Anda di halaman 1dari 132

LAPORAN

PELAKSANAAN KEGIATAN PENDUKUNG DI MTSN 06 AGAM

Oleh:
Nurul Hidayah (2621121)

Dosen Pengampu:
Ira Oktarini, M. Pd

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SJECH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah swt yang telah memberikan berkah dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Tidak lupa pula sholawat dalan salam kepada Nabi Muhammad saw
yang telah meninggalkan contoh cemerlang tentang bagaimana seharusnya
menjalani hidup dan kehidupan kita di dunia ini. Penulisan laporan ini, disusun
dalam rangka memenuhi tugas akhir pada mata kuliah Kegiatan Pendukung. Dalam
penulisan laporan ini penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak,
sehingga laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orangtua penulis yang telah memberikan do’a dan dukungan baik moril dan
materil
2. Ibu Ira Oktarini, M.Pd yang telah membimbing di dalam mata kuliah
Kegiatan Pendukung
3. Kepala sekolah MTsN 6 Agam, Selaku pimpinan sekolah yang telah
mengizinkan penulis untuk melaksanakan praktek di sekolah tersebut.
4. Ibu Annisa, Ibu Wat, Bapak Deni selaku guru BK yang telah banyak
memberikan bimbingan, bantuan dan arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan tugas praktek ini.
5. Segenap jajaran guru MTsN 6 Agam yang telah membantu penulis dalam
melakukan praktek sehingga penulis bisa menyusun laporan ini
6. Siswa kelas VII 3 yang telah berpatisipasi dan ikut membantu didalam
pelaksanaan kegitan layanan.
Di samping ini penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat konstruktif demi ketercapaian karya tulis yang lebih baik dimasa yang
akan datang. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat
dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Bukittinggi, 10 Desember 2023

Nurul Hidayah

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul .........................................................................................................

Kata Pengantar ......................................................................................................2

Daftar Isi .................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................5

B. Tujuan .............................................................................................................5

C. Ruang Lingkup ...............................................................................................6

BAB II KAJIAN TEORI

A. Aplikasi Instrumentasi ....................................................................................8

B. Himpunan Data .............................................................................................14

C. Konferensi Kasus ..........................................................................................18

D. Kunjungan Rumah ........................................................................................24

E. Tampilan Kepustakaan..................................................................................36

F. Alih Tangan Kasus ........................................................................................42

BAB III Kegiatan Pendukung yang direncanakan dan dilaksanakan

A. Aplikasi Instrumentasi ..................................................................................45

1. Pelaksanaan aplikasi instrumentasi...........................................................45

2. Kendala dalam pelaksanaan aplikasi instrumentasi ................................101

B. Himpunan Data ...........................................................................................102

1. Pelaksanaan Himpunan Data ..................................................................102

a. Data Pribadi ........................................................................................102

b. Data Kelompok ..................................................................................119

c. Data Umum ........................................................................................119

3
2. Kendala Dalam Pelaksanaan Himpunan Data ........................................121

C. Semi Konferensi Kasus...............................................................................121

1. Pelaksanaan Semi Konferensi Kasus ......................................................122

2. Kendala dalam pelaksanaan Semi Konferensi Kasus ............................122

D. Tampilan Kepustakaan yang direncanakan ...............................................123

E. Alih tangan Kasus yang direncanakan ........................................................127

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................130

B. Saran ...........................................................................................................131

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................132

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan pendukung umumnya tidak hanya ditujukan secara langsung untuk
menyelesaikan masalah klien, melainkan untuk mengumpulkan data, informasi
lain, serta mendukung kemudahan atau komitmen yang mendukung kelancaran
penyelenggaraan layanan konseling bagi klien. Kegiatan ini umumnya dilakukan
tanpa kontak langsung dengan klien.
Kegiatan pendukung dalam bimbingan konseling mencakup berbagai aktivitas,
seperti penerapan alat bantu, pengumpulan data, konferensi kasus, kunjungan ke
rumah, konsultasi pustaka, dan pertukaran informasi kasus. Semua jenis kegiatan
pendukung ini terkait dengan empat bidang bimbingan dan diselaraskan dengan
karakteristik dan kebutuhan siswa. Hasil dari kegiatan pendukung ini digunakan
untuk memperkuat satu atau lebih jenis layanan bimbingan dan konseling.
Pelaksanaan berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling memerlukan
sejumlah kegiatan pendukung. Kegiatan pendukung bimbingan konseling adalah
upaya untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai peserta didik dan
lingkungan mereka, termasuk keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Tujuan dari kegiatan pendukung BK adalah mencapai perkembangan optimal
pada individu sesuai dengan potensinya, agar mereka dapat berkembang sesuai
dengan lingkungannya. Selain itu, kegiatan pendukung juga bertujuan agar
individu yang mendapatkan bimbingan memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalahnya sendiri, serta dapat beradaptasi
dengan lingkungan sekitarnya. Secara umum, tujuan kegiatan pendukung adalah
memungkinkan individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, terutama
dalam konteks keluarga, sekolah, dan masyarakat, sehingga mereka dapat menjadi
anggota masyarakat yang bermanfaat dan produktif.
B. Tujuan Penulis
Tujuan dari kegiatan praktek mata kuliah Kegiatan Pendukung Bimbingan
Konseling ini adalah:
1. Untuk memenuhi tugas akhir dalam mata kuliah Bimbingan dan Konseling
yang mencakup kegiatan pendukung.

5
2. Untuk menerapkan konsep dan materi yang diperoleh dari kegiatan
pendukung dalam konteks Bimbingan dan Konseling.
3. Untuk menguasai dan memperluas pengetahuan serta wawasan penulis
sebagai calon guru pembimbing, terutama dalam pelaksanaan kegiatan
pendukung di lingkungan sekolah.
4. Sebagai dokumentasi tertulis yang menunjukkan bahwa penulis telah
melaksanakan praktek kegiatan pendukung, berfungsi sebagai bukti konkrit
atas partisipasi dan kontribusi penulis dalam kegiatan tersebut.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan pendukung dengan aplikasi instrumentasi
mencakup beberapa aspek yang mendalam. Pertama-tama, dilakukan administrasi
AUM Umum dengan tujuan untuk mengumpulkan data yang mencerminkan
karakteristik umum dari setiap siswa. Selanjutnya, sosiometri menjadi langkah
strategis dalam menganalisis hubungan sosial di antara siswa, memberikan
wawasan tentang dinamika kelompok, dan mendukung interaksi positif di
lingkungan belajar.
Kegiatan ini juga melibatkan intrumen FKPMP untuk menganalisis kesulitan
mata pelajaran siswa. Tujuan dari analisis ini adalah untuk memberikan bimbingan
yang sesuai dengan karakteristik individu masing-masing siswa. Selanjutnya,
AUM PTSDL menjadi fokus untuk menilai pencapaian akademis siswa, membantu
mengidentifikasi kebutuhan pendukung, dan merumuskan pengembangan
akademis yang sesuai.
Kegiatan pendukung seperti himpunan data, konferensi kasus, kunjungan
rumah, tampilan kepustakaan, dan alih tangan kasus turut dilibatkan dalam ruang
lingkup ini. Himpunan data digunakan untuk mengumpulkan informasi terkait
prestasi akademis, partisipasi siswa, dan faktor-faktor lain yang relevan.
Konferensi kasus diadakan untuk mendiskusikan secara kolektif situasi atau
masalah tertentu yang dihadapi oleh siswa.
Kunjungan rumah menjadi langkah proaktif untuk memahami konteks
keluarga siswa, mendapatkan informasi tambahan, dan membangun hubungan
yang erat antara sekolah dan keluarga. Sementara itu, tampilan kepustakaan
menjadi sumber informasi dari literatur atau sumber-sumber pustaka untuk

6
memberikan dukungan dalam memberikan layanan bimbingan. Terakhir, alih
tangan kasus menjadi opsi untuk mengalihkan tanggung jawab kasus kepada pihak
lain yang memiliki keahlian khusus, jika diperlukan. Dengan merinci ruang
lingkup ini, pelaksanaan kegiatan pendukung menjadi terarah dan komprehensif,
mencakup berbagai aspek yang relevan untuk mendukung pengembangan siswa
secara holistik.

7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Aplikasi Instrumentasi
1. Pengertian
Aplikasi Instrumentasi adalah metode pengumpulan data melalui
pengukuran dengan menggunakan alat ukur atau instrumen tertentu. Hasil
pengukuran tersebut kemudian ditafsirkan, direspon, dan digunakan untuk
memberikan perlakuan terhadap klien dalam bentuk layanan konseling. Tujuan
dari metode ini adalah untuk memperoleh data dari pengukuran kondisi klien
secara spesifik. Komponen dari metode ini meliputi instrumen, responden, dan
pengguna instrumen. Layanan ini didominasi oleh prinsip kerahasiaan yang
diharapkan diikuti oleh prinsip sukarela klien untuk menjalani instrumen, diikuti
oleh prinsip keterbukaan. Pendekatan dan teknik dari metode ini meliputi
persiapan instrumen dan responden, administrasi instrumen, pengolahan dan
interpretasi jawaban responden, pengiriman hasil instrumen, dan penggunaan
hasil instrumen. Metode ini digunakan untuk mendukung berbagai layanan
konseling dan kegiatan pendukung mulai dari perencanaan program, penentuan
individu, penentuan bahan layanan, evaluasi, dan pengembangan program.1
2. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penerapan instrumentasi adalah memperoleh data hasil
pengukuran terkait kondisi spesifik klien. Informasi ini nantinya digunakan
sebagai dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan layanan konseling atau
sebagai komponen utama dari layanan yang ditargetkan. Dengan memanfaatkan
data tersebut, penyelenggaraan layanan konseling untuk klien dapat dilakukan
dengan lebih efektif dan efisien.
3. Tujuan Khusus
Terfokus pada fungsi-fungsi konseling, kegiatan penerapan instrumentasi
sebagian besar didedikasikan untuk fungsi pemahaman. Data yang dihasilkan dari
penerapan instrumentasi dimanfaatkan untuk memahami situasi klien, termasuk
potensi dasar, bakat, minat, kondisi pribadi dan lingkungan, serta permasalahan

1
Muhammad Putra Dinata Saragi, “Pelaksanaan Aplikasi Instrumentasi,” ENLIGHTEN (Jurnal
Bimbingan Dan Konseling Islam) 1, no. 1 (2018): 32.

8
yang dihadapi. Pemahaman ini, yang diperoleh melalui data tersebut, menjadi
dasar bagi konselor dalam menyusun pertimbangan untuk membantu klien sesuai
dengan kebutuhan dan potensi masalah yang dihadapinya. Fungsi pencegahan dan
pengentasan juga terlihat dengan jelas dalam konteks ini.
Lebih lanjut, hasil dari penerapan instrumentasi memungkinkan konselor untuk
berupaya mengembangkan potensi individu klien dan menjaga kondisi baik yang
dimilikinya. Fungsi pengembangan dan pemeliharaan terlihat secara nyata. Selain
itu, data yang terungkap mungkin juga dapat digunakan sebagai bukti untuk
membela hak-hak klien (fungsi advokasi).2
4. Komponen
Kegiatan aplikasi instrumentasi menyatukan tiga komponen utama, yaitu
instrumen, responden, dan pengguna.
a. Instrumen
1) Materi yang Diungkapkan, Secara umum, hal ini mencakup:
a) Kndisi fisik individu: aspek jasmaniah dan kesehatan
b) Kondisi dasar psikologis: potensi dasar, bakat, minat, sikap
c) Kondisi dinamik-fungsional psikologis
d) Kondisi kegiatan dan hasil belajar (terutama untuk pelajar)
e) Kondisi hubungan sosial
f) Kondisi keluarga dan lingkungan
g) Kondisi arah pengembangan dan realitas karir
h) Permasalahan yang potensial dan sedang dialami.
2) Bentuk Instrumen
Instrumen pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
instrumen tes dan non-tes. Sebuah instrumen dianggap tes jika jawaban
responden pada pertanyaan diperiksa berdasarkan kebenaran atau
ketidakbenaran jawaban tersebut. Instrumen tes melibatkan berbagai tes
psikologis dan tes hasil belajar. Berbeda dengan instrumen tes, jawaban
instrumen non-tes diperiksa bukan berdasarkan benar atau salah, tetapi
untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi responden tanpa menilai
apakah kondisi itu baik atau buruk, benar atau salah. Instrumen non-tes

2
Prayitno, Jenis Layanan Dan Kegiatan Pendukung Konseling (Padang: UNP Press, 2012).

9
bertujuan untuk memahami kondisi responden apa adanya. Contohnya
meliputi angket, daftar isian, AUM Umum, AUM PTSDL, Sosiometri,
FKPMP, dan sebagainya.
b. Responden
Respon merujuk pada individu atau kelompok yang menjawab instrumen,
baik itu tes atau non-tes, melalui pengadministrasian yang dilakukan oleh
penyelenggara, yaitu konselor. Kondisi responden mencakup berbagai
karakteristik diri, seperti usia, jenis kelamin, kondisi fisik dan fisiologis, serta
apakah mereka individu atau kelompok. Rentang karakteristik ini
memungkinkan penyelenggaraan administrasi instrumen sesuai dengan tujuan
yang dimaksud. Tentu saja, tidak semua instrumen sesuai dan perlu digunakan
untuk semua responden. Seringkali, suatu instrumen hanya cocok digunakan
untuk kelompok responden dengan kondisi tertentu. Sebagai contoh, AUM
PTSDL SLTP mungkin hanya cocok untuk mengungkapkan masalah yang
relevan dengan anak usia SLTP. c. Penggunaan Instrumen
Dalam kegiatan penerapan instrumentasi, dapat dibedakan antara
penyelenggara administrasi instrumen dan pengguna hasil-hasilnya. Instrumen
tes psikologis, yang digunakan untuk mengungkapkan kondisi kepribadian yang
kompleks, hanya diselenggarakan dan hasil-hasilnya hanya digunakan oleh para
psikolog yang memiliki kewenangan khusus sesuai dengan standar profesional.
Dalam konteks ini, konselor dapat menyelenggarakan tes psikologis yang lebih
sederhana.
Di sisi lain, kewenangan untuk menyelenggarakan administrasi instrumen
non-tes pada umumnya lebih terbuka, dengan syarat bahwa penyelenggara
benar-benar mampu melakukannya sesuai dengan kriteria pengukuran yang
baik. Pertanyaannya kemudian adalah, siapa yang menjadi pengguna hasil
instrumentasi? Sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, konselor memiliki
kepentingan yang besar terhadap penggunaan hasil-hasil instrumentasi tersebut.
5. Asas
Aplikasi instrumentasi pada dasarnya adalah pengungkapan kondisi pribadi
responden. Oleh karena itu, asas kerahasiaan mendominasi kegiatan ini.
Sebelumnya, menjelang diadministrasikannya instrumen, responden terlebih

10
dahulu bersukarela untuk menjalani kegiatan instrumentasi. Berikutnya diikuti
dengan keterbukaan dalam menjawab item-item instrumen sepenuhnya agar hasil-
hasil instrumentasi itu benar-benar mencerminkan kondisi responden
sebagaimana adanya.
6. Pendekatan dan Teknik
a. Penyiapan Instrumen dan Responden
Matching antara instrumen dan responden harus benar-benar tepat, artinya
instrumen yang dimaksudkan benar-benar tepat, artinya instrumen yang
dimaksudkan benar-benar cocok digunakan untuk mengungkapan apa yang ada
pada diri responden. Untuk ini konselor perlu:
1) Mempelajari Manual instrumen
2) Mengindentifikasi karakteristik responden
3) Melihat kesesuaian antara instrumen dan responden, sehingga tidak terjadi
mismatch
4) Menyiapkan diri untuk mampu menyelenggarakan pengadministrasian
instrumen
5) Menyiapkan aspek teknik dan administratif.
b. Pengadministrasian Instrumen
Pengadministrasian instrumen pada dasarnya dilaksanakan sesuai dengan
petunjuk yang dikemukakan didalam manual. Dalam hal ini konselor
mengemukakan:
1) Pokok isi, bentuk, tujuan, dan kegunaan instrumen bagi responden.
2) Bagaimana menjawab atau bekerja dengan instrumen itu termasuk alokasi
waktu yang disediakan.
3) Bagaimana jawaban responden diolah.
4) Bagaimana hasil pengolahan itu disampaikan kepada responden.
5) Bagaimana hasil tersebut digunakan dan apa yang perlu atau diharapkan
dilakukan oleh responden.
c. Pengolahan dan Pemaknaan Jawaban Responden
Sesuai dengan apa yang dikemukakan didalam manual instrumen,
pengolahan jawaban responden dapat diolah dengan cara “manual” dan atau
dengan menggunakan program komputer. Pengolahan secara manual

11
dilakukan dengan memeriksa dan menghitung jawaban responden satu
persatu dengan tangan, sedangkan pengolahan dengan menggunakan
program komputer dilakukan dengan memasukkan jawaban responden ke
dalam program komputer yang dimaksud. Data dari hasil instrumentasi
tersebut kemudian ditafsirkan dengan menggunakan kriteria atau norma yang
biasanya terdapat dalam manual instrumen. Hasil yang sudah bermakna ini
sudah siap digunakan dalam rangka program layanan konseling.
d. Penyampaian Hasil instrumentasi
Menyampaikan hasil instrumentasi memerlukan pencermatan tersendiri.
Asas kerahasiaan harus benar-benar diterapkan. Hasil aplikasi instrumentasi
tidak boleh diumumkan secara terbuka dan tidak boleh pula dijadikan
pembicaraan umum, apalagi kalau didalamnya tersebut nama. Bagi konselor
yang memiliki hak panggil terhadap individu yang menjadi responden, data
hasil instrumen dapat disajikan pertimbangan untuk memanggil individu
tersebut dalam rangka pelayanan konseling, patut ditekankan, bahwa mereka
yang dipanggil bukanlah hanya individu-individu yang memperoleh skor
rendah atau diindikasikan bermasalah tetapi dapat juga individuindividu yang
memperoleh skor tinggi atau tidak bermasalah.
e. Penggunaan Hasil Instrumentasi
1) Perencanaan Program Konseling
Perencanaan program pelayanan konseling hendaknya disusun
berdasarkan data yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi. Di sekolah
misalnya, program-program tahunan dan semesteran didasarkan pada data
tentang variasi masalah siswa, hasil ulangan dan ujian, bakat dan minat serta
kecendrungan siswa, dan lain-lain, yang semuanya itu telah dikumpulkan
dalam kegiatan need assesment pada minggu-minggu akhir tahun ajaran
sekolah.
2) Penetapan Peserta Layanan
Berdasarkan data hasil instrumentasi, konselor menetapkan individu
yang perlu mendapat layanan konseling tertentu, maupun individual.
Kegiatan dengan format lapangan dan “politik” bagi (calon) klien tertentu pun
dapat direncanakan oleh konselor berdasarkan hasil instrumen.

12
3) Hasil Instrumentasi sebagai Isi Layanan
Hasil instrumentasi baik sebagian atau seluruhnya, secara langsung
ataupun tidak langsung, dapat dijadikan isi layanan yang hendak dilaksanakan
terhadap klien. Hasil pengungkapan masalah, sosiogram, data tentang
intelegensi, bakat dan minat, dan lain sebagainya, dapat menjadi isi semua
layanan konseling, tergantung relevansinya. Konselor harus dengan cermat
melihat relavansinya itu dan menggunakannya secara tepat, dengan
penerapan asas kerahasiaan sebagaimana mestinya.
4) Hasil instrumentasi dan tindak lanjut
Hasil instrumentasi, khususnya hasil evaluasi dapat digunakan sebagai
pertimbangan bagi upaya tindak lanjut pelayanan terhadap klien. Kecermatan
konselor terhadap kesesuaian antara hasil evaluasi dan upaya tindak lanjutnya
sangat diperlukan.
5) Hasil Instrumentasi dan Upaya Pengembangan
Kaidah reseach and development (R&D) antara lain menyatakan bahwa
upaya pengembangan harus didasarkan pada data yang keakuratannya dan
keandalannya terjamin. Dalam hal ini, data hasil instrumentasi dengan tingkat
validitas dan reliabilitas yang tinggi dapat secara tepat menunjang
pengembangan program-program pelayanan konseling, baik untuk jangka
pendek maupun jangka panjang.
7. Operasionalisasi Kegiatan
Aplikasi instrumentasi harus direncanakan dan diselenggarakan dengan
cermat, penuh perhitungan dan kehati-hatian.
a. Perencanaan
1) Menetapkan objek yang akan diukur atau diungkapan.
2) Menetapkan subjek yang akan menjalani pengukuran.
3) Menetapkan atau menyusun instrumen sesuai dengan objek yang akan
diukur atau diungkap.
4) Menetapkan prosedur pengukuran atau pengungkapan.
5) Menetapkan fasilitas.
6) Menyiapkan kelengkapan administrasi Seluruh perencanaan dikemukakan
dalam Satuan Pendukung.

13
b. Pengorganisasian Unsur-Unsur dan Sarana Kegiatan
1) Menetapkan fasilitas dan menyiapkan fasilitas
2) Menyiapkan kelengkapan administrasi
c. Pelaksanaan
1) Mengkomunikasikan rencana pelaksanaan aplikasi instrumentasi kepada
pihak terkait.
2) Mengorganisasikan kegiatan instrumentasi
3) Mengadministrasikan instrumen, dengan diawali oleh LIMADMEN
4) Mengolah jawaban responden
5) Menafsirkan hasil instrumentasi
6) Menetapkan arah penggunaan hasil instrumentasi
d. Penilaian
1) Menetapkan materi evaluasi terhadap kegiatan instrumentasi serta
penggunaan hasil-hasilnya
2) Menetapkan prosedur dan cara-cara evaluasi
3) Melaksanakan kegiatan evaluasi
4) Mengolah dan menafsirkan hasil evaluasi
e. Tindak Lanjut dan Laporan
1) Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut terhadap kegiatan instrumentasi
serta penggunaan hasil-hasilnya
2) Mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak-pihak terkait
3) Melaksanakan rencana tindak lanjut
4) Menyusun laporan kegiatan aplikasi instrumentasi
5) Menyampaikan laporan kepada pihak terkait dan mendokumentasikannya.
B. Himpunan Data
1. Pengertian
Data merupakan gambaran atau keterangan atau catatan tentang ada dan
keadaan sesuatu. Untuk keperluan tertentu data dapat dihimpuni; digolong-
golongkan dan dikemas dalam bentuk tertentu, itulah yang dinamakan dengan
himpunan data. Himpunan data merupakan satu dari lima kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling. Himpunan data dimaksudkan untuk menghimpun
seluruh data dan keterangan yang berkaitan dengan siswa. Isi dari himpunan data

14
dapat dipergunakan untuk perkembangan siswa. Himpunan data juga bermakna
usaha-usaha untuk memperoleh data tentang peserta didik, menganalisis dan
menafsirkan, serta menyimpannya.3
2. Tujuan Umum
Tujuan umum penyelenggaraan Himpunan Data ialah menyediakan data dalam
kualitas yang baik dan lengkap untuk menunjang penyelenggaraan pelayanan
konseling sesuai dengan kebutuhan klien dan individu-individu lain yang menjadi
tanggung jawab konselor.
3. Tujuan Khusus
Penyelenggaraan himpunan data terkait fungsi-fungsi tertentu dalam layanan
bimbingan dan konseling terutama fungsi pemahaman. Dengan adanya data secara
lengkap terhimpun, diri pribadi konseli dan individu lainnya dimungkinkan dapat
dipahami dengan baik. Apabila kebutuhan pemahaman ini terpenuhi, sangatlah
dimungkinkan mereka dapat tercegah dari masalah-masalah yang mereka mungkin
alami (fungsi pencegahan) dan bahkan masalah-masalah yang mereka alami
terentaskan (fungsi pengentasan).
4. Komponen
Penyelenggaraan himpunan data menyangkut tiga komponen yaitu:
a. Jenis Data
Pada dasarnya jenis data yang terhimpun didalam himpunan data tidak
dibatasi. Oleh karena itu, jenisnya bermacam-macam sesuai dengan proyeksi
variasi kebutuhan mereka yang dilayani melalui program pelayanan konseling.
Dari sekian banyak data yang volume dan jenisnya dapat terus berkembang
dikenal dengan tiga pengelompokkan data, yaitu:
1) Data Pribadi, adalah semua data yang bersangkut paut dengan pribadi
seseorang.
2) Data Kelompok, yaitu data yang mengenai sekelompok individu (dalam
jumlah yang terbatas). Data ini menyangkut misalnya hubungan sosial
antar individu dalam kelompok, kondisi kebersamaan dan kerjasama
mereka, hasil perhitungan statistik tentang diri mereka.

3
Edris Zamroni and Susilo Rahardjo, “Manajemen Bimbingan Dan Konseling Berbasis
Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014,” Jurnal Konseling Gusjigang 1, no. 1 (2015).

15
3) Data Umum, yaitu yang tidak mengenai diri seseorang dan tidak pula
berkenaan dengan kelompok (terbatas). Data umum berasal dari luar data
pribadi dan kelompok. Data umum ini dapat berbentuk buku, kumpulan
leaflet, informasi karir dan pendidikan, data tentang lingkungan yang
lebih luas dan sebagainya.
b. Bentuk Himpunan Data
Semua data yang terhimpun didalam himpunan data berupa rekaman,
tulisan, angka, gambar pada lembaran kertas, slide, film, serta rekaman vidio
dan audio. Semua rekaman itu dapat dihimpun secara menyeluruh dalam
bentuk:
1) Buku data pribadi
2) Himpunan lembaran, dengan format yang didesain secara khusus
3) Kumpulan data kelompok dan laporan kegiatan
4) Program komputer
5) Kumpulan data umum
c. Penyelenggaraan Himpunan Data
Konselor sebagai penyelenggara mempunyai tiga tugas utama yaitu:
1) Penghimpunan Data, Konselor menghimpun data dari berbagai sumber.
2) Pengembangan Data, data yang terhimpun bersifat langsung, luas, lugas,
luwes dan lancar.
3) Penggunaan Data, terutama dalam perencanaan layanan dan laporan
kegiatan layanan.
5. Asas
Asas bimbingan konseling merupakan dasar pedoman dalam menjalankan
aktivitas bimbingan dan konseling. Terdapat beberapa asas bimbingan konseling,
di antaranya adalah:
a. Asas Kerahasiaan, Merupakan asas yang memberikan panduan untuk
merahasiakan data konseli (orang yang berkonsultasi), yang mana data-data
dari klien tidak boleh disebarluaskan, apalagi menjualnya untuk keuntungan
pribadi.
b. Asas Kesukarelaan, Berkaitan dengan kesukarelaan atau kesukaan klien
dalam mengikuti dan menjalani layanan yang dibutuhkan untuk dirinya.

16
c. Asas Keterbukaan, Bertujuan untuk mendapatkan data yang benar-benar
lengkap dan akurat agar solusi dari permasalahan bisa dibuat dengan tepat
juga.
d. Asas Kekinian, Berkaitan dengan penyesuaian zaman sekarang agar tidak
terlalu larut dalam permasalahan.
Sementara itu, himpunan data merupakan kegiatan menghimpun data yang
relevan dengan pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara
berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu, dan bersifat rahasia.4
6. Operasionalisasi penyelenggaraan
Operasionalisasi penyelenggaraan himpunan data Menurut Prayitno
operasionalisasi kegiatan himpunan data meliputi:
a. Perencanaan, Menetapkan jenis dan klasifikasi data serta sumber-
sumbernya, menetapkan bentuk himpunan data, menetapkan dan menata
fasilitas, menetapkan mekanisme pengisian, pemeliharaan dan
penggunaan serta menyiapkan kelengkapan administratif.
b. Pelaksanaan, Memetik dan memasukkan ke dalam himpunan data sesuai
dengan klasifikasi, memanfaatkan data, memelihara dan mengembangkan
himpunan data.
c. Evaluasi dan analisis, Mengkaji evisiensi sistematika dan penggunaan
fasilitas yang digunakan, memeriksa kelengkapan, keakuratan, keaktualan
dan kemanfaatan himpunan data, serta melaksanakan analisis terhadap
hasil evaluasi berkenaan dengan keakuratan, keaktualan, kemanfaatan dan
efisiensi penyelenggaraannya.
d. Laporan, Mencakup kegiatan Menyusun laporan himpunan data,
menyampaikan laporan kepada pihak terkait dan mendokumentasikan
laporan.

4
Kamaruzzaman, “Guru Bimbingan Dan Konseling,” Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial 3,
no. 2 (2016).

17
C. Konferensi Kasus
1. Pengertian
Konferensi kasus adalah suatu kelompok kecil orang-orang yang secara
bersama-sama mensitesa, dan menginterpretasikan fakta yang telah diketahui
mengenai seseorang. Konferensi kasus merupakan merupakan media yang
digunakan untuk mencari solusi bagi konseli dengan cara berdiskusi dengan
pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah konseli. Konferensi kasus merupakan
kegiatan pendukung atau pelengkap dalam bimbingan dan konseling untuk
membahas permasalahan siswa (konseli) dalam suatu pertemuan, yang dihadiri
oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen
bagi terentaskannya permasalahan siswa (konseli). Melalui konferensi kasus,
proses penyelesaian masalah siswa (konseli) tidak hanya mengandalkan pada
konselor sekolah semata, tetapi bisa dilakukan secara kolaboratif, yaitu dengan
melibatkan berbagai pihak yang dianggap kompeten. Pihak-pihak tersebut seperti
Kepala Sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas, orangtua, dan konselor-konselor
sekolah. Konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Terbatas dan tertutup
maksudnya adalah dalam pertemuan ini, hanya pihak-pihak yang berpengaruh
saja yang diundang untuk ikut serta.5
2. Tujuan
Konferensi kasus memiliki beberapa tujuan. Secara umum, tujuan
diadakannya konferensi kasus adalah mencari interpretasi dan solusisolusi yang
bisa digunakan untuk membantu konseli secara bersamasama dengan orang-orang
yang berpengaruh dengan konseli. Secara khusus, konferensi kasus bertujuan
untuk mendapatkan:
a. inti masalah yang dialami oleh konseli;
b. latar belakang terjadinya masalah tersebut;
c. langkah-langkah yang bisa diambil untuk membantu konseli dalam
memecahkan masalah konseli;
d. teknik-teknik yang akan digunakan untuk membantu konseli (oleh konselor).6

5
Suhertina, Bimbingan Dan Konseling (Dumai: Mivan Karwa Sekawan, 2017).
6
Nur Ramli, dkk., Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017 Mata Pelajaran Bimbingan Dan Konseling
(Kemendikbud, 2017).

18
3. Komponen
Penyelenggaraan konferensi kasus melibatkan tiga komponen pokok, yaitu:
a. Kasus
Kasus adalah kondisi yang mengandung permasalahan tertentu.
Permasalahan ini dapat menyangkut seseorang, sekelompok orang atau
berkenaan dengan kondisi lingkungan tertentu. Oleh karenanya, kasus yang
dibahas didalam dapat berupa:
1) Masalah klien yang sedang ditangani konselor.
2) Masalah yang dialami seseorang atau beberapa orang yang belum ditangani
konselor
3) Kondisi lingkungan ynag terindikasi atau berpotensi bermasalah
4) Laporan terjadinya masalah tertentu
5) Isu yang patut ditanggapi dan mendapat penanganan yang memadai.
b. Peserta
Peserta konferensi kasus pada dasarnya adalah semua pihak yang tersangkut
paut dengan kasus yang dibahas. Pihak-pihak itu dapat di rinci sebagai berikut
1) Seseorang atau lebih yang secara langsung mengalami masalah.
2) Seseorang atau lebih yang terindikasi mengalami masalah.
3) Orang-orang yang berperan penting berkenaan dengan masalah yang dibahas.
4) Orang-orang yang dapat memberikan sumbangan bagi pencapaian tujuan
konferensi kasus khususnya dan tujuan pelayanan konseling pada umumnya.
5) Ahli berkenaan dengan masalah yang dibahas Konselor perlu mencermati
siapa yang sebaiknya diundang menghadi konferensi kasus tersebut.
c. Konselor
Konselor adalah penyelenggara konferensimkasus sejak dari perencanaan,
pelaksanaan, penggunaan hasil-hasil konferensi kasus dalam pelayanan konseling
terhadap pihak-pihak terkait dan pelaporan kegiatan konferensi secara menyeluruh.
4. Asas
Asas kerahasiaan, kesukarelan dan keterbukaan mendominasi kegiatan
konferensi kasus. Asas kerahasiaan terutama sekali perlu ditekankan apanila kasus
yang dibahas adalah masalah pribadi yang dialami oleh klien tertentu kerahasiaan

19
klien tersebut harus benar-benar dilindungi. asas kesukarelaan dan keterbukaan
mengiringi asas kerahasiaan.7
5. Pendekatan dan teknik
Konferensi kasus merupakan pertemuan yang dihadiri oleh sejumlah orang,
membahas suatu kasus, dalam waktu dan suasana tertentu yang diatur oleh
konselor Dalam Konferensi kasus diaplikasikan sejumlah pendekatan dan teknik
yang diselenggarakan oleh konselor.

a. Kelompok non-formal

Pertemuan Konferensi kasus menggunakan format tidak resmi, dalam arti


tidak menggunakan cara-cara yang bersifat intruksional, artinya tidak ada
instruksi stau perintah dari siapapun juga, Asas kesukarelaan dan keterbukaan
mewarnai segenap suasana kegiatan Konferensi kasus.

b. Pendekatan Normatif

Pendekatan normatif ditujukan untuk mencapai tujuan IKKA dalam rangka


pelayanan konseling. Hal-hal berikut perlu mendapat perhatian dan diupayakan
aktualisasinya.

