomtram Maatschappij -


(KSM)

1864 - 1864 Pasoeroean Stoomtram Maatschappij -


(Ps.SM)

1864 - 1864 Oost Java Stoomtram Maatschappij -


(OJS)

1864 - 1864 Serajoedal Stoomtram Maatschappij -


(SDS)

1864 - 1942 Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) -

6
Periode Perusahaan Dasar Hukum

1942 - 1945 Rikuyu Sokyoku (Dinas Kereta Api) -

1945 - 1950 Djawatan Kereta Api Republik Maklumat Kementerian


Indonesia (DKARI) Perhubungan No. 1/KA
Tahun 1946

1950 - 1963 Djawatan Kereta Api (DKA) Keputusan Menteri


Perhubungan Tenaga dan
Pekerjaan Umum RI No.
2 Tahun 1950

1963 - 1971 Perusahaan Nasional Kereta Api Peraturan Pemerintah RI


(PNKA) No. 22 Tahun 1963

1971 - 1991 Perusahaan Jawatan Kereta Api Peraturan Pemerintah RI


(PJKA) No. 61 Tahun 1971

1991 - 1998 Perusahaan Umum Kereta Api Peraturan Pemerintah RI


(PERUMKA) No. 57 Tahun 1990

1998 - sekarang PT Kereta Api Indonesia (Persero) Peraturan Pemerintah RI


No. 19 Tahun 1998

2.2 Profil perusahaan

2.2.1 Visi dan Misi Perusahaan

Visi

Menjadi solusi ekosistem transportasi terbaik untuk Indonesia

Misi

7
1. Untuk menyediakan sistem transportasi yang aman, efisien, berbasis digital, dan
berkembang pesat untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

2. Untuk mengembangkan solusi transportasi massal yang terintegrasi melalui


investasi dalam sumber daya manusia, infrastruktur, dan teknologi.

3. Untuk memajukan pembangunan nasional melalui kemitraan dengan para pemangku


kepentingan, termasuk memprakarsai dan melaksanakan pengembangan
infrastruktur-infrastruktur penting terkait transportasi.

2.2.2 LOGO

Gambar 2.1 Logo PT. KAI

 Bentuk

Garis melengkung: Melambangkan gerakan yang dinamis PT KAI dalam mencapai


Visi dan Misinya.Anak Panah: Melambangkan Nilai Integritas, yang harus dimiliki insan
PT KAI dalam mewujudkan Pelayanan Prima.

 Warna

Orange: Melambangkan proses Pelayanan Prima (Kepuasan Pelanggan) yang


ditujukan kepada pelanggan internal dan eksternal. Biru: Melambangkan semangat
Inovasi yang harus dilakukan dalam memberikan nilai tambah ke stakeholders. Inovasi
dilakukan dengan semangat sinergi di semua bidang dan dimulai dari hal yang paling
kecil sehingga dapat melesat.

8
2.2.3 Budaya Perusahaan

AMANAH : Memegang teguh kepercayaan yang diberikan.

KOMPETEN : Terus belajar dan mengembangkan kapabilitas.

HARMONIS : Saling peduli dan menghargai perbedaan.

LOYAL : Berdedikasi dan mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara.

ADAPTIF : Terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan ataupun


menghadapi perubahan.

KOLABORATIF :Membangun kerja sama yang sinergis.

2.3 Struktur Organisasi Perusahaan


2.3.1 Struktur Organisasi Pusat PT. KAI

9
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. KAI

2.3.2 Struktur Organisasi Divre II Sumbar

10
2.4 Pendukung Operasi
Untuk dapat memberikan pelayanan angkutan kereta api sesuai tugas dan tanggung
jawab, maka PT. Kereta Api Indonesia Divre II Sumbar dilengkapi sarana prasarana,
personil dan pendukung lainnya.

2.5 Bidang Dan Ruang Lingkup Perusahaan


PT. Kereta Api Indonesia Divre II Sumbar merupakan perusahaan yang mengelola
saran angkutan, dituntut untuk meningkatkan aktifitas jasa angkutan darat khususnya
untuk kereta api di Sumatera Barat.
Bagian utama balai yasa adalah untuk merawat dan memperbaiki armada kereta api
di Sumatera Barat, meliputi perawatan dan perbaikan lokomotif diesel, kereta penumpang
dan gerbong barang.
11
PT. Kereta Api Indonesia memiliki unit Sarana, yaitu unit yang bertugas untuk
melaksanakan perawatan bulanan dan perbaikan untuk menjaga kualitas dan kehandalan
sarana. Unit sarana terbagi atas 2 bagian yaitu:
 DIPO Lokomotif
Bertugas untuk merawat dan memperbaiki lokomotif.
 DIPO Kereta
Bertugas untuk merawat dan memperbaiki kereta.
Sarana pendukung operasi yang ada di PT. KAI Divre II sumbar memiliki jumlah:
 Lokomotif =18 unit
 KRD/E = 2 set
 Kereta = 14 unit
 Gerbong = 211 unit

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
12
3.1 Non Destructive Testing (NDT)

