TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri
Oleh
DINA MELIANA PANGARIBUAN 080423050
PARTEMENTEKNIKINDUSTRI
F A K U L T A S TEKNIK
MEDAN
2009
Dina Meliana Pangaribuan : Analisa Postur Kerja Dengan Metode Rula Pada Pegawai Bagian Pelayanan
Perpustakaan USU Medan, 2010.
ANALISA POSTUR KERJA DENGAN METODE RULA
PADA PEGAWAI BAGIAN PELAYANAN
PERPUSTAKAAN USU MEDAN
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
DINA MELIANA PANGARIBUAN
080423050
Disetujui Oleh :
PARTEMENTEKNIKINDUSTRI
F A K U L T A S TEKNIK
MEDAN
2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
Berkat dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas
sarjana ini.
Tugas sarjana ini merupakan salah satu persyaratan dalam penyelesaian
studi pada Program Ekstensi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara. Dalam hal ini penulis mengangkat judul yaitu “Analisa Postur
Kerja dengan Metode RULA pada Pegawai Bagian Pelayanan Perpustakaan
USU Medan” diharapkan mampu memberikan perbaikan metode kerja dan
meningkatkan produktivitas Perpustakaan USU.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari tugas sarjana
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran
yang membangun dari para dosen dan teman-teman mahasiswa. Saya berharap
tulisan ini dapat memberi manfaat bagi dunia pendidikan umumnya dan bagi
perpustakaan USU khususnya.
Medan, Juni
2009 Penulis
BAB HALAMAN
ABSTRAK ..................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
BAB HALAMAN
2.2.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perpustakaan ........ II-11
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
Jongkok.......................................................................... V-15
Bungkuk......................................................................... V-19
Berdiri............................................................................ V-22
BAB HALAMAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
2.1. Jumlah Koleksi Berdasarkan Jenis (Januari s/d Desember 2007) ..... II-9
TABEL HALAMAN
5.1. Metode Kerja Pegawai Bagian Pelayanan Koleksi Pinjam Singkat ... V-1
5.2. Metode Kerja Pegawai Bagian Pelayanan Lantai Tiga ...................... V-2
TABEL HALAMAN
GAMBAR HALAMAN
3.1. Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Upper Arm) ............................. III-15
GAMBAR HALAMAN
Menyusun Buku pada Rak Pertama dengan Postur Jongkok ............ V-15
Berdiri
6.1. Perbandingan Postur Kerja Aktual dengan Postur Kerja Usulan ...... V-12
BAB I
PENDAHULUAN
banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa keluhan otot skeletal yang
paling banyak dialami pekerja adalah otot bagian pinggang (low back pain) dan
pekerja yang melakukan gerakan yang sama dan berulang secara terus-menerus.
Pekerjaan dengan beban yang berat dan perancangan alat yang tidak
Postur kerja yang salah sering diakibatkan oleh letak fasilitas yang kurang
Postur kerja yang tidak alami misalnya postur kerja yang selalu berdiri, jongkok,
Kelelahan dini pada pada pekerja juga dapat menimbulkan penyakit akibat kerja
dengan cara penyesuaian antara pekerja dengan metode kerja, proses kerja dan
bagian pelayanan khususnya pegawai yang bertugas menyusun buku ke rak buku
besi dua sisi, masih banyak yang tidak alami. Postur kerja pegawai tersebut adalah
jongkok, bungkuk, berdiri, berdiri dengan tangan terentang ke atas dan berdiri
dengan tangan terentang keatas serta kaki berjinjit. Keluhan rasa sakit pada bagian
tubuh sudah dirasakan oleh para pegawai akibat postur kerja yang tidak alami,
berupa rasa sakit pada leher, bahu, punggung, pinggang, tangan, lutut, betis dan
kaki. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah
Gutierrez (1998) telah menganalisa para pekerja bagian perakitan pada sebuah
pabrik elektonik dan membandingkan antara postur kerja aktual dan postur kerja
komputer. Selain itu, Cook dan Kothiyal menganalisa pengaruh posisi mouse
(elektromiografi).
Dalam jurnal berjudul A Proposed RULA for Computer Users oleh Rani
dimana para pekerja banyak melakukan postur kerja duduk. Hasil penelitian
bahwa pekerjaan pengepakan pada industri farmasi di Iran memiliki level resiko
kecil dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja beberapa waktu ke depan.
gangguan pada anggota badan bagian atas. Metode ini menggunakan diagram dari
postur tubuh dan 3 tabel skor dalam menetapkan evaluasi faktor resiko. Faktor
resiko yang telah diinvestigasi oleh Mc Phee sebagai faktor beban eksternal yaitu
jumlah pergerakan, kerja otot statik, tenaga/kekuatan, penentuan postur kerja oleh
kondisi lingkungan kerja yang sehat yaitu kondisi dimana pekerja dapat bekerja
dengan rasa nyaman, aman dan mampu berinteraksi dengan fasilitas kerjanya.
khususnya yang bertugas menyusun buku ke rak buku besi dua sisi. Para pegawai
tersebut bekerja dengan cara jongkok, bungkuk, berdiri, berdiri dengan tangan
terentang ke atas, dan berdiri dengan tangan terentang ke atas serta kaki berjinjit.
dapat menimbulkan rasa sakit atau nyeri pada beberapa bagian tubuh.
melakukan pekerjaanya.
2. Memberi suatu usulan perbaikan metode kerja yakni postur kerja yang
ergonomis kepada para pekerja untuk mendapatkan postur kerja yang lebih
kerja.
pelayanan khususnya untuk aktivitas menyusun buku ke rak buku besi dua
1. Pegawai yang diamati adalah pegawai yang telah bekerja minimal selama
satu tahun di bagian pelayanan Koleksi Pinjam Singkat (KPS), lantai tiga
lain :
1. Pegawai yang diamati adalah pekerja normal, yaitu pekerja yang bekerja
secara wajar, sudah terlatih dan tidak lagi memerlukan penyesuaian dalam
bekerja.
Secara keseluruhan penulisan tugas sarjana ini terdiri dari beberapa bab
BAB I. PENDAHULUAN
digunakan.
Bab ini berisi tentang data-data yang dikumpulkan dalam penelitian dan
Bab ini mengemukakan analisa hasil pengolahan data dan pemecahan dari
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian serta saran-saran yang
keharusan dan sangat penting dalam pendidikan. Pendidikan tinggi tidak mungkin
terselenggara dengan baik jika para dosen dan mahasiswa tidak didukung oleh
Perpustakaan Universitas Sumatera Utara adalah salah satu unsur penunjang yang
memiliki peranan yang besar dalam mendukung misi dan tujuan Universitas
yang berkualitas, pusat pendidikan yang mampu bersaing secara global dan
serta sebagai pusat konsultasi dan rujukan bagi dunia usaha atau industri.
Utara.
fakultas hukum (1954). Ketika itu Universitas Sumatera Utara masih merupakan
November 1957.
dengan luas sekitar 6.090 meter persegi yang terletak di tengah-tengah kampus.
Disamping itu, ada beberapa perpustakaan tingkat fakultas dan departeman yang
dan parker seluas sekitar 4 hektar. Gedung perpustakaan dapat menampung sekitar
900 orang pembaca dalam waktu yang bersamaan. Pada masa kuliah (Agustus
biasanya sangat ramai sehingga ada kalanya dalam memperoleh layanan tertentu
1. Lantai Satu
f. American Corner
2. Lantai Dua
g. Katalog (Catalog)
4. Lantai Empat
perkembangan pesat sejak lima belas tahun terakhir. Sejak tahun 1991,
antara 15 – 25 % setiap tahun dalam kurun waktu 1991 sampai dengan 2007.
2.2. Organisasi dan Manajemen Perpustakaan Universitas Sumatera
Utara
satu sama lain dapat digambarkan pada suatu struktur organisasi, sehingga para
pegawai dapat mengetahui dengan jelas apa yang menjadi tugasnya, dari mana ia
aktivitas tersebut, penyediaan lingkungan kerja dan fasilitas yang sesuai dengan
mengadakan kerja sama untuk mencapai tujuan yang tertentu. Secara umum dapat
disimpulkan bahwa unsur-unsur dasar organisasi adalah dua orang atau lebih,
adanya maksud kerja sama, adanya pengaturan hubungan dan adanya tujuan yang
hendak dicapai.
relatif permanen sifatnya, tetapi kadang kala mengalami perubahan sesuai dengan
dilakukan.
perguruan tinggi negeri (PTN) menjadi perguruan tinggi badan hukum milik
Sumatera Utara. Struktur organisasi yang baru telah ditetapkan dengan SK Rektor
2005.
Ketua Tim Pengadaan Ketua Tim Sirkulasi Ketua Tim Perpustakaan Cabang
Sesuai dengan struktur organisasi dan tata kerja yang baru, perpustakaan
dipimpin oleh Kepala Perpustakaan dan dibantu oleh Wakil Kepala, 3 orang
Kepala Sub Bidang, 12 orang Ketua Tim dan 1 orang Kepala Sub Bagian Tata
Usaha. Kepala perpustakaan juga dibantu oleh 3 orang Staf Ahli, masing-masing
American Corner.
Pada prinsipnya bentuk struktur organisasi yang digunakan tergantung
Bagian dan Ketua Tim masih diberi kesempatan untuk membuat keputusan bagi
Pustakawan, Staf Ahli dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang bertugas
membantu pimpinan dalam hal ini Kepala dan Wakil Kepala Perpustakaan dalam
berhubungan satu dengan yang lain walaupun mempunyai fungsi yang berbeda-
beda.
