BAYU PRASETYA
NIM :120403009
F A K U L T A S T E K N I K
M E D A N
2017
V-1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Tugas Sarjana ini merupakan langkah awal bagi penulis untuk mengenal
dan memahami lingkungan kerja serta menerapkan ilmu yang telah dipelajari dan
Cendana Putera Lestari yang merupakan suatu perusahaan yang memproduksi egg
tray (alas telur). Judul untuk Tugas Sarjana ini adalah “PENERAPAN KONSEP
Penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana ini masih jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca. Semoga tugas sarjana ini dapat bermanfaat
Penulis
Bayu Prasetya
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
kesehatan dan ilmu kepada penulis selama masa kuliah dan dalam penyelesaian
dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun
kepada:
1. Ibu Dr. Meilita Tryana Sembiring, ST, MT., selaku Ketua Departemen Teknik
3. Bapak Erwin Sitorus, ST, M.T., selaku Dosen pembimbing yang telah
4. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, Msc selaku Koordinator Tugas Akhir atas
pemberian saran, nasihat dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama
7. Bapak Suriadi selaku kepala produksi di PT. Cendana Putera Lestari yang telah
penulis.
8. Orangtua Penulis dan saudara penulis yang telah mendukung penulis dalam
Tarida.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
3.4. Pengukuran Waktu Kerja dengan Stopwatch Time Study ...... III-9
BAB HALAMAN
Produksi............................................................ V-6
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
1.1. Aktivitas Non Value Added PT Cendana Putera Lestari ........... I-2
2016........................................................................................... II-8
3.1. Istilah yang Digunakan dalam Value Stream Mapping ............ III-7
5.2. Uptime dan Jumlah Operator Setiap Proses Untuk Alas Telur . V-6
5.8. Hasil Uji Keseragaman Data Waktu Produksi Alas Telur ........ V-18
TABEL HALAMAN
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
5.2. Peta Kontrol Uji Keseragaman Data Proses Weighing ......... V-19
5.3. Peta Kontrol Uji Keseragaman Data Proses Mixing 1 .......... V-19
5.4. Peta Kontrol Uji Keseragaman Data Proses Mixing 2 .......... V-20
GAMBAR HALAMAN
5.6. Peta Kontrol Uji Keseragaman Data Proses Molding ........... V-21
5.7. Peta Kontrol Uji Keseragaman Data Proses Drying ............. V-21
5.8. Peta Kontrol Uji Keseragaman Data Proses Sorting ............. V-22
5.10. Peta Kontrol Uji Keseragaman Data Proses Packing ........... V-23
6.1. Cause and Effect Diagram untuk Kegiatan Transportasi ..... VI-3
6.2. Cause and Effect Diagram untuk Kegiatan Delay ................ VI-4
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
Pada abad-abad yang lalu dalam bahasa Inggris manufacture berarti made
by hand atau dibuat dengan tangan. Namun pada masa modern kata manufaktur
lebih sering dikaitkan dengan bantuan permesinan dan kontrol komputer, berupa
proses transformasi material menjadi sesuatu yang memiliki nilai tambah (added
manufaktur yang sering terjadi tanpa disadari, karena telah dianggap sebagai
waktu dan biaya pembuatan sebuah produk namun tidak menambah nilai pada
produk yang dilihat dari sudut pandang konsumen. Terdapat tujuh jenis
waktu, tenaga, dan biaya akibat pergerakan yang berlebihan dari pekerja, aliran
informasi atau barang dalam waktu yang lama yang berdampak terhadap
buruknya aliran proses dan bertambahnya lead time dan unnecessary motions
yaitu segala pergerakan dari orang atau mesin yang tidak menambah nilai
bergerak dibidang produksi alas telur. Ada 22 aktivitas yang terjadi di setiap
siklus produksi pada PT. Cendana Putera Lestari. Pada aktivitas tersebut terdapat
pemborosan waktu pada perusahaan. Pada tabel 1.1 dapat dilihat aktivitas-
aktivitas yang terjadi dalam satu siklus produksi dan faktor-faktor yang menjadi
No Aktivitas Waktu
1 Bahan baku dibawa ke stasiun mixing 7,99
2 Bahan baku ditumpuk di stasiun mixing 9,87
3 Ditimbang menggunakan timbangan seberat 20 kg 2,25
4 Dimasukkan ke mesin mixer 1,67
5 Dicampur bahan baku dengan air pada mesin mixer 1 9,10
6 Dialirkan dengan pipa ke mesin mixer 2 2,92
menit untuk setiap siklus produksi. Berdasarkan hasil observasi awal tersebut
setiap siklus kerja memerlukan waktu sebesar 158,34 menit, maka dalam 7 jam
kerja efektif akan terdapat 2,65 siklus kerja dengan total pemborosan sebesar
112,6 menit. Dampak yang ditimbulkan akibat adanya pemborosan tersebut ialah
perusahaan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengurangi atau
efektivitas dan efisiensi waktu, tenaga, inventory dan biaya. Lean Manufacturing,
atau dikenal juga dengan sebutan Lean Enterprise, Lean Production, atau
menciptakan value bagi pelanggan. Sehingga terjadi proses yang lebih efektif dan
efisien, dengan kualitas output yang lebih baik. Ilmu Lean Manufacturing bekerja
dilakukan oleh Achmad Misbah, Dkk (2015) tentang upaya meminimalkan non
value stream mapping, Valsat dan failure mode and effect analysis. Hasil yang
2
Penelitian lain dilakukan oleh Muhammad Shodiq (2016) tentang analisis
PT Adi Satria Abadi.. Hasil yang diperoleh adalah lead time material di lantai
produksi menjadi lebih cepat, pada VSM sebelum 602,205 menit sedangkan lead
time VSM usulan adalah 540,03 menit, terdapat pengurangan waktu sekitar 10 %
3
Penelitian lain juga dilakukan oleh Danang Triagus Setiawan (2013)
Diperoleh penurunan waktu produksi dari 138,4 menit menjadi 119,4 menit.
Terjadi penurunan waktu lead time proses produksi sebesar 13,7 % dari waktu
pemborosan yang disebabkan oleh waktu menunggu operator, gerakan yang tidak
2
Muhammad Shodiq Abdul Khannan, Haryono. 2015. Analisis Penerapan Lean Manufacturing
untuk Menghilangkan Pemborosan di Lini Produksi PT Adi Satria Abadi. Universitas
Pembangunan Nasional Veteran. Yogyakarta.
3
Danang Triagus Setyawan, dkk. 2013. Minimasi Waste untuk Perbaikan Proses Produksi
Kantong Kemasan dengan Pendekatan Lean Manufacturing. Universitas Brawijaya. Malang
produksi.
5. Meningkatkan jumlah produksi alas telur yang dihasilkan oleh PT. Cendana
Putera Lestari.
produksi.
penelitian yang dilakukan lebih terarah, fokus, dan dapat mencapai tujuan, maka
2. Data yang digunakan adalah data historis produksi selama periode 2015-2016.
pemborosan.
1. Tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan baik dari luar perusahaan
manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian dan
pengolahan limbah.
masalah dengan Cause and Effect Diagram, dan Pengukuran kerja dengan metode
tentang pengumpulan data baik data primer dan data skunder. Dan langkah-
langkah pengolahan data yaitu penentuan model line, penentuan value stream
current state map yang meliputi Value Added Time (VA) dan Non Value Added
dengan Cause and Effect Diagram dan 5W+1H, kemudian pembentukan future
rancangan.
Bab VII Kesimpulan Dan Saran, berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil
BAB II
oleh Bapak Sugiarto dan Bapak Suhardi Tedja. Perusahaan ini berkedudukan di
Desa Dalu X-A, Jalan Tanjung Morawa- Batang Kuis KM.5, Kecematan Tanjung
di bidang industri pembuatan kemasan makanan berupa wadah telur (egg tray).
Para pendiri perusahaan memilih usaha ini karena memiliki prospek yang sangat
yang sedang marak saat ini.Besarnya jumlah kebutuhan terhadap daging dan telur
wadah telur tidak dapat memenuhi permintaan pasar. Pabrik hanya menghasilkan
36 ikat wadah telur. Hal ini dikarenakan masih terbatasnya mesin produksi yang
dimiliki yakni satu unit.Sementara itu peningkatan kualitas produksi wadah telur
memproduksi alas telur (egg tray). Produk ini telah di pasarkan di beberapa lokasi
Visi adalah tujuan yang ingin dicapai suatu perusahaan. Sedangkan misi
adalah cara yang ditempuh untuk mewujudkan visi. Kedua hal tersebut harus
ditetapkan dengan jelas agar perusahaan terarah dan berjalan sesuai dengan yang
diharapkan.
Adapun visi dari PT. Cendana Putera Lestari adalah selalu berusaha untuk
meningkatkan kualitas dan nilai serta bermanfaat bagi masyarakat. Misi dari PT.
Cendana Putera Lestari adalah selalu memprioritaskan pada mutu, prestasi dan
nilai produk.
wewenang, dan tanggung jawab yang jelas. Struktur organisasi pada suatu
dapat berproduksi secara kontinu dan berkembang pesat. PT. Cendana Putra
Pemilik
Pimpinan Perusahaan
bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong untuk menghasilkan alas telur
Bahan baku merupakan bagian yang esensial dalam produksi suatu barang.
bahan baku yang memadai dan kualitas yang baik sangat berpengaruh dalam
penyedia bahan baku dan pabrik sangat diperlukan. Penerimaan bahan baku
berupa kertas dan kardus limbah ke pabrik dilakukan secara berkala disesuaikan
dengan kebutuhan produksi. Adapun tabel jumlah bahan baku sebagai berikut :
kecil).
Percetakan Mutiara
2. Duplek Baik
Intisari, dll.
1. Weighing
Weighing merupakan proses awal pada pembuatan alas telur, dimana pada
mixer.
2. Mixing 1
air, bahan baku yang dihancurkan akan lumat menjadi seperti bubur kertas
(pulp). Selama proses mixing dihasilkan bubur kertas sebagai bahan pembuat
wadah telur dan hasil sampingan berupa barang sisa seperti lakban, plastik, dan
sampah lain yang terikut ketika bahan baku dimasukkan ke mesin penghancur.
Barang sisa ini akan otomatis terpisah selama proses pengadukan dan bisa
3. Mixing 2
Pada proses mixing 2 dilakukan proses yang sama seperti pada proses mixing 1,
dengan perbedaan hasil berupa ukuran bahan baku. Pada mixing 2 ukuran
bahan baku hasil penghancuran lebih kecil, untuk selanjutnya dip roses pada
bagian stowing.
4. Stowing
Bubur kertas hasil pengadukan dari mixer selanjutnya akan dialirkan ke tangki
penampungan. Di tangki inilah hasil dari bubur kertas disimpan untuk dialirkan
5. Molding
Satu mesin pencetak wadah telur ini terdiri dari 8 cetakan. Mesin ini berputar
360 derajat. Pada setiap putaran, bubur kertas akan ditembakkan secara
mesin ini harus sigap dan terampil dalam mengangkat wadah telur yang sudah
melengkung dan tidak bisa dipakai (barang reject), hal ini dikarenakan wadah
telur yang keluar dari cetakan dalam keadaan basah dan akan rentan rusak.
6. Drying
Tahapan berikutnya dari produksi alas telur adalah proses pengeringan. Pada
menggunakan:
b. Oven tungku berbahan bakar arang (tempurung kelapa, cangkang sawit, dll),
7. Sorting
Wadah-wadah telur yang sudah kering akan dikumpulkan dan disortir oleh
operator kutip kering. Operator akan memisahkan barang yang ready to sell
dan barang reject. Barang reject akan diolah kembali dimesin mixer.
8. Pressing
Produk wadah telur yang sudah jadi akan dimasukkan ke mesin pressing untuk
9. Packing
BAB III
LANDASAN TEORI
sebagai produksi ramping, yaitu satu set alat dan metodologi yang bertujuan untuk
penghapusan terus menerus dari semua limbah dalam proses produksi. Manfaat
utama dari konsep ini adalah biaya produksi yang lebih rendah, peningkatan
output dan lebih memperpendek lead time produksi. Lebih khusus terdapat
Mengurangi cacat dan pemborosan fisik yang tidak perlu, termasuk kelebihan
dengan pemrosesan kembali item yang rusak, dan karakteristik produk yang
2. Waktu siklus
3. tingkat persediaan
yang lebih rendah juga berarti kebutuhan modal kerja yang lebih rendah;\
pekerja dan memastikan bahwa ketika para pekerja sedang bekerja, mereka
5. keluwesan
6. Keluaran
Sebagian besar dari manfaat ini menyebabkan biaya produksi unit yang
lebih rendah - misalnya, lebih efektif menggunakan peralatan dan ruang mengarah
kepada menurunnya biaya depresiasi per unit yang diproduksi, lebih efektif
menggunakan hasil kerja dalam biaya tenaga kerja lebih rendah dari per unit yang
diproduksi dan cacat yang lebih rendah sehingga menurunkan biaya barang yang
dijual.
mata didasarkan pada apa yang pelanggan benar-benar butuhkan dan bersedia
2. Kegiatan tidak bernilai tambah adalah kegiatan yang tidak diperlukan untuk
pemeriksaan bahan juga dianggap kegiatan tidak bernilai tambah karena ini
Toyota Production System. Namun, daftar ini telah dimodifikasi dan diperluas
oleh berbagai praktisi lean manufacturing. Intinya di sini adalah bahwa TPS jelas
sebuah sistem yang fungsinya adalah pengurangan lead time. Pada tulisan Ohno,
dia tidak benar-benar menekankan hal inimelebihi apa yang telah dikutip.
