Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR


Sering kali kita bingung memilih referensi suatu jurnal untuk kita baca
dan kita pahami. Terkadang kita memilih satu jurnal, namun kurang memuaskan
hati kita. Misalnya kekurangan dari segi analisis bahasa, data pembahasan.
Oleh karena itu, penulis membuat Critical Jurnal Riview ini untuk
mempermudah pembaca untuk memilih referensi-referensi jurnal yang sesuai
dengan pambahasan, terkhusus pada pokok pembahasan tentang efek fotolistrik
pada fisika kuantum.

B. Tujuan Penulisan CJR


a. Mengkritisi suatu jurnal yang berkaitan dengan materi pembahasan.
b. Untuk mengetahui dan mengkaji Isi Jurnal.
c. Untuk menemukan keunggulan dan kelemahan dari jurnal yang di-review.
d. Untuk menambah wawasan.

C. Manfaat CJR
a. Untuk menambah wawasan tentang jurnal yang dibahas.
b. Untuk mengetahui dan mengkaji isi jurnal tersebut.
c. Untuk menemukan keunggulan dan kelemahan dari jurnal yang diriview.

D. Identitas Jurnal Yang Direview


Jurnal I

1. Judul Jurnal : Miskonsepsi Mahasiswa Pendidikan Fisika pada


Materi Efek Fotolistrik
2. Nama Jurnal : Jurnal PHENOMENON
3. Edisi Terbit : 01 Julit 2018
4. Penulis Jurnal : Restina Muji Mulyati, Agus Yulianto, Budi Astuti

1
5. Penerbit : Universitas Islam Negri Walisongo
6. Kota Terbit : Semarang
7. Nomor ISSN : 2088-7868
8. Situs Jurnal :

Jurnal II

1. Judul Jurnal : Pemahaman Mahasiswa Tentang Efek Foto


Listrik
2. Nama Jurnal : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
Fisika
3. Edisi Terbit : 1 Juni 2015
4. Pengarang Jurnal : SISWOYO
5. Penerbit : JPPPF
6. Kota Terbit : Jakarta
7. Nomor ISSN : 2461-0933
8. Situs jurnal : https://docplayer.info/33815086-Pemahaman-
mahasiswa-tentang-efek-fotolistrik.html

2
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

Jurnal I
A. PENDAHULUAN

Tujuan program studi pendidikan fisika di Indonesia adalah menghasilkan


lulusan yang memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional. Salah satu standar kompetensi profesional guru fisika adalah
memahami konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori fisika serta
penerapannya secara fleksibel (Permendiknas No. 16, 2007). Hasil penelitian
Kumorowati pada tahun 2015 terhadap profil kompetensi profesional calon guru
fisika menunjukkan bahwa sebagian besar calon guru fisika masih memiliki
tingkat penguasaan konsep yang rendah pada beberapa kompetensi mapel. Salah
satu kompetensi mapel tersebut adalah fisika modern, di mana salah satu
pembahasan penting dalam fisika modern adalah fenomena efek fotolistrik.
Fakta-fakta eksperimen efek fotolistrik dapat dijelaskan jika kita
menganggap cahaya sebagai partikel. Albert Einstein memberikan postulat bahwa
“energi yang dibawa oleh cahaya terdistribusi secara diskrit dalam bentuk paket-
paket energi, bukan terdistribusi secara kontinu sebagaimana dinyatakan oleh teori
gelombang”.
Studi tentang konsepsi mahasiswa pada materi efek fotolistrik telah
banyak dilakukan oleh para peneliti. Yildiz & Büyükkasap mendapatkan bahwa
pemahaman mahasiswa tentang efek fotolistrik berada pada tingkat rendah.
Sebanyak 30,6% mahasiswa tidak dapat menuliskan persamaan tentang efek
fotolistrik. McKagan et al juga menjelaskan bahwa kesalahan umum paling
banyak yang dilakukan oleh hampir separuh (42%) dari jumlah mahasiswa adalah
kesalahan mengaplikasikan hukum Ohm, yaitu menganggap bahwa beda potensial
diperlukan oleh arus listrik untuk melawan fungsi kerja logam. Kesalahan kedua,
yaitu sekitar 5% dari total mahasiswa menyatakan bahwa jika energi foton lebih
kecil dari fungsi kerja logam, maka intensitas sinar harus ditingkatkan agar
3
elektron dapat terlepas. Selain itu, hasil pretest mahasiswa pada penelitian Leone
& Oberem menunjukkan bahwa hanya 2 dari 11 mahasiswa memahami hubungan
antara kuat arus dan beda potensial antar plat.
Studi tentang konsepsi efek fotolistrik juga dilakukan terhadap siswa
SMK. Hasil penelitian Habibbulloh et al menunjukkan bahwa beberapa
miskonsepsi yang dialami siswa SMK, yaitu menganggap jika frekuensi cahaya
bertambah maka intensitas cahaya juga bertambah, ada pengaruh intensitas cahaya
terhadap efek fotolistrik saat frekuensi cahaya lebih kecil dari frekuensi ambang
logam, serta menganggap besar potensial penghenti adalah sama dengan besar
energi cahaya yang datang.
Masih banyaknya miskonsepsi efek fotolistrik baik yang dialami siswa,
mahasiswa, maupun guru fisika menunjukkan bahwa perlu diadakan penelitian
terhadap pemahaman konsep efek fotolistrik calon guru fisika. Tujuan penelitian
ini adalah memperoleh konsepsi mahasiswa pendidikan fisika Universitas Negeri
Semarang pada materi efek fotolistrik.

