Anda di halaman 1dari 36

PENGARUH PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP

KARAKTER SISWA KELAS IV SDN SUKATANI 7 DEPOK

PROPOSAL SKRIPSI

Ditujukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Salah Satu Persyaratan Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Meilia Setyo Palupi

1701025013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA

2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA

Seminar Proposal : Pengaruh Pendidikan Orang Tua Terhadap


Karakter Siswa Kelas IV SD Negeri Sukatani 7
Depok.

Nama : Meilia Setyo Palupi

NIM : 1701025013

Setelah diperbaiki sesuai dengan saran dosen pembimbing, maka dengan ini dosen
pembimbing menyatakan setuju terhadap seminar proposal ini.

Jakarta, 7 Maret 2021


Dosen Pembimbing

Dra. Maryanti Setyaningsih, M.Si


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang selalu
senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah sehingga penelitian dapat menyusun
proposal skripsi yang berjudul “PENGARUH PENDIDIKAN ORANG TUA
TERHADAP KARATER SISWA KELAS IV SD NEGERI SUKATANI 7
DEPOK”
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad
SAW, yang telah membawa risalah islamiah sehingga kita berada pada zaman
yang tercerahkan dan berkeadaban.
Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama proses penyusunan
skripsi ini.
1. Dr. Desvian Bandarsyah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
2. Ika Yatri, M.Pd Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
3. Nurafni, M.Pd Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA. Sekaligus Dosen Penguji II
sidang skripsi
4. Dra. Maryani Setianingsih, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga proposal skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas
Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

Semoga jasa dan kebaikan Bapak/Ibu tercatat sebagai amal baik yang akan
mendapatkan balasan dari Allah Swt. Semoga proposal skripsi ini memberi
manfaat baik bagi penulis, pembaca dan pengembangan ilmu.

ii
Jakarta, 7 Maret 202
Peneliti

Meilia Setyo Palupi


NIM.170102501

iii
DAFTAR ISI

Contents
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL............................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................vi
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
B. Identifikasi Masalah............................................................................................2
C. Batasan Masalah.................................................................................................3
D. Rumusan Masalah...............................................................................................3
E. Tujuan Penelitian................................................................................................3
F. Manfaat Penelitian..............................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................5
KAJIAN TEORI..............................................................................................................5
A. Deskripsi Teori....................................................................................................5
1.Hakikat Karakter.............................................................................................5
2.Tingkat Pendidikan Orang Tua....................................................................11
B. Hasil Penelitian Yang Relevan.........................................................................14
C. Kerangka Berfikir.............................................................................................15
D. Hipotesis Penelitian...........................................................................................16
BAB III...........................................................................................................................17
METODOLOGI PENELITIAN....................................................................................17
A. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................................17
B. Metode Penelitian..............................................................................................17
C. Populasi dan ini Sample....................................................................................17
1.Populasi...........................................................................................................17
2.Sample.............................................................................................................17
D. Teknik Pengumpulan Data...............................................................................18
1.Instrumen Variable Tingkat Pendidikan Orang Tua..................................18

iv
2.Instrumen Variable Karakter Anak.............................................................18
E. Pengujian Validitas dan Perhitungan Reabilitas............................................20
1.Uji Validitas....................................................................................................20
2.Uji Reliabilitas................................................................................................20
F. Teknik Analisis Data.........................................................................................20
1.Uji Persyaratan Analisis................................................................................20
G. Hipotesis Statistik..............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................22

v
DAFTAR TABEL

Table 1 Kisi-kisi Instrumen Tingkat Pendidikan Orang Tua............................................18


Table 2.Kisi-kisi instrumen karakter anak........................................................................19

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner karakter anak...............................................................................24

vii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut Melmambessy Moses pendidikan adalah proses
pengalihan pengetahuan secara sistematis dari seseorang kepada orang lain
sesuai standar yang telah ditetapkan oleh para ahli. Dengan adanya transfer
pengetahuan tersebut diharapkan dapat merubah sikap tingkah laku,
kedewasaan berpikir dan kedewasaan kepribadian ke dalam pendidikan
formal dan pendidikan informal. (Moses, 2012) Pendidikan merupakan
usaha secara sadar manusia untuk menumbuhkan potensi-potensi dan
mengembangakan pembawaan jasmani dan rohani sesuai dengan nilai-
nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha yang
dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut
dikembangkan dalam kehidupan yang terjadi dalam proses pendidikan
Pada dasarnya keberadaan siswa di luar lingkungan sekolah dengan
keberadaan siswa di rumah lebih banyak keberadaan siswa di rumah
bersama dengan orangtua sebagai lingkungan terkecil yang keberadaannya
sangat dominan dalam membentuk sikap kepribadian anak anak. Orangtua
berperan aktif untuk menciptakan suasana kondusif, responsif dan
demokratis. Penciptaan kondisi edukatif yang kondusif dipengaruhi oleh
pola pikir orangtua. Pola pikir orangtua dipengaruhi oleh latar belakang
pendidikan orangtua sebagai pengalaman masa lalu seperti yang
dikemukakan oleh (Saxe, 1994) bahwa: “Perlakuan orangtua terhadap
anak-anaknya banyak ditentukan oleh latar belakang pendidikan orangtua,
dan pandangan orangtua mengenai pendidikan anak”. Nursid (2002:102)
mengatakan bahwa “Pengaruh orangtua dalam pembentukan sikap
terhadap anak ditentukan oleh keberadaan pendidikan orangtua itu sendiri
sebagai hasil pengalaman belajar yang telah dialami”. Karena orangtua
merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak mereka dan dari

