Kelompok 17
ABSTRAK
1
Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: J. Lexy, 2005) hal. 125
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi
dan wawancara.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. METODOLOGI PENDEKATAN KEAGAMAAN
Metodologi adalah studi-studi tentang metode yang digunakan dalam suatu
bidang ilmu untuk memperoleh pengetahuan mengenai pokok-pokok pembahasan
ilmu tertentu, menurut aspek tertentu dari penyelidikan yang dilakukan di KKN-
GM Kelompok 17 Panjunan.2 Metode pendekatan agama yang digunankan dalam
penelitian ini menggunakan metode sosiologis.
Dalam disiplin Sosiologi Agama, ada tiga perspektif utama sosiologi yang
digunakan sebagai landasan dalam melihat fenomena keagamaan di masyarakat
Panjunan, yaitu: perspektif fungsionalis, konflik dan interaksionisme simbolik.
Masing-masing perspektif memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri bahkan bisa
jadi penggunaan perspektif yang berbeda dalam melihat suatu fenomena
keagamaan akan menghasilkan suatu hasil yang saling bertentangan. Pembahsan
berikut ini akan memaparkan bagaimana ketiga perspektif tersebut dalam melihat
fenomena keagamaan yang terjadi di masyarakat.
2
Marisusai, D. Fenomologi Agama. (Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 2002)
Tahiyatul Masjid dua rakaat. C). I’tikaf, I’tikaf adalah ibadah dengan cara
menyerahkan diri kepada Allah SWT, dengan cara berdiam diri di dalam
masjid, dan menyibukkan diri dengan berbagai bentuk ibadah yang layak
dilakukan di dalamnya. d). bertasbih dan dzikir kepada Allah STW. Tidak ada
perbedaan di tengah ulama bahwa masjid adalah tempat untuk mensucikan
Allah dan berdzikir kepada-Nya. Adapun fungsi penunjang masjid adalah
sebagai pusan Pendidikan, pusat informasi masyarakat, pusat Kesehatan dan
pengobatan, tempat akad nikah, tempat bersosialisasi, tempat kegiatan
ekonomi.
Masjid Al-Mukarromah Kota Cirebon didirikan pada tahun 1996 yang berawal
dari sebuah Musholah di kelurahan Panjunan Gang Layur Dalam Pesisir Utara,
kemudian pada tahun 2020 terjadi pemekaran di wilayah kampung Pesisir RW 001
dengan RW 010 karena kepadatan penduduk yang kian meningkat, sehingga
Musholah yang berada di RW 010 dijadikan Masjid oleh Penduduk Setempat. Masjid
Al-Mukarromah merupakan Tempat peribadatan yang strategis, karena di Pesisir
Gang Layur ini masyarakatnya sangat antusias dalam menjalankan ibadah terutama
yang berkaitan dengan Masjid, walaupun dengan segala keterbatasan yang ada hal itu
tidak menjadi hambatan untuk berhenti menjalankannya. Karena Jumlah Penduduk
yang semakin banyak, dan terjadi pemekaran wilayah, maka akan direncanakan
Renovasi di Awal tahun 2022, yang kira-kira akan menghabiskan Biaya 2 Milyar, dan
sedang diusahakan dalam pencarian dana Proses Pembangunan Masjid ini.
5) Aktivitas Keluarga
Ciri lain dari suatu masyarakat pesisir Panjunan Kota Cirebon adalah aktivitas
kaum perempuan dan anak-anak. Pada masyarakat Pesisir Panjunan Kota Cirebon
ini, umumnya Ibu-ibu yang mencari nafkah juga layaknya seorang nelayan.
Mereka melakukan pengolahan hasil tangkapan, baik pengolahan kecil-kecilan di
rumah untuk dijual sendiri maupun sebagai buruh pada pengusaha pengolahan
ikan dan udang atau hasil tangkap lainnya. Adapun keseharian anak-anak seperti
layaknya anak-anak biasanya yaitu bersekolah. Namun disini, anak-anak
masyarakat Pesisir Panjunan Kota Cirebon tidaklah secara keseluruhan
bersekolah ada sebagian dari mereka yang turut mencari nafkah. Namun secara
keseluruhan anak-anak Pesisir Panjunan Kota Cirebon bersekolah namun
mengambil sekolah paket yang mana bersekolah dimalam hari.
