GD202/3SKS/BBM1-9
PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA
UPI PRESS
Pemecahan Masalah Matematika
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Revisi
Cetakan Kedua, 2009
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd.
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana, S.Pd.
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi, S.Pd.
Angga Hadiapurwa
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Daftar isi i
Latihan .........................................................................................................................71
Petunjuk Jawaban Latihan ...........................................................................................71
Rangkuman ..................................................................................................................72
Tes Formatif 1 ..............................................................................................................73
Balikan dan Tindak Lanjut...........................................................................................75
ii Daftar isi
Latihan .......................................................................................................................177
Petunjuk Jawaban Latihan .........................................................................................178
Rangkuman ................................................................................................................179
Tes Formatif 2 ............................................................................................................180
Balikan dan Tindak Lanjut.........................................................................................181
Kunci Jawaban ...........................................................................................................182
Glosarium...................................................................................................................184
Daftar Pustaka............................................................................................................185
Kegiatan Pembelajaran 2 Urutan Pada Bilangan Cacah, FPB dan KPK ...................204
Latihan .......................................................................................................................215
Petunjuk Jawaban Latihan .........................................................................................215
Rangkuman ................................................................................................................217
Tes Formatif 2 ............................................................................................................218
Balikan dan Tindak Lanjut.........................................................................................219
Kunci Jawaban ...........................................................................................................220
Glosarium...................................................................................................................221
Daftar Pustaka............................................................................................................222
iv Daftar isi
Tinjauan Mata Kuliah
M ata kuliah Pemecahan Masalah Matematika merupakan pokok bahasan pengulangan dalam
mata kuliah Konsep Dasar Matematika. Bagi Anda yang memilih konsentrasi Pendidikan
Matematika Sekolah Dasar, akan dibahas secara lebih mendalam tentang pemecahan masalah
matematika, sehingga Anda sebagai guru SD mampu menggunakan berbagai macam strategi dalam
menghadapi “masalah non-rutin” dalam matematika dan mampu membimbing siswa SD dalam
menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan matematika, cakupan materinya meliputi
himpunan, fungsi, logika, sistem bilangan dan bilangan cacah, bilangan bulat, bilangan pecahan, bilangan
pecahan desimal,, peluang, statistik, dan geometri. Mata kuliah ini tidak menuntut prasyarat.
Secara umum, tujuan dari mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami makna
masalah yang berhubungan dengan matematika, memahami langkah-langkah dalam penyelesaian
masalah, memahami strategi dalam pemecahan masalah matematika, memahami tugas guru dalam
pembelajaran pemecahan masalah matematika, memahami metode/teknik mengadakan proses
pembelajaran matematika, memahami peneyelesain masalah yang berhubungan dengan himpunan,
himpunan, fungsi, logika, sistem bilangan, bilangan cacah, bilangan bulat, bilangan pecahan, bilangan
pecahan desimal, peluang, statistik, dan geometri. Secara khusus mahasiswa dapat:
1. memahami makna masalah dan klasifikasi masalah
2. menjelaskan langkah-langkah Penyelesaian Masalah
3. menjelaskan strategi pemecahan masalah
4. menjelaskan tugas guru dalam proses pembelajaran pemecahan masalah matematika
5. menerapakan metode/telnik pembelajaran matematika
6. membimbing siswa SD dalam menyelesaikan masalah
7. mendemostarasikan penyelesaian masalah himpunan dan fungsi, dan logika
8. mendemonstrasikan penyelesaian masalah sistem bilangan, cacah, bulat, dan desimal
9. mendemonstrasikan penyelesaian masalah peluang, statistik, dan geometri
Manfaat dari mempelajari modul ini adalah mahasiswa memiliki wawasan yang luas tentang
matematika, memiliki keterampilan berpikir matematika, dan memiliki keterampilan pemecahan
masalah matematika.
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai serta bobot SKS mata kuliah Pemecahan Masalah
Matematika, materi mata kuliah ini disajikan dalam 6 modul, yang terdiri sebagai berikut:
Modul 1 : Makna, Klasifikasi, Langkah-Langkah Penyelesaian, dan Strategi Pemecahan
Masalah
Modul 2 : Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika
Modul 3 : Metode dan Teknik Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika
Modul 4 : Penyelesaian Masalah Himpunan dan Fungsi
Modul 5 : Penyelesaian Masalah Logika dan Sistem Bilangan Bulat
Modul 6 : Penyelesaian Masalah dalam Sistem Bilangan Cacah
Modul 7 : Penyelesaian Masalah dalam Sistem Bilangan Pecah dan Perbandingan
Modul 8 : Penyelesaian Masalah Peluang dan Statistik
Modul 9 : Penyelesaian Masalah dalam Geometri Datar dan Geometri Ruang
Dengan mempelajari setiap modul secara cermat sesuai dengan petunjuk yang ada pada setiap
modul serta dengan mengerjakan semua tugas, latihan, dan tes yang diberikan, mahasiswa akan
berhasil dalam menguasai tujuan-tujuan yang ditetapkan.
S
esuai dengan perkembangan jaman yang semakin kompleks dan banyak macamnya,
maka masalah-masalah kehidupan itupun muncul dan semakin kompleks. Perkembangan
jaman tersebut menuntut kita untuk berkompetisi dan dalam memenuhi segala kebutuhan
hidup. Hanya orang-orang yang tangguh, disiplin, dan tekunlah yang dapat bersaing dalam kehidupan
yang demikian.
Untuk itu kita sebagai guru harus dapat mempersiapkan manusia-manusia yang unggul di
bidangnya dan mampu bersaing dalam kehidupan yang serba kompleks ini. Dengan kata lain kita
harus mencetak manusia-manusia yang berkualitas dengan jalan meningkatkan mutu pendidikan sejak
dini.
Ilmu matematika memberikan sumbangan yang cukup besar dalam pembentukan manusia unggul,
karena salah satu kreteria manusia unggul adalah manusia yang dapat menggunakan nalarnya untuk
kemajuan umatnya. Kita yakin bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang mampu membawa manfaat
bagi manusia lainnya untuk kehidupan selanjutnya.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kemajuan teknologi sekarang ini, yang merubah dunia semakin
canggih dan praktis dalam segala kehidupan adalah sumbangan ilmu matematika.
Dalam mengahadapi kehidupan ini kita sering dihadapkan kepada suatu permasalahan, sehingga
kita dituntut untuk menyelesaikannya. Untuk itu generasi penerus kita harus dapat menyelesaikannya
sebagai bekal dalam kehidupan di masa yang akan datang.
Dalam bahan belajar mandiri ini akan dibahas makna masalah, klasifikasi masalah, dan strategi
pemecahan masalah dalam bidang matematika, dengan tujuan pembelajaran khususnya adalah
mahasiswa dapat:
1. menjelaskan arti masalah dalam kehidupan sehari-hari.
2. menjelaskan maksud penyelesaian masalah dalam matematika
3. menjelasakan klasifikasi masalah dalam matematika
4. menjelaskan langkah-langkah dalam penyelesaian masalah
5. menggunakan berbagai macam strategi dalam penyelesaian maslah matematika.
Agar Anda berhasil dengan baik dalam mempelajari bahan belajar mandiri ini, ikutilah petunjuk-
petunjuk berikut ini.
1. Bacalah dengan baik pendahuluan bahan belajar mandiri ini sehingga Anda memahami tujuan
mempelajari bahan belajar mandiri ini dan bagaimana mempelajarinya.
2. Bacalah bagian demi bagian materi yang ada dalam bahan belajar mandiri ini, kalau perlu tandai
kata-kata/kaliamat yang dianggap penting. Ucapkan dalam bahasa sendiri kata/kaliamat yang
ditandai tersebut.
3. Pahami pengertian demin pengertiandari isi bahan belajar mandiri ini dengan mempelajari contoh-
contohnya, dengan pemahaman sendiri, tukar pikiran (diskusi) dengan kawan mahasiswa atau
oarang lain.
4. Susunlah ringkasan bahan belajar mandiri ini dengan bahasa sendiri.
5. Kerjakan soal-soal latihan dalam bahan belajar mandiri ini tanpa melihat petunjuk penyelesaiannya
lebih dulu. Apabila mendapat jalan buntu, barulah Anda melihat petunjuk penyelesaiannya. Jawaban
Anda tidak perlu sama dengan petunjuk yang diberikan, karena kadang-kadang banyak cara
yang dapat kita lakukan dalam menyelesiakan suatu permasalahan.
6. Kerjakan soal-soal tes formatif untuk mengukur sendiri tingkat penguasaan Anda akan isi bahan
belajar mandiri ini.
Contoh 1.1.
Masalah rutin:
a. Pada mulanya Budi mempunyai 5 buku lantas oleh Bapaknya dibelikan 4 buku. Berapakah
jumlah buku Budi sekarang?
b. Amir mempunyai tanah berbentuk segitiga, panjang alasnya 3 cm dan tingginya 4 cm.
Berapakah luas tanah Amir tersebut?
c. Panjang suatu persegipanjang adalah 5 m dan lebarnya 6 m. Berapakah kelilingnya?
Masalah/soal a tersebut merupakan contoh dari kalimat matematika “5 + 4”, contoh b
merupakan contoh soal bagaimana menerapkan rumus mencari luas segitiga, dan contoh c
merupakan contoh soal untuk menerapkan rumus mencari keliling persegipanjang. Soal-soal
tersebut tidak adanya keterlibatan proses berpikir tingkat tinggi.
Contoh 1.2.
Masalah non rutin
a. Pada mulanya Budi mempunyai 5 buku, kemudian Bapaknya memberi sejumlah buku sehingga
buku Budi menjadi 12 buku. Berapakah jumlah buku yang diberikan Bapaknya?
b. Amir mempunyai tanah berbentuk segipanjang dengan keliling 12 m, panjangnya 2 kali lipat
dari lebarnya. Berapakah luas segipanjang tersebut?
c. Ahmad mempunyai tanah 100 kali lipat dari gambar di bawah ini. Berapakah luasnya?
Terlihatlah sesuatu pertanyaan atau permasalahan yang kita hadapi disebut permasalahan bila
pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab langsung sebab masih harus menyeleksi informasi (data)
yang kita peroleh. Tentunya jawaban terhadap pertanyaan tersebut juga tidak merupakan jawaban
yang rutin dan mekanistik, namun memerlukan strategi dengan menggunakan pengetahuan dan
pengalaman yang kita miliki untuk menjawab pertanyaan tersebut. Namun pertanyaan yang tadinya
merupakan permasalahan, setelah berhasil kita selesaikan, baik masalah tersebut kita selesaikan
sendiri maupun diberitahukan penyelesaiannya oleh orang lain atau kita peroleh jawabannya dari
buku, maka pertanyaan tersebut bukan merupakan permasalahan lagi.
Suatu pertanyaan merupakan permasalahan bagi anak SD, tetapi mungkin bukan permasalahan
bagi gurunya, sebab anak SD untuk menjawab pertanyaan tersebut memerlukan proses yang rumit
sedang bagi gurunya untuk menjawab tersebut memerlukan proses penalaran yang rutin.
Namun apabila suatu pertanyaan merupakan permasalahan bagi anda, apakah pertanyaan
tersebut merupakan permasalahan bagi anak SD? Tentu saja pertanyaan tersebut bagi anak SD
bukan merupakan permasalahan, karena anak SD memang belum siap untuk mampu menjawab
permasalahan Anda. Demikian juga permasalahan yang dihadapi oleh ilmuwan, misalnya ahli geodesi,
tentunya bukan masalah bagi kita, karena kita tidak mempelajari permasalahan yang dihadapi oleh
ahli geodesi.
Selain itu, pertanyaan itu merupakan permasalahan bila pertanyaan itu merupakan tantangan
bagi kita untuk menjawabnya. Kalau demikian halnya, apa yang dimaksud dengan masalah? Suatu
pertanyaan akan merupakan suatu masalah bagi seseorang, jika orang itu tidak mempunyai aturan/
hukum tertentu yang segera dapat digunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut. Ini
berarti pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin, pertanyaan tersebut dapat
dimengerti, pertanyaan tersebut merupakan tantangan untuk dijawab yang sifatnya individu dan
2. Klasifikasi Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melakukan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan
kegiatan yang membutuhkan suatu cara untuk melakukannya membutuhkan penalaran yang melibatkan
ilmu matematika. Karena memang ilmu matematika tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan
manusia dalam mengahadapi persoalan/hidup. Oleh karena itu permasalahan yang kita hadapi dapat
dibedakan menjadi masalah yang berhubungan dengan masalah tranlasi, masalah aplikasi, masalah
proses, dan masalah teka-teki.
Masalah translasi merupakan masalah kehidupan sehari-hari yang untuk menyelesaikannya
perlu adanya translasi (perpindahan) dari bentuk verbal ke bentuk matematika. Dalam memindahkan
bentuk verbal (kata/kalimat) ke bentuk/model matematika membutuhkan kemampuan menafsirkan
atau menterjemahkan kata atau kalimat biasa ke dalam simbol-simbol matematika yang selanjutnya
dicari cara penyelesaiannya berdasarkan aturan yang berlaku. Dalam memindahkan bentuk verbal
ke model matematika ada yang bersifat sederhana dan ada yang kompleks. Sederhana atau tidaknya
tergantung dari informasi (data) yang ada, konsep matematika yang ada, dan banyaknya operasi
hitung yang digunakan. Contoh berikut adalah bagaimana bentuk verbal diubah menjadi kalimat
matematika.
Contoh 1.5.
Ida ingin memiliki handphone, uang yang dimilikinya terbatas, yaitu hanya Rp 1.025.000,00.
Maka dari itu ia mensurvei harga handphone ke berbagai toko dan didapatkan harga sebagai
berikut: Di toko A ditawarkan harga Rp 1.200.000,00 dengan potongan harga 15 %. Di
toko B barang sama ditawarkan Rp 1.300.000,00 dengan potongan harga 20 %. Di toko
manakah Ida harus membeli handphone yang sesuai dengan keadaan uangnya?
Masalah proses biasanya untuk menyusun langkah-langkah merumuskan pola dan strategi
khusus dalam menyelesaikan maslah. Masalah semacam ini memberikan kesempatan siswa sehingga
dalam diri siswa terbentuk keterampilan menyelesaikan masalah sehingga dapat membantu siswa
menjadi terbiasa menyeleksi masalah dalam berbagai situasi . Dengan demikian siswa terbiasa dengan
strategi penyelesaian masalah khusus, misalnya menyusun tabel, dan akan menggunakan waktu
beberapa saat dalam menyelediki suatu permasalahan sehingga strategi tersebut dapat digunakan
untuk mengembangkan penyelesaikan terhadap permasalahan yang dihadapi. Masalah proses misalnya:
Contoh 1.6.
Pak Ahmad meminjam uang di Koperasi Simpan Pinjam sebesar Rp. 12.000.000,00. Aturan
bunga yang terapkan adalah bunga berjalan (tidak tetap) sebesar 12 % pertahun. Pak Ahmad
akan mengembalikan selama 2 tahun secara dicicil. Berapakah besar bunga yang diberikan
Pak Ahmad kepada Koperasi tersebut?
Permasalahan ini dituntut untuk mengetahui rumus yang digunakan (dalam kasus tersebut adalah
rumus Un deret aritmatika), untuk dapat menerapkan rumus harus dicari dulu suku pertama, suku
kedua, dan beda suku pertama dengan suku kedua. Dengan demikian terlihatlah suatu proses yang
agak rumit dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Masalah teka-teki dimaksudkan untuk rekreasi dan kesenangan serta sebagai alat yang
bermanfaat untuk mencapai tujuan afektif dalam pengajaran matematika. Masalah teka teki dapat
digunakan untuk pengantar suatu pembelajaran, seperti untuk memusatkan perhatian, untuk
memberikan ganjaran (penguatan) atau mengisi waktu kelas yang sedang tidak ada pelajaran (waktu
luang). Masalah teka-teki itu bervariasi sesuai dengan cabang matematika , seperti logika, bilangan,
kombinatorik, geometri, probabilitas dll. Dalam masalah teka-teki biasanya tidak rumus atau cara
khusus yang digunakan, akan tetapi apakah teka-teki masuk akal atau tidak.
Contoh 1.7.
a. Disediakan 6 batang korek api . Bentuklah 4 segitiga sama sisi yang setiap sisi segitiga itu 1
batang korek api (tidak dipotong-potong). Gambar seperti berikut.
1
2. Ayah pergi ke kantor pada pukul 07.00 diperjalanan terjebak macet selama jam karena ada
4
kecelakaan, Ayah tiba di kantor pukul 07.45. Berapa lama sebenarnya perjalanan Ayah ke kantor?
Soal tersebut dapat dikategorikan pada pemecahan masalah dalam bentuk apa? Jelaskan!
3. Disediakan 6 batang korek api . Bentuklah 4 segitiga sama sisi yang setiap sisi segitiga itu 1
batang korek api (tidak dipotong-potong).
4. Misalkan Budi sedang berdiri di salah satu titik sudut (A) lapangan bola seperti pada gambar di
bawah ini. Ia akan pergi ke titik sudut C dengan memilih jalan yang terdekat. Jalan manakah
yang ia pilih? Jelaskan!
A B
D C
5. Jenis pengetahuan apakah yang harus kita miliki agar kita mampu menyelesaikan masalah?
4. Budi harus melewati jalan AC, karena hanya itu jalan yang paling dekat dibandingkan dengan
jalan ABC dan ADC. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan dalil Phytagoras (c2 = a2 + b2 )
A B
D C
5. Jenis pengetahuan yang harus kita miliki agar kita mampu menyelesaikan adalah ingatan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kita harus memiliki ingatan yang baik
berbagai konsep (sifat, aturan, teorema, rumus, dalil, dan hukum) yang terdapat pada ilmu
matematika, memiliki pemahaman yang baik terhadap konsep, dapat menerapkan dalam berbagai
situasi, mampu menganalisis, membuat kesimpulan, dan dapat mengevaluasi hasil pekerjaan kita.
Jawablah soal-soal berikut dengan memberi tanda silang pada huruf (A, B, C, atau D) jika:
A jika pernyataan (1) dan (2) benar
B jika pernyataan (1) dan (3) benar
C jika pernyataan (2) dan (3) benar
D jika pernyataan (1), (2), dan (3) benar
1. Amin membeli 3 kg telur, harga per kg nya Rp 8.000,00. Berapakah Amin harus membayar.
Soal tersebut termasuk kategori ...
(1) masalah rutin
(2) masalah translasi
(3) non rutin
2. Amin berangkat ke sekolah menggunakan sepeda, tiba-tiba di perjalanan ban sepedanya kempes.
Tindakan Amin yang baik adalah ...
(1) menitipkan sepedanya kepada orang yang ada di sekitarnya
(2) menitipkan sepedanya kepada penambal ban
(3) pulang kembali untuk menyimpan sepedanya
3. Tinggi suatu pohon dapat diketahui dengan cara mengukur panjang bayangannya. Pengetahuan
yang diperlukan untuk mengetahui tinggi pohon tersebut adalah ...
(1) memahami konsep kesebangunan dalam segitiga
(2) memahami sifat segitiga sama sisi
(3) menggunakan alat ukur panjang
4. Dengan makin banyaknya kendaraan roda dua atau lebih, membuat perjalanan Ida menuju sekolah
sering terlambat, maka dari itu Ida yang biasanya berangkat pukul 06.45 di majukan menjadi
pukul 06.30
(1) berangkat ke sekolah bukan maslah bagi Ida
(2) Ida sudah mengambil langkah tepat
(3) Ida menghadapi maslah dalam berangkat ke sekolah
5. Pada hari Sabtu tanggal 17 Juni 2006 usia Budi tepat 5 tahun. Pada hari apakah Budi lahir 5 tahun
yang lalu? Untuk mengetahui hari lahir Budi diperlukan perhitungan ...
(1) jumlah hari dalam lima tahun terakhir
(2) jumlah hari dalam lima tahun dibagi dengan bilangan tujuh
(3) menghitung mundur dari sisa pembagian
6. Andri pergi sekolah pada pukul 06.30 tiba di sekolah pukul 06.55. Berapa lama perjalanan
Andri? Model matematika yang dapat dibuat dari soal tersebut adalah ...
(1) 06.55 – 06.30 = ...
(2) 06.30 + x = 06.55
(3) 06.55 – x = 06.30
7. Aplikasi apakah untuk menyelesaikan soal berikut ini. Berapakah luas daerah lingkaran yang
berdiameter 10 cm.
(1) memcari jari-jari lingkaran
(2) menerapkan rumus
(3) menerapkan rumus
8. Pertandingan sepak bola Piala Dunia 2006 yang diikuti oleh 32 peserta dan dibagi dalam 8
group. Berapa peratandingan yang terjadi pada putaran pertama (yang diikuti oleh 32
kesebelasan yang dibagi dalam 8 group). Proses untuk menyelesaikan soal tersebut adalah ...
(1) menghitung jumlah pertandingan dalam satu group
(2) mengalikan dengan delapan
(3) menetapkan pemenang-pemenang pertandingan
9. Seorang petani akan menyebrangi jembatan dengan membawa rumput, kambing, dan srigala.
Dalam menyebrangi jembatan dia hanya dapat membawa satu jenis benda (misalnya hanya rumput
saja, atau kambing saja, atau srigala saja). Bagaimana caranya petani tersebut menyebrangi
jembatan agar rumput tidak dimakan kambing dan kambing tidak dimakan srigala sewaktu
ditinggalkan
(1) menyebrangkan kambing dan menyimpannya.
(2) menyebrangkan srigala dan mebawa kembali kambing yang sudah disebrangkan
(3) menyebrangkan rumput dan terakhir menyebrangkan kambing
10. Manusia yang diperlukan di masa yang akan datang adalah manusia yang ...
(1) berani menerima tantangan
(2) mampu berkompetisi
(3) terampil menyelesaikan masalah
Cocokanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian
akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di
bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar .
Rumus:
Jumlah jawaban anda yang benar
Tingkat penguasaan = —————————————— x 100 %
10
Kalau tingkat penguasaan Anda di atas 80 %, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar
2. Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan
Belajar 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
D i dalam menyelesaikan masalah kita harus bekerja keras menerima tantangan untuk
menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Berbagai macam kemampuan berpikir yang
kita miliki, seperti: ingatan, pemahaman dan penerapan berbagai teorema, aturan, rumus, dalil, dan
hukum akan sangat membantu dalam penyelesaian suatu masalah matematika yang kita hadapi.
Kemampuan dalam pemecahan masalah termasuk suatu ketrampilan, karena dalam pemecahan
masalah melibatkan segala aspek pengetahuan (ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis,
dan evaluasi) dan sikap mau meneriam tantangan.
Seseorang yang sedang menghadapi masalah matematika harus ingat, mengerti, dan dapat
menerapkan terhadap hal-hal yang terkait dengan masalah yang sedang dihadapinya. Misal, jika ia
sedang melakukan pembelian suatu barang maka ia harus ingat terhadap konsep operasi hitung
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Contoh 1.8.
Amir membeli telur 2 kg dengan harga perkilogram Rp. 8.000,00. Berapa rupiah Amir harus
membayar?
Dalam contoh tersebut operasi hitung yang terlibat adalah “2 x 8000 atau 8000 + 8000”.
Contoh 1.9.
Amir membeli 2 kg telur, lantas Amir membayarnya Rp. 16.000,00. Berapakah harga 1 kg
telur?
Untuk kasus tersebut operasi hitung yang terlibat adalah pembagian, yaitu “2 x n = 16000 ;
16000 : 2 = n”.
Contoh 1.10.
Amir mengetahui harga 1 kg telur Rp. 8.000,00 lantas ia mengambil satu kantong yang
harganya Rp. 16.000,00. Berapa kg Amir membeli telur?
Untuk masalah ini operasi hitung yang terkait adalah operasi hitung pembagian atau
pengurangan, yaitu: “16000 : 8000 atau 16000 – 8000 – 8000”.
Lebih jauh lagi seorang yang sedang menghadapi masalah matematika harus dapat menganalisis,
mengsintesis, dan mengevaluasi hasil kinerjanya sehingga ia yakin benar akan hasil kinerjanya.
Beberapa keterampilan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah antara lain
adalah: (1) memahami soal, (2) memilih pendekatan atau strategi pemecahan, (3) menyelesaikan
model, dan (4) menafsirkan solusi.
Dalam memahami soal, kita harus memahami dan mengidentifikasi apa fakta atau informasi
yang diberikan, apa yang ditanyakan, diminta untuk dicari, atau dibuktikan. Dalam memilih pendekatan
atau strategi pemecahan, misalkan mengambarkan masalah dalam bentuk diagram, memilih dan
menggunakan pengetahuan aljabar yang diketahui dan konsep yang relevan untuk membentuk model
atau kalimat matematika. Dalam menyelesaikan model, kita melakukan operasi hitung secara benar
dalam menerapkan strategi, untuk mendapatkan solusi dari masalah. Dan menafsirkan solusi, yaitu
kita harus memperkirakan dan memeriksa kebenaran jawaban, masuk akalnya jawaban, dan apakah
memberikan pemecahan terhadap masalah semula. Berikut adalah diagram alur matematika sebagai
cara memecahkan masalah yang dikutip dari Pusat Kurikulum Depdiknas (2003), seperti berikut ini.
SITUASI MASALAH
SOLUSI
ATAU SOAL NYATA
pemeriksaan
Penyederhanaan hasil interpretasi transformasi
matematisasi
MODEL
PERUMUSAN MATEMATIKA
MASALAH
Pada diagram pemecahan masalah di atas, soal atau masalah nyata disederhanakan (simplifikasi)
kemudian dirumuskan atau diformulasikan ke dalam soal yang bisa diselesaikan secara matematika,
lalu proses matematisasi yaitu proses menyatakan soal ke dalam bahasa matematika sehingga
diperoleh model matematika. Melalui transformasi atau penyelesaian secara matematis diperoleh
solusi (jawab atau pemecahan) dari model matematika. Solusi ini kemudian ditafsirkan atau
diinterpretasikan sebagai penyelesaian masalah matematikanya. Kita, sebagai pemecah masalah perlu
memeriksa kebenaran atau masuk akalnya jawaban terhadap masalah semula.
Kita perlu perencanaan yang berupa langkah-langkah sistematik untuk menyelesaikan masalah
tersebut.Untuk memahami suatu masalah kita dapat membuat pertanyaan-pertanyan sebagai berikut:
a. Bacalah dan bacalah berulang kali masalah tersebut. Pahami kata demi kata, kalimat demi kalimat.
b. Identifikasi apa yang diketahui dari masalah tersebut
c. Identifikasi apa yang hendak dicari
d. Abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan
e. Jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya menjadi berbeda dengan
masalah yang kita hadapi.
Contoh 1.11.
Ali menyimpan baju dalam almari yang berwarna putih dan biru, di dalam almari tersebut
ada delapan baju berwarna putih dan dua baju berwarna biru. Berapa baju yang harus
diambil Ali paling sedikit dari dalam almari tersebut dengan tanpa melihat (ruangan dalam
keadaan gelap), sehingga ia mendapatkan dua baju yang sama warnanya?
Jawab:
Data yang tidak relevan adalah banyaknya baju dalam almari, sedangkan data yang relevan
adalah 8 baju putih dan 2 baju biru. Analisis! Apa yang akan terjadi jika Ali mengambil dua
baju, tentu bisa sama atau bisa berbeda, jika berbeda warna maka Ali harus mengambil satu
baju lagi. Jadi ali perlu mengambil tiga baju sekali-gus.
Di dalam merencanakan penyelesaian masalah seringkali diperlukan kreativitas. Sejumlah strategi
dapat membantu kita untuk merumuskan suatu rencana penyelesaian suatu masalah. Strategi tersebut
antara laian: membuat tabel, membuat gambar, menduga, mencoba, memperbaiki, mencari pola,
mengguanakan penalaran, menggunakan variabel, membuat persamaan, mengunakan algoritma,
menggunakan sifat-sifat bilangan, menggunakan rumus, menggunakan informasi yang diketahui untuk
mengembangkan informasi baru. Pada pelaksanaan pemecahan masalah strategi-strategi tersebut
tidak berdiri sendiri, melainkan dapat digunakan lebih dari satu strategi. Berikut adalah contoh-
contoh penyelesaian pemecahan soal/masalah.
(1) Membuat Tabel
Contoh 1.12.
Harga satu buku Matematika Rp 8.000,00 dan harga satu buku IPA Rp 7.000,00. Amin
membeli 10 buku Matematika dan buku IPA, ia membayarnya Rp 74.000,00. Berapakah
Amin membeli buku Matematika dan Berapakah buku IPA?
Jawab. Susunan Harga Harga
Matematika IPA Matematika IPA Total
1 9 8000 63000 71000
2 8 16000 56000 72000
3 7 24000 49000 73000
4 6 32000 42000 74000
5 5 40000 35000 75000
6 4 48000 28000 76000
7 3 56000 21000 77000
8 2 64000 14000 78000
9 1 72000 7000 79000
Jadi, dengan melihat tabel di atas Amin membeli buku Matematika sebanyak 4 buku dan buku IPA
sebanyak 6 buku.
Contoh 1.13.
Hasil Tes Formatif Matematika kelas VI SD Sukamaju sebagai berikut: 5, 5, 6, 6, 7, 8, 9, 6,
7, 8, 9, 9, 4, 5, 6, 7, 8, 6, 7, 8, 9, 8, 8, 6, 6. Berapakah rata-ratanya dan berapa persen
yang mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 7?
Jawab Kumulatif %
Nilai Jml Kumulatif f
f.x %
(x) (f)
Atas Bawah Atas Bawah
4 1 4 4 1 25 4 100
5 3 15 12 4 24 16 96
6 7 42 28 11 21 44 84
7 4 28 16 15 14 60 56
8 6 48 24 21 10 84 40
9 4 36 16 25 4 100 16
17 10
Jumlah 25=N 3 0
Rata-rata =
∑ f.x = 173 = 6.92
N 25
Yang mendapat nilai ≥ 7 adalah 14 orang atau 56 %
5
13 7
Jawab
Coba-cobalah dengan cara menduga berbagai kemungkinan dan memperbaikinya jika terjadi
kesalahan.
20
x 200000 = 250000
16
Jadi harga 20 buku adalah Rp 250.000,00
Contoh 1.19.
Perhatikan gambar berikut !
Berapakah rupiah harga sebuah gunting dan sebuah pulpen?
Rp. 357.000,00
Rp. 266.000,00
Jawab
Misalkan harga sebuah gunting = x dan harga sebuah pulpen = y, maka didapatkan 2
persamaan:
(1) 4x + 3y = 266000 (kalikan dengan 2)
(2) 3x + 6y = 357000
(1) 8x + 6y = 532000
(2) 3x + 6y = 357000 –
5x + 0 = 175000
x = 35000
x = 35000 masukan ke salah satu persamaan (1) atau (2)
Persamaan (1) 4x + 3y = 266000
4(35000) + 3y = 266000
140000 + 3y = 266000
3y = 126000
y = 42000
Pemeriksaan: 4(35000) + 3(42000) = 266000 pernyataan yang benar
Jadi harga gunting (x) = Rp 35.000,00 dan harga sebuah pulpen (y) = Rp 42.000,00
II III
Jawab
Volume Balok (I): Panjang 5 m, lebar 10 m, tinggi 3 m
Rumus: p x l x t
25 x 10 x 3 = 750 m3
Volume Balok (II): 5 x 10 x (3-1) = 100 m3
( 25 − 5) x (10) x (3 − 1) 20 x10 x 2
Volume Setengah Balok (III) : = = 200m 3
2 2
(Volume I) – (Volum II) – (Volume III) = 750 – 100 – 200 = 450 m3
450 m3 = 450.000 dm3 = 450.000 liter
Jadi Air yang dibutuhkan untuk memenuhi kolam renang tersebut adalah 450.000 liter.
A
B C
Misalkan AB = 3 m, AC = 8 m, dan BE = 2 m
Berlaku:
AB BE AE
= =
AC CD AD
3 2
=
8 CD
3 CD = 16
1
CD = 5 m
3
1
Jadi panjang CD (tiang bendera) = 5 m. Karena tali yang diperlukan untuk mengerek
3
1
bendera sebanyak dua kali lipat, maka tali yang diperlukan haruslah 2 x 5 =
3
16 32 2
2x = = 10 m
3 3 3
1. Sebidang persegi panjang salah satu sisinya 4 m, sedangkan sisi yang lain panjangnya dua kali
lipat. Berapakah luas dan kelilingnya?
Dari soal tersebut, informasi apa yang diberikan, apa yang hendak diketahui, dan sebutkan rumus
yang terkait !
2. Amir dan Budi dua saudara. Amir dan Budi menabung di celengan yang sama hingga mencapai
Rp 320.000,00. Amir merasa telah memasukan uang Rp 170.000,00, sedangkan Budi merasa
telah memasukan uang sebesar Rp 220.000,00. Setelah bermusyawarah mereka setuju untuk
membagi sama sisa uang yang menjadi milik bersama. Berapakah hasil tabungan mereka masing-
masing?
3. Ayah dan Anak mencangkul bersama-sama sebidang tanah menghabiskan waktu 6 jam, sedangkan
kecepatan bekerja Ayah tiga kali lipat dari pada Anaknya. Berapa waktu yang diperlukan jika
pekerjaan itu diselesaikan secara terpisah, baik oleh Ayah maupun oleh Anaknya?
4. Dua tahun yang lalu umur Ayah 6 kali umur anaknya, dan 18 tahun kemudian umur Ayah akan
menjadi dua kali umur anaknya. Tentukan umur mereka masing-masing!
1. Informasi yang diberikan: panjang sisi 4 m dan sisi lain 2.(4 m)= 8 m
Yang hendak diketahui: Luas dan keliling persegi panjang
Rumus yang terkait: Luas = panjang x lebar
Keliling = 2 (panjang) + 2 (lebar)
2. Dengan membuat gambar didapat:
Budi
Amir
70.000 150.000
100.000
4y = 28
y=7
Untuk y = 7 persamaan (1) = x – 6(7) = -10
x = 32
Jadi umur Ayah sekarang 32 tahun dan umur Anaknya 7 tahun
A B
C D
3. Ayah telah mempunyai pagar sepanjang 40 m untuk memagari kandang itik (berbentuk
persegipanjang) di belakang rumahnya ada tembok belakang dapat dijadikan salah satu sisi
persegi panjang. Berapakah ukuran yang dapat dibuat agar ukuran luas persegi panjang tersebut
yang paling luas?
Salah satu sisi persegipanjang tersebut adalah ...
A. 5 m C. 12 m
B. 10 m D. 15 m
4. A dan B berjalan mengelilingi lapangan sepak bola yang kelilingnya 1 km. A membutuhkan waktu
6 menit sedang B membutuhkan 10 menit. Apabila mereka start dan dalam waktu yang sama,
dalam berapa menit mereka berpapasan jika mereka start dalam berlawanan arah?
A. 3 menit C. 3,75 menit
B. 3,5 menit D. 4 menit
5. Seorang Bapak meninggal dunia dengan meninggalkan ahli waris: seorang Istri, 2 anak laki-laki,
dan 3 anak perempuan. Harta peninggalannya berupa 1 ha tanah dan uang sebesar Rp.
1
100.000.000,00. Jika istri mendapat dari total harta peninggalan, sedangkan anak laki-laki
8
mendapat dua bagian dibanding anak perempuan dari sisa harta. Berapakah bagian masing-
masing (istri, anak laki-laki, dan anak perempuan).
Yang diketahui (informasi) dari soal tersebut adalah sebagai berikut, kecuali ...
A. Keluarga yang ditinggalkan anak dan istri
B. Harta yang ditinggalkan tanah 10000 m2 dan uang 100 juta rupiah
C. Istri mendapat seperdelapan bagian
D. Satu orang anak laki-laki mendapat 25 juta rupiah dan 2500 m2
6. Seorang pengusaha sewaan becak dan sepedah tidak ingin tetangganya mengetahui berapa banyak
becak dan sepedah yang ia punyai secara khusus, maka ketika tetangganya bertanya, ia
menjawab, “Aku mempunyai 69 becak dan sepedah sedangkan jumlah bannya 183”. Berapakah
banyaknya becak dan berapakah banyak sepedah yang dipunyai pengusha tersebut ?
Strategi untuk menyelesaikan soal tersebut adalah sebagai berikut, kecuali ...
A. harus menggambar becak dan sepeda
B. menggunakan dua variabel
C. membuat dua persamaan
D. menyelesaikan persamaan dengan menggunakan teknik eliminasi
7. Tanah yang berbentuk persegi panjang mempunyai keliling 50 m dan luasnya 150 m2. Berapakah
panjang dan lebarnya?
Untuk menyelesaikan soal tersebut adalah sebagai berikut, kecuali ...
A. mengetahui rumus keliling dan luas persegi panjang
B. membuat persamaan berdasarkan apa yang diketahui
C. menyelesaiakan persamaan kuadrat yang terbentuk oleh operasi aljabar
D. memperkirakan panjang dan lebarnya
8. Persamaan kuadrat yang terbentuk dari gambar di bawah ini adalah ...
A. x2 + 14 x – 480 = 0
B. x2 + 14 x – 34 = 0
34
x + 14 C. x2 + 14 x + 34 = 0
D. x2 + 14 x + 480 = 0
x
9. Berapa bulan yang diperlukan untuk membayar hutang Rp 1.000.000,00, bila bulan pertama
dibayar Rp 25.000,00, bulan kedua Rp 30.000,00, bulan ketiga Rp 35.000,00 dst.
A. 15 bulan C. 20 bulan
B. 16 bulan D. 25 bulan
10. Ada berapa cara dua hadiah dapat diberikan kepada 10 konstestan apabila kedua hadiah tidak
boleh jatuh kepada orang yang sama.
A. 10 cara
B. 20 cara
C. 90 cara
D. 100 cara
Cocokanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian
akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di
bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar .
Rumus:
Jumlah jawaban anda yang benar
Tingkat penguasaan = —————————————— x 100 %
10
Kalau tingkat penguasaan Anda di atas 80 %, Anda siap untuk ujian akhir semester Tetapi bila
tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.
KUNCI JAWABAN
Tes Formatif 1
1. A
2. C
3. D
4. A
5. D
6. D
7. A
8. A
9. D
10. D
Tes Formatif 2
1. B
2. C
3. B
X 5 10 12 15
Luas 150 200 192 150
Sn =
n
[2a + (n − 1)b]
2
1.000.000 =
n
[2(25.000) + (n − 1)5.000]
2
1.000.000 =
n
[50.000 + 5.000n − 5.000]
2
1.000.000 =
n
[45.000 + 5.000n]
2
1.000.000 = 22.500n + 2.500n2
n2 + 9n – 400 = 0
n = 16 atau n = -25
Jadi n yang mungkin adalah 16 (banyaknya bulan untuk membayar hutang Rp 1.000.000,00
10. C Tahap pertama ada 10 cara, dan tahap kedua ada 9 cara, sehingga jumlah seluruhnya
adalah 10 x 9 = 90
GLOSARIUM
algoritma : suatu tata cara yang sistematis untuk menemukan jawaban dari suatu
soal. Setiap langkah harus jelas letaknya.
aplikasi : penerapan
identifikasi : 1. tanda kenal diri; bukti diri; 2. penentu atau penetapan identitas seseorang, benda,
dsb
interpretasi : menterjemahkan
komprehensif : pemahaman
matematisasi : proses mengubah kalimat biasa ke model matematika
non rutin : tidak biasa
rutin : biasa
simplikasi : menyederhanakan
solusi : penyelesaian
transformasi : perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dsb)
translasi : terjemahan
variabel : sesuatu yang belum tentu
DAFTAR PUSTAKA
Billstein, Rick, Shlomo Lebeskind, Johnny W. Lott. A Problem Solving Approach to Mathemat-
ics For Elementary School Teachers (Fifth Edition). Addison-Wesley Publishing
Company. TT
Herman Hudoyo dan Akabar Sutawidjaja (1996/1997), Matematika, Depdikbud, Jakarta.
Pusat Kurikulum Depdiknas, Kurikulum Matematika Sekolah Dasar tahun 2004
Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika (2001), Common Text Book Strategi Pembelajaran
Matematika Kontempor. UPI, Bandung
Wheeler, R.E. (1992). Modern Mathematics. Belmont, CA: Wadsworth.
PEMBELAJARAN
PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA
P
eranan guru dalam proses pembelajaran di tingkat sekolah dasar sangat penting adanya,
karena siswa belum menyadari akan pentingnya belajar dan mereka belum bisa berpikir
secara formal. Oleh karena itu masyarakat umum sering beranggapan, bahwa keberhasilan
belajar siswa di tingkat sekolah dasar banyak ditentukan oleh gurunya.
Seorang guru yang profesional hendaknya mengenali secara baik komponen-komponen
pembelajaran, karena itulah pembahasan pada bahan belajar mandiri ini akan difokuskan pada
komponen-komponen pembelajaran, seperti: Tujuan dan karakteristik matematika, kendala dalam
belajar matematika, karakteristik siswa sekolah dasar, metode pembelajaran, dan hasil pembelajaran.
Secara khusus tujuan yang akan dicapai setelah belajar bahan belajar mandiri ini, Anda dapat:
1. menjelaskan tujuan belajar matematika
2. menjelaskan karakteristik materi matematika
3. menjelaskan kendala yang sering ditemukan dalam belajar matematika
4. menjelaskan karakteristik siswa sekolah dasar
5. menyebutkan berbagai metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika.
6. menjelaskan hasil belajar matematika
Agar Anda berhasil dengan baik dalam mempelajari bahan belajar mandiri ini, ikutilah petunjuk-
petunjuk berikut ini.
1. Bacalah dengan baik pendahuluan bahan belajar mandiri ini sehingga Anda memahami tujuan
mempelajari bahan belajar mandiri ini dan bagaimana mempelajarinya.
2. Bacalah bagian demi bagian materi yang ada dalam bahan belajar mandiri ini, kalau perlu tandai
kata-kata/kaliamat yang dianggap penting. Ucapkan dalam bahasa sendiri kata/kaliamat yang
ditandai tersebut.
3. Pahami pengertian demin pengertiandari isi bahan belajar mandiri ini dengan mempelajari contoh-
contohnya, dengan pemahaman sendiri, tukar pikiran (diskusi) dengan kawan mahasiswa atau
oarang lain.
4. Susunlah ringkasan bahan belajar mandiri ini dengan bahasa sendiri.
5. Kerjakan soal-soal latihan dalam bahan belajar mandiri ini tanpa melihat petunjuk penyelesaiannya
lebih dulu. Apabila mendapat jalan buntu, barulah Anda melihat petunjuk penyelesaiannya. Jawaban
Anda tidak perlu sama dengan petunjuk yang diberikan, karena kadang-kadang banyak cara
yang dapat kita lakukan dalam menyelesiakan suatu permasalahan.
6. Kerjakan soal-soal tes formatif untuk mengukur sendiri tingkat penguasaan Anda akan isi bahan
belajar mandiri ini.
M atematika adalah salah satu alat berpikir, selain bahasa, logika, dan statistika
(Suriasumantri, 1999 : 167). Di pihak lain matematika merupakan ilmu yang berperan
ganda, yakni sebagai raja dan sebagai pelayan ilmu. Sebagai raja, matematika merupakan bentuk
logika paling tinggi yang pernah diciptakan oleh pemikiran manusia, sedangkan sebagai pelayan,
matematika menyediakan sistem logika serta model-model matematika dari berbagai segi kegiatan
keilmuan. Menurut Russeffendi, matematika sebagai: ilmu deduktif, bahasa, seni, ratunya ilmu, ilmu
tentang struktur yang terorganisasikan, dan ilmu tentang pola dan hubungan (Ruseffendi, 1997 : 73-
74)
Matematika disebut ilmu deduktif, sebab dalam matematika tidak menerima generalisasi yang
berdasarkan pada observasi, eksperimen, coba-coba (induktif) seperti halnya ilmu-ilmu lain.
Kebenaran generalisasi dalam matematika harus dapat dibuktikan secara deduktif.
Matematika adalah bahasa, sebab matematika merupakan bahasa simbol yang berlaku secara
universal (internasional) dan sangat padat makna dan pengertian. Sebagai seni, dalam matematika
terlihat adanya keteraturan, keterurutan dan konsisten, sehinga matematika indah dipandang dan
diresapi seperti hasil seni. Sedangkan sebagai ratunya ilmu, matematika adalah bahasa, ilmu deduktif,
ilmu tentang keteraturan, ilmu tentang sruktur yang terorgasisaikan dengan baik dan merupakan
pelayan ilmu lainnya.
Soedjadi (2000) memberikan enam definisi atau pengertian tentang matematika, yaitu: (1)
Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir dengan baik, (2) Matematika
adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi, (3) Matematika adalah pengetahuan tentang
penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan, (4) Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta
kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk, (5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-
struktur yang logik, dan (6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
(1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan
penyelidikian, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan
inkonsistensi.
(2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan
mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan,
serta mencoba-coba.
(3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
(4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara
lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan
Dari tujuan di atas jelaslah bahwa belajar matematika tidak sekedar dapat menyelesaian suatu
soal melalui berbagai operasi hitung, tetapi lebih jauh dari itu, seperti yang telah disebutkan di atas.