1
2

merekalah anak pertama kali menerima pendidikan, maka dari itu bentuk
pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.
Karakter siswa lebih banyak terpengaruh dari lingkungan keluarga
terutama berpusat pada sikap dan perilaku orangtua kepada anak. Hal ini
karena waktu anak di yang dapat mendorong perkembangan intelektual
anak adalah responsif dan interaktif terhadap anak. Sementara itu prestasi
intelaktual yang rendah atau di bawah kemampuan disebabkan kurangnya
stimulasi mental dan motivasi oleh orangtua di rumah, hal tersebut pada
umumnya disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki
sehingga mereka tidak mengerti bagaimana membantu anak agar lebih
berhasil. Dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan orangtua sangat
berpengaruh pada perkembangan ataupun pembentukan karakter anak
khususnya anak di usia Sekolah Dasar (SD).

Pada kondisi saat ini di Sekolah Dasar, siswa banyak terpengaruh


oleh arus globalisasi terutama pada teknologi komunikasi dan informasi
yang berkembang sangat pesat sehingga ancaman mendapatkan informasi
yang belum semestinya mereka dapatkan. Pada dasarnya sumber
pendidikan karakter terbesar siswa adalah berada dilingkunan terdekart
mereka yaitu dirumah, bersama orang tua. Untuk itu perlu dilakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh pendidikan orang tua terhadap
karakter siswa klas IV SDN Sukatani 7 Depok”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka didapatkan identifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Apakah karakter anak yang kurang baik dalam keluarga dipengaruhi
pendidikan orang tuanya ?
2. Apakah karakter siswa yang kurang baik dipengaruhi tingkat
pendidikan orang tuanya ?.
3. Apakah kondisi anak SD klas IV masih mudah terpengaruh terhadap
apa yang dilihat dan didengarnya ?
3

C. Batasan Masalah
Agar penelitian tetap fokus sesuai dengan maksud dan tujuan yang
sudah dijelaskan, akan dilakukan pembatasan masalah. Penelitian ini
hanya di batasi pada “Pengaruh Pendidikan Orang Tua Terhadap Karakter
Siswa Kelas IV SD Negeri Sukatani 7 Depok

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan di atas, maka
dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut: “Apakah ada
Pengaruh Pendidikan Orang Tua Terhadap Karakter Siswa Kelas IV SD
Negeri Sukatani 7 Depok”

E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan orang tua terhadap
karakter siswa kelas IV SDN Sukatani Depok.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan ini di harapkan bermanfaat sebagai
berikut:
1. Sebagai referensi berfikir bagi para orang tua tentang besarnya
pengaruh orang tua terhadap pertumbuhan serta perkembangan anak
secara keseluruhan.
2. Memberikan informasi kepada para orang tua tentang adanya
pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap karakter anak.
Mengetahui betapa pentingnya arti pendidikan bagi setiap orang,
khususnya bagi penulis, sebagai calon orang tua yang akan menjadi
pendidikan utama dan pertama bagi anak-anak penerus nantinya di
dalam keluarga. Karena pada dasarnya keluarga merupakan
pendidikan pertama yang diterima oleh anak, lingkungan terdekat dan
pertama dengan anak adalah keluarga. Karakteristik keluarga, faktor
4

tingkat pendidikan orangtua merupakan sesuatu yang besar


pengaruhnya terhadap perkembangan anak.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori
1. Hakikat Karakter
a. Pengertian Karakter
Menurut Michael Novak karakter merupakan “Campuran
kompatibel dari seluruh kebaikan yang diidentifikasi oleh tradisi
religius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan kumpulan orang
berakal sehat yang ada dalam sejarah” (Lickona, 2012) Sementara
itu, Masnur Muslich menyatakan bahwa karakter merupakan
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama,
hukum, tata krama, budaya, dan adatistiadat. (Muslich, 2011)
Dapat disimpulkan bahwa karakter adalah sesuatu yang
terdapat pada individu yang menjadi ciri khas kepribadian
individu yang berbeda dengan orang lain berupa sikap, pikiran,
dan tindakan. Ciri khas tiap individu tersebut berguna untuk hidup
dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,
bangsa dan negara.

