TUGAS SARJANA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari
Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
D E P A RT E M E N T E K NI K I N D U S T RI
F A K U L T A S TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan merupakan perusahaan yang bergerak
dalam industri pengolahan air minum dalam kemasan. Dalam kegiatan produksinya, terdapat
aktivitas manual material handling. Aktivitas itu adalah pengangkatan dan penyusunan kotak
produk (krat) ke atas pallet yang dilakukan secara repetitif selama delapan jam setiap shiftnya.
Berat 1 krat adalah 16 kg, disusun 3x3 sampai 6 tingkat dengan tinggi maksimum 171 cm, dan
berisi 54 krat per palletnya. Terdapat 3 orang pekerja/shift yang bekerja bergantian seorang diri
dengan waktu kerja 30 menit, istirahat 60 menit. Jumlah krat yang harus diangkat adalah
6000krat/hari dengan frekuensi pengangkatan krat 12-13 krat/menit. Ketika bekerja banyak postur
tubuh yang tidak ergonomis yang masih dijumpai seperti gerakan-gerakan membungkuk,
menggunakan jangkauan maksimum, memutar tubuh, dan mengangkat tangan dengan posisi ke
atas. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan beban kerja setiap operator.
Selama ini operator juga mengeluhkan bahwa untuk memindahkan material tersebut meyebabkan
sakit pada daerah lengan, punggung dan pinggang.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perbaikan sistem kerja terhadap beban kerja
fisik operator agar diperoleh sistem kerja yang lebih ergonomis. Sistem kerja aktual dianalisis
dengan pendekatan biomekanika dengan perhitungan besar gaya tiap segmen tubuh dan gaya tekan
L5/S1, penggunaan waktu kerja dengan membuat gang process chart dan analisis 5W+1H, serta
analisis antropometri. Hasilnya, sebagian besar kegiatan pengangkatan dan peyusunan krat secara
manual berada pada kategori yang berbahaya karena melebihi batas angkat maksimum yang
diizinkan. Pada umumnya kegiatan itu adalah ketika menyusun krat pada tingkat 6,5,4, dan 1, serta
bagian belakang (level 1,2,dan 3). Selain itu, waktu menganggur operator juga cukup banyak
karena banyak kegiatan yang tidak perlu, dilakukan oleh operator, yaitu 15,22% untuk operator 1;
5,16% untuk operator 2; dan 28,56% untuk operator 3. Tingginya idle menyebabkan operator
harus memaksakan diri untuk menyelesaikan target grup menyusun 6000 krat/shift, sehingga
terjadi kelebihan kapasitas operator yang seharusnya 12-13 krat/menit sampai menjadi 17
krat/menit. Dari analisis antropometri, ketiga operator memiliki tinggi jangkauan tangan yang
lebih kecil dari jarak susunan krat level 1, 2, dan 3 (baris belakang). Itulah sebabnya operator harus
membungkukkan badannya ketika menyusun krat pada baris belakang. Untuk itu diberikan
beberapa alternatif perbaikan berupa, pengaturan waktu kerja operator, penentuan operator yang
sesuai berdasarkan antropometri, perbaikan metode kerja sesuai prinsip ekonomi gerakan, serta
Standard Operating Procedure (SOP).
Keywords: Manual Material Handling, Beban Kerja, Gaya Segmen Tubuh dan Gaya Tekan L5/S1,
Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT atas semua
Sarjana ini.
Tugas Sarjana merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi
merupakan laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dan dibagi ke
dalam tujuh bab dengan judul “Studi Beban Kerja Fisik Operator pada Aktivitas
dalam Tugas Sarjana ini. Oleh karena itu, diharapkan adanya kritik dan saran yang
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini
bermanfaat.
Penulis
banyak pihak yang telah membantu, maka pada kesempatan ini penulis
1. Kedua orang tua dan keluarga yang dengan sepenuh hati dan tulus
2. Ibu Ir. Nazlina, MT., selaku dosen pembimbing I dan Ibu Ir. Anizar, M.Kes.,
penulisan laporan.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. A Rahim Matondang, MSIE., selaku pembanding I, Bapak
Ir. Mangara M Tambunan, M.Sc., selaku pembanding II, dan Ibu Ir. Dini
Wahyuni, MT., selaku pembanding III yang telah memberikan masukan dan
4. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT., selaku Ketua Departemen Teknik Industri
Industri USU yang telah memberikan izin dan dukungan kepada penulis.
Arman , serta para karyawan produksi PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit
penelitian.
penulis.
dapat disebutkan satu per satu, namun telah banyak memberikan dukungan,
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL............................................................................ i
ABSTRAK ........................................................................................ v
KATA PENGANTAR...................................................................... vi
DAFTAR ISI..................................................................................... ix
I PENDAHULUAN
BAB HALAMAN
3.7. Peta Proses Kelompok Kerja (Gang Process Chart) ............. III-19
IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB HALAMAN
5.7. Pembuatan Peta Proses Regu Kerja (Gang Process Chart) ..... V-6
BAB HALAMAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
TABEL HALAMAN
5.4. Besar Gaya dan Momen pada Segmen Telapak Tangan........................ V-9
5.5. Besar Gaya dan Momen pada Segmen Lengan Bawah ......................... V-12
5.6. Besar Gaya dan Momen pada Segmen Lengan Atas ............................. V-15
5.7. Besar Gaya dan Momen pada Segmen Punggung ................................. V-18
5.9. Gaya Otot (FM) dan Berat Total (Wtotal) ............................................. V-22
5.11. Gaya Otot (FM) dan Berat Total (Wtotal) ........................................... V-22
GAMBAR HALAMAN
3.3. Model Sederhana dari Punggung Bawah (Low Back) .............................. III-10
5.3. Pallet Sebelum (a) dan Sesudah (b) Disusun Krat ................................. V-6
5.5. Model Postur Operator ketika Mengangkat Krat dari Conveyor ........... V-7
6.1. Grafik Kapasitas Penyusunan Krat oleh Operator per Menit................. VI-2
GAMBAR HALAMAN
PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan merupakan perusahaan yang bergerak
dalam industri pengolahan air minum dalam kemasan. Dalam kegiatan produksinya, terdapat
aktivitas manual material handling. Aktivitas itu adalah pengangkatan dan penyusunan kotak
produk (krat) ke atas pallet yang dilakukan secara repetitif selama delapan jam setiap shiftnya.
Berat 1 krat adalah 16 kg, disusun 3x3 sampai 6 tingkat dengan tinggi maksimum 171 cm, dan
berisi 54 krat per palletnya. Terdapat 3 orang pekerja/shift yang bekerja bergantian seorang diri
dengan waktu kerja 30 menit, istirahat 60 menit. Jumlah krat yang harus diangkat adalah
6000krat/hari dengan frekuensi pengangkatan krat 12-13 krat/menit. Ketika bekerja banyak postur
tubuh yang tidak ergonomis yang masih dijumpai seperti gerakan-gerakan membungkuk,
menggunakan jangkauan maksimum, memutar tubuh, dan mengangkat tangan dengan posisi ke
atas. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan beban kerja setiap operator.
