Anda di halaman 1dari 142

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Teknik Industri Skripsi Sarjana

2018

Analisis Tingkat Kebisingan untuk


Mereduksi Paparan Bising di PT. SISIRAU

Renotanti, Rachma Putri


Universitas Sumatera Utara

https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/9728
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN UNTUK MEREDUKSI
PAPARAN BISING DI PT. SISIRAU

TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-syarat Penulisan Tugas Sarjana

Oleh
Rachma Putri Renotanti
NIM : 130403028

DEPART EMEN TEKNIK INDUSTRI


F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

berkat dan rahmat-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikanTugas Sarjana ini dengan baik.

Penulisan Tugas Sarjana ini adalah bertujuan untuk memenuhi salah satu

syarat akademis dalam menyelesaikan studi di Departemen Teknik Industri,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tugas Sarjana ini juga merupakan

sarana bagi penulis untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan nyata yang

ada di perusahaan. Tugas Sarjana ini berjudul “Analisis Tingkat Kebisingan untuk

Mereduksi Paparan Bising di PT. SISIRAU”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Sarjana ini belum

sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari pembaca untuk melengkapi Tugas Sarjana ini. Akhir kata,

penulis berharap agar Tugas Sarjana ini bermanfaat bagi semua pihak yang

memerlukannya.

Medan, Januari 2018

Penulis

Universitas Sumatera Utara


UCAPAN TERIMA KASIH

Tugas Sarjana yang ditulis ini telah mendapatkan bimbingan dan

dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini dengan hati yang tulus

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Melita Tryana Sembiring, MT. selaku Ketua Departemen Teknik

Industri Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Buchari, ST, M. kes. selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara.

3. Kepada bapak Prof. Dr. Ir. A, Rahim Matondang, MSIE, bapak Prof. Dr. Ir

Harmein Nasution MSIE, dan bapak Ir. Mangara M Tambunan, M.Sc Selaku

Koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera

Utara.

4. Kepada Seluruh Dosen Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera

Utara.

5. Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT, selaku Dosen Pembimbing telah banyak

memberikan bimbingan, motivasi, dan nasehat selama penyusunan Tugas

Sarjana ini.

6. Pimpinan PT. SISIRAU yang telah memberikan bantuan selama penulis

melakukan penelitian.

7. Kedua orang tua Penulis, Abdul Suhairi Pasaribu dan Mufrida Tanjung yang

senantiasa memberikan doa dan nasehat, adik penulis Sulis Hafizah Pasaribu,

Universitas Sumatera Utara


dan Sasti Nurhaflah Pasaribu, serta seluruh keluarga besar yang telah

memberi motivasi dalam penulisan penelitian ini.

8. Rekan sepabrik Fahmi, Fachry, dan ivan yang berjuang bersama dan

membantu dalam laporan.

9. Sahabat seperjuangan, Ayu Handayni Sadzah, Nelsi Anvika Lubis,

Muhammad Ivan, Fahmi Fahreza, Fricilya, Fachry Rizky Sitompul.

10. Semua teman angkatan 2013 (REPTIGS) serta abang kakak senior dan junior

di Departemen Teknik Industri USU yang telah memberikan banyak masukan

kepada penulis.

11. Sahabat-sahabat terdekat Penulis Esa Delviana Pasaribu, Chyntia Putri

Panggabean, Fahmi Fahreza, Fachry Rizky Sitompul, Nadia Hartati br,

Sianipar, Putri Handayni Pane, Wenny Flora Juliani, Trinawati, dan Ummu

Habibah Daulay yang membantu pengerjaan laporan.

12. Seluruh staf dan karyawan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik,

Universitas Sumatera Utara yang banyak membantu dan memberikan

dukungan kepada penulis.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaian

laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan

terima kasih. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2018

Penulis

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK :

PT. Sisirau adalah salah satu badan usaha swasta yang bergerak dalam

bidang produksi minyak kelapa sawit (CPO). Permasalahan yang ditemukan pada

perusahaan ini ialah adanya kebisingan yang timbul dari mesin defericafer pada

stasiun pengolahan biji. Operator yang bekerja di stasiun pengolahan biji

berjumlah 2 orang.

Kebisingan di stasiun pengolahan biji menyebabkan operator harus

berbicara lebih keras dalam berkomunikasi dan sering meninggalkan area kerja

sekitar 5-10 menit, dengan frekuensi sekitar 4 kali dalam 1 hari kerja, sehingga

waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk melakukan kegiatan produksi jadi

berkurang dan mengakibatkan penurunan waktu produktif operator.

Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran tingkat kebisingan di area

stasiun pengolahan biji, pengukuran dilakukan selama 5 hari, pengukuran

dilakukan mulai pukul 08.00 sampai 01.00 dini hari. Hasil tingkat kebisingan

Ekuivalen di stasiun pengolahan biji pada siang dan malam hari selama 5 hari 95

dB telah melebihi nilai ambang batas berdasarkan standar Keputusan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.13/MEN/X/2011 yaitu 85 dB untuk 8

jam kerja/hari.

Pemetaan kebisingan mengunakan software surfer 11.0 menujukkan

bahaya bahwa paparan bising berada pada zona berbahaya. Penanggulangan

kebisingan dilakukan dengan pemasangan barrier. Barrier dirancang sesuai

Universitas Sumatera Utara


bentuk mesin. Bahan barrier dari logam yang dikombinasikan dengan

karet, diperkirakan dapat mereduksi tingkat kebisingan 38 dB sehingga

menghasilkan area kerja pada stasiun pengolahan biji dalam kondisi aman.

Kata kunci : Kebisingan, Equivalen (Leq), Noise Mapping dan Daily Noise Dose

(DND).

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ........................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................. ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ........... iii

KATA PENGANTAR ..................................................... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ........................................... v

ABSTRAK ........................................................................ vii

DAFTAR ISI .................................................................... viii

DAFTAR TABEL ........................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ....................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................... xx

I PENDAHULUAN............................................................. I-1

1.1. Latar Belakang Permasalahan .................................... I-1

1.2. Rumusan Masalah....................................................... I-4

1.3. Tujuan Peneliatian ...................................................... I-4

1.4. Manfaat Penelitian...................................................... I-5

1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian................................... I-5

1.6. Sistematika Penulisan Laporan................................... I-6

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN......................... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ..................................................... II-1

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha.................................... II-1

2.3. Lokasi Perusahaan ...................................................... II-2

2.4. Daerah Pemasaran ...................................................... II-3

2.5. Aspek Sosial dan Lingkungan.................................... II-3

2.6. Organisasi dan Manajemen ........................................ II-4

2.6.1. Struktur Organisasi .......................................... II-4

2.6.2. Jam Kerja ......................................................... II-5

2.7. Proses Produksi .......................................................... II-6

2.7.1. Standar Mutu Bahan / Produk .......................... II-7

2.7.2. Bahan yang Digunakan .................................... II-8

2.7.3. Uraian Proses ................................................... II-9

2.8. Mesin dan Peralatan ................................................... II-25

2.8.1. Mesin Produksi ................................................ II-25

2.8.2. Peralatan (equipment)....................................... II-27

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

III LANDASAN TEORI........................................................ III-1

3.1. Bunyi .......................................................................... III-1

3.2. Kebisingan .................................................................. III-2

3.2. Gangguan Kebisingan Terhadap Kesehatan............... III-2

3.4. Pendengaran Manusia................................................. III-3

3.4.1. Sistem Pendengaran Manusia .......................... III-3

3.5. Pengukuran bunyi ....................................................... III-8

3.6. Daily Noise Dose (DND)............................................ III-11

3.7. Metode Pengukuran .................................................... III-11

3.8. Penentuan Titik Pengukuran Kebisingan ................... III-13

3.9. Nilai Ambang Batas Kebisingan ................................ III-14

3.10.Nilai Ambang Batas Kebisingan Berdasarkan SNI 16

-7063-2004.................................................................. III-16

3.11.Pengendalian Kebisingan ........................................... III-16

3.12. Material Akustik Pengendalian Bunyi ...................... III-17

3.13. Noise Mapping .......................................................... III-19

3.14. Pengenalan Software Surfer ...................................... III-20

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.15. Noise Reduction Oleh Pneghalang Exterior....................... III-20

IV METODOLOGI PENELITIAN .................................... IV-1

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian..................................... IV-1

4.2. Jenis Penelitian ........................................................... IV-1

4.3. Objek Penelitian ......................................................... IV-1

4.4. Variabel Penelitian ..................................................... IV-1

4.5. Kerangka Konseptual Penelitian ................................ IV-2

4.6. Metode Pengumpulan Data ........................................ IV-2

4.7. Insturmen yang Digunakan......................................... IV-4

4.8. Metode Pengolahan Data............................................ IV-6

4.9. Analisis Pemecahan Masalah ..................................... IV-9

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ........ V-1

5.1.Pengukuran Tingkat Kebisingan padamasing-masing

Titik pengukuran .......................................................... V-1

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.1.1. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan............. V-2

5.2. Perhitungan Tingkat Kebisingan Equivalen (Leq)............. V-6

5.2.1. Tingkat Kebisingan Equivalen (Leq) Pada

Setiap Titik Pengukuran ................................... V-7

5.2.2. Tingkat Kebisingan Equivalen ......................... V-9

5.3. Intensitas Bunyi ............................................................ V-12

5.4. Pemetaan Kebisingan (Noise Mapping) ....................... V-13

5.5. Waktu Paparan Maksimum yang Diizinkan................. V-15

5.6. Daily Noise Dose (DND).............................................. V-17

VI ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL ..................... VI-1

6.1. Analisis ....................................................................... VI-1

6.1.1. Analisis Tingkat Kebisingan dengan Paparan

Bising ............................................................... VI-1

6.1.2. Analisis Noise Mapping ................................... VI-4

6.2. Pembahasan Hasil......................................................... VI-4

6.2.1. Penanggulangan Kebisingan Secara

Engineering Control......................................... VI-5

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

VII KESIMPULAN DAN SARAN ....................................... VII-1

7.1. Kesimpulan................................................................. VII-1

7.2. Saran ........................................................................... VII-2

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Tingkat Kebisingan pada Mesin-mesin .................................... I-3

2.1. Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit......................................... II-7

3.1. Pengaruh Kekerasan Bunyi pada Manusia ............................... III-3

3.2. Nilai Ambang Batas Kebisingan............................................... III-15

3.3. Pengendalian Kebisingan.......................................................... III-15

5.1. Tingkat Kebisingan (dB) Selama 5 Hari................................... V-3

5.2. Rata-rata Tingkat Kebisinga (dB)............................................. V-5

5.3. Hasil Rekapitulasi Tingkat Kebisingan Equivalen (Leq) pada

semua Titik Pengukuran ........................................................... V-8

5.4. Hasil Rekapitulasi Tingkat Kebisingan Equivalen (Leq) ......... V-10

5.5. Hasil Perhitunga nIntensitas Bunyi Pukul 08.00 di Setiap

Titik Pengukuran....................................................................... V-12

5.6. Hasil Perhitungan Intensitas Bunyi Pukul 11.00 di Setiap

Titik Pengukuran....................................................................... V-12

5.7. Hasil Perhitungan Intensitas Bunyi Pukul 15.00 di Setiap

Titik Pengukuran....................................................................... V-12

5.8. Hasil Perhitungan Intensitas Bunyi Pukul 23.00 di Setiap

Titik Pengukuran....................................................................... V-12

5.9. Hasil Perhitungan Intensitas Bunyi Pukul 01.00 di Setiap

Titik Pengukuran....................................................................... V-12

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.10. Hasil Perhitungan Energi Sumber Bunyi Pukul 08.00 di

Setiap Titik Pengukuran............................................................ V-12

5.11. Hasil Perhitungan Energi Sumber Bunyi Pukul 11.00 di

Setiap Titik Pengukuran............................................................ V-12

5.12. Hasil Perhitungan Energi Sumber Bunyi Pukul 15.00 di

Setiap Titik Pengukuran............................................................ V-12

5.13. Hasil Perhitungan Energi Sumber Bunyi Pukul 23.00 di

Setiap Titik Pengukuran............................................................ V-12

5.14. Hasil Perhitungan Energi Sumber Bunyi Pukul 01.00 di

Setiap Titik Pengukuran............................................................ V-12

5.15. Titik Koordinat Pengukuran Tingkat Kebisingan..................... V-13

5.16. Waku Paparan Maksimum yang Diizinkan .............................. V-16

5.17. Daily Noise Dose (DND) .......................................................... V-18

6.1. Rekapitulasi Perhitungan Daily Noise Dose/DND ................... VI-2

6.2. Rata-rata Tingkat Kebisingan di Perusahaan Manufaktur di

Sekitar Medan ........................................................................... VI-3

6.3. Perbandingan Tingkat Kebisingan Sebelum dan Sesudah

Reduksi dengan Barrier............................................................ VI-13

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

6.4. Elemen Kerja Pekerja Sebelum dan Sesudah dilakukan

Penanggulangan ........................................................................ VI-13

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Peta Lokasi PMKS PT.SISIRAU .......................................... II-3

2.2. Struktur Organisasi PT. SISIRAU ........................................ II-5

2.3. Proses Pemisahan di Hydrocyclone ...................................... II-24

3.1. Anatomi Telinga Manusia..................................................... III-4

3.2. Telingan Bagian Luar............................................................ III-4

3.3. Telinga Bagian Tengah ......................................................... III-4

3.4. Telinga Bagian Dalam........................................................... III-6

3.5. Mekanisme Perjalanan Suara ................................................ III-6

3.6. Pengurangan Tingkat Kebisingan Akibat Jarak.................... III-9

4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ........................................... IV-2

4.2. Blok Diagram Pengumpulan Data ........................................ IV-3

4.3. 4 in 1 Multi-Function Enviroment meter .............................. IV-4

4.4. Block Diagram menggunakan Krisbrow 4 in 1 Multi-

Function Enviroment meter................................................... IV-5

4.5. Block Diagram Perhitungan Tingkat Kebisingan ................. IV-7

4.6. Block Diagram Pengolahan Data .......................................... IV-9

5.1. Layout Stasiun Pengolahan Biji ............................................ V-1

5.2. Grafik Rata-RataTingkat Kebisingan Terhadap Waktu........ V-6

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.3. Grafik Tingkat Kebisingan Equivalen .................................. V-9

5.4. Grafik Tingkat Kebisingan Equivalen (Leq)......................... V-11

5.5. Peta Tingkat Kebisingan pada Stasiun Pnengolahan Biji ..... V-14

5.6. Waktu Paparan Maksimum yang Diizinkan ......................... V-16

5.7. Grafik Hasil Perhitungan Daily Noise Dose (DND) ............. V-18

6.1. Daily Noise Dose Setiap Operator ........................................ VI-2

6.2. Perbandingan Waktu Kerja Aktual dengan Waktu Kerja

Ideal ..................................................................................... VI-3

6.3. Perbandingan Tingkat Kebisingan di Perusahaan

Manufaktur di Sekitar Medan ............................................... VI-4

6.4. 3D Mesin Defericafer Sebelum Penambahan Barrier .......... VI-7

6.5. 3D Stasiun Pengolahan Biji SesudahPenambahan Barrier... VI-8

6.6. PerbandinganLeq Sesudah Direduksi dengan NAB ............. VI-10

6.7. Peta Kebisingan Aktual......................................................... VI-11

6.8. Peta Kebisingan Sesudah Penanggulangan Menggunakan

Barrier................................................................................... VI-12

Universitas Sumatera Utara


DAFTARLAMPIRAN

LAMPIRAN

1. Form Tugas Akhir......................................................................... L-1

2. Surat Keputusan Tugas Akhir ....................................................... L-2

3. Form Asistensi .............................................................................. L-3

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Kemanjuan teknologi di samping memberikan manfaat ternyata juga

menimbulkan masalah seperti antara lain berupa polusi. Salah satu bentuk dari

polusi di sini ialah kebisingan (noise), yaitu bunyi-bunyian yang tidak

dikehendaki oleh telinga. Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap

tenaga kerja, seperti gangguan fisiologis, gangguan komunikasi dan ketulian.

Kebisingan di lingkungan kerja dapat mempengaruhi pekerja dalam melakukan

aktivitas kerjanya sehingga akan berpengaruh terhadap waktu penyelesaian kerja.

Kebisingan adalah bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki telinga

terutama karena dalam jangka pendek dapat mengurangi ketenangan kerja,

mengganggu konsentrasi dan menyulitkan komunikasi. Dalam jangka panjang

dapat merusak pendengaran. Kebisingan dapat menyebabkan meningkatnya

kelelahan dan terganggunya konsentrasi pekerja sehingga terjadi kesalahan-

kesalahan saat bekerja. Kerja terus-menerus di tempat bising berakibat kehilangan

daya dengar yang permanen dan tidak dapat pulih kembali.

Kebisingan bersumber dari mesin dan peralatan produksi yang digunakan

dalam suatu perusahaan. Kebisingan yang terus menerus ini akan mengurangi

kepekaan pendengaran para karyawan, bahkan dalam jangka waktu panjang akan

menyebabkan kerusakan pendengaran secara total[1]. Keputusan Menteri

Kesehatan tentang lingkungan kerja Perkantoran dan Industri Republik Indonesia

Universitas Sumatera Utara


No 1405/MENKES/SK/XI/2002 menyatakan ambang batas kebisingan adalah 85

dB untuk 8 jam kerja/hari. Lingkungan kerja termasuk kebisingan perlu di

perhatikan oleh setiap perusahaan dalam menjaga kesehatan para pekerja.

Hasil penelitian T.S.S. Jayawardana, dkk. menunjukkan bahwa kemajuan

teknologi pada perusahaan menjadi masalah yang cukup serius untuk

menimbulkan resiko bahaya terhadap pendengaran pekerja, hal ini disebabkan

teknologi pada perusahaan berpengaruh dalam peningkatan tingkat kebisingan.

Penelitian tersebut menganalisis kualitas suara dan tingkat kebisingan yang

diakibatkan penggunaan dari mesin-mesin produksi[2].

Hasil penelitian tersebut diperkuat dengan penelitian Widana yang

menyatakan bahwa kebisingan dari suara mesin produksi mengakibatkan rasa

tidak nyaman untuk bekerja, suhu udara disekitar mesin lebih tinggi dan

mengakibatkan pekerja bernafas lebih cepat sehingga cepat menimbulkan rasa

lelah[3].

Hasil penelitian ferdinand juga menyatakan setiap mesin menimbulkan

bunyi yang tidak dikehendaki. Penggunaan mesin-mesin yang berbeda dalam

proses produksi dapat mengakibatkan penurunan pendengaran pekerja[4].

Penelitian Nungki Dwi Setyantoro mengatakan bahwa Bunyi dari mesin

yang menyebabkan tingkat kebisingannya sangat tinggi karena tata letak ruang

pada area compressor terlalu dekat dengan area produksi sehinga arus

kebisingannya mengganggu pekerja di area produksi. Pekerja di area produksi

sangat rentan terhadap resiko penurunan daya dengar atau hearing loss

Universitas Sumatera Utara


(berkurangnya kemampuan telinga untuk merespon suara) apabila kebisingan

tidak dikelola dengan baik terutama mengenai sistem penanganannya[5].

Penelitian Yaya adi yusa,dkk mengatakan bahwa kebisingan bersumber

dari mesin penggiling kain, mesin tersebut dapat menimbulkan masalah,

terutama dari bunyi yang dihasilkan pada saat mesin beroperasi. Oleh sebab itu

diperlukan ruang khusus yang dirancang untuk meredam kebisingan yang

diasilkan oleh mesin tersebut[6].