b. Tujuan pendidikan karakter


Pendidikan karakter yaitu pendidikan akhlak yang
menyentuh ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pendidikan
karakter menjamah unsur mendalam dari pengetahuan, tindakan
dan perasaan. Pendidikan karakter menyatukan tiga unsur tersebut
adalah akidah, ibadah, dan muamalah. Bahasa Tauhid sering
disebut dengan Iman, Islam, dan Ihsan. Ketiga unsur itu harus
menyatu dan terpadu dalam jiwa peserta didik, sehingga akhlak
yang tergabung berlandaskan keimanan, keislaman, dan

5
6

keikhlasan. Hal ini sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional


Pasal 1 Undang-Undang Sikdiknas tahun 2003 menyatakan
bahwa pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi
peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak
mulia. Pendidikan karakter bertujuan meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan disekolah yang mengarah
pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta
didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar
kompetensi kelulusan.
Tujuan pendidikan karakter adalah sebagai berikut:
1) Membentuk siswa berpikir rasional, dewasa, dan
bertanggung jawab
2) Mengembangkan sikap mental yang terpuji
3) Membina kepekaan sosial anak didik
4) Membangun mental optimis dalam menjalani
kehidupan yang penuh dengan tantangan
5) Membentuk kecerdasan emosional
6) Membentuk anak didik yang berwatak pengasih,
penyayang, sabar, beriman, taqwa, bertanggung jawab,
amanah, jujur, adil, dan mandiri. (Hamid, 2013)
Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu
secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuanya,
mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai
karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam prilaku sehari-
hari. (Daryanto, 2013) Tujuan pendidikan karakter disekolah tidak
lain adalah adanya perubahan kualitas tiga aspek pendidikan, yakni
kognitif, afektif dan psikomotorik, Ketiga ranah tersebut menjadi
objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah
kognitiflah yang paling banyak dinilaioleh para guru disekolah
karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai
isi bahan pengajaran. (Barnawi, 2013)
7

c. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar


Beberapa karakteristik anak usia sekolah dasar yang perlu
diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik
khususnya ditingkat Sekolah Dasar. Sebagai guru harus dapat
menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan
siswanya maka sangatlah penting bagi seorang pendidik
mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang
perlu diperhatikan kebutuhan peserta didik.   
Usia anak SD dapat dikatakan bahwa anak memasuki
perkembangan masa kanak-kanak akhir dimana masa ini dialami
oleh anak yang berusia 6 sampai 11-13 tahun. Menurut Rita Eka
Izzaty (2008: 103-104) menjelaskan tugas-tugas perkembangan
pada masa kanak-kanak akhir.
Tugas-tugas yang dimaksud adalah:
1) Belajar ketrampilan fisik yang diperlukan untuk
bermain.
2) Sebagai makhluk yang sedang tumbuh,
mengembangkan sikap yang sehat mengenai diri
sendiri.
3) Belajar bergaul dengan teman sebaya.
4) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita.
5) Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar
untuk membaca, menulis dan berhitung.
6) Mengembangkan pengertian-pengertian yang
diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
7) Mengembangkan kata batin, moral dan skala sikap.
8) Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan
lembaga.
9) Mencapai kebebasan Pribadi.
Anak SD merupakan anak dengan katagori banyak
mengalami perubahan yang sangat drastis baik mental maupun
fisik. Berikut enam jenis perkembangan pada anak usia sekolah
dasar :
1) Perkembangan fisik siswa sekolah dasar.
8

Perkembangan fisik atau tubuh manusia merupakan sistem


organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Kuhlen dan
Thompson mengemukakan bahwa perkembangan fisik
individu meliputi empat aspek.
Empat aspek perkembangan fisik individu menurut
Kuhlen dan Thompson yaitu :
a) Sistem saraf yang sangat mempengaruhi
perkembangan kecerdasan dan emosi
b) Otot-otot yang mempengaruhi perkembangan
kekuatan dan kemampuan motoric
c) Kelenjar Endoktrin, yang menyebabkan munculnya
pola-pola tingkah laku baru, seperti pada usia remaja
berkembang perasaan senang untuk aktif dalam
suatu kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas
lawan jenis
d) Struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi berat dan
proporsi.
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan
perkembangan berikutnya, dengan meningkatnya pertumbuhan
tubuh baik berat badan maupun tinggi badan serta
kekuatannya, memungkinkan anak untuk lebih aktif dan
berkembang keterampilan fisiknya, dan juga berkembangnya
eksplorasi terhadap lingkungan tanpa bantuan orang tuanya.
2) Perkembangan koknitif siswa sekolah dasar.
Kognisi artinya kemampuan berfikir, kemampuan
menggunakan otak. Perkembangan kognisi yaitu dimana anak
menggunakan kekuatan berfikirnya. Pada siswa sekolah dasar
yang rentang umur 7-12 tahun, Perkembangan kogitif anak
remaja dan orang dewasa tentunaya tidak bisa disamakan
dengan kemampuan kognitif anak usia dasar. Pada umumnya,
kemampuan kognitif anak usia dasar masih terbatas dalam hal-
hal yang bersifat konkret dan nyata, contohnya anak usia 6-7
tahun dapat memahami gelas bisa pecah apabila dijatuhkan ke
lantai, tetapi anak belum bisa menjawab apa penyebab
9

