Disusun Oleh :
201301080
FALKULTAS KEPERAWATAN
MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar
Praktikan
Mengetahui
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan kasih karunianya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan
“Laporan Kegiatan Praktik Kependidikan Makroteaching” di Prodi D4 Bidan Pendidik
UIT Tahun 2021.
Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
Laporan Kegiatan Praktik Kependidikan Makroteaching ini tidak akan terselesaikan
dengan baik, oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
Akhir kata saya ucapkan limpah terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha
Esa selalu memberikan kesehatan dan rezeki yang melipah kepada orang-orang
yang dengan tulus memberikan pertolongan dan dukungan kepada penulis dan
iii
semoga Laporan Kegiatan Praktik Kependidikan ini dapat bermanfaat bagi penulis,
teman-teman mahasiswa dan juga setiap pembaca.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..............................................................................................iii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................v
BB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................1
B. Tujuan .........................................................................................................2
1. Tujuan Umum ........................................................................................2
2. Tujuan Khusus .......................................................................................2
C. Manfaat Penulisan ......................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Microteaching ..............................................................................................4
1. Definisi ...................................................................................................4
2. Tujuan ....................................................................................................4
B. Rencana Pembelajaran Semester (RPS) ...................................................4
1. Definisi ...................................................................................................4
2. Komponen-komponen ...........................................................................5
3. Kegiatan Belajar Mengajar ....................................................................6
4. Media dan Alat Pengajaran ...................................................................6
5. Evaluasi .................................................................................................7
6. Referensi ...............................................................................................7
7. Bahan Ajar .............................................................................................7
8. Penuntun Belajar (Job Sheet) ...............................................................8
9. Daftar Tilik ..............................................................................................9
BAB III KEGIATAN PRAKTEK KLINIK
A. Rencana Pembelajaran Semester ..............................................................10
B. Satuan Acara Pembelajaran .......................................................................20
C. Bahan Ajar...................................................................................................23
D. Satuan Acara Praktik...................................................................................33
E. SAP Penyuluhan .........................................................................................37
v
F. Daftar Tilik....................................................................................................49
G. Job sheet......................................................................................................52
BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisis ...................................................................................................... 53
B. Kelebihan .................................................................................................. 53
C. Kekurangan ............................................................................................... 54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 55
B. Saran ........................................................................................................ 55
Daftar Pustaka
Lampiran
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap kegiatan yang akan dilakukan apa lagi untuk mencapai sesuatu dari
yang dilakukan tersebut memerlukan suatu perencanaan atau pengorganisasian
yang dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur. Demikian juga dalam suatu
pendidikan baik jenis dan jenjangnya pasti memerlukan suatu program yang
terencana dan sistematis sehingga dapat menghantarkan pada tujuan yang
diinginkan.
Seiring berjalannya waktu, dan dari masa ke masa generasi akan terus
berganti. Begitu banyak pelatihan-pelatihan yang dilakukan untuk memperbaiki
kwualitas pengajaran dalam sebuah proses pembelajaran. Hal tersebut
dilakukan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas serta profesional
seorang pengajar dalam proses pembelajaran. Oleh karenanya, para calon
tersebut yang dikumpulkan dalam pendidikan tinggi dengan konsentrasi ilmu
pendidikan harapannya bisa menjadi lebih professional dan mampu
mengembangkan pembelajaran yang efektif dan efisien serta menyenangkan
dan bisa diterima oleh peserta didik atau bagi siswa. Diantaranya dengan
memanfaatkan fasilitas perkuliahan mata kuliah pengajaran makro. Oleh karena
itu mata kuliah makroteaching merupakan faktor yang sangat penting dalam
proses pendidikan pada lembaga pendidikan tinggi. Dengan demikian akan
menjadi jelas dan terencana tentang bagaimana dan apa yang harus diterapkan
dalam proses belajar mengajar. Peranan adalah pola tingkah laku yang
diharapkan dari seseorang yang menduduki suatu jabatan atau pola tingkah laku
yang diharapkan pantas dari seseorang.
Pada beberapa hal diatas maka, Universitas Indonesia Timur Makassar
Penyelenggaraan Program Studi D4 Bidan Pendidik bertujuan untuk
menghasilkan tenaga pendidik profesional di bidang kebidanan, serta handal
dalam praktik klinikal. Universitas Indonesia Timur Makassar berkomitmen
membentuk lulusan D4 Bidan Pendidik yang berkualitas dengan nilai-nilai
kepribadian dan sikap yang positif, sehingga mampu menjalin hubungan
interpersonal yang harmonis baik di lingkungan pendidikan maupun dalam
lingkungan sosial - masyarakat.
1
Dalam program pendidikan D4 bidan pendidik dengan memberikan mata
kuliah yang harus dipelajari yaitu metode khusus dan praktek klinical, praktik
klinical untuk mahasiswa program pendidikan D4 bidan pendidik adalah praktek
kependidikan dilahan yang sudah ditentukan oleh pendidikan sebagai bentuk
laporan dari kegiatan praktik kependidikan yang dilakukan dan disusun oleh
mahasiswi untuk pendidikan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik kependidikan, mahasiswa D4 bidan
pendidik Universitas Indonesia Timur diharapkan mendapatkan pengalamam
tentang pelaksanaan proses pembelajaran atau kegiatan kependidikan,
administrasi, manajemen, teknologi pendidikan.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan praktik kependidikan, mahasiswa D4 bidan
pendidik diharapkan mampu:
a. Menguasai substansi kajian kebidanan atau materi dalam Kurikulum D4
Bidan Pendidik.
b. Merencanakan dan mempersiapkan proses pembelajaran.
c. Melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan
berbagai metode dan media yang tepat baik dalam teori maupun praktik.
d. Melakukan penilaian proses pembelajaran baik teori maupun praktik.
e. Melakukan administrasi akademik.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dan pengalaman dalam proses pembelajaran
baik teori maupun praktik, dan menerapkan secara langsung teori-teori
yang didapat di kelas.
2. Bagi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah pembendaharaan, perpustakaan, dan
perencanaan program di institusi pendidikan.
3. Bagi Lahan Praktik
Dapat dijadikan sebagai wacana baru untuk meningkatkan
pengetahuan dan pandangan bahwa praktik kependidikan sangat penting
artinya bagi mahasiswi dalam menambah wawasan dan pengalamanya.