Sebaliknya, dia fokuspada cara untuk mencapai lead time yang dikurangi, yang
Ini adalah hal yang paling mengerikan dari semua limbah karena tidak hanya
punya beberapa cacat materi juga Kelebihan produksi. Bukan hanya produksi
produk perusahaan juga tidak bisa menjual produk. Sebuah catatan menarik
2. Transportasi
Transportasi barang, baik itu bahan mentah, produk setengah jadi, ataupun
produk jadi baik yang dilakukan di dalam areal pabrik ataupun dari penyalur
hilang, atau terlambat terkirim. Selain itu, transportasi tidak mengubah bentuk
benda dan tidak menambah nilai barang, sehingga pelanggan tidak mau
3. Inventori
modal, menjadi usang dan mengkonsumsi ruang dan tenaga kerja, sementara
4. Gerakan
Gerakan yang tidak perlu juga dikategorikan sebagai pemborosan, baik itu
5. Menunggu
Pada saat sebuah barang tidak bergerak atau tidak di proses, barang tersebut
karena inventori terlalu banyak, menunggu karena apa mesin atau peralatan
dan lain-lain.
Proses yang berlebihan bisa terjadi bila proses pengerjaan sebuah produk
penggunaan peralatan yang lebih presisi atau lebih canggih dari yang
dibutuhkan
7. Kecacatan
Barang rusak, adalah pemborosan yang paling mudah dikenali. Barang rusak
ulang, dan lain-lain. Walaupun ada beberapa barang rusak yang bisa diperbaiki,
Menurut Lonnie Wilson (2010), value stream mapping (VSM) adalah teknik
yang awalnya dikembangkan oleh Toyota dan kemudian dipopulerkan oleh buku
tersebut, Learning to See (The Lean Enterprise Institute, 1998), oleh Rother dan
Shook. VSM digunakan untuk menemukan limbah dalam value stream suatu
Manfaat utama pemetaan value stream adalah fokus pada keseluruhan value
Informasi detail VSM dan terdiri dari dua metrik utama yang disorot yaitu
nilai tambah kerja dan lead time produksi. VSM adalah alat untuk membantu
sampah. Contoh komponen penyusun VSM dapat dilihat pada gambar 3.1.
Kedua, kita sering berhadapan dengan tiga jenis peta value stream, present state
value stream mapping (PSVSM), Future state value stream mapping (FSVSM),
Value Stream Mapping (VSM) dapat dibagi menjadi beberapa tahap, sebagai
berikut :
2) Membuat value stream dari keadaan saat ini untuk menentukan problem yang
keadaan saat ini dengan keadaan yang ideal untuk masa depan.
6) Membuat suatu pemetaan baru untuk memeriksa apakah masalah pada point 2
sudah dihilangkan.
Pencapaian VSM dapat diterapkan kepada pengaturan Jasa, juga termasuk proses
administrasi. Dalam pegaturan Jasa, menentukan keadaan saat ini atau masa depan
dari value stream untuk proses spesifik dapat dilakukan dengan cara :
3) Mengetahui metric mana yang digunakan untuk mewakili nilai dari seluruh
proses
saat bekerja.
perbaikan tersebut.
Value Stream Mapping (VSM) memeriksa nilai tambah dari setiap langkah
dalam proses rantai pasok (supply chain). Perbedaan antara Value Stream
adalah bahwa VSM mencoba untuk menonjolkan kegiatan bernilai tambah dan
yang tidak bernilai tambah, hanya itu, sisi ekonomi dari diagram alir. Value
Stream Mapping (VSM) adalah sebuah prinsip yang pada intinya hampir sama
dengan basic flowchart (diagram alir dasar), yang membedakan adalah VSM
menemukan dan memetakan kegiatan yang memiliki nilai tambah (value added
work) dan kegiatan yang tidak memiliki nilai tambah (non-value added
jam henti (stop-watch time study) diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W.
Taylor sekitar abad 19 yang lalu. Metoda ini terutama sekali diaplikasikan untuk
Dari hasil pengukuran akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu
silus pekerjaan, yang mana waktu ini akan dipergunakan sebagai standard
yang sama seperti itu. Secara garis besar langkah-langkah untuk pelaksanaan
pengukuran waktu kerja dengan jam henti ini diuraikan sebagai berikut:
1. Definisi pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan beritahukan
maksud dan tujuan oengukuran ini kepada pekerja yang dipilih untuk diamati
4. Amati, ukur, catat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk menyelesaikan
5. Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Teliti apakah
jumlah siklus kerja yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau tidak.
ditetapkan untuk setiap elemen kerja yang ada dan hanya ditujukan untuk
performance operator. Untuk elemen kerja yang secara penuh dilakukan oleh
oleh operator tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh waktu kerja normal.
9. Tetapkan waktu kerja baku (standard time) yaitu jumlah total antara waktu
dapat terjadi seperti karena operator bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat
karena kondisi ruangan yang buruk. Jadi jika pengukur mendapatkan harga rata-
rata siklus/elemen yang diketahui diselesaikan dengan kecepatan yang tidak wajar
oleh operator, maka agar harga tersebut menjadi wajar, pengukur harus
dengan suatu harga Rf atau factor rating. Besarnya harga Rf sedemikian rupa
atau normal. Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di atas normal
maka harga Rf akan lebih besar dari 1 (Rf>1) dan sebaliknya jika operator bekerja
di bawah normal maka harga Rf akan lebih kecil dari 1 (Rf<1). Dan andaikan
pengukur berpendapat bahwa operator bekerja secara wajar maka harga Rf akan
sama dengan 1 (Rf = 1). Dalam penelitian ini metode penyesuaian yang
Keterampilan dapat juga menurun yaitu bila terlampau lama tidak menangani
pekerejaan tersebut, atau karena sebab-sebab lain seperti karena kesehatan yang
sebagainya.
1. Super Skill:
Adapun ciri-ciri pekerja yang memiliki keterampilan super skill adalah sebagai
berikut:
2. Excellent Skill
sebagai berikut:
atau pemeriksaan-pemeriksaan.
kesalahan.
3. Good Skill
Adapun ciri-ciri pekerja yang memiliki keterampilan good skill adalah sebagai
berikut:
2) Bekerja tampak lebih baik dari pada kebanyakan pekerja pada umumnya.
lebih rendah.
6) Tiada keragu-raguan.
7) Bekerjanya stabil.
9) Gerakan-gerakannya cepat.
4. Average Skill
sebagai berikut:
5. Fair Skill
Adapun ciri-ciri pekerja yang memiliki keterampilan fair skill adalah sebagai
berikut:
6) Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi tampak tidak
selalu yakin.
6. Poor Skill
Adapun ciri-ciri pekerja yang memiliki keterampilan poor skill adalah sebagai
berikut:
2) Gerakan-gerakannya kaku.
gerakan, kepercayaan diri, koordinasi, irama gerakan, dan hal-hal lainnya. Dengan
pembagian ini pengukuran akan lebih terarah dalam menilai kewajaran pekerja
diperoleh dapat lebih obyektif. Untuk usaha atau effort dara westinghouse
dengan usaha disini adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator
ketika melakukan pekerjaannya. berikut ini ada enam kelas usaha dengan ciri-
cirinya.
