Anda di halaman 1dari 96

Mengenal

Didactical Design Research (DDR)

Didi Suryadi
Pusat Pengembangan DDR Indonesia (PUSBANGDRINDO)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Dari mana inspirasinya?

LS &
TDT & TDS PEMBELAJARAN
DI JEPANG

SOCRATES+COMENIUS
(RATKE)+NONAKA+ToK
(EPISTEMOLOGY)

METAPEDADIDAKTIK(2009) &
DDR (2010)
Sejarah lahirnya DDR
1. Tradisi penelitian
2. Orientasi pembelajaran: ‘Pencapaian
Tujuan vs Pengembangan Potensi
Anak’
3. Orientasi belajar: ‘Menerima
Pengetahuan vs Mengembangkan
Pengetahuan’
4. Orientasi pendidik: ‘Pengguna
Pengetahuan vs Pengembang
Pengetahuan’
5. Orientasi pengembangan diri: ‘Pasif-
terisolasi vs Aktif-kolaboratif’
TARGET RISET DAN BELAJAR

Philosophy

Philia = Cinta = Keinginan yang sangat kuat untuk


menguasai pengetahuan

Sophia = Wisdom = Penerapan pengetahuan secara benar

Keinginan yang sangat kuat untuk menguasai atau


menghasilkan pengetahuan dan menerapkannya secara
benar
TIGA JENIS INFORMASI
• Benar
EPISTEME • Diyakini kebenarannya
• Dibuktikan

• Belum tentu
DOXA kebenarannya

HOAX • Tidak benar


MAKNA PENGETAHUAN

Secara filosofis pengetahuan dimaknai sebagai


‘Justified True Belief’
BAGAIMANA MENGHASILKAN PENGETAHUAN

PERCEPTUAL MEMORIAL INTROSPECTIVE A PRIORI


DUA CARA MENGHASILKAN PENGETAHUAN

PENELITIAN

BELAJAR
Menghasilkan Pengetahuan melalui Penelitian
1. Perceptual: Mengumpulkan data sesuai pertanyaan penelitian yang
diajukan (misalnya: observasi, wawancara, analisis dokumen)
2. Memorial: Menganalisis data menggunakan kerangka acuan teori
sampai menghasilkan temuan penelitian
3. Introspektif: Membahas temuan penelitian berdasarkan prespektif
berbeda dan hasil penelitian lain sebelumnya sehingga posisi hasil
penelitian dan keterbatasannya menjadi jelas.
4. A priori: Menyimpulkan secara umum dan mengajukan
rekomendasi penelitian selanjutnya.
Menghasilkan Pengetahuan melalui Belajar
1. Perceptual: Merespon situasi didaktis yang disediakan
2. Memorial: Melakukan aksi mental untuk menghubungkan hasil
proses perseptual dengan pengalaman, pengetahuan, dan potensi
yang dimiliki sehingga dihasilkan formulasi (konsep, aturan, bukti,
masalah, atau solusi masalah)
3. Introspective: Memikirkan kembali formulasi yang dihasilkan serta
melakukan validasi melalui interaksi antar siswa dan guru
4. A priori: Mengajukan simpulan
Contoh Teori Belajar Bersifat Epistemic
Teori Situasi Didaktis (TDS)

SITUASI
SITUASI AKSI SITUASI FORMULASI SITUASI VALIDASI
INSTITUSIONALISASI
Task Design (SD) Situasi Aksi Situasi Formulasi Situasi Validasi
Menghitung dengan Merumuskan Mendiskusikan hasil
berbagai cara sesuai formulasi untuk mendorong
kemampuan siswa seperti berdasarkan cara proses reflektif
menghitung satu persatu; masing-masing yang sehingga terjadi
menghitung lapisan dilakukan pada proses perbaikan hasil
teratas dan mengalikan situasi aksi serta peningkatan
dengan banyak lapisan; pemahaman pada
menghitung lapisan kanan masing-masing siswa
dan mengalikan dengan
banyak lapisan; Situasi
menghitung Panjang, Institusionalisasi
lebar, dan tinggi kemudian Menerapkan hasil
mengalikannya melalui problem
solving
Mengidentifikasi masalah pada buku
Bagaimana desain didaktis dikembangkan?
Alur Belajar Hipotetis (HLT)

Memformulasikan Menggunakan Merumuskan Menggunakan


rumus volum balok rumus volum balok volum balok secara rumus volum balok
berdasar kubus dalam ukuran umum sebagai pada pemecahan
satuan satuan panjang V=pxlxt masalah

Kongkrit Umum
Kontekstual Abstrak
Alur belajar bersifat koheren
Memformulasikan volum balok berdasar kubus satuan

Tumpukan kubus satuan pada gambar di atas jumlahnya ada 64 buah.