B. METODE PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah 37 mahasiswa pendidikan fisika semester VI
Universitas Negeri Semarang. Pengambilan sampel dilakukan secara acak.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Sejumlah
pertanyaan diberikan kepada mahasiswa untuk mengetahui tingkat pemahaman
mereka tentang konsep efek fotolistrik. Daftar pertanyaan tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Berdasarkan pengetahuan yang telah anda peroleh tentang peristiwa efek
fotolistrik, manakah pernyataan berikut yang benar dan yang salah? Berikan
alasanmu!
(a) Intensitas sinar memengaruhi energi kinetik elektron
(b) Frekuensi sinar memengaruhi kuat arus yang dihasilkan
(c) Intensitas sinar memengaruhi kuat arus yang dihasilkan
(d) Frekuensi sinar memengaruhi energi kinetik elektron

4
2) Pada suatu eksperimen efek fotolistrik didapatkan kuat arus 1A. Dengan
memberikan beda potensial di antara katoda dan anoda ternyata laju elektron
yang terlepas menjadi bertambah. Bagaimana besar kuat arus yang dihasilkan
setelah penambahan beda potensial ini?
Pertanyaan pertama menguji pemahaman mahasiswa tentang pengaruh
frekuensi dan intensitas sinar terhadap efek fotolistrik. Pertanyaan kedua menguji
pemahaman mahasiswa tentang fungsi beda potensial dalam eksperimen efek
fotolistrik.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian telah dilakukan terhadap 37 mahasiswa pendidikan fisika semester VI
Universitas Negeri Semarang. Dari daftar pertanyaan yang diberikan, dihitung
banyaknya mahasiswa yang menjawab dengan benar masing-masing pertanyaan
yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Pertanyaan Jumlah mahasiswa menjawab benar
1a 81%
1b 38%
1c 35%
1d 86%
2 16%
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa terdapat kecenderungan mahasiswa menjawab
dengan benar pada pertanyaan 1a dan 1d, yaitu lebih dari 80% mahasiswa
menjawab dengan benar. Untuk pertanyaan 1b dan 1c, hanya 35%-38%
mahasiswa menjawab dengan benar. Untuk pertanyaan nomor 2, tidak lebih dari
16% mahasiswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Berdasarkan hasil
analisis data di atas, terlihat bahwa mahasiswa masih mengalami kesulitan dalam
memahami konsep efek fotolistrik. Jika kita cermati, sebagian besar mahasiswa
salah dalam menjawab pertanyaan 1b dan 1c, yaitu pertanyaan tentang hubungan
frekuensi sinar terhadap kuat arus dan intensitas sinar terhadap kuat arus yang
dihasilkan. Dengan kata lain, mahasiswa masih belum memahami faktor apa yang