6) Memiliki Sistem Kepercayaan dan Adat
Dilihat dari aspek kepercayaan, masyarakat pesisir Panjunan Kota Cirebon
masih menganggap bahwa laut memilki kekuatan misteri sehingga mereka masih
sering melakukan adat pesta laut atau sedekah laut. Namun, sebagian masyarakat
Pesisir Panjunan Kota Cirebon sudah ada yang tidak percaya terhadap adat-adat
seperti pesta laut tersebut. Mereka hanya melakukan ritual tersebut hanya untuk
formalitas semata. Acara ini sering disebut dengan Nadranan, terakhir kali
Nadranan ini dilakukan pada hari Sabtu, 30 Oktober 2021.
4
[ CITATION Ast14 \l 1033 ] Mengembalikan Fungsi Masjid Sebagai Pusat Peradaban Masyarakat:
Jurnal Ilmu dakwah dan Pengembangan Komunitas Vol. 9 No.1. 3344
5
[ CITATION Zul15 \l 1033 ] Transformasi dan Pemberdayaan Umat Berbasis Masjid: Studi Pada
Masjid Nurussa’adah Salatiga. Inferensi Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol. 9, No. 1, hal 257-
278
Dalam konteks masjid, masjid yang memberdayakan masyarakat adalah masjid
yang mampu menguatkan masyarakatnya ke arah lebih baik. Lebih umum lagi,
pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat terutama mereka
yang miskin sumber daya, kaum perempuan dan kelompok yang terabaikan lainnya,
didukung agar mampu meningkatkan kesejahteraannya secara mandiri 6. Pendek kata,
masjid diharapkan menjadi bagian tak terpisahkan dari pencapaian kesejahteraan
umat.
8
Nurjamilah, C. (2016). Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid Dalam
Persfektif Dakwah Nabi SAW: Journal of Islamic Studies and Humanities Vol. 1, No. 1 (2016)
93-119
9
Kurniawan, S. (2014). Masjid Dalam Lintas Sejarah Umat Islam. Journal of Islamic Studies
IAIN Pontianak Vol. 4 (2) hal 169-184
pengembangan program pemberdayaan masjid harus berawal dan berdasar pada core
ini. Ada pun inti dari kegiatan keagamaan yang palin pertama dan utama adalah
pelaksanaan sholat. Indikator hidup dan tidaknya sebuah masjid dapat dilihat dan
hidup tidaknya kegiatan shalat berjama’ah di masjid tersebut. Kegiatan rutin shalat
berjama’ah lima waktu sudah berjalan dari awal pembangunan masjid hingga kini.
Jumlah jama’ah pun kian bertambah. Selain kegiatan utama yang diurai di atas,
berikut ini diurai pula kegiatan rutin yang dilaksanakan di masjid Al- Mukarromah
dalam kerangka menghidupkan masjid dan memakmurkannya. Kegiatan rutin
pemberdayaan spiritual keagamaan yang dilaksanakan di masjid Al-Mukarromah di
antaranya: (1) Pelaksanaan Yasinan pada malam Ahad setiap ba’da maghrib (2)
Kegiatan membaca Ratibul Haddad Ba’da Isya. (3) Kegiatan marhabanan . (4)
Kegiatan Tablig Akbar dengan mendatangkan habib dan ulama nasional dalam
menyambut hari besar keagamaan seperti tahun baru hijriah. Kegiatan ini sudah
menjadi rutin dan membudaya. Keberadaannya telah memberikan dampak positif
yang tak terkira. Selain dinantikan oleh jemaah, kehadiran ulama dan habib telah
menjadi magnet tersendiri sehingga dapat menyedot jumlah jamaah yang banyak.
Dampak positif lain sangat terasa oleh para pedagang yang ambil bagian dari
kegiatan ini. Sudah menjadi hukum ekonomi bahwa berkumpunya orang banyak di
suatu tempat akan menjadi pusat perputaran uang dan aktifitas ekonomi yang lain.