Selama ini operator juga mengeluhkan bahwa untuk memindahkan material tersebut meyebabkan
sakit pada daerah lengan, punggung dan pinggang.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perbaikan sistem kerja terhadap beban kerja
fisik operator agar diperoleh sistem kerja yang lebih ergonomis. Sistem kerja aktual dianalisis
dengan pendekatan biomekanika dengan perhitungan besar gaya tiap segmen tubuh dan gaya tekan
L5/S1, penggunaan waktu kerja dengan membuat gang process chart dan analisis 5W+1H, serta
analisis antropometri. Hasilnya, sebagian besar kegiatan pengangkatan dan peyusunan krat secara
manual berada pada kategori yang berbahaya karena melebihi batas angkat maksimum yang
diizinkan. Pada umumnya kegiatan itu adalah ketika menyusun krat pada tingkat 6,5,4, dan 1, serta
bagian belakang (level 1,2,dan 3). Selain itu, waktu menganggur operator juga cukup banyak
karena banyak kegiatan yang tidak perlu, dilakukan oleh operator, yaitu 15,22% untuk operator 1;
5,16% untuk operator 2; dan 28,56% untuk operator 3. Tingginya idle menyebabkan operator
harus memaksakan diri untuk menyelesaikan target grup menyusun 6000 krat/shift, sehingga
terjadi kelebihan kapasitas operator yang seharusnya 12-13 krat/menit sampai menjadi 17
krat/menit. Dari analisis antropometri, ketiga operator memiliki tinggi jangkauan tangan yang
lebih kecil dari jarak susunan krat level 1, 2, dan 3 (baris belakang). Itulah sebabnya operator harus
membungkukkan badannya ketika menyusun krat pada baris belakang. Untuk itu diberikan
beberapa alternatif perbaikan berupa, pengaturan waktu kerja operator, penentuan operator yang
sesuai berdasarkan antropometri, perbaikan metode kerja sesuai prinsip ekonomi gerakan, serta
Standard Operating Procedure (SOP).
Keywords: Manual Material Handling, Beban Kerja, Gaya Segmen Tubuh dan Gaya Tekan L5/S1,
PENDAHULUAN
Sebagian besar dari aktivitas fisik manusia dalam industri terjadi dalam
muskuloskeletal. Hal itu menyebabkan terjadinya cidera tubuh, sakit, dan cacat.
Masalah dari kegiatan manual material handling dikarenakan postur tubuh yang
tersebut jika terdapat ketidakesuaian antara tuntutan tugas (task demand) dan
fisik overexerted.1
PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan juga tidak terlepas dari
aktivitas manual material handling. PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan
merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan air minum dalam
pada bagian packing dan palletizing, dimana operator akan memindahkan krat
produk minuman dan menyusunnya ke atas pallet yang terletak di atas lantai
1
Singh, Suman. 2011. Assessment of Physiological Workload Related to Selected Manual
Material Handling Task.
repetitif selama delapan jam setiap shiftnya. Selama ini operator mengeluhkan
lengan, punggung dan pinggang karena setiap harinya mereka harus mengerjakan
hal yang sama berulang-ulang. Hal itu dirasakan operator ketika selesai
pulih tetapi rasa sakit otot lebih cepat terasa ketika kembali bekerja.
yang diletakkan dilantai sampai dengan tinggi maksimum 6 tingkat, disusun 3x3,
dimana setiap pallet berisi 54 krat. Tinggi krat maksimum adalah 171 cm,
sementara pada kondisi riil, tinggi operator yang paling tinggi adalah 170 cm,
operator yang mampu bekerja lebih stabil ataupun menyebabkan operator lebih
cepat lelah.2 Selain itu, penyusunannya masih dilakukan sembarang oleh tiap-tiap
2
Wibowo, Agus. 2010. Pengaruh Antropometri terhadap Kelelahan Kerja dan Hasil Belajar
Siswa pada Pekerjaan Mengikir dalam Matadiklat Kerja Bangku Kelas X SMKN I Blitar Jurusan
Mesin
13 krat/menit. Setiap harinya sekitar 6000 krat harus dipindahkan, dan pekerjaan
itu hanya dilakukan oleh tiga orang operator secara bergantian, sehingga dapat
Berat beban dan frekuensi yang tinggi secara berulang (repetitif) serta cara
kelelahan yang terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja fisik terus
menerus secara berulang (repetitif) sehingga akan mengakibatkan rasa sakit yang
diteliti oleh Muslimah, Etika (2006). Dalam jurnal penelitian ini, objek yang
diamati adalah pekerja panggul beras pada gudang BULOG Grogol. Metode yang
3
Wignjosoebroto, Sritomo. 2000. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, hal 283-284.
dengan perhitungan Lifting Index (LI) untuk mengetahui dampak resiko dari
beban yang diangkat. Hasilnya, beban angkat aktual (40 kg) berada
diatas/melebihi beban yang direkomendasikan (RWL antara 8,87 dengan 10,7 kg),
Penelitian lain yang membahas mengenai beban kerja yang ditinjau dari
Penelitian ini bertujuan untuk merancang peralatan kerja yang ergonomis untuk
mengatasi keluhan sakit pada bagian leher, punggung, dan pinggang ketika
dilakukan untuk melihat seberapa besar gaya tekan pada tulang belakang
khususnya L5/S1.
ini, sebagai upaya melakukan perancangan kerja yang lebih baik berdasarkan
kerja fisik yang diterima operator selama bekerja dapat direduksi sehingga
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk melakukan perbaikan sistem
kerja terhadap beban kerja fisik operator agar diperoleh sistem kerja yang lebih
ergonomis.
1. Melakukan penilaian beban kerja fisik operator dalam sistem kerja yang
selama ini digunakan berdasarkan aspek biomekanika dan studi waktu, serta
penilaian antropometri.
musculoskeletal operator.
1. Bagi perusahaan, sebagai masukan untuk mewujudkan sistem kerja yang lebih
baik dan aman bagi kesehatan dan keselamatan karyawan, khususnya dalam
1. Operator yang diukur berada dalam kondisi yang baik dan bekerja dengan
1. Penelitian difokuskan untuk menilai beban kerja fisik dari aspek biomekanika
2. Objek penelitian adalah operator yang bekerja pada bagian paletizing shift I
Laporan tugas sarjana ini disusun dengan sistematika yang disajikan dalam
perusahaan yang menjadi objek studi penelitian seperti sejarah perusahaan, ruang
acuan dalam pelaksanaan penelitian. Teori ini meliputi teori tentang beban kerja,
pelaksanaan penelitian.
dan pegolahan data dalam penelitian, yaitu data waktu penyusunan krat yang
disusun berdasarkan studi waktu dan dijabarkan dalam suatu peta proses
kelompok kerja (Gang Process Chart), serta data penilaian postur kerja dengan
terhadap hasil pengolahan data untuk kemudian dapat dilakukan evaluasi dan
kerja yang lebih ergonomis untuk aktivitas penyusunan kotak produk (krat).
Bab VII Kesimpulan dan Saran, berisi tentang kesimpulan yang dapat
diambil dari seluruh tahapan penelitian yang dilakukan, serta saran-saran yang
dari penemuan Dr. John Styth Pemberton secara industri. John Styth Pemberton,
adalah seorang ahli farmasi dari Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. Orang inilah
yang pertama kali mencampur sirup dari kacang kola Afrika dan daun Coca.