Dapatkah kamu menjelaskan cara menghitungnya?
Berapa banyak kubus satuan pada gambar di atas?
Jelaskan cara menghitungnya?
6 cm

5 cm
10 cm
Balok di atas ukuran sisi-sisinya adalah sebagaimana yang terlihat.
Tentukan volum balok tersebut?
t

l
p
Gambar di atas adalah sebuah balok dengan
ukuran sebagaimana yang terlihat.
Berapakah volum balok tersebut?
B
A

A dan B berasal dari tumpukan kubus satuan ukuran 5x6x4


Berapa banyak kubus satuan pada A? Berapa pada B?
Hitung masing-masing dengan cara biasa (tanpa perkalian)
Apakah hasilnya sama?
MENGHASILKAN PENGETAHUAN MELALUI DDR

• Memahami dampak desain


PARADIGMA didaktis thd cara berpikir anak
INTERPRETIF • Kualitatif

• Menghasilkan desain baru


PARADIGMA
• Kualitatif
KRITIS
DDR Berdasarkan
Anthropological Theory of the Didactic (ATD):
Praxeology
Prinsip Praxeology (Chevallard)
• ‘no human action can exist without being’
• ‘no human doing goes unquestioned’
• Sebagai contoh, sebuah desain didaktis dalam buku sekolah adalah
human action yang dihasilkan dari satu situasi, dibentuk berdasarkan
hasil pemikiran penulis sehingga idealnya ada penjelasan atau
jastifikasi atas desain tersebut yang tersirat atau tersurat dalam buku
tersebut atau dalam buku petunjuk gurunya. Karena desain tersebut
merupakan sebuah human action, maka berlaku prinsip kedua,
misalnya menggunakan praxeology.
Konstruk Praxeology (Praxis + Logos)
(Chevallard,1999)

Practical Block: Tipe Tugas Apa


Know-how
Tasks, solved by
Teknik
techniques
penyelesaian
Bgmn
Praxeology
Jastifikasi
Theoretical Block:
(Techne + Logos) Mengapa
Know-that & why
Techniques can be
described and justified Teori
T = Mathematical Task, 𝝉 = 𝑻𝒆𝒄𝒉𝒏𝒊𝒒𝒖𝒆𝒔, 𝜽 = 𝑻𝒆𝒄𝒉𝒏𝒐𝒍𝒐𝒈𝒚, 𝜣 = 𝑻𝒉𝒆𝒐𝒓𝒚

Mathematical
Tasks Design (T, 𝜏, 𝜃, Θ)

Didactical Design
Didatic
Tasks Design (𝒯, 𝜏, 𝜃, Θ)

𝓣 = Didactic Task, 𝝉 = 𝑻𝒆𝒄𝒉𝒏𝒊𝒒𝒖𝒆𝒔, 𝜽 = 𝑻𝒆𝒄𝒉𝒏𝒐𝒍𝒐𝒈𝒚, 𝜣 = 𝑻𝒉𝒆𝒐𝒓𝒚


Practical Block: Type of Tasks

Know-how
Techniques
Tasks, solved by techniques
Mathematical
Praxeology Theoretical Block: Technology
Know-that & why (Techne + Logos)
Techniques can be described
Theory
and justified

Practical Block: Type of Tasks


Know-how
Tasks, solved by techniques Techniques
Didactic
Praxeology Theoretical Block: Technology
Know-that & why (Techne + Logos)
Techniques can be described
Theory
and justified
T1

T2 Alur belajar struktural


Mathematical &
Tasks Design Alur belajar fungsional

Tn
Didactical Design
𝓣𝟏

𝓣𝟐 Apakah setiap Didactic Task 𝓣𝒊


Didatic Tasks Memiliki alur situasi didaktis:
Design aksi-formulasi-validasi-
institusionalisasi
𝓣𝒏
CONTOH PRAXEOLOGY ANALYSIS
DESAIN DIDAKTIS PADA BUKU SISWA
DAN BUKU GURU
Task Design Pertama (T1) Teknik Teknologi Teori
Memasukkan Banyaknya kubus Volum balok = Banyaknya
kubus-kubus satuan yang dapat kubus satuan yang
satuan ke dalam diisikan ke balok mengisi balok
balok sampai adalah isi balok
penuh
Task Design Kedua (T2) Teknik Teknologi Teori
Memasukkan Banyaknya kubus Volum balok = Banyaknya
kubus-kubus satuan yang dapat kubus satuan yang
satuan ke dalam diisikan ke balok mengisi balok
balok sampai adalah isi balok
penuh
Task Design Ketiga (T3) Teknik Teknologi Teori
Memverifikasi Menentukan volum Volum balok =
bahwa volum 30, balok dalam kubus Banyaknya kubus
Panjang 5 lebar 3 satuan yaitu dengan satuan yang mengisi
dan tinggi 2 menghitung balok
banyaknya kubus
satuan yang dapat
menempati ruang
balok
Task Design Keempat (T4) Teknik Teknologi Teori
Melakukan Banyaknya kubus Volum balok = Banyaknya
verifikasi volum, satuan yang dapat kubus satuan yang mengisi
panjang, lebar, diisikan ke balok balok
tinggi, dan volum adalah isi balok
= panjang x lebar x
tinggi