PT. Sisirau adalah salah satu badan usaha swasta yang bergerak dalam

bidang produksi minyak kelapa sawit (CPO). Permasalahan yang ditemukan pada

perusahaan ini ialah adanya kebisingan yang timbul dari mesin defericafer pada

stasiun pengolahan biji. Data tingkat kebisingan yang ditimbulkan mesin-mesin

dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Tingkat Kebisingan pada Mesin-mesin

No. Nama Mesin Fungsi Tingkat Ket


Kebisingan S.K
(db)
1 Hyraulic Untuk membuka dan 70 dB Stasiun Penerimaan
menutup mesin sterillizer buah
2 Sterillizer Berfungsi untuk merebus 75 dB Stasiun Penerimaan
buah buah
3 Trippler Untuk menuang lori yang 75 dB Stasiun penebahan
berisi tandan buah dan
brondolan buah sawit yang
telah direbus ke dalam
autofeeder
4 Digester Untuk melumatkan 80 dB Stasiun pengempaan
brondolan atau buah sawit
dengan proses pengadukan
5 Screw press Untuk memeras borndolan 80 dB Stasiun pengempaan
yang telah dicincang untuk
mendapatkan minyak

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1.1. Tingkat Kebisingan pada Mesin-mesin (Lanjutan)

No. Nama Mesin Fungsi Tingkat Ket

Kebisingan S.K

(db)

6 Cake breaker Untuk mengeringkan dan 82 dB Stasiun kernel

conveyor mengurangi kadar air pada (pengolahan biji)

cangkang biji agar dapat

digunakan untuk bahan

bakar boiler

7 Defericafer Untuk memisahkan serabut 95 dB Stasiun kernel

dari biji (pengolahan biji)

8 Hydrocyclone Untuk memisahkan 80 dB Stasiun kernel

cangkang dan inti sawit (pengolahan biji)

dengan prinsip berat jenis

Sumber : Pengumpulan Data

Dari Tabel 1.1 di atas terlihat bahwa tingkat kebisingan di atas nilai

ambang batas kebisingan (NAB) pada mesin defericafer di stasiun kernel

(pengolahan biji) yaitu 95 dB dan berlangsung selama 8 jam kerja/hari.

Operator yang bekerja di stasiun pengolahan biji berjumlah 2 orang.

Kebisingan di stasiun pengolahan biji menyebabkan operator harus berbicara

lebih keras dalam berkomunikasi dan sering meninggalkan area kerja sekitar 5-

Universitas Sumatera Utara


10 menit, dengan frekuensi sekitar 4 kali dalam 1 hari kerja, sehingga waktu yang

seharusnya dapat digunakan untuk melakukan kegiatan produksi jadi berkurang

dan mengakibatkan penurunan waktu produktif operator.

Pada penelitian ini akan dilakukan analisis masalah kebisingan dan upaya

pengendalian untuk mengatasinya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang dibahas

dalam penelitian ini adalah tingginya tingkat kebisingan di stasiun pengolahan biji

yaitu 95 dB yang mengakibatkan operator merasa terganggu dan sering

meninggalkan area kerja sehingga menurunkan waktu produktif operator.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini untuk mendapatkan solusi mengatasi

kebisingan yang terjadi di stasiun pengolahan biji. Adapun tujuan khusus dari

penelitian yang dilakukan pada PT. Sisirau adalah :

1. Analisis tingkat kebisingan pada beberapa titik di stasiun pengelohan biji.

2. Melakukan pemetaan kebisingan berdasarkan area kerja operator pada stasiun

pengolahan biji.

3. Memberikan usulan mengatasi kebisingan di stasiun pengolahan biji pada PT.

Sisirau.

Universitas Sumatera Utara


1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah :

1. Bagi Mahasiswa

Mendapatkan wawasan terutama mengenai kebisingan di tempat kerja

serta dapat merancang solusi permasalahan dari sudut pandang akademis

dengan pendekatan ergonomi dan K3.

2. Bagi Perusahaan

Solusi yang ditawarkan dapat menjadi pertimbangan pihak perusahaan

dalam mengelola kebisingan di tempat kerja agar kenyamanan lingkungan

kerja dapat terjaga.

3. Bagi Departemen Teknik Industri

Hasil penelitian dapat menjadi tambahan referensi mengenai

pengendalian kebisingan di tempat kerja.

1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian

Batasan pada penelitian ini adalah :

1. Penelitian dilakukan pada area mesin defericefer di PT. Sisirau.

2. Tingkat kebisingan dinyatakan dalam bentuk equivalent level (LEQ).

3. Standar kebisingan berdasarkan nilai ambang batas kebisingan yang

dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

Asumsi dalam penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Operator dalam keadaan sehat dan bekerja sesuai deskripsi tugasnya.

2. Sumber kebisingan tetap (tidak berubah)

Universitas Sumatera Utara


1.6. Sistematika Penulisan Laporan

Bab I Latar Belakang berisi tentang pendahuluan, menguraikan latar

belakang permasalahan yang mendasari dilakukannya penelitian, perumusan

permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan

dalam penelitian serta sistematika penulisan laporan penelitian.

Bab II Gambaran Umum Perusahaan berisih sejarah perusahaan, ruang

lingkup perusahaan, lokasi, struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab, jumlah

tenaga kerja dan jam kerja pekerja PT. Sisirau.

Bab III Landasan Teori berisi teori tentang bunyi, kebisingan, gangguan

kebisingan terhadap kesehatan, pendengaran manusia, sistem pendengaran

manusia, pengukuran bunyi, daily noise dose, metode pengukuran, penentuan titik

pengukuran kebiisngan, nilai ambang batas kebisingan, nilai ambang batas

kebisingan berdasarkan SNI 16-7063-2004, pengendalian kebisingan, material

akustik pengendali bunyi, noise mapping, software surfer.

Bab IV Metodologi Penelitian menguraikan tahap-tahap dalam penelitian

meliputi penentuan lokasi penelitian, jenis penelitian, objek penelitian, kerangka

konseptual, defenisi operasional, identifikasi variabel penelitian, instrumen

pengumpulan data, populasi, sumber data, metode pengolahan data, dan blok

diagram penelitian.

Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data dimulai dari pengukuran

tingkat kebisinganpada masing-masing titik pengukuran, perhitungan tingkat

kebisingan equivalen (Leq), tingkat kebisingan equivalen (Leq) pada setiap titik

Universitas Sumatera Utara


pengukuran, intensitas bunyi, pemetaan kebisingan (noise mapping), waktu

paparan yang diizinkan, daily noise dose (DND).

Bab VI Analisis Pemecahan Masalah berisi tentang analisis tingkat

kebisingan dengan paparan bising, analisis noise mapping, dan penanggulangan

kebisingan secara engineering control.

Bab VII Kesimpulan dan Saran berisi tentang kesimpulan yang diperoleh

berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dan saran yang

diberikan bagi perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Sisirau adalah salah satu badan usaha swasta yang bergerak dalam

bidang usaha pengolahan minyak kelapa sawit (CPO). Pada awal perencanaan PT.

SISIRAU mengusahakan proyek pembangunannya di atas lahan 20 hektar,

berdasarkan surat kesepakatan bersama antara PT. Sisirau dengan PT. Desa Jaya

pada tanggal 6 juni 1997 yang di perkuat adanya surat keputusan kantor

perusahaan Kabupaten Aceh Timur No.15/1L.1/BPN/ATIM/1997 tentang

pemberian izin lokasi untuk pembangunan PMKS.

Sumber bahan baku kelapa sawit berasal dari kebun sendiri dengan luas 3.169

hektar dan untuk mencapai syarat minimal kebun mendirikan PMKS adalah seluas

6.000 hektar, maka di lakukan kerja sama dengan PT.Semadam yang mempunyai

luas kebun 3.550 hektar yang berjarak sekitar 10 KM dari PT.Sisirau.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Ruang lingkup bidang usaha PT. Sisirau adalah

1. Pengolahan Tandan buah segar (TBS) menjadi Crude Palm Oil (CPO),

Kernel (Inti sawit) dan cangkang.

Universitas Sumatera Utara


2. Pupuk kompos yang bahan bakunya dari hasil pembakaran tandan sawit

2.3. Lokasi Perusahaan

Lokasi PMKS PT. Sisirau berada di jalan Medan-Banda Aceh. Desa

Sidodadi Alur Gantung, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Naggroe Aceh

Darussalam, yang berbatasan dengan :

- Sebelah Timur dengan kebun PT. Desa Jaya

- Sebelah Barat dengan kebun PT. Alur Gantung

- Sebelah Utara dengan Desa Sidodadi

- Sebelah Selatan dengan PT. Alur Gantung dan Desa Sidodadi

Secara geografis lokasi kegiatan terletak pada koordinat : 04˚ 12’

052’’LU/098˚ 03’ 49,5” BT. Penentuan lokasi ini berdasarkan pertimbangan :

- Dekat dengan transportasi antar kota yang berguna untuk melancarkan

pengiriman produksi, sehingga memudahkan pemasaran produksi.

- Bahan baku dekat dengan pabrik, sehingga dapat menghemat biaya

pengangkutan tandan buah segar (TBS) dan pengolahan dapat di lakukan

dengan baik dan akhirnya produksi berjalan optimal.

- Jarak dari kuala simpang 13 KM melalui jalan raya

- Jarak dari jalan raya ke lokasi pabrik sekitar 200 m.

Peta lokasi dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah ini.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.1. Peta Lokasi PMKS PT.SISIRAU

2.4. Daerah Pemasaran

Produk Crude Palm Oil (CPO), Kernel (inti sawit) dan Cangkang yang

dihasilkan oleh PMKS PT. Sisirau dipasarkan di dalam negeri melalui Pelabuhan

Belawan yaitu ke PT Musimas dan PT. Permata Hijau, sedangkan melalui

Pelabuhan Kuala Tanjung ke PT.Wilmar dan Multimas Nabati Asahan. Daerah

pemasaran ditentukan oleh kantor pusat yang berlokasi di Jl. Putri Hijau Dalam

No. 4C-G, Medan.

2.5. Aspek Sosial dan Lingkungan

Dampak sosial dari PT. Sisirau menjelaskan keberadaan usaha ini dapat

mendorong perkembangan daerah dan masyarakat di sekitar lokasi usaha sehingga

Universitas Sumatera Utara


dapat meningkatkan taraf hidup warga yang bermukim di sekitar perusahaan.

Tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat sekitar terlihat dari dengan adanya sarana penunjang berupa

perumahan, poliklinik, sarana transportasi, sarana pendidikan, sarana ibadah,

sarana olahraga dan asuransi tenaga kerja.

Dampak ekonomi merupakan salah satu dampak yang sangat berpengaruh

bagi masyarakat di sekitar lokasi PT. Sisirau ini. Dengan didirikannya perusahaan

tersebut, banyak masyarakat yang memperoleh keuntungan dengan terciptanya

lapangan pekerjaan yang disebabkan oleh perluasan dan konstruksi dari

perusahaan tersebut. Selain itu, di lokasi yang berdekatan dengan pabrik juga

terdapat beberapa rumah makan.

Dampak lingkungan dari keberadaan perusahaan tergolong aman.

Perusahaan tidak menghasilkan limbah yang akan meresahkan masyarakat karena

PT. Sisirau melakukan metode Bio Gas yaitu limbah dari pabrik ditampung dalam

sebuah wadah dan dibakar sehingga berupa gas yang tidak mencemarkan polusi

udara di sekitar lingkungan dan solid/ ampas-ampas sisa dari decanter dibagi-

bagikan kepada masyarakat untuk digunakan sebagai makanan lembu. Limbah

cair dibuang kembali ke sungai karena sudah bersih dan aman dengan pH 8.

Universitas Sumatera Utara


2.6. Organisasi dan manajemen

2.6.1. Struktur organisasi

PMKS PT. Sisirau menggunakan struktur organisasi yang disusun

sedemikian rupa sehingga jelas terlihat batasan-batasan tugas, wewenang, dan

tanggung jawab serta nama-nama dari setiap personil dalam organisasi tersebut.

Dengan demikian diharapkan adanya suatu kejelasan arah dan koordinasi untuk

mencapai tujuan perusahaan dan masing-masing pegawai mengetahui dengan

jelas dari mana mendapatkan perintah dan kepada siapa harus bertanggung jawab

atas hasil kerjannya.

Struktur organisasi PMKS PT. Sisirau sendiri adalah berbentuk lini.

Pimpinan tertinggi dipegang oleh seorang Manajer dan dibantu oleh beberapa staf

pimpinan dan karyawan yang didalamnya telah terlihat batasan-batasan tugas dan

tanggung jawab dari setiap bidang pekerjaan tersebut. Struktur organisasi PT

Sisirau dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Struktur Organisasi PT Sisirau

Universitas Sumatera Utara


2.6.2. Jam kerja

Jam Kerja PMKS PT.Sisirau adalah 6 hari kerja dalam seminggu untuk

bagian kantor dan produksi. Pengaturan jam kerja untuk tenaga kerja adalah

sebagai berikut :

1. Karyawan kantor yang terdiri dari Manajer, staff tata usaha dan bagian-

bagiannya, staff quality control dan karyawan laboratorium serta humas

mulai bekerja pukul 07.00 – 16.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 12.00-

14.00 WIB.

2. Karyawan Bagian Produksi

Karyawan bagian produksi terbagi dari dua shift kerja yaitu :

- Shift I pada pukul 07.00-16.00 dengan waktu istirahat pukul 12.00-14.00

- Shift II pada pukul 16.00-23.00 dengan waktu istirahat pukul 18.30-19.30

3. Karyawan Bagian Keamanan

Karyawan bagian keamaan terdapat 3 shift yaitu :

- Shift I pada pukul 08.00-17.00

- Shift II pada pukul 17.00-01.00

- Shift III pada pukul 01.00-08.00

2.7. Proses produksi

PMKS Sisirau merupakan pabrik yang mengolah kelapa sawit menjadi

CPO (Crude Palm Oil) atau minyak sawit kasar. Minyak sawit atau inti sawit

mulai terbentuk 100 hari setelah penyerbukan yang terhenti 180 hari setelah

Universitas Sumatera Utara


penyerbukan atau setelah terjadi proses kejenuhan pembentuk minyak dalam

buah, hal ini ditandai dengan buah membrondol normal. Hasil utama yang

diperoleh dari tandan buah kelapa sawit adalah minyak sawit yang terdapat pada

daging buah dan minyak inti sawit yang terjadi pada kernel, kedua jenis minyak

kelapa sawit ini dibedakan berdasarkan komposisi asam lemak dan sifat fisika

kimia.

Mutu Minyak Kelapa Sawit PT. Sisirau bergantung pada mutu buah

kelapa sawit yang diterima. Mutu hasil sangat ditentukan oleh mutu bahan

bakunya, sedangkan bahan baku dipengaruhi oleh kegiatan pasca panen, seperti

cara panen dan transportasi. Kesalahan pada langkah pengumpulan hasil panen

dapat mengakibatkan mutu hasil olahan tidak dapat memenuhi standar yang telah

ditetapkan. Akibatnya dapat memperkecil efisiensi pengolahan. Pelaksanaan

panen dipengaruhi oleh sistem panen yang diterapkan oleh pihak perkebunan.

2.7.1. Standar Mutu Bahan/Produk

Standard mutu Bahan baku dalam menentukan kualitas dari minyak

kelapa sawit menurut Direktorat Jenderal Perkebunan yaitu:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1.Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit

Karakteristik Minyak Kelapa Keterangan

Sawit

Asam Lemak Bebas 3,5% Maksimal

Kadar Kotoran 0,02% Maksimal

Kadar Zat Menguap 0,2% Maksimal

Bilangan Peroksida 2,2 meq Maksimal

Bilangan Iodin 10,5-18,5 Maksimal

Kadar Logam (Fe,Cu) - -

Lovibond - -

Kadar Minyak - -

Kontaminasi - -

Kadar Pecah - -

Sumber : PT. Sisirau

2.7.2. Bahan yang Digunakan

Bahan-bahan yang digunakan pada proses produksi CPO meliputi bahan

baku, dan bahan penolong.

Bahan baku yang digunakan di PMKS PT. Sisirau adalah buah sawit yang

berasal dari kebun PT. Sisirau, PT. Semadam dan kebun milik rakyat. Varietas

yang paling banyak digunakan dikebun sisirau adalah Tenera. Salah satu cara

Universitas Sumatera Utara


untuk meningkatkan produksi tandan buah segar adalah dengan melepaskan

Serangga Penyerbukkan Kelapa Sawit (SPKS) ke seluruh areal kebun. Tenera

adalah jenis kelapa sawit yang mempunyai buah agak lonjong dengan

karakteristik sebagai berikut :

a. Ketebalan cangkang (mm) : 1 - 2,5mm

b. % Cangkang / buah : 3 – 20%s

c. % Mesocrap / buah : 60 – 90%

d. % Inti / buah : 3 – 15%

e. Kadar minyak : sedang

Kelapa sawit biasanya berbuah setelah berumur 2,5 tahun. Buahnya menjadi

masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Proses pembentukan minyak di dalam buah

berlangsung selama 24 hari, yaitu pada saat buah mulai masak.

Bahan penolong yang digunakan pada PMKS PT. Sisirau adalah Air. Air

digunakan untuk proses pengepresan yang bertujuan agar minyak yang

terkandung dalam daging buah sawit dapat keluar.

2.7.3. Uraian Proses

Pabrik kelapa sawit PMKS PT. Sisirau mengolah bahan baku berupa

kelapa sawit hingga menghasilkan CPO (Crude Palm Oil) atau minyak kelapa

sawit sebagai hasil utama dan juga kernel (inti), dan cangkang sebagai hasil

Universitas Sumatera Utara


sampingan. PMKS PT. Sisirau memiliki kapasitas produksi 30 Ton/ Jam. PT.

Sisirau memiliki enam stasiun kerja yaitu

1. Stasiun Penerimaan Buah

2. Stasiun Perebusan (Sterilizing)

3. Stasiun Penebahan (Thressing)

4. Stasiun Pengempaan (Digesting and Pressing)

5. Stasiun Klarifikasi Minyak (Clarification)

6. Stasiun Pengolahan Biji

1. Stasiun Penerimaan Buah

Stasiun penerimaan buah adalah stasiun yang digunakan untuk menerima buah

TBS yang diangkut oleh truk-truk pengangkut TBS yang berasal dari kebun

sendiri dan kebun rakyat. Pada stasiun penerimaan buah terdapat stasiun

timbangan dan stasiun loading ramp.

Pada Stasiun penimbangan akan ditentukan berat netto TBS, mengetahui

rendemen dan kapasitas TBS yang di perlukan oleh pabrik. Pada stasiun ini

terdapat catatan penerimaan TBS, Pengiriman kernel (inti), pengiriman CPO,

berat minyak dan kernel (inti), dan berat TBS. Pada PMKS PT. Sisirau terdapat

jembatan timbangan yang menggunakan sistem digital dengan kapasitas maksimal

30 ton. Sebelum TBS masuk ke loding ramp disiapkan petugas yang menyotir

buah karena TBS juga sangat mempengaruhi minyak serta rendemen yang

diperoleh. Oleh karena itu pihak sortasi bertugas untuk memilih kriteria TBS yang

siap diolah dan menyisihkan yang masih mentah atau belum siap diolah.

Universitas Sumatera Utara


Setelah proses penimbangan selanjutnya melalui Loading Ramp, yang

memiliki fungsi tempat penimbunan sementara TBS sebelum tandan buah segar

tersebut dipindahkan ke lori perebusan. Lantai loading ramp dibuat dari plat baja

dengan kemiringan 27 ̊ dan mempunyai 12 pintu. Pintu dari setiap ruang dibuka

secara mekanis dengan menggunakan tenaga hidrolik. Lori yang digunakan untuk

mengangkut ke tempat perebusan sawit ditarik dan diposisikan di depan pintu

loading ramp. Satu unit lori berkapasitas sekitar 4,5 ton TBS/jam, pintu loading

ramp dibuka satu persatu dan TBS masuk ke dalam lori, selanjutnya lori yang

sudah penuh ditarik dengan capstand untuk dipindahkan ke stasiun perebusan.