Cola karena berpendapat bahwa dua huruf C akan tampak menonjol untuk
Pada tahun 1892, Pemberton menjual hak cipta Coca-cola pada Assa
PT. Coca-Cola Company di Atlanta, Amerika Serikat yang kini menjadi kantor
nama menjadi Indonesia Beverages Limited (IBL). Tahun 1971 IBL menjalin
pembuatan minuman dalam kemasan. Saat ini PT. Coca-cola Bottling Indonesia
Unit Medan sudah memiliki beraneka jenis produk baik yang berkarbonasi
Belawan dan daerah pemasarannya adalah daerah Provinsi Sumatera Utara dan
dan Indrapura. PT. Coca-cola Bottling Indonesia sudah memiliki lebih dari 18000
retailer produk coca-cola. Hal ini membuat produk Coca-cola semakin mudah
untuk diperoleh dimana saja dengan harga yang dapat dijangkau oleh semua
lapisan masyarakat.
sama yang lain. Batas tanggung jawab setiap orang dituangkan dalam job
PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan secara garis besar dapat dilihat
pada Lampiran 1.
Setiap tenaga kerja yang bekerja di PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit
Medan terikat oleh jam kerja yang telah ditetapkan perusahaan. Adapun
1. Untuk seluruh tenaga kerja, kecuali tenaga kerja bagian Security dan
departemen Produksi, hari kerja adalah Senin sampai Jumat dengan jam
sebagai berikut:
2. Untuk bagian Security, bekerja setiap hari dengan jam kerja yang terdiri atas 3
shift, yaitu:
PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan saat ini telah memproduksi
empat jenis minuman yaitu: coca-cola, sprite, fanta dan frestea dengan berbagai
3. Fanta:
a. Fanta orange dengan isi : 200 ml, 295 ml, 1000 ml.
b. Fanta strawberry dengan isi : 200 ml, 295 ml, 1000 ml.
c. Fanta soda water dengan isi : 200 ml, 295 ml, 1000 ml.
d. Fanta Pineapple dengan isi : 200 ml, 295 ml, 1000 ml.
Minute Maid Pulpy, Powerade Isotonik, dan Ades tidak diproduksi di pabrik PT.
Adapun bahan yang digunakan oleh PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit
1. Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk,
ikut dalam proses produksi dan memiliki persentase terbesar dibandingkan dengan
bahan-bahan lain. Adapun bahan baku yang digunakan PT. Coca-cola Bottling
a. Air
(Frestea).
b. Gula
Gula yang digunakan adalah gula murni yang memenuhi standar yang telah
c. Concentrate
bahan pengawet dan pemberi rasa yang membedakanya dengan jenis minuman
lain.
menunjukkan ciri khas dari Coca-Cola. CO2 dibeli dari PT. Aneka Gas dan
2. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang digunakan pada proses produksi dengan
persentase lebih rendah dari pada bahan utama agar proses produksi dapat berjalan
lebih baik dan tidak dapat dibedakan dengan jelas pada produk akhir. Bahan
sanitasi peralatan.
c. Filter Aid : berfungsi untuk melapisi filter paper pada proses penyaringan
e. Causatif Soda (NaOH) : digunakan pada proses pencucian botol pada bottle
mutu suatu produk atau suatu bahan yang dapat dilihat pada akhir produk. Bahan
tambahan pada proses pembuatan minuman ringan yang terdapat pada PT. Coca-
cola Bottling Indonesia Unit Medan pada umumnya dibutuhkan pada proses
pengepakan, yaitu:
ringan.
Bottling Indonesia Unit Medan dikelompokkan atas dua kelompok besar yaitu :
LANDASAN TEORI
Workload atau beban kerja merupakan usaha yang harus dikeluarkan oleh
menjaga agar demand pekerjaan kurang dari kapasitas manusia. Artinya, workload
demand harus lebih kecil dari human capacity. Seperti halnya mesin, jika beban
yang diterima melebihi kapasitasnya, maka akan menurunkan usia pakai mesin
tersebut, bahkan menjadi rusak. Begitu pula manusia, jika ia diberikan beban kerja
yang berlebihan, maka akan menurunkan kualitas kerja orang tersebut seperti
kelelahan, tingginya error rate dan juga dapat mempengaruhi keselamatan dan
kesehatan kerja.
penggajian.
Perhitungan beban kerja setidaknya dapat dilihat dari tiga aspek, yakni
fisik, mental, dan penggunaan waktu. Aspek fisik meliputi perhitungan beban
4
http://adipradana.wordpress.com/2008/11/27/analisis-beban-kerja/
Secara umum, beban kerja fisik dapat dilihat dari dua sisi, yakni sisi
fisiologis dan biomekanika. Sisi fisiologis melihat kapasitas kerja manusia dari
sisi fisiologi tubuh (faal tubuh), meliputi denyut jantung dan konsumsi energi.
Sedangkan biomekanika lebih melihat kepada aspek terkait proses mekanik yang
Dalam dunia industri, hal ini meliputi berbagai kegiatan seperti bongkar muat
kotak atau karton, pemindahan material dari conveyor, dan penumpukan barang di
gudang.
Occupational Safety and Health, 1981) laserasi, memar, dan patah tulang;
5
Sanders, Mark S.1987. Human Factors in Engineering and Design. Sixth Edition. Halaman: 225
6
Nurmianto, Eko.2008. Ergonomi Konsep dasar dan Aplikasinya. Edisi kedua. Halaman: 154-155
melaporkan bahwa cedera yang berhubungan dengan MMH sekitar 25% dari
semua cedera industri dan menghasilkan sekitar 12 juta hari kerja hilang per tahun
ergonomis. Untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat maka perlu
adanya suatu batasan angkat untuk operator. Pendekatan terhadap batasan dari
Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa batasan angkat secara legal dari
berbagai negara yang digunakan untuk pabrik dan sistem bisnis manufaktur
lainnya. Batasan angkat ini dipakai sebagai batasan angkat secara internasional.
Australia), 1986.
Amerika.
rentang postur atau posisi aktivitas kerja ,ukuran beban dan ukuran manusia yang
(compression load) pada intervertebral disk antara lumbar nomor lima dan sacrum
dapat juga ditentukan dari jumlah konsumsi oksigen, denyut jantung, dan
konsumsi energi.
mendapatkan berat pada berbagai keadaaan dan ketinggian beban yang berbeda-
beda. Metode ini dirangkumkan oleh Snook (1978) dan dikatakan bahwa: “Para
3.3. Biomekanika7
tubuh manusia dan kombinasi antara keilmuan mekanika, antropometri, dan dasar
pada berbagai macam bagian tubuh dan gaya yang bekerja pada bagian tubuh
7
Buku Penuntun Praktikum Ergonomi dan APK, Teknik Industri USU. 2009
yang terdiri dari elemen-elemen yang saling terkait dan terhubung satu sama lain,
melalui sendi-sendi dan jaringan otot yang ada. Prinsip-prinsip fisika digunakan
untuk menyatakan tegangan mekanik pada tubuh dan gaya otot yang diperlukan
frekuensi pemindahan.