Ada orang, ada penjual, ada pembeli da nada transaksi ekonomi. Ada berkah yang
melimpah di setiap kegiatan massal seperti ini. Ini menunjukkan bahwa kegiatan
masjid telah nyata memberdayakan umat secara langsung.
Nilai-nilai edukatif pada aspek pendidikan sudah tidak perlu diragukan lagi.
Proses pendidikan dari setiap sisi dan bagian mengandung nilai edukatifnya.
Penyediaan lembaga pendidikan bagi masyarakat menghimpun semua nilai itu.
Penyediaan media pembelajaran berupa perpustakaan adalah bagian dari upaya
meningkan kualitas pendidikan masyarakat dan dapat dipastikan di dalamnya ada
nilai edukatif yang dibangun. Ketiga, Optimalisasi Pemberdayaan Ekonomi. Bidang
ekonomi merupakan bagian tak kalah penting dalam proses pemberdayaan
masyarakat. Bahkan sering dipandang sangat krusial dan menentukan dan menjadi
pusat perhatian. Kegiatan pemberdayaan ekonomi masjid yang saat ini telah
10
(Zulfa. M (2015). Transformasi dan Pemberdayaan Umat Berbasis Masjid: Studi Pada
Masjid Nurussa’adah Salatiga. Inferensi Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol. 9, No. 1,
hal 257-278
dilakukan di masjid Al- Mukarromah antara lain: (1) Pengelolaan kotak amal masjid.
Kotak amal, baik yang permanen maupun yang mobil menjadi media utama
generating dana masyarakat.
Pendidikan dasar Al-Qur’an bagian paling penting dalam penanaman nilai agama
dan moral bagi anak usia dini. Hal ini sejalan dengan pendapat Sajirun yang
mengatakan bahwa Al-Qur’an sangat urgen diajarkan sejak dini mengingat itu
merupakan kitab suci yang menjadi pegangan utama dan sebagai dasar untuk
mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Mengajarkan Al-Qur’an sejak dini agar jiwa anak
tumbuh diatas fitrah dan cahaya hikmah sehingga terbentuk karakter yang shaleh
karena Al-Qur’an salah satu pilar dari pilar-pilar islam. Al-Qur’an kitab suci bagi
umat Islam yang diiturunkan secara berkala atau berangsur-angsur pada nabi
12
N, H. (2016). Strategi Pembelajaran Tahfidz Al-Qur'an di Lembaga Pendidikan.
A'allum:Jurnal Pendidikan Islam, 63-81.
Muhammad SAW melalui perantara malaekat Jibril[ CITATION Saj12 \l 1033 ]13.
Khaerul dan Haramain dalam bukunya mengatakan mengingat pentingnya pendidikan
Al-Qur’an dalam kehidupan manusia, maka pembelajaran Al-Qur’an penting
diberikan pada anak usia dini sebagai generasi penerus bangsa. Al-Qur’an diturunkan
sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusia dalam menjalankan kehidupan di
dunia dan sebagai bekal menuju kehidupan akhirat[ CITATION Muh18 \l 1033 ].
13
Sajirun, M. (2012). Membentuk Karakter Islami Anak Usia Dini. Surakarta: Era Adicitra
Media.
menyiapkan pahala besar bagi pengajar dan orang yang belajar Alquran, sebagaimana
dijelaskan dalam hadis yang riwayat Utsman bin ‘Affan bahwa Nabi Muhammad
SAW bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Alquran dan
mengajarkannya,” (HR Bukhari).
Anak yang dikenalkan ilmu Al-Qur’an sejak usia dini akan tumbuh menjadi
pribadi yang baik dan berkarakter religius. Pembelajaran baca tulis Al-Qur’an sebagai
dasar-dasar pembelajaran Al-Qur’an diberikan sejak dini akan menjadikan
pembiasaan yang baik dan menanamkan rasa cinta dalam diri, hati dan pikiran anak.
