Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN

“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PJBL)


TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP N 9 KENDARI MENGENAI POKOK
BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR”
(Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas)

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV
Al Afiah Ifrah Aulia (A1I121003)
Abdul Azim Aminullah Safyat (A1I121035)
Devi Yunita Sari (A1I121049)
Nurmila Sari (A1I121065)
Reski Febriani Bahar (A1I121067)
Wa Ode Filda (A1I121077)
Tyas Ningsih Rahayu (A1I121116)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan ini yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning (Pjbl) Terhadap Hasil Belajar
Siswa Smp N 9 Kendari Mengenai Pokok Bahasan Bangun Ruang” ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Dosen
Pengampu mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai “Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning
(Pjbl) Terhadap Hasil Belajar Siswa Smp N 9 Kendari Mengenai Pokok Bahasan Bangun
Ruang”. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan,
demi perbaikan laporan yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
Ibu dan teman-teman sekalian demi perbaikan makalah ini diwaktu yang akan datang.

Kendari, 08 Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................... 2
1.3 Pembatasan Masalah .................................................................................. 3
1.4 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.5 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
1.6 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 5
2.1 Kajian Teori ............................................................................................... 5
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 17
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 17
3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................................ 17
3.3 Subyek Penelitian ....................................................................................... 17
3.4 Rancangan Penelitian ................................................................................ 18
3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 18
3.5 Analisis Data .............................................................................................. 20
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 22
4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 22
4.2 Pembahasan ................................................................................................ 28
BAB V PENUTUP............................................................................................... 31
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 31
5.2 Saran ........................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 33
LAMPIRAN......................................................................................................... 34

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha mencerdaskan kehidupan bangsa dapat dilakukan melalui pendidikan.


Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting bagi kehidupan manusia guna
mempersiapkan generasi yang mampu bersaing di abad 22 ini. Pendidikan adalah sebuah
proses yang akan terus dialami oleh manusia sepanjang hidupnya dari sejak dalam
kandungan sampai meninggal dunia. Proses pendidikan yang berkualitas tidak hanya
memberikan bekal pada anak didik berupa ilmu pengetahuan semata, tetapi hal yang lebih
penting yaitu membentuk karakter anak. Anak diharapkan mampu menjadi seorang
manusia dewasa yang dapat berinteraksi dengan baik dengan lingkungannya, baik secara
individu maupun sebagai makhluk sosial. Pendidikan harus direncanakan secara baik agar
proses pembelajaran terlaksana secara optimal. Selain itu, keterlibatan peserta didik di
dalam kelas perlu diperhatikan. Proses pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara
aktif, akan jauh lebih bermakna jika dibandingkan dengan proses pembelajaran yang
hanya didominasi oleh guru. Keaktifan peserta didik dalam suatu proses pembelajaran
diperlukan agar komunikasi yang terjalin antara guru dan peserta didik tidak hanya
bersifat satu arah. Peserta didik akan merasa tertarik dan tidak bosan ketika dilibatkan
secara aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, peserta didik antusias mengikuti
pembelajaran karena bisa terlibat secara langsung dalam mencari pengetahuannya.
Keterlibatan peserta didik secara aktif akan membuat sebuah proses pembelajaran
menjadi lebih bermakna.
Salah satu materi ajar yang berperan penting untuk pengajaran disekolah adalah
matematika, hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran matematika di sekolah lebih
banyak dibandingkan dengan mata pelajaran lain serta berapa banyak pengaplikasian
matematika dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Tujuan dari pengajaran
matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa dapat
menumbuh kembangkan kemampuan bernalar, berpikir logis, analitis, sistematis, kritis,
inovatif dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Mengingat pentingnya peranan
pelajaran matematika bagi siswa, maka pengajaran matematika harus menjadi perhatian
utama bagi pendidik dan diharapkan dapat mencapai tujuanyang diinginkan oleh siswa.

1
Salah satu keberhasilan tujuan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari prestasi
belajar siswa itu sendiri.
Proses pembelajaran yang bermakna dapat diciptakan dengan memilih model
pembelajaran yang tepat. Pemilihan model yang tepat merupakan salah satu faktor
berhasilnya pelaksanaan pembelajaran di kelas, sehingga guru perlu memperhatikan
model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik dan kurikulum yang
berlaku. Kurikulum yang berlaku saat ini yaitu kurikulum 2013 yang di dalamnya
terdapat beberapa muatan pelajaran.
Pembelajaran saat ini telah mengacu pada Kurikulum 2013 yang berarti proses
pembelajaran seharusnya berpusat pada peserta didik, namun berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan oleh peneliti Guru masih dominan dalam menggunakan metode ceramah
dalam pembelajaran. Guru menggunakan metode ceramah dari awal 3 hingga akhir proses
pembelajaran, sehingga peserta didik hanya duduk dan mendengarkan penjelasan guru.
Sehingga peserta didik nampak jenuh ketika pembelajaran berlangsung. Tidak dapat
dipungkiri, bahwa penggunaan metode ceramah memang baik dilakukan untuk
menyampaikan materi kepada peserta didik. Akan tetapi, jika guru menggunakan metode
tersebut secara terus menerus, terlebih apabila materi yang diajarkan memuat banyak
materi bersifat hafalan dan memiliki struktur kebahasaan yang kaku akan membuat
peserta didik cenderung akan bosan dan tidak fokus dengan pembelajaran. Peserta didik
akan mencari hal-hal lain yang lebih menarik di luar konteks pembelajaran. Kegiatan
belajar mengajar kurang didominasi dengan permainan yang dapat memicu keaktifan dan
kekreatifan peserta didik pada saat pembelajaran, guru belum menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan pada proses pembelajaran. Selain itu, belum digunakannya
media oleh guru dalam pembelajaran juga menjadi faktor penyebab peserta didik menjadi
pasif. Guru hanya menyampaikan materi berdasarkan buku paket. Dengan kurangnya
kreativitas guru menyebabkan menurunnya konsentrasi peserta didik dalam pembelajaran
sehingga peserta didik mudah merasa jenuh dan mengantuk saat pembelajaran
berlangsung. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membuat peserta didik lebih
aktif dalam pembelajaran, sehingga peserta didik lebih mudah menerima materi pelajaran.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dilihat masalah-masalah berikut.

2
1. Pembelajaran matematika hanya menggunakan metode ceramah dan terpusat pada
guru sehingga siswa menjadi pasif di dalam kelas.
2. Siswa masih mengalami keterlambatan dalam pemahaman konsep matematika.
3. Siswa bosan terhadap mata pelajaran matematika karena pembelajaran kurang
variatif.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti


membatasi pada peningkatan prestasi belajar matematika pada materi Bangun Ruang Sisi
Datar dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning pada siswa
kelas VIII.10 SMP Negeri 9 Kendari Tahun Ajaran 2022/2023.

1.4 Rumusan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan


permasalahan sebagai berikut: bagaimanakah peningkatkan prestasi belajar matematika
dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning pada siswa kelas
VIII.10 SMP Negeri 9 Kendari?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai melalui
penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar matematika pada materi
Bangun Ruang Sisi Datar dengan menggunakan model pembelajaran Project Based
Learning pada siswa kelas VIII.10 SMP Negeri 9 Kendari Tahun Ajaran 2022/2023.

1.6 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan


pengambilan kebijakan, khususnya tentang penggunaan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Project Based Learning di tingkat sekolah
menengah pertama.
2. Manfaat Praktis
3
a. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukan tentang suatu alternatif
pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal matematika tentang Bangun Ruang Sisi Datar.
b. Bagi siswa, pembelajaran matematika realistik dapat digunakan untuk
meningkatkan pemahaman konsep dari Bangun Ruang Sisi Datar.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat dalam rangka
meningkatkan mutu sekolah.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Matematika

Menurut Uzer Usman (2002: 4) pembelajaran atau proses belajar mengajar


didefinisikan sebagai suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan guru dan
siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu. Menurut Amin Suyitno (2004: 2) pembelajaran adalah
upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat,
dan kebutuhan siswayang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan
siswa sertaantara siswa dengan siswa.

