TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh :
DIAN AMRU DAMANIK
NIM. 060403033
No. Dok.: FM-TS-01-06A; Tgl. Efektif : 1 Februari 2010; Rev : 0; Halaman : 1 dari 1
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
DIAN AMRU DAMANIK
NIM. 060403033
Disetujui Oleh :
Puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan kuasa-Nya
Laporan Tugas Sarjana merupakan salah satu syarat akademis yang harus
Utara. Laporan ini berisi tentang keadaan dan aktivitas yang dilakukan mahasiswa
Hasil yang optimal berusaha penulis berikan dalam Laporan Tugas Sarjana
ini namun disadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam
Laporan Tugas Sarjana ini, karena itu diharapkan saran yang membangun demi
Penulis
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, baik berupa materi, moral,
Industri USU.
3. Bapak Aulia Ishak, ST, MT selaku dosen Kordinator Tugas Sarjana yang
5. Bapak Ir. Tanib S. Tjolia, M.Eng. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
6. Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
Produksi dan Bapak Ikhsan Siregar, ST, M.Eng yang juga telah banyak
Mahogany Lestari.
saudara penulis yang telah mendukung penulis dalam doa, materi, moral
10. Rekan satu tim Tugas Sarjana antara lain Jefry Darma M. Napitupulu,
Sarjana.
11. Rekan penulis Sartono Sinaga yang telah memberikan banyak masukan
12. Sahabat-sahabat terdekat penulis antara lain Dendi Rinaldi, M. Iman Rizki,
Putra, Ahmad F Alkaromi, Novrizal, Bebby Nst dan Andrico Ferdian yang
14. Semua rekan-rekan Teknik Industri USU stambuk 2006 yang telah
15. Terakhir buat saudara dan sahabat saya di kost Pak Abdi, Pak Irul, Bang
Yudi, Bang Iqbal, Bowo, Bang Jabbar, Mas Ari, Mas Aswin, Mas Wiwin,
Mas Wawan, Kak Putri, Mbak Aisyah dan Yuni atas nasehat dan
Penulis,
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
TABEL HALAMAN
2.1. Jenis Model Produk yang Dihasilkan PT. Mahogany Lestari.......... II-2
2.5. Daftar Mesin Produksi yang Digunakan di PT. Mahogany Lestari . II-20
2.6. Daftar Peralatan yang Digunakan di PT. Mahogany Lestari ........... II-24
5.5. Waktu Siklus Processor Tipe Daun Pintu Colonial 8P ................... V-7
5.6. Waktu Siklus Processor Tipe Daun Pintu Napoleon 6P ................. V-8
5.7. Waktu Siklus Processor Tipe Daun Pintu Colonial 6P ................... V-8
5.8. Waktu Siklus Processor Tipe Daun Pintu Colonial 4P ................... V-8
5.9. Waktu Siklus Processor Tipe Daun Pintu Carolina 6P ................... V-9
5.10. Waktu Muat Semua Tipe WC I, II, III, VII .................................... V-10
TABEL HALAMAN
5.25. Rekapitulasi Uji Kecukupan Waktu Proses WC I, II, III, VII, dan
5.27. Perhitungan Waktu Normal dan Waktu Baku WC I, II, III, VII,
5.28. Perhitungan Waktu Normal dan Waktu Baku Tiap Tipe ................ V-27
TABEL HALAMAN
5.29. Waktu Penyelesaian Job Pada Setiap Stasiun Kerja (Menit) ........... V-29
5.30. Hasil Perhitungan Makespan Aktual Produksi Daun Pintu ............. V-31
5.33. Waktu Penyelesaian Tiap Job Iterasi 1 (Dalam Menit) ................... V-35
5.41. Hasil Iterasi Pertukaran Urutan Job untuk T0 = 200 ....................... V-42
5.43. Hasil Iterasi Pertukaran Urutan Job untuk T = 180,5 ...................... V-44
TABEL HALAMAN
Annealing...................................................................................... VI-6
GAMBAR HALAMAN
2.3. Block Diagram Proses Produksi Daun Pintu Tipe Colonial 8P ....... II-16
LAMPIRAN HALAMAN
4. Surat Permohonan Riset Tugas Sarjana ke PT. Mahogany Lestari ......... L-12
PENDAHULUAN
untuk menyusun suatu urutan prioritas kerja (sequencing) yang sesuai dengan
loading beban kerja pada seluruh stasiun kerja jika telah dapat dipastikan
sumber telah tersedia (available) antara lain pengadaan bahan baku, kapasitas
operator, kapasitas mesin, dan rancangan gambar teknik dari produk yang
penjadwalan realtime yang diterapkan perusahaan masih lebih besar dari due date
yang telah ditentukan customer. Order yang datang terdiri dari beberapa tipe
varian produk dalam sekali order dengan jumlah tertentu. Hal ini juga menambah
yang telah selesai diselesaikan beberapa tiap stasiun kerja bersifat multiguna,
penyelesaian seluruh order dari kondisi penjadwalan yang ada. Untuk itu perlu
dengan order yang ada. Selain itu, belum ada tindakan lebih lanjut dari pihak
kemampuan kerja mesin, waktu kerja operator, ketersediaan bahan baku, ataupun
produksi.
Oleh karena itu, dituntut untuk mencari solusi pemecahan masalah optimal
optimal kepada pihak perusahaan dalam memenuhi order dari pelanggan. Untuk
langkah-langkah diantaranya:
2. Penelitian dilakukan pada unit produksi daun pintu di dua belas work center di
lantai produksi PT. Mahogany Lestari, Jl. Bintang Terang, Gg. Bintang No. 7
3. Data order seluruh tipe varian produk yang akan dijadwalkan diambil dari data
jenis varian utama, yaitu Colonial 8P, Napoleon 6P, Colonial 6P, Colonial 4P,
1. Setiap job dapat dikerjakan atau melalui mesin-mesin yang sama sehingga
waktu proses (waktu siklus) untuk tiap job bernilai sama pada WC tertentu.
2. Tidak terjadi kerusakan mesin dan penghentian kerja operator pada saat
3. Rating factor untuk operator yang bekerja pada mesin dan membentuk regu
proses annealing.
pihak, di antaranya:
2. Pihak perusahaan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan tugas akhir ini dapat
tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian dan asumsi yang digunakan dalam
sejarah dan gambaran umum perusahaan, struktur organisasi dan manajemen serta
proses produksi. Juga disertakan uraian peta aliran proses (flow process chart)
Bab III memuat Landasan Teori yang berisikan teori-teori yang digunakan
dalam analisis pemecahan masalah anatara lain Teori Pengukuran Waktu, Teori
penelitian yang berhubungan dengan topik yang disertakan pada Daftar Pustaka.
penelitian, pengambilan data waktu proses, pengolahan data, analisis hasil sampai
kesimpulan urutan jadwal produksi yang akan diusulkan untuk pengerjaan order
perusahaan.
data pengukuran waktu proses, Rf dan Allowance, dan data sekunder berupa
jumlah order yang datang serta duedate yang ditetapkan, serta pengolahan data
pengolahan data dan alternatif dari pemecahan masalah. Pada bab ini akan
perusahaan yaitu penjadwalan aktual dengan Least Slack Time terhadap metode
Simulated Annealing.
Bab VII merupakan bagian akhir yang berisi Kesimpulan dan Saran yang
menjabarkan kesimpulan urutan job yang dapat disusulkan yang diperoleh dari
perusahaan.
Arts & Crafts. Didirikan pada tanggal 27 November 1991 sesuai akta notaries Ibu
Sundari Siregar, SH No. 10. Penggantian ini dikarenakan adanya suatu perubahan
untuk merubah badan hukum perusahaan yang sesuai dengan akta No. 29.
