Anda di halaman 1dari 56

i

PROPOSAL

ANALISIS PROBLEMATIKA GURU PENJASKES DALAM


MEMODIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN PJOK SD
GUGUS I KECAMATAN ULAWENG KABUPATEN BONE

ANALYSIS OF THE PROBLEMS OF PHYSICAL EDUCATION TEACHERS IN


MODIFYING THE LEARNING MEDIA OF PJOK SD
CLUSTER I ULAWENG DISTRICT BONE REGENCY

FIANA TAMI PUTRI


1747240027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
ii

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Alamat: 1. Kampus IV UNM Tidung Jl. Tamalate 1 Kota Makassar,
2. Kampus V UNM Kota Parepare,
3. Kampus VI UNM Kota Watampone Jl. Jenderal Sudirman
Telepon : 0411. 4001010-0421.883076-0481.21089
Fax. : 0411.88445-0421.21698-0481.21089

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisis Problematika Guru Penjaskes Dalam Memodifikasi


Media Pembelajaran PJOK SD Gugus 1 Kecamatan
Ulaweng Kabupaten Bone
Nama : Fiana Tami Putri
NIM : 1747240027
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Setelah dikonsultasikan dan dilakukan perbaikan sesuai saran pembimbing, maka
naskah usulan proposal penelitian telah memenuhi persyaratan untuk
diseminarkan.
Watampone, 10 Maret 2021
Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Muliadi, M.Kes Dr. Sudarto, M.Pd


NIP 19641231 198803 1 013 NIP 19701121 200312 1 002

Disahkan oleh:
a.n Ketua Prodi PGSD FIP UNM
Ketua UPP PGSD Bone FIP UNM

Drs. Abd.Hafid, S.Pd.,M.Pd.


NIP 19640201 198803 1 002
iii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL........................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ v
I. PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Konteks Penelitian..................................................................... 1
B. Fokus Penelitian......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 8
A. Kajian Pustaka............................................................................ 8
III. METODE PENELITIAN.............................................................. 26
A. Jenis Penelitian.......................................................................... 26
B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 26
C. Subjek Penelitian....................................................................... 27
D. Definisi Istilah........................................................................... 27
E. Prosedur Penelitian.................................................................... 27
F. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 28
G. Instrumen Penelitian.................................................................. 30
H. Pemeriksaan Keabsahan Data................................................... 31
I. Teknik Analisis Data................................................................. 34
JADWAL PENELITIAN............................................................................. 36
RENCANA BIAYA PENELITIAN............................................................ 37
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 38
LAMPIRAN................................................................................................. 40
iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1 Rencana Jadwal Penelitian.............................................................. 36
2 Biaya Rencana Penelitian............................................................... 37
v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1 Lampiran Pedoman Wawancara.................................................. 41
2 Lampiran Kisi-Kisi Angket.......................................................... 42
3 Lampiran Instrumen Angket........................................................ 44
4 Lampiran Dokumentasi................................................................ 48
1

Judul: Analisis Problematika Guru Penjaskes dalam Memodifikasi Media


Pembelajaran PJOK SD Gugus I Kecamatan Ulaweng Kabupaten
Bone

I. PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi manusia untuk

kelangsungan hidup yang lebih baik, tanpa adanya pendidikan mustahil

sekelompok manusia dapat berkembang sesuai dengan cita-cita yang

diharapkannya. Pendidikan memiliki peranan yang penting untuk

membina manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat

mengembangkan potensi yang dimiliki baik jasmani maupun rohani sesuai

dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan budaya.

Menurut Hasbullah (2017) pendidikan merupakan suatu proses

transformasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai agar seseorang bertambah

dewasa, karena pendidikan dipercaya sebagai alat untuk melakukan suatu

perubahan yang terjadi di masyarakat. Pendidikan mengajarkan segala hal

yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas

jasmani, pikiran maupun kelembutan hati nurani.

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan semua

potensi atau kemampuan yang ada pada diri seseorang sehingga terbentuk

kepribadian baik, cerdas dan bertanggungjawab. Hal ini sesuai dengan

Pendidikan Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 1:


2

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pelaksanaan pendidikan tidak terlepas dari peran guru. Guru adalah

seseorang yang mengabdikan diri untuk mengajar, mendidik, mengarahkan, dan

melatih siswa agar memahami ilmu pengetahuan yang telah diajarkan. Hal ini

sejalan dengan pendapat Safitri (2019) menyatakan seorang pendidik profesional

yang mendidik, mengajarkan suatu ilmu, melatih, membimbing, memberikan

suatu penilaian, dan melakukan evaluasi kepada siswa. Guru tidak sekedar

menyampaikan materi saja, namun lebih dari itu guru dikatakan sebagai sentral

dalam proses pembelajaran.

Guru sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar,

serta mampu membuat suatu pembelajaran menjadi lebih efektif dan menarik

sehingga materi pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa termotivasi

dalam mempelajari materi tersebut. Pembelajaran yang efektif dapat guru

terapkan pada salah satu mata pelajaran yaitu pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan (PJOK).

Pelajaran PJOK memiliki peranan yang penting di Sekolah, pelajaran

PJOK dapat membentuk siswa sehat jasmani, rohani serta mempunyai kepribadian

baik, disiplin, sportif yang tinggi dan pada akhirnya akan terbentuk manusia yang

berkualitas. Adanya mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di

semua jenjang pendidikan salah satunya di Sekolah Dasar (SD).


3

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas

jasmani atau olahraga yang bertujuan mendidik siswa dalam mengembangkan

keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam

aktivitas yang kondusif dalam mengembangkan hidup sehat, berkembang secara

sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya. Hal ini sejalan

dengan pendapat Simbolon (2019) bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian

dari pendidikan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat

untuk pertumbuhan, pengembangan jasmani, mental, sosial, emosional yang

serasi, selaras dan seimbang.

Pelaksanaan proses pembelajaran PJOK tidak lepas dari penggunaan

media pembelajaran agar pelaksanaan dapat berjalan lancar dan tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Media pembelajaran adalah sebuah alat yang

digunakan dalam menyampaikan pesan dalam suatu pembelajaran. Menurut

Hujair (2013) media pembelajaran adalah sarana atau alat bantu pendidikan yang

dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk

mempertinggi efektifitas dan efesiensi dalam mencapai tujuan pengajaran. Namun

terkadang media pembelajaran yang ada di sekolah sangat terbatas, kurang sesuai

dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan siswa sehingga guru dituntut untuk

melakukan inovasi, melakukan suatu tindakan untuk menyesuaikan media dengan

kondisi dan kebutuhan siswa atau biasanya yang disebut memodifikasi media.

Keterbatasan fasilitas penjas dalam hal ini media pembelajaran yang ada di

sekolah menjadi kendala dalam proses pembelajaran PJOK. Modifikasi sebagai


4

salah satu alternatif untuk mengatasi keterbatasan fasilitas yang ada dan untuk

menciptakan variasi yang baru dalam proses pembelajaran PJOK.

Modifikasi merupakan kegiatan yang mengacu pada sebuah penciptaan,

penyusaian dan menampilkan suatu alat atau media yang unik, baru dan menarik

terhadap suatu proses belajar mengajar penjas. Pelaksanaan modifikasi sangat

diperlukan bagi setiap guru penjaskes karena untuk mengatasi kekurangan media

pembelajaran, menciptakan media pembelajaran yang baru dan unik sehingga

siswa merasa senang, antusias serta tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran.

Memodifikasi media dalam pembelajaran tidak terlepas dari kesesuaian

terhadap tujuan pembelajaran. Tentunya terdapat masalah atau problematika

dalam memodifikasi media pembelajaran. Menurut Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan (2002) problematika sebagai hal yang belum dapat dipecahkan yang

dapat menimbulkan suatu permasalahan. Masalah itu sendiri dapat diartikan

sebagai suatu persoalan atau kendala yang harus dipecahkan dengan kata lain

masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang diharapkan

dapat terselesaikan. (Hazra, 2019, h. 7). Problematika guru adalah segala

persoalan atau kendala yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran.