2.2.2. Koleksi Perpustakaan
Koleksi perpustakaan terdiri atas 13 jenis dan dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Jumlah Koleksi Berdasarkan Jenis (Januari s/d Desember 2007)
Jumlah
No Jenis Koleksi Kepingan CD,
Judul Eksemplar
Disket, Kaset
1. Buku 112.944 405.393
2. Jurnal (Tercetak) 2.556 33.187
3. Jurnal (Mikrofis) 515 61.440
4. Jurnal Elektronik 8.849 -*) 5.114
(CD-ROM & Online)
5. Kaset audio/video 186 - 394
6. Disket Komput er 316 - 838
7. CD-ROM, database 30 - 1.571
8. CD-ROM, multimedia 152 - 167
9. CD-ROM, fulltext 762 - 1.307
10. Deposit USU 18.504 21.441
11. Deposit ADB 4.324 4.773
12. Deposit WB 1.196 1.331
13. American Corner 1.737 2.559
Jumlah 151.971 530.164 9.391
Sumber : Laporan Tahunan Perpustakaan 2007
Keterangan :
penerbitannya
Jenis koleksi perpustakaan pada Tabel 2.1 dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Referensi
informasi ringkas tentang sesuatu hal seperti kamus, ensiklopedi, buku pegangan,
kelompok utama yaitu Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora (ISH), Ilmu-ilmu Dasar
(IKK). Bahan-bahan terjilid dapat dipinjam selama dua minggu, sedangkan bahan-
bahan lepas hanya dapat digunakan di ruang baca, tidak dipinjamkan keluar.
c. Deposit USU
Koleksi ini terdiri dari karya oleh dan tentang USU termasuk karya para
Asian Development Bank sejak tahun 1994. Koleksi ini terdiri dari bahan-bahan
berupa buku, laporan studi ekonomi negara-negara Asia, kertas kerja, laporan
e. Mikrofis
sebagian besar merupakan rekaman berbagai judul jurnal yang diterbitkan antara
tahun 1977 sampai dengan 1989. Untuk menggunakan bahan-bahan ini disediakan
Bahan-bahan audio dan visual yang dimiliki oleh Perpustakaan terdiri dari
kaset dan CD suara, video dan VCD. Untuk menggunakan bahan-bahan ini
disediakan beberapa set peralatan yang dapat digunakan secara perorangan. Untuk
orang.
g. CD-ROM
indeks artikel jurnal dan dokumen dalam berbagai disiplin ilmu, bahan
mendukung segala aktivitas perusahaan. Sumber daya manusia yang baik dan
dengan perusahaan lain yang sejenis. Dengan demikian faktor tenaga kerja ini
Untuk itu, perusahaan akan memberikan penghargaan dan peningkatan karir bagi
karyawan yang mempunyai dedikasi serta loyalitas tinggi kepada perusahaan dan
terdiri dari 45 orang dengan latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan dan
perincian 47 orang adalah pegawai negeri sipil dan 51 orang adalah tenaga
honorer. Perincian jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Jam kerja perpustakaan selama masa kuliah dan hari kerja adalah sebagai
berikut :
1. Seluruh Fasilitas
2. Fasilitas Lantai 1
Fasilitas yang ada dilantai 1 yaitu Koleksi Pinjam Singkat (KPS), ruang
(Saiberlib).
kecuali fasilitas yang terdapat di lantai satu, tetap dibuka seperti biasa.
berlaku untuk setiap pegawai perpustakaan baik Pegawai Negeri Sipil (PNS)
maupun Pegawai Honorer. Hanya sistem pengupahannya berbeda. Upah atau gaji
pegawai perpustakaan yang telah berstatus PNS ditetapkan oleh Negara dan dapat
diambil di Biro Rektor USU. Sedangkan untuk pegawai perpustakaan yang masih
berstatus honorer, upah atau gajinya ditetapkan oleh pihak perpustakaan dan dapat
bulan
bersangkutan.
kepada pegawai honorer untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Selain itu pihak perpustakaan juga memberikan kesempatan untuk para pegawai
1. Tunjangan Hari Raya (THR) pada waktu Hari Raya Idul Fitri bagi yang
2.3.1. Keanggotaan
fasilitas dan pelayanan yang telah disediakan diperlukan Kartu Tanda Mahasiswa
(KTM) untuk mahasiswa dan Kartu Tanda Anggota (KTA) untuk para dosen.
1. Pemanduan Keanggotaan
buku yang diinginkan pengguna juga dapat dilihat pada setiap meja
2. Sirkulasi
4. Bantuan Pengguna
5. Akses Internet
6. American Corner
2005 dan dikelola oleh satu orang staf ahli yang dibantu oleh 3 orang
Serikat yang dapat diakses melalui koleksi buku, internet, dan program
akses internet, produk audio dan video, DVD, CD dan CD-ROM. Jenis-
b. Video
d. Akses Internet
menit.
7. Layanan Digital
maupun dalam bentuk CD. Di ruangan ini tersedia lebih dari 13.000 judul
Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Jumlah Koleksi Digital (USU Repository)
Format Dokumen
Jenis Dokumen Jumlah Fulltext Abstract
1. Laporan Penelitian
a. Kedokteran (Medicine) 275 √
b. Hukum (Law) 143 √
c. Pertanian (Agriculture) 118 √
d. Teknik (Engineering) 203 √
e. Ekonomi (Economics) 132 √
f. Kedokteran Gigi (Dentistry) 30 √
g. Sastra (Letters) 153 √
h. MIPA (Mathematics and Natural 88 √
Sciences)
i. ISIPOL (Social Sciences and 69 √
Politics)
j. Kesehatan Masyarakat (Public 114 √
Health)
k. Ilmu Komput er 1 √
(Computer Science)
l. Kehutanan (Forestry) 140 √
m. Keperawatan (Nursing) 23 √
n. Psikologi (Psychology) 26 √
2. Tesis Magister (Masters Theses) 1.071 √
3. Disertasi Doktor (PhD Dissertation) 28 √
4. E-Books 27 √
5. E-Journal 13 √
6. Panduan (Guidelines) 10 √
Jumlah 2.664
Belum dipublikasi 3.000 √
Total 5.664
Sumber : Laporan Tahunan Perpustakaan 2007
8. Fotokopi
Layanan fotokopi ini terdapat di lantai satu dan tiga. Fotokopi di lantai tiga
dipinjamkan keluar.
9. Pendidikan Pengguna
Sivitas akademik USU juga dapat memesan buku untuk dimiliki atas biaya
sendiri.
BAB III
LANDASAN
TEORI
keadaan primitif atau tradisional menjadi manusia yang berbudaya atau modern.
manusia untuk menaklukkan alam sekitarnya. Tujuan pokok manusia untuk selalu
dan bahan baku yang saling berinteraksi, sehingga perlu pemahaman tentang
manusia. Untuk dapat menghasilkan rancangan sistem kerja yang baik perlu
Sistem kerja menganut perinsip human centered design yaitu manusia merupakan
fokus dari rancangan sistem kerja. Ilmu yang mempelajari manusia beserta
manusia untuk merancang suatu sistem kerja, sehingga dapat hidup dan bekerja
dengan baik yang akhirnya akan mencapai tujuan yang diinginkan melalui
lebih efektif serta dapat memberi kepuasan kerja. Selain untuk memberi kepuasan
kerja, ergonomi juga mengamati aspek-aspek manusia dan mesin dalam suatu
baik dari segi manusia maupun dari segi mesin, sehingga dapat digunakan untuk
antropologi, faal kerja, biologi, sosiologi, perencanaan kerja, fisika dan lain-lain.
psikologis atau cara-cara tidak langsung, beban kerja dapat diukur dan dianjurkan
modifikasi yang sesuai diantara kapasitas kerja dan beban kerja serta beban
produktivitas juga dapat ditingkatkan. Dalam evaluasi kapasitas dan isi kerja,
perhatian utama perlu diberikan kepada kegiatan fisik, yaitu postur kerja,
intensitas, tempo, jam kerja, waktu istirahat dan pengaruh keadaan lingkungan.
3.2. Tujuan dan Pentingnya Ergonomi
pada suatu perusahaan atau organisasi. Hal ini dapat tercapai apabila terjadi
demikian akan menurunkan jumlah tenaga kerja yang tidak masuk kerja. Namun
perusahaan. Hal itu dapat dicapai dengan memperhatikan empat tujuan utama,
antara lain :
menjadi kurang optimal, tidak efisien, kualitas rendah dan seseorang bisa
mengalami gangguan kesehatan seperti nyeri (low back pain), gangguan otot
rangka dan lain-lain. Oleh karena itu, ergonomi penting karena pendekatan
ergonomi adalah membuat keserasian yang baik antara manusia dengan mesin
atau lingkungan.
dapat membantu mendapatkan postur kerja yang nyaman bagi pekerja, baik itu
postur kerja berdiri, duduk, angkat maupun angkut. Beberapa jenis pekerjaan akan
kerja seperti ini memaksa pekerja selalu berada pada postur kerja yang tidak alami
dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini akan mengakibatkan
pekerja cepat lelah, adanya keluhan sakit pada bagian tubuh, cacat produk bahkan
membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dalam jangka waktu
yang lama. Untuk mengatasi hal ini maka stasiun kerja harus dirancang
terutama sekali dengan memperhatikan fasilitas kerja seperti meja, kursi dan
lain-lain yang sesuai dengan data anthropometri agar pekerja dapat menjaga
postur kerjanya tetap tegak dan normal. Ketentuan ini terutama sekali
Pengaturan postur kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak jangkauan normal
memberikan postur kerja yang nyaman. Untuk hal-hal tertentu pekerja harus
mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya agar memperoleh postur kerja
c. Pekerja tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu
yang lama, dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam postur kerja
miring.
d. Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekwensi atau periode
waktu yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi diatas level
Postur duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal
ini dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Seorang operator
yang bekerja dalam postur duduk memerlukan sedikit istirahat dan secara
potensial lebih produktif. Sedangkan postur berdiri merupakan sikap siaga baik
fisik maupun mental, sehingga aktifitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan
teliti. Berdiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan lebih
sebagai berikut :
dan karakteristik individu seperti ukuran dan bentuk tubuh. Pertimbangan untuk
Otot adalah organ yang terpenting dalam sistem gerak tubuh. Otot dapat
bekerja secara statis (postural) dan dinamis (rythmic). Pada kerja otot dinamis,
kontraksi dan relaksasi terjadi silih berganti sedangkan pada kerja otot statis otot
Pada kerja otot statis, pembuluh darah tertekan oleh pertambahan tekanan
dalam otot akibat kontraksi sehingga mengakibatkan peredaran darah dalam otot
terganggu. Otot yang bekerja statis tidak memperoleh oksigen dan glukosa dari
darah dan harus menggunakan cadangan yang ada. Selain itu sisa metabolisme
tidak dapat diangkut keluar akibat peredaran darah yang terganggu sehingga sisa
yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat
sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama,
akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament dan
Yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis,
dihentikan
2. Keluhan menetap (persistent)
telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.