Seorang guru dituntut untuk dapat memilih strategi atau pendekatan model proses pembelajaran
yang dapat diartikan sebagai perbuatan, atau suatu kebijakan dari guru yang menyangkut penyajian
materi pelajaran supaya anak didik atau siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kebijakan itu
mencakup kegiatan guru, kegiatan siswa dan interaksi antara guru dan siswa. Hal tersebut sesuai
dengan perannya, yaitu sebagai: (1) demonstrator, (2) pengelola kelas, (3) mediator dan fasilitator,
dan (4) evaluator.
Sesuai dengan profesinya yang berhubungan dengan pengelola kelas (pengelola pembelajaran),
seorang guru dituntut untuk mengembangkannya, yaitu harus menyadari bahwa profesinya menuntut
kompetensi atau kemampuan yang lebih. Adapun yang berhubungan dengan kompetensi atau
kemampuan guru, yaitu: (1) Mengembangkan kepribadian; (2) Menguasai landasan kependidikan;
(3) Menguasai bahan pengajaran; (4) Menyusun program pengajaran; (5) Melaksanakan program
pengajaran; (6) Menilai hasil dan proses belajar-mengajar yang telah dilaksanakan; (7)
Menyelenggarakan program bimbingan; (8) Menyelenggarakan administrasi sekolah; (9) Berinteraksi
dengan sejawat dan masyarakat; dan (10) Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan
pengajaran.
Adapun kemampuan yang secara langsung terlibat dalam proses pembelajaran adalah: (1)
menguasai bahan pengajaran; (2) menyusun program pengajaran; (3) melaksanakan program
pengajaran, dan (4) menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Dalam menguasai bahan pengajaran, berdasarkan kurikulum SD 2004 guru dituntut menguasai
kemampuan matematika yang dipilih dalam Standar Kompetensi. Kompetensi tersebut dirancang
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa agar dapat berkembang secara optimal, serta
memperhatikan pula perkembangan pendidikan matematika di dunia sekarang ini. Untuk mencapai
kompetensi tersebut dipilih materi-materi matematika dengan memperhatikan struktur keilmuan, tingkat
kedalaman materi, serta sifat esensial materi dan keterpakaiannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara
rinci, standar kompetensi tersebut, adalah sebagai berikut, yaitu:
(1) Bilangan, yang mencakup: melakukan dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam
pemecahan masalah dan menaksir operasi hitung
(2) Pengukuran dan Geometri, yang mencakup: mengidentifikasi bangun datar dan bangun ruang
menurut sifat, unsur, atau kesebangunannya, melakukan operasi hitung yang melibatkan keliling,
luas, volume, dan satuan pengukuran, menaksir ukuran (misal: panjang, luas, volume) dari benda
atau bangun geometri, menentukan dan menggambarkan letak titik atau benda dalam sistem
koordinat
(3) Pengelolaan Data, yang mencakup: Mengumpulkan, menyajikan, dan menafsirkan data (ukuran
pemusatan data)
Pembelajaran pemecahan masalah matematika dapat dikatakan sebagai muara dalam belajar
matematika, sebab berbagai aspek (kognitif, afektif,dan psikomotor) terlibat di dalamnya. Misalnya,
jika kita sedang mengahadapi permasalahan dengan pengukuran luas/keliling suatu bangun geometri,
dibutuhkan aspek kognitif seperti pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi rumus. Di pihak lain kita
dituntut untuk menerima permasalahan sebagai suatu tantangan yang harus dicarikan solusinya, dan
akhirnya kita harus mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pemecahan masalah dalam bentuk
perbuatan yang nyata.
Tahap (5) dari contoh di atas merupakan bentuk abstraks, karena kalimat matematika “2 + 3 =
5” dapat diterapkan dalam berbagai kasus
Di pihak lain, orang (siswa) yang akan belajar matematika harus memiliki “hukum kekekalan”,
jika tidak memiliki hukum kekekalan, maka siswa belajar matematikanya melalui hafalan (Ruseffendi,
1992). Hukum kekekalan tersebut adalah hukum kekekalan: materi, bilangan, panjang, luas, berat,
dan isi.
Hukum kekekalan materi sudah ada pada diri siswa ditandai dengan adanya persepsi bahwa
benda-benda itu tidak berubah walaupun bentuk wadahnya berubah-ubah. Perhatikan contoh
gambar di bawah ini. Manakah yang lebih banyak isinya antara bentuk bangun ruang A atau B?
A
B
Jika siswa/anak mengatakan (berpendapat) bahwa bangun ruang A yang lebih banyak, maka
pertanda siswa/anak tersebut belum memilki kekekalan materi.
Hukum kekekalan bilangan sudah ada pada diri siswa ditandai dengan adanya persepsi bahwa
jumlah benda tertentu tidak berubah jumlahnya jika ditempatkan dengan berbagai cara, misalnya
dalam dua wadah, tiga wadah, dan sebagainya. Perhatikan gambar berikut, daerah manakah yang
lebih banyak jumlah kelerengnya?
A
B
Jika siswa/anak menyebutkan bahwa daerah B yang paling banyak kelerengnya, maka pertanda
anak belum memiliki hukum kekekalan bilangan. Untuk mempercepat siswa memiliki hukum kekekalan
bilangan, latihlah siswa dengan percobaan percobaan seperti berikut.
Bagaimana caranya agar kita memiliki 10 kelereng?
Kemungkinan jawaban adalah sebagai berikut:
Hukum kekekalan panjang sudah ada pada diri siswa ditandai dengan adanya persepsi bahwa
panjang suatu benda tidak berubah walaupun ditempatkan dengan berbagai cara, dibentangkan,
digulung, dan sebagainya. Perhatikan gambar berikut.
A
Dari ilustrasi di atas jika siswa berpendapat tali A yang paling panjang, maka pertanda siswa itu
belum memiliki hukum kekekalan panjang. Untuk mempercepat siswa memiliki hukum kekekalan
panjang, lakukan percobaan-percobaan mengukur benda-benda dengan berbagai satuan ukuran
yang lebih kecil. Satuan ukuran yang baku adalah metrik (meter), inchi, foot, yard, dan mil. Untuk
tahap pertama anak belajar satuan panjang gunakan satuan ukuran yang sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, seperti di Indonesia yang sering digunakan adalah meter, digambarkan dalam
tangga metrik yang menggambarkan besarnya konversi dengan satuan metrik yang lainnya, yaitu:
km
hm
dam
m
dm
cm
mm
Hukum kekekalan luas sudah ada pada diri siswa ditandai dengan adanya persepsi bahwa luas
suatu daerah tidak berubah walaupun dibagi-bagi dalam beberapa bagian. Perhatikan contoh gambar
berikut.
Jika diberikan ilustrasi di atas lantas siswa berpendapat bahwa luas daerah B yang lebih luas,
maka pertanda siswa belum memiliki hukum kekekalan luas. Untuk menumbuhkan hukum kekekalan
luas, cobalah siswa diajak melakukan percobaan merakit suatu bangun datar yang terpisah menjadi
bangun-bangun datar baru yang merupakan satu kesatuan. Untuk tahap pertama anak belajar satuan
luas gunakan satuan ukuran yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti di Indonesia
yang sering digunakan adalah metrik persegi (m2) dan are, digambarkan dalam tangga metrik yang
menggambarkan besarnya konversi dengan satuan metrik yang lainnya, yaitu:
km2
km2
dam2
m2
dm2
cm2
mm2
Hukum kekekalan berat sudah ada pada diri siswa ditandai dengan adanya persepsi bahwa
berat suatu benda tidak berubah walaupun dibagi-bagi dalam beberapa bagian. Hukum kekekalan
berat akan tumbuh dan berkembang bila siswa sering melakukan percobaan menimbang berat suatu
benda dan membandingkan dengan berat benda lain yang lebih banyak jumlahnya, tetapi beratnya
sama. Suatu berat hanya dapat dirasakan, sebab benda yang kelihatannya besar belum tentu beratnya
juga besar. Misal, kapuk satu kilogram dengan besi satu kilogram, mana yang bentuknya besar?.
Satuan ukuran berat yang sering digunakan di Indonesia adalah: ton, kwintal (kw), kilogram (kg),
dan gram (g). Hati-hati penggunaan satuan berat ons, untuk di Indonesia satu ons = 100 gram, tetapi
untuk di dunia internasional satu ons = 28, 3 gram (Hollands, 1984)
Hukum kekekalan isi (volume) sudah ada pada diri siswa ditandai dengan adanya persepsi
bahwa isi suatu benda ruang tidak berubah walaupun terbagi-bagi dalam satuan yang lebih kecil.
Hukum kekekalan isi akan tumbuh dan berkembang bila siswa sering melakukan percobaan mengetahu
isi suatu benda dan membanding dengan isi benda lain yang lebih banyak jumlahnya, tetapi isinya
sama.
Adanya atau telah memiliki hukum kekekalan–hukum kekekalan tersbeut merupakan prasyarat
siswa untuk belajar matematika, maka dari itu seorang guru yang hendak memberikan pelajaran
matematika, perlu mengontrol/mendiagnosis terlebih dahulu siswa-siswanya akan kemampuan dasar
yang harus dimiliki. Jika hal ini tidak diperhatikan akan terdapat siswa yang kesulitan belajar
matematika secara formal.
1. Matematika disebut ilmu deduktif, sebab dalam matematika tidak menerima generalisasi yang
berdasarkan pada observasi, eksperimen, coba-coba (induktif) seperti halnya ilmu-ilmu lain.
Kebenaran generalisasi dalam matematika harus dapat dibuktikan secara deduktif
2. Ilmu matematika banyak memberikan sumbangan terhadap ilmu lain, seperti dalam ilmu ekonomi,
IPA, dan lain-lian. Penerapan rumus deret aritmatika pada perhitungan jumlah bunga yang
ditetapkan, menentukan waktu gerhana, dan sebagainya.
3. Melatih berpikir, mengembangkan kreativitas, mengembangakan kemampuan pemecahan
masalah, dan dapat berinteraksi secara efisien dan efektif
4. Guru menyediakan pasilitas belajar untuk siswa-siswanya, agar siswa belajar lebih efektif, seperti
menyediakan alat/media pembelajaran.
5. Tugas guru dalam mengajar antara lain: menguasai bahan pengajaran, menyusun program
pengajaran, melaksanakan program pengajaran, dan menilai hasil dan proses belajar mengajar
yang telah dilaksanakan.
6. Sebab belajar matematika bersifat abstraks, jika siswa tidak memiliki hukum kekekalan, maka
belajar siswa melalui hafalan.
Sebutan terhadap matematika adalah: ilmu deduktif, bahasa, seni, ilmu tentang
keteraturan, ilmu tentang struktur, dan pelayan terhadap ilmu lain.
Matematika SD berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur,
menurunkan dan menggunakan rumus matematika sederhana yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari melalui materi bilangan, pengukuran dan geometri. Matematika juga
berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui
model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik
atau tabel.
Tujuan pembelajaran matematika adalah:
1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan
penyelidikian, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten
dan inkonsistensi.
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan
dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi
dan dugaan, serta mencoba-coba
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan
gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam
menjelaskan gagasan
Peran guru sebagai:demonstrator, pengelola kelas, mediator dan fasilitator, dan evalu-
ator.
Guru dituntut untuk kompeten dalam: (1) Mengembangkan kepribadian; (2) Menguasai
landasan kependidikan; (3) Menguasai bahan pengajaran; (4) Menyusun program
pengajaran; (5) Melaksanakan program pengajaran; (6) Menilai hasil dan proses belajar-
mengajar yang telah dilaksanakan; (7) Menyelenggarakan program bimbingan; (8)
Menyelenggarakan administrasi sekolah; (9) Berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat;
dan (10) Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan
Materi pelajaran matematika termasuk materi yang yang abstraks, oleh karenanya
hanya orang-orang yang dapat berpikir abstraks saja yang dapat mempelajari matematika..
Di pihak lain, orang (siswa) yang akan belajar matematika harus memiliki “hukum kekekalan”,
jika tidak memiliki hukum kekekalan, maka siswa belajar matematikanya melalui hafalan.
Hukum kekekalan tersebut adalah hukum kekekalan: materi, bilangan, panjang, luas, berat,
dan isi.
4. Guru menyusun skenario pembelajaran termasuk tugas guru dalam bidang ....
A. membuat rencana pembelajaran C. mempersiapkan alat/media
B. menyusun materi pelajaran D. mengadakan evaluasi
5. Siswa dapat menjelaskan bahwa 5 + 6 = 11, 4 + 7 = 11, dan 8 + 3 = 11 juga. Anak tersebut
telah memiliki hukum kekekalan .....
A. materi C. isi
B. bilangan D. panjang
1 1 5
6. Guru menjelaskan konsep bigaimana + = dengan menggunakan garis bilangan, kegiatan
2 3 6
guru tersebut dapat dikategorikan penjelasan ....
A. konkrit C. abstrak
B. semi konkrit D. semi abstrak
7. Guru memperlihatkan bagai mana dengan menggunakan bangun lingkaran yang dibagi enam.
Kegiatan guru tersebut termasuk sebagai ....
A. Pengelola kelas C. Demonstrator
B. Fasilitator D. Evaluator
8. Melatih siswa untuk dapat memecahkan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari
merupakan muara dari belajar matematika, sebab ....
A. siswa telah belajar matematika
B. pemecahan masalah membutuhkan berbagai kemampuan
C. diberikan diakhir pelajaran
D. hanya siswa yang telah memahami konsep matematikalah yang dalat menyelesaikan
pemecahan masalah
9. Siswa oleh gurunya ditugaskan untuk mengukur panjang seutas tali yang panjangnya 2 meter.
Siswa A kebagian alat yang ukurannya 10 cm, Siswa B kebagian alat yang ukurannya 20 cm,
siswa C kebagian alat yang ukurannya 50 cm, dan siswa D mengukurnya dengan menggunakan
“jengkal” tangannya. Setelah mereka mengukur dan melaporkan hasilnya. Guru bertanya kepada
semua siswa, dengan pertanyaan “manakah hasil pengukuran yang benar”, dan siswa menjawab
masing-masing merasa benar. Fenomena tersebut menandakan bahwa siswa-siswa tersebut ....
A. belum mengetahui ukuran panjang
B. mempunyai pendirian yang kuat
C. belum memiliki hukum kekekalan panjang
D. belum mengetahui alat ukur yang baku
10. Guru yang hendak mengajarkan materi perkalian, prasyarat untuk mempelajari perkalian tersebut
adalah ...
A. siswa telah paham penjumlahan C. siswa telah paham pembagian
B. siswa telah paham pengurangan D. siswa telah paham konsep bilangan
Cocokanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian
akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di
bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar .
Rumus:
Jumlah jawaban anda yang benar
Tingkat penguasaan = —————————————— x 100 %
10
Kalau tingkat penguasaan Anda di atas 80 %, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar
2. Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan
Belajar 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
PEMBELAJARAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIKA
B elajar matematika tidaklah bermakna jika tidak dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari.
Karena dalam kegiatan kehidupan sehari-hari sering membutuhkan bantuan ilmu
matematika, misalnya dalam jual-beli, bertani, dan lain-lain. Karena memang matematika tumbuh
dan berkembang dari kehidupan sehari-hari manusia dengan segala aktivitasnya. Misalnya saja dalam
pekembangan bilangan, yang dimulai dari bilangan asli, bilangan cacah, bilangan bulat, bilangan rasional/
irrasional, bilangan khayal, dan bilangan kompleks muncul secara bertahap sesuai dengan kebutuhan
manusia terhadap bilangan.
Manusia primitif membilang dimulai dari 1, 2, 3, dan seterusnya (bilangan asli), tetapi setelah
ditemukan angka 0 (nol), maka kegiatan membilang pada dasarnya dimulai dari tidak ada, yaitu: 0,
1, 2, 3, ...(bilangan cacah). Karena kehidupan manusia makin kompleks dan berkembang adanya
hak milik, maka muncul bilangan bulat, seperi mempuanyai hutang sesuatu diartikan sebagai mempunyai
jumlah yang negatif dan sebaliknya jika mempunyai sesuatu diartikan mempunyai jumlah yang potitif,
dan antara mempunyai sesuatu dengan mempunyai hutang adalah tidak mempunyai sesuatu atau
dilambangkan dengan bilangan nol. Setelah itu berkembang bilangan rasional dan bilangan pecah,
1
karena suatu bilangan tidak selalu habis dibagi habis, seperti 1 dibagi 2, ditulis , 2 dibagi 3, ditulis
2
2 a
dan sebagainya. Di pihak lain ada bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk , seperti
3 b
2, 3, 5 dan lain sebagainya. Gabungan bilangan rasional dan irrasional dinamakan bilangahn
real (nyata). Seterusnya muncul bilangan khayal, seperti bilangan dalam bentuk akar negatif
( − 1, − 2 , − 4 dan sebagainya. Gabungan antara bilangan real dan khayal dinamakan bilangan
kompleks.
Siswa sekolah dasar dimulai kelas satu sudah sewajarnya dibekali dengan manfaat belajar
matematika dalam kehidupan sehari-hari, yaitu selalu mengaitkan materi pembelajaran dengan
kehidupan nyata yang terjadi dan yang sering dialami siswa.
Kemampuan kognitif siswa akan berkembang selaras dengan kematangannya, dan akan
berkembang dengan baik dan cepat jika dalam belajarnya sering dihadapkan terhadap permasalahan
kehidupan sehari-hari. Kita sebagai guru harus menyadari bahwa kemampuan manusia itu terbatas
dan tidak sama irama perkembangan mentalnya, maka dari itu sebagai guru harus menyesuaikan
pemberian materi pelajaran dengan kemampuan-kemampuan siswa-siswanya, seperti belajar dari
hal-hal konkrit menuju abstrak, dari sederhana ke kompleks, dan dari mudah ke sulit.
Siswa diajak menyelesaikan pemecahan masalah dari satu langkah ke penyelesaian masalah
yang membutuhkan banyak langkah yang disertai kemampuan memahami dan menangkap lebih banyak
vatiabel dan faktor dalam suatu masalah.
Tidak ada cara yang pasti bagai mana melatihkan pemecahan masalah kepada siswa, namun
ada petunjuk yang dapat membantu guru dalam membelajarkan siswanya kearah penggunaan
pendekatan pemecahan masalah matematika, agar siswa belajarnya terarah dan mendapat hasil yang
baik.
Perkalian : digandakan sebanyak ... kali, setiap ... terdiri dari ..., kegiatan yang berulang-
ulang (dalam jumlah yang sama),
Contoh 2.3:
• Pak Budi meminjam uang dari “Bank Keliling” sebanyak Rp 1.000.000,00 karena ia tak
mampu membayar dalam waktu satu tahun utangnya digandakan sebanyak 3 kali. Berapa
rupiah Pak Budi harus membayar utangnya jika dalam satu tahun tidak bisa membayar?
• Kelurahan Munjuljaya terdiri dari 2.500 Kepala Keluarga (KK), setiap harinya masing-
masing KK membuang sampah terdiri dari 1 kg. Berapa kg sampah yang terkumpul dalam
satu bulan?
• Kasir bank menghitung uang menggunakan jari-jarinya, dalam satu kali gerakan jari-jarinya
mampu mengambil empat lembar uang. Jika dia menggerakan jari-jarinya sebanyak 25 kali,
maka berapa lembar uang yang dia hitung?
(b) menjelaskan hubungan antara penjumlahan dengan pengurangan, perkalian dengan pembagian,
penjumlahan dengan perkalian, dan pengurangan dengan pembagian.
Contoh 2.5:
• Penjumlahan dengan pengurangan:
Jika a + b = c , berlaku c – a = b atau c – b = a
• Perkalian dengan pembagian:
Jika a x b = c , berlaku c : a = b atau c : b = a
• Penjumlahan dengan perkalian:
5+5+5+5=4x5
• Pengurangan dengan pembagian.:
10 – 2 – 2 – 2 – 2 – 2 = 10: 2
(c) melatih membaca pemahaman dari kalimat pendek dan sederhana ke kalimat panjang dan
kompleks.
Cobalah dengan menggunakan metode diskusi untuk membahas soal yang diberikan dengan
fokus isi pokok kalimat. Apakah topik/tema yang dibicarakan, informasi apa yang diberikan,
apa yang ditanyakan, dan sebagainya.
(d) bertanya kepada siswa tentang isi kalimat yang diberikan dalam contoh, tentang apa yang diketahui
atau data apa yang diberikan dan apa yang ditanyakan atau apa yang akan dicari.
Dalam hal ini guru yang mengajukan pertanyaan tentang isi kalimat yang dijadikan contoh.
(e) pada tahap awal, pembuatan paragrap cukup terdiri dari satu kalimat, dan jangan berbelit-belit
sehingga sulit dimengerti siswa.
Contoh:
Kasir bank menghitung uang menggunakan jari-jarinya.
Dalam satu kali gerakan jari-jarinya mampu mengambil empat lembar uang.
Dia menggerakan jari-jarinya sebanyak 25 kali.
Berapa lembar uang yang dia hitung?
Contoh 2.6:
(1) Penjumlahan dan pengurangan
Pada mulanya Ani mempunyai 5 buku, kemudian Ibunya memberi sejumlah buku sehingga
buku Ani sekarang menjadi 9 buku. Berapakah Ibu memberi buku kepada Ani?
Jawab
Tanyakan kepada siswa ada berapa buku yang tidak mempunyai pasangan seperti yang
digambarkan di atas dan buku yang tidak mempunyai pasangan tersebut merupakan buku
pemberian Ibu. Lantas bimbing siswa kearah model matematika yang terbentuk, seperti: 5
buku + .... buku = 9 buku atau 5 + ... = 9
Dari gambar sudah didapat bahwa buku yang tidak mempunyai pasangan sebanyak 4 buku,
dan itu adalah buku pemberian Ibu. Jadi kalimat matematika yang terbentuk adalah: 5 + 4 =
9
Jika strategi dengan pembuatan gambar telah dikuasai, meningkatlah kepada pembuatan
variabel, boleh dengan “x, y, n, m, dll”.seperti berikut ini.
Diketahui: Ani mempunya 5 buku
Setelah diberi Ibu menjadi 9 buku
Ditanyakan: Berapakah buku pemberian Ibu?
Jawaban:
Misalkan buku pemberian Ibu = x, maka
5+ x=9
5 + (-5) + x = 9 + (-5)
x=4
Jadi, buku pemberian Ibu sebanyak 4 buku
(2) Perkalian dan Pembagian
Di kelas tiga ada 20 meja yang disusun secara teratur, barisan terdepan ada 4 meja. Ada
berapa meja setiap baris ke belakang?
Jawab:
Membuat gambar
Barisan
depan
Dalam membuat gambar lakukan membuat meja barisan terdepan sebanyak 4 meja, lantas
buatlah gambar meja ke belakang sambil membilang sampai 20 meja. Sehingga gambar
akan seperti di atas. Meja sebanyak 5 ke belakang merupakan jawaban dari soal tersebut
Model matematikanya adalah: 4 x ... = 20 atau
Misalkan setiap baris meja kebelakang = m, maka 4 x m = 20
Jika kedua ruas dibagi dengan 4, maka m = 5
Jadi baris meja ke belakang ada 5 meja
(3) Operasi hitung campuran
Ibu belanja telur 4 kg dan terigu 3 kg, harga setiap kilogram telur Rp 8.000,00 dan harga
setiap kilogram terigu Rp 4.000,00. Ibu membayar dengan uang Rp 50.000,00. Berapakah
sisa uang Ibu?
Jawab
Diketahui
(a) 4 kg @ Rp 8.000,00
(b) 3 kg @ Rp 4.000,00
(c) Ibu membayar Rp 50.000,00
Ditanyakan berapa rupiah uang sisa (pengembalian)?
Model matematikanya:
50.000 – [(4 x 8.000) + (3 x 4.000)] = ...
50.000 – [ 32.000 + 12.000] = ...
50.000 – 44.000 = 6.000
Jadi sisa (pengembalian) uang Ibu adalah Rp. 6.000,00
Contoh 2.7:
Ina disuruh Ibu membeli sebanyak 10 telur, di perjalanan pulang telur yang dibeli tersenggol
temannya, ketika dihitung telur yang utuh tinggal 6 telur. Berapa butir telur yang pecah?
Jawab
Diketahui :
beli telur 10
Sisa telur 6
Ditanyakan:
Telur yang pecah
Jawab:
Alaternatif kalimat:
(1) (Semua telur yang dibeli) - (Sisa telur yang utuh) = (telur yang pecah)
(2) (Sisa telur yang utuh) + (telur yang pecah) = (Semua telur yang dibeli)
(3) 10 – 6 = ...
(4) 6 + ... = 10
Alternatif Pemecahan:
(1) Perlihatkan 10 benda (sebagai pemisalan telur) lantas ambil sebanyak 6, maka
sisanya 4 benda
(2) Perlihatkan 10 jari lantas hitung mundur sebanyak 6 kali bertepatan dengan melipat
jari, maka sisa jari yang belum telipat sebanyak 4.
(3) Gambarlah 10 telur lantas pasangkan dengan gambar 6 telur, maka 4 telus tidak
mempunyai pasangan
(4) Enam ditambah berapa agar mnejadi sepuluh? Hitung dimulai 6 sebanyak yang
dibutuhkan sehingga berhenti di 10, sambil mengacungkan jari.
(5) Jika siswa telah memahami konsep penjumlahan dan pengurangan, maka siswa
langsung dibimbing ke model matematika dan menyelesaikannya dengan aturan-
aturan tertentu.
Kesimpulan
Jadi telur yang pecah sebanyak 4 telur
Contoh 2.8:
Suatu bak mandi mempunyai panjang dua kali lebarnya, dan tingginya setengah dari lebarnya.
Jika luas alas bak itu 7.200 cm2 berakah liter isi bak air tersebut?
Diketahui
Panjang bak 2 kali lebar
1
Tinggi bak lebar
2
Luas = 7.200 cm2
Ditanyakan isi bak dalam liter
Jawab:
Gambar:
1
l
2
l
2l
Mencari ukuran bak
2 l x l = 7200
2 l2 = 7200
l2 = 3600
l= 3600
l = 60
Jadi lebar (l) = 60 cm
Karena lebar 60 cm, maka panjang (p) = 2 x 60 = 120 cm dan tingginya (t) adalah
1
x60 = 30 cm
2
Rumus volum (isi) bak (yang berbentuk balok) adalah p x l x t, yaitu: 120 cm x 60 cm x 30
cm = 216.000 cm3
Karena yang ditanyakan adalah dalam bentuk satuan liter, maka 216.000 cm3 = 216 dm3 =
216 liter
Jadi isi bak mandi tersebut adalah 216 liter.
Dari proses penyelesaian soal di atas, dapat dirinci langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Memahami soal, seperti yang terlihat dalam menyederhanakan soal dalam bentuk yang
diketahui dan ditanyakan.
(2) Membuat gambar bak mandi yang mempunyai panjang, lebar, dan tinggi. Dalam hal ini
harus ingat bahwa bentuk demikian adalah balok yang rumus isinya adalah: p x l x t
(3) Mencari ukuran bak yang didahului dengan menterjemahkan luas alas bak yang berbentu
balok, yaitu: panjang kali lebar dalam bentuk variabel l, seperti: 2 l x l = 7200
(4) Menjalankan operasi hitung, sehingga ditemukan ukuran lebar yang dimaksud.
(5) Mengaitkan hasil operasi hitung dengan pernyataan yang diketahui. Sepeti panjangnya
dua kali lebarnya dan tingginya setengah lebarnya. Sehingga ditemukan ukuran panjang
dan tinggi
(6) Karena panjang, lebar, dan tinggi sudah diketahui maka isi bak dapat diketahui dengan
menjalankan rumus isi (volumea) balok.
(7) Volum bak sudah diketahui tetapi membutuhkan transformasi dari bentuk cm3 ke liter
melalui dm3.
(8) Menyimpulkan isi bak air sebagai hasil proses sebelumnya.
Jelaslah, bahwa suatu proses penyelesaian masalah sangatlah kompleks dan banyak hal-hal
yang terkait, sehingga membutuh daya nalar yang cukup tinggi.
1. Perhatikan ilustrasi-ilustrasi berikut dan tentukan termasuk pada bilangan apa yang dimaksud?
a. Amin menghitung jumlah kambing peliharaannya dimulai dari 2, 4, 6, 8, dan 10.
b. Ahmad membagikan 5 roti kepada 2 orang temannya samaa banyak.
c. Ani menghitung panjang sisi-sisi daerah segitiga dengan menggunakan rumus: c2 = a2 + b2
d. Budi mempunyai meminjam uang di Bank Guna Usaha sebanyak Rp. 10.000.000,00
2. Pengetahuan apakah yang harus dimiliki oleh seorang pemasang ubin lantai agar jumlah ubin
yang akan dipasangkan diketahui secara pasti?
3. Ayah telah mempunyai pagar sepanjang 40 m untuk memagari kandang itik (berbentuk
persegipanjang) di belakang rumahnya ada tembok belakang dapat dijadikan salah satu sisi
persegi panjang. Berapakah ukuran yang dapat dibuat agar ukuran luas persegi panjang tersebut
yang paling luas?
Dari soal tersebut di atas apa saja yang diketahui yang menjurus kepada penyelesaian soal?
4. Hasil survei terhadap kelas enam yang terdiri dari 40 siswa, 22 orang menyenangi pelajaran
matematika, 21 orang menyenangi pelajaran IPA, 20 orang menyenangi pelajran IPS. 3 orang
menyenangi pelajaran Matematika dan IPA, 4 orang menyenangi pelajaran IPA dan IPS, 6
orang menyenangi pelajaran Matematika dan IPS, dan 5 orang yang menyenangi ketiga pelajaran
tersebut. Buatlah gambarnya!
3
8
9
5
6
4
IPS
5. a. Misalkan bilangan pertama n, maka bilangan keduanya adalah n + 1. Jadi model matematika
adalah : n + (n + 1) = 21
x
b. (5.000.000) = 500.000
100
c. Misalkan pensil adalah x dan spidol adalah y, maka model matematika adalah: 4x + 5y =
35000
d. KPK (5 dan 6) = .... dan KPK (8 dan 12) =
Belajar matematika tidaklah bermakna jika tidak dikaitkan dalam kehidupan sehari-
hari, misalnya dalam jual-beli, bertani, dan lain-lain. Karena matematika tumbuh dan
berkembang dari kehidupan sehari-hari manusia dengan segala aktivitasnya.
Beberapa keterampilan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah antara
lain adalah: (1) memahami soal, (2) memilih pendekatan atau strategi pemecahan, (3)
menyelesaikan model, dan (4) menafsirkan solusi.
2. Siswa yang belum siap belajar matematika, maka belajarnya akan seperti berikut, kecuali ...
A. melalui hafalan C. verbalisme
B. mendapat kesulitan D. melalui jari tangan
4. Memilih pendekatan atau strategi pemecahan masalah dilakukan setelah kita ....
A. Membaca soal C. membuat model matematika
B. memahami soal D. menyelesaikan perhitungan
5. Ungkapan yang dapat dikategorikan sebagai penjumlahan adalah sebagai berikut, kecuali ...
A. digabungkan C. ditempatkan dalam satu wadah
B. disatukan D. digandakan
6. Ungkapan yang dapat dikategorikan sebagai perkalian adalah sebagai berikut, kecuali ...
A. setiap ... terdiri dari ...
B. dilipat-gandakan
C. dipisah-pisahkan dalam bagian yang sama
D. pengulangan suatu kegiatan dalam jumlah yang sama
7. Suatu tabung berisi kerucut yang luas lingkarannya dan tingginya sama. Jika jari-jari lingkaran 5
cm dan tinggginya 10 cm, berapakah selisisih volume tabung dengan kerucutnya? Catatan
π = 3,14
A. 785 cm3
B. 523,33 cm3
C. 261,67 cm3
D. 261 cm3
8. Seorang peternak ayam dan sapi tidak ingin ternaknya diketahui secara pasti. Ketika ada yang
bertanya dengan pertanyaan “berapakah jumlah ayam dan sapi yang bapak miliki?”. Peternak
menjawab “Ternak saya jumlah kepalanya ada 11 sedangkan kaki-kakinya ada 34”. Sehubungan
dengan pernyataan peternak tersebut, maka jumlah ayam dan jumlah sapi dapat diketahui dengan
menggunakan pendekatan sebagai berikut, kecuali ...
A. dua variabel yang berbeda
B. membuat dua persamaan
C. melakukan subtitusi atau eliminasi pada dua persamaan yang dibuat
D. bertanya lagi dengan pertanyaan yang lebih khusus
9. Pada sebuah toko, baru terjual balpoin dan pensil harga sebuah balpoin Rp. 500,00 dan sebuah
pensil Rp. 400,00 sedangkan uang yang terkumpul sebanyak Rp.3.500,00. Berapakah balpoin
dan pensil yang terjual?
A. 2 pensil dan 4 balpoin C. 3 pensil dan 5 balpoin
B. 3 pensil dan 4 balpoin D. 4 pensil dan 4 balpoin
10. Jumlah dua bilangan sama dengan 12 dan hasil kalinya 27. Model matematikanya adalah ...
A. 2x + y = 12 dan 2 (2x + y) = 27 C. x – y = 12 dan x.y = 27
B. x = 12 - y dan x.y = 27 D. x + y = 12 dan 27 x = y
Cocokanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian
akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di
bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar .
Rumus:
Jumlah jawaban anda yang benar
Tingkat penguasaan = —————————————— x 100 %
10
Kalau tingkat penguasaan Anda di atas 80 %, Anda siap untuk ujian akhir semester Tetapi bila
tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.
KUNCI JAWABAN
Tes Formatif 1
1. C
2. B
3. D
4. A
5. B
6. D
7. C
8. B
9. C
10. A
Tes Formatif 2
1. A
2. D
3. B
4. B
5. D
6. C
πr 2 7. B
9. D Tidak perlu bertanya yang lebih khusus, karena data yang diberikan pada dasarnya
sudah cukup jika dikerjakan secara matematis, seperti berikut.
Misalkan Ayam = x dan jumlah kakinya = 2x
Misalkan Sapi = y dan jumlah kakinya = 4 y
Persmaan yang didapat adalah:
1. x + y = 11
2. 2x + 4y = 34
dengan cara substitusi didapatkan nilai x dan y, yaitu:
x = 11 – y (persamaan 1)
2(11 – y) + 4y = 34 (persamaan 2)
22 – 2y + 4y = 34
2y = 10
y=5
Jika y = 5, maka x = 6, hal ini sesuai dengan persamaan 1, karena 5 + 6 = 11 dan
2(5) + 4(6) = 34.
Y = 400
X = 500 1 2 3 4 5 6
1 900 1300 1700 2100 2500 2900
2 1400 1800 2200 2600 3000 3400
3 1900 2300 2700 3100 3500 3900
4 2400 2800 3200 3600 4000 4400
5 2900 3300 3700 4100 4500 4900
6 3400 3800 4200 4600 5000 5400
Jadi balpoin yang terjual sebanyak 3 buah dan pensil sebanyak 5 buah
10. B
GLOSARIUM
abtraks : tidak dapat diraba/dilihat, hanya dapat dipikirkan
affektif : sikap
deduktif : proses berpikir dari umum ke khusus
eksperimen : percobaan
ilmu eksak : ilmu pasti
induktif : proses berpikir dari khusus ke umum
kognitif : pengetahuan
kompeten : mampu
konkrit : nyata dapat dilihat, didengar dll
konsisten : ajeg/tatap
kuatitatif : jumlah
observasi : pengamatan
psikomotor : keterampilan
solusi : penyelesaian
DAFTAR PUSTAKA
Hollands, Roy. Kamus Matematika Erlangga, Jakarta: 1984.
Ruseffendi, E.T. (1997). Materi Pokok Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Universitas Terbuka.
Soedjadi, R. (2000) Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikti, Departemen
Pendidikan Nasional.
Suriasumantri, Jujun S. (1999). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
Sutawidjaja, Akabar. (1992/1993). Pendidikan Matematika 3. Depdikbud, Dirjen Dikti, PPTK:
Jakarta.
P
erkembangan ilmu dan teknologi telah merubah segala aspek kehidupan manusia. Sesuai
dengan perkembangannya, maka masalah-masalah itupun muncul dan semakin tak terbatas
jumlah maupun ragamnya. Maka dari itu kita sebagai guru harus mempersiapkan anak
didik/siswa kita untuk dapat menyesuaikan dengan kehidupan yang semakin kompleks itu, agar tetap
dapat hidup dalam kehidupan modern yang serba canggih. Karena kita yakin bahwa manusia-manusia
yang tangguh, cerdas dan kreatiflah yang dapat bersaing dalam kehidupan itu. Jika kita gagal dalam
mempersiapkan manusia-manusia yang berkualitas, apalah jadinya generasi penerus kita, apakah
akan menjadi “budak” bangsa lain? Tugas guru adalah tugas yang mulia, karena merupakan tugas
kemanusian, yang akan mengangkat drajat manusia dikemudian hari.
Kita sebagai guru harus dapat mencari program yang dapat memberi keluwesan dalam
kemampuan siswa untuk menyelesaikan permasalahan matematika, karena permasalahan yang akan
muncul bukan saja jumlahnya tak terbatas, tetapi juga belum dapat diidentifikasi. Untuk itu siswa
perlu dibekali bagaimana cara mengidentifikasi permasalahan, bagaimana menyederhanakan
permasalahan, bagaimana memilih langkah-langkah yang efisien, bagaimana menterjemahkan masalah,
bagaimana memodifikasi jawaban apabila ada data yang baru, dan bagaimana melatih siswa untuk
membuat masalah.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, guru perlu memilih strategi/metode bagaimana
mengadakan proses pembelajaran yang dapat membantu siswa menyelesaiakan pemecahan masalah
matematika.
Bahan belajar mandiri ini berisikan alternatif-alternatif yang dapat dipilih guru ketika merncanakan
kegiatan pembelajaran, terutama dalam memilih metode atau teknik pembelajaran yang berhubungan
dengan pembelajaran pemecahan masalah matematika.
Secara khusus tujuan belajar dari bahan belajar mandiri ini adalah sebagai berikut:
1. mahasiswa dapat memilih metode/teknik pembelajaran yang baik diterapkan dalam kasus (proses
belajar) tertentu.
2. mahasiswa dapat membuat perencanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode
yang yang cocok.
3. mahasiswa dapat membuat skenario pembelajaran yang mengacu pada pemecahan masalah
matematika.
Agar Anda berhasil dengan baik dalam mempelajri bahan belajar mandiri ini, ikutilah petunjuk-
petunjuk berikut ini.
1. Bacalah dengan baik pendahuluan bahan belajar mandiri ini sehingga Anda memahami tujuan
mempelajari bahan belajar mandiri ini dan bagaimana mempelajarinya.
2. Bacalah bagian demi bagian materi yang ada dalam bahan belajar mandiri ini, kalau perlu tandai
kata-kata/kaliamat yang dianggap penting. Ucapkan dalam bahasa sendiri kata/kaliamat yang
ditandai tersebut.
3. Pahami pengertian demin pengertiandari isi bahan belajar mandiri ini dengan mempelajari contoh-
contohnya, dengan pemahaman sendiri, tukar pikiran (diskusi) dengan kawan mahasiswa atau
oarang lain.
4. Susunlah ringkasan bahan belajar mandiri ini dengan bahasa sendiri.
5. Kerjakan soal-soal latihan dalam bahan belajar mandiri ini tanpa melihat petunjuk penyelesaiannya
lebih dulu. Apabila mendapat jalan buntu, barulah Anda melihat petunjuk penyelesaiannya. Jawaban
Anda tidak perlu sama dengan petunjuk yang diberikan, karena kadang-kadang banyak cara
yang dapat kita lakukan dalam menyelesiakan suatu permasalahan.
6. Kerjakan soal-soal tes formatif untuk mengukur sendiri tingkat penguasaan Anda akan isi bahan
belajar mandiri ini.
PEMBELAJARAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIKA DENGAN
PENDEKATAN SOAL CERITA
K egiatan belajar matematika membutuhkan kreativitas dari guru, agar siswa dalam belajarnya
mencapai tujuan yang diharapkan. Pada dasarnya belajar pemecahan masalah matematika
merupakan melatih siswa untuk terampil menggunakan pengetahuan yang telah dipelajari sehingga
dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik kejadian yang serupa/mirip ataupun sudah
dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan yang terjadi. Kegiatan pembelajaran dapat dikatakan berhasil,
jika siswa dapat mengakomodasikan dan mengkonstruksi pengetahuannya untuk dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari dan lebih jauh lagi dapat dijadikan dasar dalam menyelesaiakan
permasalahan kehidupan. Mengakomodasikan berarti tersimpan dalam memori otak yang relatif
lama, sedangkan mengkonstruksi berarti membangun pengetahuan baru dari hasil belajar sebelumnya.
Seorang guru dalam mengajarkan matematika dapat memilih pendekatan yang sesuai dengan
kehidupan siswa, agar siswa tidak asing lagi antara kaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari,
pendekatan yang demikian sering disebut pendekatan “Matematika Realistik”, dengan karakteristik
menggunakan konteks “dunia nyata”, model-model, produksi dan kontruksi siswa, interaktif, dan
keterkaitan (Suharta, TT). Dengan demikian pendekatan belajar matematika dengan soal-soal cerita
(yang sudah dikenal siswa) dapat dikatakan pendekatan belajar Matematika Realistik. Karena guru
membawa siswa kearah situasi yang sudah dikenal dan siswa dapat membayangkan situasi atau
kondisi yang diceritakan.
Dalam pendekatan Matematika Realistik tahap yang dilalui adalah sebagai berikut, yaitu: (1)
Pembelajaran dimulai dengan masalah kontekstual (“dunia nyata”), sehingga memungkinkan mereka
menggunakan pengalaman sebelumnya secara langsung. (2) Siswa diberi kebebasan untuk membuat
model-model matematika sendiri dalam menyelesaikan masalah, dari model-of masalah tersebut
menjadi model-for masalah yang sejenis, yang akhirnya akan menjadi matematika formal. (3)
Menekankan bahwa dengan pembuatan “produksi bebas” siswa terdorong untuk melakukan refleksi
pada bagian yang mereka anggap penting dalam proses belajar. Strategi-strategi informal siswa yang
berupa prosedur pemecahan masalah kontekstual merupakan sumber inspirasi dalam pengembangan
pembelajaran lebih lanjut yaitu untuk mengkonstruksi pengetahuan matematika formal. (4) Interaksi
siswa dengan guru merupakan hal yang mendasar dalam Matematika Realistik, seperti negosiasi,
penjelasan, pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai
bentuk formal dari bentuk-bentuk informasi siswa. (5) Pengintegrasian unit-unit matematika adalah
adalah hal esensial, karena jika diabaikan keterkaiatan dengan yang lain, maka akan berpengaruh
pada yang penyelesaian masalah. Dalam mengaplikasikan matematika diperlukan pengetahuan yang
lebih kompleks, dan tidak hanya aritmatika, aljabar, atau geometri tetapi juga bidang lain.
Contoh3.1.
Siswa dianggap telah diberi 4 model berikut dari pelajaran-pelajaran sebelumnya
Dari 4 model di atas cerita-cerita (kalimat verbal) yang mungkin diantaranya, yaitu:
Model (1): Semula Amin mempunyai dua balon, agar jumlah balon menjadi tiga, maka
harus menambahkannya satu balon.
Model (2): Balon Amir semuanya tiga, agar balonnya tinggal dua, maka balon tersebut
satu harus dilepas (diberikan).
Model (3): Balon Ani dibandingkan dengan balon Budi ada yang sama, manakah balon
yang sama?
Model (4) : Balon Ani semula ada tiga, karena pecah maka balonya sekarang ada dua
Catatan: Usahakan siswa diarahkan pada pembuatan kalimat yang tidak rutin, soal rutin
tersebut seperti: “dua balon digabungkan dengan 1 balon atau tiga balon diambil 1 balon”,
karena dalam pembelajaran pemecahan masalah terfokus pada pemecahan masalah non
rutin.
(2) Pendekatan Terjemahan (Translasi); Kegiatan pembelajaran ini melibatkan siswa pada membaca
kata demi kata dan ungkapan demi ungkapan dari soal cerita yang sedang dihadapinya, untuk
kemudian menterjemahkan kata-kata dan ungkapan-ungkapan itu ke dalam kalimat matematika.