2. Manfaatkan dua atau lebih pekerja untuk memindahkan barang yang berat.
3. Ubahlah aktivitas jika mungkin sehingga lebih mudah, ringan dan tidak
berbahaya.
4. Minimasi jarak horizontal gerakan antara tempat mulai dan berakhir pada
pemindahan barang.
dengan tubuh.
10. Benda yang berat ditempatkan setinggi lutut agar dalam pemindahan tidak
Merupakan batas besarnya gaya tekan pada segmen L5/S1 (lumbar nomor
5 dan sacrum nomor 1) dari kegiatan pengangkatan dalam satuan Newton yang
tahun 1981. Besar gaya tekannya adalah di bawah 6500 N pada L5/S1. Sedangkan
batasan gaya angkatan normal (the Action Limit) sebesar 3500 pada L5/S1.
Sehingga, apabila gaya tekan lebih kecil dari Action Limit (Fc < AL) maka
kategori kegiatan tersebut adalah “aman”, jika gaya tekan diantara Action Limit
dengan Maximum Permissible Limit (AL < Fc < MPL) maka kategori kegiatan
tersebut adalah “perlu hati-hati”, dan apabila gaya tekan lebih besar dari
Maximum Permissible Limit (Fc > MPL) maka kategori kegiatan tersebut adalah
pd L5/S1, namun hanya 1% wanita dan 25% pria yang diperkirakan mampu
postur atau posisi aktifitas kerja, ukuran beban, dan ukuran manusia yang
(compression load) pada intebral disk antara Lumbar nomor lima dan sacrum
nomor satu (L5/S1). Untuk mengetahui lebih jelas lagi L5/S1 dapat dilihat pada
Gambar 3.1.
8
http://apk.lab.uii.ac.id/download/modul/regular/Biomekanika.pdf
dapat dilakukan dengan cara menghitung gaya dan mement secara parsial atau
menghitung tiap segmen yang menyusun tubuh manusia. Berat dari masing-masing
segmen didapat dari besarnya prosentase dikali dengan gaya berat dari orang tersebut.
1. Telapak Tangan
ΣFy = 0
ΣM = 0
WH = 0,6% x Wbadan
Fyw = W0/2 + WH
2. Lengan Bawah
ΣFy = 0
ΣM = 0
ΣFy = 0
ΣFx = 0
ΣM = 0
λ3 = 43,6%
4. Punggung
ΣFy = 0
ΣFx = 0
ΣM = 0
λ4 = 67%
WT = 50% x Wbadan
Fyt = 2Fys + WT
segmen tubuh manusia, maka didapat moment resultan pada L5/S1. Kemudian
dan juga gaya perut (FA) sebagai pengaruh tekanan perut (PA) atau Abdominal
momen dan gaya yang ada seperti model pada Gambar 3.3.
FM x E = M(L5/S1) – FA x D
FA = Gaya Perut
Untuk mencari Gaya Perut (FA), maka perlu dicari Tekanan Perut (PA)
dengan persamaan:
(N/cm2)
FA = PA x AA (Newton)
Sehingga gaya kompresi atau tekan pada L5/S1 dapat dirumuskan seperti:
FC = Wtot . cos θ4 – FA + Fm
3.5. Antropometri9
Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri”
yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu
studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada
dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar dsb.) berat dll. Yang berbeda
satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai
produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Data
9
Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Halaman 60
dalam hal :
dan sebagainya.
komputer dll.
menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk
dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk haruslah
anggota tubuh manusia dalam persentil tertentu akan sangat besar manfaatnya
pada saat suatu rancangan produk ataupun fasilitas kerja akan dibuat. Agar
rancangan nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan
produk, yaitu :
ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan
rata-ratanya.
ukuran tertentu.
dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh.
Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil yang mana
dalam hal ini letaknya bisa digeser maju/mundur dan sudut sandarannya bisa
mendapatkan rancangan yang fleksibel, semacam ini maka data antropometri yang
tersebut.
dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah harus menggunakan data
produk mainan untuk anak-anak, peralatan rumah tangga untuk wanita, dll.
e. Pilih prosentase populasi yang harus diikuti, 90-th, 95-th, 99-th ataukah
dan lain-lain.
memberikan informasi tentang berbagai macam anggota tubuh yang perlu diukur
Produk/Fasilitas Kerja
Keterangan gambar :
1. Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala)
5. Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam
6. Tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk/pantat
11. Panjang paha yang diukur dari pantat s/d ujung lutut.
12. Panjang paha yang diukur dari pantat s/d bagian belakang dari lutut/betis.
13. Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.
14. Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan paha.
15. Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk)
17. Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dlm
gambar)
19. Panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi
21. Panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.
23. Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar kesamping kiri-
24. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai
26. Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai ujung
jari tangan.
diperkenalkan oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19 yang lalu. Metode ini
diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, yang mana
waktu ini akan dipergunakan sebagai standar penyelesaian pekerjaan bagi semua
pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama seperti itu. Secara garis
1. Defenisi pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan beritahukan
maksud dan tujuan pengukuran ini kepada pekerja yang dipilih untuk diamati
10
Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Halaman 171
4. Amati, ukur dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk
5. Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Teliti apakah
jumlah siklus kerja yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau tidak,
yang diukur dan dicatat waktunya tersebut. Rate of performance ini ditetapkan
untuk setiap elemen kerja yang ada dan hanya ditujukan untuk performance
operator. Untuk elemen kerja yang secara penuh dilakukan oleh mesin maka
9. Tetapkan waktu kerja baku (Standard Time) yaitu jumlah total antara waktu
Peta proses kelompok kerja merupakan hasil perkembangan dari suatu peta
mengembangkannya adalah John A. Adridge. Peta ini bisa digunakan dalam suatu
kelompok kerja. Tujuan utama yang harus dianalisis dari kelompok kerja adalah
berikut:
lainnya dan ringkasan seperti peta aliran proses, hanya pada kepalanya ditulis
11
Sutalaksana, Iftikar Z. Teknik Tata Cara Kerja,, hal 32
dari suatu peta proses kelompok kerja. Peta-peta aliran proses tersebut
kerja, yaitu:
12
Barnes, Ralph M. 1974. Motion and Time Study Design Measurement of Work. Hal 83
2. Sesuaikan peta proses regu kerja dengan mengurangi jumlah operator yang
METODOLOGI PENELITIAN
penelitian ini dilakukan pada bagian palletizing, yaitu operator yang mengangkat
dan menyusun krat ke pallet. Waktu penelitian dilakukan pada November 2011
ini akan memaparkan setiap variabel yang mempengaruhi masalah yang ada
faktor yang dianggap penting untuk masalah. Dalam kerangka teoritis membahas
dinamika situasi yang sedang diteliti. Oleh karena itu, dibentuk kerangka teoritis
Cara/posisi
pengangkatan
Beban Kerja Perbaikan Sistem Kerja
Pengaturan waktu
istirahat
Waktu Kerja
Aktivitas Operator
sebagai berikut :
1. Fisik dan antropometri operator : ukuran dari fisik dan antropometri operator
melakukan pekerjaan.
kerjanya.