Keluhan otot skeletal pada ummnya terjadi karena kontraksi otot yang
berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi
kerja yang tidak alamiah. Di Indonesia, postur kerja yang tidak alami ini lebih
banyak disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara dimensi alat dan stasiun
kerja denga ukuran tubuh pekerja maupun tingkah laku pekerja itu sendiri. Postur
kerja yang tidak alami tersebut juga dapat disebabkan oleh hal-hal berikut.
menahan beban yang berat. Peragangan otot yang berlebihan ini terjadi karena
hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan
2. Aktivitas Berulang
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi
sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka
semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak
alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan
Di Indonesia, sikap kerja tidak alamiah ini lebih banyak disebabkan oleh
tidak adanya kesesuaian antara dimensi alat dan stasiun kerja dengan ukuran
tubuh pekerja. Sebagai negara berkembang, sampai saat ini Indonesia masih
didesain tidak berdasarkan ukuran tubuh orang Indonesia, maka pada saat pekerja
tidak alamiah.
yang bersangkutan, yang pada kenyataannya ukuran tubuhnya lebih besar dari
ini terjadi dalam kurun waktu yang lama, maka akan terjadi akumulasi keluhan
a. Tekanan
contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan
yang lunak akan menerima tekan langsung dari pegangan alat, dan apabila
hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.
b. Getaran
penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri pada
otot.
c. Mikroklimat
juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan
suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang ada
dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan
lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi pasokan energi yang
3.5. Kelelahan
suatu keadaan yang mudah dipulihkan dengan beristirahat. Tetapi jika dibiarkan
kerja. Ada 2 (dua) jenis kelelahan yakni kelelahan otot dan kelelahan umum.
akibat konstraksi tulang. Otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan,
secara visual atau melalui keluhan dari pekerja itu sendiri. Dengan adanya
penilaian dan analisis perbaikan postur kerja, diharapkan dapat diterapkan untuk
pekerja.
spesifikasi produk atau penambahan jenis produk baru. Kedua hal tersebut akan
kerja kembali.
baru, penilaian kembali postur kerja juga diperlukan saat dilakukan rotasi kerja.
Rotasi kerja dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi rasa kebosanan pekerja
karena melakukan pekerjaan yang sama dan terus-menerus (monoton). Maka saat
terjadi rotasi kerja, perlu dilakukan penilaian postur kerja kembali. Hal ini
kembali postur kerja dari pekerja. Namun jika tidak terjadi perubahan spesifikasi
produk, atau penambahan jenis produk baru, atau rotasi kerja, tidak perlu
load) selama bekerja. Metode OWAS didasarkan pada sebuah klasifikasi yang
pengamatan dari tugas selama bekerja. Metode OWAS pertama kali dilakukan
untuk menganalisis postur kerja pada industri baja. Metode ini telah digunakan
dan Australia.
data postur, beban/tenaga, dan fase kerja untuk kemudian dibuat kode berdasarkan
data tersebut. Evaluasi penilaian didasarkan pada skor dari tingkat bahaya postur
kerja yang ada dan selanjutnya dihubungkan dengan kategori tindakan yang harus
diambil.
Klasifikasi postur kerja dari metode OWAS adalah pada pergerakan tubuh
bagian belakang (punggung), lengan (arms), dan kaki (legs). Setiap postur tubuh
tersebut terdiri atas 4 postur bagian belakang, 3 postur lengan, dan 7 postur kaki.
Berat beban yang dikerjakan juga dilakukan penilaian mengandung 3 skala point.
3.6.2. Rapid Upper Limb Assessment (RULA)
Metode ini dirancang oleh Lynn Mc Atamney dan Nigel Corlett (1993) yang
sebuah pekerjaan yang memiliki resiko pada bagian tubuh dari perut hingga leher
penilaian postur leher, punggung, dan lengan atas. Setiap pergerakan di beri skor
mendeteksi postur kerja yang merupakan faktor resiko. Metode didesain untuk
Metode ini menggunakan diagram dari postur tubuh dan tiga tabel skor
dalam menetapkan evaluasi faktor resiko. Faktor resiko yang telah diinvestigasi
1. Jumlah pergerakan
3. Tenaga/kekuatan
kerja otot statis, tenaga kekuatan dan postur), RULA dikembangkan untuk (Mc
faktor organisasi.
Ada empat hal yang menjadi aplikasi utama dari RULA, yaitu untuk :
penggunaan peralatan.
Postur tubuh grup A terdiri atas lengan atas (upper arm), lengan bawah
(lower arm), pergelangan tangan (wrist) dan putaran pergelangan tangan (wrist
twist).
dilakukan terhadap sudut yang dibentuk lengan atas pada saat melakukan aktivitas
kerja. Sudut yang dibentuk oleh lengan atas diukur menurut posisi batang tubuh.
Adapun postur lengan atas (upper arm) dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Upper Arm)
Skor penilaian untuk postur tubuh bagian lengan atas (upper arm) dapat
dilakukan terhadap sudut yang dibentuk lengan bawah pada saat melakukan
aktivitas kerja. Sudut yang dibentu oleh lengan bawah diukur menurut posisi
batang tubuh. Adapun postur lengan bawah (lower arm) dapat dilihat pada
Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Postur Tubuh Bagian Lengan Bawah (Lower Arm)
Skor penilaian untuk bagian lengan bawah (lower arm) dapat dilihat pada
Tabel 3.2.
dilakukan terhadap sudut yang dibentuk oleh pergelangan tangan pada saat
melakukan aktivitas kerja. Sudut yang dibentuk oleh pergelangan tangan diukur
menurut posisi lengan bawah. Adapun postur pergelangan tangan (wrist) dapat
Skor penilaian untuk bagian lengan atas (upper arm) dapat dilihat pada
Tabel 3.3.
Adapun postur putaran pergelangan tangan (wrist twist) dapat dilihat pada
Gambar 3.4.
Untuk putaran pergelangan tangan (wrist twist) postur netral diberi skor :
putaran pergelangan tangan dimasukkan ke dalam tabel postur tubuh grup A untuk
Wrist
Upper Lower 1 2 3 4
Arm Arm Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist
1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 2 2 2 2 3 3 3
1 2 2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 2 3 3 3 4 4
1 2 2 2 3 3 3 4 4
2 2 2 2 2 3 3 3 4 4
3 2 3 3 3 3 4 4 5
1 2 3 3 3 4 4 5 5
3 2 2 3 3 3 4 4 5 5
3 2 3 3 4 4 4 5 5
1 3 4 4 4 4 4 5 5
4 2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 3 4 4 5 5 5 6 6
1 5 5 5 5 5 6 6 7
5 2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
1 7 7 7 7 7 8 8 9
6 2 7 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9
Setelah diperoleh hasil skor untuk postur tubuh grup A pada Tabel 3.4,
maka hasil skor tersebut ditambahkan dengan skor aktivitas. Penambahan skor
aktivitas tersebut berdasarkan kategori yang dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Skor Aktivitas
tubuh grup A pada Tabel 3.5, maka hasil skor tersebut ditambahkan dengan skor
beban. Penambahan skor beban tersebut berdasarkan kategori yang dapat dilihat
Postur tubuh grup B terdiri atas leher (neck), batang tubuh (trunk), dan
kaki (legs).
a. Leher (neck)
posisi leher pada saat melakukan aktivitas kerja apakah operator harus melakukan
kegiatan ekstensi atau fleksi dengan sudut tertentu. Adapun postur leher dapat
Skor penilaian untuk leher (neck) dapat dilihat pada Tabel 3.7.
sudut yang dibentuk tulang belakang tubuh saat melakukan aktivitas kerja dengan
tubuh saat melakukan aktivitas kerja dapat dilihat pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6. Postur Bagian Batang Tubuh (Trunk)
Skor penilaian bagian batang tubuh (trunk) dapat dilihat pada Tabel 3.8.
c. Kaki (Legs)
posisi kaki pada saat melakukan aktivitas kerja apakah operator bekerja dengan
posisi normal/seimbang atau bertumpu pada satu kaki lurus. Adapun posisi kaki
Skor penilaian untuk kaki (legs) dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Nilai dari skor postur tubuh leher, batang tubuh, dan kaki dimasukkan ke
Setelah diperoleh hasil skor untuk postur tubuh grup B pada Tabel 3.10,
maka hasil skor tersebut ditambahkan dengan skor aktivitas. Penambahan skor
aktivitas tersebut berdasarkan kategori yang dapat dilihat pada Tabel 3.11.
tubuh grup B pada Tabel 3.11, maka hasil skor tersebut ditambahkan dengan skor
beban. Penambahan skor beban tersebut berdasarkan kategori yang dapat dilihat
Untuk memperoleh skor akhir (grand score), skor yang diperoleh untuk
Kategori
Level Resiko Tindakan
Tindakan
1–2 Minimum Aman
Diperlukan beberapa
3–4 Kecil
waktu ke depan
Tindakan dalam
5–6 Sedang
waktu dekat
Tindakan sekarang
7 Tinggi
juga
REBA dirancang oleh Lynn Mc Atamney dan Sue Hignett (2000) sebagai
sebuah metode penilaian postur kerja untuk menilai faktor resiko gangguan tubuh
secara keseluruhan. Data yang dikumpulkan adalah data mengenai postur tubuh,
kekuatan yang digunakan, jenis pergerakan atau aksi, pengulangan dan pegangan.