2
4. Bagi Masyarakat
Dengan adanya pembelajaran praktik kependidikan diharapkan akan
menghasilkan tenaga pendidik yang professional dan mampu
mengembangkan pembelajaran yang efektif dan efisien serta
menyenangkan dan bisa diterima oleh peserta didik atau bagi siswa.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Microteaching
1. Definisi
Micro teaching adalah metode latihan penampilan dasar mengajar
yang dirancang secara jelas mengisolasi bagian-bagian komponen dan
proses mengajar sehingga guru atau calon guru dapat menguasai satu
persatu ketrampilan dasar mengajar dalam situasi yang disederhanakan
(Hasibuan, Ibrahim dan Toemial, 2014). Menurut Halimah (2017), “micro
teaching adalah salah satu pendekatan atau model atau teknik pelatihan
praktik mengajar dalam lingkup terbatas untuk mengembangkan
keterampilan dasar mengajar yang dilaksanakan secara terisolasi dan
dalam situasi yang disederhanakan.
2. Tujuan
Micro teaching merupakan salah satu penunjang pengalaman
lapangan bagi calon guru. Micro teaching menjadi salah satu latihan
terbatas mengenai keterampilan-keterampilan tertentu. Menurut Hasibuan,
Ibrahim dan Toemial (2014), tujuan yang diharapkan dari pembelajaran
micro teaching antara lain adalah sebagai berikut:
a. Membantu calon guru atau guru menguasai ketrampilan-ketrampilan
khusus, agar dalam latihan tidak mengalami kesulitan.
b. Meningkatkan taraf kompetensi mengajar bagi calon guru secara
bertahap, dengan penguasaan ketrampilan-ketrampilan yang akhirnya
dapat diintegrasikan dalam mengajar yang sesungguhnya.
c. Dalam in service training bagi guru atau dosen, diharapkan yang
bersangkutan bisa menemukan sendiri kekurangannya dalam
mengajar dan usaha memperbaikinya.
d. Memberi kemungkinan dalam latihan pembelajaran mikro agar calon
guru atau guru menguasai ketrampilan (khusus) mengajar, agar dalam
penampilan mengajar (dalam proses belajar-mengajar) mantap,
terampil, dan kompeten.
e. Sebagai penunjang usaha peningkatan ketrampilan, kemampuan serta
efektivitas dan efisiensi penampilan calon guru atau guru dalam proses
belajar mengajar.
4
B. Rencana Pembelajaran Semester (RPS)
1. Definisi
Menurut Permendikbud No. 49 Tahun 2014 Rencana pembelajaran
semester (RPS) ditetapkan dan dikembangkan oleh dosen secara mandiri
atau bersama dalam kelompok keahlian suatu bidang ilmu pengetahuan
dan/atau teknologi dalam program studi. Rencana Pembelajaran
Semester (RPS) adalah dokumen perencanaan pembelajaran yang
disusun sebagai panduan bagi mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan
perkuliahan selama satu semester untuk mencapai capaian pembelajaran
yang telah ditetapkan. Di perguruan tinggi perangkat pembelajaran yang
digunakan oleh pengajar atau dosen dikenal dengan Rencana
Pembelajaran Semester atau disingkat RPS.
Jadi Rencana Pembelajaran Semester adalah sebuah rancangan
pembelajaran yang disusun oleh dosen secara individu atau dengan
dosen lain sesuai dengan keahlian bidangnya. RPS digunakan sebagai
rencana pembelajaran 1 semester.
2. Komponen-komponen
Rencana Pembelajaran Semester (RPS), terdiri atas beberapa
komponen, yaitu:
a. Nama program studi, nama dan kode mata kuliah, semester, sks, nama
dosen pengampu;
b. Capaian pembelajaran lulusan yang dibebankan pada mata kuliah;.
c. Kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap tahap pembelajaran
untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan;
d. Bahan kajian yang terkait dengan kemampuan yang akan dicapai;
e. Metode pembelajaran;
f. Waktu yang disediakan untuk mencapai kemampuan pada tiap tahap
pembelajaran;
g. Pengalaman belajar mahasiswa yang diwujudkan dalam deskripsi
tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa selama satu semester;
h. Kriteria, indikator, dan bobot penilaian; dan
i. Daftar referensi yang digunakan
3. Kegiatan Belajar Mengajar
5
Menurut Slameto (2015) Belajar merupakan proses usaha yang
dilakukan indvidu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Menurut Purwanto (2016) belajar adalah
setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Berdasarkan dua pendapat diatas belajar adalah segenap rangkaian
aktifitas yang dilakukan oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan
dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan berdasarkan alat indra
dan pengalamannya.
Adapun pengertian mengajar adalah menyampaikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik (Sudjana, 2016). Menurut Muslich (2011)
mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi dan mengatur lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses
belajar mengajar.
Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan
belajar mengajar merupakan suatu aktifitas dari sebuah lingkungan untuk
saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses
belajar mengajar berjalan dengan baik.
4. Media dan Alat Pengajaran
Arti kata media berasal dari bahasa Latin yaitu medius yang secara
harfiah berarti tengah, pengantar, atau perantara. Dalam bahasa Arab,
media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan (Azhar Arsyad, 2016).
Menurut Wati (2016) menyatakan bahwa media merupakan sesuatu
yang bersifat meyakinkan pesan dan dapat merangsang pikiran,
perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pengertian
media pembelajaran secara lebih lengkap disajikan oleh Munadi (2013)
segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari
sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang
kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara
efisien dan efektif. Secara khusus pengertian media dalam proses
pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, diagram, slide
6
(PPT) yang berfungsi untuk menyampaikan pesan atau informasi visual
atau verbal. Media disebut juga sebagai semua bentuk perantara yang
digunakan dosen untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau
pendapat kepada mahasiswa. (Haryanto dan Moh Khairudin, 2012).
Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah pengertian media
pembelajaran bermula dari medium, medius yang berarti perantara, dalam
kaitannya dengan pembelajaran menjadi penghubung komunikasi antara
guru dan peserta didik secara kondusif sehingga proses belajar mengajar
menjadi efisien dan efektif.
Arsyad (2016) menjelaskan manfaat penggunaan media dalam
proses belajar mengajar sebagai berikut:
a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan
informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan
hasil belajar.
b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian
anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, meningkatkan
interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dam
kemungkinan untuk siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan
kemampuan dan minatnya.
c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan
waktu.
d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman
kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta
memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyakat,
dan lingkungan.