PT. Mahogany Lestari memproduksi daun pintu dan kusen pintu. Namun
produk daun pintu. Hasil produksinya diekspor ke luar negeri seperti Singapura
dan negara-negara di benua Afrika. PT. Mahogany Lestari dikoordinir oleh suatu
badan resmi yang bertujuan untuk menjaga persaingan perusahaan daun pintu dan
pengolahan kayu dalam pembuatan daun pintu dengan bahan baku yang
digunakan adalah jenis kayu durian yang diperoleh dari kota Tebing Tinggi,
Binjai dan Bahorok. Bahan tambahan yang digunakan dalam pengolahan kayu ini
adalah bahan-bahan seperti label, karton pengaman siku, plat baja/plat plastik,
plastik, lem syntheco, dan tepung dempul yang dapat meningkatkan mutu dan
Berbagai jenis model produk yang sering diproduksi oleh PT. Mahogany
Tabel 2.1. Jenis Model Produk yang Dihasilkan PT. Mahogany Lestari
pesanan dari pelanggan (job order) dimana pelanggan (customer) datang atau
membawa gambar produk yang ingin dipesan, dan digambarkan sesuai dengan
spesifikasi yag disebutkan dalam bentuk sketsa, ataupun pelanggan dapat memilih
PT. Mahogany Lestari berlokasi di Jl. Bintang Terang Gg. Bintang No. 7
pada pasar internasional untuk diekspor, yaitu ke negara Singapura, Australia dan
ke pasar domestik karena izin yang digunakan pada PT. Mahogany Lestari adalah
dapat dikenali dengan karakteristik pembagian tugas dan tanggung jawab kerja
berdasarkan fungsi masing-masing bagian, dan tidak ada perintah kerja langsung
dari direktur ke para pekerja di lantai produksi. Tipe fungsional juga ditandai
dengan adanya hubungan orizontal antara kepala bagian, dimana kepala bagian
yang satu tidak berhak memerintah kepala bagian yang lainnya tetapi dalam
akan mempengaruhi pekerjaan yang lain. Struktur organisasi dari PT. Mahogany
Pembagian tugas dan tanggung jawab pada PT. Mahogany Lestari dibagi
menurut fungsi yang telah di tetapkan. Fungsi dan tanggung jawab ini ditetapkan
berdasarkan posisi dan jabatan di perusahaan. Pembagian uraian kerja ini dikenal
dengan job description. Adapun tugas dan tanggung jawab anggota struktur
PT. Mahogany Lestari memiliki dua jenis tenaga kerja yaitu tenaga kerja
tetap dan tenaga kerja harian. Tenaga kerja tetap terdiri dari pimpinan, kepala
seksi, dan karyawan kantor. Sedangkan tenaga kerja harian biasanya karyawan
yang bekerja pada bagian produksi. Jumlah tenaga kerja di perusahaan ini
sebanyak 200 orang. Rincian jumlah tenaga kerja di PT. Mahogany Lestari dapat
Jam kerja untuk tenaga kerja setiap hari adalah sebagai berikut :
Jam kerja bagi karyawan kantor dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Seksi Seksi
Satpam/ Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Pemasaran Seksi
Pengetaman& Akuntansi Kasir Perawatan
Umum Personalia Lapangan KD Proses Pengeleman Perakitan Finishing QC Persediaan Pembelian Ekspor Listrik
Pemotongan Mesin
pekerja, apakah karyawan tetap atau tenaga kerja harian. Dimana pemberian upah
dan sebagainya dari karyawan yang bersangkutan. Pajak atas upah menjadi
terdiri atas :
a. Upah pokok
b. Insentif
c. Tunjangan makan
suatu jaminan sosial dan tunjangan kepada karyawan. Adapun tunjangan yang
b. Biaya pengobatan/kesehatan
dibayar. Apabila sakit dalam jangka waktu yang lama dan dapat dibuktikan
dengan surat keterangan dokter, maka upahnya dibayar sesuai dengan ketentuan
sebagai berikut :
suatu sistem yang dapat mengendalikan produk ataupun bahan baku agar tidak
menjauhi spesifikasi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Standar yang
diterapkan ini sangat mempengaruhi kualitas produk yang ingin dipasarkan dan
Pembagian tingkatan mutu ini dilihat berdasarkan cacat kayu atau produk dari
akan digunakan.
Warna kayu dapat terlihat tidak baik karena adanya noda-noda akibat
jamur, hal ini dapat dicegah dengan melakukan pengeringan secara cepat sehingga
persentase air pada balok kayu menjadi 11-12%. Pengeringan seperti ini sulit
kayu. Lubang paling banyak terjadi adalah lubang jarum yang ukurannya sangat
Pecah pada permukaan kayu ini terjadi akibat permukaan kayu gergajian
menyusut sedangkan bagian dalam tetap berada pada keadaan normal. Serat-
permukaan.
b. Celah-celah
Pecahan yang terjadi pada permukaan kayu yang dikeringkan secara alami.
Ada beberapa jenis mutu produk daun pintu. Namun perusahaan ini
Pin hole yang terdapat pada satu pintu maksimum 50 buah dan tidak boleh
menumpuk pada satu tempat. Pin hole ini harus didempul dengan baik
Maksimum 30 buah untuk 1 pintu dan harus disisip dengan kayu sehingga
c. Colour Matching
pintu.
e. Sap Wood yang terang (tidak mati warna) maksimum 50% dari lebar
i. Tidak diperbolehkan Any unsound defect (setiap cacat unsound), seperti: pecah
dalam (honey combing), retak memanjang, mata kayu mati dan lain-lain.
proses produksi di PT. Mahogany Lestari dapat dikelompokkan atas bahan baku,
a. Bahan Baku
jadi atau kayu belahan dengan jenis kayu durian yang bersumber dari daerah
b. Bahan Penolong
Bahan penolong yang digunakan oleh PT. Mahogany Lestari adalah kertas
ampelas, kertas ini digunakan untuk menghaluskan permukaan kayu dari produk
c. Bahan Tambahan
dikirim.
3. Plat Baja/Plat Plastik, digunakan untuk mengikat bundelan daun pintu yang
4. Plastik, digunakan untuk membungkus daun pintu yang telah selesai dirakit.
profil untuk penyambung rail, mullion dan style dengan menggunakan dowel.
Uraian proses produksi dapat dilihat berdasarkan contoh model daun pintu
produksi model daun pintu lainnya dan keseluruhan dari proses produksi yang
terjadi dilantai produksi pabrik. Gambar contoh daun pintu untuk tipe Colonial 8P
sebagai berikut:
1. Style (ST) merupakan bingkai paling luar dari sebuah pintu sebelah kiri dan
kanan. Pada sebuah daun pintu terdapat 2 buah style yang masing-masing
beralur yang sudah dibor pada kedua ujungnya sebagai tempat pasak yang
disebut dowel.
2. Top Rail (TR) merupakan komponen yang beralur pada salah satu sisinya dan
pada kedua ujungnya. TR berada dibagian atas daun pintu dan digabungkan
3. Medium Rail (MR) merupakan komponen yang beralur pada kedua sisi dan
P M P
MR
P M P
ST MR ST
P M P
MR
P M P
BR
4. Bottom Rail (BR) merupakan komponen yang beralur pada salah satu sisinya
dan kedua ujungnya. BR berada pada bagian bawah pintu dan digabungkan
5. Mullion (M) merupakan balok beralur pada kedua sisinya yang akan
MR. MR-MR dan MR-BR, terdapat 4 unit M pada daun pintu jenis ini.
bentuk sudut, dimana terdapat 8 unit panel pada daun pintu jenis ini.
Proses produksi daun pintu untuk tipe Colonial 8P dapat dilihat dari block
1. Penyortiran
Penyortiran merupakan tahap awal yang dilakukan pada proses produksi daun
2. Pengeringan
Proses pengeringan yang dilakukan di PT. Mahogany Lestari terdiri dari dua
dalam ruangan pengering atau Kiln Dryer (KD). Pengeringan alami sangat
lambat dan bergantung kepada keadaan cuaca alam, baik dari intensitas panas
matahari maupun sirkulasi udara yang terjadi di sekeliling susunan balok kayu
mengurangi kadar air sampai 12%. Selain utnuk mengurangi kadar air pada
balok kayu, di KD juga dilakukan pemberian obat anti rayap. Untuk mengukur
kadar air digunakan alat ukur jenis tokok yang bentuknya seperti jarum suntik
yang dimasukkan ka dalam kayu sehingga kadar air dapat diketahui. Balok
adalah sisi atas dan sisi bawah dari balok kayu. Mesin yang digunakan pada
proses ini adalah Blanking Planner. Balok kayu hasil pengetaman awal ini
4. Cutting (Pemotongan)
dipotong dengan menggunakan mesin under cut sesuai dengan ukuran yang
5. Rolling (Pelurusan)
Balok kayu yang telah dipotong kasar, kemudian dibawa ke bagian rolling
Rolling.