Skor akhir REBA dihasilkan untuk memberikan sebuah indikasi tingkat resiko
Faktor postur tubuh yang dinilai dibagi atas dua kelompok utama atau grup
yaitu grup A yang terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri dari batang tubuh
(trunk), leher (neck) dan kaki (legs). Sedangkan grup B terdiri atas postur tubuh
kanan dan kiri dari lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm), dan
REBA dapat digunakan ketika penilaian postur kerja diperlukan dan dalam
sebuah pekerjaan :
postur kerja yang digunakan untuk menilai postur kerja pekerja yang berhubungan
diciptakan oleh Guangyan Li dan Peter Buckle pada tahun 1999. QEC didasarkan
kepada riset dan penelitian para praktisi pada jenis pekerjaan yang beresiko
Penilaian postur kerja dengan metode QEC dilakukan dari dua sisi.
Assesment Checklist. QEC menilai gangguan resiko yang terjadi pada bagian
yang dinilai dengan tabel skor penilaian sebagai skor akhir QEC untuk
Nala (1995) dan Hagg (1991) menyatakan bahwa kerja dengan sikap
paksa dapat menimbulkan gangguan pada sistem otot rangka. Pengaruh sikap atau
postur kerja terhadap keluhan pada otot rangka dapat dilihat pada penelitian yang
dibuat oleh Park & Bae (1997), yang melaporkan bahwa 40 % pekerja di industri
Nordic Body Map yang terdiri dari 27 items pertanyaan sudah biasa digunakan
terutama untuk penelitian ergonomi (Park & Bae, 1997; Sutajaya, 1997; Budiono,
1985). Dimensi tubuh yang diteliti dalam Nordic Body Map dapat dilihat pada
Gambar 3.8.
Keterangan :
Standard Nordic Questionnaire bersifat subjektif, karena keluhan rasa sakit yang
sakit pada bagian tubuh akibat aktivitas kerja tidaklah sama antara satu orang
dengan orang yang lain. Format Standard Nordic Questionnaire dapat dilihat pada
Tabel 3.15.
Tabel 3.15. Standard Nordic Questionnaire
No Jenis Keluhan A B
1 Sakit kaku di leher bagian atas
2 Sakit di bahu kiri
3 Sakit di bahu kanan
4 Sakit pada lengan atas kiri
5 Sakit di punggung
6 Sakit pada lengan atas kanan
7 Sakit pada pinggang
8 Sakit pada bokong
9 Sakit pada pantat
10 Sakit pada siku kiri
11 Sakit pada siku kanan
12 Sakit pada lengan bawah kiri
13 Sakit pada lengan bawah kanan
14 Sakit pada pergelangan tangan kiri
15 Sakit pada pergelangan tangan kanan
16 Sakit pada tangan kiri
17 Sakit pada tangan kanan
18 Sakit pada paha kiri
19 Sakit pada paha kanan
20 Sakit pada lutut kiri
21 Sakit pada lutut kanan
22 Sakit pada betis kiri
23 Sakit pada betis kanan
24 Sakit pada pergelangan kaki kiri
25 Sakit pada pergelangan kaki kanan
26 Sakit pada kaki kiri
27 Sakit pada kaki kanan
A = Sakit
B = Tidak sakit
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
berdasarkan latar belakang dan tujuan yang ingin dicapai dengan menggunakan
data, baik melalui literatur maupun melalui studi lapangan, melakukan pengolahan
buku ke rak buku besi dua sisi di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Medan
dilakukan dalam waktu 4 (empat) bulan (dari bulan Desember 2008 sampai
suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran
atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian deskriptif
ini digunakan untuk menjawab permasalahan penilaian postur kerja yang ada di
1. Masalah yang dirumuskan harus patut, ada nilai ilmiah serta tidak terlalu
luas.
2. Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan tegas dan tidak terlalu umum.
merupakan opini.
validitas.
5. Harus ada deskriptif yang terang tentang tempat serta waktu penelitian
dilakukan.
6. Hasil penelitian harus berisi secara mendetail yang digunakan baik dalam
(value).
masalah status.
3. Sifat penelitian adalah ex post facto, karena itu tidak ada kontrol terhadap
data. Instrumen penelitian sangat mendukung dalam analisa dan pengambilan data
di lokasi penelitian. Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain adalah :
1. Kamera, yang berfungsi untuk memfoto postur kerja dari para operator di
untuk menilai setiap pergerakan leher (neck), kaki (leg), lengan atas
(activity).
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan penelitian
secara terhadap objek penelitian di lapangan yaitu kondisi aktual dari lantai
diperlukan adalah :
- Data postur kerja, berupa foto pegawai ketika melakukan aktivitas dengan
2. Data Sekunder
referensi yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, dan juga data yang
diperoleh dari perusahaan, yaitu gambaran umum dan sejarah perusahaan, jumlah
cara :
atas leher (neck), kaki (leg), lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower
skor B.
Pengamatan sikap kerja operator pada bagian pelayanan untuk setiap elemen kegiatan
Lengan bawah
(lower arm)
Leher (neck)
Kaki (leg)
level tindakan terhadap postur kerja pegawai. Dari level tindakan ini
didentifikasikan dan dianalisis fasilitas penyebab postur kerja yang tidak alami.
Hasil analisis digunakan untuk memperbaiki metode kerja agar didapat postur
Pada proses analisa data yang telah dilakukan akan diperoleh kesimpulan
Pengumpulan Data :
Pengamatan metode kerja yang dilakukan pegawai bagian pelayanan khususnya yang bertugas menyusun buku
Pengamatan langsung pada pegawai yang sedang bekerja (mengamati postur kerja) dengan cara memotret pos
Mengukur waktu pada postur tertentu.
Mengukur dimensi fasilitas kerja yaitu rak buku besi dua sisi dan troli pembawa buku.
Data jumlah pegawai dari Divisi Tata Usaha berupa Laporan Tahunan 2007 Perpustakaan Universitas Sumatera
Menyebarkan Standard Nordic Questionnaire kepada para pegawai bagian pelayanan yang bertugas menyusun
Pengolahan Data :
Tabulasi hasil Standard Nordic Questionnaire dengan cara menghitung jumlah keluhan yang sejenis dan p
Penilaian postur kerja pegawai dengan metode RULA sesuai dengan postur kerja yang diteliti
Rekapitulasi hasil perhitungan postur kerja pegawai bagian pelayanan berdasarkan metode RULA.
perbedaan metode kerja antara pegawai yang bekerja di bagian pelayanan koleksi
pinjam singkat (KPS) dengan pegawai bagian pelayanan yang bekerja di lantai
membantu anggota perpustakaan yang ingin meminjam buku dengan cara mencari
buku tersebut di rak buku besi dua sisi secara manual, berdasarkan catatan kode
buku yang diberikan anggota perpustakaan tersebut. Selain itu pegawai juga
buku besi dua sisi dengan menggunakan troli pembawa buku. Sedangkan pegawai
bagian pelayanan yang bekerja di lantai tiga dan lantai empat hanya bertugas
menyusun buku ke rak buku besi dua sisi dengan menggunakan troli pembawa
buku.
Waktu
No Elemen Kegiatan Sikap Kerja
(detik)
1. Mencari buku yang akan dipinjam
anggota perpustakaan pada rak buku besi
dua sisi secara manual, berdasarkan
catatan kode buku yang diberikan
anggota perpustakaan tersebut.
a. Menerima dan membaca catatan kode
10 Duduk
buku dari anggota perpustakaan
Jongkok, bungkuk
atau berdiri,
b. Mencari dan mengambil buku di rak
tergantung kepada
buku secara manual sesuai dengan 30
letak buku yang dicari
catatan kode buku
pada rak buku besi
dua sisi
c. Memberikan buku kepada anggota
5 Berdiri
perpustakaan
2. Menyusun buku pada rak buku besi dua
sisi dengan menggunakan troli pembawa
buku
a. Menyusun dan menyortir buku
menurut kode buku sesuai dengan
300 Bungkuk atau berdiri
letak buku dalam rak buku besi dua
sisi pada troli pembawa buku
b. Mendorong troli ke rak buku terdekat 15 Berdiri
Bungkuk atau
c. Mengambil buku dari troli dan berdiri, tergantung
6
membaca kode buku pada letak buku yang
diambil
dari troli
Jongkok, bungkuk
atau berdiri,
d. Mencari kode katalog buku yang tergantung kepada
20
sesuai pada rak buku besi dua sisi letak buku yang dicari
pada rak buku besi
dua sisi
Jongkok, bungkuk
atau berdiri,
e. Menyusun buku di rak buku besi dua tergantung kepada
8
sisi sesuai dengan kode katalog buku letak buku yang akan
disusun pada rak buku
besi dua sisi
Tabel 5.1. Metode Kerja Pegawai Bagian Pelayanan Koleksi Pinjam
Singkat (Lanjutan)
Waktu
No Elemen Kegiatan Sikap Kerja
(detik)
Jongkok, bungkuk
atau berdiri,
f. Merapikan buku yang telah disusun
5 tergantung kepada
pada rak buku besi dua sisi
letak buku pada rak
buku besi dua sisi
g. Mendorong troli yang telah kosong
15 Berdiri
ke area penyimpanan troli
Metode kerja yang dilakukan oleh pegawai bagian pelayanan di lantai tiga
dan lantai empat pada dasarnya memiliki kesamaan, sehingga data cukup diambil
sekali saja. Dalam hal ini data yang diambil adalah metode kerja pegawai bagian
Waktu
No Elemen Kegiatan Sikap Kerja
(detik)
Mengambil troli pembawa buku dari area
1. 10 Berdiri
penyimpanan sementara
Mengambil buku dari atas meja dan
2. mengumpulkan buku tersebut dalam troli 600 Bungkuk atau berdiri
pembawa buku
Menyortir buku sesuai dengan kode buku
3. yang akan disusun pada rak buku besi 300 Berdiri
dua sisi
4. Mendorong troli ke rak buku terdekat 15 Berdiri
Bungkuk atau berdiri,
Mengambil buku dari troli dan membaca
5. 8 tergantung pada letak
kode buku
buku dalam troli
Jongkok, bungkuk
atau berdiri,
Menyusun buku di rak sesuai dengan tergantung kepada
6. 8
kode katalog buku letak buku yang akan
disusun pada rak buku
besi dua sisi
Tabel 5.2. Metode Kerja Pegawai Bagian Pelayanan Lantai Tiga
(Lanjutan)
Waktu
No Elemen Kegiatan Sikap Kerja
(detik)
Jongkok, bungkuk
atau berdiri,
Merapikan buku yang telah disusun pada
7. 5 tergantung kepada
rak
letak buku pada rak
buku besi dua sisi
Mendorong troli yang telah kosong ke
8. 15 Berdiri
area penyimpanan troli
Postur kerja yang akan dipilih untuk dinilai adalah postur kerja yang lebih
sering dilakuka n selama satu siklus kerja, atau postur kerja yang menjadi postur
utama ketika pekerja sedang bekerja. Elemen kegiatan yang paling sering dan
paling lama dilakukan oleh pegawai adalah menyusun buku ke rak buku besi dua
sisi. Postur kerja yang akan diteliti adalah postur kerja untuk elemen kegiatan
Postur kerja pada elemen kegiatan menyusun buku ke rak buku besi dua
sisi di lantai tiga terdiri atas lima jenis postur yaitu jongko k, bungkuk, berdiri,
berdiri dengan tangan terentang ke atas dan berdiri dengan tangan terentang ke
atas serta kaki berjinjit. Kelima postur kerja tersebut dilakukan oleh para pegawai
secara berulang-ulang sesuai dengan letak buku yang akan disusun pada rak buku
yang terpilih sebagai objek penelitian yang dilakukan di bagian pelayanan lantai
tiga perpustakaan Universitas Sumatera Utara, karena terdapat 8 pekerja yang
pelayanan tersebut khususnya untuk elemen kegiatan menyusun buku ke rak buku
besi dua sisi. Data jumlah penyusunan buku yang diperoleh dari pengamatan pada
pekerja setiap 15 menit secara bergantian selama dua hari dapat dilihat pada Tabel
5.3.
