Anda di halaman 1dari 34

PENGEMBANGAN POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA DI

LINGKUNGAN SEKITAR MASJID AL-MUKARROMAH MELALUI


KEGIATAN KULIAH KERJA NYATA GEMMAR MENGAJI

Kelompok 17

ABSTRAK

Kuliah Kerja Nyata Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji (KKN-GM)


merupakan mata kuliah yang mengedapankan proses yang baik. dalam hal ini
kegiatan menjadi sorotan penting serta merupakan sebuah tanggung jawab yang
besar bagi peserta KKN-GM dalam proses menjalankannya. Berhasil atau tidaknya
program kerja yang telah disusun dapat ditelaah dari persiapan serta pelaksanaan di
lapangan. Kegiatannya bertumpu pada kepentingan masyarakat banyak dan
pemerintah yang disusun oleh jama’ah atau masyarakat, bersama jama’ah atau
masyarakat, dalam jama’ah atau masyarakat dan untuk jama’ah atau masyarakat
atas dasar kebutuhan dan berbagai sumber yang tersedia untuk memenuhi
kepentingan bersama dalam aspek kehidupan dan peribadatan. Masjid memiliki
fungsi yang sangat strategis dalam masyarakat Islam baik sebagai tempat ibadah
maupun pusat media pembinaan umat secara holistik. Tujuan utama yang dapat
kami gambarkan adalah mengoptimalkan Potensi Sumber Daya Manusia masyarakat
Kelurahan Panjunan yang bertumpu pada masjid Al-Mukarromah sebagai motor
penggerak, kami mengakaji dan bergerak untuk memajukan ekonomi serta
spiritualitas masjid. optimalisasi fungsi masjid sebagai pusat kegiatan
pemberdayaan masyarakat dan faktor yang mempengaruhinya di dalamnya Dengan
begitu kami akan dapat mudah untuk mengoptimalkan Sumber Daya Manusia
masyarakat Kelurahan Panjunan dalam berbagai sektor potensi masyarakat dan
meningakatkan aspek fungsi masjid.

Kata kunci: KKN-GM, Sumber Daya Insani, Masjid Al-Mukarramah


A. PENDAHULUAN
Secara Khusus Kuliah Kerja Nyata Gemmar Mengaji kelompok 17 Panjunan
kegiatan yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat pertama kalinya dilakukan di kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Kegiatan Kuliah Kerja Nyata Gemmar Mengaji tersebar diseluruh Kota Cirebon
sebanyak 22 Kelompok dan kami mendapatkan kelompok 17 dari Berbagai
Jurusan dan fakultas yang ditempatkan di Kelurahan Panjunan Pesisir Utara
tepatnya masjid Al-Mukarromah.
Pada hakikatnya mata kuliah KKN-GM merupakan mata kuliah yang
mengedapankan proses aktualisasi yang baik. Maka dari itu pelaksanaan kegiatan
dalam hal ini menjadi sorotan penting serta merupakan sebuah tanggung jawab
yang besar bagi mahasiswa KKN-GM dalam menjalankannya. Berhasil atau
tidaknya program kerja yang telah disusun dapat ditelaah dari persiapan serta
pelaksanaan dilapangan.
Kuliah Kerja Nyata Gemmar Mengaji (KKN-GM) merupakan program
kegiatan pertama yang dilaksanakan di kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon
sebagai bentuk pengabdian mahasiswa kepada masyarakat. Pelaksanaan KKN-
GM ini merupakan proses pembelajaran bagi mahasiswa kepada masyarkat.
KKN-GM dilaksanakan berdasarkan kebutuhan yang dinyatakan oleh perorangan,
Lembaga-lembaga masyarakat dan pemerintah. Kegiatannya bertumpu pada
kepentingan masyarakat banyak dan pemerintah yang disusun oleh jama’ah atau
masyarakat, bersama jama’ah atau masyarakat, dalam jama’ah atau masyarakat
dan untuk jama’ah atau masyarakat atas dasar kebutuhan dan berbagai sumber
yang tersedia untuk memenuhi kepentingan bersama dalam aspek kehidupan dan
peribadatan.
Penelitian mengenai keberfungsian masjid dan pemberdayaan masyarakat
telah dilakukan oleh Kamarudin (2013) di Aceh yang menekankan potensi masjid
sebagai basis pengembangan ekonomi umat, Zulfa (2015) dengan infromasi
tersebut kami berupaya untuk memperdayakan potensi sudah ada di kalangan
masyarakat pesisir yang berpeluang sebagai pendukung kemakmuran umat.
Tujuan utama yang ingin kami gambarkan adalah mengoptimalkan potensi
Sumber Daya Manusia masyarakat Kelurahan Panjunan yang bertumpu pada
masjid Al-Mukarromah sebagai motor penggerak pergerakan sosial ekonomi
masyarakat sekitar, dari ruang lingkup terkecil kami mengakaji dan bergerak
untuk memajukan ekonomi serta spiritualitas masjid. Dengan begitu kami akan
lebih mudah untuk mengoptimalkan Sumber Daya Manusia masyarakat
Kelurahan Panjunan dalam berbagai sektor potensi masyarakat dan
meningakatkan aspek fungsi masjid.
B. Metode Penelitian
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.
Instrumen utama penelitian adalah naskah wawancara, catatan lapangan, dan
dukumentasi lainnya yang dideskripsikan dalam bentuk narasi berdasarkan pada
penciptaan gambaran secara holistik dan disusun dalam sebuah latar ilmiah.
Dengan menggunakan metoda deskriptif kualitatif peneliti dapat memusatkan diri
pada persoalan-persoalan aktual melalui pengumpulan data, susunan data,
penjelasan data dan analisis data1
Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer, yaitu para
Dewan Kemakmuran Masjid dan pengurus Ikatan Remaja Masjid sebagai
responden. Sedangkan sumber data sekunder adalah berupa dokumen.
Teknik Pengumpulan Data

1
Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: J. Lexy, 2005) hal. 125
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi
dan wawancara.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. METODOLOGI PENDEKATAN KEAGAMAAN
Metodologi adalah studi-studi tentang metode yang digunakan dalam suatu
bidang ilmu untuk memperoleh pengetahuan mengenai pokok-pokok pembahasan
ilmu tertentu, menurut aspek tertentu dari penyelidikan yang dilakukan di KKN-
GM Kelompok 17 Panjunan.2 Metode pendekatan agama yang digunankan dalam
penelitian ini menggunakan metode sosiologis.
Dalam disiplin Sosiologi Agama, ada tiga perspektif utama sosiologi yang
digunakan sebagai landasan dalam melihat fenomena keagamaan di masyarakat
Panjunan, yaitu: perspektif fungsionalis, konflik dan interaksionisme simbolik.
Masing-masing perspektif memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri bahkan bisa
jadi penggunaan perspektif yang berbeda dalam melihat suatu fenomena
keagamaan akan menghasilkan suatu hasil yang saling bertentangan. Pembahsan
berikut ini akan memaparkan bagaimana ketiga perspektif tersebut dalam melihat
fenomena keagamaan yang terjadi di masyarakat.