6. Laminating (Penyambungan)
Pengeringan Pengeringan
Blanking Blanking
Cutting Cutting
Rolling Rolling
Laminating Laminating
Moulding Moulding
Pengeboran Pengeboran
Dowell
Perakitan
Ampelas
Shanding
Finishing
Plastik
Packing
Gambar 2.3. Block Diagram Proses Produksi Daun Pintu Tipe Colonial 8P
dengan laminating. Mesin yang digunakan adalah Hot Press. Pada proses ini
kayu yang digabungkan adalah kayu yang grade dan warnanya sama sehingga
7. Pemotongan bersih
Pada bagian ini, kayu dipotong sesuai dengan ukurannya yang disesuaikan
selanjutnya.
Pada proses ini, balok kayu diketam pada keempat permukaan sisinya. Proses
ini bertujuan untuk mencegah adanya permukaan yang tidak rata akibat
menghaluskan dua sisi permukaan saja yaitu sisi atas dan sisi bawah
sisinya.
9. Pembuatan Profil
Proses ini bertujuan untuk membuat profil/pola. Pembuatan profil ada dua
yaitu pembuatan profil panjang dengan menggunakan mesin shaper dan profil
yang dikerjakan adalah ST yang menggunakan meisn Six Head Bor, serta TR,
MR, BR, dan M menggunakan mesin Double Head Bor dan Single Bor/One
Head Bor.
11. Perakitan
digunakan adalah mesin Shanding, dan selain itu juga dilakkukan pembersihan
bagian yang kasar atau untuk menutupi lubang-lubang kecil yang ada di
permukaan pintu.
14. Packing
Proses ini diawali dengan pemberian label dan karton pengaman, kemudian
menyatukan pintu pada satu bundelan (10 pintu) dibungkus dengan plastik
secara manual.
produksi di lantai produksi pada PT. Mahogany Lestari adalah sebagai berikut:
Nama Jumlah
No. Fungsi
Peralatan (unit)
Membersihkan produk dari debu dengan cara
1 Air Gun menyemprotkan produk dengan udara 9
bertekanan tinggi
Memanaskan plastik pembungkus agar rekat
2 Dryer 2
satu sama lain
3 Forklift Alat angkut untuk memindahkan material 3
Alat angkut untuk memindahkan material yang
4 Handlift 2
digerakkan dengan cara manual
5 Cutter Menyisip produk dengan kulit kayu 20
Meja
6 Meja untuk melakukan penyisipan 20
Penyisipan
Merapikan produk dari permukaan yang kurang
7 Pahat 20
rata
Menghaluskan produk dengan cara menggosok
8 Handshanding 8
secara manual
9 Mesin Packing Mengikat produk kedalam satu bundelan 1
10 Meteran Mengukur ukuran kayu yang digunakan 100
Mengukur diameter dan ukuran dari
11 Jangka Sorong 10
pembentukan lubang dan profil
Sumber : Bagian Produksi PT. Mahogany Lestari
LANDASAN TEORI
pekerjaan dan mencatat waktu kerja dengan menggunakan alat yang sesuai.
Waktu yang diukur adalah waktu siklus dari pekerjaan itu yaitu waktu
penyelesaian dalam satuan waktu mulai dari bahan baku, diperoses hingga
menjadi produk jadi. Pengukuran waktu kerja ini akan berhubungan dengan
suatu pekerjaan. Waktu baku tersebut merupakan waktu yang dibutuhkan secara
wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang
1
Sutalaksana, Z. I., A. Ruhana, dan J. H. Tjakraatmadja, Teknik Tata Cara Kerja. Bandung:
Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung, 1979. hal. 118.
2
Barnes, R.M., Motion and Time Study and Work Measurement. John Wiley & Sons Inc, New
York. 1980.
Waktu standar adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator untuk
menyelesaikan satu siklus kegiatan yang dilakukan menurut metode tertentu, pada
waktu terdiri dari dua bagian, pertama teknik pengukuran secara langsung dan
kedua secara tidak langsung. Untuk pelaksanaannya penelitian waktu dapat dibagi
3. Mengamati dan mencatat informasi mengenai operasi dan operator dari objek
yang diamati.
situasi dan kondisi pekerjaan yang dilakukan. Dengan demikian waktu baku ini
dapat digunakan sebagai alat untuk membuat rencana penjadwalan kerja yang
bagian yaitu 3:
Misalnya aktivitas data waktu baku (standard data), dan data waktu gerakan
yang telah ditentukan secara random/acak. Untuk ini biasanya satu hari kerja
3
Wignjosoebroto. Sritomo. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Teknik Analisis untuk
Produktivitas Kerja Surabaya: Guna Widya, 2000. hal. 170.
panjang.
dibaca dan dicatat. Untuk mengukur elemen kerja lainnya jarum stop-watch
dikembalikan ke titik 0.
pencatatan terhadap waktu kumulatif dilakukan pada setiap akhir dari masing-
rupa, sehingga stop-watch akan berkerja secara bergantian. Dua atau tiga stop-
watch dalam hal ini akan didekatkan sekaligus pada papan pengamatan dan
Cara jam henti dan sampling pekerjaan adalah pengukuran kerja secara
4
Barnes, R.M., Motion and Time Study and Work Measurement. John Wiley & Sons Inc, New
York, 1980.
dari cara ini, akan didapatkan waktu standard dari suatu pekerja yaitu waktu yang
dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan.
langkah-langkah berikut 5:
dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat
ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut.
Misalnya jika waktu standard yang akan diperoleh dimaksudkan untuk dipakai
sebagai dasar jumlah tenaga kerja optimal, maka ketelitian dan keyakinan tentang
hasil pengukuran harus tinggi karena menyangkut prestasi dan kebutuhan jumlah
Tujuan utama dari aktivitas pengukuran kerja adalah waktu baku yang
harus dicapai oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu
baku yang ditetapkan untuk suatu pekerjaan tidak akan benar apabila metoda
5
Sutalaksana, Z. I., A. Ruhana, dan J. H. Tjakraatmadja, Teknik Tata Cara Kerja. Bandung:
Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung, 1979.
proses produksi lainnya berubah pula, atau kondisi-kondisi kerja lainnya sudah
berbeda dengan kondisi kerja pada saat waktu baku tersebut ditetapkan jadi waktu
baku pada dasarnya adalah waktu penyelesaian pekerjaan untuk suatu system
Dari hasil pengukuran waktu akan diperoleh waktu yang pantas diberikan
kepada pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu kerja yang pantas
merupakan waktu kerja yang didapat dari kondisi kerja yang baik. Untuk itu perlu
ditetapkan secara tertulis kondisi kerja dan metode kerja yang baik.
3. Memilih operator
Operator yang dipilih adalah pekerja yang pada saat pengukuran dilakukan
dapat bekerja secara wajar dan operator mampu bekerja sama dengan pengamat.
Hal ini dimaksud karena operator mungkin akan mencurigai maksud-maksud dari
pengukuran tersebut, sehingga operator bekerja tidak wajar. Operator harus dapat
bekerja secara wajar tanpa canggung walaupun dirinya sedang diukur dan
diperlukan latihan bagi operator tersebut, terutama jika kondisi dan cara kerja
Hal ini terjadi jika pada saat penelitian kondisi kerja atau cara kerja sudah
mengalami perubahan. Dalam keadaan ini operator harus dilatih terlebih dahulu
karena sebelum diukur harus terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang telah
ditetapkan.
akan diukur waktu siklusnyanya. Waktu siklus adalah waaktu penyelesaian satu
satuan produksi sejak bahan baku mulai diproses di tempat kerja yang
waktu yang dibutuhkan untuk menggabungkan bagian bawah ballpen, pegas, isi
dan bagian atasnya sehingga merupakan suatu ballpen yang lengkap. Gerakan-
Setelah lima langkah diatas dijalankan dengan baik, tibalah sekarang pada
b. Lembaran-lembaran pengamatan
d. Papan pengamatan
alat-alat yang disiapkan di atas. Hal pertama yang dilakukan adalah pengukuran
keyakinan yang telah ditetapkan pada saat menjalankan langkah penetapan tujuan.
kedua. Setelah pengukuran tahap kedua ini selesai, maka akan diikuti lagi dengan
ketiga hal seperti di atas bila perlu dilanjutkan dengan pengukuran pengukuran
hasil yang diperoleh telah memenuhi syarat ketelitian yang ditentukan 6. Jadi
mendapatkan hasil yang demikian adalah 95%. Dengan kata lain, jika pengukur
tingkat kepercayaan 95 % karena dilihat dari segi biaya, resiko, dan safety. Sebab
dalam pengukuran waktu tingkat ketelitian seperti ini memang lazim digunakan
dan keakuratannya dianggap sudah mewakili data yang ada karena jika kesalahan
terjadi tidak menyebabkan kesalahan fatal maupun resiko seperti dalam meneliti
6
Sutalaksana, Z. I., A. Ruhana, dan J. H. Tjakraatmadja, Teknik Tata Cara Kerja. Bandung:
Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung, 1979.