1. Excessive Effort
kesehatannya.
kerja.
2. Excellent Effort
11) Karena lancarnya, perpindahan dari satu elemen keelemen lain tidak
terlihat.
3. Good Effort
1) Bekerja berirama.
4. Average Effort
5. Fair Effort
3) Kurang sungguh-sungguh.
8) Terlampau hati-hati.
6. Poor Effort
bahan-bahan.
keterampilan tinggi tidak jarang bekerja dengan usaha yang tidak didukung
’kelas tinggi’ pada ketrampilan dengan usaha tampak erat sebagaimana juga
dengan kelas-kelas rendah, kedua faktor ini adalah hal-hal yang dapat terjadi
ruangan. Bila tiga faktor lainnya yaitu keterampilan, usaha dan konsistensi
sesuatu diluar operator yang diterima apa adanya oleh operator tanpa banyak
kemampuan merubahnya. Oleh sebab itu faktor kondisi sering disebut sebagai
faktor manajemen, karena pihak inilah yang dapat dan berwenang merubah atau
memperbaikinya.
Kondisi kerja dibagi menjadi enam kelas yaitu ideal, excellent, good ,
average, fair dan poor. Kondisi yang ideal tidak selalu sama untuk setiap
bagi suatu pekerjaan dapat saja dirasakan sebagai fair atau bahkan poor bagi
pekerjaan yang lain. Pada dasarnya kondisi yang ideal adalah kondisi yang paling
performance yang maksimal dari pekerja. Sebaliknya kondisi poor adalah kondisi
keadaan yang bagaimana disebut idea, dan bagai mana pula yang disebut poor
perlu dimiliki agar penilian terhadap kondisi kerja dalam rangka melakukan
diperhatikan karena pada kenyataan bahwa pada setiap pengukuran waktu angka-
angka yang dicatat tidak pernah semuanya sama, waktu penyelesaian yang
ditunjukkan pekerja selalu berubah-ubah dari satu siklus kesiklus lainnya, dari jam
ke jam, bahkan dari hari ke hari. Selama ini masih dalam batas-batas kewajaran
masalah tidak timbul, tetapi jika variabilitasnya tinggi maka hal tersebut harus
dibagi kedalam enam kelas yaitu: Perfect, excellent, good , average, fair, dan
poor. seseorang yang bekerja Perfect adalah yang dapat bekerja dengan waktu
penyelesaiaan yang tetap dari saat ke saat. Secara teoritis mesin atau pekerja yang
atau average adalah bila selisih antara waktu penyelesaiaan dengan rata-ratanya
yang berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing-masing faktor tersebut. Tabel
SKILL EFFORT
+0.15 A1 +0.13 A1
SUPER SKILL SUPER SKILL
+0.13 A2 +0.12 A2
+0.11 B1 +0.10 B1
EXCELLENT EXCELLENT
+0.08 B2 +0.08 B2
+0.06 C1 +0.05 C1
GOOD GOOD
+0.03 C2 +0.02 C2
0.00 D AVERAGE 0.00 AVERAGE
-0.05 E1 -0.04 E1
FAIR FAIR
-0.10 E2 -0.08 E2
-0.16 F1 -0.12 F1
POOR POOR
-0.22 F2 -0.17 F2
CONDITION CONSISTENCY
+0.06 A IDEAL +0.04 A IDEAL
+0.04 B EXCELLENT +0.03 B EXCELLENT
+0.02 C GOOD +0.01 C GOOD
0.00 D AVERAGE 0.00 D AVERAGE
-0.03 E FAIR -0.02 E FAIR
-0.07 F POOR -0.04 F POOR
Sumber: Iftikar Z, Sutalaksana dkk. (1979)
Berdasarkan tabel 1.1 maka nilai factor rating dapat ditentukan sebagai berikut :
pekerjaan yang relatif ringan dimana operator bekerja selama 8 jam per hari
tanpa istirahat yang resmi sekitar 2% sampai 5 % (10 sampai 24 menit) setiap
menyebabkan kebutuhan waktu untuk personil ini lebih besar lagi, allowance
adalah kerja yang membutuhkan pikiran banyak (lelah mental) dan kerja fisik.
Masalah yang dihadapi untuk menetapkan jumlah waktu yang diijinkan untuk
istirahat melepas lelah ini sangat sulit dan kompleks sekali. Disini waktu yang
memberikan satu kali periode istirahat pada waktu pagi hari dan sekali lagi
pada waktu siang hari menjelang sore hari, waktu yang diberikan berkisar 5-
15 menit.
Keterlambatan atau delay bisa disebabkan oleh faktor-faktor yang sulit untuk
faktor yang sebenarnya masih bisa untuk dihindari. Untuk unavoidable delay
disini terjadi pada umumnya disebabkan oleh operator, mesin, ataupun hal-hal
lain yang diluar kontrol. Mesin dan peralatan kerja lainnya selalu diharapkan
tetap pada kondisi siap pakai atau kerja. Apabila terjadi kerusakan dan
perbaikan yang berat terpaksa harus, operator biasanya akan ditarik dari
stasiun kerja.
sendiri.
3. Cara Objektif : cara yang memperhatikan 2 faktor yaitu kecepatan kerja dan
Faktor Kelonggaran
Tenaga Yang dikeluarkan Pria Wanita
1. Dapat diabaikan 0,0-0,6 0,0-0,6
2. Sangat Ringan 6,0-7,5 6,0-7,5
3. Ringan 7,5-12,0 7,5-12,0
4. Sedang 12,0-19,0 16,0-30,0
5. Berat 19,0-30,0
6. Sangat Berat 30,0-50,00
Sikap Kerja
1. Duduk 0,0-1,0
2. Berdiri di atas dua kaki 1,0-2,5
3. Berdiri di atas satu kaki 2,5-4,0
4. Berbaring 2,5-4,0
5. Membungkuk 4,0-10
Gerakan Normal
1. Normal 0
2. Agak terbatas 0-5
3. Sulit 0-5
4. Anggota badan terbatas 5-10
5. Seluruh anggota badan terbatas 10-15
Faktor Kelonggaran
keseluruhan antara berbagai jenis atau tahapan proses. Peta Proses menjabarkan
dengan jelas arus proses langkah demi langkah dengan melacak arus
material, informasi dan / atau layanan melalui semua langkahnya. Hal ini
representasi visual dari alur kerja baik dalam proses atau keseluruhan operasi.
Seperti alat serbaguna lainnya, ada banyak variasi process activity mapping. Hal
itu dapat membantu setiap aktivitas untuk dapat ditempatkan di salah satu dari
1. Operasi
2. Inspeksi
3. Transportasi
4. Penyimpanan
penundaan.
5. Keterlambatan
operasi.
titik akhir.