Melalui pembelajaran baca tulis Al-Qur’an anak mampu mengenal huruf-huruf
hijaiyah, menghafalkan bunyi huruf, membaca kata hingga kalimat dalam bahasa
Arab. Dengan bekal ini nantinya akan mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan
benar. Ketika anak sudah mampu membaca kalimat anak bisa mempraktekkan bacaan
Al-Qur’an ayat-ayat pendek maupun panjang dengan tajwid dan artikulasi yang benar
susuai kaidah. Akan mudah mempelajari teori-teori dalam ilmu tajwid meskipun
hanya dalam bentuk sederhana seperti hukum dasar lam sukun, tanwin, nun sukun,
mad dan lain sebagainya.
Pembelajaran baca tulis Al-Qur’an bagi anak usia dini merupakan pembelajaran
dasar (awal) untuk dapat memahami isi dan kandungan serta nilai-nilai yang terdapat
dalam Al-Qur’an. Dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an ini pada umumnya
pertama-tama anak akan diajarkan mengenal huruf-huruf hijaiyah. Ada 30 huruf
hijiyah yang akan anak pelajari anak diantaranya:
ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و ه ال ء ؛
Tahap pertama pengenalan huruf, bunyi atau makhraj huruf serta tanda baca
atau harkat. Jika sudah dikuasai anak dengan baik dan benar barulah anak diajarkan
tahapan selanjutnya membaca kata. Huruf-huruf yang diberi tanda baca sehinnga
melahirkan bunyi disambung dengan huruf lain menjadi sebuah kata. Pada tahap
pembelajaran membaca Al-Qur’an harus benar-benar dilakukan dengan baik,
diharapkan anak dapat melafalkan dengan fasih. Anak harus benar-benar dapat
menguasai tahap membaca kata terlebih dahulu agar lebih mudah pada tahap
selanjutnya yaitu membaca kalimat. Jika anak suda mampu membaca kata sesuai
dengan makhraj hurufnya barulah anak dapat lanjut ketahap membaca kalimat.
Setelah anak mampu membaca kalimat selanjutnya pembelajaran akan semakin sulit
seperti adanya penambahan bunyi (pada tanda tertentu maka dibaca menjadi lebih
panjang, dan lain sebagainya), tanda-tanda waqof atau berhenti, seperti halnya tanda
titik dan koma dalam membaca tulisan bahasa Indonesia. Namun dalam pembelajaran
Al-Qur’an tanda waqof ini bermacam-macam dan masing-masing tanda mengandung
arti yang berbeda.
Ketika anak telah mampu membaca perkalimat pada Al-Qur’an untuk lebih
memfasihkan pelafalan dapat dilakukan dengan mengahafalkan ayat-ayat atau surah-
surah pendek dalam Al-Qur’an. Pada saat ini anak juga akan mulai dilatih mangatur
nafas dan membaca dengan irama. Membaca Al-Qur’an dengan irama sebenarnya
akan lebih menyenangkan bagi anak, karena akan terdengar lebih indah dan mudah
masuk kedalam hati dan pikiran. Akan tetapi jika tidak melalui tahapan-tahapan
seperti di atas maka anak belum bisa diajarkan irama. Sebab yang lebih penting itu
adalah penekanan pada kefasihan melafalakan huru-hurufnya sesuai dengan makhraj
dalam kaidah ilmu tajwid. Ketika suda fasih barulah dapat diiringi dengan irama agar
lebih indah dan merdu. Setelah anak dapat membaca dan menuliskan Al-qur’an
dengan baik dan benar barulah anak dapat diajarkan memahami arti atau
terjemahannya untuk kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi anak usia dini pembelajaran baca tulis Al-Qur’an akan menjadi sulit jika
tidak dilakukan dengan mempertimbangkan tingakat kemampuan pemahaman anak.
Al-Qur’an yang merupakan bacaan dalam lafaz Arab membacanya bukanlah seperti
membaca tulisan dalam bahasa Indonesia. Setiap huruf-hurufnya, kata-kata
didalamnya mengandung arti dan makhraj yang harus dapat dilafalkan dengan baik
dan benar. Jika salah dalam pelafalan akan mengandung arti yang berbeda. Untuk itu
dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an anak usia dini perlu diberikan dengan
menggunakan metode pembelajaran. Dengan adanya metode pembelajaran
diharapkan anak akan dapat lebih mudah mengerti dan menerima apa yang
disampaikan. Metode yang digunakan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an beragam
sehingga pendidik dapat memilih metode mana yang lebih dipahami serta dirasa lebih
mudah diajarkan pada anak[ CITATION Sri20 \l 1033 ].14
Salah satu metode nya adalah metode Iqro, metode ini yang paling popular
dan paling banyak digemari dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an. Srijatun
mengatakan bahwa metode Iqro’ merupakan cara cepat membaca Al-Qur’an. Terdiri
dari enam jilid yang dilengkapi buku tajwid praktis dan dalam waktu relatif singkat.