1) Penyebutan nama seseorang harus disertai penerapan asas kerahasiaan;


jika masih dimungkinkan penyebutan nama sedapat-dapatnya dihindari.
2) Pengungkapan sesuatu dan pembahasannya harus didasarkan pada
tujuan positif yang menguntungkan semua pihak yang terkait; degan
kata lain apapun yang diungkapkan dan dibahas tidak merugikan pihak-
pihak tertentu.
3) Pembicaraan dalam suasana bebas dan terbuka, objektif tanpa pamrih,
dan tidak didasarkan atas kriteria kalah- menang.
4) Dinamika kelompok diwamai semangat memberi dan menerima.
5) Bahasa dan cara-cara yang digunakan diwamai oleh asas kenormatifan.
c. Pembicaraan Terfokus

7
Melsyah Dilla Tarigan, Upaya Guru BK Mereduksi Perilaku Tawuran Antar Siswa Melalui
Konferensi Kasus Di SMK DWI Tunggal Tanjung Morawa. (Medan: UIN Sumatera Utara, 2022).

20
Semua peserta konferensi kasus bebas mengembangkan apa yang diketahui,
difikirkan, dirasakan, dialami, dan/atau dibayangkan qkan terjadi berkenaan
dengan pokok pembicaraan. Sebebas bebasnya hadirin berbicarasatu hal yang
perlu diingat adalah harus terfokus jangan sampai pembicaraan meluas sampai
di luar konteks, mengada-adaapalagi kalau sampai menyentuh daerah yang
menyinggung pribadi-pribadi tertentu. Konselor sebagai pemimpin kegiatan
harus mampu untuk setiap kali mengarahkan dan memusatkan (kembali)
pembicaraan pada pokok bahasan yang dimaksud.
Pembicaraan bersifat multi-arah, saling menyampaikan dan menanggapi;
menghindari penyampaian yang mengajari atau bersifat perintah, serta
perdebatanKonselordalam posisi keprofesiannya, sebagai orang yang paling
berkepentingan dengan hasil KKA, harus mampu:
1) Membangun suasana nyaman bagi seluruh peserta dalam mengikuti
pembicaraan
2) Mendorong para peserta untuk berperan optimal dalam
3) Pembahasan kasus
4) Mengambil sari pati dan menyimpulkan seluruh isi pembicaraan.8
d. Terminasi dalam Proses
Penyelenggaraan konferensi kasus berakhir sesuai jadwal yang telah
direncanakanTerminasi ini mengakhiri sejumlah pembicaraan kasus yang
diagendakan oleh konselor Untuk suatu kasus mungkin hanya dilakukan
konferensi kasus satu kali, mungkin dua kali atau lebih. Berapa kali konferensi
kasus dilaksanakan tergantung pada proses pelayanan konseling terhadap
kas yang dimaksud.
Proses 1

Belum ada Layanan


KKA
layanan

Proses 2

Layanan Layanan
KKA
Konseling

8
Melsyah Dilla Tarigan.

21
Proses 3

Layanan Layanan KKA


KKA
Konseling

Layanan
Lanjutan

Pada Proses 1 kegiatan KKA dilakukan sebelum layanan konseling dan hasil
KKA digunakan untuk layanan konseling tertentu. Pada Proses 2 kegiatan KKA
sebagai tindak lanjut layanan, dan hasilnya digunakan dalam layanan lebih lanjut.
Pada Proses 3, selain sebagai tindak lanjut layanan, kegiatan KKA sebanyak dua
kali untuk lebih memperkuat layanan berikut yang perlu dilaksanakan terhadap
klien. Dalam hal ini tampak bahwa suatu KKA tidak berhenti pada saat
pengakhiran (terminasi) kegiatan, namun ditindaklanjuti oleh layanan konseling
dalam keseluruhan proses penanganan kasus yang menjadi pokok pembicaraan.
Sampai berapa jauh proses itu berjalan sangat tergantung pada luas dan dalamnya
kasus serta intensitas penanganan oleh konselor.
e. Waktu dan Tempat
Satu kali penyelenggaraan KKA dapat berlangsung satu jam atau lebih,
tergantung pada luas dan kedalaman kasus itu sendiri dan kemampuan para hadirin
membahasnya. Konselor mengendalikan berapa lama KKA dilaksanakan. Kritera
yang dipakai adalah ketuntasan pembahasan. Dari satu kali penyelenggaraan KKA
hendaknya telah dapat diperoleh berbagai hal penting yang dapat membantu dan
memperkaya proses layanan konseling. Salah satu di antara hal yang penting itu,
bahkan sangat penting, adalah komitmen para peserta terhadap penanganan kasus
yang dibicarakan itu. Tempat penyelenggaraan KKA sangat tergantung pada
kesepakatan Konselor dan para peserta, serta pihak yang membawahi tempat yang

22
dimaksud. Dalam pada itu, tempat hendaknya cukup nyaman dan dapat memenuhi
tuntutan ditegakkannya asas-asas konseling.9
6. Keterkaitan
Keterkaitan KKA terutama difokuskan kepada berbagai Jenis layanan
konseling dan kegiatan pendukung lainnya. Keterkaitan itu terutama menyangkut
isi atau kandungan kasus yang menjadi pokok pembicaraan dalam KKAMatriks
berikut memperlihatkan arah keterkaitan itu. Keterkaitan yang kemungkinan
menjadi isi sel-sel dalam matri di atas memerlukan kecermatan konselor dalam
merencanakan melaksanakan, dan menindaklanjuti hasil KKA terhadap pelayanan
konseling dan kegiatan pendukung, atau sebaliknya dari hasil pelayanan dan
kegiatan pendukung lain terhadap KKA. Kepiawaian konselor dalam pelayanan
konseling secara menyeluruh akan menjamin keefektifan dan efisiensi
keterkaitan yang dimaksud.
7. Oprasionalisasi Kegiatan
Penyelenggaraan KKA yang tepat dan efektif akan mampu memberikan
sumbangan terhadap pengentasan masalah klien. Untuk itu KKA perlu
direncanakan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh konselor.
a. Perencanaan
1) Menetapkan kasus yang akan dibawa ke dalam KKA.
2) Meyakinkan klien (dan/atau individu yang terkait dengan kasus tersebut)
tentang pentingnya KKA.
3) Menetapkan peserta KKA.
4) Menetapkan waktu dan tempat KKA.
Materi perencanaan Dikemas dalam SATKUNG (Satuan Kegiatan Pendukung).
b. Pengorganisasian Unsur-unsur dan sarana kegiatan
1) Menyiapkan kelengkapan bahan/materi untuk pembahasan dalam KKA.
2) Menyiapkan fasilitas penyelenggaraan KKA.
3) Menyiapkan kelengkapan administrasi
c. Pelaksanaan
1) Mengkomunikasikan rencana KKA kepada para peserta

9
Prayitno, Jenis Layanan Dan Kegiatan Pendukung Konseling.

23
2) Menyelenggarakan KKA, meliputi kegiatan membuka pertemuan,
menyelenggarakan penstrukturan, kerahasiaan sebagai pokok kasus dengan
asas, meminta komitmen peserta untuk penanganan kasus, membahas kasus,
menegaskan peran masing-masing peserta dalam penanganan kasus,
menyimpulkan hasil pembahasan, memantapkan komitmen peserta,
menutup pertemuan.
d. Penilaian
1) Mengevaluasi kelengkapan dan kemanfaatan hasil KKA. serta komitmen
peserta dalam penanganan kasus.
2) Mengevaluasi proses pelaksanaan KKA
3) Melakukan analisis terhadap efektifitas hasil KKA terhadap penanganan
kasus.
e. Tindak Lanjut dan Laporan
1) Menggunakan hasil analisis untuk melengkapi data dan memperkuat
komitmen penanganan kasus.
2) Mempertimbangkan apakah diperlukan KKA lanjutan.
3) Menyusun laporan kegiatan KKA.
4) Mengoptimalkan laporan kepada pihak-pihak terkait dan
mendokumentasikan laporan.10
D. Kunjungan Rumah
1. Pengertian
Rumah atau keluarga adalah tempat asal individu. Setiap orang berasal dari
keluarga tertentu dan mendapat bekal kehidupan yang paling awal dari keluarga.
Keluarga memberikan sumbangan yang sangat besar dan tiada temilai harganya
dalam pertimbangan individu. Dalam pada itu, kondisi keluarga yang kurang
memadaidapat memberikan andil yang cukup besar pula terhadap
kekurangserasian yang terdapat pada diri individu. Keluarga yang
menyelenggarakan healthy parenting akan memberikan sumbangan positif,
sedangkan unhealthy parenting akan memberikan andilnegatif terhadap
perkembangan anak-anak yang berada di dalam keluarga tersebut.

10
Suhertina, "Bimbingan Dan Konseling". Dumai: Mifan Karya Sekawan, (2017).

24
Kunjungan rumah (KRU)merupakan upaya untuk mendeteksi kondisi
keluaga dalam kaitannya dengan permasalahan anak atau individu yang menjadi
tanggungjawab Konselor dalam pelayanan konseling. Dengan KRU akan
diperoleh berbagai informasi atau data yang dapat digunakan untuk lebih
mengefektifkan layanan konseling. Lebih dari itu, dengan kunjungan rumah
Konselor dapat mendorong partisipasi orang tua (dan anggota keluarga lainnya)
untuk sebesar-besarnya memenuhi kebutuhan anak atau individu yang
dimaksudkan itu.
Layanan kunjungan rumah (Home visit) adalah salah satu teknik pengumpul
data dengan jalan mengunjungi rumah siswa untuk membantu menyelesaikan
masalah yang dihadapi siswa dan untuk melengkapi data siswa yang sudah ada
yang diperoleh dengan tehnik lain. (Kunjungan Rumah (P4) adalah upaya yang
dilakukan Konselor untuk mendeteksi kondisi keluarga dalam kaitannya dengan
permasalahan anak/individu agar mendapat berbagai informasi yang dapat
digunakan lebih efektif. Kegiatan kunjungan rumah merupakan salah satu
kegiatan pendukung yang diadakan untuk memahami diri siswa yang bermasalah
secara lebih lengkap di dalam proses pemberian bantuan melalui jenis layanan
bimbingan dan konseling di sekolah.
Penanganan permasalahan siswa seringkali memerlukan pemahaman yang
lebih lengkap tentang suasana rumah atau keluarga siswa. Untuk itu perlu
dilakukan kunjungan rumah, namun harus diingat bahwa kunjungan rumah itu
tidak perlu dilakukan untuk semua siswa. Bagi siswa yang permasalahannya
menyangkut peranan rumah tangga atau keluarga sajalah yang diperlukan
kunjungan rumah itu. Kemungkinan cara lain yang dapat ditempuh untuk
memperoleh data atau informasi tersebut ialah mewawancarai siswa secara
langsung atau meminta / mengundang orang tua ke sekolah untuk memberikan
keterangan yang dimaksud. Dalam kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah,
home visit (kunjungan rumah) merupakan salah satu alternatif dalam
memecahkan masalah siswa.11

11
Eko Nusantoro Ermawan, Yan, Sinta Saraswati, “Pelaksanaan Kunjungan Rumah Oleh Guru
Bimbingan Dan Konseling,” Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and
Application 3.2 (2014).

25
2. Tujuan Umum
Tujuan umum kunjungan rumah adalah diperolehnya data yang lebih lengkap
dan akurat berkenaan dengan masalah klien serta digalangnya komitmen orangtua
atau anggota keluarga lainnya dalam rangka penyelesaian masalah dan Membangun
hubungan antara lembaga keluarga, sekolah dan masyarakat. Kunjungan rumah
memiliki tujuan utama yang sangat penting dalam konteks pelayanan sosial.
Pertama, tujuannya adalah untuk mendapatkan data yang lebih lengkap dan
akurat tentang masalah yang dihadapi oleh klien. Dengan berada di lingkungan
rumah klien, pekerja sosial atau profesional dapat mengidentifikasi faktor-faktor
yang mungkin memengaruhi kesejahteraan klien, yang mungkin tidak terungkap di
lingkungan kantor. Data yang lebih komprehensif ini menjadi dasar untuk
merencanakan intervensi yang lebih sesuai.
Selain itu, kunjungan rumah juga bertujuan untuk menggalang komitmen
orangtua atau anggota keluarga lainnya dalam menyelesaikan masalah klien.
Dalam proses ini, pekerja sosial atau profesional dapat berinteraksi secara pribadi
dengan keluarga klien, mendengarkan pandangan mereka, dan memotivasi mereka
untuk bekerja sama dalam mencari solusi. Terakhir, kunjungan rumah membantu
membangun hubungan yang lebih kuat antara lembaga keluarga, sekolah, dan
masyarakat.12
3. Tujuan Khusus
Tentu, mari berikan penjelasan untuk setiap tujuan khusus kunjungan rumah
yang telah disebutkan:
a. Agar terpahamnya permasalahan klien dan upaya pengentasannya. Ini berarti
kunjungan rumah bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam
tentang masalah yang dihadapi oleh klien. Dengan menyelidiki lingkungan
rumah klien dan berinteraksi langsung dengan mereka, pekerja sosial atau
profesional dapat mengidentifikasi akar masalah serta faktor-faktor yang
memengaruhi situasi tersebut. Data yang lebih komprehensif ini menjadi dasar
untuk merancang rencana tindakan yang efektif, mencegah masalah serupa di
masa depan, dan mendorong perkembangan serta pemeliharaan kesejahteraan

12
Rama, Fadli Hayati, Ria, “Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Kegiatan Kunjungan Rumah
Pada Pembelajaran Daring,” Foramadiahi: Jurnal Kajian Pendidikan Dan Keislaman 14.2 (2022).

26
klien. Selain itu, melalui pemahaman yang lebih mendalam, pekerja sosial atau
profesional dapat memberikan dukungan dan bantuan yang lebih sesuai dengan
kebutuhan klien.
b. Untuk mengkomunikasikan kepada orang tua tentang permasalahan yang
sedang dihadapi siswa. Ini menekankan pentingnya menjembatani
komunikasi antara lembaga pendidikan, seperti sekolah, dengan orang tua
siswa. Kunjungan rumah memberikan kesempatan bagi para pekerja sosial
atau guru untuk berbicara langsung dengan orang tua tentang isu-isu yang
mungkin memengaruhi perkembangan atau prestasi siswa. Dengan berbagi
informasi ini, orang tua dapat lebih baik memahami situasi anak mereka di
sekolah dan merasa lebih terlibat dalam perkembangan pendidikan mereka.
Hal ini dapat membantu menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih
terbuka dan transparan.
c. Membangun komitmen orang tua terhadap pembahasan dan pengentasan
permasalahan siswa. Dalam kunjungan rumah, pekerja sosial atau guru tidak
hanya berkomunikasi tentang masalah yang dihadapi siswa, tetapi juga
berupaya untuk melibatkan orang tua dalam upaya menyelesaikan masalah
tersebut. Dengan mendengarkan pandangan orang tua, merespons pertanyaan
dan keprihatinan mereka, dan merancang bersama rencana tindakan yang
dapat diambil, kunjungan rumah dapat membangun komitmen orang tua
terhadap perbaikan situasi anak mereka. Ini menciptakan kolaborasi yang
lebih efektif antara orang tua, sekolah, dan klien dalam mencapai solusi yang
lebih baik untuk masalah yang dihadapi siswa.
Dalam rangka mencapai tujuan-tujuan khusus ini, kunjungan rumah adalah alat
yang kuat dalam pelayanan sosial, terutama ketika melibatkan interaksi langsung
antara pekerja sosial atau guru, orang tua, dan klien. Ini memungkinkan
pemahaman yang lebih mendalam, komunikasi yang lebih baik, dan komitmen
yang lebih kuat dalam upaya mengatasi masalah dan meningkatkan kesejahteraan
siswa serta keluarganya.13

13
Prayitno, Jenis Layanan Dan Kegiatan Pendukung Konseling.

27
4. Komponen
Menurut Prayitno ada tiga komponen pokok berkenaan dengan kegiatan
kunjungan rumah, yaitu kasus ditangani, keluarga yang dikunjungi, dan konselor.
a. Kasus
Kunjungan rumah difokuskan pada penanganan kasus yang di dalamnya
tersangkut-paut seseorang (atau lebih) klien dan keluarga. Kasus ini terlebih
dahalu dianalisis, dipahami, disikapi, dilaksanakan suatu perlakuan awal
tertentu, untuk selanjutnya diberikan pelayanan konseling yang memadai. Dalam
hal ini perlakuan awal terhadap kasus adalah pelaksanaan kunjungan rumah.
Hasil kunjungan rumah di gunakan dalam pelayanan konseling. Dalam proses
yang berbeda kunjungan rumah dapat merupakan bagian langsung atau tindak
lanjut layanan konseling terdahulu terhadap kasus yang dimaksud.
b. Keluarga
Sebagaimana dikemumakan Slameto dalam Pelaksanaan Kunjungan Rumah
Oleh Guru Konselor menyatakan lingkungan rumah merupakan sebagai tempat
pendidikan pertama bagi peserta didik hendaklah dapat memberikan peranan
yang baik untuk perkembangannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa keluarga
sangat mengambil andil dalam keberhasilan kegiatan kunjungan rumah, adapun
Keluarga yang menjadi fokus kunjungan rumah meliputi kondisi yang
menyangkut:
a. Orang tua atau wali
b. Anggota keluarga yang lain
c. Orang-orang yang tinggal dalam lingkungan keluarga yang dimaksud
d. Kondisi fisik rumah, isinya dan lingkungan
e. Kondisi ekonomi dan hubungan sosio-emosional yang terjadi dalam keluarga
Semua hal yang berkenaan dengan keluarga diatas dicermati dalam
hubungannya dengan diri dan permasalahan klien. Dalam kaitan ini,
ketekaitan kondisi tersebut secara langsung diperkuat oleh komitmen seluruh
komponen keluarga itu demi kepentingan klien atau siswa.
c. Konselor

28
Konselor adalah perencana, pelaksana dan sekaligus pengguna hasil-hasil
kunjungan rumah. Seluruh kegiatan itu dikaitkan langsung dengan layanan dan
kegiatan pendukung konselng lainya.14
5. Asas
Pertama-tama asas kesukarelaan dan keterbukaan ditegakkan. Dalam hal ini
terlebih dahulu klien diminta persetujuannya untuk dilakukannya kunjugan rumah.
Dengan klien dibahas kegunaan Kunjungan rumah, khususnya dalam kaitannya
dengan masalah yang ia alami. Selanjutnya keluarga yang akan dikunjungipun
diminta persetujuanya, dilengkapi dengan informasi tentang waktu dal hal-hal
teknis kedatangan konselor. Lebih jauh, asas keterpaduan antara kunjungan rumah
dengan berbagai aspek pelayanan konseling terhadap klien, perlu mendapat
perhatian.15
6. Pendekatan dan teknik
Ada tujuh langkah penting yang harus diperhatikan oleh guru BK dalam
melaksanakan kunjungan rumah, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a) Format Lapangan dan Politik
Dengan kunjngan rumah konselor memasuki lapangan permasalahan klien
yang menjangkau kehidupan keluarga klien. Dengan jangkauan yang lebih luas
ini diharapkan penanganan permasalahan klien semakin konprehensif dan
intensif. Disamping itu, strategi politikpun dilaksanakan, yaitu dengan
menghubungi pihakpihak terkait dalam keluarga. Peran positif pihak-pihak
terkait itu dibangkitkan menuju penuntasan pengentasan masalah klien serta
optimalisasi pengembangan potensi-potensinya.
b) Materi
Dalam merencanakan kunjungan rumah konselor mempersiapkan berbagai
informasi umum dan data tentang klien yang layak diketahui oleh orang tua dan
anggota keluarga lainya. Dengan catatan: Tidak melanggar asa kerahasian klien.
Semata-mata untuk pendalaman masalah klien dan penuntasan penangannya.
Tidak merugikan klien dalam kaitanya dengan kedudukan dan hubungan

Prayitno.
14

Eko Nusantoro Nasruddin, Juwita, “Faktor Penghambat Operasionalisasi Kunjungan Rumah Di


15

SMA Negeri Se-Kota Semarang,” Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and
Application b4.3 (2015).

29
kekeluargaan dalam keluarga itu, hubungan sosioemosional, pemberian
kesempatan dan fasilitas, serta keterkaitan kerja. Dengan kunjungan rumah akan
diperoleh berbagai data atau keterangan tentang berbagai hal yang besar
kemungkinan ada sangkut pautnya dengan permasalahan siswa. Data atau
keterangan itu meliputi: Kondisi rumah tangga dan orang tua, Fasilitas belajar
yang ada dirumah, Hubungan antar anggota keluarga, Sikap dan kebiasaan anak
(siswa) dirumah, Berbagai pendapat orang tua dan anggota keluarga lainya
terhadap anak (siswa), Komitmen orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam
perkembangan anak dan pengentasan masalah anak.
Dalam kegiatan kunjungan rumah, semua data yang hendak diperoleh dan
komitmen keluarga yang hendak dibina dapat menyangkut seluruh bidang
bimbingan dan konseling, yaitu bidang bimbingan pribadi, social belajar dan
karier. Secara khusus guru pembimbing dapat menekankan aspek-aspek tertentu
dari keseluruhan bidang tersebut sesuai dengan titik berat permasalahan siswa
yang bersangkutan.
c) Peran klien
Keikutsertaan klien dalam kegiatan kunjugan rumah pertamatama melalui
persetujuannya terhadap diselenggarakannya kunjugan rumah itu. Konselor
perlu mempertimbangkan dengan matang apakah klien akan dilibatkan dalam
pembicaraan antara konselor dengan anggota keluarga yang dikunjungi.
Keterbukaan, objektivitas, kenyamanan suasana, kelancaran kegiatan, serta
dampak positif bagi klien dan keluarganya, menjadi kriteria keterlibatan klien.
d) Kegiatan
Dalam rangka kunjugan rumah, Konselor melakukan wawancara dengan
anggota keluarga kunci dan anggota keluarga lainnya sesuai dengan
permasalahan klien. Pengamatan terhadap berbagai objek dalam keluarga dan
lingkungan sekitarnya dapat dilakukan atas seizin pemiliknya. Konselor tidak
diperkenankan memerika dokumen-dokumen yang dimiliki keluarga, kecuali
keluarga itu menghendakinya. Format kelompok dapat diselenggarakan oleh
konselor dengan mengikutsertakan sejumlah anggota keluarga dalam
pembicaraan tentang masalah klien.

30
Konseling keluarga merupakan bentuk khusus kegiatan dalam kunjungan
rumah. Konseling keluarga menurut Golden dan Sherwood sebagaimana yang
dikutip oleh Namora Lumogga Lubis adalah metode yang dirancang dan
difokuskan pada keluarga dalam usaha untuk membantu memecahkan masalah
perilaku klien. Masalah ini bersifat pribadi karena dialami oleh klien sendiri.
Dalam kegiatan ini tujuan dan syarat-syarat penyelenggaraan konferensi kasus
diterapkan. Keikutsertaan klien dalam konseling keluarga di pertimbangan
dengan kriteria tersebut diatas.
e) Undangan terhadap keluarga
Dalam keadaan tertentu, kunjungan rumah dapat diganti dengan pemanggilan
orang tua ke sekolah. Persiapan dan prosedur pemanggilan orang tua pada
dasarnya sejalan dengan persiapan dan prosedur kunjungan rumah. Orang tua
atau anggota keluarga lainnya dapat diundang misalnya ke sekolah. Sesuai
dengan permasalahan siswa klien. Pelaksanaan ini bukan panggilan melainkan
undangan sama dengan kunjungan rumah: Ijin klien atau siswa, data yang perlu
disiapkan dan materi pembicaraan, dan peran klien. Konseling keluarga juga
dapat diselengarakan dengan anggota keluarga yang diundang. Undangan
terhadap keluarga tidak selayaknya dilakukan konselor dengan tujuan
menyampaikan kepada anggota keluarga yang diundang itu keputusan yang
isinya merugikan klien atau siswa. Misalnya disekolah, oraang tua diundang atau
malahan dipanggil untuk diberitahu atau untuk menandatangani perjanjian
bahwa anaknya tidak naik kelas, atau diistirahatkan atau di skors dan sebagainya.
Pemangilan dan kegiatan yang menyertai seperti itu tidak termasuk kegiatan
pelayanan konseling.
f) waktu dan tempat
Waktu kunjungan rumah baik kapan maupun berapa lama kunjungan rumah itu
dilaksanakan tergantung pada perkembangan proses pelayanan diselenggarakan
atau kunjungan rumah sebagai tindak lanjut layanan tertentu. Lamanya konselor
berkunjung ke rumah keluarga tergantung materi yang dibicarakan dan kegiatan
yang dilakukan didalam keluarga itu. Dapat satu-dua jam saja dapat juga lebih.
Apabila konseling keluaga diselenggarakan kunjungan itu dapat lebih lama,
bahkan dapat berulang beberapa kali untuk berkunjung. Tempat pertemuan

31
antara keluarga dengan konselor yang paling jelas adalah dirumah keluarga yang
dimaksud. Sebagai alternative pertemuan tersebut dapat diselenggarakan
ditempat konselor bekerja, seperti disekolah atau ditempat konselor praktik
pribadi (Privat) bahkan ditempat lain diluar rumah keluarga tau tempat konselor.
Dimanapun pertemuan itu akan diselenggrakan, ditentukan berdasarkan
kesempatan pihak-pihak terkait. Dimanapun itu diselenggarakan asas kerahasian
harus tetap terjaga. Apabila pertemuan diselenggarakan ditempat terbuka, jangan
sampai kegiatan itu tergangu oleh pihak-pihak diluar atau menjadi perhatian
umum yang mengangu kelancaran dan asas kerahasian yang seharusnya dijaga.
g) Evaluasi
Kegiatan kunjugan rumah dinilai atas proses dan hasil-hasil kelancaran
penyelenggaraan kunjugan rumah, sejak dari perencanaan sampai dengan
pengakhiran kegiatan harus menjadi perhatian konselor. Partisipasi aktif para
anggota keluarga perlu dioptimalkan penilaian terhadap unsur-unsur proses
dilakukan terus-menerus selama berlangsung kunjugan rumah.
Penilian terhadap hasil kunjugan rumah diorientasikan pada kelengkapan dan
keakuratan data yang di peroleh, serta kegunaan data tersebut dalam pelayan
terhadap klien. Apabila data yang diperoleh dinilai kurang lengkap atau kurang
akurat, kunjugan rumah dapat diulang atau diselenggaran kunjugan rumah
lanjutan. Komitmen anggota keluarga terhadap pengentasan masalah klien perlu
mendapat pemikiran seksama. Untuk ini laiseg dapat dilakukan, laiseg juga
diterapkan terhadap hasil-hasil konseling keluarga apabila kegiatan tersebut
memang dilakukan.16
6. Keterkaitan
Hubungan layanan kunjungan rumah dengan komponen bimbingan konseling,
khususnya dengan komponen pelayanan responsif dan dukungan sistem dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Pelayanan Responsif
Layanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada siswa yang
memiliki kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera.
Layanan responsif bertujuan untuk membantu siswa agar dapat memenuhi

16
Prayitno, Jenis Layanan Dan Kegiatan Pendukung Konseling.

32
kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu
siswa yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Tujuan lainnya adalah agar dapat juga dikemukakan sebagai
upaya untuk mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian pribadi siswa
yang muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial-
pribadi, karir, dan atau masalah pengembangan pendidikan. Fokus pelayanan
responsif bergantung pada masalah atau kebutuhan konseli. Home visit
merupakan salah satu layanan pendukung dari kegiatan bimbingan dan
konseling yang dilakukan guru pembimbing atau wali kelas dengan
mengunjungi orang tua/tempat tinggal siswa. Kegiatan dalam kunjungan rumah
dapat berbentuk pengamatan dan wawancara, terutama tentang kondisi rumah
tangga, fasilitas belajar, dan hubungan antaranggota keluarga dalam kaitannya
dengan permasalahan siswa. Masalah siswa yang dibahas dapat berupa bidang
bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan bidang bimbingan karier.
b. Dukungan Sistem
Dukungan sistem merupakan komponen layanan dan kegiatan manajemen
yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada siswa atau
memfasilitasi kelancaran perkembangan siswa. Dukungan sistem adalah
kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan,
memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui
pengembangan profesional; hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan
guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas; manajemen program;
penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990:89).
Program ini memberikan dukungan kepada guru pembimbing dalam
memperlancar penyelenggaraan layanan dalam Bimbingan dan Konseling.
Sedangkan bagi personel pendidik lainnya adalah untuk memperlancar
penyelenggaraan program pendidikan di sekolah. Dukungan sistem ini meliputi
dua aspek, yaitu Pemberian layanan dan Kegiatan manajemen. Dukungan
sistem untuk layanan kunjungan rumah adalah keluarga konseli (peserta didik),
khususnya adalah orang tua konseli (peserta didik).17

17
Prayitno, “Kegiatan Pendukung”, Universitas Negeri Padang, (2012)

33
7. Oprasinalisasi Kegiatan
Dalam pelaksanaan kegiatan kunjungan juga menempuh tahap-tahap
kegiatan seperti: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi,
tindak lanjut dan laporan. Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan kunjungan rumah
dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
Pertama, tahap perencanaan. Hal-hal yang dilakukan pada tahap perencanaan
adalah: (a) menetapkan kasus dan siswa yang memerlukan kunjungan rumah, (b)
meyakinkan siswa tentang pentingnya kunjungan rumah, (c) menyiapkan data
atau informasi pokok yang perlu dikomunikasikan dengan keluarga, (d)
menetapkan materi kunjungan rumah atau data yang perlu diungkap dan peranan
masing-masing anggota keluarga yang akan ditemui, dan (e) menyiapkan
kelengkapan administrasi.
Kedua, tahap pelaksanaan hal-hal yang dilakukan adalah: (a)
mengkomunikasikan rencana kegiatan kunjungan rumah kepada pihak yang
terkait, (b) melakukan kunjungan rumah dengan melakukan kegiatan-kegiatan;
(1) bertemu orang tua atau wali siswa atau anggota keluarga lainnya, (2)
membahas permasalahan siswa, (3) melengkapi data, (4) mengembangkan
komitmen orang tua atau wali atau anggota keluarga lainnya, (5)
menyelenggarakan konseling keluarga apabila memungkinkan, (6) merekam dan
menyimpulkan hasil kegiatan.
Ketiga, tahap evaluasi. Hal-hal yang dievaluasi meliputi: (a) proses
pelaksanaan kunjungan rumah, (b) kelengkapan dan keakuratan hasil kunjungan
rumah serta komitmen keluarga, dan (c) penggunaan data hasil kunjungan rumah
untuk mengentaskan masalah siswa.
Keempat, tahap analisis hasil evaluasi. Pada tahap ini, kegiatan yang
dilakukan adalah melakukan analisis terhadap efektivitas penggunaan hasil
kunjungan rumah terhadap pemecahan kasus siswa.
Kelima, tahap tindak lanjut. Pada tahap tindak lanjut hal-hal yang dilakukan
adalah: (a) mempertimbangkan apakah perlu dilakukan kunjungan rumah ulang
atau lanjutan, dan (b) mempertimbangkan tindak lanjut layanan dengan
menggunakan data hasil kunjungan rumah yang lebih lengkap dan akurat.

34
Keenam, tahap menyusun laporan. Pada tahap ini, guru bimbingan dan
konseling melukakan kegiatan: (a) menyusun laporan kegiatan kunjungan
rumah, (b) menyampaikan laporan kunjungan rumah kepada berbagai pihak
yang terkait, dan (c) mendokumentasikan laporan kunjungan rumah.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas mengenai prosedur operasional
kegiatan kunjungan rumah secara garis besar dapat disimpulkan bahwa prosedur
opeasional kegiatan kunjungan rumah meliputi beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap perencanaan meliputi:
a. Menetapkan permasalahan siswa yang memerlukan kunjungan rumah
b. Memberikan pemahaman terhadap siswa mengenai pentingnya
kunjungan rumah
c. Menyiapkan data dan informasi yang akan dikomunikasikan dengan
pihak keluarga.
d. Menyiapkan kelengkapan administrasi kunjungan rumah.
2. Tahap pelaksanaan meliputi:
a. Memberitahukan rencana kunjungan rumah kepada pihak yang terkait,
dan Melakukan kegiatan kunjungan rumah.
3. Tahap evaluasi meliputi:
a. Mengevaluasi proses pelaksanaan kunjungan rumah.
b. Mengevaluasi kelengkapan dan keakuratan hasil kunjungan rumah,
serta komitmen orang tua atau anggota keluarga siswa.
c. Mengevaluasi penggunaan data hasil kunjungan rumah dalam
pengentasan masalah siswa.
4. Tahap analisis hasil evaluasi adalah melakukan analisis terhadap efektivitas
penggunaan hasil kunjungan rumah terhadap pemecahan kasus siswa.
5. Tahap tindak lanjut meliputi:
a. Mempertimbangkan perlunya dilakukan kegiatan kunjungan rumah ulang
atau lanjutan.
b. Mempertimbangkan tindak lanjut layanan dengan menggunakan data hasil
kunjungan rumah yang lebih lengkap atau akurat.
6. Tahap menyusun laporan meliputi:
a. Menyusun laporan kegiatan kunjungan rumah.