4. Tandai tempat di peta tempat ada limbah, penundaan atau jenis lainnya
masalah terjadi
5. Tanyakan, "di mana kita bisa berinovasi dalam proses ini untuk
terjadi. Cause and effect diagram merupakan alat formal yang sering digunakan
4. Spesifikasi penyebab utama dalam kategori dan buat kotak terhubung pada
garis tengah.
masalah
Pengujian data dilakukan dengan melakukan uji keseragaman data dan uji
kecukupan data. Uji keseragaman data dilakukan agar dapat melihat secara jelas
kondisi-kondisi kerja yang tidak wajar, misalnya terjadi kecelakaan pada lokasi
yang berdekatan dengan lokasi kerja yang secara tidak langsung akan
rumus:
Keterangan :
k = Konstanta
S = Tingkat ketelitian
ialah sebuah teknik komprehensif yang bila dikombinasikan dan matang akan
pemborosan. Sistem ini tidak hanya akan membuat perusahaan menjadi bersifat
lean, namun kemudian lebih fleksibel dan lebih responsif dengan mengurangi
pemborosan.
Lean Manufacturing miliki beberapa 'peralatan' yang ada, yang merupakan alat
pemeriksaan kesalahan (pokayoke). Pada cara ini dapat dilihat pendekatan yang
definisi limbah secara spesifik hampir merupakan kontribusi unik dari TPS. Ohno
mendefinisikan pemborosan dengan cara yang tidak dipikirkan orang lain. Dia
1. Transportasi
2. Menunggu
3. Overproduksi
4. Kecacatan
5. Persediaan
6. Gerakan
7. Kelebihan pengolahan
Orang lain telah mencoba untuk membuang pemborosan ini, namun TPS
Proses pengurangan tujuh jenis pemborosan dapat dilakukan dengan cara berikut,
yaitu:
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dimulai sejak bulan juli hingga bulan November. Penelitian
dilaksanakan di PT. Cendana Putera Lestari yang bergerak dalam bidang produksi
alas telur. Perusahaan ini berlokasi di Desa Dalu X-A, Jalan Tanjung Morawa-
Objek penelitian yang diamati adalah proses produksi alas telur pada PT.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan kategori berupa studi
kasus, yaitu suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara
sistematik, faktual, dan akurat mengenai sifat suatu objek atau populasi untuk
Studi kasus, atau penelitian kasus (case study), adalah penelitian tentang
status subjek penelitian yang berkenan dengan suatu fase spesifik atau khas dari
4. kumpulkan data.
5. Organisasikan informasi serta data yang terkumpul dan analisis untuk membuat
elemen transportasi hal yang mempengaruhi ialah jarak angkut barang, pada
elemen waktu mnenunggu hal yang mempengaruhi ialah lintasan produksi dan
produksi saat produk tidak dibutuhkan, pada elemen kecacatan dapat di reduksi
reduksi dengan meminimumkan lot sizing dan SMED, pada elemen proses
berlebih dapat di reduksi dengan mereduksi setiap aktivitas yang tidak bernilai
tambah, dan pada elemen pergerakan hal yang mempengaruhi ialah jarak, apabila
dengan waktu. Adapun kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 4.1.
Transportasi/Material
handling
Unnecessary Motion
Waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan suatu unit barang dari satu tempat
ke tempat lain.
b. Unnecessary motion
c. Waktu menunggu
melaksanakan proses.
Pemborosan ialah sesuatu yang tidak memberikan nilai tambah pada produk, dan
MULAI
Identifikasi Masalah
Menemukan Pokok Permasalahan
Kualitas Produk
Pengumpulan Data
1. Data primer
- Waktu Siklus
- Waktu Baku
- Rating Factor dan Allowance
2. Data sekunder
- Data Uptime Mesin
- Data Jumlah Operator dan Jam Kerja
- Aliran Bahan dan Informasi di Lantai Produksi
Pengolahan Data
SELESAI
a. Perhitungan waktu baku untuk waktu siklus produksi yang diperoleh dari
b. Pengujian data primer meliputi uji keseragaman data dan uji kecukupan data,
Pemilihan model line bertujuan supaya penggambaran sistem fokus pada suatu
masing, sehingga data atau informasi yang diperoleh dari setiap proses bisa jadi
tidak sinkron antara satu dengan lainnya saat digabungkan. Oleh karena itu
terjadi di pabrik mulai dari bahan diterima dari supplier hingga menjadi produk
jadi. Orang inilah yang disebut value stream manager yang diharapkan dapat
Block diagram pengolahan data dapat dilihat pada Gambar 4.3. berikut.
Mulai
Selesai
berikut:
pemborosan-pemborosan apa saja yang ada dan dicari akar permasalahan dan
dikurangi atau tidak dengan merinci total Value Added Time (VA) dan
b. Amati waktu siklus produksi. Apakah waktu siklus terlalu lama dalam
Takt time adalah waktu yang tersedia untuk memproduksi suatu barang atau
jasa dibagi dengan jumlah barang atau jasa yang diminta pelanggan dalam
hasil perhitungan takt time dengan cycle time yang diperoleh berdasarkan
proses yang terjadi di lantai produksi. Jika diperoleh cycle time lebih besar
daripada takt time pada beberapa kegiatan, maka diperlukan perbaikan agar
pesanan pelanggan dapat dipenuhi pada waktu yang dijanjikan sesuai dengan
ke dalam value added activity dan non value added activity. Berdasarkan
state map dan analisis takt time. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan
Metode yang digunakan pada bagian ini adalah cause and effect diagram dan
5w+1H.
Future State Map merupakan gambaran keadaan yang ingin dicapai oleh
current state map, baik dari lead time dan non-value added time untuk
sebelumnya.
BAB V
dilakukan terhadap data yang berhubungan dengan proses pembuatan alas telur
yaitu berupa data proses produksi alas telur di PT. Cendana Putera Lestari serta
Data yang dimaksud adalah data uraian proses produksi pembuatan alas telur, data
waktu dari setiap proses produksi, flow process chart, dan data sekunder untuk
V-76
Flow process chart proses produksi alas telur dapat dilihat pada Gambar.