pecahnya gelas tersebut secara ilmiah. Anak usia dasar


memiliki keterbatasan berfikir terhadap hal yang bersifat
abstrak, contohnya ketika anak usia 7-9 diberi pertanyaan
menegenai mengapa bumi mengelilingi matahari. Anak akan
mengalami kesulitan menjawab bahkan merasa kebingungan.
Pertanyaan yang demikian secara ilmiah dan ketika dipaksa,
justru akan membuat anak merasa setres, karena kemampuan
kognitifnya belum sampai pada tahap berfikir yang rumit.
Berbeda dengan anak usia 10-11 jika mereka dibeikan
pertannyaan sama dengan yang diatas mereka sudah mulai bias
menjabarkannya, disaat usia ini mereka mulai memiliki rasa
ingin tau yang lebih sehingga dapat memberikan jawaban-
jawaban yang mulai menyeluruh.
3) Perkembangan Berbicara dan Bahasa
Kemampuan berbahasa yang paling nampak dalam kehidupan
keseharian adalah berbicara. Perkembangan kemampuan
berbicara dan berbahasa yang ditunjukan pada anak usia 6-12
tahun. Di usia 6 tahun yaitu anak bicara tanpa henti, bahkan
Mempelajari lima sampai sepuluh kata setiap hari; kosa
katanya terdiri dari 10.000 sampai 14.000 kata. Berbedan pada
anak usia 6 tahun anak usia 7 tahun yaitu senang menulis
pesan kepada temannya, menggunakan gerak tubuh untuk
menggambarkan percakapan. Terlihat perubahannya lagi pada
usia 8 tahun dimana anak menggunakan bahasa untuk
mengkritik dan memuji orang lain; mengulang-ulang ucapan
popular dan kata umpatan, Membaca dengan mudah dan
memahaminya. Perubahan yang terjadi pada usia 9-10 tahun
yaitu mengungkapkan perasaan dan emosinya secara efektif
melalui kata-kata, menunjukan pemahaman urutan tata bahasa
tingkat tinggi dan mengenali kalimat tata bahaa yang salah.
Perubahan yang teradi pada usia 11-12 tahun sudah mulai
10

menggunakan struktur bahasa yang lebih panjang dan


kompleks, Menguasai beberapa gaya Bahasa yang bisa
berubah-ubah berdasarkan kondisi: gaya yang lebih formal
ketika sedang berbircara dengan guru, gaya yang lebih kasual
dengan orang tua, dan gaya yang sering memakai ungkapan
populer dan kata rahasia ketika mengobrol bersama teman.
4) Perkembangan Moral
Menurut teori Kohlberg ada tiga tingkatan penalaran tentang
moral, dan setiap tingkatan ada dua tahapan perkembangan
penalaran moral yaitu :
Pertama penalaran prakonvensional yaitu penalaran ini adalah
penalaran yang memiliki tingkat terendah dari penalaran moral
menurut kohlberg. Tahap satu; Pada tingkat ini, baik dan buruk
ditunjuan melalui reward (imbalan) dan punishment
(hukuman) dan tahap kedua; pada tahap ini hubungan antar
manusia digambarkan sebagaimana hubungan timbal balik dan
sikap terus terang yang menempati kedudukan yang cukup
penting., kedua Penalaran konvensional penalaran ini juga ada
dua tahap dan berada pada tingkatan kedua atau menengah
dalam teori Kohlberg. Tahap satu; pandangan anak pada tahap
ini, tindakan yang bermoral ialah tindakan yang membantu,
meyenangkan, atau tindakan yang diterima dan diakui oleh
orang lain. Tahap kedua; anak pada tahap ini selalu mengarah
pada pemenuhan aturan-aturan, dan upaya untuk memelihara
tertib social. Tindakan bermoral dianggap sebagai tindakan
yang mengarah pada pemenuhan kewajiban, penghormatan
terhadap suatu hal dan pemeliharaan tertib sosial yang diakui
sebagai satu-satunya tertib sosial yang ada. Ketiga tingkat
postkonvensional Penalaran ini merupakan tingkatan tertinggi
dalm teori Kohlberg. Tahap satu; Pada tahap ini tindakan yang
dianggap bermoral merupakan tindakan-tindakan yang mampu
11