35
b. Menyampaikan laporan kepada pihak terkait.
c. Mendokumentasikan laporan kunjungan rumah18
E. Tampilan Kepustakaan
1. Pengertian
Tampilan kepustakaan merujuk pada kegiatan menyediakan berbagai materi
pustaka yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik dalam mengembangkan aspek
pribadi, kemampuan sosial, proses belajar, serta dalam merencanakan karir atau
jabatan. Kegiatan pendukung tampilan kepustakaan berperan dalam membantu
klien untuk memperkaya dan memperkuat diri terkait dengan masalah yang
dibahas bersama konselor, khususnya, dan dalam proses pengembangan diri pada
umumnya. Tampilan kepustakaan menciptakan kondisi yang memungkinkan klien
untuk memperkuat dan memperkaya dirinya sendiri, baik dengan atau tanpa
bantuan dari konselor.
Kegiatan pendukung Tampilan Kepustakaan (TKp) memberikan dukungan
bagi klien dalam memperkaya dan memperkuat diri terkait dengan masalah yang
sedang dibahas bersama Konselor, terutama dalam konteks pelayanan khusus, serta
dalam pengembangan diri secara umum. Pemanfaatan tampilan kepustakaan dapat
dipandu oleh konselor sebagai bagian dari penyelenggaraan pelayanan, atau klien
dapat secara independen mengunjungi perpustakaan untuk mencari dan
menggunakan bahan-bahan yang relevan dengan kebutuhannya.
Tampilan kepustakaan menciptakan kondisi yang sangat memungkinkan
individu atau klien untuk memperkuat atau memperkaya dirinya sendiri. Dalam hal
ini, baik dengan bantuan Konselor maupun tanpanya, terutama pada tahap setelah
konseling, individu tersebut dapat terus mengembangkan dirinya melalui
pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia dalam tampilan kepustakaan.19
2. Tujuan
a. Melengkapi subtansi pelayanan konseling berupa bahan-bahan tertulis
dan/atau rekaman lainnya yang ada dalam tampilan kepustakaan.

18
Nasruddin, Juwita, “Faktor Penghambat Operasionalisasi Kunjungan Rumah Di SMA Negeri
Se-Kota Semarang.”
19
Linda Fitria, “Sarana Dan Prasarana Sebagai Penunjang Kegiatan Bimbingan Dan Konseling Di
Sekolah Menengah Kejuruan,” Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan Dan Konseling 11.1 (2021).

36
b. Mendorong klien memanfaatkan bahan-bahan yang ada dalam tampilan
kepustakaan untuk memperkuat pengentasan masalah dan pengembangan diri
pihak-pihak yang bersangkutan.
c. Mendorong klien untuk dapat memanfaatkan pelayanan konseling secara
lebih langsung dan berdaya guna.20
3. Komponen
a. Konselor
Konselor adalah tenaga profesi pelayanan konseling yang
menyelenggarakan berbagai jenis layanan konseling dan kegiatan
pendukungnya. Berkenaan dengan TKp. Konselor menyediakan setidak-
tidaknya memiliki akses dengan berbagai bahan yang ada diperpustkaan yang
disiapkan oleh konselor sendiri, atau perpustakaan lembaga tempat konselor
bekerja, atau diperpustakaan lainnya yang dimungkinkan untuk diakses.
b. Peserta
Kegiatan Peserta yang terkait dengan kegiatan TKp adalah individu-
individu, baik sendiri-sendiri maupun yang terkait dengan kelompok atau kelas
tertentu yang berkepentingan dengan pengaksesan terhadap bahan kepustakaan
tertentu.
c. Bahan Tampilan Kepustakaan
Bahan tampilan kepustakaan sangat bervariasi, baik dalam jenis materinya
maupun tingkat kesulitan dalam pemahamannya. Jenis materi yang
dimaksudkan itu tersebar dalam semua bidang pelayanan konseling, yaitu:
1) Bidang pengembangan pribadi, yaitu bacaan yang menyangkut tugas
perkembangan pada tiap tahap perkembangan, potensi diri, kemampuan
berpikir dan merasa, suasana hati, cara-cara menjaga diri, upaya
penampilan diri dan lain-lain.
2) Bidang pengembanagan hubungan sosial, seperti bacaan tentang cara
berkomunikasi, kiat-kiat berhubungan dengan orang lai, kepemimpinan,
kehidupan berkelompok, nilai-nilai sosial dan moral, secara berorganisasi,
dan lain-lain,

20
Prayitno, “Kegiatan Pendukung”. 2012. UNP

37
3) Bidang pengembangan kegiatan belajar, seperti bacaan tentang cara-cara
belajar yang baik, kia-kiat mengikuti pelajaran dalam kelas,
mempersiapkan dan mengikuti ujian, menyusun makalah, mengerjakan
PR, dan lain-lain.
4) Bidang perencanaan dan pengembangan pilihan karir dan hidup
berpekerjaan, misalnya bacaan tentang keterkaitan antara bakat, minat dan
pekerjaan dll.
5) Bidang pengembangan hidup berkeluarga, misalnya bacaan tentang
persiapan berumah tangga, reproduksi sehat, keluarga sakinah, hubugan
suami istri, dan lain-lain.
6) Bidang pengembangan hidup beragama, misalnya bacaan tentang
keimanan dan ketakwaan, riwayat para nabi, pahala dan dosa, hubungan
antara manusia dengan manusia, dan lain-lain.
4. Asas
Asas kegiatan mendasari kegiatan TKp dalam hal ini, individu atau klien yang
bersangkutan, baik pada tahap pra, dalam, maupun pasca konseling perlu
memotivasi diri untuk mengakses konseling perlu memotivasi diri untuk
mengakses tampilan kepustakaan yang ada. Tanpa kegiatan yang dilakukan sendiri
tidak akan mungkin TKp terlaksanakan. Asas kegiatan tersebut sedapat-dapatnya
diiringi dengan asas kusukarelaan, kegiatan yanng dilakukan dengan sukarela,
apalagi dengan senang hati, akan membawakan hasil yang lebih baik.21 (Aprillia,
2021)
5. Pendekatan dan Teknik
Kegiatan TKp pada dasarnya dilaksanakan sendiri oleh individu atau klien
yang bersnagkutan. Jika diperlukan, konselor dapat memberikan arahan awal
tentang materi yang perlu dibaca atau dipelajari, prosedur atau cara mengakses,
serta petunjuk teknis lainnnya berkenaan dengan pemanfaatan bahan-bahan
kepustakaan.
a. Format
Dalam pelaksanaan kegiatan TKp konselor perlu memperhatikan kelima
format layanan konseling.

21
Aprilli, Elsa. "Kegiatan Pendukung Bimbingan Dan Konseling." (2021).

38
1) Format Individual, pada dasarnya TKp dilaksanakan sendiri-sendiri oleh
individu atau klien yang bersangkutan.
2) Format Kelompok, kegiatan TKp dapat dilaksanakan terhadap sekelompok
individu. Sekelompok siswa misalnya diminta mempelajari bahan tertentu
diperpustakaan.
3) Format Klasikal, kegiatan TKp dalam kelompok dapat diperlukan menjadi
kegiatan klasikal. Semua siswa dalam satu kelas diminta mempelajari bahan
tertentu diperpustakaan.
4) Format Lapangan, kegiatan TKp dapat terselanggara dalam format lapangan,
dalam arti individu yang menjadi peserta mecari sendiri bahan-bahan
kepustakaan ditempat yang berbeda.
5) Format Kolaboratif, format ini dilaksanakan oleh konselor dalam rangka
pengadaan bahan-bahan kepustakaan, agar menjadi ada dan semakin lengkap,
serta kemudahan dalam prosedur dan cara-cara pengaksesan bahan-bahan
tersebut oleh siapapun juga, terutama klien dan peserta TKp lainnya.
b. Teknik Pelaksanaan
TKp oleh individu atau klien secara mandiri memerlukan teknik atau
arahan yang tepat agar kegiatan tersebut efektif. Teknik dan arahan tersebut
adalah:
1) Teknik mencari bahan yang diperlukan, dalam hal ini dapat memanfaatkan
katalog, daftar subjek dalam buku, dan lain-lain.
2) Teknik membaca cepat dan tepat, melalui kemampuan 5M; Membaca yang
tertulis dengan akurat, Memahami maksud dan makna yang dibaca,
Meringkas intisari bacaan, Mempertanyakan materi yang dibaca,
Memperkaya materi yang dibaca dengan bacaan atau bahan-bahan lain.
3) Arah aplikasi materi yang dibaca, bahan yang diambil dan dibaca dari
kumpulan tampilan kepustakaan akan memperoleh makna yang lebih besar
apabila dapat diterapkan dalam praktik.
c. Waktu
Waktu pelaksanan kegiatan TKp yang bersifat mandiri dapat diatur oleh
individu atau klien yanng bersangkutan. Sedang kegiatan TKp yang
merupakan arahan atau penugasan dalam rangka layanan konseling terentu

39
waktu pelaksanaannya di sesuaikan dengan arahan atau penugasan yang
dimaksud.
6. Keterkaitan
Kegiatan TKp terkait dengan jenis-jenis layanan konseling, berkenaan dengan
tahap-tahap pra, dalam, dan pasca konseling.
a. Layanan Orientasi, bahan-bahan dalam tampilan layanan kepustakaan dapat
dipakai utnuk memperkaya wawasan dan informasi tentang objek-objek yang
menjadi sasaran kegiatan layanan orientasi.
b. Layanan Informasi, sejalan dengan keterkaitan TKp terhadap layanan
Orientasi, bahan-bahan tampilan kepustakaan dalam layanan info,
memperjelas, memperluas, serta lebih bermanfaat.
c. Layanan penempatan dan penyaluran, dengan bahan-bahan data TKp layanan
penempatan dan penyaluran dapat lebih memahami latar belakang dan arah
penempatan/penyaluran yang dijalaninya sehingga lebih bermanfaat.
d. Layanan penguasaan konten, materi pada TKp akan memperkaya konten yang
dipelajari dan memperkuat penguasaan konten yang dimaksud.
e. Layanan konseling perorangan, bahan-bahan dalam TKp memperjelas dan
memperluas wawasan klien sehingga pembahasan dalam layanan konseling
perorangan lebih kaya dan mendalam.
f. Layanan bimbingan kelompok, dalam mempersiapkan pelaksanaan layanan
Bkp anggota kelompok dapat ditugasi untuk membaca terlebih dahulu materi
tertentu dalam rangka topik tugas ataupun bebas yang akan menjadi pokok
bahasan BKp.
g. Layanan konseling kelompok, dalam layanan K.Kp penggunaan TKp sejalan
dengan penggunaan dalam layanan K.Kp pelaksanaan TKp untuk klien dapat
dibantu oleh para peserta kegiatan kelompok lainnya.
h. Layanan konsultasi, Dalam layanan KSI konselor dapat mengarahkan kepada
konsulti untuk membaca dan mencermati bahan-bahan yang ada dalam
tampilan kepustakaan berkenaan dengan permasalahan klien yang
dikonsultasikan oleh konsulti kepada konselor.

40
i. Layanan mediasi, dalam rangka layanan mediasi, kepada pihak-pihak yang
bertikai terlebih dahulu dapat disajikan (oleh konselor) bahan-bahan tertentu
utnuk dicermati oleh pihak-pihak tersebut.
7. Operasionalisasi Kegiatan
Kegiatan TKp terutama yang diselenggarakan dalam proses layanan konseling,
perlu penanganan yang sebaik-baiknya sehingga hasilnya optimal.
1. Persiapan dan Pengorganisasian
Dalam tahap persiapan yang perlu dilakukan konsleor, yaitu;
a. Menyampaikan kepada klien atau peserta layanan tentang perlunya
kegiatan TKp.
b. Menetapkan bahan-bahan dalam tampilan kepustakaan yang perlu diakses,
dan menunjukan dimana bahan-bahan tersebut berada.
c. Menyiapkan klien untuk mampu mengakses bahan-bahan tersebut dengan
cara dan teknik yang benar.
d. Menetapkan waktu kegiatan mengakses bahan-bahan dan bentuk perolehan
yang diharapkan.
e. Menetapkan (kontrak) kapan hasil TKp itu dibicarakan dengan konselor.
2. Monitoring Pelaksanaan
Monitoring pelaksanaan kegiatan TKp biasanya dilaksanakan secara tidak
langsung, karena kegiatan TKp pada umumnya dilaksanakan secara mandiri oleh
individu atau klien. Bahkan, monitoring kegiatan TKp sering kali tidak dapat
dilakukan konnselor, karena selain dilakukan secara mandiri ditempat dan pada
waktu yang berbeda-beda, bentuk dan cara kegiatannya ditentukan diri sendiri oleh
individu yang bersangkutan.
Monitoring yang lebih langsung dapat dilaksanakan misalnya terhadap siswa
yang dipersiapkan untuk menjalani layanan BKp yang ditugasi menyiapkan diri
dengan bahan untuk topik tugas tertentu.
3. Penilaian dan Tindak Lanjut
Penilaian dan tindak lanjut hasil kegiatan TKp pada umumnya terlaksana
pada kegiatan layanan yang berlanjut, terutama layanan yang menggunakan teknik
kontrak. Lebih jauh, evaluasi dan tindak lanjut terhadap kegiatan TKp dapat
menjadi bagian dari penilaian jangka pendek (laijapen) dan penilaian jangka

41
panjang (laijapan) layanan konseling. Penilaian hasil kegiatan TKp yang bersifat
mandiri dilakukan oleh individu atau klien yang bersangkutan. Penilaian ini
mengacu kepada kemanfaatan hasil TKp sampai ke taraf aplikasinya dalam
praktik. Hasil TKp dalam rangka penugasan atau arahan tertentu dievaluasi sesuai
dengan penugasan dan arahan tersebut. Kegiatan TKp dalam rangka teknik kontrak
dievaluasi dalam proses layanan konseling lanjutan.22
F. Alih Tangan Kasus
1. Pengertian
Alih tangan kasus merupakan suatu tindakan pemindahan penanganan
individu atau peserta didik kepada pihak lain yang memiliki keahlian dan
kewenangan yang sesuai, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.
Keterlibatan petugas atau lembaga di luar sekolah dianggap penting karena mereka
dapat memberikan bantuan yang tidak dapat diperoleh melalui sekolah atau
konselor lokal. Rujukan dilakukan untuk mendapatkan bantuan khusus, namun
perlu diingat bahwa tidak berarti individu yang dirujuk mengalami masalah serius,
karena pandangan semacam itu dianggap terlalu sempit dan keliru.
Kegiatan alih tangan kasus yang diorganisir oleh konselor bertujuan agar
klien dapat memperoleh pelayanan yang optimal terkait dengan masalah yang
dihadapi, yang disediakan oleh profesional yang memiliki keahlian yang sesuai.
Dengan alih tangan kasus yang tepat, klien diharapkan segera mendapatkan
pelayanan yang sesuai; sebaliknya, jika alih tangan kasus dilakukan dengan tidak
tepat, dapat mengakibatkan dampak yang tidak diinginkan.23
2. Tujuan
Tujuan umum alih tangan kasus adalah diperolehnya pelayanan yang optimal,
setuntas mungkin, atas masalah yang dialami klien. Pelayanan terdahulu
mengantarkan klien ke ahli yang benar- benar berkemampuan dan berkewenangan

22
Prayitno, Jenis Layanan Dan Kegiatan Pendukung Konseling.
23
Masrina, “Pelaksanaan Alih Tangan Kasus Dalam Pengentasan Masalah Anak Dengan
Penyandang Tunagrahita,” Bimbingan Konseling Islam, 2022.

42
dengan pengentasan masalah klien itu. Tujuan khusus nya berkaitan dengan fungsi-
fungsi dari pelayanan konseling, dalam alih tangan kasus yang mendominasi
adalah fungsi pengentasan lalu diiringi fungsi pengembangan dan pemeliharaan.24
3. Komponen
Penyelenggaraan alih tangan kasus melibatkan tiga komponen pokok, yaitu:
a. Klien dan Masalahnya
Dalam rangka alih tangan kasus perlu dikenali masalah apa saja yang menjadi
kewenangan konselor menanganinya. Konselor berkeweangan menengani semua
masalah, kecuali masalah- masalah yang berupa atau memiliki sangkut paut
dengan:
1) Penyakit, baik penyakit fisik maupun mental (kejiwaan)
2) Kriminallitas, dalam segala bentuknya, yang menuntut siapapun yang
mengetahuinya (apalagi melakukannya) harus lapor kepada pihak berwajib.
3) Psikotopika, yang di dalamnya dapat terkait masalah kriminilitas dan
penyakit.
4) Guna - guna, dalam segala bentuknya, yaitu kondisi yang berada di luar akal
sehat.
5) Keabnormalan akut, kondisi fisik dan mental yang bersifat “luar biasa”
dalam arah di bawah normal.
b. Konselor
Dalam menangani klien dua hal yang perlu segera dikenali secara langsung
oleh konselor yaitu:
1) Keadaan kenormalan diri klien
2) Subtansi masalah klien, Hanya klien - klien yang normal saja yang di tangani
konselor. Mereka yang tidak normal (keabnormalan mental, keabnormalan
fisik atau penyakit, dan keabnormalan akut) di alih tangankan kepada
ahlinya. Demikian, subtansi yang berada di luar kewenangan konselor dialih
tangankan kepada ahli bidang pelayanan yang dimaksud.

24
Syaeful Anwar and Rohmat Rohmat, “Model Bimbingan Alih Tangan Kasus (Referal) Di SMA
Negeri 1 Karangreja Purbalingga,” Jurnal Ilmiah Mandala Education 8, no. 2 (2022).

43
c. Ahli Lain
Lima kelompok ahli lain perlu dipahami oleh konselor sebagai arah alih
tangan kasus yaitu:
1) Dokter, adalah ahli yang menangani berbagai penyakit jasmaniah
2) Psikiater, adalah ahli yang menangani masalah psikis
3) Psikolog, adalah ahli yang mendeskripsikan kondisi psikis
4) Guru, termasuk dosen, adalah ahli dalam mata pelajaran atau bidang keilmuan
tertentu.
5) Ahli bidang tertentu, adalah mereka yang menguasai bidang - bidang tertentu
seperti adat, agama, budaya tertentu, dan hukuman, serta ahli pengembangan
pribadi yang memerlukan kebutuhan khusus. Kepada ahli-ahli tersebut itulah
klien dialih tangankan sesuai dengan subtansi permasalahannya. Pihak yang
berwenang seperti polisi, tidak termasuk ke dalam pihak yang menjadi arah
alih tangan kasus, sebab masalah kriminal yang harus dilaporkan kepada
polisi bukanlah masalah alih tangan kasus, melainkan merupakan kewajiban
semua warga negara untuk melaporkan peristiwa kriminal yang
diketahuainya.25

25
Yusuf Gunawan, Bimbingan Dan Konseling (Jakarta: Gramedia, 2012).

44
BAB III
KEGIATAN PENDUKUNG YANG DI RENCANAKAN DAN DI
LAKSANAKAN
A. Aplikasi Instrumentasi
1. Pelaksanaan Aplikasi Instrumentasi
Dalam pelaksanaan aplikasi instrumen penulis mengaplikasikan beberapa
instrumen kepada peserta didik di MTSN 6 Agam, yaitu:
a. AUM Umum
Aum umum adalah alat ungkap masalah-masalah umum yang dirasakan oleh
responden. Tujuan pemberian instrumen ini sama dengan maknanya, yaitu untuk
menyampaikan secara umum masalah-masalah yang dihadapi siswa dari sepuluh
bidang permasalahan yang tercantum dalam AUM Umum tersebut, yang mana 10
bidang itu meliputi: JDK, HSO, DPI, EDK, PDP, KDP, HMM, KHK, ANM dan WSG.
Adapun pengadministrasian yang dilakukan penulis disini, yaitu:
1) Responden Peserta didik kelas VII 3 MTSN 6 Agam yang berjumlah 32 orang
2) Tanggal Pelaksanaan: 18 September 2023
3) Tempat: Ruang Kelas VII 3
4) Langkah-langkah administrasi yang dilakukan:
a) Mengucapkan salam
b) Memperkenalkan diri serta membangun hubungan dengan peserta didik
c) Menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan penulis
d) Menjelaskan pengertian dan tujuan dilaksanakan AUM UMUM
e) Membagi lembar soal dan lembaran jawaban Aum
f) Memandu pengisian identitas
g) Menjelaskan bagaimana cara pengisian lembar jawaban AUM
UMUM
h) Menekankan bahwasannya tidak ada jawaban benar ataupun salah namun
jawaban sesuai yang dirasakan pada saat itu

i) Penulis menekankan juga mengenai pengerjaan peserta didik agar serius dan
mengisi sesuai keadaan dirinya, karena mempengaruhi hasil dari pengerjaan
mereka nantinya
j) Pemberian waktu pengisian

45
k) Pengumpulan soal aum umum dan lembar jawaban
l) Penyampaian dari penulis bahwa data ini akan diolah
m) Melanjutkan pengadministrasian aplikasi instrumentasi selanjutnya yaitu
Sosiometri.
Hasil interpretasi AUM Umum kelas VII 3 adalah sebagai berikut:
Jenis Masalah
Bid.
Kode
Masalah No. Jml % Interpretasi
Masalah
JDK 036,038,061 3 15% AM memiliki masalah kesehatan yaitu
pada mata, hidung, dan tenggorokan.

DPI 043,045,097 3 12% AM memiliki masalah pada diri pribadi


yaitu ceroboh, kurang bersungguh-
sungguh dan kurang pandai memimpin.

KDP 130 1 6% AM memiliki rasa khawatir akan menjadi


AM
pengangguran.

PDP 110, 150 2 13% AM kurang menyukai pelajaran tertentu


dan merasa cemas dengan masa depannya.

KHK 048 1 4% AM khawatir tidak mampu memenuhi


harapan orang tua.

JDK 012, 65, 85 3 15% AF memiliki masalah kesehatan yaitu


sering pusing, sakit perut, dan memiliki
ke-khawatiran tertular penyakit orang
lain.

DPI 17,19,45,67, 6 24% AF merasa kurang bersungguh-sungguh,


86,88 penakut, takut sendirian dan kurang
percaya diri.

HSO 3,31,57 3 8% AF merasa diremehkan dan kecanduan


AF bermain HP

PDP 110,132,146 6 40% AF kurang menyukai pelajaran tertentu,


,147,148 merasa kurang mendapat perhatian dari
sekolah dan merasa ragu dengan
pendidikan yang akan di tempuh setelah
lulus MTs.

ANM 114,115,136 7 70% AF kurang bisa membedakan mana yang


,137,138,13 baik dan buruk dan merasa kurang dalam
9,140 melaksanakan ibadah.

46
KHK 25,48,73,10 4 16% AF khawatir terhadap ekonomi keluarga
5 dan juga kurang mampu menerima
kondisi keluarga.

HMM 121,123,125 3 60% AF mengalami penolakan dari lawan


jenisnya dan merasa tidak senang apabila
dibicarakan.

JDK 36,64,85 1 5% AMD mengalami gangguan kesehatan

DPI 18,41,44,68, 4 16% AMD sering merasa sedih, merasa di


86,99 anggap keras kepala oleh orang lain, dan
mudah tersinggung.

HSO 6 5 14% AMD merasa kecanduan HP


AM
D
KDP 130 1 20% AMD merasa cemas terhadap karir

PDP 146,150 1 10% AMD merasa cemas terhadap pendidikan


yang akan datang

KHK 48,73 3 12% AMD kurang mendapat perhatian dari


orangtua dan takut tidak bisa memenuhi
ekspetasi orang tuanya.

JDK 12,65 2 20% AF merasa kurang sehat

DPI 20,66,69,86, 7 19% AF merasa takut kehilangan, dan kurang


88,96,99 percaya diri.

HSO 6,9,26,27,35 7 18% AF merasa sedih karena tidak memiliki


,60,80 Hp dan juga tidak memiliki teman akrab.

EDK 120 2 5% AF kurang bisa mengatur keuangan

AF PDP 131,146,147 1 20% AF merasa cemas terhadap pendidikan


,150 yang akan ditempuh selanjutnya

ANM 138,139 2 13% AF merasa takut apabila melakukan


kesalahan

KHK 25,46,48,73, 3 30% AF mengalami kecemasan karena kondisi


94 ekonomi keluarga

WSG 151,154 1 4% AF merasa kesepian saat waktu senggang

47
DPI 43,89,97 3 12% AR merasa ceroboh dan kurang berhati-
hati

HSO 29,52 2 5% AR merasa belajar terganggu karena Hp

KDP 127 1 20% AR merasa belum mengetahui dan cemas


bagaimana karirnya di masa depan

PDP 147,150 2 13% AR cemas terhadap pendidikan yang akan


AR
datang

ANM 114,115,136 3 30% AR merasa sering berbohong

KHK 48 1 4% AR cemas terhadap ekspetasi orangtua

HMM 125 1 20% AR tidak menyukai apabila ia dibicarakan


orang lain

JDK 61,62,63,81, 7 35% DA kurang sehat terhadap tubuhnya


82,83
DPI 42,66,70,86, 17 68% DA kurang bisa mengendalikan emosi,
96,100 kurang percaya diri

HSO 3,29,51,55,8 5 14% DA kurang bisa menjalin petemanan yang


0 baik

EDK 143 1 10% DA merasa dianggap pelit oleh orang lain

PDP 107,131,146 7 46% DA merasa kurang percaya diri terhadap


,150 masa depan pendidikannya
DA
ANM 138 1 10% DA Mengalami masalah karena takut
berdosa melanggar aturan agama

KHK 48,91,92,10 4 16% DA mengalami masalah terhadap


4 kepercayaan orang tua

WSG 151 1 20% DA kurang waktu untuk istirahat

HMM 125 1 20% DA tidak senang jika dibicarakan orang


lain

JDK 12,36,61,64, 11 55% DD merasa mengalami masalah kesehatan


81,85 pada tubuhnya
DD
DPI 19,41,66,70, 18 72% DD kurang bisa mengontrol emosi dan
86,96 kurang percaya diri

48
HSO 1,3,6,8,31,7 6 17% DD kecanduan menggunakan Hp dan
8 internet sehingga mengabaikan orang-
orang yang ada disekitarnya

EDK 116,120 2 20% DD kurang bertanggung jawab terhadap


dirinya sendiri

KDP 128,130 5 35% DD kurang mengerti tentang karir dan


mencemaskan masa depannya

PDP 131,146,150 5 35% DD cemas terhadap pendidikannya

ANM 114,138 4 40% DD merasa takut apabila melakukan dosa

KHK 23,48,73,10 8 32% DD cemas terhadap kesehatan


1,104 keluarganya dan takut tidak bisa
memenuhi ekspetasi orangtuanya

WSG 151,155 2 40% DD kurang bisa mengisi waktu luang


dengan kegiatan yang produktif

HMM 121,122,123 5 100 DD kurang terbuka terhadap perasaanya


,124 %
JDK 15 1 5% DN kurang bisa menerima kondisi
tubuhnya
DPI 18,20,42,22 4 16% DN merasa takut kehilangan

HSO 3,51,55,57 5 14% DN kurang bisa menjalin hubungan yang


baik dengan teman
KDP 127 1 20% DN merasa belum menemukan cita-cita
yang cocok
DN
ANM 115 1 10% DN masih sering berbohong

KHK 24,48,105 3 12% DN kurang menerima kondisi keluarga

WSG 154 1 20% DN merasa tidak bisa mengisi waktu


senggang dengan bahagia
HMM 122,125 2 20% DN kurang terbuka terhadap dirinya
sendiri
JDK 12,36,38,40, 10 50% GA merasa kesehatan tubuhnya terganggu
64,65,82
DPI 18,41,41,67, 17 68% GA kurang bisa mengontrol emosi dan
GA 69,70,86,98 kurang mendengarkan ucapan orang lain
HSO 1,3,5,29,31, 20 57% GA kecanduan menggunakan Hp sehingga
56,57,60,78 mengabaikan lingkungannya dan juga
sulit membangun pertemanan yang baik

49
EDK 116 1 10% GA kurang bisa mengatur keuangan

PDP 110 4 80% GA kurang menyukai mata pelajaran


tertentu
ANM 115,138,139 6 40% GA kurang taat menjalani ibadah
,140
KHK 22,46,48 6 60% GA merasa cemas terhadap ekspetasi
keluarganya
WSG 152,154 9 36% GA tidak bisa menggunakan waktu luang
untuk bermain dengan teman akrab
HMM 121,124,125 4 80% GA merasa cintanya tidak terbalas dan
tidak senang apabila ada yang
membicarakan dirinya
JDK 11,14.36 3 15% D kurang bisa menerima kondisi fisiknya

DPI 42,67,86,99 4 16% D mudah tersinggung dan sakit hati, dan


juga kurang percaya diri
HSO 8,29,30,53 4 11% D kecanduan menggunakan Hp sehingga
mengganggu waktu belajarnya
KDP 130 1 20% D merasa cemas terhadap karir yang ada
di masa depan
D PDP 150 1 6% D merasa cemas terhadap pendidikan
yang akan datang
ANM 137 1 10% D kurang bisa membedakan antara hal
baik dan buruk

KHK 48 1 4% D merasa khawatir tidak dapat memenuhi


ekspetasi orang tua
HMM 125 1 20% D merasa tidak senang karena dibicarakan
oleh orang lain
JDK 11,12,13,15, 7 35% DS kurang bisa menerima kondisi fisik
64,65,81 dan juga DS merasa fisiknya kurang sehat.
DPI 18,41,68,88, 6 36% DS merasa mudah tersinggung dan sakit
99 hati, selain itu juga DS kurangnya percaya
diri.
HSO 88,53,57,59 10 28% DS kurang nyaman karena dirinya di
anggap sombong oleh teman-temannya
danmerasa dikucilkan.
DS EDK 117,142,143 3 30% DS merasa dianggap pelit karena terlalu
berhemat
KDP 126,127,128 3 60% DS mengalami kecemasan terhadap karir
dan ekonomi
PDP 108,131,132 6 40% DS kurang mendapat perhatian saat di
,146 sekolah dan khawatir terhadap
pendidikannya di masa yang akan datang
ANM 112,137,140 4 40% DS merasa bahwa dirinya kurang taat
dalam menjalankan ibadah

50
KHK 25,46,47,72, 16 64% DS merasa hubungannya dengan keluarga
91,34 kurang hangat, dan kurangnya ekonomi
keluarga
WSG 151,152,153 4 80% DS merasa tidak bisa menikmati waktu
,154 senggang yang ada
HMM 124,125 2 40% DS kurang senang apabila dibicarakan
oleh orang lain
JDK 11 1 5% HF kurang menyukai bentuk tubuhnya

DPI 43 1 16% HF ceroboh dan kurang berhati-hati

HSO 1,6 2 14% HF kecanduan menggunakan Hp sehingga


kurang memperhatikan kepentingan orang
lain
HF
PDP 110,150 2 20% HF kurang menyukai pelajaran tertentu,
dan juga merasa khawatir terhadap
pendidikan yang akan datang
KHK 46 1 10% HF merasa bahwa ekonomi keluarganya
kurang stabil
WSG 151 3 12% HF merasa kurang waktu senggang untuk
menikmati masa libur dan bersantai
JDK 11,82 4 20% HR kurang menyukai bentuk tubuhnya
dan mengalami gangguan kesehatan

DPI 18,43,69,98 8 32% HR kurang hati-hati dalam melakukan


sesuatu dan takut mencoba sesuatu yang
baru
HSO 8,31,76 4 11% HR kecanduan menggunakan Hp dan juga
menggunakan sosmed untuk mengakses
porno
EDK 144 1 10% HR menginginkan beasiswa untuk
pendidikan yang akan di lanjutkan
HR kedepannya
PDP 110,131,150 4 26% HR merasa cemas dengan pendidikan
jenjang lebih tinggi
ANM 115,137,140 5 50% HR kurang taat dalam menjalankan ibadah

KHK 22,48,75 4 16% HR merasa kurang mendapatkan perhatian


dari orang tua dan cemas terhadap
ekspetasi orang tua
WSG 151 1 20% HR merasa kekurangan waktu untuk
berlibur/bersantai
HMM 125 3 60% HR merasa tidak senang apabila
dibicarakan oleh orang lain
JDK 13,14 2 10% Kurang bisa menerima kondisi fisik
HH
DPI 66 3 12% Kurangnya kepercayaan diri

51
HSO 8,29,31,57 4 80% Kecanduan Hp dan tidak suka dislahkan

PDP 131 1 6% Merasa cemas terhadap pendidikannya

ANM 139 1 10% Kurang teliti dan sering melakukan


kesalahan
KHK 23 1 4% Merasa cemas terhadap kondisi kesehatan
keluarganya

JDK 12,36,65,82 1 5% merasa kurang sehat pada tubuhnya

DPI 41,66,70,86 6 24% merasa mudah gugup


HSO 1,3,29,56 4 11% kecanduan bermain Hp dan juga merasa di
abaikan oleh orang di sekitarnya
EDK 143 6 40% Mengalami masalah karena dianggap pelit
oleh orang lain
PDP 110,131,146 7 70% merasa cemas terhadap pendidikannya
HA
,150

ANM 139.140 5 20% kurang taat dalam menjalankan ibadah

KHK 47,75 3 60% merasa kurang mendapatkan perhatian


orang tua
HMM 121,125 tidak suka apabila dibicarakan orang lain

JDK 15,85 4 20% kurang menerima warna kulit yang


dimiliki dan takut tertular penyakit dari
orang lain
DPI 89,70,44 6 24% Kurang percaya diri dan kurang bisa
mengendalikan emosi
HSO 1,8 8 22% kecanduan Hp sehingga mengabaikan
lingkungannya
EDK 145 1 10% kurang menerima kondisi ekonomi saat ini