2. Stasiun Perebusan

Proses perebusan menggunakan bejana Sterilizer yang merupakan sebuah bejana

tekan dengan tipe horizontal dilengkapi dengan dua unit pintu. Proses perebusan

ini sangat penting karena akan mempengaruhi mutu minyak kelapa sawit. Dalam

proses ini buah kelapa sawit dimasukkan kedalam sterillizer dengan waktu ±90

menit. Satu lori rebusan berisi ±4,5 ton sawit dan terdapat 7 lori untuk satu kali

perebusan. Perlu juga diketahui dalam pengisian TBS pada lori agar tidak terlalu

penuh karena hal tersebut dapat mengakibatkan TBS jatuh dalam rebusan yang

mengakibatkan kerugian minyak pada air kondensat rebusan dan penyumbatan

saringan pipa-pipa kondensat. Lori yang berisikan TBS ditarik dengan

menggunakan capstand ditransfer carriage dan selanjutnya dimasukkan kedalam

sterillizer. Pada PMKS PT. Sisirau terdapat 2 unit sterillizer dimana

temperaturnya sebesar 120 – 135̊ C, dan tekanan uang 3 kg/cm2. Tujuan

perebusan adalah mempermudah pelepasan buah dari tandan dan kernel (inti),

Universitas Sumatera Utara


memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan. Perencanaan

kebutuhan unit Sterilizer disesuaikan dengan kapasitas pabrik, dengan

perhitungan :

Tujuan dari proses perebusan adalah:

a. Merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan FFA.

b. Menguraikan kadar air dalam buah.

c. Mengkoagulasikan protein sehingga memudahkan pemisahan minyak.

d. Menghidrolisa zat-zat karbohidrat yang berada sebagai koloid di dalam

protoplasma menjadi glukosa yang dapat larut dan menghasilkan tekanan

osmosis yang membantu memecahkan dinding sel sehingga minyaknya dapat

keluar.

e. Memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pelumatan

(digesting).

f. Mempermudah proses pembantingan (threshing).

3. Stasiun Penebahan (Thressing)

Pembantingan bertujuan untuk melepaskan buah dari janjangan (bunch ) setelah

lori berisi buah yang sudah siap direbus diangkut dengan Hosting Crane dan

menuangkannya ke dalam automatic feeder (bunch feeder) lalu buah akan jatuh

ke dalam thresser. Thresser merupakan alat penebah atau pemisah janjangan

dengan brondolan yang berbentuk drum, bagian utama drum dibuat kisi-kisi

(celah) sebagai tempat jatuhnya buah brondolan yang terlepas dari janjangannya.

Universitas Sumatera Utara


Thresser digunakan untuk melepas dan memisahkan buah dari tandan

dengan cara masuknya buah dari pengisi otomatis ke dalam drum yang berputar

(23-25 rpm), dan dengan bantuan sudu-sudu yang ada di dalam drum, buah

terangkat dan jatuh terbuang sehingga buah/brondolan lepas dari tandan dan

melalui kisi-kisi drum buah masuk kedalam konveyor. Janjangan kosong yang

terdorong keluar akan masuk kedalam conveyor janjangan kosong (empty bunch

conveyor). Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemipil ditampung oleh

sebuah screw conveyor untuk dikirim ke bagian digesting dan pressing .

Sementara, tandan (janjang) kosong yang keluar dari bagian belakang pemipil

ditampung oleh conveyor dan dibawa ke hopper janjangan kosong melalui empty

bunch conveyor dan bunch Hopper Conveyor.

4. Stasiun Pengempaan (Digesting and Pressing)

Pada stasiun ini terjadi pemisahan daging buah atau pericrape dengan biji atau nut

dan proses pengambilan minyak kasar dari buah. Pengambilan minyak pertama

yang terjadi pada stasiun kempa dilakukan dengan cara melumat buag dan

mengempanya. Pelumatan (digesting) bertujuan untuk melumatkan buah hingga

hancur dan terpisah dari biji (nut). Sedangkan pengepresan (pressing) bertujuan

untuk menekan daging buah yang hancur hingga keluar minyak kasar (crude oil).

5. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification)

Pemurnian minyak bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang sesuai dengan

standar mutu produk yang ditetapkan. Pemurnian minyak terdiri dari beberapa

proses sebagai berikut.

a. Pemisahan minyak kasar dari pasir

Universitas Sumatera Utara


Pemisahan minyak kasar dari pasir dilakukan dengan menggunakan sand trap

tank (perangkap pasir). Prinsip kerja sandtrap tank adalah pemisahan

berdasarkan berat jenis. Sand trap tank terdiri atas corong yang memilki

saluran pada bagian atasnya dan saluran bagian bawah. Minyak kasar akan

mengalir pada saluran bagian atas, sedangkan pasir akan jatuh ke saluran

bagian bawah. Minyak kasar akan dialirkan ke vibro separator dan pasir akan

ditampung di tempat penampungan.

b. Penyaringan minyak kasar

Penyaringan minyak kasar dilakukan dengan menggunakan vibro separator.

Vibro separator berfungsi untuk memisahkan/menyaring kotoran-kotoran

berupa serat-serat atau kotoran lainnya dari minyak kasar. Vibro separator

terdiri dari dua buah saringan kawat dengan ukuran saringan atas 20 mesh dan

saringan bawah 40 mesh. Benda-benda padat berupa cake yang disaring pada

saringan ini dikembalikan ke fruit transfer conveyor untuk diproses kembali.

Sedangkan minyak kasar dari vibro separator ditampung dalam tangki minyak

kasar (crude oil tank). Untuk memudahkan penyaringan, saringan getar

tersebut disiram dengan air panas.

c. Pemanasan minyak kasar

Pemanasan minyak kasar bertujuan untuk memudahkan proses pemisahan di

vertical clarifier tank dan mengendapkan kotoran. Pemanasan minyak kasar

dilakukan dengan menggunakan tangki minyak kasar (crude oil tank). Prinsip

kerja Crude Oil Tank adalah melakukan penambahan panas dengan injeksi uap.

Temperatur yang diharapkan ± 900C. Untuk menjaga kebersihan dalam Crude

Universitas Sumatera Utara


Oil Tank harus dilakukan blow down dua kali per shift. Minyak dalam Crude

Oil Tank selanjutnya dipompakan ke dalam Vertical Clarifier tank dengan

menggunakan vacum pump.

d. Pemisahan minyak dari sludge

Pemisahan minyak dari sludge dilakukan di vertical clarifier tank. Vertical

clarifier tank berfungsi untuk mengendapkan sludge yang terkandung di dalam

minyak kasar. Untuk mempermudah proses pemisahan, maka temperatur

dipertahankan 90-950C.

Vertical clarifier tank terdiri dari tiga ruang yaitu:

- Ruang pertama : untuk penampungan minyak dari pompa minyak kasar

dan penambahan panas.

- Ruang kedua : merupakan ruang pemisahan. Minyak yang mempunyai

berat jenis kecil mengapung dan dialirkan ke dalam pure oil

tank, sedangkan sludge yang mempunyai berat jenis lebih

besar dari pada minyak masuk ke dalam ruang ke tiga

melalui lubang bawah sekat.

- Ruang ketiga : ruang penampungan sludge sebelum dialirkan ke dalam

sludge tank.

e. Penampungan minyak murni

Universitas Sumatera Utara


Penampungan minyak murni dilakukan di tangki minyak murni (pure oil tank).

Minyak yang ditampung di ruang kedua vertical clarifier tank dialirkan ke

pure oil tank. Pemanasan tetap dilakukan dengan injeksi uap hingga temperatur

95-1000C. Pure oil tank berbentuk selinder, dengan dasar berbentuk kerucut.

Tangki ini di blow down 4 jam sekali untuk membuang lumpur atau endapan.

f. Pemurnian minyak

Pemurnian minyak dilakukan dengan menggunakan oil purifier. Oil purifier

bertujuan untuk mengurangi kadar air hingga 0,2 – 0,5 % , kadar kotoran

hingga 0,01 – 0,13 % dan temperatur 90-950C. Oil purifier bekerja dengan

gaya sentrifugal yang berkecepatan 7500 rpm. Akibat dari gaya sentrifugal ini

maka minyak yang mempunyai berat jenis lebih kecil akan bergerak ke arah

poros dan terdorong keluar sudut-sudut. Sedangkan kotoran dan air yang berat

jenisnya lebih besar terdorong ke arah dinding bowl. Air keluar dan padatan

melekat pada dinding bowl yang dilarutkan dengan pencucian.

g. Pengeringan minyak

Pengeringan minyak dilakukan dengan menggunakan vacum dryer. Vacum

dryer berfungsi untuk mengurangi kadar air hingga 0,1 – 0,15 % dan kadar

kotoran hingga 0,013 - 0,015 %. Prinsip kerja vacum dryer adalah minyak dari

oil purifier dipompa ke dalam tangki umpan (float tank). Didalam tangki

umpan ini terdapat sebuah pelampung baja berbentuk kumparan tirus (taper

spindle) yang berfungsi sebagai katup/kran otomatis untuk menjaga kestabilan

hampa di dalam tabung pengering secara terus menerus.

Universitas Sumatera Utara


Bagian dalam atas tabung hampa udara terdapat enam buah spray nozzle yang

menyemprotkan minyak pada permukaan pelat deflektor yang berbentuk pilem

tipis. Minyak yang keluar dari spray nozzle berbentuk pancaran halus (spray)

dan kabut, kemudian jatuh secara gravitasi dan membentur pelat deflektor

sehingga terjadi pengkabutan yang kedua kali. Selagi minyak berbentuk kabut

kandungan air akan mudah menguap dan dihisap keluar oleh pompa hampa

udara. Minyak yang telah dikeringkan selanjutnya jatuh ke dasar tabung

pengering dan langsung dihisap dengan oil transfer pump ke oil storage tank

(OST).

Vacum dryer juga dilengkapi dengan sebuah level kontrol yang dihubungkan

ke dalam tabung hampa udara. Berfungsi untuk mengontrol ketinggian level

minyak. Minyak yang di umpan ke dalam tabung hampa udara jika kurang dari

level minyak yang dihisap keluar, maka level kontrol otomatis membuka

katupnya sehingga minyak re-sirkulasi kembali ke tabung melalui pipa by-pass.

Ujung pipa pengeluaran air dan kondensor harus terendam dalam air hot weel

tank.

h. Penampungan minyak sawit (CPO)

Penampungan minyak sawit (CPO) dilakukan di oil storage tank (OST) atau

sering disebut bulk storage tank (BST). CPO dalam OST harus selalu

dipanaskan dengan cara injeksi uap yang bersuhu 950C agar minyak tidak

membeku dan untuk menghindarkan kenaikan kadar FFA.

Universitas Sumatera Utara


Hal-hal yang harus diperhatikan pada oil storage tank adalah kebersihannya,

kondisi steam coil dan temperature. Storage tank harus dibersihkan secara rutin

karena apabila terjadi kebocoran pada pipa steam coil dapat mengakibatkan

naiknya kadar air pada CPO.

i. Penampungan sludge

Penampungan sludge hasil pemisahan di vertical clarifier tank dilakukan di

sludge tank. Sludge yang berada pada tangki lumpur ini masih mengandung

minyak 8-10 %. Pemanasan dalam alat ini dilakukan dengan sistem injeksi uap

dan suhu cairan dalam tangki perlu dijaga karena akan mempengaruhi

persentase Non Oil Solid (NOS) dalam sludge. Oleh karena itu, perlu dilakukan

blow down secara rutin.

j. Penyaringan sludge

Penyaringan sludge dilakukan dengan menggunakan vibro Separator. Vibro

Separator berfungsi untuk memisahkan sludge dari benda-benda padat berupa

serabut, pasir, dan kotoran. Vibro Separator terdiri dari satu buah saringan kawat

dengan ukuran saringan 60 mesh. Benda-benda padat berupa serabut, pasir, dan

kotoran akan dibuang ke tempat penampungan. Sedangkan sludge akan dialirkan

melalui pipa ke sand cyclone.

k. Pemisahan sludge dari pasir

Pemisahan sludge dari pasir dilakukan dengan menggunakan sand cyclone.

Sludge dari vibro separator masih mengandung pasir sehingga harus

Universitas Sumatera Utara


dipompakan lagi ke sand cyclone dimana pasir halus akan terpisah karena gaya

sentrifugal dan blow down setiap 20 menit. Untuk mengambil minyak yang

masih terkandung di sludge, selanjutnya sludge ditampung di sludge buffer

tank sebelum diproses pada sludge separator.

Sludge buffer tank ini memiliki kapasitas 9 m3 yang dilengkapi dengan steam

injection dan enam pipa saluran. Pipa I di bawah tangki untuk menyalurkan

sludge kembali ke sludge tank, pipa II di tengah tangki untuk menyalurkan

sludge ke sludge separator dan pipa III di bagian atas tangki untuk menjaga

kelebihan sludge yang akan masuk ke tangki. Pipa IV, V dan VI masing-

masing untuk menyalurkan minyak ke low speed yang berjumlah tiga unit.

Sludge dipanaskan pada temperature 90-950C sehingga minyak yang akan

dipisahkan pada low speed lebih homogen.

l. Pemisahan minyak dari sludge

Pemisahan minyak dari sludge dilakukan dengan menggunakan sludge

separator. Sludge separator berfungsi untuk memisahkan minyak dari air,

dan kotoran dengan cara sentrifugasi. Cairan yang dipompakan pada bagian

atas dengan steam siklus, sehingga

cairan berputar-putar dalam tabung yang menimbulkan gaya sentrifugal,

selanjutnya cairan tanpa pasir dan kotoran bergerak ke atas dan keluar melalui

poros. Hasil pemisahan sludge dari pasir memiliki kadar air 80-85 %, minyak

5-10 %, dan 8-12 % berupa bahan bukan minyak. Air dan kotoran dibuang

keluar sedangkan minyak akan dipompakan ke sludge drain tank. Dalam

Universitas Sumatera Utara


proses ini kadar minyak yang diperoleh pada sludge separator diharapkan

0,3-0,5 %.

m. Pengambilan minyak kembali

1) Low Speed

Alat ini digunakan untuk mengutip kembali minyak yang masih terkandung

dalam sludge. Dengan prinsip putaran rendah ke arah sumbu vertical minyak

akan terkumpul di tengah sedangkan kotoran akan tercampak keluar.

Selanjutnya dialirkan ke reclaimed tank sedangkan drab buang dialirkan ke

effluent treatment.

2) Sludge Drain Tank

Endapan dari tangki masakan minyak, tangki sludge (sludge tank) yang

dijumpai setiap hari sebelum diolah ditampung dalam tangki ini. Demikian

juga minyak kutipan dari bak penampung lumpur (fat-fit). Tangki ini

dilengkapi pemanas uap injeksi untuk tujuan pemanasan. Minyak yang

terapung di bagian atas dialirkan ke VCT, sedangkan lumpur pekat dibuang

kembali ke bak penampung lumpur.

Jika cairan di dalam tangki terlalu kental, perlu diadakan penambahan air

panas agar pemisahan cairan berat jenis rendah (minyak) dengan cairan berat

jenis yang tinggi dapat terlaksana dengan baik.

3) Hot Weel Tank

Tangki ini terletak di bagian bawah stasiun klarifikasi. Hot weel tank

berfungsi untuk memanaskan air yang selanjutnya akan dikirim ke hot water

Universitas Sumatera Utara


tank. Air dalam tangki ini dipanaskan dengan temperatur berkisar antara 90-

950C dengan menggunakan steam injection serta air condensate steam coil ke

dalam tangki. Selanjutnya akan dipompakan untuk menyuplai kebutuhan air di

hot water tank.

4) Hot Water Tank

Hot water tank berfungsi untuk menampung air panas untuk menyuplai

kebutuhan air panas di oil purifier, sludge separator dan screw press serta

untuk pencucian tangki-tangki. Hal yang perlu diperhatikan adalah

temperature air yang harus tetap dijaga sekitar 1000C serta pemeliharaan

pompa air panas.

5) Fat-Fit

Buangan (sludge) dari stasiun klarifikasi akan dialirkan ke fat fit. PKS

Rambutan (PRBTN) memiliki enam kolam penampung sludge dari stasiun

klarifikasi dan satu bak penampung minyak hasil endapan dalam kolam

penampung sludge. Fat-fit berfungsi sebagai bak penampungan limbah

sementara dan tempat pengendapan sludge. Untuk memudahkan proses

pengendapan, ditambahkan air panas dengan suhu 90-950C.

6. Stasiun Pengolahan Biji

Setelah dari stasiun Pressing diperoleh crude oil dan nut. Crude oil diproses di

clarification Station sedangkan nut diolah distasiun kernel recovery hingga

diperoleh produk berupa inti sawit (Palm Kernel). Pengolahan biji bertujuan

Universitas Sumatera Utara


untuk memperoleh inti sawit yang sesuai dengan standar mutu produk yang

dihasilkan. Pengolahan biji terdiri dari beberapa proses sebagai berikut.

a. Penguraian Cake (Cake Breaker)

Penguraian cake bertujuan untuk memudahkan pemisahan biji dari serabut.

Penguraian cake dilakukan dengan menggunakan cake breaker conveyor.

Prinsip kerja cake breaker conveyor adalah mengaduk-aduk cake dengan cara

berputar sambil mendorong cake ke ujung talang untuk memisahkan biji dan

serabut di pemisah biji. Cake breaker conveyor terdiri dari talang yang berisi

pedal-pedal yang diikatkan pada poros. Di dalam talang dilakukan pemanasan

dengan injeksi uap sehingga gumpalan cake akan menjadi kering dan mudah

terurai.

b. Pemisahan biji dari serabut

Pemisahan biji dari serabut dilakukan dengan menggunakan depericarper.

Depericarper berfungsi untuk memisahkan biji dari serabut dan membersihkan

biji dari sisa-sisa serabut yang masih melekat. Depericarper terdiri kolom

pemisah (separating coloumn) dan nut polishing drum. Cake yang telah terurai

masuk kedalam separating coloumn. Pemisahan yang terjadi di separating

coloumn dikarenakan oleh hisapan blower. Biji yang berat jenisnya lebih besar

jatuh ke dalam nut polishing drum, sedangkan serabut kering terhisap ke dalam

fibre cyclone kemudian jatuh ke fibre shell conveyor melalui air lock.

Nut polishing drum berputar dengan kecepatan 32 rpm. Pada nut polishing

drum biji akan bergesekan dengan blade-blade polyshing drum, sehingga

Universitas Sumatera Utara


selama biji melewati nut polishing drum, serabut-serabut halus yang masih

melekat pada biji akan terlepas.

1) Pemisahan biji dari batu dan biji kosong

Pemisahan biji dari batu dan biji kosong dilakukan dengan menggunakan

destoner system. Destoner system terdiri dari kolom pemisah (separating

coloumn) dan nut cyclone. Pemisahan yang terjadi di separating coloumn

dikarenakan oleh hisapan blower. Batu akan jatuh ke tempat penampungan,

biji akan masuk ke dalam nut grading drum melalui air lock, sedangkan biji

kosong akan terhisap oleh nut cyclone dan masuk ke shell hopper.

2) Pemisahan biji menurut besar diameter

Pemisahan biji menurut besar diameter dilakukan dengan menggunakan nut

grading drum. Proses pemisahan bertujuan untuk meratakan biji-biji yang

masuk ke nut silo. Nut grading drum adalah drum yang berlubang dan

berputar.

3) Pengeraman biji

Pengeraman biji dilakukan di nut silo. Pengeraman bertujuan untuk

mengurangi kadar air agar inti sawit mudah terlepas dari cangkangnya. Prinsip

kerja nut silo adalah menggunakan udara panas dialirkan melalui elemen panas

untuk mengurangi kadar air. Pengeraman dilakukan hingga kadar air dalam biji

± 9%. nut silo dilengkapi dengan fibrating feeders, kegunaannya adalah untuk

mengatur biji yang akan masuk ke pemecah biji (ripple mill).