mencerminkan hak-hak individu dan memenuhi ukuran-ukuran


yang telah diuji secara kritis dan telah disepakati oleh
masyarakat luas oleh sebab itu tahap ini dianggap tahap yang
memungkinkan tercapainya musyawarah mufakat. Tahap
kedua ; Pada tahap ini, orang mengikuti prinsipprinsip keadilan
yang diinternalisasi ini, bahkan jika mereka bertentangan
dengan hukum dan peraturan.
Dengan ini Kohlberg meyakini bahwa tingkatan dan tahapan
ini terjadi secara berurutan sesuai dengan usia. Sebelum usia 9
tahun, kebanyakan anak menggunakan tahapan 1 yaitu
penalaran prakonvensional. Ketika sudah memasuki masa
remaja awal, kebanyakan dari mereka bermenalar dengan cara
yang lebih konvensional. Hal ini berarti bahwa anak usia
sekolah dasar dalam teori Kohlberg berada pada fase
prakonvensional dan konvensional.
5) Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial merupakan proses pencapaian
kematangan dalam hubungan sosial dan pembelajaran agar
dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku
pada kelompok tradisi dan moral. Pada dasarnya,
perkembangan sosial pada anak usia sekolah dasar ditandai
dengan perluasan interaksi atau hubungan pada kegiatan
pembelajaran di kelas maupun saat bermain di luar kelas.
Selain dengan keluarga, anak juga mulai dapat menjalin ikatan
baru dengan teman sebaya (Tusyana & Trengginas, 2019).

2. Tingkat Pendidikan Orang Tua


a. Pengertian Tingkat Pendidikan Formal Orang Tua
Tingkat pendidikan orang tua merupakan suatu tatanan,
jenjang pendidikan, tatanan atau tingkatan yang diselesaikan oleh
orang tua sewaktu menempuh bangku pendidikan. Dalam
12

kehidupan pendidikan merupakan faktor yang sangat penting


karena dengan pendidikan manusia dapat berkembang, manusia
dapat membentuk dan merancang masa depan yang lebih baik
dengan pendidikan jugalah kejujuran dan kemandirian serta
kemampuan berfikir menjadi lebih baik.
Tingkat pendidikan sering disebut sebagai jenjang
pendidikan. Dalam Undang-Undang RI No 20 tentang sistem
pendidikan Nasional pasal 1 ayat 8 tahun 2003 dikatakan “jenjang
pendidikan adalah pendidikan ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik”. (Undang-undang No. 20 tentang
pendidikan nasional tahun 2003 ) Dapat dijelaskan bahwa jenjang
berkaitan erat dengan tingkat juga bisa dikatakan tahapan.
“Orang tua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak-
anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula
menerima pendidikan, dengan demikian bentuk pertama
dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga”.
(Daradjat, 2009)

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa orang


tua merupakan orang yang sangat berperan penting dalam
mendidik anak-anaknya, dan memiliki peranan yang sangat besar
terutama dalam membentuk karakter anak-anaknya. Oleh karena
itu orang tua harus mampu membiasakan anak-anak untuk
menanamkan karakter baik, harus menjadi contoh dan mampu
mmberikan nasehat-nasehat yang dapat dimengerti dan diterima
oleh anak-anak

Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi


anaknya di rumah sehingga sikap dan cara mendidik yang
dilakukan oleh orang tua akan berpengaruh terhadap
kepribadian anak. Orang tua yang kurang berpendidikan
sering membiarkan apa-apa saja yang menjadi keinginan
13

anak, kurang pengarahan ke arah pendidikan akhlak yang


baik. Sedangkan orang tua yang berpendidikan lebih tinggi
(SMA, dan S1) lebih banyak memberikan kebebasan
kepada anaknya dalam sekolah untuk pendidikan lanjutan
(Hidayati, 2004)

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur


dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. (Ramayulis, 2015) Dalam
pendidikan formal atau pendidikan yang ada di lembaga sekolah,
memiliki tiga jenjang yaitu SD, SMP, dan SMA.

b. Jalur, Jenis dan Jenjang Pendidikan


Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun
2003, ada ketentuan tentang jalur, jenis dan jenjang pendidikan
terdapat dalam Bab VI pasal 13,14,15, dan 16.
1) Jalur Pendidikan
Sesuai dengan pasal 13, ayat 1 UU Sisdiknas No. 20 tahun
2003 bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal,
nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya. (Udang-undang RI No. 20 Tahun 2003, 2003)
2) Jenis Pendidikan
Sesuai dengan pasal 15 Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 tahun 2003 bahwa. Jenis pendidikan
mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi,
vokasi, keagamaan dan khusus.
3) Jenjang Pendidikan
lembaga pendidikan formal yang terdapat dalam UU No.20
Tahun 2003 mempunyai beberapa tingkatan, yaitu:
a) Pendidikan Dasar (pasal 17) menyebutkan:
Pendidikan Dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat
14

serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah


Tsanawiyah (MTS) atau bentuk lain yang sederajat.
b) Pendidikan Menengah (pasal 20) :
Pendidikan Menengah berbentuk sekolah atas (SMA),
Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejurusan
(SMK) atau bentuk lain yang sederajat.
c) Pendidikan Tinggi (pasal 20) :
Pendidikan Tinggi dapat berbentuk Akademik,
Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, atau Universitas.
(Daulay , 2006)