1. Biomekanika : besar gaya tiap segmen tubuh dan tulang belakang L5/S1, yang
pengangkatan.
3. Beban kerja : usaha yang harus dikeluarkan oleh operator untuk dapat
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran
uraian elemen kegiatan, data pengukuran waktu kerja, data postur kerja,
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua dengan kata
langsung terhadap objek yang diteliti. Data sekunder ini meliputi sejarah
1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumenter
Mencatat data dari dokumen atau arsip yang ada pada perusahaan,
dalam penelitian. Secara garis besar, pengolahan data yang dilakukan dalam
untuk menganalisis waktu kerja operator serta menyeimbangkan beban kerja fisik
Kesimpulan yang didapat dari hasil analisis yang dilakukan untuk aktivitas
Unit Medan adalah mengenai beban kerja fisik operator berdasarkan kriteria
dilakukannya penelitian yaitu PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan yang
bertujuan untuk mengetahui masalah yang ada. Objek yang diamati dalam
penelitian ini adalah operator bagian paletizing yang bertugas mengangkat kotak
produk (krat) dari conveyor lalu menyusunnya ke pallet. Jumlah operator yang
selama 8 jam kerja dengan pengaturan jadwal kerja 30 menit bekerja dan 60 menit
istirahat.
prosesnya, serta kondisi dari stasiun palletizing itu sendiri. Sementara wawancara
mengetahui keluhan yang dialami selama bekerja. Dari sini diperoleh suatu
perumusan masalah bahwa sistem kerja saat ini mengakibatkan adanya keluhan
conveyor lalu menyusunnya ke pallet. Berat krat adalah 16 kg, diangkat dari
conveyor yang tingginya 40 cm dari lantai, kemudian disusun ke atas pallet yang
Jadi, dalam satu pallet harus disusun 54 krat. Setiap operator memiliki cara yang
Waktu kerja yang diukur yaitu waktu kerja satu periode kerja. Waktu satu periode
kerja ini akan digunakan dalam pembuatan Peta Proses Regu Kerja (Gang Process
Chart) untuk menilai beban kerja yang diterima tiap-tiap operator berdasarkan
produk (krat) yang akan dilanjutkan dengan penilaian gaya tekan segmen tubuh
dan L5/S1 dengan perhitungan MPL dari biomekanika operator. Analisis terhadap
operator yang sesuai dalam melakukan pekerjaan ini. Untuk itu dilakukan juga
akan dianalisis dan dicari solusi perbaikan terhadap masalah yang telah
dirumuskan tadi.
Perumusan Masalah
Sistem kerja saat ini mengakibatkan adanya keluhan muskuloskletal disorders operator karena adanya
ketidakseimbangan beban kerja antara setiap operator ditinjau dari segi biomekanika dan waktu kerjanya.
Penetapan Tujuan
1. Melakukan penilaian beban kerja fisik operator dalam sistem kerja yang selama ini digunakan
berdasarkan aspek biomekanika, studi waktu, dan antropometri.
2. Melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap beban kerja fisik operator pada proses manual material
handling di bagian paletizing, sehingga dapat mereduksi keluhan musculoskeletal operator.
Pengolahan Data
Pembuatan Peta Proses Regu Kerja (Gang Process Chart)
Penilaian besarnya gaya tekan tiap segmen tubuh dengan perhitungan
Maximum Permissible Limit (MPL)
tiap segmen tubuh dengan perhitungan Maximum Permissible Limit (MPL) untuk menganalisis posisi kerja
bagaimana yang menyebabkan cidera tulang belakang lalu dilakukan perbaikan postur kerjanya serta
Analisis terhadap perbedaan antropometri operator dilakukan untuk menetukan antropometri operator yang
Selesai
Operator yang diamati sebanyak tiga orang yang bekerja dalam satu regu kerja per
shift. Data dari operator tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Waktu kerja yang diukur yaitu waktu kerja satu periode kerja. Waktu satu
periode kerja ini akan digunakan dalam pembuatan Peta Proses Regu Kerja (Gang
Process Chart). Data waktu kerja satu periode kerja disajikan pada Lampiran 4.
Data postur kerja berisi besarnya sudut yang dibentuk tubuh ketika
penurunan kotak produk (krat). Adapun data postur kerja tersebut dapat dilihat
θ5 = θT = Sudut Pinggang
adalah SL1 (panjang kepalan tangan), SL2 (panjang lengan bawah), SL3 (panjang
lengan atas), dan SL4 (panjang punggung). Data antropometri segmen tubuh
penyusunan krat adalah conveyor, krat dan pallet. Ukuran dari fasilitas kerja
T = 50
Tinggi conveyor = 50 cm
P = 43 cm
L = 30
T = 26
Lebar krat = 30 cm
Tinggi krat = 26 cm
Panjang krat = 43 cm
L = 100
T = 15
(a) (b)
Gambar 5.3. Pallet Sebelum (a) dan Sesudah (b) Disusun Krat
Tinggi pallet = 15 cm
Peta proses regu kerja dibentuk untuk menganalisa proses pekerjaan yang
dilakukan secara beregu. Dari peta ini dapat dilihat pembagian kerja dari operator-
operator tersebut dalam menyelesaikan satu target grup dari pekerjaan mereka.
Dalam hal ini target grup yang harus diselesaikan adalah 6000 krat per shift
kerjanya, dimana pekerjaan ini dilakukan oleh tiga orang operator. Dalam
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Peta Proses Regu Kerja pada Gambar 5.4.