Uji tak rusak (Non destructive testing) adalah proses aktivitas inspeksi terhadap suatu
benda atau material untuk mengetahui adanya cacat, retak, atau discontinuity lain pada
permukaan benda atau material. Non Destructive Test memenuhi syarat untuk dapat
mendeteksi diskontinuitas dan cacat pada benda tanpa merusak serta tidak merubah sifat
fisik maupun kimianya. Pada dasarnya, tes ini dilakukan untuk menjamin bahwa material
yang digunakan masih aman dan belum melewati damage tolerance (toleransi kerusakan).
Material pesawat diusahakan semaksimal mungkin tidak mengalami kegagalan (failure),
Uji tak rusak ini dijadikan sebagai bagian dari kendali mutu komponen untuk produksi
ataupun untuk perawatan pesawat. Terdapat beberapa metode dasar uji tak rusak (Non
destructive testing) yang bertujuan untuk mendeteksi diskontinuitas dan cacat pada
material, yang umum digunakan di industri ataupun perawatan pesawat yaitu:

1. Pengujian dengan penetran cair (Liquid Penetrant Testing)

2. Pengujian dengan partikel magnet (Magnetic Particle Testing)

3. Pengujian dengan arus melingkar (Eddy Current Testing)

4. Pengujian dengan gelombang ultrasonik (Ultrasonic Testing)


5. Pengujian Radiografi (Radiography Testing). ( digilib.polban.ac.id)

3.1.1 Tujuan Non Destructive Testing (NDT)

Adapun tujuan adanya aktivitas Non Destructive Testing diantaranya sebagai berikut:

1. Medeteksi cacat diatas dan sedikit dibawah permukaan dan didalam suatu material
untuk mengukur geometri benda.
2. Dapat menemukan kegagalan parsial sebelum melampaui damage tolerance.
Dengan kata lain, ketika inspeksi selesai dilakukan maka material tersebut masih
dapat digunakan kembali apabila masih dalam batas standar yang dilakukan dalam
industri yang mengacu kepada standar nasional maupun standar internasional.

13
3. Untuk meyakinkan kehandalan produk material, mencegah terjadinya kecelakaan,
memberi keuntungan bagi pengguna, membantu dan meyakinkan kesiapan operasi
dalam merancang produk agar lebih baik. ( digilib.polban.ac.id)

3.1.2 Aplikasi Non Destructive Testing

Uji tak rusak (Non Destructive Testing) digunakan dalam berbagai kegiatan yang
meliputi berbagai kegiatan industri: Penerbangan, Turbin gas mesin, peroketan, kontruksi,
struktur, otomotif, jembatan, pertambangan, kereta api inspeksi rel dan roda, pemeliharaan
dan perbaikan. ( digilib.polban.ac.id)

3.2 Liquid Penetrant Testing


\

3.2.1 Sejarah Penetrant Testing

Menurut sejarahnya, pemeriksaan penetrant dulunya disebut metoda “minyak dan


kapur”. Pada awal tahun 1900an, metode ini digunakan dalam industri perkeretaapian
untuk memeriksa komponen lokomotip (batang torsi, batang penggerak, dan coupler, dll.),
yang merupakan awal mula dikenalnya prinsip penetrant untuk mendeteksi retak.

Metode minyak dan kapur memakai minyak lumas hitam yang diencerkan dengan
minyak tanah, diikuti dengan aplikasi bubuk kapur di atasnya yang akan menyerap minyak
dari dalam retak sehingga dapat diketahui lokasinya. Pada tahun 1940an, zat pewarna
merah dan fluorescent dicampurkan ke dalam oli yang digunakan untuk pemeriksaan.
Berikut adalah tahapan metoda pengujian minyak dan kapur. Pengalaman mengajarkan
pentingnya mempertimbangkan suhu dan waktu celup. Hal tersebut memicu diterapkannya
penggunaan instruksi tertulis agar hasil pengujian menjadi standard dan seragam.
Pemakaian prosedur tertulis diharapkan menjadikan pemeriksaan penetrant akan
memberikan hasil dengan standard tinggi jika dikerjakan oleh teknisi yang terlatih.
( digilib.polban.ac.id)

3.2.2 Liquid Penetrant Testing


Liquid penetrant testing merupakan salah satu metode pengujian tidak merusak (non
destructive testing) pada suatu material, pengujian penetrant ini dapat digunakan untuk
mendeteksi kerusakan dan diskotinuitas yang terbuka pada permukaan. Penggunaan uji penetrant
sangat luas, selain untuk memeriksa sambungan las dan surface pada benda kerja, metode uji

14
penetrant ini juga bisa untuk mendeteksi yang terjadi pada komponen pesawat seperti part mesin
(crank shaft, gear), Part aircraft, landing gear, dan pada aircraft support assembly.
( digilib.polban.ac.id)

Metode penetrant ini menggunakan cairan penetrant yang berdaya resap tinggi, dapat
berupa cairan warna merah atau hijau fluorescent (bersinar jika terkena cahaya ultraviolet),
cairan berwarna terang ini bertujuan untuk mengetahui keretakan atau keruksakan pada
material solid baik logam maupun non-logam. ( digilib.polban.ac.id)
Ada dua tipe metode Penetrant Testing ini yaitu :