HD KDP 13 1 20% merasa tidak percaya diri dengan kondisi


tubuh yang ia miliki
PDP 147,150 4 26% merasa khawatir terhadap masa depan
pendidikannya
ANM 140 2 20% kurang taat dalam menjalankan ibadah

KHK 105,48 6 24% memiliki kekhawatiran terhadap


kesehatan keluarga dan ekonomi keluarga
HMM 125 1 20% tidak suka apabila dibicarakan orang lain

JDK 38,81,82 9 45% merasa kondisi fisiknya kurang sehat


IP karena penyakit yang diderita sering
kambuh

52
DPI 66 14 56% merasa bahwa ia mudah gugup

HSO 31 4 11% kecanduan bermain Hp

EDK 120 1 10% kurang bisa mengatur keuangan

KHK 75 3 12% kurang mendapatkan perhatian dari


orangtua

JDK 65 1 5% mengalami gangguan kesehatan yaitu


sering merasa sakit perut
DPI 42,44,86 3 12% kurang teliti, dan sering merasa sedih

HSO 3,29 2 6% kecanduan bermain Hp sehingga tidak


bisa belajardengan baik
KT PDP 131,146,147 4 26% merasa cemas terhadap masa depannya
,150

KHK 48 1 4% merasa takut tidak bisa memenuhi


ekspetasi orangtua
WSG 151 1 1% merasa kekurangan waktu untuk bersantai

JDK 62,82 2 10% merasa dianggap keras kepala dan ia


merasa gagap dalam berbicara
DPI 16,20,42,45, 8 32% kurang melakukan tanggung jawab, belum
70,98 bisa mengontrol emosi dengan maksimal
HSO 8,1 2 5% kurang memperhatikan lingkungannya
disebabkan kecanduan Hp
PDP 110 1 20% merasa tidak menyukai pelajaran tertentu
MA
ANM 140 2 20% kurang taat dalam menjalankan ibadah

WSG 155 1 20% Tidak bisa memanfaatkan waktu senggang


untuk hal-hal yang produktif
HMM 123 1 20% menolak untuk ber hubungan asmara

DPI 45,89 7 20% kurang bersungguh-sungguh dalam


menjalani sesuatu
HSO 8,9 2 5% kecanduan bermain Hp

PDP 110 1 6% merasa cemas dengan pendidikan


MF
selanjutnya
WSG 151 1 20% kurang bisa bergaul

HMM 125 2 40% tidak senang apabila dibicarakan orang


lain
MH JDK 11 7 35% kurang menyukai bentuk tubuhnya

53
DPI 43 14 56% ceroboh dan kurang berhati-hati
HSO 1,6 6 22% kecanduan menggunakan Hp sehingga
kurang memperhatikan kepentingan orang
lain
PDP 110,150 5 33% kurang menyukai pelajaran tertentu, dan
juga merasa khawatir terhadap pendidikan
yang akan datang
KHK 46 3 12% merasa bahwa ekonomi keluarganya
kurang stabil
WSG 151 1 20% merasa kurang waktu senggang untuk
menikmati masa libur dan bersantai
JDK 11,15,82 2 10% merasa kurang percaya diri dengan
kondisi fisik yang ia miliki
DPI 18,41,68 10 40% merasa bahwa ia memiliki kebiasaan yang
orang lain tidak miliki dan di anggap keras
kepala
HSO 8,56,76 6 17% mudah terpengaruh oleh Sosial media

EDK 144 1 10% merasa kurang tercukupi ekonomi


keluarganya
KDP 130 1 66% merasa khawatir terhadap karirnya
MI
PDP 110,131,150 1 10% merasa cemas dengan pendidikan
selanjutnya
ANM 115,138 4 6% merasa dirinya sering berbohong dan
kurang taat dalam ibadah
KHK 11,48 2 40% merasa cemas tidak bisa memenuhi
harapan orangtua
WSG 151 5 20% merasa kekurangan waktu untuk bersantai

121 3 60% merasa mengalami penolakan dari lawan


HMM
jenis yang ia sukai
JDK 11,39,64,83 3 15% merasa kurang percaya diri terhadap
bentuk tubuh dan ia mengalami kurang
sehat pada fisiknya
DPI 44,70 12 48% belum bisa mengendalikan emosi

HSO 03,57 5 15% merasa di anggap remeh


MR
KHK 24,72,91 3 24% tidak nyaman pada lingkungan
keluarganya
HMM 123 2 40% menolak untuk berhubungan dengan
lawan jenis saat ini

JDK 62,82 1 5% merasa dianggap keras kepala dan ia


NM
merasa gagap dalam berbicara

54
DPI 16,20,42,45, 6 24% kurang melakukan tanggung jawab, belum
70,98 bisa mengontrol emosi dengan maksimal
HSO 8,1 4 11% kurang memperhatikan lingkungannya
disebabkan kecanduan Hp
PDP 110 6 40% merasa tidak menyukai pelajaran tertentu

ANM 140 7 70% kurang taat dalam menjalankan ibadah

WSG 152 5 20% tidak bisa memanfaatkan waktu senggang


untuk hal-hal yang produktif
HMM 125 3 60% menolak untuk ber hubungan asmara

DPI 88,97 2 8% merasa kurang percaya diri dan tidak bisa


memimpin.
HSO 7,8,52 3 8,5 kecanduan Hp dan mudah dipengaruhi
% oleh orang lain
EDK 143 1 10% merasa dianggap pelit oleh orang lain

KDP 127 1 20% kurang memahami terkait karir

PDP 146,150 3 20% merasa cemas terhadap pendidikan yang


RF
ada di masa yg akan datang
ANM 114,136 3 30% kurang dalam hal kejujuran

KHK 48 1 4% tertekan karena takut tidak bisa memenuhi


ekspetasi orang tua
WSG 151 1 20% kurang bisa bergaul

HMM 125 1 20% tidak senang apabila dibicarakan orang


lain
JDK 11,39,64,83 6 30% merasa kurang percaya diri terhadap
bentuk tubuh dan ia mengalami kurang
sehat pada fisiknya
DPI 44,70 2 8% belum bisa mengendalikan emosi

HSO 03,57 2 5,7 merasa di anggap remeh


RZ
%
KHK 24,72,91 6 24% tidak nyaman pada lingkungan
keluarganya
HMM 123 1 20% menolak untuk berhubungan dengan
lawan jenis saat ini

JDK 11,40 2 10% mengalami gangguan kesehatan fisik dan


juga kurang percaya diri terhadap bentuk
RB tubuhnya
DPI 19,45,66,89, 10 40% kurang bersungguh-sungguh dalam
97 mengerjakan sesuatu

55
HSO 1,8 6 17% kecanduan bermain Hp sehingga ia
mengabaikan lingkungan sekitarnya
EDK 116 1 10% kurang bisa mengatur dalam keuangan

PDP 131 1 66% merasa khawatir terhadapa pendidikan


kedepannya
ANM 139 1 10% merasa sering ditegur ketika melakukan
kesalahan
KHK 23,48,91 4 6% mengalami cemas karena tuntutan
orangtua
WSG 155 1 20% kurang bisa memanfaatkan waktu
senggang untuk melakukan hal-hal yang
produktif
HMM 121,125 2 40% merasa tidak senang apabila di bicarakan
oleh orang lain
DPI 18,43,66,97 6 24% kurang bersungguh-sungguh dalam
mengerjakan sesuatu
HSO 8,26,32,35 5 14% kecanduan bermain Hp sehingga ia
mengabaikan lingkungan sekitarnya
EDK 116 1 10% kurang menerima kondisi ekonomi saat ini

KDP 127,130 2 40% merasa tidak percaya diri dengan kondisi


tubuh yang ia miliki
RA
ANM 139,140 2 20% merasa khawatir terhadap masa depan
pendidikannya
KHK 24,94,102 3 12% kurang taat dalam menjalankan ibadah

WSG 154,155 2 40% memiliki kekhawatiran terhadap


kesehatan keluarga dan ekonomi keluarga
HMM 125 1 20% tidak suka apabila dibicarakan orang lain

JDK 38,81,82 3 15% merasa kondisi fisiknya kurang sehat


karena penyakit yang diderita sering
kambuh
DPI 66 1 4% merasa bahwa ia mudah gugup

VS HSO 31 1 2% kecanduan bermain Hp

EDK 120 1 10% kurang bisa mengatur keuangan

KHK 75 1 4% kurang mendapatkan perhatian dari


orangtua
JDK 11,39,64,83 6 30% merasa kurang percaya diri terhadap
bentuk tubuh dan ia mengalami kurang
ZP
sehat pada fisiknya
DPI 44,70 2 8% belum bisa mengendalikan emosi

56
HSO 03,57 2 5,7 merasa di anggap remeh
%
KHK 24,72,91 6 24% tidak nyaman pada lingkungan
keluarganya
HMM 123 1 20% menolak untuk berhubungan dengan
lawan jenis saat ini

JDK 85 1 5% memiliki kekhawatiran tertular penyakit


dari orang lain
DPI 17,45,67,86, 6 24% merasa kurang percaya diri, penakut dan
88 tidak sungguh-sungguh dlam menghadapi
sesuatu.
HSO 1,31,57,59 4 11% kecanduan memainkan Hp sehingga
kurang memperhatikan kepentingan orang
lain
ZM PDP 110,131,146 6 40% merasa cemas jika tidak bisa melanjutkan
sekolah ke jenjang yang lebih tinggi
ANM 114,136,140 7 70% merasa kurang taat ibadah

KHK 25,48,73,94, 5 20% kurang bisa menerima kondisi keluarga


105 karena takut tidak memenuhi ekspetasi
orang tua
HMM 121,123 3 60% merasa tidak suka dibicarakan oleh orang
lain

b. Sosiometri
Sosiometri ialah suatu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan informasi
mengenai interaksi sosial dalam suatu kelompok, yang umumnya berukuran kecil
hingga menengah. Metode ini memfokuskan pada preferensi pribadi antar anggota
kelompok, menggambarkan pola interaksi individu dalam suatu kelompok dengan
tujuan mencapai suatu tujuan. Adapun Pengadministrasian yang dilakukan penulis
disini, yaitu:

1) Responden : Peserta didik kelas VII 3 MTSN 6 Agam yang

berjumlah 32 orang

2) Tanggal Pelaksanaan : 18 September 2023


3) Tempat : Ruang Kelas VII 3
4) Langkah-langkah administrasi yang dilakukan:
a) Mengucapkan salam

57
b) Memperkenalkan diri serta membangun hubungan dengan peserta didik
c) Menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan penulis
d) Menjelaskan pengertian dan tujuan dilaksanakan Sosiometri
e) Membagi lembar soal dan lembaran sosiometri
f) Memandu pengisian identitas
g) Menjelaskan bagaimana cara pengisian lembar jawaban Sosiometri
h) Pemberian waktu pengisian
i) Pengumpulan soal aum umum dan lembar jawaban
j) Penyampaian dari penulis bahwa data ini akan diolah
k) Melanjutkan pengadministrasian aplikasi instrumentasi selanjutnya yaitu
FKPMP.
5) Hasil interpretasi Sosiometri kelas VII 3 adalah sebagai berikut:
Kode Hubungan Sosial Interpretasi
1. Dalam Belajar tidak dipilih AM dalam belajar tidak ada yang
AM 2. Dalam bermain tidak dipilih memilih/ terisolir, begitupula dalam
bermain.
1. Dalam belajar dipilih 2 orang AF dalam belajar dan bermain tidak
AF 2. Dalam bermain dipilih 2 orang termasuk bintang dan juga terisolir.

1. Dalam belajar dipilih 2 orang AMD dalam belajar dan bermain tidak
AMD
2. Dalam bermain dipilih 2 orang termasuk bintang dan juga terisolir.
1. Dalam Belajar tidak dipilih AF dalam belajar tidak ada yang
AF 2. Dalam bermain tidak dipilih memilih/ terisolir, begitupula dalam
bermain.
1. Dalam belajar dipilih 5 orang AR dalam belajar menjadi bintang dan
AR
2. Dalam bermain dipilih 5 orang dalam bermain juga menjadi bintang.
1. Dalam Belajar tidak dipilih DA dalam belajar tidak ada yang
DA 2. Dalam bermain tidak dipilih memilih/ terisolir, begitupula dalam
bermain.
1. Dalam belajar dipilih 1 orang DD dalam belajar dipilih 1 orang dan
DD 2. Dalam bermain tidak ada yang dalam bermain tidak ada yang
memilih memilih/terisolir.
1. Dalam Belajar tidak dipilih DN dalam belajar tidak ada yang
DN 2. Dalam bermain tidak dipilih memilih/ terisolir, begitupula dalam
bermain.
1. Dalam belajar dipilih 1 orang DT dalam belajar dipilih 1 orang dan
DT 2. Dalam bermain tidak ada yang dalam bermain tidak ada yang
memilih memilih/terisolir.
1. Dalam Belajar tidak dipilih D dalam belajar tidak ada yang memilih/
D 2. Dalam bermain dipilih 1 orang terisolir, dan dalam bermain dipilih 1
orang

58
1. Dalam Belajar dipilih 1 orang DS dalam bermain dipilih 1 orang dan
DS 2. Dalam bermain dipilih 1 orang dalam belajar dipilih satu orang, tidak
menjadi bintang dan tidak terisolir.
1. Dalam Belajar dipilih 1 orang GA dalam bermain dipilih 2 orang dan
GA 2. Dalam bermain dipilih 2 orang dalam belajar dipilih satu orang, tidak
menjadi bintang dan tidak terisolir
1. Dalam Belajar tidak dipilih HF dalam belajar tidak ada yang
HF 2. Dalam bermain tidak dipilih memilih/ terisolir, begitupula dalam
bermain.
1. Dalam Belajar dipilih 1 orang HR dalam bermain dipilih 1 orang dan
HR 2. Dalam bermain dipilih 1 orang dalam belajar dipilih satu orang, tidak
menjadi bintang dan tidak terisolir.
1. Dalam Belajar dipilih 2 orang HH dalam belajar dipilih 2 orang dan
HH 2. Dalam bermain tidak dipilih dalam bermain tidak ada yang
memilih/terisolir.
1. Dalam Belajar tidak dipilih HA dalam belajar tidak ada yang
HA 2. Dalam bermain tidak dipilih memilih/ terisolir, begitupula dalam
bermain.
1. Dalam Belajar dipilih 4 orang HD dalam bermain dipilih 4 orang dan
HD 2. Dalam bermain dipilih 4 orang dalam belajar dipilih 4 orang, tidak
menjadi bintang dan tidak terisolir
1. Dalam Belajar tidak dipilih IP dalam belajar tidak ada yang memilih/
IP
2. Dalam bermain tidak dipilih terisolir, begitupula dalam bermain.
1. Dalam Belajar dipilih 1 orang KT dalam bermain dipilih 3 orang dan
KT 2. Dalam bermain dipilih 3 orang dalam belajar dipilih 1 orang, tidak
menjadi bintang dan tidak terisolir
1. Dalam Belajar dipilih 4 orang MA dalam bermain dipilih 4 orang dan
MA 2. Dalam bermain dipilih 2 orang dalam belajar dipilih 2 orang, tidak
menjadi bintang dan tidak terisolir.
1. Dalam Belajar dipilih 1 orang MF dalam bermain dipilih 1 orang dan
MF 2. Dalam bermain dipilih 1 orang dalam belajar dipilih 1 orang, tidak
menjadi bintang dan tidak terisolir.
1. Dalam Belajar tidak dipilih MH dalam belajar tidak ada yang
MH 2. Dalam bermain dipilih 2 orang memilih/ terisolir, dan dalam bermain
dipilih 2 orang
1. Dalam Belajar tidak dipilih MI dalam belajar tidak ada yang
MI 2. Dalam bermain tidak dipilih memilih/ terisolir, begitupula dalam
bermain.
1. Dalam Belajar tidak dipilih MR dalam belajar tidak ada yang
MR 2. Dalam bermain tidak dipilih memilih/ terisolir, begitupula dalam
bermain.
1. Dalam Belajar tidak dipilih NM dalam belajar tidak ada yang
NM 2. Dalam bermain tidak dipilih memilih/ terisolir, begitupula dalam
bermain.
1. Dalam Belajar tidak dipilih RF dalam belajar tidak ada yang
RF 2. Dalam bermain tidak dipilih memilih/ terisolir, begitupula dalam
bermain.

59
1. Dalam Belajar tidak dipilih RZ dalam belajar tidak ada yang
RZ 2. Dalam bermain tidak dipilih memilih/ terisolir, begitupula dalam
bermain.
1. Dalam Belajar dipilih 1 orang RB dalam bermain dipilih 1 orang dan
RB 2. Dalam bermain dipilih 1 orang dalam belajar dipilih 1 orang, tidak
menjadi bintang dan tidak terisolir.
1. Dalam Belajar dipilih 2 orang RA dalam bermain dipilih 2 orang dan
RA 2. Dalam bermain dipilih 1 orang dalam belajar dipilih 1 orang, tidak
menjadi bintang dan tidak terisolir.
1. Dalam Belajar dipilih 2 orang MF dalam bermain dipilih 2 orang dan
VS 2. Dalam bermain dipilih 2 orang dalam belajar dipilih 2 orang, tidak
menjadi bintang dan tidak terisolir.
1. Dalam Belajar tidak dipilih ZP dalam belajar tidak ada yang
ZP 2. Dalam bermain tidak dipilih memilih/ terisolir, begitupula dalam
bermain.
1. Dalam Belajar dipilih 2 orang ZP dalam bermain dipilih 2 orang dan
ZM 2. Dalam bermain dipilih 2 orang dalam belajar dipilih 2 orang, tidak
menjadi bintang dan tidak terisolir.

Hasil analisis sosiometri belajar


a) Siswa Bintang (Populer) 1
Siswa bintang/populer disini maksudnya adalah individu atau siswa yang
paling disukai dan disenangi oleh teman-temannya, Hal ini Menandakan bahwa
individu yang bersangkutan pandai belajar dan tidak mengalami masalah
dengan hubungan teman sekelasnya. Siswa tersebut berinisial AR yang dipilih
oleh AF, HR, HH, IP, RZ.
b) Siswa Bintang (Populer) II
Siswa Bintang (Populer) II yaitu siswa yang banyak disukai dan disenangi
oleh temannya tetapi tidak mendapat skor siswa bintang 1, dengan kata lain
dibawah skor dari siswa bintang 1. Siswa tersebut yaitu HD dan MA dipilih oleh
4 orang. HD dipilih oleh DA, DN, KT, MR, sedangkan MA dipilih oleh DD,
HF, MF, MR.
c) Siswa Bintang (Populer) III
Siswa Bintang (Populer) III yaitu siswa yang banyak disukai dan disenangi
oleh temannya tetapi tidak mendapat skor siswa bintang 1dan 2, dengan kata
lain dibawah skor dari siswa bintang 1 dan 2. Siswa tersebut yaitu AF, HH, RA,
VS, ZM.
d) Siswa Bintang IV

60
Siswa Bintang IV yaitu siswa yang banyak disukai dan disenangi oleh
temannya tetapi tidak mendapat skor siswa bintang 1,2,3 dengan kata lain
dibawah skor dari siswa bintang 1,2,3. Siswa tersebut yaitu AMD, DD, DS, GA,
HR, KT, MF, dan RB
e) Siswa Terisolir
Siswa terisolir adalah siswa yang tidak dipilih sama sekali oleh tema-
temannya dengan arti siswa tersebut tidak disukai dalam belajar dengan teman-
temannya. Ini menandakan siswa tersebut perlu bimbingan untuk meningkatkan
belajarnya. Siswa tersebut yaitu: AM, AF, DN, D, HF, HA, IP, MH, MI, MR,
NM, RF, RZ, dan ZP.
Hasil analisis sosiometri bermain
a) Siswa Bintang (Populer) 1
Siswa bintang/populer disini maksudnya adalah individu atau siswa yang
paling disukai dan disenangi oleh teman-temannya. Siswa tersebut berinisial
AR yang dipilih oleh AF, DD, IP, RZ dan HD yang dipilih oleh AMD, KT, MF,
MH.
b) Siswa Bintang (Populer) II
Siswa Bintang (Populer) II yaitu siswa yang banyak disukai dan disenangi
oleh temannya tetapi tidak mendapat skor siswa bintang 1, dengan kata lain
dibawah skor dari siswa bintang 1. Siswa tersebut yaitu KT dipilih oleh 3
orang. KT dipilih oleh DA, HD, NM.
c) Siswa Terisolir
Siswa terisolir adalah siswa yang tidak dipilih sama sekali oleh tema-
temannya dengan arti siswa tersebut tidak disukai dalam belajar dengan
teman-temannya. Ini menandakan siswa tersebut perlu bimbingan untuk
meningkatkan hubungan sosialnya. Siswa tersebut yaitu: AM, AF, DA, DD,
DN, DT, HF, HH, HA, IP, MI, MR, NM, RF, RZ, RB, RA, VS, ZP, ZM.
c. FKPMP
FKPMP merupakan singkatan dari Format Kesulitan Penguasaan Materi
Pelajaran. Tujuan dari FKPMP ini adalah untuk mengetahui materi pelajaran apa
yang kurang dan tidak dipahami oleh siswa, sehingga dengan diketahuinya

61
kesulitan belajar tersebut konselor dapat diberikan layanan demi terentaskannya
masalah tersebut. Adapun pengadministrasian yang dilakukan penulis disini yaitu:
1) Responden : Peserta didik kelas VII 3 MTSN 6 Agam yang

berjumlah 32 orang

2) Tanggal Pelaksanaan : 25 September 2023


3) Tempat : Ruang Kelas VII 3
4) Langkah-langkah administrasi yang dilakukan:
a) Mengucapkan salam
b) Memperkenalkan diri serta membangun hubungan dengan peserta didik
c) Menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan penulis
d) Menjelaskan pengertian dan tujuan dilaksanakan FKPMP
e) Membagi lembar soal dan lembaran FKPMP
f) Memandu pengisian identitas
g) Menjelaskan bagaimana cara pengisian lembar jawaban FKPMP
h) Pemberian waktu pengisian
i) Pengumpulan lembar jawaban
j) Penyampaian dari penulis bahwa data ini akan diolah
k) Melanjutkan pengadministrasian aplikasi instrumentasi selanjutnya yaitu
AUM PTSDL.
5) Hasil Hasil interpretasi FKPMP kelas VII 3 adalah sebagai berikut:
No. Kode Mata Pelajaran Intepretasi
Matematika, IPA, IPS, B. AM mengalami kesulitan dalam mata
1 AM Inggris pelajaran Matematika, IPA, IPS, B.
Inggris.
MTK, IPS, IPA AF mengalami kesulitan dalam mata
2 AF
pelajaran MTK, IPS, IPA.
MTK, IPA, Informatika AMD mengalami kesulitan dalam mata
3 AMD
pelajaran MTK, IPA, Informatika
Informatika, MTK, Bahasa AF mengalami kesulitan dalam mata
4 AFL Arab, Bahasa inggris, pelajaran Informatika, MTK, Bahasa
Akidah akhlak Arab, Bahasa inggris, Akidah akhlak
Matematika, akidah akhlak, AR mengalami kesulitan dalam mata
5 AR Bahasa indonesia, IPA pelajaran Matematika, akidah akhlak,
Bahasa indonesia, IPA
Matematika, Bahasa DA mengalami kesulitan dalam pelajaran
6 DA
inggris, IPA Matematika, Bahasa inggris, IPA

62
Matematika, Bahasa arab, DD mengalami kesulitan dalam mata
7 DD PKN, IPA, IPS pelajaran Matematika, Bahasa arab, PKN,
IPA, IPS
Bahasa Arab, informatika, DN mengalami kesulitan dalam mata
8 DN MTK, Qur’an Hadist, B. pelajaran B. Arab, informatika, MTK,
Inggris Qur’an Hadist, B. Inggris
Bahasa inggris, B. arab, DT mengalami kesulitan dalam mata
9 DT Informatika, SKI, Akidah pelajaran Bahasa inggris, B. arab,
Akhlak, PKN Informatika, SKI, Akidah Akhlak, PKN
Aqidah Akhlak, Qur’an D mengalami kesulitan dalam mata
10 D Hadist, Informatika pelajaran Aqidah Akhlak, Qur’an Hadist,
Informatika
MTK, IPA, B. Arab, SKI DS Mengalami Kesulitan dalam mata
11 DS pelajaran Matematika, Bahasa Arab, IPA,
Sejarah Kebudayaan Islam
MTK, Informatika, SKI GA mengalami kesulitan belajar dalam
12 GA
MTK, Informatika, SKI
Matematika, Bahasa Arab, HF mengalami kesulitan belajar dalam
13 HF
Bahasa Inggris Matematika, Bahasa Arab, Bahasa Inggris
Matematika, IPA, TIK, HR mengalami kesulitan belajar dalam
14 HR
Quran Hadist Matematika, IPA, TIK, Quran Hadist
MTK, IPS, Informatika HH mengalami kesulitan dalam mata
15 HH
pelajaran MTK, IPS, Informatika
Matematika, Bahasa Arab, HA mengalami kesulitan dalam mata
16 HA Quran Hadist pelajaran Matematika, Bahasa Arab,
Quran Hadist
Matematika, IPS, IPA, HD mengalami kesulitan dalam mata
17 HD Bahasa Inggris pelajaran Matematika, IPS, IPA, Bahasa
Inggris
Matematika, Bahasa Arab, IP mengalami kesulitan belajar dalam
18 IP
Bahasa Inggris Matematika, Bahasa Arab, Bahasa Inggris
Matematika, IPS, IPA KT mengalami kesulitan dalam mata
19 KT
pelajaran Matematika, IPS, IPA
MTK, IPA, Bahasa Arab, MA mengalami kesulitan dalam mata
20 MA
IPS pelajaran MTK, IPA, Bahasa Arab , IPSs
IPA, Bahasa Inggris, SKI MF mengalami kesulitan belajar IPA,
21 MF
Bahasa Inggris, SKI
Bahasa Arab MH mengalami kesulitan belajar dalam
22 MH
Bahasa Arab
Matematika, IPS, IPA MI mengalami kesulitan dalam mata
23 MI
pelajaran Matematika, IPS, IPA
Matematika, Bahasa Arab, MR mengalami kesulitan dalam mata
24 MR
IPA pelajaran Matematika, Bahasa Arab, IPA
Matematika, SKI, Qur’an NM mengalami kesulitan belajar pada
25 NM Hadist mata pelajaran Matematika, SKI, Qur’an
Hadist

63
MTK, IPA, B. Inggris RF mengalami kesulitan dalam mata
26 RF
pelajaran MTK, IPA, B. inggris
MTK, B. Inggris, TIK RZ mengalami kesulitan dalam mata
27 RZ
pelajaran MTK, B. Inggris, TIK
Bahasa arab, Bahasa RB mengalami kesulitan pada mata
28 RB inggris, Informatika pelajaran Bahasa arab, Bahasa inggris,
Informatika
Matematika, IPA RA mengalami kesulitan dalam mata
29 RA
pelajaran Matematika, IPA.
Bahasa Arab, MTK, B. VS mengalami kesulitan dalam mata
30 VS
Inggris pelajaran Bahasa Arab, MTK, B. Inggris
Matematika, IPA, TIK HR mengalami kesulitan belajar dalam
31 ZP
Matematika, IPA, TIK
MTK, Bahasa Arab ZM mengalami kesulitan dalam mata
32 ZM
pelajaran MTK, Informatika, SKI

d. AUM PTSDL

AUM PTSDL adalah alat ungkap masalah-masalah khusus yang berkaitan


dengan upaya dan penyelenggaraan kegiatan belajar. AUM PTSDL diciptakan
sebagai alat untuk mengkomunikasikan masalah klien mengkomunikasikan
masalah klien secara tertulis kepada konselor yang akan membantunya. Karena
penulis melakukan pemberian instrumen pada anak SMP maka format yang
digunakan adalah format 2.

Adapun pengadministrasian yang dilakukan penulis disini, yaitu:

1) Responden : Peserta didik kelas VII 3 MTSN 6 Agam yang

berjumlah 32 orang

2) Tanggal Pelaksanaan : 25 September 2023


3) Tempat : Ruang Kelas VII 3
4) Langkah-langkah administrasi yang dilakukan:
a) Mengucapkan salam
b) Menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan penulis
c) Menjelaskan pengertian dan tujuan dilaksanakan AUM PTSDL
d) Membagi lembar soal dan lembaran jawaban AUM PTSDL
e) Memandu pengisian identitas
f) Menjelaskan bagaimana cara pengisian lembar jawaban FKPMP

64
g) Pemberian waktu pengisian
h) Pengumpulan soal AUM PTSDL dan lembar jawaban
i) Penyampaian dari penulis bahwa data ini akan diolah
j) Melanjutkan pengadministrasian aplikasi instrumentasi selanjutnya yaitu
ITP

Berikut hasil interpretasi AUM PTSDL pada kelas VII 3:

Mutu
Kegiatan Masalah Belajar
Kode Bid.
Belajar
Siswa Masalah Keterangan
Nomor
Skor % Jml %
masalah
Prasyarat Kesulitan mengikuti pelajaran
penguasaan apabila tidak mengikuti kelas
materi 12 60% 4,5 2 10% yang sebelumnya dan merasa
pelajaran pelajaran yang diberikan guru
(P) sulit untuk dipahami.
Ketrampilan 93 54% 8,9,10,12,14 27 15% Mengalami kesulitan untuk
Belajar (T) ,15, bertanya kepada guru, masih
40,70,71,73, sering menycontek, saat ujian
75,91 terkadang memberikan jawaban
93,100,101, kepada teman, kurang mampu
108,123,
124,125,148
memanfaatkan ruang dan
151,133,139 perlengkapan belajar yang ada di
,136 sekolah, kesulitan belajar
kelompok dan kurang mampu
memberikan bantuan kepada
teman.
AM Sarana 12 60% 16,18,20,4 4 20% Merasa bahwa apabila guru
Belajar (S) 6 mengajar denganmembawa alat
peraga maka akan lebih menarik
dan juga merasa terganggu waktu
belajarnya akibat membantu
orangtua.
Keadaan 46 76% 23,76,77,8 13 21% Kurang memperhatikan pelajaran
Diri Sendiri 2,114,141 dan membuat coret-coretan
(D) dalam buku atau bangku yang
sebetulnya tidak perlu, dan
merasa senang apabila tidak
masuk sekolah jika ada hal lain
yang ingin dilakukan.
Keadaan 22 55% 117,118,86, 7 17% Merasa bahwa peraturan sekolah
Lingkungan 90,28,30,5 terlalu ketat, lingkungan sekolah
Fisik dan 6 yang kurang nyaman membuat
Motorik (L) belajar terganggu.