pada segmen L5/S1 (Fc) dari kegiatan pengangkatan dalam satuan Newton yang
distandarkan oleh NIOSH. Besar gaya tekan maksimum (MPL) adalah 6500 N
pada L5/S1. Sedangkan batasan gaya angkatan normal (Action Limit) sebesar
3500 pada L5/S1. Sehingga, apabila Fc < AL (aman), AL < Fc < MPL (perlu hati-
Sebagai contoh perhitungan FC maka diambil data postur kerja dari salah
satu elemen kegiatan, yaitu elemen kegiatan 1 (mengangkat krat dari conveyor)
θ3 = 70°
θ2 = 65°
θ4 = 80°
θ5 = 80°
θ1 = 80°
Gambar 5.5. Model Postur Operator ketika Mengangkat Krat dari Conveyor
a) Telapak tangan
Fyw
Fxw
Mw θ1= 80°
SL1 =7 cm
WH
Wo = 16 N
Wbadan= 55 N, Wo = 16 N
WH = 0,6% x Wbadan = 0,6% x 55 N = 0,33 N
Keterangan:
WH = Berat telapak tangan (N)
Wbadan = Berat badan (N)
Wo = Berat beban (N)
MW = Momen berat pada telapak tangan (Ncm)
SL1 = Panjang kepalan tangan (cm)
1 = Sudut telapak tangan (0)
Tabel 5.4. Besar Gaya dan Momen pada Segmen Telapak Tangan
Fye
Fxe
Me θ2 = 65°
λ2 = 43%
SL2 = 26 cm
WLA
-Fxw
-Mw
-Fyw
= 106,073 N
Keterangan:
WLA = Berat lengan bawah (N)
Wbadan = Berat badan (N)
Me = Momen berat pada lengan bawah (Ncm)
2 = Persentase jarak titik massa lengan bawah dari bagian atas (%)
SL2 = Panjang lengan bawah (cm)
2 = Sudut lengan bawah (0)
Tabel 5.5. Besar Gaya dan Momen pada Segmen Lengan Bawah
Fys
Fxs
Ms θ3 = 70°
λ3 = 43.6%
SL3 = 30 cm
WUA
-Fxe
-Me
-Fye
= 208,027 N
Keterangan:
WUA = Berat lengan atas (N)
Wbadan = Berat badan (N)
Wo = Berat beban (N)
MS = Momen berat pada lengan atas (Ncm)
3 = Persentase jarak titik massa lengan atas dari bagian atas (%)
SL3 = Panjang lengan atas (cm)
3 = Sudut lengan atas (0)
Tabel 5.6. Besar Gaya dan Momen pada Segmen Lengan Atas
-Fxs
-Ms
SL4 = 36 cm
-Fys
λ4 = 67%
Fyt WT
Fxt
θ4 = 80°
Mt
= 666,326 N
Keterangan:
WT = Berat punggung (N)
Wbadan = Berat badan (N)
MT = Momen punggung (Ncm)
4 = Persentase jarak titik massa punggung dari bagian atas (cm)
SL4 = Panjang punggung (cm)
4 = Sudut punggung (0)
=
75
= 2,355 N/cm2
Keterangan:
PA = Tekanan Perut
θH = Sudut inklinasi perut
θT = Sudut inklinasi kaki
AA = Luas diafragma (465 cm2)
Untuk elemen kegiatan yang lain, rekapitulasi dari tekanan perut (PA) dan gaya
FM x E = ML5/S1 – FA x D
M FA D 666,326 1095,075 11
FM = L5 / S1
= = -2275,900 N
E 5
Keterangan:
FM = Gaya otot pada Spinal Erector (Newton)
E = Panjang Lengan momen otot spinal erector dari L5/S1
(E=5 cm, sumber: Eko Nurmianto)
M(L5/S1) = Momen resultan pada L5/S1
FA = Gaya Perut
D = Jarak dari gaya perut ke L5/S1
(D =11 cm, sumber: Eko Nurmianto)
= 49,110 N
Untuk elemen kegiatan yang lain, rekapitulasi dari tekanan perut (PA) dan gaya
= 3362,447 N
6) Kesimpulan:
Karena nilai Fc < 6500 N, maka posisi operator pada aktivitas pengangkatan
Untuk elemen kegiatan yang lain, rekapitulasi dari gaya kompresi (FC)
atau gaya tekan pada L5/S1 dan kategori dari gaya kompresi tersebut dapat dilihat
dengan membuat peta proses regu kerja (Gang Process Chart) menunjukkan
bahwa setiap operator memiliki beban kerja yang tidak sama, yaitu:
paling tinggi waktu kerjanya adalah operator 2, kemudian operator 1, dan operator
3.
yang diterima operator juga berbeda-beda. Operator yang waktu kerjanya paling
sedikit akan lebih tinggi beban kerja fisiknya. Perhitungannya adalah seperti ini:
kerja (dalam hal ini diambil nilai tengah 375 krat/periode kerja), dimana 1 periode
kerja 21,44 menit (yaitu 71,44% x 30 menit), artinya operator 3 harus bekerja
Gambar 6.1. Grafik Kapasitas Penyusunan Krat oleh Operator per Menit
dalam ergonomi, prinsip dalam perancangan kerja adalah dengan tetap menjaga
agar workload demand lebih kecil dari human capacity. Hal itu menunjukkan
krat, sehingga perlu dilakukan penyesuaian dan perbaikan untuk kondisi ini.
waktunya, pembuatan gang process chart juga dilakukan untuk manganalis proses
pengangkatan dan penyusunan krat secara manual berada pada kategori yang
berbahaya karena melebihi batas angkat maksimum yang diizinkan. Hal ini
aman, yaitu hanya 10,91% untuk operator 1, sebesar 16,36% untuk operator 2,
dan 18,18% untuk operator 3. Itu artinya beban kerja yang harus dilakukan
operator tinggi, lebih dari batas aman gaya tekan L5/S1 yang distandarkan oleh
NIOSH, yaitu 3500N. Bahkan untuk beberapa elemen kegiatan, nilai gaya
tekannya ada yang mencapai 12000N. Tingginya beban kerja dari pekerjaan
pengangkatan krat ini menyebabkan operator harus memaksakan diri agar dapat
menyelesaikan pekerjaannya. Oleh karena itu, ada keluhan dari operator mengenai
Nilai gaya tekan pada tulang belakang dipengaruhi oleh besar gaya tiap
segmen tubuh seperti telapak tangan, lengan bawah, lengan atas dan punggung,
serta dipengaruhi pula oleh sudut-sudut yang dibentuk oleh tubuh. Untuk
mengetahui bagian tubuh mana sebenarnya yang menyebabkan gaya tekan tulang
belakang tinggi, dapat dilihat persentasi dari gaya tekan tiap segmen tubuh dalam
hal ini dikarenakan punggung merupakan joint (sambungan) dari segmen lengan
atas, sedagkan lengan atas merupakan joint dari lengan bawah, dan lengan bawah
joint dari telapak tangan. Itu artinya gaya pada punggung merupakan resultan dari
gaya-gaya pada telapak tangan, lengan bawah, dan lengan atas. Selain itu juga
tidak sama. Untuk itu akan dianalisis aktivitas penyusunan krat berdasarkan
dari bawah ke atas. Sedangkan level krat ada sebanyak 9 level, yaitu menunjukkan
penyusunan krat dalam satu tingkat. Ilustrasinya digambarkan pada Gambar 6.3
dan 6.4.
Tingkat 5
Tingkat 4
Tingkat 3
Tingkat 2
Tingkat 1
Pallet
Level Level 22
Level Level 33
Level
Level1
1
Level
Level Level 66
Level
Level 4 55
Level
Level 7 Level 88
Level 9
Operator
berbahaya, perlu hati-hati, atau yang aman secara biomekanika dirangkum dalam
Tabel 6.2.
ketika menyusun krat pada tingkat pertama, kemudian disusul krat pada tingkat 6,
dan 6. Sedangkan kategori aman hanya ada ketika menyusun krat 2 dan 3.
oleh antropometri dari operator itu sendiri, dalam hal ini adalah tinggi badan. Hal
itu dikarenakan adanya jarak-jarak tertentu yang dapat dicapai oleh jangkauan
tubuh secara vertikal (atas-bawah). Misalnya operator 1, dengan tinggi badan 167
cm memiliki resiko yang berbahaya bagi tulang belakang ketika menyusun krat
pada tingkatan yang tinggi. Sedangkan operator 2, dengan tinggi badan 170 cm
rendah. Untuk itu dapat dipertimbangkan dalam pemilihan operator yang sesuai
untuk melakukan pekerjaan ini, sehingga sistem kerja berjalan lebih ergonomis.
Krat
6.10.