A. Tipe I. Menggunakan Fluorescent dye penetrant.


Liquid penetrant jenis ini adalah liquid penetrant yang dapat berkilau bila
dilihat dibawah cahaya ultraviolet di ruang gelap.. Pemilihan penggunaan
sensitivitas penetrant bergantung pada kekritisan inspeksi, kondisi permukaan
yang diselidiki, jenis proses (system) dan tingkat sensitivitas yang diinginkan.
B. Tipe II. Menggunakan Visible dye penetrant
Pada umumnya visible penetrant berwarna merah. Hal ini ditunjukan pada tanda-
tanda keretakan yang kontras terhadap latar belakang warna developernya. Proses
ini tidak membutuhkan cahaya ultraviolet, tetapi membutuhkan cahaya putih
yang cukup memadai untuk pengamatan. Sensitivitas penetrant jenis ini tidak
setinggi jenis fluorescent, tetapi cukup memadai untuk berbagai pengetesan di
bidang Industri. ( digilib.polban.ac.id)

Pada setiap tipe pemeriksaan masing-masing terbagi dalam tiga bagian yaitu :
1. Tipe I metode A (Water Washable Fluorescent)
Penetrant jenis ini mengandung zat emulsi, jadi prosesnya cepat dan efisien
karena mudah di bilas dengan air, tetapi pembilasan harus dilaksanakan
dengan hati-hati karena penetrant dapat terbilas habis dari retak. Derajat dan
kecepatan pembilasan untuk proses ini bergantug pada karakteristik dari
spray-nozzle, tekanan dan temperature air selama pembilasan, kondisi
permukaan benda kerja dan karakteristik penetrant itu sendiri.
( digilib.polban.ac.id)
2. Tipe 2 metode B (Post Emulsifiable Fluorescent)
Teknik ini digunakan untuk meriksa retak-retak yang sangat kecil, karena
memiliki kemampuan penetrant yang bagus dan tidak larut dalam air,

15
sehingga penetrant yang digunakan adalah yang tidak mudah di bilas dengan
air (not water-washable). Penetrant jenis ini membutuhkan langkah
tambahan pada saat pemeriksaan, yaitu proses pencelupan emulsifiable yang
mengakibatkan penetrant dapat dengan mudah di bilas dengan air. Oleh
karena itu, waktu lamanya emulsifiable dibiarkan pada permukaan benda
kerja harus dibatasi, agar penetrant yang berada di dalam retakan tidak
menjadi water-washable sehingga penetrant yang ada di retakan tidak ikut
terbasuh. ( digilib.polban.ac.id)
3. Tipe I metode C (Solvent Removable Fluorescent)
Penetrant jenis ini berupa penetrant yang tidak mengandung zat pengemulsi,
pada saat pemeriksaan menggunakan pembersih pelarut secara khusus, yang
dapat dicapai dengan cara mengelap permukaan benda kerja dari
penetrantdengan kain lap yang dibasahi dengan pelarut sampai lembab,
pelarut tidak boleh berlebihan. Proses seperti ini merupakan proses liquid
penetrant Inspection yang paling sensitif bila dilakukan dengan cara yang
benar. Solvent yang digunakan pada saat pemeriksaan penetrant tersebut
berbeda dengan saat pembersihan awal (pembersihan komponen).
( digilib.polban.ac.id)

Penetrant fluorescent maupun visible dapat diaplikasikan dengan salah satu dari cara
berikut:

a. Penyemprotan, biasanya menggunakan alat penyemprot bertekanan


rendah atau dari kaleng semprot bertekanan.
b. Kuas atau kain, biasanya diaplikasikan dengan kain lap, kapas, atau
kuas, apabila menguji sebagian kecil/lokasi dari suatu benda.
c. Pencelupan, benda uji dibenamkan ke dalam tangki penetrant, lalu
diangkat dan ditiriskan.
d. Penuangan, penetrant dituangkan di atas permukaan benda dan setelah itu
ditiriskan. ( digilib.polban.ac.id)

3.2.2.1 Material Liquid penetrant test


Material liquid penetrant testing untuk memperoleh hasil terbaik dapat
menggunakan kombinasi di bawah ini diantaranya sebagai berikut:
16
1. Penetrant, memliki kapilaritas yang tinggi dan viskositas yang rendah,
penggunaan material penetrant ini tergantung dari tipe liquid penetrant test
(seperti yang terdapat pada sub bab 2.2.2) dan persyaratan yang telah
ditentukan.
2. Remover/ Solvent, untuk digunakan bersama dengan jenis penetrant khusus.
Remover tertentu dijual dalam jumlah besar atau dalam kaleng semprot
bertekanan.
3. Developer, serbuk penyerap, berwarna putih yang dipakai bersama dengan
liquid penetrant test type fluorescent maupun visible. Fungsinya adalah
untuk menarik penetrant dari dalam diskontinuitas sehingga tampak di
permukaan. Adapun jenis developer yaitu developer kering, developer
basah, dan nonaqueous wet developer. Material untuk pengujian penetrant
dapat dipakai dalam berbagai kombinasi. Kebanyakan material tersedia
dalam kaleng bertekanan atau cairan berkuantitas besar. Diagram alir
(seperti yang terdapat pada Gambar II.1) memperlihatkan kombinasi
material penetrant yang berbeda. Namun demikian perlu diperhatikan agar
se lalu mengikuti spesifikasi pabrik pembuat atau prosedur perusahaan.
(digilib.polban.ac.id)