2. Karakteristik Masjid Al-Mukarromah dan Masyarakat Panjunan


a. Karakteristik Masjid Al-Mukarromah
Sebagaimana peran umumnya, bangunan masjid mempunyai dua
fungsi. pertama, fungsi utama masjid sebagai tempat ibadah, dimana umat
Islam melaksanakan berbagai kegiatan ritual peribadatan. Kedua, fungsi
penunjang atau tambahan yang berpengaruh bagi masjidnya sendiri dan
masyarakat sekitar masjid. Ahmad Sarwat (2012) menyebutkan, fungsi masjid
yang utama adalah tempat dilaksanakannya berbagai jenis ibadah ritual, yakni
1). Ibadah sahalt fardlu yang 5 waktu, pada masa Rasulullah SAW, masjid
Nabawi menjadi sentral pelaksanaan shalat lima waktu. 2) berbagai macam
shalat sunnah, seperti a). Shalat sunnah tarawih. Di antara shalat sunnah yang
dianjurkan untuk dikerjakan dengan cara berjamaah di masjid adalah shalat
tarawih. b). Shalat Tahiyatul Masjid, masjid sebagai bangunan yang memiliki
kemuliaan tinggi, maka untuk menghormatinya, setiap seorang Islam yang
memasuki masjid disunnahkan untuk melakukan ritual, yaitu shalat sunnah

2
Marisusai, D. Fenomologi Agama. (Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 2002)
Tahiyatul Masjid dua rakaat. C). I’tikaf, I’tikaf adalah ibadah dengan cara
menyerahkan diri kepada Allah SWT, dengan cara berdiam diri di dalam
masjid, dan menyibukkan diri dengan berbagai bentuk ibadah yang layak
dilakukan di dalamnya. d). bertasbih dan dzikir kepada Allah STW. Tidak ada
perbedaan di tengah ulama bahwa masjid adalah tempat untuk mensucikan
Allah dan berdzikir kepada-Nya. Adapun fungsi penunjang masjid adalah
sebagai pusan Pendidikan, pusat informasi masyarakat, pusat Kesehatan dan
pengobatan, tempat akad nikah, tempat bersosialisasi, tempat kegiatan
ekonomi.

Masjid Al-Mukarromah Kota Cirebon didirikan pada tahun 1996 yang berawal
dari sebuah Musholah di kelurahan Panjunan Gang Layur Dalam Pesisir Utara,
kemudian pada tahun 2020 terjadi pemekaran di wilayah kampung Pesisir RW 001
dengan RW 010 karena kepadatan penduduk yang kian meningkat, sehingga
Musholah yang berada di RW 010 dijadikan Masjid oleh Penduduk Setempat. Masjid
Al-Mukarromah merupakan Tempat peribadatan yang strategis, karena di Pesisir
Gang Layur ini masyarakatnya sangat antusias dalam menjalankan ibadah terutama
yang berkaitan dengan Masjid, walaupun dengan segala keterbatasan yang ada hal itu
tidak menjadi hambatan untuk berhenti menjalankannya. Karena Jumlah Penduduk
yang semakin banyak, dan terjadi pemekaran wilayah, maka akan direncanakan
Renovasi di Awal tahun 2022, yang kira-kira akan menghabiskan Biaya 2 Milyar, dan
sedang diusahakan dalam pencarian dana Proses Pembangunan Masjid ini.

Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) di masjid Al-Mukarromah masih


memerlukan banyak penataan administratif maupun pengelolaannya, karena umur
masjid yang masih dini kami sebagai Mahasiswa KKN-GM kelompok 17
mengupayakan dan berkoordinasi dengan DKM masjid Al-Mukarromah supaya lebih
optimal dalam mengelola administrasi serta menjadi sentral kegiatan sosial bagi
masyarakat sekitar masjid Al-Mukarromah Kelurahan Panjunan.
Salah satu upaya yang dilakukan DKM saat ini ialah dengan mengoptimalkan
Kegiatan Ikatan Remaja Masjid (IRM) dengan mengadakan kegiatan yang berkaitan
dengan Hari-Hari Besar Islam dan melibatkan Masyarakat dalam kegiatan Masjid.
Parson, dkk (1994) menyatakan bahwa pada hakikatnya setiap orang telah
memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk
mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.
Oleh karena itu dalam konteks pemberdayaan masjid Al-Mukarromah, DKM dan
IRM Masjid Al-Mukarromah menjalankan tugas dan program kerjanya dengan
melibatkan Masyarakat.

a. Karakteristik Masyarakat Panjunan


Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat meliputi
bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat
laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut
meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di
darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, seperti halnya dengan wilayah pesisir di
Kota Cirebon yang letaknya sedemikian rupa. Masyarakat pesisir, khususnya yang
tinggal di wilayah Panjunan Kota Cirebon, mempunyai karakteristik tertentu yang
khas. sifat ini sangat erat kaitannya dengan sifat usaha di bidang perikanan itu sendiri.
Karena sifat-sifat dari usaha perikanan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
lingkungan, musim dan pasar. Beberapa sifat dan karakteristik masyarakat pesisir
diuraikan sebagai berikut :
1) Mata Pencaharian.
Masyarakat pesisir Panjunan Kota Cirebon pada umumnya sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian di sektor pemanfaatan sumberdaya kelautan
seperti nelayan, pembudidaya ikan, budidaya udang, dan transportasi laut.
2) Penghasilan
Karakteristik masyarakat pesisir Panjunan Kota Cirebon berbeda
dengan karakterisik masyarakat petani di wilayah lainnya. Dari segi penghasilan,
petani mempunyai pendapatan yang dapat dikontrol karena pola panen yang
terkontrol sehingga hasil pangan atau ternak yang mereka miliki dapat ditentukan
untuk mencapai hasil pendapatan yang mereka inginkan. Berbeda halnya dengan
masyarakat pesisir Panjunan Kota Cirebon yang mata pencahariannya didominasi
dengan nelayan. Nelayan disini bergelut dengan laut untuk mendapatkan
penghasilan, maka pendapatan yang mereka inginkan tidak bisa dikontrol karena
mempertimbangkan kembali kondisi cuaca yang cukup eskrim. Hasil tangkapan
dan pada giliranya pendapatan nelayan juga dipengaruhi oleh jumlah nelayan
operasi penangkapan di suatu daerah penangkapan.

3) Ketergantungan Pada Kondisi Lingkungan


Salah satu sifat usaha masyarakat Pesisir Panjunan Kota Cirebon yang sangat
menonjol adalah bahwa keberlanjutan atau keberhasilan usaha tersebut sangat
bergantung pada kondisi lingkungan, khususnya air. Keadaan ini mempunyai
implikasi yang sangat penting bagi kondisi kehidupan sosial ekonomi masyarakat
pesisir Panjunan Kota Cirebon. Karakteristik lain yang sangat mencolok di
kalangan masyarakat pesisir panjunan Kota Cirebon terutama masyarakat
nelayan, adalah ketergantungan mereka pada musim. Pada musim paceklik
kegiatan melaut menjadi berkurang sehingga banyak nelayan yang terpaksa
menganggur. Kehidupan masyarakat pesisir disini menjadi sangat tergantung pada
kondisi lingkungan itu dan sangat rentan terhadap kerusakan lingkungan,
khususnya pencemaran, karena limbah industri maupun tumpahan minyak,
misalnya, dapat merusak kehidupan sosial ekonomi masyarakat pesisir.
4) Ketergantungan Pada Pasar
Ciri lain masyarakat pesisir Panjunan Kota Cirebon yakni sifat ketergantungan
terhadap keadaaan pasar. Hal ini disebabkan karena hasil tangkap mereka itu
harus dijual terebih dahulu sebelum hasil penjualannya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Karakteristik tersebut mepunyai implikasi yang
sangat penting, yakni masyarakat pesisisir sangat peka terhadap harga. Perubahan
harga produk perikanan sangat mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat
disini.

5) Aktivitas Keluarga
Ciri lain dari suatu masyarakat pesisir Panjunan Kota Cirebon adalah aktivitas
kaum perempuan dan anak-anak. Pada masyarakat Pesisir Panjunan Kota Cirebon
ini, umumnya Ibu-ibu yang mencari nafkah juga layaknya seorang nelayan.
Mereka melakukan pengolahan hasil tangkapan, baik pengolahan kecil-kecilan di
rumah untuk dijual sendiri maupun sebagai buruh pada pengusaha pengolahan
ikan dan udang atau hasil tangkap lainnya. Adapun keseharian anak-anak seperti
layaknya anak-anak biasanya yaitu bersekolah. Namun disini, anak-anak
masyarakat Pesisir Panjunan Kota Cirebon tidaklah secara keseluruhan
bersekolah ada sebagian dari mereka yang turut mencari nafkah. Namun secara
keseluruhan anak-anak Pesisir Panjunan Kota Cirebon bersekolah namun
mengambil sekolah paket yang mana bersekolah dimalam hari.
6) Memiliki Sistem Kepercayaan dan Adat
Dilihat dari aspek kepercayaan, masyarakat pesisir Panjunan Kota Cirebon
masih menganggap bahwa laut memilki kekuatan misteri sehingga mereka masih
sering melakukan adat pesta laut atau sedekah laut. Namun, sebagian masyarakat
Pesisir Panjunan Kota Cirebon sudah ada yang tidak percaya terhadap adat-adat
seperti pesta laut tersebut. Mereka hanya melakukan ritual tersebut hanya untuk
formalitas semata. Acara ini sering disebut dengan Nadranan, terakhir kali
Nadranan ini dilakukan pada hari Sabtu, 30 Oktober 2021.

b. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid


Pentingnya keberadaan masjid bagi dunia Islam di Indonesia ditandai dengan
perkembangan jumlah masjid dan musala. Berdasarkan data Bimas Islam
Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2014, Jumlah masjid adalah sebanyak
731.095 yang terdiri dari 292.439 Masjid dan 438.656 Mushalla. Provinsi Jawa Barat
merupakan provinsi dengan jumlah masjid terbanyak yakni sekitar 90 ribu lebih.
Jumlah masjid yang banyak tersebut ternyata belum berbanding lurus dengan
peningkatan kualitas masyarakat Islam di Jawa Barat. Padahal keagungan masjid
tidak terletak pada keindahan bangunan fisiknya saja, melainkan bagaimana upaya
memberdayakan masjid sebagai pusat pemberdayaan umat dan pengembangan
3
peradaban Keberfungsian masjid dalam peningkatan kualitas kesejaahteraan umat
sangat diharapkan. Masjid harus menjadi basis pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat. Masjid diharpakan dapat menjadi pusat semua kegiatan masyarakat, baik
kegiatan formal maupun informal. Masjid seyogyanya dapat dijadikan sarana
peningkatan kesejahteraan masyarakat atau umat dalam mencapai tujuan
pembangunan Indonesia, yaitu masyarakat adil, makmur, dan sejahtera lahir batin.
Potret pemberdayaan masyarakat berbasis masjid dapat dilaksanakan melalui
keikutsertaan remaja dalam kegiatan masjid, mengadakan berbagai jenis pelatihan
dan seminar, menjadikan masjid sebagai pusat ilmu, memberdayakan fakir miskin
yang menjadi tanggung jawab masjid dan menumbuhkan kemandirian masjid 4

Konsep pemberdayaan diartikan sebagai proses melepaskan situasi atau keadaan


ketidakmampuan, ketidakberdayaan, kehilangan, ketersisihan, dan hal-hal yang
berkaitan dengan kelemahan. Melalui arti ini, pemberdayaan dapat dimaknai
“mengubah dari yang tidak mampu menjadi mampu” atau mengubah dari yang tidak
berdaya/lemah menjadi berdaya/kuat”. Pemberdayaan adalah suatu cara dimana
rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai kehidupannya 5.
3
[ CITATION Bah12 \l 1033 ] Mengembalikan Fungsi Masjid Sebagai Sentra Peradaban Umat
Manusia. EMPIRIK: Jurnal Penelitian Islam. Vol. 5, No. 2 hal 33-58

4
[ CITATION Ast14 \l 1033 ] Mengembalikan Fungsi Masjid Sebagai Pusat Peradaban Masyarakat:
Jurnal Ilmu dakwah dan Pengembangan Komunitas Vol. 9 No.1. 3344

5
[ CITATION Zul15 \l 1033 ] Transformasi dan Pemberdayaan Umat Berbasis Masjid: Studi Pada
Masjid Nurussa’adah Salatiga. Inferensi Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol. 9, No. 1, hal 257-
278
Dalam konteks masjid, masjid yang memberdayakan masyarakat adalah masjid
yang mampu menguatkan masyarakatnya ke arah lebih baik. Lebih umum lagi,
pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat terutama mereka
yang miskin sumber daya, kaum perempuan dan kelompok yang terabaikan lainnya,
didukung agar mampu meningkatkan kesejahteraannya secara mandiri 6. Pendek kata,
masjid diharapkan menjadi bagian tak terpisahkan dari pencapaian kesejahteraan
umat.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis masjid dimaknai sebagai gerakan


masjid sebagai kekuatan sentral yang berpusat pada partisipasi jamaah dan pengurus
masjid yang telah berhasil sebagai icon destinasi religi di suatu daerah yang mampu
menjadi penggerak kegiatan pemberdayaan yang mammpu dalam meningkatkan
kemandirian, kesejahteraan dan peningkatan kualitas kehidupan secara lebih baik.

Dalam penelitian ini mengkaji mengenai pemberdayaan masyarakat berbasis


masjid di Masjid Al- Mukarromah . Tujuan utama penelitian ini adalah ingin
menggambarkan optimalisasi fungsi masjid Al-Mukarromah Kelurahan Panjunan
sebagai pusat kegiatan pemberdayaan masyarakat dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis masjid dalam
penelitian ini dapat dimaknai sebagai gerakan masjid sebagai kekuatan sentral yang
berpusat pada partisipasi jamaah dan pengurus masjid yang telah berhasil menjadikan
masjid sebagai icon religi sekaligus mampu menjadi penggerak kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang mampu meningkatkan kemandirian, kesejahteraan
dan peningkatan kualitas kehidupan secara lebih baik.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat di masjid Al-Mukarromah akan diurai dalam


beberapa aspek, yakni dalam bidang keagamaan, pendidikan, ekonomi, sosial
6
T Mardikanto dkk, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Persfektif Kebijakan Publik. (Bandung:
Alfabeta. , 2015)
kemasyarakatan. Sebagaimana asal katanya-daya- atau “power” dalam bahasa
Inggris, pemberdayaan yang dimaksud dalam penelitian ini senada dengan pengertian
yang dikemukakan oleh The Webster & Oxford English Dictionary yakni to give
ability to or to enable atau upaya untuk memampukan dan memandirikan masyarakat
7
.Dalam konteks ini, pemberdayaan yang dimaksud adalah adalah upaya pengurus
masjid (DKM) dalam memperluas fungsi masjid untuk kemaslahan umat.

Pemberdayaan masjid yang dilakukan oleh DKM Al-Mukarromah diawali dengan


revitaliasasi fungsi masjid. Revitalisasi fungsi masjid dilakukan melalui upaya
pergeseran paradigma dari masjid sebagai tempat sholat menjadi masjid sebagai pusat
peradaban. Sebagai pusat peradaban, masjid memiliki peran yang sangat krusial
dalam membentuk, memajukan dan memberdayakan masyarakatnya. Pemberdayaan
masyarakat merupakan suatu hal yang urgen untuk dilakukan saat ini mengingat
peran strategis yang dimiliki masjid sangat besar untuk kepentingan pengembangan
umat bilamana dikelola dengan penuh tanggung jawab8 Sejarah telah membuktikan
pula bahwa masjid telah berhasil membangun peradaban dan kejayaan umat Islam.
Oleh karena itu, melakukan pembaharuan pengelolaan manajemen masjid secara
lebih produktif dan professional sangat diperlukan dalam rangka memberdayakan
masyarakatnya9

Pertama, Optimalisasi pemberdayaan pada Aspek Keagamaan. Aspek keagamaan


merupakan core dari semua aktivitas masjid. Semua aktivitas yang menjadi
7
Mubyanto, Strategi Pembangunan Pedesaan.. (Jakarta. Bumi Aksara. 2000)

8
Nurjamilah, C. (2016). Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid Dalam

Persfektif Dakwah Nabi SAW: Journal of Islamic Studies and Humanities Vol. 1, No. 1 (2016)
93-119