Cukup banyak manfaat yang diberikan media pembelajaran, secara
singkat manfaat penggunaan media pembelajaran antara lain
pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga meningkatkan minat
belajar siswa, membantu mempermudah dan memperjelas memahami
materi pelajaran.
5. Evaluasi
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation,
dalam bahasa Arab al-taqdir, dalam bahasa Indonesia yang berarti
penilaian. Akar katanya adalah value dalam bahasa Arab al-qimah, dalam
7
bahasa Indonesia berarti nilai (Elis, 2014). Dari penjelasan tersebut dapat
peneliti simpulkan evaluasi secara harfiah yaitu suatu proses penilaian
dengan tujuan tertentu agar hasil penilaian tersebut sesuai dengan yang
diharapkan.
Menurut Suparman (2012), evaluasi adalah alat ukur yang
digunakan untuk mengukur hasil belajar mahasiswa dan cara
melaksanakan pengukuran tersebut. Alat ukur tersebut dapat berbentuk
tes karangan (essay test) atau tes objektif untuk tujuan instruksional dalam
kawasan kognitif, dan tes kinerja (performancetest) untuk tujuan
instruksional yang mengandung kawasan psikomotor. Cara
pelaksanaannya dapat berbentuk tulisan atau lisan untuk kawasan kognitif
dari unjuk kerja untuk kawasan psikomotor.
6. Referensi
Yang dimaksud dengan referensi adalah buku atau bahan yang
dijadikan acuan dalam menyajikan materi dalam SAP tersebut
(Suparman, 2012).
7. Bahan ajar
Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun
teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari
kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam
proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan
implementasi pembelajaran. Misalnya buku pelajaran, modul, handout,
LKS, model atau maket, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif, dan
sebagainya (Prastowo, 2015).
Menurut National Centre for Competency Based Training dalam
Prastowo (2015), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan
untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses
pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis
maupun tidak tertulis. Pandangan dari ahli lainnya mengatakan bahwa
bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis
sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan peserta
didik untuk belajar..
8. Penuntun belajar (Job Sheet)
8
Istilah job sheet berasal dari bahasa inggris yaitu job yang berarti
pekerjaan atau kegiatan dan sheet yang berarti helai atau lembar. Jadi,
job sheet adalah lembar kerja atau lembar kegiatan yang berisi informasi
perintah dan petunjuk pengerjaan suatu proses kegiatan. Jobsheet atau
lembar kerja adalah sebuah pedoman lembar pekerjaan yang berisi tugas
yang harus dikerjakan peserta didik (Widarto, 2016).
Lembar kerja siswa atau jobsheet adalah media pembelajaran
cetakan lepas sebagai alat bantu untuk menjadikan proses belajar
mengajar lebih efektif dan efisien dari segi waktu dan cara menerangkan
suatu topik pelajaran (Sunaryo Soenarto, 2012). Jobsheet termasuk jenis
media pembelajaran sebagai bentuk dari jenis media bahan cetak, yaitu
media visual yang pembuatannya melalui proses pencetakan atau
printing. Jenis media bahan cetak seperti jobsheet ini menyajikan
pesannya melalui huruf dan gambar-gambar yang diilustrasikan untuk
memperjelas materi pembelajaran. Job sheet atau lembar kerja
merupakan lembaran penuntun yang mempersiapkan dan mengarahkan
siswa bagaimana untuk maju ke unit berikutnya dan menyelesaikan mata
pelajaran (Azhar Arsyad, 2016).
Pembelajaran menggunakan job sheet dapat mendorong siswa
untuk mengelola sendiri materi pembelajaran atau bersama teman dalam
suatu bentuk diskusi. Selain itu, job sheet memberikan kesempatan
penuh kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan dan keterampilan,
serta membimbing siswa aktif mengembangkan proses berpikirnya
karena selama proses pembelajaran berlangsung, aktifitas lebih banyak
dilakukan siswa sedangkan guru sebagai fasilitator dan pembimbing saja.
9. Daftar Tilik
9
untuk diingat, dikerjakan, dan diberi tanda (check-mark). Daftar tilik
merupakan bagian dari sistem manajemen mutu untuk mendukung
standarisasi suatu proses pelayanan. Daftar tilik tidak dapat digunakan
untuk prosedur yang kompleks.
Daftar tilik digunakan untuk mendukung, mempermudah
pelaksanaan dan memonitor prosedur, bukan untuk menggantikan
prosedur itu sendiri.
10
NAMA PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
FAKULTAS KEPERAWATAN
JURUSAN/PROGRAM STUDI D4 BIDAN PENDIDIK
C1 4. Memahami resusitasi
C1 5. Memahami asuhan pada pasien pre dan pasca bedah pada kasus kebidanan
Diskripsi Singkat Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk memahami Persiapan dan pemeriksaan
MK diagnostik yang berhubungan dengan praktik kebidanan, Obat-obatan dan cairan yang digunakan dalam
praktik kebidanan, pemberian obat dan cairan, resusitasi dan asuhan pada pasien pre dan pasca bedah
pada kasus kebidanan
Bahan Kajian /
Pokok Bahasan 1. Persiapan dan pemeriksaan diagnostik yang berhubungan dengan praktik kebidanan
2. Obat-obatan dan cairan yang digunakan dalam praktik kebidanan
3. Pemberian obat dan cairan
4. Resusitasi
5. Asuhan pada pasien pre dan pasca bedah pada kasus kebidanan
Daftar Referensi Utama:
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI. (2007). Farmakologi dan terapi. Jakarta :Gaya Baru.
Bertram G. (2013). Farmakologi dasar dan klinik edisi pertama.Jakarta: Salemba medika.
Dwi Fitrianingsih. (2009). Farmakologi obat-obatan dalam kebidanan. Yogyakarta: Nuha medika.
Pendukung:
Moh Anief. (2004). Prinsip umu dan dasar farmakologi. Yogyakarta: Gadja Mada University Press.
Mycek Mary. (2001). Farmakologi: Ulasan bergambar. Edisi 2. Jakarta: Widya medika.
Susanti. (2011). Farmakologi kebidanan, aplikasi dalam praktik kebidanan. Bandung: Trans info media.
Susanti Mika TK. (2011). Farmakologi kebidanan aplikasi dalam praktik kebidanan. Jakarta: Trans info media.
Syamsudin. (2011). Buku ajar farmakologi efek samping obat. Jakarta: Salemba medika.