Selain kecukupan data harus dipenuhi dalam pelaksanaan time study maka
yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa data yang dikumpulkan harus seragam.
dengan cara visual atau mengaplikasikan peta kontrol (control chart) yang disebut
dan cepat. Disini hanya dilihat data yang dikumpulkan dan seterusnya
prinsipnya adalah setiap data diplot dalam suatu peta kontrol, kemudian dilihat
Batas-batas kontrol yang dibentuk dari data merupakan batas seragam atau
tidak seragamnya data. Data dikatakan seragam apabila data berada diantara
kedua batas kontrol dan tidak seragam apabila berada diluar batas kontrol atas
Dalam penentuan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah
(BKB) untuk tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 5% digunakan batas
BKA = X + 2σ
=
BKA = X − 2σ
=
7
Wignjosoebroto. Sritomo. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Teknik Analisis untuk
Produktivitas Kerja Surabaya: Guna Widya, 2000. hal. 194.
8
Sutalaksana, Z. I., A. Ruhana, dan J. H. Tjakraatmadja, Teknik Tata CaraKerja. Bandung:
Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung, 1979.
Subgroup Average
BKA
SENTRAL
BKB
Subgroup Number
Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil
dimana 10:
__
X j = Data pengamatan ke-j (j = 1,2,2,...,N)
=
X = Harga rata-rata
∑ Xi
k __
=
X = i =1
σ=
∑ (Xi − X )
2
n −1
0,05 X = 2σ_
__
∑ ∑
40 N Xj 2 − Xj
(∑ x )
∑ i
40 n x 2 −
N N
N =
2
N'=
∑ xi
j =1 j =1
2
∑
' i
N
Xj
j =1
11
Sutalaksana, Z. I., A. Ruhana, dan J. H. Tjakraatmadja, Teknik Tata Cara Kerja. Bandung:
Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung, 1979.
pengukuran tambahan, tapi jika N’ < N maka data pengukuran pendahuluan sudah
mencukupi.
maka terlebih dahulu ditentukan rating performance atau disebut juga rating
factor pekerja.
kecepatan bekerja dari seorang operator dengan kecepatan kerja normal menurut
kewajaran (normal) maka rating factor ini akan lebih besar dari pada 1 (Rf>l).
− Apabila operator bekerja secara normal atau wajar maka rating factor ini
diambil sama dengan 1 (Rf = 1). Untuk kondisi kerja dimana operasi secara
penuh dilaksanakan oleh mesin (operating atau machine time) maka waktu
12
Wignjosoebroto. Sritomo. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Teknik Analisis untuk
Produktivitas Kerja. Surabaya: Guna Widya, 2000. hal.194.
a. Skill (keterampilan)
b. Effort (usaha)
d. Consistency (konsistensi)
Faktor ini perlu diperhatikan karena angka-angka yang dicatat pada setiap
Untuk menormalkan waktu yang ada maka hal ini dilakukan dengan jalan
empat rating factor yang dipilih sesuai dengan performance yang ditunjukkan
13
Sutalaksana, Z. I., A. Ruhana, dan J. H. Tjakraatmadja, Teknik Tata Cara Kerja. Bandung:
Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung, 1979.
Excessive A1 +0,12
A2 +0,12
Excelent B1 +0,10
B2 +0,08
Usaha Good C1 +0,05
C2 +0,02
Average D 0,00
Fair E1 -0,04
Poor E2 -0,08
F1 -0,12
F2 -0,17
Ideal
Excellenty A +0,06
Good B +0,04
Kondisi Kerja Average C +0,02
Fair D 0,00
Poor E -0,02
F -0,07
Perfect
Excellenty A +0,04
Good B +0,02
Konsistensi Average C +0,01
Fair D 0,00
Poor E -0,02
F -0,04
Sumber : Sutalaksana, TeknikTata Cara Kerja
nilai performansi normal. Dalam hal ini pengukur diberi patokan untuk
4. Objective Rating
memperhatikan dua faktor, yaitu faktor kecepatan dan faktor tingkat kesulitan
5. Synthetic Rating
dengan waktu aktual dari data tabel waktu gerakan untuk kemudian dihitung
penyesuaian.
pada kecepatan normal. Walaupun demikian pada prakteknya kita akan melihat
operator tidak mampu bekerja secara terus-menerus sepanjang hari tanpa ada
pekerjaan yang sering disebut dengan allowance. Kelonggaran ada 3 yang terdiri
dari14:
Personal allowance adalah jumlah waktu yang diijinkan untuk operator yang
14
Barnes, R.M., Motion and Time Study and Work Measurement. John Wiley & Sons Inc, New
York, 1980.
sengaja. Ada pula hambatan yang tidak dapat dihindarkan karena berada diluar
listrik oleh PLN. Bagi hambatan pertama jelas tidak ada pilihan selain
mungkin, hambatan akan tetap ada dan karena itu harus tetap diperhitungkan
Beberapa contoh yang termasuk dalam hambatan tak terhindarkan adalah 15:
yang patah,
15
Sutalaksana, Z. I., A. Ruhana, dan J. H. Tjakraatmadja, Teknik Tata Cara Kerja. Bandung:
Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung, 1979.
kualitas maupun kuantitas atau dengan perkataan lain rasa lelah itu dapat
dilihat dari menurunnya kualitas kerja operator. Fatique allowance terdiri dari
dua bagian, yaitu kelonggaran tetap (basic allowance) dan variabel allowance.
yang ditimbulkan oleh rasa lelah karena masing banyak faktor lain yang
menyebabkannya. Jika rasa lelah telah datang dan pekerja harus bekerja untuk
besar dari normal dan ini akan menambah rasa lelah. Bila hal ini berlangsung
terus, pada akhirnya akan menjadi lelah total, yaitu jika anggota badan yang
bersangkutan sudah tidah dapat melakukan gerakan sama sekali walaupun sangat
dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, bahkan satu stasiun kerja ke stasiun kerja
lain, karena banyaknya penyebab seperti mesin, prosedur kerja, ketelitian suplai
alat dan bahan, dsb. Salah satu cara yang terbaik yang biasanya digunakan untuk
berprestasi.
16
Sutalaksana, Z. I., A. Ruhana, dan J. H. Tjakraatmadja, Teknik Tata Cara Kerja. Bandung:
Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung, 1979.
yang disebut dengan waktu terpilih, faktor penampilan (rating factor), waktu
Wn = Wt × Rf
Wt = waktu terpilih
Rf = Rating factor
Wn × 100
Ws =
100 − All
All = Allowance
dengan konsep awal pada proses fisika. Suatu benda padat dipanaskan hingga
mencair pada tingkat temperatur tertentu. Pada temperatur ini, setiap atom dapat
yang disebut dengan proses annealing. Hal ini bertujuan agar pada setiap
termal. Dengan proses annealing ini maka susunan atom yang terbentuk akan
17
Barnes, R.M., Motion and Time Study and Work Measurement. John Wiley & Sons Inc, New
York, 1980.