Ditinjau dari level krat ketika disusun, ternyata posisi yang paling
berbahaya bagi tulang belakang operator adalah ketika menyusun krat pada bagian
paling belakang, bagian tengah sebelah kiri dan kanan. Sementara bagian tengah
baris kedua dan bagian depan merupakan posisi yang tingkat cidera tulang
penyusunan krat bagian belakang, namun untuk bagian depan cenderung lebih
berbahaya adalah pada bagian belakang, dan tidak begitu ada perbedaan antara
Secara umum bagi ketiga operator, level dari penyusunan krat diatas pallet
terhadap resiko sakit pada tulang belakang cenderung lebih berbahaya pada
bahayanya semakin menurun, karena lebih dekat dengan posisi operator berdiri,
menyusun krat adalah tinggi jangkauan tangan ke atas dan jarak jangkauan tangan
ke depan, dan tinggi badan. Tinggi jangkauan tangan pada posisi tegak diperlukan
untuk menetukan apakah operator dapat meletakkan krat pada tingkat keenam,
mampu menjangkau level 1,2, dan 3 (baris paling belakang dari posisi operator).
resiko cedera tulang belakang bagi setiap operator untuk penyusun krat pada
operator itu sendiri, dalam hal ini adalah tinggi badan dan tinggi jangkauan tangan
dalam posisi berdiri tegak. Hal itu dikarenakan adanya jarak-jarak tertentu yang
operator 1, dengan tinggi badan 167 cm memiliki resiko yang berbahaya bagi
tulang belakang ketika menyusun krat pada tingkatan yang tinggi. Sedangkan
operator 2, dengan tinggi badan 170 cm justru memiliki resiko yang berbahaya
Yang menjadi acuan adalah tinggi tumpukan krat dari lantai yaitu 171 cm,
nilai ini dianggap sebagai X yaitu variabel yang nilai dimensinya akan dicari.
SDx = v.X
= X + 1,645 x SDx
= 181.48 cm
operator 1 adalah 200 cm, operator 2 adalah 211 cm, dan operator 3 adalah 205
cm. Ketiga operator memiliki tinggi jangkauan tangan yang lebih besar dari tinggi
susunan krat dari lantai. Artinya ketiga operator tersebut, sudah temasuk dalam
menyusun krat setiap levelnya juga berbeda. Secara umum bagi ketiga operator,
level dari penyusunan krat diatas pallet terhadap resiko sakit pada tulang belakang
dekat dengan posisi operator berdiri, sehingga operator tidak perlu menggunakan
Dalam penentuan operator yang sesuai untuk aktivitas ini, yang menjadi
acuan adalah lebar dari dua krat yang disusun berbaris yaitu 73 cm, nilai ini
dianggap sebagai X yaitu variabel yang nilai dimensinya akan dicari. Selanjutnya
menentukan koefisien variansi (v) yang nilainya telah direkomendasikan oleh J.A.
SDx = v.X
= X + 1,645 x SDx
= 73 cm + 1,645 x 2,701 cm
= 77,44 cm.
cm, operator 2 adalah 73 cm, dan operator 3 adalah 67 cm. Ketiga operator
memiliki tinggi jangkauan tangan yang lebih kecil dari jarak susunan krat level 1,
badannya ketika menyusun krat pada baris belakang. Sementara untuk baris kedua
(level 4, 5, dan 6), jarak yang harus dicapai adalah 43 cm (panjang 1 krat) nilainya
berada jauh dibawah jarak jangkauan tangan ke depan semua operator, artinya
ketiga operator tersebut, sudah temasuk dalam 95% populasi yang dapat
melakukan pekerjaan ini. Demikian pula untuk baris paling depan, semua operator
Untuk mengetahui tinggi badan dari operator yang sesuai untuk melakukan
masalah terhadap sistem kerja dari pekerjaan pengangkatan dan penyusunan krat
dengan energy expenditure 9 kcal/min. Maka waktu istirahat yang sesuai untuk
pekerjaan ini adalah 320 menit/8 jam atau 40 menit/jam. (sumber : Sanders,
seharusnya secara teoritis waktu istirahat untuk aktivitas ini hanya sekitar 20
menit tersebut mampu memulihkan kembali tenaganya untuk bekerja, namun bagi
sebagian operator lainnya mengeluhkan walaupun tenaga kembali pulih tetapi rasa
sakit otot lebih cepat terasa ketika kembali bekerja. Hal itu menunjukkan bahwa
semakin banyak waktu istirahat yang diberikan belum tentu semakin baik pula
beban kerja yang diterima operator. Sritomo juga menjelaskan bahwa dengan
konstan. Beberapa kali melakukan istirahat pendek akan memberikan hasil yang
lebih baik ditinjau dari output yang dihasilkan maupun efek terhadap fisik tubuh
Adapun re-schedule waktu kerja operator yang diusulkan adalah sebagai berikut:
Operator 1
Operator 2
Operator 3
Waktu
(menit)
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240100
260 280 300 320 340 360 380 400 420 440 460 480
Keterangan:
Waktu kerja
Waktu istirahat
20 menit, dimana akan selalu terdapat dua orang pekerja yang bekerja.
beban kerjanya akan lebih ringan, sehingga akan memperkecil keluhan MSDs
operator. Ditinjau dari penggunaan energi tentunya alternatif ini juga akan lebih
Antropometri
adalah 176 cm. Nilai ini bukan merupakan nilai mutlak yang harus dilaksanakan
perusahaan, karena nilai itu merupakan nilai persentil 95. Artinya masih ada orang
yang diluar tinggi 176 cm yang masih mampu melakukan tugas ini. Sebaiknya
alternatif ini diberlakukan untuk jangka waktu panjang, karena jika diterapkan
untuk saat ini, akan terjadi pemberhentian hubungan kerja terhadap operator
metode kerja guna memperoleh metode kerja yang lebih efisien. Marvin E
gerakan dengan cara eliminasi kegiatan, kombinasi gerakan atau kegiatan, dan
penyederhanaan kegiatan.
1. Eliminasi kegiatan
kegiatan yang tidak perlu. Seperti pada analisis 5W+1H untuk Gang
a. Rileksasi,
b. Mengelap-ngelap keringat,
c. Mengobrol,
g. Minum,
h. Duduk-duduk,
i. Mengecek HP
dalam satu waktu. Adapun kegiatan yang dapat digabungkan antara lain:
3. Penyederhanaan Kegiatan
kemudian level tengah (level 4, 5, dan 6), kemudian level yang lebih
dekat (level 7, 8, dan 9). Tujuan penyusunan krat secara vertikah dari
tingkat 1 sampai dengan tingkat 6 pada satu level adalah agar tidak
organisasi. Dengan kata lain, SOP adalah tatacara ataupun tahapan yang
dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu.
kerja baik dari segi fisik dan waktu masih belum dapat terpenuhi. Untuk itu
dapat bekerja dengan metode kerja yang standar. Rancangan SOP tersebut
Mulai Mulai
Menit ke-0
Mengangkat krat
Mengangkat krat dari conveyor
dari conveyor
Menyusun krat
Menyusun krat
ke pallet
ke pallet
Krat
Krat tersusun tdk Rapikan
tersusun tdk Rapikan dengan susunan krat
dengan susunan krat baik?
baik? Mulai
ya
ya
Menit ke-15
Krat Krat
tersusun Rapikan tersusun tdk Rapikan
dengan susunan krat dengan susunan krat Mulai
baik? baik?