Air Duplex Limbah karton dan kardus
592" 592"
D-1 Ditumpuk ke stasiun mixing D-2 Ditumpuk di stasiun mixing
100"
T-4 Dimasukkan ke mesin mixer 1
539"
Dicampur bahan baku dengan air
O-1
pada mesin mixer 1
Dipindahkan ke stasiun
119" T-9 300" T-8
pengeringan secara manual
Dipindahkan ke stasiun
118" T-10 penyortiran
447"
D-3 Ditumpuk menunggu untuk di press
447"
D-4 Ditumpuk menunggu untuk di packing
Tali
Data sekunder yang dimaksud untuk melengkapi current state map adalah
data jumlah pekerja dan data uptime setiap proses. Uptime menunjukkan waktu
operasi mesin dalam periode satu bulan kerja dengan non value added time mesin
Dimana :
Non Value added time : Waktu proses yang tidak memiliki nilai tambah
Available time : Total waktu produksi per hari dikurangi downtime yang
direncanakan
Untuk keseluruhan waktu uptime proses pembuatan alas telur dapat dilihat pada
Tabel 5.2. Uptime dan Jumlah Operator Setiap Proses Untuk Alas Telur
Jumlah Jumlah
No Proses Uptime(%) Scrap(%) Operator Mesin
(orang) (Unit)
1 Weighing 100% - 1 -
2 Mixing 1 100% - 1 1
3 Mixing 2 100% - 1 1
4 Stowing 100% - 1 2
5 Molding 100% 0,3 % 2 2
6 Drying 100% 0,4 % 2 1
7 Sorting 100% - 2 -
8 Pressing 100% 0,1 % 1 1
9 Packing 100% - 1 -
Sumber : Pengumpulan Data
kerja yang diperoleh dari pengukuran kerja akibat tempo atau kecepatan kerja
operator yang berubah-ubah. Dalam penelitian ini perhitungan nilai rating factor
usaha, kondisi dan konsistensi. Hasil westinghouse factor pada operator dapat
Bila pekerja bekerja dibawaah normal maka rf < 1, sedangkan bila pekerja
bekerja di atas normal, maka rf > 1. Rekapitulasi hasil perhitungan rating factor
Westinghouse Rating
No Proses
Factor Factor
1 Weighing 0,04 1,04
2 Mixing 1 0,05 1,05
3 Mixing 2 0,05 1,05
4 Stowing 0,06 1,06
5 Molding 0,08 1,08
6 Drying 0,08 1,08
7 Sorting 0,04 1,04
8 Pressing 0,05 1,05
9 Packing 0,05 1,05
Nilai waktu yang diperoleh disini masih belum bisa ditetapkan sebagai waktu
baku untuk penyelesaian suatu operasi kerja, karena masih belum terdapat faktor-
faktor yang berkaitan dengan waktu kelonggaran (allowance time) agar operator
(kelonggaran) terhadap tiap proses produksi pembuatan alas telur dapat dilihat
Rekapitulasi hasil perhitungan allowance dapat dilihat pada table 5.6 berikut.
penyesuaian, sehingga operator dapat bekerja dalam kondisi wajar dan normal.
memproduksi satu unit dari data jenis produk. Waktu standar untuk setiap part
atau untuk faktor-faktor yang tidak dapat dihindarkan. Perhitungan waktu standar
Wastinghouse = 0,04
Allowance = 13 %
Maka,
= 2,26 x 1,04
= 2,35 menit
100%
Waktu baku = 2,35 x
100% 13%
= 2,70
Perhitungan waktu baku diatas juga dilakukan pada stasiun kerja mixing,
drying, molding, sorting, packing, dan pressing. Hasil perhitungan waktu baku
5.2.2. Pengujian Data Primer Uji Keseragaman dan Uji Kecukupan Data
memastikan bahwa data yang dikumpulkan berasal dari satu sistem yang sama.
Melalui pengujian dapat mengetahui adanya perbedaan data di luar batas kendali
(out of control) yang dapat digambarkan pada peta kontrol. Data-data yang
rata, standar deviasi, dan nilai maksimum dan minimum, dilakukan dengan
Xi
i 1
X
n
X 2,26 menit
( Xi X ) 2
S i 1
(n 1)
(2,25 2,26)2 (2,27 2,26)2 (2,8 2,26)2 (2,23 2,26)2 (2,27 2,26)2
S= 5 1
S= 0,019
BKA = X + 2σ
BKB = X - 2σ
- Jika, X min < BKB dan Xmax > BKA, Data Tidak Seragam.
Berikut ini merupakan rekapitulasi hasil uji keseragaman data untuk keseluruhan
proses.
Tabel 5.8 Hasil Uji Keseragaman Data Waktu Produksi Alas Telur
No Proses Xmax Xmin BKA BKB Keterangan
1 Weighing 2,28 2,23 2,30 2,22 Seragam
2 Mixing 1 9.10 8.90 9.15 8.84 Seragam
3 Mixing 2 14.40 14.10 14.45 14.00 Seragam
4 Stowing 15.17 14.90 15.26 14.79 Seragam
5 Molding 12.37 12.17 12.46 12.14 Seragam
6 Drying 22.20 21.97 22.27 21.89 Seragam
7 Sorting 10.17 9.30 10.53 9.20 Seragam
8 Pressing 7.10 6.85 7.20 6.80 Seragam
9 Packing 8.07 7.97 8.10 7.95 Seragam
Sumber: Pengolahan Data
Hasil uji keseragaman data pada Tabel 5.8. menunjukkan bahwa seluruh
data berada di antara BKA dan BKB (in control), maka disimpulkan bahwa
keseragaman data dengan menggunakan kurva peta control dapat dilihat pada
gambar 5.2.
Waktu
BKB
BKA
BK
Pengukuran ke-
Pada Gambar 5.2 dapat dilihat bahwa seluruh data waktu proses weighing berada
didalam BKA dan BKB, maka disimpulkan bahwa data waktu proses weighing
Waktu
BKB
BKA
BK
Pengukuran ke-
Pada gambar 5.3 dapat dilihat bahwa seluruh data waktu proses mixing 1 berada
didalam BKA dan BKB, maka disimpulkan bahwa data waktu proses mixing 1
BKB
BKA
BK
Pengukuran ke-
Pada gambar 5.4 dapat dilihat bahwa seluruh data waktu proses mixing 2 berada
didalam BKA dan BKB, maka disimpulkan bahwa data waktu proses mixing 2
Waktu
BKB
BKA
BK
Pengukuran ke-
Pada gambar 5.5 dapat dilihat bahwa seluruh data waktu proses stowing berada
didalam BKA dan BKB, maka disimpulkan bahwa data waktu proses stowing
Waktu
Waktu Proses
Molding
BKB
BKA
BK
Pengukuran ke-
Pada gambar 5.6 dapat dilihat bahwa seluruh data waktu proses molding berada
didalam BKA dan BKB, maka disimpulkan bahwa data waktu proses molding
Waktu
BKB
BKA
BK
Pengukuran ke-
Pada gambar 5.7 dapat dilihat bahwa seluruh data waktu proses drying berada
didalam BKA dan BKB, maka disimpulkan bahwa data waktu proses drying yang
BKB
BKA
BK
Pengukuran ke-
Pada gambar 5.8 dapat dilihat bahwa seluruh data waktu proses sorting berada
didalam BKA dan BKB, maka disimpulkan bahwa data waktu proses sorting yang
Waktu
BKB
BKA
BK
Pengukuran ke-
Pada gambar 5.9 dapat dilihat bahwa seluruh data waktu proses pressing berada
didalam BKA dan BKB, maka disimpulkan bahwa data waktu proses pressing
Waktu
BKB
BKA
BK
Pengukuran ke-
Pada gambar 5.10 dapat dilihat bahwa seluruh data waktu proses packing berada
didalam BKA dan BKB, maka disimpulkan bahwa data waktu proses packing
memastikan bahwa data yang digunakan cukup untuk digunakan sebagai bahan
N X X
k 2 2
N' s
X
Dengan ketentuan:
Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 95% dan
tingkat ketelitian 5%. Koefisien untuk tingkat kepercayaan 95% adalah 2 (k = 2).