Kendala tersebut di antaranya adalah kendala dalam memodifikasi media

pembelajaran.

Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan oleh calon peneliti pada tanggal

22 Januari 2021 di SD Gugus I Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone diperoleh

informasi melalui observasi dan wawancara kepada beberapa guru PJOK SD yang

ada di Gugus I menyatakan bahwa guru belum terbiasa merancang media


5

modifikasi PJOK, guru mengalami kesulitan dalam membuat media modifikasi

yang interaktif dari bahan sederhana, biaya pembuatan media modifikasi

dibebankan kepada guru dan pihak sekolah tidak memiliki dana khusus dalam

membuat media PJOK serta guru belum mendapat pendampingan di dalam

memodifikasi media PJOK yang atraktif, efektif dan efisien.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Zusuf

Awaludin Fajri, (2012) yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Sepak

Mula Melalui Modifikasi Media Pembelajaran Penjas Pada Siswa Kelas IV SD

Negeri Gambirsari Surakarta”. Hasil penelitian tersebut adalah pembelajaran yang

menggunakan modifikasi media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar

siswa, memberikan pengalaman baru dan berbeda dalam proses pembelajaran

PJOK sebelumnya. Pembelajaran PJOK yang pada awalnya membosankan bagi

siswa menjadi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.

Keberhasilan dalam proses pembelajaran PJOK dipengaruhi oleh guru

yang memiliki kemampuan yang kreatif dalam membuat model-model

pembelajaran dan menyalurkan kemampuannya serta memanfaatkan fasilitas yang

tersedia di Sekolah dalam upaya meningkatkan kinerja sebagai seorang pendidik

yang profesional dan inovatif. Oleh karena itu, calon peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan topik “Analisis Problematika Guru Penjaskes dalam

Memodifikasi Media Pembelajaran PJOK SD Gugus 1 Kecamatan Ulaweng

Kabupaten Bone”.
6

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian pada konteks penelitian, maka fokus penelitian

ini adalah:

1. Apa saja problematika guru Penjaskes dalam memodifikasi media

pembelajaran PJOK di SD Gugus I Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone?

2. Bagaimana gambaran modifikasi media pembelajaran PJOK di SD Gugus I

Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang dikemukakan maka tujuan penelitian

ini adalah :

1. Mendeskripsikan problematika guru Penjaskes dalam memodifikasi media

pembelajaran PJOK di SD Gugus I Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone.

2. Mengetahui gambaran modifikasi media pembelajaran PJOK di SD Gugus I

Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini sebagai bukti-bukti ilmiah dan sebagai bahan

referensi bagi penelitian dimasa yang akan datang tentang Problematika

guru Penjaskes dalam memodifikasi media pembelajaran PJOK SD Gugus

I Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone.


7

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah:

a. Sebagai masukan bagi sekolah untuk lebih memperhatikan dalam

pengembangan media pembelajaran PJOK

b. Manfaat bagi guru PJOK dalam merawat, memelihara, dan memodifikasi

media pembelajaran PJOK agar siswa lebih bersemangat dalam mengikuti

pembelajaran

c. Manfaat bagi peneliti, penelitian ini sangat bermanfaat agar peneliti dapat

mengetahui minat siswa dalam penggunaan media pembelajaran PJOK.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Problematika Guru

Problematika berasal dari bahasa inggris yaitu problematic yang

memiliki arti persoalan atau masalah. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2021) problematika adalah “hal yang masih belum dapat

dipecahkan yang menimbulkan permasalahan”. Masalah adalah suatu

kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah

adalah suatu kesenjangan antara kenyataan dengan harapan. Berdasarkan

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa problematika merupakan

suatu persoalan atau masalah sulit yang dihadapi oleh seseorang yang

belum dapat dipecahkan atau diselesaikan.


8

Menurut Hazra (2019) problematika secara umum adalah masalah

atau kendala dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan, suatu

kesulitan yang akan menggerakkan seseorang untuk mengatasi atau

memecahkan kesulitan tersebut, masalah harus dirasakan sebagai suatu

tantangan yang harus diatasi. Menurut Lestari (2019) menyatakan bahwa

kendala atau permasalahan dalam mencapai tujuan yang telah

direncanakan, suatu keadaan yang akan membuat kita tidak yakin, ragu-

ragu, bingung, cemas, perbedaan antara sesuatu yang diinginkan dengan

kenyataan serta suatu kesulitan yang akan menggerakkan seseorang dalam

mengatasi atau memecahkan kesulitan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa problematika

adalah suatu kendala atau permasalahan yang masih belum dapat

dipecahkan sehingga diperlukan suatu penyelesaian atau pemecahan.

Menurut Iskandar ada beberapa peranan yang dimiliki oleh guru

dalam pendidikan yaitu memiliki tanggung jawab yang besar atas

perkembangan siswa baik dalam hal kognitif, psikomotor,afektif, maupun

spiritual. (Siti Shofiya, 2020, h.112 ). Guru adalah suatu sebutan bagi

jabatan, posisi, dan profesi bagi seseorang yang mengabdikan dirinya

dalam bidang pendidikan melalui interaktif edukatif secara terpola, formal

dan sistematis. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 14

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen :

Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,


mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar
dan pendidikan menengah. (Hasbullah, 2017, h. 52)
9

Wahyuningtyas (2020) menyatakan bahwa guru merupakan

pendidik professional yang memiliki tugas utama dalam mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi siswa pada jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan

efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin

dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang

memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian

dari problematika guru adalah masalah, kendala atau persoalan sulit yang

dihadapi dalam proses pembelajaran oleh guru yang bertugas untuk

mendidik dan mengajar siswa hingga memperoleh kedewasaan baik

jasmani maupun rohani dalam suatu pendidikan.

2. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SD

a. Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SD

Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah adalah

Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (PJOK). Esensi dari pendidikan

jasmani adalah suatu proses belajar bergerak untuk bergerak (learning to

move) dan belajar melalu gerak (learning through movement). PJOK

merupakan mata pelajaran yang melibatkan suatu aktivitas fisik dan

pembiasaan pola hidup sehat sehingga dapat merangsang pertumbuhan

jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan

serta perkembangan individu yang seimbang. Hal ini sejalan dengan

pendapat Muliadi, Sudirman & Kadir (2020):


10

Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong pertumbuhan


fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan
penalaran, dan penghayatan nilai nilai serta pembiasaan pola hidup sehat
untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan
psikis yang seimbang. (h 166)

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dapat meningkatkan

potensi yang ada dalam diri siswa, meningkatkan minat dalam mengikuti

materi pembelajaran pendidikan jasmani serta dapat menyalurkan bakat

yang dimiliki oleh siswa melalui kegiatan yang bermanfaat. Menurut

Rosdiana (2013) pendidikan jasmani adalah suatu proses dalam

pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan

secara sistematis bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan

individu secara organik, perseptual, kognitif, dan emosional dalam rangka

mencapai tujuan pendidikan nasional. Hal ini sejalan dengan fungsi dan

tujuan pendidikan dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan

Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 dinyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi amnesia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah bagian yang integral

dari seluruh pendidikan yang memiliki tujuan dalam mengembangkan

fisik, mental,emosi, dan sosial siswa melalui suatu aktivitas jasmani yang

telah dipilih untuk mencapai hasilnya.


11

b. Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SD

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di Sekolah adalah

memacu kepada pertumbuhan dan perkembangan jasmani, emosional,

mental, sosial yang selaras dalam upaya membentuk dan mengembangkan

kemmapuan gerak dasar, menanamkan sikap, nilai dan membiasakan

siswa hidup sehat.