Pada pelaksanaanya metode Iqro’ ini tidak membutuhkan alat yang bermacam-
macam dan ditekankan pada bacaan yang fasih dan sesuai dengan makhroj dan
bacaannya. Metode ini bisa dikatakan cukup mudah untuk diajarkan pada anak usia
dini. pembelajaran dengan metode Iqro’ diawali dengan pengenalan huruf hijaiyah,
pengenalan bunyi atau mahraj dan tanda baca atau harkat. Setelah anak mengenal
tahapan tersebut selanjutnya anak akan belajar kata dan kemudian kalimat. Setiap
jilid pada buku Iqro dilengkapi dengan panduan atau petunjuk yang membantu anak
lebih mudah dalam belajar[ CITATION Sri17 \l 1033 ].15
14
Sri Maharani dan Izzati. (2020). Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur'an Anak Usia Dini. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 1288-1298.
15
Srijatun. (2017). Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur'an Dengan Metode Iqro'
Pada Anak Usia Dini di RA Perwinda Slawi Kabupaten Tegal. Jurnal Pendidikan islam
Vol.11 No1 , 25-42.
e. Pemberdayaan Anak-Anak Dalam Kegiatan Keagamaan
Upaya memberdayakan masjid adalah sebagai pusat kegiatan keagamaan,
pendidikan dan layanan sosial. Namun dalam kenyataannya, fungsi masjid yang
berdimensi duniawiyah kurang memiliki peran yang maksimal dalam pembangunan
umat dan peradaban Islam. Dalam rangka untuk melestarikan dan mengembangkan
masjid kiranya diperlukan pemikiran dan gagasan inovatif dan sekaligus kemauan
semua pihak terutama para pengelolanya. Namun,seperti yang kita ketahui
kebanyakan masyarakat lebih senang menghabiskan waktunya dengan bermain
gadget dan bermain game dibandingkan dengan membac, utamanya membaca Al-
Qur’an bagi masyarakat Muslim dan kegiatan bermanfaat lainnya.
Gerakan Magrib Mengaji ini diharapkan menjadi budaya dan ciri khas masyarakat
khususnya dalam pemberdayaan anak-anak di Masjid Al-Mukarromah Kelurahan
Panjunan sehingga nilai-nilai spiritualitasnya terjaga.
1. Strategi Pemberdayaan
a. Sosialisasi ke Anak-Anak
Kita sosialisasikan ke anak-anak tentang program-program yang akan kita
laksanakan diantaranya yaitu : Budayakan maghrib mengaji, Budayakan sholat
maghrib dan isya berjama’ah di masjid, memberikan bimbingan dan pembinaan
pada anak-anak dalam proses pengenalan huruf Al-Qur’an dan baca tulis Al-
Qur’an serta pembinaan keagamaan, & lomba-lomba keagamaan, hal diharapkan
agar anak- anak dapat mengikuti semua program yang kita adakan di Masjid.
b. Memberikan Bimbingan
16
Agus Ahmad dan Syafei, Perkembangan Masyarakat Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001),
hal. 20-21
Setelah kita mengumpulkan anak-anak kemudian kita berikan bimbingan yang
terus menerus baik itu dari orang tua, tokoh-tokoh agama maupun pemerintah.