Menurut Tampubolon (2014) pembelajaran sama dengan proses belajar


mengajar. Dalam konteks pembelajaran terdapat dua komponen penting, yaitu
pendidik dan siswa yang saling berinteraksi. Jadi pembelajaran merupakan
pengorganisasian atau pencapaian suatu kondisi lingkungan dengan sebaik baiknya
yang menimbulkan keinginan belajar pada siswa. Rusman (2014) mengatakan
pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara guru dan siswa, baik
interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung,
yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Disimpulkan bahwa
pembelajaran itu adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru dengan melakukan
interaksi pada siswa baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tujuan
tertentu sehingga menimbulkan keinginan belajar siswa.

Keberhasilan siswa dalam belajar ditandai dengan terjadinyaperubahan


tingkah laku pada dirinya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak
mengerti menjadi mengerti. Menurut Oemar Hamalik, 2005: 30) tingkah laku manusia
terdiri dari sejumlah aspek, diantaranya pengetahuan,pengertian, kebiasaan,
keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial,jasmani, budi pekerti, dan sikap.
Jadi jika seseorang berhasil dalam belajarnyaakan terlihat terjadinya perubahan dalam
salah satu atau beberapa aspektingkah laku tersebut.

5
Matematika merupakan ilmu dasar, baik aspek 10 terapannya maupun aspek
penalarannya mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi di segala bidang ilmu pengetahuan(Rachmawati, 2014). Menurut Amir
(2014) menjelaskan matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang didapatkan
dengan bernalar yang mengkaji bentuk, struktur, susunan, besaran, dan konsep-
konsep yang abstrakserta saling berhubungan antara satu dengan lainnya. Dapat
disimpulkan dari beberapa uraian di atas bahwa matematika merupakan suatu bidang
ilmu dasarbaik aspek terapannya maupun penalarannya mempunyai peranan
pentinguntuk memecahkan masalah dari segala bidang ilmu pengetahuanUno &
Kuadrat (2014) menjelaskan bahwa hakikat belajar matematika merupakan suatu
kegiatan mental untuk memahami arti dan hubunganhubungan serta simbol-simbol,
kemudian diterapkan pada situasi nyata.

Menurut Susanto (2013) pembelajaran matematika adalah proses belajar


mengajar oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa dan dapat
meningkatkan kemampuan mengkontruksikan pengetahuan baru untuk meningkatkan
penguasaan terhadap materi matematika. Menurut Gagne (Erman Suherman, dkk:
2003: 33) dalam belajar matematika ada dua objek penting yang dapat diperoleh siswa
yaitu objek langsung berupa fakta,keterampilan, konsep, dan aturan, sedangkan objek
tidak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan menyelesaikan masalah,
belajar mandiri, danbersikap positif terhadap matematika.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan pembelajaran


matematika merupakan proses interaksi guru dengan siswa baik secara langsung
maupun tidak untuk mencapai tujuan tertentu sehingga siswa mampuberpikir logis,
analitis, sistematis, dan kritis.

2.1.2 Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Perubahan prilaku


individu yang diperoleh dari proses belajar merupakan perolehan yang menjadi hasil
belajar. Menurut Sudjana (2009: 3) “Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas
mencakup bidang kogniitif, afektif dan psikomotorik”. Menurut Dimyati & Mudjiono

6
(2006: 3-4) “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar”

Menurut Benjamin S Bloom (Dimyati & Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan:


Enam jenis prilaku ranah kognitif sebagai berikut:

a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan
tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, pristiwa,
pengertian kaidah, teori prinsip atau metode
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang
dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
menghadapi masalah nyata dan baru. Misalnya menggunakan prinsip.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu suatu kesatuan kedalam
bagian_bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan
menyusun suatu program.

2. Tujuan Hasil Belajar

Pada proses pembelajaran penilaian ditinjau dari hasil belajar siswa.Ada[aun


tujuan penilaian hasil belajar menurut Arifin (2013, hlm.23) adalah:

1) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah
diberikan.
2) Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap pesertadidik
terhadap program pembelajaran.
3) Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar pesertadidik
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
4) Untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Keunggulan peserta didik dapat dijadikan dasar bagi guru
untuk memberikan pembinaan dan pengembangan lebih lanjut, sedangkan
kelemahannya dapat dijadikan acuan untuk memberikan bimbingan.
5) Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuaidengan jenis
pendidikan tertentu.
6) Untuk menentukan kenaikan kelas.

7
7) Untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yangdimilikinya.

Dapat dinyatakan mengenai tujuan penilaian dari hasil belajarmerupakan definisi


dari percakapan belajar siswa, dari hal tersebut kita bisatau keberhasilan belajar siswa
di sekolah, untuk bisa menentukan langkahselanjutnya dalam proses pembelajaran.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjaditiga, yaitu:


faktor dari dalam (minat dan motivasi), faktor dari luar (lingkungansosial), dan faktor
instrument (perangkat pembelajaran) (Aritonang, 2010) .

Menurut Slameto 24 (2015, hlm.54) mengatakan bahwa “terdapat duafaktor yang


mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan faktoreksternal. Faktor internal
merupakan faktor yang dipengaruhi dari dalam diriindividu yang sedang belajar,
sedangkan faktor eksternal adalah faktor yangdipengaruhi dari luar individu itu
sendiri”. Diantaranya sebagai berikut :

1) Factor Internal Faktor internal terdiri dari tiga faktor, antara lain sebagaiberikut:
a. Faktor Jasmaniah, faktor ini berkaitan dengan keadaan fisik diantaranya
kesehatan peserta didik dan juga cacat tubuh.
b. Faktor psikologis, faktor ini berkaitan dengan psikologis seseorang, diantannya
faktor intelegensi, perhatian, minat, kematangan dankesiapan.
c. Faktor kelelahan, kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan
tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani yang dapat
terlihat dan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan
kebisanan pada diri seseorang atau peserta didik, sehingga minat dan dorongan
untuk menghasilkan sesuatu akan hilang.
2) Factor Eksternal Faktor eksternal terdiri dari tiga faktor, antara lainsebagai berikut:
a. Faktor keluarga, siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa pendidikan orang tua, interaksi antar anggota keluarga, suasana keluarga
dan keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar beakang budaya
sosial yang ada.
b. Faktor masyarakat, masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh tersebut terjadi karena
keberadaan siswa di dalam suatu masyarakat yang merupakan mahluksosial.