9
Kurniawan, S. (2014). Masjid Dalam Lintas Sejarah Umat Islam. Journal of Islamic Studies
IAIN Pontianak Vol. 4 (2) hal 169-184
pengembangan program pemberdayaan masjid harus berawal dan berdasar pada core
ini. Ada pun inti dari kegiatan keagamaan yang palin pertama dan utama adalah
pelaksanaan sholat. Indikator hidup dan tidaknya sebuah masjid dapat dilihat dan
hidup tidaknya kegiatan shalat berjama’ah di masjid tersebut. Kegiatan rutin shalat
berjama’ah lima waktu sudah berjalan dari awal pembangunan masjid hingga kini.
Jumlah jama’ah pun kian bertambah. Selain kegiatan utama yang diurai di atas,
berikut ini diurai pula kegiatan rutin yang dilaksanakan di masjid Al- Mukarromah
dalam kerangka menghidupkan masjid dan memakmurkannya. Kegiatan rutin
pemberdayaan spiritual keagamaan yang dilaksanakan di masjid Al-Mukarromah di
antaranya: (1) Pelaksanaan Yasinan pada malam Ahad setiap ba’da maghrib (2)
Kegiatan membaca Ratibul Haddad Ba’da Isya. (3) Kegiatan marhabanan . (4)
Kegiatan Tablig Akbar dengan mendatangkan habib dan ulama nasional dalam
menyambut hari besar keagamaan seperti tahun baru hijriah. Kegiatan ini sudah
menjadi rutin dan membudaya. Keberadaannya telah memberikan dampak positif
yang tak terkira. Selain dinantikan oleh jemaah, kehadiran ulama dan habib telah
menjadi magnet tersendiri sehingga dapat menyedot jumlah jamaah yang banyak.
Dampak positif lain sangat terasa oleh para pedagang yang ambil bagian dari
kegiatan ini. Sudah menjadi hukum ekonomi bahwa berkumpunya orang banyak di
suatu tempat akan menjadi pusat perputaran uang dan aktifitas ekonomi yang lain.
Ada orang, ada penjual, ada pembeli da nada transaksi ekonomi. Ada berkah yang
melimpah di setiap kegiatan massal seperti ini. Ini menunjukkan bahwa kegiatan
masjid telah nyata memberdayakan umat secara langsung.

Kedua, Optimalisasi Pemberdayaan Pendidikan. Pendidikan adalah bagian


penting dari peradaban masyarakat. Keberadaan masjid seyogyanya memiliki andil
besar dalam peningkatan kualitas pendidikan masyarakatnya. Sadar akan hal itu,
pengurus masjid Al-Mukarromah mengambil peran untk memajukan pendidikan di
daerah sekitar masjid melalui kegiatan-kegiatan berikut. (1) kegiatan mengaji ba’da
maghrib. Dikarenakan dahulunya masjid Al-Mukarromah ini adalah mushola dan
baru menjadi masjid sekitar 2 tahun ini. Maka masjid Al-Mukarromah ini belum
mempunya TK/ TPA (2) Perpustakaan dalam masjid Al-Mukarromah ini baru akan
dibuat setelah KKN GM kelompok 17 ini berakhir, adapun buku yang diberikan
kepada masjid belum terlalu banyak tapi mampu untuk menjadi dasar pendirian
perpustakaan masjid Al-Mukarromah kedepanya.

Pemberdayaan pada aspek pendidikan menunjuk pada kemampuan orang untuk


memenuhi kebutuhan dasarnya dan bebas dari kebodohan yang menyebabkan kondisi
ketidakberdayaan sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan berpartisipasi dalam
proses pembangunan. Masjid berfungsi sebagai pusat peradaban dan kebudayaan
sudah seharusnya dapat memberikan peningkatan kualitas pendidikan dengan
ditunjang sarana perpusatakaan masjid untuk menumbuhkan minat baca dan sumber
pengetahuan. Masjid sebagai basis transformasi dan pemberdayaan umat memberikan
perhatian yang besar pada peningkatan kualitas pendidikan dengan mendirikan
lembaga pendidikan dan penyediaan perputakaan 10

Nilai-nilai edukatif pada aspek pendidikan sudah tidak perlu diragukan lagi.
Proses pendidikan dari setiap sisi dan bagian mengandung nilai edukatifnya.
Penyediaan lembaga pendidikan bagi masyarakat menghimpun semua nilai itu.
Penyediaan media pembelajaran berupa perpustakaan adalah bagian dari upaya
meningkan kualitas pendidikan masyarakat dan dapat dipastikan di dalamnya ada
nilai edukatif yang dibangun. Ketiga, Optimalisasi Pemberdayaan Ekonomi. Bidang
ekonomi merupakan bagian tak kalah penting dalam proses pemberdayaan
masyarakat. Bahkan sering dipandang sangat krusial dan menentukan dan menjadi
pusat perhatian. Kegiatan pemberdayaan ekonomi masjid yang saat ini telah

10
(Zulfa. M (2015). Transformasi dan Pemberdayaan Umat Berbasis Masjid: Studi Pada
Masjid Nurussa’adah Salatiga. Inferensi Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol. 9, No. 1,
hal 257-278
dilakukan di masjid Al- Mukarromah antara lain: (1) Pengelolaan kotak amal masjid.
Kotak amal, baik yang permanen maupun yang mobil menjadi media utama
generating dana masyarakat.

Keempat, Optimalisasi Pemberdayaan Sosial Kemasyarakatan. Kegiatan


pemberdayaan bidang sosial ke masyarakatan berbasis masjid yang dilakukan adalah:
: (1) Pembagian Sembako kepada Orang yang terdampak Covid, (2) Pusat Informasi
Untuk Warga Sekitar, (3) Pemberian Untuk Santunan Anak yatim di sekitar masjid.
c. Sosial Kehidupan Masyarakat Kelurahan Panjunan
a. Proses Sosial dalam Masyarakat
Dalam kehidupan sehari-hari, individu selalu melakukan hubungan sosial dengan
individu lain atau kelompok-kelompok tertentu. Hubungan sosial yang terjadi antar
individu maupun antar kelompok tersebut juga dikenal dengan istilah interaksi sosial.
Interaksi antara berbagai segi kehidupan yang sering kita alami dalam kehidupan
sehari-hari itu akan membentuk suatu pola hubungan yang saling mempengaruhi
sehingga akan membentuk suatu sistem sosial dalam masyarakat. Keadaan inilah
yang dinamakan proses sosial.
Proses sosial yang terjadi dalam masyarakat tentunya tidak selalu berjalan dengan
tertib dan lancar, karena masyarakat pendukungnya memiliki berbagai macam
karakteristik. Demikian pula halnya dengan interaksi sosial atau hubungan sosial
yang merupakan wujud dari proses-proses sosial yang ada. Keragaman hubungan
sosial itu tampak nyata dalam struktur sosial masyarakat yang majemuk, contohnya
seperti Indonesia.
Keragaman hubungan sosial dalam suatu masyarakat bisa terjadi karena masing-
masing suku bangsa memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, bahkan dalam satu
suku bangsa pun memiliki perbedaan. Namun, perbedaan-perbedaan yang ada itu
adalah suatu gejala sosial yang wajar dalam kehidupan sosial. Berdasarkan hal itulah
maka didapatkan suatu pengertian tentang keragaman hubungan sosial, yang
merupakan suatu pergaulan hidup manusia dari berbagai tipe kelompok yang
terbentuk melalui interaksi sosial yang berbeda dalam kehidupan masyarakat.