Membaca
kesimpulan
Task Design Keempat (T5) Teknik Teknologi Teori
Menentukan Rumus untuk mencari Volum balok = panjang x
volum balok volum balok sudah lebar x tinggi
menggunakan diberikan
rumus volum = sebelumnya
panjang x lebar x
tinggi
Masalah yang teridentifikasi
• Formulasi yang diharapkan sesuai kesimpulan adalah volum = p x l x t. Akan
tetapi, task design T1 dan T2 tidak relevan dengan formulasi tersebut karena
teknik yang digunakan adalah memasukkan kubus satuan satu persatu sampai
penuh sementara kesimpulan yang diharapkan adalah perkalian tiga bilangan
(didactical obstacle)
• T3 dan T4 hanya melakukan verifikasi dan membaca kesimpulan. Anak tidak
berkesempatan untuk menggunakan dan mengembangkan kemampuan
perseptual, memorial, dan introspektif mereka dalam mengkonstruksi
pengetahuan baru, yaitu volum balok, sebagai justified true belief
(epistemological obstacle)
• T1 dan T2 memiliki karakteristik teknik sendiri yang berbeda dengan karakteristik
teknik T3, T4, dan T5. Secara keseluruhan karakteristik teknik yang dikembangkan
tidak membentuk sebuah learning trajectory yang terstruktur dan
berkesinambungan sesuai formulasi (teori) yang menjadi acuan (didactical
obstacle)
• Karakteristik jastifikasi atas Teknik yang digunakan, tidak menggambarkan adanya
pertimbangan atas kenyataan bahwa siswa memiliki keragaman pengetahuan,
pengalaman belajar, cara berpikir, dan potensi akademik (ontogenic obstacle)
Didactic Design Pertama (𝒯 1) Teknik Teknologi Teori
Mengerjakan soal Tidak tersedia Akibat tidak tersedianya
sesuai yang diminta. penjelasan dan aspek teknologi yang
alasan atas teknik mendasari teknik yang
Membahas kegiatan yang digunakan disarankan, maka bagian ini
dalam kaitannya juga tidak secara implisit
dengan pengerjaan apalagi eksplisit
soal. Demikian pula menggambarkan adanya
dengan aktivitas teori yang dijadikan
membahas kegiatan, landasan
tidak dijelaskan
orientasinya apa
Didactic Design Kedua (𝒯 2) Teknik Teknologi Teori
Mengerjakan soal Tidak tersedia Akibat tidak tersedianya
dan membahasnya. penjelasan dan aspek teknologi yang
alasan atas teknik mendasari teknik yang
Mempraktikkan cara yang digunakan disarankan, maka bagian ini
menentukan volum dalam kaitannya juga tidak secara implisit
dengan dengan pengerjaan apalagi eksplisit
memasukkan kubus soal. Demikian pula menggambarkan adanya
satuan dengan aktivitas teori yang dijadikan
membahas kegiatan, landasan
tidak dijelaskan
orientasinya apa.
Bahkan ada
inkonsistensi antara
teknik penentuan
volum yang dilakukan
dengan kunci
jawaban
Didactic Design Ketiga (𝒯 4) Teknik Teknologi Teori
Mengamati gambar Penjelasan yang Secara implisit teori belajar
dan tabel, serta tersirat dari teknik yang dianut adalah belajar
dibimbing guru yang digunakan tidak meniru atau imitation
menemukan rumus menggambarkan (Albert Bandura) dalam
volum sebagai sebuah dorongan bentuk mengikuti proses
perkalian panjang x untuk menemukan berpikir penulis buku
lebar x tinggi. rumus secara kreatif melalui verifikasi.
dengan menggali ide
siswa, melainkan
hanya dilakukan
melalui proses
verifikasi atas
informasi yang sudah
tersedia dalam
bentuk gambar,
ukuran, perkalian,
dan hasil perkalian
Didactic Design Keempat (𝒯 5) Teknik Teknologi Teori
Mengerjakan soal Tidak tersedia Akibat tidak tersedianya
sesuai yang diminta. penjelasan dan aspek teknologi yang
alasan atas teknik mendasari teknik yang
Membahas kegiatan yang digunakan disarankan, maka bagian ini
dalam kaitannya juga tidak secara implisit
dengan pengerjaan apalagi eksplisit
soal. Demikian pula menggambarkan adanya
dengan aktivitas teori yang dijadikan
membahas kegiatan, landasan
tidak dijelaskan
orientasinya apa
karena jawaban yang
diharapkan hanya
hasil ahir yang tidak
ada prosesnya
Masalah yang teridentifikasi
• Karena tasks design yang dikembangkan bersifat tertutup, maka didactic design yang
dikembangkan juga tidak mempertimbangkan keragaman siswa. Akibatnya keragaman
aksi-aksi mental yang seharusnya terjadi pada setiap siswa tidak mungkin terjadi
sehingga didactic design ini juga bersifat tertutup dan tidak memfasilitasi perkembangan
kemandirian berpikir dan daya kreatif anak.
• Sifat desain tertutup tersebut, akan berpengaruh pada dua hal mendasar dari situasi
didaktis yaitu situasi formulasi dan validasi sehingga berdampak epistemic yang
mengakibatkan terjadinya epistemological obstacle.
• Lebih mendasar lagi yang teridentifikasi terkait didactic design, adalah tidak
ditemukannya teknologi yang mendasari teknik yang digunakan baik secara implisit
apalagi eksplisit.
• Karena anak difasilitasi belajarnya melalui proses verifikatif, maka secara implisit teori
yang dianut penulis adalah teori imitasi dari Albert Bandura yang biasa diterapkan pada
pembentukan perilaku social (practical knowledge) berdasarkan proses interaksi dengan
lingkungan sosial. Dalam konteks belajar propositional knowledge, pertimbangan
background dan foreground anak sangatlah penting agar tidak terjadi ontogenic obtacles.
CONTOH PRAXEOLOGY ANALYSIS
PADA PENGEMBANGAN ALTERNATIF
DESAIN DIDAKTIS
Task Design Pertama (T1) Teknik Teknologi Teori
Menghitung dengan Siswa memiliki Volum balok =
berbagai cara sesuai pengalaman belajar Panjang x lebar x
kemampuan siswa seperti dan kemampuan tinggi dengan
menghitung satu persatu; beragam sehingga menggunakan ukuran
menghitung lapisan memungkinkan kubus satuan
teratas dan mengalikan memberikan
dengan banyak lapisan; jawaban berbeda-
menghitung lapisan kanan beda
dan mengalikan dengan
banyak lapisan;
menghitung Panjang,
lebar, dan tinggi kemudian
mengalikannya
Task Design Kedua (T2) Teknik Teknologi Teori
Teknik yang diharapkan Pengalaman belajar pada Volum balok =
adalah menghitung T1 diharapkan dapat Panjang x lebar x
panjang, lebar, dan tinggi mengarahkan cara tinggi dengan
kemudian mengalikannya berpikir siswa pada menggunakan
sesuai pengalaman belajar Teknik yang diharapkan ukuran kubus satuan
pada T1.
Task Design Ketiga (T3) Teknik Teknologi Teori
Menghitung Siswa diharapkan Volum balok =
volum balok mampu mengingat panjang x lebar x
dengan pengalaman belajar tinggi dengan
menggunakan sebelumnya tentang menggunakan
perkalian panjang ukuran Panjang dan ukuran satuan
x lebar x tinggi menerapkannya panjang cm.
pada penyelesaian
soal ini