Contoh:
Contoh 3.2:
Materi : Bilangan sampai dengan 500
Pokok Bahasan : Operasi hitung bilangan
Kelas :2
Waktu : 1 x 40 menit
Hasil Belajar : Melakukan penjumlahan dan atau pengurangan bilangan
Indikator : memecahkan soal cerita yang mengandung penjumlahan dan pengurangan
Media/alat : karet gelang dalam ikatan-katan limapuluhan, sepuluhan, dan satuan
Pengalaman Belajar :
(1) guru mengadakan apersepsi keterampilan siswa dalam menjumlah dan mengurang suatu
bilangan paling besar 500
(2) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok (misalnya 5 kelompok), setiap kelompok diberi
sejumlah karet gelang yang telah dikelompokkan (diikat) dalam limapuluhan, misalnya sebagai
berikut:
(a) Kelompok A mendapat 150 karet gelang (3 ikat)
(b) Kelompok B mendapat 200 karet gelang (4 ikat)
(c) Kelompok C mendapat 250 karet gelang (5 ikat)
(d) Kelompok D mendapat 300 karet gelang (6 ikat)
(e) Kelompok E mendapat 350 karet gelang (7 ikat)
(3) Seterusnya karet gelang setiap kelompok ditambah lagi dengan jumlah sembarang, sehingga
jumlahnya berubah, menjadi sebagai berikut, misalnya:
(a) Kelompok A menjadi 260 karet gelang
(b) Kelompok B menjadi 375 karet gelang
(c) Kelompok C menjadi 455 karet gelang
(d) Kelompok D menjadi 463 karet gelang
(e) Kelompok E menjadi 489 karet gelang
(4) Siswa mendiskusikan berapa karet gelang yang ditambahkan pada pemberian yang kedua.
(5) Siswa menuliskan kalimat matematika sesuai dengan tugasnya masing-masing.
(6) Salah seorang wakil kelompok (secara bergiliran) melaporkan hasil diskusi (presentasi
kelompok)
(7) Kelompok yang lain dan guru menanggapinya serta guru memberikan penguatan terhadap
hasil kerja siswa.
Contoh 3.3:
Materi : Geometri
Pokok Bahasan : Keliling dan Luas persegipanjang
Kelas :3
Waktu : 1 x 40 menit
Hasil Belajar : Menentukan keliling dan luas bangun datar
Indikator : Menemukan cara menghitung keliling dan luas persegi panjang, serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah
Media/alat : Tali/benang, alat ukur panjang (meteran), sudut siku-siku
Pengalaman Belajar :
(1) Prasyarat siswa telah terampil dalam penjumlahan/pengurangan, perkalian/pembagian,
mengunakan alat pengukur meteran dan sudut, dan mengenal rumus keliling dan luas persegi
panjang dan segitiga.
(2) Guru menyiapkan bentuk-bentuk geometri di halaman kelas, seperti berikut ini dengan
menggunakan media tali/benang.
A
B
II F
I
D
C
G
III
I
J
(3) Siswa ditugaskan untuk mengukur keliling dan luas bangun sesuai dengan tugasnya, kelompok
1 mengukur bangun I (segi empat ABCD), kelompok 2 mengukur bangun II (segi lima
BEFGC), dan kelompok 3 mengukur bangun III (segi empat DGIJ).
(4) Guru membimbing siswa dalam menggunakan meteran dan sudut siku-siku, bimbingan tersebut
antara lain:
Kelompok 1: pastikan bahwa bangun tersebut persegi panjang dengan mengukur sudut-
sudutnya menggunakan sudut siku-siku. Jika sudah siku-siku, ukurlah panjang
AB dan panjang AD, masukan kedalam rumus keliling dan rumus luas
persegipanjang
Kelompok 2: Bentangkan lagi tali dari BG dan BF, sehingga didapat tiga daerah segitiga
(BFE, BFG, dan BCG), buat garis tinggi dari ketinggan segitiga tersebut dengan
menggunakan tali dan sudut siku-siku, sehinga didapat gambar seperti di bawah
ini.
E
B
L
K F
C
G
Lakukan pengukuran untuk keliling adalah panjang BE + EF + FG + GC + BC.
Lakukan pengukuran panjang alas dan panjang tinggi segitiga. Gunakan rumus mencari
luas segitiga.
Kelompok 3: petunjuk hampir sama dengan kelompok 2.
(5) Siswa mempresentasikan hasil tugasnya dihadapan kelompok lain secara bergantian.
(6) Guru memberikan penguatan dan saran-saran yang diperlukan.
Contoh 3.4:
Materi : Bilangan Bulat
Pokok Bahasan : Operasi hitung dengan bilangan bulat
Kelas :5
Waktu : 1 x 40 menit
Hasil Belajar : menghitung perpangkatan dan akar
Indikator : memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan perhitungan bilangan
bulat
Media/alat : Uang
Pengalaman Belajar :
(1) Prasyarat, siswa terampil mengoperasikan bilangan bulat terutama penumlahan dan perkalian.
(2) Siswa dihadapkan pada model matematika seperti berkut:
(a) 2 + ... = (-5)
(b) (-6) + .... = (-8)
(c) ... + (- 4) = 6
(d) 3 x ... = (-12)
(e) (-4) x .. = (-8)
(3) Siswa membuat kalimat cerita sesuai dengan soal di atas, seperti:
(a) Ani semula memiliki uang 2 lembar ribuan, karena ada keperluan mendesak sekarang
menjadi negatif 5 lembar ribuan. Jadi Ani meminjam uang sebanyak 7 lembar ribuan.
(b) Kemarin Anto meminjam uang dari temannya sebanyak 6 lembar ribuan dan hari ini
meminjam lagi sehingga jumlah uang Anto negatif 8 lembar ribuan. Jadi pinjaman Anto
bertambah 2 lembar ribuan.
(c) Uang Amin setelah ditambahkan dengan hutagnya 4 lembar ribuan sebesar menjadi 6
lembar ribuan. Jadi uang Amin pada mulanya sebesar 10 lembar ribuan
(d) Hutang Adi menjadi 3 kali lipat karena tidak dibayar dalam waktu tertentu, dan sekarang
Hutang Adi menjadi 12 lembar ribuan. Jadi hutang Adi pada mulanya 4 lembar ribuan.
(e) Hutang Adi pada mulanya 4 lembar ribuan, karena tidak mampu membayar dalam satu
bulan hutang Adi sekarang menjadi 8 lembar ribuan.
(4) Siswa melaporkan hasil kerjanya secara individual secara acak
(5) Guru memberikan penguatas dan saran yang diperlukan
Contoh 3.5:
Materi : Bilangan Pecah
Pokok Bahasan : Operasi hitung dengan bilangan pecah
Kelas :6
Waktu : 1 x 40 menit
Hasil Belajar : memecahkan masalah sederhana yang melibatkan perbandingan dan skala
Indikator : memecahkan masalah sederhana yang melibatkan perbandingan dan skala
Media/alat : Atlas
Pengalaman Belajar
(1) Siswa telah memahami translasi perhitungan satuan panjang
(2) Siswa dihadapkan pada penggalan-penggalan cerita seperti berikut ini untuk diskusikan dalam
kelompok.
(3) Siswa melaporkan hasil pekerjaannya secara berkelompok
Soal Cerita Pemikiran
(4) Guru Terjemahan
memberikan penguatan dan saran-saran yang diperlukan
Andi melakukan Perjalanan dari satu Jarak A ke B
perjalanan tempat ke tempat
lain
Setelah dilihat di1. Jelaskan
Jaraksuatu
darikegiatan
A ke B belajar
= 7 dapat
cm = dikatakan
7.000.000berhasil!
cm
2.
Atlas perjalanannya Mengapakah pembelajaran matematika
7 cm dan diperbesar 7 cm = 70 km harus selalu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari?
sepanjang 7 cm 3. Sebutkan karakteristik
menjadi 1.000.000pembelajaran matematika realistik!
dengan skala peta 1 : cm 2x5+3x6
1.000.000 4. Buatlah soal cerita dari operasi hitung campuran :
7
Andi berangkat 5.pukul Lama perjalanan 10.00 – 07.00 = 3 jam
Terjemahkan (translasikan) soal cerita berikut ke dalam model matematika, dengan terlebih dahulu
07.00 dan tiba pukulmemberikan
07.00 s.d. 10.00yang dipikirkan.
ilustrasi
10.00
Berapa km rata-rata“Andi akan membuat sangkar burung berbentuk kubus 1 ukuran 60 cm. Sisi-sisi sangkar tersebut
perjam perjalanan terbuat dari potongan-potongan 70 km
bambu : 3 jam= 23
kecil.dengan jarak kerapatan 3 cm. Berapa potong bambu
3
Andi (maksimal) yang diperlukan untuk membuat sangkar tersebut”
km
1. Kegiatan pembelajaran dapat dikatakan berhasil, jika siswa dapat mengakomodasikan dan
mengkonstruksi pengetahuannya untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan lebih
jauh lagi dapat dijadikan dasar dalam menyelesaiakan permasalahan kehidupan
2. Pembelajaran matematika harus selalu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari karena sifat dari
materi matematika abstrak, sehingga siswa akan merasa kesulitan dalam belajar. Oleh karena itu
seorang guru dalam mengajarkan matematika dapat memilih pendekatan yang sesuai dengan
kehidupan siswa, agar siswa tidak asing lagi antara kaitan matematika dengan kehidupan sehari-
hari
3. Karakteristik pembelajaran matematika realistik adalah: menggunakan konteks “dunia nyata”,
model-model, produksi dan kontruksi siswa, interaktif, dan keterkaitan
4. Pada hari senin Aku membeli 2 bungkus permen setiap bungkusnya terdiri dari 5 biji dan hari
Selasa membeli lagi sebanyak 3 bungkus setiap bungkusnya terdiri dari 6 biji. Permen tersebut
diberikan kepada 7 orang dengan bagian yang sama.
5.
Soal Cerita Pemikiran Terjemahan
sangkar burung berbentuk Bangun yang teridiri
kubus ukuran 60 cm dari 6 sisi dengan
ukuran 60 x 60 60
60 : 3
Berapa potong bambu 6 x (60 : 3) = 120
(maksimal) yang
Potngan bambu yang
diperlukan untuk
diperlukan maksimal 120
membuat sangkar tersebut
potong
Seorang guru dalam mengajarkan matematika dapat memilih pendekatan yang sesuai
dengan kehidupan siswa, pendekatan tersebut disebut pendekatan matematika realistik,
dengan karakteristik menggunakan konteks “dunia nyata”, model-model, produksi dan
kontruksi siswa, interaktif, dan keterkaitan. Soal cerita sebaiknya berawal dari dunia nyata
siswa.
Penggunaan soal cerita diarahkan pada pendekatan model dan pendekatan terjemahan
(tranlasi).
Petunjuk :
Pilihlah:
A. Jika (1), (2), dan (3) betul
B. Jika (1) dan (3) betul
C. Jika (2) dan (3) betul
D. Semuanya betul
1. Belajar matematika akan bermakna/berguna jika disesuaikan dengan ...
(1) kehidupan (“dunia nyata”) siswa
(2) kemampuan guru
(3) kemampuan mental siswa
3. Pembelajaran matematika membutuhkan pengetahuan yang luas dari seorang guru, sebab:
(1) masalah yang muncul dalam kehidupan manusia tak terbatas
(2) matematika harus dipelajari secara terpadu
(3) matematika pelayan ilmu lain
4. Pada bulan ini Anton belum mendapat kiriman uang jajan dari orangtuanya, oleh karenanya ia
disuruh untuk meminjam pada temannya yang baik hati. Pada minggu pertama Anton meminjam
Rp. 5.000,00, pada minggu ke dua ia minjam Rp 6.000,00 dan pada minggu ke tiga ia meminjam
Rp. 7.000,00. Sedangkan pada minggu ke empat Anton mendapat kiriman uang sebesar Rp
30.000,00. Berapakah uang Anton pada minggu ke empat, setelah dibayarkan pada temannya?
Kalimat matematika yang benar adalah ...
(1) 5.000 + 6.000 + 7000 – 30.000
(2) (-5.000) + (-6.000) + (-7000) + (30.000)
(3) 30000 – (5.000 + 6.000 + 7000)
5. Apakah yang dipikirkan (yang berhubungan dengan matematika ), jika seseorang berkata: “
Saya mempunyai drum minyak yang isinya 200 liter”.
(1) drum minyak biasanya berbentuk tabung
(2) isi (volume) drum adalah luas alasnya dikalikan tingginya
(3) 200 liter sama dengan 200 dm3
6. Seorang siswa tidak akan mengalami kesulitan menyelesaikan soal cerita matematika.
(1) memahami bahasa yang ada pada cerita
(2) dapat menyederhanakan dalam model matematika
(3) menguasai sistem matematika
8. Apa harus dipikirkan dari penyelesaian masalah berikut: Ibu Ani lahir tanggal 29 Februari 1980.
Sudah berapa kali Ibu ani merayakan hari ulang tahunnya tepat sesuai dengan tanggal kelahirannya,
jika sekarang adalah tanggal 1 Maret 2008?
(1) Ibu Ani lahir pada tanggal yang munculnya setiap empat tahun sekali
(2) Tahun-tahun yang habis dibagi 4 setelah tahun 1980
(3) Jumlah tahun-tahun kelipatan 4 setelah tahun 1980
(1) Di kelas Dua terdapat empat baris meja dan setiap barisnya ada lima meja
(2) Meja-meja di kelas Dua disusun sebagai berikut: baris pertama lima meja, baris ke dua lima
meja, baris ke tiga lima meja, dan baris ke empat lima meja.
(3) Meja-meja di kelas Dua diatur sebagai peerkalian: 4 x 5
10. Amin mempunyai dua tali yang panjangnya 30 cm dan 45 cm. Kedua tali tersebut akan dipotong-
potong sama panjang menjadi beberapa bagian. Berapa cm ukuran tali setiap potongnya dan
ada berapa potong tali setelah terpotong-potong?
Jawaban dari soal cerita tersebut adalah:
(1) FPB (30 dan 45) = 5 dan (30 : 5 + 45 : 5) = 15
(2) KPK (30 dan 45) = 90 dan 90 habis dibagi 30 atau 45
(3) Ukuran talinya 5 cm dan banyaknya potongan tali 15 potong
Cocokanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian
akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di
bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar .
Rumus:
Jumlah jawaban anda yang benar
Tingkat penguasaan = —————————————— x 100 %
10
Kalau tingkat penguasaan Anda di atas 80 %, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar
2. Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan
Belajar 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
S alah satu tugas guru dalam proses pembelajaran adalah memilih metode dan teknik
pembelajaran, di samping menentukan tujuan, mendalami materi, memilih alat/media, dan
menentukan alat evaluasi. Dalam memilih metode banyak pilihan yang dapat digunakan, seperti:
metode ceramah, metode tanya jawab, metode demonstrasi, metode diskusi, dn lain-lain. Sedangkan
dalam memilih teknik pembelajaran lebih difokuskan pada pembelajaran secara sempit dan
dilaksanakan bersamaan dengan penggunaan metode yang dipilih, teknik-teknik pembelajaran tersebut
antara lain, yaitu: Teknik Keterlibatan Siswa, Teknik Analogi, Teknik Analisis, Teknik Aturan dan
Hukum, Teknik Definisi, Teknik Percobaan yang Disempurnakan, Teknik Translasi, Teknik Contoh,
Teknik Menggunakan Model, Teknik Permainan dan Simulasi, dan Teknik Penemuan (Sutawidjaja,
1992/1993).
Teknik-teknik yang akan dibahas adalah teknik-teknik yang dapat dipilih untuk proses
pembelajaran pemecahan masalah matematika, yaitu: Teknik Keterlibatan Siswa, Teknik Analogi,
Teknik Menggunakan Model, Teknik Permainan/Teka-teki, dan Teknik Simulasi. Teknik-teknik
tersebut dijelaskan sebagai berikut:
Keunggulan dari keterlibatan siswa diantaranya adalah: (1) dapat menimbulkan minat belajar
yang tinggi, sehingga hasil belajar akan bertahan lama. (2) Guru mudah mengendalikan kelas, jika
kegiatan-kegiatan siswa sudah terarah dan siswa mengerti akan tugas yang harus dilakukannya. (3)
Dapat dijadikan guru untuk mendiagnosa kesulitan-kesulitan dalam belajar siswa. Sedangkan
kelemahannya seringkali menimbulkan kegaduhan, misalnya dalam keterlibatan lisan atau guru kurang
kontrol terhadap aktivitas siswa.
Agar siswa terlibat secara penuh dalam belajar, guru memberikan siswa untuk mencoba,
menganalisis, dan menemukan sendiri.
Contoh 3.6.
Pak Budi ingin siswa-siswanya memahami/menyadari bahwa luas suatu daerah pada dasarnya
adalah “panjang kali lebar atau luas persegi panjang”. Oleh karena itu ia memberikan tugas
kepada siswa-siswanya untuk melakukan percobaan membandingkan menghitung luas suatu
daerah (segitiga dan lingkaran) dengan pendekatan rumus dan pendekatan “panjang kali
lebar “. Daerah yang dijadikan percobaan sebagai berikut..
1
alas = panjang
2
Jari-jari=
Luas = π .r 2 r = lebar
1 2π .r
keliling = = panjang
2 2
Contoh 3.7.
Seorang guru ingin siswa-siswanya mengalami langsung proses pengukuran panjang,
pengukuran sudut, pengukuran keliling, dan pengkuran luas. Alat yang digunakan: tali, busur,
meteran, dan pasak bambu (paku 10 cm). Langkah-lankahnya sebagai berikut:
(1) Guru menyediakan bangun datar persegipanjang (besar) yang terbagi-bagi dalam bentuk
bangun datar lebih kecil (tangram), Bangun tersebut dibuat di tengah lapangan/halaman
sekolah dengan menggunakan tali dan paku, gambar seperti berikut ini.
(2) Dengan menggunakan busur, bangun-bangun datar yang dibuatnya diberi nama/ditentukan
jenisnya (jenis bangun apakah yang dibuatnya, apakah bujursangkar, persegipanjang,
segitiga, travesium, layang-layang, belah ketupat, jajaran genjang, atau lingkaran.)
(3) Siswa mengukur ukuran panjang yang dibutuhkan untuk menentukan keliling dan luas
dengan menggunakan alat ukur meteran.
(4) Siswa membuat gambar bangun datar yang dibuatnya
(5) Siswa melakukan perhitungan keliling dan luas bangun datar yang dibuatnya.
(6) Siswa mempresentasikan hasilnya di depan kelas.
(7) Siswa menggambar bangun datar tersebut dalam skala yang sama dan memamerkan
hasil kerjanya di papan buletin/pengumuman.
2. Teknik Analogi
Teknik analogi adalah suatu teknik yang berusaha menciptakan suatu cerita untuk mengilustrasikan
suatu konsep. Teknik ini digunakan untuk meningkatkan ketrampilan “bagaimana” tentang suatu
konsep. Penggunaan teknik ini terkadang sering mengorbankan ketepatan matematika demi
menyederhanakan konsep itu. Di pihak lain sifat abstraks matematika membutuhkan ilustrasi yang
dapat memudahkan siswa memahami suatu konsep, oleh karenya dengan berbagai macam ilustrasi
yang dapat dipahami siswa dan sesuai dengan “dunia nyata” siswa, proses pembelajaran matematika
akan mudah dimengerti dan menarik untuk dipelajari.
Teknik analogi diterapkan dalam pembelajaran pemecahan masalah merupakan alternatif yang
dapat dipilh guru, agar siswa mengenal penerapan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Karakteristik penggunaan teknik analogi adalah:
(1) Menimbulkan minat tinggi, karena aspek cerita dari teknik ini akan menimbulkan minat belajar
(2) Ketepatan bahasa akan berkurang jika menggunakan teknik ini
(3) Suatu konsep mungkin harus diajarkan kembali untuk mengembangkan pemahaman
matematika secara tepat untuk menghindari kesalahan konsep jika konsep tersebut disajikan
dengan teknik analogi.
(4) Teknik analogi lebih sering digunakan untuk ketrampilan “bagaimana” daripada ketrampilan
“mengapa” tentang suatu konsep
(5) Teknik analogi yang dirancang secara baik akan mengurangi tingkat abstraksi sajian dan
kebanyakan akan berhasil dalam menyajikan suatu konsep, jika teknik yang lebih abstrak
tidak berhasil
Kelebihan teknik anaogi anatar lain:
(1) dapat meningkatkan minat siswa karena aspek cerita yang disajikan
(2) dapat meningkatkan pemahaaman siswa
(3) dapat mengurangi tingkat abstraksi sajian suatu konsep
Kelemahannya antara lain:
(1) ketepatan bahasa akan berkurang
(2) mungkin suatu konsep harus diajarkan kembali untuk mengembangkan pemahaman
matematika secara tepat untuk menghindari kesalahan konsep.
Contoh penerapan teknik analogi dalam pembelajaran pemecahan masalah matematika, seperti
pada tabel dibawah ini.
Contoh 3.8.
Konsep Analogi
Matematika
a+b=c (1) Jika dalam gelas ada 2 butir kelereng lantas
dimasukan lagi 3 butir kelereng, maka sekarang
dalam gelas tersebut ada 5 butir kelereng.
(2) Jika dalam gelas semula ada 2 butir kelereng, tetapi
setelah dimasukan kelereng lagi jumlahnya
bertambih menjadi 5 butir kelereng, maka kelereng
yang dimasukan itu adalah 3 butir kelereng.
(3) Jika dalam satu gelas ada 10 butir kelereng, lantas
akan ditempatkan dalam dua gelas, maka
kemungkinan isi masing-masing gelas itu
berjumlah genap atau ganjil adalah: (2 dan 8), (4
dan 6), (1 dan 9), (3 dan 7), (5 dan 5)
Dalam pembelajaran pemecahan masalah matematika penggunaan model merupakan salah satu
strategi yang dapat dipilih. Seorang guru dapat menggunakan benda-benda satu dimensi, dua dimensi,
dan tiga dimensi untuk membuat suatu model. Misal guru dalam menjelaskan konsep bilangan dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai benda sebagai berikut:
(1) Benda satu dimensi, seperti model perkalian “5 x 2” yang tidak sama dengan “2 x 5” dengan
menggunakan tali atau garis bilangan:
0 1 2 3 4 5 6 7 8 8 10
Model perkalian 5 x 2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Model perkalian 2 x 5
(2) Benda dua dimensi, seperti luas suatu daerah digunakan dalam menjelaskan konsep perkalian.
Contoh sebagai berikut.
(3) Benda tiga dimensi, seperti isi suatu benda ruang (dalam kubus/balok satuan). Contoh sebagai
berikut.
Model perkalian 8 x 8 x 5
Model-model tersebut di atas dapat dijadikan dasar untuk menyelesaikan masalah, jika
siswa telah memahami dan dapat mengasosiakan dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh 3.9
Tukang kerupuk mengisi “blek/kaleng” kerupuk dengan cara memasukannya lima-lima, ia
menghitung urut sampai 8 kali. Berapakah kerupuk yang dimasukan ke dalam blek/kaleng
tersebut?
Jawab:
Model yang mungkin adalah:
1 2 3 4 5 6 7 8
5 10 15 20 25 30 35 40
Model perkalian 8 x 5
Jadi jika menghitung kerupuk dengan kelipatan 5 sebanyak 8 kali, maka jumlah kerupuk
dalam blek/kaleng ada 40 kerupuk.
Contoh 3.10.
Tempat duduk bus penumpang ada 12 baris, ketika kondektur memeriksa penumpang ia
mengatakan jumlah penumpang ada 57 orang, sebab ada 3 kursi yang kosong. Berapa
jumlah kursi setiap barisnya?
Jawab:
Model kursi dapat digambarkan sebagai berikut:
Model perkalian 12 x 5 = 60
60 – 3 = 57
Jadi jumlah kursi setiap barisnya ada 5
kursi
Contoh 3.11.
Pak Amir seorang penjual “Mie Rebus”, pada hari Minggu ia belajanja ke pasar untuk
membeli mie rebus sebanyak 5 dus, setiap dusnya terdiri dari 48 bungkus dan harga setiap
dusnya Rp. 38.400,00. Mie rebus tersebut dijualnya seharga Rp 1.000,00 perbungkus.
Berapa persen keuntungan Pak Amir jika mie tersebut habis terjual?
Jawab:
Model banyaknya mie rebus dalam setiap dus adalah:
1 1 4
5 5 3 5
2 2
I II III
8 1 6 ∑15
IV 3 5 7 ∑15
4 9 2 ∑15
∑15 ∑15
∑15 ∑15 ∑15
Setelah memberikan contoh tersebut di atas, merubah bilangan-bilangan yang dimasukan
menjadi seperti berikut, yaitu: -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, dan 3. Sehingga setelah dimasukan
jumlah mendatar, menurun, dan diagonal berjumlah sama.
Jawab:
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
(1) Masukan bilangan yang tengah (-1) pada kotak (bujursangkar) yang tengah dan masukan
bilangan urutan pertama (-5) pada kotak kedua paling atas.
(2) Setelah menempatkan bilangan (-5), tempatkan bilangan (-4) pada kota jalan kuda
(pada permainan catur) atau mengikuti “leter L” dan dilanjutkan untuk bilangan (-3) dan
(-2) ada pada posisi diagonal.
(3) Bilangan 0 ditempatkan pada jalur diagonal yang lurus dengan bilangan (-2).
(4) Untuk bilangan yang lain mengikuti “leter L” setelah menempatkan bilangan 0.
(5) Gambarnya seperti berikut:
2 -5 0
-3 -1 1
-2 3 -4
(6) Dari kotak-kotak mendatar, menurun, dan diagonal didapat jumlah-jumlahnya adalah
(-3)
Contoh 3. 13.
Masukan bilangan-bilangan: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 pada kotak-kotak berikut ini, dengan
syarat satu bilangan dengan bilangan yang berdekatan tidak boleh berurutan (misal 1 dengan
2, 3 dengan 2 atau 4, dll).
4 6
7 1 8 2
3 5
Contoh 3. 14.
Misalkan gambar di bawah ini adalah gambar ikan yang terbuat dari batang-batang korek
api, ubahlah gambar di bawah ini dengan memindahkan dua batang korek api sedemikian
rupa sehingga posisi ikan beruabah arah.
Jawab:
Contoh 3.15.
Aku adalah adalah bilangan bulat, bila dikalikan dengan bilangan asli berapa saja, jumlah
angka-angka hasil perkaliannya selalu menunjuk aku, aku sering mendapat sebutan: “bilangan
istimewa, bilangan paling kuat, dan bilangan keberuntungan”. Bilangan berapakah aku?
Jawab:
Bilangan tersebut adalah bilangan 9 (sembilan)
Misal: 9 x 5 = 45 ⇒ 4 + 5 = 9
9 x 67 = 603 6 + 0 + 3 = 9
9 x 128 = 1152 1 + 1 + 5 + 2 = 9
9 x 8675 = 78075 7 + 8 + 0 + 7 + 5 = 27 2 + 7 = 9
5. Teknik Simulasi
Simulasi adalah sembarang alat atau aktivitas yang menggunakan aspek terpilih tentang situasi
kehidupan nyata. Dalam simulasi biasanya dituntut kemampuan prasyarat, oleh karenanya simulasi
biasanya diterapkan dalam pembelajaran pada akhir kegiatan.
Kegiatan simulasi dapat meningkatkan minat belajar, tetapi akan menimbulkan kegaduhan dan
memakan waktu yang relatif lama. Untuk meminimalkan kegaduhan dan waktu yang lama, guru
membuat perencanan dan peraturan yang yang baik.
Kegiatan/aktivitas yang dapat disimulasikan misalnya: proses jual beli, proses lelang, kegiatan
perbangkan, usaha koperasi, membuat suatu proyek, dan lain sebagainya.
Contoh 3.16.
Tema : Proses jual beli
Alat/media : uang-uangan, gambar/benda yang diperjualbelikan, nota penjualan, etalase/
meja pajangan, kalkulator/alat hitung.
Pemeran : kasir, penjaga barang, pembeli
Contoh etalase :
1. Apa yang harus dilakuan guru jika setelah proses pembelajaran selesai, ternyata hasil belajar
siswa tidak memenuhi target yang telah ditentukan?
2. Bagaimana tanggapan Anda terhadap pernyataan: “tidak ada metode/teknik yang terbaik” untuk
digunakan dalam proses pembelajaran.
3. Hasil belajar yang didapatkan dari mencoba sendiri, menemukan sendiri akan bertahan lama
dibandingkan dengan hasil informasi dari guru, jelaskan.
4. Buatlah suatu analogi cerita yang cocok untuk “10 + (-3) + (-5)” .
5. Dua kelompok siswa sedang melakukan tebak-tebakan titik koordinat (x, y). Kelompok A
memberikan data (x, y ) adalah permutasi bilangan kurang dari 10 . Bilangan (x, y) tersebut harus
ditebak oleh kelompok B dengan cara mengajukan 5 pertanyaan dan harus dijawab dengan
jujur oleh kelompok A.
(Ketentuan pemenang adalah: jika menebak salah satunya (x atau y) tepat skornya 50
dan jika menebak keduanya tepat skornya 100)
Silakan Anda mencoba.
1. Guru merefleksi kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan, sehingga didapatkan
kemungkinan-kemungkinan penyebab kegagalan, dan selanjutnya merubah strategi pembelajaran
(salah satunya adalah memilih metode/teknik yang lain).
2. Pernyataan tersebut benar, sebab pemilihan metode harus menyesuaikan dengan kemampuan
guru, sifat materi, karakteristik siswa, dan situasi dan kondisi kelas.
3. Hasil belajar yang didapatkan dari mencoba sendiri, menemukan sendiri akan bertahan lama
dibandingkan dengan hasil informasi dari guru, sebab materi yang diinformasikan (dijelaskan)
guru kurang berkesan dibandingkan dengan hasil pengalaman sendiri.
4. Ibu menyimpan uang sebanyak 10 lembar uang ribuan, tetapi ia mempunyai hutang kepada bu
Minah sebanyak 3 lembar uang ribuan dan bu Ijah sebanyak 5 lembar uang ribuan.
5. Kelompok A menuliskan titik kordinat (x, y) dalam secarik kertas dan menyimpannya di tempat
yang netral (tempat yang tidak memungkinkan untuk merubah), misalnya (3, 1)
Proses permainan tebak-tebakan seperti berikut:
Pertanyaan 1 : apakah x anggota bilangan genap?
Jawaban : tidak/bukan
Pertanyaan 2 : apakah y anggota bilangan genap pula?
Jawab : tidak/bukan
Pertanyaan 3 : apakah x kurang dari 5
Jawab : ya
Pertanyaan 4 : apakah y kuarang dari 5 pula
Jawab : ya
Pertanyaan 5 : apakah x sama dengan 3
Jawab : ya
Pemikiran dari kelompok B adalah sebagai berikut:
(1) x adalah bilangan ganjil sama dengan 3
(2) y adalah bilangan ganjil kurang dari 5, berarti y = 3 atau y = 1
(3) Kesimpulan (x, y) adalah (3, 3) atau (3, 1)
Tugas guru yang tidak kalah pentingnya dengan tugas lain yaitu menentukan/memilih
metode/teknik pembelajaran. Pemilihan etode/teknik yang monoton akan berpengaruh
terhadap minat dan hasil belajar. Oleh karena itu guru perlu memilih/menentukan metode/
teknik yang cocok agar tujuan yang telah ditentukan mudah dicapai.
Metode/teknik yang sesuai dengan proses pembelajaran pemecahan masalah di sekolah
dasar diantaranya adalah: Teknik Keterlibatan Siswa, Teknik Analogi, Teknik Menggunakan
Model, Teknik Permainan/Teka-teki dan Teknik Simulasi.
3. Pemilihan metode/teknik keterlibatan siswa, mungkin dilaksanakan jika didukung oleh hal-hal
sebagai berikut, kecuali ...
A. siswa memiliki minat belajar yang tinggi
B. media/alat pembelajaran yang diperlukan tersedia
C. guru kurang menguasai metode/teknik yang lain
D. kemampuan guru dalam mengelola kelas
4. Guru akan menjelaskan bahwa perkalian berhubungan erat dengan pembagian, misal jika 5 x 8
= 40, maka 40 habis dibagi 5 atau 8. Contoh cerita yang cocok untuk mengungkapkan “40 : 5”
adalah ...
A. Budi memiliki 5 bungkus permen, setiap bungkusnya terdiri dari 8 biji perpen
B. Budi memiliki 8 bungkus permen setiap bungkusnya terdiri dari 5 biji permen
C. Jika Budi memiliki 40 biji permen yang tersimpan dalam 5 bungkus, maka setiap
bungkusnya terdiri dari ... biji permen.
D. Jika Budi memiliki 40 biji permen yang tersimpan dalam 8 bungkus, maka setiap bungkusnya
terdiri dari ... biji permen.
5. Model yang cocok untuk cerita: “ Terdapat sejumlah garis bertemu di satu titik, maka sudut-
sudut yang mungkin terjadi adalah sebanyak.... sudut”
A B
C D
6. Model yang cocok untuk cerita: “ Dalam suatu rapat yang dihadiri oleh lima orang dan mereka
saling bersalaman satu dengan yang lainnya, maka banyaknya bersalaman adalah ....”
A B
D
C
7. Tanggal berapa Pak Ahmad lahir?. Data yang diberikan adalah sebagai berikut:
A B C D E
1 3 2 3 4 5 8 9 16 17
5 7 6 7 6 7 10 11 18 19
9 11 10 11 12 13 12 13 20 21
13 15 14 5 14 15 14 15 22 23
17 19 18 19 20 21 24 25 24 25
21 23 22 23 22 23 26 27 26 27
25 27 26 27 28 29 28 29 28 29
29 31 30 31 30 31 30 31 30 31
Berdasarkan tabel di atas, tanggal lahir Pak Ahmad terdapat pada kolom seperti berikut:
A B C D E
v v v
Atau dengan kata lain, tanggal kelahiran Pak Ahmad terdapat pada kolom B, C, dan E. Maka
tanggallahir Pak Ahmad adalah tanggal ....
A. 14 C. 22
B. 18 D. 30
8. Amin, Budi, dan Cuncun masing-masing mempunyai sejumlah uang. Jika Uang Amin disatukan
dengan uang Budi berjumlah Rp 60.000,00, uang Budi disatukan dengan uang Cuncun berjumlah
Rp 110.000,00, dan uang Cuncun disatukan dengan uang Amin berjumlah Rp 80.000,00. Jumlah
uang mereka semua adalah ...
A. Rp 115.000,00 C. Rp 125.000,00
B. Rp 120.000,00 D. Rp 130.000,00
10. Jika guru tidak mengantisipasi terlebih dahulu dalam penggunaan teknik simulasi, maka
kelemahannya adalah sebagai berikut, kecuali ...
A. menimbulkan kegaduhan C. tujuan pembelajaran sulit dicapai
B. memerlukan waktu yang relatif lama D. terlena dalam simulasi, sehingga lupa tujuan
Cocokanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian
akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di
bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar .
Rumus:
Jumlah jawaban anda yang benar
Tingkat penguasaan = —————————————— x 100 %
10
Kalau tingkat penguasaan Anda di atas 80 %, Anda siap untuk ujian akhir semester Tetapi bila
tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.
Tes Formatif 2
1. A
2. D
3. C
4. D
5. A
6. D
7. C Perhatikan bilangan yang terdapat di sebelah kiri setiap kolom (bilangan: 1, 2, 4, 8, dan
16). Karena tanggal kelahiran Pak Ahmad terdapat pada kolom B, C, dan E, maka
tanggal lahirnya adalah: 2 + 4 + 16 = 22
8. C Perhatikan pola berikut
60.000 110.000
A 80.000
C
Uang A =
[∑ ( A + B) + ∑ ( A + C )]− ∑ ( B + C ) = [60.000 + 80.000] − 110.000 = 15.000
2 2
Uang B =
[ ]
∑ ( A + B) + ∑ ( B + C ) − ∑ ( A + C )=
[60.000 + 110.000] − 80.000 = 45.000
2 2
Uang C =
∑ [
( A + C ) + ∑ ( B + C ) − ∑]( A + B )
=
[80.000 + 110.000] − 60.000 = 65.000
2 2
9. A
10. C
GLOSARIUM
analogi : berdasarkan persamaan atau kiasan, yang menggunakan persamaan, kiasan
dua dimensi : benda yang mempunyai panjang dan lebar
interaktif : bersifat saling mempengaruhi
karakteristik : sifat-sifat
kontekstual : berhubungan dengan konteks
kontruksi : bersifat membangun, secara tidak langsung
operasi hitung : perkalian, pembagian, penjumlahan, pengurangan, akar dan pangkat
satu dimensi : benda yang mempunyai panjang saja
simulasi : sembarang alat atau aktivitas yang menggunakan aspek terpilih tentang situasi
kehidupan nyata
strategi : Siasat
tiga dimensi : benda yang mempunyai panjang, lebar dan tinggi
translasi : terjemahan
DAFTAR PUSTAKA
Billstein, Rick, Shlomo Lebeskind, Johnny W. Lott. A Problem Solving Approach to Mathemat-
ics For Elementary School Teachers (Fifth Edition). Addison-Wesley Publishing
Company. TT
Herman Hudoyo dan Akabar Sutawidjaja (1996/1997), Matematika, Depdikbud, Jakarta.
Pusat Kurikulum Depdiknas, Kurikulum Matematika Sekolah Dasar tahun 2004
Ruseffendi, E.T. (1997). Materi Pokok Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Universitas Terbuka
Suharta, I Gusti Putu. Matematika Realistik: Apa dan Bagaiman?. www.depdiknas.go.id.(01-
03-2006)
Sutawidjaja, Akabar. (1992/1993). Pendidikan Matematika 3. Depdikbud, Dirjen Dikti, PPTK:
Jakarta.
Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika (2001), Common Text Book Strategi Pembelajaran
Matematika Kontempor. UPI, Bandung
Wheeler, R.E. (1992). Modern Mathematics. Belmont, CA: Wadsworth.
PEMECAHAN MASALAH
DALAM HIMPUNAN DAN
FUNGSI
P
ada Bahan Belajar Mandiri (BBM) sebelum ini, Anda telah dibekali beberapa strategi
untuk memecahkan masalah non-rutin dalam matematika. Adapun pada BBM 4 ini, Anda
dihadapkan pada beberapa kajian matematika dengan permasalahan-permasalahan non-
rutin yang perlu untuk dipecahkan atau dicarikan solusinya.
BBM 4 ini memfokuskan kajian pada materi pemecahan masalah dalam himpunan dan fungsi,
yang disusun menjadi dua kegiatan belajar, yaitu: Kegiatan Belajar 1: Himpunan, dan Kegiatan
Belajar 2: Fungsi. Meskipun antara kegiatan belajar yang satu bukan merupakan prasyarat untuk
mempelajari kegiatan belajar lainnya, akan tetapi satu sama lain memiliki keterkaitan yang erat.
KOMPETENSI DASAR
Setelah Anda mempelajari BBM ini, diharapkan Anda dapat memahami dan terampil melakukan
pemecahan masalah matematik yang berhubungan dengan topik himpunan dan fungsi.
INDIKATOR
Setelah mempelajari materi dalam BBM ini, Anda diharapkan dapat:
1. Membedakan suatu kumpulan yang termasuk himpunan atau bukan himpunan.
2. Menyatakan suatu himpunan dengan cara dengan mendaftar anggota himpunan.
3. Menyatakan suatu himpunan dengan menjelaskan sifat anggota himpunan.
4. Menyatakan suatu himpunan dengan menggunakan notasi pembentuk himpunan.
5. Memperoleh pengertian mengenai himpunan kosong, himpunan semesta, himpunan bagian, serta
komplemen suatu himpunan.
6. Terampil menggunakan diagram venn untuk menjelaskan keanggotaan dan melakukan operasi
suatu himpunan.
7. Terampil melakukan operasi irisan, gabungan, dan selisih antara dua himpunan.
8. Terampil melakukan pemecahan masalah matematik yang berhubungan dengan topik himpunan.
9. Memperoleh pemahaman tentang pengertian fungsi.
10. Terampil menginterpretasikan dan menggambar grafik suatu fungsi linear.
11. Terampil melakukan pemecahan masalah matematik yang berhubungan dengan persamaan garis
melalui satu titik dengan gradien tertentu.
12. Terampil melakukan pemecahan masalah matematik yang berhubungan dengan persamaan garis
melalui dua titik.
Untuk membantu Anda mencapai tujuan/indikator tersebut, BBM ini diorganisasikan menjadi tiga
Kegiatan Belajar (KB) sebagai berikut:
KB 1: Himpunan
KB 2: Fungsi
Untuk membantu Anda dalam mempelajari BBM ini, silakan perhatikan beberapa petunjuk
belajar berikut ini:
1. Bacalah dengan teliti bagian pendahuluan ini sampai Anda memahami secara tuntas tentang
apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari BBM ini.
2. Bacalah sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dari kata-kata yang
dianggap baru. Carilah pengertian kata-kata kunci tersebut dalam kamus atau ensiklopedia
yang Anda miliki.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan
mahasiswa lain atau dengan tutor Anda.
4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan. Anda
dipersilakan untuk mencari dan menggunakan berbagai sumber, termasuk dari internet.
5. Mantapkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan dan melalui kegiatan diskusi dalam
kegiatan tutorial dengan mahasiswa lainnya atau dengan teman sejawat.
6. Jangan lewatkan untuk mencoba menyelesaikan setiap permasalahan yang dituliskan pada
setiap akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah Anda sudah memahami
dengan benar kandungan BBM ini.
HIMPUNAN
PENGANTAR
H impunan merupakan konsep matematika yang sangat mendasar dan sangat penting karena
aplikasinya yang begitu luas, banyak digunakan baik dalam cabang-cabang matematika,
maupun di luar bidang matematika. Himpunan juga merupakan kajian matematika yang banyak
dipelajari oleh siswa SD, sehingga guru atau calon guru SD diharapkan untuk menguasai konsep
himpunan ini.
Cakupan materi dalam Kegiatan Belajar 1 ini antara lain: Pengertian Himpunan, Penulisan
Himpunan, Himpunan Kosong, Himpunan Semesta, Himpunan Bagian, Diagram Venn, dan Operasi-
Operasi pada Himpunan, serta di dalam setiap kajian materi tersebut disuguhkan pemecahan masalah
matematiknya.
INDIKATOR
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 1 ini, Anda diharapkan dapat:
1. Membedakan suatu kumpulan yang termasuk himpunan atau bukan himpunan.
2. Menyatakan suatu himpunan dengan cara dengan mendaftar anggota himpunan.
3. Menyatakan suatu himpunan dengan menjelaskan sifat anggota himpunan.
4. Menyatakan suatu himpunan dengan menggunakan notasi pembentuk himpunan.
5. Memperoleh pengertian mengenai himpunan kosong, himpunan semesta, himpunan bagian, serta
komplemen suatu himpunan.
6. Terampil menggunakan diagram venn untuk menjelaskan keanggotaan dan melakukan operasi
suatu himpunan.
7. Terampil melakukan operasi irisan, gabungan, dan selisih antara dua himpunan.
8. Terampil melakukan pemecahan masalah matematik yang berhubungan dengan topik himpunan.
URAIAN
Pernahkah Anda berbelanja ke pasar? Apa sajakah yang bisa Anda lihat di sana? Di pasar,
Anda pasti akan melihat banyak sekali barang dagangan yang sedang diperjualbelikan. Beberapa
pedagang ada menjual buah-buahan seperti lengkeng, apel, jeruk, durian, anggur, dan berbagai
jenis buah lainnya. Banyak pula pedagang yang menjual beraneka sayuran seperti wortel, bayam,
kol, kacang panjang, ataupun buncis. Selain bahan makanan, tentu saja masih banyak pedagang
yang menjual barang lain seperti pakaian, mainan, alat tulis, dan sebagainya. Dapatkah Anda
menyebutkan kelompok barang dagangan lain yang sering dijumpai di pasar selain yang disebutkan
baru saja?
Pengertian Himpunan
Himpunan dalam pengertian matematika sering juga disebut kumpulan, atau kelompok. Himpunan
dapat dibayangkan sebagai suatu kumpulan benda-benda baik yang “jelas” maupun yang “tidak
jelas”. Kumpulan benda-benda yang jelas, artinya kumpulan objek yang anggota-anggotanya dapat
ditetapkan secara jelas. Sedangkan kumpulan benda-benda yang tidak jelas, artinya kumpulan objek
yang anggota-anggotanya tidak dapat ditetapkan dengan jelas.
Suatu himpunan biasanya dinyatakan dengan menggunakan tanda kurung kurawal dan diberi nama
dengan menggunakan huruf kapital, misalnya A, B, C, dan seterusnya.
Contoh 4.1.1:
Himpunan bilangan asli kurang dari 25!
Misalnya himpunan itu diberi nama A, maka A adalah himpunan bilangan asli kurang dari 25
yang dapat kita tulis, A = {bilangan asli kurang dari 25}.
Contoh 4.1.2:
Himpunan nama bulan dalam satu tahun yang diawali dengan huruf J.
Misalnya himpunan itu diberi nama B, maka B adalah himpunan nama bulan dalam satu
tahun yang diawali dengan huruf J yang dapat kita tulis, B = {nama bulan dalam satu tahun
yang diawali dengan huruf J}.
Untuk menyatakan keanggotaan suatu himpunan digunakan lambang ∈ dan untuk menyatakan
bahwa suatu objek atau benda yang bukan anggota suatu himpunan digunakan lambang .
Contoh 4.1.3:
A = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}, maka:
1 merupakan anggota A, ditulis 1 A,
5 merupakan anggota A, ditulis 5 A,
12 bukan anggota A, ditulis 12 .