8
Hal-hal yang mempengaruhi belajar siswa yang dilihat dari lingkungan
masyarakat diantaranya, kegiatan siswa di dalam masyarakat, teman bergaul,
dan bentuk kehidupan lainnya di dalam masyarakat.
c. Faktor sekolah, faktor sekolah ini juga sangat mempengaruhi belajar siswa
faktor sekolah mencakup metode guru mengajar, kurikulum, hubungan guru
dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, media pelajaran
dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan bangunan sekolah, dan tugas-
tugas guru yang diberikan guru kepada siswa
3) Jenis-jenis Penilaian Hasil Belajar

Berdasarkan buku panduan penilaian oleh pendidik dan satuanpendidikan untuk


sekolah menengah atas (Direktorat Pembinaan SMA DitjenPendidikan Dasar dan
Menengah, 2018, hlm.4), berikut jenis-jenis penilaianbelajar ditinjau dari penilaian
pendidik:

1) Penilaian Sikap (Ranah Afektif) Penilaian sikap adalah penilaian terhadap


kecenderungan perilaku peserta didik sebagai hasil pendidikan, baik didalam kelas
maupun di luar kelas. Penilaian sikap memiliki karakteristik yang berbeda dengan
penilaian pengetahuan dan keterampilan, sehinggateknik penilaian yang digunakan
juga berbeda. Dalam hal ini, penilaian sikap ditujukan untuk mengetahui capaian
dan membina perilaku sertabudi pekerti peserta didik. Pada mata pelajaran
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti (PABP) dan mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), KD pada KI-1 dan KD pada KI-2 disusun
secara koheren dan linier dengan KD pada KI-3 dan KD pada KI-4. Dengan
demikian aspek sikap untuk mata pelajaran PABP dan PPKn dibelajarkan secara
langsung (direct teaching) maupun tidak langsung (indirect teaching) yang memiliki
dampak instruksional (instructional effect) dan memiliki dampak pengiring
(nurturant effect). Sedangkan untuk mata pelajaran lain, tidak terdapat KD pada KI-
1 dan KI-2. Dengan demikian aspek sikap untuk mata pelajaran selain PABP dan
PPKn tidak dibelajarkan secara langsung dan memiliki dampak pengiring dari
pembelajaran KD pada KI-3 dan KD pada KI-4.
2) Penilaian Pengetahuan (Ranah Kognitif) Penilaian pengetahuan merupakan
penilaian untuk mengukur kemampuan peserta didik berupa pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif, serta kecakapan berpikir tingkat rendah
sampai tinggi.Penilaian ini berkaitan dengan ketercapaian KD pada KI- 3 yang

9
dilakukan oleh guru mata pelajaran. Penilaian pengetahuan dilakukan dengan
berbagai teknik penilaian. Berbagai teknik penilaian pengetahuan dapat digunakan
sesuai dengan karakteristik masing- masing KD. Teknik yang biasa digunakan
adalah tes tertulis, tes lisan, dan penugasan.

2.1.3 Model Pembelajaran Project Based Learning

1. Definisi Project Based Learning (PJBL)

Pembelajaran berbasis proyek (PJBL) merupakan penerapan dari


pembelajaran aktif. Secara sederhana pembelajaran berbasis proyek
didefinisikan sebagai suatu pengajaran yang mencoba mengaitkan antara
teknologi dengan masalah kehidupan sehari-hari yang akrab dengan siswa, atau
dengan proyek sekolah. Menurut (Trianto,2011: 51) model pembelajaran berbasis
proyek memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang
lebih menarik dan bermanfaat bagi peserta didik. (Santyasa, 2006: 12 ).

Dalam pembelajaran berbasis proyek, peserta didik terdorong lebih aktif


dalam belajar. Guru hanya sebagai fasilitator, mengevaluasi produk hasil kerja
peserta didik yang ditampikan dalam hasil proyek yang dikerjakan,
sehinggamenghasilkan produk nyata yang dapat mendorong kreativitas siswa
agar mampu berpikir kritis dalam menganalisa faktor dalam konsep masalah
ekonomi.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia “Proyek adalah rencana


pekerjaan dengan sasaran khusus dan dengan saat penyelesaian yang tegas”. Joel
L Klein et. Aldalam Widyantini (2014) menjelaskan bahwa “Pembelajaran
berbasis proyek adalahstrategi pembelajaran yang memberdayakan siswa untuk
memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru berdasar pengalamannya melalui
berbagai presentasi”. Menurut Thomas, dkk (1999) dalam Wena (2010)
disebutkan bahwa Pembelajaran berbasis proyek merupakan model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola
pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.

2. Kelebihan Project Based Learning

10
Keuntungan Model Pembelajaran Project Based Learning adalah sebagai
berikut:

1) Meningkatkan motivasi belajar siswa. Laporan-laporan tertulis tentang proyek


itu banyak yang mengatakan bahwa siswa suka tekun sampai kelewat batas
waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga melaporkan
pengembangan dalamkehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa
melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen kurikulum
yang lain.
2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian pada
pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya
bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya
untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan
masalah. Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis
proyek membuat siswa menjadi lebihaktif dan berhasil memecahkan problem-
problem yang kompleks.
3) Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek
memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan
komunikasi. Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi
online adalah aspek-aspekkolaboratif dari sebuah proyek. Teori-teori kognitif
yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena
sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif.
4) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Bagian dari menjadi siswa
yang independen adalah bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang
kompleks. Pembelajaran Berbasis Proyek yang diimplementasikan secara baik
memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek,
dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan
untuk menyelesaikantugas.

3. Kelemahan Project Based Learning

Kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek ini antara lain:


1) Kebanyakan permasalahan “dunia nyata” yang tidak terpisahkan dengan
masalah kedisiplinan, untuk itu disarankan mengajarkan dengan cara melatih dan
memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah.

11
2) Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan masalah.
3) Membutuhkan biaya yang cukup banyak
4) Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana
instrukturmemegang peran utama di kelas.
5) Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
4. Langkah Langkah Pembelajaran Project Based Learning

Pembelajaran PJBL secara umum memiliki pedoman langkah: planning


(perencanaan), creating (mencipta atau implementasi), danprocessing (pengolahan),
(Munandar, 2009) adalah sebagai berikut: Pertama, Planning, Pada tahapan ini
kegiatan yang dilakukan adalah yaitu:

a) Merancang seluruh proyek, kegiatan dalam langkah ini adalah: mempersiapkan


proyek, secara lebih rinci mencakup: pemberian informasi tujuan
pembelajaran, guru menyampaikan fenomena nyata sebagai sumber masalah,
pemotivasian dalam memunculkan masalah dan pembuatan proposal,
b) Mengorganisir pekerjaan, kegiatan dalam langkah ini adalah: merencanakan
proyek, secara lebih rinci mencakup: mengorganisir kerjasama, memilih topik,
memilih informasi terkait proyek,membuat prediksi, dan membuat desain
investigasi. Kedua Creating, Dalam tahapan inisiswa mengembangkan gagasan-
gagasan proyek, mengkombinasikan ide yang munculdalam kelompok, dan
membangun proyek. Tahapan kedua ini termasuk aktivitas pengembangan
dan dokumentasi. Pada tahapan ini pula siswa menghasilkan suatuproduk
(artefak) yang nantinya akan dipresentasikan dalam kelas. Ketiga, Processing,
Tahapan ini meliputi presentasi proyek dan evaluasi. Pada presentasi proyek akan
terjadikomunikasi secara aktual kreasi ataupun temuan dari investigasi
kelompok, sedangkanpada tahapan evaluasi akan dilakukan refleksi
terhadap hasil proyek, analisis dan evaluasi dari proses-proses belajar.

2.1.4 Bangun Ruang Sisi Datar

1. Pengertian Bangun Ruang Sisi Datar

Bangun ruang sisi datar merupakan suatu bangun tiga dimensi yang memiliki
ruang/ volume/ isi dan juga sisi-sisi yang membatasinya. Secara garis besar, bangun
ruang bisa kita kategorikan menjadi dua kelompok, antara lain: bangun ruang sisi

12
datar dan bangun ruang sisi lengkung. Yang termasuk dalam bangun ruang sisi datar
yaitu kubus, balok, prisma, dan limas. Sementara untuk bangun ruang sisi lengkung
terdiri atas kerucut, tabung, dan bola.

2. Macam – Macam Bangun Ruang Sisi Datar

Bangun ruang sisi datar merupakan suatu bangun ruang di mana pada masing-
masing sisinya tersusun dari bangun datar. Apabila dalam suatu bangun ruang
mempunyai satu saja sisi yang lengkung maka bangun tersebut tidak bisa dikatakan
sebagai bangun ruang sisi datar:

1. Kubus merupakan suatu bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh enam sisi
serupa yang berwujud bujur sangkar.
2. Jika kubus dipotong berdasarkan rusuk-rusuknya, lalu masing-masing sisinya
direntangkan maka akan menghasilkan suatu bangun datar yang disebut sebagai
jaring-jaring kubus.
3. Balok adalah suatu bangun ruang yang mempunyai tiga pasang sisi segi empat. Di
mana pada masing-masing sisinya yang berhadapan mempunyai bentuk serta
ukuran yang sama
4. Sama halnya dengan kubus, jaring-jaring pada bangun balok juga didapatkan
dengan cara membuka balok tersebut sehingga akan terlihat semua permukaan
balok.
5. Prisma merupakan suatu bangun ruang tiga dimensi di mana alas dan juga
tutupnya kongruen serta sejajar berbentuk segi-n. Sisi-sisi tegak dalam prisma
memiliki beberapa bentuk, antara lain: persegi, persegi panjang, atau jajargenjang.
Dilihat dari tegak rusuknya, prisma terbagi menjadi dua macam, yaitu: prisma
tegak dan prisma miring.
6. Prisma tegak merupakan prima di mana rusuk-rusuknya tegak lurus dengan alas
dan juga tutupnya. Sementara untuk prisma miring merupakan prisma di mana
rusuk-rusuk tegaknya tidak tegak lurus pada alas dan juga tutupnya. Prisma yang
alas dan juga tutupnya berbentuk persegi disebut sebagai balok dan kubus.
Sementara untuk prisma yang memiliki alas dan tutupnya berbentuk lingkaran
disebut sebagai tabung.
7. Limas merupakan suatu bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh alas
berbentuk segi-n (dapat berupa segi tiga, segi empat, segi lima, dll) serta bidang

13
sisi tegak berbentuk segitiga yang berpotongan di satu titik puncak. Terdapat
banyak jenis limas yang dikategorikan dengan dilandasi bentuk alasnya. Antara
lain: limas segitiga, limas segi empat, limas segi lima, dan yang lainnya. Limas
dengan mempunyai alas berbentuk lingkaran disebut sebagai kerucut. Sementara
untuk limas dengan alas yang berupa persegi disebut sebagai piramida.

3. Rumus Bangun Ruang Sisi Datar

1. Kubus

Volume: s x s x s =
Luas permukaan: 6 s x s = 6
Panjang diagonal bidang: s√2
Panjang diagonal ruang: s√3
Luas bidang diagonal: √2

2. Balok

14
Volume: p.l.t
Luas Permukaan: 2 (pl + pt + lt)

Panjang Diagonal Bidang: √ atau juga bisa : √ atau : √

Panjang Diagonal Ruang: : √

3. Prisma

Volume: Luas alas x Tinggi


Luas permukaan: (2 x Luas Alas) + (Keliling alas x tinggi)

4. Limas

15
Volume Limas = 1/3 Luas Alas x Tinggi
Luas Permukaan = Jumlah Luas Alas + Jumlah Luas sisi tegak

16
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Berdasarkan jenisnya, penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti


termaksuk jenis penelitian kualitatif dengan subjeknya yaitu siswa SMPN 9 Kendari.
Sesuai dengan pendapat Creswell (1988) dalam Tjipto Subadi (2010:75) bahwa yang
termasuk penelitian kualitatif diantaranya Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Tjipto
Subadi (2010:77) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah bentuk penelitian yang
bersifat reflektif, dilakukan berdasarkan adanya permasalahan nyata yang muncul di
kelas.

Sehingga Penelitian Tidnakan Kelas (PTK) seringkali dianggap sebagai jenis


penelitian kulualitatif karena fokusnya pada pengamatan, analisis, dan interpretasi data
kualitatif untuk memahami masalah dan perubahan konsteks spesifik. Namun, secara
umum, PTK dikenal sebagai jenis penelitian tindakan yang terutama menggunakan
metode kualitatif untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang relevan dalam
konteks spesifik, seperti kelas atau sekolah. Penelitian ini memungkinkan guru atau
praktisi untuk mencari solusi terhadap masalah tertentu yang dihadapi di dalam kelas,
dengan melibatkan partisipasi dan refleksi dari peserta didik dan memungkinkan mereka
untuk secara aktif berkontribusi dalam proses perbaikan. Selanjutnya, berdasarkan
permasalahan tersebut, guru mencari alternatif cara-cara untuk mengatasinya dan
menindaklanjuti dengan tindakan nyata yang terencana dan dapat diukur tingkat
keberhasilannya

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat atau objek diadakannya penelitian. Tempat


penelitian adalah tempat yang dipergunakan untuk memperoleh data penelitian. Adapaun
penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 9 Kendari, Jl. Sao-Sao, Lrg. SMP9 No. 3,
Bende, Kec. Kadia, Kota Kendari, Prov. Sulawesi Tenggara.

3.3. Subyek Penelitian

17
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII.10 SMP Negeri 9 Kendari Tahun
Ajaran 2022/2023, sementara guru mata pelajaran matematika kelas VIII.10 SMP Negeri
9 Kendari sebagai partner kolaborasi serta sebagai triangulasi sumber data.

3.4 Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk siklus. Metode siklus
yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk spiral yang dikembangkan oleh Kemmis
dan taggart, yang mengemukakan bahwa penelitian dibagi ke dalam empat tahap, yaitu
sebagai berikut: (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksaanaan, (3) tahap observasi dan
(4) tahap refleksi yang akan dilaksanakan secara berulang kembali pada siklus
berikutnya. Banyaknyasiklus yang akandilaksanakansebanyak 2 siklus.

3.5 MetodePengumpulan Data

1. Metodeo bservasi
Observasi adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati perilaku, kejadian, atau fenomena secara langsung, sistematis, dan
terstruktur. Dalam observasi, peneliti mencatat semua hal yang diamati sesuai dengan
tujuan dan kerangka penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode observasi
dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati aspek keaktifan belajar matematika
selama proses pembelajaran matematika berlangsung dengan metode project based
learning.
2. Metode wawancara
Dari segi pelaksanaan pengumpulan data, Sugiyono membedakan wawancara
menjadi 3, yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi terstruktur dan wawancara
tak berstruktur. Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik wawancara semi
terstruktur dimana peneliti sebelumnya membuat pedoman wawancara namun pada
pelaksanaannya bisa dikembangkan sesuai kebutuhan oleh peneliti. Dalam wawancara
tersebut informasi diperoleh dari :
a. Guru matematika kelas VIII.10, selaku guru pengampu untuk mengetahui
bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika, faktor yang mendukung dan
menghambat serta cara penyelesaian jika menemui kendala pada saat
pembelajaraan.
b. Siswa kelas VIII.10 yaitu untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran yang
dilaksanakan khususnya pada pelajaran matematika materi bangun ruang sisi datar

18
serta kesulitan kesulitan yang dialami oleh siswa saat kegiatan pembelajaran
berlangsung.