18
Busetti, F., Simulated Annealing Overview. http:// www. geocities. com/francorbusetti /saweb.
pdf. Accesed July 2007.
padat tersebut akan memiliki banyak cacat karena terbentuknya struktur yang
optimal secara lokal. Penurunan temperatur ini terus dilakukan hingga mencapai
nilai temperatur akhir 0,01 0C. Pada temperatur akhir ini semua atom sudah
membentuk suatu struktur kristal dan tidak terdapat lagi perpindahan atom.
dilakukan, maka rute-rute ini akan memiliki alternatif kombinasi rute apabila
sehingga alternatif yang diperoleh akan semakin banyak karena ietrasi yang
2 titik rute. Hasil rute setelah pertukaran ini disebut dengan neighbourhood atau
solusi tetangga. Neighbourhood ini akan memiliki nilai solusi yang dianalogikan
sebagai nilai energi yang berbeda-beda. Kemudian dipilih satu rute yang memiliki
nilai solusi terendah dan dievaluasi. Apabila rute untuk menghasilkan solusi yang
dengan kondisi riil, sebaiknya dirancang sebuah program yang dapat mengatasi
penambahan jumlah produk, dan hal-hal lainnya. Hasil pertukaran ini lebih baik
dari rute awal, maka langkah (move) yang diambil bersifat memperbaiki dan rute
selanjutnya.
METODOLOGI PENELITIAN
teknik-teknik ilmiah tertentu. Dalam hal ini, penelitian merupakan sarana praktis
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun praktis.
evaluasi. Hasil rancangan yang diberikan dalam penelitian ini akan diusulkan dan
masalah yang ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data yang
ada.
penelitian gabungan. Menggunakan data waktu proses di tiap stasiun kerja dan
Bintang No. 7 Km 13,8 Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penelitian ini
dilakukan dalam 4 minggu selama 4 bulan Desember 2010 hingga Maret 2011.
- Ketersediaan bahan
baku - Jumlah processor
- Ketersediaan kapasitas - Jumlah operator
mesin dan peralatan - Jumlah WC
- Ketersediaan operator
Total Makespan
yang dihasilkan
Aliran bahan baku
Aliran informasi Customer
Langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
sebagai landasan logika berpikir dalam penyelesaian masalah secara ilmiah. Pada
penelitian yang hendak dicapai. Studi pustaka dilakukan terhadap literatur yang
Selain itu, juga dilakukan studi terhadap teori-teori yang diperoleh dari penelitian
objek studi dan studi kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang
dihadapi. Sesuai dengan objek penelitian dan metode yang akan digunakan,
variabel-variabel penelitian yang akan diamati terdiri dari 2 unsur utama, yaitu :
1. Variabel bebas
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel ini antara
2. Variabel terikat
akibat dari variabel bebas. Variabel ini yaitu total waktu penyelesaian dan nilai
makespan.
order daun pintu di lantai produksi, durasi waktu proses operator di tiap stasiun
waktu baku stasiun kerja dan sebagainya. Data mengenai hal-hal yang ingin
dalam rangka menetapkan sifat-sifat dan kriteria usulan pekerjaan yang baik.
a. Data primer
4. Kemampuan operator.
sebagai berikut :
dan tabel pengumpulan data. Hal ini dilakukan dengan mengambil sepuluh
berikut:
∑ Xi
k __
=
X = i =1
Dimana :
k = jumlah data
σ=
∑ (Xi − X )
2
n −1
Dimana :
Xi = harga rata-rata.
d. Menentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB)
pengamatan.
3. Setelah data seragam dan cukup, lalu diambil waktu rata-rata pengukuran di
4. Melakukan perhitungan total waktu proses pengerjaan tiap order di tiap mesin
Pengukuran Waktu
penjadwalan job dalam sistem produksi job shop yang dinamis dengan
metode pengurutan job dengan urutan slack time tersingkat atau disebut LST
Yakni menghitung solusi dari jadwal awal tadi dengan menggunakan prinsip
Jika solusi pada kedua tahap diatas tidak lebih baik dilakukan pengecekan
tahap akhir untuk semua solusi yang dihasilkan yaitu melihat apakah suhu
pencarian solusi belum mencapai T akhir maka pencarian solusi masih terus
dilanjutkan.
iterasi. Semakin tinggi nilai temperatur awal yang diberikan maka alternatif
solusi juga akan semakin banyak. Nilai yang terlalu tinggi akan menyebabkan
tidak dapat keluar dari optimal lokal karena alternatif solusi terlalu sedikit.
yang terlalu cepat mengakibatkan solusi yang diperoleh adalah solusi optimal
lokal karena sedikitnya tingkatan iterasi yang terjadi. Dalam penelitian ini
Iterasi yang dilakukan pada setiap tingkatan temperatur adalah dengan cara
melakukan pertukaran 30 kali. Dan setelah itu ditampilkan solusi yang terbaik
dari 30 iterasi ini. Nilai solusi terbaik ini akan digunakan sebagai solusi awal
Nilai temperatur akhir merupakan suatu titik dimana iterasi dihentikan. Pada
tahap ini dimunculkan nilai solusi akir yang merupakan solusi terbaik. Jadi
apabila penurunan suhu telah mencapai nilai temperatr akhir (steady state)
Semua data, baik yang diperoleh dalam pengumpulan data maupun yang
didapat dari hasil pengolahan data dianalisis dan dibandingkan dengan sumber
referensi yang ada dan teori-teori yang mendukung. Analisis data yang dilakukan
adalah:
(SA).
Inisialisasi Parameter Ya
Simulated Annealing Simpan Sebagai S Sekarang
(S, T, F, r, p’)
Tidak
Buat Jadwal Urutan Acak Iterasi Lanjut?
Ya
Hitung S (Makespan) T=TxF
SELESAI
Keterangan:
S = Makespan; T = Temperatur;
F = Faktor Penurunan; r = Bilangan Random;
p’= Probabilitas Penerimaan
penelitian ini diambil berdasarkan job order produk daun pintu pada bulan
Desember 2010 untuk 5 jenis varian produk. Data permintaan produk daun pintu
PT. Mahogany Lestari Desember 2010 dapat dilihat pada Tabel 5.1.
digunakan untuk proses produksi daun pintu dari awal (bahan baku siap olah)
yaitu dari proses pengetaman hingga proses akhir yaitu packing. Untuk tiap varian
produk, semuanya melewati semua mesin yang sama namun dengan perbedaan
waktu proses yang dikarenakan perbedaan spesifikasi dan jumlah panel yang
dirakit. Data jumlah mesin di lantai produksi disajikan pada Tabel 5.2.
Untuk WC yang tidak terdapat mesin dalam proses operasi (WC VIII, IX,
XI, dan XII) pekerjaan dilakukan secara manual oleh operator. Namun tetap harus
Proses produksi pembuatan produk daun pintu pada PT. Mahogany Lestari
Untuk lebih memperjelas detail uraian proses produksi lebih rinci dapat
dilihat peta aliran proses (FPC) pada Lampiran. Namun secara umum urutan
Penilaian rating factor (Rf) dilakukan oleh peneliti di lantai pabrik PT.
Mahogany Lestari terhadap operator yang bekerja secara manual, dan bekerja
dengan mesin pada saat memasukkan dan mengeluarkan hasil kerja mesin (load
dan unload). Dan penilaian Rf dilakukan untuk menentukan operator yang bekerja
normal, untuk kemudian diambil waktu kerjanya. Penilaian rating factor dengan
Data waktu yang diambil adalah waktu operator normal (kemampuan kerja
rata-rata) atau Rf = 0. Hasil pengukuran waktu proses pada tiap stasiun kerja dapat
dilihat pada Tabel 5.5. Pengukuran waktu proses dilakukan dengan metode stop
watch time study dengan melakukan 10 kali pengukuran. Terlebih dahulu diukur
untuk waktu kerja processor, kemudian load dan unload time (waktu muat).
Dapat dilihat pada data waktu di atas, bahwa waktu siklus processor untuk
tiap varian daun pintu bernilai sama untuk WC I, II, III, VII, dan XII, karena
proses yang dialami oleh tiap tipe varian sama pada WC tersebut. Dan memiliki
proses berbeda yang sesuai tipe spesifiknya pada WC IV, V, VI, VIII, IX, X, dan
XI. Selain waktu processor, perlu diukur waktu yang dibutuhkan operator untuk
Dari data diatas dapat dilihat bahwa tidak ada waktu load dan unload pada
WC XII, karena WC ini dikerjakan secara manual oleh operator.
Annealing.
ketelitian 5 %.
waktu berada dalam batas kontrol (BKA dan BKB) atau tidak (out of control).