Penulisan Himpunan
Ada tiga cara untuk menyatakan suatu himpunan, antara lain:
1. dengan mendaftar anggota himpunan;
2. dengan menjelaskan sifat anggota himpunan;
∉
bxx | bx 3. dengan menggunakan notasi pembentuk himpunan.
Contoh 4.1.4:
Misalkan kita akan menyatakan himpunan nama bulan dalam satu tahun yang diawali dengan
huruf J.
1. Dengan mendaftar anggota himpunan, misalnya B = {Januari, Juni, Juli}
2. Dengan menjelaskan sifat anggota himpunan, misalnya Himpunan nama bulan dalam satu
tahun yang diawali dengan huruf J.
3. Dengan menggunakan notasi pembentuk himpunan, misalnya B = { nama bulan dalam satu
tahun yang diawali dengan huruf J}. Kalimat ini dapat dibaca, B adalah himpunan dari semua x
adalah nama bulan dalam satu tahun yang diawali dengan huruf J.
Penggunaan pada notasi penulisan himpunan dapat diganti dengan huruf kecil lainnya. Misalnya:
A={ nama bulan dalam satu tahun yang diawali dengan huruf J}
atau,
A = { y | y nama bulan dalam satu tahun yang diawali dengan huruf J}
Contoh 4.1.5:
Suatu Himpunan A = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7} mempunyai anggota sebanyak 7 buah dan ditulis
n(A) = 7. Sedangkan suatu himpunan Z = { x | x huruf yang menyusun kata “harry potter”}.
Kata harry potter terdiri atas 11 huruf, yaitu h, a, r, r, y, p, o, t, t, e, r. Huruf r ada 3 buah dan
huruf t ada 2 buah, tetapi karena anggota yang sama dalam satu himpunan hanya ditulis
satu kali, sehingga salah jika kita menuliskannya sebagai Z = {h, a, r, r, y, p, o, t, t, e, r}.
Yang benar Z = {h, a, r, y, p, o, t, e}. Dengan demikian, kita dapat mengetahui bahwa
banyaknya anggota himpunan K adalah 8 buah dan dapat ditulis n(Z) = 8.
Himpunan Kosong
Apakah setiap himpunan mempunyai anggota? Perhatikan beberapa contoh kalimat berikut.
Contoh 4.1.6:
A = {bilangan cacah yang kurang dari 8}, maka A = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8}. Sehingga kita
dapat mengetahui bahwa banyak anggota himpunan A adalah 8 dan ditulis n(A) = 8.
Contoh 4.1.7:
B = { x | x adalah bilangan asli yang kurang dari 1}. Menurut Anda, adakah bilangan asli yang
kurang dari 1? Karena tidak ada suatu bilangan yang termasuk kelompok bilangan asli yang
kurang dari 1, maka kita dapat menyimpulkan bahwa himpunan B tidak memiliki anggota.
Sehingga kita dapat menulisnya B = { } dan n(B) = 0.
Contoh 4.1.8:
P = {himpunan bilangan prima antara 14 dan 16}. Hanya ada satu bilangan antara 14 dan
15, yaitu bilangan 15. Tetapi, apakah bilangan 15 merupakan bilangan prima? Ternyata
bilangan 15 bukan merupakan bilangan prima, karena memiliki faktor-faktor {1, 3, 5, 15}.
Oleh karena itu, kita dapat menyatakan bahwa himpunan P tidak memiliki anggota dan
ditulis P = ∅ dan n(P) = 0.
Dari himpunan-himpunan pada Contoh 4.1.6, Contoh 4.1.7, dan Contoh 4.1.8, ternyata terdapat
himpunan yang tidak mempunyai anggota, yaitu himpunan pada Contoh 4.1.7 dan Contoh 4.1.8.
Himpunan yang tidak mempunyai anggota tersebut kita namakan sebagai himpunan kosong.
Ingat, suatu himpunan kosong yang ditulis P = { }, berarti himpunan tersebut tidak memiliki
anggota, atau n(P) = 0. Akan tetapi suatu himpunan dengan anggotanya nol, misal Q = {0}, bukan
merupakan himpunan kosong, karena jumlah anggotanya adalah 1, ditulis n(Q) = 1. Anda harus
hati-hati, jangan sampai keliru membedakannya.
Himpunan Semesta
Untuk dapat memahami pengertian himpunan semesta, perhatikanlah beberapa contoh himpunan di
bawah ini.
Contoh 4.1.9:
H = {bebek, ayam, kucing, sapi, macan}
Himpunan H terdiri dari nama-nama hewan. Oleh karena itu, himpunan semesta ini dapat
dinyatakan sebagai himpunan semua hewan yang ada di dunia.
Contoh 4.1.10:
K = {5, 7, 11}
Himpunan-himpunan yang dapat memuat semua anggota K di antaranya adalah {bilangan
ganjil}, {bilangan asli}, atau {bilangan prima}. Oleh karena itu, himpunan semesta dari
himpunan B adalah {bilangan ganjil}, {bilangan asli}, {bilangan prima}.
Himpunan Bagian
Diketahui dua himpunan A = {a, b, c} dan B = {a, b, c, d, e, f, g}. Dari kedua himpunan tersebut
dapat dilihat bahwa semua anggota A merupakan anggota B juga. Ini berarti bahwa himpunan A
merupakan himpunan bagian dari himpunan B dan dapat ditulis A ⊂ B.
Himpunan A merupakan himpunan bagian dari himpunan B jika setiap anggota A menjadi anggota B
dan dapat ditulis A ⊂ B. Atau dapat juga dikatakan bahwa himpunan B memuat A yang dapat ditulis
B ⊃ A.
Contoh 4.1.11:
Diketahui M = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10} dan N = {2, 4, 6, 8, 10}. Tentukan hubungan
antara himpunan M dan himpunan N!
Jawaban:
Karena setiap anggota N merupakan anggota M, maka hubungan antara himpunan M dan
himpunan N adalah M ⊃ N, atau N ⊂ M.
Untuk menentukan banyaknya himpunan bagian dari suatu himpunan digunakan rumus 2n, dengan n
menyatakan jumlah anggota suatu himpunan. Misal, himpunan A = {1, 2, 3}. Karena n(A) = 3, maka
banyaknya himpunan bagian dari himpunan A adalah 23, yaitu 8.
Diagram Venn
Masih terdapat cara selain untuk menyatakan keanggotaan suatu himpunan (lihat kembali 3
cara pada bagian sebelumnya, yakni dengan Diagram Venn. Diagram Venn ini diperkenalkan oleh
John Venn (1834-1923) dapat digunakan untuk menyatakan sebuah himpunan. Diagram venn dapat
digambarkan dalam bentuk elips atau lingkaran yang di dalamnya terdapat anggota suatu himpunan
yang ditunjukkan dengan sebuah noktah atau titik.
Contoh 4.1.12:
Diketahui himpunan A = {a, b, c, d} sedangkan himpunan semestanya adalah S = {a, b, c,
d, e, f, g, h}. Gambar diagram venn untuk himpunan A tersebut adalah sebagai berikut:
Unsur yang tidak termasuk dalam anggota himpunan harus diletakkan di luar diagram venn.
Dalam diagram venn, semesta pembicaraan digambarkan dalam bentuk persegi. Himpunan bagiannya
digambarkan dengan kurva tertutup sederhana. Anggota himpunannya digambarkan dengan noktah
(titik).
Contoh 4.1.13:
Himpunan A dan himpunan B berikut ini. A = {1, 2, 3, 4, 5, 6} dan B = {4, 6, 8, 10}.
Bilangan berapakah yang termasuk anggota himpunan A sekaligus menjadi anggota himpunan
B? Ternyata, bilangan 4 dan 6 merupakan bilangan yang merupakan anggota himpunan A
dan anggota himpunan B. Oleh karena itu, {4, 6} merupakan anggota persekutuan antara
himpunan A dan himpunan B yang dapat disebut sebagai irisan himpunan A dan B, ditulis:
A ∩ B = {4, 6}. Irisan himpunan A dan himpunan B tersebut dapat dinyatakan dalam
bentuk diagram venn sebagai berikut.
Artinya, irisan himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang anggota-anggotanya merupakan
anggota himpunan A dan sekaligus merupakan anggota himpunan B juga.
Contoh 4.1.14:
Perhatikan himpunan A dan himpunan B berikut ini. A = {1, 2, 3} dan B = {3, 4, 5}. Dari
kedua himpunan tersebut kita dapat membentuk sebuah himpunan baru, yaitu {1, 2, 3, 4,
5}. Himpunan tersebut merupakan anggota himpunan A saja, anggota himpunan B saja, dan
anggota persekutuan A dan B. Pada himpunan tersebut telah berlaku operasi gabungan
antara himpunan A dan himpunan B. Gabungan antara himpunan a dan b tersebut dapat
ditulis: A ∪ B = {1, 2, 3, 4, 5}. Gabungan himpunan A dan B dapat ditulis sebagai:
A ∪ B = { x | x ∈ A atau x ∈ B }
Banyaknya anggota himpunan dari gabungan dua himpunan dan tiga himpunan dapat dilihat dari
diagram venn berikut.
S
A B
. 1 .3 . 4
. 2
. 5
S
AC
S
A B
Seperti yang telah Anda pelajari pada bahan belajar mandiri sebelumnya, terdapat langkah-langkah
sistematik pemecahan masalah, seperti yang dianjurkan Polya sebagai berikut ini:
1. Memahami masalah, bisa dengan cara menuliskan kembali masalah dengan kata-kata sendiri,
menuliskan masalah dalam bentuk lain yang lebih operasional, dalam bentuk rumus, dalam bentuk
gambar, dan sebagainya.
2. Membuat rencana atau cara untuk memecahkan masalah. Dalam pembuatan rencana ini
juga memungkinkan kita untuk membuat hipotesis-hipotesis sebagai jawaban sementara.
3. Menjalankan rencana yang telah dibuat pada langkah kedua. Dengan kata lain, kita menyelesaikan
permasalahan yang ada dengan cara yang telah kita susun pada langkah kedua.
4. Melihat kembali apa yang telah dilakukan, yaitu memeriksa benar atau tidaknya pemecahan
masalah yang telah dilakukan, atau juga untuk melihat alternatif penyelesaian yang lebih baik
(lebih praktis dan efisien).
Dalam topik himpunan, beberapa permasalahan non-rutin yang mungkin Anda hadapi untuk dicari
pemecahannya misalnya sebagai berikut ini.
Contoh 4.1.15:
Suatu kelompok siswa yang terdiri dari 15 anak. 8 anak suka tennis, 9 anak suka catur,
serta 5 anak menyukai tennis dan catur. Berapa anak yang tidak menyukai kedua-duanya
(tennis maupun catur)?
Jawaban:
Untuk menjawab permasalahan ini, ada baiknya kita laksanakan langkah-langkah berikut:
1. Memahami masalah, bisa dengan cara menuliskan kembali masalah dengan kata-kata sendiri,
atau menuliskan masalah dalam bentuk gambar. Dalam hal ini kita mengetahui bahwa jumlah
seluruh siswa adalah 15 orang. Akan tetapi jika kita melakukan penjumlahan untuk setiap jumlah
siswa berdasarkan kesukaannya, pasti akan melebihi 15 anak, karena 8 + 9 + 5 = 27. Jika Anda
menganggap bahwa jumlah siswa keseluruhannya adalah 27, itu keliru. Oleh karena itu, perlu
cara lain untuk memecahkan permasalahan ini.
2. Membuat rencana atau cara untuk memecahkan masalah. Agar lebih mudah, ada baiknya
jika masalah ini dipecahkan dengan membuat suatu diagram venn. Kita misalkan T sebagai
kelompok yang menyukai tennis, dan C sebagai kelompok yang menyukai catur. Berarti akan
terdapat irisan antara himpunan T dan C yang menyatakan kelompok yang menyukai keduanya,
yaitu T ∩ C . Banyaknya siswa yang tidak menyukai tennis maupun catur adalah dengan
mengurangkan jumlah anggota himpunan semesta dengan gabungan T dan C, yakni n(S) –
n(T ∪ C).
3. Menjalankan rencana yang telah dibuat pada langkah kedua. Dengan kata lain, kita menyelesaikan
permasalahan yang ada dengan cara yang telah kita susun pada langkah kedua, yaitu:
Jumlah siswa yang tidak menyukai tennis maupun catur adalah:
n(S) – n(T ∪ C) = n(S) – [n(T) + n(C) – n(T ∩ C)]
= 15 – (8 + 9 – 5) = 15 – 12 = 3
4. Melihat kembali apa yang telah dilakukan, yaitu memeriksa benar atau tidaknya pemecahan
masalah yang telah dilakukan, atau juga untuk melihat alternatif penyelesaian yang lebih baik
(lebih praktis dan efisien). Dalam kasus ini, kita juga dapat melakukan pemecahan masalah dengan
menggunakan gambar suatu diagram venn. Perhatikan gambar berikut:
T: kelompok yang suka tennis, berjumlah 8 siswa.
C: kelompok yang suka catur, berjumlah 9 siswa.
Jadi, memang benar bahwa ada 3 anak yang tidak suka tennis maupun catur.
Coba Anda bandingkan, cara manakan yang menurut Anda lebih efisien?
1. Diketahui himpunan A = {a, b, c}. Tentukan semua himpunan bagian yang mungkin dari himpunan
A. Hitunglah banyak himpunan bagian dari A!
2. Jika untuk dua buah himpunan A dan B berlaku rumus umum:
n(A B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B)
maka untuk tiga buah himpunan A, B, dan C, tentukan rumus umum untuk n(A ∪ B ∪ C) !
3. Dalam sebuah kelas terdapat 45 siswa yang terdiri dari 32 siswa yang gemar makan soto, 35
siswa yang gemar makan sate, dan 27 siswa gemar makan soto dan sate. Berapa banyak siswa
yang tidak gemar makan soto dan sate?
Jadi, jumlah himpunan bagian dari himpunan A adalah penjumlahan dari himpunan kosong (1),
himpunan bagian dengan satu anggota (3), himpunan bagian dengan dua anggota (3), dan himpunan
∪
bagian dari himpunan A sendiri (1) yang seluruhnya berjumlah delapan anggota.
2. Misalkan a, b, c, d, e, f, dan g menyatakan jumlah anggota seperti pada gambar berikut ini:
S
A B
b
a e
d
c f
PEMECAHAN MASALAH
DALAM LOGIKA DAN
BILANGAN BULAT
P
ada Bahan Belajar Mandiri (BBM) sebelum ini, Anda telah dibekali beberapa strategi
untuk memecahkan masalah non-rutin dalam matematika. Adapun pada BBM 5 ini,
Anda dihadapkan pada beberapa kajian matematika dengan permasalahan-permasalahan
non-rutin yang perlu untuk dipecahkan atau dicarikan solusinya.
KOMPETENSI DASAR
Setelah Anda mempelajari BBM ini, diharapkan Anda dapat memahami dan terampil melakukan
pemecahan masalah matematik yang berhubungan dengan topik logika dan bilangan bulat.
INDIKATOR
Setelah mempelajari materi dalam BBM ini, Anda diharapkan dapat:
1. Memperoleh pengertian tentang logika.
2. Memahami tentang nilai kebenaran suatu pernyataan dan menyusun tabel kebenarannya.
3. Menggunakan kaidah-kaidah yang ada dalam operasi uner dan biner;
4. Membuktikan validitas suatu argumen.
5. Menarik kesimpulan berdasarkan aturan yang berlaku dalam logika matematika.
6. Terampil menggunakan kaidah-kaidah dalam logika untuk melakukan pemecahan masalah
matematik.
7. Memahami pengertian, operasi, dan sifat-sifat bilangan bulat.
8. Memahami dan terampil menggunakan sifat-sifat operasi penjumlahan pada bilangan bulat.
9. Memahami dan terampil menggunakan sifat-sifat operasi pengurangan pada bilangan bulat.
10. Memahami dan terampil menggunakan sifat-sifat operasi perkalian pada bilangan bulat.
11. Memahami dan terampil menggunakan sifat-sifat operasi pembagian pada bilangan bulat.
12. Memahami dan terampil menggunakan sifat-sifat operasi pemangkatan pada bilangan bulat.
13. Memahami dan terampil menggunakan sifat-sifat operasi penarikan akar pada bilangan bulat.
14. Terampil melakukan pemecahan masalah matematik yang berhubungan dengan topik himpunan.
Untuk membantu Anda mencapai tujuan/indikator tersebut, BBM ini diorganisasikan menjadi tiga
Kegiatan Belajar (KB) sebagai berikut:
KB 1: Logika
KB 2: Bilangan Bulat
Untuk membantu Anda dalam mempelajari BBM ini, silakan perhatikan beberapa petunjuk belajar
berikut ini:
1. Bacalah dengan teliti bagian pendahuluan ini sampai Anda memahami secara tuntas tentang apa,
untuk apa, dan bagaimana mempelajari BBM ini.
2. Bacalah sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dari kata-kata yang dianggap
baru. Carilah pengertian kata-kata kunci tersebut dalam kamus atau ensiklopedia yang Anda
miliki.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan
mahasiswa lain atau dengan tutor Anda.
4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan. Anda
dipersilakan untuk mencari dan menggunakan berbagai sumber, termasuk dari internet.
5. Mantapkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan dan melalui kegiatan diskusi dalam
kegiatan tutorial dengan mahasiswa lainnya atau dengan teman sejawat.
6. Jangan lewatkan untuk mencoba menyelesaikan setiap permasalahan yang dituliskan pada setiap
akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah Anda sudah memahami dengan
benar kandungan BBM ini.
LOGIKA
PENGANTAR
K ita menyadari bahwa betapa pentingnya berpikir kritis dalam melakukan pemecahan
masalah, baik itu masalah matematik, maupun masalah yang berhubungan langsung dengan
kehidupan sehari-hari. Dengan berpikir kritis, seseorang dapat mengatur, menyesuaikan, mengubah,
atau memperbaiki pikirannya, sehingga ia dapat mengambil keputusan untuk bertindak lebih tepat.
Untuk dapat berpikir kritis, seseorang harus juga memiliki kemampuan penalaran. Sedangkan jalan
kunci untuk melakukan penalaran adalah dengan memahami logika. Jadi, secara tidak langsung,
untuk dapat melakukan pemecahan masalah, syarat yang tak boleh ditinggalkan adalah memahami
logika.
Pada Kegiatan Belajar 1 ini akan dibahas dengan cukup detail mengenai logika, khususnya
logika matematika. Secara garis besar, kajian materi dalam Kegiatan Belajar 1 ini akan dimulai dari
pengertian logika, pernyataan dan operasinya, serta argumen dan penarikan kesilmpulan. Setiap
kajian materi tersebut disuguhkan dalam bentuk pemecahan masalah matematik.
INDIKATOR
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 1 ini, Anda diharapkan dapat:
1. Memperoleh pengertian tentang logika.
2. Memahami tentang nilai kebenaran suatu pernyataan dan menyusun tabel kebenarannya.
3. Menggunakan kaidah-kaidah yang ada dalam operasi uner dan biner;
4. Membuktikan validitas suatu argumen.
5. Menarik kesimpulan berdasarkan aturan yang berlaku dalam logika matematika.
6. Terampil menggunakan kaidah-kaidah dalam logika untuk melakukan pemecahan masalah
matematik.
URAIAN
Pengertian Logika
Secara etimologis, istilah “logika” berasal dari bahasa Yunani, “logos”, yang berarti kata, ucapan,
pikiran, atau bisa juga mengandung arti ilmu pengetahuan. Dalam arti luas, logika merupakan suatu
metode dan prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara penalaran yang benar
dengan penalaran yang salah. Pengajaran logika terbilang sudah sangat ‘tua’, sejak ribuan tahun
yang lalu. Tokoh yang dikenal sebagai pelopor logika adalah Aristoteles (348 – 322 SM).
Dalam mempelajari logika, kita tak bisa lepas dari penalaran, yang diartikan sebagai penarikan
kesimpulan dalam sebuah argumen. Banyak sering pula yang mengartikan penalaran sebagai cara
berpikir, sebagai suatu penjelasan dalam menunjukkan hubungan antara dua hal atau lebih berdasarkan
sifat-sifat tertentu yang sudah diakui kebenarannya dengan menggunakan cara-cara tertentu hingga
mencapai suatu kesimpulan yang tepat.
Selama kita hidup, banyak permasalahan keseharian yang harus dihadapi. Kita dituntut untuk
senantiasa menggunakan akal pikiran dalam melakukan setiap kegiatan yang penuh pemikiran dan
pertimbangan. Kita harus memiliki pola pikir yang tepat, akurat, rasional, dan objektif. Pola berpikir
seperti ini adalah pola berpikir yang terdapat dalam logika.
Kelebihan lain dalam mempelajari logika adalah dapat bisa memperoleh nilai-nilai bersifat praktis.
Dengan menguasai prinsip-prinsipnya, kita akan sangat tertolong untuk menjadi lebih efektif dalam
mengenal dan menghindari kesalahan bernalar yang dilakukan oleh orang lain, maupun yang dilakukan
oleh diri kita sendiri.
PENGERTIAN PERNYATAAN
Pernyataan harus dibedakan dari kalimat biasa. Tidak semua kalimat termasuk ke dalam
pernyataan. Pernyataan diartikan sebagai kalimat matematika tertutup yang benar saja, atau salah
saja, tetapi tidak kedua-duanya dalam waktu yang bersamaan. Biasanya pernyataan dinotasikan
dengan huruf kecil, seperti: p, q, r, s, dan sebagainya.
Contoh 4.3.1:
Di bawah ini adalah contoh-contoh pernyataan:
p : Semua sapi adalah hewan menyusui.
q : 3 + 2 = 6.
r : Semua makhluk hidup pasti akan mengalami kematian.
s : Bilangan ganjil adalah bilangan yang tidak habis dibagi dua.
Contoh 4.3.2:
Di bawah ini adalah contoh-contoh yang bukan pernyataan:
1. Kapan kamu menikah?
2. Makan, yuk!
3. 2x + 3 = 10.
4. 25y – 3 = 17, dengan y adalah bilangan real.
NILAI KEBENARAN
Kebenaran atau kesalahan sebuah pernyataan disebut Nilai Kebenaran dari pernyataan
tersebut. Nilai kebenaran suatu pernyataan p ditulis ô (p). Jika benar, maka nilai kebenarannya B,
dan jika salah nilai kebenarannya S.
Contoh 4.3.3:
p:3+2=6 maka ô (p) = S.
p : 2x – 4 = 6, untuk x = 5 maka ô (p) = B.
OPERASI UNER
Dalam logika matematika terdapat dua jenis operasi, yaitu operasi uner dan biner. Operasi
uner berarti hanya melibatkan satu unsur, yang dalam hal ini unsur tersebut berupa pernyataan. Yang
termasuk operasi uner ini adalah operasi negasi, atau penyangkalan. Negasi biasanya dilambangkan
dengan “ ~ “. Nilai kebenaran negasi dari sebuah pernyataan adalah kebalikan dari nilai kebenaran
pernyataan itu. Jadi, jika nilai kebenaran suatu pernyataan adalah B, maka nilai kebenaran negasinya
adalah S, begitu pun sebaliknya.
Contoh 4.3.4:
p : 23 + 51 = 100
maka ~ p : 23 + 51 ≠ 100, atau
~ p : Tidak benar bahwa 23 + 51 = 100.
ô (p) = S dan ô (~ p) = B.
OPERASI BINER
Operasi biner adalah operasi yang melibatkan dua unsur. Contoh operasi biner yang sering kita
jumpai dalam matematika adalah: penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, perpangkatan,
dan sebagainya. Khusus dalam logika, terdapat empat macam operasi biner, antara lain: konjungsi,
disjungsi, implikasi, dan biimplikasi. Keempat operasi biner ini akan segera kita pelajari, namun
sebelumnya akan dibahas terlebih dahulu mengenai pernyataan majemuk.
Pernyataan Majemuk
Pernyataan tunggal yang digabung disebut pernyataan majemuk. Perhatikan contoh sederhana berikut!
Elzan adalah pria yang kaya.
Elzan adalah pria yang tampan.
Kedua pernyataan tunggal di atas dapat digabungkan sehingga membentuk suatu pernyataan majemuk
dengan menggunakan kata penghubung “dan”. Pernyataan majemuk yang dimaksud adalah
Elzan adalah pria yang kaya dan tampan.
Dalam Kegiatan Belajar 3 ini, kita hanya akan mempelajari pernyataan majemuk yang merupakan
gabungan dari dua pernyataan tunggal. Kata penghubungnya adalah: (1) “dan”, (2) “atau”, (3) “jika.....
maka.....”, serta (4) “.....jika dan hanya jika.....”
1. Operasi Konjungsi
Salah satu cara untuk menggabungkan pernyataan tunggal sehingga menjadi pernyataan majemuk
adalah dengan menggunakan kata “dan”., yang dikenal dengan nama operasi konjungsi. Perhatikan
kembali kalimat majemuk yang telah dibuat sebelumnya dengan menggunakan kata penghubung
“dan”, yaitu
Aufa adalah pria yang kaya dan tampan.
Pernyataan pertama : Aufa adalah pria yang kaya.
Pernyataan kedua : Aufa adalah pria yang tampan.
Pernyataan majemuk dengan kata penghubung “dan” hanya bernilai benar jika baik pernyataan
pertama maupun pernyataan kedua sekaligus benar. Dalam keadaan lain adalah salah, yaitu jika
salah satu atau kedua-duanya dari pernyataan tunggal adalah salah, pernyataan majemuk adalah
salah. Kata penghubung “dan” pada pernyataan majemuk dilambangkan dengan “ ∧ ”,
Definisi
Misalkan p dan q adalah pernyataan. Pernyataan majemuk p dan q disebut konjungsi dari p dan q
dan dilambangkan dengan
p∧ q
Pernyataan p dan q masing-masing disebut konjung-konjung.
Konjungsi bernilai benar jika keduannya p dan q adalah benar, dan dalam keadaan lain adalah salah.
Kita sarikan definisi konjungsi dengan tabel kebenaran berikut.
Tabel 4.3.1
Tabel Kebenaran Konjungsi
p q p ∧ q
B B B
B S S
S B S
S S S
Contoh 4.3.5:
Tentukan nilai kebenaran dari pernyataan majemuk p ∧ q berikut ini!
a. p : 100 + 500 = 800
q : 4 adalah faktor dari 12
b. p : Pulau Bali dikenal sebagai pulau Dewata
q : 625 adalah bilangan kuadrat
Jawaban:
a. p salah, q benar
p ∧ q : 100 + 500 = 800 dan 4 adalah faktor dari 12 (Salah)
Atau bisa juga ditulis:
ô (p) = S, ô (q) = B.
Jadi, ô (p ∧ q) = S.
b. ô (p) = B, ô (q) = B.
p ∧ q : Pulau Bali dikenal sebagai pulau Dewata dan 625 adalah
bilangan kuadrat (benar).
Jadi, ô (p ∧ q) = B.
2. Operasi Disjungsi
Suatu pernyataan majemuk yang terdiri dari dua pernyataan tunggal yang dihubungkan dengan
menggunakan kata “atau” dinamakan pernyataan disjungsi. Kedua buah pernyataan pembentuk
disjungsi ini disebut sebagai disjung-disjung. Kata penghubung “atau” dalam keseharian dapat memiliki
arti ganda. Misalnya seorang berkata, “Pada pukul 10 malam nanti, saya akan menonton pertandingan
sepakbola world cup atau tidur”, tetapi tidak mungkin keduanya. Pernyataan majemuk seperti ini
disebut disjungsi eksklusif.
Tabel 4.3.2
Tabel Kebenaran Disjungsi
p Q p∨q
B B B
B S B
S B B
S S S
Contoh 3.6:
Tentukanlah nilai kebenaran untuk disjungsi dua pernyataan yang diberikan !
a. p : 3 + 4 = 12
q : Dua meter sama dengan 200 cm
b. p : 29 adalah bilangan prima
q : Bandung adalah ibu kota Provinsi Jawa Barat
c. p : Dua garis yang sejajar mempunyai titik potong
q: 23 adalah bilangan cacah.
Jawaban:
3. Operasi Impilikasi
Untuk memahami implikasi, pelajarilah uraian berikut. Misalnya, Elzan berjanji pada Gusrayani,
“Jika Sore nanti tidak hujan, maka saya akan mengajakmu nonton”. Janji Elzan ini hanyalah berlaku
untuk kondisi sore nanti tidak hujan. Akibatnya, jika sore nanti hujan, tidak ada keharusan bagi Elzan
untuk mengajak Gusrayani nonton.
Misalkan sore ini tidak hujan dan Elzan mengajak Gusrayani nonton, Gusrayani tidak akan
kecewa karena Elzan memenuhi janjinya. Akan tetapi, jika sore ini hujan dan Elzan tetap mengajak
Gusrayani menonton, Gusrayani tentu merasa senang sekali. Jika sore ini hujan dan Elzan tidak
mengajak Gusrayani menonton, tentunya Gusrayani akan memakluminya. Bagaimana jika sore ini
tidak hujan dan Elzan tidak mengajak Gusrayani menonton? Itu akan lain lagi ceritanya. Tentu saja
Gusrayani akan kecewa dan menganggap Elzan sebagai pembohong yang tidak menepati janjinya.
Misalkan, p : Sore tidak hujan.
q : Elzan mengajak Gusrayani menonton.
Pernyataan “jika sore nanti tidak hujan, maka Elzan akan mengajak Gusrayani nonton”. Dapat
dinyatakan sebagai “jika p maka q” atau dilambangkan dengan “p ⇒ q”. Suatu pernyataan majemuk
dengan bentuk “jika p maka q” disebut implikasi.
Definisi:
Misalkan p dan q adalah pernyataan. Suatu implikasi (pernyataan bersyarat) adalah suatu pernyataan
majemuk dengan bentuk “jika p maka q”, dilambangkan dengan p ⇒ q. Pernyataan p disebut hipotesis
(ada juga yang menamakan anteseden) dari implikasi. Adapun pernyataan q disebut konklusi (atau
kesimpulan, dan ada juga yang menamakan konsekuen). Implikasi bernilai salah hanya jika hipotesis
p bernilai benar dan konklusi q bernilai salah; untuk kasus lainnya adalah benar. Perhatikan tabel
berikut ini.
Tabel 4.3.3
Tabel Kebenaran Implikasi
p q p⇒q
B B B
B S S
S B B
S S B
Terdapat perbedaan antara implikasi dalam keseharian dan implikasi dalam logika matematika.
Dalam keseharian, pernyataan hipotesis/anteseden p haruslah memiliki hubungan dengan pernyataan
konklusi/konsekuen q. Misalnya, pada contoh implikasi sebelumnya, “Jika sore nanti tidak hujan
maka saya akan mengajakmu nonton”. Terdapat hubungan sebab-akibat. Dalam logika matematika,
pernyataan hipotesis/anteseden p tidak harus memiliki hubungan dengan konklusi/konsekuen q. Untuk
lebih jelasnya, perhatikan Contoh 4.3.7.
Contoh 4.3.7:
Tentukanlah nilai kebenaran dari implikasi berikut !
a. Jika 4 + 7 = 10 maka besi adalah benda padat.
b. Jika 6 + 9 = 15 maka besi adalah benda cair.
c. Jika cos 30° = 0,5 maka 25 adalah bilangan ganjil.
Jawab :
a. Jika 4 + 7 = 10 maka besi adalah benda padat.
Alasan salah, kesimpulan benar. Jadi, implikasi bernilai benar.
b. Jika 6 + 9 = 15 maka besi adalah benda cair.
Alasan benar, kesimpulan salah. Jadi implikasi bernilai salah.
c. Jika cos 30°= 0,5 maka 25 adalah bilangan ganjil.
Alasan salah, kesimpulan salah. Jadi, implikasi bernilai benar.
4. Operasi Biimplikasi
Perhatikanlah pernyataan berikut:
Jika sore ini hujan, maka jalan raya basah.
Jika jalan raya basah, apakah selalu disebabkan oleh hujan? Tentu saja tidak selalu begitu, karena
jalan raya basah bisa saja disebabkan disiram, banjir, ataupun hal lainnya. Pernyataan seperti ini telah
kita ketahui sebagai sebuah implikasi.
Pernyataan biimplikasi dilambangkan dengan “ ⇔ ” yang berarti “jika dan hanya jika” disingkat
“jhj” atau “jikka”. Biimplikasi “p ⇔ q” ekuivalen dengan “jika p maka q dan jika q maka p”,
dinotasikan sebagai: (p ⇒ q) ∧ (q ⇒ p). Adapun definisi tentang biimplikasi adalah sebagai berikut.
Definisi:
Misalkan p dan q adalah pernyataan. Suatu biimplikasi adalah suatu pernyataan majemuk dengan
bentuk p jika dan hanya jika q dilambangkan dengan p ⇔ q. Biimplikasi p dan q bernilai benar
jika keduanya p dan q adalah benar atau jika keduannya p dan q adalah salah; untuk kasus lainnya
biimplikasi adalah salah. Perhatikan Tabel 4.3.4 berikut ini.
Tabel 3.4
Tabel Kebenaran Biimplikasi
p q p ⇔ q
B B B
B S S
S B B
S S B
Contoh 4.3.8:
Tentukan nilai kebenaran biimplikasi di bawah ini!
a. 20 + 7 = 27 jika dan hanya jika 27 bukan bilangan prima.
B B
ô (p) = B, ô (q) = B. Jadi, ô (p q) = B.
c. tan2 45° + cos 2 45° = 2 jika dan hanya jika tan2 45° = 2
ô (p) = S, ô (q) = S. Jadi, ô (p q) = B.
~ (p ∨ q)
(p ∧ q) ∨ p
(p ∨ q) ⇒ (p ∧ q)
~ (p ∧ ~q) ⇒ (p ∨ q)
[ p ⇒ (q ∧ r )] ∧ [~ p ⇒ (~ q ∧ ~ r )]
Menentukan Nilai Kebenaran Pernyataan Majemuk Bertingkat
Anda telah menguasai cara menentukan nilai kebenaran suatu pernyataan majemuk dengan
menggunakan tabel kebenaran untuk operasi konjungsi, disjungsi, implikasi, dan biimplikasi, seperti
pada Tabel 4.3.1, Tabel 4.3.2, Tabel 4.3.3, dan Tabel 4.3.4. Dari tabel-tabel tersebut, dapat diketahui
bahwa untuk dua pernyataan tunggal yang berbeda terdapat 4 kemungkinan komposisi atau 22
komposisi. Apabila pernyataan tunggal ada 3 buah (misalnya (p ∧ q) ∨ r), maka akan terdapat 22 =
8 kemungkinan komposisi sehingga anda harus menyusun tabel dengan jumlah baris sebanyak 8
baris seperti pada Tabel 4.3.5 berikut ini.
PENYELESAIAN MASALAH
DALAM SISTEM BILANGAN
CACAH
P
ada Bahan Belajar Mandiri (BBM) sebelum ini, Anda telah dibekali beberapa strategi
untuk memecahkan masalah non-rutin dalam matematika. Adapun pada BBM 6 ini,
Anda dihadapkan pada beberapa kajian matematika dengan permasalahan-permasalahan
non-rutin yang perlu untuk dipecahkan atau dicarikan solusinya.
BBM 6 ini memfokuskan kajian pada materi pemecahan masalah dalam bilangan cacah, yang
disusun menjadi dua kegiatan belajar, yaitu: Kegiatan Belajar1:sistem Bilangan Cacah Dan Operasi
Hitungnya dan Kegiatan Belajar 2: Urutan pada Bilangan Cacah dan Faktor Persekutuan Terbesar
(FPB) serta Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK). Setiap kegiatan belajar yang Anda pelajari, satu
sama lainnya memiliki keterkaitan yang erat, sehingga diharapkan Anda mampu mempelajari dan
memahaminya secara tuntas.
KOMPETENSI DASAR
Setelah Anda mempelajari BBM ini, diharapkan Anda dapat memahami dan terampil melakukan
pemecahan masalah matematik yang berhubungan dengan topik system bilangan cacah.
INDIKATOR
Setelah mempelajari materi dalam BBM ini, Anda diharapkan dapat:
1. Memahami pengertian, dan sifat-sifat bilangan cacah.
2. Memahami dan terampil menggunakan sifat-sifat operasi penjumlahan pada bilangan cacah.
3. Memahami dan terampil menggunakan sifat-sifat operasi pengurangan pada bilangan cacah.
4. Memahami dan terampil menggunakan sifat-sifat operasi perkalian pada bilangan cacah.
5. Memahami dan terampil menggunakan sifat-sifat operasi pembagian pada bilangan cacah.
6. Memahami dan terampil menggunakan sifat-sifat operasi pemangkatan pada bilangan cacah.
7. Memahami dan terampil menggunakan sifat-sifat operasi penarikan akar pada bilangan cacah.
8. Memahami urutan-urutan pada bilangan cacah.
9. memahami dan terampil menggunakan FPB dan KPK dalam kehidupan sehari-hari
Untuk membantu Anda mencapai tujuan/indikator tersebut, BBM ini diorganisasikan menjadi dua
Kegiatan Belajar (KB) sebagai berikut:
KB 1: Sistem Bilangan Cacah dan Operasi Hiitungnya
KB 2: Urutan pada Bilangan Cacah , FPB dan KPK
Untuk membantu Anda dalam mempelajari BBM ini, silakan perhatikan beberapa petunjuk belajar
berikut ini:
1. Bacalah dengan teliti bagian pendahuluan ini sampai Anda memahami secara tuntas tentang apa,
untuk apa, dan bagaimana mempelajari BBM ini.
2. Bacalah sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dari kata-kata yang dianggap
baru. Carilah pengertian kata-kata kunci tersebut dalam kamus atau ensiklopedia yang Anda
miliki.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan
mahasiswa lain atau dengan tutor Anda.
4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan. Anda
dipersilakan untuk mencari dan menggunakan berbagai sumber, termasuk dari internet.
5. Mantapkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan dan melalui kegiatan diskusi dalam
kegiatan tutorial dengan mahasiswa lainnya atau dengan teman sejawat.
6. Jangan lewatkan untuk mencoba menyelesaikan setiap permasalahan yang dituliskan pada setiap
akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah Anda sudah memahami dengan
benar kandungan BBM ini.
INDIKATOR
Setelah mempelajari materi dalam Kegiatan Belajar 1 ini, Anda diharapkan dapat:
1. Memahami pengertian, operasi, dan sifat-sifat bilangan cacah.
2. Memahami dan terampil menggunakan sifat-sifat operasi penjumlahan pada bilangan cacah.
3. Memahami dan terampil menggunakan sifat-sifat operasi perkalian pada bilangan cacah.
4. Memahami dan terampil menggunakan sifat-sifat operasi pengurangan dan pembagian pada
bilangan cacah.
5. Memahami dan terampil menggunakan sifat-sifat operasi pemangkatan pada bilangan cacah.
6. Memahami dan terampil menggunakan sifat-sifat operasi penarikan akar pada bilangan cacah.
7. Terampil melakukan pemecahan masalah matematik yang berhubungan dengan topik bilangan
cacah.
+ 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
3 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
4 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
5 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
6 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
7 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
8 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
9 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Dari 100 fakta dasar penjumlahan di atas yang harus dikuasai hanyalah 55 fakta dasar, karena
penggunaan sifat komutatif, seperti 7 + 5 = 5 + 7 dan lain –lain.
2. Perkalian
Pemahaman konsep perkalian dapat diilustrasikan sebagai pemasangan silang antara dua
himpunan, yaitu: Jika a dan b bilangan cacah, A dan B adalah himpunan yang terhingga sedemikian
hingga n(A) = a dan n(B) = b, maka a x b = n (A x B). Misalkan perkumpulan bulu tangkis
mempunyai pemain putra sebanyak 3 orang, yaitu: Rudi, Candra, dan Gunawan, serta mempunyai 2
orang pemain putri, yaitu: Susi dan Yeni. Jika akan diturunkan bermain dalam pasangan ganda
campuran, maka pasangan yang mungkin terjadi adalah: (1) Rudi dan Susi; (2) Rudi dan Yeni; (3)
Candra dan Susi; (4) Candra dan Yeni; (5) Gunawan dan Susi; dan (6) Gunawan dan Yeni. Jadi
banyaknya pasangan atau kombinasi yang mungkin terjadi adalah 6 pasang. Banyaknya pasangan
tersebut didapat dari pemasangan silang dua anggota himpunan atau didapat dari perkalian bilangan
3 dan bilangan 2.
Contoh lain, ambil dua himpunan A dan B yang saling lepas, A dengan a anggota dan B dengan
b anggota, kemudian bentuklah A x B. Maka banyaknya anggota (pasangan) dalam A x B disebut
a x b. Misalkan A = {a, b, c} dan B = {k, l, m, n}. Maka A x B = {(a, k), (a, l), (a, m), (a, n), (b,
k), (b, l), (b, m), (b, n), (c, k), (c,l), (c, m), (c, n)}. Hasil perkalian tersebut dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 6.1.2: Perkalian silang dua anggota himpunan
x k l m n
a a, k a, l a, m a, n
b b, k b, l b, m b, n
c c, k c, l c, m c, n
Atau perkalian tersebut dapat digambarkan sebagai persilangan 3 baris dengan 4 garis, seperti
gambar berikut:
Perkalian dapat pula dipandang sebagai gabungan suatu himpunan atau dengan perkataan lain,
a x b ialah banyaknya anggota dalam persatuan (gabungan) a himpunan, yang sepasang-sepasang
lepas dan masing-masing mempunyai b anggota.
Misal: Jika A1, A2, A3, ... An adalah himpunan-himpunan yang sepasang-sepasang lepas dan masing-
masing mempunyai b anggota, maka a x b adalah banyaknya anggota : A1 ∪ A2 ∪ A3 ∪ ... ∪ An.
Contoh Perkalian 3 x 4 dapat diperagakan sebagai berikut:
44 44 44
44 44 44
4444
4444
4444
Gambar 6.1.3: Perkalian 3 x 4 anggota
Definisi lain dalam hal perkalian dapat digunakan dengan pendekatan kelipatan suatu bilangan,
atau dengan istilah lain yaitu membilang loncat, seperti terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 6.1.3: Kelipatan suatu bilangan
Kelipatan Kelipatan ke …
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
3 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
4 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40
5 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Penggunaan kelipatan pada proses perkalian misalnya 2 x 4 , yaitu mencari kelipatan 4 pada
langkah ke dua (pada tabel di atas adalah 8, karena pada kelipatan 4 kita temukan: 4, 8, .....).
Contoh lain, 4 x 5 , bilangan yang dimaksud adalah bilangan pada kelipatan 5 dalam langkah ke 4 (
pada tabel di atas adalah 20, karena pada kelipatan 5 kita temukan: 5, 10, 15, 20, ..... ).
Fakta dasar perkalian adalah perkalian bilangan 0 sampai dengan 9. Sedangkan fakta dasar
pembagian adalah pembagian bilangan dimana bilangan yang dibaginya dari 0 sampai dengan 81,
pembaginya bilangan asli dari satu sampai dengan 9, dan hasil baginya adalah bilangan cacah dari 0
sampai dengan 9. Dalam kalimat matematik seperti 6 x 9 = 54, 6 dan 9 disebut faktor sedangkan 54
hasil kali dan semuanya menyusun apa yang disebut fakta perkalian.
Fakta dasar perkalian dalam bilangan cacah dapat dimisalkan sebagai berikut, yaitu ada
sembarang bilangan a x b = c, dengan keterangan sebagai berikut :
0 ≤ a ≤ 9 (a tidak lebih kecil dari 0 dan tidak lebih besar dari 9),
0 ≤ b ≤ 9 (b tidak lebih kecil dari 0 dan tidak lebih besar dari 9),
0 ≤ c ≤ 81 (c tidak lebih kecil dari 0 dan tidak lebih besar dari 81), dengan keterangan a, b, dan
c elemen (anggota) bilangan cacah.
Contoh-contoh perkalian fakta dasar dapat dilihat pada tabel perkalian di bawah ini.
Tabel 6.1.4: Perkalian Fakta Dasar
x 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
3 0 3 6 9 12 15 18 21 24 27
4 0 4 8 12 16 20 24 28 32 36
5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
6 0 6 12 18 24 30 36 42 48 54
7 0 7 14 21 28 35 42 49 56 63
8 0 8 16 24 32 40 48 56 64 72
9 0 9 18 27 36 45 54 63 72 81
Untuk memantapkan penguasaan fakta dasar perkalian dan pembagian dapat digunakan tabel,
jari tangan, dan mengaitkan suatu perkalian dengan fakta yang mudah diingat, seperti kelipatan dua
yang hasil perkaliannya selalu bilangan genap, kelipatan lima sering ada pada penggaris atau bilangan
menit pada jam (satu bilangan nilainya 5 menit, dan kelipatan tujuh yang ada pada perhitungan hari
dalam satu mingu.
1) Sifat Tertutup
Sifat tertutup dalam perkalian bilangan cacah maksudnya ialah, jika ada dua bilangan cacah
atau lebih diperkalikan, maka hasilnya bilangan cacah pula (tidak keluar dalam konteks bilangan
cacah). Misalnya: 2 x 4 = 8 , 3 x 7 = 21 dan lain lain, 8 dan 21 adalah anggota bilangan cacah.