Dari hasil wawancara, guru masih banyak menemukan kesulitan saat mengajar
matematika, diantaranya siswa masih kurang fokus dalam pembelajaran, yang
disebabkan oleh penggunaan smartphone yang diperbolehkan dalam lingkungan
sekolah. Sehingga menyebabkan siswa kurang fokus dalam mengikuti proses
pembelajaran. Selain itu, dalam proses pembelajaran juga guru merasa siswa masih
kurang tertarik dengan materi yang diajarkan dan cepat merasa bosan, sehingga hal
tersebut dapat berdampak besar pada pemahaman matematika siswa. Pada
pembahasan matematika, siswa masih kurang pada materi dasar matematika, yaitu
perkalian dan pembagian, ini dikarenakan masih kurang nya pemikiran matematis
siswa, sehingga pada proses pembelajaran yang mempelajari materi matematika yang
lebih kompleks, seperti bangun ruang sisi datar, siswa merasa kesulitan, karena dasar
perkalian dan pembagian masih kurang mumpuni, hal ini berdampak pada keaktifan
siswa dalam pembelajaran matematika. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan
kebanyakan siswa lebih memilih menghitung menggunakan kalkulator dibandingkan
menghitung secara manual, terlebih lagi penggunaan smartphone yang diizinkan
penggunaannya dalam sekolah. Yang aktif dalam proses pembelajaran, hanya siswa
yang memiliki kemampuan matematika tergolong baik, sedangkan yang masih rata
rata atau dibawah rata rata, masih kurang aktif dan belum memahami materi secara
menyeluruh, akibatnya materi yang diajarkan tertahan hanya untuk memberikan
penjelasan tambahan kepada siswa yang belum terlalu paham. Adapun kaitannya
dengan materi bangun ruang sisi datar, yaitu terdapat beberapa kesulitan belajar yang
dialami oleh siswa, yaitu 1). Tidak bisa mengikuti pembelajaran denganbaik, 2).
Kurangnya minat siswa, 3). Kesulitan dalam menentukan rumus rumus dalam bangun
ruang sisi datar, dan 4). Kesulitan dalam memahami konsep bangun ruang sisi datar.

Selain itu menurut penuturan siswa, materi yang diajarkan oleh guru
khususnya bangun ruang sisi datar masih belum dipahami dengan baik, ada yang
sudah paham namun hanya beberapa siswa. Menurut salah satu siswa juga ia merasa
kesulitan dalam memahami materi bangun ruang sisi datar terutama saat mencari luas
dan volume bangun ruang sisi datar. Hal tersebut disebabkan karena siswa masih
belum mengetahui perkalian dan pembagian. Sehingga hal ini yang menjadi masalah
dalam penelitian ini. Menurut keterangan dari guru pengampu, kesulitan terbesar

19
seorang siswa dalam pelajaran matematika yaitu kurangnya kemampuan siswa dalam
perkalian dan pembagian. Karena menurut ibu mira selaku guru pengampu mata
pelajaran matematika, keterampilan dasar tersebut yang harus dimiliki oleh setiap
siswa untuk mempelajari materi matematika yang lainnya. Sehingga sebelum guru
masuk kedalam materi, terlebih dahulu guru menjelaskan perkalian dan pembagian,
hanya sebagai tes awal kepada siswa sebelum mempelajari materi selanjutnya.

Dari penjelasan diatas jika diambil asumsi bahwa setiap siswa telah paham
mengenai materi perkalian dan pembagian dapat disimpulkan bahwa dalam proses
pembelajaran matematika pada siswa kelas VIII.10 SMPN 9 Kendari belum
sepenuhnya berhasil. Karena ketidak sesuaian materi dengan alokasi waktu untuk
setiap semester. Dalam artian materi yang diajarkan tersebut terlambat. Sehingga
perlu adanya suatu model/pendekatan yang cukup efisien sehingga dapat
mempermudah guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Sehingga materi yang
terlambat dapat selesai tepat pada waktunya. Selain itu, ketertarikan siswa terhadap
materi juga menjadi faktor yang kurang dimiliki oleh siswa, sehingga hal ini harus
diantiipasi oleh guru. Tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran harus diselaraskan
dengan metode pembelajaran, penjelasan, media ajar yang baik pula, sehingga tercipta
suatu proses belajar mengajar yang diharapkan.

3. Metode dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui sesuatu
dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang diteliti. Dokumentasi
digunakan untuk memperoleh data sekolah dan nama siswa kelas VIII.10 SMP Negeri
9 Kendari, serta foto rekaman proses penelitian tindakan penelitian.

3.6. Analisis Data

Menurut Sugiyono, 2006: 204 aktifitas dalam analisis data, yaitu:

1. Reduksi Data
Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
2. Penyajian Data

20
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data.
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart dan sejenisnya.
3. Penarikan kesimpulan dan Verifikasi
Pada penarikan kesimpulan, kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan
yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Pada verifikasi,
mencocokan data akhir dan data awal sehingga peneliti menemukan hasil yang
memuaskan.

21
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini akan diuraikan dalam bentuk paparan yang
disajikan menurut tahapan-tahapan pada masing-masing siklus. Pada penelitian ini akan
dilakukan dalam dua siklus, maka penyajian hasil penelitian ini dilakukan per siklus. Untuk
masing-masing siklus akan disajikan paparan atau deskripsi kegiatan yang dilakukan per
tahapan.
Berdasarkan hasil observasi ,diketahui bahwa siswa kelas VIII masih banyak yang
hasil belajarnya rendah dalam menyelesaikan latihan pada materi bangun ruang sisi datar.
Sebelum perencanaan tindakan dilakukan, terlebih dahulu diberikan pre tes yang
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang
akan diajarkan yang diperoleh dari hasil jawaban sebagai kemampuan awal siswa. Disini kita
mengambil sampel 10 orang siswa dari kelas VIII SMP Negeri 9 Kendari. Hasil belajar pre
tes dapat dilihat dari table dibawah ini.

Tabel: 4.1
Hasil Perolehan Nilai Siswa pada Saat Pra Siklus
NO NAMA SISWA NILAI KETUNTASAN
1 Andin Malika 60 Belum Tuntas
2 Andika Mahesa 75 Tuntas
3 Anisa Astuti Wulan 55 Belum Tuntas
4 Cerly Harefa 70 Tuntas
5 Desi Astria Ningsih 70 Tuntas
6 Erlin Sofiana 55 BelumTuntas
7 Fetira 60 Belum Tuntas
8 Nur Andriani 70 Tuntas
9 Rani Selina 60 Belum Tuntas
10 Zaki Alimul 75 Tuntas
Jumlah 650

22
Rata – rata 65
Ketuntasan 50%

Tabel: 4.2
Hasil Pra Siklus

Pra Siklus
Nilai terendah 55
Nilai tertinggi 75
Rata-rata nilai 65
Siswa belajar tuntas 5
Siswa belajar yang belum tuntas 5

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa
adalah 55, nilai tertinggi adalah 75, dan rata-rata nilainya 65, serta siswa yang telah belajar
tuntas baru 50%, maka masih cukup banyak siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan
(KKM = 65). Dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal latihan
materi bangun ruang sisi datar masih rendah. Dari 10 orang siswa, terdapat (50%) atau 5
orang siswa yang tidak mengalami ketuntasan belajar.

Kemampuan awal siswa yang ditunjukan pada prates masih tergolong belum berhasil
dalam belajar. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kemampuan awal siswa masih
rendah dalam pemecahan soal-soal materi bangun ruang sisi datar. Oleh karena itu peneliti
yang bertindak sebagai guru melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan melakukan siklus
I.

a) Hasil Penelitian Siklus I


1. Siklus I

Setelah melaksanakan tindakan pada siklus I diperoleh peningkatan hasil belajar


matematika pada materi bangun ruang sisi datar. Pada siklus I disampaikan kompetensi dasar
menentukan penyelesaian soal bangun ruang sisi datar. Analisis hasil penelitian berdasarkan

23
tindakan, observasi dari sikap dan perilaku siswa pada siklus I dapat dikemukakan sebagai
berikut:
1) Siswa senang dengan mata pelajaran yang diajarkan.
2) Siswa tertarik dengan materi pelajaran.
3) Siswa cukup aktif mendengarkan penjelasan guru saat kegiatan belajar mengajar.
4) Tertarik dengan pemaparan materi.
5) Sebagian siswa belum dapat menerima pelajaran yang diajarkan dengan baik.
6) Siswa cukup aktif menjawab pertanyaan guru, meskipun masih malu.
7) Semangat siswa dalam kegiatan belajar mengajar lumayan baik.
8) Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas masih perlu ditingkatkan.
9) Siswa masih kesulitan memecahkan masalah yang berkaitan dengan tugas dari guru
dengan baik.
10) Siswa belum dapat mengerjakan soal tes dengan baik.

Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada siklus I, maka dapat dilihat analisis data di
bawah ini:

Tabel: 4.3
Hasil Perolehan Nilai Siswa pada Saat Siklus I
NO NAMA SISWA NILAI KETUNTASAN
1 Andin Malika 75 Tuntas
2 Andika Mahesa 90 Tuntas
3 Anisa Astuti Wulan 60 Belum Tuntas
4 Cerly Harefa 80 Tuntas
5 Desi Astria Ningsih 85 Tuntas
6 Erlin Sofiana 60 BelumTuntas
7 Fetira 75 Tuntas
8 Nur Andriani 80 Tuntas
9 Rani Selina 70 Tuntas
10 Zaki Alimul 85 Tuntas
Jumlah 760
Rata – rata 76
Ketuntasan 80%

24
Tabel: 4.4
Hasil Belajar pada Saat Siklus I

Siklus I
Nilai terendah 60
Nilai tertinggi 90
Rata-rata nilai 76
Siswa belajar tuntas 8
Siswa belajar yang belum tuntas 2

Tabel: 4.5
Perbandingan Hasil Prates dengan Siklus I

Pra Siklus Siklus I


Nilai terendah 55 60
Nilai tertinggi 75 90
Rata-rata nilai 65 76
Siswa belajar tuntas 5 8
Siswa belajar yang belum tuntas 5 2

Dari hasil analisa data peningkatan hasil belajar kognitif siswa siklus I dapat
disimpukan bahwa presentasi hasil belajar siswa yang tuntas naik dari 50% menjadi 80%
setelah siklus I, berarti mengalami kenaikan sebesar 30% , dengan nilai batas tuntas < 65.
Adapun nilai terendah pada prates 55, sedangkan setelah siklus I mengalami kenaikan
menjadi 60. Nilai tertinggi pada prates adalah 75 setelah siklus I menjadi 90. Rata-rata nilai
pada prates 65 setelah siklus I menjadi 76. Pada siklus I ternyata masih ada siswa yang belum
tuntas belajarnya sehingga guru berusaha untuk mengadakan perbaikan bagi siswa yang
belum mencapai batas tuntas, dan memberikan pengayaan kepada seluruh siswa yang sudah
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM = < 65). Pelaksanaan Perbaikan dan Pengayaan
ini lakukan pada siklus II.

2. Siklus II

25
Peneliti melaksanakan tindakan pada siklus II dengan materi yang sama dengan siklus
I yaitu menentukan penyelesaian soal bangun ruang sisi datar. Analisis hasil penelitian
berdasarkan tindakan, observasi dari sikap dan perilaku siswa pada siklus I dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1) Siswa senang dengan mata pelajaran yang diajarkan.
2) Siswa tertarik dengan materi pelajaran.
3) Siswa cukup aktif mendengarkan penjelasan guru saat kegiatan belajar mengajar.
4) Tertarik dengan pemaparan materi.
5) Sebagian siswa belum dapat menerima pelajaran yang diajarkan dengan baik.
6) Siswa cukup aktif menjawab pertanyaan guru, meskipun masih malu.
7) Semangat siswa dalam kegiatan belajar mengajar lumayan baik.
8) Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas masih perlu ditingkatkan.
9) Siswa masih kesulitan memecahkan masalah yang berkaitan dengan tugas dari guru
dengan baik.
10) Siswa belum dapat mengerjakan soal tes dengan baik.

Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada siklus II, maka dapat dilihat analisis data
di bawah ini:

Tabel: 4.6
Hasil Perolehan Nilai Siswa pada Saat Siklus III
NO NAMA SISWA NILAI KETUNTASAN
1 Andin Malika 85 Tuntas
2 Andika Mahesa 95 Tuntas
3 Anisa Astuti Wulan 75 Tuntas
4 Cerly Harefa 85 Tuntas
5 Desi Astria Ningsih 90 Tuntas
6 Erlin Sofiana 75 Tuntas
7 Fetira 85 Tuntas
8 Nur Andriani 90 Tuntas
9 Rani Selina 85 Tuntas
10 Zaki Alimul 90 Tuntas
Jumlah 855

26
Rata – rata 85,5
Ketuntasan 100%

Tabel: 4.7
Hasil Belajar pada Saat Siklus II

Siklus II
Nilai terendah 75
Nilai tertinggi 95
Rata-rata nilai 85,5
Siswa belajar tuntas 10
Siswa belajar yang belum tuntas 0

Tabel: 4.8
Perbandingan Hasil Tes Siklus I dan Siklus II

Siklus I Siklus II
Nilai terendah 60 75
Nilai tertinggi 90 95
Rata-rata nilai 76 85,5
Siswa belajar tuntas 8 10
Siswa belajar yang belum tuntas 2 0

Tabel: 4.9
Perbandingan Hasil Tes Siklus I, Siklus II, dan Siklus III

Prates Siklus I Siklus II


Nilai terendah 55 60 75
Nilai tertinggi 75 90 95
Rata-rata nilai 65 76 85,5
Siswa belajar tuntas 5 8 10
Siswa belajar yang belum tuntas 5 2 0

27
Dari tabel perbandingan hasil prates, siklus I, dan siklus II dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Nilai terendah yang diperoleh siswa pada prates 55, pada siklus I 60, dan pada siklus II
naik menjadi 75.
b. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada prates 75, pada siklus I naik menjadi 90, dan
pada siklus II adalah 95.
c. Nilai rata-rata kelas juga meningkat yaitu pada prates sebesar 65, siklus I menjadi 76, dan
pada siklus II naik lagi menjadi 85,5.
d. Untuk pencapaian kriteria ketuntasan minimal (nilai KKM) =< 65) pada prates 50%,
setelah tes siklus I naik menjadi 80%, dan setelah siklus I naik lagi menjadi 100%. Jadi
secara keseluruhan dapat dinyatakan bahwa hasil pembelajaran dapat meningkat setelah
diadakan tindakan pada siklus I dan siklus II.

Dari analisis data dan diskusi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada prates, siklus I,
dan siklus II, secara umum telah menunjukkkan perubahan yang signifikan. Guru dalam
melaksanakan pembelajaran semakin baik dan semakin menguasai materi saat mengajar
walaupun ada kekurangan-kekurangan kecil diantaranya manajemen waktu.
Presentase kognitif, afektif, dan psikomotor siswa meningkat pada tiap-tiap tahap. Hal
ini terbukti adanya peningkatan hasil belajar yang berupa mampu mengerjakan tes soal yang
diberikan guru dengan rasa percaya diri, tidak ragu-ragu dan berani bertanggung jawab
dengan apa yang telah dikerjakannya. Hal ini dapat dilihat dari sikap siswa yang semula takut
dan malu-malu untuk mengerjakan soal dan menjawab pertanyaan guru, kini siswa menjadi
berani menjawab pertanyaan dan mengerjakan soal dengan baik. Berdasarkan peningkatan
hasil belajar yang telah dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dianggap cukup dan diakhiri pada siklus ini.

4.2 Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui Pengaruh
Model Pembelajaran Project Based Learning terhadap hasil belajar Siswa SMP Negeri 9
Kendari Mengenai Pokok Bahasan bangun ruang sisi datar Tahun Pelajaran 2022/2023.

Pada siklus I setelah diadakan tes kemampuan awal dilanjutkan dengan siswa
menerima materi pelajaran tentang bangun ruang sisi datar. Proses pembelajaran disampaikan
dengan strategi dan terencana dimulai dari kegiatan awal, inti, dan penutup. Kegiatan ini

28
terfokus mengaktifakan siswa mulai dari memperhatikan penjelasan, melakukan percobaan
dan praktik, untuk memperoleh kesimpilan, diakhiri peningkatan hasil belajar siswa yaitu dari
prates, siklus I, dan siklus II tampak adanya peningkatan hasil belajarnya. Terbukti dapat
dilihta pada tabel di atas.

Siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I untuk memantapkan dan mencapai tujuan
penelitian . Pembelajaran yang disampaikan tentang bangun ruang sisi datar dengan
menggunakan Model Pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa tentang linkaran pada siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Kendari. Kegiatan
pembelajaran dilakukan secara optimal . Hasil siklus II menunjukan peningkatan hasil belajar
siswayaitu rata-rata siswa menjadi 85,5. Siswa yang belajar tuntas mencapai 100 %.

Tabel: 5.0
Perbandingan Hasil Tes Siklus I, Siklus II, dan Siklus III

Prates Siklus I Siklus II


Nilai terendah 55 60 75
Nilai tertinggi 75 90 95
Rata-rata nilai 65 76 85,5
Siswa belajar tuntas 50 % 80% 100%
Siswa belajar yang belum tuntas 50% 20% 0%

Dari tabel perbandingan hasil prates, siklus I, dan siklus II dapat diuraikan sebagai
berikut:
e. Nilai terendah yang diperoleh siswa pada prates 55, pada siklus I 60, dan pada siklus II
naik menjadi 75.
f. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada prates 75, pada siklus I naik menjadi 90, dan
pada siklus II adalah 95.
g. Nilai rata-rata kelas juga meningkat yaitu pada prates sebesar 65, siklus I menjadi 76, dan
pada siklus II naik lagi menjadi 85,5.
h. Untuk pencapaian kriteria ketuntasan minimal (nilai KKM) =< 65) pada prates 50%,
setelah tes siklus I naik menjadi 80%, dan setelah siklus I naik lagi menjadi 100%. Jadi
secara keseluruhan dapat dinyatakan bahwa hasil pembelajaran dapat meningkat setelah
diadakan tindakan pada siklus I dan siklus II.

29
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa meningkat, baik
hasil belajar kognitif, efektif, maupun pskimotoriknya. Dengan menggunakan Model
Pembelajaran Project Based Learning tentang materi bangun ruang sisi datar, dapat
meningkatkan hasil belajar siswa VIII SMP Negeri 9 Kendari.

30
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian kelompok kami pada SMP NEGERI 9 KENDARI,


disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui
Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning terhadap hasil belajar Siswa SMP
Negeri 9 Kendari Mengenai Pokok Bahasan bangun ruang sisi datar Tahun Pelajaran
2022/2023. Peneliti yang bertindak sebagai guru melaksanakan perbaikan pembelajaran
dengan melakukan siklus I dan II.

Pada siklus I setelah diadakan tes kemampuan awal dilanjutkan dengan siswa
menerima materi pelajaran tentang bangun ruang sisi datar. Proses pembelajaran disampaikan
dengan strategi dan terencana dimulai dari kegiatan awal, inti, dan penutup. Kegiatan ini
terfokus mengaktifakan siswa mulai dari memperhatikan penjelasan, melakukan percobaan
dan praktik, untuk memperoleh kesimpilan, diakhiri peningkatan hasil belajar siswa yaitu dari
prates, siklus I, dan siklus II tampak adanya peningkatan hasil belajarnya.

Siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I untuk memantapkan dan mencapai tujuan
penelitian . Pembelajaran yang disampaikan tentang bangun ruang sisi datar dengan
menggunakan Model Pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa tentang linkaran pada siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Kendari. Kegiatan
pembelajaran dilakukan secara optimal . Hasil siklus II menunjukan peningkatan hasil belajar
siswayaitu rata-rata siswa menjadi 85,5. Siswa yang belajar tuntas mencapai 100 %.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas, ada beberapa saran yang dapat


disampaikan, yaitu sebagai berikut.

1. Bagi Sekolah

Sekolah perlu mengambil langkah atau memikirkan solusi yang terbaik agar siswa
dapat maksimal dalam pembelajaran di dalam maupun luar kelas. Sekolah perlu membina
hubungan yang harmonis antara pihak sekolah, orang tua dan masyarakat.

2. Bagi Siswa

31
Jangan terpengaruh dengan perilaku negatif dalam pergaulan. Pada saat mengikuti
pembelajaran lebih serius dan memperhatikan.

3. Bagi Guru

a. Guru sebaiknya lebih aktif berkomunikasi dengan siswa agar siswa lebih merasa
berani untuk bertanya ataupun sekedar menyampaikan permasalahan yang dihadapi.
b. Guru sebaiknya membuat program-program khusus dalam rangka mensukseskan
pendidikan karakter di SMA NEGERI 9 KENDARI seperti membuat acara di luar jam
pelajaran yang dapat menumbuhkan karakter-karakter yang diinginkan pada siswa.
c. Karakter-karakter yang ingin ditanamkan dalam diri siswa dimana telah tercantum
dalam RPP dan Silabus sebaiknya dibuat target pencapaian agar pelaksanaan
pendidikan karakter melalui pembelajaran benar-benar terpantau dengan baik.
d. Guru harus bisa menjadi teladan bagi siswanya. Tingkah laku guru akan selalu menjadi
sorotan. Guru di sekolah sering memberikan nasihat kepada siswa, alangkah baiknya
kalau diimbangi dengan memberikan contoh yang baik agar menjadi panutan siswa,
sehingga apa yang disampaikan guru akan lebih dapat diterima oleh siswa.
Keteladanan yang dapat diberikan guru contohnya adalah dalam hal penampilan,
tingkah laku, perhatian atau kepedulian dan lain sebagainya.

32
DAFTAR PUSTAKA

Titu, M. A. (2015). Penerapan model pembelajaran project based learning (PjBL) untuk
meningkatkan kreativitas siswa pada materi konsep masalah ekonomi. In Prosiding
Seminar Nasional (Vol. 9, pp. 176-186).

Subadi, Dr.Tjipto. Sosiologi dan Sosiologi Pendidikan: Suatu Kajian Borodari Perspektif
Sosiologis Fenomologis. Kartasura: Fairuz Media.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &D. Bandung: Alfabeta.

Hotimah, Husnul . “Penerapan Metode Pembelajaran Problem Based Learning Dalam


Meningkatkan Kemampuan Bercerita Pada Siswa Sekolah Dasar”JURNAL EDUKASI
2020, VII (3): 5-11

As’ari,Tohir,Valentino,Imron, dan TaufiqIbnu . “1. Matematika -- Studi dan


Pengajaran”.Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
viii, 344 hlm. : ilus. ; 25 cm.

http://yuksinau.id/bangun-ruang-sisi-datar/#Macam_Macam_Bangun_Ruang_Sisi_Datar

PENELITIAN TINDAKAN KELAS MENINGKATKAN(Siswa et al., 2021)

Siswa, P., Vi, K., & Laowowaga, S. D. N. (2021). MELALUI PENGGUNAAN MEDIA
VIDEO YOUTUBE.

33
LAMPIRAN

Lampiran 1: hasil observasi

1. Hasil Instrumen Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran

INSTRUMEN SUPERVISI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(KURIKULUM 2013)

Nama guru : Mira Sri Setyowanti S.Pd., M.Pd.

Mata pelajaran : Matematika

Kompetensi dasar : KD 3.9. Membedakan dan menentukan luas permukaan dan volume
bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prisma, dan limas)

KD 4.9. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas permukaan


dan volume bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prima dan limas),
serta gabungannya.

Kelas : VIII.10

Hari/Tanggal : Selasa/9 Mei 2023

Petunjuk: Berikanlah tanda cek list (√) pada kolom penilaian: 1, 2, atau 3 sesuai hasil pengamatan Anda!
Skor Penilaian
Belum Sesuai Sesuai
Aspek yang Diamati Catatan
Sesuai sebagian semua
(1) (2) (3)
A. Apersepsi dan Motivasi
1 Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman
peserta didik atau pembelajaran sebelumnya.
2 Mengajukan pertanyaan menantang.
3 Menyampaikan manfaat materi pembelajaran.
4 Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan materi
pembelajaran.
B. Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan
5 Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta didik.
6 Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja
kelompok, dan melakukan observasi.
C. Kegiatan Inti
Penguasaan Materi Pelajaran
7 Kemampuan menyesuiakan materi dengan tujuan pembelajaran.

34
8 Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain yang
relevan, perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata.
9 Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat.
10 Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari
konkritke abstrak)
Penerapan Strategi Pembelajaran yang Mendidik
11 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang
akandicapai.
12 Menfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi,
elaborasi dan konfirmasi.
13 Melaksanakan pembelajaran secara runtut.
14 Menguasai kelas.
15 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual.
16 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya
kebiasaan positif (nurturant effect ).
17 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang
direncanakan.
Penerapan Pendekatan scientific
18 Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana.
19 Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati.
20 Memancing peserta didik untuk bertanya.
21 Memfasilitasi peserta didik untuk mencoba.
22 Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis.
23 Memberikan pertanyaan peserta didik untuk menalar (proses
berfikir yang logis dan sistematis).
24 Menyajikan kegiatan peserta didik untuk berkomunikasi.
Pemanfaatan Sumber Belajar/Media dalam Pembelajaran
25 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar
pembelajaran.
26 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media
27 Menghasilkan pesan yang menarik.
28 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar
pembelajaran.
29 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media
pembelajaran.
D. Pelibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran
30 Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksi
guru, peserta didik, sumber belajar.
31 Merespon positif partisipasi peserta didik.
32 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik.
33 Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif.
34 Menumbuhkan keceriaan atau antuisme peserta didik dalam
E. Melaksanakan Penilaian Autentik
35 Menilai sikap dalam pembelajaran

35
36 Menilai pengetahuan dalam proses pembelajaran
37 Menilai keterampilan dalam proses pembelajaran
F. Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat dalam
38 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar.
39 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar.
F. Penutup pembelajaran
40 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkanpeserta didik.
41 Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio.

42 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan kegiatan


berikutnya dan tugas pengayaan.
Jumlah Skor 1 13 28
Total Skor 111 Total Skor Maksimal =
(42 x 3) = 126

Predikat Kriteria: Capaian


Amat baik 86 % - 100 %
Baik 70% - 85 %
Cukup 55% - 69 % 88,09%
Kurang Di bawah 55% Predikat
Amat Baik
Kesimpulan :
Persentase Pelaksanaan Pembelajaran 88,09 %

36
Lampiran 2: Skript Wawancara

WAWANCARA OBSERVASI

Narasumber : Mira Sri Setyowanti S.Pd., M.Pd.

Waktu : 2 x 40 menit

Tempat : Ruang Kelas VIII.10 SMP Negeri 9 Kendari

Peneliti : baik bu langsung saja…. Aaa… bagaimana kondisi siswa pada saat pembelajaran
matematika dikelas bu?

Ibu : emm kondisi… untuk kondisi siswa itu… eh kondisi bagaimana kah yang kalian
maksud ini? Kondisi sebelum atau sesudahnya?

Peneliti : emm anu bu pada saat pembelajarannya berlangsung bu

Ibu : ohh pada saat pembelajaran toh? Berarti Pada saat sebelum pembelajaran kondisi
siswa masih ada sebagian siswa yang sudah agak tau tpi lebih bnyak yg tdk tau jdi setelah
kita melakukan ptk otomatis brubah jadi lebih banyak siswa sudah mengetahui apa yang kita
ajarkan dari semula tidak tau menjadi tau tpi tidak semua juga siswa tau

Peneliti : ohh baik bu, saya lanjut untuk yang selanjutnya…. Bagaimana hasil belajar
matematika siswa dari sepenglihatan ibu?

Ibu : Kan sebelumnya kalo sebelum melakukan ptk kalau nilainya itukn kebnyakan
nilainya tidak mmemenuhi nah setelah dilakukan ptk sudah sekitar 80 persen siswa bisa

Peneliti : kira kira apa sajakah kesulitan yang dialami siswa smp negeri 9 kendari terhadap
mata pelajaran matematika khususnya materi yang baru ibu jelaskan tadi?

Ibu : sebetulnya kalo kesulitan, kesulitan yang paling eee apadih yang paling dasar
jangan dulu masuk dimateri, sebetulnya kan yang pertama itu untuk siswa sekarang
khususnya smp walaupun sudah kelas 3 masih ada yang tidak tau kali kali dengan bagi bagi,
sebetulnya tau kalau pake hp tapikan saya tidak boleh pake hp jadi saya maunya bagaimana
prosesnya prosesnya ituadalah turun turun yang kali kali turun itu yang banyak prosesnya
tidak tau jadi itu kesulitan dasar yang pertama yang untuk eee… sekarang toh, jadi kalau
misalnya toh ada anak yang tau kali kali bagi bagi biar mau masuk materi manapun pasti
bisa, tapi rata rata ibu jadi, saya itu kalau khusus saya tidak tau juga kalau teman teman saaya
toh, saya tidak mau masuk materi kalau anak anak tidak tau kali kali bagi bagi, jadi itu
kesulitan yang pertama. Jadi untuk apa materi jauh jauh saya mau ajarkan yang itu dasar saja
mereka tidak tau. Otomatis mreka pasti akan menyentok kalo tidak pasti pake hp lagi,
sementara kalau ujiankan tidak pake begitu jadi itu kalau mereka tidak tau kali kali bagi bagi
kalau tidak balek kiri balek kanan dimana lagi jadi itumi

37
Peneliti : oh jadi bu kalau sebelum pelajaran itu kayak kalau dari ibu, ibu pastikan dulu
apakah mereka ini tau kali kali bagi bagi dih bu?

Ibu : ah iya… oh kadang… kadang berapa kali pertemuan itu kadang… iya harus
seperti itu sampe tuntas jadi saya kadang saya tidak mau masuk materi tapi pasti nanti
terakhir selesai ji itu. Yang utama walaupun 1 minggu sa kasih waktu 1 minggu 2 minggu
harus itu saja dulu tidak masukmateri saja saya dulu harus tau itu biar tidak masuk materi
saya dulu.

Peneliti : ohh baik bu… selanjutnya apa sajakah kesulitan…. eh mungkin ini kurang lebih
sama seperti pertanyaan yang sebelumnya bu jadi saya langsung ke pertanyaan selanjutnya
saja. Amm model atau pendekatan pembelajaran apa yang ibu gunakan selama mengajar
pelajaran matematika dikelas seperti apa bu?

Ibu : banyak sih, ada discovery learning, ada project based learning, terus ada juga
yang kayak tadi itu…. Teruss ada PBL (problem based learning)

Peneliti : berarti mungkin bu menyesuaikan ke siswanya dih?

Ibu : iya…

Peneliti : oh berarti supaya tidak….

Ibu : bukan, bukan menyesuaikan dari siswa sih, menyesuaikan dari materi (ohh dari
materinya dih bu) iya… eh kadang ada juga yang bisa belajar kelompok terus ada juga yang
tidak jadi semuanya tergantung materi bukan tergantung siswa

Peneliti : ohh baik bu kurang lebih hanya itu saja yang ingin saya tanyakan, makasih
banyak bu

Ibu : iyaa….

Peneliti : kami pamit dulu bu assalamualaikum

Ibu : iya, waalaikumsalam

38
Lampiran 3: Dokumentasi Kegiatan

1. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran

2. Dokumentasi Penggunaan Media Pembelajaran

39
3. Dokumentasi Wawancara

40
4. Dokumentasi Kegiatan Di Kelas

41
42

Anda mungkin juga menyukai