Gambar 3.1: Kombinasi Material Penetrant

3.2.2.2 Peralatan liquid penetrant test

a. Peralatan Pengujian Penetrant Stasioner

Peralatan stasioner (seperti yang terdapat pada gambar II.2) adalah peralatan yang
letaknya menetap di satu lokasi. Peralatan tersebut ukurannya bervariasi yang bergantung
17
pada ukuran dan jenis spesimen uji. Tergantung pada jenis dan proses yang digunakan,
sistem stasioner terdiri dari bagian-bagian:

1. Lokasi developer (tangki, dust chamber, atau peralatan penyemprot)

2. Tempat pengeringan (berupa oven)

3. Tempat pemeriksaan ( ruang gelap atau meja dengan lampu penerangan)

4. Tempat pembersihan akhir (jauh dari lokasi pengujian)


5. Tempat pembersihan awal

6. Tangki berisi cairan penetrant

7. Tempat drain (tempat untuk mengurangi kelebihan penetrant)

8. Tangki berisi cairan pengemulsi

9. Tangki pembilasan

Gambar 3.2 : Peralatan Pengujian


Penetrant

Baik penetrant visible maupun fluorescent tersedia dalam bentuk paket yang dapat
dipakai memeriksa di lokasi terbuka, atau saat menguji area tertentu dari benda berukuran
besar. Keduanya dikemas dalam bentuk kaleng semprot bertekanan.
( digilib.polban.ac.id)
Paket penetrant visible (seperti yang terdapat pada Gambar II.3) terdiri dari:

18
1. Kaleng berisi solvent pembersih.
2. Kain lap dan kuas.
3. Kaleng berisi penetrant.
4. Kaleng berisi nonaqueous wet developer.

b. Peralatan pengujian penetrant portabel

Gambar 3.3: Paket Penetrant Visible

Paket penetrant fluorescent (seperti yang terdapat pada Gambar II.4) terdiri dari:

1. Kaleng berisi solvent pembersih.

2. Tudung kain hitam untuk melakukan pemeriksaan.

3. Kaleng berisi penetrant fluorescent.


4. Kaleng berisi nonaqueous wet developer.
5. Kain lap dan kuas.

6. Lampu ultraviolet dan trafonya.

19
Gambar3.4: Paket penetrant fluorescent

1. Proses pembersihan liquid penetrant test

Pembersihan permukaan sangat penting dalam liquid penetrant test karena


dua alasan yaitu jika spesimen tidak bersih secara fisika dan kimia, pengujian
penetrant menjadi tidak efektif dan Jika semua bekas material penetrant tidak
dibersihkan setelah pengujian, maka akan merusak spesimen setelah benda
tersebut terpasang (klorin dan sulfur dapat merusak beberapa jenis paduan).
Adapun jenis pembersihan permukaan pada liquid Penetrant Test yaitu
Pembersihan dengan deterjen, pembersihan dengan uap solvent, pembersihan
dengan uap air, pembersihan dengan solvent, penghilang karat dan kerak
permukaan, penghilang cat, etsa, pembersihan ultrasonic, pembersihan secara
mekanis. ( digilib.polban.ac.id)

Pemilihan proses pembersihan ditentukan oleh faktor berikut.

1. Jenis kotoran yang dibersihkan.

2. Komposisi logam.
3. Tingkat kebersihan yang disyaratkan.

4. Ketersediaan peralatan pembersih.

5. Faktor-faktor biaya dan waktu.

2. Proses aplikasi penetrant

Aplikasi penetrant merupakan tahapan kedua dalam proses pemeriksaan. Hampir


semua cairan dapat dianggap sebagai penetrant, namun penetrant yang digunakan pada
tahapan liquid penetrant test harus memiliki:

a. Kemampuan menahan zat pewarna dalam suspensi.


b. Kemampuan menyebarkan pewarna secara merata di atas permukaan benda.
c. Kemampuan untuk membawa pewarna ke dalam diskontinuitas yang terbuka ke
permukaan
20
d. Kemampuan untuk membawa kembali pewarna ke permukaan.
e. Kemampuan untuk dibersihkan dengan mudah. Ada dua jenis zat pewarna yang
digunakan dalam liquid penetrant test yaitu fluorescent dan visible.

3. Proses Pengeringan

Pengeringan pada liquid penetrant test menggunakan tempat pengeringan berupa


oven, suhunya tidak boleh melebihi 71 C karena akan menguapkan penetrant
yang terdapat dalam retakan benda uji.