5
Dosenmenjelask TM = Memahami Mahasis Keaktifan
Kontrak
1 Mahasiswa an RPS, kontrak 3 x 50 RPS, wa dapat dalam
Pembelajaran
Mampu perkuliahan, menit kontrak menjelas Tanya
RPS, Kontrak
Mengenal serta capaian perkuliahan, kancapai jawab
perkuliahan,
Rencana yang diharapkan serta an Ketepatan
Capaian
Pembelajaran dari capaian pembelaj dalam
pembelajaran,
Semester pembelajaran yang aran, dan menjawab
dan Deskripsi
( RPS) dan mata kuliah diharapkan deskripsi pertanyaa
singkat mata
Kontrak Praktek Klinik dari singkat
kuliah
Perkuliahan kebidanan(cera pembelajara mata n
Serta mah dan Tanya n mata kuliah Mahasisw
Memahami jawab) kuliah Mahasis a
Capaian Praktek
Mahasiswa wa mulai mengemu
Pembelajaran, Klinik
diminta menjalan kakan
dan Derskripsi kebidanan
konfirmasi kan tata alasan
Singkat Mata Memahami
kontrak/tata tertib pentingny
Kuliah kontrak
tertib perkuliah a
perkuliahan
perkuliahan an mempelaj
ari KDK
Dosen
mengabsen
mahasiswa
sekaligus
perkenalan
PL= Praktikum Laboratorium (2 SKS x 100 menit x 14 mgg = 3200 menit/14 mgg=200menit/
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
- Konsep - Memberikan
dasar komentar
perawatan - Memberikan
praktik
kebidanan
- Pre, intra
dan pasca
bedah/opera
si pada
kasus
kebidanan
D. Evaluasi
1. Memberikan tugas kepada mahasiswa untuk membuat suatu penyuluhan
tentang asuhan pada pasien pre dan pasca bedah pada kasus kebidanan
2. Kedisiplinan: Mahasiswa diharapkan disiplin dalam mengikuti perkuliahan dan
masuk tepat waktu
BAHAN AJAR
BAB 5
ASUHAN PADA PASIEN PRE DAN PASCA BEDAH PADA KASUS KEBIDANAN
C. Konsep dasar perawatan luka dalam praktik kebidanan
1. Pengertian luka
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor,
1997)
Luka adalah kerusakan kontuinitas kulit, mukosa membrane dan tulang
organ lain (Kozier, 1995)
Luka adalah gangguan atau kerusakan integritas dan fungsi jaringan
pada tubuh (Suriadi, 2007)
Luka didefenisikan sebagai terputusnya kontuitas jaringan tubuh oleh
sebab-sebab fisik,mekanik, kimia dan termal (Dian Ariningrum, 2018a)
2. Tujuan perawatan luka
Dapatkan penyembuhan cepat dengan fungsi mencapai hasil estetika
terbaik. Hal ini dicapai dengan membatasi infeksi sekunder dan
menyediakan lingkungan penyembuhan luka yang ideal. (Dian Ariningrum,
2018b)
3. Macam-macam luka dalam praktik kebidanan
Berdasarkan sifat kejadian : dibagi menjadi 2 yaitu luka disengaja (luka
terkena radiasi atau bedah) dan luka tidak disengaja (luka terkena
trauma).
Luka tidak disengaja dibagi menjadi 2 yaitu
Luka tertutup yaitu luka dimana jairngan yang ada pada
permukaan tidak rusak (kesleo, terkilir, patah tulang, dsb)
Luka terbuka yaitu luka dimana kulit atau selaput jaringan rusak,
kerusakan terjadi karena kesengajaan (operasi) maupun
ketidaksengajaan (kecelakaan)
Berdasarkan penyebabnya
Luka sayatan, luka bersih, lecet, luka pisau, koyak, luka
tembus/luka tembak, luka bakar, dan luka gigitan merupakan
luka mekanis (cara memperoleh luka dan daerah kulit yang
terkena).
Luka non mekanik : luka akibat zat kimia, termik, radiasi atau
serangan pada bagian luka
Berdasarkan tingkat kontaminasi yaitu luka bersih, luka bersih
terkontaminasi, luka kotor atau infeksi
Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
Stadium I : luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit
Stadium II : luka superficial dan adanya tanda klinis seperti
abrasi, blister, atau lubang yang dangkal
Stadium III : suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa
merusak jaringan lainnya
Stadium IV : luka full thickness yang telah mencapai otot,
tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang
luas
Berdasarkan penyembuhan luka
Luka akut yaitu luka dengan masa peneymbuhan sesuai dengan
konsep penyembuhan yang telah disepakati
Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses
peneymbuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen (Gita
Kostania, 2015)
4. Perawatan luka dalam praktik kebidanan
Dalam praktik kebidanan, perawatan luka hampir sama dengan
perawatan luka pada umumnya. Informasi lebih lanjut tentang
perawatan luka operasi akan diberikan pada poin ketiga. Terapi untuk
laserasi pada uterus, vagina, dan mukosa perineum, yang meliputi
prosedur penjahitan dan manajemen luka, berbeda. (Universitas
Muhammadiyah Ponorogo, 2013)
Penyembuhan luka adalah proses fisiologis multi-langkah yang
melibatkan berbagai jenis sel dan mediator biokimia. Prosedur ini
mengharuskan penggunaan berbagai komponen biologis secara
berurutan. (David S Perdanakusuma, 2002)
5. Penjahitan luka
Benang digunakan untuk menyatukan tepi luka (menutupi luka) sampai
sembuh dan cukup kuat untuk menahan tekanan fisiologis. (Samba, 2005)
6. Tujuan penjahitan
Penutupan ruang mati
Meminimalkan resiko perdarahan atau infeksi
Mendekatkan tepi kulit untuk hasil estetika dan fungsional
Mendukung dan memperkuat penyembuhan luka sampai
meningkatkan kekuatan Tarik mereka (Kusmiyati, 2007)
7. Prinsip umum penjahitan luka
Penyembuhan akan terjadi lebih cepat bila tepi-tepi kulit dirapatkan
satu sama lain dengan hati-hati
Jika memungkinkan, ketegangan dari tepi kulit harus minimal atau
tidak ada sama sekali. Ini dapat dicapai dengan memotong atau
memotong kulit secara perlahan sebelum menjahit.
Tepi kulit harus ditarik ringan, yang dilakukan dengan memberikan
traksi lembut pada tepi kulit, yang lebih rentan terhadap lapisan dermal
daripada kulit yang dijahit.