b. Dalam Tatanan Perekonomiannya


Yang sarat dengan ketergantungan terhadap sumberdaya alam yang ada, tingkat
kehidupan sosial masyarakat kelurahan panjunan berbeda dengan kelurahan/ desa lain
yang memiliki sumberdaya alam yang berbeda. Masyarakat kelurahan panjunan yang
mayoritas berprofesi sebagai nelayan menjadikan profesi tersebut sebagai porfesi
yang dapat diwariskan turun temurun, sehingga kehidupan sosial yang dijalankan
oleh masyarakat selalu mengajarkan anak-anaknya untuk bergulat dengan keadaan
alam dengan cara ikut serta melaut sehingga pada akhirnya ia tumbuh dan menjadi
nelayan seperti apa yang telah diajarkan oleh orang tuanya. Alih-alih membantu
orang tua dan kehidupan ekonomi orang tua, hak anak untuk mendapatkan
pendidikan yang layak mejadi terampas. Mereka lebih senang membantu orang
tuanya melaut dari pada meneruskan pendidikan dan bermain layaknya anak-anak
pada umumnya. Sehingga jenjang pendidikan mereka sangat minim.
Hal demikian tidak hanya berlaku bagi anak laki-laki, anak perempuan nelayan
juga turut merasakan hal yang sama. Proses pemproduksian rajungan menjadi daging
adalah salah satu jenis pekerjaan yang padat karya, pasalnya dikerjakan secara
manual oleh tangan-tangan keratif yang terampil dan cekatan memisahkan antara
daging dan cangkang rajungan. Mereka yang menggeluti usaha demikian adalah
mayoritas kaum perempuan.
Sebagian besar di antara mereka adalah anak yang berusia belia dan remaja.
Pekerjaan demikian dilakukan pada saat jam pelajaran di sekolah dimulai sehingga
remajaremaja belia ini meninggalkan bangku sekolahnya demi mendapatkan rupiah
dengan dalih membatu orang tuanya. Sehingga banyak di antara mereka yang tidak
dapat menuntaskan jenjang pendidikan mereka.11
Menjalani kehidupan sebagai masyarakat pesisir warga kelurahan panjunan kental
akan adat yang rutin dilaksanakan pada setiap tahunnya. Diantara adat tersebut adalah
upacara adat nadranan, yaitu upacara adat yang dilakukan rutin tiap satu tahun sekali
yang difungsikan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan melalui proses pelarungan
sesaji berupa kepala kerbau ke tengah laut. Adat tersebut merupakan salah satu
kepercayaan masyarakat nelayan yang mengakar yang mana mereka mempercayai
bahwa dengan adat tersebut akan mendapatkan keselamatan dan hasil yang
melimpah. Sehingga adat tersebut masih terus dijalankan dan dilakukan bagi
masyarakat nelayan.
11
A. Syatori, M.Si.,"Analisis Sosiologis Kehidupan Sosial-Ekonomi dan Keagamaan Masyarakat
Nelayan Desa Citemu Cirebon", EKOLOGI POLITIK MASYARAKAT PESISIR Holistik, Volume
15 Nomor 02, 2014, hal 251
d. Potensi Anak-Anak Dalam Membaca Al-Qur’an
Bagi umat Islam, membaca dan menghafal Al-Quran bukan saja gaya hidup tetapi
juga merupakan salah satu ibadah yang utama. Hal ini kemudian berimplikasi pada
keyakinan bahwa mempelajari Al-Quran merupakan kewajiban yang melekat pada
diri setiap Muslim. Seiring perkembangannya, aktivitas menghafal Al-Quran telah
menjadi tren baru setidaknya dalam satu dekade terakhir [ CITATION Hid16 \l 1033 ]12.
Membaca Al-Qur’an merupakan bagian dari perkembangan bahasa, agar anak
mampu membaca Al-Qur’an dengan tidak terbebani maka para pendidik harus
memilih metode yang sesuai dengan karakteristik anak, sehingga anak tetap merasa
senang dan tidak ada keterpaksaan tapi merasakan pembelajaran Al-Qur’an dengan
metode yang tidak membosankan. Membaca Al-Qur’an merupakan suatu kewajiban
bagi umat muslim, karena kita bisa mengambil banyak sekali petunjuk dan pelajaran
yang tercantum dalam ayat-ayat suci Al-Qur’an jika kita bisa memahami maksud dari
ayat yang kita baca. Dengan demikian biasakanlah membaca untuk para pendidik
sehingga generasi kita selalu melihat dan meniru kebiasaan yang kita lakukan.

Pendidikan dasar Al-Qur’an bagian paling penting dalam penanaman nilai agama
dan moral bagi anak usia dini. Hal ini sejalan dengan pendapat Sajirun yang
mengatakan bahwa Al-Qur’an sangat urgen diajarkan sejak dini mengingat itu
merupakan kitab suci yang menjadi pegangan utama dan sebagai dasar untuk
mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Mengajarkan Al-Qur’an sejak dini agar jiwa anak
tumbuh diatas fitrah dan cahaya hikmah sehingga terbentuk karakter yang shaleh
karena Al-Qur’an salah satu pilar dari pilar-pilar islam. Al-Qur’an kitab suci bagi
umat Islam yang diiturunkan secara berkala atau berangsur-angsur pada nabi

12
N, H. (2016). Strategi Pembelajaran Tahfidz Al-Qur'an di Lembaga Pendidikan.
A'allum:Jurnal Pendidikan Islam, 63-81.
Muhammad SAW melalui perantara malaekat Jibril[ CITATION Saj12 \l 1033 ]13.
Khaerul dan Haramain dalam bukunya mengatakan mengingat pentingnya pendidikan
Al-Qur’an dalam kehidupan manusia, maka pembelajaran Al-Qur’an penting
diberikan pada anak usia dini sebagai generasi penerus bangsa. Al-Qur’an diturunkan
sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusia dalam menjalankan kehidupan di
dunia dan sebagai bekal menuju kehidupan akhirat[ CITATION Muh18 \l 1033 ].

Mengingat bahwa Al-Qur’an merupakan landasan dasar umat Islam dalam


menjalankan kehidupan maka pendidikan dasar Al-Qur’an perlu diberikan sejak usia
dini.Pendidikan anak usia dini tentunya berbeda dengan pendidikan lainnya,
pendidikan anak usia dini memerlukan pendekatan yang unik, interaktif, sabar,
inovatif dan kreatif, disesuaikan dengan masa perkembangannya yang unik pula.
Begitu juga dengan pendekatan mengenalkan membaca orang tua/guru dituntut harus
memahami perkembangan anak sehingga mengajarkan membaca bisa berhasil secara
optimal tanpa merusak perkembangan anak atau menjadikan tekanan bagi anak.

Sedari dini, anak-anak sebaiknya dikenalkan dengan kitab suci Alquran.


Pembelajaran sejak kecil akan merekatkan hubungan emosional anak-anak dengan
Al-Qur’an. Namun, ketika terdapat banyak distraksi dalam proses pembelajaran,
mulai dari tayangan televisi, game online, aplikasi android, dan yang lainnya,
pembelajaran membaca Alquran kepada anak menjadi penuh tantangan. Pengajar atau
orang tua harus menyajikan pembelajaran yang menarik dan interaktif sehingga anak-
anak termotivasi belajar membaca Alquran. Terlebih lagi, membaca Alquran tentu
saja cukup sulit, terutama bagi orang ‘ajam atau mereka yang tidak berbahasa Arab.
Meskipun demikian, anak-anak penting dikenalkan sejak dini dengan Al-Qur’an.
Sebab, al-Qur’an merupakan sumber utama ajaran Islam. Selain itu, Allah SWT juga

13
Sajirun, M. (2012). Membentuk Karakter Islami Anak Usia Dini. Surakarta: Era Adicitra
Media.
menyiapkan pahala besar bagi pengajar dan orang yang belajar Alquran, sebagaimana
dijelaskan dalam hadis yang riwayat Utsman bin ‘Affan bahwa Nabi Muhammad
SAW bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Alquran dan
mengajarkannya,” (HR Bukhari).

Anak yang dikenalkan ilmu Al-Qur’an sejak usia dini akan tumbuh menjadi
pribadi yang baik dan berkarakter religius. Pembelajaran baca tulis Al-Qur’an sebagai
dasar-dasar pembelajaran Al-Qur’an diberikan sejak dini akan menjadikan
pembiasaan yang baik dan menanamkan rasa cinta dalam diri, hati dan pikiran anak.
Melalui pembelajaran baca tulis Al-Qur’an anak mampu mengenal huruf-huruf
hijaiyah, menghafalkan bunyi huruf, membaca kata hingga kalimat dalam bahasa
Arab. Dengan bekal ini nantinya akan mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan
benar. Ketika anak sudah mampu membaca kalimat anak bisa mempraktekkan bacaan
Al-Qur’an ayat-ayat pendek maupun panjang dengan tajwid dan artikulasi yang benar
susuai kaidah. Akan mudah mempelajari teori-teori dalam ilmu tajwid meskipun
hanya dalam bentuk sederhana seperti hukum dasar lam sukun, tanwin, nun sukun,
mad dan lain sebagainya.