Menurut Rismayanthi (2011) pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut, 1)

mengembangkan keterampilan siswa dalam upaya pengembangan dan

pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui aktivitas

jasmani dan olahraga 2) meningkatkan pertumbuhan fisik dan

pengembangan psikis siswa, 3) meningkatkan pengetahuan, keterampilan

gerak dasar siswa, 4) mengembangkan sikap sportif siswa, disiplin, kerja

sama, jujur, percaya diri, bertanggungjawab dan demokratis, 5)

mengembangkan keterampilan yang dimiliki oleh siswa untuk menjaga

keselamatan diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya dan 6) memahami

konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan bersih sebagai

informasi dalam mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup

sehat memiliki sikap yang baik dan memiliki keterampilan.

Menurut Rosdiana (2013) tujuan khusus pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan yaitu, 1) Meningkatkan keselarasan penumbuhan

dan perkembangan antara jasmani, rohani mental dan kehidupan dalam

masyarakat, 2) mengembangkan keterampilan dari gerak dasar, 3)


12

Menanamkan nilai dan sikap yang positif, 4) Mengembangkan

pengetahuan dan kebiasaan diperlukan untuk hidup sehat, 5) Menanamkan

kegemaran berolahraga, 6) Meningkatkan kesegaran jasmani dan 7)

Mengenalkan, mengembangkan dan melestarikan budaya

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

tujuan dari pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah untuk

membentuk karakter yang kuat pada siswa, mengembangkan keterampilan

gerak, menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, mengembangkan sikap

sportifitas serta pola hidup sehat.

c. Manfaat Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik dalam

mengembangkan keutuhan manusia. Melalui fisik, aspek mental dan

emosional pun turut berkembang bahkan dengan penekanan yang cukup

dalam. Menurut Rosdiana (2013) secara umum, pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Memenuhi kebutuhan anak akan gerak

Pendidikan jasmani memang merupakan dunia anak-anak sesuai

dengan kebutuhan anak-anak, di dalamnya anak-anak akan belajar sambil

bergembira melalui penyaluran hasratnya untuk bergerak. Semakin

terpenuhi kebutuhan akan gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, kian

besar kemaslahatannya bagi kualitas pertumbuhan itu sendiri.


13

2. Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi yang ada pada dirinya

Pendidikan jasmani adalah waktu untuk berbuat. Anak-anak akan

lebih memilih untuk berbuat sesuatu dari pada hanya harus melihat atau

mendengarkan orang lain ketika mereka sedang belajar.

3. Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna

Peranan pendidkan jasmani di sekolah dasar cukup unik, karena turut

mengembangkan dasar-dasar keterampilan dalam kehidupan di kemudian hari.

4. Menyalurkan energi yang berlebihan

Anak-anak berada dalam masa kelebihan energi. kelebihan energi

ini perlu disalurkan agar tidak menggangu keseimbangan perilaku dan

mental anak.

5. Proses pendidikan secara serentak baik fisik, mental maupun emosional

Pendidkan jasmani memberikan sumbangan yang sangat berarti

terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh

dari pendidikan jasmani adalah perkembangan yang lengkap, meliputi

aspek fisik, mental, emosi, sosial dan moral.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

manfaat pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah membantu

siswa dalam tumbuh kembangnya yaitu menjadi siswa yang aktif dan

sehat.

d. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SD


14

Ruang lingkup pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk sekolah

dasar mencakup banyak aspek. Menurut Rahayu (2013) bahwa ruang lingkup

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan


eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor, non lokomotor, atletik, kasti,
rounders, kippers, sepak bola, basket, tenis meja, bola voli, tenis
lapangan, bela diri, dan bulu tangkis, serta aktivitas lainnya
2) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen
kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh, serta aktivitas lainnya
3) Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, tanpa alat, dengan
alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya
4) Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam kesegaran jasmani (SKJ),
senam pagi dan senam aerobic serta aktivitas lainnya
5) Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan
bergerak di air, dan renang, serta aktivitas lainnya
6) Pendidikan luar kelas meliputi: piknik atau karyawisata, pengenalan
lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung
7) Kesehatan meliputi: penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan
sehari-hari, khususnya terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat,
merawat lingkungan yang sehat, mengatur waktu istirahat yang tepat
dan berperan aktif dalam kegiatan unit kesehatan sekolah (UKS).
Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri dan secara implisit masuk
ke dalam semua aspek. (Junaedi & Wisnu, 2015, h. 836)

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki beberapa

ruang lingkup dalam suatu proses pembelajaran diantaranya permainan

dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas senam, aktivitas ritmik,

aktivitas air, pendidikan luar kelas dan kesehatan.

e. Pentingnya Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SD

Beban belajar di Sekolah begitu berat dan menekan kebebasan

siswa untuk bergerak. Kebutuhan mereka akan gerak tidak bisa

terpengaruhi akibat keterbatasan waktu dan kesempatan. Lingkungan


15

sekolah tidak menyediakan wilayah yang menarik untuk di jelajahi.

Penyelenggaraan pendidikan yang ada di Sekolah lebih mengutamakan

prestasi akademis, dan memberikan tugas yang menumpuk kepada siswa.

Kehidupan sekolah yang berkombinasi dengan kehidupan rumah dan

lingkungan luar sekolah. Jika di sekolah anak kurang bergerak, di rumah

keadaanya juga demikian.

Kemajuan teknologi yang dicapai pada saat ini, malah membuat

anak-anak kurang bergerak di dalam lingkungannya. Anak semakin asyik

dengan kesenanganya seperti menonton televisi atau bermain video game.

Hal ini menyebabkan kerisauan pada anak akan kebugarannya semakin

menurun. Semakin rendahnya kebugaran jasmani, maka meningkat pula

gejala penyakit hipokinetik (kurang gerak). Sehingga menyebabkan

kegemukan, tekanan darah tinggi, nyeri pinggang bagian bawah dan

kencing manis. Selain itu mengakibatkan penyakit jantung tidak lagi

menjadi monopoli orang dewasa melainkan anak-anak juga bisa terserang

penyakit tersebut.

Pendidikan jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut

sehingga kedudukannya dianggap penting. Melalui program yang

direncanakan dengan baik, anak-anak dilibatkan dalam kegiatan fisik yang

tinggi intensitasnya. Selain itu, pendidikan jasmani mnenyediakan ruang

untuk belajar menjelajahi lingkungan yang ada di sekitar dengan banyak

mencoba, sehingga kegiatannya tetap sesuai dengan minat anak.


16

Menurut Kristiyandru (2010) ada tiga hal yang menjadi pentingnya

pendidikan jasmani yaitu, 1) dapat meningkatkan kebugaran jasmani dan

kesehatan siswa 2) dapat meningkatkan keterampilan fisik siswa 3) dapat

meningkatkan pengertian siswa, dan siswa mampu menerapkan

pengetahuannya dalam kegiatan praktik. ( Junaedi & Wisnu, 2015, h. 837)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sangatlah penting karena

membantu siswa dalam meningkatkan kebugaran jasmani, kesehatannya,

keterampilan dan pengetahuan siswa.

3. Modifikasi Media Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan di SD

a. Pengertian Modifikasi Media Pembelajaran

Modifikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu usaha dalam

mengubah atau menyesuaikan. Secara khusus modifikasi diartikan sebagai

suatu upaya yang dilakukan untuk menciptakan dan menampilkan sesuatu

hal yang baru, unik dan menarik. Modifikasi mengacu kepada sebuah

penciptaan, penyesuaian dan menampilkan suatu alat atau sarana dan

prasarana yang baru, unik, dan menarik terhadap suatu proses belajar

mengajar pendidikan jasmani. Hal ini sejalan dengan pendapat Iwanda

(2019) modifikasi merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh guru

pendidikan jasmani dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasana yang

ada dan untuk membuat proses pembelajaran lebih bervariasi sehingga


17

membuat siswa merasa senang dan termotivasi dalam mengikuti proses

pembelajaran.

Menurut Ali (2014) dalam penyelenggaraan pendidikan jasmani

hendaknya mencerminkan karakteristik program pendidikan jasmani itu

sendiri yaitu “Developmentally Apropriate Practice” (DAP) yang artinya

tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa harus memperhatikan

perubahan kemampuan siswa dan mampu mendorong perubahan tersebut.