4) Pemecahan biji

Universitas Sumatera Utara


Pemecahan biji dilakukan dengan menggunakan ripple mill. Pemecahan biji

bertujuan untuk memisahkan inti sawit dari cangkang. Ripple mill terdiri dari

rotaring rotor dan stationary plate (ripple pad). Rotating rotor berfungsi

sebagai alat pemecah, sedangkan stationary plate berfungsi sebagai landasan

biji. Rotating rotor terdiri dari 30 batang rotor (riplle bar) yang terbuat dari

high carbon steel, dimana 15 batang dipasang di bagian luar dan 15 batang lagi

di bagian luar. Stationary plate (ripple pad) merupakan plate bergerigi tajam

dan terbuat dari high carbon steel. Efisiensi ripple mill dipengaruhi oleh

kecepatan putar rotor, jarak antara rotor dengan plat bergerigi dan ketajaman

gerigi.

5) Pemisahan inti sawit dari cangkang

Pemisahan inti sawit dari cangkang dilakukan dengan menggunakan dua unit

Light Tenera Dust Separating (LTDS) yang dioperasikan secara seri. Inti sawit

dan cangkang dari ripple mill diangkut dengan elevator ke LTDS pertama. Di

LTDS pertama, inti sawit dan cangkang dipisahkan berdasarkan berat jenis dan

gaya gravitasi dengan menggunakan kolom pemisah. Di mana kotoran yang

ringan, dan pecahan cangkang yang ringan akan terhisap oleh LTDS fan

pertama, kemudian masuk ke dalam shell hopper. Pecahan cangkang, dan inti

sawit akan masuk ke LTDS kedua melalui air lock.

Di LTDS kedua pecahan cangkang dan inti sawit dipisahkan berdasarkan berat

jenis dan gaya gravitasi dengan menggunakan kolom pemisah. Dimana

pecahan cangkang ringan akan terhisap oleh LTDS fan kedua, kemudian masuk

ke dalam shell hopper. Pecahan cangkang dan inti sawit pecah yang memiliki

Universitas Sumatera Utara


kriteria berat sedang akan masuk ke hydrocyclone melalui air lock. Sedangkan

Inti sawit utuh akan jatuh ke wet kernel conveyor (wet shell transport).

6) Pemisahan inti sawit pecah dari cangkang

Pemisahan inti sawit pecah dari pecahan cangkang dilakukan dengan

menggunakan dua unit hydrocyclone yang dioperasikan secara seri. Prinsip

kerja hydrocyclone adalah menggunakan air untuk memisahkan inti sawit

pecah dari pecahan cangkang berdasarkan berat jenis. Hydrocyclone terdiri dari

saluran yang berbentuk siklon. Untuk lebih jelasnya prinsip kerja hydrocyclone

dapat dilihat gambar 2.3.

Gambar 2.3. Proses Pemisahan di Hydrocyclone

Keterangan gambar:

a. Pecahan cangkang, dan inti sawit pecah jatuh ke bak air pertama.

b. Lalu dipompakan ke hydrocyclone pertama untuk dilakukan pemisahan.

Universitas Sumatera Utara


c. Inti sawit pecah tidak sempurna keluar melalui overflow dan jatuh ke roller

drum pertama, kemudian jatuh ke wet kernel conveyor (wet shell transport).

d. Pecahan cangkang dan inti sawit pecah sempurna yang memiliki berat yang

sama keluar melalui underflow dan jatuh ke bak air kedua.

e. Lalu dipompakan ke hydrocyclone kedua untuk dilakukan pemisahan kembali.

f. Inti sawit pecah sempurna keluar melalui overflow dan jatuh ke bak air pertama

untuk dilakukan pemisahan kembali di hydrocyclone pertama.

g. Pecahan cangkang keluar melalui underflow dan ke roller drum kedua,

kemudian dihembuskan ke shell hopper dengan menggunakan fan.

7) Pengeringan inti sawit

Pengeringan inti sawit dilakukan di kernel silo. Prinsip kerja kernel silo adalah

menghembuskan udara panas ke dalam silo dengan menggunakan fan. Temperatur

udara yang dihembuskan ke bagian atas, tengah dan bawah silo berbeda-beda.

Untuk masing-masing bagian secara berurutan yaitu: 60-700C, 50-600C, dan 40-

500C. Pengeringan selama ±7 jam dengan pemberian panas yang kontinu

diharapkan akan mengurangi kadar air hingga 6-7%. Kemudian inti sawit

dihembuskan ke kernel bunker (kernel storage) dengan menggunakan fan untuk

disimpan sebelum dilakukan pengiriman.

Universitas Sumatera Utara


2.8. Mesin dan Peralatan

2.8.1. Mesin Produksi

Mesin produksi adalah mesin-mesin yang secara langsung berperan dalam

proses produksi. Berikut adalah beberapa mesin yang digunakan oleh PT. Sisirau.

1. Jembatan timbang berfungsi untuk menimbang berat TBS yang masuk setiap

harinya.

2. Loading ramp berfungsi untuk tempat pengumpulan TBS sementara

3. Mesin hydraulic, mesin ini memiliki fungsi untuk membuka dan menutup

mesin sterillizer

4. Transfer carriage berfungsi untuk memindahkan lori rebusan dari stasiun

penerimaan buah ke sterilizer.

5. Mesin Sterillizer, mesin ini memiliki fungsi untuk merebus buah bertujuan

untuk menonaktifkan enzim lipase yang menyebabkan naiknya asam lemak

bebas, memudahkan lepasnya buah dari tandannya, melunakkan daging buah

dan mengurangi kadar air.

6. Mesin Tippler, berfungsi untuk menuang lori yang berisi tandan buah dan

brondolan buah sawit yang telah direbus ke dalam autofeeder.

7. Mesin Fruit Bunch Elevator, berguna untuk mengangkut buah dari thresher

untuk dipisahkan dari daging buah.

8. Mesin Thresser, Mesin ini berguna untuk memisahkan tandan kosong dan

brodolan matang

Universitas Sumatera Utara


9. Mesin Empty Bunch Conveyor, mesin ini berguna untuk membawa janjangan

kosong menuju inclined empty bunch conveyori dan nantinya akan dibakar di

incenerator.

10. Mesin Digester, mesin ini berfungsi untuk melumatkan brondolan atau buah

sawit dengan proses pengadukan.

11. Mesin Screw press, mesin ini berfungsi untuk memeras brondolan yang telah

dicincang untuk mendapatkan minyak.

12. Mesin Cake Breaker Conveyor, berfungsi untuk mengeringkan dan

mengurangi kadar air pada cangkang biji agar dapat digunakan untuk bahan

bakar boiler.

13. Mesin Depericafer, mesin ini berfungsi memisahkan serabut dari biji

14. Mesin Hydrocyclone, mesin ini berfungsi untuk memisahkan cangkang dan

inti sawit dengan prinsip berat jenis.

2.8.2 Peralatan (Equipment)

Peralatan yang digunakan oleh PT. Sisirau adalah sebagai berikut:

1. Tojok

Tojok merupakan tongkat besi berbentuk T dimana pada ujungnya

meruncing. Alat ini digunakan pada stasiun loading ramp atas ketika

melakukan proses grading.

Universitas Sumatera Utara


2. Kapak merupakan alat yang digunakan pada saat melakukan proses grading.

Kapak berfungsi untuk membelah buah kelapa sawit guna melihat kriteria

panen buah, apakah buah tergolong dura atau tenera.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Bunyi

Bunyi (sound) adalah gelombang getaran mekanis dalam udara atau benda

padat yang masih bisa ditangkap oleh telinga normal manusia, dengan rentang

frekuensi antara 20-20.000 Hz. Kepekaan telinga manusia terhadap rentang ini

semakin menyempit sejalan dengan pertambahan umur. Di bawah rentang tersebut

disebut bunyi infra (infrasound), sedangkan di atas rentang tersebut disebut bunyi

ultra (ultrasound). Suara (voice) adalah bunyi yang di terima manusia. Bunyi

udara (airborne sound) adalah bunyi yang merambat lewat udara. Bunyi struktur

adalah (structural sound) adalah bunyi yang merambat melalui struktur

bangunan[7].

Ada 3 aspek yang diperlukan dalam waktu bersamaan agar bunyi dapat

didengar manusia, yaitu[8]:

1. Sumber bunyi

2. Medium penghantar gelombang bunyi

3. Telinga dan saraf pendengaran yang sehat

Universitas Sumatera Utara


3.2. Kebisingan

Kebisingan (noise) adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki atau

mengganggu. Gangguan bunyi hingga tingkat tertentu dapat diadaptasi oleh fisik,

namun syaraf dapat terganggu. Ambang bunyi (threshold of audibility) adalah

intensitas bunyi sangat lemah yang masih dapat didengar telinga manusia,

berenergi 10-12 W/m2. Ambang bunyi ini disepakati mempunyai tingkat bunyi 0

dB. Ambang sakit (threshold of pain) adalah kekuatan bunyi yang menyebabkan

sakit pada telinga manusia, berenergi 1 W/m2 [9].

3.3. Gangguan Kebisingan Terhadap Kesehatan

Pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah kerusakan pada

indera-indera pendengaran, yang menyebabkan ketulian progresif, dan akibat ini

telah diketahui dan diterima umum untuk berabad-abad lamanya.

Mula-mula efek kebisingan pada pendengaran adalah sementara dan

pemulihan terjadi secara cepat sesudah dihentikan kerja di tempat bising. Tetapi

kerja di tempat bising secara terus-menerus berakibat kehilangan daya dengar

yang menetap dan tidak pulih kembali[10].

Sebagai pegangan, risiko potensil kepada pendengaran terjadi, apabila

komunikasi pembicaraan harus dijalankan dengan berteriak. Gangguan

komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi

kesalahan, terutama pada peristiwa penggunaan tenaga baru.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1. Pengaruh Kekerasan Bunyi pada Manusia

Kebisingan Efek

(dBA)

30-65 Bila berlangsung terus-menerus akan mengganggu selaput telinga

dan menyebabkan gelisah

Bila berlangsung terus-menerus akan merusak lapisan vegetatif

manusia (jantung, peredaran darah, dan lain-lain.)


65-90

90-130 Bila berlangsung terus-menerus akan merusak telinga

3.4. Pendengaran Manusia

3.4.1. Sistem Pendengaran Manusia

Telinga adalah indra pendengaran. Pendengaran merupakan indra

mekanoreseptor karena memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang

suara yag terdapat di udara. Telinga menerima gelombang suara yang

frekuensinya berbeda-beda, kemudian menghantarkan informasi pendengaran ke

susunan saraf pusat. Telinga manusia dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu

bagian luar (outer ear), bagian tengah (middle ear) dan bagian dalam (inner ear).

Ketiga bagian tersebut memiliki komponen-komponen berbeda dengan fungsi

masing-masing dan saling berkelanjutan dalam menanggapi gelombang suara

yang berada di sekitar manusia[11].

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.1. Anatomi Telinga Manusia

Sumber : Gavriel, Salvendy. 1997

Bagian luar telinga terdiri dari daun telinga, liang atau kanal telinga

sampai membrane tympani. Daun telinga berfungsi sebagai pengumpal energi

bunyi dan di konsentras pada membrane tympani. Pada liang telinga (kanal)

terdapat wax (malam) yang berfungsi sebagai peningkatan kepekaan terhadap

frekuensi suara 3000-4000 Hz, panjang liang telinga ini adalah 2,5-4 cm terbentuk

dari jaringan kartilago, membran dan tulang dan dibalut oleh kulit yang

mengandung kelenjar minyak (wax). Membaran tympani mempunyai ketebalan

0,1 mm dan luas 65, membran ini mengalami vibrasi yang akan diteruskan ke

telinga tengah yaitu pada tulang malleus, incus, dan stapes.

Telinga bagian luar berfungsi sebagai mikrofon yaitu menampung

gelombang suara dan menyebabkan membrane timpany bergetar. Semakin tinggi

Universitas Sumatera Utara


frekuensi getaran semakin cepat pula membran tersebut bergetar begitu pula

sebaliknya[12].

Gambar 3.2. Telingan Bagian Luar

Sumber : Tambunan. 2005

Bagian kedua, bagian tengah (middle ear) berfungsi meneruskan getaran

dari telinga luar ke telinga dalam, yang terdiri dari membran timpani, kavum

timpani, prosesus mastoideus, dan tuba eustachius.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.3. Telinga Bagian Tengah

Sumber : Logan. 2004

Bagian ketiga, telinga bagian dalam dimana reseptor yang ada pada telinga

dalam akan menerima rangsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak

untuk diolah. Telingan dalam terdiri atas tiga saluran setangah lingkaran (kanalis

semisirkunalis), yaitu tiga saluran berlengkung-lengkung yang berfungsi sebagai

alat keseimbangan. Tingkap atau jendela oval berfungsi untuk meneruskan

getaran ke rumah siput. Rumah siput terdapat cairan limfe dan ujung-ujung saraf

pendengar yang meneruskan rangsang getaran (impuls) ke saraf pendengara

menuju otak.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.4 Telinga Bagian Dalam

Sumber : Logan. 2004.

Berikut ini dijelaskan proses atau mekanisme masuknya suara kedalam

telinga:

Gambar 3.5. Mekanisme Perjalanan Suara

Sumber : Tambunan. 2005

Universitas Sumatera Utara


Keterangan:

1. Sesuatu bergetar dan menciptakan sebuah gelombang bunyi

2. Gelombang bunyi ditangkap oleh daun telinga

3. Gelombang bunyi masuk ke dalam liang telinga

4. Gelombang bunyi menggetarkan gendang telinga dan diubah menjadi energi

mekanik

5. Terdapat tulang pendengaran di telinga tengah: malleus, incus, dan stapes

6. Gendang telinga menggetarkan tulang pendengaran dan meneruskannya ke

telinga dalam. Gangguan pendengaran konduktif biasanya terjadi di telinga

tengah

7. Getaran Cairan di dalam koklea/rumah siput merangsang sel-sel rambut

menghasilkan impuls bio elektrik

8. Kerusakan sel-sel rambut pada koklea akan mengakibatkan gangguan

pendengaran sensorineural

9. Impuls listrik dari sel-sel rambut diteruskan ke otak oleh syaraf pendengaran.

Di otak, impuls dari kedua telinga tersebut diartikan sebagai suara.

Otak membutuhkan informasi yang baik dari kedua telinga agar dapat

menginterpretasikan bunyi menjadi kata-kata dan membantu kita untuk

memahami percakapan.

Gelombang suara yang mencapai gendang telinga akan membangkitkan

getaran pada selaput gendang telinga tersebut. Getaran yang terjadi akan

diteruskan pada tiga buah tulang, yaitu hammer (malleus), anvil (incus), dan

stirrup (stapes) yang saling terhubung di bagian tengah telinga (middle ear) yang

Universitas Sumatera Utara


akan menggerakkan fluida (cairan seperti air) dalam organ pendengaran berbentuk

keong (cochlea) pada bagian dalam telinga (inner ear).

Selanjutnya, gerakan fluida ini akan menggetarkan ribuan sel berbentuk

rambut halus (hair cells) di bagian dalam telinga yang akan mengkonversikan

getaran yang diterima menjadi impuls bagi saraf pendengaran. Oleh saraf

pendengaran (auditory nerve), impuls tersebut dikirim ke otak untuk

diterjemahkan menjadi suara yang didengar. Terakhir, suara akan ”ditahan” oleh

otak manusia kurang lebih selama 0,1 detik.

Penurunan ketajaman pendengaran akibat kebisingan terjadi secara

perlahan, dalam waktu hitungan bulan sampai tahun. Hal ini sering tidak disadari

oleh penderitanya, sehingga pada saat penderita mulai mengeluh kurang

pendengaran, biasanya sudah dalam stadium yang tidak dapat disembuhkan

(irreversible). Tanda-tanda mulai proses ketulian bisa dilihat dari peristiwa-

peristiwa yang diuraikan berikut:

1. Tidak mampu mendengar percakapan dalam lingkungan bising

2. Telinga terasa mendengung (buzzing atau droning) setelah beberapa jam

berada dalam lingkungan bising. Terminologi kedokteran untuk telinga yang

mendengung semacam ini disebut tinnitus.

Universitas Sumatera Utara


3.5. Pengukuran Bunyi

Tingkat kekuatan atau kekerasan bunyi diukur dengan alat yang disebut

Sound Level Meter (SLM). Alat ini terdiri dari mikrofon, amplifier, weighting

network, dan layar display dalam satuan decibel dB(A)[13].

Tingkat bunyi (sound level) adalah perbandingan logaritmis energi suatu

sumber bunyi dengan energi sumber bunyi acuan, diukur dalam decibel (dB).

Setiap penggandaan jarak, tingkat bunyi berkurang 6 dB. Setiap penggandaan

sumber bunyi, tingkat bunyi akan bertambah 3 dB(A). Setiap penggandaan massa

dinding, tingkat bunyi akan berkurang 5 dB(A). Setiap penggandaan luas bidang

peredam, tingkat bunyi akan berkurang 3 dB(A). Ketika sebuah objek sumber

bunyi bergetar dan getarannya merambat ke segala arah, sebaran ini akan

menghasilkan ruang berbentuk seperti bola yang ditunjukkan pada Gambar 3.6.

Universitas Sumatera Utara


2m 4m 8m 16 m 32 m
90 dB 84 dB 78 dB 72 dB 66 dB

Sumber bunyi

Sumber: Satwiko, 2009

Gambar 3.6. Pengurangan Tingkat Kebisingan Akibat Jarak

Pada titik tertentu dalam bola tersebut, tingkat intensitas bunyi dapat

dihitung dengan persamaan[14]:

I
Li = 10 Log dB …(1)
I0

dengan: Li = Tingkat Intensitas Bunyi

I = intensitas bunyi pada jarak r dari sumber bunyi (watt/m2)

I0 = Intensitas Bunyi Acuan, diambil 10-12 W/m2

Apabila dinyatakan dalam skala logaritmis, tingkat bunyi ekuivalen dapat

diperoleh dengan persamaan[15].

Universitas Sumatera Utara


...........................(2)

Atau

...(3)

Atau

...(4)

...(5)

.............(6)

Dengan ;

Leq : Tingkat bunyi equivalen (dB)

Ld/s : Tingkat bunyi pada siang hari (dB)

Ln/m : Tingkat bunyi pada malam hari (dB)

T : Lama waktu pengukuran

f : Fraksi waktu dengan pengukuran 5 hari (yaitu = 1/5)

SEL/L : Single Event Level / tingkat bunyi pada suatu kejadian (dB)

Universitas Sumatera Utara


3.6. Daily Noise Dose (DND)

Daily Noise Dose merupakan istilah paparan kebisingan harian yang

diterima seseorang. Daily Noise Dose menyatakan perbandingan jumlah waktu

untuk kebisingan tertentu dengan lama waktu yang diizinkan untuk tingkat

kebisingan tersebut. Dosis kebisingan dihitung dengan persamaan:

Ci
D= T
i i .................................................(7)

Dimana :

D = dosis kebisingan (harus ≤ 1)

Ci = waktu paparan kebisingan

Ti = waktu yang diizinkan untuk tingkat kebisingan tertentu.

Apabila dosis kebisingan > 1, maka kondisi tersebut sangat berisiko (berbahaya)

bagi pendengaran operator[16].

Sedangkan Ti dihitung menggunakan rumus berikut :

...(8)

Universitas Sumatera Utara


3.7. Metode Pengukuran

Terdapat dua cara atau metode pengukuran akibat kebisingan di lokasi

kerja, yaitu[17] :

1. Cara Sederhana

Dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi dB (A)

selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap

5 (lima) detik.

2. Cara Langsung

Dengan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai fasilitas

pengukuran LTMS, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan

pengukuran selama 10 (sepuluh) menit.

Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (LSM) dengan cara pada

siang hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 10 jam (LS) pada selang

waktu 06.00 - 22.00 WIB dan aktifitas dalam hari selama 8 jam (Lm) pada

selang 22.00 - 06.00 WIB.

Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu sebagai contoh:

L1 diambil pada jam 07.00 mewakali jam 06.00 - 09.00

L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 - 11.00

L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 - 17.00

Universitas Sumatera Utara


L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00.- 22.00

L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 - 24.00

L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 - 03.00

L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 - 06.00

Keterangan :

- Leq : Equivalent Continuous Noise Level atau tingkat kebisingan

sinambung setara ialah nilai tertentu kebisingan dari kebisingan yang

berubah-ubah (fluktuatif) selama waktu tertentu, yang setara dengan

tingkat kebisingan dari kebisingan yang ajeg (steady) pada selang waktu

yang sama. Satuannya adalah dB (A).