Tabel 5.3. Jumlah Penyusunan Buku ke Rak Buku Besi Dua Sisi
Pekerja
No Waktu A B C D E F G H
1. 15 menit 40 44 41 50 40 45 49 52
2. 15 menit 51 40 55 49 43 54 42 43
3. 15 menit 49 43 50 42 47 50 47 45
4. 15 menit 54 48 52 47 51 43 50 49
5. 15 menit 57 51 49 45 47 49 54 51
6. 15 menit 52 57 42 51 54 51 49 57
7. 15 menit 58 51 48 49 50 49 51 54
8. 15 menit 56 49 51 47 48 54 57 47
Jumlah 417 383 388 380 380 395 399 398
Rata-rata 52 48 48 47 47 49 50 50
Untuk jumlah penyusunan buku ke rak buku besi dua sisi pada hari ke-2
Tabel 5.4. Jumlah Penyusunan Buku ke Rak Buku Besi Dua Sisi
Pekerja
No Waktu A B C D E F G H
1. 15 menit 50 54 47 51 49 47 45 54
2. 15 menit 50 42 56 47 45 56 49 47
3. 15 menit 48 47 52 49 48 51 49 47
4. 15 menit 56 49 54 45 52 47 51 44
5. 15 menit 52 50 44 47 45 44 51 54
Tabel 5.4. Jumlah Penyusunan Buku ke Rak Buku Besi Dua Sisi
Pekerja
No Waktu A B C D E F G H
6. 15 menit 50 54 49 52 54 50 44 56
7. 15 menit 56 52 44 47 51 47 52 51
8. 15 menit 51 47 54 45 47 52 50 47
Jumlah 413 395 400 383 391 394 391 400
Rata-rata 52 49 50 48 49 49 49 50
Dari hasil data jumlah penyusunan buku ke rak buku besi dua sisi yang
dilakukan selama dua hari pada Tabel 5.3 dan 5.4, maka dilakukan perhitungan
rata-rata hari pertama dengan hari kedua dari setiap pekerja. Maka hasil rata-rata
Tabel 5.5. Rata-rata Penyusunan Buku ke Rak Buku Besi Dua Sisi
Pekerja
Hari A B C D E F G H
1 417 383 388 380 380 395 399 398
2 413 395 400 383 391 394 391 400
Jumlah 830 778 788 763 771 789 790 798
Rata-rata 52 48 49 47 48 49 49 50
Rata-rata
49
Pekerja
adalah sebesar 49 buku, maka pekerja yang mendekati jumlah rata-rata tersebut
adalah pekerja C, F dan G.. Pemilihan pekerja normal yang menjadi objek
penelitian untuk pengumpulan data postur kerja di bagian pelayanan lantai tiga
pada penyusunan buku ke rak buku besi dua sisi adalah pekerja C.
5.1.2. Data Postur Kerja
Utara yang diamati adalah postur kerja untuk elemen kegiatan menyusun buku ke
dalam rak buku besi dua sisi. Elemen kegiatan tersebut dapat dilihat pada Gambar
5.1.
Gambar 5.1. Elemen Kegiatan Menyusun Buku pada Rak Pertama dengan
Postur Jongkok
buku di rak paling bawah dengan postur jongkok. Tinggi rak terbawah dari lantai
adalah 23 cm. Lebar rak untuk setiap tingkatan adalah 498 cm, dimana dalam
setiap tingkatan terbagi atas lima barisan penyusunan buku berdasarkan kode
Penyusunan buku di rak kedua seperti terlihat pada Gambar 5.2 dilakukan
dengan postur bungkuk. Tinggi rak kedua dari lantai adalah 61 cm.
Gambar 5.3. Elemen Kegiatan Menyusun Buku pada Rak Ketiga dengan
Postur Berdiri
Dari Gambar 5.3 terlihat bahwa pegawai melakukan kegiatan menyusun
buku pada rak ketiga dengan postur berdiri. Tinggi rak ketiga dari lantai adalah
99 cm.
Gambar 5.4. Elemen Kegiatan Menyusun Buku pada Rak Keempat dengan
Postur Berdiri dengan Tangan Terentang ke Atas
Kegiatan menyusun buku pada rak keempat seperti terlihat pada Gambar
5.4 dilakukan dengan postur berdiri dengan tangan terentang ke atas. Tinggi rak
Penyusunan buku di rak paling tinggi atau rak kelima seperti terlihat pada
Gambar 5.5 dilakukan dengan postur berdiri dengan tangan terentang ke atas serta
kaki berjinjit. Rentangan tangan pada rak kelima tersebut lebih jauh daripada rak
kedalam rak buku besi dua sisi dilakukan dalam waktu yang bervariasi. Data
waktu postur kerja diambil secara acak sebanyak 5 buah data dari setiap postur
kerja yang dilakukan pegawai. Tujuan pengambilan data waktu postur kerja
postur kerja terhadap keluhan rasa sakit yang mungkin timbul pada bagian tubuh
menyusun buku lainnya. Data waktu postur kerja dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Fasilitas yang mendukung kegiatan penyusunan buku adalah rak buku besi
dua sisi yang berjumlah 438 buah dan troli pembawa buku dengan jumlah 50
buah. Rak buku besi dua sisi yang diukur adalah rak buku yang terdapat di lantai 1
yaitu di bagian koleksi pinjam singkat, lantai 3 dan lantai 4. Rak buku yang
digunakan di lantai 2 terdapat dalam 2 jenis yang berbeda yang memiliki ukuran
dan fungsi yang berbeda pula. Rak buku jenis yang pertama adalah rak buku besi
satu sisi yang berfungsi sebagai tempat memajang buku-buku baru. Rak buku
jenis yang kedua adalah rak buku besi dua sisi yang berfungsi untuk menyimpan
Rak buku besi dua sisi berfungsi sebagai tempat buku-buku disusun
alat yang dapat membantu para pegawai bagian pelayanan khususnya bagian
dalam rak buku besi dua sisi. Kapasitas maksimal troli pembawa buku adalah 170
buku. Ukuran rak buku besi dua sisi dan troli pembawa buku dapat dilihat pada
2
98 cm 3
c
m
1
236 cm
9
0
c
38 cm
23 cm
25
c
m
89 cm
25 cm
9.5 cm
menyusun buku ke dalam rak buku besi dua sisi. Data yang digunakan adalah data
pegawai tahun 2008. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.7.