Adapun bimbingan yang diberikan yaitu agar dapat membentuk budi pekerti
ataupun karakter yang baik yang harus dimiliki oleh setiap anak dan orang tua
ataupun guru harus memberikan motivasi belajar yang tinggi agar anak-anak
dapat lebih semangat lagi dalam belajar tentang agama.
c. Praktek
Setelah anak-anak di berikan bimbingan kemudian alangkah baiknya anak-
anak dapat mempraktekkan apa saja yang telah diajarkan oleh para mahasiswa
KKN GM seperti membaca Al-Qur’an yang baik & benar sesuai dengan aturan
tajwid, & dapat menerapkan akhlak yang baik terhadap kedua orang tuanya
ataupun gurunya contohnya seperti bersikap jujur & patuh kepada orang tua &
juga gurunya, saling tolong menolong antar teman dll
d. Evaluasi
Untuk mengetahui semua program tercapai dengan baik maka perlu di
adakannya evaluasi, apakah dengan program-program yang kita laksanakan dapat
memberikan kemajuan & perkembangan bagi anak-anak ataukah tidak 17. Oleh
karena itu untuk mengetahui seberapa baik program tersebut berjalan dengan
lancar maka perlu di adakan lomba keagamaan seperti Adzan, pidato, cerdas
cermat dll supaya kita bisa menilai langsgung seberapa baik anak-anak dapat
menyerap pelajaran- pelajaran yang ia dapatkan, sesuai dengan tujuan yang kita
harapkan. Adapun lomba-lomba nya sebagai berikut:
a) Lomba Cerdas Cermat keagamaan
Lomba Cerdas Cermat keagamaan adalah lomba yang menekankan
pada penguasaan wawasan dan pengetahuan, sikap dan keterampilan
Pendidikan Agama melalui keterampilan menjawab pertanyaan dan
mendemonstrasikan dengan cepat, tepat dan terampil. Tujuan diadakanya
17
Direktorat Penerangan Agama Islam, Pedoman Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji.
(Jakarta:Kemenag RI, 2014) hal.6
lomba ini untuk mengetahui sejauh mana perkembangan pengetahuan
keagamaan anak-anak. Adapun manfaat diadakanya Lomba Cerdas Cermat
keagamaan ialah untuk menambah wawasan anak dan keterampilan
menjawab pertanyaan.
Gambar 1. Format penilaian lomba cerdas cermat keagamaan:
d) Lomba Pidato
Menurut Syam Pidato ialah teknik berbicara dengan pemakaian kata-
kata atau bahasa secara efektif, yaitu menampilkan keterampilan atau
kemahiran dalam melakukann pememilihan kata yang dapat memberikan
pengaruhi terhadap pendengar. ujuan diadakannya lomba pidato ialah untuk
melatih keberanian dan kemampuan berbicara anak di depan umum. Adapun
manfaat nya selain menambah pengetahuan lomba pidato juga sebagai tolak
ukur kemampuan anak dalam menyampaikan materi di depan umum.
Gambar 4. Format Penilaian Lomba Pidato
Sesuai data-data diatas dapat disimpulkan bahwasanya:
2. Langkah-Langkah Pemberdayaan
a. Gerakan Maghrib Mengaji
1) Sosialisasi ke anak-anak di masjid Al-Mukarramah;
2) Sholat Maghrib dan Isya berjama’ah di masjid dengan anak-anak;
3) Anak-anak berkumpul di masjid setelah sholat maghrib dan isya berjama’ah;
4) Kemudian anak-anak bersama-sama tadarus Al-Qur’an dan belajar sesuai
jadwal dengan dibimbing oleh para mahasiswa KKN-GM.