- LTM5 : Leq dengan waktu sampling tiap 5 detik

- LS : Leq selama siang hari

- LM : Leq selama malam hari

- LSM : Leq selama siang dan malam hari

3.8. Penentuan Titik Pengukuran Kebisingan

Cara penentuan titik pengukuran adalah sebagai berikut.

1. Pengukuran langsung

Melakukan pengukuran langsung dari sumber kebisingan dengan jarak

minimal 5 meter.

2. Peta Kontur

Universitas Sumatera Utara


Pemetaan kontur dan penentuan daerah yang terkena kebisingan oleh titik

tertentu, memerlukan perhitungan ukuran dalam penandaan. Umumnya,

jarak grid harus lebih dari 10 meter dikelompokkan. Sebuah jarak yang

lebih luas di daerah terbuka dapat memberikan akurasi yang dapat diterima

meskipun jarak grid tidak biasanya harus melebihi 30 meter. Beberapa

lokasi, terutama di daerah perkotaan, mungkin dapat disarankan

menggunakan spasi grid kurang dari 10 meter. Secara khusus, hal ini

dikarenakan mungkin posisi bangunan yang saling berhadapan di jalan-

jalan sempit.

Penelitian Muh. Isran Ramli, tahun 2015 menunjukkan penentuan titik-

titik sampling noise mapping menggunakan metode kontur yakni

melakukan pembagian lokasi menjadi beberapa kotak yang berukuran

sama[18].

3.9. Nilai Ambang Batas Kebisingan

Nilai Ambang Batas (NAB) adalah standar faktor bahaya di tempat kerja

sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted average) yang

dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan

kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari

atau 40 jam seminggu.

Universitas Sumatera Utara


Nilai Ambang Batas (NAB) ini akan digunakan sebagai (pedoman)

rekomendasi pada praktek higiene perusahaan dalam melakukan penatalaksanaan

lingkungan kerja sebagai upaya untuk mencegah dampaknya terhadap kesehatan.

Ketentuan ini membahas jam kerja yang diperkenankan berkaitan dengan

tingkat tekanan bunyi dari lingkungan kerja yang terpapar ke operator, yang

diperlihatkan pada Tabel 3.2[19].

Tabel 3.2. Nilai Ambang Batas Kebisingan

Intensitas
Waktu Pemaparan
Kebisingan dalam
Per Hari
(dBA)
8 Jam 85
4 Jam 88
2 Jam 91
1 Jam 94
30 Menit 97
15 Menit 100
7,5 Menit 103
3,75 Menit 106
1,88 Menit 109
0,94 Menit 112
28,12 Detik 115
14,06 Detik 118
7,03 Detik 121
3,52 Detik 124
1,76 Detik 127
0,88 Detik 139
0,44 Detik 133
0,22 Detik 136
0,11 Detik 139
Catatan: Tidak boleh terpapar lebih dari 140 dB(A), walaupun sesaat

Sumber: Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.13/MEN/X/2011

Universitas Sumatera Utara


Selain itu, Occupational Safety and Health Administration (OSHA) juga

menetapkan nilai ambang batas (permissible noise exposure) kebisingan bagi

orang yang bekerja di industri. Tingkat yang diizinkan tergantung pada lamanya

bekerja. Nilai ambang batas yang diizinkan OSHA dapat ditunjukkan pada Tabel

3.3.

Tabel 3.3. Nilai Ambang Batas Kebisingan Menurut OSHA

Waktu
Sound Level
Paparan
(dB(A))
(Jam)
80 32
85 16
90 8
95 4
100 2
105 1
110 0,5
115 0,25
120 0,125
125 0,063
130 0,031
Sumber : OSHA

3.11. Pengendalian Kebisingan

Program pencegahan yang dapat dilakukan dalam mengantisipasi tingkat

kebisingan di tempat kerja meliputi hal-hal sebagai berikut[20] :

1. Monitoring paparan bising.

2. Kontrol engineering dan administrasif.

3. Evaluasi audiometer.

Universitas Sumatera Utara


4. Penggunaan alat pelindung diri.

5. Pendidikan dan motivasi.

6. Evaluasi program.

7. Audit program.

3.12. Material Akustik Pengendali Bunyi

Penyebaran bunyi dari sebuah sumber bunyi di dalam ruang ke seluruh

area yang ada di dalam ruang dapat dilakukan melalui perambatan bunyi secara

langsung dan melalui pemantulan. Pada saat perambatan secara langsung, sangat

dimungkinkan terjadi pelemahan gelombang bunyi setelah menempuh jarak

tertentu. Bunyi langsung dengan tingkat keras dan kejelasan yang cukup yang

dapat diterima telinga manusia sangat dibatasi oleh jarak. Oleh karenanya pada

jarak tertentu ketika bunyi langsung sudah melemah, perlu ada penguatan suara

yang dterima dari pemantulan.

Agar terjadi pantulan di dalam ruang sebagaimana dikehendaki, elemen

pembatas ruang perlu dilapisi dengan material-material yang mampu

memantulkan. Material pemantul adalah material dengan keadaan permukaan

yang padat dan keras. Pantulan yang sempurna yang mengikuti hukum sudut

pantul = sudut datang akan terjadi pada permukaan padat dan keras, seperti kaca,

akrilik, logam, kayu dan lainya. Arah pantulan selain ditentukan oleh keadaan

permukaan bidang pantul juga ditentukan oleh bentuk permukaan bidang pantul,

pantulan yang terjadi dapat berasal dari bidang datar, cekung dan cembung.

Universitas Sumatera Utara


Masing-masing bentuk bidang pantul ini memiliki kelebihan dan kekurangan,

yaitu[21]:

1. Bidang datar, ketika seluruh permukaan bidang memberikan kekuatan pantul

yang sama, setiap sebaran gelombang bunyi asli yang mengenainya akan

dipantulkan dengan mengikuti hukum sudut pantul = sudut datang.

2. Bidang cekung, pantulan yang terjadi pada bidang cekung dianggap

menguntungkan untuk posisi titik tertentu (terjadi penguatan bunyi sebagai

hasil pantulan yang terpusat), namun pada posisi lain terjadi pelemahan

bunyi.

3. Bidang cembung, meski terjadi secara merata, namun arahnya tidak dapat

diatur sebagaimana dikehendaki, karena sangat tergantung pada busur

kecembungannya.

Material-material yang biasa digunakan sebagai peredam kebisingan adalah

1. Kombinasi bata dan logam, biasa digunakan untuk bangunan, seperti pagar

rumah.

2. Tanaman merambat, sebagai penghalang kebisingan pada bangunan.

3. Bata plester, digunakan untuk bangunan.

4. Kayu kombinasi dengan beton, sebagai penghalang kebisingan di jalan raya

maupun bangunan.

5. Batu, biasa digunakan pada bangunan pabrik

6. Logam untuk meredam kebisingan dari peralatan pabrik.

7. Kaca dan akrilik, yang telah banyak digunakan sebagai pengganti material

dinding yang konvensional, biasanya pada bangunan modern, sifat kaca yang

Universitas Sumatera Utara


cenderung halus dan licin memiliki kekurangan sebagai noise barrier,

sehingga sering dipadukan dengan logam[22].

8. Material berserat (glasswool dan rockwool), penyerap jenis ini mampu

menyerap bunyi dalam jangkauan frekuensi yang lebar dan lebih disukai

karena tidak mudah terbakar. Namun kelemahannya terletak pada model

permukaan yang berserat sehingga harus digunakan dengan hati-hati atau

membutuhkan bahan pelapis agar tidak rusak/cacat dan kemungkinan

terlepasnya serat-serat halus ke udara juga kecil. Kedua lapisan serat ini

memiliki sifat yang hampir sama, perbedaannya ialah ketahanan kelembaban

rockwool hanya sampai 95%, sementara glasswool mencapai hamper 100%.

Penggunaan dinding tebal dapat meningkatkan kemampuan redam, dan

kemampuannya akan meningkat bila ada rongga udara. Semakin tebal rongga

udara, kemampuan redamnya akan semakin baik. Namun kebutuhan luas ruang

tentu membatasi tebal rongga udara. Untuk memperoleh redaman yang lebih baik

juga dapat ditambahkan material pengisi rongga udara. Material yang

ditambahkan biasanya berupa selimut akustik yang terbuat dari serat kaca

(glasswool)[23] .

3.13. Noise Mapping

Noise mapping adalah pemetaan kebisingan yang menggambarkan

distribusi tingkat kebisingan pada suatu lingkungan kerja. Cara pembuatan noise

mapping adalah dengan melakukan pengukuran tingkat kebisingan pada beberapa

titik pengukuran di sekitar sumber bising dimana terdapat pekerja yang terpapar

bising. Titik-titik yang mempunyai tingkat kebisingan yang sama tersebut

Universitas Sumatera Utara


dihubungkan sehingga terbentuk suatu garis pada peta yang menunjukkan tempat

dengan tingkat tekanan bunyi yang sama.

3.14. Pengenalan Software Surfer

Surfer adalah salah satu pemetaan berbasis grid yang menginterpolasi

jarak data XYZ yang tidak teratur menjadi grid dengan jarak yang teratur.

Perangkat lunak ini melakukan plotting data tabular XYZ tak beraturan menjadi

lembar titik-titik segi empat (grid) yang beraturan. Grid juga dapat diimpor dari

sumber lain, seperti sebagai Geological Survey Amerika Serikat (USGS). Grid

adalah serangkaian garis vertikal dan horisontal yang dalam Surfer berbentuk segi

empat dan digunakan sebagai dasar pembentuk kontur dan surface tiga dimensi.

Grid digunakan untuk menghasilkan jenis peta yang berbeda

termasuk kontur, vektor, gambar, berbayang bantuan, DAS, permukaan 3D,

dan peta 3D wireframe. Gridding merupakan proses pembentukan rangkaian nilai

Z yang teratur dari sebuah data XYZ. Hasil dari proses gridding ini adalah file

grid yang tersimpan pada file.grd[24].

3.15. Noise Reduction Oleh Penghalang Exterior

Pengendalian kebisingan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti

pemasangan barrier. Pengendalian kebisingan dilakukan bertujuan untuk

mereduksi tingkat kebisingan itu sendiri. Noise reduction (NR) didefinisikan

sebagai pengurangan kekuatan bunyi, diukur dalam dB[25].

Adapun pengurangan kebisingan (NR) oleh penghalang atau barrier dapat

dilihat pada persamaan berikut.

Universitas Sumatera Utara


NR = 20 log [(2πN)0.5/tan(2πN)0.5] + 5 dB………………..……..(6)

Dimana, NR : Pengurangan kebisingan (dB)

N : 0,006f (A+B-d) (dB)

A+B : Jarak terdekat melewati penghalang (m)

D : Jarak lurus antara sumber bunyi dan penerima bunyi (m)

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitain dilakukan di PT. Sisirau yang merupakan perusahaan kelapa

sawit yang berlokasi di jalan Gampang Sidodadi Kecamatan Kejuruan Muda

Kabupaten Aceh Tamiang. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2017

sampai Januari 2018.

4.2. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (descriptive

research) karena penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan permasalahan yang

ada pada lantai produksi dan memberikan usulan perbaikannya.

4.3. Objek Penelitian

Objek yang diamati adalah tingkat kebisingan di stasiun kernel

(pengolahan biji) PT. Sisirau.

4.4. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut :

a. Tingkat kebisingan adalah ukuran derajat tinggi rendahnya kebisingan

yang dinyatakan dalam suatu desibel (dB) .

b. Durasi paparan bising adalah lama waktu paparan bising.

Universitas Sumatera Utara


c. Jarak dari sumber bising adalah jarak antara operator dengan mesin yang

menjadi sumber kebisingan.

d. Paparan bising adalah besarnya volume/tingkat kebisingan yang dirasakan

oleh operator yang mempengaruhi kinerja operator.

4.5. Kerangka Berfikir Penelitian

Sebuah penelitian dapat dilaksanakan apabila tersedianya sebuah

perancangan kerangka berpikir yang baik sehingga langkah-langkah penelitian

lebih sistematis. Kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 4.1. Kerangka Berfikir Penelitian

4.6. Metode Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas dua yaitu

sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran

secara langsung di lapangan.

Universitas Sumatera Utara


Tingkat kebisingan, diukur menggunakan 4 in 1 Multi-Function

Enviroment meter merek Krisbow. Tahapan mengidentifikasi tingkat

kebisingan sebagai berikut:

1) Pengamatan awal dilakukan dengan mengamati lantai produksi.

2) Menyiapkan peralatan alat ukur seperti Krisbrow 4 in 1 Multi-

Function Enviroment meter.

3) Melakukan pengukuran tingkat kebisingan.

a. Durasi paparan bising adalah diukur menggunakan stopwatch

b. Jarak dari sumber diukur menggunakan meteran.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumentasi perusahaan yaitu:

a. Data umum perusahaan

b. Uraian proses produksi

c. Struktur organisasi perusahaan.

4.7. Instrumen yang Digunakan

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Krisbrow 4 in 1 Multi-Function Enviroment meter, untuk mengukur tingkat

tekanan bunyi (sound pressure level). Gambar 4 in 1 dapat dilihat pada

Gambar 4.2.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.2. 4 in 1 Multi-Function Enviroment meter

Merek : Krisbow

Tipe : KRW 06-291

Fungsi :

 Untuk mengukur tingkat kebisingan

 Untuk mengukur kelembaban udara (%RH)

 Untuk mengukur tingkat pencahayaan (Lux)

 Untuk mengukur temperatur udara (oC)

Cara menggunakan Krisbrow 4 in 1 Multi-Function Enviroment meter

i. Menekan tombol power

ii. Memilih selektor pada posisi :

 Fast : untuk jenis kebisingna kontinu.

 Slow : untuk jenis kebisingan impulsif / terputus-putus

iii. Pilih selektor range intensitas kebisingan

iv. Menentukan lokasi pengukuran

v. Melakukan pengukuran dan mencatat hasilnya

Universitas Sumatera Utara


2. Meteran, berfungi untuk mengukur jarak setiap titik pengukuran.

3. Software Microsoft Excell untuk menghitung Leq, intensitas bunyi.

4. Software Solidworks untuk membuat rancangan perbaikan fasilitas kerja guna

mereduksi dosis paparan kebisingan.

5. Software Surfer 11.0 untuk pemetaan kebisingan.

4.8. Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran diolah secara kuantitafif untuk

mendukung penyelesaian permasalahan kebisingan pada PT. Sisirau. Tahapan

pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut :

1. Mengukur tingkat kebisingan equivalen

Tingkat kebisingan equivalen adalah suatu angka tingkat kebisingan tunggal

yang menunjukkan energi bunyi yang equivalen dengan energi yang berubah-

ubah dalam selang waktu tertentu.

a. Tingkat Kebisingan Equivalen Pada Setiap Titik Pengukuran

secara matematis adalah sebagai berikut :

Leq = 10 log [Ʃtj10Lj/10]

Dimana :

Leq = Tingkat bising sinambung equivalen dalam dB(A)

Lj = Tingkat tekanan suara ke-1

tj = Fraksi waktu

T = Lamanya waktu penelitian

Universitas Sumatera Utara


2. Perhitungan Intensitas Bunyi

Perhitungan intensitas bunyi pada titik 1 untuk LI (tingkat intensitas bunyi).

LI = 10 log (I/I0) dB

Setelah diketahui intensitas bunyi pada masing-masing titik pengukuran,

maka dapat dihitung w (energi yang dikeluarkan oleh sumber bunyi) dengan

persamaan sebagai berikut:

I = w/4πD2 W/m2........

3. Waktu Paparan Maksimum yang Diizinkan

Di setiap titik pengukuran memiliki tingkat kebisingan yang berbeda,

sehingga di setiap titik pengukuran juga memilki waktu kerja/paparan

maksimum yang berbeda.

Tingkat kebisingan yang tersedia adalah 85 dB untuk waktu paparan 8 jam

per hari dan 95 dB untuk waktu paparan 4 jam per hari, sehingga waktu

paparannya dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

...........(4)

Dimana :

T1 : Waktu paparan maksimum per hari yang diizinkan (jam)

Leq : Tingkat kebisingan (dB)

8 : Jumlah jam kerja per hari yang di izinkan 85 dB

3 : Exchange rate (angka yang menunjukkan hubungan antara intensitas

kebisingan dengan tingkat kebisingan)

Universitas Sumatera Utara


4. Daily Noise Dose (DND)

Perhitungan paparan bising yang disamakan dengan Daily Noise Dose

(DND) adalah sebagai berikut:

D= x 100%....................(7)

Dimana :

DND : Daily Noise Dose

C: Waktu paparan aktual (jam)

Ti : waktu paparan maksimum per hari yang diizinkan (jam)

Tahapan pengolahan data dapat digambarkan dalam blok diagram, seperti

terlihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3. Block Diagram Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


4.9. Analisis Pemecahan Masalah

Analisis Pemecahan Masalah berisi tentang analisis tingkat kebisingan

dengan paparan bising, analisis noise mapping, dan upaya penanggulangan

kebisingan secara engineering control.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengukuran Tingkat Kebisingan

Titik pengukuran ditentukan menggunakan teknik peta kontur dengan

membuat area pengukuran 5 x 5 m pada denah stasiun pengolahan biji sehingga

terdapat 8 titik pengukuran. Pemilihan 5 meter sebagai acuan batas pengukuran

kebisingan mengikuti ketentuan European Commission Working Group

Assessment of Exposure to Noise atau WG-AEN. Pemilihan ukuran tersebut

bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam mengukur tingkat kebisingan pada

stasiun pengolahan biji. Pengukuran dilakukan pada tanggal 23 november 2017 –

28 november 2017 mulai pukul 08.00-02.00 wib. Layout stasiun pengolhan biji

dapat dilihat pada Gambar 5.1.

7
3

6
4

Sumber : Pengolahan Data

Gambar 5.1. Layout Stasiun Pengolahan Biji

Universitas Sumatera Utara


Setelah menentukan titik pengukuran maka dilanjutkan dengan

pengukuran tingkat kebisingan dengan menggunakan Four in One Multi Function

Environment Meter.

Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan

penetapannya sebagai berikut:

1. L1 diambil pada jam 08.00 mewakili jam 07.00 – 09.00

2. L2 diambil pada jam 11.00 mewakili jam 09.00 – 12.00

3. L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 13.00 – 16.00

4. L4 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 - 24.00

5. L5 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 - 03.00

Data pengukuran tingkat kebisingan diambil setiap 5 detik selama 10 menit.