menyusun buku adalah 24 orang, tetapi yang diamati hanya 15 orang. Hal ini
disebabkan karena 9 orang pegawai adalah pegawai yang masa kerjanya pada
bagian pelayanan kurang dari satu tahun. Para pegawai tersebut sebelumnya
Jenis Tinggi
No Nama Pegawai Umur Lama Bekerja
Kelamin Tubuh
1. Nurhani Perempuan 158 cm 49 tahun 18 tahun 1 bulan
2. Lisnawati Gultom Perempuan 156 cm 36 tahun 11 tahun 2 bulan
3. Deliana Hadifah Hutabarat Perempuan 155 cm 34 tahun 11 tahun 2 bulan
4. Rahmadsyah Siagian Laki-laki 165 cm 45 tahun 11 tahun 2 bulan
5. Ernawati Abbas Perempuan 155 cm 37 tahun 11 tahun 2 bulan
6. Sorta Rusliya Manurung Perempuan 156 cm 42 tahun 11 tahun 2 bulan
7. Eldalin Rotua Sinaga, A. Md Perempuan 155 cm 34 tahun 10 tahun 2 bulan
8. Tri Wahyuni, S. S Perempuan 158 cm 37 tahun 10 tahun 2 bulan
9. Ernawati Perempuan 154 cm 30 tahun 8 tahun
10. Sri Netta Tarigan, S. S Perempuan 160 cm 35 tahun 8 tahun
11. Juliaty, S. Sos Perempuan 165 cm 33 tahun 5 tahun
12. Marianti Naibaho, A. Md Perempuan 155 cm 29 tahun 2 tahun
13. Mustajab, A. Md Laki-laki 157 cm 29 tahun 2 tahun
14. Saidah Tarihoran Perempuan 153 cm 38 tahun 2 tahun
15. Rahmat Hidayat, A. Md Laki-laki 160 cm 24 tahun 1 tahun
Standard Nordic Questionaire disebarkan pada hari kamis, 8 Januari 2009 dengan
pada Lampiran 1. Hasil Standard Nordic Questionaire tersebut dapat dilihat pada
Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Hasil Standard Nordic Questionaire
Jenis Lama
No Nama Pegawai Umur Jenis Keluhan
Kelamin Bekerja
Sakit kaku di leher
bagian atas
Sakit di punggung
18 tahun Sakit pada pinggang
1. Nurhani Perempuan 49 tahun Sakit pada lutut kiri
1 bulan
Sakit pada lutut kanan
Sakit pada kaki kiri
Sakit pada kaki kanan
Sakit kaku di leher
bagian atas
11 tahun Sakit di bahu kiri
2. Lisnawati Gultom Perempuan 36 tahun
2 bulan Sakit di punggung
Sakit pada pinggang
Sakit kaku di leher
bagian atas
11 tahun
3. Deliana Hadifah Hutabarat Perempuan 34 tahun Sakit pada pergelangan
2 bulan tangan kiri
Sakit pada betis kiri
Sakit kaku di leher
bagian atas
11 tahun Sakit di punggung
4. Rahmadsyah Siagian Laki-laki 45 tahun
2 bulan Sakit pada kaki kiri
Sakit pada kaki kanan
Sakit kaku di leher
bagian atas
Sakit di punggung
11 tahun Sakit pada pinggang
5. Ernawati Abbas Perempuan 37 tahun Sakit pada tangan kiri
2 bulan
Sakit pada tangan kanan
Sakit pada kaki kiri
Sakit pada kaki kanan
Sakit kaku di leher
bagian atas
Sakit di punggung
11 tahun Sakit pada pinggang
6. Sorta Rusliya Manurung Perempuan 42 tahun Sakit pada betis kiri
2 bulan
Sakit pada betis kanan
Sakit pada kaki kiri
Sakit pada kaki kanan
Tabel 5.8. Hasil Standard Nordic Questionaire (Lanjutan)
Jenis Lama
No Nama Pegawai Umur Jenis Keluhan
Kelamin Bekerja
Sakit kaku di leher
bagian atas
10 tahun Sakit pada pinggang
7. Eldalin Rotua Sinaga, A. Md Perempuan 34 tahun
2 bulan Sakit pada betis kiri
Sakit pada betis kanan
Sakit kaku di leher
bagian atas
10 tahun Sakit pada pinggang
8. Tri Wahyuni, S. S Perempuan 37 tahun
2 bulan Sakit pada kaki kiri
Sakit pada kaki kanan
Sakit kaku di leher
bagian atas
Sakit di punggung
9. Ernawati Perempuan 30 tahun 8 tahun Sakit pada pinggang
Sakit pada kaki kiri
Sakit pada kaki kanan
Sakit di bahu kiri
Sakit di bahu kanan
10. Sri Netta Tarigan, S. S Perempuan 35 tahun 8 tahun Sakit pada lutut kiri
Sakit pada lutut kanan
Sakit kaku di leher
bagian atas
Sakit di punggung
11. Juliaty, S. Sos Perempuan 33 tahun 5 tahun Sakit pada pinggang
Sakit pada betis kiri
Sakit pada betis kanan
Sakit di punggung
Sakit pada pinggang
Sakit pada pergelangan
kaki kiri
12. Marianti Naibaho, A. Md Perempuan 29 tahun 2 tahun Sakit pada pergelangan
kaki kanan
Sakit pada kaki kiri
Sakit pada kaki kanan
Sakit kaku di leher
bagian atas
13. Mustajab, A. Md Laki-laki 29 tahun 2 tahun Sakit di bahu kiri
Sakit di bahu kanan
Tabel 5.8. Hasil Standard Nordic Questionaire (Lanjutan)
Jenis Lama
No Nama Pegawai Umur Jenis Keluhan
Kelamin Bekerja
Sakit kaku di leher
bagian atas
Sakit pada tangan kiri
14. Saidah Tarihoran Perempuan 38 tahun 2 tahun Sakit pada tangan kanan
Sakit pada kaki kiri
Sakit pada kaki kanan
Sakit di punggung
15. Rahmat Hidayat, A. Md Laki-laki 24 tahun 1 tahun Sakit pada pinggang
menyusun buku ke dalam rak yang diteliti. Hasil tabulasi Standard Nordic
Dari Gambar 5.8 terlihat bahwa bagian kanan dan kiri tubuh pegawai pada
saat menyusun buku dengan postur jongkok berada pada posisi yang sama,
sehingga perhitungan skor untuk postur kerja cukup dilakukan satu kali saja.
a. Postur tubuh grup A
Wrist
Upper Lower 1 2 3 4
Arm Arm Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist
1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 2 2 2 2 3 3 3
1 2 2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 2 3 3 3 4 4
1 2 2 2 3 3 3 4 4
2 2 2 2 2 3 3 3 4 4
3 2 3 3 3 3 4 4 5
1 2 3 3 3 4 4 5 5
3 2 2 3 3 3 4 4 5 5
3 2 3 3 4 4 4 5 5
1 3 4 4 4 4 4 5 5
4 2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 3 4 4 5 5 5 6 6
1 5 5 5 5 5 6 6 7
5 2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
1 7 7 7 7 7 8 8 9
6 2 7 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9
Trunk
1 2 3 4 5 6
Neck Legs Legs Legs Legs Legs Legs
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9
- Skor aktivitas
- Skor beban
Beban < 2 kg dengan skor = 0
Skor Grup B
Skor Grup A 1 2 3 4 5 6 7+
1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7
8 5 5 6 7 7 7 7
maka level resiko dari aktivitas menyusun buku di perpustakaan USU dengan
postur jongkok berada pada kategori level resiko tinggi dan diperlukan tindakan
Pergelangan
tangan
Dari Gambar 5.9 terlihat bahwa bagian kanan dan kiri tubuh pegawai pada
saat menyusun buku dengan postur bungkuk berada pada posisi yang sama,
sehingga perhitungan skor untuk postur tubuh cukup dilakukan satu kali saja.
Wrist
Upper Lower 1 2 3 4
Arm Arm Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist
1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 2 2 2 2 3 3 3
1 2 2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 2 3 3 3 4 4
1 2 2 2 3 3 3 4 4
2 2 2 2 2 3 3 3 4 4
3 2 3 3 3 3 4 4 5
1 2 3 3 3 4 4 5 5
3 2 2 3 3 3 4 4 5 5
3 2 3 3 4 4 4 5 5
1 3 4 4 4 4 4 5 5
4 2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 3 4 4 5 5 5 6 6
1 5 5 5 5 5 6 6 7
5 2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
1 7 7 7 7 7 8 8 9
6 2 7 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9
- Skor aktivitas
- Skor beban
Trunk
1 2 3 4 5 6
Neck Legs Legs Legs Legs Legs Legs
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9
- Skor aktivitas
- Skor beban
Skor Grup B
Skor Grup A 1 2 3 4 5 6 7+
1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7
8 5 5 6 7 7 7 7
kegiatan menyusun buku untuk postur bungkuk termasuk level resiko sedang dan
Dari Gambar 5.10 terlihat bahwa bagian kanan dan kiri tubuh pegawai
pada saat menyusun buku dengan postur berdiri berada pada posisi yang sama,
sehingga perhitungan skor untuk postur tubuh cukup dilakukan satu kali saja.
Wrist
Upper Lower 1 2 3 4
Arm Arm Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist
1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 2 2 2 2 3 3 3
1 2 2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 2 3 3 3 4 4
1 2 2 2 3 3 3 4 4
2 2 2 2 2 3 3 3 4 4
3 2 3 3 3 3 4 4 5
1 2 3 3 3 4 4 5 5
3 2 2 3 3 3 4 4 5 5
3 2 3 3 4 4 4 5 5
1 3 4 4 4 4 4 5 5
4 2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 3 4 4 5 5 5 6 6
1 5 5 5 5 5 6 6 7
5 2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
1 7 7 7 7 7 8 8 9
6 2 7 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9
- Skor aktivitas
- Skor beban
Trunk
1 2 3 4 5 6
Neck Legs Legs Legs Legs Legs Legs
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9
- Skor aktivitas
- Skor beban
Skor Grup B
Skor Grup A 1 2 3 4 5 6 7+
1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7
8 5 5 6 7 7 7 7
postur berdiri berdasarkan Tabel 5.18 adalah = 4. Berdasarkan skor tersebut maka
level resiko dari kegiatan menyusun buku di perpustakaan USU dengan postur
berdiri berada pada kategori level resiko kecil dan diperlukan tindakan perbaikan
Le
her
Bat
an
g
tub
uh
Dari Gambar 5.11 terlihat bahwa bagian kanan dan kiri tubuh pegawai
pada saat menyusun buku dengan postur berdiri dengan tangan terentang ke atas
berada pada posisi yang sama, sehingga perhitungan skor untuk postur tubuh
dengan skor = 2
Tabel 5.19. Skor Group A untuk Postur Berdiri dengann Tangan Terentang ke Atas
Wrist
Upper Lower 1 2 3 4
Arm Arm Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist
1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 2 2 2 2 3 3 3
1 2 2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 2 3 3 3 4 4
1 2 2 2 3 3 3 4 4
2 2 2 2 2 3 3 3 4 4
3 2 3 3 3 3 4 4 5
1 2 3 3 3 4 4 5 5
3 2 2 3 3 3 4 4 5 5
3 2 3 3 4 4 4 5 5
1 3 4 4 4 4 4 5 5
4 2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 3 4 4 5 5 5 6 6
1 5 5 5 5 5 6 6 7
5 2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
1 7 7 7 7 7 8 8 9
6 2 7 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9
- Skor aktivitas
Trunk
1 2 3 4 5 6
Neck Legs Legs Legs Legs Legs Legs
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9
- Skor aktivitas
Skor Grup B
Skor Grup A 1 2 3 4 5 6 7+
1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7
8 5 5 6 7 7 7 7
USU dengan
Skor akhir untuk aktivitas menyusun buku di perpustakaan
postur tubuh berdiri dan tangan terentang ke atas berdasarkan Tabel 5.21 adalah 6.