5
memengaruhi kuat arus dalam eksperimen efek fotolistrik. Analisis lebih lanjut
dilakukan terhadap penjelasan mahasiswa terhadap jawaban yang mereka berikan.
Dari hasil analisis tersebut, terdapat beberapa miskonsepsi yang dialami oleh
mahasiswa tentang konsep efek fotolistrik. Jenis-jenis miskonsepsi tersebut antara
lain adalah (a) energi kinetik elektron sebanding dengan banyaknya elektron yang
terlepas dari plat, (b) intensitas sinar tidak memengaruhi banyaknya elektron yang
terlepas, (c) intensitas sinar memengaruhi energi kinetik elektron, (d) tidak dapat
membedakan antara energi foton dan energi kinetik elektron, (e) intensitas sinar
sebanding dengan panjang gelombang, (f) menganggap hukum Ohm berlaku pada
efek fotolistrik, (g) frekuensi memengaruhi banyaknya elektron yang terlepas atau
kuat arus, (h) kuat arus sebanding dengan laju elektron atau energi kinetik
elektron, dan (i) dalam teori klasik, yang berperan adalah intensitas sinar,
sedangkan dalam teori kuantum yang berperan adalah frekuensi sinar.
Dari hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa pemahaman konsep mahasiswa pendidikan fisika pada materi
efek fotolistrik masih rendah. Sebagian besar mahasiswa masih belum dapat
membedakan pengaruh frekuensi dan intensitas sinar dalam eksperimen efek
fotolistrik. Mahasiswa meyakini bahwa yang berperan dalam fisika kuantum
adalah frekuensi sinar dan yang berperan dalam fisika klasik adalah intensitas
sinar Mahasiswa masih belum dapat memahami fungsi beda potensial dalam
eksperimen efek fotolistrik. Selain itu, mahasiswa belum memahami konsep kuat
arus dalam kelistrikan dan masih salah dalam menerapkan hukum Ohm dalam
eksperimen efek fotolistrik.

Jurnal II

A. PENDAHULUAN
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengeksplorasi dan
mempelajari pemahaman siswa maupun mahasiswa tentang konsep-konsep fisika
dengan tujuan yang berbeda-beda pula. Chion dan Anderson (2009) mempelajari
pemahaman siswa berdasarkan model mental dan analisis proses ontologi tentang

6
konduksi panas. Johnson dan Hafele (2010) mengeksplorasi pemahaman siswa
tentang atom dan radiasi dengan menggunakan simulasi. Foong, Wong dan Chee
(2009) melakukan kajian secara sistematik tentang pemahaman siswa tentang efek
fotolistrik untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang topik
tersebut. Menurut mereka efek fotolistrik memegang peranan penting untuk
membangun pemahaman tentang model foton untuk cahaya. Klassen (2011)
mencoba untuk memperbaiki literatur dan buku-buku teks tentang efek fotolistrik
yang menurutnya masih memiliki kekurangan dan kesalahan dalam penyajian
tentang fungsi kerja dan konsep tentang foton.
Disamping penelitian terhadap mahasiswa, beberapa penelitian juga
mengkaji pemahaman mahasiswa calon guru tentang efek fotolistrik. Yildiz
(2011) melakukan eksperimen pembelajaran tentang efek fotolistrik pada
matakuliah pengantar Fisika Modern. Baily dan Finkelstein (2008) menemukan
bukti bahwa setelah mempelajari fisika modern, mahasiswa akan tetap memiliki
pemahaman tentang pentingnya fisika kuantum dalam mempelajari konsep-
konsep fisika yang lain. Koponen dan Heikkinen (2005) menyatakan bahwa
mengajarkan fisika kuantum merupakan pekerjaan sulit. Banyak siswa mereka
yang mengalami kesulitan belajar fisika kuantum, untuk itu para guru berupaya
untuk mengembangkan pem-belajaran yang dapat membantu siswanya agar
memiliki pemahaman yang lebih baik tentang hakekat kuantum dan konsep foton.
De Leone dan Oberem (2003) mengungkapkan kesulihan mahasiswa dalam
mempelajari efek fotolistrik dan hubungannya dengan model foton cahaya.
Laboratorium memainkan peran yang penting dalam belajar fisika untuk
mengembangkan konsep, prinsip hukum-hukum yang mendasari dan teori
tersebut. Laboratorium fisika tradisional memiliki beberapa keterbatasan dan
masalah dalam mengembangkan konsep-konsep. Untuk itu diperlukan pula
laboratorium virtual. Bajpai (2013) melakukan penelitian untuk mengetahui
efektivitas laboratorium virtual untuk mengembangkan konsep-konsep fisika.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang belajar konsep efek
fotolistrik melalui laboratorium virtual dalam cara yang lebih baik dibandingkan