Pengujian keseragaman pada WC I, II, III, VII, dan XII dilakukan sekaligus
karena waktunya bernilai sama. Dan terpisah untuk tiap tipe produk pada WC
∑ xi
1. Menghitung nilai rata-rata Waktu Processor
X =
0,679 + 0,636 + 0,603 + 0,621 + 0,634 + 0,677 + 0,676 + 0,671 + 0,669 + 0,682
n
=
10
= = 0,655
6,547
10
σ=
∑ (Xi − X )
2
n −1
=
∑ (0,679 − 0,655) + ... + (0,682 − 0,655)
2 2
10 − 1
= 0,029
BKA = X + 2σ BKB = X - 2σ
= 0,712 = 0,598
Berdasarkan Gambar 5.1. dapat dilihat bahwa semua data pada WC I telah
seragam, yang artinya semua data berada pada batas kontrol dan memiliki
dapat dilakukan dengan cara yang sama untuk WC I, II, III, VII, dan XII untuk
No. Pengukuran
WC BKB BKA Ket.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
I 0,679 0,636 0,603 0,621 0,634 0,677 0,676 0,671 0,669 0,682 0,598 0,712 Seragam
II 0,111 0,117 0,119 0,124 0,114 0,112 0,114 0,117 0,112 0,120 0,108 0,124 Seragam
III 0,455 0,456 0,467 0,489 0,471 0,457 0,470 0,461 0,480 0,484 0,445 0,493 Seragam
VII 0,170 0,185 0,188 0,192 0,176 0,186 0,201 0,206 0,199 0,202 0,167 0,214 Seragam
XII 0,732 0,723 0,734 0,739 0,719 0,724 0,734 0,739 0,732 0,737 0,718 0,745 Seragam
No. Pengukuran
WC BKB BKA Ket.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
IV 0,594 0,714 0,646 0,670 0,692 0,661 0,669 0,662 0,644 0,670 0,593 0,725 Seragam
V 0,752 0,810 0,789 0,770 0,753 0,779 0,754 0,755 0,767 0,789 0,732 0,811 Seragam
VI 0,201 0,220 0,202 0,215 0,218 0,215 0,212 0,220 0,201 0,221 0,196 0,229 Seragam
VIII 0,607 0,603 0,605 0,618 0,658 0,655 0,648 0,644 0,657 0,637 0,588 0,678 Seragam
IX 0,736 0,732 0,730 0,741 0,745 0,728 0,743 0,743 0,730 0,745 0,724 0,751 Seragam
X 1,004 1,020 1,023 1,004 1,007 1,001 1,029 1,013 1,026 1,004 0,992 1,034 Seragam
XI 3,207 3,064 3,095 3,179 3,187 3,112 3,070 3,162 3,083 3,127 3,025 3,233 Seragam
No. Pengukuran
WC BKB BKA Ket.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
IV 0,446 0,535 0,485 0,503 0,519 0,495 0,502 0,496 0,483 0,503 0,445 0,544 Seragam
V 0,564 0,608 0,591 0,578 0,565 0,584 0,565 0,566 0,576 0,591 0,549 0,608 Seragam
VI 0,150 0,165 0,151 0,161 0,164 0,161 0,159 0,165 0,151 0,166 0,147 0,172 Seragam
VIII 0,455 0,452 0,454 0,464 0,494 0,491 0,486 0,483 0,493 0,478 0,441 0,509 Seragam
No. Pengukuran
WC BKB BKA Ket.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
IX 0,552 0,549 0,547 0,556 0,558 0,546 0,558 0,557 0,548 0,559 0,543 0,563 Seragam
X 0,753 0,765 0,767 0,753 0,756 0,751 0,772 0,760 0,770 0,753 0,744 0,776 Seragam
XI 2,406 2,298 2,321 2,385 2,390 2,334 2,303 2,372 2,312 2,345 2,269 2,425 Seragam
No. Pengukuran
WC BKB BKA Ket.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
IV 0,446 0,535 0,485 0,503 0,519 0,495 0,502 0,496 0,483 0,503 0,445 0,544 Seragam
V 0,564 0,608 0,591 0,578 0,565 0,584 0,565 0,566 0,576 0,591 0,549 0,608 Seragam
VI 0,150 0,165 0,151 0,161 0,164 0,161 0,159 0,165 0,151 0,166 0,147 0,172 Seragam
VIII 0,455 0,452 0,454 0,464 0,494 0,491 0,486 0,483 0,493 0,478 0,441 0,509 Seragam
IX 0,552 0,549 0,547 0,556 0,558 0,546 0,558 0,557 0,548 0,559 0,543 0,563 Seragam
X 0,753 0,765 0,767 0,753 0,756 0,751 0,772 0,760 0,770 0,753 0,744 0,776 Seragam
XI 2,419 2,311 2,334 2,398 2,403 2,347 2,316 2,385 2,325 2,358 2,282 2,438 Seragam
No. Pengukuran
WC BKB BKA Ket.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
IV 0,297 0,357 0,323 0,335 0,346 0,330 0,334 0,331 0,322 0,335 0,299 0,363 Seragam
V 0,376 0,405 0,394 0,385 0,377 0,389 0,377 0,377 0,384 0,394 0,366 0,405 Seragam
VI 0,100 0,110 0,101 0,107 0,109 0,107 0,106 0,110 0,100 0,111 0,098 0,114 Seragam
VIII 0,304 0,301 0,303 0,309 0,329 0,327 0,324 0,322 0,328 0,318 0,294 0,339 Seragam
IX 0,368 0,366 0,365 0,371 0,372 0,364 0,372 0,371 0,365 0,373 0,362 0,375 Seragam
X 0,502 0,510 0,511 0,502 0,504 0,501 0,515 0,506 0,513 0,502 0,496 0,517 Seragam
XI 1,612 1,541 1,556 1,598 1,602 1,565 1,544 1,590 1,550 1,572 1,521 1,625 Seragam
No. Pengukuran
WC BKB BKA Ket.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
IV 0,446 0,535 0,485 0,503 0,519 0,495 0,502 0,496 0,483 0,503 0,449 0,544 Seragam
V 0,564 0,608 0,591 0,578 0,565 0,584 0,565 0,566 0,576 0,591 0,549 0,608 Seragam
VI 0,150 0,165 0,151 0,161 0,164 0,161 0,159 0,165 0,151 0,166 0,147 0,172 Seragam
VIII 0,455 0,452 0,454 0,464 0,494 0,491 0,486 0,483 0,493 0,478 0,441 0,509 Seragam
IX 0,552 0,549 0,547 0,556 0,558 0,546 0,558 0,557 0,548 0,559 0,543 0,563 Seragam
X 0,753 0,765 0,767 0,753 0,756 0,751 0,772 0,760 0,770 0,753 0,744 0,776 Seragam
XI 2,576 2,468 2,491 2,555 2,560 2,504 2,473 2,542 2,482 2,515 2,439 2,595 Seragam
Dengan cara yang sama, dilakukan uji keseragaman terhadap data waktu
load dan unload, dan didapatkan hasilnya juga seragam. Dari hasil uji
keseragaman ini, dapat diamati ternyata semua data waktu adalah seragam (in
control) untuk waktu pembuatan semua tipe daun pintu. Maka tidak dilakukan
Uji kecukupan dilakukan untuk mengetahui apakah data waktu proses dan
waktu muat yang telah diambil sudah memenuhi jumlah yang semestinya atau
belum. Uji kecukupan ini dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai
berikut:
k
(∑ X ) − (∑ X )
2
(∑ X )
2
N ' = s
2
N
Namun sebaliknya, jika N<N’ maka harus menambah jumlah data sebagai sampel.
k
(∑ X ) − (∑ X )
2
2
N ' = s
(∑ X )
2
N
10(4,293) − (42,861)
2
2
=
(6,547 )
0,05
= 2,733
rekapitulasi uji untuk hasil uji kecukupan semua waktu siklus yang sama semua
tipe pada WC I, II, III, VII, dan XII disajikan pada Tabel 5.25.
Untuk uji rekapitulasi uji kecukupan waktu proses Tipe Colonial 8P,
Napoleon 6P, Colonial 6P, Colonial 4P, Carolina 6P pada WC IV, V, VI, VIII, IX,
(load+unload) Tipe Colonial 8P, Napoleon 6P, Colonial 6P, Colonial 4P, Carolina
6P dan dihasilkan bahwa data telah cukup dan tidak perlu mengambil data
tambahan. Dan dapat disimpulkan bahwa waktu yang terpilih sebagai waktu
siklus tiap WC adalah waktu rata-ratanya yang telah dilakukan uji keseragaman
dan kecukupan.