Oleh karena itu DAP termasuk di dalamnya “Body Scalling” atau ukuran

dari tubuh siswa, dijadikan sebagai prinsip utama dalam memodifikasi

media pembelajaran pendidikan jasmani.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa modifikasi

merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh guru Penjas dalam membuat

atau menciptakan sesuatu yang baru, menarik dan efektif digunakan dalam

proses pembelajaran .

Media pembelajaran merupakan salah satu elemen penting dalam

sutu proses belajar mengajar. Penggunaan media pada setiap proses

pembelajaran menjadi sebuah tuntutan atau bahkan keharusan bagi setiap

guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Secara harfiah, media

diartikan sebagai perantara atau pengantar. Media juga dapat diartikan

sebgai segala bentuk yang digunakan dalam proses penyaluran informasi.

Secara umum media diartikan segala hal yang memuat pesan atau bahan

ajar untuk menstransmisikan melalui suatu alat tertentu.


18

Media pembelajaran merupakan sebuah alat yang digunakan dalam

menyampaikan pesan pembelajaran kepada siswa. Pembelajaran adalah

suatu proses komunikasi yang dilakukan antara pembelajar, pengajar dan

bahan ajar. Maka dapat dikatakan bahwa bentuk dari komuniasi tidak akan

berjalan tanpa adanya bantuan sarana dalam menyampaikan pesan. Hal ini

sejalan dengan pendapat Sanaky (2013) media pembelajaran sarana atau

alat bantu pendidikan yang digunakan guru sebagai perantara dalam

pelaksanaan proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan

efesiensi dalam pencapaian tujuan dari suatu pengajaran.

Menurut Rosyid (2019) media pembelajarakan dikatakan sebagai

alat atau segala bentuk saluran yang digunakan sebagai perantara atau

pengantar pesan dari pengirim (guru atau pendidik) ke penerima pesan

(siswa atau peserta didik) yang bertujuan memberikan suatu rangsangan

kepada siswa agar siswa tertarik atau memiliki minat dalam belajar dan

media pembelajaran membantu guru dan siswa dalam pelaksanaan proses

pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Media pembelajaran mempunyai kemampuan yang lebih luas dari

hanya sekedar alat bantu menurut Rahardjo (1984) secara rinci

mengemukakan kemampuan tersebut sebagai berikut:

1) Membuat kongkrit konsep yang abstrak, 2) menampilkan obyek yang

berukuran besar, misalnya lapangan bola, lapangan basket dan sebagainya, 3)

mengamati gerakan yang terlalu cepat, misalnya dengan slow motion, 4)

memungkinkan terjadinya interaksi dari siswa dengan lingkungannya, 5)


19

memungkinkan adanya keseragaman pengamatan dan persepsi terhadap

pengalaman belajar siswa, 6) membangkitkan motivasi siswa, 7) memberikan

kesan perhatian individu untuk seluruh anggota kelompok belajar, 8) menyajikan

informasi belajar yang konsisten dan dapat diulang maupun disimpan sesuai

kebutuhan dan 9) menyajikan pesan atau informasi belajar secara serentak,

mengatasi batasan waktu, ruang, dan mampuh mengontrol serta mengarahkan

siswa dalam belajar. (Iwanda, 2019, h. 21)

Kemampuan tersebut dapat dimanfaatkan dalam kebutuhan proses

belajar pendidikan jasmani, misalnya saat menayangkan gerak lambat

suatu tugas gerak, saat menampilkan geraka-gerakan yang sulit dipahami

dan berbahaya menurut siswa. Kreativitas guru disini sangat dibutuhkan

dalam mendesain media pembelajaran yang menarik perhatian siswa

dalam mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan pengertian

modifikasi media pembelajaran adalah usaha yang dilakukan oleh guru

dengan menambah atau mengurangi tingkat kompleksitas bahan ajar

dalam pelaksanaan pembelajaran. Seperti apabila keterampilan yang

diajarkan oleh guru sulit, maka guru dapat menyederhanakan bahan ajar

agar lebih mudah dipelajari oleh siswa, dengan memodifikasi media

pembelajaran akan membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti proses

pembelajaran dan mampu bergerak serta gembira selama proses

pembelajaran yang dilakukan.


20

b. Faktor-Faktor Modifikasi dalam Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan di SD

Modifikasi dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

memiliki beberapa faktor-faktor. Menurut Reski (2020) ada beberapa

faktor-faktor dalam melakukan modifikasi sebagai berikut:

1. Ukuran lapangan. Ukuran lapangan permainan dan panjangnya waktu

permainan harus di sesuaikan dengan keadaan fisik anak-anak.

2. Bentuk, ukuran dan jumlah peralatan yang digunakan. Bentuk, ukuran dan

jumlah peralatan yang digunakan. Peralatan yang digunakan harus dalam batas-

batas penguasaan anak-anak, ukuran dan jumlah bola harus mudah dan familiar

untuk dimainkan, ketinggian sasaran dimodifikasi dengan cara

menurunkannya;

3. Panjang waktu permainan. Konsentrasi dan faktor kesenangan pada anak-anak

biasanya relatif pendek, agar anak-anak dapat berkonsentrasi penuh pada waktu

bermain harus diperpendek;

4. Peraturan pertandingan. Modifikasi terhadap peraturan pertandingan dapat

mengembangkan keterampilan dan menimbulkan rasa senang pada anak-anak.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media

sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan proses pendidikan

jasmani di Sekolah Dasar. Media yang standar untuk cabang olahraga

tertentu, belum tentu bisa memenuhi syarat yang akan digunakan oleh
21

siswa. Modifikasi media pembelajaran yang sudah ada atau menciptakan

yang baru merupakan salah satu alternatif yang dapat dikembangkan guru

sebagai upaya dalam menyesuaikan dengan karakteristik dan

perkembangan dari siswa.

c. Jenis–Jenis Modifikasi dalam Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan di SD

Menurut Saputra (2017) modifikasi dalam pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan memiliki beberapa jenis :

1. Modifikasi Pengaturan Giliran

Pengaturan giliran adalah mempraktekkan gerakan yang

berpengaruh terhadap kecepatan peningkatan penguasaan gerakan. Semua

siswa perlu diberikan kesempatan yang cukup secara merata jangan

sampai ada yang memperoleh giliran terlalu berlebihan dan ada yang

terlalu kurang. Kadang-kadang ada siswa yang terlalu bersemangat dan

ada pula yang terlalu pasif. Guru perlu mengendalikan dan

memodifikasinya. Siswa yang terlalu bersemangat diarahkan agar bisa

mengatur pemanfaatan tenaganya secara efisien tanpa menjadikan

semangatnya menurun, sedangkan yang terlalu pasif perlu diberi motivasi

agar mau berlatih.

2. Modifikasi Beban Belajar Meningkat

Pengaturan modifikasi peningkatan beban belajar gerak dapat

diwujudkan dalam bentuk pengaturan materi belajar yaitu, a) dimulai dari

yang mudah ke yang sukar, b) dimulai dari yang sederhana ke yang


22

kompleks, c) dimulai dari gerakan yang kurang memerlukan tenaga ke

yang lebih banyak memerlukan tenaga.

3. Modifikasi Kondisi Praktik Bervariasi

Mempraktikan gerakan merupakan tahapan belajar paling berat

karena harus melakukan aktivitas fisik yang cukup lama, di samping faktor

kelelahan, faktor kejemuan yang merupakan hambatan belajar yang paling

besar. Apabila kejemuan cepat menghinggapi diri siswa, maka sulit bagi

siswa untuk bisa segera menguasai gerakan yang dipelajari. Oleh karena

itu guru perlu mengatur dan memodifikasi kondisi praktik agar tidak

mudah menimbulkan kejemuan.