7
dengan laboratorium nyata. Penelitian ini juga menyarankan penggunaan
laboratorium virtual dalam mengajar fisika, terutama untuk pengajaran konsep.
Salah satu upaya untuk mengembangkan pemahaman tentang efek fotolistrik ada
dengan menggunakan PhET Interactive Simulation yang dikembangkan oleh
University of Colorado (Katherine Perkins, E. M., Podolefsky, N., Lancaster, K.,
& Denison., C. 2010). Dengan menggunakan simulasi interaktif PhET, gejala efek
fotolistrik dapat divisualisasikan dengan jelas.
Istilah pemahaman (understanding) menurut Taksonomo Bloom yang
direvisi oleh Krathwohl (2002) didefiniskan sebagai kemampuan kognitif untuk
menentukan arti pesan pembelajaran baik secara lisan, tulisan maupun grafik.
Pemahaman meliputi kemampuan meng-interpretasikan, memberi contoh,
mengelompokkan, meringkas, meng= inferensikan, membandingkan, dan
menjelaskan.
Berdasarkan definisi Bloom yang telah direvisi tersebut, maka disusunkan
serangkaian pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui pemahaman mahasiswa
tentag efek fotolistrik.

B. MOTODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskripstif dengan menggunakan
teknik survey (Gall, M. D., Gall, J. P. & Borg, Q.R. 2007). yang dilakukan
terhadap mahasiswa program studi pendidikan fisika FMIPA UNJ angkatan 2012.
Data diambil pada saat mahasiswa masing-masing angkatan sedang mengikuti
perkuliahan dengan menggunakan waktu 30 menit, dengan jumlah responden
sebanyak 75 mahasiswa. Intrumen penelitian berisi pertanyaan-pertanyaan yang
terkait dengan pemahaman tentang efek fotolistrik, antara lain definisi efek
fotolistrik, penggunaan Simulasi Interatif PhET pada topik efek fotolistrik,
hubungan antara intensitas cahaya, frekuensi atau panjang gelombang, dan beda
potensial, menganalisis, membaca dan menggambar grafik hubungan antara
intensitas cahaya, frekuensi atau panjang gelombang dan beda potensial. Data
dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif sederhana.

8
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian menganalisis 10 pertanyaan, dan pembahasan tentang penelitian
ini dijelaskan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Perhatikan hasil
simulasi PhET Efek Fotolistik dibawah ini, dan jawablah pertanyaan-pertanyaan
berikut:
a. Pertanyaan 1
Apakah anda mengenal PhET tentang Efek Fotolistrik? Kapan anda mengenal
PhET tentang Efek Fotolistrik?
Berdasarkan hasil survey ternyata semua mahasiswa menyatakan bahwa mereka
mengetahui PhET tentag Efek Fotolistrik sejak kuliah. Hal menunjukkan bahwa
selama di SMA mereka tidak mengenal pembelajaran efek fotolistrik dengan
menggunakan PhET Interactive Simulation. Namun demikian bukan berarti
bahwa selama kuliah mahasiswa sudah terbiasa menggunakan simulasi interaktif
PhET dalam mempelajari konsep-konsep fisika terutama efek fotolistrik. PhEt
mulai dikembangkan sejak tahun 2002 hingga sekarang hampir 13 tahun.