Pengukuran dilakukan pada 8 titik selama 5 hari dan hasilnya dapat dilihat pada

Tabel 5.1.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.1. Tingkat Kebisingan (dB) Stasiun Pengolahan Biji

Tingkat Kebisingan (dB)


Pukul No. Tanggal
Pengukuran Ke-
(WIB) Pengukuran
1 2 3 4 5 6 7 8
1 23 – 11 – 2017 88,1 90,1 89,2 88,1 91,3 90,2 91,5 90,8
2 24 – 11 – 2017 91,2 92,8 98,2 91,2 92 91,7 92,6 93,3
3 25 – 11 – 2017 89,8 92,6 94,5 93,5 94,7 93,5 95,2 96,4
08.00
4 27 – 11 – 2017 95,2 93,2 95,2 92,7 91,2 93,2 95,5 93,2
5 28 – 11 – 2017 89,4 91,2 93,1 94,6 92,1 96,2 95,2 95,5
Rata-Rata 90,8 92 94,1 92,1 92,3 93 94 93,9
1 23 – 11 – 2017 91,2 92 94 90 93,7 92 92,2 93
2 24 – 11 – 2017 94 91 90 94,3 91 91,3 91,1 93,1
3 25 – 11 – 2017 92,9 93,8 91,2 92,5 91,9 95,3 93 92,2
11.00
4 27 – 11 – 2017 93,2 92,5 93 92 91,8 93,5 90,9 92,1
5 28 – 11 – 2017 91,5 93,5 93 93 92 92,4 92,5 91,5
Rata-Rata 92,6 92,6 92,3 92,4 92,1 92,9 92 92,4
1 23 – 11 – 2017 90,1 92,5 93,4 91,2 93,5 92,9 91,9 93,9
2 24 – 11 – 2017 89,7 91,6 90 94 91,3 91,9 92 93
3 25 – 11 – 2017 92,8 92,5 93,2 91 92,2 91,3 92,2 92
15.00
4 27 – 11 – 2017 93,9 92,8 93 93 91,8 93,1 92,7 92,9
5 28 – 11 – 2017 93,4 93,5 91,2 92,9 91,9 93 93 91,9
Rata-Rata 92 92,6 92,2 92,5 92,2 92,5 92,4 92,8
Sumber : Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.1. Tingkat Kebisingan (dB) Stasiun Pengolahan Biji (Lanjutan)

Tingkat Kebisingan (dB)


No. Tanggal
Pukul (WIB) Pengukuran Ke-
Pengukuran
1 2 3 4 5 6 7 8
1 23 – 11 – 2017 90,1 92,3 91,3 90,4 93,5 92,4 93,6 92,3
2 24 – 11 – 2017 91,8 93,4 95,6 93,4 94,5 93,4 91,2 96,6
3 25 – 11 – 2017 91,2 92,9 96,7 91,8 96,1 95,2 96,9 94,8
23.00
4 27 – 11 – 2017 93,2 92,1 96,5 94,6 92,9 95,7 97,3 94,5
5 28 – 11 – 2017 91,2 90,1 94,9 92,3 94,7 93,2 95,3 93,4
Rata-Rata 91,5 92,2 95,0 92,5 94,4 94,0 94,9 94,4
1 23 – 11 – 2017 90,9 92,9 95,5 92,4 93,8 92,9 94,6 93,9
2 24 – 11 – 2017 92,3 91,4 91,9 94 91,9 93,3 92,9 95,6
3 25 – 11 – 2017 93 92,3 93,4 93,6 93,8 96,9 91,2 94,5
01.00
4 27 – 11 – 2017 94,5 92 93,9 91,6 93,4 94,1 91,7 93,4
5 28 – 11 – 2017 93,6 91,9 95,6 91,9 92,8 94,5 93,9 94,2
Rata-Rata 92,9 92,1 94,1 92,7 93,2 94,4 92,9 94,4

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan data dilakukan perhitungan rata-rata tingkat kebisingan pada

lantai produksi dan selanjutnya digunakan pada perhitungan tingkat kebisingan

equivalen (Leq) dari tingkat kebisingan pada siang hari (Ls) dan tingkat

kebisingan pada malam hari (Lm). Rata-rata tingkat kebisingan yang diperoleh

pada masing-masing titik pengukuran dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Rata-RataTingkat Kebisingan (dB)

Rata-RataTingkat Kebisingan (dB) Selama 5 hari


Titik
Waktu Pengukuran (WIB)
Pengukuran
08.00 11.00 15.00 23.00 01.00
1 90,8 92,6 92 91,5 92,9
2 92 92,6 92,6 92,2 92,1
3 94,1 92,3 92,2 95,0 94,1
4 92,1 92,4 92,5 92,5 92,7
5 92,3 92,1 92,2 94,4 93,2
6 93 92,9 92,5 94,0 94,4
7 94 92 92,4 94,9 92,9
8 93,9 92,4 92,8 94,4 94,4
Rata-Rata 92,8 92,5 92,4 93,6 93,3
Sumber : Pengolahan Data

Grafik tingkat kebisingan terhadap waktu pengukuran dapat dilihat pada

Gambar 5.2.

Gambar 5.2. menunjukkan bahwa kebisingan rata-rata pada stasiun

pengolahan biji melebihi nilai ambang batas berdasarkan Peraturan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi yaitu 85 dB untuk 8 jam kerja/hari.

Universitas Sumatera Utara


Sumber : Pengolahan Data

Gambar 5.2. Grafik Rata-RataTingkat Kebisingan Terhadap Waktu

5.2. Perhitungan Tingkat Kebisingan Equivalen (Leq)

Tingkat kebisingan equivalen (Leq) terdiri dari dua yaitu tingkat

kebisingan pada waktu siang hari (LS ) dan malam hari (LM). Tingkat kebisingan

equivalen (Leq) adalah nilai tingkat kebisingan dari kebisingan yang berubah-

ubah (fluktuatif) selama waktu tertentu, yang setara dengan tingkat kebisingan

steady pada selang waktu yang sama, secara matematis adalah sebagai berikut :

Leq = 10 log [Ʃtj10Lj/10]

Universitas Sumatera Utara


Dimana :

Leq = Tingkat bising sinambung equivalen dalam dB(A)

Lj = Tingkat tekanan suara ke-1

tj = Fraksi waktu

T = Lamanya waktu penelitian

Data tingkat kebisingan pada setiap titik dan waktu pengukuran selama 5

hari diwakili oleh tingkat kebisingan equivalen (Leq). Contoh perhitungan sebagai

berikut:

Pada titik 1, untuk tingkat kebisingan equivalen (Leq) pada Jam 08.00.

Perhitungan Leq pada titik 1dengan tingkat kebisingan (tj1-5) = 88,1; 91,2; 89,9;

95,2; 89,4 dB pada pengukuran jam 08.00 WIB selama 5 hari sebagai berikut:

Leq = 10 log1/T[Ʃtj10Lj/10]

Leq = 10 log[1/5 x 100.1/88,1] + 10 log[1/5 x 100.1/91,2] +10 log[1/5 x 100.1/89,8] + 10

log[1/5 x 100.1/95,2]+ 10 log[1/5 x 100.1/89,4]

Leq =91,5 dB

Rekapitulasi tingkat kebisingan equivalen (Leq) selama lima (5) hari untuk

8 titik pengukuran dapat dilihat pada Tabel 5.3. sebagai berikut:

Tabel 5.3. Hasil Rekapitulasi Tingkat Kebisingan Equivalen (Leq) pada

Semua Titik Pengukuran

Titik Tingkat Kebisingan Equivalen (Leq) pada Jam


Pengukuran 08.00 (L1) 11.00 (L2) 15.00 (L3) 23.00 (L4) 01.00 (L5)
1 91,5 92,7 92,3 91,6 93,0
2 92,1 92,7 92,6 92,3 92,1
3 94,9 92,5 92,4 95,4 94,3
4 92,5 92,6 92,6 92,7 92,8
5 92,5 92,2 92,2 94,5 93,2

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.3. Hasil Rekapitulasi Tingkat Kebisingan Equivalen (Leq) pada

Semua Titik Pengukuran (Lanjutan)

Titik Tingkat Kebisingan Equivalen (Leq) pada Jam


Pengukuran 08.00 (L1) 11.00 (L2) 15.00 (L3) 23.00 (L4) 01.00 (L5)
6 93,4 93,1 92,5 94,2 94,6
7 94,3 92,0 92,4 95,4 93,0
8 94,3 92,4 92,8 94,6 94,4
Rata-Rata 93,2 92,4 92,5 93,8 93,4
Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan Tabel 5.3. dapat dibuat grafik yang menunjukkan tingkat

kebisingan equivalen (Leq) dari 8 titik pengukuran stasiun pengolahan biji.

Pembuatan grafik tersebut bertujuan untuk mengetahui titik – titik yang memiliki

tingkat kebisingan tertinggi dan terendah. Grafik tersebut juga akan membantu

dalam mengetahui berapa banyak titik pengukuran yang melewati NAB. Grafik

tingkat kebisingan equivalen (Leq) dapat dilihat pada Gambar 5.3.

Sumber : Pengolahan Data

Gambar 5.3. Grafik Tingkat Kebisingan Equivalen

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan Gambar 5.3. dilihat bahwa titik pengukuran dari titik 1

sampai titik 8 melebihi nilai ambang batas berdasarkan Peraturan Kementrian

Tenaga Kerja dan Transmigrasi yaitu 85 dB untuk 8 jam kerja/hari.

5.2.2. Tingkat Kebisingan Equivalen

Sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-

48/MENLH/11/1996 data tingkat kebisingan equivalen pada setiap titik dan waktu

diklasifikasikan dalam 2 jenis yakni tingkat kebisingan siang hari dan malam hari.

Tingkat kebisingan diukur pada pukul 08.00, 11.00, 15.00, 23.00 dan 01.00.

Berikut adalan contoh perhitungan tingkat kebisingan pada titik 1, dengan

menggunakan formula :

L = 10 log1/T[t110L1/10+ t210L2/10+ t310L3/10...........(1)

Dimana, t1 = fraksi waktu mewakili jam 07.00-9.00 (yaitu = 2/16)

t2= fraksi waktu mewakili jam 09.00-12.00 (yaitu = 3/16)

t3 = fraksi waktu mewakili jam 13.00-16.00 (yaitu = 3/16)

t4 = fraksi waktu mewakili jam 22.00 - 24.00 (yaitu = 2/16)

t5 = fraksi waktu mewakili jam 24.00 - 03.00 (yaitu = 3/16)

Maka, L = 10 log[ 1091,5/10 + 1092,7/10 + 1092,3/10+ +


10 93,00]

L = 91,5 dB

Dengan rumus yang sama, rekapitulasi tingkat kebisingan pada titik

pengukuran titik 1 sampai titik 8, dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.4. Hasil Rekapitulasi Tingkat Kebisingan Equivalen (Leq)

Tingkat KebisinganEquivalen (Leq) pada Jam


TitikPengukuran 23.00 01.00 Leq NAB
08.00 (L1) 11.00 (L2) 15.00 (L3)
(L4) (L5) (dB)
1 91,5 92,6 92,3 91,6 93,0 91,46 85
2 92,1 92,6 92,6 92,3 92,1 91,49 85
3 94,9 92,1 92,4 95,4 94,3 92,97 85
4 92,5 92,8 92,6 92,7 92,8 91,74 85
5 92,5 91,9 92,2 94,5 93,2 92,00 85
6 93,4 92,4 92,5 94,2 94,6 92,71 85
7 94,3 92,5 92,4 95,4 93,0 92,47 85
8 94,3 92,5 92,8 94,6 94,4 92,78 85
Rata-Rata 93,2 92,4 92,5 93,8 93,4 92,20 85
Sumber : Pengolahan Data

Tabel 5.4. dapat dibuat grafik yang menunjukkan tingkat kebisingan

siang hari (Ls) dan malam hari (Lm) dari setiap titik pengukuran pada stasiun

pengolahan biji. Pembuatan grafik tersebut akan menunjukkan titik – titik yang

memiliki tingkat kebisingan tertinggi dan terendah. Grafik tingkat kebisingan

equivalen (Leq) dapat dilihat pada Gambar 5.4.

Diagram menunjukkan tingkat kebisingan siang hari di setiap titik pada

stasiun pengolahan biji melebihi nilai ambang batas berdasarkan Peraturan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmgrasi yaitu 85 dB untuk 8 jam kerja/hari.

Universitas Sumatera Utara


Sumber : Pengolahan Data

Gambar 5.4.Grafik Tingkat Kebisingan Equivalen (Leq)

5.3. Intensitas Bunyi

Perhitungan intensitas bunyi pada titik 1 untuk LI (tingkat intensitas bunyi)

= 88,1 dB

LI = 10 log (I/I0) dB

88,1 dB = 10 log (I/10-12W/m2) dB

I = 6,46 x 10-3W/m2

Setelah diketahui intensitas bunyi pada masing-masing titik pengukuran,

maka dapat dihitung w (energi yang dikeluarkan oleh sumber bunyi) dengan

persamaan: I = w/4πD2 W/m2........(3)

Dengan I= Intensitas bunyi(W/m2)

Universitas Sumatera Utara


W= Energi yang dikeluarkan oleh sumber bunyi(watt)

D = Jarak (m)

Perhitungan w (energi bunyi yang dikeluarkan oleh sumber bunyi) pada titik 1

untuk I (intensitas bunyi) = 6,46 x 10-3W/m2.

I = w/4πD2 W/m2

6,46 x 10-3W/m2 = w/4(3,14) (3)2

6,46 x 10-3W/m2 = w/113,04

w = 0,73 watt

Rekapitulasi intensitas bunyi untuk masing-masing titik dapat dilihat pada

Tabel 5.5. sampai Tabel 5.9. Rekapitulasi energi bunyi yang dikeluarkan oleh

sumber bunyi untuk masing-masing titik dapat dilihat pada Tabel 5.10. sampai

Tabel 5.14.

Tabel 5.5. Hasil Perhitungan Intensitas Bunyi Pukul 08.00 di Setiap Titik

Pengukuran

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4


Hari LI I0 I LI I0 I LI I0 I LI I0 I
(dB) (W/m2) (W/m2) (dB) (W/m2) (W/m2) (dB) (W/m2) (W/m2) (dB) (W/m2) (W/m2)
10^- 10^- 1,02E- 10^- 8,32E- 6,46E-
1. 88,1 6,46E-04 10^-12
12 90,1 12 03 89,2 12 04 88,1 04
10^- 10^- 1,91E- 10^- 6,61E- 1,32E-
2. 91,2 1,32E-03 10^-12
12 92,8 12 03 98,2 12 03 91,2 03
10^- 10^- 1,82E- 10^- 2,82E- 2,24E-
3. 89,8 9,55E-04 10^-12
12 92,6 12 03 94,5 12 03 93,5 03
10^- 10^- 2,09E- 10^- 3,31E- 1,86E-
4. 95,2 3,31E-03 10^-12
12 93,2 12 03 95,2 12 03 92,7 03
10^- 10^- 1,32E- 10^- 2,04E- 2,88E-
5. 89,4 8,71E-04 91,2 93,1 94,6 10^-12
12 12 03 12 03 03
Titik 5 Titik 6 Titik 7 Titik 8
Hari
LI I0 I LI I0 I LI I0 I LI I0 I

Universitas Sumatera Utara


(dB) (W/m2) (W/m2) (dB) (W/m2) (W/m2) (dB) (W/m2) (W/m2) (dB) (W/m2) (W/m2)
10^- 10^- 1,05E- 10^- 1,41E- 10^- 1,20E-
1. 1,35E-03
91,3 12 90,2 12 03 91,5 12 03 90,8 12 03
10^- 10^- 1,48E- 10^- 1,82E- 10^- 2,14E-
2. 1,58E-03
92 12 91,7 12 03 92,6 12 03 93,3 12 03
10^- 10^- 2,24E- 10^- 3,31E- 10^- 4,37E-
3. 2,95E-03
94,7 12 93,5 12 03 95,2 12 03 96,4 12 03
10^- 10^- 2,09E- 10^- 3,55E- 10^- 2,09E-
4. 1,32E-03
91,2 12 93,2 12 03 95,5 12 03 93,2 12 03
10^- 10^- 4,17E- 10^- 3,31E- 10^- 3,55E-
5. 92,1 1,62E-03 96,2 95,2
12 12 03 12 03 95,5 12 03

Tabel 5.6. Hasil Perhitungan Intensitas Bunyi Pukul 11.00 di Setiap Titik

Pengukuran

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4


Hari LI I0 I LI I0 I LI I0 I LI I0 I
(dB) (W/m2) (W/m2) (dB) (W/m2) (W/m2) (dB) (W/m2) (W/m2) (dB) (W/m2) (W/m2)
10^- 10^- 10^- 2,51E- 10^-
1.
91,2 12 1,32E-03 92 12 1,58E-03 94 12 03 90 12 1,00E-03
10^- 10^- 10^- 1,00E- 94, 10^-
2.
94 12 2,51E-03 91 12 1,26E-03 90 12 03 3 12 2,69E-03
10^- 93, 10^- 10^- 1,32E- 92, 10^-
3.
92,9 12 1,95E-03 8 12 2,40E-03 91,2 12 03 5 12 1,78E-03
10^- 92, 10^- 10^- 2,00E- 10^-
4.
93,2 12 2,09E-03 5 12 1,78E-03 93 12 03 92 12 1,58E-03
10^- 93, 10^- 10^- 2,00E- 10^-
5.
91,5 12 1,41E-03 5 12 2,24E-03 93 12 03 93 12 2,00E-03
Titik 5 Titik 6 Titik 7 Titik 8
Hari LI I0 I LI I0 I LI I0 I LI I0 I
(dB) (W/m2) (W/m2) (dB) (W/m2) (W/m2) (dB) (W/m2) (W/m2) (dB) (W/m2) (W/m2)
10^- 10^- 1,58E- 10^- 1,66E- 10^-
1.
93,7 12 2,34E-03 92 12 03 92,2 12 03 93 12 2,00E-03
10^- 91, 10^- 1,35E- 10^- 1,29E- 93, 10^-
2.
91 12 1,26E-03 3 12 03 91,1 12 03 1 12 2,04E-03
10^- 95, 10^- 3,39E- 10^- 2,00E- 92, 10^-
3.
91,9 12 1,55E-03 3 12 03 93 12 03 2 12 1,66E-03
10^- 93, 10^- 2,24E- 10^- 1,23E- 92, 10^-
4.
91,8 12 1,51E-03 5 12 03 90,9 12 03 1 12 1,62E-03
10^- 92, 10^- 1,74E- 10^- 1,78E- 91, 10^-
5.
92 12 1,58E-03 4 12 03 92,5 12 03 5 12 1,41E-03

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.7. Hasil Perhitungan Intensitas Bunyi Pukul 15.00 di Setiap Titik

Pengukuran

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4


Hari LI I0 I LI I0 I LI I0 I LI I0 I
(dB) (W/m2) (W/m2) (dB) (W/m2) (W/m2) (dB) (W/m2) (W/m2) (dB) (W/m2) (W/m2)
10^- 92, 10^- 10^- 2,19E- 91, 10^-
1.
90,1 12 1,02E-03 5 12 1,78E-03 93,4 12 03 2 12 1,32E-03
10^- 91, 10^- 10^- 1,00E- 10^-
2.
89,7 12 9,33E-04 6 12 1,45E-03 90 12 03 94 12 2,51E-03
10^- 92, 10^- 10^- 2,09E- 10^-
3.
92,8 12 1,91E-03 5 12 1,78E-03 93,2 12 03 91 12 1,26E-03
10^- 92, 10^- 10^- 2,00E- 10^-
4.
93,9 12 2,45E-03 8 12 1,91E-03 93 12 03 93 12 2,00E-03
10^- 93, 10^- 10^- 1,32E- 92, 10^-
5.
93,4 12 2,19E-03 5 12 2,24E-03 91,2 12 03 9 12 1,95E-03
Titik 5 Titik 6 Titik 7 Titik 8
Hari LI I0 I LI I0 I LI I0 I LI I0 I
(dB) (W/m2) (W/m2) (dB) (W/m2) (W/m2) (dB) (W/m2) (W/m2) (dB) (W/m2) (W/m2)
10^- 92, 10^- 1,95E- 10^- 1,55E- 93, 10^-
1.
93,5 12 2,24E-03 9 12 03 91,9 12 03 9 12 2,45E-03
10^- 91, 10^- 1,55E- 10^- 1,58E- 10^-
2.
91,3 12 1,35E-03 9 12 03 92 12 03 93 12 2,00E-03
10^- 91, 10^- 1,35E- 10^- 1,66E- 10^-
3.
92,2 12 1,66E-03 3 12 03 92,2 12 03 92 12 1,58E-03
10^- 93, 10^- 2,04E- 10^- 1,86E- 92, 10^-
4.
91,8 12 1,51E-03 1 12 03 92,7 12 03 9 12 1,95E-03
10^- 10^- 2,00E- 10^- 2,00E- 91, 10^-
5.
91,9 12 1,55E-03 93 12 03 93 12 03 9 12 1,55E-03