Balok A dan B memiliki ukuran rusuk sebagaimana


terlihat pada gambar. Tentukan volum balok A dan B.
Task Design Keempat (T4) Teknik Teknologi Teori
Menghitung volum Dengan bantuan guru, Volum balok =
balok dengan siswa diharapkan dapat panjang x lebar x
menggunakan mulai mengenal tinggi dengan
perkalian panjang x penggunaan simbol menggunakan simbol
lebar x tinggi dengan untuk
menggunakan simbol merepresentasikan
ukuran panjang, lebar,
dan tinggi balok
Balok A dan B memiliki ukuran rusuk
sebagaimana tercantum pada gambar. Tentukan
volum A dan B.
Task Design Keempat (T5) Teknik Teknologi Teori
Menentukan volum A Dengan melihat A Volum balok = panjang x
dan B berdasarkan dan B merupakan lebar x tinggi dengan
rumus volum balok gabungan dari menggunakan ukuran
dan menunjukkan beberapa balok, kubus satuan.
hasilnya akan sama siswa diharapkan
jiga digunakan cara dapat menentukan
menghitung biasa. volum A dan B
dengan
menggunakan rumus
volum balok.
Didactic Design Pertama (𝒯 1) Teknik Teknologi Teori
Prediksi respon siswa atas task design T1 Menggunakan Dengan strategi socratic Basis teori yang
adalah sebagai berikut: strategi socratic questioning siswa digunakan adalah
Menghitung banyaknya kubus pada salah satu questioning untuk diharapkan terbantu konstruktivisme
sisi (depan, atas, atau kanan) kemudian membantu proses proses dan alur termasuk teori situasi
mengalikannya dengan banyak lapisan sesuai berpikir siswa berpikirnya mengarah didaktis Brousseau dan
sisinya. mengarah pada pada cara berpikir yang teori Vigotsky
Melakukan perkalian tiga bilangan yang perkalian tiga diharapkan. Sementara
mewakili panjang, lebar, tinggi. bilangan dengan proses validasi
Menghitung satu persatu termasuk kubus- Proses validasi dalam kelompok atau
kubus yang tidak terlihat dengan cara dilakukan dengan diskusi kelas, setiap siswa
membayakangkannya. strategi diskusi kelas bisa belajar dari
atau kelompok perbedaan cara berpikir
sesuai kebutuhan dan saling memvalidasi.
siswa
Didactic Design Kedua (𝒯 2) Teknik Teknologi Teori
Prediksi respon siswa atas task Menggunakan strategi Dengan strategi Basis teori yang digunakan
design T2 adalah sebagai berikut: socratic questioning socratic questioning adalah konstruktivisme
Menggunakan perkalian tiga untuk membantu proses siswa diharapkan termasuk teori situasi
bilangan. berpikir siswa mengarah terbantu proses dan didaktis Brousseau dan
pada perkalian tiga alur berpikirnya teori Vigotsky
Menghitung banyaknya kubus pada
bilangan mengarah pada cara
salah satu sisi (depan, atas, atau
Proses validasi dilakukan berpikir yang
kanan) kemudian mengalikannya
dengan strategi diskusi diharapkan.
dengan banyak lapisan sesuai sisinya.
kelas atau kelompok Sementara dengan
sesuai kebutuhan siswa proses validasi dalam
kelompok atau
diskusi kelas, setiap
siswa bisa belajar dari
perbedaan cara
berpikir dan saling
memvalidasi.
Didactic Design Ketiga (𝒯 3) Teknik Teknologi Teori
Prediksi respon siswa atas task Untuk yang Siswa yang sudah Basis teori yang digunakan
design T3 adalah sebagai berikut: menggunakan menggunakan adalah konstruktivisme
Menggunakan perkalian. perkalian, ditanya perkalian, tentu termasuk teori situasi
mengapa bisa memiliki alasan. Alasan didaktis Brousseau dan
Bingung karena tidak ada gambar menggunakan tersebut perlu diungkap teori Vigotsky
kubus satuannya.
perkalian. untuk menjadi bahan
Untuk yang masih acuan bagi siswa lain
bingung, kembali ke T1. yang masih kesulitan.
Anggap setiap rusuk Jika masih ada yang
kubus satuan adalah kesulitan maka dapat
1 cm. digunakan T1 sebagai
acuan untuk membantu
Diskusi kelas
proses berpikir mereka.
Hal tersebut dapat
dilakukan melalui
diskusi kelas.
Didactic Design Ketiga (𝓣4) Teknik Teknologi Teori