4. Proses aplikasi developer


Beberapa indikasi bisa saja nampak sebelum developer diaplikasikan, namun pada
tahap ini akan memastikan bahwa semua diskontinuitas akan tampak secara visual. Proses
developing dilakukan dengan mengaplikasikan serbuk berdaya serap tinggi ke permukaan
benda uji setelah sisa penetrant dibersihkan. Penetrant akan tertarik keluar dari
diskontinuitas akibat gaya kapiler yang kuat dari serbuk developer. Adapun jenis developer
yaitu developer kering, developer basah, dan nonaqueous wet developer.
( digilib.polban.ac.id)

5. Proses pemeriksaan
a. Pencahayaan yang tepat harus dijadikan pertimbangan pertama dalam
pemeriksaan benda uji.
b. Jika dipakai fluorescent dye penetrant maka diperlukan ruangan gelap dan
lampu ultraviolet dengan intensitas yang memadai.

c. Jika dipakai visible dye penetrant, diperlukan penerangan dengan cahaya biasa.
Pada tahap pemeriksaan harus mengacu pada standard tertentu yang digunakan
pada liquid penetrant test.

6. Proses Evaluasi

Pada tahap evaluasi ini dilakukan setelah pengujian yang mendapatkan hasil
indikasi celah retak pada komponen uji yang akan di evaluasi tentang diterima
atau tidaknya komponen tersebut, pada kriteria penerimaan ini mengacu pada
standard tertentu yang digunakan pada tahapan proses liquid penetrant test.

3.2.3 batasan penggunaan liquid penetrant test

Batasan dari metode Liquid Penetrant Test antara lain adalah bahwa metode ini hanya bisa

21
diterapkan pada permukaan terbuka. Metode ini tidak dapat diterapkan pada komponen
dengan permukaan kasar, berpelapis, atau berpori. ( digilib.polban.ac.id)

3.3 Ultrasonic Test

Ultrasonic test  (UT) adalah salah satu metode uji material Non Destructive
Test (NDT). Non Destructive Test (NDT) adalah metode pengujian yang digunakan untuk
mengevaluasi suatu material atau hasil las tanpa merusak material dari benda uji tersebut.
Sedangkan pengertian dari Ultrasonic test adalah metode Non Destructive Test (NDT)
menggunakan energi suara frekuensi tinggi (getaran ultrasonik) untuk melakukan proses
pengujian atau proses pengukuran. Besarnya frekuensi gelombang ultrasonik yang
digunakan untuk pengujian ini di atas 20 khz.

Metode ini bisa digunakan untuk menguji bermacam-macam produk logam dan non-
logam:

 Sambungan Las
 Benda Tempa
 Benda Cor
 Komposit
 Plastik
 Keramik

Gambar 3.5 ultrasonic test


22
Secara umum, pengujian ultrasonik didasarkan pada penangkapan dari gelombang
yang dipantulkan (pulse echo) atau gelombang yang ditransmisikan melalui transmisi.
Masing-masing dari penangkapan gelombang  atau gelombang yang ditransmisikan
digunakan dalam aplikasi tertentu, tetapi secara umum, sistem pulse echo lebih berguna
karena hanya membutuhkan akses satu sisi ke objek yang sedang diperiksa.
(www.slideshare.net/p4n71)

Sistem Ultrasonic test (UT) pulse echo terdiri dari beberapa unit fungsional,


seperti pulser/ penerima, transduser, dan perangkat layar. Pulser/penerima adalah
perangkat elektronik yang dapat menghasilkan electric pulse tegangan tinggi. Digerakan
oleh pulser, transduser menghasilkan energi ultrasonik frekuensi tinggi. Energi suara
disebarkan melalui material yang diujikan dalam bentuk gelombang. Ketika ada
diskontinuitas (seperti retakan) di jalur gelombang, sebagian energi akan dipantulkan
kembali dari permukaan cacat. Sinyal gelombang yang dipantulkan diubah menjadi sinyal
listrik oleh transduser dan ditampilkan di layar. Untuk mengetahui kecepatan gelombang,
waktu perjalanan dapat secara langsung terkait dengan jarak yang ditempuh oleh sinyal.
Dari sinyal, informasi tentang lokasi reflektor, ukuran, orientasi, dan fitur lainnya
terkadang dapat diperoleh. Secara ringkas prinsip kerjanya dijelaskansebagai berikut:
(www.slideshare.net/p4n71)

Amplifier

Gambar. 3.6. Perambatan Gelombang Ultrasonik pada Bidang Datar


IP Screen
Horizontal Sweep
BE

Clock

Pulser
Probe
Workpiece

23
Gambar. 3.7 Diagram rangkaian pada sistem peralatan ultrasonik.

Jarak antara IP dan BE mencerminkan waktu tempuh dari gelombang sepanjang 2


kali tebal bidang yang diuji. Gambar 3 memperlihatkan urutan perjalanan gelombang saat
masuk dan kembali. Waktu yang diperlukan untuk mencapai permukaan bagianbelakang
ditunjukkan pada tampilan pertama yaitu 4 (dua skala waktu) dan untuk kembali ke
permukaan bagian depan. Tampilan kedua memperlihatkan keadaansetelah kembali
dimana oscilloscope menunjukkan angka 8 (4 skala). Tampilan ketiga memperlihatkan
sesaat setelah gelombang menyentuh permukaan bidangdepan dipantulkan kembali kea
rah permukaan bidang belakang, yang diindikasikandengan munculnya pulsa kedua.
Ukuran dari tinggi pulsa kedua lebih pendek daripulsa pertama, karena sinyal yang
terpantul sudah semakin lemah. (www.slideshare.net/p4n71)

Gambar. 3.8 Skema Perjalanan Gelombang Didalam Bidang Datar

Prinsip kerja dari Ultrasonic Testing (UT) adalah gelombang ultrasonik yang
dipantulkan dan dibiaskan oleh permukaan batas antara dua bahan yang berbeda. Dari
sifat pantulan tersebut dapat ditentukan tebal bahan, lokasi cacat, serta ukuran cacat.
Cacat yang mudah dideteksi oleh gelombang ultrasonik adalah cacat yang tegak lurus
terhadap arah rambatan gelombang karena cacat tersebut mudah memantulkan kembali
gelombang untuk diterima oleh probe. Dalam penggunaannya probe dapat dikotakan
langsung dapat pula dengan teknik rendam (immersion teknik) dimana jarak antara probe
dan benda kerja cukup jauh sehingga kuplan cukup tebal, misal probe dan benda uji
direndam didalam bak berisi kuplan. (www.slideshare.net/p4n71)

24
3.3.1 Pengaruh Kuplan

Fungsi Kuplan adalah untuk memudahkan merambatnya gelombang dari probe ke


dalam benda uji karena bila antara probe dan benda uji terdapat udara maka hamper 100%
gelombang akan dipantulkan kembali ke dalam probe. Jenis – jenis kuplan yang sering
digunakan dalam pengujian ultrasonik antara lain :

1. Oli

2. Greese

3. Emulsi Plastik

4. Air (Untuk bahan yang tidak bersifat korosi). (www.slideshare.net/p4n71)

3.3.2 Probe
Probe adalah alat yang berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik menggunaka efek piezoelectric dan efek magnetostriktif. Kedua efek ini
reversible artinya dapat terjadi perubahan dari energy mekanik menjadi energy listrik dan
sebaliknya. Karena proobe dapat berfungsi sebagai sumber dan penerima gelombang
ultrasonik. (www.slideshare.net/p4n71)

Gambar. 3.9. Straight – beam probe

Efek Piezoelektrik

25
Efek ini terjadi pada kristal, suatu bahan tertetu seperti barium titanat, kuarsa dan
sebagainya. Bila kristal menerima tegangan listrik, dimensi kristal akan berubah dan bila
tegangan tersebut dimatikan maka kristal akan kembali ke dimensi semula dan terjadi
getaran. (www.slideshare.net/p4n71)

Efek Magnetostriktif

Beberapa macam bahan seperti baja, ferit, nikel dan paduannya dapat berubah
dimensinya bila berada dalam medan magnet yang kuat. Bahan tersebut mempunyai sifat
magnetoostriktif. Medan magnet yang timbul diperoleh dari kumparan yang dilalui oleh
arus listrik. Bila arus listrik mengalir, bahan magnetostriktif akan berubah dimensinya
dan bila arus dihentikan maka bahan akan kembali ke dimensi semula dan bergetar
menimbulkan getaran ultrasonik, sebaliknya bila gelombbang ultrasonik datang pada
bahan, dalam bahan akan terjadi medan magnet. Medan magnet ini akan menginduksi
kumparan sehingga terjadi tegangan listrik yang selanjutnya diperkuat untuk
pendeteksian. Untuk mengurangi panas sebagai arus eddy yang timbul pada bahan
magnetostriktif, bahhan ini dibuat berlapis-lapis seperti trasfomator. Jadi bahan
magnetostriktif juga mempunyai sifat reversible. (www.slideshare.net/p4n71)

3.3.3 Tipe Gelombang


1. Gelombang Longitudinal

Gelombang longitudinal terjadi bila gelombang ultrasonik merambat pada


suatu arah sejajar dengan arah gerakan atom digetarkan, misalnya atom
digerakkan ke kanan maka gelombang akan merambat ke kanan juga.
Gelombang longitudinal ( longitudinal / pressure wave) dapat merambat
pada semua jenis bahan.

2. Gelombang Transversal

Gelombanng transversal terjadi bila gelombang ultrasonik merambat pada


suatu arah tegak lurus arah gerakan atom digetarkan, misalnya atom
digetarkan ke atas ke bawah maka gelombang rambat dari kanan ke kiri.
Gelombang transversal (transverse/shear wave) hanya dapat merambat
pada benda padat. (www.slideshare.net/p4n71)
26
2.2 Klasifikasi Metode
Pada Ultrasonic Testing (UT), untuk memeriksa tebal bahan dan atau adanya cacat
dalam bahan dengan menggunakan gelombang ultrasonik dapat digunakan beberapa
teknik seperti, teknik resonansi, teknik transmisi, dan teknik gema.
(www.slideshare.net/p4n71)

 Teknik Resonansi

Tebal bahan dapat diukur dengan cara mengukur frekuensi/panjang


gelombang ultrasonik yang dapat menimbulkan resonansi maksimum pada
bahan tersebut. Adanya cacat dapat dideteksi dengan terjadinya perubahan
resonansi karena jarak bahan yang beresonansi berubah.

 Teknik Transmisi

Adanya cacat di dalam bahan dapat diketahui dari adanya penurunan


intensitas gelombang ultrasonik yang diterima oleh probe penerima,
sedangkan tebal bahan tidak lazim diukur dengan teknik transmisi ini.