Maka :
0,05 N X X
2 2 2
N'
X
2
2 2
0,05 5 x 25,5396 - (11,30)
N '
11,30
N’= 0,1002
Kesimpulan:
N’ < N
0,1002 < 5
Data dinyatakan cukup karena N’<N, data hasil pengukuran yang dilakukan sudah
cukup mewakili populasi. Dengan cara yang sama seperti diatas, maka hasil uji
sistem produksi. Model line yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Menurut Mike Rother and John Shook dalam bukunya "Learning to See"
keuntungan dari produk perusahaan. Value Stream Manager harus sangat dekat
pelanggan, dan sangat dekat dengan pemasok. Dengan kata lain,.seseorang yang
dan memiliki peranan penting dalam proses produksi sehingga dapat memberikan
informasi dengan lengkap dan dapat membantu dalam memberikan saran bagi
perbaikan proses produksi. Dalam penelitian ini, value stream manager adalah
Current state map ini adalah gambaran kondisi operasi yang terjadi pada
proses saat ini, current state map akan menjadi gambaran besar, dan tidak akan
menceritakan detail proses dari setiap proses. Current State Map terdiri atas
direkapitulasi dalam satu process box. Informasi yang terkumpul dari setiap
stasiun kerja dimasukkan dalam process box. Informasi yang dibutuhkan dalam
map yang menggambarkan kondisi nyata seluruh proses yang terjadi di lantai
pabrik dalam process box, Current state map produksi alas telur dapat dilihat pada
gambar 5.11.
Tabel 5.10. Informasi Yang Dibutuhkan dalam Pembuatan Current State Map
Lantai Produksi
Marketing
Daily Schedule
Supplier Customer
Monthly Order
Alat ini sering digunakan oleh ahli teknik industri untuk memetakan
dapat terwujud. Process activity mapping akan memberikan gambaran aliran fisik
dan informasi, waktu yang diperlukan untuk setiap aktivitas, jarak yang ditempuh
aktivitas menjadi lima jenis yaitu operasi, transportasi, inspeksi, delay dan
penyimpanan. Operasi dan inspeksi adalah aktivitas yang bernilai nilai tambah.
tambah. Adapun delay adalah aktivitas yang dihindari untuk terjadi sehingga
Keteranangan:
rate). Takt time didasarkan kepada permintaan pelanggan, sedangkan cycle time
Nilai takt time per minggu dapat dihitung menggunakan rumus berikut.
Permintaan perminggu
Costumer demand per week =
Uptime x (1 - scrap)
VI-108
= 6300 menit
Perhitungan takt time dilakukan pada proses paling akhir yaitu pada proses
packing.
Uptime = 100%
Scrap = 0
30000
Costumer demand per week =
1 x (1 - 0)
= 30000 unit/minggu
6300
Takt time =
30000
= 0,210 menit
Berikut ini merupakan table rekapitulasi perhitungan takt time yang ditampilkan
Berdasarkan tabel 5.13. dapat dilihat bahwa waktu siklus pada proses
drying lebih besar dari takt time, hal ini berarti masih dapat dilakukan perbaikan
pada proses tersebut. Sedangkan pada operasi lainnya yaitu operasi yang memiliki
nilai cycle time berada dibawah nilai takt time menunjukkan bahwa kegiatan
BAB VI
6.1 Analisis
Berdasarkan current state map yang dibuat diperoleh bahwa besar waktu
untuk kegiatan value added sebesar 125,23 menit. Sedangkan besar waktu untuk
kegiatan non value added sebesar 59,04 menit. Waktu untuk aktivitas non value
added masih terlalu besar, hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap
yang terjadi sebagian besar disebabkan oleh kegiatan transportasi dan delay.
proses produksi. Jumlah kegiatan dalam pembuatan alas telur adalah sebanyak 22
kegiatan. Dari 23 kegiatan ini terbagi ke dalam 2 jenis kegiatan yaitu value added
dan non value added seperti yang ditunjukkan pada tabel 6.1.
Dapat dilihat bahwa kegiatan value added adalah pada kegiatan operasi,
Sedangkan untuk kegiatan non value added time adalah delay, transportasi dan
storage dengan total waktu sebesar 59,04 menit. Hal ini menunjukkan bahwa pada
proses pembuatan alas telur masih terdapat waste yang cukup besar dan
sebagai berikut.
Cycle Time/
No Kegiatan Waktu baku Takt Time
Unit
1 Weighing 2.70 0.077 0,210
2 Mixing 1 11.12 0.318 0,210
3 Mixing 2 17.78 0.508 0,210
4 Stowing 18.09 0.517 0,210
5 Molding 16.20 0.463 0,210
6 Drying 28.73 0.821 0,210
7 Sorting 12.37 0.353 0,210
8 Pressing 8.45 0.241 0,210
9 Packing 9.79 0.280 0,210
Sumber: Pengolahan Data
Ditunjukkan bahwa nilai takt time yang dibutuhkan sebesar 0,210 menit.
Dari cycle time yang diperoleh, 8 dari 9 kegiatan berada diatas waktu takt time.
Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan untuk mengeliminasi kegiatan yang
tidak efisien agar pesanan pelanggan dapat dipenuhi dengan batas lead time yang
telah dijanjikan.
6.2. Evaluasi
masih terdapat waste dalam nilai yang cukup besar. Value added time dengan total
waktu sebesar 125,23 menit (67,96%), sedangkan untuk kegiatan non value added
time sebesar 59,04 menit (32,03%). Besarnya kegiatan non value added time
(Fishbone). Melalui cause and effect diagram dapat ditentukan akar penyebab
masalah pemborosan yang terjadi di lantai produksi PT. Cendana Putera Lestari.