Tabel 5.8. Hasil Perhitungan Intensitas Bunyi Pukul 23.00 di Setiap Titik

Pengukuran

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4


Hari LI I0 I LI I0 I LI I0 I LI I0 I
(dB) (W/m2) (W/m2) (dB) (W/m2) (W/m2) (dB) (W/m2) (W/m2) (dB) (W/m2) (W/m2)
10^- 92, 10^- 10^- 1,35E- 90, 10^-
1.
90,1 12 1,02E-03 3 12 1,70E-03 91,3 12 03 4 12 1,10E-03
10^- 93, 10^- 10^- 3,63E- 93, 10^-
2.
91,8 12 1,51E-03 4 12 2,19E-03 95,6 12 03 4 12 2,19E-03

Universitas Sumatera Utara


10^- 92, 10^- 10^- 4,68E- 91, 10^-
3.
91,2 12 1,32E-03 9 12 1,95E-03 96,7 12 03 8 12 1,51E-03
10^- 92, 10^- 10^- 4,47E- 94, 10^-
4.
93,2 12 2,09E-03 1 12 1,62E-03 96,5 12 03 6 12 2,88E-03
10^- 90, 10^- 10^- 3,09E- 92, 10^-
5.
91,2 12 1,32E-03 1 12 1,02E-03 94,9 12 03 3 12 1,70E-03
Titik 5 Titik 6 Titik 7 Titik 8
Hari LI I0 I LI I0 I LI I0 I LI I0 I
(dB) (W/m ) (W/m ) (dB) (W/m ) (W/m2)
2 2 2 (dB) (W/m ) (W/m ) (dB) (W/m ) (W/m2)
2 2 2

10^- 92, 10^- 1,74E- 10^- 2,29E- 92, 10^-


1.
93,5 12 2,24E-03 4 12 03 93,6 12 03 3 12 1,70E-03
10^- 93, 10^- 2,19E- 10^- 1,32E- 96, 10^-
2.
94,5 12 2,82E-03 4 12 03 91,2 12 03 6 12 4,57E-03
10^- 95, 10^- 3,31E- 10^- 4,90E- 94, 10^-
3.
96,1 12 4,07E-03 2 12 03 96,9 12 03 8 12 3,02E-03
10^- 95, 10^- 3,72E- 10^- 5,37E- 94, 10^-
4.
92,9 12 1,95E-03 7 12 03 97,3 12 03 5 12 2,82E-03
10^- 93, 10^- 2,09E- 10^- 3,39E- 93, 10^-
5.
94,7 12 2,95E-03 2 12 03 95,3 12 03 4 12 2,19E-03

Tabel 5.9. Hasil Perhitungan Intensitas Bunyi Pukul 01.00 di Setiap Titik

Pengukuran

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4


Hari LI I0 I LI I0 I LI I0 I LI I0 I
(dB) (W/m2) (W/m2) (dB) (W/m2) (W/m2) (dB) (W/m2) (W/m2) (dB) (W/m2) (W/m2)
10^- 92, 10^- 10^- 3,55E- 92, 10^-
1.
90,9 12 1,23E-03 9 12 1,95E-03 95,5 12 03 4 12 1,74E-03
10^- 91, 10^- 10^- 1,55E- 10^-
2.
92,3 12 1,70E-03 4 12 1,38E-03 91,9 12 03 94 12 2,51E-03
10^- 92, 10^- 10^- 2,19E- 93, 10^-
3.
93 12 2,00E-03 3 12 1,70E-03 93,4 12 03 6 12 2,29E-03
10^- 10^- 10^- 2,45E- 91, 10^-
4.
94,5 12 2,82E-03 92 12 1,58E-03 93,9 12 03 6 12 1,45E-03
10^- 91, 10^- 10^- 3,63E- 91, 10^-
5.
93,6 12 2,29E-03 9 12 1,55E-03 95,6 12 03 9 12 1,55E-03
Titik 5 Titik 6 Titik 7 Titik 8
Hari LI I0 I LI I0 I LI I0 I LI I0 I
(dB) (W/m ) (W/m ) (dB) (W/m ) (W/m2)
2 2 2 (dB) (W/m ) (W/m ) (dB) (W/m ) (W/m2)
2 2 2

10^- 92, 10^- 1,95E- 10^- 2,88E- 93, 10^-


1.
93,8 12 2,40E-03 9 12 03 94,6 12 03 9 12 2,45E-03
2. 91,9 10^- 1,55E-03 93, 10^- 2,14E- 92,9 10^- 1,95E- 95, 10^- 3,63E-03

Universitas Sumatera Utara


12 3 12 03 12 03 6 12
10^- 96, 10^- 4,90E- 10^- 1,32E- 94, 10^-
3.
93,8 12 2,40E-03 9 12 03 91,2 12 03 5 12 2,82E-03
10^- 94, 10^- 2,57E- 10^- 1,48E- 93, 10^-
4.
93,4 12 2,19E-03 1 12 03 91,7 12 03 4 12 2,19E-03
10^- 94, 10^- 2,82E- 10^- 2,45E- 94, 10^-
5.
92,8 12 1,91E-03 5 12 03 93,9 12 03 2 12 2,63E-03

Setelah diketahui intensitas bunyi pada masing-masing titik pengukuran,

maka dapat dihitung w (energi yang dikeluarkan oleh sumber bunyi) dengan

persamaan: I = w/4πD2 W/m2........(3)

Dengan I= Intensitas bunyi(W/m2)

W= Energi yang dikeluarkan oleh sumber bunyi(watt)

D = Jarak (m)

Perhitungan w (energi bunyi yang dikeluarkan oleh sumber bunyi) pada titik 1

untuk I (intensitas bunyi) = 6,46 x 10-3W/m2.

I = w/4πD2 W/m2

6,46 x 10-3W/m2 = w/4 (3,14) (3)2

6,46 x 10-3W/m2 = w/113,04

w = 0,73 watt

Tabel 5.10. Hasil Perhitungan Energi Sumber Bunyi Pukul 08.00 di Setiap

Titik Pengukuran

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4


Hari I D W I D W I D W I D W
2
(W/m ) m 2
watt (W/m ) m watt (W/m )2 m watt 2
(W/m ) m watt
-
6,46 x 1,02 x 8,32 x 10 6,46 x
1. 3 0,73 3 0,12 3 0,94 3 0,73
10-3 10-3 3
10-3
1,32x 1,91x 10- 6,61 x 10- 1,32 x
2. 3 0,15 3 0,22 3 0,75 3 0,15
10-3 3 3
10-3
3. 9,55 x 3 1,08 1,82 x 3 0,21 2,82 x 10- 3 0,32 2,24 x 3 0,25

Universitas Sumatera Utara


10-3 10-3 3
10-3
3,31 x 2,09 x 1,86 x
4. 3 0,37 3 0,24 3 0,37 3 0,21
10-3 10-3 3,31x 10-3 10-3
8,71x 1,32 x 2,88 x
5. 3 0,98 3 0,15 3 0,23 3 0,33
10-3 10-3 2,04x 10-3 10-3
Titik 5 Titik 6 Titik 7 Titik 8
Hari I D W I D W I D W I D W
2
(W/m ) m watt 2
(W/m ) m watt (W/m )2 m watt 2
(W/m ) m watt
2,34 x 1,05 x 1,41 x 10- 1,20x
1. 3 0,26 3 0,12 3 0,16 3 0,14
10-3 10-3 3
10-3
1,26 x 1,48 x 2,14 x
2. 3 0,14 3 0,17 3 0,21 3 0,24
10-3 10-3 1,82x 10-3 10-3
1,55 x 2,24 x 4,37x
3. 3 0,18 3 0,25 3 0,37 3 0,49
10-3 10-3 3,31x 10-3 10-3
1,51 x 2,09 x 2,09x
4. 3 0,17 3 0,24 3 0,40 3 0,24
10-3 10-3 3,55x 10-3 10-3
1,58 x 4,17 x 3,55x
5. 3 0,18 3 0,47 3 0,37 3 0,40
10-3 10-3 3,31x 10-3 10-3

Tabel 5.11. Hasil Perhitungan Energi Sumber Bunyi Pukul 11.00 di Setiap

Titik Pengukuran

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4


Hari I D W I D W I D W I D W
2
(W/m ) m watt (W/m ) m2 watt 2
(W/m ) m watt 2
(W/m ) m Watt
1,32 x 1,58x 10- 2,51 x 10- 1,00 x
1.
10-3 3 0,15 3
3 0,18 4
3 0,28 10-3 3 0,11
-
2,51 x 1,26 x 1,00 x 10 2,69 x
2.
10-3 3 0,28 10-3 3 0,14 2
3 0,11 10-3 3 0,30
- -
1,95 x 2,40x 10 1,32 x 10 1,78 x
3.
10-3 3 0,22 3
3 0,27 3
3 0,15 10-3 3 0,20
-
2,09 x 1,78 x 2,00 x 10 2,58 x
4.
10-3 3 0,24 10-3 3 0,19 3
3 0,23 10-3 3 0,29
-
1,41 x 2,24 x 2,00 x 10 2,00 x
5.
10-3 3 0,16 10-3 3 0,25 3
3 0,23 10-3 3 0,23
Titik 5 Titik 6 Titik 7 Titik 8
Hari I D W I D W I D W I D W
2
(W/m ) m watt (W/m ) m2 watt 2
(W/m ) m watt 2
(W/m ) m watt
2,34 x 1,58 x 2,00 x
1.
10-3 3 0,26 10-3 3 0,18 1,66x 10-3 3 0,19 10-3 3 0,23
1,26 x 1,35 x 2,04 x
2.
10-3 3 0,14 10-3 3 0,15 1,29x 10-3 3 0,15 10-3 3 0,23

Universitas Sumatera Utara


1,55 x 3,39 x 1,66 x
3.
10-3 3 0,18 10-3 3 0,38 2,00x 10-3 3 0,23 10-3 3 0,19
1,51 x 2,24 x 1,62 x
4.
10-3 3 0,17 10-3 3 0,25 1,23x 10-3 3 0,14 10-3 3 0,18
1,58 x 1,74 x 1,41 x
5.
10-3 3 0,18 10-3 3 0,20 1,78x 10-3 3 0,20 10-3 3 0,16

Tabel 5.12. Hasil Perhitungan Energi Sumber Bunyi Pukul 15.00 di Setiap

Titik Pengukuran

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4


Hari I D W I D W I D W I D W
2
(W/m ) m watt 2
(W/m ) m watt (W/m )2 m watt 2
(W/m ) m watt
1,02 x 1,78 x 2,19 x 10- 1,32 x
1.
10-3 3 0,12 10-3 3 0,20 4
3 0,25 10-3 3 0,15
9,33 x 1,45 x 1,00 x 10- 2,51 x
2.
10-3 3 1,05 10-3 3 0,16 2
3 0,11 10-3 3 0,28
1,91 x 1,,78 x 2,09 x 10- 1,26 x
3.
10-3 3 0,22 10-3 3 0,20 3
3 0,23 10-3 3 0,14
2,45 x 1,91 x 2,00 x 10- 2,00 x
4.
10-3 3 0,28 10-3 3 0,22 3
3 0,23 10-3 3 0,23
2,19 x 2,24 x 1,32 x 10- 1,95 x
5.
10-3 3 0,25 10-3 3 0,25 3
3 0,15 10-3 3 0,22
Titik 5 Titik 6 Titik 7 Titik 8
Hari I D W I D W I D W I D W
2
(W/m ) m watt 2
(W/m ) m watt (W/m )2 m watt 2
(W/m ) m watt
-
2,24 x 1,95 x 1,55 x 10 2,45 x
1.
10-3 3 0,25 10-4 3 0,22 3
3 0,18 10-3 3 0,28
-
1,35 x 1,55 x 1,58 x 10 2,00 x
2.
10-3 3 0,15 10-2 3 0,18 3
3 0,18 10-3 3 0,23
-
1,66 x 1,35 x 1,66 x 10 1,58 x
3.
10-3 3 0,19 10-3 3 0,15 3
3 0,19 10-3 3 0,18
-
1,51 x 2,04 x 1,86 x 10 1,95 x
4.
10-3 3 0,17 10-3 3 0,23 3
3 0,21 10-3 3 0,22
-
1,55 x 2,00 x 2,00 x 10 1,55 x
5.
10-3 3 0,18 10-3 3 0,23 3
3 0,23 10-3 3 0,18

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.13. Hasil Perhitungan Energi Sumber Bunyi Pukul 23.00 di Setiap

Titik Pengukuran

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4


Hari I D W I D W I D W I D W
(W/m2) m watt (W/m2) m watt (W/m2) m watt (W/m2) m watt
1,02 x 1,70 x 1,35 x 10- 1,10 x
1.
10-3 3 0,12 10-3 3 0,19 3
3 0,15 10-3 3 0,12
1,51 x 2,19 x 3,63 x 10- 2,19 x
2.
10-3 3 0,17 10-3 3 0,25 3
3 0,38 10-3 3 0,25
1,32 x 1,95 x 4,68 x 10- 1,51 x
3.
10-3 3 0,15 10-3 3 0,22 3
3 0,53 10-3 3 0,17
2,09 x 1,65 x 4,47 x 10- 2,88 x
4.
10-3 3 0,24 10-3 3 0,19 3
3 0,51 10-3 3 0,33
1,32 x 1,02 x 3,09 x 10- 1,70 x
5.
10-3 3 0,15 10-3 3 0,12 3
3 0,35 10-3 3 0,19
Titik 5 Titik 6 Titik 7 Titik 8
Hari I D W I D W I D W I D W
2
(W/m ) m watt 2
(W/m ) m watt (W/m )2 m watt 2
(W/m ) m watt
-
2,24 x 1,74 x 2,29 x 10 1,70 x
1.
10-3 3 0,25 10-3 3 0,20 3
3 0,26 10-3 3 0,19
-
2,82 x 2,19 x 1,32 x 10 4,57 x
2.
10-3 3 0,32 10-3 3 0,25 3
3 0,15 10-3 3 0,52
-
4,07 x 3,31 x 4,90 x 10 3,02 x
3.
10-3 3 0,46 10-3 3 0,37 3
3 0,55 10-3 3 0,34
-
1,95 x 3,72 x 5,37 x 10 2,82 x
4.
10-3 3 0,22 10-3 3 0,42 3
3 0,61 10-3 3 0,32
-
2,95 x 2,09 x 3,39 x 10 2,19 x
5.
10-3 3 0,33 10-3 3 0,24 3
3 0,38 10-3 3 0,25

Tabel 5.14. Hasil Perhitungan Energi Sumber Bunyi Pukul 01.00 di Setiap

Titik Pengukuran

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4


Hari I D W I D W I D W I D W
2
(W/m ) m watt 2
(W/m ) m watt 2
(W/m ) m watt 2
(W/m ) m Watt
1,23 x 3,55 x 1,74 x
1.
10-3 3 0,14 1,95x 10-3 3 0,22 10-3 3 0,40 10-3 3 0,20
1,70 x 1,38 x 10- 1,55 x 2,51 x
2.
10-3 3 0,19 3
3 0,16 10-3 3 0,18 10-3 3 0,28

Universitas Sumatera Utara


2,00 x 2,19 x 2,29 x
3.
10-3 3 0,23 1,70x 10-3 3 0,19 10-3 3 0,25 10-3 3 0,26
2,82 x 1,58 x 10- 2,45 x 1,45 x
4.
10-3 3 0,32 3
3 0,18 10-3 3 0,28 10-3 3 0,16
-
2,29 x 1,55 x 10 3,63 x 1,55 x
5.
10-3 3 0,26 3
3 0,18 10-3 3 0,41 10-3 3 0,18
Titik 5 Titik 6 Titik 7 Titik 8
Hari I D W I D W I D W I D W
2
(W/m ) m watt 2
(W/m ) m watt 2
(W/m ) m watt 2
(W/m ) m Watt
2,40 x 1,95 x 10- 2,88x 10- 2,45 x
1.
10-3 3 0,27 3
3 0,22 3
3 0,33 10-3 3 0,28
1,55 x 2,14 x 10- 1,95x 10- 3,63 x
2.
10-3 3 0,18 3
3 0,24 3
3 0,22 10-3 3 0,41
2,40 x 4,90 x 10- 1,32x 10- 2,82 x
3.
10-3 3 0,27 3
3 0,55 3
3 0,15 10-3 3 0,32
2,19 x 2,57 x 10- 1,48 x 2,19 x
4.
10-3 3 0,25 3
3 0,29 10-3 3 0,17 10-3 3 0,25
1,91 x 2,82 x 10- 2,45x 10- 2,63 x
5.
10-3 3 0,22 3
3 0,32 3
3 0,28 10-3 3 0,30

5.4. Pemetaan Kebisingan (Noise Mapping)

Deskripsi arah/pola penyebaran kebisingan pada stasiun pengolahan biji

dapat dilakukan dengan membuat peta kebisingan (noise mapping) menggunakan

software surfer 11.0. Jumlah dengan titik kebisingan yang diambil sebanyak 8

titik. Data yang digunakan adalah total tingkat kebisingan di stasiun pengolahan

biji. Tabel 5.15. menunjukkan titik koordinat noise mapping stasiun pengolahan

biji.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.15. Titik Koordinat Pengukuran Tingkat Kebisingan

No X (M) Y(M) Z{ L (dB) }

1 5 15 91,46
2 0 15 91,49
3 10 10 92,97
4 0 5 91,74
5 5 0 92,00
6 10 5 92,71
7 10 0 92,47
8 10 10 92,78
Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan Tabel 5.15. maka dapat dibuat noise mapping pada lantai

produksi dapat dilihat pada Gambar 5.5.

Sumber : Pengolahan Data

Gambar 5.5. Peta Tingkat Kebisingan pada Stasiun Pengolahan Biji

Universitas Sumatera Utara


Dari Gambar 5.5. dapat dilihat secara keseluruhan bahwa area kerja pada

stasiun pengolahan biji menghasilkan tingkat kebisingan yang melebihi nilai

ambang batas yang telah ditentukan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmgrasi yaitu 85 dB untuk 8 jam kerja/hari.

5.5. Waktu Paparan Maksimum yang Diizinkan

Setiap titik pengukuran memiliki tingkat kebisingan yang berbeda,

sehingga setiap titik pengukuran memiliki waktu kerja/paparan maksimum yang

berbeda, sehingga waktu paparannya dihitung dengan menggunakan rumus

berikut:

...........(4)

Dimana :

Ti : Waktu paparan maksimum per hari yang diizinkan (jam)

Leq : Tingkat kebisingan (dB)

8 : Jumlah jam kerja per hari yang di izinkan 85 dB

3 : Exchange rate (angka yang menunjukkan hubungan antara intenstas

kebisingan dengan tingkat kebisingan)

Contoh perhitungan :

Ls : 92,2 dB

Universitas Sumatera Utara


Dengan menggunakan formula:

Ti = 1,86 jam

Tabel 5.16. Waktu Paparan Maksimum yang Diizinkan

L Ti
Titik
(dB) (Jam)
1 91,46 1,86

2 91,49 1,85

3 92,97 1,51

4 91,74 1,78

5 92,00 1,71

6 92,71 1,56

7 92,47 1,61

8 92,78 1,54

Rata-Rata 92,20 1,67


Sumber : Pengolahan Data

Keterangan: L = Tingkat Kebisingan Equivalen

Ti = Waktu Paparan Maksimum yang Diizinkan)

Berdasarkan Tabel 5.16. dilihat Grafik yang menunjukkan perbandingan

waktu kerja aktual dan waktu kerja ideal terhadap paparan kebisingan di setiap

titik pada Gambar 5.6.

Universitas Sumatera Utara


Sumber : Pengolahan Data

Gambar 5.6. Waktu Paparan Maksimum yang Diizinkan

Berdasarkan grafik pada Gambar 5.6. dapat dilihat bahwa waktu paparan

maksimum yang diizinkan di semua titik berada di bawah 2 jam, sehingga

operator tidak dapat bekerja secara produktif selama 8 jam kerja/per hari.