Pembelajaran baca tulis Al-Qur’an bagi anak usia dini merupakan pembelajaran
dasar (awal) untuk dapat memahami isi dan kandungan serta nilai-nilai yang terdapat
dalam Al-Qur’an. Dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an ini pada umumnya
pertama-tama anak akan diajarkan mengenal huruf-huruf hijaiyah. Ada 30 huruf
hijiyah yang akan anak pelajari anak diantaranya:

‫ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و ه ال ء ؛‬

Setelah mengenal 30 huruf hijaiyah anak kemudian diajarkan bagaimana cara


melafalkan huruf yang baik dan benar serta sesuai dengan makhrajnya. Setelah anak
dapat mengetahui dan melafalkan (menyebutkan) bunyi huruf langkah selanjutnya
anak diajarkan mengenal tanda baca. Pengenalan tanda baca ini bertahap dimulai dari
mudah seperti bunyi vokal A atau disebut fathah ( ‫) ؘ‬, I atau kasrah ( ‫ ) ؚ‬dan U atau
dhommah ( ‫) ؙ‬. Selanjutnya bunyi huruf tersebut diaplikasikan ke dalam huruf-huruf
hijaiyah sehingga bisa dibaca misalnya alif ( ‫ ) ا‬diberi tanda fahtah dibaca –a ( ‫) آ‬
huruf lam (‫ ) ل‬diberi tanda kashrah dibaca -li dan pada huruf hijaiyah lainnya. Ini
adalah bagian paling awal dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an.

Tahap pertama pengenalan huruf, bunyi atau makhraj huruf serta tanda baca
atau harkat. Jika sudah dikuasai anak dengan baik dan benar barulah anak diajarkan
tahapan selanjutnya membaca kata. Huruf-huruf yang diberi tanda baca sehinnga
melahirkan bunyi disambung dengan huruf lain menjadi sebuah kata. Pada tahap
pembelajaran membaca Al-Qur’an harus benar-benar dilakukan dengan baik,
diharapkan anak dapat melafalkan dengan fasih. Anak harus benar-benar dapat
menguasai tahap membaca kata terlebih dahulu agar lebih mudah pada tahap
selanjutnya yaitu membaca kalimat. Jika anak suda mampu membaca kata sesuai
dengan makhraj hurufnya barulah anak dapat lanjut ketahap membaca kalimat.
Setelah anak mampu membaca kalimat selanjutnya pembelajaran akan semakin sulit
seperti adanya penambahan bunyi (pada tanda tertentu maka dibaca menjadi lebih
panjang, dan lain sebagainya), tanda-tanda waqof atau berhenti, seperti halnya tanda
titik dan koma dalam membaca tulisan bahasa Indonesia. Namun dalam pembelajaran
Al-Qur’an tanda waqof ini bermacam-macam dan masing-masing tanda mengandung
arti yang berbeda.

Ketika anak telah mampu membaca perkalimat pada Al-Qur’an untuk lebih
memfasihkan pelafalan dapat dilakukan dengan mengahafalkan ayat-ayat atau surah-
surah pendek dalam Al-Qur’an. Pada saat ini anak juga akan mulai dilatih mangatur
nafas dan membaca dengan irama. Membaca Al-Qur’an dengan irama sebenarnya
akan lebih menyenangkan bagi anak, karena akan terdengar lebih indah dan mudah
masuk kedalam hati dan pikiran. Akan tetapi jika tidak melalui tahapan-tahapan
seperti di atas maka anak belum bisa diajarkan irama. Sebab yang lebih penting itu
adalah penekanan pada kefasihan melafalakan huru-hurufnya sesuai dengan makhraj
dalam kaidah ilmu tajwid. Ketika suda fasih barulah dapat diiringi dengan irama agar
lebih indah dan merdu. Setelah anak dapat membaca dan menuliskan Al-qur’an
dengan baik dan benar barulah anak dapat diajarkan memahami arti atau
terjemahannya untuk kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran baca tulis Al-Qur’an tidak semudah yang dibayangkan sekedar


membaca saja. Tetapi lebih dari itu banyak hal-hal yang harus diperhatikan sehingga
membacanya menjadi baik dan benar. Membaca, memahami makna dan
mengamalkan isi serta nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an menjadi sangat
penting agar terhindar dari kegelapan dan kejahiliahan menuju kehidupan yang lebih
baik. Ketika pembelajaran Al-Qur’an dikenalkan dan dilakukan pembiasaan sejak
usia dini maka kesulitan yang menjadi pikiran pertama dapat dilupakan. Untuk itu
pembelajaran dilakukan dari tahapan yang sederhana seperti belajar dasar-dasar
membaca dan menuliskannya hingga ke tahapan yang lebih rumit.

Bagi anak usia dini pembelajaran baca tulis Al-Qur’an akan menjadi sulit jika
tidak dilakukan dengan mempertimbangkan tingakat kemampuan pemahaman anak.
Al-Qur’an yang merupakan bacaan dalam lafaz Arab membacanya bukanlah seperti
membaca tulisan dalam bahasa Indonesia. Setiap huruf-hurufnya, kata-kata
didalamnya mengandung arti dan makhraj yang harus dapat dilafalkan dengan baik
dan benar. Jika salah dalam pelafalan akan mengandung arti yang berbeda. Untuk itu
dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an anak usia dini perlu diberikan dengan
menggunakan metode pembelajaran. Dengan adanya metode pembelajaran
diharapkan anak akan dapat lebih mudah mengerti dan menerima apa yang
disampaikan. Metode yang digunakan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an beragam
sehingga pendidik dapat memilih metode mana yang lebih dipahami serta dirasa lebih
mudah diajarkan pada anak[ CITATION Sri20 \l 1033 ].14

Salah satu metode nya adalah metode Iqro, metode ini yang paling popular
dan paling banyak digemari dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an. Srijatun
mengatakan bahwa metode Iqro’ merupakan cara cepat membaca Al-Qur’an. Terdiri
dari enam jilid yang dilengkapi buku tajwid praktis dan dalam waktu relatif singkat.
Pada pelaksanaanya metode Iqro’ ini tidak membutuhkan alat yang bermacam-
macam dan ditekankan pada bacaan yang fasih dan sesuai dengan makhroj dan
bacaannya. Metode ini bisa dikatakan cukup mudah untuk diajarkan pada anak usia
dini. pembelajaran dengan metode Iqro’ diawali dengan pengenalan huruf hijaiyah,
pengenalan bunyi atau mahraj dan tanda baca atau harkat. Setelah anak mengenal
tahapan tersebut selanjutnya anak akan belajar kata dan kemudian kalimat. Setiap
jilid pada buku Iqro dilengkapi dengan panduan atau petunjuk yang membantu anak
lebih mudah dalam belajar[ CITATION Sri17 \l 1033 ].15
14
Sri Maharani dan Izzati. (2020). Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur'an Anak Usia Dini. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 1288-1298.

15
Srijatun. (2017). Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur'an Dengan Metode Iqro'
Pada Anak Usia Dini di RA Perwinda Slawi Kabupaten Tegal. Jurnal Pendidikan islam
Vol.11 No1 , 25-42.
e. Pemberdayaan Anak-Anak Dalam Kegiatan Keagamaan
Upaya memberdayakan masjid adalah sebagai pusat kegiatan keagamaan,
pendidikan dan layanan sosial. Namun dalam kenyataannya, fungsi masjid yang
berdimensi duniawiyah kurang memiliki peran yang maksimal dalam pembangunan
umat dan peradaban Islam. Dalam rangka untuk melestarikan dan mengembangkan
masjid kiranya diperlukan pemikiran dan gagasan inovatif dan sekaligus kemauan
semua pihak terutama para pengelolanya. Namun,seperti yang kita ketahui
kebanyakan masyarakat lebih senang menghabiskan waktunya dengan bermain
gadget dan bermain game dibandingkan dengan membac, utamanya membaca Al-
Qur’an bagi masyarakat Muslim dan kegiatan bermanfaat lainnya.

Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji ini dalam usahanya membentuk generasi


Qurani dan membangun akhlak serta membentengi diri dari pengaruh buruk. Gerakan
ini muncul sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
merevitalisasi tradisi membaca Al-Qur’an.16

Gerakan Magrib Mengaji ini diharapkan menjadi budaya dan ciri khas masyarakat
khususnya dalam pemberdayaan anak-anak di Masjid Al-Mukarromah Kelurahan
Panjunan sehingga nilai-nilai spiritualitasnya terjaga.