Setiap ruang mati harus diisi, baik dengan jahitan subkutan yang dapat
diserap atau dengan menjahit kulit di atas lapisan ini.
Jahitan yang lebih besar dan lebih banyak jarak lebih disukai daripada
jahitan yang halus namun banyak jahitan yang dijahit pada jarak yang
sama.
Setiap jahitan dibiarkan pada tempatnya hanya selama diperlukan
Semua luka harus ditutup sebersih mungkin
Pemakaian forsep dan trauma jaringan diusahakan seminimal mungkin
(Jensen Bobak, 2005)
8. Komplikasi penjahitan
Tumpang tindih terjadi akibat kegagalan mengadaptasi luka,
menyebabkan luka tumpang tindih dan lambat sembuh, dengan akibat
buruk jika sembuh sama sekali.
Nekrosis terjadi bila jahitan terlalu diregangkan, menyebabkan
avaskularisasi dan kematian jaringan.
Infeksi menyebar melalui jahitan yang tidak steril, luka yang terinfeksi,
dan benda asing yang tertinggal.
Perdarahan terjadi antikoagulan atau pada pasien dengan hipertensi
Hematoma muncul ketika arteri diiris dan tidak diikat atau diikat,
memungkinkan perdarahan berlanjut dan menyebabkan
pembengkakan.
Ruang/ronnga mati yaitu adanya rongga pada luka yang terjadi karena
penjahiran yang tidak lapis demi lapis
Sinus: Jika infeksi luka sembuh di luar sistem sinus, biasanya
digunakan jahitan multifilamen, dengan benang di dasar sinus
bertindak sebagai benda asing.
Dehiscence adalah luka yang terbuka sebelum waktunya akibat jahitan
yang terlalu kuat atau penggunaan bahan benang inferior.
Abses yaitu infeksi yang telah menghasilkan produk pus/nanah
9. Alat dan bahan dalam penjahitan luka
Jahitan (catgut, side), kasa steril, anestesi lokal, dan larutan
antiseptik termasuk bahan habis pakai yang digunakan untuk menjahit
lesi. Jarum/jarum jahit, needle holder/nalpoeder, pinset anatomis, gunting
tisu/gunting benang, bengkok, doek lubang steril, dan sarung tangan steril
termasuk di antara peralatan yang digunakan. Benang dan jarum yang
digunakan untuk memperbaiki luka dipilih sesuai dengan jenis luka dan
lokasinya. (Dudley HAF, 2000)
10. Teknik penjahitan
Teknik penjahitan yang digunakan dalam menjahit luka disesuaikan
dengan keadaan/kondisi luka dan tujuan penjahitan. Secara umum, teknik
penjahitan dibedakan menjadi
a. Simple interrupted suture (jahitan/satu-sub)
Teknik penjahitan ini dapat digunakan pada setiap luka yang tidak
memiliki teknik penjahitan yang memungkinkan. Ini yang paling populer
karena dasar dan mudah. Setiap jahitan diikat secara terpisah. Ini
dapat digunakan pada kulit atau bagian tubuh lainnya, dan karena
setiap jahitan menopang yang lain, ini sangat ideal untuk area yang
banyak bergerak. Ini juga digunakan untuk jahitan situasional. Metode
jahitan terputus memiliki jarak jahitan sekitar 1 cm di antara jahitan.
Keuntungan dari jahitan ini adalah jika benang putus, hanya satu
tempat yang dibiarkan terbuka; jika ada infeksi luka, cukup lepaskan
jahitan dari area terbuka; jika ada infeksi luka, cukup buka jahitan di
lokasi yang terinfeksi. Namun, akan membutuhkan lebih banyak waktu
untuk menyelesaikannya.
Teknik jahitan terputus sederhana dilakukan
Jarum disuntikkan jauh dari kulit sisi luka, di atas luka dan kulit sisi
lain, dan keluar di tepi jauh sisi kedua.Jarum kemudia ditusukkan
kembali pada tepi kulit, sisi kedua secara tipis menyeberangi luka
dan dikeluarkan kembali pada tepi dekat kulit sisi yang pertama
Dibuat simpul dan benang diikat
b. Running suture/simple continus sute=ure (jahitan jelujur)
Jahitan pengolesan hanya mengikat penutup di ujung jahitan,
menghasilkan hanya dua simpul. Jahitan akan terbuka seluruhnya jika
salah satu simpul terbuka. Jahitan ini sangat mendasar, mirip dengan
cara kita mnejelur pakaian kita. Meskipun biasanya memberikan hasil
kosmetik yang baik, tidak disarankan untuk digunakan pada jaringan
ikat longgar dan tidak boleh digunakan untuk penjahitan kulit.
Teknik jahitan jelujur dilakukan sebagai berikut
Mulailah dengan mengikat simpul 1 cm di atas bagian atas luka
yang diikat tetapi belum dipotong.
Setelah melewati satu simpul, serangkaian jahitan dasar
dimasukkan secara berurutan tanpa mengikat atau memotong
bahan jahitan.
Spasi jahitan dan ketegangan harus merata, sepanjang garis
jahitan
Ikat simpul terakhir di ujung garis jahitan setelah selesai di ujung
luka
Ujung ekor benang yang keluar dari luka/penempatan jahitan
terakhir diikat menjadi satu simpul.
c. Running locked suture (jahitan pengunci/jelujur terkunci/feston)
Karena tampilan akhir dari garis jahitan lari terkunci, jahitan olesi
juga dikenal sebagai jahitan bisbol. Ini adalah metode yang populer
untuk menutup peritoneum. Simpul awal dan terakhir dari jahitan olesi
yang terkunci diikat sebagai ganti simpul dalam teknik jahitan ini.
Cara melakukan penjahitan dengan teknik ini hampir sama dengan
cara melakukan jahitan jelujur bedanya pada jahitan jelujur terkunci
dilakukan dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya,
sebelum beralih ke tusukan berikutnya.
d. Subcuticule continuous suture (subkutis)
Untuk menyambung dermis/jaringan kulit, jahitan subkutis
digunakan untuk luka di tempat-tempat yang membutuhkan kosmetik.
Pendekatan ini tidak dapat digunakan pada jaringan luka yang berada
di bawah banyak tekanan.
Benang disembunyikan di bawah jaringan dermis dalam
prosedur ini, sehingga hanya kedua ujung benang yang terlihat di
dekat kedua ujung luka. Hasil akhir dari pendekatan ini adalah satu
baris, dan dilakukan sebagai berikut:
Masukkan jarum ke dalam kulit 1-2 cm dari ujung luka, di bagian
dermis kulit, di salah satu tepi luka.