Besarnya nilai Waktu Normal adalah nilai waktu siklus rata-rata setelah
data seragam dan cukup dikalikan dengan Rating Factor operator pada WC
tersebut. Artinya waktu ini menyatakan waktu untuk bekerja secara wajar
adalah jumlah dari waktu processor ditambah dengan waktu muat pekerja (load
Contoh :
= 0,655 + (0,125 × 1)
= 0,78 menit
100%
100% − Allowance
WB = WN ×
100%
100% −19%
= 0,79 ×
= 0,963 menit
Hasil perhitungan Waktu Baku untuk semua tipe daun pintu WC I, II, III, VII, dan
Waktu Waktu
Waktu Waktu
Processor Muat Rating Allowance
WC Normal Baku
Rata-rata Rata-rata factor (%)
(Menit) (Menit)
(Menit) (Menit)
I 0,655 0,125 1 0,790 19 0,975
II 0,116 0,045 1 0,165 18 0,201
III 0,469 0,141 1 0,617 19 0,762
VII 0,191 0,114 1 0,313 20 0,392
XII 0,731 0 1 0,731 20 0,914
Tabel 5.28. Perhitungan Waktu Normal dan Waktu Baku Tiap Tipe
Waktu
Waktu Waktu Waktu
Muat Rating
Tipe WC Processor Normal Allowance Baku
Rata- factor
Rata-rata (Menit) (Menit)
rata
IV 0,662 0,124 1,00 0,787 20 0,983
V 0,772 0,144 1,00 0,916 19 1,131
VI 0,212 0,143 1,00 0,355 18 0,434
Colonial
8P VIII 0,633 0 1,00 0,633 21 0,801
IX 0,737 0 1,00 0,737 19 0,910
X 1,013 0,085 1,00 1,098 19 1,356
XI 3,129 0 1,00 3,129 21 3,960
IV 0,497 0,074 1,00 0,570 20 0,713
V 0,579 0,073 1,00 0,652 19 0,805
VI 0,159 0,090 1,00 0,249 18 0,304
Napoleon
6P VIII 0,475 0 1,00 0,475 21 0,601
IX 0,553 0 1,00 0,553 19 0,683
X 0,760 0,163 1,00 0,923 19 1,139
XI 2,347 0 1,00 2,347 21 2,970
IV 0,497 0,074 1,00 0,570 20 0,713
V 0,579 0,073 1,00 0,652 19 0,805
Colonial
6P VII 0,191 0,114 1,00 0,304 20 0,380
VIII 0,475 0 1,00 0,475 21 0,601
IX 0,553 0 1,00 0,553 19 0,683
Waktu
Waktu Waktu Waktu
Muat Rating
Tipe WC Processor Normal Allowance Baku
Rata- factor
Rata-rata (Menit) (Menit)
rata
X 0,760 0,163 1,00 0,923 19 1,139
XI 2,360 0 1,00 2,360 21 2,987
IV 0,331 0,125 1,00 0,456 20 0,570
V 0,386 0,047 1,00 0,433 19 0,534
VI 0,106 0,042 1,00 0,148 18 0,180
Colonial
4P VIII 0,317 0 1,00 0,317 21 0,401
IX 0,369 0 1,00 0,369 19 0,455
X 0,507 0,037 1,00 0,543 19 0,670
XI 1,573 0 1,00 1,573 21 1,991
IV 0,497 0,074 1,00 0,570 20 0,713
V 0,579 0,073 1,00 0,652 19 0,805
VI 0,159 0,090 1,00 0,249 18 0,304
Carolina
6P VIII 0,475 0 1,00 0,475 21 0,601
IX 0,553 0 1,00 0,553 19 0,683
X 0,760 0,163 1,00 0,923 19 1,139
XI 2,517 0 1,00 2,517 21 3,186
berikut:
Perhitungan waktu penyelesaian untuk job 1 pada mesin 1 adalah sebagai berikut
Hasil perhitungan waktu penyelesaian seluruh job pada setiap stasiun kerja
dan telah dibagikan dengan kapasitas masing-masing mesin per satu siklus
order yang ada di perusahaan pada keadaan aktual. Tahap ini penting
proses dari yang terkecil hingga yang terbesar. Metode ini dikenal sebagai
metode Least Slack Time. Dengan metode ini akan dihitung nilai makespan
ditetapkan perusahaan.
mendapatkan ruang solusi yang lebih besar pada tahap awal pencarian
solusi.
4. Mengevaluasi solusi baru yang layak diterima. Jika solusi baru (S’) lebih
baik dari solusi sebelumnya (S), maka solusi baru dijadikan menjadi solusi
r<p’ maka solusi baru diterima sebagai solusi sekarang, dan apabila r>p’
berarti sudah tidak ada lagi transisi yang diterima, atau tidak ada perbaikan
apabila dalam 3 kali penurunan suhu sudah tidak ada solusi yang lebih baik
dari solusi sebelumnya yang diterima sesuai dengan solusi objektif. Dalam
optimal.
Slack Time. Penjadwalan dengan pendekatan Least Slack Time ini diterapkan pada
perusahaan dengan pertimbangan lama duedate yang sama namun ada perbedaan
waktu proses tiap order (jenis daun pintu). Urutan job yang ada pada perusahaan
pada bulan yaitu Colonial 8P, Napoleon 6P, Carolina 6P, Colonial 6P, dan
paralel maka dilakukan perhitungan makespan yang ditunjukkan pada Tabel 5.30.
Untuk job pada WC VII (tj,7) tidak disertakan pada perhitungan job
karena pekerjaan WC VII ini dapat dilakukan secara terpisah (paralel) tanpa
Dan karena nilai waktu penyelesaianya lebih kecil dari kumulatif waktu
dari semua tipe. Dengan aturan Least Slack Time ini, besar makespan didapat
(i) Nilai awal untuk parameter kontrol atau temperatur awal (T0)
dicapainya suatu jumlah iterasi tertentu di mana selama itu tidak ada solusi
baru yang diterima, atau dicapainya nilai parameter kontrol tertentu yang
produksi secara random dan menukar posisinya serta menghitung nilai fungsi
yang dihasilkan. Solusi yang dihasilkan didefinisikan sebagai S’. Jika solusi S’
memiliki nilai fungsi tujuan M’ ≤ M0, maka definisikan S = S’ dan M0 = M’. Jika
nilai solusi S’ lebih besar, maka hitung ΔS, yaitu perbedaan antara nilai fungsi
tujuan baru dengan yang lama (S’ – S), kemudian dilakukan pembangkitan
Jika lebih besar, maka ulangi pertukaran urutan penjadwalan dan bangkitkan
apabila telah mencapai kriteria steady state seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya.
1 Colonial 8P
2 Napoleon 6P
3 Colonial 6P
4 Colonial 4P
5 Carolina 6P
T0 = 200 0C
a. Iterasi 1
= 30592,839 menit
ΔS = S’- S
= 30592,839 - 32460,656
= -1867,817
Ket: - Tanda (-) minus menunjukkan nilai solusi baru lebih baik dari solusi
sekarang
- Tanda (+) positif menunjukkan nilai solusi baru lebih buruk dari
solusi sekarang
solusi baru diterima dan dijadikan menjadi solusi sekarang. Jadi S = 30592,839
menit.
b. iterasi 2
S’ = 28103,345 menit
ΔS = S’-S
Nilai S’ lebih baik dari S yaitu S sekarang adalah 28103,345 menit, maka
c. Iterasi ke-3
ΔS = S’-S
c. Iterasi ke-4
S’ = 28744,800 menit
ΔS = S’-S
Karena S yang didapatkan (+) positif menunjukkan nilai solusi baru lebih
buruk dari solusi sekarang, maka dibangkitkan bilangan random dengan range 0
dengan rumus” =rand()” dan didapat r = 0,052 dan p’ = 0,023. Oleh karena itu,
r<p’ = (0,052>0,023) maka S’ ditolak menjadi solusi sekarang (S). Hasil iterasi
untuk mencari solusi baru pada temperatur awal T0 = 200 dapat dilihat pada Tabel
5.41.
iterasi. Artinya ada 12 iterasi yang menghasilkan solusi baru yang lebih baik dari
temperatur dari T0 = 200 menjadi T = 200 × 0,95 = 190 sebanyak n kali sampai
mencapai kondisi steady state dan semua solusi tidak ada lagi yang diterima.