B. Hasil Penelitian Yang Relevan


Penelitian ini didukung oleh beberapa judul yang relevan dengan
pengaruh pendidikan orang tua terhadap karakter anak, diantaranya
sebagai berikut :
1. Arifin mustofa (2018) dengan judul “Pengaruh Tingkat Pendidikan
Orang Tua Terhadap Akhlak Anak di Desa Raman Fajar Kecamatan
Raman Utara Kabupaten Lampung-Timur”. Berdasarkan hasil
analisis data yang diperoleh berdasarkan angket, dalam penelitian ini
menggunakan rumus Chi Kuadrat ( x 2), langkah selanjutnya yaitu
mengiterpretasikan harga Chi Kuadrat hitung ( x 2hitung) dengan Chi
Kuadrat tabel ( x 2tabel). Dengan menggunakan db sebesar 4 maka
diperoleh harga Chi Kuadrat tabel ( x 2tabel) pada taraf signifikasi 5%
= 9,488, diketahui bahwa harga Chi Kuadrat ( x 2) sebesar 11,029.
Dapat diartikan bahwa Chi Kuadrat hitung ( x 2hitung) lebih besar
dari harga Chi Kuadrat tabel ( x 2tabel). Dengan demikian H 0 pada
penelitian ini ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat pengaruh
antara tingkat pendidikan Orang tua terhadap akhlak anak di Desa
Raman Fajar Kecamatan Raman Utara. (Mustofa, 2018)
15

2. Dewi Susanti (2012) dengan judul “Pengaruh Tingkat Pendidikan


Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas IV Di Sekolah
Dasar Negeri 136 Pekanbaru”. Berdasarkan hasil analisa data pada
bab IV, tentang tingkat pendidikan orang tua dan pengaruhnya
terhadap motivasi belajar siswa, maka dapat disimpulkan bahwa
tingkat pendidikan orang tua mempunyai pengaruh yang signifikan
dengan motivasi belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
korelasi koefisien phi lebih besar darI pada r tabel pada taraf
signifikan 5% yaitu : 0.277. Artinya, Ha diterima dan H 0 ditolak.
Jadi, semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, maka akan
semakin rendah motivasi belajar siswa. Sebaliknya, semakin rendah
tingkat pendidikan orang tua, maka akan semakin rendah pula
motivasi belajar siswa. (Susanti, 2012)

C. Kerangka Berfikir

karakter adalah watak perangai sifat dasar yang khas satu sifat atau
kualitas yang tetap terus menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri
untuk mengidentifikasi seorang pribadi. Karakter terbentuk tidak hanya
tumbuh dalam diri sendiri saja, tetapi faktor dari luar diri nya seperti
lingkungan, Pergaulan, sekolah, dan keluarga. Keluarga dianggap dapat
membentuk dan menumbuhkan karakter anak, salah satunya dengan
tingkat pendidikan yang dimiliki oleh orang tua. Pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki oleh orang tua tentunya sangat berpengaruh
terhadap cara orang tua dalam menanamkan karakter anak. idealnya orang
tua dengan tingkat pendidikan tinggi dapat menanamkan karakter yang
baik pada anak begitu juga sebaliknya, orang tua yang memiliki tingkat
pendidikan rendah dianggap kurang memperhatikan karakter yang akan
terbentuk pada anak karena pengaruh dari pengetahuan yang dimiliki.
Hal inilah yang membuat peneliti ingin menganalisis bagaimana
pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap karakter siswa kelas IV
16

SDN Sukatani 7 Depok. Yang memiliki permasalahan tersebut. Peneliti


menggunakan metode survei untuk meneliti permasalahan tersebut dengan
menggunakan teknik pengumpulan data dokumentasi dan angket,
kemudian data dianalisis untuk mengetahui ada pengaruh atau tidak antara
tingkat pendidikan orang tua dan motivasi belajar siswa kemudian data
yang sudah dianalisis, dikumpulkan sesuai dengan hasil penelitian yang
menggambarkan pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhada karakter
siswa kelas IV SDN Sukatani 7 Depok.

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Terdapat pengaruh pendidikan orang tua terhadap karakter siswa kelas IV
SDN Sukatani 7 Depok.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian dilaksanakan di SD Negeri Sukatani 7 Depok yang
beralamat di Jl. Pekapuran No.45, Sukatani, Kec. Tapos, Kota Depok,
Jawa Barat 16455, sedangkan waktu untuk penelitian yaitu pada tanggal 8
Januari sampai 31 Maret tahun 2021.

B. Metode Penelitian
Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan penelitian
survei. Data kualitatif adalah data yang berbentu angka-angka dan analisis
menggunakan statistik.