Benang tersebut kemudian secara bergantian dibawa melalui
dermis kulit pada sisi yang berlawanan hingga mencapai ujung
luka yang lain, kemudian diangkat 1-2 cm dari ujung luka pada
kulit.
Akibatnya, benang berjalan sejajar dengan luka di kedua sisi kulit.
e. Mattress suture (Matras : vertical dan horizontal)
Ada dua jenis jahitan kasur: tikar vertikal dan tikar horizontal.
Konsep teknik jahitan ini sama dengan yang sebelumnya; satu-satunya
variasi adalah penampilan produk akhir. Metode ini sangat baik untuk
meningkatkan eversi luka, meminimalkan ruang mati, dan mengurangi
ketegangan luka. Cross stripping adalah salah satu kelemahan dari
prosedur penjahitan ini. Karena peningkatan ketegangan di sayatan
dan lokasi masuk dan keluar jahitan di kulit, risiko tumpang tindih lebih
tinggi.
Menjahit dalam di bawah sayatan dan kemudian menjahit tepi luka
adalah teknik jahitan kasur vertikal. Karena kedekatan margin luka
dengan jahitan ini, penyembuhan luka biasanya cepat.
Penusukan seperti simpul sebelum merajut, kemudian penusukan
paralel sejauh 1 cm dari jahitan pertama, merupakan teknik jahitan
matras horizontal. Ini memiliki keuntungan memberikan jahitan yang
kuat.
Untuk membatasi bahaya jaringan parut, jahitan ini harus dilepas
setelah 57 hari (sebelum epitel jalur jahitan terbentuk sepenuhnya).
Ketika luka tumbuh karena edema pasca operasi, penggunaan
pembalut pada luka dapat membantu mencegah strangulasi jaringan.
Dalam teknik menjahit ini, sangat penting untuk
menempatkan/mengambil jahitan di setiap benang dengan benar dan
simetris. (Kaplan NE, 1992)
11. Proses penyembuhan luka
Fase koagulasi dan inflamasi (0-3 hari)
Trombosit terlibat dalam koangulasi, yang merupakan respons pertama
yang terjadi dengan cepat setelah cedera. Vasokonstriksi disebabkan
oleh pelepasan trombosit. Prosedur ini berusaha mengembalikan
homeostasis untuk menghentikan pendarahan lebih lanjut. Fase
peradangan berikut dimulai beberapa menit setelah kerusakan dan
berlangsung selama kira-kira tiga hari. Fase inflamasi memungkinkan
leukosit untuk bermigrasi.
Fase proliferasi atau rekonstruksi (2-24 hari)
Jika fase inflamasi bebas dari infeksi atau polusi, proses penyembuhan
berlanjut ke tahap proliferasi atau rekonstruksi.
Fase remodeling atau maturase (24 hari-1 tahun)
Ini adalah fase terakhir dan paling memakan waktu dari proses
penyembuhan luka. Aktivitas produksi dan pemecahan kolagen berada
dalam keseimbangan. Serat kolagen menebal dan kemudian didukung
oleh proteinase untuk perbaikan luka di sepanjang garis luka,
menjadikan Kolagen sebagai organ utama matriks. Untaian kolagen
terjerat dan berkonsolidasi dari waktu ke waktu, membantu perbaikan
jaringan. Bekas luka yang matang diperoleh pada akhir proses
penyembuhan, yang 80 persen lebih kuat dari kulit normal.
(Muhammad Aminuddin, 2020)
b. Pramedikasi
Merupakan obat yang diberikan sebagai persiapan atau sebagai
bagian dari anestesi sebelum pembedahan. Relaksan, antiemetik,
analgesik, dan jenis premedikasi lainnya dapat diberikan sesuai
kebutuhan. Peran bidan adalah memberikan obat kepada klien sesuai
dengan instruksi/resepnya.
c. Perawatan kandung kemih dan usus
Konstipasi dapat timbul akibat puasa dan imobilisasi, sehingga lebih
baik mengosongkan tinja sebelum operasi. Setelah operasi, sisa atau
sisa kateter mungkin dibiarkan di tempatnya untuk mengurangi
tekanan kandung kemih.
d. Mengidentifikasi dan meleps prosthesis
Sebelum operasi, semua prostesis, seperti lensa kontak, gigi palsu,
kaki palsu, perhiasan, dan sebagainya, harus dilepas. Karena potensi
pemisahan dan menelan, penutup gigi juga harus dilepas jika anestesi
umum akan diberikan. Gelang pengenal dipakai oleh pasien, terutama
oleh ibu, yang dianggap tidak sadar, dan gelang juga dibuat untuk bayi.
e. Persiapan fisik
Status kesehatan fisik secara umum
Identitas klien, riwayat kesehatan, seperti riwayat kesehatan masa
lalu dan riwayat kesehatan keluarga, dan pemeriksaan fisik
lengkap, yang meliputi status hemodinamik, status kardiovaskular,
status pernapasan, fungsi ginjal dan hati, fungsi endokrin, fungsi
imunologi, dan lain-lain, merupakan bagian dari dari pemeriksaan
status kesehatan umum. Selanjutnya pasien harus mendapat tidur
yang cukup karena dengan tidur dan istirahat yang cukup, pasien
tidak akan mengalami stres fisik, dan tubuh akan lebih rileks,
sehingga memungkinkan pasien dengan riwayat hipertensi untuk
mempertahankan tekanan darah yang stabil dan pasien wanita
untuk menghindari sejak dini haid.
Status nutrisi
Tinggi dan berat badan, lingkar lengan atas, kadar protein darah
(albumin dan globulin), dan keseimbangan nitrogen digunakan
untuk mengevaluasi kebutuhan nutrisi.
Keseimbangan cairan dan elektrolit
Aliran masuk dan keluar cairan harus dipertimbangkan saat
menghitung keseimbangan cairan. Fungsi ginjal terkait dengan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Ginjal berperan dalam
mengatur mekanisme ekskresi obat anestesi asam-basa dan
metabolitnya. Jika fungsi ginjal Anda baik, operasi akan berjalan
lancar. Kecuali dalam keadaan yang mengancam jiwa, jika ginjal
mengalami kelainan seperti oliguria, insufisiensi ginjal akut, atau
nefritis akut, prosedur harus ditunda sampai fungsi ginjal pulih.