Prediksi respon siswa atas task Untuk yang menggunakan Siswa yang sudah Basis teori yang digunakan
design T4 adalah sebagai perkalian, ditanya mengapa menggunakan adalah konstruktivisme
berikut: bisa menggunakan perkalian, tentu termasuk teori situasi
Menggunakan perkalian. perkalian. memiliki alasan. Alasan didaktis Brousseau dan
Untuk yang masih bingun, tersebut perlu diungkap teori Vigotsky
Menggunakan perkalian tapi
kembali ke T3. Anggap untuk menjadi bahan
bingung cara mengalikannya. acuan bagi siswa lain
setiap rusuk yang ada
Bingung karena tidak ada yang masih kesulitan.
bilangannya diganti dengan
bilangannya Jika masih ada yang
huruf.
kesulitan maka dapat
Disepakati bahwa volum
digunakan T3 sebagai
balok adalah a x b x c dan p acuan untuk membantu
x l x t atau ditulis V = a x b x
proses berpikir mereka.
c satuan isi dan V = p x l x t
Hal tersebut dapat
satuan isi. dilakukan melalui
Diskusi kelas diskusi kelas, termasuk
kesepakatan
penggunaan lambang.
Didactic Design Ketiga (𝓣5) Teknik Teknologi Teori

Prediksi respon siswa atas task Masing-masing Alasan masing-masing cara Basis teori yang digunakan
design T5 adalah sebagai berikut: cara ditanyakan yang digunakan siswa perlu adalah konstruktivisme
Menyelesaikan soal A dengan cara alasannya dan diungkap dan didiskusikan termasuk teori situasi
membagi menjadi beberapa balok diberi penguatan. untuk melihat cara mana didaktis Brousseau dan
dan menyelesaikan soal B dengan Diskusi kelas yang paling mudah dan cepat teori Vigotsky
cara yang sama. penyelesaiannya. Melalui
diskusi kelas setiap siswa
Menyelesaikan soal A dengan cara
dapat melakukan validasi atas
membagi menjadi beberapa
cara yang digunakannya,
balok; menghitung volum serta membandingkan
keseluruhan; dan menyelesaikan
dengan cara yang digunakan
soal B dengan pengurangan volum siswa lainnya.
keseluruhan dikurangi volum A.
Menghitung banyak kubus satuan
satu persatu pada A dan B.
DESAIN BARU BERDASARKAN TDS (Theory of
Didactical Situation)

SITUASI
SITUASI AKSI SITUASI FORMULASI SITUASI VALIDASI
INSTITUSIONALISASI
Desain Didaktis Berbasis TDS
Volum Balok
HLT STRUKTURAL UNTUK DESAIN ALTERNATIF
DESAIN BARU BERDASARKAN HAMBATAN BELAJAR