 Teknik Gema

Tebal bahan, lokasi dan besarnya cacat dapat diketahui dari waktu rambat dan
amplitude gelombang yang diterima oleh probe. (www.slideshare.net/p4n71)

Beberapa kegunaan dari metode  Ultrasonic test (UT) diantaranya :


1. Mendeteksi cacat pada hasil pengelasan material logam :
 Retak
 Laminasi
 Slag Inclusion
 Porosity
 Incomplete Penetration
2. Mengukur ketebalan material atau pelat.
3. Evaluasi material
4. Analisis karakteristik material
5. Sinyal komunikasi maritim.
6. Alat-alat kedokteran, dsb

27
Jenis instrumen Ultrasonic test (UT) adalah sebagai berikut :
 Ultrasonic test (UT) Wall Thickness digunakan untuk mengetahui ketebalan
material yang diuji. Pada Ultrasonic test (UT) jenis ini data yang ditampilkan
pada alat merupakan data digital berupa angka ketebalan dari metari yang diuji.
 Ultrasonic test (UT) Flaw Detector adalah instrumen untuk pengujian bahan yang
digunakan untuk mendeteksi cacat yang ada di dalam material uji. Jenis cacat
yang bisa dideteksi oleh Ultrasonic test (UT) ini antara lain adalah crack,
incomplete fusion, incomplete penetration, slag, dan porosity. Data yang
ditampilkan oleh alat Ultrasonic test (UT) Flaw Detector berupa pulsa.
(www.slideshare.net/p4n71)

Kelebihan penggunaan metode  Ultrasonic test (UT) diantaranya:


1. Pemeriksaan dapat dilakukan dari satu sisi.
2. Dapat dipakai untuk mendeteksi dan sekaligus menentukan letak dan
ukuran internal discontinuities pada material-material logam dan non logam.
3. Peralatan portabel dan ringan.
4. Tidak menimbulkan bahaya radiasi.
5. Dapat dipakai memeriksa benda yang tebal atau panjang.
6. Scanning kecepatan tinggi dapat dilakukan. (Fajarsutarwan)

Kekurangan penggunaan metode Ultrasonic test (UT) diantaranya:


1. Diperlukan operator yang terlatih dan trampil dan harus dilaksanakan dengan hati-
hati dan penuh konsentrasi
2. Diskontinuitas yang letaknya sejajar gelombang suara biasanya tidak terdeteksi.
3. Diperlukan couplant. Couplant adalah material yang biasanya berupa cairan yang
digunakan untuk media transmisi dari energi ultrasonik dari transducer ke tes
specimen atau material uji.
4. Non-relevant indications dapat terjadi akibat bentuk komponen, cacat-cacat yang
membentuk sudut, dan adanya pantulan.
5. Tidak dapat dipakai untuk memeriksa material dengan tebal kurang dari 5 mm
dikarebakan adanya dead zone. Dead zone adalah daerah yang terlihat di layar di
dekat pulsa awal biasanya terdapat banyak gelombang yang dipengaruhi adanya
getaran yang ikut masuk ke dalam benda kerja, sehingga diskontinuiti tidak
terdeteksi oleh probe.

28
6. Benda dengan permukaan yang kasar, bentuk yang tidak beraturan, sangat
kecil/tipis, tidak homogen, sangat sulit untuk diuji.
7. Diskontinuiti yang sangat dekat dengan permukaan sulit untuk dideteksi.
(Fajarsutarwan)

3.4 Instalasi Pengujian


Dalam melakukan pengujian ini, Alat-alat yang digunakan dalam
pengujian Ultrasonic Testing ini diperlukan alat-alat dan bahan serta prosedur
pengujian yang benar. Alat-alat yang digunakan seperti flow diagram, blok
kalibrasi, probe, majun, penggaris. Sedangkan untuk bahan-bahannya digunakan
seperti benda uji, kuplan ( Oli atau Greese). (www.slideshare.net/p4n71)

 Gambar Alat-alat :

Flow Diagram

Blok kalibrasi Probe

Gambar 3.10 Alat-alat Peungujian

 Bahan-bahan :
1. Benda Uji

29
Gambar 3.11 As Roda Kereta Api

2. Kuplan

Jenis kuplan yang digunakan adalah oli.

Gambar 3.12 jenis kuplan

3.2 Prosedur Pengujian

1. Persiapan Pengujian

Sebelum melakukan pengujian dengan menggunakan metode ultrasonik


ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan terlebih dahulu yaitu melakukan
kalibrasi pada alat ultrasonik dengan menggunakan blok kalibraasi V1

30
(K1=IIW Blok), V2 (K2), step wedge dan sebagainya. Apabila ultrasonik
sudah terkalibrasi maka ultrasonik siap digunakan.

2. Langkah pengujian menggunakan probe normal

- Cleaning

Kondisi permukaan harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang


menempel dipermukaan sehingga tidak mengganggu proses inspeksi pada
benda kerja.

- Apply kuplan

Setelah permukaan dipastikan bersih dari kotoran maka dilakukan


pengolesan kuplan secara merata pada bagian yang ingin diinspeksi
menggunakan ultrasonik. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
merambatnya gelombang ultrasonik dari probe ke dalam benda uji.