Cara yang bisa dilakukan adalah mengatur kondisi praktik yang

bervariasi. Variasi kondisi praktik bisa dibuat dalam bentuk a) satu jam

latihan jangan hanya mempraktikan satu pola gerak saja, melainkan perlu

mempraktikan beberapa pola gerak dengan mempertimbangkan kesesuaian

pola-pola gerak untuk dipadukan dan waktu yang tersedia, b) praktik

dilakukan dalam pemberian dalam bermacam macam formasi, c)

memperhatikan pemberian waktu istirahat secara berkala, dan d)

memberikan cukup kebebasan dalam upaya masing masing pelajar untuk

menguasai gerakan.

4. Modifikasi Media Pembelajaran


23

Media pembelajaran dimodifikasi agar mudah digunakan oleh

siswa dan membuatnya menjadi lebih aman dan praktis, dengan prinsip

pembuatan modifikasi media tersebut mengarah pada tujuan pembelajaran.

Sebagai contoh: pembuatan media pembelajaran atletik yang dimodifikasi

untuk nomor-nomor lompat dan lempar. Pembuatan bola berekor yang

menggunakan bola kasti dan tali, dengan berat dan ukuran yang

disesuaikan.

Banyak media pembelajaran pendidikan jasmani yang bisa dibuat

dengan memanfaatkan bahan-bahan disekeliling kita, oleh karena itu guru

penjas harus lebih kreatif dan inovatif dalam hal tersebut, contohnya:

kotak kardus mie, galon air, paralon kertas yang biasa digunakan pedagang

untuk menggulung tikar, bambu, tali-tali plastik, karet gelang, ember dan

lain-lain.

Memanfaatkan barang bekas sebagai media pembelajaran penjas di

sekolah dasar, maka secara langsung akan membuat efisiensi pembiayaan

dalam pengadaan peralatan sekolah. Saat ini media pembelajaran penjas

yang tersedia semua dalam bentuk yang standar dan tidak cocok dengan

usia siswa SD, kalaupun ada harganya juga sangat mahal dan sulit untuk

mendapatkannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis

modifikasi dalam pembelajaran PJOK ada empat yaitu modifikasi

pengaturan giliran, beban belajar meningkat, kondisi praktik bervariasi,

dan modifikasi alat pembelajaran.


24

d. Tujuan Memodifikasi Media Pembelajaran Kesehatan Jasmani Olahraga

dan Kesehatan di SD

Keterbatasan fasilitas Penjas yang ada di Sekolah menjadi kendala

yang serius dalam proses pembelajaran PJOK. Modifikasi dilakukan

sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi keterbatasan fasilitas yang

ada dan untuk menciptakan variasi yang baru dalam proses pembelajaran

PJOK. Media modifikasi membantu guru dalam menyampaikan materi

pembelajaran kepada siswa, proses tersebut dilakukan agar semua pesan

atau materi belajar lebih mudah dipahami oleh siswa dan menarik

perhatian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu,

pengaruh dari media modifikasi dalam proses pembelajaran cukup besar

agar terciptanya proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa yang

nantinya berdampak pada kualitas pembelajaran. Menurut Ngasmain dan

Soeparton (1997) bahwa alasan utama perlunya modifikasi yaitu, 1) siswa

bukanlah orang dewasa yang memiliki kematangan fisik dan mental

selengkap orang dewasa, 2) pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani

selama ini kurang efektif, hanya bersifat monoton sehingga membuat

pembelajaran kurang menarik perhatian minat siswa dalam belajar, dan 3)

fasilitas pembelajaran pendidikan jasmani yang ada sekarang hampir

semuanya didesain untuk orang dewasa. (Iwanda, 2019, h. 18)

Penggunaan media pembelajaran secara umum diperlukan dalam

kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan. Menurut Rosyid (2019)

tujuan media pembelajaran di sekolah yaitu, 1) memberikan kemudahan


25

kepada siswa untuk memahami konsep, prinsip dan keterampilan tertentu

dengan menggunakan media yang tepat menurut sifat bahan ajar, 2)

memberikan pengalaman belajar yang bervariasi kepada siswa sehingga

siswa termotivasi dan memiliki minat dalam belajar, 3) menumbuhkan

sikap dan keterampilan siswa dalam teknologi karena siswa tertarik dalam

menggunakan atau mengoperasikan media tertentu, 4) memperjelas

informasi atau pesan yang disampaikan kepada siswa dan 6) meningkatkan

kualitas belajar mengajar.

Tujuan modifikasi menurut Haryati (2013) yaitu, 1) mengatasi

keterbatasan akan sarana dan prasarana pendidikan jasmani, artinya

masalah kurangnya sarana dan prasarana dapat diatasi dengan cara

memodifikasi atau membuat alat pengganti sarana yang tidak ada dengan

peralatan yang lain yang sudah dimodifikasi, 2) mendukung pertumbuhan

dan perkembangan siswa. Apapun yang dimodifikasi dan dibuat menarik

akan meningkatkan minat siswa untuk bergerak dan melakukannya

sehingga akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan siswa, 3)

mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif. Siswa akan

antusias untuk mengikuti pembelajaran sesuai tujuan yang ingin dicapai

dan 4) mengurangi resiko cedera akibat proporsi antara sarana

pembelajaran dan kondisi fisik yang tidak seimbang. (Hidayah, 2017, h.7)

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

modifikasi media pembelajaran adalah menciptakan proses pembelajaran

yang efektif dengan memberikan peluang kepada guru dalam


26

menyampaikan pemahaman kepada siswa dan materi yang disampaikan

oleh guru kepada siswa dapat dipahami dengan baik.

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang menggunakan

pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2017) penelitian kualitatif merupakan

penelitian untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya perilaku subjek penelitian, persepsi, tindakan motivasi yang

dilakukan secara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dalam penelitian ini memanfaatkan berbagai metode

ilmiah.
27

Penelitian ini dilakukan pada kondisi yang alamiah dan calon peneliti ikut

berpartisipasi di lapangan. Selain itu, metode penelitian ini dipilih karena

mementingkan proses dan hasil serta mengutamakan makna yang ditemukan di

lapangan sehingga dipilihlah penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan

kualitatif untuk menganalisis problematika guru Penjaskes dalam memodifikasi

media pembelajaran PJOK di SD Gugus I Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pertengahan bulan

Januari dan akan berakhir pada bulan Juni tahun 2021.

2. Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Gugus 1 Kecamatan Ulaweng

Kabupaten Bone yang terdapat 7 Sekolah yaitu SD SD Inpres 12/79 Pallawa

Rukka, SD Inpres 10/73 Ulaweng Cinnong, SD Inpres 4/82 Jompie, SD Negeri

136 Jompie, SD Negeri 134 Sappewalie, SD Negeri 135 Manurunge dan SD

Inpres 7/83 Manurunge.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ditentukan oleh calon peneliti berdasarkan

pertimbangan pihak-pihak yang dapat memberikan informasi dan data

yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Subjek dalam penelitian ini ada 7

orang yang merupakan guru-guru di SD Gugus I yaitu SD Inpres 12/79

Pallawa Rukka, SD Inpres 10/73 Ulaweng Cinnong, SD Inpres 4/82

Jompie, SD Negeri 136 Jompie, SD Negeri 134 Sappewalie, SD Negeri

135 Manurunge dan SD Inpres 7/83 Manurunge.

D. Definisi Istilah
28

Definisi istilah pada penelitian ini adalah:

1. Problematika guru adalah masalah, kendala atau persoalan sulit yang dihadapi

dalam proses pembelajaran oleh guru yang bertugas untuk mendidik dan

mengajar siswa hingga memperoleh kedewasaan baik jasmani maupun rohani

dalam suatu pendidikan.

2. Modifikasi media pembelajaran adalah usaha yang dilakukan guru dengan

menambah atau mengurangi tingkat kompleksitas bahan ajar dalam

pelaksanaan pembelajaran.