65
Prasyarat 8 40% 2,3,4,31,32 6 30% Kesulitan mengikuti pelajaran
penguasaan ,34 apabila tidak mengikuti kelas
materi yang sebelumnya dan merasa
pelajaran pelajaran yang diberikan guru
(P) sulit untuk dipahami.
Ketrampilan 60 35% 6,8,9,10,13 32 18% Mengalami kesulitan untuk
Belajar (T) ,14,38,41,4 bertanya kepada guru, masih
4,62,71,72, sering menycontek, saat ujian
75,95,96,1 terkadang memberikan jawaban
01,104109, kepada teman, sulit memahami
121,12212 materi pelajaran karena catatan
3,131,1321 materi pelajaran yang
36,149,153 disampaikan oleh guru tidak
154 dibuat dengan baik, dan lebih
menyukai bermain hp daripada
belajar.
AF
Sarana 17 85% 16,17,20,4 6 30% Merasa pelajaran/belajar
Belajar (S) 7,49,50 terganggu karena memikirkan
tentang keadaan keuangan yang
tidak mencukupi.
Keadaan 29 48% 16,17,20,4 9 15% Kurang memperhatikan pelajaran
Diri Sendiri 7,49,50,13, dan membuat coret-coretan
(D) 114 dalam buku atau bangku yang
sebetulnya tidak perlu, dan
merasa senang apabila tidak
masuk sekolah jika ada hal lain
yang ingin dilakukan.
Keadaan 8 20% 119,26,29,5 5 12% Mengalami kesulitan dalam
Lingkungan 6,57 mengajukan pertanyaan karena
Fisik dan hubungan dengan guru kurang
Motorik (L) baik, melalikan pelajaran karena
tidak menyukai gurunya,
Prasyarat 6 30% 1,3,4,34 4 20% Kesulitan mengikuti pelajaran
penguasaan apabila tidak mengikuti kelas
materi yang sebelumnya,
pelajaran
(P)
Ketrampilan 37 21% 6,11,12,13, 52 30% Merasa senang apabila guru tidak
Belajar (T) 14,15,37,4 datang karena tidak jadi belajar,
AMD 0,64,69,70, catatan pelajaran yang tidak
74,92,95,9 lengkap, mengalami kesulitan
7,99,100,1 dalam membuat ringkasan dari
02,108,109 buku pelajaran, merasa bahwa
,121,122,1 kekurangan waktu untuk belajar,
29,130,134 sullit memahami materi pelajaran
,136,147,1 baru karena catatan materi
51,155 pelajaran yang disampaikan oleh

66
guru sebelumnya tidak dicatat
dengan baik, Kesulitan
memahami petunjuk
ulangan/ujian menyebabkan nilai
rendah, lebih menyukai bermain
hp daripada belajar.
Sarana 6 30% 18,19,20,4 7 35% Merasa belajarnya terganggu
Belajar (S) 7,48,49,50 apabila membantu pekerjaan
orangtua, belajar terganggu
karena memikirkan tentang
keadaan keuangan yang tidak
mencukupi.
Keadaan 23 38% 26,28,29,3 10 16% Mengalami kesulitan dalam
Diri Sendiri 0,56,37,58, mengajukan pertanyaan karena
(D) 59,113,114 hubungan dengan guru kurang
baik, kekurangan waktu untuk
belajar, terganggu suara bising
saat belajar, merasa bahwa guru
kurang bersahabat dan sering
memaksa siswa, dan pernah
berfikir untuk berhenti sekolah.
Keadaan 4 10% 87,26,28,2 9 22% Orangtua mendorong agar belajar
Lingkungan 9,30,56,57, dengan giat.
Fisik dan 58,59
Motorik (L)
AFL Prasyarat 16 80% 1,34 2 10% Belum menguasai materi
penguasaan pelajaran untuk menyelesaikan
materi Pekerjaan Rumah.
pelajaran
(P)
Ketrampilan 106 62% 6,14,36,41, 20 11% Mengalami kesulitan untuk
Belajar (T) 44,69,70,7 menghindarkan diri dari ajakan
2,75,127,1 teman sehingga tidak jadi belajar,
29,149,153 Jadwal belajar menjadi kacau
,155 karena terlalu sering
menggunakan telepon genggam.
Sarana 9 45% 17,19,20,4 6 30% Merasa bahwa guru yang
Belajar (S) 6,47,50 mengajar dengan alat peraga
lebih menarik.
Keadaan 28 46% 23,25,51,5 10 16% Senang membantu menjelasakan
Diri Sendiri 3,54,55,78, pelajaran ke teman, ketika belajar
(D) 81,113,114 merasa sangat lelah atau ngantuk
maka tidak dapat belajar dengan
baik.
Keadaan 20 50% 117,119,29, 4 10% Merasa bahwa jarak rumah
Lingkungan 59 dengan sekolah membuat belajar
Fisik dan kadang tidak semangat, merasa
Motorik (L)

67
guru kurang bersahabat dan
sering memaksa siswa.
AR 9 45% 4,5,35 3 15% Mengalami kesulitann untuk
mengerjakan pr karena ada rumus
Prasyarat
atau bagian pelaaran tertentu
penguasaan
yang belum dikuasai, apabila
materi
tidak mengikuti kelas yang
pelajaran
sebelumnya dan merasa pelajaran
(P)
yang diberikan guru sulit untuk
dipahami.
Ketrampilan 71 41% 11,12,8,9,1 24 14% Merasa senang apabila guru tidak
Belajar (T) 0,14,15,37, datang karena tidak jadi belajar,
66,75,105, catatan pelajaran tidak lengkap,
109,124,12 mengalami kesulitan untuk
7,130,132, bertanya kepada guru, terpaksa
137,139,15 untuk mencontek dan kadang
0,155 memberikan teman jawaban
ujian, mengalami kesulitan
menemukan bahan bacaan
tambahan yang membantu
pelajaran, catatan pelajaran
banyak yang tidak difahami,
mengalai kesulitan dalam
memahami grafik, gambar dan
tabel, kegiatan belajar emnjadi
terpengaruhi karena hp.
Sarana 8 40% 16,18,47,4 4 20% Merasa terganggu belajarnya
Belajar (S) 9 karena membantu pekerjaan
rumah, belajar terganggukarena
memikirkan tentang keadaan
keuangan yang tidak mencukupi.
Keadaan 22 36% 21,24,53,5 9 15% Apabila hasil ujian rendah pikiran
Diri Sendiri 4,77,84,85, kacau dalam jangka waktu yang
(D) 114,115 lama, khayalan dan lamunan
tentang sesuatu mengganggu
belajar, merasa bahwa guru yang
berbicara terlalu banyak dan
membosankan, pernah berfikir
untuk berhenti sekolah.
Keadaan 9 45% 26,29,59,6 5 12% Merasa bahwa guru kurang
Lingkungan 0,119 bersahabat dan memaksa siswa,
Fisik dan malas belajar dirumah karena
Motorik (L) terlalu banyak orang, mengalami
kesulitan untuk bertanya karena
hubungan dengan guru kurang
baik.
DA Prasyarat 10 50% 2,4,32,34 4 20% Mengalami kesulitan memahami
penguasaan bahan pelajaran baru karena

68
materi bahan seblumnya kurang
pelajaran menguasai, mengslsmi kesulitan
(P) belajar karena pelajaran yang
sebelumnya tidak diikuti.
Ketrampilan 92 54% 11,13,14,39 17 10% Merasa senang apabila guru tidak
Belajar (T) ,40,61,62,9 datang, mengalami kesulitan
5,96,100,1 dalam menyelesaikam PR karena
06,108,109 tidak mengetahui caranya, apabil
,110,126,13 ada PR yang sulit maka
9,136,148, dikerjakan seadanya, jadwal
149 belajar kacau karena sering
bermain hp
Sarana 17 85% 19,50 2 10% -
Belajar (S)
Keadaan 24 40% 21,24,25,5 10 16% Apabila hasil ujian rendah pikiran
Diri Sendiri 1,52,53,55, kacau dalam jangka waktu yang
(D) 81 lama, khayalan dan lamunan
tentang sesuatu mengganggu
belajar, Ketika hendak belajar
merasa sangat lelah, jemu atau
mengantuk sehingga tidak dapat
belajar dengan baik.
Keadaan 31 77% 26,28,86,8 5 12% Mengalami kesulitan dalam
Lingkungan 9,90 mengajukan pertanyaan karena
Fisik dan hubungan dengan guru kurang
Motorik (L) baik, menganggap peraturan
sekolah terlalu ketat, Kegiatan
organisasi kesiswaan
mengganggu belajar, Lingkungan
sekolah yang kurang nyaman atau
kurang terawat mengakibatkan
belajar terganggu.
DD Prasyarat 13 65% 4 1 5% Merasa sulit mengikuti pelajaran
penguasaan berikutnya di dalam kelas karena
materi pelajaran terdahulu tidak diikuti.
pelajaran
(P)
Ketrampilan 102 60% 9,14,37,45, 17 10% terpaksa untuk mencontek dan
Belajar (T) 44,62,69,7 kadang memberikan teman
2,97,98,10 jawaban ujian, merasa
9,122,134, kekurangan waktu untuk belajar,
135,138 memiliki kekhawatiran setelah
melksanakan ujian.
Sarana 4 20% 16,17,18,1 6 30% Merasa belajar terganggu karena
Belajar (S) 9,20,47 membantu pekerjaan orangtua.
Keadaan 28 46% 21,22,23,2 6 15% Apabila nilai ujian rendah pikiran
Diri Sendiri 5,54,72 menjadi kacau dalam waktu yang
(D) lama.

69
Keadaan 23 57% 26,29,60,8 6 15% Mengalami kesulitan dalam
Lingkungan 6,89 mengajukan pertanyaan karena
Fisik dan hubungan dengan guru kurang
Motorik (L) baik, melalaikan pelajaran karena
tidak senang kepada gurunya,
sukar belajar di rumah karena
terlalu banyak orang, merasa
bahwa Kegiatan organisasi
kesiswaan mengganggu belajar.
DN Prasyarat 10 50% 3,5,31 3 30% Pelajaran yang diberikan guru
penguasaan terlalu tinggi dan tidak dapat
materi dipahami
pelajaran
(P)
Ketrampilan 56 32% 6,8,9,10,12 29 17% Mengalami kesulitan untuk
Belajar (T) ,14,15,37,4 bertanya kepada guru, terpaksa
1,66,69,70, untuk mencontek dan kadang
71,72,93,9 memberikan teman jawaban
6,101,103, ujian, catatan pelajaran tidak
109,124,12 lengkap, kesulitan membuat
9,151,153, ringkasan dari buku pelajaran,
154,155,13 merasa kekurangan untuk belajar,
1,133,134, salah satu sebab keterlambatan
136 belajar yaitu karena membaca
dengan lambat, mengalami
kesulitan memmbagi waktu
belajar, dalam mengerjakan PR
lebih penting adalah cepat selesai,
merasa belajar terganggu karena
hp
Sarana 5 25% 16,18,19,4 5 25% Merasa kegiatan belajar
Belajar (S) 7,49 terganggu karena membantu
pekerjaan orangtua.
Keadaan 20 33% 22,53,76,7 9 30% Kurang memperhatikan pelajaran
Diri Sendiri 7,84,85,113 dan membuat coret-coretan
(D) ,114,141 dalam buku atau bangku yang
sebetulnya tidak perlu, merasa
guru-guru berbicara terlalu
banyak dan membosankan,
pernah berfikir untuk berhenti
sekolah.
Keadaan 7 17% 26,28,29,3 6 15% Mengalami kesulitan dalam
Lingkungan 0,56 mengajukan pertanyaan karena
Fisik dan hubungan dengan guru kurang
Motorik (L) baik, menganggap peraturan
sekolah terlalu ketat, melalaikan
pelajaran karena tidak senang
kepada gurunya.

70
DT 8 40% 2,3,4,31 4 40% Sulit mengikuti pelajaran
Prasyarat
berikutnya di dalam kelas karena
penguasaan
pelajaran terdahulu tidak diikuti,
materi
Soal-soal ujian tidak dapat
pelajaran
dikerjakan karena belum pernah
(P)
dipelajari.
Ketrampilan 82 48% 8,9,10,12,1 16 9% Mengalami kesulitan untuk bertanya
Belajar (T) 3, kepada guru, terpaksa berbuat
curang (menyontek) saat ujian,
Dalam ulangan/ujian membantu
teman menjawab soal-soalnya.
Sarana 11 55% 16,47 2 10% Merasa belajar terganggu karena
Belajar (S) hp.
Keadaan 40 66% - 3 5% -
Diri Sendiri
(D)
Keadaan 20 50% - 27 8% -
Lingkungan
Fisik dan
Motorik (L)
Prasyarat 10 50% - - - -
penguasaan
materi
pelajaran
(P)
Ketrampilan 64 37% 9,36,38,40, 33 19% Dalam ulangan atau ujian,
Belajar (T) 41,44,61,6 terpaksa berbuat curang
4,69,71,73, (menyontek), Sewaktu pelajaran
74,95,97,9 berlangsung sukar menjawab
9,108,121, pertanyaan yang diberikan guru,
123,131,14 mengalami kesulitan mengikuti
0,146,148, kegiatan belajar kelompok,
150,153,15 Rendahnya nilai PR yang
D 5 dikerjakan disebabkan oleh
ketidakmampuan
mengemukakan pendapat secara
tertulis, lebih menyukai
menggunakan telepon genggam
atau pergi ke warnet daripada
belajar, baik di dalam kelas
maupun di rumah.
Sarana 8 40% 16,18,19,2 5 25% Kegiatan belajar terganggu
Belajar (S) 0,47 karena membantu pekerjaan
orangtua.
Keadaan 25 41% 22,25,51,5 11 18% merasa guru-guru berbicara
Diri Sendiri 2,53,54,55, terlalu banyak dan
(D) 85,113,114 membosankan.

71
Keadaan 8 40% 26,28,29,3 10 25% mengalami kesulitan dalam
Lingkungan 0,56,57,59, mengajukan pertanyaan karena
Fisik dan 60,87,90,11 hubungan dengan guru kurang
Motorik (L) 3,114 baik, menganggap peraturan
sekolah terlalu ketat, melalaikan
pelajaran karena tidak senang
kepada gurunya, Guru-guru
kurang bersahabat dan suka
memaksa siswa, sukar belajar di
rumah karena terlalu banyak
orang.
10 50% 1,3,4,31 4 20 sulit mengikuti pelajaran
Prasyarat
berikutnya di dalam kelas karena
penguasaan
pelajaran terdahulu tidak diikuti,
materi
Soal-soal ujian tidak dapat
pelajaran
dikerjakan karena belum pernah
(P)
saya pelajari.
Ketrampilan 56 32% 6,8,9,10,12 40 23% Di dalam kelas mengalami
Belajar (T) ,13,14,15,3 kesulitan untuk bertanya kepada
7,38,40,64, guru, Dalam ulangan atau ujian,
41,69,71,7 terpaksa berbuat curang
2,72,92,95, (menyontek), Dalam
97,102,108 ulangan/ujian membantu teman
,109,123,1 menjawab soal-soalnya, Catatan
21,130,131 pelajaran tidak lengkap,
mengalami kesulitan dalam
membuat ringkasan dari buku
pelajaran, kekurangan waktu
untuk belajar, sulit memahami
DS materi pelajaran baru karena
catatan materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru
sebelumnya tidak dibuat dengan
baik, mengalami kesulitan
mengikuti kegiatan belajar
kelompok, Catatan pelajaran
banyak yang tidak dapat
dipahami, Rendahnya nilai PR
yang dikerjakan disebabkan oleh
ketidakmampuan
mengemukakan pendapat secara
tertulis.
Sarana 3 15% 16,18,19,2 7 35% Kegiatan belajar terganggu
Belajar (S) 0,22,49,50 karena saya membantu pekerjaan
orangtua, Pelajaran terganggu
karena memikirkan tentang
keadaan keuangan yang tidak
mencukupi.

72
Keadaan 26 43% 25,52,53,5 11 18% Merasa tenang dan siap dalam
Diri Sendiri 4,55,77,79, menghadapi ulangan/ujian,
(D) 83,114,112 Merasa senang membantu teman
menjelaskan dan mendalami
pelajaran, Meskipu tidak
menyenangi guru tetap mengikuti
pelajaran guru tersebut, percaya
bahwa pelajaran yang saya ikuti
sangat berguna untuk kehidupan
saya, pernah berfikir untuk
berhenti sekolah.
Keadaan 16 40% 80,90,27,2 19 22% Perasaan gelisah, murung, atau
Lingkungan 9,30,56,57, sedih membuat tidak dapat
Fisik dan 58,60 belajar dengan baik, Lingkungan
Motorik (L) sekolah yang kurang nyaman atau
kurang terawat mengakibatkan
belajar, terganggu, melalaikan
pelajaran karena tidak senang
kepada gurunya, terganggu oleh
suara-suara bising sewaktu
belajar, sukar belajar di rumah
karena terlalu banyak orang.
Prasyarat 12 60% 5,31 2 10% Pelajaran yang diberikan guru
penguasaan terlalu tinggi dan tidak dapat
materi dipahami, Soal-soal ujian tidak
pelajaran dapat dikerjakan karena belum
(P) pernah dipelajari.
Ketrampilan 96 56% 7,12,15,43, 20 11% Catatan pelajaran tidak lengkap,
Belajar (T) 61,64,71,7 mengalami kesulitan dalam
2,75,42,92, membuat ringkasan dari buku
94,95,101, pelajaran, Dalam ujian/ulangan
106,134,14 merasa kekurangan waktu untuk
9,146,151, menjawab soal-soalnya, Dalam
135 ujian/ulangan tidak sempat
GA memeriksa kembali jawaban-
jawaban, sulit memahami materi
pelajaran baru karena catatan
materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru
sebelumnya tidak buat dengan
baik, Bila harus mengerjakan PR
yang sukar, maka PR itu
diselesaikan seadanya, Jadwal
belajar menjadi kacau karena
terlalu sering menggunakan
telepon genggam atau pergi ke
warnet.

73
Sarana 5 25% 23,51,79,8 4 20% Merasa bahwa guru yang
Belajar (S) 3 mengajar dengan alat peraga
lebih menarik.
Keadaan 35 58% 2 11%
Diri Sendiri
(D)
Keadaan 24 60% 26,27,28,2 6 30% Mengalami kesulitan dalam
Lingkungan 9,87,89 mengajukan pertanyaan kepada
Fisik dan guru, merasa guru-guru mengerti
Motorik (L) keinginan siswa, menganggap
peraturan sekolah terlalu ketat,
merasa Kegiatan organisasi
kesiswaan mengganggu belajar.
Prasyarat 9 45% 3,31 2 20% Soal-soal ujian tidak dapat
penguasaan dikerjakan karena belum pernah
materi dipelajari.
pelajaran
(P)
Ketrampilan 78 45% 9,8,10,14,3 15 8% Dalam ulangan atau ujian,
Belajar (T) 8,61,62,64, terpaksa berbuat curang
66,69,72,9 (menyontek), Di dalam kelas
4,104,126, mengalami kesulitan untuk
129 bertanya kepada guru, Dalam
ulangan/ujian saya membantu
teman menjawab soal-soalnya,
Dalam mempelajari buku
pelajaran terkadang melampaui
bagian-bagian tertentu yang
ternyata hal itu penting, Kesulitan
memahami petunjuk
HF ulangan/ujian menyebabkan nilai
HF rendah.
Sarana 6 60% 17,19,20,4 6 30% Apabila hasil ujian ternyata
Belajar (S) 7,49,50 rendah pikiran saya menjadi
kacau dalam waktu yang lama,
Pelajaran terganggu karena saya
memikirkan tentang keadaan
keuangan yang tidak mencukupi.
Keadaan 25 83% 23,76,77,8 6 10% Kurang memperhatikan pelajaran
Diri Sendiri 1,142,143 dan membuat coret-coretan
(D) dalam buku atau bangku yang
sebetulnya tidak perlu, Ketika
hendak belajar merasa sangat
lelah, jemu atau mengantuk
sehingga tidak dapat belajar
dengan baik, lebih senang untuk
tidak masuk sekolah bila ada hal
lain yang ingin dilakukan, merasa

74
akan lebih giat belajar bila
seandainya dibolehkan memilih
pelajaran yang ingin saya ikuti
Keadaan 6 40% 26,27,28,2 7 17% Mengalami kesulitan dalam
Lingkungan 9,30,56,57, mengajukan pertanyaan dengan
Fisik dan 59 guru, menganggap peraturan
Motorik (L) sekolah terlalu ketat, melalaikan
pelajaran karena tidak senang
kepada gurunya, merasa Guru-
guru kurang bersahabat dan suka
memaksa siswa.
9 45% 1,4,5,31 4 20% Materi pelajaran untuk
menyelesaikan pekerjaan rumah
(PR) belum dikuasai, sulit
Prasyarat mengikuti pelajaran berikutnya di
penguasaan dalam kelas karena pelajaran
materi terdahulu tidak diikuti, Pelajaran
pelajaran yang diberikan guru terlalu tinggi
(P) dan tidak dapat saya pahami,
Soal-soal ujian tidak dapat
dikerjakan karena belum pernah
dipelajari.
Ketrampilan 85 50% 9,12,37,41, 24 14% Dalam ulangan atau ujian,
Belajar (T) 43,63,64,6 terpaksa berbuat curang
6,93,99,10 (menyontek), Catatan pelajaran
0,122,123, tidak lengkap, kekurangan waktu
124,125,14 untuk belajar, Dalam
6,149,150, ujian/ulangan kekurangan waktu
155,131,10 untuk menjawab soal-soalnya,
HR
1,104,139, tidak mengerti istilah-istilah baru,
138 terutama istilah-istilah asing
dalam bahan bacaan yang
dipelajari, Dalam mempelajari
buku pelajaran melampaui
bagian-bagian tertentu yang
ternyata hal itu penting, Sewaktu
pelajaran berlangsung sukar
menjawab pertanyaan yang
diberikan guru, mengalami
kesulitan mengikuti kegiatan
belajar kelompok, Dalam
mengerjakan PR, bagi yang lebih
penting adalah cepat selesai,
Kegiatan belajar saya sangat
dipengaruhi oleh tampilan
telepon genggam atau pergi ke
warung internet (warnet) dan

75
tidak dapat mengendalikan diri
sehingga pelajaran terbengkalai.
Sarana 13 65% 18,47,49 3 15% Kegiatan belajar saya terganggu
Belajar (S) karena saya membantu pekerjaan
orangtua, Pelajaran saya
terganggu karena saya
memikirkan tentang keadaan
keuangan yang tidak mencukupi
Keadaan 44 75% 55,77,79,8 10 16% Merasa guru-guru berbicara
Diri Sendiri 5,111,112,1 terlalu banyak dan
(D) 14,143,145 membosankan, kurang berminat
dan cepat bosan dalam membaca
buku pelajaran, Sewaktu belajar
menjadi kurang semangat, dan
tiba-tiba merasa lelah.
Keadaan 17 42% 27,28,30,8 4 10% Menganggap peraturan sekolah
Lingkungan 7 terlalu ketat, terganggu oleh
Fisik dan suara-suara bising sewaktu
Motorik (L) belajar.
2 10% 1,2,5 3 15% Materi pelajaran untuk
menyelesaikan pekerjaan rumah
Prasyarat (PR) belum kuasai, Untuk
penguasaan menerima materi pelajaran baru
materi mengulangi materi pelajaran
pelajaran yang telah diberikan guru,
(P) Pelajaran yang diberikan guru
terlalu tinggi dan tidak dapat
dipahami.
Ketrampilan 68 40% 9,10,11,14, 35 20% Dalam ulangan atau ujian, saya
Belajar (T) 38,39,41,4 terpaksa berbuat curang
3,44,61,64, (menyontek), Dalam
71,71,73,7 ulangan/ujian saya membantu
5,92,95,96, teman menjawab soal-soalnya,
HH 97,99,101, Jika guru tidak datang merasa
106,108,10 senang karena tidak jadi belajar,
9,122,124, mengalami kesulitan dalam
132,133,13 menyelesaikan PR karena
4,149,150, petunjuk dan caranya tidak saya
153,154,15 ketahui, Dalam ujian/ulangan
5 kekurangan waktu untuk
menjawab soal-soalnya, sulit
memahami materi pelajaran baru
karena catatan materi pelajaran
yang disampaikan oleh guru
sebelumnya tidak dibuat dengan
baik, Sewaktu pelajaran
berlangsung, sukar menjawab
pertanyaan yang diberikan guru,

76
Bila harus mengerjakan PR yang
sukar maka PR itu selesaikan
seadanya, Dalam mengerjakan
PR yang lebih penting adalah
cepat selesai, Buku-buku
pelajaran yang tersedia baik di
rumah maupun di sekolah tidak
dapat dimanfaatkan dengan baik,
Jadwal belajar menjadi kacau
karena terlalu sering
menggunakan telepon genggam
atau pergi ke warnet, lebih
menyukai menggunakan telepon
genggam atau pergi ke warnet
daripada belajar baik di dalam
kelas maupun di rumah.
Sarana 5 25% 16,18,20,4 5 25% Kegiatan belajar terganggu
Belajar (S) 7,48 karena saya membantu pekerjaan
orangtua.
Keadaan 20 33% 22,55,77,7 8 13% Meskipun tidak menyenangi guru
Diri Sendiri 8,83,113,11 tetap mengikuti pelajaran guru
(D) 4,145 tersebut, kurang berminat dan
cepat bosan dalam membaca
buku pelajaran, Sewaktu belajar
menjadi kurang semangat, dan
tiba-tiba merasa lelah.
Keadaan 12 6 29,30,57,5 7 17% Merasa Guru-guru kurang
Lingkungan 9,60,87,119 bersahabat dan suka memaksa
Fisik dan siswa, sukar belajar di rumah
Motorik (L) karena terlalu banyak orang,
Jarak rumah yang jauh dari
sekolah melemahkan semangat
untuk belajar.
9 45% 2,34 2 10% Untuk menerima materi pelajaran
Prasyarat baru mengulangi materi pelajaran
penguasaan yang telah diberikan guru,
materi mengalami kesulitan untuk
pelajaran mengerjakan PR karena ada
(P) rumus atau bagian pelajaran
tertentu yang belum dikuasai.
HA Ketrampilan 67 39% 9,11,13,36, 12 14% Dalam ulangan atau ujian,
Belajar (T) 95,97,99,1 terpaksa berbuat curang
26,128,151 (menyontek), Jika guru tidak
,154,106,1 datang merasa senang karena
37 tidak jadi belajar, sulit memahami
materi pelajaran baru karena
catatan materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru

77
sebelumnya tidak dibuat dengan
baik, Sewaktu pelajaran
berlangsung sukar menjawab
pertanyaan yang diberikan guru,
Dalam belajar atau mengerjakan
PR lambat memulainya karena
kurang memahami bahan atau
tugas yang akan dikerjakan, ika
penggunaan telepon genggam
terganggu, merasa bingung dan
tidak tahu mau berbuat apa dan
belajarpun tidak menentu.
Sarana 7 35% - - - -
Belajar (S)
Keadaan 27 45% 111 1 6% Kurang berminat dan cepat bosan
Diri Sendiri dalam membaca buku pelajaran.
(D)
Keadaan 18 85% 60,120,87 3 7% Sukar belajar di rumah karena
Lingkungan terlalu banyak orang.
Fisik dan
Motorik (L)
10 50% 1,3,4,31 4 20% Merasa Soal-soal ujian tidak
dapat dikerjakan karena belum
Prasyarat pernah dipelajari, Materi
penguasaan pelajaran untuk menyelesaikan
materi pekerjaan rumah (PR) belum
pelajaran dikuasai, sulit mengikuti
(P) pelajaran berikutnya di dalam
kelas karena pelajaran terdahulu
tidak diikuti.
Ketrampilan 56 32% 6,8,9,10,12 40 23% Di dalam kelas mengalami
Belajar (T) ,13,14,15,3 kesulitan untuk bertanya kepada
7,38,40,64, guru, Dalam ulangan atau ujian,
41,44,69,7 terpaksa berbuat curang
HD 1,75,92,93, (menyontek), Dalam
97,102,104 ulangan/ujian membantu teman
,108,109,1 menjawab soal-soalnya, Catatan
23,121,122 pelajaran tidak lengkap,
,129,130,1 mengalami kesulitan dalam
32,47,50,5 membuat ringkasan dari buku
5 pelajaran, kekurangan waktu
untuk belajar, sulit memahami
materi pelajaran baru karena
catatan materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru
sebelumnya tidak dibuat dengan
baik, mengalami kesulitan
mengikuti kegiatan belajar

78
kelompok, Catatan pelajaran
banyak yang tidak dapat
dipahami, Rendahnya nilai PR
yang dikerjakan disebabkan oleh
ketidakmampuan
mengemukakan pendapat secara
tertulis.
Sarana 3 15% 16,18,19,2 7 35% Kegiatan belajar terganggu
Belajar (S) 0,22,49,50 karena saya membantu pekerjaan
orangtua, Pelajaran terganggu
karena memikirkan tentang
keadaan keuangan yang tidak
mencukupi.
Keadaan 26 43% 25,52,53,5 11 18% Merasa tenang dan siap dalam
Diri Sendiri 4,55,77,79, menghadapi ulangan/ujian,
(D) 83,114,112 Merasa senang membantu teman
menjelaskan dan mendalami
pelajaran, Meskipu tidak
menyenangi guru tetap mengikuti
pelajaran guru tersebut, percaya
bahwa pelajaran yang saya ikuti
sangat berguna untuk kehidupan
saya, pernah berfikir untuk
berhenti sekolah.
Keadaan 16 40% 88,90,27,2 9 22% Lingkungan sekolah yang kurang
Lingkungan 9,30,56,57, nyaman atau kurang terawat
Fisik dan 58,60 mengakibatkan belajar
Motorik (L) terganggu,
Perasaan gelisah, murung, atau
sedih membuat tidak dapat
belajar dengan baik, melalaikan
pelajaran karena tidak senang
kepada gurunya, terganggu oleh
suara-suara bising sewaktu
belajar, sukar belajar di rumah
karena terlalu banyak orang.
Prasyarat 12 60% 4,5 2 10% Kesulitan mengikuti pelajaran
penguasaan apabila tidak mengikuti kelas
materi yang sebelumnya dan merasa
pelajaran pelajaran yang diberikan guru
(P) sulit untuk dipahami.
Ketrampilan 93 54% 8,9,10,12,1 27 15% Mengalami kesulitan untuk
IP
Belajar (T) 4,15,40,70, bertanya kepada guru, masih
71,73,91,9 sering menycontek, saat ujian
3,101,108, terkadang memberikan jawaban
123,124,12 kepada teman, kurang mampu
5,148,151, memanfaatkan ruang dan
152 perlengkapan belajar yang ada di

79
sekolah, kesulitan belajar
kelompok dan kurang mampu
memberikan bantuan kepada
teman.
Sarana 12 60% 16,18,20,4 4 20% Merasa bahwa apabila guru
Belajar (S) 6 mengajar denganmembawa alat
peraga maka akan lebih menarik
dan juga merasa terganggu waktu
belajarnya akibat membantu
orangtua.
Keadaan 46 76% 23,76,77,8 13 21% Kurang memperhatikan pelajaran
Diri Sendiri 2,114,141 dan membuat coret-coretan
(D) dalam buku atau bangku yang
sebetulnya tidak perlu, dan
merasa senang apabila tidak
masuk sekolah jika ada hal lain
yang ingin dilakukan.
Keadaan 22 55% 117,118,86, 7 17% Merasa bahwa peraturan sekolah
Lingkungan 90,28,30,3 terlalu ketat, lingkungan sekolah
Fisik dan 6 yang kurang nyaman membuat
Motorik (L) belajar terganggu.
Untuk menerima materi pelajaran
baru mengulangi materi pelajaran
yang telah diberikan guru, merasa
Soal-soal ujian tidak dapat
dikerjakan karena belum pernah
dipelajari, mengalami kesulitan
Prasyarat
memahami bahan pelajaran baru
penguasaan
2,31,32,33, karena bahan-bahan sebelumnya
materi 6 30% 6 30%
34,35 tidak dikuasai, rendahnya hasil
pelajaran
ujian/ulangan yang diperoleh
(P)
disebabkan karena kurang
menguasai materi pelajaran yang
diajarkan, mengalami kesulitan
KT untuk mengerjakan PR karena
ada rumus atau bagian pelajaran
tertentu yang belum dikuasai.
Ketrampilan 46 27% 7,9,10,11,1 52 30% Membaca materi pelajaran
Belajar (T) 2,13,15,37, terlebih dahulu sebelum pelajaran
39,42,44,6 itu diajarkan, Dalam ulangan atau
1,63,65,66, ujian, terpaksa berbuat curang
73,92,96,9 (menyontek), Dalam
8,102,103, ulangan/ujian membantu teman
105,106,10 menjawab soal-soalnya, Jika guru
9,121,122 tidak datang, merasa senang
karena tidak jadi belajar, Catatan
pelajaran tidak lengkap,
mengalami kesulitan dalam

80
membuat ringkasan dari buku
pelajaran, merasa kekurangan
waktu untuk belajar, mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan
PR karena petunjuk dan caranya
tidak diketahui, Dalam
ujian/ulangan tidak sempat
memeriksa kembali jawaban-
jawaban, tidak mengerti istilah-
istilah baru, terutama istilah-
istilah asing dalam bahan bacaan
yang dipelajari, ceroboh
menjawab soal-soal
ujian/ulangan, Dalam mengikuti
pelajaran, mudah diganggu teman
atau suara-suara dari luar ruangan
kelas, mengalami kesulitan
menemukan bahan bacaan
tambahan yang membantu
pelajaran.
Sarana 6 30% 16,18,19,4 6 30% Berusaha melengkapi buku-buku
Belajar (S) 6,47,49 pelajaran yang diperlukan,
Kegiatan belajar terganggu
karena membantu pekerjaan
orangtua, Pelajaran yang
diberikan guru menarik karena
dilengkapi alat peraga, Pelajaran
terganggu karena saya
memikirkan tentang keadaan
keuangan yang tidak mencukupi.
Keadaan 18 30% 46,52,53,5 15 25% Merasa tenang dan siap dalam
Diri Sendiri 4,76,77,81, menghadapi ulangan/ujian,
(D) 82,85,113,1 kurang memperhatikan pelajaran
15,144,145 dan membuat coret-coretan
dalam buku atau bangku yang
sebetulnya tidak perlu, merasa
Dalam memberi nilai guru cukup
adil dan tidak pilih kasih, Ketika
hendak belajar merasa sangat
lelah, jemu atau mengantuk
sehingga tidak dapat belajar
dengan baik, membuang-buang
waktu untuk mengobrol,
menonton televisi,
mendengarkan radio dan
sebagainya, yang sebenarnya
waktu itu amat berguna untuk
belajar, merasa guru-guru

81
berbicara terlalu banyak dan
membosankan, Dalam mengikuti
ulangan/ujian tidak mau melayani
pertanyaan teman,
Keadaan 6 15% 26,28,29,3 Mengalami kesulitan dalam
Lingkungan 0,36,57,58, mengajukan pertanyaan karena
Fisik dan 59,60,117,1 hubungan saya dengan guru
Motorik (L) 19 kurang baik, menganggap
peraturan sekolah terlalu ketat,
terganggu oleh suara-suara bising
sewaktu belajar, merasa Guru-
guru kurang bersahabat dan suka
memaksa siswa, sukar belajar di
rumah karena terlalu banyak
orang.
Prasyarat 9 45% 4 1 5% Sulit mengikuti pelajaran
penguasaan berikutnya di dalam kelas karena
materi pelajaran terdahulu tidak diikuti
pelajaran
(P)
Ketrampilan 84 49% 13,38,40,6 13 7% Memperbaiki hasil ujian/ulangan
Belajar (T) 2,66,104,11 atau pekerjaan rumah (PR) yang
0,121,129, nilainya rendah, Dalam belajar
131,135,15 membuat pertanyaan-pertanyaan
1 dan menjawabnya sendiri, senang
belajar bersama (dalam
kelompok) selain belajar sendiri,
Dalam mempelajari buku
pelajaran melampaui bagian-
bagian tertentu yang ternyata hal
itu penting, Kesulitan memahami
MA petunjuk ulangan/ujian
menyebabkan nilai rendah,
Rendahnya nilai PR yang
dikerjakan disebabkan oleh
ketidakmampuan
mengemukakan pendapat secara
tertulis, merasa kurang mampu
dan tertinggal dalam belajar
bersama teman-teman karena
tidak memiliki atau tidak dapat
menggunakan telepon genggam.
Sarana 11 55% - - - -
Belajar (S)
Keadaan 21 35% 23,55,8,82, 7 11% Merasa akan lebih giat belajar
Diri Sendiri 143 bila seandainya dibolehkan
(D) memilih pelajaran yang ingin
diikuti, merasa nilai-nilai yang