Berdasarkan skor tersebut maka level resiko dari aktivitas menyusun buku di
perpustakaan USU berada pada kategori level resiko sedang dan diperlukan
Ba
ta
ng
tu
bu
h
Dari Gambar 5.12 terlihat bahwa bagian kanan dan kiri tubuh pegawai
pada saat menyusun buku dengan postur berdiri dengan tangan terentang ke atas
serta kaki berjinjit berada pada posisi yang sama, sehingga perhitungan skor untuk
dengan skor = 2
Tabel 5.22. Skor Group A untuk Postur Tubuh Berdiri Tangan Terentang
Wrist
Upper Lower 1 2 3 4
Arm Arm Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist
1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 2 2 2 2 3 3 3
1 2 2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 2 3 3 3 4 4
1 2 2 2 3 3 3 4 4
2 2 2 2 2 3 3 3 4 4
3 2 3 3 3 3 4 4 5
1 2 3 3 3 4 4 5 5
3 2 2 3 3 3 4 4 5 5
3 2 3 3 4 4 4 5 5
1 3 4 4 4 4 4 5 5
4 2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 3 4 4 5 5 5 6 6
1 5 5 5 5 5 6 6 7
5 2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
1 7 7 7 7 7 8 8 9
6 2 7 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9
Skor postur tubuh grup A berdasarkan Tabel 5.22 adalah = 4
- Skor aktivitas
- Skor beban
Tabel 5.23. Skor Group B Postur Tubuh Berdiri dan Tangan Terentang ke
Trunk
1 2 3 4 5 6
Neck Legs Legs Legs Legs Legs Legs
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9
Skor postur tubuh grup B berdasarkan Tabel 5.23 adalah = 5
- Skor aktivitas
- Skor beban
Tabel 5.24. Skor Group C Postur Tubuh Berdiri dan Tangan Terentang ke Atas serta Kaki Berjinjit
Skor Grup B
Skor Grup A 1 2 3 4 5 6 7+
1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7
8 5 5 6 7 7 7 7
postur berdiri dengan tangan terentang ke atas serta kaki berjinjit berdasarkan
Tabel 5.24 adalah = 7. Berdasarkan skor tersebut maka level resiko dari kegiatan
terentang ke atas serta kaki berjinjit berada pada kategori level resiko tinggi dan
rak buku besi dua sisi, dapat direkapitulasi pada Tabel 5.25.
Assessment (RULA)
Dari hasil pengolahan data postur kerja untuk elemen kegiatan penyusunan
dengan postur kerja jongkok adalah 7. Berdasarkan skor tersebut maka level
resiko dari kegiatan tersebut berada pada kategori level resiko tinggi dan
diperlukan tindakan perbaikan postur kerja sekarang juga. Postur kerja jongkok
dilakukan oleh para pegawai bagian pelayanan untuk menyusun buku di rak
pertama. Para pegawai harus berjongkok karena tinggi rak pertama dari lantai
adalah 23 cm.
Apabila jumlah buku yang harus disusun pada rak pertama ini sangat
banyak, maka para pegawai dapat melakukan postur kerja jongkok dalam waktu
yang lama, sehingga bila terjadi perubahan postur kerja secara spontan, para
metode RULA, sudut yang dibentuk oleh bagian tubuh pegawai cukup besar.
Pegawai yang memiliki tinggi tubuh diatas 155 cm lebih sulit melakukan
postur tubuh jongkok dibandingkan dengan pegawai yang memiliki tinggi tubuh
dibawah 155 cm. Hal ini dapat disebabkan karena tinggi rak pertama dari lantai
yang hanya 23 cm, jika diukur dari tubuh pegawai tersebut hanya sebatas lutut
atau bahkan dibawah lutut, sehingga pegawai merasa kesulitan ketika harus
berjongkok.
postur tubuh bungkuk adalah 5. Berdasarkan skor tersebut maka level resiko dari
aktivitas tersebut berada pada kategori level resiko sedang dan diperlukan
Aktivitas menyusun buku pada rak kedua dilakukan oleh pegawai dengan
postur tubuh membungkuk. Hal ini disebabkan karena tinggi rak kedua dari lantai
adalah 61 cm. Sistem pengatalogan buku juga sangat mempengaruhi postur kerja
pegawai. Kode katalog buku yang terletak dibagian bawah buku juga dianggap
menyulitkan oleh para pegawai, karena pegawai harus lebih membungkuk untuk
postur tubuh berdiri adalah 4. Berdasarkan skor tersebut maka level resiko dari
aktivitas tersebut berada pada kategori level resiko kecil dan diperlukan tindakan
pelayanan harus berdiri. Tinggi rak ketiga dari lantai adalah 99 cm. Postur tubuh
berdiri adalah postur tubuh yang memiliki level resiko paling kecil dibandingkan
dengan postur tubuh lainnya. Tetapi postur tubuh berdiri juga memerlukan
tindakan perbaikan karena bila dilakukan dalam waktu yang lama, bagian tubuh
postur berdiri dan tangan terentang ke atas adalah 6. Berdasarkan skor tersebut
maka level resiko dari kegiatan tersebut berada pada kategori level resiko sedang
Postur tubuh berdiri dengan tangan terentang keatas dilakukan oleh para
pegawai untuk menyusun buku di rak keempat, karena tinggi rak keempat dari
lantai adalah 137 cm. Sudut yang dibentuk oleh rentangan tangan pegawai sangat
pegawai dengan tinggi tubuh diatas 155 cm memiliki sudut rentangan tangan lebih
kecil dibandingkan dengan pegawai yang memiliki tinggi tubuh dibawah 155 cm.
e. Postur tubuh berdiri dan tangan terentang ke atas serta kaki berjinjit
postur berdiri dan tangan terentang ke atas serta kaki berjinjit adalah 7.
Berdasarkan skor tersebut maka level resiko dari aktivitas tersebut berada pada
kategori level resiko tinggi dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja
sekarang juga.
Penyusunan buku pada rak kelima membuat para pegawai harus berdiri
dengan tangan terentang ke atas serta kaki berjinjit. Hal ini disebabkan tinggi rak
kelima dari lantai adalah 175 cm. Tinggi tubuh pegawai yang paling tinggi adalah
165 cm, dan yang paling rendah adalah 153 cm. Untuk pegawai yang memiliki
tinggi tubuh diatas 155 cm, umumnya tidak begitu kesulitan ketika harus
menyusun buku di rak kelima, karena kaki para pegawai tersebut cukup berjinjit.
Tetapi untuk pegawai yang memiliki tinggi tubuh dibawah 155 cm, umumnya
dapat disimpulkan bahwa postur kerja yang memiliki level resiko tertinggi adalah
postur kerja jongkok dan berdiri dengan tangan terentang keatas serta kaki
berjinjit. Postur kerja ini harus diperbaiki sekarang juga. Selain itu, postur kerja
bungkuk dan berdiri dengan tangan tangan terentang ke atas yang memiliki level
resiko sedang juga harus diperbaiki dalam waktu dekat. Selanjutnya, walaupun
resiko postur kerja berdiri berada pada level resiko yang kecil, tetapi juga perlu
Tinggi rak buku besi dua sisi sangat mempengaruhi postur kerja para
pegawai bagian pelayanan khususnya yang bertugas menyusun buku. Tinggi rak
buku dari lantai adalah 175 cm. Hal ini sangat menyulitkan para pegawai untuk
menyusun buku terutama buku-buku yang berada pada rak keempat dan kelima.
terentang ke atas serta kaki berjinjit sehingga postur kerja yang terbentuk menjadi
tidak alami.
kelelahan dan produktivitas para pegawai bagian pelayanan. Para pegawai sering
menumpuk buku-buku diatas troli pembawa buku melebihi kapasitas troli. Buku-
buku diatas troli tersebut juga sering dibiarkan begitu saja di sudut ruangan dan
tidak segera disusun kedalam rak. Hal ini sangat merugikan khususnya untuk para
mahasiswa yang ingin membaca atau meminjam buku-buku tersebut. Terlebih lagi
produktivitas kerjanya. Hal ini terjadi apabila ada pegawai yang absen atau tidak
masuk kerja. Buku-buku yang seharusnya disusun oleh pegawai tersebut menjadi
Tetapi hanya bila beban kerja atau buku-buku yang harus disusun pada saat itu
tidak terlalu banyak jumlahnya. Karena apabila buku-buku yang harus disusun
bertugas menyusun buku kedalam rak buku besi dua sisi, terlihat sudah cukup
terbiasa dengan kegiatan penyusunan buku. Para pegawai telah mengetahui dan
dibutuhkan untuk menyusun buku kedalam rak relatif cukup singkat. Untuk
menyusun satu buah buku, umumnya para pegawai hanya memerlukan waktu 4
sampai 6 detik.