3. PJOK adalah bagian integral dari seluruh pendidikan yang memiliki tujuan

dalam mengembangkan fisik, mental, emosi dan social siswa melalui suatu

aktivitas jasmani yang telah dipilih untuk mencapai hasilnya.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan langkah-langkan kegiatan yang

dilaksanakan oleh calon peneliti dalam melaksanakan penelitiannya untuk

mencapai tujuan penelitian. Pelaksanaan pengumpulan data penelitian ini

akan dilaksanankan kurang lebih selama sebulan dengan rincian Sekolah

diamati secara penuh selama kurang lebih satu minggu. Selanjutnya

menyerahkan angket untuk diisi oleh guru. Lalu melakukan wawancara

bersama guru untuk memperoleh informasi dan pengambilan data.

Prosedur penelitian disusun dengan uraian sebagai berikut: 1)

melakukan pra penelitian, 2) menentukan partisipan yang akan

diwawancarai, 3) menentukan dokumen apa yang harus didapatkan, 4)

melakukan pengumpulan data, 5) merencanakan analisis data, 6)


29

merencanakan pemeriksaan keabsahan data, 7) melakukan analisis akhir,

membuat interpretasi data dan kesimpulan penelitian serta 8) membuat

laporan akhir penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengumpulkan

informasi melalui teknik triangulasi (gabungan), adalah sebagai berikut:

1. Teknik Observasi

Menurut Sugiyono (2019) observasi merupakan teknik

pengumpulan data yang memiliki ciri-ciri yang lebih spesifik jika

dibandingkan dengan teknik yang lainnya yaitu angket dan wawancara.

Pada pelaksanaan pengumpulan data dengan teknik angket dan wawancara

selalu berkomunikasi dengan orang, tetapi dalam pelaksanaan observasi

tidak terbatas pada orang, melainkan juga pada objek-objek alam yang

lain.

Pengumpulan data secara observasi dilakukan pengamatan secara

langsung di tempat penelitian yaitu di SD Gugus I Kecamatan Ulaweng

Kabupaten Bone. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui problematika

guru Penjaskes dalam memodifikasi media pembelajaran PJOK.

2. Teknik Kuesioner (Angket)

Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan secara langsung dengan memberi beberapa pertanyaan atau

pernyataan kepada responden untuk dijawabnya. Hal tersebut diharapkan

dapat mewakili calon peneliti dalam memberikan pertanyaan atau


30

pernyataan ysng dilakukan secara langsung pada subjek penelitian dengan

jumlah yang cukup banyak. Angket disini ditujukan kepada guru di SD

Gugus I Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone. Angket yang digunakan

berupa pertanyaan tertutup. Pertanyaan dan jawaban yang telah

disediakan, sehingga responden hanya memilih jawaban yang telah

tersedia.

3. Teknik Wawancara

Wawancara adalah interaksi antara pewawancara dengan orang

yang diwawancarai untuk mendapatkan informasi secara langsung. Calon

peneliti menggunakan wawancara terencana-terstruktur karena

memudahkan calon peneliti untuk memberikan pertanyaan kepada subjek.

Menurut Sugiyono (2018) wawancara terencana-terstruktur

merupakan wawancara yang dilakukan oleh calon peneliti telah

menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis

yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan, responden diberi

pertanyaan yang sama dan pewawancara mencatatnya. Melakukan

wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk

wawancara maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu

seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat

membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar. Tujuan wawancara

tersebut adalah untuk mengetahui problematika yang dialami oleh guru

Penjaskes di Gugus I Ulaweng Kabupaten Bone.

4. Studi Kepustakaan
31

Mengumpulkan data-data atau teori dalam penelitian ini maka

peneliti memanfaatkan berbagai macam data dan teori yang dikumpulkan

melalui berbagai tinjauan pustaka penunjang dengan tujuan melengkapi

data yang berhubungan dengan topik penelitian ini.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Instrumen Utama

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri karena

peneliti mencari informasi yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Hal ini karena

peneliti merupakan instrumen kunci penentu suatu penelitian.

2. Instrumen Pendukung

Instrumen pendukung yang digunakan untuk mengumpulkan data yang

akan digunakan dalam penelitian ini, yaiu:

a. Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang melibatkan interaksi

antara peneliti dengan informan dalam satu latar penelitian selama

pengumpulan data. Teknik observasi ini didasarkan atas pengalaman yang

langsung sehingga dapat dirasakan kebenarannya. Secara umum pengamatan

mengoptimalkan kemampuan calon peneliti melihat, menghayati, dan

merasakan apa yang dirasakan subjek sehingga menunjukkan sesuatu yang

natural dan sebenar-benarnya.

b. Pedoman wawancara, digunakan sebagai kerangka dasar melakukan wawancara

agar wawancara yang dilakukan peneliti tetap terarah dan tetap menjaga

relevansi terhadap masalah dalam penelitian.


32

c. Lembar angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan penjelasan kepada

responden untuk dijawabnya. Penelitian ini calon peneliti menggunakan

tertutup dengan mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui

problematika guru Penjaskes dalam memodifikasi media pembelajaran PJOK.

H. Pemeriksaan Keabsahan Data

Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian

yang dilakukan benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk

menguji data yang diperoleh. Menurut Sugiono (2018) uji keabsahan data

dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility, dependability,

transferability, confirmability. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:

1. Credibility

Keakuratan, keabsahan, dan kebenaran data yang dikumpulkan dan

dianalisis sejak awal penelitian akan menentukan suatu kebenaran dan ketapatan

hasil penilaian dengan masalah dan fokus penelitian. agar penelitian yang

dilakukan mendapat hasil yang tepat dan benar yang sesuai dengan konteksnya ,

maka calon peneliti dalam melakukan penelitian ini menggunakan berbagai cara

sebagai berikut:

a. Meningkatkan Ketekunan dalam Penelitian

Meningkatkan ketekunan yaitu melakukan pengamatan secara lebih cermat dan

berkesinambungan maka kepastian data dan urutan peristiwa dalam penelitian

dapat dicatat dan direkam secara pasti dan sistematis. Meningkatkan ketekunan
33

calon peneliti melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah

ditemukan dan dikumpulkan sudah benar atau belum.

b. Triangulasi

Yusuf (2017) “Triangulasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data

yang dilakukan untuk mendapatkan temuan dan interpretasi data yang lebih

akurat dan kredibel” (h, 395). Triangulasi menggunakan beberapa cara yaitu

dengan menggunakan metode yang berbeda dan sumber yang banyak.

c. Analisis Kasus Negatif

Sugiono (2018) melakukan analisi kasus negatif yaitu peneliti mencari data

yang tidak sama atau bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Jika

tidak ada lagi data yang sama atau bertentangan dengan data ditemukan, berarti

masih mendapatkan data yang bertentangan dengan data yang ditemukan, maka

data yang ditemukan oleh peneliti mungkin akan diubah.

d. Menggunakan Bahan Referensi

Sugiyono (2018) referensi merupakan pendukung untuk membuktikan data

yang telah ditemukan oleh peneliti, sebaiknya dalam membuat laporan

penelitian data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan dokumen

autentik dan foto-foto sehingga data-data yang ditemukan oleh peneliti dapat

dipercaya.

e. Mengadakan Membercheck

Sugiyono (2018) tujuan dari membercheck adalah untuk mengetahui

kesesuaian data yang diperoleh dari pemberi data. Tujuan dari membercheck
34

adalah agar informasi yang diperoleh dapat digunakan dalam penulisan laporan

apakah sesuai dengan sumber data atau informan.

2. Dependability

Uji dependability atau penelitian yang dapat dipercaya dengan kata

lain beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang

sama. Penelitian dependability adalah penelitian yang dilakukan oleh

orang lain dengan proses penelitian yang sama akan memperoleh hasil

yang sama pula

3. Transferability

Menurut Sugiyono (2018) “Transferability merupakan validitas

eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan

derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi

dimana sampel tersebut diambil.” (h, 276). Agar penelitian ini dapat

dipahami hasil penelitiannya maka peneliti harus memberikan uraian yang

jelas, rinci, sistematis dan dapat dipercaya oleh pembaca.