5) Anak-anak kemudian satu-persatu menyetorkan hafalan surat-surat pendek
yang sudah dihafalnya;
6) Setelah semua anak-anak selesai menyetorkan hafalannya, pembimbing
memberikan sedikit cerita tentang kisah-kisah para nabi & memberikan
pelajaran tentang akhlak yang baik kepada kedua orang tua ataupun gurunya;
7) Kemudian pembimbing memberikan sebuah pertanyaan agar anak-anak dapat
merespon & menjawab semua pertanyaan yang diajukan, begitupula
sebaliknya anak-anak bertanya dan pembimbing menjawabnya;
8) Setelah mengaji selesai dilanjutkan dengan sholat isya berjamaah di masjid
dengan anak-anak
b. Lomba-Lomba Keagamaan
1) Sosialisasi ke anak-anak sekitar masjid al-mukarramah;
2) Anak-anak berkumpul di Masjid Al-Mukarramah;
3) Bagi anak-anak yang mau ikut lomba diharapkan langsung mendaftar ke
panita;
4) Panitia kemudian membacakan aturan-aturan atau tata tertib lomba ;
5) Peserta satu persatu maju kedepan sesuai dengan urutannya;
6) Juri menilai & membacakan siapa saja yang berhak menjadi juara 1;
7) Panitia memberikan hadiah kepada para peseta lomba yang
berhak mendapatkan juara 1;
8) Kemudian panitia memberikan sebuah pertanyaan yang meliputi
pengetahuan sosial ataupun tentang keagamaan kepada para peserta;
9) Bagi para peserta yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut
dengan baik &benar akan diberikan hadiah dooprize kepada para peserta.18
20
Fajar Nur’aini, Teknik Analisis SWOT, (Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia, 2020) hal.16
21
Ibid, hal. 18
3) Menguatnya posisi tawar pemasok bahan mentah atau bahan baku yang
diperlukan untuk diproses lebih lanjut menjadi produk tertentu.
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Gerakan Masyarakat
Mengaji (GM) kelompok 17 selama 3 bulan dimasjid Al-Mukarromah Panjunan
Pesisir Utara Merupakan kegiatan yang pertama kalinya dilakukan oleh Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Syekh Nurjati Cirebon dan
bekerja sama dengan 22 Masjid yang ada di Kota Cirebon.
Kami kelompok 17 Panjunan masjid Al-Mukarromah melakukan kegiatan
KKN-GM mulai dari tanggal 05 Agustus – 31 Oktober 2021 terdiri dari 16 Orang
yang dilakukan secara berkelompok dan dari 16 orang dibagi menjadi 3 kelompok
sehingga setiap malam harinya bada’ Maghrib sampai Bada’ Isya.
Kemudian Peserta KKN-GM yang bertugas mengajarkan ngaji dan
mengajarkan Pengetahuan umum bahkan bukan hanya itu kami melakukan
pendekatan dnegan masyarakat seperti senam pagi peringatan PHBI dll. Kemudian
Setiap Malam bada’ Maghrib hari senin – selasa dari kelompok A, hari Rabu – kamis
oleh kelompok B, hari Jumat – Minggu Oleh Kelompok C dan dimalam Minggu kami
serentak hadir untuk melakukan Marhabanan bersama DKM dan Masyarakat sekitar.
Kegiatan selama 3 bulan mendapatkan pengalaman yang luar biasa bahkan
bukan hanya itu kami mendapatan arti sesungguhnya tentang Pengabdian,
pengalaman bagaimana kami beradaptasi dengan orang baru dan harus bisa
menyesuaikan karakteristik masyarakat sekitar.
Tetapi apa yang kami lakukan pasti ada beberapa yang perlu dievaluasi agar
kedepannya lebih baik seperti melakukan pemetaan dan secara administrasi yang
berskala dan menurut ketua DKM memberikan Apresiasi dan memohon maaf kepada
seluruh anggota KKN-GM 17 yang sudah memberikan seluruh waktu,tenaga dan
pengetahuan untuk memberikan yang terbaik kepada Anak anak yang ada dipanjunan.
Sebagaimana peran umumnya, bangunan masjid mempunyai dua fungsi.
pertama, fungsi utama masjid sebagai tempat ibadah, dimana umat Islam
melaksanakan berbagai kegiatan ritual peribadatan. Kedua, fungsi penunjang atau
tambahan yang berpengaruh bagi masjidnya sendiri dan masyarakat sekitar masjid.
Ahmad Sarwat (2012) menyebutkan, fungsi masjid yang utama adalah tempat
dilaksanakannya berbagai jenis ibadah ritual.
Sebagaimana tentang pengembangan Sumber Daya Manusia yang sudah
dijelaskan dipembahasan banyak beberapa potensi,kelebihan dan kekurangan yang
ada dilingkungan Masjid Al-Mukarromah seperti potensi anak- anak dari berbagai
aspek dan potensi masyakarakat dari berbagai aspek serta solusi yang kami tawarkan
dalam penelitian dan pengabdian yang kami lakukan selama 3 bulan.