C. Populasi dan ini Sample


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. (Sugiono, 2017). Seluruh siswa kelas IV SDN
Sukatani 7 Depok (Apabila kelas IV terdiri dari beberapa kelas, kalau
hanya ada satu kelas maka populasinya seluruh siswa SDN Sukatani 7
Depok)

2. Sample
Sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalkan karena
keterbatasan dana, tenaga, dan waktu maka peneliti dapat
menggunakan sample yang diambil dari populasi tersebut. (Sugiono,

17
18

2017). Bagian dari populasi siswa kelas IV SD Negeri Sukatani 7


Depok yang akan diambil datanya.

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Instrumen Variable Tingkat Pendidikan Orang Tua
a. Jenis Instrumen
Dalam penelitian ini untuk variable tingkat pendidikan
orang tua digunakan alat pengumpul data berupa dokumentasi
ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian,
eliputi buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan,
foto, filem documenter, data yang relevan.

b. Kisi-kisi Instrumen
Latar belakang pendidikan pada penelitian yaitu latar
belakang pendidikan ayah dan ibu, peneliti mengambil data
tingkat pendidikan orang tua. Perhitungan dalam penelitian ini
diurutkan jenjang dalam variable sesusi dengan tingkat
pendidikan orang tua dari masing-masing siswa selanjutnya
diberikan sekor.

Table 1 Kisi-kisi Instrumen Tingkat Pendidikan Orang Tua


No Tigkat Skor Tingkat Skor Jumlah
Pendidikan Pendidikan
Ayah Ibu
1 SD 1 SD 1 2
2 SMP 2 SMP 2 4
3 SMA 3 SMA 3 6
4 S1 4 S1 4 8

2. Instrumen Variable Karakter Anak


a. Jenis Instrumen
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner atau angket,
yang berarti suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan
19

dengan topik tertentu yang diberikan kepada kelompok atau


individu dengan maksud untuk mengambil data.

b. Kisi-kisi Instrumen
Instrument karakter siswa terdiri dari beberapa soal, masing-
masing butir soal terdapat nilainya masig masing.

Table 2. Kisi-kisi instrumen karakter anak


Karakter Indikator Nomor Jumlah
Item Item
Sopan dan Sikap dan prilaku 1,2 2
Satun santun dan
kesopanan siswa
terhadap orang
yang lebih tua dan
lingungan seperti;
orang tua, guru,
teman.
Rasa Ingin Bertanya kepada 3,4 2
Tahu guru dan teman
tentang materi
pelajaran
Percaya Diri Bisa berbicara 5,6 2
didepan umum
serta mengerjakan
tugas individu
secara mandiri
Toleransi Bersahabat dengan 7,8 2
teman lain tanpa
membedakan
agama, suku, dan
etnis.
20

Bertanggung Menggunakan 9,10 2


Jawab waktu secara
efektif untuk
menyelesaikan
tugas-tugas di
kelas dan luar
kelas.
Jujur Tidak menyontek 11,12,13 3
ataupun menjadi
plagiat dalam
mengerjakan setiap
tugas.

Visioner Fokus kemasa 14,15 2


depan dan mampu
menyiasati masa
depan yag penuh
tantangan

E. Pengujian Validitas dan Perhitungan Reabilitas


Pengujian instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti dalam
mengumpulkan data. (Zuriah, 2009) Sedangkan Instrumen yang tidak
teruji validitas dan reliabilitasnya bila digunakan untuk penelitian akan
menghasilkan data yang sulit dipercaya kebenarannya. (Sugiono , 2010)
Oleh karena itu, penulis melakukan pengujian instrumen dengan menguji
validitas dan reliabilitasnya, dan kedua pengujian tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
21

1. Uji Validitas
“Yang dimaksud validitas yaitu berasal dari kata validity yang berarti
sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya” (Sugiono , 2010) Kevalidan instrumen
dalam penelitian ini peneliti mengujinya dengan rumus Product
Moment, dengan rumus simpangan sebagai berikut :

r xy=
∑ xy
√∑ x 2 ∑ y 2
Keterangan :
r xy = koefisien korelasi

∑ xy = Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y


∑ x 2 = Jumlah dari kuadrat nilai x
∑ y2 = Jumlah dari kuadrat nilai y

2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. (Sugiono ,
2010) Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian
validitas instrumen. Oleh karena itu, walaupun instrumen yang valid
pasti reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan.
Untuk menguji reliabilitas penulis menggunakan rumus Sperman
Brown, dengan rumus :

2 rb
r i=
1+ r b

Keterangan :
r i = Reabilitas internal seluruh instrument
r b = Korelasi produk moment antara belahan pertama dan kedua.
22

F. Teknik Analisis Data


1. Uji Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan utuk mengetahui apakah data
yang diambil berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau
tidak. Suatu data dikatakan terdistribusi normal apabila jumlah
data diatas dan dibawah mean sama, demikian simpangan
bakunya.