4. Corfirmability

Pengujian Corfirmability dilakukan dengan melihat keterkaitan

antara hasil penelitian dengan proses yang dilakukan. Apabila hail

penenlitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka

penelitian tersebut telah memenuhi standar corfirmability.

I. Teknik Analisis Data


35

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengelompokkan

data apek guru. Analisis data yang dilakukan setelah pengumpulan data. Menurut

Miles dan Huberman (1984) “aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction,

data display dan conclusion drawing/verification”. (Sugiyono, 2018, h.133) Tiga

tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Data Reduction

Mereduksi data berarti merangkum, memilih dan memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta mencari tema

dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah calon peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Data Display

Penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan bentuk

uraian singkat, hubungan antara kategori bagan dan sejenisnya penyajian

data akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, kemudian

merencanakan kerja selanjutnya.

3. Conclution Drawing/Verification

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru

yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap

setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kasual atau interaktif,

hipotesis atau teori.


36

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat calon peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data,

maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang valid.


37

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

Adapun jadwal penelitian yang akan dilaksanakan secara rinci jenis

kegiatan yang diuraikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1. Rencana Pelaksanaan Penelitian

N Uraian Januari Februari Maret April Mei Juni Ket.


o kegiatan 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1 Persiapan

Pelaksanaan
Pra Penelitian
Pengajuan
Judul
Penyusunan
Proposal
Seminar
Proposal
Revisi
Seminar
Proposal
2 Pelaksanaan

Melakukan
Observasi
Melakukan
Wawancara
Pembagian
Angket
Analisis data
Hasil
Penelitian
3 Penyusunan Laporan Akhir

Menyusun
Hasil
Penelitian
Seminar Hasil
Penelitian
Revisi
Seminar Hasil
Penelitian
Penyusunan
Skripsi
Ujian Tutup
38

Pengumpulan
Skripsi

RENCANA BIAYA PENELITIAN

Rencana biaya penelitian ini adalah perkiraan biaya yang akan

dikeluarkan selama penelitian berlangsung. Adapun rencana biaya

penelitian ini akan diuraikan pada tabel berikut:

No. Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)


1. Kertas HVS A4 2 rim Rp. 100.000
2. Tinta Print Rp. 100.000
3. Transportasi Rp. 500.000
4. Biaya Tak Terduga Rp. 500.000
Jumlah Rp. 1.200.0000

DAFTAR PUSTAKA
39

Ali, A. 2014. Upaya Peningkatan Keterampilan Bermain Sepakbola Siswa


Melalui Modifikasi Permainan Sepakbola Terhadap Siswa SD Inpres
Bertingkat Mattoangin. Skripsi. Universitas Negeri Makassar.

Junaedi, A & Wisnu, H. 2015. Survei Tingkat Kemajuan Pendidikan Jasmani,


Olahraga, dan Kesehatan Di SMA, SMK, dan MA Negeri Se-Kabupaten
Gresik. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, 3, 834–842.

Fajri, Z. A. 2012. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Sepak Mula Melalui


Modifikasi Media Pembelajaran Pendidikan Jasmani Pada Siswa Kelas IV
SD Negeri Gambirsari Surakarta. Skripsi. Surakarta. Universitas Sebelas
Maret Surakarta.

Hasbullah. 2017. Dasar - Dasar Ilmu Pendidikan. Depok: Raja Grafindo Persada.

Hazra, M. 2019. Problematika Pembentukkan Karakter dan Disiplin Siswa dalam


Kegiatan ekstrakurikuler Pramuka di Madrasah Ibtidaiyah Al Munawwarah
Kota Jambi. Skripsi. Jambi. Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi

Hidayah, A. 2017. Modifikasi Alat Permainan Woodball untuk Pembelajaran


Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Skripsi. Universitas Negeri
Yogyakarta

Iwanda, B. P. 2019. Ragam Hasil Kreativitas Guru Penjasorkes dalam


Memodifikasi Media Pembelajaran Penjasorkes di SMA Negeri Se-
Kabupaten Demak Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri Semarang

KBBI. 2021. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (Online


http://kbbi.web.id/fasilitas.

Lestari, B. D. 2019. Problematika Pembelajaran Tematik dalam Kurikulum 2013


Di Kelas I Sekolah Dasar Negeri 26 Kota Jambi. Skripsi. Jambi. Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Moleong. 2017. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muliadi, Sudirman & Kadir. A. 2020. PKM Pelatihan Media Modifikasi


Pendidikan Jasmani Bagi Guru - Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan SD Di Kecamatan Cina Kabupaten Bone. Jurnal Dedikasi, 22,
166–176

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional
Reski. 2020. Tingkat Kreativitas Guru Pendidikan Jasmani dalam Memodifikasi
Sarana dan Prasarana Di SD Gugus 1 Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone.
40

Skripsi. Universitas Negeri Makassar

Rismayanthi, C. 2011. Optimalisasi Pembentukan Karakter dan Kedisiplinan


Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.
Pendidikan Jasmani Indonesia, 8, 1–17.

Rosdiana, D. 2013. Dinamika Olahraga dan Pengembangan Nilai. Bandung:


Alfabeta.

Rosdiana, D. 2013. Model Pembelajaran Langsung Dalam Pendidikan Jasmani


dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta.

Safitri, D. 2019. Menjadi Guru Profesional. Riau: Indragiri Dot Com

Sanaky, H. 2013. Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif. Yogyakarta: Kaukaba


Dipantara.

Saputra, S. A. 2017. Pengembangan Media Pembelajaran Pendidikan Jasmani.


Kediri: CV. Dhaha Pustaka.

Simbolon, D. 2019. Tingkat Pemahaman Guru PJOK Terhadap Metode


Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 SD Negeri Se-Kecamatan Wates
Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta

Shofiya, S & Sartika, B. S. 2020. Peran Guru IPA SMP Sebagai Fasilitator dalam
Kegiatan Belajar Dari Rumah. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sains
Indonesia (JPPSI), 3, 112–117

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta, CV

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta, CV

Tim Penyusun. 2019. Pedoman Penulisan Akhir Mahasiswa. Makassar:


Universitas Negeri Makassar.

Wahyuningtyas, A. (2020). Problematika Guru dalam Menghadapi Gaya Belajar


Siswa Kelas 5 MI Sailul Ulum Pagotan Madiun Ponorogo. Skripsi. Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

Yusuf. (2017). Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif & Penelitian Gabungan.


Jakarta: Kencana.
41

LAMPIRAN

Lampiran 1
42

PEDOMAN WAWANCARA

1. Bagaimana pengadaan media pembelajaran PJOK di Sekolah?

2. Apa saja jenis media pembelajaran PJOK di Sekolah?

3. Bagaimana kondisi media pembelajaran PJOK yang ada di Sekolah?

4. Apakah Bapak/Ibu guru pernah melakukan modifikasi media pembelajaran

PJOK?

5. Apa saja langkah-langkah yang dilakukan oleh Bapak/Ibu guru saat

memodifikasi media pembelajaran PJOK?

6. Bagaimana kegiatan tindak lanjut yang dilakukan oleh Bapak/Ibu guru setelah

memodifikasi media pembelajaran PJOK?

7. Apa problematika yang dihadapi oleh Bapak/Ibu guru dalam memodifikasi

media pembelajaran PJOK?

8. Apakah ada masalah yang Bapak/Ibu guru jumpai pada saat penggunaan

media modifikasi yang telah dibuat?

9. Adakah kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menggunakan media

modifikasi PJOK?