Kebersihan lambung dan kolon
Pertama, perut dan usus harus dibersihkan. Puasa pasien dan
pengosongan lambung dan usus besar dengan enemalevement
adalah contoh tindakan yang dapat diberikan. Puasa bisa
berlangsung antara 7 hingga 8 jam (biasanya puasa dimulai pukul
24.00 WIB). Tujuan pengosongan lambung dan usus besar adalah
untuk mencegah aspirasi (penghirupan cairan lambung) dan
kontaminasi tinja pada area pembedahan, yang keduanya dapat
menyebabkan infeksi pascaoperasi.
Pencukuran daerah operasi
Untuk menghindari infeksi di ruang operasi, karena rambut yang
tidak dipotong dapat menjadi tempat berkembang biaknya kuman
dan juga dapat menghambat proses penyembuhan dan perawatan
luka.
Personal hygiene
Kebersihan tubuh sangat penting pada hari-hari menjelang operasi
karena tubuh yang kotor dapat menyebarkan kuman dan
menyebabkan penyakit di area operasi. Jika memungkinkan,
pelanggan harus membersihkan seluruh tubuhnya sendiri. Di kamar
madni, keluarga membantu. Jika itu tidak memungkinkan, bidan
akan melakukannya di tempat tidur.
Pengosongan kandungan kemih
Untuk melakukan pemasangan katetet. Selain itu pengosongan isi
kandung kemih untuk mengobservasi balance cairan
Latihan pra operasi
Latihan pernapasan dalam, latihan batuk efektif, dan latihan
mobilitas sendi adalah beberapa kegiatan yang ditawarkan kepada
pasien sebelum operasi.
Latihan pernapasan dapat membantu mengatasi masalah termasuk
sesak napas, serta relaksasi dan meningkatkan pengiriman oksigen
ke jaringan. Teknik pernapasan dalam yang benar adalah dengan
menarik napas dalam-dalam ke dalam hidung dan tahan selama 1-
2 detik, hembuskan perlahan melalui mulut, ulangi latihan 4-5 kali,
dan lakukan minimal 3 kali setiap hari.
Batuk efektif bermanfaat untuk menghilangkan sekret yang
menghalangi jalan napas. Batuk efektif melibatkan mengambil 4-5
napas dalam-dalam, menahan napas selama 1-2 detik,
mengangkat bahu dan mengendurkan dada, dan batuk empat kali
untuk setiap batuk efektif. Frekuensinya disesuaikan dengan
kebutuhan dan perhatian terhadap kesehatan klien.
Persiapan/pemeriksaan penunjang
Berbagai pemeriksaan radiografik, laboratorium, dan pemeriksaan
lainnya, seperti penilaian perdarahan dan masa pembekuan darah
pasien, elektrolit serum, hemoglobin, protein darah, dan hasil
radiologi berupa rontgen dada, EKG, dan EKG, antara lain
penunjangnya. investigasi yang bersangkutan.
2. Persiapan dan asuhan intra operasi
Tahapan perawatan perioperatif meliputi perawatan intraoperatif. Pada
tahap ini, paramedis di ruang operasi melakukan berbagai tugas. Pasien
yang menjalani operasi pembedahan untuk memperbaiki, memperbaiki,
atau menghilangkan kelainan fisik yang mengganggu pasien menjadi
fokus kegiatan paramedis di ruang operasi. Perawatan intra operatif tidak
hanya berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien selama
operasi namun juga haris berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi
oelh pasien selama operasi namun juga harus berfokus pada masalah
psikologis yang dihadapi oleh pasien.
Ahli anestesi dan perawat anestesi, yang memberikan analgesik dan
menempatkan pasien dalam posisi yang tepat di atas meja operasi, ahli
bedah dan asisten yang melakukan scrubbing dan operasi, dan perawat
intraoperatif adalah tiga kategori utama anggota tim dalam prosedur
bedah. Keselamatan dan kesejahteraan pasien adalah tanggung jawab
perawat intraoperatif. (Oswari E, 1993)
a. Prinsip-prinsip umum
Prinsip asepsis ruangan
Tujuan dari antisepsis dan asepsis adalah untuk menciptakan
kondisi yang memungkinkan kuman patogen diturunkan atau
dihancurkan dengan cara kimia, mekanik, atau fisik. Alat-alat
bedah, semua fasilitas kamar operasi, alat-alat yang digunakan
oleh personel operasi (sandal, celana, pakaian, masker, tutup
kepala, dan lain-lain) semuanya termasuk dalam ruang lingkup
antisepsis, serta cuci disinfeksi dari kulit/tangan.
Prinsip asepsis personel
Pasien yang akan menjalani operasi harus menyetujuinya.
Tujuannya adalah untuk menyelesaikan serangkaian proses yang
akan menghasilkan lingkungan operasi yang steril. Kebersihan
pasien dan disinfeksi area/bagian tubuh pasien yang dioperasi
termasuk di antara perawatan ini.
Prinsip asepsis pasien
Pasien bedah harus bebas asepsis. Tujuannya adalah untuk
menyelesaikan serangkaian proses yang akan menghasilkan
lingkungan operasi yang steril. Kebersihan pasien adalah
pembersihan area atau bagian tubuh pasien yang akan dioperasi.
Prinsip asepsis instrument
Instrumen bedah yang digunakan pada pasien harus steril setiap
saat. Pemeliharaan dan sterilisasi alat, serta menjaga sterilitas alat
selama pembedahan dengan menggunakan teknik non-touching
dan mencegah kontak dengan hal-hal yang tidak steril adalah
semua tindakan yang dapat dilakukan.
b. Hal-hal yang dilakukan oleh parademis terkait dengan pengaturan
posisi pasien meliputi
Selama pengoperasian, penyelarasan fungsional memastikan
pemosisian yang tepat. Operasi yang berbeda akan memerlukan
berbagai tempat.
Pemaparan area bedah mengacu pada lokasi di mana prosedur
akan dilakukan. Dengan pengetahuan ini, seorang paramedis dapat
menggunakan teknik draping untuk mempersiapkan ruang operasi.
Mempertahankan sepanjang prosedur operasi
Monitoring fisiologis
Pengaturan dan koordinasi paramedic, dilakukan dengan tindakan
mengelola keamanan fisik pasien dan mempertahankan prinsip dan
teknik asepsis
3. Persiapan dan asuhan post operasi
Perawatan pasca operasi (segera setelah operasi) harus disediakan di
ruang pemulihan dengan jumlah dan jenis oksigen yang cukup,
pengisapan, peralatan, resusitasi, pemantauan, bel panggilan darurat, dan
staf yang kompeten.