82
saya peroleh sesuai dengan
kemampuan saya, Di dalam kelas
mengalami kesulitan untuk
bertanya kepada guru,
membuang-buang waktu untuk
mengobrol, menonton televisi,
mendengarkan radio dan
sebagainya, yang sebenarnya
waktu itu amat berguna untuk
belajar., merasa sehat dan
bersemangat untuk belajar di
dalam kelas maupun di rumah.
Keadaan 8 20% 26,30,56,5 4 10% Mengalami kesulitan dalam
Lingkungan 7 mengajukan pertanyaan karena
Fisik dan hubungan dengan guru kurang
Motorik (L) baik, Dalam mengerjakan
pekerjaan rumah (PR) dan ujian
tidak mau menyontek atau
berbuat curang karena hal itu
dilarang dan berdosa, mengatur
ruang belajar di rumah sehingga
bersih dan rapi.
9 45% 2,4 2 10% Untuk menerima materi pelajaran
Prasyarat
baru mengulangi materi pelajaran
penguasaan
yang telah diberikan guru, sulit
materi
mengikuti pelajaran berikutnya di
pelajaran
dalam kelas karena pelajaran
(P)
terdahulu tidak diikuti.
Ketrampilan 76 44% 102,106,12 8 4% Setiap soal ulangan/ujian,
Belajar (T) 8,132,133, berusaha menjawabnya dengan
134,151,15 jelas, tepat, dan lengkap., Bila
3 harus mengerjakan PR yang
sukar, maka PR itu diselesaikan
seadanya, Dalam belajar atau
MF mengerjakan PR, lambat
memulainya karena kurang
memahami bahan atau tugas yang
akan dikerjakan, Buku-buku
pelajaran yang tersedia baik di
rumah maupun di sekolah tidak
dapat dimanfaatkan dengan baik,
Untuk suksesnya kegiatan belajar
berusaha membentuk dan
mengikuti kegiatan kelompok
belajar, lebih menyukai
menggunakan telepon genggam
atau pergi ke warnet daripada

83
belajar, baik di dalam kelas
maupun di rumah.
Sarana 20 100 - - - -
Belajar (S) %
Keadaan 60 100 - - - -
Diri Sendiri %
(D)
Keadaan 15 37% - - - -
Lingkungan
Fisik dan
Motorik (L)
Prasyarat 9 45% 4 1 5% Sulit mengikuti pelajaran
penguasaan berikutnya di dalam kelas karena
materi pelajaran terdahulu tidak diikuti.
pelajaran
(P)
Ketrampilan 84 49% 13,38,40,6 13 7% Memperbaiki hasil ujian/ulangan
Belajar (T) 2,66,104,11 atau pekerjaan rumah (PR) yang
0,121,129, nilainya rendah, Dalam belajar
131,135,15 membuat pertanyaan-pertanyaan
1 dan menjawabnya sendiri, senang
belajar bersama (dalam
kelompok) selain belajar sendiri,
Apabila menemukan hal-hal yang
kurang saya mengerti dari bahan
yang saya baca maka
menanyakannya kepada teman
atau guru, Untuk mengikuti
ujian/ulangan berusaha berada di
MH dalam kelas lebih awal, Kesulitan
memahami petunjuk
ulangan/ujian menyebabkan nilai
rendah, Rendahnya nilai PR yang
dikerjakan disebabkan oleh
ketidakmampuan
mengemukakan pendapat secara
tertulis, merasa kurang mampu
dan tertinggal dalam belajar
bersama teman-teman karena
tidak memiliki atau tidak dapat
menggunakan telepon genggam.
Sarana 11 55% - - - -
Belajar (S)
Keadaan 21 35% 23,55,8,82, 7 11% Merasa akan lebih giat belajar
Diri Sendiri 143 bila seandainya dibolehkan
(D) memilih pelajaran yang ingin
diikuti, merasa nilai-nilai yang
diperoleh sesuai dengan

84
kemampuan, Di dalam kelas
mengalami kesulitan untuk
bertanya kepada guru,
membuang-buang waktu untuk
mengobrol, menonton televisi,
mendengarkan radio dan
sebagainya, yang sebenarnya
waktu itu amat berguna untuk
belajar, merasa sehat dan
bersemangat untuk belajar di
dalam kelas maupun di rumah.
Keadaan 8 20% 26,30,56,5 4 10% Dalam mengerjakan pekerjaan
Lingkungan 7 rumah (PR) dan ujian tidak mau
Fisik dan menyontek atau berbuat curang
Motorik (L) karena hal itu dilarang dan
berdosa, mengatur ruang belajar
di rumah sehingga bersih dan
rapi, Semangat belajar saya tinggi
karena hubungan saya dengan
guru-guru dan teman-teman
cukup baik.
16 80% 1,34 2 10% Materi pelajaran untuk
Prasyarat
menyelesaikan pekerjaan rumah
penguasaan
(PR) belum dikuasai, belajar
materi
secara berurutan agar pelajaran
pelajaran
terdahulu membantu pelajaran
(P)
berikutnya.
Ketrampilan 106 62% 6,7,14,36,4 20 11% Membaca materi pelajaran
Belajar (T) 1,44,69,70, terlebih dahulu sebelum pelajaran
71,72,75,1 itu diajarkan, Jika hasil PR dan
27,124,129 ulangan/ujian yang dikembalikan
,149,150,1 oleh guru nilainya baik
53,155 mengucapkan syukur kepada
Tuhan dan belajar lebih giat lagi,
MI Di dalam kelas jika
diperbolehkan akan memilih
tempat duduk di bagian depan,
benar-benar menyiapkan diri
untuk mengikuti ujian/ulangan,
Pada waktu belajar mengalami
kesulitan untuk menghindarkan
diri dari ajakan teman sehingga
tidak jadi belajar, Dalam
mengerjakan PR yang lebih
penting adalah cepat selesai,
Kesulitan memahami petunjuk
ulangan/ujian menyebabkan nilai
rendah, Jadwal belajar menjadi

85
kacau karena terlalu sering
menggunakan telepon genggam
atau pergi ke warnet, lebih
menyukai menggunakan telepon
genggam atau pergi ke warnet
daripada belajar, baik di dalam
kelas maupun di rumah
Sarana 9 45% 17,19,20,4 6 30% Menyediakan uang secukupnya
Belajar (S) 6,47,50 untuk keperluan buku dan alat-
alat pelajaran lainnya, Ruang dan
peralatan belajar yang tersedia di
rumah cukup baik, Apabila hasil
ujian ternyata rendah pikiran
menjadi kacau dalam waktu yang
lama, Pelajaran yang diberikan
guru menarik karena dilengkapi
alat peraga, bersyukur kepada
Tuhan dan berterima kasih
kepada orangtua yang telah
memenuhi keperluan buku-buku,
alat-alat belajar dan biaya sekolah
lainnya dengan baik.
Keadaan 28 46% 23,25,51,5 10 16% Merasa akan lebih giat belajar
Diri Sendiri 4,55,78,81, bila seandainya dibolehkan
(D) 113,114 memilih pelajaran yang ingin
diikuti, senang membantu teman
menjelaskan dan mendalami
pelajaran, memulai belajar baik di
sekolah maupun di rumah dengan
terlebih dahulu membaca doa,
merasa nilai-nilai yang diperoleh
sesuai dengan kemampuan saya.
Meskipun tidak menyenangi guru
tetap mengikuti pelajaran guru
tersebut, Ketika hendak belajar
merasa sangat lelah, jemu atau
mengantuk sehingga tidak dapat
belajar dengan baik, merasa
bahwa menyenangkan hati guru
merupakan salah satu cara untuk
mendapatkan nilai yang lebih
baik.
Keadaan 20 50% 117,119,29, 4 20% Merasa Teman akrab mendorong
Lingkungan 59 untuk lebih giat belajar, Jarak
Fisik dan rumah yang jauh dari sekolah
Motorik (L) melemahkan semangat untuk
belajar, Guru-guru kurang
bersahabat dan suka memaksa

86
siswa, melalaikan pelajaran
karena tidak senang kepada
gurunya
Prasyarat 13 65% 3 1 5% Merasa bersyukur kepada Tuhan
penguasaan dan berterima kasih kepada
materi bapak/ibu guru karena pelajaran
pelajaran yang diberikan dapat pahami
(P) dengan jelas.
Ketrampilan 102 60% 9,10,14,37, 17 10% Dalam ulangan atau ujian
Belajar (T) 42,44,62,6 terpaksa berbuat curang
9, (menyontek), Dalam
72,97,98,1 ulangan/ujian membantu teman
09,122,134 menjawab soal-soalnya, Jika
,135,138 hasil PR dan ulangan/ujian yang
dikembalikan oleh guru nilainya
baik, mengucapkan syukur
kepada Tuhan dan belajar lebih
giat lagi, kekurangan waktu untuk
belajar, Dalam ujian/ulangan
tidak sempat memeriksa kembali
jawaban-jawaban, Setelah selesai
pelajaran di sekolah segera
menyusun kembali dan
melengkapi catatan pelajaran
tersebut, Dalam mengikuti
MR pelajaran, mudah diganggu teman
atau suara-suara dari luar ruangan
kelas, Untuk suksesnya kegiatan
belajar, berusaha membentuk dan
mengikuti kegiatan kelompok
belajar, Untuk menyelesaikan PR
mencari dan mempedomani
contoh yang telah dianggap baik
oleh guru.
Sarana 4 20% 16,17,18,1 6 30% berusaha melengkapi buku-buku
Belajar (S) 9,20,47 pelajaran yang diperlukan,
menyediakan uang secukupnya
untuk keperluan buku dan alat-
alat pelajaran lainnya, Kegiatan
belajar saya terganggu karena
saya membantu pekerjaan
orangtua.
Keadaan 28 46% 21,22,23,2 6 18% Apabila hasil ujian ternyata
Diri Sendiri 5,54,72 rendah pikiran menjadi kacau
(D) dalam waktu yang lama, merasa
sanggup untuk mengikuti
pelajaran dan kegiatan belajar
lainnya dengan baik

87
Keadaan 23 57% 26,29,59,6 6 15% Mengalami kesulitan dalam
Lingkungan 0,86,89 mengajukan pertanyaan karena
Fisik dan hubungan dengan guru kurang
Motorik (L) baik, Saya melalaikan pelajaran
karena tidak senang kepada
gurunya, sukar belajar di rumah
karena terlalu banyak orang,
bersyukur dan lebih bersemangat
dalam belajar karena orangtua
mendorong dan mendoakan saya
berhasil dalam belajar, Kegiatan
organisasi kesiswaan
mengganggu belajar.
6 30% 1,2,4,31,32 5 50% Materi pelajaran untuk
,35 menyelesaikan pekerjaan rumah
(PR) belum dikuasai, Untuk
menerima materi pelajaran baru
mengulangi materi pelajaran
yang telah diberikan guru, sulit
Prasyarat
mengikuti pelajaran berikutnya di
penguasaan
dalam kelas karena pelajaran
materi
terdahulu tidak saya ikuti,
pelajaran
mengalami kesulitan memahami
(P)
bahan pelajaran baru karena
bahan-bahan sebelumnya tidak
dikuasai, mengalami kesulitan
untuk mengerjakan PR karena
ada rumus atau bagian pelajaran
tertentu yang belum dikuasai.
Ketrampilan 29 17% 6,9,10,37,3 22 15% Dalam ulangan atau ujian
NM Belajar (T) 8,39,62,64, terpaksa berbuat curang
65,11,12,14 (menyontek), Dalam
,41,43,44,6 ulangan/ujian membantu teman
6,67,72,92, menjawab soal-soalnya,
93,101,102 kekurangan waktu untuk belajar,
,103,104,1 mengalami kesulitan dalam
09,122,123 menyelesaikan PR karena
,124,128,1 petunjuk dan caranya tidak
30,131,133 ketahui, senang belajar bersama
,134 (dalam kelompok) selain belajar
sendiri, Untuk menghadapi
ujian/ulangan hanya membaca
catatan pelajaran, Salah sebab
keterlambatan saya dalam belajar
dan mengerjakan PR adalah
karena lambat dalam membaca,
mengalami kesulitan membagi
waktu untuk belajar, mengalami

88
kesulitan mengikuti kegiatan
belajar kelompok, Dalam
mengerjakan PR, bagi yang lebih
penting adalah cepat selesai,
Dalam belajar atau mengerjakan
PR, lambat memulainya karena
kurang memahami bahan atau
tugas yang akan dikerjakan,
Catatan pelajaran banyak yang
tidak dapat paham.
Sarana 7 35% 18,47,48,4 5 25% Kegiatan belajar terganggu
Belajar (S) 9,50 karena saya membantu pekerjaan
orangtua, merasa bersyukur
kepada Tuhan dan berterima
kasih kepada orangtua yang telah
memenuhi keperluan buku-buku,
alat-alat belajar dan biaya sekolah
lainnya dengan baik, Pelajaran
terganggu karena saya
memikirkan tentang keadaan
keuangan yang tidak mencukupi.
Keadaan 25 41% 22,24,51,5 12 40% Merasa sanggup untuk mengikuti
Diri Sendiri 4,55,77,82, pelajaran dan kegiatan belajar
(D) 113 lainnya dengan baik, Khayalan-
khayalan dan lamunan-lamunan
tentang sesuatu mengganggu
dalam belajar, Pergaulan dengan
teman-teman memperlancar
kegiatan belajar, meras Dalam
memberi nilai guru cukup adil
dan tidak pilih kasih, membuang-
buang waktu untuk mengobrol,
menonton televisi,
mendengarkan radio dan
sebagainya, yang sebenarnya
waktu itu amat berguna untuk
belajar.
Keadaan 6 60% 26,29,56,5 Mengalami kesulitan dalam
Lingkungan 7,58,113,11 mengajukan pertanyaan karena
Fisik dan 4,145 hubungan saya dengan guru
Motorik (L) kurang baik, melalaikan pelajaran
karena tidak senang kepada
gurunya, mengatur ruang belajar
di rumah sehingga bersih dan
rapi, terganggu oleh suara-suara
bising sewaktu belajar, pernah
berpikir-pikir untuk berhenti
sekolah, Sewaktu belajar menjadi

89
kurang semangat, dan tiba-tiba
merasa lelah.
Prasyarat 10 50% 4,31 2 20% Soal-soal ujian tidak dapat
penguasaan dikerjakan karena belum pernah
materi pelajari, sulit mengikuti pelajaran
pelajaran berikutnya di dalam kelas karena
(P) pelajaran terdahulu tidak diikuti.
Ketrampilan 75 42% 9,10,36,31, 15 8% Dalam ulangan atau ujian,
Belajar (T) 61,71,72,9 terpaksa berbuat curang
3,127,133, (menyontek), Dalam
150,151,15 ulangan/ujian saya membantu
3,154,155 teman menjawab soal-soalnya, Di
dalam kelas jika diperbolehkan
akan memilih tempat duduk di
bagian depan, Soal-soal ujian
tidak dapat saya kerjakan karena
belum pernah saya pelajari, Salah
satu sebab keterlambatan dalam
belajar dan mengerjakan PR
adalah karena lambat dalam
membaca, ada waktu belajar,
mengalami kesulitan untuk
menghindarkan diri dari ajakan
teman sehingga tidak jadi belajar,
Buku-buku pelajaran yang
RF
tersedia baik di rumah maupun di
sekolah tidak dapat manfaatkan
dengan baik, lebih menyukai
menggunakan telepon genggam
atau pergi ke warnet daripada
belajar, baik di dalam kelas
maupun di rumah.
Sarana 7 35% 18,78,49 3 15% Meskipun tidak menyenangi guru
Belajar (S) tetap mengikuti pelajaran guru
tersebut, Pelajaran saya
terganggu karena memikirkan
tentang keadaan keuangan yang
tidak mencukupi, Kegiatan
belajar saya terganggu karena
membantu pekerjaan orangtua.
Keadaan 30 50% 77,78,113,1 4 6% Meskipun tidak menyenangi guru
Diri Sendiri 14 tetap mengikuti pelajaran guru
(D) tersebut, pernah berpikir-pikir
untuk berhenti sekolah.
Keadaan 18 45% 26,29,59,6 8 20% Jarak rumah yang jauh dari
Lingkungan 0,87,90,119 sekolah melemahkan semangat
Fisik dan untuk belajar, Lingkungan
Motorik (L) sekolah yang kurang nyaman atau

90
kurang terawat mengakibatkan
belajar terganggu, Orangtua
mendorong agar belajar dengan
giat, sukar belajar di rumah
karena terlalu banyak orang,
merasa Guru-guru kurang
bersahabat dan suka memaksa
siswa, melalaikan pelajaran
karena tidak senang kepada
gurunya, melalaikan pelajaran
karena tidak senang kepada
gurunya.
10 50% 1,3,4,31 4 20% Merasa Soal-soal ujian tidak
dapat dikerjakan karena belum
Prasyarat pernah dipelajari, Materi
penguasaan pelajaran untuk menyelesaikan
materi pekerjaan rumah (PR) belum
pelajaran dikuasai, sulit mengikuti
(P) pelajaran berikutnya di dalam
kelas karena pelajaran terdahulu
tidak diikuti.
Ketrampilan 56 32% 6,8,9,10,12 40 23% Di dalam kelas mengalami
Belajar (T) ,13,14,15,3 kesulitan untuk bertanya kepada
7,38,40,64, guru, Dalam ulangan atau ujian,
41,44,69,7 terpaksa berbuat curang
1,75,92,93, (menyontek), Dalam
97,102,104 ulangan/ujian membantu teman
,108,109,1 menjawab soal-soalnya, Catatan
23,121,122 pelajaran tidak lengkap,
,129,130,1 mengalami kesulitan dalam
RZ
32,47,50,5 membuat ringkasan dari buku
5 pelajaran, kekurangan waktu
untuk belajar, sulit memahami
materi pelajaran baru karena
catatan materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru
sebelumnya tidak dibuat dengan
baik, mengalami kesulitan
mengikuti kegiatan belajar
kelompok, Catatan pelajaran
banyak yang tidak dapat
dipahami, Rendahnya nilai PR
yang dikerjakan disebabkan oleh
ketidakmampuan
mengemukakan pendapat secara
tertulis.
Sarana 3 15% 16,18,19,2 7 35% Kegiatan belajar terganggu
Belajar (S) 0,22,49,50 karena saya membantu pekerjaan

91
orangtua, Pelajaran terganggu
karena memikirkan tentang
keadaan keuangan yang tidak
mencukupi.
Keadaan 26 43% 25,52,53,5 11 18% Merasa tenang dan siap dalam
Diri Sendiri 4,55,77,79, menghadapi ulangan/ujian,
(D) 83,114,112 Merasa senang membantu teman
menjelaskan dan mendalami
pelajaran, Meskipu tidak
menyenangi guru tetap mengikuti
pelajaran guru tersebut, percaya
bahwa pelajaran yang saya ikuti
sangat berguna untuk kehidupan
saya, pernah berfikir untuk
berhenti sekolah.
Keadaan 16 40% 88,90,27,2 9 22% Lingkungan sekolah yang kurang
Lingkungan 9,30,56,57, nyaman atau kurang terawat
Fisik dan 58,60 mengakibatkan belajar
Motorik (L) terganggu,
Perasaan gelisah, murung, atau
sedih membuat tidak dapat
belajar dengan baik, melalaikan
pelajaran karena tidak senang
kepada gurunya, terganggu oleh
suara-suara bising sewaktu
belajar, sukar belajar di rumah
karena terlalu banyak orang.
Prasyarat 9 45% 4 1 5% Sulit mengikuti pelajaran
penguasaan berikutnya di dalam kelas karena
materi pelajaran terdahulu tidak diikuti.
pelajaran
(P)
Ketrampilan 59 34% 8,9,10,12,1 38 22% Di dalam kelas saya mengalami
Belajar (T) 3,14,36,37, kesulitan untuk bertanya kepada
38,41,44,4 guru, Dalam ulangan atau ujian, saya
7,73,75,92, terpaksa berbuat curang
94,96,97,1 (menyontek), Dalam ulangan/ujian
RB saya membantu teman menjawab
01,102,107 soal-soalnya, Catatan pelajaran saya
,108,109,1 tidak lengkap, Jika hasil PR dan
22,123,126 ulangan/ujian yang dikembalikan
,129,130,1 oleh guru nilainya baik
31,133,134 mengucapkan syukur kepada Tuhan
,136,138,1 dan belajar lebih giat lagi,
49,151,153 kekurangan waktu untuk belajar,
untuk soal-soal ujian/ulangan yang
dikembalikan berusaha
memperbaiki jawabannya melalui
diskusi dengan teman, mengalami

92
kesulitan mengikuti kegiatan belajar
kelompok, Kesulitan memahami
petunjuk ulangan/ujian
menyebabkan nilai rendah,
Rendahnya nilai PR yang dikerjakan
disebabkan oleh ketidakmampuan
mengemukakan pendapat secara
tertulis, Buku-buku pelajaran yang
tersedia baik di rumah maupun di
sekolah tidak dapat dimanfaatkan
dengan baik.
Sarana 9 45% 16,17,18,1 8 40% Kegiatan belajar terganggu karena
Belajar (S) 9,20,47,48, membantu pekerjaan orangtua,
49,50
Keadaan 16 26 21,22,51,5 14 23% Meskipun tidak menyenangi guru
Diri Sendiri 5,77,78,80, tetap mengikuti pelajaran guru
(D) 81,82,83,8 tersebut, pernah berpikir-pikir
4,85,114,14 untuk berhenti sekolah.
5
Keadaan 8 40 26,27,28,2 10 25% Merasa guru-guru mengerti
Lingkungan 9,56,59,87, keinginan siswa, sukar belajar di
Fisik dan 90,117,119 rumah karena terlalu banyak
Motorik (L) orang, Kegiatan organisasi
kesiswaan mengganggu belajar.
9 45% 1,4,5,31 4 20% Materi pelajaran untuk
menyelesaikan pekerjaan rumah
(PR) belum dikuasai, sulit
Prasyarat mengikuti pelajaran berikutnya di
penguasaan dalam kelas karena pelajaran
materi terdahulu tidak diikuti, Pelajaran
pelajaran yang diberikan guru terlalu tinggi
(P) dan tidak dapat saya pahami,
Soal-soal ujian tidak dapat
dikerjakan karena belum pernah
dipelajari.
Ketrampilan 85 50% 9,12,37,41, 24 14% Dalam ulangan atau ujian,
RA Belajar (T) 43,63,64,6 terpaksa berbuat curang
6,93,99,10 (menyontek), Catatan pelajaran
0,122,123, tidak lengkap, kekurangan waktu
124,125,14 untuk belajar, Dalam
6,149,150, ujian/ulangan kekurangan waktu
155,131,10 untuk menjawab soal-soalnya,
1,104,139, tidak mengerti istilah-istilah baru,
138 terutama istilah-istilah asing
dalam bahan bacaan yang
dipelajari, Dalam mempelajari
buku pelajaran melampaui
bagian-bagian tertentu yang
ternyata hal itu penting, Sewaktu

93
pelajaran berlangsung sukar
menjawab pertanyaan yang
diberikan guru, mengalami
kesulitan mengikuti kegiatan
belajar kelompok, Dalam
mengerjakan PR, bagi yang lebih
penting adalah cepat selesai,
Kegiatan belajar saya sangat
dipengaruhi oleh tampilan
telepon genggam atau pergi ke
warung internet (warnet) dan
tidak dapat mengendalikan diri
sehingga pelajaran terbengkalai.
Sarana 13 65% 18,47,49 3 15% Kegiatan belajar saya terganggu
Belajar (S) karena saya membantu pekerjaan
orangtua, Pelajaran saya
terganggu karena saya
memikirkan tentang keadaan
keuangan yang tidak mencukupi
Keadaan 44 75% 55,77,79,8 10 16% Merasa guru-guru berbicara
Diri Sendiri 5,111,112,1 terlalu banyak dan
(D) 14,143,145 membosankan, kurang berminat
dan cepat bosan dalam membaca
buku pelajaran, Sewaktu belajar
menjadi kurang semangat, dan
tiba-tiba merasa lelah.
Keadaan 17 42% 27,28,30,8 4 10% Menganggap peraturan sekolah
Lingkungan 7 terlalu ketat, terganggu oleh
Fisik dan suara-suara bising sewaktu
Motorik (L) belajar.
Prasyarat 10 50% 3,5,31 3 30% Pelajaran yang diberikan guru
penguasaan terlalu tinggi dan tidak dapat
materi dipahami
pelajaran
(P)
Ketrampilan 56 32% 6,8,9,10,12 29 17% Mengalami kesulitan untuk
Belajar (T) ,14,15,37,4 bertanya kepada guru, terpaksa
1,66,69,70, untuk mencontek dan kadang
71,72,93,9 memberikan teman jawaban
VS
6,101,103, ujian, catatan pelajaran tidak
109,124,12 lengkap, kesulitan membuat
9,151,153, ringkasan dari buku pelajaran,
154,155,13 merasa kekurangan untuk belajar,
1,133,134, salah satu sebab keterlambatan
136 belajar yaitu karena membaca
dengan lambat, mengalami
kesulitan memmbagi waktu
belajar, dalam mengerjakan PR

94
lebih penting adalah cepat selesai,
merasa belajar terganggu karena
hp
Sarana 5 25% 16,18,19,4 5 25% Merasa kegiatan belajar
Belajar (S) 7,49 terganggu karena membantu
pekerjaan orangtua.
Keadaan 20 33% 22,53,76,7 9 30% Kurang memperhatikan pelajaran
Diri Sendiri 7,84,85,113 dan membuat coret-coretan
(D) ,114,141 dalam buku atau bangku yang
sebetulnya tidak perlu, merasa
guru-guru berbicara terlalu
banyak dan membosankan,
pernah berfikir untuk berhenti
sekolah.
Keadaan 7 17% 26,28,29,3 6 15% Mengalami kesulitan dalam
Lingkungan 0,56 mengajukan pertanyaan karena
Fisik dan hubungan dengan guru kurang
Motorik (L) baik, menganggap peraturan
sekolah terlalu ketat, melalaikan
pelajaran karena tidak senang
kepada gurunya.
Prasyarat 10 50% - - - -
penguasaan
materi
pelajaran
(P)
Ketrampilan 64 37% 9,36,38,40, 33 19% Dalam ulangan atau ujian,
Belajar (T) 41,44,61,6 terpaksa berbuat curang
4,69,71,73, (menyontek), Sewaktu pelajaran
74,95,97,9 berlangsung sukar menjawab
9,108,121, pertanyaan yang diberikan guru,
123,131,14 mengalami kesulitan mengikuti
0,146,148, kegiatan belajar kelompok,
150,153,15 Rendahnya nilai PR yang
ZP 5 dikerjakan disebabkan oleh
ketidakmampuan
mengemukakan pendapat secara
tertulis, lebih menyukai
menggunakan telepon genggam
atau pergi ke warnet daripada
belajar, baik di dalam kelas
maupun di rumah.
Sarana 8 40% 16,18,19,2 5 25% Kegiatan belajar terganggu
Belajar (S) 0,47 karena membantu pekerjaan
orangtua.
Keadaan 25 41% 22,25,51,5 11 18% merasa guru-guru berbicara
Diri Sendiri 2,53,54,55, terlalu banyak dan
(D) 85,113,114 membosankan.

95
Keadaan 8 40% 26,28,29,3 10 25% mengalami kesulitan dalam
Lingkungan 0,56,57,59, mengajukan pertanyaan karena
Fisik dan 60,87,90,11 hubungan dengan guru kurang
Motorik (L) 3,114 baik, menganggap peraturan
sekolah terlalu ketat, melalaikan
pelajaran karena tidak senang
kepada gurunya, Guru-guru
kurang bersahabat dan suka
memaksa siswa, sukar belajar di
rumah karena terlalu banyak
orang.
Prasyarat 9 45%
penguasaan
materi - - - -
pelajaran
(P)
Ketrampilan 87 51% 11,12,68,69 14 8% Jika guru tidak datang merasa
Belajar (T) ,63,65,94,9 senang karena tidak jadi belajar,
9,96,106,11 Catatan pelajaran tidak lengkap,
0,131,148, mengalami kesulitan dalam
154,131 memahami isi materi yang baca,
tidak mengerti istilah-istilah baru,
terutama istilah-istilah asing
dalam bahan bacaan yang
dipelajari, Untuk lebih
memahami bacaan yang
dipelajari menyusun pertanyaan-
pertanyaan yang jawab sendiri
atau diskusikan dengan teman-
ZM teman, Bila harus mengerjakan
PR yang sukar, maka PR itu
diselesaikan seadanya.
Sarana 8 40% 19,46 2 20% Pelajaran yang diberikan guru
Belajar (S) menarik karena dilengkapi alat
peraga, Ruang dan peralatan
belajar yang tersedia di rumah
saya cukup baik.
Keadaan 23 38% 81,82,84 3 5% Ketika hendak belajar merasa
Diri Sendiri sangat lelah, jemu atau
(D) mengantuk sehingga tidak dapat
belajar dengan baik, membuang-
buang waktu untuk mengobrol,
menonton televisi,
mendengarkan radio dan
sebagainya, yang sebenarnya
waktu itu amat berguna untuk
belajar, Dorongan utama untuk
memasuki sekolah ini adalah

96
semata-mata untuk memperoleh
ijazah atau menyenangkan
orangtua.
Keadaan 18 45% 27,30,60,8 6 15% Merasa guru-guru mengerti
Lingkungan 6,89,117 keinginan siswa, sukar belajar di
Fisik dan rumah karena terlalu banyak
Motorik (L) orang, Kegiatan organisasi
kesiswaan mengganggu belajar.

e. ITP (Inventori Tugas Perkembangan)


Inventori Tugas Perkembangan (ITP) adalah instrumen yang digunakan untuk
mengukur tingkat perkembangan individu. ITP dikembangkan oleh tim
pengembangan dari Universitas Pendidikan Indonesia yang diketuai oleh Prof.
Sunaryo Kartadinata, dkk. Instrumen ITP ini telah di standarisasi (Baku) yang
dikembangkan dengan tujuan membantu guru BK menyusun suatu program
layanan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik di tingkat SD, SMP, SMA dan
PT. ITP terdiri dari empat buku inventori, masing-masing untuk memahami
perkembangan peserta didik di tingkat SD, SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi.
Inventori tugas perkembangan yang dikembangkan oleh Prof Sunaryo, dkk.
memiliki tujuh tingkat perkembangan.
Adapun pengadministrasian yang dilakukan penulis disini yaitu:
1) Responden : Peserta didik kelas VII 3 MTSN 6 Agam yang

berjumlah 32 orang

2) Tanggal Pelaksanaan : 25 September 2023


3) Tempat : Ruang Kelas VII 3
4) Langkah-langkah administrasi yang dilakukan:
a) Mengucapkan salam
b) Memperkenalkan diri serta membangun hubungan dengan peserta didik
c) Menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan penulis
d) Menjelaskan pengertian dan tujuan dilaksanakan ITP
e) Membagi lembar soal dan lembaran ITP
f) Memandu pengisian identitas
g) Menjelaskan bagaimana cara pengisian lembar jawaban ITP

97
h) Pemberian waktu pengisian
i) Pengumpulan lembar jawaban
j) Penyampaian dari penulis bahwa data ini akan diolah

Kode Aspek Perkembangan yang


Tingkatan Penafsiran
Siswa Belum Tercapai
Landasan hidup religius, landasan
prilaku etis, kematangan
emosional, kesadaran tanggung
AM Komformitas
jawab, peran sosial, penerimaan diri
dan pengembangan, wawasan dan
persiapan karir
Landasan hidup religius,
kematangan emosional,
kematangan intelektual, kesadaran
AF tanggung jawab, peran sosial, Komformitas
penerimaan diri dan
pengembangan, wawasan dan
persiapan karir
Landasan prilaku etis, kematangan
emosional, kematangan intelektual,
AMD Komformitas
kesadaran tanggung jawab,
wawasan dan persiapan karir
Landasan hidup religius,
kematangan emosional,
kematangan intelektual, kesadaran
AF tanggung jawab, peran sosial, Komformitas
penerimaan diri dan
pengembangan, wawasan dan
persiapan karir
Landasan hidup religius, landasan
prilaku etis, Peran sosial sebagai
AR Komformitas
pria atau wanita, Kemandirian
prilaku ekonomis.
Landasan hidup religius, landasan
prilaku etis, kematangan
DA emosional, kesadaran tanggung Komformitas
jawab, penerimaan diri dan
pengembangan.
Landasan prilaku etis, kematangan
intelektual, Kemandirian prilaku
DD ekonomis, wawasan dan persiapan Komformitas
karir, kematangan hubungan
dengan teman sebaya.