- Apply flow detector dengan probe normal

Probe yang sudah dikalibrasi ditempelkan pada benda kerja lalu


digerakkan sedikit demi sedikit secara merata ke seluruh permukaan benda
kerja sehingga ditemukan cacat yang berada di dalam permukaan benda
kerja.

- Record

Dimaksudkan untuk merekam atau menginterpretasikan hasil inspeksi


yang dilakukan pada benda kerja sehingga dapat terlihat pada plan view
scan A, B, dan C.

- Post Cleaning

Post cleaning dimaksudkan untuk membersihkan benda uji dari sisa-sisa


pemberian kuplan pada permukaan benda kerja setelah pengujian.
(www.slideshare.net/p4n71)

31
BAB IV

PENGGUNAAN UT PADA AS RODA KERETA API

4.1 Penggunaan Alat UT

Penggunaan ultrasonic test pada as roda kerata api di Dipo Kereta Padang. Pengecekan
keretakan as roda pada kereta api.

4.2 Alat Ultrasonic Test

Alat ultrasonic test yang digunakan di Dipo Kereta Padang adalah USM 36 yang di
produksi oleh perusahaan General Electrical (GE) yang berasal dari amerika serikat.

32
4.3 Analisa

Cacat merupakan suatu ketidakhomogenan yang nampak pada benda kerja. Pada
pengujian ultrasonic Cacat tersebut dapat terlihat setelah dilakukan pengujian tanpa
merusak benda tersebut dengan menggunakan probe. Bila terdapat cacat di dalam benda
uji, maka gelombang ultrasonik akan dipantulkan dan diterima oleh transduser yang sama
atau transduser yang lain.

Untuk menjaga kualitas sarana kereta api di PT. Kereta Api Indonesia maka
perusahaan menyediakan alat (USM 36) dan user yang memiliki izin dalam penggunaan
alat ultrasonic test agar sarana menjadi lebih handal dan mengurangi angka kecelakaan
kereta api yang disebabkan oleh patahnya as roda kereta saat perjalanan dan meeberikan
rasa aman bagi penumpang yang menggunakan jasa kereta api. metode NDT yang tepat
untuk mengidentifikasi cacat adalah dengan menggunakan ultrasonic testing. Cacat ini
biasa terjadi pada saat proses pengecoran atau pencetakan.

Dalam metode ultrasonic ini semua langkah kerja tidak bisa diabaikan begitu saja
dan harus berurutan. Untuk menunjang keberhasilan suatu pengujian menggunakan uji
ultrasonic, persiapan alat dan bahan harus lengkap. Selain itu, persiapan permukaan benda
kerja juga sangat perlu untuk diperhatikan.

33
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

1. Ultrasonic test adalah metode Non Destructive Test (NDT) menggunakan


energi suara frekuensi tinggi (getaran ultrasonik) untuk melakukan proses
pengujian atau proses pengukuran. Besarnya frekuensi gelombang ultrasonik
yang digunakan untuk pengujian ini di atas 20 khz. Sistem Ultrasonic
test (UT) pulse echo terdiri dari beberapa unit fungsional, seperti pulser/
penerima, transduser, dan perangkat layar. 
2. Ultrasonic test (UT) Wall Thickness digunakan untuk mengetahui ketebalan
material yang diuji. Pada Ultrasonic test (UT) jenis ini data yang ditampilkan
pada alat merupakan data digital berupa angka ketebalan dari metari yang diuji.

Ultrasonic test  (UT) Flaw Detector adalah instrumen untuk pengujian bahan


yang digunakan untuk mendeteksi cacat yang ada di dalam material uji. Jenis
cacat yang bisa dideteksi oleh Ultrasonic test (UT) ini antara lain adalah crack,
incomplete fusion, incomplete penetration, slag, dan porosity. Data yang
ditampilkan oleh alat Ultrasonic test (UT) Flaw Detector berupa pulsa.

3. Ultrasonic Test (UT) dapat memberikan sinyal berupa pulsa untuk


menunjukkan letak atau jarak cacat pada material uji agar dapat lebih mudah
mengetahui dimana cacat tersebut.

5.2 Saran

Metode yang digunakan dapat lebih bervariasi agar dapat mengetahui cara
penggunaannya seperti metode ultrasonic menggunakan probe sudut. Dan
benda uji yang dilakukan berbeda bahan seperti non logam lainnya.

34
DAFTAR PUSTAKA

Asisten. 2013. Modul Praktikum Non Destructive Testing. Fakultas Teknik


Untirta: Cilegon.

http://www.scribd.com/doc/82166719/DIKTAT-NDT1-2005

http://www.alatuji.com/article/detail/69/non-destructive-test-ultrasonic-test-flaw-
detector

http://victorwelding.blogspot.com/2012/02/ndendtpengujian-tidak-merusak.html

http://fajarsutarwan.blogspot.com/2010/05/ndt-non-destructive-testing.html

https://www.slideshare.net/p4n71/laporan-pratikum-ndt-ultraonic-testing-ut

http://digilib.polban.ac.id/files/disk1/165/jbptppolban-gdl-iisnurhaya-8225-3-bab2--
6.pd

35
36

Anda mungkin juga menyukai