MESIN MANUSIA
Kurang Fokus
Transportasi secara manual
Kelelahan
Alat angkut berupa Beban kerja yang berat
Mesin terbatas
Penyebab Pemborosan
pada transportasi
Desain ingkungan kerja
tidak diperhatikan Tidak ada SOP
dengan baik
LINGKUNGAN METODE
MESIN MANUSIA
jumlah
output kecil Penumpukan bahan baku
Penyebab Pemborosan
pada Delay
Lingkungan kotor
dan licin Hasil kerja tidak optimal
LINGKUNGAN METODE
metode 5W+1H untuk menemukan solusi akar penyebab masalah yang diperoleh
Beban
Melakukan
Kurang kerja Pembagian Di lantai Setiap hari
Operator pembagian beban
fokus besar, beban kerja produksi kerja
kerja sesuai porsi
kelelahan
Manusia Kurang Stasiun
Menambah
operator weighing,
Penumpukan Penambahan Setiap hari operator pada
pada pressing Operator
bahan baku operator kerja bagian pressing
proses dan
dan packing
selanjutnya packing
Kapasitas beberapa
Jumlah Penambahan Lantai Menambah jumlah
mesin uraian Operator
output kecil unit mesin produksi unit mesin
kurang kegiatan
Menambahkan
Mesin conveyor untuk
Transportasi Mesin Di bagian Pada saat mengurangi
Penambahan
secara angkut transportasi melakukan Operator pemborosan
conveyor
manual terbatas manual transportasi waktu dan
menghemat energi
pekerja
Membuat SOP
Pembagian
Tidak ada Membuat Lantai Setiap hari pada setiap
kerja tidak Operator
SOP SOP produksi kerja aktivitas di lantai
jelas
produksi
Metode
Pembagian
Hasil kerja Analisis Pembagian
jobdesk Lantai Setiap hari
tidak pembagian operator jobdesk dengan
belum produksi kerja
optimal jobdesk baik
optimal
Menambahkan
kipas dan APD
Desain
Setiap untuk mengatasi
Panas, kotor lingkungan Penataan Lantai
Lingkungan berada di Operator lingkungan yang
dan licin kurang stasiun kerja produksi
area mesin panas dan licin,
baik
serta menata
stasiun kerja
Sumber: Pengolahan Data
spesifikasi perusahaan. Berikut ini merupakan spesifikasi produk alas telur yang
yaitu:
K = 9 stasiun
∑
CTmax = 28,73
cycle time. Hal ini untuk mengurangi delay yang terjadi dan meningkatkan
efisiensi pada lintasan proses. Berikut ini perhitungan line balancing berdasarkan
maksimum, yaitu:
K = 7 stasiun
∑
CTmax = 28,73
dan packing, penggunaan alat transportasi secara manual, tidak ada SOP dan
lingkungan kerja yang panas dan licin. Kemudian diidentifikasi usulan perbaikan
APD bagi pekerja di lantai produksi. Penggunaan konveyor berupa belt conveyor
dengan kecepatan sebasar 0,5 – 2 m/s, dengan spesifikasi belt conveyor sebagai
berikut:
* Belt PVC/Rubber/Wiremesh/Foodgrade
a. Sebelum perbaikan:
b. Setelah perbaikan:
sebanyak 7,99 menit- 1,31 menit, yaitu 6,68 menit pada setiap sekali siklus
proses. Hal ini dapat dimanfaatkan perusahaan untuk menambah deskripsi kerja
dari pekerja tersebut. Apabila pekerja melakukan kerja 5 kali tanpa waktu
menit x 5 kali proses, yaitu ada 33,4 menit. Pada waktu 33,4 menit tersebut
konveyor juga dapat di istirahatkan, hal ini dapat menghemat investasi pada
Waktu yang terpakai selama terjadi penumpukan yaitu sebesar 7,45 menit.
Penumpukan terjadi disebabkan proses pemindahan barang dari proses sorting
dilakukan oleh pekerja bagian pressing. Pada pekerja pengankutan pada bagian
mixing mengalami waktu menganggur selama 6,68 pada setiap siklus produksi.
Hal ini dapat dimanfaatkan perusahaan untuk mengurangi waktu menunggu
yang teradi. Diperkirakan waktu berjalan pekerja tersebut manuju bagian yang
terjadi penumpukan tersebut selama 30 detik (0,5 menit). Sehingga terjadi
penghematan waktu sebesar:
= 7,45 menit – (6,68-0,5) menit
= 7,45 - 6,18
= 1,27 menit
3. Alas telur dibawa ke stasiun press
a. Sebelum perbaikan:
Waktu yang digunakan oleh pekerja untuk mengangkut alas telur dari bagian
b. Setelah perbaikan:
roda. Hal ini tentu akan mengurangi waktu transportasi yang terjadi
a. Sebelum perbaikan:
Waktu yang digunakan oleh pekerja untuk mengangkut alas telur dari bagian
b. Setelah perbaikan:
roda. Hal ini tentu akan mengurangi waktu transportasi yang terjadi
a. Sebelum perbaikan:
Waktu yang digunakan oleh pekerja untuk mengangkut alas telur dari bagian
b. Setelah perbaikan:
roda. Hal ini tentu akan mengurangi waktu transportasi yang terjadi
(waste) dari keadaan aktual proses produksi di lantai produksi. Pemborosan yang
pekerja menggunakan tangan. Hal ini menyebabkan pemborosan waktu dan energi
pekerja dalam hal memindahkan bahan dari satu work centre ke work centre yang
lain.
Dengan melihat total waktu produksi sebelum dan sesudah, maka dapat
dilihat pengurangan waste terjadi setelah penerapan perbaikan dari total waktu
sebesar 184,27 menit. Artinya, dalam 21 jam kerja hanya terjadi 6 siklus kerja.
Setelah perbaikan melalui value stream map usulan diperoleh nilai waktu siklus
yang baru sebesar 139,61 menit. Jadi terjadi pengurangan waktu non value added
menambah siklus kerja menjadi 8 kali. Melalui kenaikan produksi ini diharapkan
Lantai Produksi
Marketing
Daily Schedule
Supplier Customer
Monthly Order
kegiatan non value added time seperti yang ditunJukkan pada gambar 6.4. berikut.
Series1; Value
Stream Awal
(menit); 59,04 Series1; Value
Stream Usulan
(menit); 39,67
Gambar 6.4. Perbandingan Non Value Added Time Value Stram Awal dan Value
Stream Usulan
Dari gambar 6.4. dapat dilihat terdapat perbedaan non value added time
untuk value stream awal dan value stream usulan sebesar 59,04 menit – 39,67
proses produksi (lead time) sebesar 19,37 menit untuk memenuhi pesanan
BAB VII
7.1. Kesimpulan
Putera Lestari ialah berupa waktu menunggu untuk pemrosesan pada mesin
2. Kegiatan value added pada perusahaan memiliki waktu sebesar 125,23 menit.
Sedangkan untuk kegiatan non value added time dengan total waktu sebesar
59,04 menit. Hal ini berarti pemborosan terjadi sebesar 32,03% dari total lead
adalah kurangnya operator pada bagian pressing, dan packing, tidak ada SOP
yang pasti, lingkungan kerja yang panas dan licin serta penggunaan alat
4. Penerapan Lean manufacturing berupa future state map (value stream usulan)
akan memberikan pengurangan lead time awal sebesar 184,27 menit menjadi
164,90 menit.
7.2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini antara lain adalah:
perusahaan.
lead time.
DAFTAR PUSTAKA
Arfman, David. 2015. The Value of Lean in The Service Sector: A Critique of
Press.
Yogyakarta.
Misbah, Achmad. Dkk. 2015. Upaya Meminimalkan Non Value Added Activities
National Steel & Ship Building Co. 2000. Lean Manufacturing Principle Guide.
Sutalaksana, Iftikar A. Dkk. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: Institute
Teknologi Bandung
Wignjosoebroto, Sritomo. 2001. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Guna Widya,
Surabaya
Hill Company.