1. Strategi Pemberdayaan
a. Sosialisasi ke Anak-Anak
Kita sosialisasikan ke anak-anak tentang program-program yang akan kita
laksanakan diantaranya yaitu : Budayakan maghrib mengaji, Budayakan sholat
maghrib dan isya berjama’ah di masjid, memberikan bimbingan dan pembinaan
pada anak-anak dalam proses pengenalan huruf Al-Qur’an dan baca tulis Al-
Qur’an serta pembinaan keagamaan, & lomba-lomba keagamaan, hal diharapkan
agar anak- anak dapat mengikuti semua program yang kita adakan di Masjid.
b. Memberikan Bimbingan
16
Agus Ahmad dan Syafei, Perkembangan Masyarakat Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001),
hal. 20-21
Setelah kita mengumpulkan anak-anak kemudian kita berikan bimbingan yang
terus menerus baik itu dari orang tua, tokoh-tokoh agama maupun pemerintah.
Adapun bimbingan yang diberikan yaitu agar dapat membentuk budi pekerti
ataupun karakter yang baik yang harus dimiliki oleh setiap anak dan orang tua
ataupun guru harus memberikan motivasi belajar yang tinggi agar anak-anak
dapat lebih semangat lagi dalam belajar tentang agama.
c. Praktek
Setelah anak-anak di berikan bimbingan kemudian alangkah baiknya anak-
anak dapat mempraktekkan apa saja yang telah diajarkan oleh para mahasiswa
KKN GM seperti membaca Al-Qur’an yang baik & benar sesuai dengan aturan
tajwid, & dapat menerapkan akhlak yang baik terhadap kedua orang tuanya
ataupun gurunya contohnya seperti bersikap jujur & patuh kepada orang tua &
juga gurunya, saling tolong menolong antar teman dll
d. Evaluasi
Untuk mengetahui semua program tercapai dengan baik maka perlu di
adakannya evaluasi, apakah dengan program-program yang kita laksanakan dapat
memberikan kemajuan & perkembangan bagi anak-anak ataukah tidak 17. Oleh
karena itu untuk mengetahui seberapa baik program tersebut berjalan dengan
lancar maka perlu di adakan lomba keagamaan seperti Adzan, pidato, cerdas
cermat dll supaya kita bisa menilai langsgung seberapa baik anak-anak dapat
menyerap pelajaran- pelajaran yang ia dapatkan, sesuai dengan tujuan yang kita
harapkan. Adapun lomba-lomba nya sebagai berikut:
a) Lomba Cerdas Cermat keagamaan
Lomba Cerdas Cermat keagamaan adalah lomba yang menekankan
pada penguasaan wawasan dan pengetahuan, sikap dan keterampilan
Pendidikan Agama melalui keterampilan menjawab pertanyaan dan
mendemonstrasikan dengan cepat, tepat dan terampil. Tujuan diadakanya

17
Direktorat Penerangan Agama Islam, Pedoman Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji.
(Jakarta:Kemenag RI, 2014) hal.6
lomba ini untuk mengetahui sejauh mana perkembangan pengetahuan
keagamaan anak-anak. Adapun manfaat diadakanya Lomba Cerdas Cermat
keagamaan ialah untuk menambah wawasan anak dan keterampilan
menjawab pertanyaan.
Gambar 1. Format penilaian lomba cerdas cermat keagamaan:

b) Lomba adzan dan hafalan surah


Lomba adzan dan hafalan surah pendek merupakan salah satu kegiatan
keagamaan untuk melatih anak-anak agar mampu menjadi seorang muadzin
dan hafizd yang terlatih untuk  mengumandangkan adzan serta mampu
menghafal surah pendek sejak usia dini, tujuan dan manfaat kegiatan tersebut
diadakan untuk meningkatkan keterampilan anak-anak dalam bidang
keagamaan dan melatih mental anak-anak untuk berani mengikuti
perlombaan.
Gambar 2. Format Penilaian Lomba Adzan dan Hafalan Surat Pendek
c) Lomba Praktek Ibadah
Praktek Ibadah merupakan kegiatan Co-Kurikuler yang mengikat dan
menjadi salah satu persyaratan dalam mengikuti kegiatan& akademik.
Kegiatan ini berlaku umum dan diwajibkan bagi setiap siswa. Kegiatannya
merupakan sub sistem dalam membentuk integritas pribadi muslim dan
pembentukan perilaku beragama dengan taat beribadah sebagai pengamalan
dari ajaran agama Islam. Tujuan dari lomba praktek ibadah yaitu untuk
meningkatkan kualitas anak-anak dalam menguasai, menghayati pengetahuan
dan melaksanakan praktek ibadah. Manfaat dari diadakannya perlombaan
praktek ibadah yaitu melatih daya serap anak-anak dalam menghafal maupun
segi praktenya.
Gambar 3. Format Penilaian Lomba Praktek Ibadah

d) Lomba Pidato
Menurut Syam Pidato ialah teknik berbicara dengan pemakaian kata-
kata atau bahasa secara efektif, yaitu menampilkan keterampilan atau
kemahiran dalam melakukann pememilihan kata yang dapat memberikan
pengaruhi terhadap pendengar. ujuan diadakannya lomba pidato ialah untuk
melatih keberanian dan kemampuan berbicara anak di depan umum. Adapun
manfaat nya selain menambah pengetahuan lomba pidato juga sebagai tolak
ukur kemampuan anak dalam menyampaikan materi di depan umum.
Gambar 4. Format Penilaian Lomba Pidato
Sesuai data-data diatas dapat disimpulkan bahwasanya:

Penguasaan anak-anak terhadap materi-materi lomba berdasarkan standar


yang sudah ditetapkan dapat dicapai.Adapun kendalanya masih perlu pengelompokan
anak sesuai tingkat pendidikan agar tidak ada perbedaan dalam pengklasifikasian
kemampuan.

2. Langkah-Langkah Pemberdayaan
a. Gerakan Maghrib Mengaji
1) Sosialisasi ke anak-anak di masjid Al-Mukarramah;
2) Sholat Maghrib dan Isya berjama’ah di masjid dengan anak-anak;
3) Anak-anak berkumpul di masjid setelah sholat maghrib dan isya berjama’ah;
4) Kemudian anak-anak bersama-sama tadarus Al-Qur’an dan belajar sesuai
jadwal dengan dibimbing oleh para mahasiswa KKN-GM.
5) Anak-anak kemudian satu-persatu menyetorkan hafalan surat-surat pendek
yang sudah dihafalnya;
6) Setelah semua anak-anak selesai menyetorkan hafalannya, pembimbing
memberikan sedikit cerita tentang kisah-kisah para nabi & memberikan
pelajaran tentang akhlak yang baik kepada kedua orang tua ataupun gurunya;
7) Kemudian pembimbing memberikan sebuah pertanyaan agar anak-anak dapat
merespon & menjawab semua pertanyaan yang diajukan, begitupula
sebaliknya anak-anak bertanya dan pembimbing menjawabnya;
8) Setelah mengaji selesai dilanjutkan dengan sholat isya berjamaah di masjid
dengan anak-anak

b. Lomba-Lomba Keagamaan
1) Sosialisasi ke anak-anak sekitar masjid al-mukarramah;
2) Anak-anak berkumpul di Masjid Al-Mukarramah;
3) Bagi anak-anak yang mau ikut lomba diharapkan langsung mendaftar ke
panita;
4) Panitia kemudian membacakan aturan-aturan atau tata tertib lomba ;
5) Peserta satu persatu maju kedepan sesuai dengan urutannya;
6) Juri menilai & membacakan siapa saja yang berhak menjadi juara 1;
7) Panitia memberikan hadiah kepada para peseta lomba yang
berhak mendapatkan juara 1;
8) Kemudian panitia memberikan sebuah pertanyaan yang meliputi
pengetahuan sosial ataupun tentang keagamaan kepada para peserta;
9) Bagi para peserta yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut
dengan baik &benar akan diberikan hadiah dooprize kepada para peserta.18