Waktu yang dibutuhkan untuk menyusun satu buah buku akan lebih lama
apabila para pegawai harus mencari kode katalog buku yang akan disusun terlebih
dahulu, ataupun para pegawai menyusun sambil merapikan buku yang ada
didalam rak. Dari data waktu postur kerja terlihat bahwa waktu terbesar yang
terbesar yang dibutuhkan untuk menyusun dan merapikan buku adalah pada rak
pertama dengan postur tubuh jongkok selama 12 detik. Waktu yang dibutuhkan
untuk mencari kode katalog buku dan menyusun buku pada rak pertama dengan
wawancara langsung terhadap 15 orang pegawai yang telah bekerja minimal satu
tahun pada bagian pelayanan yang bertugas menyusun buku kedalam rak buku
besi dua sisi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa keluhan yang paling banyak
dirasakan oleh para pegawai akibat postur kerja jongkok, membungkuk, berdiri
a. Sakit kaku di leher bagian atas yang dirasakan oleh 12 orang pegawai atau
tangan terentang ke atas serta kaki berjinjit. Pada postur kerja tersebut,
umumnya leher bagian atas para pekerja berada pada posisi ekstensi atau
b. Sakit pada pinggang yang dirasakan oleh 10 orang pegawai atau dengan
terjadi perubahan postur kerja dari postur kerja jongkok menjadi postur
kerja berdiri. Rasa sakit tersebut juga sangat terasa apabila para pegawai
melakukan postur kerja jongkok atau bungkuk dalam waktu yang cukup
lama.
c. Sakit pada punggung yang dirasakan oleh 9 orang pegawai atau dengan
postur kerja jongkok dan bungkuk, terutama bila dilakukan dalam waktu
yang lama.
d. Sakit pada kaki kiri dan kaki kanan yang masing-masing dirasakan oleh 8
orang pegawai atau dengan persentase 53 %. Rasa sakit pada kaki kiri dan
kaki kanan dikeluhkan oleh para pegawai untuk kelima jenis postur kerja,
karena apabila kelima jenis postur kerja tersebut dilakukan dalam waktu
yang lama, rasa sakit pada kaki kiri dan kanan sangat terasa.
e. Sakit pada betis kiri yang dirasakan oleh 4 orang pegawai atau dengan
persentase 27 %. Rasa sakit pada betis kiri umumnya dirasakan oleh para
pegawai apabila melakukan postur kerja jongkok dalam waktu yang cukup
lama.
f. Sakit pada bahu kiri dan betis kanan yang masing-masing dirasakan oleh 3
orang pegawai atau dengan persentase 20 %. Rasa sakit pada bahu kiri
terentang ke atas serta kaki berjinjit. Sedangkan rasa sakit pada betis kanan
lebih terasa untuk aktivitas penyusunan buku dengan postur jongkok dan
bungkuk.
g. Sakit di bahu kanan, tangan kiri, tangan kanan, lutut kiri dan lutut kanan
melakukan postur kerja berdiri dengan tangan terentang ke atas, dan postur
kerja berdiri dengan tangan terentang ke atas serta kaki berjinjit. Rasa sakit
pada tangan kiri dan tangan kanan dirasakan oleh para pekerja untuk
kelima jenis postur kerja apabila jumlah buku yang disusun cukup banyak.
Sedangkan rasa sakit pada lutut kiri dan lutut kanan dirasakan terutama
apabila buku yang disusun cukup banyak. Sedangkan rasa sakit pada
pergelangan kaki kiri dan pergelangan kaki kanan dirasakan untuk kelima
bagian tubuh yang dirasakan oleh para pegawai bagian pelayanan perpustakaan
rak buku besi dua sisi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Jenis kelamin
disebabkan karena energi yang dimiliki oleh laki-laki lebih besar dari
b. Umur
Faktor umur pegawai juga sangat mempengaruhi keluhan rasa sakit yang
Pada umumnya, pegawai yang bekerja lebih dari 4 tahun lebih banyak
yang bekerja kurang dari 4 tahun. Meskipun jika dilihat dari hasil
jumlah keluhan yang dirasakan para pegawai. Karena ada 2 orang pegawai
jenis keluhan rasa sakit pada bagian tubuhnya. Disisi lain, ada 6 orang
pegawai yang telah bekerja dibagian pelayanan lebih dari 7 tahun, tetapi
Questionnaire
dengan hasil perhitungan skor postur kerja dengan metode RULA. Perbandingan
hasil standard Nordic Questionnaire dengan hasil perhitungan skor postur kerja
dirasakan sakit oleh 80 % pegawai adalah leher. Skor terbesar untuk postur
tubuh bagian leher berdasarkan metode RULA adalah 4, yaitu pada postur
tubuh berdiri dengan tangan terentang ke atas serta kaki berjinjit. Skor
tersebut diberikan karena leher berada pada posisi ekstensi ketika pegawai
menyusun buku pada rak kelima. Skor yang juga cukup besar untuk postur
tubuh bagian leher adalah 3, yaitu pada postur tubuh bungkuk dan berdiri.
Skor tersebut diberikan karena leher membentuk sudut > 200. Dengan kata
lain, rasa sakit pada leher yang dirasakan para pegawai akibat aktivitas
menyusun buku dapat disebabkan karena leher berada pada posisi ekstensi
2. Rasa sakit pada punggung atau batang tubuh juga dirasakan oleh 60 %
yaitu pada postur jongkok dan bungkuk. Skor tersebut diberikan karena
batang tubuh membentuk sudut 200 - 600 ketika pegawai menyusun buku
pada rak pertama dan kedua. Dengan kata lain, rasa sakit pada batang
tubuh yang dirasakan para pegawai akibat kegiatan menyusun buku dapat
Keluhan rasa sakit pada leher dan batang tubuh yang dirasakan oleh para
pegawai bagian pelayanan khususnya yang bertugas meyusun buku ke rak buku
besi dua sisi akan semakin terasa bila postur kerja dilakukan dalam waktu yang
lama.
masalah, yaitu :
a. Penambahan fasilitas kerja berupa bangku kecil dengan tinggi 10 cm. Hal
ini dapat membantu para pegawai untuk menyusun buku pada rak kelima,
khususnya untuk para pegawai yang memiliki tinggi tubuh dibawah 155
cm. Pegawai yang memiliki tinggi tubuh dibawah 155 cm ada 2 orang,
diharapkan para pegawai lebih mudah dalam melakukan postur kerja untuk
rasa sakit pada bagian tubuh yang dirasakan para pegawai. Perbaikan
postur kerja dengan penambahan bangku kecil dapat dilihat pada Gambar
6.1.
10 cm
RULA untuk mengetahui apakah postur tersebut lebih baik atau tidak. Hasil
penilaian postur kerja usulan dengan menggunakan metode RULA dapat dilihat
Tabel 6.1. Hasil Penilaian Postur Kerja Usulan untuk Elemen Kegiatan
Pada postur kerja sebelumnya yaitu postur kerja aktual, kesimpulan yang
didapat adalah bahwa postur kerja perlu diperbaiki sekarang juga dengan skor 7
(level resiko tertinggi). Sedangkan untuk postur kerja usulan pada Tabel 6.1,
didapat kesimpulan bahwa postur kerja perlu diperbaiki beberapa waktu ke depan
atau memiliki resiko yang kecil dengan skor 3. Hal ini menunjukkan bahwa postur
pada rak kelima, maka akan terjadi perubahan metode kerja para pegawai bagian
pelayanan, khususnya untuk kegiatan penyusunan buku ke rak buku besi dua sisi.
b. Agar para pegawai tidak terlalu sering menyusun buku dengan postur kerja
sebaiknya merubah susunan buku pada rak buku besi dua sisi, sehingga
sampai melebihi kapasitas maksimal troli yaitu 170 buku, dan bila
sebaiknya langsung disusun ke dalam rak buku besi dua sisi. Hal ini
akan mengurangi rasa letih para pegawai dan rasa sakit yang dirasakan
- Untuk mengurangi rasa sakit pada leher, batang tubuh dan kaki,
menyebabkan rasa sakit pada bagian tubuh tersebut dalam waktu yang
- Bila ada pegawai yang tidak masuk kerja atau absen, para pegawai
pegawai yang absen tersebut. Agar tidak terlalu berat, sebaiknya tugas
ada.
BAB VII
7.1. Kesimpulan
adalah postur kerja jongkok dan berdiri dengan tangan terentang keatas
serta kaki berjinjit dengan skor 7. Postur kerja ini harus diperbaiki
sekarang juga. Selain itu, postur kerja bungkuk dengan skor 5 dan berdiri
dengan tangan tangan terentang ke atas dengan skor 4 yang memiliki level
walaupun resiko postur kerja berdiri berada pada level resiko yang kecil,
2. Tinggi rak buku besi dua sisi yaitu 236 cm sangat mempengaruhi postur
buku. Hal ini menyebabkan para pegawai yang tinggi tubuhnya dibawah
pada rak kelima. Postur kerja usulan memiliki skor akhir = 3, yang berarti
bahwa postur kerja usulan memiliki level resiko kecil dan tindakan
kerjanya. Hal ini terjadi apabila ada pegawai yang absen atau tidak masuk
terbengkalai.
7. Waktu yang dibutuhkan untuk menyusun satu buah buku akan lebih lama
apabila para pegawai harus mencari kode katalog buku yang akan disusun
7.2. Saran
1. Penambahan fasilitas kerja berupa bangku kecil dengan tinggi 10 cm. Hal
ini dapat membantu para pegawai untuk menyusun buku pada rak keempat
dan kelima, khususnya untuk para pegawai yang memiliki tinggi tubuh
sampai melebihi kapasitas troli, dan bila buku-buku yang akan disusun
c. Untuk mengurangi rasa sakit pada leher, batang tubuh dan kaki,
menyebabkan rasa sakit pada bagian tubuh tersebut dalam waktu yang
lama.
d. Bila ada pegawai yang tidak masuk kerja atau absen, para pegawai
Nurmianto, Eko, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi Pertama, ITS,
Surabaya, 1998.
Santoso G., Dr., Drs., M.Kes., Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan,
Cetakan I, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2004.
Suma’mur, Dr., P.K., M.Sc., Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Cetakan
Kelima, Jakarta : Gunung Agung, 1986.
Sutalaksana, I. Z., dkk., Teknik Tata Cara Kerja, Bandung : Penerbit ITB, 1982.
Wignosoebroto, S., Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Edisi Pertama, Penerbit :
PT. Guna Widya, Surabaya, 1995.
Standard Nordic Questionaire
Berilah tanda Check List (√) pada tabel Standard Nordic Questionaire
berikut bila anda memilih sakit (A) atau tidak sakit (B).
Nama :
Umur :
Lama bekerja :
No Jenis Keluhan A B