Menit ke-30 ya
Menyusun krat
Menyusun krat
ke pallet
ke pallet
Krat
t dk Krat
tersusun Rapikan tdk
tersusun Rapikan
dengan susunan krat
dengan susunan krat
baik?
baik?
Menit ke-45 ya
ya
Mengangkat krat
Istirahat
dari conveyor
Mulai
Menit ke-50
Menyusun krat
Mengangkat krat ke pallet
dari conveyor
Krat
tersusun Rapikan
Menyusun krat
dengan susunan krat
ke pallet baik?
Menit ke-60
Krat
tersusun tdk Rapikan
dengan susunan krat Istirahat
baik?
ya
Sistem kerja itu pada umumnya terdiri atas 5M, yaitu man, machine,
material, management, dan method. Untuk memperbaiki suatu sistem kerja agar
manusia (man).
3. Perbaikan metode kerja sesuai prinsip ekonomi gerakan, perbaikan dari segi
method.
namun itu kembali kepada perusahaan itu sendiri, bagaimana kesiapannya dalam
kerja yang selama ini digunakan, karena biasanya pekerja akan sulit menerima
7.1. Kesimpulan
kapasitas penyusunan krat oleh setiap operator, yaitu 14-15 krat/menit untuk
3.
tekan tiap segmen tubuh, dimana untuk ketiga operator gaya terbesar terjadi
pada segmen tubuh punggung, dan gaya terbesar dialami oleh operator 2.
a. Waktu kerja operator aktual memiliki waktu istirahat yang berlebih, yaitu 60
antropometri tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak 181,48 cm,
jarak jangkauan tangan ke depan 77,44 cm, dan tinggi badan 176 cm.
7.2. Saran
1. Perbaikan sistem kerja tidak harus dilakukan sekaligus, namun dapat secara
mental operator, karena pada dasarnya beban kerja itu dinilai dari tiga aspek
Barnes, Ralph M. 1980. Motion and Time Study Design Measurement of Work.
Chaffin, Don B. Occupational Biomechanics. New York: John Wiley & Sons.
Nurmianto, Eko. 2008. Ergonomi Konsep dasar dan Aplikasinya. Edisi kedua.
Prentice Hall.
Sanders, Mark S. 1987. Human Factor in Engineering and Design. New York:
McGraw-Hill.
Sanders, Mark S. 1987. Human Factors in Engineering and Design. Sixth Edition.
USA: McGraw-Hill.
Sutalaksana, Iftikar Z. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: Penerbit ITB.
Widya.
Buku Penuntun Praktikum Ergonomi dan APK, Teknik Industri USU. 2009.
http://adipradana.wordpress.com/2008/11/27/analisis-beban-kerja/
http://apk.lab.uii.ac.id/download/modul/regular/Biomekanika.pdf
1. General Manager
dibawahnya.
2. Secretary
Menyusun dokumentasi.
perbaikan.
terjadi di pabrik.
5. Finance Manager
lingkungan kerja.
perusahaan, merek dagang, dan program berjalan baik kepada pihak luar
maupun karyawan.
Air diperoleh dari sumur bor yang dipompakan ke reaction tank melalui
senyawa organik, kapur untuk menaikkan pH, dan klorin sebagai desinfektan
untuk membunuh kuman dan bakteri. Setelah itu, air disaring dalam sand filter
dan air hasil penyaringan sudah dapat disimpan dalam storage tank.
Pada pembuatan sirup, air hasil olahan (treated water) dialirkan ke heat
exchanger untukk dipanaskan. Setelah itu air dialirkan ke tangki pelarut kemudian
ditambahkan gula dan juga karbon aktif untuk menyerap bau gas-gas terlarut dan
sampai jenuh dan didinginkan pada temperatur 20-250C dan dialirkan ke tangki
CO2 dialirkann ke dalam tabung yang berisi KMnO4 yang berfungsi untuk
mengikat zat lain. Kemudian dialirkan ke dalam tabung yang berisi air untuk
memurnikan CO2 agar KMnO4 tidak terbawa pada prses selanjutnya. Kemudian
CO2 dilewatkan pada tabung yang berisi karbon untuk menghilangkan bau. Yang
terakhir CO2 disaring pada filter sehingga kotoran yang tersisa dapat tertahan.
Air dan sirup akhir bersamaan masuk kedalam mesin pencampuran. Hasil
untuk dikarbonasi (pencampuran gas CO2). Produk yang yang dikeluarkan dari
e. Proses Pembotolan
bersuhu 780C, dan disirkulasi pada tahap pembilasan akhir dengan suhu air 500C.
Botol-botol yang telah dicuci dialirkan dengan conveyor ke mesin filler dan
memenuhi syarat. Botol yang masih kotor atau cacat akan disisihkan. Setelah itu,
Dari mesin crowner, botol akan dibawa dengan conveyor menuju coding
machine dan diperiksa oleh inspector. Produk yang tidak memenuhi syarat
case packer melalui conveyor untuk disusun dalam krat, kemudian operator
paletizer menyusun krat-krat tersebut di atas pallet secara manual. Produk diatas
4. Proses pembotolan
ada proses pemurnian CO2 karena produknya tidak mengandung CO2. Selebihnya
prosesnya adalah sama, kecuali pada proses pembuatan sirup, concentrate yang
digunakan adalah daun teh, kemudian dipanaskan dengan temperatur 900C sampai
tehnya.
Mengambil krat
1
dari conveyor
2
Menyusun krat ke-1
4 Menyusun krat
ke-3
5 Menyusun krat
ke-4
Menyusun krat
6
ke-5
7 Menyusun krat
ke-6
8 Menyusun krat
ke-7
Menyusun krat
9
ke-8
10 Menyusun krat
ke-9
11 Menyusun krat
ke-10
Menyusun krat
12
ke-11
13 Menyusun krat
ke-12
14 Menyusun krat
ke-13
Menyusun krat
15
ke-14
16 Menyusun krat
ke-15
17 Menyusun krat
ke-16
Menyusun krat
18
ke-17
19 Menyusun krat
ke-18
20 Menyusun krat
ke-19
Menyusun krat
21
ke-20
22 Menyusun krat
ke-21
23 Menyusun krat
ke-22
Menyusun krat
24
ke-23
25 Menyusun krat
ke-24
26 Menyusun krat
ke-25
Menyusun krat
27
ke-26
28 Menyusun krat
ke-27
29 Menyusun krat
ke-28
Menyusun krat
30
ke-29
31 Menyusun krat
ke-30
32 Menyusun krat
ke-31
Menyusun krat
33
ke-32
46 Menyusun krat
ke-45
47 Menyusun krat
ke-46
Menyusun krat
48
ke-47
49 Menyusun krat
ke-48
50 Menyusun krat
ke-49
Menyusun krat
51
ke-50
Menyusun krat
54
ke-53
Menyusun krat
55
ke-54