x
2
= ∑ ¿¿ ¿
Keterangan :
2
x = Nilai Chi Kuadrat
f 0 = Frekuensi Hasil
f 1 = Frekuensi Teoritik atau Ekspektasi/Harapan

Kemudian setelah data-data tersebut diolah dan dianalisis


dengan menggunakan rumus tersebut, maka selanjutnya
mengkonsultasikan hasil perhitungan chi kuadrat hitung dengan
harga chi kuadrat tabel. Dari hasil konsultasi inilah nantinya akan
diambil kesimpulan sebagai hasil akhir dari penelitian ini.

b. Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui keeratan hubungannya, maka digunakan rumus
Koefesien Kontingensi :


2
x
C=
N + x2

Keterangan :
C = Koefisien Kontigensi
23

2
x = Harga Chi Kuadrat Hitung
N = Jumlah Sample

G. Hipotesis Statistik
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
H a : Terdapat pengaruh pendidikan orang tua terhadap karakter siswa kelas
IV SDN Sukatani 7 Depok.
H 0 Tidak terdapat pengaruh pendidikan orang tua terhadap karakter siswa
kelas IV SDN Sukatani 7 Depok.
DAFTAR PUSTAKA

Barnawi, M. Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan


Karakter, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013),

Daryanto, Suryatri dan Darmiatun, Implementasi Penididikan karakter


disekolah (Yogyakarta: dava media, 2013).

Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan


Nasional Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006)

Hamdani Hamid, Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Prespektif


Islam, (Bandung: PustakaSetia, 2013)

Lickona, Thomas. Mendidik Untuk Membentuk Karakter:


BagaimanaSekolah dapat Memberikan Pendidikan Sikap Hormat
dan Bertanggung Jawab. (Penerjemah: Juma Abdu Wamaungo.
Jakarta: Bumi Aksara. 2012)

M Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2009)

Masnur Muslich. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan


KrisisMultidimensional. (Jakarta: Bumi Aksara. 2011)

Moses, Melmambessy. "Analisis Pengaruh Pendidikan, Pelatihan, dan


Pengalaman Kerja terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Dinas
Pertambangan dan Energi Provinsi Papua." Media Riset Bisnis &
Manajemen 12.1 (2012)

Nurul Zuriah, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi,


(Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009)

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2015)

Sugiono. Statistik utuk penelitian. (Bandung : Alvabeta, 2017).

24
25

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2010)

Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,


CitraUmbara, Bandung, 2003

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009)

Lampiran 1 Kuesioner karakter anak


26

1. Apakah anda saat berjumpa dengan orang yang lebih tua dari anda, anda
akan menyapanya ?
a. Ya, selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak Pernah
2. Apakah anda selalu berbicara secara sopan santun kepada orang tua atau
yang lebih tua dari anda ?
a. Ya, selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak Pernah
3. Apakah anda akan bertanya kepada teman atau guru jika saya tidak
mengerti tentang materi pelajaran ?
a. Ya, selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak Pernah
4. Apakah anda akan membaca sumber bacaan atau buku lain jika anda tidak
mengerti tentang materi pelajaran yang dipelajari ?
a. Ya, selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak Pernah
5. Apakah ketika menyampaikan pendapat di depan teman-teman, anda suka
merasa canggung ?
a. Ya, selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak Pernah
6. Apakah anda bangga dengan hasil yang anda peroleh sendiri walaupun
hasilnya kurang baik ?
a. Ya, selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak Pernah
27

7. Apakah anda akan berteman dengan semua teman tanpa membedakan


agama, suku dan etnis ?
a. Ya, selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak Pernah
8. Apakah kamu menganggap semua teman sama saja sehingga kamu tidak
pernah membeda-bedakan teman ?
a. Ya, selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak Pernah
9. Apakah kamu lebih suka mengerjakan tugas jika sudah akan
dikumpulkan ?
a. Ya, selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak Pernah
10. Apakah kamu mengerjakan tugas yang seharusnya diselesaikan disekolah
sebaiknya tidak dibawa pulang kerumah ?
a. Ya, selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak Pernah
11. Apakah kamu berusaha tidak menyontek tugas teman yang lain meskipun
kamu kesulitan dalam mengerjakan ?
a. Ya, selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak Pernah
12. Apakah kamu lebih senang dengan nilai ulangan yang kamu peroleh dari
hasil usaha kamu sendiri, berapapun nilainya ?
a. Ya, selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak Pernah
28

13. Apakah kamu merasa nilai ulangan yang bagus menjadi prioritas kamu,
meskipun kamu mendapatkannya dengan meniru ulangan teman ?
a. Ya, selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak Pernah
14. Apakah kamu merasa belajar dengan giat dapat mencapai cita-cita kamu ?
a. Ya, selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak Pernah
15. Apakah kamu sudah belajar dengan giat untuk mencapai cita-cita ?
a. Ya, selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak Pernah

Anda mungkin juga menyukai