MENGIDENTIFIKASI
IMPLEMENTASI
HAMBATAN MENYUSUN DESAIN
DESAIN
BELAJAR
Variabel

Konteks Percobaan
Kimia 1
Konteks Percobaan
Kimia 2
Konteks Percobaan
Kimia 3

Aritmatika Menemukan Makna


Variabel
• 40 + 40 + 40 + 30 + 30 + 10 • 40 + 40 + 40 + 30 + 30 + 10
Prediksi

Implementasi
= 190 = 190
• (3 x 40) + (2 x 30) + 10 = 190 • (3 x 40) + (2 x 30) + 10 = 190
• 40 + 40 + 40 + 30 + 30 + 10 • 40 + 40 + 40 + 30 + 30 + 10
= (3 x 40) + (2 x 30) + 10 = = (3 x 40) + (2 x 30) + 10 =
190 190
Implementasi
Banyak
Prediksi No. Variabel
Siswa
1. Siswa mengganti nilai yang belum diketahui dengan gambar.
1. 13
+ + + 30 + 30 +10
2. 2
2. Siswa mengganti nilai yang belum diketahui dengan kotak kosong atau titik- 3. 4
titik seperti yang pernah mereka dapatkan di sekolah dasar.
4. … 3
+ + + 30 + 30 + 10
5. ? 2
… + … + … + 30 + 30 + 10
3. Siswa mengganti nilai yang belum diketahui dengan berbagai macam huruf. 6. u 1
t + t + t + 30 + 30 + 10 7. N 2
a+ a + a+ 30 + 30 + 10 8. p 1
4. Siswa mengganti nilai yang belum diketahui dengan x.
9. a 1
x+ x + x + 30 + 30 + 10
5. Siswa menggunakan cara berdasarkan pemahamannya terhadap konteks 1. 10. y 1
3x + (2 × 30) + 10 11. x 6
No. Cara Banyaknya Jumlah
Implementasi
1. pp + pp + pp + p + p + 10 = 3pp + 2p + 10 1 1
2. … + … + … + p + p + 10 1 1
3. ? + ? + ? + x + x + 10 = 3? + 2x + 10 1 1
4. w + w + w + f + f + 10 1 1
5. s + s + s + N + N + 10 1 1
6. N + N + N + D + D + 10 1 1
7. M + M + M + N + N + 10 1 1
8. x + x + x + B + B + 10 3 3
• U + U + U + x + x + 10 = 3U + 2x + 10 1
9. 2
• x + x + x + U + U + 10 = 3x + 2U + 10 1
10. O + O + O + N + N + 10 = O x 3 + N x 2 + 10 1 1
11. z + z + z + N + N + 10 = 3z + 2N + 10 1 1
12. u + u + u + w + w + 10 = 3u + 2w + 10 1 1
13. u + u + u + v + v + 10 = 3u + 2v + 10 1 1
14. p + p + p + q + q + 10 = 3p + 2q + 10 1 1
15. x + x + x + p + p + 10 = 3x + 2p + 10 1 1
16. a + a + a + b + b + 10 = 3a + 2b + 10 1 1
• n + n + n + x + x + 10 2
17. • 3x + 2n + 10 1
5
Prediksi • x + x + x + n + n + 10 = 3x + 2n + 10 2
• x + x + x + y + y + 10 2
1. x + x + x + y + y + 10 18. • 3x + 2y + 10 2
12
2. 3x + 2y + 10 • x + x + x + y + y + 10 = 3x + 2y + 10 8
PLSV
berbentuk
x±b=c &
ax±b=c

Konteks Percobaan
Kimia 1

Konteks Percobaan
Kimia 2

Variabel Menemukan Cara Penyelesaian


PLSV berbentuk x±b=c & ax±b=c
Implementasi
No. Banyak
Cara
Siswa
1. 10 – 4 = 6 2
2. 4 + x = 10 11
4 + 6 = 10
x = 6
3. 4 + x = 10 1
4 + x = 4 + 6
x = 6
4. 4 + x = 10 3
4 + 1 = 5
4 + 2 = 6

Prediksi 4 + 3 = 7
4 + 4 = 8
4 + 5 = 9

Siswa mengerjakan dengan menggunakan cara 4 + 6 = 10


x = 6

1. fakta bilangan 5. 4 + x = 10 4
4 + 10 = 14
2. cover up 4 + 9 = 13
4 + 8 = 12
3. teknik membilang 4 + 7 = 11
4 + 6 = 10
4. working backwards x = 6
6. 4 + x = 10 11
5. substitusi coba coba x = 10 – 4
x = 6
6. mengubah urutan (pindah ruas- ganti tanda) 7. 4 + x = 10 4
4 + x – 4 = 10 – 4
7. yang sama kepada kedua ruas x = 6
Prediksi Implementasi
1. 4 + x + x = 10 No. Cara Banyaknya Jumlah
2x = 10 – 4 1. 10 – 4 = 6 1 1
2x = 6 6:2=3
x = 6/2 x=3

x=3 2. • 4 + x + x = 10 4 5
4 + 3 + 3 = 10
2. 4 + 2x = 10
x=3
2x = 10 – 4
• 4 + T + T = 10 1
2x = 6
4 + 3 + 3 = 10
x = 6/2 T=3
x=3 3. 4 + x + x = 10 4 4
4+1+1=6
6. • 4+ + = 10 1 13 4+2+2=8
+ = 10 4 + 3 + 3 = 10
2 =6 x=3
=3 4. • 4 + N + N = 10 1 2
• 4 + x + x = 10 5 10 – 4 = 6
2x = 10 – 4 N=6:2=3
2x = 6 • 4 + N + N = 10 1
x = 6/2 N+N=6
x=3 6:2=3
• 4 + 2x = 10 7 N=3
2x = 10 – 4 5. 4 + x + x = 10 11 11
2x = 6 x + x = 10 – 4 = 6
x = 6/2 x=6:2=3
x=3 x=3
PLSV
berbentuk
ax±b=cx &
ax±b=cx±d