5 cm 3 cm
5 cm
3 cm
Gambar 6.1.4: Luas suatu daerah dalam dua posisi
2 cm 4 cm
4 cm 3 cm 3 cm
2 cm
Sifat asosiatif tersebut dapat dikatakan sulit diterima oleh siswa kelas III sekolah dasar sebab
kemampuan siswa masih terbatas, yaitu harus memahami terhadap benda ruang tiga dimensi,
pemahaman terhadap benda ruang tiga dimensi tersebut siswa harus memiliki daya tilik ruang, seperti
pada kubus ada istilah sisi, rusuk dan titik sudut, maka dari itu sifat tersebut tidak akan diajarkan
dalam penelitian tindakan kelas ini.
Sifat-sifat tersebut di atas fungsinya untuk mempermudah penyelesaian suatu soal, seperti contoh
soal berikut:
87 x 34 = 34 x 87 (sifat komutatif)
= (30 + 4) x (80 + 7) (sifat distributif)
= 30 x (80+7) + 4 x (80+7) (sifat distributif)
= (30 x 80) + (30 x 7) + (4 x 80) + (4 x 7) (sifat distributif)
= 2400 + 210 + 320 + 28
= 2400 + 530 + 28
= 2400 + 558
= 2958
∪ ∪ =
Gambar 6.1.7: Perkalian sebagai penggabungan himpunan
Sedangkan jika menggunakan pendekatan garis bilangan untuk perkalian seperti 3 x 2 dapat
digambarkan sebagai berikut:
0 1 2 3 4 5 6
Contoh Soal
Ibu membagikan kue sebanyak 30 biji kepada anaknya yang berjumlah 5 orang, masing
mendapatkan bagian yang sama. Berapakah anaknya masing-masing mendapatkan kue?
Jawab:
Misalkan A, B, C, D, dan E adalah nama-nama anak, jika 30 kue dibagi habis kepada 5
orang, maka masing-masing mendapatkan 6 biji kue. Dan gambar yang da[at dibuat adalah
sebagai berikut
A B C D E
Contoh soal
Pak Ahmad membagikan uang sodaqoh kepada sejumlah fakir miskin sebanyak Rp.
50.000,00, masing-masing mendapatkan Rp. 12.500,00. Berapakah jumlah pakir miskin
yang diberi uang oleh Pak Ahmad?
Jawab:
Misalkan jumlah orang pakir miskin adalah p.
50000
Rp. 50.000,00 : p = Rp. 12.500,00 atau ditulis = 12500
p
12500 p = 50000
50000
p=
12500
p=4
Jadi banyaknya pakir miskin yang dibagi uang sebanyak 4 orang
0 12 24 36 48 60
Amin istirahat pada km 12, 24, 36, dan 48. Jadi Amir istirahat sebanyak 4 kali.
4. 25 x 30 = 750 karet gelang
5. (2 x 48 x Rp 500 x 7 hari) - (2 x Rp 11000 x 7) =
Rp 336000 – Rp. 154000 = Rp 182000
1. Bilangan cacah adalah sebagai gabungan bilangan asli dengan bilangan 0 (nol), bilangan asli itu
sendiri adalah himpunan A = {1, 2, 3, …..), jadi bilangan cacah terdiri dari {0, 1, 2, 3, …..}
2. Sifat-sifat Penjumlahan yaitu: tertutup, komutatif, asosiatif, dan sifat penjumlahan dengan nol.
3. Fakta dasar penjumlahan terdapat 100 yaitu dimulai dari 0 + 0 sampai dengan 9 + 9.
4. Penguasaan konsep perkalian sedikitnya dapat dilakukan dengan empat pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pemasangan dari dua anggota himpunan; (2) pendekatan penjumlahan berulang; (3)
pendekatan gabungan dua himpunan; dan (4) pendekatan membilang loncat.
5. Sifat perkalian adalah: tertutup, komutatif, asosiatif, distributive, adanya Elemen Identitas dan
Sifat Perkalian degan Bilangan 0 (nol)
6. Fakta dasar perkalian sebanyak 100, dimuali dari 0 x 0 sampai dengan 9 x 9
7. Pengurangan bilangan b dari bilangan cacah a, ditulis a – b menghasilkan bilangan cacah c, jika
dan hanya jika c – b = a atau c – a = b.
8. Pembgian didefinikan: Jika x bilangan cacah dan y bilangan asli, maka x dibagi y sama dengan
bilangan cacah z, jika dan hanya jika z.y = x
2. Budi mendapat pertanyaan dari gurunya, dengan pertanyaan sebagai berikut: Berapalah hasil
penjumlahan 5 + 26. Budi melakukannya dengan mengambil 5 benda, dan menghitungnya dengan
memulai menyebut 27, 28, 29, 30, dan 31.Sehingga ia menyebutkan hasil 5 + 26 = 31. Perbuatan
Budi tersebut menggunakan sifat penjumlahan .
A. tertutup C. asosiatif
B. komutatif D. distrinutif
3. Dalam menyelesaikan soal “47 + 25 + 75” dapat diselesaikan dengan cara “47 + (25 + 75)”.
Penyelesaian tersebut termasuk sifat.
A. tertutup C. asosiatif
B. komutatif D. distrinutif
8. Tempat duduk dalam suatu bus digambarkan sebagai 9 x 5. Ketika kondektur bus akan mengecek
jumlah penumpang, cukup dengan melihat kursi mana saja yang kosong. Pemikiran kondektur
tersebut adalah menggunakan konsep.
A. penjumlahan dan pengurangan C. perkalian dan penjumlahan
B. perkalian dan pembagian D. perkalian dan pengurangan
9. Celengan Amin sampai hari terakhir dibuka diperkirkan Rp. 2.500.000,00, tetapi setelah dibuka
ternayta ada Rp 3.000.000,00. Jika selisih kedua jumlah tersebut adalah m, maka model
matematika untuk menyelesaikan kasus tersebut adalah sebagai berikut, kecuali.
A. 3 000 000 – 2.500.00 = m C. 3.000.000 – m = 2.500.000
B. 2.500.000 + m = 3.000.000 D. 2.500.000 – m = 3.000.000
10. Jika harga 4 pensil adalah Rp 14.000,00, maka harga 9 pensil dapat diselesaikan dengan model
matemqatika sebagai berikut, kecuali.
4
A. 14000 : 4 x 9 C. x14000
9
9 14000
B. x14000 D. 9x
4 4
Cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 1 yang ada pada bagian
belakang bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Rumus:
Jumlah Jawaban Anda yang benar
Tingkat Penguasaan = —————————————— x 100 %
10
Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, anda dapat meneruskan dengan
Kegiatan Belajar 2. Bagus! Akan tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80 %,
Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum anda kuasai.
S eperti yang telah dibahas pada kegiatan belajar 1, bahwa bilangan cacah di mulai dari 0, 1,
2, 3, 4, 5, dan seterusnya. Jika digambarkan dalam garis bilangan seperti berikut ini.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Bilangan-bilangan tersebut dapat kita bedakan berdasarkan sifat-sifat, seperti sebagai berikut, yaitu:
(1) bilangan habis dibagi dua yang kita namakan bilangan genap dan bilangan yang tidak habis dibagi
dua yang kita namakan bilangan ganjil, (2) bilangan kelipatan tiga, kelipatan empat, kelipatan lima
dan sebagainya, (3) bilangan yang hanya mempunyai dua pembagi yang dinamakan bilangan prima
dan bilangan yang mempunyai banyak pembagi yang dinamakan bilangan komposit, (4) bilangan
dari kuadrat sempurna dan bilangan kubik.
Konsep bilangan ganjil pada siswa SD dapat diilustrasikan sebagai jumlah suatu himpunan yang
anggota-anggota pada himpunan tersebut dipasangkan satu-satu (korespondensi 1-1), terdapat satu
anggota tidak mempunyai pasangan. Sedangkan konsep bilangan genap dapat diilustrasikan sebagai
jumlah suatu himpunan yang anggota-anggota pada himpunan tersebut dipasangkan satu-satu
(korespondensi 1-1), setiap anggotanya mempunyai pasangan.
Secara matematika bilangan genap didefinisikan 2n, sedangkan bilangan ganjil didefinisikan
sebagai 2n + 1, dengan n sembarang bilangan cacah. Sedangkan penjumlahan bilangan genap dan
dan ganjil seperti tabel di bawah ini, yaitu:
Untuk membuktikan tabel perkalian di atas adalah sebagai berikut, yaitu: Jika a dan b adalah
sembarang bilangan cacah, maka yang dimaksud dengan bilangan genap adalah 2a atau 2b, sedangkan
yang dimaksud bilangan ganjil adalah 2a + 1 atau 2b + 1.
Untuk selanjutnya berlaku: (1). (2a + 1) x (2b + 1) = 4ab + 2a +2b +1= (2 (2ab + a + b)) +
1, di sini terlihat bahwa 4ab, 2a, dan 2b adalah bilangan genap, karena jika bilangan genap ditambahkan
dengan bilangan genap sama dengan bilangan genap, maka bilangan genap ditambahkan dengan 1
(satu) adalah sama dengan bilangan ganjil. Atau dengan cara lain dengan mengkuadratkan bilangan
ganjil, seperti: (2a + 1)2 = (2a + 1) x ( 2a + 1) = 4a2 + 4a + 1 = [4a (a + 1)] + 1. Dengan demikian
bilangan ganjil dikalikan dengan bilangan ganjil adalah sama dengan bilangan ganjil, terbukti; (2). 2a
x (2a + 1) = 4a2 + 2a, di sini terlihat bahwa kedua bilangan tersebut adalah bilangan genap, dengan
demikian bilangan genap dikalikan dengan bilangan ganjil adalah selalu bilangan genap, terbukti.
Contoh:
3+3=5 (bilangan ganjil + bilngan ganjil = bilangan ganjil)
4+5=9 (bilangan genap + bilangan ganjil = bilangan ganjil)
6 + 6 = 12 (bilangan genap + bilangan genap = bilangan genap)
3 x 5 = 15 (bilangan ganjil x bilngan ganjil = bilangan ganjil)
5 x 4 = 20 (bilangan ganjil x bilangan genap = bilangan genap)
6 x 8 = 48 (bilangan genap x bilangan genap = bilangan genap)
Dan sebagainya, silakan anda cari lagi yang lainnya!
Keterangan:
Kelipatan 2, berhenti pada langkah ke-5, berarti 2 x 5 = 10
Kelipatan 3, berhenti pada langkah ke-6, berarti 3 x 6 = 18
Kelipatan 4, berhenti pada langkah ke-8, berarti 4 x 8 = 32
Kelipatan 5, berhenti pada langkah ke-3, berarti 5 x 3 = 15
Keterangan:
16 : 2, mundur dimulai dari 16 dan mengurangkannya dengan dua-dua sampai didapatkan
nol, ternyata membutuhkan 8 langkah. Jadi 16 : 2 = 8
21 : 7, mundur dimulai dari 21 dan mengurangkannya dengan tujuh-tujuh sampai didapatkan
nol, ternyata membutuhkan 3 langkah. Jadi 21 : 7 = 3
45 : 9, mundur dimulai dari 45 dan mengurangkannya dengan sembilan-sembilan sampai
didapatkan nol, ternyata membutuhkan 5 langkah. Jadi 45 : 9 = 5
64 : 8, mundur dimulai dari 64 dan mengurangkannya dengan delapan-delapan sampai
didapatkan nol, ternyata membutuhkan 8 langkah. Jadi 64 : 8 = 8
b. Coretlah semua kelipatan 3 kecuali 3 itu sendiri (ciri kelipatan 3 atau habis dibagi 3 adalah
jumlah angka-angka yang membentuk bilangan tersebut dapat dibagi tiga, misal, 27 habis
dibagi 3 sebab 2 + 7 = 9, bilangan 9 habis dibagi 3). Bilangan-bilangan tersebut menjadi
sebagai berikut.
2 3 5 7 11 13 17 19
23 25 29 31 35 37
41 43 47 49 53 55 59
61 65 67 71 73 77 79
c. Coretlah kelipatan 5 kecuali 5 itu sendiri (cirri kelipatan 5 atau habis dibagi 5 adalah bilangan
tersebut berakhir dengan angka 5 atau 0). ). Bilangan-bilangan tersebut menjadi sebagai
berikut.
2 3 5 7 11 13 17 19
23 29 31 37
41 43 47 49 53 59
61 67 71 73 77 79
83 89 91 97
d. Coretlah kelipatan 7 kecuali 7 itu sendiri (jika bilangannya cukup besar, ciri kelipatan 7 atau
habis dibagi 7 adalah angka-angka yang dibentuk oleh angka sebelum angka terakhir dikurangi
dua kali angka terakhir, hasilnya dapat habis dibagi 7). Bilangan tersebut menjadi
2 3 5 7 11 13 17 19
23 29 31 37
41 43 47 53 59
61 67 71 73 79
e. Karena bilangan prima yang dicari adalah bilangan prima kurang dari 100, maka pencarian
cukup sampai pada kelipatan 7. Dan bilangan-bilangan prima tersebut adalah yang tertera
pada poin d di atas, yaitu:
2 3 5 11 13 17 19 23 29 31
37 41 43 47 53 59 61 67 71 73
79 83 89 91 97
Ubin hitam: 1
Ubin putih: 3
bilangan ganjil
Ubin hitam: 5
Ubin putih: 7
Gambar 6.2.1
Seperti kita ketahui pada kegiatan belajar di atas, bahwa bilangan-bilangan 1, 3, 5, 7, … merupakan
bilangan ganjil, yang ditulis sebagai himpunan bilangan ganjil sebagai berikut: {1, 3, 5, 7, ...}.
Jika kita bagi lagi menjadi persegi-persegi seperti tampak pada Gambar 6.2.2 berikut ini, maka kita
dapat menentukan suatu bentuk penjumlahan bilangan ganjil.
0 1
1+3=4
1+3+5=9
1 + 3 + 5 + 7 = 16
Gambar 6.2.2
Pola bilangan seperti ini sering disebut sebagai Bilangan Persegi dan merupakan hasil penjumlahan
sederetan bilangan ganjil.
Dengan demikian, Bilangan Persegi tersebut dapat ditulis dalam bentuk barisan: 0, 1, 4, 9, 16, 25,
… yang ekuivalen dengan 02, 12, 22, 32, 42, 52, … .
Atau jika Anda ingin menentukan akar-akar dari setiap sukunya, maka Anda akan menemukan:
0 , 1, 4 , 9 , 16 , 25 ,... yang ekuivalen dengan 0, 1, 2, 3, 4, 5, … .
…
1 8 27 …
Bilangan-bilangan yang berpola seperti ini: 13, 23, 33, 43, … yang ekuivalen dengan 1, 8, 27, 64, …
disebut sebagai bilangan Pangkat Tiga atau disebut juga sebagai Bilangan Kubik. Mengapa
demikian? Jawabannya adalah karena bilangan-bilangan tersebut dapat ditentukan seperti halnya
menentukan isi suatu kubus satuan.
Isi suatu kubus dapat ditentukan dengan menghitung (panjang x lebar x tinggi), atau (rusuk x
rusuk x rusuk) = (rusuk)3. Untuk kubus dengan rusuk 1 satuan panjang, isinya adalah 1 x 1 x 1 = 13
= 1 isi, sedangkan untuk kubus dengan rusuk 2 satuan panjang, isinya adalah 2 x 2 x 2 = 23 = 8
satuan isi, dan seterusnya.
Misalkan P adalah himpunan pembagi 24, maka P = {1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24}, dan Q adalah
himpunan pembagi 56, maka Q = {1, 2, 4, 7, 8, 14, 28, 56}. Sehingga P ∩ Q = {1,2,4,8} adalah
himpunan faktor persekutuan dari 24 dan 56. Jelas bahwa 8 merupakan anggota terbesar dari P ∩ Q .
Jadi, 8 merupakan FPB dari 24 dan 56.
Definisi:
Faktor Persekutuan Terbesar (disingkat FPB) dari dua bilangan bulat positif p dan q, adalaj
bilangan bulat positif terbesar r sedemikian sehingga r|p dan r|q.
Dari definisi di atas, jelas bahwa FPB dari dua bilangan bulat positif adalah bilangan bulat
terbesar yang membagi keduanya. Biasanya dinyatakan dengan:
r = FPB ( p, q).
Contoh 1:
Carilah FPB dari 60 dan 90!
Jawaban:
Karena 60 = 22 × 3 × 5, dan
90 = 2 × 32 × 5,
maka 2, 3, dan 5 merupakan faktor prima sekutu dari 60 dan 90.
Jadi, FPB (60, 90) = 2 × 3 × 5 = 30.
Contoh 2:
Tentukan FPB dari 252 dan 270!
Jawaban:
252 = 22 × 32 × 7 270 = 2 × 33 × 5
2 dan 32 adalah faktor sekutu 252 dan 270.
Jadi, FPB (252, 270) = 2 × 32 = 18.
FPB tiga bilangan p, q, dan r, dapat dicari dengan menemukan FPB bilangan p dan q terlebih dahulu,
misal FPB (p, q) = k. Maka FPB (p, q, r) = (k, r). Atau dapat juga dengan menemukan FPB (p, q)
= k dan FPB (q, r) = f.
Dengan demikian FPB (p, q, r) = FPB (k, f). Cara seperti ini dapat diperluas untuk menemukan
FPB empat bilangan atau lebih.
Contoh 3:
Tentukan FPB dari 72, 108, dan 66!
Jawaban:
FPB (72, 108) = 22 × 3 = 12. Maka FPB (72, 108, 66) = FPB (12, 66) = 6.
Atau Anda juga dapat menggunakan cara lainnya, yakni FPB (72, 108) = 12, dan FPB (72,
66) = 6. Sehingga FPB (72, 108, 66) = FPB (12, 6) = 6.
Silakan Anda pilih cara yang menurut Anda lebih efisien untuk menentukan FPB.
Proses menuliskan bilangan sebagai bentuk perkalian bilangan prima untuk menemukan FPB dua
bilangan, dapat pula digunakan untuk menentukan FPB tigs :bilangan atau lebih. Dari contoh di atas,
kita peroleh:
108 = 22 × 33
72 = 23 × 32
66 = 2 × 3 × 11
Sehingga FPB (72, 108, 66) = 2 × 3 = 6.
Cara-cara seperti yang telah diungkapkan di atas nampaknya kurang efektif untuk menentukan FPB
dari bilangan-bilangan yang besar. Untuk itu, diperlukan cara lain yang lebih praktis, yang didasarkan
pada Algoritma Pembagian dengan berulang. Menurut Algoritma Pembagian, bilangan positif a dan
b, selalu dapat ditulis sebagai:
Contoh 4:
Tentukan FPB (315, 220)!
Jawaban:
Menurut Algotitma Pembagian:
315 = 1 × 220 + 95, dan 0 ≤ 95 < 220 .
Ini berarti pembagi 315 dan 220 berarti juga pembagi 95.
Sehingga FPB (315, 220) = FPB (220, 95).
Contoh 5:
Carilah FPB (7286, 1684)!
Jawaban:
7286 = 4 × 1684 + 550, FPB (7286, 1684) = FPB (1684, 550)..
0 ≤ 30
5 <<3095 1684 = 3 × 550 + 34, FPB (1684, 550) = FPB (550, 34).
550 = 16 × 34 + 6, FPB (550, 34) = FPB (34, 6).
34 = 5 × 6 + 4, FPB (34, 6) = FPB (6, 4).
6 = 1 × 4 + 2, FPB (6, 4) = FPB (4, 2).
4 = 2 × 2 + 0, FPB (4, 2) = 2.
Ingat, jika FPB dari dua bilangan positif p dan q adalah 1, maka p dan q tersebut disebut sebagai
bilangan Relatif Prima. Misalnya 3 dan 5 adalah relative prima, karena FPB (3, 5) = 1.
Definisi:
Bilangan bulat positif m adalah Kelipatan Persekutuan Terkecil (disingkat KPK) dua bilangan
bulat positif p dan q jika dan hanya jika m adalah bilangan bulat positif terkecil yang dapat
dibagi oleh p dan q.
Biasanya dinyatakan sebagai m = KPK (p, q).
Contoh 6:
Tentukan KPK (15, 24) dan KPK(75, 60)!
Jawaban:
KPK (15, 24) dapat ditentukan dengan cara:
15 = 3 × 5
24 = 23 × 3
KPK dua bilangan bulat positif adalah hasil kali pangkat tertinggi dari semua faktor prima
yang terjadi dalam pemfaktoran masing-maisng bilangan, yaitu:
KPK (15, 24) = 23 × 3 × 5 = 120.
Salah satu cara lain yang dapat digunakan untuk menentukan KPK pasangan bilangan bulat positif
adalah dengan menentukan terlebih dahulu FPB pasangan biolangan tersebut. Setelah itu, KPK
ditentukan dengan cara membagi antara hasil kali pasangan bilangan tersebut dengan FPB-nya.
Contoh 7:
Tentukan KPK (146, 124)!
Jawaban:
Kita dapat menghitungnya dengan cepat seperti berikut ini:
Cara lain yang seringkali memberikan kemudahan bagi kita untuk menentukan baik itu FPB maupun
KPK adalah dengan mencoba melalui proses pembagian bilangan prima. Misalnya dalam menentukan
FPB dan KPK dari 24 dan 60:
2 24 60
2 12 30
3 6 15
2 5
FPB (24, 60) = 2 × 2 × 3 = 12
Sedangkan KPK (24, 60) = 2 × 2 × 3 × 2 × 5 = 120
Contoh 8:
Carilah FPB dan KPK dari 36, 54, 81 !
Jawaban:
Buat tabel seperti pada contoh 6, sedemikian rupa sehingga:
3 36 54 81
3 12 18 27
4 6 9
FPB (36, 54, 81) = 3 × 3 = 9
KPK (36, 54, 81) = 3 × 3 × 4 × 6 × 9 = 1944
Akan ditunjukkan bahwa xry adalah KPK p dan q. Kelipatan persekutuan p dan q misalkan kp.
Sehingga q|kp karena kp kelipatan persekutuan. Lalu, ry|krx dan y|kx. Telah diketahui bahwa
y|kx, berarti y harus membagi k, karena FPB (x, y) = 1. Sehingga xry membagi sebarang
kelipatan p dan q, yaitu kp sebab xr = p dan y|k. jadi, xry adalah KPK p dan q.
Misalkan xry = m, sehingga pq = (rx) (ry) = r(xry) = rm.
Dengan demikian terbukti bahwa , atau KPK (p, q) = .
2. Untuk dapat menyelesaikan KPK dari 42, 54, 81, dan 35 bisa dilakukan dengan membuat tabel
seperti berikut ini:
2 42 54 81 35
3 21 27 81 35
3 7 9 27 35
3 7 3 9 35
7 7 1 3 35
1 1 3 5
a a2 ab
b ab b2
Persegi dengan sisi n = a + b, akan memiliki luas seperti pada gambar di atas. Tampak bahwa
luas persegi n dapat dipecah menjadi 4 bagian luas, yaitu:
Luas I = a2
Luas II = ab
Luas III = ab
Luas IV = b2
Sehingga jumlah keempat bagian tersebut adalah:
a2 + ab + ab + b2 = a2 + 2ab + b2
Dari sini kita memperoleh rumusan baru mengenai bentuk polinom;
(a + b)2 = a2 + 2ab + b2
• Bilangan cacah dapat kita bedakan berdasarkan sifat-sifatnya, yaitu: (1) bilangan habis
dibagi dua yang kita namakan bilangan genap dan bilangan yang tidak habis dibagi dua
yang kita namakan bilangan ganjil, (2) bilangan kelipatan tiga, kelipatan empat, kelipatan
lima dan sebagainya, (3) bilangan yang hanya mempunyai dua pembagi yang dinamakan
bilangan prima dan bilangan yang mempunyai banyak pembagi yang dinamakan bilangan
komposit, (4) bilangan dari kuadrat sempurna dan bilangan kubik.
• Bilangan prima adalah suatu bilangan yang mempunyai dua pembagi, yaitu dirinya sendiri
dan satu. Sedangkan Bilangan komposit adalah bilangan yang mempunyai banyak
pembagi (lebih dari dua pembagi).
• Bilangan Persegi dan merupakan hasil penjumlahan sederetan bilangan ganjil dengan
pola 1 + 3 + 5 + … + n = n2.
• Pola bilangan ke-n yang memiliki formula seperti Jumlah kubus pada pola ke-n = n3
(misalanya 13, 23, 33, 43, … ) disebut sebagai bilangan Pangkat Tiga atau disebut juga
sebagai Bilangan Kubik.
• Faktor Persekutuan Terbesar (disingkat FPB) dari dua bilangan bulat positif p dan q,
adalaj bilangan bulat positif terbesar r sedemikian sehingga r|p dan r|q. dengan kata
lain, FPB dari dua bilangan bulat positif adalah bilangan bulat terbesar yang membagi
keduanya.
Biasanya dinyatakan dengan: r = FPB ( p, q).
• Bilangan bulat positif m adalah Kelipatan Persekutuan Terkecil (disingkat KPK) dua
bilangan bulat positif p dan q jika dan hanya jika m adalah bilangan bulat positif terkecil
yang dapat dibagi oleh p dan q.
Biasanya dinyatakan sebagai m = KPK (p, q).
2. Andaikan FPB dari pasangan bilangan m dan n adalah m, maka kesimpulan yang benar adalah
…………….
A. m dan n adalah pasangan bilangan yang relatif prima.
B. n adalah faktor dari m.
C. n habis dibagi oleh m.
D. KPK dari m dan n adalah mn
E. FPB dari m dan n adalah .
4. Jika p = a6 b2 c3 d dan q = a b3 ck, dengan a, b, c, dan d adalah bilangan prima, serta k adalah
bilangan prima genap, tentukan FPB (p, q) !
A. a b2 c2 D. a b2 ck d
2 3
B. a b c E. a b2 ck d
C. a b2 c2 d
Cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 3 yang ada pada bagian
belakang bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.
Rumus:
Jumlah Jawaban Anda yang benar
Tingkat Penguasaan = —————————————— x 100 %
5
Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda telah berhasil menyelesaikan
bahan belajar mandiri ini. Bagus! Akan tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80
%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang belum anda kuasai.
KUNCI JAWABAN
Tes Formatif 1
1. B
2. B
3. C
4. C
5. B
6. A
7. D
8. D
9. D
10. C
Tes Formatif 2
1. Terdapat pasangan bilangan p dan q, kemudian akan dicari KPK dari pasangan
bilangan tersebut. Jika ternyata KPK (p, q) = pq, itu berarti: kedua bilangan p dan q tersebut
reliatif prima, atau dengan kata lain FPB (p, q) = 1.
Jawaban: B
2. Andaikan FPB dari pasangan bilangan m dan n adalah m, atau FPB (m, n) = m, maka kesimpulan
yang benar adalah m merupakan faktor dari n. Karena m merupakan faktor dari n, berarti m
membagi habis n, atau dengan kata lain n habis dibagi oleh m.
Jawaban: C
4. Jika p = a6 b2 c3 d dan q = a b3 ck, dengan a, b, c, dan d adalah bilangan prima, serta k adalah
bilangan prima genap, yaitu k = 2. Maka FPB (p, q) dapat kita tulis dalam bentuk perkalian
faktor-faktor prima dengan pangkat terkecil, yaitu: a b2 ck = a b2 c2.
Jawaban: A
5. Bentuk barisan: 2x, 4x, 6x, 8x, 10x, …, 1000x, merupakan bentuk barisan kelipatan 2 dari 2x.
Dengan demikian, KPK (2x, 4x, 6x, 8x, 10x, …, 1000x) haruslah 1000x.
Jawaban: D
GLOSARIUM
implikasi : pernyataan yang berbentuk: jika ….., maka …..
invers : lawan
konjungsi : pernyatan majemuk yang menggunakan kata “dan”
kontradiksi : pernyataan yang semua nilai kebenarannya Salah
kubik : suatu bilangan yang dapat dinyatakan sebagai hasil-kali dari tiga bilangan bulat.
logika : metode dan prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara penalaran
yang benar dengan penalaran yang salah
tautologi : pernyataan yang semua nilai kebenarannya Benar
uner : satu unsur
DAFTAR PUSTAKA
Hollands, Roy. (1984). Kamus Matematika (Terjemahan Naipopos Hutahuruk). Jakarta: Erlangga.
PEMECAHAN MASALAH
DALAM BILANGAN PECAHAN,
DAN PERBANDINGAN
P
ada Bahan Belajar Mandiri (BBM) sebelum ini, Anda telah dibekali beberapa strategi
untuk memecahkan masalah non-rutin dalam matematika. Adapun pada BBM 7 ini,
Anda dihadapkan pada beberapa kajian matematika dengan permasalahan-permasalahan
non-rutin yang perlu untuk dipecahkan atau dicarikan solusinya.
BBM 7 ini memfokuskan kajian pada materi pemecahan masalah dalam bilangan pecahan, dan
perbandingan, yang disusun menjadi dua kegiatan belajar, yaitu: Kegiatan Belajar 1:Bilangan
Pecahan, dan Kegiatan Belajar2:Perbandingan. Setiap kegiatan belajar yang Anda pelajari, satu
sama lainnya memiliki keterkaitan yang erat, sehingga diharapkan Anda mampu mempelajari dan
memahaminya secara tuntas.
KOMPETENSI DASAR
Setelah Anda mempelajari BBM ini, diharapkan Anda dapat memahami dan terampil melakukan
pemecahan masalah matematik yang berhubungan dengan topik bilangan pecahan, dan perbandingan.
INDIKATOR
Setelah mempelajari materi dalam BBM ini, Anda diharapkan dapat:
1. Memahami konsep pecahan dan aplikasinya.
2. Menggunakan sifat-sifat dan operasi dalam pecahan untuk memecahkan permasalahan matematik.
3. Terampil melakukan pemecahan masalah matematik yang berhubungan dengan topik pecahan.
4. Memahami konsep, prinsip, dan aturan-aturan dalam bahasan perbandingan dan aplikasinya.
5. Terampil melakukan pemecahan masalah matematik yang berhubungan dengan topik perbandingan.
Untuk membantu Anda mencapai tujuan/indikator tersebut, BBM ini diorganisasikan menjadi tiga
Kegiatan Belajar (KB) sebagai berikut:
KB 1: Pecahan
KB 2: Perbandingan.
Untuk membantu Anda dalam mempelajari BBM ini, silakan perhatikan beberapa petunjuk belajar
berikut ini:
1. Bacalah dengan teliti bagian pendahuluan ini sampai Anda memahami secara tuntas tentang apa,
untuk apa, dan bagaimana mempelajari BBM ini.
2. Bacalah sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dari kata-kata yang dianggap
baru. Carilah pengertian kata-kata kunci tersebut dalam kamus atau ensiklopedia yang Anda
miliki.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan
mahasiswa lain atau dengan tutor Anda.
4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan. Anda
dipersilakan untuk mencari dan menggunakan berbagai sumber, termasuk dari internet.
5. Mantapkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan dan melalui kegiatan diskusi dalam
kegiatan tutorial dengan mahasiswa lainnya atau dengan teman sejawat.
6. Jangan lewatkan untuk mencoba menyelesaikan setiap permasalahan yang dituliskan pada setiap
akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah Anda sudah memahami dengan
benar kandungan BBM ini.
PECAHAN
PENGANTAR
P ecahan merupakan konsep matematika yang sangat penting karena aplikasinya yang begitu
luas, banyak digunakan dalam kehidupan kesehaian. Cakupan materi dalam Kegiatan
Belajar 1 ini antara lain: Pengertian Pecahan, Jenis Pecahan, Pecahan Murni dan Pecahan Tidak
Murni, Pecahan Senilai, Membandingkan Pecahan, Mengubah Pecahan ke Bentuk Lain, Sifat dan
Operasi Pecahan, dan Bentuk Baku. Kajian materi ini dapat dikatakan sebagai prasyarat untuk
menempuh Kegiatan Belajar selanjutnya. Adapun setiap kajian materi tersebut disuguhkan dalam
bentuk pemecahan masalah matematik.
INDIKATOR
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 1 ini, Anda diharapkan dapat:
1. Memahami konsep pecahan dan aplikasinya.
2. Menggunakan sifat-sifat dan operasi dalam pecahan untuk memecahkan permasalahan matematik.
3. Terampil melakukan pemecahan masalah matematik yang berhubungan dengan topik pecahan.
URAIAN
Apakah kamu pernah merayakan hari ulang tahun bersama keluargamu? Acara tiup lilin dan
potong kue ulang tahun merupakan salah satu acara yang paling dinanti dalam peristiwa tersebut.
Bagaimana caranya agar kamu dapat membagi kan kue ulang tahun secara merata kepada seluruh
tamu undangan agar semua tamu undangan dapat mencicipi lezatnya kue ulang tahunmu?
1
bagian
3
a
Bentuk bilangan , dengan b tidak sama dengan nol, a kita namakan pembilang dan b kita namakan
b
penyebut, maka bilangan tersebut dinamakan bilangan pecahan.
a
Bilangan pecahan adalah nilai bilangan antara dua bilangan bulat yang ditulis , b ≠ 0 , a disebut
b
pembilang dan b disebut penyebut. Pecahan negatif diperoleh ketika pembilang atau penyebutnya
merupakan bilangan bulat negatif.
Contoh:
−1
1. ditulis
2
3 3
2. ditulis −
−4 4
Contoh 7.1.1:
Dua buah roti yang sama besar dibagikan kepada 5 orang anak. Berapa bagiankah setiap
anak tersebut mendapatkan roti?
Jawaban:
2
Secara sederhana, dapat ditulis 2 : 5 =
5
Contoh 7.1.2:
Gambar berikut memperlihatkan sebuah lingkaran yang dibagi menjadi 8 daerah yang sama
besar.
(i) (ii)
2 5
Secara sederhana dapat ditulis: (i) (ii)
8 8
Contoh 7.1.3:
Tentukan mana pembilang dan penyebut dari pecahan berikut:
3 7
a. b.
4 5
b
Jawaban:
c a. 3 disebut pembilang dan 4 disebut penyebut
b. 7 disebut pembilang dan 5 disebut penyebut
2. Pecahan Campuran
Pecahan yang memiliki campuran nama bilangan bulat dan nama pecahan biasa disebut pecahan
b
campuran. a merupakan pecahan campuran karena memiliki nama bilangan bulat yaitu a dan
c
nama pecahan biasa yaitu . Pecahan campuran dengan dapat dinyatakan pula dengan pecahan
biasa .
3. Pecahan Desimal
Pecahan dengan menggunakan nama desimal disebut pecahan desimal.
1 3
Contoh: nama desimalnya 0,5 dan nama desimalnya 0,75.
2 4
4. Persen
Persen mengandung arti perseratus, dilambangkan “%”. Persen adalah nama lain dari suatu
25
pecahan dengan penyebut 100. Contoh: 25 persen ditulis 25% atau dapat pula dinyatakan .
100
a a
Untuk setiap pecahan dengan b ≠ 0 dapat dinyatakan dalam bentuk persen menjadi =
b b
a
× 100% .
b
5. Permil
Permil mengandung arti perseribu, dilambangkan “ 0 00 ”. Permil adalah nama lain dari suatu
25
pecahan dengan penyebut 1000. Contoh: 25 permil ditulis 25 atau dapat pula dinyatakan .
1000
a a
Untuk setiap pecahan dengan b ≠ 0 dapat dinyatakan dalam bentuk permil menjadi
b b
a
= × 1000 0 00 .
b
a 1
Pecahan kita sebut pecahan murni, apabila nilai a selalu lebih kecil daripada nilai b. Contoh: ,
b 2
2 3 a
, . Sedangkan pecahan kita sebut pecahan tidak murni, apabila nilai a selalu lebih besar
5 4 b
52 9 10
daripada nilai b. Contoh: , , .
91 5 6
Khusus untuk pecahan tidak murni dapat kita nyatakan dalam bentuk pecahan campuran dan cara
mengubahnya kita pelajari pada subbab berikutnya.
INGAT !!!
a
dengan a > b merupakan pecahan tidak murni.
b
Contoh 7.1.4:
Manakah di antara pecahan-pecahan berikut yang merupakan pecahan murni dan pecahan
tidak murni!
225 100 49 2
a. b. c. d.
99 99 50 5
Jawaban:
225
a. Karena 225 lebih besar daripada 99, maka pecahan merupakan pecahan tidak
99
murni.
100
b. Karena 100 lebih besar daripada 99, maka pecahan merupakan pecahan tidak
99
murni.
49
c. Karena 49 lebih kecil daripada 50, maka pecahan merupakan pecahan murni.
50
2
d. Karena 2 lebih kecil daripada 5, maka pecahan merupakan pecahan murni.
5
PECAHAN SENILAI
Perhatikan gambar berikut!
(i) (ii)
Gambar di atas menunjukkan dua lingkaran yang sama, tetapi gambar (i) dibagi menjadi 8 bagian,
sehingga daerah yang diarsir menunjukan pecahan dan gambar (ii) dibagi menjadi 4 bagian,
2
sehingga daerah yang diarsir menunjukan pecahan . Karena pada kedua gambar tersebut daerah
4
4 2
arsirannya sama besar, maka pecahan dan memiliki nilai yang sama. Secara singkat dapat kita
8 4
4 2
katakan bahwa senilai dengan .
8 4
4 2
Kemudian, jika kita mengamati lebih lanjut, ternyata dan memiliki hubungan, yaitu kita dapat
8 4
2 4
memperoleh dari pecahan dengan cara membagi pembilang dan penyebutnya dengan bilangan
4 8
⎛4 4 : 2 2⎞ 4 2
2 ⎜⎝ = = ⎟ . Begitu juga sebaliknya kita dapat memperoleh dari pecahan , yaitu dengan
8 8 : 2 4⎠ 8 4
⎛ 2 2 x2 4 ⎞
cara mengalikan pembilang dan penyebutnya dengan bilangan 2 ⎜⎝ = = ⎟.
4 4 x2 8 ⎠
Dari uraian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa untuk mendapatkan pecahan senilai dari suatu
pecahan dapat kita lakukan dengan membagi atau mengalikan pembilang dan penyebutnya dengan
angka yang sama.
INGAT !!!
Pecahan senilai adalah pecahan-pecahan yang sama nilainya
dan dapat diperoleh dengan mengalikan bilangan yang sama
pada pembilang dan penyebut dari suatu pecahan.
a a×k a a: j
= atau =
b m×k b b: j
Contoh 7.1.6:
3
Tentukan pecahan-pecahan yang senilai dengan pecahan !
2
Jawaban:
3 3x2 6
• Kalikan pembilang dan penyebutnya dengan angka 2, maka diperoleh = =
2 2 x2 4
3 3 x3 9
• Kalikan pembilang dan penyebutnya dengan angka 3, maka diperoleh = =
2 2 x3 6
3 3 x 4 12
• Kalikan pembilang dan penyebutnya dengan angka 4, maka diperoleh = = ,
2 2 x4 8
dan seterusnya.
IINGAT !!!
Contoh 7.1.7:
1 1 1 1 1
Apakah hubungan antara dan ? Apakah lebih dari atau sebaliknya kurang
8 10 8 10 8
1
dari ?
10
Jawaban:
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyamakan dahulu penyebut pada kedua
pecahan tersebut dengan cara mencari KPK dari 8 dan 10. Setelah kita mengetahui bahwa
1 1 5 4
KPK dari 8 dan 10 adalah 40, selanjutnya …. berubah menjadi …. (Mari
8 10 40 40
kita cari tahu, kenapa jadi seperti itu?). Langkah terakhir, kita tinggal melihat bilangan yang
terdapat pada pembilang, yaitu bilangan 4 dan 5. Kalau menurut kamu mana yang lebih
besar nilainya, bilangan 4 atau bilangan 5?
Karena bilangan 5 lebih besar nilainya dari bilangan 4, maka kita dapat menyimpulkan bahwa
5 4 1 1
> . Dan hal itu berarti bahwa > .
40 40 8 10
3 3 × 25 75
2. = = = 0,75
4 4 × 25 100
3 3 × 125 375
3. = = = 0,375
8 8 × 125 1000
Dalam menyelesaikan pengubahan bentuk pecahan biasa ke pecahan desimal, kamu harus selalu
mengubah dulu penyebut agar merupakan bilangan perpangkatan 10, yaitu 10, 100, 1000, dan
seterusnya. Pada contoh 2 dan 3 kamu dapat melihat bagaimana proses yang harus dilakukan untuk
3 3
mengubah dan ke dalam bentuk pecahan desimal.
4 8
Lalu bagaimana cara yang harus kamu lakukan agar dapat mengubah dari bentuk pecahan desimal
ke bentuk pecahan biasa? Berikut ini disajikan beberapa contoh mengenai hal tersebut.
1 1 7 5 70 5 75
1. 0,75 = (7 × ) + (5 × )= + = + =
10 100 10 100 100 100 100
1 1 1 3 7 5 300 70 5 375
2. 0.375 = (3× ) + (7 × ) + (5× )= + + = + + =
10 100 1000 10 100 1000 1000 1000 1000 1000
Suatu pecahan yang mempunyai penyebut 10, 100, 1000 dan seterusnya disebut pecahan desimal.
Ada dua macam pecahan desimal, yaitu:
1 25 35
1. Pecahan desimal yang jelas, misalnya: , , dan .
10 100 100
3 3
2. Pecahan desimal yang masih harus ditentukan, misalnya: . Nama desimal untuk adalah 0,75
4 4
75
dan pecahan desimalnya adalah .
100
3 3 × 20 60
2. = = = 60%
5 5 × 20 100
1 75 75 : 25 3
3. 75% = 75 × = = =
100 100 100 : 25 4
7 ( 6 × 2) + 7 12 + 7 19
2. 2 = = =
6 6 6 6
Ketika kamu mengubah bentuk pecahan ke bentuk lainnya atau sebaliknya, kamu dapat membuat
pecahan dalam bentuk yang paling sederhana. Suatu pecahan dikatakan sederhana apabila pembilang
dan penyebutnya tidak mempunyai faktor persekutuan lagi, kecuali 1.
27 27 27 : 9 3
Misalnya, sederhanakanlah pecahan ! Maka = = .
36 36 36 : 9 4
Contoh 7.1.9:
2 6 2+6 8
+ = =
5 5 5 5
Kedua, ketika kamu akan menjumlahkan pecahan dengan penyebutnya yang tidak sama,
maka kamu harus mengubah dulu pecahan tersebut sehingga penyebutnya yang baru
merupakan kelipatan persekutuan terkecil dari penyebut-penyebut semula.
Contoh 7.1.10:
2 4 2 × 5 4 × 3 10 12 22
+ = + = + =
3 5 3 × 5 5 × 3 15 15 15
a c a+c
+ =
b b b
a c ad + cb
+ =
b d bd
a c ad − cb
− =
b d bd
PERKALIAN PECAHAN
Pada operasi perkalian pecahan berlaku pengerjaan-pengerjaan seperti berikut ini.
1 a 1 2
1. a × = Contoh: 2 × =
b b 5 5
1 1 1 1 1 1 1
2. × = = Contoh: × =
a b a × b ab 4 3 12
p q p×q 2 1 2 ×1 2
3. × = Contoh: × = =
a b a×b 5 12 5 × 12 60
PPEMBAGIAN PECAHAN
a c
Dalam operasi pembagian pecahan, sembarang dan dengan b ≠ 0 dan d ≠ 0 berlaku:
b d
a a d a d
a c b × ×
: = = b c = b c = a×d d c
b d c c d 1 b c, adalah kebalikan dari
× c d
d d c
3 5 3 2 6
Contoh: : = × =
7 2 7 5 35
PEMANGKATAN PECAHAN
a a a a a
( ) n = × × × .... × , b ≠ 0 , n ∈ bulat positif.
b b b b b
a a a
( )m × ( )n = ( )m + n
b b b
Sifat-Sifat Pemangkatan Pecahan:
2 2 2 4 2 2+ 4 2 6
1. Contoh: ( ) × ( ) = ( ) = ( )
3 3 3 3
a m a n a m−n 2 4 2 2 2 4− 2 2 2
2. ( ) : ( ) = ( ) Contoh: ( ) : ( ) = ( ) = ( )
b b b 3 3 3 3
a m n a m× n 2 2 4 2 2× 4 2 8
3. [( ) ] = ( ) Contoh: [( ) ] = ( ) = ( )
b b 3 3 3
Contoh 7.1.11:
a. 0,653 + 0,383 = ……..
b. 0,789 – 0,123 = ………
Jawaban:
a. 0,653 b. 0,789
0,383 + 0,123 –
1,036 0,666
Contoh 7.1.12:
0,35 dua tempat desimal
0,21 x dua tempat desimal
0,0735 empat tempat desimal
Contoh 7.1.14:
1. 0,35 jika ingin dibulatkan menjadi satu angka di belakang koma (satu desimal), maka menjadi
0,4 (aturan 2).
2. 0,34 jika ingin dibulatkan menjadi satu angka di belakang koma (satu desimal), maka menjadi
0,3 (aturan 3).
3. Bilangan 163 jika dibulatkan ke puluhan terdekat menjadi 160. Kenapa? Karena angka
batas pada tempat bilangan puluhan yaitu bilangan 3 kurang dari 3, maka kita kita dapat
membuangnya.