b. Pertanyaan 2
Apa yag dimaksud dengan Efek Fotolistrik?
Meskipun mereka telah mempelajari efek fotolistrik mulai di SMA sampai di
perguruan tinggi, namun masih banyak sekali mahasiswa yang gagal
mendefiniskan efek fotolitrik dengan benar. Hanya 23% dari responden yang
mendefinisikan dengan benar sedangkan sebanyak 57 % salah dalam
mendefinisikan efek fotolistrik, dan 20% sisanya tidak mampu mendefinisikan
(tidak memberi jawaban). Secara umum mereka yang benar mendefiniskan
efekfotolistrik sebagai perisitiwa terlepasnya elektron dari logam/materi akibat
sinar yang mengenai permukaaan logam tersebut. Sedang yang salah dalam
mendefinisikan efekfotolistrik mengemukakan berbagai definisi yang cukup
menarik untuk dipelajari. Definisi-definisi tersebut antara lain :menyatakan bahwa
efek fotolistrik adalah:
1. Peristiwa cahaya dalam rangkaian listrik.

9
2. Peristiwa pengaruh cahaya terhadap intensitas.
3. Suatu efek terlepasnya foton karena intensitas dan pengeruhnya terhadap
energi.
4. Suatu fenomena yang terjadi saat sebuah cahaya dihamburkan dan akan
mempengaruhi tinggi rendah potensil listrik, dipengaruhi juga oleh
intensitas listrik.
5. Peristiwa lepasnya elektron pada suatu logam yang dialiri sitrik apabila
dikenai cahaya dengan besar yang sama atau melebihi energi ambang.
6. Suatu partikel yang disinari cahaya dan partikel tersebut terhambur, saat
tegangan tertentu yang menyebabkan elektron yang lain keluar.
7. Peristiwa pemindahan foton.
8. Sumber cahaya/sinar dalam rangkaian listrik
9. Penghamburan cahaya yang membawa elektron dengan beda potensial dan
frekuensi dalam sebuah plat.
10. Pengaruh cahaya pada listrik terhadap intensitas dan frekuensi.
Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan oleh mahasiswa tersebut, dapat
dinyatakan bahwa:
1. Mahasiswa beranggapan bahwa dalam peristiwa efek fotolistrik berlaku
hubungan V=I.R.
2. Mahasiswa tidak memahami hubungan antara intensitas, frekuensi dan
energi kinetik elektron.
3. Mahasiswa tidak memahami peran dan fungsi beda potensial dari
percobaan efek fotolistrik.
4. Mahasiswa tidak memahami interakasi antara gelombang dan materi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemahaman mahasiswa
tentang efek fotolistrik masih rendah. Hal ini terlihat dari kemampuan
mendefinisikan efek fotolistrik dan memahami hubungan antara intensitas,
frekuensi sinar datang dan beda potensial baik secara konsep maupun grafik.