Hasil iterasi pertukaran urutan job untuk mencari solusi baru untuk temperatur T =
terbaik berada pada iterasi ke- 5, 15 dan 29 dengan besar makespan yang
penurunan temperatur dari T = 190 menjadi T = 190 × 0,95 = 180,5. Hasil iterasi
pertukaran urutan job untuk mencari solusi baru untuk temperatur T = 180,5 dapat
Pada temperatur T = 180,5 tidak ada maksimum sukses dan tidak ada
solusi yang diterima pada temperatur ini. Kondisi ini disebut steady state, dan
iterasi dihentikan karena solusi umum telah didapat. Sehingga yang menjadi
Dari seluruh iterasi yang telah dilakukan, solusi terbaik yang didapat pada
T = 190 yaitu pada iterasi ke-5, 15, dan 29 dengan nilai S = 27940,273 menit.
Nilai makespan ini bernilai sama untuk urutan job 2-3-5-1-4, 2-5-3-1-4, dan 3-2-
5-1-4. Urutan job terbaik yang diusulkan untuk produksi daun pintu adalah 2-5-3-
≈ 20
Total makespan-nya adalah 27.940,273 menit = 19,438 hari hari.
adalah 27.940,273 menit = 465,671 jam = 19,403 hari≈ 20 hari. Karena lama due
date selama tepat 20 hari dan makespan (total pengerjaan job) selama 19,403 hari,
pabrik, masih terjadi keterlambatan penyelesaian seluruh order yang ada. Order
yang seharusnya selesai dikerjakan selama 20 hari untuk seluruh order, namun
ini tidak hanya disebabkan oleh urutan job kerja mesin, namun dapat juga
disebabkan oleh faktor-faktor lain yaitu ketersediaan bahan baku yang tidak
optimal, kapasitas operator yang tidak concern dan memiliki budaya kerja yang
tinggi, serta kondisi mesin produksi yang kurang produktif yang dapat
kayu durian, dan terjadi insersi bahan baku dari pihak di luar supplier.
retak atau pecah, dan timbulnya penyusutan ukuran panel. Jika ini terjadi dalam
jumlah dapat mengakibatkan kekurangan jumlah batch dalam satu order. Hal ini
menuntut tambahan waktu untuk pembuatan ulang produk-produk yang rusak, dan
secara umum dapat merusak jadwal produksi sehingga order selesai lebih lama.
Time
PT. Mahogany Lestari selama ini menggunakan metode Least Slack Time
dalam menjadwalkan setiap job yang datang. Berdasarkan data yang diperoleh
pada bulan Desember 2010 urutan job yang dikerjakan berdasarkan kondisi aktual
adalah Colonial 8P, Napoleon 6P, Carolina 6P, Colonial 6P, dan Colonial 4P.
Time. Berdasarkan urutan yang diperoleh dengan pendekatan LST tersebut, maka
Untuk job pada WC VII (tj,7) ini tidak digabungkan pada perhitungan
makespan job keseluruhan karena pekerjaan pada WC VII ini (pembuatan dowell)
selesai dikerjakan.
diterapkan perusahaan belum tepat untuk memenuhi seluruh order agar tepat
waktu sesuai dengan due date yang ditentukan customer yaitu selama 20 hari.
simulated annealing diperoleh hasil pengurutan job dengan nilai makespan yang
terbaik (paling kecil) dan dijadikan sebagai alternatif jadwal produksi usulan bagi
perusahaan. Urutan job terbaik yang diperoleh adalah Napoleon 6P, Carolina 6P,
Colonial 6P, Colonial 8P, dan Colonial 4P. Perhitungan nilai makespan dari
Urutan job ini dipilih karena pada urutan job didapatkan nilai makespan
terkecil yaitu pada pertukaran job untuk T0 = 1900. Iterasi job dilakukan sebanyak
kombinasi urutan job yang menghasilkan makespan sama yang nilainya terkecil,
yaitu 2-3-5-1-4, 2-5-3-1-4, dan 3-2-5-1-4. Namun, urutan job yang terbaik untuk
8P, dan Colonial 4P mengingat tiga job awal memiliki waktu proses dan karakter
proses yang bermiripan sehingga dapat dikerjakan dahulu. Namun dua kombinasi
urutan lainnya yaitu 2-3-5-1-4, dan 3-2-5-1-4 dapat dijadikan jadwal produksi
alternatif.
adalah 27.940,273 menit = 465,671 jam = 19,403 hari ≈ 20 hari. Karena lama due
date selama 20 hari dan makespan (total pengerjaan job) selama 19,403 hari,
dicapai ketika tidak ada lagi solusi yang diterima, dimana tidak ada lagi
didapatkan makespan yang lebih kecil dari makespan iterasi sebelumnya untuk
seluruh kombinasi urutan job. Menurut F. Busetti, steady state untuk SA terjadi
ketika tidak ada lagi konfigurasi yang diterima dalam pencarian neighborhood
Makespan(metode perusahaan )
EI =
Makespan(metode usulan )
bila EI < 1, maka metode usulan yang diberikan memiliki performance yang
kurang baik dibanding dengan metode yang digunakan perusahaan, demikian juga
sebaliknya.
Makespan(metode perusahaan )
EI =
Makespan(metode usulan )
32460,656 menit
= = 1,161
27940,273 menit
yang lebih baik daripada metode yang digunakan perusahaan. Maka berdasarkan
makespan yang dihasilkan oleh kedua metode, yang dapat dihitung sebagai
berikut :
penjadwalan usulan untuk meminimalkan makespan pada tiap stasiun kerja dapat
27940,273 − 32460,656
= x 100%
27940,273
= 16,179%
7.1. Kesimpulan
1. Total makespan yang didapat dari metode penjadwalan inisial aktual yang
diterapkan di PT. Mahogany Lestari dengan metode Least Slack Time sebesar
32.460,656 menit atau selama 23 hari kerja dengan urutan job Colonial 8P,
Napoleon 6P, Carolina 6P, Colonial 6P, dan Colonial 4P. Dengan urutan job ini
maka pengerjaan order tidak terpenuhi tepat waktu, yaitu terlambat selama 3
didapat satu regulasi iterasi yang menghasilkan urutan job Napoleon 6P,
Carolina 6P, Colonial 6P, Colonial 8P, dan Colonial 4P dengan total makespan
disimpulkan dengan metode ini penjadwalan job dapat terpenuhi, dan tidak
terjadi keterlambatan.
3. Waktu proses pada stasiun kerja pembuatan dowell (WC VII) dapat dikerjakan
Dan nilai total makespan-nya adalah sebesar 1.974,208 menit, dan nilainya
4. Untuk seluruh varian produk memiliki waktu proses pengerjaan yang sama di
beberapa stasiun kerja (WC I, II, III, VII, dan XII), karena proses yang dialami
oleh tiap tipe varian sama pada WC tersebut. Artinya material yang dikerjakan
5. Untuk beberapa stasiun kerja yang memiliki jumlah kebutuhan panel yang
7.2. Saran
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan
kecil.
Barnes, R.M., Motion and Time Study and Work Measurement, John Wiley &
Sons Inc, New York, 1980.
Walpole, Ronald E. dan Raymond H Myers, Ilmu Peluang dan Statistika Untuk
Insinyur. dan Ilmuwan, Bandung, Penerbit ITB, 1995.
1. Direktur
produksi.
perusahaan.
kegiatan lapangan dan bagian pengeringan Klin Dryer. Adapun tugas Kepala
a. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan dan hasil kerja dari seksi KD.
berlangsung secara lancar dan efisien dalam memenuhi target produksi yang
mempunyai standar model, lalu dibuat dalam bentuk SPKP (Surat Perintah
Kepala Bagian Finishing bertanggung jawab atas kualitas proses dan kualitas
bahan baku dan kulitas dari bahan baku tersebut. Tugas Kepala Bagian
Pembelian Bahan Baku adalah menyediakan bahan baku yang diminta oleh
promosi.
Adapun tugas Seksi Proses adalah bertugas mengawasi semua jalannya proses
diperlukan.
23. Akuntansi
absensi yang ditujukan dalam time recorder card untuk menetukan jumlah
jam kerja biasa dan jam kerja lembur serta mencatatnya dalam slip gaji.
25. Kasir
atasan.
26. Satpam
kebersihan.