10. Apakah media modifikasi dimanfaatkan secara maksimal?

Lampiran 2
43

KISI-KISI ANGKET

Analisis Problematika Guru Penjaskes dalam Memodifikasi Media

Pembelajaran PJOK SD Gugus 1 Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone

Variabel Faktor Indikator Nomor Jumlah


Butir
Pernyataan
Analisis Kemampuan Kebutuhan 1, 2 2
Problematika dalam dan
guru melihat ketersediaan
Penjaskes
masalah Media
dalam
Memodifikasi yang Pembelajaran
Media berhubungan PJOK
Pembelajaran dengan Kondisi 3, 4*, 5*, 6 4
PJOK SD Media Media
Gugus 1 Pembelajaran Pembelajaran
Kecamatan PJOK PJOK
Ulaweng Manfaat dan 7*8*9 3
Kabupaten
pemanfaatan
Bone
Media
Pembelajaran
PJOK
Kemampuan Sikap dan 10, 11, 12, 12
guru dalam kemauan
menciptakan guru untuk 13, 14*, 15,
dan memecahkan
16, 17, 18*,
menerapkan masalah
ide dalam terkait Media 19, 20, 21
memecahkan Pembelajaran
masalah PJOK
melalui Ide dalam 22, 23, 24 3
modifikasi memodifikas
Media i Media
Pembelajaran
Pembelajaran
PJOK
PJOK Penerapan 25*26* 27 3
ide Media
Pembelajaran
PJOK
Sikap Informasi 28, 29, 30, 5
44

terbuka dan dan 31, 32


mau Teknologi
menerima Pengetahuan 33, 34*, 3
hal- hal baru 35*
untuk
kemajuan
pembelajaran
pendidikan
jasmani
olahraga dan
kesehatan

Jumlah 35
*: Pernyataan Negatif

Lampiran 3

INSTRUMEN ANGKET
45

Analisis Problematika Guru Penjaskes dalam Memodifikasi Media

Pembelajaran PJOK SD Gugus 1 Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone

Identitas Responden

Nama :

NIP :

Jenis Kelamin : L / P

Sekolah :

Petunjuk Pengisian

1. Isi identitas diri anda sebelum mengisi angket berikut.

2. Baca baik-baik setiap pernyataan berikut. Kemudian jawablah semua

pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

3. Pilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda yang

sebenarnya dengan memberi tanda centang ( √ ) pada jawaban yang telah di

sediakan.

Alternatif Jawaban:

 SL berarti Selalu

 SR berarti Sering

 TS berarti Tidak Sering/ Kadang-kadang

 TP berarti Tidak Pernah

4. Jawaban yang paling benar adalah jawaban yang sesuai dengan keadaan

anda.

5. Semua pertanyaan yang ada pada angket ini, tidak bermaksud menilai anda

dalam bentuk apapun.


46

6. Jawaban yang anda berikan sangat berarti bagi kami.

No. Pernyataan SL SR TS TP
1 Saya berusaha menemukan kemungkinan masalah-
masalah yang muncul terkait dengan media
pembelajaran sehingga dapat melakukan antisipasi
nantinya
2 Sebelum menentukan dan menyiapkan media
pembelajaran yang digunakan, saya memperhatikan
kondisi media pembelajaran yang ada.
3 Karakter siswa tidak saya pikirkan dalam
menentukan media pembelajaran
4 Saya tidak melakukan pengecekan terhadap kondisi
media pembelajaran yang dimiliki Sekolah
5 Inventaris saya lakukan terhadap media
pembelajaran yang sekolah miliki.
6 Saya menggunakan media pembelajaran yang
dimiliki sekolah asal dapat menunjang/sesuai
materi.
7 Saya mengajarkan materi yang ada dikurikulum,
walaupun media pembelajaran tidak ada.
8 Media pembelajaran menghambat siswa SD dalam
menerima dan menguasai materi yang diajarkan.
9 Alat yang rusak saya buang tanpa memikirkan hal
lain untuk memanfaatkannya.
10 Masalah media pembelajaran yang ada, berusaha
saya atasi dengan kemampuan yang saya miliki.
11 Dalam mengajar saya menggunakan media
pembelajaran seadanya yang ada di sekolah.
12 Media pembelajaran yang rusak akan saya perbaiki
jika masih bisa diperbaiki.
13 Saya berusaha mencari alternatif media
pembelajaran lain, jika media pembelajaran yang
saya butuhkan tidak tersedia atau tidak mencukupi.
14 Jika media pembelajaran yang dibutuhkan tidak
tersedia atau tidak mencukupi maka pelajaran akan
saya ganti.
15 Saya tetap berusaha mengajar sebaik mungkin
meski media pembelajaran dalam keadaan rusak.
16 Kemampuan dalam menggunakan alat dan
efektivitas gerak menjadi fokus saya memodifikasi
media pembelajaran
17 Saya berusaha menemukan cara-cara yang lebih
efektif dan efisien dalam mengajar serta dalam
47

memanfaatkan media pembelajaran


18 Memodifikasi media pembelajaran hanya akan
membuang waktu, tenaga, dan menganggu dalam
pekerjaan serta aktivitas saya sebagai seorang guru.
19 Saya berprinsip dan berfikir bahwa pembelajaran
akan berhasil jika proses belajar mengajar berjalan
efektif dan efisien
20 Saya berusaha mencari metode yang tepat dalam
mengajar dengan pemikiran saya sendiri.
21 Saya menggunakan halaman sekolah jika lapangan
yang saya butuhkan tidak ada.
22 Untuk membantu kelancaran dalam mengajar saya
membuat media pembelajaran sederhana yang
mendukung.
23 Saya memodifikasi media pembelajaran yang ada
agar pembelajaran efektif dan efisien.
24 Saya membuat lapangan mini dan atau
memanfaatkan lapangan lain untuk mendukung
aktivitas pembelajaran yang saya lakukan.
25 Saya tidak melibatkan pihak-pihak lain dalam
menerapkan dan mewujudkan ide modifikasi media
pembelajaran pembelajaran PJOK
26 Ketika menemukan ide dalam memodifikasi media
pembelajaran , saya langsung merealisasikan tanpa
memikirkan efeknya bagi siswa, materi, lingkungan,
maupun yang lainnya.
27 Saya membuat tugas kepada siswa untuk membawa
atau membuat alat yang dapat mendukung
pelaksanaan pembelajaran
28 Saya memberi kesempatan siswa untuk bertanya
menyampaikan kesulitan serta keluhan dalam
mengikuti pembelajaran.
29 Saya berusaha menjalin hubungan dan kerja sama
dengan masyarakat sekitar untuk mengatasi masalah
yang ada termasuk media pembelajaran
30 Saya berusaha berkonsultasi permasalahan sarana
dan disampaikan prasarana pada ahli pendidikan
terutama pendidikan jasmani, olahrga dan
Kesehatan agar tujuan dari pembelajaran dapat
tercapai.
31 Media elektronik serta media cetak lainnya saya
manfaatkan sebagai salah satu sumber inspirasi
dalam menemukan ide untuk memecahkan masalah.
32 Kerjasama dan tukar pendapat serta pikiran saya
lakukan dengan sesama guru Penjaskes
48

33 Saya memperoleh pengetahuan dan ide untuk


menyikapi keterbatasan media pembelajaran dari
lingkungan sekitar.
34 Saya mencari permainan-permainan dengan
memanfaatkan media pembelajaran dari berbagai
sumber, bagi saya tidak perlu.
35 Pengalaman dari rekan sesama guru terutama guru
penjaskes tidak pernah saya perhatikan, karena tidak
ada hubungan dan manfaat bagi saya.

Lampiran 4

Dokumentasi Pelaksaan Pra Penelitian di SD Gugus 1 Kecamatan Ulaweng

Kabupaten Bone
49

Gambar 1. Wawancara dengan Bapak A di SDN 135 Manurunge

Gambar 2. Wawancara dengan Ibu A di SD Inpres 10/73 Ulaweng Cinnong

Gambar 3. Wawancara dengan Ibu B di SD Inpres 7/83 Manurunge

Gambar 4. Wawancara dengan Ibu B di SDN 134 Sappewalie


50

Gambar 5. Media Pembelajaran PJOK


51

Anda mungkin juga menyukai