f. Analisis SWOT Sumber Daya Insani Masyarakat Pesisir


Analisis SWOT adalah penilaian terhadap hasil identifikasi situasi, untuk
menentukan apakah suatu kondisi dikategorikan sebagai kekuatan, kelemahan,
peluang atau ancaman. Analisis SWOT merupakan bagian dari proses perencanaan.
Hal utama yang ditekankan adalah bahwa dalam proses perencanaan tersebut, suatu
institusi membutuhkan penilaian mengenai kondisi saat ini dan gambaran ke depan
yang mempengaruhi proses pencapaian tujuan institusi. Dengan analisa SWOT akan
didapatkan karakteristik dari kekuatan utama, kekuatan tambahan, faktor netral,
18
M.Roqib, Menggugat Fungsi Edukasi Masjid (Yogyakarta:Grafindo Litera Media, 2015) hal 56
kelemahan utama dan kelemahan tambahan berdasarkan analisa lingkungan internal
dan eksternal yang dilakukan.19
Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis situasi dengan mengidentifikasi
berbagai faktor secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan (strengths) dan
kelemahan-kelemahan (weaknesses) suatu organisasi dan kesempatan-kesempatan
(opportunities) serta ancaman-ancaman (threats) dari lingkungan untuk merumuskan
strategi organisasi.
a. Kekuatan (Strength) adalah situasi internal organisasi yang berupa kompentensi
atau sumberdaya yang dimiliki organisasi atau masyarakat, yang dapat
digunakan sebagai alternatif untuk menangani dan ancaman. sumber daya
manusia yang ada masyarakat pesisir mempunyai kekuatan yaitu:
1) Ketersediaan bahan baku yang melimpah dan mudah di dapat.
2) Potensi bahan baku untuk diolah memiliki nilai tambah seperti kekayaan
laut yang ada di daerah pesisir.
3) Dukungan dari pemerintah, dengan terbentuknya Sumber Daya Manusia
masyarakat melaui pengolahan industri hasil laut tentunya pemerintah
akan mendukung penuh dari kegiatan ini. Oleh karena itu, pendapatan
daerah akan meningkat dan bisa mengurangi faktor kemiskinan.
b. Kelemahan (Weakness) adalah situasi internal organisasi di mana kompentensi
atau sumberdaya organisasi atau masyarakat sulit digunakan untuk menangani
kesempatan dan ancaman. Berikut identifikasi kelemahan yang ada:
1) Pemahaman masyarakat pesisir yang masih minim akan potensi industri
yang ada di laut. Hal ini sangat di hiraukan oleh masyarakat yang notaben
mata pencaharian sebagai nelayan dirasa cukup tanpa adanya
pengembangan seperti adanya industri potensi yang ada dilaut menjadikan
sebagia UMKM atau prodak olahan hasil laut.
19
Buchari Alma dan Donni Priansa, Managemen Bisnis Syariah, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 115-
125
2) Tingkat kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan masih dikatan
jauh dari kata kedisiplinan. Hal ini, bisa dilihat dari daerah sekitar laut
msih banyak sampah yang bisa mengakibatkan tercemarnya air laut yang
berubah menjadi kotor.
c. Peluang (opportunities) merupakan suatu kondisi lingkungan di luar organisasi
yang sifatnya menguntungkan bahkan dapat menjadi senjata untuk memajukan
sebuah organisasi atau masyarakat.20 Adapun peluang yang dimiliki oleh
masyarakat pesisir utara Cirebon, yaitu :
1) Banyak nya warga yang memiliki home industri di lingkungan sekitar
pesisir utara Cirebon yang dapat dikembangkan menjadi UMKM.
2) Meningkatkan wisatawan dengan adanya revitalisasi pelabuhan dan
pengembangan budaya lokal seperti nadran.
3) Budidaya tambak udang dan lobster.
d. Threats atau ancaman ini merupakan kebalikan dari peluang atau opportunities.
Ancaman merupakan merupakan kondisi eksternal yang dapat mengganggu
kelancaran berjalannya sebuah organisasi atau perusahaan. Ancaman dapat
meliputi hal-hal dari lingkungan yang tidak menguntungkan bagi sebuah
organisasi. Apabila ancaman tidak segera ditanggulangi maka dapat berakibat
dampak berkepanjangan sehingga menjadi sebuah penghalang atau penghambat
tercapainya visi dan misi sebuah organisasi atau perusahaan. 21 Adapun ancaman
untuk daerah pesisir utara Cirebon yaitu:
1) Presepsi pandangan masyarakat umum terhadap kehidupan bermasyarakat
kelurahan panjuanan dipandang sebelah mata atau daerah tertinggal.
2) Perkembangan dan perubahan teknologi yang belum dikuasai.

20
Fajar Nur’aini, Teknik Analisis SWOT, (Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia, 2020) hal.16

21
Ibid, hal. 18
3) Menguatnya posisi tawar pemasok bahan mentah atau bahan baku yang
diperlukan untuk diproses lebih lanjut menjadi produk tertentu.
PENUTUP

Kesimpulan
Kesimpulan Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Gerakan Masyarakat
Mengaji (GM) kelompok 17 selama 3 bulan dimasjid Al-Mukarromah Panjunan
Pesisir Utara Merupakan kegiatan yang pertama kalinya dilakukan oleh Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Syekh Nurjati Cirebon dan
bekerja sama dengan 22 Masjid yang ada di Kota Cirebon.
Kami kelompok 17 Panjunan masjid Al-Mukarromah melakukan kegiatan
KKN-GM mulai dari tanggal 05 Agustus – 31 Oktober 2021 terdiri dari 16 Orang
yang dilakukan secara berkelompok dan dari 16 orang dibagi menjadi 3 kelompok
sehingga setiap malam harinya bada’ Maghrib sampai Bada’ Isya.
Kemudian Peserta KKN-GM yang bertugas mengajarkan ngaji dan
mengajarkan Pengetahuan umum bahkan bukan hanya itu kami melakukan
pendekatan dnegan masyarakat seperti senam pagi peringatan PHBI dll. Kemudian
Setiap Malam bada’ Maghrib hari senin – selasa dari kelompok A, hari Rabu – kamis
oleh kelompok B, hari Jumat – Minggu Oleh Kelompok C dan dimalam Minggu kami
serentak hadir untuk melakukan Marhabanan bersama DKM dan Masyarakat sekitar.
Kegiatan selama 3 bulan mendapatkan pengalaman yang luar biasa bahkan
bukan hanya itu kami mendapatan arti sesungguhnya tentang Pengabdian,
pengalaman bagaimana kami beradaptasi dengan orang baru dan harus bisa
menyesuaikan karakteristik masyarakat sekitar.
Tetapi apa yang kami lakukan pasti ada beberapa yang perlu dievaluasi agar
kedepannya lebih baik seperti melakukan pemetaan dan secara administrasi yang
berskala dan menurut ketua DKM memberikan Apresiasi dan memohon maaf kepada
seluruh anggota KKN-GM 17 yang sudah memberikan seluruh waktu,tenaga dan
pengetahuan untuk memberikan yang terbaik kepada Anak anak yang ada dipanjunan.
Sebagaimana peran umumnya, bangunan masjid mempunyai dua fungsi.
pertama, fungsi utama masjid sebagai tempat ibadah, dimana umat Islam
melaksanakan berbagai kegiatan ritual peribadatan. Kedua, fungsi penunjang atau
tambahan yang berpengaruh bagi masjidnya sendiri dan masyarakat sekitar masjid.
Ahmad Sarwat (2012) menyebutkan, fungsi masjid yang utama adalah tempat
dilaksanakannya berbagai jenis ibadah ritual.
Sebagaimana tentang pengembangan Sumber Daya Manusia yang sudah
dijelaskan dipembahasan banyak beberapa potensi,kelebihan dan kekurangan yang
ada dilingkungan Masjid Al-Mukarromah seperti potensi anak- anak dari berbagai
aspek dan potensi masyakarakat dari berbagai aspek serta solusi yang kami tawarkan
dalam penelitian dan pengabdian yang kami lakukan selama 3 bulan.

Anda mungkin juga menyukai