98
Kematangan emosional,
DN kematangan intelektual, Komformitas
Kemandirian prilaku ekonomis.
Kematangan emosional, kesadaran
tanggung jawab, penerimaan diri
DT dan pengembangan, Kemandirian Komformitas
prilaku ekonomis, kematangan
hubungan dengan teman sebaya.
Kematangan emosional,
kematangan intelektual, kesadaran
tanggung jawab, peran sosial,
D Komformitas
penerimaan diri dan
pengembangan, wawasandan
persiapan karir.
Kematangan emosional, kesadaran
tanggung jawab, penerimaan diri
DS dan pengembangan, Kemandirian Komformitas
prilaku ekonomis, kematangan
hubungan dengan teman sebaya.
Landasan hidup religius, Landasan
prilaku etis, Kematangan
emosional, kesadaran tanggung
jawab, penerimaan diri dan
GA Komformitas
pengembangan, Kemandirian
prilaku ekonomis, wawasan dan
persiapan karir, hubungan dengan
teman sebaya.
HF Penerimaan diri dan pengembangan Sadar Diri
Landasan prilaku etis, kematangan
intelektual, Kemandirian prilaku
HR ekonomis, wawasan dan persiapan Komformitas
karir, kematangan hubungan
dengan teman sebaya.
Landasan prilaku etis, penerimaan
diri dan pengembangan,
HH Komformitas
Kemandirian prilaku ekonomis,
wawasan dan persiapan karir.
Landasan hidup religius, Landasan
prilaku etis, Kematangan
emosional, kesadaran tanggung
jawab, penerimaan diri dan
HA Komformitas
pengembangan, Kemandirian
prilaku ekonomis, wawasan dan
persiapan karir, hubungan dengan
teman sebaya.
Kematangan emosional, kesadaran
HD tanggung jawab, penerimaan diri Komformitas
dan pengembangan, Kemandirian

99
prilaku ekonomis, kematangan
hubungan dengan teman sebaya.
Kematangan emosional, kesadaran
IP tanggung jawab, peran sosial Komformitas
sebagai laki-laki/perempuan
kesadaran tanggung jawab, peran
sosial sebagai laki-laki/perempuan,
KT Komformitas
Kemandirian prilaku ekonomis,
wawasan dan persiapan karir
Landasan prilaku etis, kematangan
intelektual, Kemandirian prilaku
MA ekonomis, wawasan dan persiapan Komformitas
karir, kematangan hubungan
dengan teman sebaya.
Kematangan emosional, kesadaran
MF tanggung jawab, peran sosial Komformitas
sebagai laki-laki/perempuan.
Landasan prilaku etis, kematangan
intelektual, Kemandirian prilaku
MH ekonomis, wawasan dan persiapan Komformitas
karir, kematangan hubungan
dengan teman sebaya.
Landasan prilaku etis, penerimaan
diri dan pengembangan, kesadaran
tanggung jawab, peran sosial
MI sebagai laki-laki/perempuan, Komformitas
wawasan dan persiapan karir,
kematangan hubungan dengan
teman sebaya,
Landasan prilaku etis, kematangan
intelektual, Kemandirian prilaku
MR ekonomis, wawasan dan persiapan Komformitas
karir, kematangan hubungan
dengan teman sebaya.
Landasan prilaku etis, kematangan
intelektual, kesadaran tanggung
NM jawab Kemandirian prilaku Komformitas
ekonomis, kematangan hubungan
dengan teman sebaya.
Kematangan emosional,
RF kematangan intelektual, Komformitas
Kemandirian prilaku ekonomis.
Landasan prilaku etis, kematangan
intelektual, Kemandirian prilaku
RZ ekonomis, wawasan dan persiapan Komformitas
karir, kematangan hubungan
dengan teman sebaya.

100
Landasan prilaku etis, kematangan
intelektual, Kematangan
emosional, kesadaran tanggung
RB jawab, peran sosial sebagai laki- Komformitas
laki/perempuan, wawasan dan
persiapan karir, kematangan
hubungan dengan teman sebaya.
Landasan hidup religius, Landasan
prilaku etis, penerimaan diri dan
RA pengembangan, wawasan dan Komformitas
persiapan karir, kematangan
hubungan dengan teman sebaya.
Landasan hidup religius, Landasan
prilaku etis, Kematangan
emosional, kematangan intelektual,
VS kesadaran tanggung jawab, Komformitas
wawasan dan persiapan karir,
kematangan hubungan dengan
teman sebaya.
Landasan prilaku etis, kematangan
intelektual, kesadaran tanggung
ZP jawab Kemandirian prilaku Komformitas
ekonomis, kematangan hubungan
dengan teman sebaya.
Kematangan emosional, kesadaran
tanggung jawab, penerimaan diri
ZM dan pengembangan, Kemandirian Komformitas
prilaku ekonomis, kematangan
hubungan dengan teman sebaya.

2. Kendala dalam Pelaksanaan Aplikasi Instrumentasi


Hambatan dalam pengadministrasian aplikasi instrumentasi di MTSN 6
Agam hanya dirasakan dalam beberapa aspek. Salah satunya adalah ketika
harus menentukan waktu pemberian instrumen kepada siswa. Meskipun hal
tersebut tidak menjadi masalah besar selama pelaksanaan aplikasi
instrumentasi, namun masalah muncul ketika waktu yang diberikan ternyata
melebihi batas yang seharusnya. Hal ini disebabkan beberapa siswa
memerlukan waktu ekstra untuk memahami soal-soal yang terdapat dalam
instrumen, sehingga waktu yang diberikan hampir tidak mencukupi bagi
mereka untuk menyelesaikan instrumen tersebut. Selain itu, proses pengolahan
instrumen juga menjadi kendala bagi penulis karena kurang pemahaman dalam

101
mengelola dan menginterpretasikan hasil yang telah diolah, yang pada akhirnya
menjadi hambatan utama bagi penulis.
B. Himpunan Data
1. Pelaksanaan Himpunan Data
Pada tahap pelaksanaan pengumpulan data, proses dimulai dengan
merencanakan kegiatan, yang melibatkan penentuan jenis dan klasifikasi data
beserta sumber-sumbernya. Sumber data berasal dari 5 jenis instrumen non-tes
yang telah diberikan kepada siswa, yaitu: AUM Umum, AUM PTSDL,
Sosiometri, ITP, FKPMP, dan Data Siswa atau Biodata Siswa. Langkah
berikutnya adalah menetapkan bentuk himpunan data, dengan terdapat 3 bentuk
himpunan data. Dari hasil pelaksanaan berbagai instrumen seperti yang
dijelaskan dalam penerapan instrumen, dapat disusun beberapa jenis himpunan
data sebagai berikut:
a. Data Pribadi
Data pribadi adalah Semua data yang bersangkut paut dengan pribadi
seseorang yang meliputi:
1) Identitas pribadi: nama, gelar, tempat dan tanggal lahir, alamat,
kewarganegaraan, agama.
2) Kondisi fisik dan kesehatan
3) Potensi diri: kemampuan dasar, bakat, minat dan kecenderungan pribadi,
cita-cita 4) Status dan kondisi keluarga.
4) Kondisi kehidupan sehari-hari dan permasalahannya.
5) Dan hasil interpretasi aplikasi instrumen seperti AUM Umum, AUM
PTSDL, Sosiometri, ITP dan FKPMP. Berikut merupakan hasil data
individu berdasarkan instrumen yang telah dilaksanakan pada pelaksanaan
aplikasi instrumentasi:
1) AF
AF berjenis kelamin laki-laki dan beragama Islam. Dalam hubungan
sosialnya AF tidak terisolir baik dalam belajar maupun bermain. AF memiliki
permasalahan dalam bidang Agama, nilai dan moral yaitu AF kurang bisa
membedakan mana yang baik dan buruk dan merasa kurang dalam
melaksanakan ibadah. AF tidak menyukai pelajaran SKI dan memiliki

102
permasalahan belajar yaitu dalam bidang ketrampilan belajar. Dalam tugas
perkembangan AF berada di tingkat konformitas.
2) AMD
AMD lahir di Sungai pua pada tanggal 28 bulan 12 tahun 2010, berjenis
kelamin perempuan, beragama islam, dan bertempat tinnggal di Sungai pua.
Ayahnya bekerja wiraswasta dan ibunya sebagai IRT, ia anak ke 2 dari 3
bersaudara. Dalam hubungan sosialnya tidak terisolir baik dalam belajar
maupun bermain. AMD memiliki permasalahan dalam diri pribadi yaitu sering
merasa sedih, merasa di anggap keras kepala oleh orang lain, dan mudah
tersinggung.
Dalam belajar AMD memiliki permasalahan dalam bidang ketrampilan
belajar yaitu Merasa senang apabila guru tidak datang karena tidak jadi belajar,
catatan pelajaran yang tidak lengkap, mengalami kesulitan dalam membuat
ringkasan dari buku pelajaran, merasa bahwa kekurangan waktu untuk belajar,
sullit memahami materi pelajaran baru karena catatan materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru sebelumnya tidak dicatat dengan baik, lebih menyukai
bermain hp daripada belajar. AMD tidak menyukai pelajaran informatika dan
IPA. Dalam tugas perkembangannya AMD berada di tingkat konformitas.
3) ALF
ALF lahir di Bukittinggi pada 21 April 2011, beragama Islam dan bertempat
tinnggal di jambu Ar. Ibunya sebagai IRT, ia anak ke 1 dari 3 bersaudara. Dalam
hubungan sosialnya terisolir baik dalam belajar maupun bermain. AMD
memiliki permasalahan dalam diri pribadi yaitu merasa takut kehilangan, dan
kurang percaya diri.
Dalam belajar AFL memiliki permasalahan dalam bidang ketrampilan
belajar yaitu Mengalami kesulitan untuk menghindarkan diri dari ajakan teman
sehingga tidak jadi belajar, Jadwal belajar menjadi kacau karena terlalu sering
menggunakan telepon genggam. AFL tidak menyukai pelajaran informatika dan
MTK. Dalam tugas perkembangannya AFL berada di tingkat konformitas.

4) AR

103
AR lahir di Bukitiinggi pada tanggal 14 bulan Oktober tahun 2010, berjenis
kelamin laki-laki, beragama islam, dan bertempat tinnggal di Jorong Taluak.
Ayahnya bekerja wiraswasta dan ibunya sebagai IRT, ia anak ke 2 dari 2
bersaudara. Dalam hubungan sosialnya menjadi bintang baik dalam belajar
maupun bermain. AR memiliki permasalahan dalam diri pribadi yaitu sering
merasa ceroboh dan kurang berhati-hati.
Dalam belajar AR memiliki permasalahan dalam bidang Prasyarat
penguasaan materi pelajaran yaitu Mengalami kesulitann untuk mengerjakan pr
karena ada rumus atau bagian pelaaran tertentu yang belum dikuasai, apabila
tidak mengikuti kelas yang sebelumnya dan merasa pelajaran yang diberikan
guru sulit untuk dipahami. AR tidak menyukai pelajaran Bahasa Indonesia.
Dalam tugas perkembangannya AR berada di tingkat konformitas.
5) DA
DA lahir di Bukitiinggi pada tanggal 09 bulan Juli tahun 2010, berjenis
kelamin Perempuan, beragama islam, dan bertempat tinnggal di Ladang Laweh.
Pekerjaan ayahnya adalah petani dan ibunya sebagai IRT, ia anak ke 2 dari 3
bersaudara. Dalam hubungan sosialnya terisolir baik dalam belajar maupun
bermain. DA memiliki permasalahan dalam diri pribadi yaitu kurang bisa
mengendalikan emosi, kurang percaya diri.
Dalam belajar DA memiliki permasalahan dalam bidang ketrampilan belajar
yaitu Merasa senang apabila guru tidak datang, mengalami kesulitan dalam
menyelesaikam PR karena tidak mengetahui caranya, apabil ada PR yang sulit
maka dikerjakan seadanya, jadwal belajar kacau karena sering bermain hp. AR
tidak menyukai pelajaran Matematika. Dalam tugas perkembangannya AR
berada di tingkat konformitas.
6) DD
DD lahir di malalak pada tanggal 20 Desember tahun 2010, berjenis kelamin
laki-laki, beragama islam, dan bertempat tinnggal di Padang Luar. Pekerjaan
ayahnya adalah driver maxim dan ibunya sebagai IRT, ia anak ke 2 dari 3
bersaudara. Dalam hubungan sosialnya dalam belajar tidak terisolir namun
dalam bermain terisolir. DD memiliki permasalahan dalam diri pribadi yaitu
kurang bisa mengendalikan emosi, kurang percaya diri.

104
Dalam belajar DD memiliki permasalahan dalam bidang ketrampilan belajar
yaitu terpaksa untuk mencontek dan kadang memberikan teman jawaban ujian,
merasa kekurangan waktu untuk belajar, memiliki kekhawatiran setelah
melksanakan ujian. AR tidak menyukai pelajaran IPA dan Matematika. Dalam
tugas perkembangannya AR berada di tingkat konformitas.
7) DN
DN lahir di Bukittinggi pada tanggal 01 November tahun 2010, berjenis
kelamin perempuan, beragama islam, dan bertempat tinnggal di Jln. Labai
Sikumbang. Pekerjaan ayahnya adalah petani dan ibunya sebagai IRT, ia anak
ke 2 dari 3 bersaudara. Dalam hubungan sosialnya dalam belajar tidak terisolir
namun dalam bermain terisolir. DD memiliki permasalahan dalam jasmani dan
kesehatan yaitu DN kurang bisa menerima kondisi tubuhnya.
Dalam belajar DD memiliki permasalahan dalam bidang ketrampilan belajar
yaitu Mengalami kesulitan untuk bertanya kepada guru, terpaksa untuk
mencontek dan kadang memberikan teman jawaban ujian, catatan pelajaran
tidak lengkap, kesulitan membuat ringkasan dari buku pelajaran, merasa
kekurangan untuk belajar, salah satu sebab keterlambatan belajar yaitu karena
membaca dengan lambat, mengalami kesulitan memmbagi waktu belajar, dalam
mengerjakan PR lebih penting adalah cepat selesai, merasa belajar terganggu
karena hp. AR tidak menyukai pelajaran Bahasa Arab. Dalam tugas
perkembangannya AR berada di tingkat konformitas.
8) DT
DN lahir di Bukittinggi pada tanggal 30 September tahun 2011, berjenis
kelamin perempuan, beragama islam, dan bertempat tinnggal di Kubang Putih.
Pekerjaan ibunya sebagai Menjahit, ia anak ke 4 dari 4 bersaudara. Dalam
hubungan sosialnya dalam belajar tidak terisolir namun dalam bermain terisolir.
DD memiliki permasalahan dalam sosial emosional yaitu DN GA kecanduan
menggunakan Hp sehingga mengabaikan lingkungannya dan juga sulit
membangun pertemanan yang baik.
Dalam belajar DN memiliki permasalahan dalam bidang ketrampilan belajar
yaitu Mengalami kesulitan untuk bertanya kepada guru, terpaksa berbuat curang
(menyontek) saat ujian, Dalam ulangan/ujian membantu teman menjawab soal-

105
soalnya. DT tidak menyukai pelajaran Bahasa Inggris. Dalam tugas
perkembangannya DT berada di tingkat konformitas.
9) D
D lahir di Bukittinggi pada tanggal 28 tahun 2010, berjenis kelamin
perempuan, beragama islam, dan bertempat tinnggal di Tangah Koto. Pekerjaan
ayahnya adalah Wiraswasta dan ibunya sebagai IRT, ia anak ke 2 dari 3
bersaudara. Dalam hubungan sosialnya dalam belajar tidak terisolir namun
dalam bermain terisolir. D memiliki permasalahan dalam diri pribadi yaitu D
mudah tersinggung dan sakit hati, dan juga kurang percaya diri.
Dalam belajar D memiliki permasalahan dalam bidang ketrampilan belajar
yaitu Dalam ulangan atau ujian, terpaksa berbuat curang (menyontek), Sewaktu
pelajaran berlangsung sukar menjawab pertanyaan yang diberikan guru,
mengalami kesulitan mengikuti kegiatan belajar kelompok, Rendahnya nilai PR
yang dikerjakan disebabkan oleh ketidakmampuan mengemukakan pendapat
secara tertulis, lebih menyukai menggunakan telepon genggam atau pergi ke
warnet daripada belajar, baik di dalam kelas maupun di rumah. D tidak
menyukai pelajaran IPA dan Informatika. Dalam tugas perkembangannya D
berada di tingkat konformitas.
10) DS
DS lahir di Bukittinggi pada tanggal 10 Agustus 2010, berjenis kelamin
perempuan, beragama islam, dan bertempat tinnggal di Padang Lua. Pekerjaan
ayahnya adalah Wiraswasta dan ibunya sebagai IRT, ia anak ke 1 dari 3
bersaudara. Dalam hubungan sosialnya dalam belajar tidak terisolir namun
dalam bermain terisolir. DS memiliki permasalahan dalam hubungan sosialnya
DS kurang nyaman karena dirinya di anggap sombong oleh teman-temannya
dan merasa dikucilkan.
Dalam belajar DS memiliki permasalahan dalam bidang ketrampilan belajar
yaitu Di dalam kelas mengalami kesulitan untuk bertanya kepada guru, Dalam
ulangan atau ujian, terpaksa berbuat curang (menyontek), Dalam ulangan/ujian
membantu teman menjawab soal-soalnya, Catatan pelajaran tidak lengkap,
mengalami kesulitan dalam membuat ringkasan dari buku pelajaran,
kekurangan waktu untuk belajar, sulit memahami materi pelajaran baru karena

106
catatan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru sebelumnya tidak dibuat
dengan baik, mengalami kesulitan mengikuti kegiatan belajar kelompok,
Catatan pelajaran banyak yang tidak dapat dipahami, Rendahnya nilai PR yang
dikerjakan disebabkan oleh ketidakmampuan mengemukakan pendapat secara
tertulis. DS tidak menyukai pelajaran IPA dan MTK. Dalam tugas
perkembangannya DS berada di tingkat konformitas.
11) GA
GA lahir di Ladang Laweh pada tanggal 23 Janurai tahun 2011, berjenis
kelamin perempuan, beragama islam, dan bertempat tinnggal di Kubang Putih.
Pekerjaan ayahnya adalah Mekanik dan ibunya sebagai IRT, ia anak ke 3 dari 3
bersaudara. Dalam hubungan sosialnya dalam belajar tidak terisolir begitu pula
dalam bermain. GA memiliki permasalahan dalam diri pribadi yaitu GA GA
merasa kurang percaya diri, penakut dan tidak sungguh-sungguh dlam
menghadapi sesuatu.
Dalam belajar GA memiliki permasalahan dalam bidang ketrampilan belajar
yaitu Catatan pelajaran tidak lengkap, mengalami kesulitan dalam membuat
ringkasan dari buku pelajaran, Dalam ujian/ulangan merasa kekurangan waktu
untuk menjawab soal-soalnya, Dalam ujian/ulangan tidak sempat memeriksa
kembali jawaban-jawaban, sulit memahami materi pelajaran baru karena
catatan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru sebelumnya tidak buat
dengan baik, Bila harus mengerjakan PR yang sukar, maka PR itu diselesaikan
seadanya, Jadwal belajar menjadi kacau karena terlalu sering menggunakan
telepon genggam atau pergi ke warnet. GA tidak menyukai pelajaran MTK.
Dalam tugas perkembangannya GA berada di tingkat konformitas.
12) HF
HF lahir di Bukittinggi pada tanggal 29 Juli 2011, berjenis kelamin laki-laki,
beragama islam, dan bertempat tinnggal di Ampang gadang. Pekerjaan ayahnya
adalah pedagang dan ibunya sebagai guru, ia anak ke 3 dari 3 bersaudara. Dalam
hubungan sosialnya dalam belajar tidak terisolir begitu pula dalam bermain. HF
memiliki permasalahan dalam diri pribadi yaitu HF Kurang memperhatikan
pelajaran dan membuat coret-coretan dalam buku atau bangku yang sebetulnya
tidak perlu, Ketika hendak belajar merasa sangat lelah, jemu atau mengantuk

107
sehingga tidak dapat belajar dengan baik, lebih senang untuk tidak masuk
sekolah bila ada hal lain yang ingin dilakukan, merasa akan lebih giat belajar
bila seandainya dibolehkan memilih pelajaran yang ingin saya ikuti.
Dalam belajar HF memiliki permasalahan dalam bidang ketrampilan belajar
yaitu Dalam ulangan atau ujian, terpaksa berbuat curang (menyontek), Jika guru
tidak datang merasa senang karena tidak jadi belajar, sulit memahami materi
pelajaran baru karena catatan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru
sebelumnya tidak dibuat dengan baik, Sewaktu pelajaran berlangsung sukar
menjawab pertanyaan yang diberikan guru, Dalam belajar atau mengerjakan PR
lambat memulainya karena kurang memahami bahan atau tugas yang akan
dikerjakan, ika penggunaan telepon genggam terganggu, merasa bingung dan
tidak tahu mau berbuat apa dan belajarpun tidak menentu. HF tidak menyukai
pelajaran MTK. Dalam tugas perkembangannya HF berada di tingkat sadar diri.
13) HR
HR lahir di Ladang Laweh pada tanggal 3 April 2010, berjenis kelamin laki-
laki, beragama islam, dan bertempat tinnggal di Kubang Putih. Pekerjaan
ayahnya adalah pengusaha dan ibunya sebagai guru, ia anak ke 2 dari 4
bersaudara. Dalam hubungan sosialnya dalam belajar tidak terisolir begitu pula
dalam bermain. HR memiliki permasalahan dalam diri pribadi yaitu HR kurang
hati-hati dalam melakukan sesuatu dan takut mencoba sesuatu yang baru.
Dalam belajar HR memiliki permasalahan dalam bidang ketrampilan belajar
yaitu Dalam ulangan atau ujian, terpaksa berbuat curang (menyontek), Catatan
pelajaran tidak lengkap, kekurangan waktu untuk belajar, Dalam ujian/ulangan
kekurangan waktu untuk menjawab soal-soalnya, tidak mengerti istilah-istilah
baru, terutama istilah-istilah asing dalam bahan bacaan yang dipelajari, Dalam
mempelajari buku pelajaran melampaui bagian-bagian tertentu yang ternyata
hal itu penting, Sewaktu pelajaran berlangsung sukar menjawab pertanyaan
yang diberikan guru, mengalami kesulitan mengikuti kegiatan belajar
kelompok, Dalam mengerjakan PR, bagi yang lebih penting adalah cepat
selesai, Kegiatan belajar saya sangat dipengaruhi oleh tampilan telepon
genggam atau pergi ke warung internet (warnet) dan tidak dapat mengendalikan

108
diri sehingga pelajaran terbengkalai. HF tidak menyukai pelajaran MTK. Dalam
tugas perkembangannya HF berada di tingkat konformitas.
14) HH
HH lahir di Bandung pada tanggal 22 Maret 2011, berjenis kelamin laki-
laki, beragama islam, dan bertempat tinnggal di Sungai Puar. Pekerjaan ayahnya
adalah petani dan ibunya sebagai IRT, ia anak ke 2 dari 3 bersaudara. Dalam
hubungan sosialnya dalam belajar tidak terisolir begitu Kurangnya kepercayaan
diri. Dalam belajar HF memiliki permasalahan dalam bidang ketrampilan
belajar yaitu Dalam ulangan atau ujian, saya terpaksa berbuat curang
(menyontek), Bila harus mengerjakan PR yang sukar maka PR itu selesaikan
seadanya, Dalam mengerjakan PR yang lebih penting adalah cepat selesai,
Buku-buku pelajaran yang tersedia baik di rumah maupun di sekolah tidak dapat
dimanfaatkan dengan baik, Jadwal belajar menjadi kacau karena terlalu sering
menggunakan telepon genggam atau pergi ke warnet, lebih menyukai
menggunakan telepon genggam atau pergi ke warnet daripada belajar baik di
dalam kelas maupun di rumah. Dalam tugas perkembangannya HF berada di
tingkat sadar diri.
15) HA
HA lahir di Pasanehan pada tanggal 7 Oktober 2010, berjenis kelamin
perempuan, beragama islam, dan bertempat tinnggal di Lasi, Aia dingin.
Pekerjaan ayahnya adalah Wiraswasta dan ibunya sebagai IRT, ia anak ke 1 dari
3 bersaudara. Dalam hubungan sosialnya dalam belajar tidak terisolir namun
dalam bermain terisolir. HA memiliki permasalahan dalam hubungan sosial dan
emosional yaitu kecanduan bermain Hp dan juga merasa di abaikan oleh orang
di sekitarnya
Dalam belajar HA memiliki permasalahan dalam bidang ketrampilan belajar
yaitu Dalam ulangan atau ujian, saya terpaksa berbuat curang (menyontek),
Dalam ulangan/ujian saya membantu teman menjawab soal-soalnya, Jika guru
tidak datang merasa senang karena tidak jadi belajar, mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan PR karena petunjuk dan caranya tidak saya ketahui,
Sewaktu pelajaran berlangsung sukar menjawab pertanyaan yang diberikan
guru, Bila harus mengerjakan PR yang sukar maka PR itu selesaikan seadanya,

109
Buku-buku pelajaran yang tersedia baik di rumah maupun di sekolah tidak dapat
dimanfaatkan dengan baik, Jadwal belajar menjadi kacau karena terlalu sering
menggunakan telepon genggam. HA tidak menyukai pelajaran MTK. Dalam
tugas perkembangannya HA berada di tingkat konformitas.
16) HD
HD lahir di Bukittinggi pada tanggal 24 September 2010, berjenis kelamin
perempuan, beragama islam, dan bertempat tinggal di Nagari Batagak.
Pekerjaan ayahnya adalah petani dan ibunya sebagai IRT, ia anak ke 1 dari 3
bersaudara. Dalam hubungan sosialnya dalam belajar tidak terisolir begitupun
dalam bermain. HA memiliki permasalahan dalam diri pribadi yaitu Kurang
percaya diri dan kurang bisa mengendalikan emosi.
Dalam belajar HA memiliki permasalahan dalam bidang ketrampilan belajar
yaitu Di dalam kelas mengalami kesulitan untuk bertanya kepada guru, Dalam
ulangan atau ujian, terpaksa berbuat curang (menyontek), Dalam ulangan/ujian
membantu teman menjawab soal-soalnya, Catatan pelajaran tidak lengkap,
mengalami kesulitan dalam membuat ringkasan dari buku pelajaran,
kekurangan waktu untuk belajar, sulit memahami materi pelajaran baru karena
catatan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru sebelumnya tidak dibuat
dengan baik, mengalami kesulitan mengikuti kegiatan belajar kelompok,
Catatan pelajaran banyak yang tidak dapat dipahami, Rendahnya nilai PR yang
dikerjakan disebabkan oleh ketidakmampuan mengemukakan pendapat secara
tertulis. Dalam tugas perkembangannya HA berada di tingkat konformitas.
17) AM
AM lahir di Padang Lua pada tanggal 10 Oktober 2010, berjenis kelamin
laki-laki, beragama islam, dan bertempat tinnggal di padang Lua. Pekerjaan
ayahnya adalah Wiraswasta dan ibunya sebagai IRT, ia anak ke 2 dari 3
bersaudara. Dalam hubungan sosialnya dalam belajar dan bermain terisolir. AM
memiliki permasalahan dalam hubungan sosial dan emosional yaitu kecanduan
bermain Hp dan juga merasa di abaikan oleh orang di sekitarnya.
Dalam belajar AM memiliki permasalahan dalam bidang ketrampilan
belajar yaitu Mengalami kesulitan untuk bertanya kepada guru, masih sering
menycontek, saat ujian terkadang memberikan jawaban kepada teman, kurang

110
mampu memanfaatkan ruang dan perlengkapan belajar yang ada di sekolah,
kesulitan belajar kelompok dan kurang mampu memberikan bantuan kepada
teman. AM tidak menyukai pelajaran MTK. Dalam tugas perkembangannya
AM berada di tingkat konformitas.
18) IP
IP lahir di Bukittinggi pada tanggal 21 Maret 2011, berjenis kelamin laki-
laki, beragama islam, dan bertempat tinggal di jorong cingkarian. Pekerjaan
ayahnya adalah buruh harian lepas dan ibunya sebagai IRT, ia anak ke 1 dari 2
bersaudara. Dalam hubungan sosialnya dalam belajar terisolir begitupun dalam
bermain. IP memiliki permasalahan dalam jasmani dan kesehatan yaitu merasa
kondisi fisiknya kurang sehat karena penyakit yang diderita sering kambuh.
Dalam belajar memiliki permasalahan dalam bidang ketrampilan belajar
yaitu Mengalami kesulitan untuk bertanya kepada guru, masih sering
menycontek, saat ujian terkadang memberikan jawaban kepada teman, kurang
mampu memanfaatkan ruang dan perlengkapan belajar yang ada di sekolah,
kesulitan belajar kelompok dan kurang mampu memberikan bantuan kepada
teman. Mata pelajaran yang tidak disukai adalah matematika, Dalam tugas
perkembangannya IP berada di tingkat konformitas.
19) KT
KT lahir di Bukittinggi pada tanggal 18 Mei 2010, berjenis kelamin
perempuan, beragama islam, dan bertempat tinggal di jorong gurun aur.
Pekerjaan ayahnya adalah buruh harian lepas dan ibunya sebagai IRT, ia anak
ke 4 dari 5 bersaudara. Dalam hubungan sosialnya dalam belajar tidak terisolir
begitupun dalam bermain. IP memiliki permasalahan dalam diri pribadi yaitu
kurang teliti, dan sering merasa sedih.
Dalam belajar memiliki permasalahan dalam bidang ketrampilan belajar
yaitu terlebih dahulu sebelum pelajaran itu diajarkan, Dalam ulangan atau ujian,
terpaksa berbuat curang (menyontek), Dalam ulangan/ujian membantu teman
menjawab soal-soalnya, Jika guru tidak datang, merasa senang karena tidak jadi
belajar, Catatan pelajaran tidak lengkap, mengalami kesulitan dalam membuat
ringkasan dari buku pelajaran, merasa kekurangan waktu untuk belajar,
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan PR karena petunjuk dan caranya

111
tidak diketahui, Dalam ujian/ulangan tidak sempat memeriksa kembali
jawaban-jawaban, Dalam tugas perkembangannya KT berada di tingkat
konformitas.
20) MA
MA berjenis kelamin laki-laki, beragama islam. Dalam hubungan sosialnya
dalam belajar tidak terisolir begitupun dalam bermain. MA memiliki
permasalahan dalam diri pribadi yaitu kurang kurang melakukan tanggung
jawab, belum bisa mengontrol emosi dengan maksimal.
Dalam belajar memiliki permasalahan dalam bidang ketrampilan belajar
yaitu Memperbaiki hasil ujian/ulangan atau pekerjaan rumah (PR) yang nilainya
rendah, Dalam belajar membuat pertanyaan-pertanyaan dan menjawabnya
sendiri, senang belajar bersama (dalam kelompok) selain belajar sendiri, Dalam
mempelajari buku pelajaran melampaui bagian-bagian tertentu yang ternyata
hal itu penting, Kesulitan memahami petunjuk ulangan/ujian menyebabkan nilai
rendah, Rendahnya nilai PR yang dikerjakan disebabkan oleh ketidakmampuan
mengemukakan pendapat secara tertulis, merasa kurang mampu dan tertinggal
dalam belajar bersama teman-teman karena tidak memiliki atau tidak dapat
menggunakan telepon genggam. Pelajaran yang tidak disukai adalah bahasa
arab, Dalam tugas perkembangannya KT berada di tingkat konformitas.
21) MF
MF lahir di Bukittinggi pada tanggal 22 Februari 2011, berjenis kelamin
laki-laki, beragama islam, dan bertempat tinggal di koto dalam. Pekerjaan
ayahnya adalah wiraswasta dan ibunya sebagai IRT, ia anak ke 2 dari 4
bersaudara. Dalam hubungan sosialnya dalam belajar tidak terisolir begitupun
dalam bermain. MA memiliki permasalahan dalam diri pribadi yaitu kurang
kurang melakukan tanggung jawab, belum bisa mengontrol emosi dengan
maksimal.
Dalam belajar memiliki permasalahan dalam bidang ketrampilan belajar
yaitu Setiap soal ulangan/ujian, berusaha menjawabnya dengan jelas, tepat, dan
lengkap., Bila harus mengerjakan PR yang sukar, maka PR itu diselesaikan
seadanya, Dalam belajar atau mengerjakan PR, lambat memulainya karena
kurang memahami bahan atau tugas yang akan dikerjakan, Buku-buku pelajaran

112
yang tersedia baik di rumah maupun di sekolah tidak dapat dimanfaatkan
dengan baik, Untuk suksesnya kegiatan belajar berusaha membentuk dan
mengikuti kegiatan kelompok belajar, lebih menyukai menggunakan telepon
genggam atau pergi ke warnet daripada belajar, baik di dalam kelas maupun di
rumah. Pelajaran yang tidak disukai adalah SKI, Dalam tugas
perkembangannya KT berada di tingkat konformitas.
22) MH
MH lahir di Bukittinggi pada tanggal 12-06-2010, berjenis kelamin
perempuan, MH beragama islam dan bertempat tinggal di Padang Kudo.
Pekerjaan ayahnya adalah pedagang dan ibunya seorang ibu rumah tangga.
Dalam hubungan sosialnya NM tersisih atau terisolir dalam belajar maupun
bermain. NM memiliki permasalahan dalam bidang diri pribadi yaitu kurang
melakukan tanggung jawab, belum bisa mengontrol emosi dengan maksimal.
MH memiliki mutu belajar yang kurang baik, ia memiliki permasalahn pada
bidang keadaan lingkungan fisik dan motorik yaitu Mengalami kesulitan dalam
mengajukan pertanyaan karena hubungan saya dengan guru kurang baik,
melalaikan pelajaran karena tidak senang kepada gurunya, mengatur ruang
belajar di rumah sehingga bersih dan rapi, terganggu oleh suara-suara bising
sewaktu belajar, pernah berpikir-pikir untuk berhenti sekolah, Sewaktu belajar
menjadi kurang semangat, dan tiba-tiba merasa lelah. NM memiliki kesulitan
dalam pelajaran matematika dan tugas perkembangannya berada pada tahap
Konformitas.
23) MI
MI lahir di Bukittinggi pada tanggal 09-06-2010, berjenis kelamin Laki-
Laki, MI beragama islam dan bertempat tinggal di Kubang Duo. Pekerjaan
ayahnya adalah pedagang dan ibunya sudah wafat. Dalam hubungan sosialnya
MI tersisih atau terisolir dalam belajar maupun bermain. MI memiliki
permasalahan dalam bidang diri pribadi yaitu kurang melakukan tanggung
jawab, belum bisa mengontrol emosi dengan maksimal.
MI memiliki mutu belajar yang kurang baik, ia memiliki permasalahn pada
bidang keadaan lingkungan fisik dan motorik yaitu Mengalami kesulitan dalam
mengajukan pertanyaan karena hubungan saya dengan guru kurang baik,

113
melalaikan pelajaran karena tidak senang kepada gurunya, mengatur ruang
belajar di rumah sehingga bersih dan rapi, terganggu oleh suara-suara bising
sewaktu belajar, pernah berpikir-pikir untuk berhenti sekolah, Sewaktu belajar
menjadi kurang semangat, dan tiba-tiba merasa lelah. NM memiliki kesulitan
dalam pelajaran matematika dan tugas perkembangannya berada pada tahap
Konformitas.
24) MR
MR lahir di Ladang Laweh pada tanggal 3-03-2011, berjenis kelamin laki-
laki, beragama islam dan bertempat tinggal di bulaan kamba. Pekerjaan ayahnya
adalah petani dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Dalam hubungan sosialnya
MR tersisih atau terisolir dalam belajar maupun bermain. MR memiliki
permasalahan dalam bidang diri pribadi yaitu merasa kurang percaya diri
terhadap bentuk tubuh dan ia mengalami kurang sehat pada fisiknya.
MR memiliki mutu belajar yang kurang baik, ia memiliki permasalahn pada
bidang ketrampilan belajar yaitu Dalam ulangan atau ujian terpaksa berbuat
curang (menyontek), Dalam ulangan/ujian membantu teman menjawab soal-
soalnya, Jika hasil PR dan ulangan/ujian yang dikembalikan oleh guru nilainya
baik, mengucapkan syukur kepada Tuhan dan belajar lebih giat lagi, kekurangan
waktu untuk belajar, Dalam ujian/ulangan tidak sempat memeriksa kembali
jawaban-jawaban, Setelah selesai pelajaran di sekolah segera menyusun
kembali dan melengkapi catatan pelajaran tersebut, Dalam mengikuti pelajaran,
mudah diganggu teman atau suara-suara dari luar ruangan kelas. MR memiliki
kesulitan dalam pelajaran matematika dan tugas perkembangannya berada pada
tahap Konformitas.
25) NM
NM lahir di Batang silasiah pada tanggal 18-11-2010, berjenis kelamin
perempuan, NM beragama islam daan bertempat tinggal di Batang silasiah.
Pekerjaan ayahnya adalah wiraswasta dan ibunya seorang ibu rumah tangga.
Dalam hubungan sosialnya NM tersisih atau terisolir dalam belajar maupun
bermain. NM memiliki permasalahan dalam bidang diri pribadi yaitu kurang
melakukan tanggung jawab, belum bisa mengontrol emosi dengan maksimal.