Konteks
Instagram

PLSV
berbentuk
Menemukan Cara Penyelesaian
x±b=c & PLSV Berbentuk
ax±b=c ax±b=cx & ax±b=cx±d
Prediksi
1. Siswa mengerjakan dengan cara membuat tabel secara terpisah. 1. Siswa mengerjakan dengan menggunakan persamaan aljabar.
Minggu Minggu 9 + 2x = 3 + 3x
Masha Nobita
ke- ke- 9 – 3 = 3x – 2x
1 11 1 6 6=x
2 13 2 9
3 15 3 12 2. 9 + 2x = 3 + 3x
4 17 4 15 9 + 2x – 9 = 3 + 3x – 9
5 19 5 18 2x = – 6 + 3x
6 21 6 21 2x – 2x = – 6 + 3x – 2x
0=–6+x
2. Siswa mengerjakan dengan cara membuat tabel yang disatukan.
6=x
Minggu
Masha Nobita
ke-
3. 9 + 2x = 3 + 3x
1 11 6
9 + 2x – 3 = 3 + 3x – 3
2 13 9
6 + 2x = 3x
3 15 12
6 + 2x – 2x = 3x – 2x
4 17 15
6=x
5 19 18
6 21 21
2.
Minggu Masha Nobita 7
ke- 9 3
1 9 + 2 = 11 3+3=6
2 11 + 2 = 13 6+3=9
3 13 + 2 = 15 9 + 3 = 12
4 15 + 2 = 17 12 + 3 = 15
5 17 + 2 = 19 15 + 3 = 18
6 19 + 2 = 21 18 + 3 = 21

Implementasi 3.
Minggu Masha Nobita 17
No. Cara Banyaknya ke- 9 3
1 11 6
1. Masha 2
2 13 9
Minggu ke-1 2 + 9 = 11
3 15 12
Minggu ke-2 2 + 11 = 13 4 17 15
Minggu ke-3 2 + 13 = 15 5 19 18

Minggu ke-4 2 + 15 = 17 6 21 21
4. 9 + 2x = 3 + 3x 2
Minggu ke-5 2 + 17 = 19
9 + 2x – 9 = 3 + 3x – 9
Minggu ke-6 2 + 19 = 21 2x = – 6 + 3x
2x – 2x = – 6 + 3x – 2x

Nobita 0=x–6
6=x
Minggu ke-1 3+ 3 = 6
5. 9 + 2x = 3 + 3x 2
Minggu ke-2 3+ 6 = 9 9 + 2x – 3 = 3 + 3x – 3
Minggu ke-3 3 + 9 = 12 2x – 6 – 2x = 3x – 2x
6=x
Minggu ke-4 3 + 12 = 15
6. 3 + 3x = 9 + 2x 6
Minggu ke-5 3 + 15 = 18
3x – 2x = 9 – 3
Minggu ke-6 3 + 18 = 21 x=6
DESAIN BARU BERDASARKAN PROSES TRASPOSISI
Melalui transposisi, pengetahuan a priori
diubah menjadi pengetahuan a posteriori

Matematika sebagai pengetahuan a posteriori

Matematika sebagai
pengetahuan a priori Matematika sebagai Matematika sebagai Matematika yang dikuasai
materi yang akan materi yang diajarkan oleh peserta didik
atau Scholarly
diajarkan (Kurikulum) (Thought Knowledge) (Learned Knowledge)
Knowledge

Konstruksi matematika sebagai pengetahuan a priori melalui: Depersonalisasi dan Dekontekstualisasi


pada matematika lanjut; Re-depersonalisasi dan Re-dekontekstualisasi pada matematika menengah;
Repersonalisasi dan Rekontekstualisasi pada matematika sekolah
KOMUNITAS KEILMUAN KOMUNITAS PROFESI

KELOMPOK MATAKULIAH UMUM


MATAKULIAH MATEMATIKA

Matematika Menengah
(Re-Depersonalisasi &
Re-Dekontekstualisasi) PENGALAMAN
TELAAH KURIKULUM LAPANGAN

Matematika Sekolah
(Repersonalisasi & SEMINAR DIKMAT PENELITIAN SKRIPSI
Rekontekstualisasi)

Matematika Lanjut
(Depersonalisasi &
Dekontekstualisasi)
KELOMPOK MATAKULIAH PENDIDIKAN MATEMATIKA

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KEBUTUHAN MASYARAKAT


Perkuliahan Matematika Lanjut
DOSEN
Pengalaman praktis &
diskursif (know-how &
know-why) dari proses
penelitian

Membantu mahasiswa
SITUASI OBYEK
MATEMATIS MATEMATIS
BARU BARU
Menghasilkan

Membangun
pengalaman praktis-
diskursif yang berahir
pada depersonalisasi &
dekontekstualisasi

MAHASISWA
DOSEN
Pengalaman praktis &
diskursif (know-how &
know-why) dari proses
penelitian

REKONSTRUKSI &
Membantu mahasiswa EKSTERNALISASI
SITUASI OBYEK
PENGETAHUAN
MATEMATIS MATEMATIS
EKSPLISIT BARU
BARU Menghasilkan BARU
PENGALAMAN
DEPERSONALISASI &
Membangun DEKONTEKSTUALISASI
pengalaman praktis-
diskursif yang berakhir
pada depersonalisasi &
dekontekstualisasi

MAHASISWA
DOSEN
Pengalaman praktis &
diskursif (know-how &
know-why) dari proses
penelitian
REKONSTRUKSI &
EKSTERNALISASI
SITUASI Membantu mahasiswa OBYEK
MATEMATIS MATEMATIS PENGETAHUAN
BARU Menghasilkan
BARU EKSPLISIT BARU
PENGALAMAN
DEPERSONALISASI &
Membangun pengalaman DEKONTEKSTUALISASI
praktis-diskursif yang berakhir
pada depersonalisasi &
dekontekstualisasi