10
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Isi Jurnal


 Pada Jurnal 1 dijelaskan bahwa masih banyaknya miskonsepsi efek
fotolistrik baik yang dialami siswa, mahasiswa, maupun guru fisika
menunjukkan bahwa perlu diadakan penelitian terhadap pemahaman
konsep efek fotolistrik calon guru fisika. Tujuan penelitian ini adalah
memperoleh konsepsi mahasiswa pendidikan fisika Universitas Negeri
Semarang pada materi efek fotolistrik.
 Pada juurnal II dijelaskan bahwa bagaimana pemahaman siswa mengenai
materi efek fotolistrik. Penelitian di lakukan dengan memberikan sepuluh
pertnyaan yang disajikan dengan aplikasi atau simulasi Phet.
 Dari jurnal I metode penelitiannya dilakukan dengan memberikan soal
yang berkaitan dengan efekfotolistrik kepada 37 orang mahasiswa
semester VI di Universitas Negri Semarang. Pengambilan sampel
dilakukan secara acak. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
metode tes. Sejumlah pertanyaan diberikan kepada mahasiswa untuk
mengetahui tingkat pemahaman mereka tentang konsep efek fotolistrik.
 Pada Jurnal II metode penelitiannya dilakukan dengan penelitian deskripstif
dengan menggunakan teknik survey (Gall, M. D., Gall, J. P. & Borg, Q.R. 2007).
yang dilakukan terhadap mahasiswa program studi pendidikan fisika FMIPA
UNJ angkatan 2012. Data diambil pada saat mahasiswa masing-masing angkatan
sedang mengikuti perkuliahan dengan menggunakan waktu 30 menit, dengan
jumlah responden sebanyak 75 mahasiswa. Intrumen penelitian berisi pertanyaan-
pertanyaan yang terkait dengan pemahaman tentang efek fotolistrik, antara lain
definisi efek fotolistrik, penggunaan Simulasi Interatif PhET pada topik efek
fotolistrik, hubungan antara intensitas cahaya, frekuensi atau panjang gelombang,
dan beda potensial, menganalisis, membaca dan menggambar grafik hubungan
antara intensitas cahaya, frekuensi atau panjang gelombang dan beda potensial.
Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif sederhana.

11
 Pada jurnal I hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan melihat
dapat diketahui bahwa terdapat kecenderungan mahasiswa menjawab
dengan benar pada pertanyaan 1a dan 1d, yaitu lebih dari 80% mahasiswa
menjawab dengan benar. Untuk pertanyaan 1b dan 1c, hanya 35%-38%
mahasiswa menjawab dengan benar. Untuk pertanyaan nomor 2, tidak
lebih dari 16% mahasiswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
Berdasarkan hasil analisis data di atas, terlihat bahwa mahasiswa masih
mengalami kesulitan dalam memahami konsep efek fotolistrik. Jika kita
cermati, sebagian besar mahasiswa salah dalam menjawab pertanyaan 1b
dan 1c, yaitu pertanyaan tentang hubungan frekuensi sinar terhadap kuat
arus dan intensitas sinar terhadap kuat arus yang dihasilkan. Dengan kata
lain, mahasiswa masih belum memahami faktor apa yang memengaruhi
kuat arus dalam eksperimen efek fotolistrik. Analisis lebih lanjut
dilakukan terhadap penjelasan mahasiswa terhadap jawaban yang mereka
berikan. Dari hasil analisis tersebut, terdapat beberapa miskonsepsi yang
dialami oleh mahasiswa tentang konsep efek fotolistrik. Jenis-jenis
miskonsepsi tersebut antara lain adalah (a) energi kinetik elektron
sebanding dengan banyaknya elektron yang terlepas dari plat, (b)
intensitas sinar tidak memengaruhi banyaknya elektron yang terlepas, (c)
intensitas sinar memengaruhi energi kinetik elektron, (d) tidak dapat
membedakan antara energi foton dan energi kinetik elektron, (e) intensitas
sinar sebanding dengan panjang gelombang, (f) menganggap hukum Ohm
berlaku pada efek fotolistrik, (g) frekuensi memengaruhi banyaknya
elektron yang terlepas atau kuat arus, (h) kuat arus sebanding dengan laju
elektron atau energi kinetik elektron, dan (i) dalam.
 Sedangkan dalam jurnal II hasil penelitiannya bahwa pemahaman mahasiswa
tentang efek fotolistrik masih rendah. Hal ini terlihat dari kemampuan
mendefinisikan efek fotolistrik dan memahami hubungan antara intensitas,
frekuensi sinar datang dan beda potensial baik secara konsep maupun grafik..