114
NM memiliki mutu belajar yang kurang baik, ia memiliki permasalahn pada
bidang keadaan lingkungan fisik dan motorik yaitu Mengalami kesulitan dalam
mengajukan pertanyaan karena hubungan saya dengan guru kurang baik,
melalaikan pelajaran karena tidak senang kepada gurunya, mengatur ruang
belajar di rumah sehingga bersih dan rapi, terganggu oleh suara-suara bising
sewaktu belajar, pernah berpikir-pikir untuk berhenti sekolah, Sewaktu belajar
menjadi kurang semangat, dan tiba-tiba merasa lelah. NM memiliki kesulitan
dalam pelajaran matematika dan tugas perkembangannya berada pada tahap
Konformitas.
26) RF
RF lahir di Cingkariang pada tanggal 19-Juni-2010, berjenis kelamin laki-
laki, beragama islam dan bertempat tinggal di Labiah Gadang. Pekerjaan
ayahnya adalah pedagang dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Dalam
hubungan sosialnya RF tersisih atau terisolir dalam belajar maupun bermain.
RF memiliki permasalahan dalam bidang diri pribadi yaitu merasa kurang
percaya diri terhadap bentuk tubuh dan ia mengalami kurang sehat pada
fisiknya.
RF memiliki mutu belajar yang kurang baik, ia memiliki permasalahn pada
bidang ketrampilan belajar yaitu Dalam ulangan atau ujian terpaksa berbuat
curang (menyontek), Dalam ulangan/ujian membantu teman menjawab soal-
soalnya, Jika hasil PR dan ulangan/ujian yang dikembalikan oleh guru nilainya
baik, mengucapkan syukur kepada Tuhan dan belajar lebih giat lagi, kekurangan
waktu untuk belajar, Dalam ujian/ulangan tidak sempat memeriksa kembali
jawaban-jawaban, Setelah selesai pelajaran di sekolah segera menyusun
kembali dan melengkapi catatan pelajaran tersebut, Dalam mengikuti pelajaran,
mudah diganggu teman atau suara-suara dari luar ruangan kelas. RF memiliki
kesulitan dalam pelajaran IPA dan tugas perkembangannya berada pada tahap
Konformitas
27) RZ
RZ lahir di Ladang Laweh pada tanggal 5-02-2011, berjenis kelamin laki-
laki, beragama islam dan bertempat tinggal di pakan akaik. Pekerjaan ayahnya
adalah petani dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Dalam hubungan sosialnya

115
RZ tersisih atau terisolir dalam belajar maupun bermain. RZ memiliki
permasalahan dalam bidang diri pribadi yaitu belum bisa mengendalikan emosi.
RZ memiliki mutu belajar yang kurang baik, ia memiliki permasalahn pada
bidang ketrampilan belajar yaitu Di dalam kelas mengalami kesulitan untuk
bertanya kepada guru, Dalam ulangan atau ujian, terpaksa berbuat curang
(menyontek), Dalam ulangan/ujian membantu teman menjawab soal-soalnya,
Catatan pelajaran tidak lengkap, mengalami kesulitan dalam membuat
ringkasan dari buku pelajaran, kekurangan waktu untuk belajar. RZ memiliki
kesulitan dalam pelajaran matematika dan tugas perkembangannya berada pada
tahap Konformitas.
28) RB
RB lahir di Lasi pada tanggal 8-02-2011, berjenis kelamin perempuan,
beragama islam dan bertempat tinggal di batang silasah. Pekerjaan ayahnya
adalah wiraswasta dan ibunya seorang penjahit. Dalam hubungan sosialnya RB
tersisih atau terisolir dalam belajar maupun bermain. RB memiliki
permasalahan dalam bidang diri pribadi yaitu belum bisa mengendalikan emosi,
kurang melakukan tanggung jawab, belum bisa mengontrol emosi dengan
maksimal.
RB memiliki mutu belajar yang kurang baik, ia memiliki permasalahn pada
bidang ketrampilan belajar yaitu Di dalam kelas mengalami kesulitan untuk
bertanya kepada guru, Dalam ulangan atau ujian, saya terpaksa berbuat curang
(menyontek), Dalam ulangan/ujian saya membantu teman menjawab soal-
soalnya, Catatan pelajaran saya tidak lengkap, Jika hasil PR dan ulangan/ujian
yang dikembalikan oleh guru nilainya baik mengucapkan syukur kepada Tuhan
dan belajar lebih giat lagi, kekurangan waktu untuk belajar, untuk soal-soal
ujian/ulangan yang dikembalikan berusaha memperbaiki jawabannya melalui
diskusi dengan teman, mengalami kesulitan mengikuti kegiatan belajar
kelompok. RB memiliki kesulitan dalam pelajaran Bahasa Arab dan tugas
perkembangannya berada pada tahap Konformitas.
29) RA
RA berjenis kelamin laki-laki, beragama islam. Dalam hubungan sosialnya
RA tersisih atau terisolir dalam belajar maupun bermain. RA memiliki

116
permasalahan dalam bidang diri pribadi yaitu kurang bersungguh-sungguh
dalam mengerjakan sesuatu.
RA memiliki mutu belajar yang kurang baik, ia memiliki permasalahn pada
bidang ketrampilan belajar yaitu Di dalam kelas mengalami kesulitan untuk
bertanya kepada guru, Dalam ulangan atau ujian, saya terpaksa berbuat curang
(menyontek), Dalam ulangan/ujian saya membantu teman menjawab soal-
soalnya, Catatan pelajaran saya tidak lengkap, Jika hasil PR dan ulangan/ujian
yang dikembalikan oleh guru nilainya baik mengucapkan syukur kepada Tuhan
dan belajar lebih giat lagi, kekurangan waktu untuk belajar, untuk soal-soal
ujian/ulangan yang dikembalikan berusaha memperbaiki jawabannya melalui
diskusi dengan teman, mengalami kesulitan mengikuti kegiatan belajar
kelompok. RA memiliki kesulitan dalam pelajaran Matematika dan tugas
perkembangannya berada pada tahap Konformitas.
30) VS
VS lahir di Bukittinggi pada tanggal 26-07-2011, berjenis kelamin
perempuan, beragama islam dan bertempat tinggal di Sungai Pua. Pekerjaan
ayahnya adalah wiraswasta dan ibunya seorang penjahit. Dalam hubungan
sosialnya VS tidak tersisih atau terisolir dalam belajar maupun bermain. VS
memiliki permasalahan dalam bidang diri pribadi yaitu merasa kondisi fisiknya
kurang sehat karena penyakit yang diderita sering kambuh.
VS memiliki mutu belajar yang kurang baik, ia memiliki permasalahn pada
bidang ketrampilan belajar yaitu Di dalam kelas mengalami kesulitan untuk
bertanya kepada guru, Dalam ulangan atau ujian, saya terpaksa berbuat curang
(menyontek), Dalam ulangan/ujian saya membantu teman menjawab soal-
soalnya, Catatan pelajaran saya tidak lengkap, Jika hasil PR dan ulangan/ujian
yang dikembalikan oleh guru nilainya baik mengucapkan syukur kepada Tuhan
dan belajar lebih giat lagi, kekurangan waktu untuk belajar, untuk soal-soal
ujian/ulangan yang dikembalikan berusaha memperbaiki jawabannya melalui
diskusi dengan teman, mengalami kesulitan mengikuti kegiatan belajar
kelompok. VS tidak menyukai pelajaran Matematika dan tugas
perkembangannya berada pada tahap Konformitas.
31) ZP

117
ZP lahir di Ladang Laweh pada tanggal 17-01-2011, berjenis kelamin laki-
laki, beragama islam dan bertempat tinggal di canduang. Pekerjaan ayahnya
adalah wiraswasta dan ibunya seorang IRT. Dalam hubungan sosialnya RB
tersisih atau terisolir dalam belajar maupun bermain. RA memiliki
permasalahan dalam bidang diri pribadi yaitu kurang bersungguh-sungguh
dalam mengerjakan sesuatu.
ZP memiliki mutu belajar yang kurang baik, ia memiliki permasalahn pada
bidang ketrampilan belajar yaitu Di dalam kelas mengalami kesulitan untuk
bertanya kepada guru, Dalam ulangan atau ujian, saya terpaksa berbuat curang
(menyontek), Dalam ulangan/ujian saya membantu teman menjawab soal-
soalnya, Catatan pelajaran saya tidak lengkap, Jika hasil PR dan ulangan/ujian
yang dikembalikan oleh guru nilainya baik mengucapkan syukur kepada Tuhan
dan belajar lebih giat lagi, kekurangan waktu untuk belajar, untuk soal-soal
ujian/ulangan yang dikembalikan berusaha memperbaiki jawabannya melalui
diskusi dengan teman, mengalami kesulitan mengikuti kegiatan belajar
kelompok. ZP memiliki kesulitan dalam pelajaran Bahasa Arab dan tugas
perkembangannya berada pada tahap Konformitas.
32) ZM
ZM lahir di Canduang pada tanggal 14-03-2010, berjenis kelamin laki-laki,
beragama islam dan bertempat tinggal di canduang. Pekerjaan ayahnya adalah
petani dan ibunya seorang IRT. Dalam hubungan sosialnya ZM tersisih atau
terisolir dalam belajar maupun bermain. ZM memiliki permasalahan dalam
bidang diri pribadi yaitu merasa kurang percaya diri, penakut dan tidak
sungguh-sungguh dlam menghadapi sesuatu.
ZM memiliki mutu belajar yang kurang baik, ia memiliki permasalahn pada
bidang ketrampilan belajar yaitu Jika guru tidak datang merasa senang karena
tidak jadi belajar, Catatan pelajaran tidak lengkap, mengalami kesulitan dalam
memahami isi materi yang baca, tidak mengerti istilah-istilah baru, terutama
istilah-istilah asing dalam bahan bacaan yang dipelajari, Untuk lebih memahami
bacaan yang dipelajari menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jawab sendiri
atau diskusikan dengan teman-teman, Bila harus mengerj akan PR yang sukar,

118
maka PR itu diselesaikan seadanya. ZM memiliki kesulitan dalam pelajaran
Matematika dan tugas perkembangannya berada pada tahap Konformitas.
b. Data Kelompok
Data kelompok, yaitu data yang mengenai sekelompok individu (dalam jumlah
yang terbatas). Data ini menyangkut misalnya, hubungan sosial antar individu
dalam kelompok, kondisi kebersamaan dan kerja sama mereka, hasil perhitungan
statistik tentang diri mereka. Contohnya dari jasmani dan kesehatan banyak yang
merasa kurang percaya diri dengan tubuhnya. Berikut merupakan hasil data
kelompok berdasarkan instrumen yang telah dilaksanakan pada pelaksanaan
aplikasi instrumentasi:
Data kelompok yang dimiliki oleh kelas VII 3 yaitu pada AUM umum mereka
memiliki permaslahan dalam bidang jasmani dan kesehatan yaitu mayoritas dari
mereka kurang bisa menerima fisik dan memiliki gangguan kesehatan,
selanjutnya dalam AUM PTSDL secara keseluruhan mereka memiliki mutu
belajar yang baik namun dalam beberapa bidang mereka memiliki permasalahan
yang cukup banyak yaitu pada bidang ketrampilan belajar dan diri pribadi.
Hubungan sosial yang di lihat dari hasil analisis sosiometri kelas ini adalah kurang
baik karena masih banyak yang terisolir, tapi mungkin hal ini wajar terjadi karena
siswa pada kelas VII 3 ini masih menyesuaikan dalam hal pertemanan dengan
alasan mereka baru saja memasuki SLTP dan mengenal teman-teman kelasnya
belum cukup lama. Dalam kelas ini secara umum mengalami kesulitan dalam mata
pelajaran matematika, Ilmu pengetahuan alam, Bahasa Inggris dan Bahasa arab.
Tugas perkembangan siswa kelas VII 3 mayoritas mencapai tingkat konformitas
dan hanya 1 siswa yang sudah mencapai tingkat sadar diri.
c. Data Umum
Di dalam kelas ini, terdiri dari 32 siswa dengan rincian 18 laki-laki dan 14
perempuan. Sebagian besar peserta didik dihadapkan pada tantangan terkait
dengan aspek diri pribadi dan keterampilan belajar. Secara umum, tren umum
dalam masalah-masalah kesehatan mental, perilaku, dan situasi sosial
memengaruhi atmosfer kelas.
Beberapa siswa menunjukkan tanda-tanda kesulitan dalam mengelola emosi
dan stres pribadi, yang dapat memengaruhi kesejahteraan mental mereka. Selain

119
itu, sebagian siswa mengalami ketidakpercayaan diri yang dapat mempengaruhi
partisipasi aktif dalam kegiatan kelas dan interaksi sosial. Tren lainnya mencakup
kesulitan dalam mengembangkan keterampilan belajar efektif, seperti
perencanaan waktu dan organisasi tugas. Untuk mengatasi tantangan ini, solusi
yang dapat diimplementasikan mencakup:
1) Program Konseling Individu: Menyediakan sesi konseling individu dengan
seorang konselor sekolah untuk membantu siswa mengelola emosi, mengatasi
stres, dan meningkatkan rasa percaya diri.
2) Pengembangan Keterampilan Sosial: Mengadakan kegiatan atau pelatihan
yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa, termasuk
kolaborasi dalam kelompok dan berkomunikasi dengan baik.
3) Mentoring Akademis: Menyediakan mentor atau tutor untuk membantu siswa
mengembangkan keterampilan belajar, seperti perencanaan waktu,
pengorganisasian tugas, dan strategi belajar yang efektif.
4) Sosialisasi Kelas: Mengorganisir kegiatan sosial di kelas untuk meningkatkan
interaksi antar siswa, memperkuat hubungan sosial, dan menciptakan
lingkungan yang lebih mendukung.
Melalui implementasi solusi-solusi ini, diharapkan dapat tercipta lingkungan
belajar yang positif, mendukung pertumbuhan kesejahteraan mental dan
akademis bagi seluruh siswa di dalam kelas. Untuk membantu siswa mengatasi
permasalahan terkait dengan diri pribadi dan keterampilan belajar, berikut
beberapa saran buku dan film Indonesia yang dapat memberikan inspirasi dan
wawasan:
Buku:
1) Mata, Hati, dan Hidup oleh Ahmad Fuadi: Buku ini memberikan inspirasi
tentang melewati tantangan hidup, memahami emosi, dan menemukan
makna dalam setiap perjalanan.
2) Ketika Mas Gagah Pergi oleh Helvy Tiana Rosa: Buku ini mengangkat tema
kehilangan dan kesulitan yang dihadapi oleh remaja, memberikan wawasan
tentang cara mengatasi kegagalan dan membangun kembali diri.

120
3) Jingga dan Senja oleh Esti Kinasih: Sebagai novel remaja, buku ini
menceritakan perjalanan karakter-karakter dalam menghadapi masalah
pribadi dan menggali potensi diri.
Film:
1) Critical Eleven: Film ini menggambarkan perjalanan karakter dalam
mengatasi kesulitan dalam hubungan pribadi dan menemukan makna
hidup.
2) Sokola Rimba: Berdasarkan kisah nyata, film ini menginspirasi tentang
semangat hidup dan perjuangan seseorang untuk meraih impian, yang
dapat memberikan motivasi bagi siswa.
3) Dilan 1990: Meskipun lebih fokus pada aspek percintaan, film ini juga
mengangkat tema pertemanan dan perjuangan mencari jati diri di masa
remaja.
Buku dan film tersebut dapat menjadi sumber inspirasi dan refleksi bagi
siswa dalam menghadapi permasalahan pribadi dan meningkatkan
keterampilan belajar. Namun, penting untuk diingat bahwa setiap individu
unik, dan rekomendasi ini sebaiknya disesuaikan dengan preferensi dan
kondisi siswa secara individual.
2. Kendala Himpunan Data
Kendala dalam himpunan dat adalah saat pengadministrasian himpunan
data beberapa siswa sedang tidak hadir, akhirnya karena keterbatasan waktu
untuk ke sekolah penulis meminta data siswa yang tidak hadir melalui google
form lewat WA peserta didik.
C. Konferensi Kasus
1. Pelaksanaan Konferensi Kasus
Pelaksanaan semi konferensu kasus konferensi kasus diawali dengan:
a. Menetapkan siswa yang dirasa perlu dilakukan semi konferensi kasus, disini
saya memilih siswa berkode DS di karena kan berdasarkan AUM Umum dan
PTSDL siswa ini memiliki masalah berat yang diungkapkan dalam pengisian
AUM Umum yaitu merasa salah dimata keluarga dan dikucilkan teman.

121
b. Setelah itu menentukan pihak manakah yang sekiranya dapat dilibatkan dalam
semi konferensi kasus tersebut yang mana penulis memilih guru bk, wali kelas,
dan teman sebaya dalam satu kelas.
c. Menyiapkan pedoman wawancara untuk masing-masing anggota semi
konferensi kasus
d. Membuat janji dengan pihak yang terlibat dan mencocokan waktu yang pas.
Setelah itu dilakukan lah semi konferensi kasus dengan menemui satu-satu
pihak yang terlibat. Berdasarkan hasil semi konferensi kasus yang dilaksanakan, di
dapatkan data:
a. Berdasarkan Hasil wawancara dengan guru BK DS didapatkan data
bahwasannya DS tidak pernah menceritakan masalahanya kepada guru BK jika
ia memang mempunyai masalah, guru BK tidak pernah mendapat aduan dari
teman sekelas DS. Guru BK juga mengatakan bahwa DS ini memiliki
permasalahan dalam belajaranya dan sudah berkali-kali pihak sekolah
menghubungi pihak keluarganya namun dari pihak keluarganya sampai sat ini
belum datang ke sekolah untuk menemui pihak sekolah.
b. Hasil wawancara dengan wali kelas
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan walikelas DS yaitu ibu
Zubaidah di dapatkan data bahwa sikap DS di kelas yang terlihat adalah siswa
tersebut bersikap yang sama seperti teman-temanya saat kegiatan belajar
mengajar di kelas, lalu menurut guru wali kelas hubungan DS dengan teman-
temannya baik-baik saja dan tidak ada yang menyisihkannya dalam bermain
ataupun belajar hanya saja untuk teman dekatnya itu berada di kelas lain.
Seperti yang disampaikan oleh guru BK, Pihak keluarga dari DS memang
beberapa kali di minta wali kelas untuk datang ke sekolah menemui pihak
sekolah terutama wali kelas untuk menjemput raport ujian tengah semester,
namun hingga saat ini orang tua belum mau datang ke sekolah untuk
mengambil raport DS.
c. Hasil wawancara dengan teman sebaya
Berdasarkan hasil wawancara dengan teman sekelas DS yaitu AM di dapatkan
data bahwasanya jika dikelas DS ini tidak sungkan untuk bersosialisasi dengan
teman-teman dikelas, namun sering kali DS ini bersikap menyebalkan, lalu

122
menurut AM tidak terisisihkan di dalam kelas, namun teman dekatnya berada
di kelas lain maka dari itu dia kurang berbaur dengan teman di kelasnya.
2. Kendala yang dialami
Kendala yang dialami dalam Semi konferensi kasus adalah mencocokkan
jadwal dengan guru karena saat itu sedang pelaksanaan ujian akhir semester jadi
baik guru BK maupun walikelas sangat sibuk.

D. Tampilan Kepustakaan
No Masalah Bentuk Judul
1 Hubungan Film & Buku 1. Buku dan film Negeri 5 Menara
pertemanan
yang kurang
baik

2. Keluarga Cemara the series

123
2 Kepercayaan 1. Buku
diri yang 1. Buku Rahasia Percaya Diri
rendah dan
insecure

1. Buku Tetaplah Kuat Meskipun Berat

124
3 Belum bisa Buku 1. Buku control your ego
mengendalikan
emosi

2. Buku Berdamai Dengan Emosi

4 Motivasi Film 1. Film Jembatan Pensil


Belajar
Rendah

125
2. Film Sokola Rimba

5 Kurangnya Media Sosial


informasi youtube
pendidikan
lanjutan

https://youtu.be/LS6nCU2rdYI?si=988ueJsX2etPPP4E

Youtube: Rencanamu

126
E. Alih Tangan Kasus
Dalam merancang implementasi alih tangan kasus, langkah pertama melibatkan
identifikasi masalah yang dianggap di luar lingkup konselor dan memerlukan
keahlian dari pihak lain. Setelah itu, menentukan pihak yang paling sesuai untuk
menangani kasus tersebut sesuai dengan sifat masalah yang dihadapi. Lalu setelah
di cari dikumpulkan data tersebut kita dapat membuat rancangan alih tangan kasus
yang. Berikut ini rancangan alih tangan kasus yang penulis buat berdasarkan data
yang ada:

Kasus yang Butuh Alih Tangan Pihak Alih Tangan


No Kode Siswa
Kasus Kasus
AM memiliki masalah kesehatan Dokter
yaitu pada mata, hidung, dan
1 AM tenggorokan.
Merasa sulit dalam pelajaran Guru Matematika
matematika
AF memiliki masalah kesehatan yaitu Dokter
sering sakit perut dan pusing
2 AF
Merasa sulit dalam pelajaran Guru Matematika
matematika
Merasa kurang sehat Dokter
3 AMD Merasa sulit dalam pelajaran Guru Matematika
matematika
Merasa kurang sehat Dokter
4 AFL Merasa sulit dalam pelajaran Guru TIK
Informatika
Merasa sulit dalam pelajaran Guru Matematika
5 AR
matematika
Merasa kurang sehat Dokter
6 DA Merasa sulit dalam pelajaran Guru Matematika
matematika
7 DD Merasa kurang sehat Dokter

127
Merasa sulit dalam pelajaran Guru Matematika
matematika
8 DN Merasa sulit dalam pelajaran B. Arab Guru B. Arab
Merasa kurang sehat Dokter
9 DT Merasa sulit dalam pelajaran B. Guru B. Inggris
Inggris
Merasa sulit dalam pelajaran Akidah Guru A. Akhlak
10 D
akhlak
Merasa kurang sehat Dokter
11 DS Mengalami Kesulitan dalam mata
pelajaran Matematika
Merasa kurang sehat Dokter
12 GA Mengalami kesulitan belajar dalam Guru Matematika
Matematika
Mengalami kesulitan belajar dalam Guru Matematika
13 HF
Matematika
Mengalami kesulitan belajar dalam Guru Matematika
14 HR
Matematika
Mengalami kesulitan belajar dalam Guru Matematika
15 HH
Matematika
Merasa kurang sehat Dokter
16 HA Mengalami kesulitan belajar dalam Guru Matematika
Matematika
Mengalami kesulitan belajar dalam Guru Matematika
17 HD
Matematika
Merasa kurang sehat Dokter
18 IP Mengalami kesulitan belajar dalam Guru Matematika
Matematika
Merasa kurang sehat Dokter
19 KT Mengalami kesulitan belajar dalam Guru Matematika
Matematika

128
Mengalami kesulitan belajar dalam Guru Matematika
20 MA
Matematika
Mengalami kesulitan belajar dalam Ilmu Pengetahuan
21 MF
Ilmu Pengetahuan Alam Alam
22 MH Merasa sulit dalam pelajaran B. Arab Guru B. Arab
Mengalami kesulitan belajar dalam Guru Matematika
23 MI
Matematika
Merasa kurang sehat Dokter
24 MR Mengalami kesulitan belajar dalam Guru Matematika
Matematika
Mengalami kesulitan belajar dalam Guru Matematika
25 NM
Matematika
Mengalami kesulitan belajar dalam Guru Matematika
26 RF
Matematika
Mengalami kesulitan belajar dalam Guru Matematika
27 RZ Matematika
Merasa kurang sehat Dokter
Merasa kurang sehat Dokter
28 RB
Merasa sulit dalam pelajaran B. Arab Guru B. Arab
Mengalami kesulitan belajar dalam Guru Matematika
29 RA Matematika
Merasa kurang sehat Dokter
Merasa kurang sehat Dokter
30 VS
Merasa sulit dalam pelajaran B. Arab Guru B. Arab
Merasa kurang sehat Dokter
31 ZP Mengalami kesulitan belajar dalam Guru Matematika
Matematika
Mengalami kesulitan belajar dalam Guru Matematika
32 ZM
Matematika

129
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelaksanaan berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling membutuhkan
sejumlah kegiatan pendukung. Kegiatan pendukung bimbingan konseling
merupakan upaya untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai peserta didik
serta informasi tentang lingkungan mereka, termasuk lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Tujuan dari kegiatan pendukung
Bimbingan Konseling (BK) ini adalah untuk mencapai perkembangan yang
optimal pada setiap individu sesuai dengan potensi atau kapasitasnya, sehingga
individu dapat berkembang sesuai dengan lingkungannya. Selain itu, kegiatan
pendukung juga bertujuan agar individu yang mendapat bimbingan memiliki
kemampuan atau kecakapan untuk mengidentifikasi serta menyelesaikan masalah
yang dihadapinya secara mandiri, serta dapat beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya.
Kegiatan pendukung dalam konseling mencakup berbagai kegiatan utama
seperti aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah,
tampilan kepustakaan, dan alih tangan kasus. Semua kegiatan ini terkait dengan
empat bidang bimbingan dan diimplementasikan secara langsung, disesuaikan
dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Aplikasi instrumentasi melibatkan
pengumpulan data tentang siswa dan lingkungannya melalui berbagai instrumen,
termasuk tes dan non-tes. Himpunan data bertujuan untuk menghimpun semua
informasi yang berkaitan dengan siswa dan dapat digunakan untuk memahami
perkembangannya.
Konferensi kasus merupakan kegiatan mendiskusikan masalah dalam
pertemuan dengan pihak-pihak terkait untuk mendapatkan informasi yang dapat
digunakan untuk mengatasi suatu permasalahan. Kegiatan ini bersifat informal dan
terfokus pada satu kasus tertentu. Kunjungan rumah dilakukan untuk mengetahui
kondisi keluarga siswa dan mengaitkannya dengan permasalahan yang dihadapi
siswa.

130
Tampilan kepustakaan membantu klien dalam memperkaya diri terkait dengan
permasalahan yang dibahas bersama konselor, dan alih tangan kasus melibatkan
pemindahan penanganan individu ke pihak lain yang memiliki keahlian dan
kewenangan yang sesuai. Rujukan dilakukan untuk mendapatkan bantuan khusus,
namun perlu dicatat bahwa ini tidak selalu menandakan adanya masalah serius,
karena pandangan semacam itu terlalu sempit dan keliru. Semua kegiatan
pendukung ini dirancang untuk memberikan pelayanan bimbingan dan konseling
yang komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
B. Saran
Dengan adanya laporan ini penulis berharap bisa bermanfaat bagi kepala
sekolah, wali kelas, guru bidang studi dan guru BK untuk sebagai acuan
memberikan layanan kepada peserta didik dan semoga dengan pembuatan laporan
ini bisa bermanfaat terutama untuk diri penulis sendiri agar lebih memahami dan
memanfaatkan kegiatan pendukung dalam bimbingan konseling seperti yang
sudah penulis uraikan di atas. Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan
dalam pembuatan laporan tersebut dan menyarankan agar pembaca dapat
mengkritik sebagai pembelajaran bagi penulis untuk membuat laporan
kedepannya

131
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Syaeful, and Rohmat Rohmat. “Model Bimbingan Alih Tangan Kasus
(Referal) Di SMA Negeri 1 Karangreja Purbalingga.” Jurnal Ilmiah Mandala
Education 8, no. 2 (2022).
Ermawan, Yan, Sinta Saraswati, and Eko Nusantoro. “Pelaksanaan Kunjungan
Rumah Oleh Guru Bimbingan Dan Konseling.” Indonesian Journal of
Guidance and Counseling: Theory and Application 3.2 (2014).
Hayati, Ria, and Rama Fadli. “Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Kegiatan
Kunjungan Rumah Pada Pembelajaran Daring.” Foramadiahi: Jurnal Kajian
Pendidikan Dan Keislaman 14.2 (2022).
Kamaruzzaman. “Guru Bimbingan Dan Konseling.” Sosial Horizon: Jurnal
Pendidikan Sosial 3, no. 2 (2016): 229–42.
Linda Fitria. “Sarana Dan Prasarana Sebagai Penunjang Kegiatan Bimbingan Dan
Konseling Di Sekolah Menengah Kejuruan.” Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan
Dan Konseling 11.1 (2021).
Masrina. “Pelaksanaan Alih Tangan Kasus Dalam Pengentasan Masalah Anak
Dengan Penyandang Tunagrahita.” Bimbingan Konseling Islam, 2022.
Melsyah Dilla Tarigan. Upaya Guru BK Mereduksi Perilaku Tawuran Antar Siswa
Melalui Konferensi Kasus Di SMK DWI Tunggal Tanjung Morawa. Medan:
UIN Sumatera Utara, 2022.
Nasruddin, Juwita, and Eko Nusantoro. “Faktor Penghambat Operasionalisasi
Kunjungan Rumah Di SMA Negeri Se-Kota Semarang.” Indonesian Journal
of Guidance and Counseling: Theory and Application 4.3 (2015).
Nur Ramli, dkk. Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017 Mata Pelajaran
Bimbingan Dan Konseling. Kemendikbud, 2017.
Prayitno. Jenis Layanan Dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: UNP Press,
2012.
Saragi, Muhammad Putra Dinata. “Pelaksanaan Aplikasi Instrumentasi.”
ENLIGHTEN (Jurnal Bimbingan Dan Konseling Islam) 1, no. 1 (2018).
Suhertina. Bimbingan Dan Konseling. Dumai: Mivan Karwa Sekawan, 2017.
Yusuf Gunawan. Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Gramedia, 2012.
Zamroni, Edris, and Susilo Rahardjo. “Manajemen Bimbingan Dan Konseling
Berbasis Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014.” Jurnal Konseling
Gusjigang 1, no. 1 (2015).

132

Anda mungkin juga menyukai