4. Bilangan 165 jika dibulatkan ke puluhan terdekat menjadi 170. Mengapa? Lihat aturan 2.
5. Bila angka di belakang batas sama dengan 5 dan ada angka selain nol yang mengikutinya,
tambahkan 1 pada angka di depannya. 2,725006 ke perseratusan terdekat adalah 2,73.
6. Bila angka di belakang batas sama dengan 5 dan tidak angka selain nol yang mengikutinya,
genapkan angka di depannya. 5,455 ke perseratusan terdekat adalah 5,46.
BENTUK BAKU
Bentuk baku bilangan adalah penulisan bilangan yang menggunakan bilangan berpangkat dengan
bilangan pokok 10. Penulisan bentuk baku ini biasanya digunakan untuk bilangan yang sangat besar
maupun yang sangat kecil.
Untuk mempermudah kamu dalam membuat bentuk baku dari sebuah bilangan, lakukan langkah-
langkah berikut ini.
1. Tentukan nilai a.
2. Tentukan nilai n.
Contoh 7.1.15:
Tulislah bilangan-bilangan di bawah ini dalam bentuk baku!
a. 5.600.000 b. 0,000095
Jawaban:
a. Pertama, tentukan dahulu nilai a. Nilai a dari 5.600.000 adalah 5,6 karena 1 ≤ 5,6 < 10 . Kemudian
kita tentukan nilai n dengan cara menggeser tanda koma desimal untuk mengubah 5,6 menjadi
5.600.000. Ternyata untuk mengubah 5,6 menjadi 5.600.000 kita harus menggeser tanda koma
sebanyak 6 kali yang berarti n = 6. Jadi, bentuk baku dari 5.600.000 adalah .
b. Nilai a dari 0,000095 adalah 9,5 karena 1 ≤ 9,5 < 10 . Untuk mengubah 9,5 menjadi 0,000095
kita harus menggeser tanda koma ke kiri sebanyak 5 kali yang berarti n = 5. Jadi, bentuk baku
dari 0,000095 adalah .
1. Jika sebuah pekerjaan dikerjakan oleh A, maka dalam satu hari pekerjaan itu selesai sepertiganya.
Sedangkan bila dilakukan oleh B, maka satu pekerjaan akan diselesaikannya dalam enam hari.
Jika mereka berdua melakukannya bersama-sama, berapa hari pekerjaan itu dapat diselesaikan?
2. Seorang nenek dengan 5 cucu, memiliki sebidang tanah kebun berbentuk persegi yang di dalamnya
terdapat kolam berbentuk persegi pula, serta sepuluh pohon jeruk yang sama besarnya. Si nenek
berpesan, “Cucu-cucuku… mungkin umur nenek tidak lama lagi… dan nenek tidak memiliki
apa-apa untuk diberikan kepada kalian kecuali kebun dengan sepuluh pohon jeruknya. Tolong,
kalian bagi rata kebun tersebut, hingga kalian masing-masing memperoleh luas kebun yang sama,
dengan dua pohon jeruk di dalamnya…”
Dapatkah Anda memecahkan masalah ini? Bagaimana caranya?
V V V
V V
V
V VV V
Keterangan:
V = pohon jeruk.
ab + a + 10b a
3. Misalkan a dan b biangan bulat yang berbeda, sehingga: = 2 . Tentukanlah nilai
b + 10a b
!
JAWABAN LATIHAN
1. Jika sebuah pekerjaan dikerjakan oleh A, maka dalam satu hari pekerjaan itu selesai sepertiganya.
Sedangkan bila dilakukan oleh B, maka satu pekerjaan akan diselesaikannya dalam enam hari.
Jika mereka berdua melakukannya bersama-sama, berapa hari pekerjaan itu dapat diselesaikan?
Permasalahan tersebut dapat dinyatakan kembali seperti ini:
1
• Jika A mengerjakan, maka selesai bagiannya dalam sehari.
3
1
• Jika B mengerjakan, maka selesai bagiannya dalam sehari.
6
Atau, pernyataan lain yang masih ekuivalen:
• Jika A mengerjakan, maka pekerjaan selesai dalam 3 hari.
• Jika B mengerjakan, maka pekerjaan selesai dalam 6 hari.
Dari percakapan yang sengaja kita buat tersebut, kita akan melukis modelnya berupa gambar
berikut:
Dengan demikian, dari ilustrasi tersebut kita menemukan jawabannya, yakni jika A dan B bekerja
bersama-sama, maka pekerjaan itu selesai dalam waktu 2 hari.
2. Salah satu caranya adalah di bawah ini. tentukan oleh Anda beebrapa cara lainnya!
V V V
V V
V
V VV V
Keterangan:
V = pohon jeruk.
ab + a + 10b
3. Misalkan a dan b biangan bulat yang berbeda, sehingga: = 2 . Maka untuk
b + 10a
a
menentukan nilai adalah:
b
ab + a + 10b
= 2 dikali dengan b(b + 10a )
b + 10a
dibagi dengan .
2
⎛a⎞ ⎛a⎞
5⎜ ⎟ − 9⎜ ⎟ + 4 = 0
⎝b⎠ ⎝b⎠
⎛ a ⎞⎛ a ⎞
⎜ 5 − 4 ⎟⎜ − 1⎟ = 0
⎝ b ⎠⎝ b ⎠
a 4
=
b 5
a
1.Bentuk bilangan , dengan b tidak sama dengan nol, a kita namakan pembilang dan
b
b kita namakan penyebut, maka bilangan tersebut dinamakan bilangan pecahan.
4. Pecahan senilai adalah pecahan-pecahan yang sama nilainya dan dapat diperoleh dengan
mengalikan bilangan yang sama pada pembilang dan penyebut dari suatu pecahan.
a a×k a a: j
= atau =
b m×k b b: j
12 2 2 3 2 10012 12 2 2 3 2 10012
2. Misalkan: a = + + + ... + dan b = + + + ... + Tentukan
1 3 5 2001 3 5 7 2003
bilangan bulat yang nilainya paling dekat ke a – b.
⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞ ⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞
3. ⎜1 − ⎟⎜1 − ⎟⎜1 − ⎟ ⋅ ⋅ ⋅ ⎜1 − ⎟⎜1 − ⎟ = ...
⎝ 4 ⎠⎝ 5 ⎠⎝ 6 ⎠ ⎝ n + 2 ⎠⎝ n + 3⎠
1 3(n + 2) 4
A. C. E. (n + 2)(n + 3)
n+3 n+3
3 4(n + 2)
B. D.
n+3 n+3
1 1 4
4. Misalkan m dan n bilangan bulat positif yang memenuhi + = , berapakah m 2 + n 2 ?
m n 7
A. 600 C. 400 E. 100
B. 576 D. 200
5. Jarak sebuah bintang dari bumi adalah 375 juta km. Nyatakan jarak tersebut ke dalam bentuk
baku!
A. 375 106 km C. 37,5 107 km E. 3,75 108 km
B. 3,75 106 km D. 37,5 108 km
Cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 1 yang ada pada bagian
belakang bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Rumus:
Jumlah Jawaban Anda yang benar
Tingkat Penguasaan = —————————————— x 100 %
10
Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, anda dapat meneruskan dengan
Kegiatan Belajar 2. Bagus! Akan tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80 %,
Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum anda kuasai.
PERBANDINGAN
PENGANTAR
D alam Kegiatan Belajar 2 ini, materi yang dicakup antara lain adalah : Pengertian
Perbandingan, Perbandungan Senilai dan Berbalik Nilai, dan Skala. Setiap kajian materi
tersebut disuguhkan dalam bentuk pemecahan masalah matematik. Materi Perbandingan ini sangat
erat kaitannya dengan materi yang Anda pelajari pada Kegiatan Belajar 1, yakni Pecahan. Oleh
karena itu, semakin Anda menguasai materi Pecahan, akan lebih memudahkan Anda untuk
menuntaskan Kegiatan Belajar 2 ini.
INDIKATOR
Setelah mempelajari materi dalam Kegiatan Belajar 2 ini, Anda diharapkan dapat:
1. Memahami konsep, prinsip, dan aturan-aturan dalam bahasan perbandingan dan aplikasinya.
2. Terampil melakukan pemecahan masalah matematik yang berhubungan dengan topik perbandingan.
URAIAN
Tahukah Anda, juara dunia Formula Satu (F-1) 2005? Pemuda Spanyol ini telah membuat
rekor sebagai juara dunia F-1 termuda sepanjang sejarah. Fernando Alonso berhasil mematahkan
rekor sang juara dunia sebelumnya, raja F-1 berkebangsaan Jerman, Michael Schumacher. Walaupun
baru juara dunia F-1 yang pertama kalinya, tetapi Fernando Alonso membuktikan bahwa dirinya
sudah mulai dapat disejajarkan dengan Michael Schumacher sekali pun yang sudah juara dunia F-1
lima kali. Berapa perbandingan gelar juara yang telah diraih Alonso dan Michael Schumacher di
ajang F-1?
PENGERTIAN PERBANDINGAN
Ajang F-1 merupakan salah satu olah raga yang paling digemari oleh sebagian besar masyarakat
olah raga dunia. Siapa yang tidak kenal dengan nama besar Michael Schumacher dan Fernando
Alonso yang namanya kian melambung setelah dirinya mampu menjuarai F-1 dalam usia yang masih
sangat muda dalam catatan sejarah F-1. Michael Schumacher telah menjadi juara dunia sebanyak
lima kali, sedangkan Fernando Alonso baru sekali merengkuh gelar juara dunia F-1. Dari informasi
tersebut kita dapat membandingkan gelar juara yang pernah diraih oleh Michael Schumacher dan
Fernando Alonso sebagai berikut.
1. Michael Schumacher menjadi juara dunia F-1 empat kali lebih banyak dibanding raihan gelar
juara yang pernah diraih Fernando Alonso. Dalam contoh ini, kita membandingkan raihan gelar
juara kedua pembalap F-1 dengan menentukan selisihnya, yaitu 5 – 1 = 4.
2. Michael Schumacher menjadi juara dunia F-1 lima kali dari yang pernah dicapai Fernando Alonso.
Dalam contoh ini, kita membandingkan pencapaian juara dunia yang telah diraih oleh kedua
5
pembalap dengan menentukan hasil baginya, yaitu atau ditulis 5 : 1 .
1
a
Perbandingan dapat dinyatakan dalam atau a : b , dan dibaca a berbanding b, b ≠ 0 . Adapun
b
syarat sebuah perbandingan adalah:
1. Satuan-satuan yang diperbandingkannya sejenis.
2. Perbandingannya dibuat dalam bentuk pecahan yang paling sederhana dan dinyatakan dengan
bilangan bulat positif.
3. Perbandingan dapat disederhanakan bentuknya tanpa menggunakan satuan.
Contoh 7.2.1:
Umur ayah adalah 40 tahun dan umur ibu adalah 35 tahun. Ayah dan ibu memiliki seorang
anak yang masih duduk di bangku SMU dengan umur 17 tahun.
a. Berapa perbandingan umur ayah terhadap umur ibu?
b. Berapa perbandingan umur ayah terhadap anaknya yang masih duduk di bangku SMU?
c. Berapa perbandingan umur ibu terhadap anak tersebut?
Jawaban
Ingat, syarat sebuah perbandingan adalah satuan atau besaran yang dibandingkannya harus
sejenis. Dalam contoh ini satuan/besaran yang akan kita bandingkan adalah besaran yang
sejenis, yaitu besaran umur.
40 8
a. umur ayah : umur ibu = 40 : 35, ditulis = .
35 7
40
b. umur ayah : umur anak = 40 : 17, ditulis .
17
35
c. umur ibu : umur anak = 35 : 17, ditulis .
17
Contoh 7.2.2
Sederhanakanlah perbandingan-perbandingan berikut.
a. 20 : 45 = ….
4 2
b. 1 : 3 = ...
6 3
Jawaban
Perhatikan cara menyederhanakan perbandingan berikut ini.
20 45
a. 20 : 45 = : = 4:9
5 5
4 2 10 11 10 3 30
b. 1 : 3 = : = × = = 5 : 11
6 3 6 3 6 11 66
Contoh 7.2.3:
Jika kecepatan mobil A adalah 250 km/jam dan perbandingan antara kecepatan mobil A
dan mobil B adalah 5 : 6. Berapa kecepatan mobil B?
Jawaban:
Kecepatan mobil A : kecepatan mobil B = 5 : 6, jika kecepatan mobil A adalah 250 km/jam,
maka kecepatan mobil B adalah,
kecepatan mobil A 5
=
kecepatan mobil B 6
6
kecepatan mobil B = × 250 = 300
5
Jadi, kecepatan mobil B adalah 300 km/jam.
PERBANDINGAN SENILAI
Agar Anda dapat memahami mengenai konsep perbandingan senilai, perhatikan tabel berikut
ini.
Banyak jam tangan Harga (Rp) Keterangan
1 15.000 Baris ke-1
2 30.000 Baris ke-2
3 45.000 Baris ke-3
4 60.000 Baris ke-4
5 75.000 Baris ke-5
A B Baris ke-6
6
= kita
kecepatan mobil BJika × kecepatan
perhatikanmobil A
tabel tersebut, maka kita dapat melihat bahwa besar harga untuk satu buah jam
5
tangan dalam setiap baris adalah:
INGAT !!!
45.000
Harga 1 buah komik = = 15.000
3
Setelah kita mengetahui bahwa harga 1 komik Rp.15.000,00, maka kita dapat mencari
harga 6 buah komik sebagai berikut.
Harga 6 buah komik = 6 × harga 1 buah komik = 6 × 15.000 = 90.000
Jadi, harga 6 buah komik adalah Rp.90.000,00.-
2. Berdasarkan Perbandingan
Cara kedua untuk menghitung perbandingan senilai adalah dengan cara perbandingan. Kita
akan mencoba menyelesaikan permasalahan pada contoh soal di atas dengan cara perbandingan
sebagai berikut.
Banyak komik Harga (Rp)
3 45.000
6 x
Perbandingan harga komik dan harganya dapat ditulis dalam bentuk 3 : 6 = 45.000.
Dalam bentuk yang lain dapat ditulis, dan dapat diselesaikan menjadi:
3 × x = 6 × 45.000
6
x= × 45.000
3
x = 90.000
Jadi, ternyata jawabannya sama dengan cara menghitung perbandingan berdasarkan nilai satuan,
yaitu Rp.90.000,00.
50 60 Baris ke-1
100 30 Baris ke-2
200 15 Baris ke-3
300 10 Baris ke-4
600 5 Baris ke-5
Kalau kita perhatikan dengan seksama, semakin besar nilai yang terdapat pada kolom kecepatan,
maka nilai waktu semakin kecil. Mari kita uraikan beberapa perbandingan pada tabel di atas.
Kita lihat perbandingan pada baris 1 dan 2. Jika kecepatan dikali 2 (50 m det ik menjadi 100 m det ik ),
1
maka waktu dibagi 2 atau dikali (60 detik menjadi 30 detik).
2
1. Pada baris ke-3 dan ke-6, jika kecepatan dikali 3 (200 m det ik 1. menjadi 600 m det ik ),
1
maka waktu dibagi 3 atau dikali (15 detik menjadi 5 detik).
3
2. Pada baris ke-4 dan ke-5, jika kecepatan dikali 2 (300 m det ik 1. menjadi 600 m det ik ),
1
maka waktu dibagi 2 atau dikali (10 detik menjadi 5 detik), dan seterusnya.
2
Pada tabel di atas, kita dapat melihat sebuah contoh mengenai konsep pebandingan berbalik nilai.
Jika salah satu besaran nilainya bertambah, maka besaran lainnya yang diperbandingkan nilainya
semakin berkurang.
INGAT !!!
1
a:b= a:
b
SKALA
Apakah kamu pernah menggambar peta? Apakah kita mengambarkan suatu wilayah pada peta
dengan ukuran yang sebenarnya? Ternyata tidak, karena dalam menggambar sebuah peta
menggunakan konsep perrbandingan senilai, di mana perbandingan antara jarak-jarak wilayah yang
digambarkan dalam peta dan jarak yang sesungguhnya adalah sama. Dalam sebuah peta, kita sering
menemukan istilah skala. Skala adalah perbandingan antara ukuran gambar pada peta dan ukuran
benda sesungguhnya. Apa artinya 1 : 2.500.000? Arti dari 1 : 2.500.000 yang terdapat pada peta
adalah bahwa dalam setiap 1 cm pada gambar mewakili 2.500.000 cm pada ukuran sebenarnya.
Contoh 7.2.5:
Tentukan skala pada peta, jika jarak 2 cm pada peta mewakili jarak 5 km!
Jawaban:
Skala = ukuran gambar : ukuran sebenarnya
= 2 cm : 5 km
= 2 cm : 500.000 cm
= 1 : 250.000
Jadi, skala pada peta tersebut adalah 1 : 250.000.
1. Di suatu padang rumput, Syahda dan Ria melihat sekumpulan hewan ternak yang terdiri
dari kambing dan ayam. Secara keseluruhan, Syahda melihat 13 ekor hewan. Sedangkan
Ria melihat 38 kaki hewan. Berapa perbandingan jumlah kambing dan ayam yang ada di
padang rumput tersebut?
2. Suatu gambar peta kota berskala 1 : 200. Tentukan jarak pada gambar peta kota tersebut
jika jarak sebenarnya 8,5 km!
3. Sebuah bak mandi dapat terisi air penuh jika menggunakan 80 timba air dengan volume
12 liter. Berapa timba air yang diperlukan untuk mengisi bak mandi dengan volume 15
liter?
JAWABAN LATIHAN
1. Untuk menjawab permasalahan tersebut kita gunakan variabel yang kita susun menjadi persamaan
sesuai dengan permasalahan. Misalnya kambing dilambangkan dengan k dan ayam diberi lambang
a, dan ingat bahwa kaki seekor kambing ada 4, serta seekor ayam mempunyai 2 kaki. Dari sini
kita memperoleh suatu sistem persamaan linear:
4k + 2a = 38
k + a = 13
Kita dapat menyelesaikan sistem persamaan linear tersebut dengan berbagai cara, misalnya
substitusi, eliminasi, grafik, atau gabungan antara subtitusi dan eliminasi. Mari kita selesaikan
masalah ini!
4k + 2a = 38 dan k + a = 13 ⇔ a = 13 − k
sehingga:
4k + 2(13 − k ) = 38
4k + 26 − 2k = 38
4k − 2k = 38 − 26
2k = 12
k =6
Nilai k = 6 kita substitusikan ke dalam k + a = 13
sehingga:
6 + a = 13
a = 13 − 6
a=7
Jadi, hewan yang ada di padang rumput adalah 6 ekor kambing dan 7 ekor ayam.
Jadi, jarak gambar pada peta berskala 1 : 200 dengan jarak sebenarnya 8,5 km adalah 4250
cm.
3. Untuk menjawab permasalahan pada nomor 3, silkan Anda perhatikan uraian berikut ini:
Timba air Volume liter
80 12
x 15
Cara I (menggunakan perbandingan), yaitu:
80 12
=
x 15
x 12
=
80 15
15 × x = 12 × 80
12 × 80
x=
15
x = 64
Jadi, untuk dapat memenuhi bak mandi dengan volume 15 liter, kita membutuhkan 64 timba air.
mandi dengan timba bervolume 15 liter, maka kita membutuhkan timba air.
INGAT !!!
a
• Perbandingan dapat dinyatakan dalam atau a : b , dan dibaca a berbanding b,
b
b ≠ 0 . Adapun syarat sebuah perbandingan adalah:
• Perbandingan senilai merupakan suatu bentuk perbandingan yang jika salah satu
besaran yang diperbandingkannya naik, maka besaran yang lainnya pun ikut naik.
Sebaliknya, jika salah satu besaran yang diperbandingkan turun, maka besaran yang
lainnya pun ikut turun.
• Perbandingan berbalik nilai adalah suatu bentu perbandingan yang jika salah satu
.
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat !
1. Suatu peta berskala 1 : 600.000. Berapakah jarak sebenarnya antara 2 kota jika jarak pada
peta 18 mm?
A. 10,5 km C. 10,7 km E. 10,9 km
B. 10,6 km D. 10,8 km.
2. Sebuah saluran air seharusnya dibuat dengan menggunakan pipa berdiameter 10 cm. Tetapi
yang tesedia hanya pipa-pipa berdiameter 3 cm. agar kapasitas saluran tidak lebih kecil daripada
yang diinginkan, berapa banyak pipa 3 cm yang perlu dipakai untuk mengganti satu pipa 10 cm.
A. 10 C. 12. E. 14
B. 11 D. 13
3. Sebuah segitiga sama sisi, sebuah lingkaran, dan sebuah persegi memiliki keliling yang sama. Di
antara ketiga bangun tersebut, manakah yang memiliki luas terbesar?
A. Lingkaran. D. Lingkaran dan persegi
B. Segitiga sama sisi E. Segitiga sama sisi dan persegi
C. Persegi
4. Dalam suatu lingkaran berpusat di O yang luasnya L dibuat lingkaran yang sepusat dengan jari-
jari setengah dari jari-jari lingkaran luarnya. Luas lingkaran kelima adalah...
1 1 1
A. L C. L E. L.
4 32 256
1 1
B. L D. L
16 64
Segitiga ABC sama sisi dan luasnya 1 satuan. Di dalam segitiga ABC dibuat segitiga dengan titik
sudutnya berimpit dengan pertengahan sisi-sisi segitiga pertama. Begitu seterusnya. Tentukan
luas segitiga keenam!
1 1 1
A. C. E.
4096 729 32
1 1
B. D.
1024 64
Cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 3 yang ada pada bagian
belakang bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.
Rumus:
Jumlah Jawaban Anda yang benar
Tingkat Penguasaan = —————————————— x 100 %
10
Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda telah berhasil menyelesaikan
bahan belajar mandiri ini. Bagus! Akan tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80
%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang belum anda kuasai.
KUNCI JAWABAN
Tes Formatif 1
1. Jawaban: B. 13.00
Misalkan pekerjaan tersebut adalah x.
x x
VR = dan V I =
3 4
⎛ 7x ⎞ ⎛3 1 ⎞
⎜ ⎟.t + x.⎜ − t ⎟ = x
⎝ 12 ⎠ ⎝4 3 ⎠
7 3 1
t + − t =1
12 4 3
3 1
t=
12 4
t =1
Jadi, keduanya mulai bertengkar mulai pukul: 12.00 + 1.00 = 13.00.
2. Jawaban: C. 501
⎛ 12 2 2 3 2 1001 2 ⎞ ⎛ 12 2 2 3 2 1001 2 ⎞
⎜
a−b=⎜ + + + ... + ⎟⎟ − ⎜⎜ + + + ... + ⎟⎟
⎝ 1 3 5 2001 ⎠ ⎝ 3 5 7 2003 ⎠
12 2 2 3 2 2 2 10012 1000 2
a−b= + − − + ... + −
1 3 5 5 2001 2001
1001 × 1001
a − b = 1 + 1 + 1 + 1 + ... −
2003
(1001,5 − 0,5) × 1001
a − b = 1001 −
2003
1 1001
a − b = 500,5 + ×
2 2003
Bilangan bulat yang nilainya paling dekat ke a – b adalah 501.
⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞ ⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞ 3
3. Jawaban: B. ⎜1 − ⎟⎜1 − ⎟⎜1 − ⎟ ⋅ ⋅ ⋅ ⎜1 − ⎟⎜1 − ⎟=
⎝ 4 ⎠⎝ 5 ⎠⎝ 6 ⎠ ⎝ n + 2 ⎠⎝ n + 3⎠ n + 3
4. Jawaban D. 200.
1 1 4
Misalkan m dan n bilangan bulat positif yang memenuhi + = , berapakah m 2 + n 2 .
m n 7
1 1 4
+ =
m n 7
1 1 4
⇔ + =
m n 7
1 1 7 1
⇒ + = +
m n 14 14
1 1 1 1
⇒ + = +
m n 2 14
diperoleh m = 2 dan n = 14.
Jadi m 2 + n 2 = 2 2 + 14 2 = 4 + 196 = 200 .
Tes Formatif 2
1. Jawaban: D. 10,8 km.
Ukuran sebenarnya = ukuran gambar : skala
1
= 18 mm :
600.000cm
1
= 1,8 cm :
600.000cm
600.000cm
= 1,8 cm ×
1
= 1.080.000 cm
= 10,8 km
Jadi, jarak sebenarnya antara dua kota dengan skala peta 1 : 600.000 dan jarak pada peta 18
mm adalah 10,8 km.
2. Jawaban: C. 12.
Misalkan n adalah jumlah pipa kecil yang diperlukan.
n luas pipa kecil e” luas pipa besar
2 2
⎛1 ⎞ ⎛1 ⎞
nπ ⎜ ⋅ 3 ⎟ ≥ π ⎜ ⋅ 10 ⎟
⎝2 ⎠ ⎝2 ⎠
9
nπ ⋅ ≥ 25π
4
4
n ≥ 25 ⋅
9
n ≥ 12
3. Jawaban: A. Lingkaran.
Misalkan keliling = 12x.
Setiap sisi segitiga = 4x -→ Luasnya = 4 x 2 3 .
Setiap sisi persegi = 3x → Luasnya = 9x2.
6x
Lingkaran → Keliling = 12x = 2πR ⇒ R =
π
Sehingga luas lingkaran = πR 2 = 11,1x 2
1
4. Jawaban: E. L.
256
.
L1 = π ⋅ R 2 = L
1 1
L2 = π ⋅ ( R) 2 = L
2 4
1 1
L3 = π ⋅ ( R ) 2 = L
4 16
1 1
L5 = π ⋅ ( R ) 4 = L
4 256
1
5. Jawaban: B.
1024
GLOSARIUM
assosiative : sifat pengelompokkan
commutative : sifat pertukaran
desimal : dihubungan dengan atau didasarkan pada pokok sepuluh
distributive : sifat penyebaran
permil : dibagi seribu
persen : dibagi seratus
skala : skala adalah perbandingan antara ukuran gambar pada peta dan ukuran benda
sesungguhnya
DAFTAR PUSTAKA
Bryant, V. (1993). Aspectcs of Combinatorics: A Wide Ranging introduction. Cambridge: Cam-
bridge University Press.
Cabrera, G.A. (1992). A Framework for Evaluating the Teaching of Critical Thinking. Educa-
tion 113 (1) 59-63.
Copi, I.M. (1972). Introduction to Logic. New York: Macmillan.
Durbin, J.R. (1979). Modern Algebra. New York: John Wiley & Sons.
Gerhard, M. (1971). Effective Teaching Strategies With the Behavioral Outcomes Approach.
New York: Parker Publishing Company, Inc.
Lipschutz, S. (1981). Set Theory and Related Topics. Schaum Outline Series. Singapore: McGraw
Hill International Book Company.
Naga, D.S. (1980). Berhitung, Sejarah, dan Pengembangannya. Jakarta: PT. Gramedia.
Purcell, E.J. dan Varberg, D. (1996). Kalkulus dan Geometri Analitis. Jakarta: Erlangga.
Ruseffendi, E.T. (1984). Dasar-dasar Matematika Modern untuk Guru. Bandung: Tarsito.
Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Potensinya dalam
Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Suryadi, D. (2005). Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung serta Pendekatan
Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangkan Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP. Disertasi Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.
Thomas, D.A. (2002). Modern Geometry. California, USA: Pacific Grove.
Wheeler, R.E. (1992). Modern Mathematics. Belmont, CA: Wadsworth.
PEMECAHAN MASALAH
DALAM PELUANG DAN
STATISTIKA
P
ada Bahan Belajar Mandiri (BBM) sebelum ini, Anda telah dibekali beberapa strategi
untuk memecahkan masalah non-rutin dalam matematika. Demikian pula pada BBM 8
ini, Anda dihadapkan pada beberapa kajian matematika dengan permasalahan-
permasalahan non-rutin yang perlu untuk dipecahkan atau dicarikan solusinya.
BBM 8 ini memfokuskan kajian pada materi pemecahan masalah dalam peluang dan statistika,
yang disusun menjadi dua kegiatan belajar, yaitu: Kegiatan Belajar 1:Peluang, dan Kegiatan Belajar
2:Statistika. Kegiatan Belajar 1 merupakan prasyarat untuk mempelajari Kegiatan Belajar 2, karena
peluang merupakan suatu kajian khusus matematika yang menjadi dasar untuk mempelajari statistika
pada tahap yang lebih lanjut.
KOMPETENSI DASAR
Setelah Anda mempelajari BBM ini, diharapkan Anda dapat memahami dan terampil melakukan
pemecahan masalah matematik yang berhubungan dengan topik peluang dan statistika.
INDIKATOR
Setelah mempelajari materi dalam BBM ini, Anda diharapkan dapat:
1. Memahami dan dapat menggunakan permutusi dalam menyelesaikan Persoalan terkait;
2. Memahami dan dapat menggunakan kombnasi dalam menyelesaikan persoalan terkait;
3. Memahami dan dapat menggunakan peluang dalam menyelesaikan persoalan terkait.
4. Terampil melakukan pemecahan masalah matematik yang berhubungan dengan topik peluang.
5. Mampu mengelola data suatu sampel sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang data sampel
tersebut.
6. Terampil melakukan pemecahan masalah matematik yang berhubungan dengan topik statistika.
Untuk membantu Anda mencapai tujuan/indikator tersebut, BBM ini diorganisasikan menjadi
tiga Kegiatan Belajar (KB) sebagai berikut:
KB 1: Peluang
KB 2: Statistika
Untuk membantu Anda dalam mempelajari BBM ini, silakan perhatikan beberapa petunjuk
belajar berikut ini:
1. Bacalah dengan teliti bagian pendahuluan ini sampai Anda memahami secara tuntas tentang apa,
untuk apa, dan bagaimana mempelajari BBM ini.
2. Bacalah sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dari kata-kata yang dianggap
baru. Carilah pengertian kata-kata kunci tersebut dalam kamus atau ensiklopedia yang Anda
miliki.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan
mahasiswa lain atau dengan tutor Anda.
4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan. Anda
dipersilakan untuk mencari dan menggunakan berbagai sumber, termasuk dari internet.
5. Mantapkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan dan melalui kegiatan diskusi dalam
kegiatan tutorial dengan mahasiswa lainnya atau dengan teman sejawat.
6. Jangan lewatkan untuk mencoba menyelesaikan setiap permasalahan yang dituliskan pada setiap
akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah Anda sudah memahami dengan
benar kandungan BBM ini.
PELUANG
PENGANTAR
P ernahkah Anda bertanya-tanya dalam diri, “Apakah hari ini akan hujan? Oleh karenanya
perlukah saya membawa payung?” Atau bisa saja pertanyaannya seperti ini, “Seberapa
besar peluang saya untuk menjadi kepala desa? Lalu bagaimana dengan peluang anak saya untuk
melanjutkan kuliah?”
Sebagaimana kajian himpunan, fungsi, dan logika yang Anda pelajari pada BBM 4, maka kajian
peluang pun sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari yang kita alami. Misalnya saja
pada pertanyaan-pertanyaan di atas tadi. Banyak sekali permasalahan keseharian yang berkaitan
dengan kajian peluang dan membutuhkan konsep-konsep peluang untuk dapat memecahkannya.
Untuk itu, pada KB 1 ini, akan dibahas beberapa konsep dasar dan pemecahan masalah matematik
mengenai peluang. Cakupan materi pada KB 1 ini antara lain: permutasi, kombinasi, peluang
(probabilitas), peluang empiris dan kaidah pencacahan.
INDIKATOR
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan:
1. Dapat memahami dan dapat menggunakan permutusi dalam menyelesaikan persoalan terkait.
2. Dapat memahami dan dapat menggunakan kombnasi dalam menyelesaikan persoalan terkait.
3. Dapat memahami dan dapat menggunakan peluang dalam menyelesaikan persoalan terkait.
4. Dapat terampil melakukan pemecahan masalah matematik yang berhubungan dengan topik
himpunan
URAIAN
Peluang (probability) merupakan suatu kajian khusus matematika yang menjadi dasar untuk
mempelajari statistika pada tahap yang lebih lanjut. Adapun untuk mempelajari peluang itu sendiri,
diperlukan pemahaman kaidah pemecahan,permutasi, dan kombinasi. Meskipun demikian, kajian
mengenai permutasi dan kombinasi juga merupakan dasar untuk mempelajari matematika diskret
yang memiliki banyak peran dalam kehidupan karena penerapannya.
Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep mengenai permutasi, kombinasi, dan peluang sebagai
bekal atau persiapan untuk mempelajari pembahasan pada bab selanjutnya, yakni statistika.
PERMUTASI
Pernahkah Anda tersesat di jalanan?
Apakah Anda bingung, ada berapa banyak jalan terpendek dari A ke B ? (lihat Gambar 8.1.1).
Atau, pernahkah Anda terlibat dalam kepanitiaan suatu kejuaraan di lingkungan sekitar Anda? Mungkin
kejuaraan sepakbola, basket, volley, atau lainnya?
b Gambar 8.1.1
Seringkali kita temui dalam kehidupan sehari-hari, berbagai persoalan yang menuntut kita untuk
menyusun atau mengurutkan benda-benda. Seperti pada Gambar 8.1.1 di atas, seringkali kita
kebingungan menentukan jalan mana yang harus ditempuh untuk segera sampai ke tempat tujuan
karena begitu banyaknya pilihan jalan yang harus ditempuh. Atau andaikan saja Anda ditunjuk untuk
menjadi panitia pertandingan volley pada peringatan HUT RI, yang lebih dikenal dengan istilah
“Agustusan”.
Andaikan saja dalam 1 kelurahan terdapat 8 RW, dan masing-masing RW mengirimkan 1 tim volley
yang siap berlaga. Ini berarti terdaftar 8 tim yang akan segera dipertandingkan. Setiap 2 tim akan
berhadapan 2 kali, sekali main kandang, dan sekali main tandang. Suatu persoalan yang muncul
dan harus dijawab adalah, “Berapa kali pertandingan dalam kejuaraan ini?”
Untuk lebih memudahkan, 8 tim itu kita beri inisial: A, B, C, D. E, F, G, dan H. Sedangkan pasangan
terurut AB berarti pertandingan antara A dan B dikandang A, dan BA berarti pertandingan
antara A dan B dikandang B. Sehingga banyaknya pertandingan sama dengan banyaknya pasangan
terurut kedelapan unsur (tim) tadi. Untuk menyelesaikan persoalan terakhir ini kita tetapkan lebih
dahulu unsur pertama pasangan terurut itu. Dalam hal ini kita mempunyai 8 kemungkinan. Kemudian
setelah unsur pertama kita tetapkan (dipilih) maka ada 7 unsur yang bisa kita ambil sebagai unsur
kedua pasangan terurut itu. Jadi seluruhnya kita akan memperolch (8 × 7) = 56 pasangan terurut,
sehingga terdapat 56 perlandingan dalam kejuaran tersebut. Untuk lebih jelasnya perhatikan dia-
gram pada Gambr 8.1.2 di bawah ini.
Gambar 8.1.2
Terdapat 8 benda atau unsur, yaitu: A, B, C, D, E, F, G, dan H, dalam setiap pasangan hanya
digunakan 2 unsur saja. Masing-masing pasangan ini disebut permutasi 2 dari 8 unsur tersebut.
Banyaknya seluruh permutasi ini ditulis P8,2 Jadi P8,2 = 8 × 7 = 56, P9,2 = 9 x 8 = 72. Kita dapat juga
membuat susunan terdiri dari 3 unsur dari 8 unsur tadi. Masing-masing susunan itu disebut permutasi
3 dari 8 unsur. Secara umum permutasi dapat ditentukan sebagai berikut.
Definisi Permutasi
Susunan terurut yang terdiri dari r unsur berbeda yang diambil dari n unsur berbeda (r ≤ n) disebut
permutasi r dari n unsur.
Jika kita memiliki 8 unsur dan akan disusun secara terurut terdiri dari 8 unsur, berapa banyak susunan
seluruhnya yang hisa kita buat? Dengan kata lain, berapa P8,8? Untuk menjawabnya, kita pilih unsur
pertama, untuk ini kita mempunyai 8 pilihan. Kemudian setelah unsur pertama kita tetapkan, kita pilih
unsur kedua, untuk ini kita mempunyai 7 pilihan. Setelah unsur pertama dan kedua kita tetapkan, kita
pilih unsur ketiga, untuk ini kita punya 6 pilihan. proses ini kita lanjutkan sampai unsur ke 8 dari
susunan dan untuk yang terakhir ini kita hanya punya 1 pilihan. Jadi banyak susunan yang peroleh
adalah:
8×7×6×5×4×3×2×l
Jadi P8,8 = 8 × 7 × 6 × 5 × 4 × 3 × 2 × l = 8!
n! dibaca n faktorial, yang nilainya n! = n × (n – 1) × … × 3 × 2 × l .
Dengan demikian, kita peroleh sebagai berikut:
Definisi Faktorial
n faktorial ditulis n! = n × (n – 1) × … × 3 × 2 × l
dengan n bilangan asli, dan 0! = 1 = 1!
Contoh 8.1.1:
Terdapat 6 mahasiswa yg memenuhi syarat dan bersedia menjadi pengurus Kerohanian
Islam (Rohis). Jika pengurus Rohis tersebut terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris dan
bendahara, ada berapa macam susunan pengurus Rohis yang mungkin terbentuk?
Jawaban:
Persoalan ini termasuk dalam persoalan mencari banyak susunan terdiri dari 4 unsur yang diambil
dari 6 unsur. Oleh karena itu, yang akan kita tentukan adalah P6,4. Untuk itu, perlu dijelaskan/
dilakukan hal-hal berikut.
Ada 6 mahasiswa yang dipilih sebagai ketua. Seandainya ketua telah dipilih, maka 5 pilihan untuk
wakil ketua. Jika ketua dan wakil ketua telah terpilih, maka ada 4 pilihan untuk sekretaris. Jika ketua
dan sekretaris telah dipilih, maka tinggal 3 mahasiswa yang bisa dipilih untuk bendahara. Jadi banyaknya
susunan pengurus yang mungkin 6 × 5 × 4 × 3 = 360. Perkalian 6 × 5 × 4 × 3 dapat diubah menjadi
bentuk faktorial sebagai berikut.
6 × 5 × 4 × 3 × 2 × 1 6! 6!
6×5× 4×3= = =
2 ×1 2! (6 − 4)!
6!
Dengan demikian, P6, 4 = (6 − 4)!
Banyaknya Permutasi
n!
Pn, r =
(n − r )!
Kini kita akan mendalami kasus lain dari permutasi. Jika pada permutasi di atas kita mempunyai n
benda yang berbeda. Sekarang kita akan melihat bila diantara n benda itu ada yang sama. Yaitu
misalkan di antara n benda ada n1 buah benda yang sama (n1 ≤ n). Maka di antara Pn,n1 permutasi,
n!
setiap n1! di antaranya adalah adalah sama, sehingga Pn, n1 = n ! .
1
n!
Pn ,ni =
n1!×n2 !×n3!×... × nk !
Contoh 8.1.2:
Tentukan banyak susunan 4 huruf yang diambil dari kata “MANA”
Jawaban:
Diketahui n = 4, banyak huruf M = n1 = 1, banyak huruf A = n2 = 2, dan banyak huruf N = n3 = 1,
4!
sehingga Pn,ni = = 12 .
1!×2!×1!
Dengan demikian, banyak cara menyusun (permutasi) huruf pada kata “MANA” adalah 12 cara.
KOMBINASI
Pada permutasi urutan unsur pada susunan diperhatikan yaitu sebagai contoh permutasi “BCA”
tidak sama dengan “ABC”. Akan tetapi, jika urutannya tidak diperhatikan maka permutasi itu disebut
kombinasi (kelompok benda yang urutannya tidak diperhatikan). Jadi pada kombinasi “BCA” sama
dengan “ABC”.
Contoh 8.1.3:
Sebuah buku terdiri dari 5 bab. Anda hanya ingin membaca 3 bab saja. Ada berapa banyak
cara yang bisa dilakukan untuk membaca buku tersebut?
Jawaban:
Persoalan ini termasuk dalam persoalan kombinasi yaitu mencari banyak susunan 3 unsur dari 5
unsur berbeda tanpa memperhatikan urutannya. Misalkan bab yang akan dibaca tersebut adalah A,
B, C, D dan E, kombinasi itu dapat diperoleh dengan cara berikut.
Pertama kita pilih A sebagai unsur pertama, B sebagai unsur kedua dan untuk unsurke tiga ada tiga
pilihan yaitu C, D atau E. Kemudian A sebagai unsur pertama, C sebagai unsur kedua, dan untuk
unsur ketiga ada 2 pilihan yaitu D atau E. Selanjutnya A sebagai unsur pertama D sebagai unsur
kedua dan E sebagai unsur ketiga. Berikutnya B kita pilih sebagai unsur pertama C kedua dan D atau
E ketiga. Selanjutnya C sebagai unsur pertama, D unsur kedua dan E atau A unsur ketiga.
Sehingga kita memperoleh susunan (kombinasi) sebanyak 3 + 2 + 1 + 2 + 2 = 10. Susunan yang lain
dapat diperoleh dari 10 susunan ini dengan mengubah urutannya. Jadi jika urutan tidak diperhatikan
maka kita memperoleh 10 susunan (kombinasi) tersebut. Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar
6.1.3 berikut ini.
Gambar 6.1.3
Soal di atas dapat juga diselesaikan sebagai berikut. Banyaknya permutasi terdiri dari 3 unsur diambil
5!
dari 5 unsur berbeda adalah P5,3 = (5 − 3)! . Akan tetapi permutasi ini dapat dikelompokkan menjadi
3! = 6 kelompok yang setiap kelompok memiliki anggota yang urutannya saja yang berbeda. Jadi
setiap 3! permutasi merupakan satu kombinasi saja. Sehingga banyak kombinasi 3 dari 5 unsur itu
5! 5 ⋅ 4 ⋅ 3 ⋅ 2 ⋅1
yang diberi simbol C5,3 adalah C 5,3 = (5 − 3)! ⋅ 3 ! = 2 ⋅1⋅ 3 ⋅ 2 ⋅1 = 10 .
Banyak cara memilih r benda dari n benda yang berbeda tanpa memperhatikan urutannya yaitu
banyaknya kombinasi r unsur diambil dari n unsur berbeda adalah
n!
C n,r =
(n − r)! ⋅ n !
Didefinisikan 0 ! = 1.
PELUANG (Probabilitas)
Hasil Percobaan
Proses pengamatan atau pangukuran yang hasilnya mengandung ketidaktentuan disebut percobaan,
sedangkan hasilnya disebut hasil percobaan.
Contoh 8.1.4:
Percobaan mengetos atau melambungkan mata uang logam.
Hasil yang mungkin: Angka (A) atau Gambar (G)
Contoh 8.1.5:
Percobaan mengetos atau melemparkan sebuah dadu.
Hasil yang mungkin adalah: sisi 1, 2, 3, 4, 5 atau 6.
Gambar 6.1.4
Pada percobaan di atas baik mata uang maupun dadu kita anggap mempunyai muka yang seimbang
yaitu setiap muka mempunyai kesempatan muncul yang sama.
Ruang Sampel
Sebelum kita menganalisis suatu percobaan kita perlu menentukan ruang sampel yang terdiri atas
semua hasil yang mungkin. Ruang sampel yang berbeda bisa berasal dari percobaan yang sama,
yang bergantung pada bagaimana pengamat mencatat hasil percobaan itu.
Contoh 8.1.6:
Bayangkan suatu percobaan mengambil secara acak satu kartu dari 8 kartu yang diberi
nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8, lalu mengamati bilangan pada kartu yang diambil yaitu
mengambil satu kartu tetapi mengamati apakah yang diperoleh bilangan ganjil atau genap,
maka Ruang sampel = {genap, ganjil}.
Contoh 8.1.7:
Dua keping mata uang logam dilambungkan satu kali. Tentukan 2 macam ruang sampelnya!
Jawaban:
Agar lebih mudah memahami kasus ini, kita coba membuat diagram berikut (lihat Gambar 6.1.5)
Uang Pertama
Uang Kedua
Gambar
Gambar 6.1.5 6.1.5
Contoh ruang sampel yang lain adalah mendaftar banyaknya gambar yang muncul, jadi dalam hal
ini, S = {0,1,2}.
Di sini hasil percobaan tidak berkesamaan. Nol dapat muncul dalam satu cara saja (yaitu mata uang
pertama muncul gambar dan yang kedua juga muncul gambar), demikian pula 2 gambar. Tetapi 1
gambar dan 1 angka dapat muncul dalam 2 cara (yaitu mata uang pertama muncul gambar sedangkan
yang lain angka, dan yang pertama muncul angka sedangkan yang lain muncul gambar).
Contoh 6.1.8:
Suatu kantong berisi 5 kelereng hijau (H), 3 kelereng putih (N), 1 kelereng kuning (K). Satu
kelereng diambil dari kantong. Kemudian satu kelereng lagi diambil. Tentukan ruang sampel
percobaan ini? Apakah hasil percobaannya berkesamaan?