5.6. Daily Noise Dose (DND)

Perhitungan paparan bising yang disamakan dengan Daily Noise Dose

(DND) adalah sebagai berikut:

D= x 100%....................(7)

Dimana

DND : Daily Noise Dose

C : Waktu paparan aktual (jam)

Universitas Sumatera Utara


Ti : waktu paparan maksimum per hari yang diizinkan (jam)

Sebagai contoh untuk operator 1 pada hari 1adalah sebagai berikut:

Diketahui : C= 8 jam dan Ti = 1,86 jam

Maka : D= x 100 % = 861 %

Rekapitulasi perhitungan Daily Noise Dose dapat dilihat pada Tabel 5.17.

dan Gambar 5.7.

Tabel 5.17.Daily Noise Dose (DND)

L Ti DND
Titik (dB) (Jam) (%) Keterangan
1 91,46 1,86 861 Berbahaya
2 91,49 1,85 865 Berbahaya
3 92,97 1,51 1063 Berbahaya
4 91,74 1,78 899 Berbahaya
5 92 1,71 933 Berbahaya
6 92,71 1,56 1028 Berbahaya
7 92,47 1,61 996 Berbahaya
8 92,78 1,54 1037 Berbahaya
Rata-
92,2 31,67 960,3 Berbahaya
Rata
Sumber : Pengolahan Data

Keterangan: L = Tingkat Kebisingan Equivalen

Ti = Waktu Paparan Maksimum yang Diizinkan)

DND/Daily Noise Dose (Menurut NIOSH kriteria dosis aman adalah tidak

lebih dari 100%)

Grafik Daily Noise Dose (DND) aktual dan ideal dapat dilihat pada

Gambar 5.7. dibawah ini.

Universitas Sumatera Utara


Sumber : Pengolahan Data

Gambar 5.7. Grafik Hasil Perhitungan Daily Noise Dose (DND)

Berdasarkan Gambar 5.7. Menurut NIOSH kriteria dosis aman adalah tidak

lebih dari 100% sedangkan dari hasil perhitungan Daily Noise Dose yang

diperoleh semua titik lebih dari 800%, sehingga dikategorikan berbahaya.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Tingkat Kebisingan dengan Paparan Bising

Menurut hasil dari pengolahan data, diperoleh tingkat kebisingan pada

stasiun pengolahan biji melebihi nilai ambang batas berdasarkan Keputusan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia

No.Per.13/MEN/X/2011 yaitu 85 dB untuk 8 jam kerja/hari. Hasil perhitungan

DND dilakukan untuk membandingkan lamanya waktu kerja ideal bagi operator

yang terpapar oleh kebisingan dan waktu kerja aktual saat ini. Waktu kerja ideal

adalah lamanya waktu kerja maksimum yang diizinkan selama operator bekerja

pada tingkat kebisingan tertentu. Sedangkan, waktu kerja aktual adalah waktu

kerja reguler yang ditetapkan oleh perusahaan bagi operator yaitu 8 jam per hari.

Dari hasil pengolahan data, diperoleh bahwa pada stasiun pengolahan biji

memiliki waktu maksimum paparan kebisingan di bawah 2 jam per hari. Dengan

demikian, bila dibandingkan dengan waktu kerja aktual saat ini, dosis kebisingan

telah melebihi nilai batas yang ditetapkan oleh NIOSH yaitu DND = 1 atau 100%.

Dosis kebisingan yang melebihi 1 atau 100% adalah kondisi kebisingan yang

tidak aman atau dapat membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan operator

dalam bekerja. Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan diperoleh persentase

rata-rata nilai DND pada stasiun pengolahan biji masing-masing sebesar 861% -

1037%. Hal ini menandakan bahwa dosis kebisingan telah melebihi standar yang

telah ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan grafik pengolahan data, terlihat bahwa waktu kerja aktual

lebih besar dibandingkan dengan waktu kerja ideal. Hal ini diakibatkan karena

tingginya tingkat kebisingan. Semakin tinggi tingkat kebisingan maka semakin

rendah pula waktu maksimum yang diizinkan.

6.2. Analisis Noise Mapping

Berdasarkan luas ruangan, titik yang diambil untuk pemetaan kebisingan

adalah 8 titik. Nilai equivalen dari setiap titik pengukuran yang mewakili dari

setiap bagian waktu kemudian digunakan untuk membuat peta kebisingan dengan

menggunakan Software Surfer 11.0.

Berdasarkan pemetaan ruangan terlihat bahwa 100 % dari seluruh bagian

stasiun pengolahan biji dalam kondisi yang tidak aman bagi operator. Hal ini

dipengaruhi karena tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin defericafer

pada stasiun pengolahan biji melebihi nilai ambang batas berdasarkan standar

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia

No.Per.13/MEN/X/2011 yaitu 85 dB, sehingga mengakibatkan kondisi tidak

aman pada stasiun pengolahan biji yang terpapar selama 8 jam kerja/per hari.

6.3. Penanggulangan Kebisingan Secara Engineering Control

Pengendalian kebisingan memilik 3 jenis upaya yaitu : pengendalian

secara teknis (Engineering Control), pengendalian administratif (Administrative

Control), dan penggunaan alat pelindung diri. Berdasarkan observasi upaya

Universitas Sumatera Utara


pengendalian kebisingan dengan administratif dan penggunaan alat pelindung diri

yang dilakukan perusahaan sudah ada.

Upaya pertama yang harus dilakukan dalam pengendalian kebisingan

adalah engginering control. Menurut National Institute for Occupational Safety

and Health (NIOSH) proses penanggulangan kebisingan dapat dilakukan secara

engineering control. Salah satu metode dalam engineering control adalah dengan

menambahkan barrier. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Branko

Redicevic dkk dengan judul Design of Noise Protection Of Industrial Plants-Case

Study Of A Plywood Factory mendeskripsikan bahwa dengan menambahkan

barrier antara sumber bunyi (mesin defericafer ) dan pendengar (operator) dapat

mereduksi tingkat kebisingan.

Pemasangan barrier antara sumber bunyi dengan operator harus

mempertimbangkan kondisi operator yang harus mengontrol jalannya produksi

dan mempertimbangkan area kerja operator. Berdasarkan kedua pertimbangan

tersebut, pemasangan barrier perlu dilakukan modifikasi.

Beberapa faktor yang mempengaruhi perancangan barrier di lantai

produksi adalah:

1. Material barrier

Pemilihan material barrier harus dilakukan dengan baik yaitu memiliki

kriteria kedap suara. Berdasarkan hasil penelitian Zvanko Petrovic, dkk

mendeskripsikan bahwa barrier berbahan logam yang dikombinasikan dengan

karet dapat mereduksi kebisingan sampai 14 dB. Berdasarkan penelitian

tersebut maka pemilihan material untuk rancangan barrier berbahan logam

Universitas Sumatera Utara


yang dikombinasikan dengan karet sangat sesuai untuk diterapkan pada

stasiun pengolahan biji.

2. Bentuk barrier

Perancangan bentuk barrier di rancang dengan mengikuti bentuk mesin

defericafer tersebut, dimodifikasi memiliki lubang pada beberapa sisi yang

tidak dapat ditutup oleh barrier sehingga tidak mengganggu perputaran mesin

dan mempermudah operator dalam melakukan maintanance.

3. Posisi barrier

Pertimbangan dalam pemasangan posisi barrier yang paling sesuai adalah

meletakkan langsung pada mesin defericafer, sehingga dengan penambahan

barrier tidak mengganggu jalannya proses produksi. Unit produksi pada

stasiun pengolahan biji sebelum penambahan barrier dapat dilihat pada

Gambar 6.4. Mekanisme fungsi barrier sebagai penghalang kebisingan yang

bersal dari mesin defericafer dapat dilihat pada Gambar 6.5 sedangkan

gambar barrier dapat dilihat pada Gambar 6.6 dan Gambar 6.7.

Universitas Sumatera Utara


Sumber

Gambar 6.4. 3D Mesin Defericafer Sebelum Penambahan Barrier

Gambar 6.5. 3D Mesin Defericafer Sesudah Penambahan Barrier

Gambar 6.4. mesin defricefer sebelum penambahan atau pemasangan

barrier, Gambar 6.5. penambahan barrier pada mesin defricafer dimana

bentuk barrier dirancang sesuai bentuk mesin dan barrier memiliki pintu

Universitas Sumatera Utara


agar peredaman yang terjadi maksimal dan memudahkan operator dalam

melakukan maintenance.

Keterangan:

: Barrier

4. Dimensi barrier

Perancangan yang dilakukan juga memperhatikan dimensi barrier. Adapun

rumus yang digunakan untuk menghitung nilai noise reduction yaitu:

NR = 20 log [(2.π.N)0.5/tan(2.π.N)0.5] + 5 dB .......(1)

Dengan kondisi sebagai berikut:

Jika tinggi barrier (A) : 2,5 m

Tinggi rata-rata operator : 1.65 m

Jarak terdekat melewati penghalang (B) : 0,5 m

Jarak barrier ke operator :1m

Jarak sumber bunyi ke operator (d) : 2 m

Universitas Sumatera Utara


Dengan frekuensi rata-rata : 1000Hz

Sehingga: N = 0,006f(A+B-d)

= 0,006(1000)(2,5+ 0,5 – 2) = 6

NR = 20 log [(2.π.N)0.5/tan(2.π.N)0.5] + 5 dB

= 20 log [(2x 3,14x 6)0.5/tan(2 x 3,14x 6)0.5] + 5 dB

= 20 log [6,13/0,47] + 5 dB

= 20 log 54,0 + 5 dB

= 20 (1,65) + 5 dB

= 38 dB

Berdasarkan perhitungan diperoleh total noise reduction pada barrier

sebesar 38 db.

Tingkat kebisingan yang diterima oleh operator di setiap posisi memiliki

hasil yang berbeda-beda. Sehingga, dengan adanya penghalang berupa barrier

tingkat kebisingan yang diterima oleh operator semakin berkurang. Tabulasi

tingkat kebisingan yang diterima oleh operator sebelum dan perkiraan sesudah

dilakukan penanggulangan dengan barrier dapat dilihat pada Tabel 6.3.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 6.3. Perbandingan Tingkat Kebisingan Sebelum dan Sesudah Reduksi

dengan Barrier

Keadaan Noise Keadaan


NAB
Titik Sebelum Reduction Sesudah Keterangan
Penanggulangan Penanggulangan
(dB) (dB)
1 91,46 38 85 53,46 Aman
2 91,49 38 85 53,46 Aman
3 92,97 38 85 53,49 Aman
4 91,74 38 85 54,97 Aman
5 92,00 38 85 53,74 Aman
6 92,71 38 85 54 Aman
7 92,47 38 85 54,71 Aman
8 92,78 38 85 54,47 Aman
Rata-
92,20 38 85 54,78 Aman
rata

Berdasarkan Tabel 6.5. dapat dilihat perbandingan Leq setelah reduksi

dengan NAB untuk Barrier pada Gambar 6.6.

Gambar 6.6. Perbandingan Leq Sesudah Direduksi dengan NAB

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan Gambar 6.6. bahwa tingkat kebisingan pada stasiun

pengolahan biji sudah berada di bawah NAB berdasarkan standard Keputusan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.13/MEN/X/2011 yaitu 85 dB

untuk 8 jam kerja/hari.

Berdasarkan data tingkat kebisingan setelah dilakukan penanggulangan,

maka dapat digambar peta kontur kebisingan sebagaimana ditunjukkan pada

Gambar 6.7 dan Gambar 6.8.

Gambar 6.7. Peta Kebisingan Aktual

Universitas Sumatera Utara


Gambar 6.8. Peta Kebisingan Sesudah Penanggulangan Menggunankan

Barrier

Berdasarkan Gambar 6.8. bahwa tingkat kebisingan pada stasiun

pengolahan biji sudah berada di bawah NAB dan aman berdasarkan standard

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.13/MEN/X/2011

yaitu 85 dB untuk 8 jam kerja/hari.

Pemasangan barrier tidak berpengrauh terhadap elemen kerja yang

dilakukan oleh operator namun berpengaruh terhadap kegiatan maintenance di

stasiun pengolahan biji yang dapat dilihat pada Tabel 6.4

Universitas Sumatera Utara


Tabel 6.4. Elemen Kerja Pekerja Sebelum dan Sesudah dilakukan

Penanggulangan

Elemen Gerakan
No
Sebelum NR (Noise Reduction) Sesudah NR (Noise Reduction)
1 Maintenance Mesin Membuka pintu barrier
2 Maintenance Mesin
3 Menutup pintu barrier

Dari hasil rekapitulasi elemen kerja pekerja sesudah dilakukan noise

reduction terdapat dua penambahan elemen kerja yaitu membuka pintu barrier

dan menutup pintu barrier. Karena perancangan bentuk barrier di rancang dengan

mengikuti bentuk mesin defericafer tersebut, barrier di desain memiliki pintu

agar memudahkan operator dalam melakukan maintenance. Oleh karena itu

terdapat penambahan dua elemen kerja pada saat maintenance.

6.4. Pembahasan

Dari analisis yang dilakukan, perhitungan Noise reduction didapatkan

hasil 38 dB, kondisi pada stasiun pengolahan biji dinyatakan aman, perancangan

barrier berbahan logam yang dikombinasikan dengan karet sesuai untuk

diterapkan pada stasiun pengolahan biji, penelitian yang dilakukan zvanko

petrovic dkk, dapat mereduksi kebisingan sampai 14 dB, barrier berbahan logam

yang dikombinasikan dengan karet. Apabila 14 dB diterapkan pada penelitian ini

kondisi stasiun pengolahan biji dalam tetap keadaan aman, tetapi tidak terlalu jauh

berkurang dari nilai ambang batas menurut menteri tenaga kerja dan transmigrasi

yaitu 85 dB dalam 8 jam kerja. Tabulasi tingkat kebisingan yang diterima oleh

Universitas Sumatera Utara


operator sebelum dan perkiraan sesudah dilakukan penanggulangan dengan

barrier menurut penelitian zvanko petrovic dengan noise reduction 14 dB dapat

dilihat pada Tabel 6.5.

Tabel 6.5. Perbandingan Tingkat Kebisingan Sebelum dan Sesudah Reduksi

menurut penelitian Zvanko Petrovic dengan Noise Reduction 14 dB

Keadaan Noise Keadaan


NAB
Titik Sebelum Reduction Sesudah Keterangan
Penanggulangan (dB) (dB) Penanggulangan
1 91,46 14 85 77,46 Aman
2 91,49 14 85 77,49 Aman
3 92,97 14 85 78,97 Aman
4 91,74 14 85 77,74 Aman
5 92,00 14 85 78 Aman
6 92,71 14 85 78,71 Aman
7 92,47 14 85 78,47 Aman
8 92,78 14 85 78,78 Aman
Rata-
92,20 14 85 78,20 Aman
rata

Berdasarkan data tingkat kebisingan setelah dilakukan penanggulangan

menurut penelitian zvanko Petrovic, maka dapat digambar peta kontur kebisingan

sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 6.9.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 6.9. Peta Kebisingan Sesudah Penanggulangan Menurut Penelitian

Zvanko Petrovic

Universitas Sumatera Utara


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil analisis dan pembahasan

yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Tingkat kebisingan Ekuivalen di stasiun pengolahan biji pada siang dan

malam hari telah melebihi standar Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi RI No.Per.13/MEN/X/2011 yaitu 85 dB untuk 8 jam kerja/hari.

2. Pemetaan kebisingan mengunakan software surfer 11.0 menujukkan bahwa

pada stasiun pengolahan biji telah melebihi nilai ambang batas berdasarkan

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI

No.Per.13/MEN/X/2011 yaitu 85 dB dari 8 titik pengukuran yang dilakukan.

3. Penanggulangan kebisingan dilakukan dengan pemasangan barrier pada

sumber bising yang mampu mereduksi tingkat kebisingan 38 dB sehingga

diperkirakan area kerja pada stasiun pengolahan biji dalam kondisi aman.

7.2. Saran

Saran yang diberikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan, apabila hendak menerapkan pemasangan barrier pada

sumber bising di stasiun pengolahan biji maka perlu dilakukan penelitian

lanjutan mengenai bahan barrier, bentuk barrier, dan posisi barrier untuk

mendapatkan hasil reduksi yang lebih maksimal.

Universitas Sumatera Utara


2. Perusaahaan harus lebih tegas terhadap karyawan dalam pelaksanaan

kesehatan dan keselamatan kerja seperti penggunaan APD.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

[1] Iftikar Z. Sutalaksana dkk, Teknik Perancangan Sistem Kerja, (Bandung:

Institut Teknologi Bandung, 2006).

[2] T.S.S. Jayawardana, dkk. 2014. Analysis of noise level from different sawmills

and its evironmental effects in yenagoa metropolis. Jurnal Vol 2 No.6

Wilberforce Island, Amassoma, Bayelsa State, Nigeria.

[3] I Ketut Widana, dkk. 2014. Kebisingan Berpengaruh Terhadap Beban Kerja

Dan Tingkat Kelelahan Tenaga Kerja Di Industri Pengolahan Kayu. Jurnal

isssn: 2407-1846

[4] Dedy Fredianta G. 2013. Analisis Tingkatkebisingan Untuk Mereduksi Dosis

Paparan Bising di PT. XYZ. Jurnal Teknik Industri FT USU Vol 2, No. 1,

universitas sumatera utara, Medan.

[5] Nungki Dwi Setyantoro. 2012. Analisa Kebisingan Ruang Produksi Es Balok

Dalam Upaya Mengurangi Tingkat Kebisingan Kerja di PDAU Tirta

Rahayu Kab. Trenggalek. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jatim, Surabaya.

[6] Yaya Adi Yusa. 2014. Perancangan Enclosure Kebisingan Pada Mesin

Pengiling Kain di CV Linda Makmur . Institut Teknologi Sepuluh

Nopember.Surabaya.

[7] Satwiko, Prasasto. 2008. Fisika Bangunan.Yogyakarta: Penerbit Andi.

[8] Mediastika, Christina E. 2009. Material Akustik Pengendali Kualitas Bunyi

pada Bangunan. Yogyakarta :Penerbit Andi.

[7] Satwiko, Prasasto. 2008. Fisika Bangunan.Yogyakarta: Penerbit Andi.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA (Lanjutan)

[9] Suma’mur. 2009.Higene Perusahaan danKesehatanKerja, Jakarta: Penerbit

CV. Gunung Agung.

[10] Gavriel, Salvendy. 1997. Handbook of Human Factors and Ergonomics.

Canada : John Wiley & Sons Published.

[11] Buchari. 2007, Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program.

Medan:USU.

[8] Mediastika, Christina E. 2009. Material Akustik Pengendali Kualitas Bunyi

pada Bangunan. Yogyakarta :Penerbit Andi.

[7] Satwiko, Prasasto. 2008. Fisika Bangunan.Yogyakarta: Penerbit Andi.

[15] Saenz, A. Lara, dkk. 1986. Noise Pollution (Editing). Paris: ICSU&SCOPE

[16] Occupational Safety and Health Administration (OSHA)

[17] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996

[18] Perturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor

Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011

[20] National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH)1996

[8] Mediastika, Christina E. 2009. Material Akustik Pengendali Kualitas Bunyi

pada Bangunan. Yogyakarta :Penerbit Andi.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA (Lanjutan)

[8] Mediastika, Christina E. 2009. Material Akustik Pengendali Kualitas Bunyi

pada Bangunan. Yogyakarta :Penerbit Andi.

[8] Mediastika, Christina E. 2009. Material Akustik Pengendali Kualitas Bunyi

pada Bangunan. Yogyakarta :Penerbit Andi.

[24] Guide Q.S. 2012. Surfer 11 counturing & 3D Surface Mapping For Scientist

and Enginers. USA.

[7] Satwiko, Prasasto. 2008. Fisika Bangunan.Yogyakarta: Penerbit Andi.

Universitas Sumatera Utara


Scanned by CamScanner

Universitas Sumatera Utara


Scanned by CamScanner

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Scanned by CamScanner

Universitas Sumatera Utara


Scanned by CamScanner

Universitas Sumatera Utara


Scanned by CamScanner

Universitas Sumatera Utara


Scanned by CamScanner

Universitas Sumatera Utara


Scanned by CamScanner

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai