OLEH :
KHAIRUN NISYA
8186175001
PENDIDIKAN FISIKA REG.A 2018
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga saya dapat menyusun makalah
ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini saya
akan membahas mengenai ”Pengembangan dan Validitas Angket”.
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai referensi untuk membantu
menyelesaikan hambatan selama mengerjakan makalah ini, saya menyadari
sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah ini tidak akan
terwujud dan masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati saya beharap saran dan
kritik demi perbaikan lebih lanjut lagi. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Khairun Nisya
2
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN…………...........................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah........................................................................................2
2.3 ANGKET/KUESIONER....................................................................18
2.3.1 Pengertian Angket/Kuesioner...................................................18
2.3.2 Penggunaan Angket/Kuesioner................................................18
2.3.3 Jenis-jenis Angket/Kuesioner...................................................20
2.3.4 Pengambilan Data Angket/Kuesioner......................................22
3
2.3.5 Jenis Pertanyaan Dalam Angket/Kuesioner...............................22
2.3.6 Skala Dalam Angket/Kuesioner.................................................24
2.3.7 Kelemahan dan Kelebihan Angket/Kuesioner...........................25
2.3.8 Merancang Angket/Kuesioner...................................................27
2.3.9 Contoh Angket/Kuesioner.........................................................28
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................34
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
responden. Dengan adanya angket dapat membantu kita memproleh informasi
yang kita inginkan dan memudahkan kita dalam proses penelitian.
Secara mendasar, agar penilaian yang dikembangkan dapat
menggambarkan kemampuan siswa yang sesungguhnya, maka hal yang perlu
diperhatikan adalah validitas dan reliabilitas instrumen. Validitas dan reliabilitas
menjadi hal yang penting karena validitas berkaitan dengan ketepatan isi dari
instrumen dengan tujuan pengembangan instrumen. Sedangkan reliabilitas
berkaitan dengan keajegan atau kestabilan instrumen apabila digunakan berkali-
kali. Penilaian hasil belajar siswa menjadi sangat penting untuk diperhatikan
karena pada dasarnya penilian yang berkualitas akan mampu meningkatkan
pembelajaran.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
tes kemampuan akademik. Sedangkan yang termasuk dalam kelompok non-tes
adalah skala sikap, skala penilaian, pedoman observasi, pedoman wawancara,
angket, pemeriksaan dokumen dan sebagainya. Instrumen yang berbentuk tes
bersifat performansi maksimum sedang instrumen non-tes bersifat performansi
tipikal.
Untuk memperjelas instrumen penilaian tersebut, mari kita bahas lebih
lanjut pemaparan berikut ini:
8
untuk kembali menggunakan tes uraian sebagai alat penilaian hasil belajar,
terutama di perguruan tinggi. Bentuk tes uraian dibedakan menjadi tiga, yaitu:
uraian bebas, uraian terbatas dan uraian berstruktur.
a. Uraian Bebas (Extended Respons Items)
Dalam uraian bebas jawaban peserta didik tidak dibatasi, bergantung pada
pandangan peserta didik itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan
uraian bebas sifatnya umum.
b. Uraian Terbatas (Restricted Respons Items)
Bentuk kedua dari tes uraian adalah tes uraian terbatas. Dalam bentuk ini
pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan
tertentu.
c. Uraian Berstruktur
Soal berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal-soal objektif dan
soal-soal essay. Soal berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban
singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas memberikan jawaban.
B. Tes Objektif
Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi (dichotomously scored
item) karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0. Tes
objektif terdiri dari beberapa bentuk, antara lain:
a. Pilihan Ganda(Multiple Choice)
Soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil
belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan,
pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pilihan
jawaban (option) terdiri atas jawaban yang benar atau paling benar,
selanjutnya disebut kunci jawaban dan kemungkinan jawaban salah yang
dinamakan pengecoh (distractor/decoy/fails).
b. Benar-Salah(True-False, or Yes-No)
Bentuk tes benar-salah (B-S) adalah pernyataan yang mengandung dua
kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Salah satu fungsi bentuk
soal benar-salah adalah untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam
9
membedakan antara fakta dengan pendapat. Bentuk soal seperti ini lebih
banyak digunakan unyuk mengukur kemampuan mengidentifikasi
informasi berdasarkan hubungan yang sederhana.
c. Menjodohkan(Matching)
Soal tes bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan
jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom berbeda, yaitu
kolom sebelah kiri menunjukkan kumpulan persoalan, dan kolom sebelah
kanan menunjukkan kumpulan jawaban. Bentuk soal seperti ini sangat
baik untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi
hubungan antara dua hal.
d. Melengkapi(Completion)
Soal bentuk melengkapi (completion) dikemukakan dalam kalimat yang
tidak lengkap.
C. Tes Lisan
Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan
tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik.
D. Tes Perbuatan
Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk
lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau
unjuk kerja. Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan
persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil yang dicapainya.
Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format
pengamatan, yang bentuknya dibuat sedemikian rupa agar pendidik dapat
menuliskan angka-angka yang diperolehnya pada tempat yang sudah disediakan.
Bentuk formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan
yang sifatnya individual, sebaiknya menggunakan format pengamatan individual.
Untuk tes perbuatan yang dilaksanakan secara kelompok digunakan format
tertentu yang sudah disesuaikan untuk keperluan pengamatan kelompok.
10
2. Non-Tes Sebagai Instrumen Penilaian
Instrumen non-tes sangat penting dalam mengevaluasi peserta didik pada
ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan instrumen tes yang lebih
menekankan aspek kognitif. Ada beberapa macam instrumen non-tes, yakni:
pengamatan (observation), wawancara (interview), kuesioner atau
angket (quetionaire). Berikut ini penjelasan instrumen penilaian non-tes:
A. Observasi
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara
sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat
digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik, seperti tingkah
laku peserta didik pada waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-
lain. Instrumen yang digunakan untuk melakukan observasi disebut pedoman
observasi. Ada tiga jenis observasi, yakni:
a. Observasi Lagsung, adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala
atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung
diamati oleh pengamat.
b. Observasi tidak langsung, adalah observasi yang dilakasanakan dengan
menggunakan alat seperti mikroskop utuk mengamati bakteri, suryakanta
untuk melihat pori-pori kulit.
c. Observasi partisipasi, adalah observasi yang dilaksanakan dengan cara
pengamat harus melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang
dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati, sehingga
pengamat bisa lebih menghayati, merasakan dan mengalami sendiri seperti
inddividu yang sedang diamatinya.
11
B. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk instrumen evaluasi jenis non-tes
yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Melalui wawancara, data bisa diperoleh dalam bentuk kualitatif dan
kuantitatif. Pertanyaan yang tidak jelas dapat diulang dan dijelaskan lagi,
begitupun dengan jawaban yang belum jelas. Ada dua jenis wawancara, yakni:
wawancara terstruktur dan wawanncara bebas.
C. Angket
Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang
akan diukur (responden). Angket adalah instrumen penilaian hasil belajar yang
berupa daftar pertanyaan tertulis untuk menjaring informasi tentang sesuatu,
misalnya tentang latar belakang keluarga peserta didik, kesehatan peserta didik,
tanggapan peserta didik terhadap metode pembelajaran, media, dan lain- lain.
Angket umumnya dipergunakan pada ranah afektif.
D. Daftar Cek
Daftar cek adalah deretan pertanyaan singkat dimana responden yang
dievaluasi tinggal membubukan tanda centang (√) pada aspek yang diamati sesuai
dengan hasil penilaiannya.
E. Studi Kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu
yang dipandang mengalami kasus tertentu. Misalnya mempelajari secara khusus
anak nakal, anak yang tidak bisa bergaul dengan orang lain, anak yang selalu
gagal dalam belajar, dan lain – lain.
Kasus tersebut dipelajari secara mendalam dan dalam kurun waktu yang
cukup lama. Mendalam artinya mengungkapkan semua variabel yang
menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari berbagai aspek yang mempengaruhi
dirinya.
12
Penekanan yang utama dalam studi kasus adalah mengapa individu
melalukan apa yang dilakukannya dan bagaimana tingkah lakunya dalam kondisi
dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Datanya bisa diperoleh dari berbagai
sumber, seperti; orang tua, teman dekatnya, guru, bahkan juga dari dirinya.
F. Portofolio
Portofolio berasal dari bahasa Inggris “portfolio” yang berarti dokumen
atau surat-surat. Penilaian portofolio (portfolio assesment) merupakan salah satu
bentuk “performance assesment”. Portofolio (portfolio) adalah kumpulan hasil
tugas/tes atau hasil karya peserta ddik yang dikaitkan dengan standar atau kriteria
yang telah ditentukan. Dengan kata lain, model penilaian yang bertujuan untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam membangun dan merefleksi suatu
pekerjaan/tugas atau karya melalui pengumpulan (collection) hasil karya peserta
didik yang sistematis dalam satu periode.
Prinsip dalam penilaian portofolio (portfolio assesment) adalah dokumen
atau data hasil pekerjaan peserta didik, baik berupa pekerjaan rumah, tugas atau
tes tertulis seluruhnya digunakan untuk membuat inferensi kemampuan dan
perkembangan kemampuan peserta didik. Informasi ini juga digunakan untuk
menyusun strategi dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
13
dibakukan dalam sebuah proses uji coba sehingga instrumen penilaian
mempunyai ciri tertentu untuk menghasilkan data yang akurat dan handal.
Instrumen juga harus memenuhi syarat reliabilitas. Reliabilitas
berhubungan dengan dapat dipercayanya instrumen. Instrumen dapat dipercaya
apabila memberikan hasil penilaian yang relatif stabil dan konsisten. Semakin
tinggi akurasi dan presisi hasil penilaian, maka semakin rendah tingkat kekeliruan
dalam melakukan penilaian. Dan semakin rendah kekeliruan maka akan
menghasilkan penilaian dengan hasil yang konsisten. Selain itu, syarat instrumen
penilaian yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah
berikut ini:
14
interpretasi skor tes. Validitas adalah masalah interpretasi terhadap nilai tes,
bukan tes itu sendiri, karena validitas tidak seberapa terkait dengan bentuk atau
jenis tes, tetapi interpretasi terhadap skor tes.
Sebuah instrumen penilaian dikatakan baik manakala memiliki validitas
yang tinggi. Yang dimaksud validitas disini adalah kemampuan instrumen
tersebut menilai apa yang seharusnya dinilai. Ada tiga aspek yang hendak
dievaluasi dalam evaluasi hasil belajar yaitu aspek kognitif, psikomotor, dan
afektif. Tinggi rendahnya validitas instrumen dapat di hitung dengan uji validitas
dan di nyatakan dengan koefisien validitas.
Validitas sendiri terbagi ke dalam tiga kategori besar, yaitu validitas isi
(content validity), validitas konstrak (construct validity), dan validitas yang
berdasar kriteria (criterion-related validity). Berikut ini penjelasan mengenai
ketiga validitas tersebut:
15
yang berkompeten pada materi tersebut. Walaupun akan bersifat subyektif, namun
judgment dari pakar tetap diperlukan untuk meninjau apakah tes telah mencakup
keseluruhan isi kawasan kemampuan yang akan diukur menurut sudut pandang
dari materi tersebut, atau dalam kata lain judgment pakar tetap diperlukan dalam
hal ini karena judgment tersebut dapat dipertanggung jawabkan.
Selain berkaitan dengan upaya mengetahui kesesuaian antara isi item
dengan materi yang akan diukur, Saifuddin Azwar (2015: 42) menjelaskan bahwa,
“validitas isi juga berkaitan dengan item-item yang harus relevan dengan tujuan
yang hendak diukur, yakni item-item yang tidak keluar dari batasan tujuan ukur”.
Walaupun isinya komprehensif, tetapi bila tes tersebut mengikutsertakan pula
item-item yang tidak relevan dan berkaitan dengan hal-hal di luar tujuan ukurnya,
maka validitas tes tersebut tidaklah dapat dikatakan memenuhi ciri validitas yang
seungguhnya.
Validitas isi sendiri dibagi menjadi dua, yakni validitas tampang (face
vaidity) dan validitas logis (logical validity). Validitas tampang bersifat kualitatif
dan judgmental karena berasal dari expert judgment. Sedangkan, validitas logis
bersifat kuantitatif, yang dilakukan dengan menghitung seberapa tinggi
kesepakatan para expert. Hal ini dapat dilakukan dengan mencari koefisien
validitas isi-Aiken’V atau rasio validitas isi-Lawshe’s CVR.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa validitas isi berkaitan dengan
ketepatan isi suatu instrumen dengan materi yang hendak diungkap dan tujuan
dari penilian. Validitas tampang ini dapat dilakukan dengan mengkonsultasikan isi
instrumen dengan pakar/ahli/ expert judgment. Hasil dari telaah pada tampang
beberapa ahli tersebut kemudian diolah untuk mencari koefisien validitas isi,
untuk memenuhi validitas logis, sehingga validitas isi terpenuhi secara
keseluruhan.
16
berkorelasi tinggi dengan konstruk teoritik yang mendasari penyusunan tes
tersebut.
Selanjutnya, Bambang Subali (2012: 43) mengemukakan bahwa,
“persoalan yang dihadapi dalam pemenuhan validitas konstruk dalam ranah
kognitif bukan hanya teerbatas pada kesesuaian item dengan indikator dengan
pencapaian kompetensi. Persoalan yang mendasar adalah apakah sejumlah
kompetensi yang diukur berada pada satu dimensi”. Berdasarkan pengertian
tersebut, dapat dipahami bahwa validasi konstruk berkaitan konstruk dari item
yang dikembangkan, yang disesuaikan dengan kompetensi yang hendak diketahui.
Agar dapat mengetahui validitas konstruk ini tentu yang dilakukan adalah
menjabarkan apa yang hendak diukur. Bambang Subali (2012: 43) menjelaskan
bahwa.
Cara untuk memenuhi validitas konstruk adalah dengan membuat definisi
operasional variabel yang akan diukur. Jika akan mengukur minat, maka dibuat
terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan minat secara operasional. Dari definisi
operasional yang sudah dirumuskan selanjutnya dicari indikator-indikatornya.
Dengan cara demikian, pemenuhan unidimensionalitas variabel yang akan diukur
berpeluang dapat dipenuhi. Setelah variabel yang akan diukur dijabarkan ke dalam
indikator-indikatornya barulah disusun pertanyaan-pertanyaan yang
mencerminkan masing-masing indikator tersebut. Dengan demikian, alat uji akan
memiliki kesahihan konstruk jika item-itemnya mencerminkan indikator-indikator
dari variabel yang diukur.
Maka, untuk dapat memenuhi validitas konstruk ini dapat dilakukan
melalui penelaahan definisi operasional variabel yang akan diukur, indikator yang
dikembangkan dan pertanyaan-pertanyaan yang disusun. Kemudian, untuk
mendapatkan ketepatan konstruk, tidak hanya diperlukan penelaahan namun juga
pengujian secara empiris. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Djemari Mardapi
(2008: 16) yang menyatakan bahwa, bukti kesahihan konstruk diperoleh validitas
dari hasil penggunaan tes, yaitu data empirik. Djemari Mardapi (2008: 20-21)
menjelaskan bahwa,validasi bisa mencakup studi empiris bagaimana catatan
pengamat atau judge dan evaluasi data bersamaan dengan analisis ketepatan
17
proses dengan penafsiran definisi konstruk. Bukti berdasarkan pola respons
mencakup konstruk validiti, yaitu sejauh mana hasil pengukuran dapat ditafsirkan
sesuai dengan definisi yang digunakan. Definisi atau konsep yang diukur berasal
dari teori yang digunakan. Oleh karena itu harus ada pembahasan teori yang
menjadi penentuan konstruk suatu instrumen atau tes.
Selanjutnya, Saifudin Azwar (2015: 45) juga mengemukakan bahwa
validitas konstruk merupakan validitas yang menunjukkan sejauh mana hasil tes
mampu mengungkap suatu trait atau suatu konstrak teoritik yang hendak
diukurnya. Pengujian validitas konstrak merupakan proses yang terus berlanjut
sejalan dengan perkembangan konsep mengenai trait yang diukur. Hasil dari uji
empiris ini, dapat diketahui validitasnya baik melalui teori tes klasik maupun teori
respon butir.
2.2.1 Reabilitas
Secara sederhana relibilitas dipahami sebagai keajegan atau konsistensi
suatu alat ukur. Pengertian realibilitas berkaitan dengan konsistensi. Bambang
Subali (2012: 47) menjelaskan bahwa, suatu alat ukur yang dinyatakan
reliabel/andal jika memberikan hasil yang sama pada berkali-kali pengulangan
pengukuran. Lebih jelas lagi Djemari Mardapi (2012: 51) menjelaskan bahwa
reliabilitas atau keandalan merupakan koefisien yang menunjukkan tingkat
keajegan atau konsistensi hasil pengukuran suatu tes. Konsistensi berkaitan
dengan tingkat kesalahan hasil suatu tes yang berupa skor. Tes yang digunakan di
berbagai tempat dengan tujuan yang sama, seperti tes hasil belajar, hasilnya yang
berupa skor harus dapat dibandingkan antar tempat. Hasil tes ini juga harus dapat
18
dibandingkan antar waktu untuk mengetahui perkembangan hasil belajar yang
dicapai.
Selanjutnya, Frisbie dalam (Bambang Subali, 2012: 47-48) menyatakan
bahwa reliabilitas tes hasil belajar diinterpretasikan dengan mengacu pada kriteria
(criterion-reference) sehingga item-itemnya memiliki tingkat kesulitan item
bervariasi dari mudah sampai sukar (sebagai cerminan tingkat keberhasilan
belajar) dan tidak boleh memiliki indeks daya pembeda yang negatif (sebagai
cerminan tidak ada/peserta ujian yang cerdas menjawab salah). Oleh karena itu,
estimasi error didasarkan pada tingginya indeks konsistensi (indeks yang tinggi
menunjukkan semua testi/peserta ujian yang sudah belajar pasti dapat
mengerjakan dengan benar, sementara semua testi/peserta ujian yang belum
belajar pasti tidak dapat mengerjakan dengan benar).
Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen
tersebut dapat menghasilkan hasil pengukuran yang ketetapan. Tinggi rendahnya
reliabilitas ini dapat dihitung dengan uji reliabilitias dan dinyatakan dengan
koefisien reliabilitas.
2.2.2 Objektivitas
Instrumen penilaian hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh
subjektifitas pribadi dari si-evaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam
menekan pengaruh subjektifitas yang tidak bisa dihindari hendaknya evaluasi
dilakukan mengacu kepada pedoman pertama menyangkut masalah kontinuitas
dan komprehensif. Evaluasi harus dilakukan secara kontinu (terus-menerus).
Dengan evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka evaluator akan memperoleh
gambaran yang lebih jelas tentang keadaan audiens yang dinilai. Evaluasi yang
diadakan secara hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang
objektif tentang keadaan audiens yang dievaluasi. Faktor kebetulan akan sangat
mengganggu hasilnya.
19
2.2.3 Praktikabilitas
Sebuah instrumen penilaian dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi
apabila bersifat praktis mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri; mudah
dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan
kepada audiens mengerjakan yang dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah
pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman skoring, kunci jawaban. Dilengkapi
petunjuk yang jelas sehingga dapat dilaksanakan oleh orang lain.
2.2.4 Ekonomis
Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak
membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
20
menyusun instrumen penilaian tersebut, dapat dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Pemilihan ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang ingin dinilai
oleh guru, misalnya sikap dan minat terhadap suatu materi pelajaran.
2. Penentuan indikator apa yang sekiranya dapat digunakan
untuk mengetahui bagaimana sikap dan minat peserta didik terhadap suatu
materi pelajaran. Beberapa contoh indikator yang misalnya dapat
digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap dan minat peserta didik
terhadap suatu materi pelajaran, yaitu: (1) persentase kehadiran atau
ketidakhadiran di kelas, (2) aktivitas peserta didik selama kegiatan
pembelajaran berlangsung, misalnya apakah suka bertanya, terlibat aktif
dalam diskusi, aktif memperhatikan penjelasan guru, dsb. (3) penyelesaian
tugas-tugas belajar yang diberikan, seperti ketepatan waktu mengumpul
PR atau tugas lainnya, (4) kerapian buku catatan dan kelengkapan bahan
belajar lainnya terkait materi pelajaran tersebut.
3. Penentuan jenis skala yang digunakan, misalnya jika menggunakan skala
Likert, berarti ada 5 rentang skala, yaitu: (1) tidak berminat; (2) kurang
berminat; (3) netral; (4) berminat; dan (5) sangat berminat.
4. Penulisan draft instrumen penilaian afektif (misalnya dalam
bentuk kuisioner) berdasarkan indikator dan skala yang telah ditentukan.
5. Penelaahan dan meminta masukan teman sejawat (guru lain) mengenai
draft instrumen penilaian ranah kognitif, afektif, dan atau psikomotorik
yang telah dibuat.
6. Revisi instrumen penilaian berdasarkan hasil telaah dan masukan rekan
sejawat, bila memang diperlukan.
7. Persiapan kuisioner untuk disebarkan kepada peserta didik
beserta inventori laporan diri yang diberikan siswa berdasarkan hasil
kuisioner (angket) tersebut.
8. Pemberian skor inventori kepada peserta didik. Analisis hasil inventori
minat peserta didik terhadap materi pelajaran
21
2.3 ANGKET/KUESIONER
22
Memang kuesioner baik, asal cara dan pengadaanya mengikuti persyaratan
yang telah digariskan dalam penelitian. Sekali lagi, sebelum kuesioner disusun,
maka harus dilalui prosedur:
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner
2. Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.
3. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan
tunggal
4. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk
menentukan teknis analisisnya.
Penentuan sampel sebagai responden kuesioner perlu mendapat perhatian
pula. Apabila salah menentukan sampel, informasi yang kita butuhkan barangkali
tidak kita peroleh secara maksimal. Kita ambil contoh, Kita menghendaki data
tentang manfaat mempelajari ilmu fisika, termasuk ke dalam pengaplikasian pada
kehidupan sehari-hari. Kita sebarkan angket kepada sejumlah siswa yang ada
matapelajaran fisika di kelasnya. Ternyata dijawab, karena responden yang dipilih
ternyata tidak suka belajar fisika tetapi mereka sedikit tahu pengaplikasian ilmu
fisika dalam kehidupan sehari-hari.
Namun dalam mengisi angket boleh saja responden tidak mengisi
identitasnya, hal ini lebih dikenal dengan sebutan “Angket Anonim”. Angket
anonim memang ada kebaikannya karena responden bebas mengemukakan
pendapat. Akan tetapi penggunaan angket anonim mempunyai beberapa
kelemahan pula.
1. Sukar ditelusuri apabila ada kekurangan pengisian yang disebabkan
karena responden kurang memahami maksud item.
2. Tidak mungkin mengadakan analisis lebih lanjut apabila peneliti ingin
memecah kelompok berdasarkan karakteristik yang diperlukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Francis J. Di Vesta memberikan gambaran
hasil bahwa tidak ada perbedaan ketelitian jawaban yang diberikan oleh orang
dewasa, baik yang anonim maupun yang bernama. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perlu tidaknya angket diberi nama adalah:
1. Tingkat kematangan responden.
23
2. Tingkat subjektivitas item yang menyebabkan responden enggan
memberikan jawaban
3. Kemungkinan tentang banyaknya angket.
4. Prosedur (teknik) yang akan diambil pada waktu menganalisis data.
Untuk memperoleh kuesioner dengan hasil mantap adalah dengan proses uji
coba. Sampel yang diambil untuk keperluan uji-coba haruslah sampel dari
populasi dimana sampel penelitian akan diambil. Dalam uji coba, responden
diberi kesempatan untuk memberikan sarana-sarana perbaikan bagi kuesioner
yang diuji cobakan itu. Situasi sewaktu uji coba dilaksanakan harus sama dengan
situasi kapan penelitian yang sesungguhnya dilaksanakan.
Salah satu kelemahan metode angket adalah bahwa angketnya sukar
kembali. Apabila demikian keadaannya maka peneliti sebaiknya mengirim surat
kepada responden yang isinya seolah-olah yakin bahwa sebenarnya angketnya
akan diisi tetapi mempunyai waktu. Surat yang dikirim itu hanya sekedar
mengingatkan.
24
2. Pertanyaan tertutup (closed quetions)
Pertanyaan tetutup ialah kebalikkan dari pertanyaan terbuka, dimana pada
pertanyaan tertutup respondennya hanya memiliki “option “ atau pilihan jawaban
yang telah disediakan. Hal senada juga dinyakan bahwa pertanyaan tertutup ialah
pertanyaan yang disertai oleh pilihan jawaban yang telah ditentukan oleh peneliti,
yakni dapat berbentuk ‘ya’ atau ‘tidak’, dapat pula berbentuk sejumlah alternatif
atau pilihan ganda. Ada dua contoh teori yang dapat digunakan dalam pertanyaan
tetutup, yaitu: Likert style formats; ranting scales. Dengan format ini, responden
diminta untuk memilih salah satu option yang disedikan bekanaan dengan
statement atau pertanyaan yang mendahului options tersebut.
Contoh:
Tak seorang pun benar-benar bisa merasakan bagaimana nikmatnya memahami
ilmu fisika, semua yang kita lakukan dalam kegiatan sehari-hari tak luput dari
pengaplikasiaan dan pemanfaatan ilmu fisika.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak bisa memutuskan
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
3. Semantic differential.
Bentuk ini adalah responden diminta memilih atau menempatkan
pilihannya diantara dua kata sifat yang berada pada dua kontinum dan ekstrim.
Kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup. Dimana disamping menyediakan
options jawaban dalam angket, peneliti juga menyediakan satu options atau ruang
kosong bagi responden untuk diisi bila options jawaban yang telah disediakan
tidak mencakup informasi yang akan diberikan
25
2.3.4 Pengambilan Data Angket / kuisoner
Angket/ kuisoner adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian
pertanyaan tertulis yang diajukan kepada subyek untuk mendapatkan jawaban
secara tertulis juga. Pengambilan data dapat dilakukan secara :
a. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan menggunakan
kuesioner.
b. Mengidentifikasikan variabel yang dapat diukur dengan menggunakan
kuesioner. Pada kasus tertentu, variavabel dibagi dalam sub-variabel.
c. Mempelajari landasan teori yang terkait dengan variabel penelitian
untuk menentukan pertanyaan yang akan diajukan dalam kuesioner.
d. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, serta menentukan
teknik analisisnya.
e. Menentukan bentuk kuesioner dan menulis pernyataan-pernyataan
kuesioner berdasarkan teori yang telah dipelajari. Kesalahan utama
dalam penelitian adalah membuat pertanyaan yang keliru atau tidak
sesuai dengan kebutuhan penelitian.
f. Menentukan sampel sebagai responden kuesioner. Apabila salah
menentukan sampel maka informasi yang diperoleh mungkin tidak
maksimal.
g. Menyebarkan kuesioner dan memantau prosese pengumpulan data.
26
masuk akal, pertanyaan-pertanyaan dari responden diantisipasi dan susunan
pertanyaan direncanakan secara mendetail.
Jenis-jenis pertanyaan dalam kuesioner adalah :
1. Pertanyaan Terbuka : pertanyaan-pertanyaan yang memberi pilihan-
pilihan respons terbuka kepada responden. Pada pertanyaan terbuka
antisipasilah jenis respons yang muncul. Respons yang diterima harus
tetap bisa diterjemahkan dengan benar.
2. Pertanyaan Tertutup : pertanyaan-pertanyaan yang membatasi atau
menutup pilihan-pilihan respons yang tersedia bagi responden.
Petunjuk-petunjuk yang harus diikuti saat memilih bahasa untuk
kuesioner adalah sebagai berikut :
Gunakan bahasa responden kapanpun bila mungkin. Usahakan agar kata-
katanya tetap sederhana.
Bekerja dengan lebih spesifik lebih baik daripada ketidak-jelasan dalam
pilihan kata-kata. Hindari menggunakan pertanyaan-pertanyaan spesifik.
Pertanyaan harus singkat.
Jangan memihak responden dengan berbicara kapada mereka dengan pilihan
bahasa tingkat bawah.
Hindari bias dalam pilihan kata-katanya. Hindari juga bias dalam
pertanyaan –pertanyaan yang menyulitkan.
Berikan pertanyaan kepada responden yang tepat (maksudnya orang-orang
yang mampu merespons). Jangan berasumsi mereka tahu banyak.
Pastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut secara teknis cukup akurat
sebelum menggunakannya.
Gunakan perangkat lunak untuk memeriksa apakah level bacaannya sudah
tepat bagi responden.
27
2.3.6 Skala Dalam Kuisoner
Penskalaan adalah proses menetapkan nomor-nomor atau simbol-simbol
terhadap suatu atribut atau karakteristik yang bertujuan untuk mengukur atribut
atau karakteristik tersebut. Alasan penganalisis sistem mendesain skala adalah
sebagai berikut :
Untuk mengukur sikap atau karakteristik orang-orang yang menjawab
kuesioner.
Agar respoden memilih subjek kuesioner.
Ada empat bentuk skala pengukuran , yaitu :
a. Nominal
Skala nominal digunakan untuk mengklasifikasikan sesuatu. Skala
nominal merupakan bentuk pengukuran yang paling lemah,
umumnya semua analis bisa menggunakannya untuk memperoleh
jumlah total untuk setiap klasifikasi. Contoh : Apa jenis perangkat
lunak yang paling sering anda gunakan ? 1 = Pengolah kata, 2 =
Spreadsheet, 3 = Basis Data, 4 = Program e-mail
b. Ordinal
Skala ordinal sama dengan skala nominal, juga memungkinkan
dilakukannya kalsifikasi. Perbedaannya adalah dalam ordinal juga
menggunakan susunan posisi. Skala ordinal sangat berguna karena
satu kelas lebih besar atau kurang dari kelas lainnya.
c. Interval
Skala interval memiliki karakteristik dimana interval di antara
masing-masing nomor adalah sama. Berkaitan dengan karakteristik
ini, operasi matematisnya bisa ditampilkan dalam data-data
kuesioner, sehingga bisa dilakukan analisis yang lebih lengkap.
d. Rasio
Skala rasio hampir sama dengan skala interval dalam arti interval-
interval di antara nomor diasumsikan sama. Skala rasio memiliki
nilai absolut nol. Skala rasio paling jarang digunakan.
28
2.3.7 Kelebihan dan Kelemahan Angket
A. Kelebihan angket
1. Merupakan teknik pengumpulan data yang efesien sebab peneliti tahu
pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari
responden.
2. Angket cocok digunakan untuk jumlah responden yang cukup besar
dan tersebar diwilayah yang luas.
3. Angket dapat berupa pertanyaan terbuka atau tertutup sehingga dapat
diberikan kepada responden secara lansung atau dapat dikirimkan
melalui pos, atau internet.
4. Terjalinnya kontak lansung antara peneliti dengan responden akan
menciptakan suatu kondisi yang cukup baik, sehingga responden
dengan sukarela akan memberkan dat objektif dan cepat.
5. Keuntungan dari angket terbuka ialah bahwa variasi jawaban yang
deterima sebelumnya tidak diduga oleh peneliti sehingga memperluas
pandangannya.
6. Sedangkan angket tertutup memeliki beberapa keuntungan yaitu
mudah diisi kerena responden tak perlu menuliskan buah pikirannya,
tidaj memerlukan waktu yang banyak untuk mengisinya, lebih besar
harapan akan dikembalikan dan mudah diolah.
Selo sumarjan mengemukakan beberapa kelebihan angket sebagai pengumpul
data,yaitu:
1. Angket dapat disusun dengan teliti dan tenang dalam kamar sipeneliti
sehingga penyusun serta perumusan pertanyaannya dapat mengikuti
suatu sistematik yang sesuai dengan masaalah yang diteliti serta
cabang ilmu yang digunakan.
2. Dengan angket, banyak respon dapat dihubungi. Hal penting ini
penting apabila peneliti hendak meneliti pendapat umum atau orang
banyak dalam suatu masyarakat.
29
3. Untuk menghubungi orang banyak deperlukan waktu yang relatif
singkat, oleh karena itu mengedarkan angket dapat dikerahkan
sejumlah tenaga pengumpul data dalam waktu yang sama.
4. Keran pertanyaan dan jawaban semua tertulis, maka dalam analisa
data, data yang terkumpul senantiasa dengan mudah dapat dicek
kembali.
5. Orang dari bidang ilmu lain dapat juga menggunakan angket dan
jawabannya untuk analisa yang berbeda.
B. Kelemahan angket
1. Kelemahan dari angket tertutup dapat diketahui pada pilihan jawaban
yang mungkin tidak mencakup apa yang terkandung dalam hati
responden, sehingga jawaban ynag dipilihnya tidak sepenuhnya
sesuai dengan pendapatnya.
2. Kelemahan dari angket terbuka dapat diketahui pada kesulitan bagi
responden untuk menjawabnya karena memerlukan kemampuan
menyatakan buah pikirannya secara tertulis.
3. Waktu untuk menjawab satu pertanyaan pun lebih banyak, bagi
peneliti sendiri, mengolah jawanpun menimbulkan banyak kesukaran.
Disamping menjelaskan tentang kelebihan angket, Selo Sumarjan juga
juga mengemukakan kelemahannay atau keterbatasannay yaitu sebagai berikut:
1. Kerena seua pertanyaan sudah ditetapkan lebih dahulu terutama mengenai
isinya, maka sekar sekali untuk menangkap suasana khusus yang ada pada
responden yang tidak terpikirkan oleh peneliti sebelumnya yang juga
mungkin berpengaruh terhadap penelitian,
2. Sifat kaku angket tidak atau sedikit sekali memberikan keluasan untuk
mengubah susunan pertanyaan agar lebih cocok dengan alam pikiran
responden.
30
2.3.8 Merancang Kuisoner
Merancang formulir-formulir untuk input data sangat penting, demikian
juga merancang format kuesioner juga sangat penting dalam rangka
mengumpulkan informasi mengenai sikap, keyakinan, perilaku dan karakteristik.
1. Format kuesioner sebaiknya adalah :
Memberi ruang kosong secukupnya,
Menunjuk pada jarak kosong disekeliling teks halaman atau layar.
Untuk meningkatkan tingkat respons, gunakan kertas berwarna
putih atau sedikit lebih gelap, untuk rancangan survey web
gunakan tampilan yang mudah diikuti, dan bila formulirnya
berlanjut ke beberapa layar lainya agar mudah menggulung
kebagian lainnya.
Memberi ruang yang cukup untuk respons,
Meminta responden menandai jawaban dengan lebih jelas.
Menggunakan tujuan-tujuan untuk membantu menentukan format.
Konsisten dengan gaya.
2. Urutan Pertanyaan
Dalam menurutkan pertanyaan perlu dipikirkan tujuan digunakannya
kuesioner dan menentukan fungsi masing-masing pertanyaan dalam membantu
mencapai tujuan.
Pertanyaan-pertanyaan mengenai pentingnya bagi responden untuk
terus, pertanyaan harus berkaitan dengan subjek yang dianggap
responden penting.
Item-item cluster dari isi yang sama.
Menggunakan tendensi asosiasi responden.
Kemukakan item yang tidak terlalu kontroversial terlebih dulu.
31
2.3.9 Contoh Angket/Kuesioner
ANGKET SISWA
Nama : ………………………..
Sekolah : ………………………..
Kelas : ………………………..
PetunjukPengisian
32
5. Apakah kamu membaca buku panduan b. Bercerita dengan teman sebangku
fisika sebelum diajarkan? c. Mencoret-coret
a. Ya d. Tidurdalam kelas
b. Sering 10. Senangkah anda mengerjakan soal
c. Jarang fisika?
d. Tidak pernah a. Senang dan berusaha
6. Sebelum materi fisika diajarkan di kelas, menyelesaikannya sendiri
apa yang kamu lakukan? b. Senang jika di kerjakan dengan
a. Terlebih dahulu mempelajarinya di diskusi
rumah c. Senang jika soal yang diberikan
b. Kadang - kadang saya mudah
mempelajarinya terlebih dahulu d. Tidak senang dan malas
c. Hanya sekedar melihat judul mengerjakannya
d. Tidak membuka buku fisika sama 11. Jika guru fisika tidak hadir pada saat
sekali pelajaran fisika ,maka bagaimana
7. Apakah kamu mengulang pelajaran perasaan kamu?
fisika yang telah diajarkan? a. Kecewa dan belajar sendiri
a. ya b. Kecewa
b. Sering c. Biasa saja
c. Jarang d. Gembira sekali
d. Tidak pernah 12. Ketika guru fisika memberikan tugas
8. Ketika kamu tidak hadir pada saat pada kamu, bagaimana perasaanmu dan
pelajaran fisika , apa kamu meminjam apa yang kamu lakukan terhadap tugas
catatan teman kamu? fisika itu?
a. Ya, selalu a. Senang dan termotivasi untuk
b. Ya, jika disuruh guru menyelesaikannya sendiri
c. Ya, jika materinya mudah dan b. Senang dan menyelesaikannya
menarik dengan teman kelompok saya
d. tidak pernah c. Tidak senang, tetapi saya akan
9. Jika tidak menyukai pelajaran fisika, apa mencoba melakukannya sendiri
yang kamu lakukan ketika guru d. Tidak senang, saya hanya mencontoh
menjelaskan pelajaran di depan kelas? jawaban dari teman saja
a. Tetap mendengarkan penjelasan guru
33
B. Kegiatan Belajar Mengajar Fisika di Kelas
13. Bagaimana cara guru membuka d. Tidak pernah
pelajaran? 18. Saat menerangkan konsep fisika, apakah
a. Memberi tes awal guru membawa alat peraga (media)?
b. Memberi motivasi a. Ya
c. Menanyakan tugas b. Kadang-kadang
d. Langsung menjelaskan c. Tidak dan hanya menggambarkannya
14. Bagaimana kegiatan belajar-mengajar d. Tidak, hanya menyebut alatnya saja
fisika yang selama ini sering 19. Apakah guru memberikan kesempatan
berlangsung di kelas mu? bertanya kepada siswa jika ada materi
a. Mencatat dan mengerjakan soal- soal fisika yang kurang jelas?
b. Melakukan eksperimen a. Ya
c. Berdiskusi dan Tanyajawab b. Sering
d. dan lain-lain (....................) c. Kadang - kadang
15. Bagaimana cara belajar fisika di kelas d. Tidak pemah
yang paling kamuinginkan? 20. Bagaimana cara kamu mengatasi
a. Banyak praktikum dan demonstrasi kesulitan daram belajar fisika?
b. Banyak mengerjakan soal a. Bertanya pada guru
c. Belajar sambil bermain b. Bertanya pada kakak kelas
d. Ceramah c. Bertanya pada teman sekelas
16. Saat guru menjelaskan materi fisika, apa d. Tidak pernah bertanya pada siapapun
yang kamu lakukan? 21. Apakah guru fisika pernah melakukan
a. Mendengarkan dengan baik dan proses belajar mengajar di laboratorium?
tenang a. Ya
b. Mendengarkan dan sambil bermain - b. Sering
main c. Kadang-kadang
c. Mendengarkan tetapi tidak mengerti d. Tidak pemah
d. Tidak mendengarkan sama sekali 22. Pernahkah guru dalam proses beiajar
17. Apakah guru fisika selalu mengajar melakukan diskusi kelompok?
menghubungkan materi pelajaran a. Pernah
dengan kehidupan sehari - hari? b. Sering
a. Ya, selalu c. Jarang
b. Ya, setiap awal materi d. Tidak pernah
c. Ya, jika materinya mudah
34
23. Bagaimana cara guru menutup c. Norak dan Rame
pelajaran? d. Kumal dan Amburadul
a. Menyimpulkan pelajaran 28. Bagaimana pendapatmu tentang guru
b. Memberikan tugas fisika yang mengajar kelas anda?
c. Memberikan tugas akhir a. Ramah dan baik hati
d. Memberikan kuis b. Tegas dan berwibawa
24. Materi fisika apa yang paling sulit kamu c. Galak
pelajari? d. Jarang senyum
a. Mekanika
b. Listrik D. Nilai Fisika Siswa
c. Optik 29. Apakah kamu sering lulus dalam
d. Termodinamika ulangan maupun ujian fisika ?
25. Setiap di akhir proses pembelajaran a. Setiap ulangan/ujian fisika remedial
apakah guru sering memberikan b. Hanya sesekali lulus ulangan/ujian
latihan/Pr ? fisika
a. Setiap hari c. Setiap ulangan/ujian fisika lulus
b. Sering dengan nilai yang memuaskan
c. Jarang-jarang d. Setiap ulangan/ujian fisika lulus
d. Tidak pernah dengan nilai pas-pasan
26. Apakah guru menghukum siswa yang 30. Bagaimana nilai fisika yang kamu
tidak/malas mengerjakan latihan/Pr ? peroleh selama ini?
a. Ya, dihukum sangat berat a. Tidak memuaskan (0-4)
b. Ya, dihukum ringan sekali sehingga b. Memuaskan (8-9)
kalau tidak mengerjakan latihan/Pr ya c. Cukup memuasakan (5-7)
tidak takut d. Sangat memuaskan (10)
c. Kadang dihukum kadang tidak
d. Tidak dihukum
35
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada makalah ini adalah :
1. Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan untuk
mengumpulkan data, dapat berupa tes atau nontes. Tes atau penilaian
merupakan alat ukur pengumpulan data yang mendorong peserta
memberikan penampilan maksimal. Sedangkan Instrumen non-tes
merupakan alat ukur yang mendorong peserta didik untuk memberikan
penampilan tipikal, yaitu melaporkan keadaan dirinya dengan memberikan
respons secara jujur sesuai dengan pikiran dan perasaannya.
2. Jenis-jenis instrumen tersebut terdapat dua bagian, yaitu; tes dan nontes.
Yang termasuk kelompok tes adalah tes prestasi belajar, tes intelegensi, tes
bakat, dan tes kemampuan akademik. Sedangkan yang termasuk dalam
kelompok non-tes adalah skala sikap, skala penilaian, pedoman observasi,
pedoman wawancara, angket, pemeriksaan dokumen dan sebagainya.
3. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana
akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya.
Pengukuran dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila
menghasilkan data yang secara akurat memberikan gambaran mengenai
variabel yang diukur seperti dikehendaki oleh tujuan pengukuran tersebut.
4. Validitas sendiri terbagi ke dalam tiga kategori besar, yaitu validitas isi
(content validity), validitas konstrak (construct validity), dan validitas
yang berdasar kriteria (criterion-related validity).
5. Angket atau kuesioner merupakan intrumen tertulis yang terdiri dari
sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
respnden secara tertulis terkait pendapat dan ha-hal yang ingin diketahui
oleh responden.
6. Pengambilan data melalui angket dapat dilakukan secara : (a).
Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan menggunakan kuesioner.
(b) Mengidentifikasikan variabel yang dapat diukur dengan menggunakan
kuesioner. (c) Mempelajari landasan teori yang terkait dengan variabel
penelitian untuk menentukan pertanyaan yang akan diajukan dalam
kuesioner. (d) Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, serta
menentukan teknik analisisnya. (e) Menentukan bentuk kuesioner dan
menulis pernyataan-pernyataan kuesioner berdasarkan teori yang telah
dipelajari. (f) Menentukan sampel sebagai responden kuesioner. (g)
Menyebarkan kuesioner dan memantau prosese pengumpulan data.
7. Cara mengembangkat angket adalah yang pertama merancang
kuesioner/angket, Merancang formulir-formulir untuk input data sangat
penting, demikian juga merancang format kuesioner juga sangat penting
dalam rangka mengumpulkan informasi mengenai sikap keyakinan,
perilaku dan karakteristik. Kemudian, menyusun pertanyaan dengan baik
agar informasi yang kita ingin peroleh dapat menunjang penelitian yang
akan kita lakukan.
DAFTAR PUSTAKA