Jawaban:
S = {(H,H), (H,P), (H,K), (P,P), (P,H), (P,K), (K,K), (K,H), (K,P)}
Hasil percobaannya tidak berkesamaan.
Kejadian (Events)
Andaikan kita mengambil 1 kartu dari 9 kartu dengan angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 yang
tersedia, mungkin kita tertarik pada hasil yang berupa bilangan genap yaitu 2, 4, 6, dan 8. Bilangan
ini adalah unsur himpunan bagian ruang sampel {1,2,3,4,6,7,8,9}, yang mengarahkan kita ke definisi
berikut ini.
Definisi Kejadian
Kejadian adalah himpunan bagian ruang sampel.
Contoh 8.1.9:
Tabulasikan ruang sampel dan kejadian memperoleh paling sedikit satu mata uang muncul
gambar pada waktu melambungkan 2 mata uang.
Jawaban:
Ruang sampel Kejadian
{GG,GA,AA,AG} {GG,GA,AG}
Kejadian terdiri atas hasil pada ruang sampel dengan G muncul paling sedikit satu kali.
Aturan Peluang
Aturan Peluang adalah cara mengawankan setiap hasil percobaan dengan tepat satu bilangan real p
dengan 0 ≤ p ≤ 1. Jika A kawan p maka dikatakan peluang A yaitu P(A) = p.
Sifat Peluang
Peluang pada ruang sampel memenuhi dua sifat berikut:
(1) Jika A suatu hasil percobaan maka peluangnya (P(A)) bernilai: 0 ≤ P(A) ≤ 1
(2) Jumlah peluang semua hasil percobaan sama dengan 1 yaitu P(S) = 1
Contoh 8.1.10:
Secara intuitif kita bisa menerima bahwa peluang munculnya gambar pada pelambungan
satu mata uang logam adalah ½ [P(G) = ½, dan P(A) = ½]. Peluang ini memenuhi kedua
sifat peluang tersebut, yaitu:
(1) 0 ≤ P(G) ≤ 1 dan 0 ≤ P(A) ≤ 1, dan
(2) P(S) = P(G) + P(A) = ½ + ½ = 1
Contoh 8.1.11:
Sebuah kartu diambil dari setumpuk kartu remi. Berapa peluang bahwa yang diambil itu
kartu jack?
Jawaban:
Seluruhnya terdapat 52 kartu, 4 di antaranya adalah kartu jack.
Jadi, n(S) = 52 dan n(K) = 4
Sehingga,
n( K ) 4 1
P( jack ) = = = .
n( S ) 52 13
Peluang empiris
Sebelumya, kita telah menentukan peluang untuk hasil percobaan berdasarkan banyak cara kejadian
muncul. Dalam bagian ini kita akan menentukan berdasar pada apa yang kita sebut data empiris.
Coba perhatikan contoh berikut.
Contoh 8.1.12:
Sebuah dadu dilemparkan 5000 kali. Andaikan cacatan banyak munculnya mata 1 pada
berbagai tahap proses itu dituliskan seperti berikut:
Banyak Lemparan Banyak Munculnya Frekuensi Relatif/Nisbi
(N) Mata ‘1’ (m/N)
(m)
50 10 0,2
500 80 0,18
1500 250 0,1667
2500 420 0,168
3500 580 0,1657
5000 830 0,166
Pada data tersebut terlihat bahwa ketika N membesar, frekuensi relatif menjadi stabil disekitar
1 1
0,166 ≈ . Oleh sebab itu kita menetapkan peluangnya sebesar: P(1) = .
6 6
Jika diasumsikan bahwa dadu yang dipergunakan mempunyai sisi berkesamaan, karena ruang
sampelnya S = {1,2,3,4,5,6} dan K = {1}, maka dengan menggunakan definisi peluang yang
n( K ) 1
menggunakan ruang sampel kita peroleh bahwa P(1) = n( S ) = 6 . Ternyata hasil ini sama dengan
Contoh 8.1.13:
Dalam melemparkan satu dadu yang simetris, berapa peluang munculnya bilangan ganjil atau 2?
Jawaban:
Kita memisalkan J menyatakan kejadian munculnya bilangan ganjil dan K kejadian munculnya 4,
kemudian kita cari P(J∪K). Dengan menggunakan diagram Venn pada Gambar 6.1.6 di bawah ini
kita peroleh:
J S
Gambar 8.1.6
Contoh 8.1.14:
Dalam melemparkan sebuah dadu yang simetris, berapa peluang memperoleh kelipatan 3
atau bilangan genap?
Jawaban:
Misalkan G menyatakan kejadian munculnya bilangan genap dan T menyatakan munculnya kelipatan
3. Maka yang hendak kita cari tidak lain adalah P(G∪T).
Gambar 8.1.7
3 2
P(G ) = dan P(T ) =
6 6
4 3 2
Akan tetapi, P(G ∪ T) ≠ P(G) + P(T) karena ≠ + .
6 6 6
Apa perbedaan 2 contoh persoalan pada terakhir di atas? Pada Contoh 8.1.13 di atas kita ketahui
bahwa kedua himpunan J dan K tidak mempunyai anggota persekutuan.
Jika kejadian A dan B memiliki hasil percobaan sekutu seperti pada Contoh 12.15, maka kita
dapat memperumum hasil ini menjadi sebagai berikut ini.
Peluang A atau B
Untuk setiap dua kejadian A dan B, Peluang A atau B adalah
P(A ∪ B) = P(A) + P(B) - P(A ∩ B)
Hasil terakhir ini dapat kita perluas meliputi 3 kejadian misalnya A, B dan C.
Komplemen dari kejadian A (ditulis: AC) adalah himpunan semua anggota ruang sampel S yang
bukan anggota A.
Jadi (A∪AC) = S, dan (A∩AC) = Ø, P(A∪AC) = 1 dan P(A∩AC) = 0, sehingga P(A∪AC) = P(A)
+ P(A C) = 1. Jadi P(A C)= 1 – P(A)
1. Kota Impian terdiri dari beberapa lorong yang digambarkan sebagai garis-garis pada gambar di
bawah ini. Tentukan berapa banyak jalur terpendek dari A ke B seperti pada gambar berikut ini!
B
Kota
Impian
A
2. Seperti nomor 1, namun di Kota Impian tersebut telah dibangun taman kota yang digambarkan
sebagai daerah yang diarsir. Maka tentukan banyak jalur terpendek yang dapat dilalui dari A ke
B, jika Anda tidak boleh melalui atau menembus taman kota tersebut!
B
Kota
Impian
A
3. Seorang siswa diminta untuk menyelesaikan 5 dari 6 soal ulangan, akan tetapi soal nomor 1
harus dipilih. Tentukan banyaknya pilihan yang dapat diambil oleh siswa tersebut!
4. Sekeping mata uang logam dan sebuah dadu dilemparkan bersama-sama satu kali. Tentukan
peluang muncul sisi gambar pada mata uang logam dan sisi bermata lima pada dadu!
JAWABAN LATIHAN
1. Dengan cara apapun Anda mencoba, maka Anda akan memperoleh jalur terpendek dari A ke B
dengan melangkah 4 kali ke kanan dan 5 kali ke atas. Mengapa demikian? Karena untuk
mendapatkan jalur terpendek, Anda tidak bisa berbalik arah ke kiri maupun ke bawah. Misalnya:
arah Kanan = K, dan Atas = A.
B
Sehingga salah satu contoh jalur terpendek dari A ke B adalah: K,K,K,K,A,A,A,A,A, atau
A,A,A,A,A,K,K,K,K, atau K,A,K,A,K,A,K,A,A. Ini mengandung arti bahwa ada 9 langkah
di mana 4 langkahnya harus ke kanan. Dengan demikian kita akan menyususun 4 unsur dari 9
unsur yang ada menggunakan kombinasi, yaitu:
9!
C 9, 4 = = 126
(9 − 4)!.4!
Atau jika Anda mengartikan bahwa untuk jalur terpendek dari A ke B adalah melalui 9 langkah
di mana 5 langkahnya harus ke atas, maka kita akan menyusun 5 unsur dari 9 unsur sebagai
berikut:
9!
C 9,5 = = 126
(9 − 5)!.5!
2. Nampaknya masalah pada nomor 2 ini lebih rumit jika dibandingkan dengan nomor 1. Untuk
mengetahui berapa banyak jalur terpendek dari A ke B, tanpa melalui daerah yang diarsir, berarti
kita harus mengetahui berapa cara dari A ke B melalui P, Q, R, S, T, dan U.
3. Dari 6 soal yang tersedia diambil 5 soal (tanpa memperhatikan urutannya) dan soal nomor 1
harus dipilih. Ini berarti hanya tinggal 5 soal yang akan diambil 4 soal saja, sehingga banyaknya
5! 120
pilihan yang dapat diambil oleh siswa tersebut adalah: C 5, 4 = (5 − 4)!.4! = 1 × 24 = 5 pilihan.
4. Sekeping mata uang logam dan sebuah dadu dilemparkan bersama-sama satu kali. Untuk
menentukan peluang muncul sisi gambar pada mata uang logam dan sisi bermata lima pada dadu,
pertama kali kita misalkan bahwa: A adalah kejadian munculnya gambar pada mata uang logam,
1 1
dan B adalah kejadian munculnya sisi mata dua pada dadu. Sehingga P(A) = dan P(B) = .
2 6
Dalam hal ini kejadian antara A dan B merupakan kejadian yang saling bebas, sehingga P(A ∩ B)
1 1 1
× =
2 6 12 = P(A)×P(B) = .
1.Banyaknya permutasi dari n benda yang berbeda diambil r benda sama dengan
n!
Pn, r =
(n − r )! .
2. Banyaknya permutasi n benda yang terdiri k kelompok dan setiap kelompok ke-i (1 ≤
i ≤ k) mempunyai anggota yang sama sebanyak ni,
n!
maka Pn ,ni =
n1!×n2 !×n3!×... × nk !
3.Banyak cara memilih r benda dari n benda yang berbeda tanpa memperhatikan urutannya
yaitu banyaknya kombinasi r unsur diambil dari n unsur yang berbeda adalah
n!
C n,r =
(n − r)! ⋅ n ! .
11. Kejadian A ∪ B (A atau B) adalah himpunan yang terdiri atas hasil percobaan yang ada
dalam A atau B.
12. Kejadian A ∩ B (A dan B) adalah himpunan sernua hasil percoban yang ada dalam A dan
B.
13. Komplemen kejadian A, dinyatakan dengan AC, adalah himpunan semua hasil percobaan
yang tidak berada dalam A.
14. Kejadian A dan B disebut saling asing apabila mereka tidak mempunyai hasil percobaan
sekutu.
15. Jika A dan B kejadian yang saling asing maka P(A ∪ B) = P(A) + P(B)
16. Untuk setiap dua kejadian A dan B, Peluang A atau B adalah
P(A ∪ B) = P(A) + P(B) – P(A ∩ B)
Untuk setiap tiga kejadian A, B dan C, peluang A atau B atau C adalah
P(A∪B∪C)=P(A)+P(B)+P(C) –P(A∩B) P(A∩C) –P(B∩C)+P(A∩B∩C)
2. Terdapat 20 siswa dalam satu kelas. Jika setiap siswa besjabat tangan pada saat bertemu dan
berpisah, maka tentukan berapa banyak jabat tangan yang terjadi!
A. 20 kali C. 76 kali E. 380 kali
B. 40 kali D. 190 kali
4. Sebuah kartu diambil secara acak dari satu set lengkap kartu bridge. Peluang terambilnya kartu
merah atau kartu As adalah...
2 28 32
A. C. E.
52 52 52
26 30
B. D.
52 52
A
6. Dalam permainan sepakbola ada empat kategori pemain yaitu depan, tengah, belakang dan
penjaga gawang. Persib dalam menghadapi Persipura, menggunakan sistem 1-4-4-2 (gawang,
belakang, tengah, depan). Jika tersedia 2 penjaga gawang, 7 belakang, 7 tengah, 5 depan, ada
berapa kemungkinan kesebelasan yang bisa dibentuk?
A. 25.000 C. 20.000 E. 4.500
B. 24.500 D. 10.000
7. Seperti pada konteks soal nomor 6, tentukan berapa peluang terpilihnya seseorang untuk dijadikan
pemain inti?
A. 0,07 C. 0,25 E. 0,70
B. 0,10 D. 0,50
8. Dalam suatu perkumpulan akan dipilih perwakilan yang terdiri dari 6 orang. Calon yang tersedia
terdiri dari 5 orang pria dan 4 wanita. Banyaknya susunan perwakilan yang dapat dibentuk jika
sekurang-kurangnya terpilih 3 pria adalah...
A. 84 C. 76 E. 66
B. 82 D. 74
9. Pada pelemparan dua buah dadu sebanyak satu kali, peluang munculnya mata dadu berjumlah 7
atau 10 adalah...
A. 0,555 C. 0,222 E. 0,111
B. 0,250 D. 0,143
10. Dalam sebuah kotak berisi 7 kelereng merah dan 5 kelereng putih. Dari kotak tersebut diambil 3
kelereng sekaligus secara acak. Peluang terambil sekuirang-kurangnya 1 kelereng putih adalah...
7 34 37
A. C. E.
44 44 44
10 35
B. D.
44 44
Cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 1 yang ada pada bagian
belakang bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Rumus:
Jumlah Jawaban Anda yang benar
Tingkat Penguasaan = —————————————— x 100 %
10
Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, anda dapat meneruskan dengan
Kegiatan Belajar 2. Bagus! Akan tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80 %,
Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum anda kuasai.
STATISTIKA
PENGANTAR
S ejak puluhan tahun lalu, statistika merupakan ilmu yang sangat penting, bukan saja sebagai
ilmu yang dipelajari di sekolah dan perguruan tinggi, melainkan juga sebagai ilmu terapan.
Penerapannya misalnya dalam ekonomi, manajemen, biologi, pendidikan, kedokteran, riset, serta
dalam kegiatan masyarakat lainnya. Sebagian dari kita memang tidak memperoleh pengetahuan
statistika secara mendalam. Akan tetapi, setidaknya kita memiliki pengertian tentang statistika,
meskipun tidak terlalu banyak.
Pada Kegiatan belajar 2 ini akan dibahas sebagian Statistika Diskriptif, yang meliputi penyajian data
dengan tabel dan grafik, ukuran tendensi pusat yaitu rerata, median, serta modus dan ukuran sebaran
data.
INDIKATOR
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan:
1. Mampu mengelola data suatu sampel sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang data sampel
tersebut.
2. Terampil melakukan pemecahan masalah matematik yang berhubungan dengan topik statistika
URAIAN
Statistika Diskriptif dan Statistika Inferensial merupakan dua istilah yang sudah tidak asing lagi
dalam statistika. Dalam Statistika Diskriptif terdapat bagian pengelolaan data. Data suatu sampel
perlu diolah sehingga diperoleh gambaran ringkas dan jelas tentang data tersebut. Karena sebenarnya
kita tertarik pada populasi sedangkan yang tersedia hanya sampel yang terbatas, maka deskripsi
yang diperoleh dari sampel tersebut perlu dianalisis lebih lanjut agar bisa digunakan untuk menerangkan
sifat populasi, atau dengan kata lain sampelnya harus representatif. Inilah yang merupakan inti Statistika
Inferensial.
PENYAJIAN DATA
Setiap orang pasti pernah melakukan pengamatan. Lalu sebagian dari orang yang melakukan
pengamatan tersebut melakukan pencatatan atas apa yang telah diamatinya. Sebagai hasil suatu
pengamatan atau pengukuran terhadap suatu variabel tertentu, misalnya berat badan, suhu udara,
dan banyaknya pengunjung swalayan setiap hari, dapat diperoleh data berupa sekumpulan bilangan.
Untuk meringkas data yang berupa kumpulan bilangan itu kita lakukan dengan membuat tabel sebaran
seringan (distribusi frekuensi), dan membuat diagram.
Tabel 8.2.1
Banyak Anak SD Marikangen yang Terserang Cacar Air Setiap Hari
1 0 0 2 4 3 4 6 5 4 1 3 1 3 4
7 0 1 1 4 3 5 3 5 6 2 6 3 3 2
Dari Tabel 8.2.1 tersebut, kita bisa melihat bahwa bilangan terbesar adalah 7 dan terkecil
adalah 0, sehingga rentangan data tersebut 7 – 0 = 7.
Contoh 8.2.2
Buatlah daftar sebaran seringan sekor ujian akhir PAI berikut ini.
72, 75, 71, 83. 68, 85, 75, 62, 49, 20, 85, 72. 90, 61, 81, 90. 40, 93, 58, 85, 71, 72
Jawaban
Daftar distribusi frekuensi terdiri atas 2 kolom yaitu kolom skor dan kolom frekuensi. Tabel
8.2.2 berikut ini mendaftar frekuensi setiap skor di atas.
Apabila banyak jenis data cukup besar sebaran seringan seperti diatas mungkin menjadi
kurang memadai, perlu diambil cara lain yaitu dengan mengelompokkan data dalam kelas-
kelas yang pada umumnya berupa interval.
Tabel 8.2.2
Frekuensi Skor Ujian
Skor Ujian Frekuensi
20 1
40 1
49 3
58 3
61 1
62 1
68 1
71 2
72 3
75 2
81 1
83 1
85 3
90 2
93 1
Frekuensi data yang dikelompokkan disusun dengan membagi rentangan data menjadi selang/
interval yang berjarak sama, kemudian mendaftar butir yang termasuk dalam setiap interval.
Berikut adalah langkah menyusun sebaran seringan data berkelompok.
Langkah dalam menyusun sebaran seringan data berkelompok
1. Memilih banyak dan lebar kelas
2. Mentabulasikan data ke dalam kelas
3. Mencari seringan dalam setiap kelas
Contoh 8.2.3:
Andaikan diketahui data berupa lama pendidikan (dalam tahun) yang pernah diikuti oleh
para petani di suatu desa adalah seperti berikut: 3, 3, 12, 10, 9, 7, 6, 9, 4, 15, 18, 18, 9, 10,
8, 8, 8, 2, 4, 11, 12, 12, 10, 17, 1, 12, 6, 6, 6, 11.
Kelompokkan data itu dalam kelas interval berlebar sama dan susun tabel frekuensinya.
Jawaban
Pertama, kita harus mencari sebaran atau rentangannya, yaitu 18 – 1 = 17.
Kedua, menentukan banyak kelas. Cara yang standard digunakan adalah dengan
menggunakan aturan Sturges, yaitu:
k = 1 + 3,3 log n
dengan k adalah banyaknya kelas dan n adalah banyak data.
Jadi, kita kelompokkan data ini menjadi 1 + 3,3 log 30 = 2,477. Dengan besarnya nilai k =
2,477 berarti kita boleh mengambil sebanyak 3 kelas.
17
Berarti, P = = 5,667 . Ini memperbolehkan kita untuk mengambil 6 panjang kelas. Jika
3
tadi kita ambil banyak kelasnya 3, dengan panjang kelasnya diambil 6 (k = 3 dan p = 6).
Tabel 8.2.3
Frekuensi dalam Kelas
Kelas Frekuensi
1–6 10
7 – 12 16
13 – 18 4
Jumlah 20
DIAGRAM
1. Diagram Dahan-Daun
Salah satu untuk menyederhanakan data adalah dengan Diagram Dahan-Daun. Untuk
menunjukkan bagaimana cara menyusun diagram ini kita perhatikan Contoh 8.2.4 berikut ini.
Contoh 8.2.4:
Data skor ujian matematika kelas III SD Marisuka berikut ini.
76 84 68 63 58 60 56 97 47 84 64 80 78 91 78 72 85 75 68 73 75.
Angka pertama dan kedua setiap skor kita pasang berturut-turut sebagai dahan dan daun,
sehingga diperoleh diagram dahan-daun berikut ini.
Angka pertama dan kedua setiap skor berturut-turut kita pasang sebagai dahan dan daun.
Sebagai contoh, 8 pada sekor 85 kita letakkan 8 pada dahan dan 5 pada daun.
Berikut adalah tiga langkah menyusun diagram dahan-daun:
(1) Tentukan banyaknya angka yang dipilih sebagai dahan.
(2) Buat daftar dahan dalam suatu kolom dari yang kecil ke yang besar.
(3) Buat daftar angka sisanya dalam setiap butir data sebagai daun dari yang kecil ke yang besar
pada kolom di sebelah kanan kolom dahan (Anda bisa juga memilih urutan daun dari besar ke
kecil).
Selain dengan diagram dahan-daun, kita bisa juga menggambar data dengan diagram batang, histo-
gram, poligon, diagram lingkaran, dan diagram pastel (pie).
2. Diagram Batang
Untuk memahami bagaimana menggambarkan data dalam suatu diagram batang coba perhatikan
contoh berikut.
Contoh 8.2.5:
Gambarlah diagram batang untuk banyak lulusan PGSD UPI kampus daerah per tahun
seperti berikut ini (catatan: data ini fiktif).
Tahun 2001 2002 2003 2004 2005
Jumlah Lulusan 1200 1500 2100 1800 1500
Jawaban
2500
Jumlah Lulusan
2000
1500
Lulusan
1000
500
0
2001 2002 2003 2004 2005
Tahun
Gambar 8.2.2
Sumbu horizontal menyatakan tahun dan sumbu vertikal menyatakan banyaknya lulusan. Jika kita
ingin mengetahui banyak lulusan katakanlah pada tahun 2005, tarik garis horizontal dari puncak
batang sehingga memotong sumbu vertikal, kemudian tentukan pada sumbu vertikal bilangan yang
berkaitan. Bilangan itu menyatakan banyaknya lulusan di tahun 2005, yaitu 2400.
3. Histogram
Histogram adalah diagram batang yang menggambarkan distribusi frekuensi data berkelompok. Oleh
sebab itu untuk membangun histogram suatu data lebih dahulu kita cari distribusi frekuensi yang
dikelompokkan data tersebut. Tinggi persegi panjang (batang) menyatakan seringan pada interval
yang bersangkutan.
F
R
E
K
U
E
N
S
I
Diagram 8.2.3 merupakan histogram data usia pasien Puskesmas Cimalaka pada bulan Januari 2006.
Data tersebut diambil dari distribusi frekuensi berikut ini.
Tabel 8.2.4
Jumlah Pasien Puskesmas Cimalaka
4. Poligon
Pada histogram, titik tengah puncak setiap batang yang berdekatan kita hubungkan, maka kita akan
memperoleh suatu poligon (segi banyak). Poligon ini disebut “Poligon Frekuensi”. Gambar 8.2.4
adalah poligon frekuensi untuk data pada Tabel 8.2.4.
Frekuensi
5. Diagram Lingkaran
Daerah lingkaran dapat juga dipergunakan untuk menggambarkan data. Diagram yang
menggunakan lingkaran ini disebut “Diagram Lingkaran”. Coba perhatikan Contoh 6.2.6 berikut ini.
Contoh 8.2.6:
Berdasarkan Tabel 6.2.4, disusun diagram lingkaran berikut ini.
10 s.d. 14
15 s.d. 19
20 s.d 24
25 s.d. 29
30 s.d. 34
Gambar 8.2.5
Suatu himpunan pada Diagram Lingkaran dalam Gambar 13.5 adalah suatu juring lingkaran dengan
ni
besar sudut pusat: α i = × 360 0
ntotal
Misalnya untuk kelas ketiga (berwarna kuning), n3 = 10, dan ntotal = 30, maka:
n3 10
α3 = × 360 0 = × 360 0 = 120 0
ntotal 30
10 s.d. 14
15 s.d. 19
20 s.d 24
25 s.d. 29
30 s.d. 34
Gambar 8.2.6
1. RERATA
Rerata atau rata-rata hitung adalah ukuran tendensi pusat yang banyak digunakan dan memiliki
ketentuan sebagai berikut.
Definisi Rerata
Misalkan kita mempunyai data berupa bilangan x1, x2, x3, …, xn,maka rerata data tersebut yaitu
x dengan
x1 + x 2 + x3 + ... + x n
x=
n
Contoh 8.2.7:
Tentukan rerata dari 5, 7, 13, 12 dan 23 !
Jawaban
5 + 7 + 13 + 12 + 23 60
x= = = 12
5 5
Contoh 8.2.8:
Tentukan rerata nilai ujian matematika, pada data berikut ini:
nilai 40 45 50 55 60 65
frekuensi 12 6 13 20 42 7
Jawaban:
Dari data di atas diketahui bahwa ada 12 siswa memperoleh nilai 40, jadi untuk menggunakan
rumus rerata di atas bilangan 40 muncul 12 kali. Sedangkan bilangan 45 muncul 6 kali, 50
muncul 13 kali, 55 muncul 20 kali, 60 muncul 42 kali, dan 65 muncul 7 kali, sehingga kita
gunakan rumus rerata data berkelompok.
2. Median
Median dari suatu data yang berupa bilangan adalah bilangan yang terletak di tengah jika data itu
diurutkan menurut besarnya.
Definisi Median
Jika x1, x2, x3, …, xn adalah data yang telah diurutkan menurut besarnya (dari kecil ke besar
atau dari besar ke kecil) maka mediannya adalah bilangan yang di tengah jika n ganjil. Jika n genap
mediannya adalah rerata 2 bilangan yang berada di tengah data terurut tersebut.
Contoh 8.2.9:
Tentukan median data ini: 3, 5, 9, 8, 4.
Jawaban:
Data ini diurutkan menjadi 3, 4, 5, 8, 9. Mediannya adalah 5.
Contoh 8.2.10:
Tentukan median data 4, 6, 7, 3, 5, 2, 8, 9
Jawaban:
Data diurutkan menjadi 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
5+6
Median = = 5,5 .
2
3. MODUS
Modus sekelompok bilangan dari suatu hasil pengukuran adalah bilangan yang munculnya paling
sering, atau frekuensinya paling tinggi.
Definisi Modus
Modus sekelompok bilangan (hasil pengukuran) adalah bilangan yang muncul paling sering.
Jika masing-masing bilangan muncul sekali maka data itu, tidak mempunyai modus. Jika ada dua
bilangan yang frekuensinya sama dan paling banyak, maka data itu mempunyai dua modus. Bahkan
ada pula data mempunyai tiga atau lebih modus.
Contoh 8.2.11:
Tentukan modus data 4, 3, 5, 6, 7, 8, 6, 4, 5, 8, 8, 7, 9, 9, 8. 9.
Jawaban:
Setelah diurutkan diperoleh 3, 4, 4, 5, 5, 6, 6, 7, 7, 8, 8, 8, 8, 9, 9, 9.
8 muncul paling sering yaitu 4 kali. Jadi modus data ini adalah 8.
UKURAN SEBARAN
Ukuran sebaran data yang akan kita pelajari adalah rentangan, rentangan antar kuartil dan variansi.
1. Rentangan (Range)
Rentangan data adalah selisih bilangan yang terbesar dan yang terkecil yang ada pada data tersebut.
Contoh 8.2.12:
Tentukan rentangan data berikut.
4, 6, 7, 8, 3,9
Rentangan = 9 – 3 = 6
Contoh 8.2.13:
Diketahui suatu data berupa banyaknya pengunjung suatu Museum Sribaduga Bandung setiap
hari selama 16 hari sebagai berikut:
25, 30, 26, 45, 42, 24, 22, 34, 29, 28, 23, 27, 32, 31, 35, 43.
Tentukan rentangan antar kuartilnya.
Jawaban:
Untuk mencari K1, K3 dan RAK data kita urutkan dari kecil ke besar, sehingga kita peroleh
sebagai berikut.
22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 35, 42, 43, 45.
Kemudian kita sekat menjadi 4 bagian dengan banyak anggota sama.
Titik perempat pertama, K1, jatuh antara 25 dan 26 sehingga
Titik perempat kedua yaitu K2 (atau median) jatuh antara 29 dan 30 sehingga
29 + 30
Me = = 29,5
2
Titik perempat ketiga, K3 jatuh antara 34 dan 35 sehingga
34 + 35
K3 = = 34,5
2
Jadi RAK = K3 – K1 = 34,5 – 25,5 = 9 .
Rentangan antar kuartil dapat digunakan untuk mencari pencilan (outlier), yaitu anggota
yang letaknya jauh dari anggota data yang lain.
Definisi Pencilan
Pencilan suatu data adalah skor yang lebih dari (K3 + 1,5 RAK) atau yang kurang dari (K1 – 1,5
RAK).
Diagram yang bisa digunakan untuk mencari pencilan adalah diagram kotak dan Whisker seperti
pada Gambar 8.2.7 berikut ini.
Gambar 8.2.7
3. Variansi
Ukuran sebaran keempat yang hendak kita kaji adalah “variansi”. Berikut ini adalah langkah untuk
mencari variansi suatu data.
(1) Hitung rerata ( x ).
(2) Tentukan beda setiap skor dengan rerata, (x – x ).
(3) Kuadratkan, beda itu, yaitu hitung (x – )2.
(4) Bagi jumlah kuadrat beda ∑ ( x i − x) 2 tadi oleh (n – 1) untuk estimasi kecil.
Contoh8.2.14:
Tentukan variansi dari data di bawah ini:
23, 24, 29, 21, 25, 44, 41, 33, 28, 27, 22, 26, 31, 30, 34, 42.
Jawaban:
Kita tentukan dahulu reratanya:
x1 + x 2 + x3 + ... + x n
x=
n
26 + 44 + 41 + 23 + 24 + 29 + 21 + 33 + 28 + 27 + 22 + 26 + 31 + 30 + 34 + 42.
x=
16
480
x= = 30
16
Jadi variansi = s 2
=
∑ (x i − x) 2
=
772
= 51,46667 .
n −1 15
1. Peserta ujian matematika terdiri dari 40 orang siswa kelas A, 30 orang siswa kelas B, dan 30
orang siswa kelas C. Nilai rerata seluruh siswa adalah adalah 7,2 dan nilai rerata siswa kelas B
dan C adalah 7,0. Tentukan nilai rerata siswa kelas A!
2. Rerata tinggi badan 30 wanita adalah 156 cm, sedangkan rerata tinggi badan 20 pria adalah 168
cm. Berapakah rerata tinggi badan kelimapuluh orang tersebut?
3. Suatu data memiliki rerata 16 dan jangkauan 6. Jika setiap nilai dalam data dikalikan p kemudian
dikurangi q, maka diperoleh data baru dengan rerata 20 dan jangkauan 9. Tentukan nilai 2p + q.
4. Pada suatu pemilihan umum diikuti 5 partai A, B, C, D dan E dengan perolehan suara berturut-
turut 30%, 27%, 23%, dan sisanya terbagi dua sama rata. Susunlah diagram lingkaran untuk
data tersebut.
JAWABAN LATIHAN
f 1 x1 + f 2 x 2 + f 3 x3 + ... + f n x n
x total =
f 1 + f 2 + f 3 + ... + f n
n( A) ⋅ x A + n( B) ⋅ x B + n(C ) ⋅ x C
x total =
n( A) + n( B) + n(C )
40 ⋅ x A + 30 ⋅ 7 + 30 ⋅ 7
7,2 =
100
f 1 x1 + f 2 x 2 + f 3 x 3 + ... + f n x n
x total =
f 1 + f 2 + f 3 + ... + f n
n(W ) ⋅ x W + n( P) ⋅ x P
x total =
n( A) + n( B) +
30 ⋅ 156 + 20 ⋅ 168
x total =
50
x total = 160,8
3. Diketahui:
x 1 = 16
R1 = Xmax1 – Xmin1 = 6.
Jika tiap data dikalikan p lalu dikurangi q, maka:
x 2 = 20
R2 = Xmax2 – Xmin2 = (pXmax1 – q) – (pXmin1 – q) = 9
Tentukan nilai 2p + q!
Jawaban:
R1 = Xmax1 – Xmin1 = 6, bisa juga ditulis: X n − X 1 = 6
Dan R2 = (pXmax1 – q) – (pXmin1 – q) = 9, bisa ditulis:
( pX n − q ) − ( pX 1 − q ) = p ( X n − X 1) − q + q = p ( X n − X 1) = 9 .
Karena X n − X 1 = 6 , maka p ( X n − X 1) = p (6) = 9 .
9 3
Dengan demikian nilai p adalah p = = .
6 2
Perhatikan nilai reratanya:
X 1 + X 2 + ... + X n
x1 = = 16 ⇔ X 1 + X 2 + ... + X n = 16n
n
( pX 1 − q ) + ( pX 2 − q ) + ... + ( pX n − q )
x2 = = 20
n
⇔ p ( X 1 + X 2 + ... + X n ) − nq = 20n
3
⇔ (16) − q = 20
2
⇔ 24 − q = 20
⇔q=4
⎛3⎞
Dengan demikian, 2 p + q = 2⎜ ⎟ + 4 = 7 .
⎝2⎠
4. Partai A memperoleh suara 30%, Partai B memperoleh suara 27%, Partai C memperoleh suara
100 − (30 + 27 + 23)
23%, Partai D memperoleh suara % = 10% , sedangkan Partai E
2
memperoleh suara sama dengan partai D, yaitu 10%. Untuk mengetahui ukuran sudut masing-
ni
αi = × 360 0
ntotal masing bagian juring, maka dapat digunakan formula: .
30
Dengan demikian, partai A memperoleh α A = × 360 0 = 108 0
100
27
partai B memperoleh α B = × 360 0 = 97,2 0
100
23
partai C memperoleh α C = × 360 0 = 82,8 0
100
10
partai D memperoleh α D = × 360 0 = 36 0
100
10
partai E memperoleh α E = × 360 0 = 36 0 .
100
Gambar 8.2.8
Partai A
Partai B
Partai C
Partai D
Partai E
4. Rerata data berkelompok: x1, x2, x3, …, xn mempunyai frekuensi berturut turut f1, f2,
…,fn Maka rerata data ini adalah:
f 1 x1 + f 2 x 2 + f 3 x 3 + ... + f n x n
x=
f 1 + f 2 + f 3 + ... + f n
5. Median data x1, x2, x3, …, xn yang telah diurutkan menurut besarnya (dari kecil ke
besar atau dari besar ke kecil) adalah bilangan yang di tengah jika n ganjil, atau rerata
2 bilangan yang di tengah jika n genap.
6. Modus sekelompok data (hasil pengukuran) adalah bilangan yang muncul paling sering.
Jika masing-masing bilangan muncul sekali maka data itu tidak mempunyai modus. Jika
ada dua bilangan yang seringannya sama dan paling banyak, maka data itu mempunyai
dua modus. Ada kemungkinan data mempunyai modus lebih dari satu.
7.Pencilan
Pencilan suatu data adalah sekor yang lebih dari K 3 + 1,5 RAK atau yang kurang
dari K – 1,5 RAK.
2. Jika 30 siswa kelas A mempunyai rerata 6,5; kemudian 25 siswa kelas B mempunyai nilai rerata
7; dan 20 siswa kelas C mempunyai nilai rerata 8, maka nilai rerata ke-75 siswa tersebut adalah...
A. 7,04 C. 7,10 E. 7, 16
B. 7,07 D. 7,15
3. Tahun lalu gaji per bulan 5 orang karyawan dalam ribuan rupiah adalah sebagai berikut: 480,
360, 260, 650, 700. Tahun ini gaji mereka naik 15% bagi yang sebelumnya bergaji kurang dari
Rp 500.000,- dan 10% bagi yang sebelumnya bergaji lebih dari Rp 500.000,- . Rerata besarnya
kenaikan gaji mereka per bulan adalah...
A. Rp 60.000,- C. Rp 63.000,- E. Rp 65.000,-
B. Rp 62.000,- D. Rp 64.000,-
4. Pendapatan rata-rata karyawan suatu perusahaan adalah Rp 300.000,- per bulan. Jika pendapatan
rata-rata karyawan pria Rp 320.000,- dan karyawan wanita Rp 285.000,- maka perbandingan
jumlah karyawan pria dengan karyawan wanita adalah...
A. 2 : 3 C. 2 : 5 E. 1 : 2
B. 4 : 5 D. 3 : 4
5. Rerata dari lima bilangan bulat yang berurutan adalah 12. Jumlah bilangan yang terkecil dan
terbesar dari kelima bilangan tersebut adalah...
A. 24 C. 12 E. 10
B. 14 D. 11
6. Diagram batang berikut membandingkan banyak pengemis (dalam juta) sejak tahun 2001 sampai
dengan 2004 di kota A, B, dan C.
4.5
4
3.5
3 Pengemis Kota A
2.5
Pengemis Kota B
2
1.5 Pengemis Kota C
1
0.5
0
2001 2002 2003 2004
Gambar 8.2.9
Dari Gambar 8.2.9, coba Anda analisis, dibandingkan dengan tahun 2001, kota manakah yang
jumlah pengemisnya meningkat? Kota mana pula yang jumlah pengemisnya menurun?
A. Jumlah pengemis Kota A meningkat, sedangkan Kota B jumlah pengemisnya menurun.
B. Jumlah pengemis Kota B meningkat, sedangkan Kota A menurun.
C. Setiap kota mengalami peningkatan dan penurunan jumlah pengemisnya.
D. Hanya Kota C yang mengalami peningkatan dan penurunan jumlah pengemisnya.
E. Jumlah pengemis Kota A meningkat, sedangkan di Kota B dan C jumlah pengemisnya menurun.
7. Jika suatu data memiliki rerata x , median Me, Modus Mo, serta simpangan bakunya sama
dengan nol, maka dapat disimpulkan bahwa...
A. Nilai x < Me < Mo C. Nilai x = Me = Mo E. Nilai x = Mo < Me
B. Nilai x > Me > Mo D. Nilai x = Me < Mo
Cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 2 yang ada pada bagian
belakang bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Rumus:
Jumlah Jawaban Anda yang benar
Tingkat Penguasaan = —————————————— x 100 %
10
Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda telah berhasil menyelesaikan bahan
belajar mandiri ini. Bagus! Akan tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80 %,
Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum anda kuasai.
KUNCI JAWABAN
Tes Formatif 1
1. Jawaban: A. 120 bilangan
Banyaknya bilangan yang terdiri atas tiga angka yang dapat disusun dari himpunan A = {1, 2, 3,
4, 5}!
Banyaknya angka yang bisa diurutkan:
5 4 3 2 1
3. Jawaban: C. 720
1 1 Dari 26 + 4 − 2 yang
2 8 mahasiswa 28 hendak bimbingan, 2 di antaranya sudah selesai, berarti yang tersisa
P( M ∪ A) = + −hanya=6 orang. Banyaknya
=
4 13 52 52 52 cara mereka antri adalah sama dengan (8 – 2)! = 6! = 6 × 5 × 4 × 3
× 2 × 1 = 720.
28
4. Jawaban: C.
52
Total kartu bridge adalah 52 kartu. Peluang terambilnya kartu merah [P(M)] atau kartu As
[P(A)] adalah:
P ( M ∪ A) = P ( M ) + P ( A) − P ( M ∩ A)
5. Jawaban: B. 340
Tentukan banyaknya jalur terpendek dari A ke B pada gambar di bawah ini:
P B
S R
6. Jawaban: B. 24.500
Formasi: 1-4-4-2 (gawang, belakang, tengah, depan)
Persediaan: 2-7-7-5 (dalam hal ini pengisisan formasi tak menghiraukan urutan calon pemain).
Sehingga kemungkinan kesebelasan yang dibentuk:
C (2,1) × C (7,4) × C (7,4) × C (5,2) = 24.500
7. Jawaban: A. 0,07
Peluang terpilihnya seseorang untuk menjadi anggota inti tim sepakbola adalah:
C (2,1) × C (7,4) × C (7,4) × C (5,2) C (2,1) × C (7,4) × C (7,4) × C (5,2)
P= =
C Total C (21,11)
24500 875
P= = = 0,07
352716 12597
8. Jawaban: D. 74
Perwakilan terpilih: 6 orang.
Calon pria: 5 orang
Calon wanita: 4 orang.
Banyaknya susunan perwakilan yang dapat dibentuk jika sekurang-kurangnya terpilih 3 pria
berarti susunan perwakilan tersebut mungkin memuat 3 pria 3 wanita, 4 pria 2 wanita, atau 5 pria
1 wanita. Sehingga, aturan kombinasi yang digunakan adalah:
[C (5,3 × C (4,3)] + [C (5,4) × C (4,2)] + [C (5,5) × C (4,1)] = 74 .
9. Jawaban: B. 0,250
Pelemparan dua buah dadu sebanyak satu kali, peluang munculnya mata dadu berjumlah 7 atau
10 adalah:
P ( A ∪ B ) = P ( A) + P ( B ) − P ( A ∩ B )
10. Jawaban: E.
[C (7,2) × C (5,1)] + [C (7,1) × C (5,2)] + [C (7,0) × C (5,3)] 185 37
P= = =
C (12,3) 220 44
Tes Formatif 2
6 3 9 1
P( A ∪ B) = + −0= = 1= 0,250
36 1. 36 C.4 x 0 + 11 .
36 Jawaban:
2
Diketahui x-0 merupakan rerata dari: x1, x2, x3, ..., x10.
x1 x x x
Jika data bertambah mengikuti pola: + 2 , 2 + 4 , 3 + 6 , 4 + 8 ....
2 2 2 2
x1 + x 2 + x3 + ... + x10
Data lama: x 0 =
10
x1 + x 2 + x 3 + ... + x10
+ (2 + 4 + 6 + ... + 20)
Data baru: 2
10
2. Jawaba: B. 7,07
f 1 x1 + f 2 x 2 + f 3 x 3 + ... + f n x n
x total =
f 1 + f 2 + f 3 + ... + f n
n( A) ⋅ x A + n( B) ⋅ x B + n(C ) ⋅ x C
x total =
n( A) + n( B) + n(C )
30 ⋅ 6,5 + 25 ⋅ 7 + 20 ⋅ 8
x total = = 7,07
75
3. Jawaban: A. Rp 60.000,-
⎛ 15 ⎞ ⎛ 10 ⎞
⎜ × (480.000 + 360.000 + 260.000) ⎟ + ⎜ × (650.000 + 700.000) ⎟
⎝ 100 ⎠ ⎝ 100 ⎠
x TOTAL =
5
300.450
x TOTAL = = 60.090 ≈ 60.000
5
4. Jawaban: D. 3 : 4
n( P) ⋅ x W + n(W ) ⋅ x W
x total =
n( P) + n(W )
n( P) ⋅ 320.000 + n(W ) ⋅ 285.000
300.000 =
n( P) + n(W )
15.000n(W ) = 20.000n( P )
3n(W ) = 4n( P)
n( P) : n( w) = 3 : 4
5. Jawaban: A. 24
Rerata dari lima bilangan bulat yang berurutan adalah 12.
A+B+C + D+ E
x= = 12 ⇔ A + B + C + D + E = 60
5
Karena A,B,C,D,E berurutan, berarti:
B =A+ 1
C =A+ 2
D =A+ 3
E =A+ 4
Sehingga,
A + B + C + D + E = A + ( A + 1) + ( A + 2) + ( A + 3) + ( A + 4) = 5 A + 10 = 60
Jadi, nilai A = 10. Bilangan terbesar, A = 10, dan bilangan terkecil E = A + 4 = 14. Jumlah
keduanya adalah A + E = 24.
6 Jawaban: E.
Diagram batang berikut membandingkan banyak pengemis (dalam juta) sejak tahun 2001 sampai
dengan 2004 di kota A, B, dan C.
4.5
4
3.5
3 Pengemis Kota A
2.5
Pengemis Kota B
2
1.5 Pengemis Kota C
1
0.5
0
2001 2002 2003 2004
Jika kita membandingkan pertumbuhan pengemis setiap tahun terhadap tahun 2001, maka hanya
Kota A yang mengalami peningkatan. Sedangkan untuk Kota B maupun C, dari tahun ke tahum
selalu lebih rendah daripada tahun 2001. Jumlah pengemis Kota A meningkat, sedangkan di
Kota B dan C jumlah pengemisnya menurun dibandingkan tahun 2001 (seperti permintaan pada
soal).
GLOSARIUM
combination : suatu pilihan unsur-unsur dari suatu kumpulan tanpa memperhatikan urutan unsur-
unsur yang dipilih
event : kejadian
faktorial : hasil kali dari suatu bilangan-bilangan s.d. yang terkecil dari bilangan
frekuensi : jumlah kejadian yang lengkap atau fungsi muncul dalam suatu waktu
histogram : diagram frekuensi untuk peubah tunggal; pada diagram ini luas persegi panjang
sebanding dengan frekuensi nisbi dr masing-masing kelas
mutually exclusive : kejadian salaing asing
permutasi : Susunan terurut yang terdiri dari r unsur berbeda yang diambil dari n unsur berbeda
(r £ n) disebut permutasi r dari n unsur
pie : diagram lingkaran
poligon : segi banyak (bidang rata yg sudut atau sisinya lebih dr empat)
probability : peluang
range : rentangan
sample : ukuran-ukuran yang dianggap mewakili populasi
standar deviasi : simpangan baku
variansi : kuadrat simpangan baku dalam statistika
DAFTAR PUSTAKA
Bryant, V. (1993). Aspectcs of Combinatorics: A Wide Ranging introduction. Cambridge: Cam-
bridge University Press.
Cabrera, G.A. (1992). A Framework for Evaluating the Teaching of Critical Thinking. Educa-
tion 113 (1) 59-63.
Copi, I.M. (1972). Introduction to Logic. New York: Macmillan.