12
B. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal
 Dari aspek ruang lingkup isi jurnal :
Jurnal yang direview maupun kedua jurnal sudah memiliki ruang lingkup
yang bagus dari segi isi jurnal. Jurnal pertama menjelaskan secara detail
penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan baik, sedangkan jurnal II
kurang. Dari pendahuluan kedua jurnal juga dijelaskan bagaimana
bagusnya penerapan efek fotolistrik dalam memecahkan dan membantu
persoalan fisika. Dari kedua jurnal, jurnal utama adalah jurnal yang I
karena dalam jurnal tersebut sangat lengkap dalam menyampaikan
penelitiannya, mulai dari pendahuluan, metode penelitian, hasil dan
pembahasan, dan kesimpulan. Sedangkan pada jurnal II tidak.
 Dari aspek tata bahasa
Jurnal yang direview maupun kedua jurnal kurang memiliki aspek tata
bahasa yang bagus karena terdapat beberapa kalimat yang tidak
menggunakan EYD.

13
BAB IV
PENUTUP

A. SIMPULAN

“Pada tahun 1886 dan 1887 Heinrich Hertz melakukan percobaan yang
pertama kali mengkonfirmasi keberadaan gelombang elektromagnetik dan teori
elektromagnetik propagasi cahaya Maxwell. Ini adalah salah satu fakta yang
menarik dan paradoks dalam sejarah sains yang dalam perjalanan eksperimennya
Hertz mencatat efek yang kemudian digunakan Einstein untuk bertentangan
dengan aspek lain dari teori elektromagnetik klasik. Hertz menemukan bahwa
pelepasan listrik antara dua elektroda terjadi lebih mudah ketika sinar ultraviolet
jatuh pada salah satu elektroda. Pengamatan itu diteruskan oleh Hallwachs; dia
mengamati emisi elektron ketika dia menyinari permukaan-permukaan logam
seperti seng, rubidium, potassium dan sodium. Proses lepasnya elektron-elektron
dari permukaan logam yang disinari disebut emisi fotoelektron atau efek foto-
listrik.
Eksperimen dilakukan dengan menembakkan berkas cahaya ke
sebuah plat logam E yang terdapat pada selubung gelas (agar kondisi eksperimen
terkontrol). Terdapat sebuah plat logam lain (plat C) yang diposisikan sejajar
untuk menangkap elektron yang keluar dari plat E. Kedua plat tersebut
tersambung dengan sebuah sirkuit dimana terdapat amperemeter untuk membaca
aliran elektron dari plat E ke plat C.
Hubungan arus fotolistrik dengan perbedaan potensial (voltase) yang
terbaca dari hasil eksperimen plat E dan plat C untuk dua jenis intensitas cahaya
ditunjukkan pada grafik dibawah. Saat nilai voltase tinggi, besar arus
menunjukkan nilai yang maksimal dan besar arus tersebut tidak dapat bertambah
naik. Besarnya arus maksimum dapat bertambah jika intensitas cahaya
ditingkatkan, hal ini terjadi karena semakin tinggi intensitas cahaya yang
ditembakkan maka semakin banyak elektron yang keluar dari plat logam. Ketika

14
besar beda potensial (voltase) makin mengecil dan bahkan nilainya sampai minus
(-V0), ternyata tidak ada arus yang mengalir yang menandakan tidak ada
fotoelektron yang mengalir dari plat E ke plat C. Potensial V0 disebut sebagai
potensial henti.

B. REKOMENDASI

Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini


adalah dengan adanya penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru dan calon
guru untuk menjadi suatu referensi dalam melakukan proses mengajar maupun
proses pembelajaran

15
DAFTAR PUSTAKA

Muji, Restina Mulyati. (2018), Miskonsepsi Mahasiswa Pendidikan Fisika pada


Materi Efek Fotolistrik, Jurnal Phenomenon, No. 1 hal 36-45.

Siswoyo. (2015), Pemahaman Mahasiswa Tentang Efek Foto Listrik, Jurnal


Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Fisika (16), Hal 77.

16

Anda mungkin juga menyukai