Asuhan pasca operatif secara umum
Pengkajian tingkat kesadaran
Pengkajian suhu tubuh, frekuensi jantung/nadi, respirasi dan tekanan
darah
Mempertahankan respirasi yang sempurna
Mempertahankan sirkulasi darah yang adekuat
Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan cara
memonitor input serta outputnya
Jaga agar usus Anda tetap bergerak dengan mempertahankan asupan
dan haluaran dan menghindari resistensi urin.
Menempatkan pasien pada posisi yang tepat berdasarkan keadaan
kesadaran, kesehatan umum, dan jenis anestesi yang digunakan
selama operasi.
Mengurangi kecemasan dengan caar melakukan komunikasi secara
teraupetik
Mengurangi rasa nyeri pada luka operasi dengan teknik mengurangi
rasa nyeri
Mempertahankan aktivitas dengan cara latihan memperkuat otot
sebelum ambulatory
Meningkatkan proses penyembuhan luka dengan perawatan luka yang
benar, ditunjang faktor lain yang dapat meningkatkan kesembuhan
luka
DAFTAR PUSTAKA
Dian Ariningrum. (2018). Buku manual keterampilan klinik topik manajemen luka.
Universitas Sebelas maret Fakultas Kedokteran.
Dian Ariningrum. (2018). Buku pedoman keterampilan klinis manajemen luka untuk
semester 7. Fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dudley HAF. (2000). Pedoman tindakan medik dan bedah. Jakarta: EGC.
Kaplan NE. (1992). Emergency management of skin and soft tissue wounds, an
illustrated guide. USA, Boston, Little Brown.
DAFTAR TILIK
Nama mahasiswa :
NIM :
Tanggal ujian :
PENILAIAN
Nilai setiap langkah kerja yang diamati dengan menggunakan skala sebagai berikut :
……………….., …………………2021
Penguji
(……...…………………………….)
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisis
Setelah melaksanakan praktik kependidikan Macroteaching terhitung
mulai tanggal Desember tahun 2021 di Universitas Indonesia Timur dengan
melakukan praktek mengajar melalui daring (online). Kegiatan praktik
kependidikan Macroteaching pada hari pertama survey tempat dan orientasi,
kontrak dengan pembimbing lahan. Kegiatan selanjutnya menyusun satuan
acara praktik pembelajaran. Setiap mahasiswa D-4 bidan pendidik Universitas
Indonesia Timur melakukan praktek mengajar didampingi oleh dosen
pembimbing. Setelah selesai dilanjutkan dengan diskusi hasil evaluasi dari
mengajar untuk memberikan masukan tentang kekurangan dalam teknik
mengajar.
Dengan melaksanakan bimbingan ini penulis dapat merasakan peran
sebagai pengajar ini tidaklah mudah karena harus dapat berinteraksi dengan
baik tidak hanya pada mahasiswa, tetapi juga dengan dosen atau staf tempat
dimana mahasiswa praktik serta penguasaan materi dalam mengajar.
B. Kelebihan
Adapun kelebihan yang diperoleh yaitu:
1. Pembimbing macroteaching di kelas dengan memberikan materi ataupun
macroteaching di laboraturium, pembimbing senantiasa memberikan
bimbingan dan meluangkan waktu sehingga proses macroteaching dari
persiapan hingga pelaksanaan semua dapat berjalan lancar.
2. Aktifnya mahasiswa dalam proses pengajaran macroteaching ini memudahkan
kami untuk memberikan pelajaran di kelas dan di laboraturium. Kegiatan
makroteaching diberikan pada mahasiswa semester II.
C. Kendala
Dalam kegiatan makroteaching ini tidak ada kendala apapun, karena
pembimbing macroteaching di kelas dengan memberikan materi ataupun
macroteaching di laboraturium, pembimbing senantiasa memberikan bimbingan
dan meluangkan waktu sehingga proses macroteaching dari persiapan hingga
pelaksanaan semua dapat berjalan lancar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktik kependidikan macroteaching yang kami laksanakan mulai
tanggal Desember tahun 2021 di Universitas Indonesia Timur, dapat kami
simpulkan, bahwa :
1. Penulis dapat membuat perencanaan pembelajaran dalam bentuk satuan
acara pembelajaran, dan praktik laboratorium
2. Penulis dapat menyelenggarakan kegiatan mengajar di kelas dan
laboratorium.
3. Penulis dapat melakukan bimbingan kepada mahasiswa yang
melaksanakan praktik di laboratorium.
4. Penulis dapat memfasilitasi pengembangan keterampilan mahasiswa yang
melaksanakan praktik klinik melalui demonstrasi di laboratorium.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Lebih kreatif dalam melaksanakan kegiatan praktik klinik dengan
ataupun tanpa pembimbing, meningkatkan disiplin dalam melaksanakan
tugas, memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin untuk mencapai perasat
yang diharapkan, serta meningkatkan keterampilan dengan belajar dan
praktik yang baik sesuai standar yang berlaku.
2. Bagi pendidikan
Dapat memberikan bimbingan secara terus-menerus untuk
meningkatkan kemampuan mahasiswa dan mengevaluasi sejauh mana
mahasiswa dapat mencapai keterampilan yang diharapkan.
3. Bagi tempat praktek
Memberikan kesempatan yang lebih luas kepada mahasiswa untuk
mengaflikasikan ilmu/teori yang didapat disekolah, guna meningkatkan
keterampilan yang mana nantinya dapat menjadi pengalaman yang berharga
bagi mahasiswa.
4. Bagi masyarakat
Dapat kiranya menerima mahasiswa sebagai petugas kesehatan
seutuhnya yang mampu memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan
aman bagi masyarakat yang dilayani serta dapat meningkatkan kemandirian
dalam memberikan pelayanan
Daftar Pustaka
Andi, Prastowo. 2015. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:
Diva Press.
Halimah, Leli. 2017. Keterampilan Mengajar sebagai Inspiransi untuk Menjadi Guru
Yang Excellent di Abad Ke-21. Bandung: PT Rafika Aditama.
Hasibuan, Ibrahim dan Toemial. 2014. Praktek Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Wati, Ega Rima. 2016. Ragam Media Pembelajaran. Jakarta: Kata Pena.
NIM : 20.1302.080
Pembimbing : Herniyanti.,S.ST.,M.Kes
Mengetahui,
PENDOKUMENTASIAN