Durbin, J.R. (1979). Modern Algebra. New York: John Wiley & Sons.
Gerhard, M. (1971). Effective Teaching Strategies With the Behavioral Outcomes Approach.
New York: Parker Publishing Company, Inc.
Lipschutz, S. (1981). Set Theory and Related Topics. Schaum Outline Series. Singapore: McGraw
Hill International Book Company.
Naga, D.S. (1980). Berhitung, Sejarah, dan Pengembangannya. Jakarta: PT. Gramedia.
Purcell, E.J. dan Varberg, D. (1996). Kalkulus dan Geometri Analitis. Jakarta: Erlangga.
Ruseffendi, E.T. (1984). Dasar-dasar Matematika Modern untuk Guru. Bandung: Tarsito.
Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Potensinya dalam
Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Suryadi, D. (2005). Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung serta Pendekatan
Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangkan Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP. Disertasi Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.
Thomas, D.A. (2002). Modern Geometry. California, USA: Pacific Grove.
Wheeler, R.E. (1992). Modern Mathematics. Belmont, CA: Wadsworth.
GEOMETRI DATAR
DAN GEOMETRI RUANG
P
ada Bahan Belajar Mandiri (BBM) sebelum ini, Anda telah dibekali beberapa strategi
untuk memecahkan masalah non-rutin dalam matematika. Demikian pula pada BBM 9
ini, Anda dihadapkan pada beberapa kajian matematika dengan permasalahan-
permasalahan non-rutin yang perlu untuk dipecahkan atau dicarikan solusinya.
BBM 9 ini memfokuskan kajian pada materi pemecahan masalah dalam geometri, yang disusun
menjadi dua kegiatan belajar, yaitu: Kegiatan Belajar 1:Geometri Datar dan Kegiatan Belajar 2:
Geometri Ruang. Kegiatan Belajar 1 merupakan prasyarat untuk mempelajari Kegiatan Belajar 2,
karena geometri datar merupakan suatu kajian khusus matematika yang menjadi dasar untuk
mempelajari geometri ruang pada tahap yang lebih lanjut.
KOMPETENSI DASAR
Setelah Anda mempelajari BBM ini, diharapkan Anda dapat memahami dan terampil melakukan
pemecahan masalah matematik yang berhubungan dengan topik peluang, statistika, dan geometri.
INDIKATOR
Setelah mempelajari materi dalam BBM ini, Anda diharapkan dapat:
1. Memahami konsep-konsep dasar geometri.
2. Memahami benda-benda geometri serta sifat-sifatnya.
3. Terampil melakukan pemecahan masalah matematik yang berhubungan dengan topik geometri
Untuk membantu Anda dalam mempelajari BBM ini, silakan perhatikan beberapa petunjuk
belajar berikut ini:
1. Bacalah dengan teliti bagian pendahuluan ini sampai Anda memahami secara tuntas tentang apa,
untuk apa, dan bagaimana mempelajari BBM ini.
2. Bacalah sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dari kata-kata yang dianggap
baru. Carilah pengertian kata-kata kunci tersebut dalam kamus atau ensiklopedia yang Anda
miliki.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan
mahasiswa lain atau dengan tutor Anda.
4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan. Anda
dipersilakan untuk mencari dan menggunakan berbagai sumber, termasuk dari internet.
5. Mantapkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan dan melalui kegiatan diskusi dalam
kegiatan tutorial dengan mahasiswa lainnya atau dengan teman sejawat.
6. Jangan lewatkan untuk mencoba menyelesaikan setiap permasalahan yang dituliskan pada setiap
akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah Anda sudah memahami dengan
benar kandungan BBM ini.
PENGANTAR
Matematika pada hakikatnya adalah sebagai kumpulan sistem aksiomatis. Konsep-konsepnya
tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis, mulai dari konsep yang paling sederhana
sampai pada konsep yang paling kompleks. Salah satu kelompok anggota kumpulan sistem atau
struktur matematika yang akan dibahas pada bab ini adalah Geometri, yang salah satu di antaranya
adalah Geometri Euclid. Euclid sendiri merupakan nama tokoh pelopor Geometri, yang melalui
Geometri-nya tersebut ia ditahbiskan sebagai pelopor pengembangan berpikir deduktif aksiomatis.
Mengapa Geometri diberikan sebagai bahan perkuliahan mahasiswa PGSD? Alasannya adalah
sebagai berikut. Pola pikir Euclid telah dijadi tolok ukur pengembangan sistem matematika yang lain
oleh para matematikawan. Di antara system-sistem dalam matematika, selain sistem bilangan,
Geometri Euclid dipandang sebagai sistem yang paling intuitif. Hal ini memungkinkan Geometri
diajarkan di Sekolah Dasar walaupun harus dengan cara yang lebih intuitif. Geometri dianggap
mempunyai banyak aplikasi dalam matematika dan kehidupan nyata, yang juga banyak mengandung
unsur problem solving-nya. Oleh sebab itu wajarlah jika Geometri dan pemecahan masalah Geometri
dijadikan bahan perkuliahan matematika yang diberikan kepada mahasiswa PGSD yang notabene
merupakan calon guru Sekolah Dasar.
INDIKATOR
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat:
1. Memahami konsep-konsep dasar geometri.
2. Memahami benda-benda geometri serta sifat-sifatnya.
3. Terampil melakukan pemecahan masalah matematik yang berhubungan dengan topik geometri.
G eometri sebagai salah satu sistem matematika, di dalamnya memiliki banyak konsep
pangkal, mulai dari unsur primitif atau unsur tak terdefinisi, antara lain: titik, garis, kurva,
ataupun bidang. Juga terdapat relasi-relasi pangkal yang tidak didefinisikan, misalnya: ‘melalui’,
‘terletak pada’, ‘memotong’, dan ‘antara’. Dari unsur-unsur yang tidak terdefinisikan ini kemudian
membangun unsur-unsur yang didefinisikan, selanjutnya ke aksioma atau postulat, dan akhirnya pada
teorema atau dalil. Gambaran hubungan antara unsur-unsur yang tidak terdefinisikan, unsur-unsur
yang didefinisikan, aksioma/postulat, dan teorema/dalil, dapat dilihat pada Gambar 9.1.1, diikuti
selanjutnya oleh contoh beberapa hubungan antara konsep-konsep tersebut.
unsur-unsur unsur-unsur
yang tidak yang aksioma/ teorema/
terdefinisi terdefinisi postulat dalil-dalil
Gambar 9.1.1
Perhatikan Tabel 9.1.1 berikut ini. Tabel tersebut memperlihatkan kepada Anda mengenai konsep-
konsep dalam geometri beserta ilustrasinya, juga keterkaitan antara unsur tak terdefinisi, relasi tak
terdefinisi, dan aksioma-aksioma yang ada dalam geometri. Selanjutnya, akan dipelajari beberapa
konsep dasar dalam geometri yang telah didefinisikan, serta beberapa permasalahan yang mengandung
pemecahan masalah matematik.
Tabel 9.1.1
Konsep Ilustrasi
Unsur Pangkal yang
Titik
Tak Terdefinisi
Garis
Pada garis terdapat banyak titik, panjang tak berbatas.
g
Relasi Pangkal yang
Melalui
Tak Terdefinisi
Antara
g
Pada setiap garis g paling
Aksioma
A
Gambar 9.1.2
Pernahkah Anda lihat rel kereta api? Rel kereta api yang lurus merupakan salah satu
contoh dua garis yang sejajar. Mengapa disebut sejajar? Karena dua garis disebut sejajar
jika mereka terletak pada satu bidang, dan jika diperpanjang terus-menerus tidak akan
berpotongan.
Definisi Kesejajaran
Dua garis g dan h dikatakan sejajar (g // h) jika kedua garis tersebut tidak mempunyai titik sekutu
(titik potong).
g
k
h
m
(a) (b)
Gambar 9.1.3
Pada Gambar 9.1.3(a) garis l dan m sejajar (g // h) dan pada Gambar 9.1.3 (b) garis m memotong
garis k di titik P.
Aksioma Kesejajaran
Melalui sebuah titik P di luar sebuah garis g, ada tepat satu garis h yang sejajar dengan g.
Gambar 9.1.4
Gambar 9.1.4 merupakan gambar garis h melalui P dan sejajar dengan garis g.
SUDUT
Sudut AOB
(biasa ditulis: ∠AOB)
Gambar 9.1.5
Sudut berkaitan dengan besar putaran. Untuk mengukur panjang suatu benda kita dapat menggunakan
penggaris berskala, akan tetapi untuk menghitung sudut, kita dapat menggunakan busur derajat untuk
menghitung sudut, kita dapat menggunakan busur derajat.
Gambar 9.1.6
A C
B D
O O
(a) (b)
Gambar 9.1.7
Sudut Siku-siku
Sudut siku-siku adalah sudut yang kongruen dengan suplemennya. ∠AOC∠COB dan ∠AOC
suplemen ∠COB, maka ∠AOC dan ∠COB masing-masing merupakan sudut siku-siku. Lihat
Gambar 9.1.8.
Gambar 9.1.8
Horizontal
Cobalah Anda tuangkan air ke dalam gelas, kemudian perhatikan permukaan air ketika dalam keadaan
diam. Maka permukaannya selalu memperlihatkan arah horizontal.
Vertikal
Jika diketahui arah horisontal, maka garis yang membentuk sudut siku-siku dengan arah horisontal
disebut arah vertikal. Cobalah Anda gantungkan tali dengan suatu beban, maka tali tersebut dapat
dijadikan petunjuk untuk menentukan arah vertikal.
Sama halnya bilangan, kita juga dapat menjumlahkan beberapa buah sudut ataupun mengurangkannya.
Akan tetapi kita harus melakukannya dengan hati-hati karena arah sangat berpengaruh.
Penjumlah Sudut
Perhatikan Gambar 9.1.9
Diketahui:
sehingga: ∠AOC = a 0 + b 0 = (a + b )0
Gambar 9.1.9
Selisih Sudut
Perhatikan kembali Gambar 9.1.10, lalu perhatikan juga Gambar 9.1.10 berikut.
c0
Gambar 9.1.10
Gambar 9.1.11
Sudut AOB dan sudut COD disebut bertolak belakang, begitu pula dengan dan ,
keduanya bertolak belakang.
Gambar 9.1.12
1
Garis lurus dapat dipandang sebagai putaran, sehingga besarnya sudut lurus adalah : ×
2
3600 = 1800.
Setengah putaran
Gambar 9.1.13
1 1 1
Sudut siku-siku adalah dari putaran, atau sama dengan putaran penuh. Dengan demikian
2 2 4
1
besar sudut siku-siku adalah: × 3600 = 900.
4
1
Besarnya sudut yang dibuat adalah: × 3600 = 300.
12
Perhatikan Gambar 9.1.14.
Gambar 9.1.14
Sekarang perhatikan jarum panjangnya. Jarum panjang jam membuat 1 putaran penuh dalam 60
menit. Ini berarti, dalam 1 menit membuat putaran sebesar:
1 1
× 1 putaran = putaran.
60 60
1
Besar sudut yang dibuat adalah: × 3600 = 60
60
Contoh 9.1.1:
Sudut yang terdapat pada dua garis yang berpotongan telah kita pelajari. Untuk memperluas wawasan,
sekarang kita akan mempelajari sudut yang terbentuk dari dua garis yang dipotong oleh garis ketiga,
disebut garis transversal.
g h
1 2 5 6 t
4 3 8 7
Gambar 9.1.14
1 2 g
4 3
5 6 h
8 7
Gambar 9.1.15
KURVA
Kurva dapat dipikirkan sebagai himpunan titik yang digambar tanpa mengangkat bolpoin atau
pensil yang digunakan untuk menggambarkannya. Atau dengan kata lain, kurva dapat kita gambar
mulai dari suatu titik, kemudian dibuat jalur dengan alat tulis sampai pada suatu titik lain atau bisa juga
kembali lagi ke titik asal. Contoh kurva dapat dilihat pada Gambar 9.1.16 di bawah ini.
Gambar 9.1.16
Kurva Sederhana
Kurva sederhana adalah kurva yang dapat digambar tanpa ada titik yang diulang kecuali mungkin
titik-titik ujungnya. Perhatikan Gambar 9.1.17 (a) sebagai contoh kurva sederhana.
Kurva Tertutup Sederhana
Kurva tertutup sederhana adalah kurva sederhana yang kedua titik ujung berimpit. Perhatikan
Gambar 9.1.17 (b) sebagai contoh kurva tertutup sederhana.
(a) (b)
Gambar 9.1.17
LINGKARAN
Lingkaran L, dengan pusat O dan jari-jari r adalah himpunan kedudukan titik-titik P yang berjarak
sama dari O, yaitu panjang OP = r.
Gambar 9.1.18
POLIGON
Poligon-n A1A2A3 … An, adalah himpunan titik yang terdiri semua titik pada ruas A1A2A3 ... An–1 An ,
yang membatasi suatu daerah cembung. Titik A1,A2, ... , An masing-masing disebut titik sudut dan
ruas A1 A2 , A2 A3 , … An −1 An , masing-masing disebut sisi dari poligon tersebut.
A2
A1 A3
A8
A4
A7
A6 A5
Gambar 9.1.19
Gambar 9.1.19 merupakan Poligon–A1A2A3A4A5A6A7A8. Titik-titik A1, A2, A3, A4, A5, A6, A7, dan
A8 disebut titik sudut poligon. Sedangkan A1 A2 , A2 A3 , A3 A4 , A4 A5 , A5 A6 , A6 A7 , A7 A8 , dan
POLIGON BERATUAN
Poligon-n beraturan A1A2 A3 …. An adalah poligon-n yang bersifat
A1A2 ≅ A2A3 ≅ … ≅ An-1An dan ∠A1 ≅ ∠A2 ≅ … ≅ ÐAn.
A1 A2
A6 A3
A5 A4
Gambar 9.1.20
Gambar 9.1.20 di atas merupakan salah satu representasi dari poligon beraturan yaitu segi-6 beraturan
A1A2A3A4A5A6. Dalam hal ini,
A1 A2 ≅ A2 A3 ≅ A3 A4 ≅ A4 A5 ≅ A5 A6 ≅ A6 A1
∠A1 ≅ ∠A2 ≅ ∠A3 ≅ ∠A4 ≅ ∠A5 ≅ ∠A6
SEGITIGA
Segitiga adalah poligon yang memiliki tiga sisi.
A1
A2
A3
Gambar 9.1.21
JENIS-JENIS SEGITIGA
a. Jenis Segitiga Ditinjau dari Panjang Sisi-sisinya
1) Segitiga Sebarang, adalah segitiga yang semua sisinya tidak sama panjang.
2) Segitiga Sama Kaki, adalah segitiga yang memiliki dua buah sisi yang sama panjang.
3) Segitiga Sama Sisi, adalah segitiga yang semua sisinya sama panjang.
b. Jenis Segitiga Ditinjau dari Besar Sudut-sudutnya
1) Segitiga Lancip, adalah segitiga yang ketiga sudutnya merupakan sudut lancip.
2) Segitiga Siku-siku, adalah segitiga yang salah satu sudutnya siku-siku.
3) Segitiga Tumpul, adalah segitiga yang salah satu sudutnya tumpul.
KELILING SEGITIGA
Keliling suatu segitiga adalah jumlah keseluruhan panjang sisi yang membentuk segitiga.
Jika panjang sisi-sisi segitiga masing-masing adalah a, b, dan c, maka keliling segitiga tersebut adalah:
Keliling Segitiga, K = a + b + c
LUAS SEGITIGA
1
Luas segitiga = × alas × tinggi
2
= ×a×t
a b c
Gambar 9.1.22
Perhatikan bagun datar pada Gambar 9.1.22.c. Bangun datar tersebut merupakan bangun datar segi
enam tak beraturan, namun bisa dibuat sekat-sekat sehingga luas bangun tersebut merupakan jumlah
dari semua luas segitiga yang membentuknya.
A B
t2
C
L1 a1 L2 t4
D t1 a2 = a3 a4
L3 L4
t3
E
F
Contoh 9.1.2:
Untuk menghitung luas segi enam tak beraturan di atas, adalah dengan menjumlahkan luas
segitiga-segitiga pembentuknya:
Untuk segi banyak lainnya, yang dibuat sekat-sekat menjadi n buah segitiga, maka luasnya
adalah:
1 1 1 1
= a1t1 + a 2 t 2 + a 3 t 3 + ... + a n t n
2 2 2 2
= (a1t1 + a 2 t 2 + a 3 t 3 + ... + a n t n )
1
2
A B
t1 t2
F D C E
Gambar 9.1.24
Ada dua buah segitiga, yaitu segitiga ADC dan segitiga BCD. Sedangkan ABEF merupakan persegi
panjang, sehingga AF = BE atau t1 = t2, di mana t1 merupakan tinggi segitiga ADC, dan t2 merupakan
tinggi segitiga BCD, dan alas kedua segitiga tersebut adalah sisi CD.
Apakah luas segitiga ACD sama dengan luas segitiga BCD? Mari kita periksa!
Luas ∆ADC 12 × a1 × t1 1
× CD × t1 12 × CD × t 1
=1 = 12 = =
Luas ∆BCD 2 × a 2 × t 2 2 × CD × t 2 12 × CD × t 1
Berarti, Luas ∆ADC = Luas ∆BCD
Contoh 9.1.3:
Cara pengerjaan di atas dapat menjadi “jurus” jitu untuk menghitung luas segitiga ataupun
menentukan perbandingan luas segitiga. Contohnya dapat Anda simak sebagai berikut.
A A
B D C B E D C
Gambar 9.1.25
Diberikan segitiga ABC yang memiliki luas 100 cm2. Titik D terletak pada BC sehingga BD
: DC = 3 : 1. Hitunglah luas segitiga ABD dan luas segitiga ADC.
Jawaban:
Misalkan AE merupakan tinggi segitiga ABC.
BD : DC = 3 : 1 berarti BD = 3DC,
BD : BC = 3 : 4 berarti
sehingga:
Luas ∆ABD 12 × BD × AE 12 × 34 BC × AE 3
= = 1 =
Luas ∆ABC 12 × BC × AE 2
× BC × AE 4
SEGIEMPAT
Segiempat adalah poligon yang memiliki empat sisi.
A1 A2
A3
A4
Gambar
Gambar 9.1.26
Terdapat pula beberapa segiempat yang memiliki sifat-sifat istimewa, seperti halnya: persegi,
persegipanjang, jajargenjang, belahketupat, layang-layang, dan trapesium.
Coba Anda perhatikan, bagaimana bentuk pintu atau jendela rumah Anda? Atau bagaimana pula
dengan bentuk ubin pada lantai rumah Anda? Pada umumnya, bentuk yang biasa kita jumpai adalah
persegi atau persegi panjang. Mengapa?
PERSEGI PANJANG
Beberapa sifat persegi panjang adalah:
1. Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang
2. Sisi-sisi yang berhadapan sejajar
3. Setiap sudutnya sama besar, yaitu 900
Besar keempat sudutnya adalah 900 (siku-siku). Dua pasang sisi persegi panjang sering kita
namakan panjang dan lebar.
4. Diagonal-diagonalnya sama panjang
5. Diagonal-diagonalnya berpotongan dan saling membagi dua sama panjang.
Gambar 9.1.27
PERSEGI
Persegi merupakan bagian persegi panjang yang istimewa, dengan beberapa sifat berikut ini:
1. Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar
2. Diagonalnya sama panjang
3. Diagonalnya saling berpotongan dan membagi dua sama panjang.
Sifat-sifat lainnya yang khusus adalah:
1. Sisi-sisi dalam setiap persegi adalah sama panjang
2. Sudut-sudut dalam setiap persegi dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya.
3. Diagonal-diagonalnya merupakan sumbu simetri.
4. Diagonal-diagonalnya berpotongan tegak lurus.
KELILING
Keliling suatu bangun datar adalah jumlah semua panjang sisi yang membatasi bidang datar
tersebut.
Keliling persegi panjang diperoleh dengan cara menjumlahkan semua panjang sisi pada persegi
panjang tersebut, sedangkan keliling persegi diperoleh dengan cara menjumlahkan semua panjang
sisi pada persegi tersebut.
KELILING PERSEGI
Rumus keliling persegi adalah:
LUAS
Luas bangun datar adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi-sisi bangun datar tersebut.
Luas persegi panjang adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi persegi panjang tersebut. Sedangkan
luas persegi adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi persegi tersebut.
Satuan luas cm2 dibaca sebagai “sentimeter kuadrat” atau “sentimeter persegi”, yang berarti perkalian
cm dengan cm pada persegi satuan.
atau,
LUAS PERSEGI
Karena persegi memiliki ukuran panjang dan lebar yang sama yang disebut sisi, maka rumus luas
persegi adalah:
atau,
Contoh 9.1.4:
Diketahui persegi dengan sisi (a + b). Tentukan luasnya!
Jawaban:
Perhatikan gambar dibawah ini!
Persegi tersebut dapat dibagi menjadi 4 bagian,
yang berarti luas persegi dengan sisi (a + b) adalah
penjumlahan dari seluruh luas 4 bagian tersebut.
a b
a a2 ab
b ab b2
a b
(a + b)(a + b) = a 2 + ab + ab + b 2
(a + b) 2 = a 2 + 2ab + b 2
Dari sini, kita memperoleh suatu hubungan yang sangat penting dan sering digunakan , yaitu:
(a + b) 2 = a 2 + 2ab + b 2
JAJARGENJANG
Jajargenjang adalah segiempat dengan sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar, serta
sudut-sudut yang berhadapan sama besar. Jajargenjang dapat dibentuk dari gabungan suatu segitiga
dan bayangannya setelah diputar setengah putaran dengan pusat titik tengah salah satu sisinya.
Gambar 9.1.28
SIFAT-SIFAT JAJARGENJANG
1. Pada setiap jajargenjang, sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar.
2. Pada setiap jajargenjang, sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
3. Jumlah dua sudut yang berdekatan dalam jajargenjang adalah 1800.
LUAS JAJARGENJANG
Dalam menentukan luas jajargenjang dapat menggunakan konsep luas segitiga.
Ljajargenjang = 2 × L∆
= 2 × 12 × a × t
= a×t
Dengan menggunakan konsep luas persegi panjang, maka luas jajargenjang juga dapat ditentukan
sebagai:
Ljajargenjang = a × t.
Jadi, untuk setiap jajargenjang, dengan alas a, tinggi t, serta luas L, maka berlaku:
L=a×t
BELAH KETUPAT
Belah ketupat didefinisikan sebagai segiempat dengan sisi yang berhadapan sejajar, keempat
sisinya sama panjang, dan sudut-sudut yang berhadapan sama besar. Belah ketupat juga
merupakan jajargenjang yang semua sisinya sama panjang. Oleh karena itu, semua sifat yang
berlaku pada jajargenjang berlaku pula pada belah ketupat. Keistimewaan belah ketupat adalah
dapat dibentuk dari gabungan segitiga sama kaki dan bayangannya setelah dicerminkan terhadap
alasnya.
Gambar 9.1.29
LAYANG-LAYANG
Layang-layang didefinisikan sebagai segiempat yang setiap pasang sisinya sama panjang dan
sepasang sudut yang berhadapan sama besar. Layang-layang juga merupakan segiempat yang
terdiri dari dua segitiga sama kaki yang alasnya sama panjang dan saling berimpit.
Gambar 9.1.30
SIFAT-SIFAT LAYANG-LAYANG
1. Pada setiap layang-layang sepasang sisinya sama panjang.
2. Pada setiap layang-layang terdapat sepasang sudut berhadapan yang sama besar.
A 3. Salah satu diagonal layang-layang merupakan sumbu simetri.
4. Salah satu diagonal layang-layang membagi dua sama panjang dan tegak lurus terhadap
B diagonal
D lainnya.
LUAS LAYANG-LAYANG
Luas layang-layang dapat dihitung sebagai jumlah luas dua segitiga, yaitu:
TRAPESIUM
Trapesium adalah segiempat yang sepasang sisi berhadapannya sejajar. Pada Gambar 9.1.31,
diperlihatkan beberapa jenis trapesium, (1) trapesium sembarang, yaitu yang keempat sisinya tidak
sama panjang, (2) trapesium sama kaki, yang memiliki sepasang sisi berhadapan sama panjang,
dan (3) trapesium siku-siku, yang salah satu kakinya membentuk sudut siku-siku.
LUAS TRAPESIUM
Untuk menghitung luas trapesium, kita tarik garis diagonal sehingga membagi daerah trapesium
menjadi dua buah segitiga. Perhatikan Gambar 9.1.32. Trapesium ABCD terbagi manjadi dua
bagian yaitu ∆ ABD dan ∆ BCD.
A D
B C
= 12 × a × t + 12 × b × t
= 12 × (a + b) × t
1
= × jumlah sisi sejajar × tinggi
2
7 cm
E 12 cm
5 cm
D 9 cm F 11 cm C
2. Riana membuat sebuah layang-layang KLMN seluas 125 cm2. Jika kemudian Riana membuat
dua buah layang-layang baru yang ukuran setiap diagonalnya adalah dua kali ukuran diagonal
layang-layang KLMN, hitunglah luas layang-layang baru tersebut!
3. Suatu persegi yang bersisi 6 cm berputar pada titik O yang merupakan titik pusat peregi lain yang
bersisi 4 cm. Tentukan luas bidang yang berada pada kedua persegi tersebut!
4. Dalam segitiga ABC, diketahui sudut BAC = 800. Jika titik-titik D, E, dan F berturut-turut
terletak pada sisi BC, AC, dan AB, dengan CE = CD, dan BF = BD, tentukan besar sudut EDF!
JAWABAN LATIHAN
A 20 cm B
7 cm
E 12 cm
5 cm
D 9 cm F 11 cm C
2. Riana membuat sebuah layang-layang KLMN seluas 125 cm2. Jika kemudian Riana membuat
dua buah layang-layang baru yang ukuran setiap diagonalnya adalah dua kali ukuran diagonal
layang-layang KLMN, hitunglah luas layang-layang baru tersebut
1
Llayang −layang ( A) = × diagonal1 × diagonal 2 = 125 cm2
2
Sedangkan
1
Llayang −layang ( B ) = × 2 × diagonal1 × 2 × diagonal 2
2
1
Llayang −layang ( B ) = 4 × × diagonal1 × diagonal 2
2
Llayang −layang ( B ) = 4 × Llayang − layan ( A)
Llayang −layang ( B ) = 4 × 125 = 500 cm2.
x0
1 0
(1) ∠CDE = ∠CED = 90 0 − x
2
(2) ∠DBF = 100 0 − x 0 sehingga didapat:
1 0
∠BDF = ∠BFD = 40 0 + x
2
∠CDE + ∠EDF + ∠BDF = 180 0
1 0 1
90 0 − x + ∠EDF + 40 0 + x 0 = 180 0
2 2
Maka ∠EDF = 50 0 .
1.Geometri sebagai salah satu sistem matematika, di dalamnya memiliki banyak konsep,
mulai dari unsur primitif atau unsur tak terdefinisi, unsur yang terdefinisi aksioma atau
postulat, dan akhirnya pada teorema atau dalil.
2. Contoh unsur-unsur yang tak terdefinisi, misalnya: titik, garis, kurva, dan bidang.
Sedangkan beberapa unsur yang terdefinis, misalnya: sinar, setengah garis, ruas garis,
kesejajaran, sudut, segitiga, poligon, dan lain-lain.
3. Suatu sudut satuan memiliki sifat- sifat berikut: (1)
i. Sudut satuan mempunyai ukuran satu derajat (10), meskipun ada juga satuan lain
yang digunakan, yaitu radian dan gradien.
ii. Sudut siku-siku mempunyai ukuran sembilan puluh derajat (900).
iii. Dua sudut yang kongruen mempunyai ukuran yang sama.
4.Sudut dapat dipandang sebagai suatu ukuran perputaran. Besar satu putaran penuh
terhadap sebuah titik adalah 3600.
5. Nama sudut berdasarkan besarnya, yaitu:
• Sudut lurus, jika besarnya 1800.
• Sudut siku-siku, jika besarnya 900.
• Sudut lancip, jika besarnya kurang dari 900.
• Sudut tumpul, jika besarnya antara 900 dan 1800.
• Sudut refleks, jika besarnya lebih dari 1800.
6. Sudut yang terbentuk dari dua garis yang dipotong oleh garis ketiga (garis transver-
sal) memiliki nama berdasarkan posisinya, antara lain: sudut dalam, sudut luar, sudut
sepihak, sudut berseberangan, sudut dalam sepihak, sudut dalam berseberangan, sudut
luar sepihak, dan sudut luar berseberangan.
7. Kurva dapat dipikirkan sebagai himpunan titik yang dapat digambar, tanpa mengangkat
bolpoin atau pensil yang digunakan untuk menggambarkannya. Atau dengan kata lain,
kurva dapat kita gambar mulai dari suatu titik, kemudian dibuat jalur dengan alat tulis
sampai pada suatu titik lain atau bisa juga kembali lagi ke titik asal.
8. Kurva sederhana adalah kurva yang dapat digambar tanpa ada titik yang diulang kecuali
mungkin titik-titik ujungnya. Kurva tertutup sederhana adalah kurva sederhana yang
kedua titik ujung berimpit.
9. Teorema Kurva Jordan: Setiap kurva tertutup sederhana C membagi bidang menjadi
tiga himpunan yang lepas, yaitu himpunan luar, himpunan dalam dan kurva itu sendiri.
10. Daerah cembung adalah himpunan titik-titik yang bersifat jika setiap 2 titik A dan B
pada himpunan itu maka setiap titik pada ruas AB pada himpunan itu. Pada keadaan
lain disebut daerah cekung.
11. Poligon-n A1A2A3 … An, adalah himpunan titik yang terdiri semua titik pada ruas A1A2A3
... An–1 An , yang membatasi suatu daerah cembung. Titik A1,A2, ... , An masing-masing
disebut titik sudut dan ruas A1 A2 , A2 A3 , … An −1 An , masing-masing disebut sisi
dari poligon tersebut.
A. 6 C. 10 E. 16
B. 8 D. 12
2. Trapesium ABCD, DC sejajar AB, T titik potong perpanjangan AD dan BC. Tentukan panjang
TA!
A. 12 C. 18 E. 24
B. 16 D. 20
3. Diketahui segitiga sama sisi ABC. Titik P berada dalam segitiga sehingga panjang AP = 3 cm, BP
= 4 cm, dan CD = 5 cm. Tentukan luas segitiga ABC!
1 1 1
A. (25 3 + 36) C. (25 2 + 36) E. (25 3 + 18)
4 4 2
1 1
B. (25 3 + 36) D. (25 3 + 18)
2 4
4. Dipilih titik D dalam segitiga ABC sehingga apabila ditarik garis melalui D sejajar dengan sisi-sisi
ABC, maka hasilnya merupakan segitiga-segitiga yang masing-masing luasnya 4, 9, dan 49.
Tentukan luas segitiga ABC!
A. 72 C. 96 E. 144
B. 84 D. 120
5. Diketahui empat titik P, Q, R, S masing-masing pada sisi segiempat ABCD, sedemikian sehingga:
AP BQ CR DS
= = = =k
PB QC RD SA
Tentukan k jika luas PQRS sama dengan 52% dari luas ABCD!
2 2 3 2 3
A. C. dan E. dan -
3 3 2 3 2
3 1
B. D. dan
2 3
6. Ketiga lingkaran di bawah ini jari-jarinya masing-masing 5 cm. Ruas garis AE menyinggung
lingkaran yang berpusat di R. Tentukan panjang CD!
A. 6 cm C. 10 cm E. 15 cm
B. 8 cm D. 12 cm
7. Segitiga ABC siku-siku di C dan AC = 15. Garis tinggi CH membagi AB dalam segmen AH dan
HB dengan HB = 16. Tentukan luas segitiga ABC!
8. Setengah lingkaran besar jari-jarinya 20 cm. Dua buah setengah lingkaran di dalam berjari-jari
10 cm. Lingkaran kecil menyinggung lingkaran-lingkaran lainnya seperti pada gambar. Tentukan
besarnya jari-jari lingkaran kecil!
10 20 25
A. C. E.
3 3 3
14 22
B. D.
3 3
9. Tujuh buah pipa dengan diameter 2 cm disusun seperti pada gambar, lalu diikat dengan tali.
Tentukan panjang tali!
10. Suatu lapangan berbentuk persegi panjang dengan panjang 3 kali lebarnya.
Pada tepi luar sisi lapangan dibuat jalur jalan yang lebarnya 4 meter.
Jika seluruh jalan (daerah yang diarsir pada gambar) luasnya 232 m2, tentukan luas lapangan
tersebut!
4m
4m
Cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 1 yang ada pada bagian
belakang bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Rumus:
Jumlah Jawaban Anda yang benar
Tingkat Penguasaan = —————————————— x 100 %
10
Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, anda dapat meneruskan dengan
Kegiatan Belajar 2. Bagus! Akan tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80 %,
Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum anda kuasai.
GEOMETRI RUANG
R
berikut ini.
uang dalam arti sempit terbentuk oleh adanya banyak bidang (minimal empat bidang).
Kumpulan bidang tersebut terdapat istilah-istilah titik sudut, sisi,dan rusuk, seperti gambar
Titik
sudut Sisi
Rusuk
Gambar 9.2.1
Ada hubungan antara titik sudut (T), sisi (S) dan rusuk (R), yaitu yang disebut Rumus Euler: T + S
– R = 2.
Kumpulan bidang-bidang yang beraturan ada yang berpermukaan datar, seperti: limas, prisma, kubus,
dan balok. Dan ada bidang banyak yang berpermukaan lengkung, seperti: kerucut, tabung, dan
bola.
Jika kita sedang berhadapan dengan masalah-maslah yang berhunbungan bangun ruang-bangun ruang
seperti di atas akan sangat membantu jika kita dapat membayangkan atau dapat menggambarkannya.
Untuk itu kita harus mengenal cirri-ciri khusus dan rumus-rumus yang berkaitan dengan bangun
ruang tersebut. Berikut adalah cirri-ciri khusus dan rumus-rumus yang dapat digunakan.
Limas
Limas adalah bidang banyak yang ditentukan oleh daerah polygon (yang disebut alas), suatu titik
yang tidak terletak pada bidang polygon dan segitiga-segitiga yang ditentukan oleh titik tersebut dan
sisi-sisi dari polygon. Alas-alas dari suatu limas dapat berupa segitiga, segiempat, segilima, dan lain
lain. Dan jika alas limas itu menyerupai lingkaran maka dinamakan kerucut.
Luas permukaan limas merupakan gabungan dari luas alas dengan luas segitiga-segitiga yang
membentuknya (menggunakan rumus yang beruhubungan sesuai dengan bentuknya)
1
Volume limas adalah: luas alas x tinggi
3
Kerucut
Kerucut merupakan bentuk limas dengan alasnya berbentuk lingkaran, atau merupakan benda putar
dari bidang segitiga.
Volume kerucut adalah: , dengan keterangan r= jari-jari lingkaran alas dan t= tinggi
kerucut.
Prisma
Prisma adalah bangun ruang yang dibentuk oleh dua daerah polygon kongruen yang terletak pada
bidang sejajar, dan tiga atau lebih daerah jajaran genjang yang ditentukan oleh sisi-sisi dua daerah
polygon tersebut sedemikian hingga membentuk permukaan tertutup sederhana. Dua daerah poly-
gon kongruen yang terletak pada bidang sejajar dapat berupa segitiga, segiempat, segilima, dan lain-
lain. Dan jika dua polygon tersebut berbentuk lingkaran akan disebut tabung (silinder). Berikut berturut-
turut adalah gambar prisma segitiga, prisma segiempat, dan prisma segilima.
Cobalah Anda bayangkan atau gambar jarring-jaringnya, agar Anda lebih memahami terhadap ciri-
cirinya.
Luas permukaan prisma adalah jumlah dari kedua alasnya (atas dan bawah) ditambah dengan luas-
luas yang lain sesuai dengan bentuk prisma.
Volume prisma adalah: A.t, (A = luas alas dan t= tinggi prisma)
Tabung
Tabung merupakan benda ruang yang terbentuk oleh dua buah bidang yang berbentuk lingkaran dan
sebuah bidang segiempat. Gambarnya seperti berikut.
Luas permukaan tabung adalah: luas bidang alas + luas bidang atas + luas bidang lengkung atau
dengan rumus: 2r (r + t), r = jari-jari lingkaran dan t= tinggi tabung.
Volume tabung adalah: luas alas x tinggi atau dengan rumus: r2 t
Kubus
Kubus adalah benda ruang yang memiliki enam bidang persegiempat (bujursangkar) yang sama dan
sebangun, gambar dan jaring-jaringnya sebagai berikut.
Luas permukaan kunus adalah jumlah seluruh luas sisi-sisinya (6 x luas sisi) atau dengan rumus: 6s2,
s= panjang rusuk.
Volume kubus adalah: s3
Balok
Balok adalah bidang ruang yang mirip dengan kubus atau prisma segiempat, suatu balok terbentuk
oleh tiga pasang bidang segiempat, dengan gambar dan jaring-jaringnya seperti berikut.
Luas permukaannya adalah jumlah luas dari enam sisi-sisinya atau: 2 pl sisi pertama + 2 pl sisi kedua
+ 2 pl sisi ketiga. Jika panjang sisi pertama dikatakan panjang (p), panjang sisi kedua dikatakan
lebar (l), dan panjang sisi ketiga dikatakan tinggi (t), maka didapatkan rumus luas permukaan balok:
2pl + 2pt + 2lt.
Volume balok adalah panjang x lebar x tinggi atau plt
Bola
Jika kerucut merupakan benda putar dari bidang segitiga dan tabung merupakan benda putar dari
bidang segiempat, maka bola adalah benda putar dari bidang yang berbentuk lingkaran (cobalah
anda bayangkan atau mencoba sendiri bagaimana suatu benda yang berbentuk lingkaran, misalnya
koin atau uang logam diputar agak lama, maka akan terlihat seperti bola). Bola adalah suatu bidang
lengkung yang berjarak sama terhadap titik pusat. Gambar dan jaring-jaring (dipotong empat) bola
sebagai berikut.
4 3
Volume bola adalah: πr
3
Contoh Soal 9.2.1
Perhatikan gambar berikut:
40 cm Berapakah volume tabung (tanpa tutup) yang dapat dibuat dari bangun
persegi di samping?
Jawab:
Diketahui : persegi 40 cm merupakan keliling alas lingkaran dan tinggi lingkaran.
Ditanyakan : Volume tabung yang dibentuk oleh persegi tersebut.
Proses penyelesaian:
Rumus terkait : Keliling/luas lingkaran dan Volume Tabung
Keliling Lingkaran = 2 ð r
40 = 2 (3,14) r
40 = 6,28 r
r = 6.37 cm
Luas Lingkaran = ð r2
L = 3,14 (6.37)2
L = 3.14 (40.5769)
L = 127.41 cm2
Volume Tabung = Luas alas x tinggi atau ð r2 t
V = 127.41 x 40
V = 1096.4 cm3
Kesimpulan: Volume tabung yang terbentuk oleh persegi ukuran 40 cm adalah 1096.4 cm3
Proses penyelesaian:
1) harus dicari luas alas kerucut (luas lingkaran kerucut)
2) Harus dicari tinggi kerucut
3
Luas alas kerucut dibentuk oleh lingkaran dengan r = 14 cm.
4
Keliling lingkaran kerucut = .2 ð r
K = .2 (3.14) (14)
K = 65.94
Jari-jari lingkaran kerucut: 65.94 = 2 ð r
65.94 = 2 (3.14) r
65.94 = 6.28 r
r = 10.5 cm
2
Luas alas kerucut = ð r
L = 3.14 (10.5)2
L = 346.185 cm2
Tinggi kerucut dibentuk oleh jari-jari lingkaran (pada soal atau 14 cm) dan jari lingkaran
kerucut atau 10.5 cm, yaitu : c2 = a2 + b2 (rumus Phitagoras). Perhatikan gambar berikut,
14= c
b
10.5= a
142 = a2 + (10.5)2
196 = a2 + 110.25
a2 = 196 – 110.25
a2 = 85.75
a = 85.75
a = 9.26 (tinggi kerucut)
Jawab:
Diketahui kertas ukuran 24 cm x 9 cm
Ditanyakan: buat kotak (kue) tanpa tutup yang paling besar.
Proses penyelesaian: Perhatikan gambar jarring-jaring kotak yang akan dibentuk berikut ini.
x x Keterangan:
p = panjang = 24 – 2x
l l = lebar = 9 – 2x
p
x = tinggi
x x
Volume kotak: p x l x t
V = (24 – 2x).(9 – 2x) .(x)
V = (216 – 48x – 18x + 4x2).(x)
V = 216x – 48x2 – 18x2 + 4x3
V = 4x3 – 66x2 + 216x
dv
= 4x3 – 66x2 + 216x = 12x2 – 132x + 216 = x2 – 11x + 18
dx
x1 dan x2 dari persamaan kuadrat x2 – 11x + 18 adalah {2, 9}
Karena x1 = 2 dan x2 = 9, maka nilai x yang memungkinkan adalah 2 cm.(tinggi kotak).
Jadi Volume kotak tersebut adalah: (24 – 2x).(9 – 2x) .(x)
V = [24 – 2(2)].[9 – 2(2)] .(2)
V = (20).( 5).(2)
V = 200 cm3
Jawab:
Diketahui: panjang kolam 25 m, lebar 10 m, yang paling dalam 3 m dan yang paling dangkat
1 m sepanjang 5 m.
Ditanyakan volume kolam dalam liter.
Penyelesaian:
Volume kolam yang dangkal dengan ukuran 25 x 10 x 1 = 250 m3
1
Volume kolam dari terdangkal ke yang dalam: (20 x10 x 2) = 200 m3
2
Jadi volume kolam seluruhnya adalah: 250 m3 + 200 m3 = 450 m3
1. Limas segienam memiliki 7 sisi dan 12 rusuk. Tentukan banyak titik sudutnya.
2. Jika dua pasang sisi balok dengan 15 cm x 6 cm dan 6 cm x 3 cm, maka berapakah ukuran
sepasang sisi yang lainnya?
3. Panjang, lebar, dan tinggi balok adalah: 4 : 3 : 2. Jika jumlah panjang rusuk balok itu 108 cm.
Berapakah panjang balok itu?
4. Suatu bola dengan jari-jari r mempunyai luas 64 cm. Tentukan jari-jari bola tersebut!
5. Suatu kubus dengan ukuran salah satu rusuknya adalah 5 cm, berisi bola padat dengan diameter
yang sama dengan ukuran kubus. Jika air dituangkan ke dalam kubus tersebut, berapakah
banyaknya air yang dibutuhkan untuk mengisi kubus tersebut hingga penuh?
3. Diketahui panjang, lebar dan tinggi balok = 4 : 3 : 2, serta panjang semua rusuk= 108 cm
Ditanyakan: Ukuran balok sesungguhnya
Penyelesaian:
Misalkan panjang satuan rusuk adalah n, maka Jumlah panjang semua
rusuk adalah: 4 (4n + 3n + 2n) = 108
4 (9n) = 108
36n = 108
n=3
Jadi: Panjang balok: 4 x 3 = 12 cm
Panjang lebar: 3 x 3 = 9 cm
Panjang tinggi: 2 x 3 = 6 cm
4. Diketahui bola dengan jari-jari r mempunyai luas kulit bola = 64 ð cm2.
Ditanyakan jari-jari bola tersebut.
Penyelesaian:
Luas bola: 4 ð r2
64 ð = 4 ð r2
64π
r2 =
4π
2
r = 16
r = 4 cm
Jadi jari-jari bola tersebut adalah 4 cm
5. Diketahui kubus ukuran 5 cm, berisi bola padat dengan diameter yang sama dengan ukuran
kubus.
Ditanyakan isi kubus (tanpa isi bola).
Penyelesaian:
Volume kubus tanpa bola: s3 = 53 = 125 cm3
4 3 5
Volume bola: π r ; dengan r = =2,5 cm dan π = 3,14
3 2
V= (2,5)3
4
V= (3,14).(15.625)
3
V = 65.42 cm3
Volume kubus – volume bola = 125 – 65,42 = 59.58 cm3
Jadi volume kubus tanpa volume bola adalah 59,58 cm3
Jika titik sudut (T), sisi (S) dan rusuk (R), maka berlaku: T + S – R = 2.
Mencari luas permukaan dan volume ruang adalah sebagai berikut:
No Nama Bangun Luas Permukaan Volume
1 Limas gabungan dari luas alas 1
dengan luas segitiga- luas alas x tinggi
3
segitiga yang
membentuknya
2 Kerucut 1
luas alas x tinggi
3
3 Prisma Gabungan dua alas Luas alas x tinggi
dengan sisi-sisi yang
lainnya (sesuai bentuk
prisma)
4 Tabung Gabungan luas dua alas Luas alas x tinggi ( π r2t)
dengan segiempatnya
5 Kubus Jumlah keenam sisinya Panjang sisi pangkat tiga (S3)
(6 s2)
6 Balok 2(pl + pt + lt). Panjang x lebar x tinggi
(p.l.t)
7 Bola 4 πr 2
4 3
πr
3