TRANSPOSISI
MAHASISWA
DIDAKTIS TRANSPOSISI
PEDAGOGIS

CALON GURU TRANSPOSISI


Pengalaman praktis &
diskursif (know-how & PEDAGOGIS
know-why) dari proses
perkuliahan mat lanjut

SITUASI Membantu siswa OBYEK


MATEMATIS MATEMASTIS PENGETAHUAN
LEVEL SEKOLAH Menghasilkan
BARU EKSPLISIT BARU

Membangun pengalaman MENGGUNAKAN


praktis-diskursif yang berakhir KAIDAH PENELITIAN
pada Re-depersonalisasi & Re- UNTUK MENGHASILKAN
dekontekstualisasi

SISWA
Perkuliahan Matematika Menengah
DOSEN
Pengalaman praktis &
diskursif (know-how &
know-why) dari proses
repersonalisasi dan
rekontekstualisasi

Membantu mahasiswa
OBYEK
SITUASI
MATEMATIS
MATEMATIS BARU
Menghasilkan

Membangun
pengalaman praktis-
diskursif melalui proses
re-depersonalisasi & re-
dekontekstualisasi

MAHASISWA
DOSEN
Pengalaman praktis &
diskursif (know-how &
know-why) dari proses
repersonalisasi &
rekontekstualisasi
REKONSTRUKSI &
EKSTERNALISASI
Membantu mahasiswa
OBYEK
SITUASI PENGETAHUAN
MATEMATIS
MATEMATIS EKSPLISIT BARU
Menghasilkan BARU
PENGALAMAN
RE-DEPERSONALISASI &
Membangun RE-DEKONTEKSTUALISASI
pengalaman praktis-
diskursif melalui re-
depersonalisasi & re-
dekontekstualisasi

MAHASISWA
DOSEN
Pengalaman praktis &
diskursif (know-how &
know-why) melalui
repersonalisasi &
rekontekstualisasi REKONSTRUKSI &
EKSTERNALISASI
Membantu mahasiswa OBYEK
SITUASI PENGETAHUAN
MATEMATIS
MATEMATIS EKSPLISIT BARU
Menghasilkan
BARU
PENGALAMAN
RE-DEPERSONALISASI &
Membangun pengalaman RE-DEKONTEKSTUALISASI
praktis-diskursif melalui
re-depersonalisasi &
re-dekontekstualisasi

TRANSPOSISI
MAHASISWA
DIDAKTIS TRANSPOSISI
PEDAGOGIS

CALON GURU TRANSPOSISI


Pengalaman praktis &
diskursif (know-how & PEDAGOGIS
know-why) melalui
perkuliahan mat menengah

SITUASI Membantu siswa OBYEK


MATEMATIS MATEMASTIS PENGETAHUAN
LEVEL SEKOLAH Menghasilkan
BARU EKSPLISIT BARU

Membangun pengalaman MENGGUNAKAN


praktis-diskursif yang berakhir KAIDAH PENELITIAN
pada re-depersonalisasi & re- UNTUK MENGHASILKAN
dekontekstualisasi

SISWA
Perkuliahan Matematika Sekolah
DOSEN
Pengalaman praktis &
diskursif (know-how &
know-why) dari
pengalaman

Membantu mahasiswa
TOPIK PENGALAMAN
MATEMATIKA MATEMATIS
SEKOLAH BARU
Menghasilkan

Membangun
pengalaman praktis-
diskursif melalui proses
repersonalisasi &
rekontekstualisasi

MAHASISWA
DOSEN
Pengalaman praktis &
diskursif (know-how &
know-why) dari
pengalaman
REKONSTRUKSI &
EKSTERNALISASI
Membantu mahasiswa
TOPIK PENGALAMAN PENGETAHUAN
MATEMATIKA MATEMATIS
SEKOLAH BARU
EKSPLISIT BARU
Menghasilkan
PENGALAMAN
REPERSONALISASI &
Membangun REKONTEKSTUALISASI
pengalaman praktis-
diskursif melalui
repersonalisasi &
rekontekstualisasi

MAHASISWA
DOSEN
Pengalaman praktis &
diskursif (know-how &
know-why) dari pengalaman
REKONSTRUKSI &
EKSTERNALISASI
TOPIK Membantu mahasiswa PENGALAMAN
MATEMATIKA MATEMATIS PENGETAHUAN
SEKOLAH Menghasilkan
BARU EKSPLISIT BARU
PENGALAMAN
REPERSONALISASI &
Membangun pengalaman REKONTEKSTUALISASI
praktis-diskursif melalui
repersonalisasi &
rekontekstualisasi

TRANSPOSISI
MAHASISWA
DIDAKTIS TRANSPOSISI
DIDAKTIS

CALON GURU TRANSPOSISI


Pengalaman praktis &
diskursif (know-how & DIDAKTIS
know-why) melalui
perkuliahan mat menengah

SITUASI Membantu siswa OBYEK


MATEMATIS MATEMASTIS PENGETAHUAN
LEVEL SEKOLAH Menghasilkan
BARU EKSPLISIT BARU

Membangun pengalaman MENGGUNAKAN


praktis-diskursif yang berakhir KAIDAH PENELITIAN
pada re-depersonalisasi & re- UNTUK MENGHASILKAN
dekontekstualisasi

SISWA

Anda mungkin juga menyukai