A. Berdasarkan kuliah lapangan Penelitian Tindakan Kelas isilah titik titik sebagai berikut:
2. NIM : 20329049
3. Latar Belakang(BOBOT 5)
5. Rumusan Masalah(BOBOT 3)
i
6. Tujuan Penelitian(BOBOT 3)
7. Manfaat Penelitian(BOBOT 3)
8. Kajian Pustaka(BOBOT 5)
9. Penelitian Relevan(BOBOT 5)
19. Pembahasan(BOBOT 5)
LEMBAR JAWABAN:
i
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI SISWA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALY
DI KELAS I SDN 01 TANGAH
OLEH:
DOSEN PENGAMPU:
Drs. Khairani, M. Pd
Adapun tujuan dari Penulisan ini adalah sebagai bagian persyaratan untuk
menyelesaikan mata kuliah penelitian Tindakan kelas. Terlepas dari itu Penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1) Bapak Drs. Khairani, M.Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah Penelitian Tindakan
Kelas
2) Ibu Dr. Wirdati, S.Ag., M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Penelitian
Tindakan Kelas dan sekaligus pembimbing dalam penyusunan proposal ini.
3) Ibu Nola Aprilia Sukhaimi, M.Pd sebagai dosen yang membimbing penulis dalam
pembuatan proposal ini
4) Orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun
materil
5) Rekan-rekan yang selalu mendampingi setiap proses pembuatan proposal ini
6) Serta semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik dalam
penelitian maupun dalam penyusunan demi terwujudnya proposal ini.
Dengan kami yang telah menyelesaikan proposal ini, kami sebagai penulis
mengharapkan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi mahasiswa dalam mempelajari,
menelaah dan memahaminya. Harapan kami, semoga proposal ini bisa membantu untuk
pembelajaran kita semua sesuai dengan yang diharapan, dan jika makalah ini masih memiliki
kekurangan kami mohon maaf atas kekurangan tersebut.
Padang, 15 September 2022
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dari keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang berlangsung seumur hidup baik di
sekolah atau di luar sekolah untuk mempersiapkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya
yang dapat memainkan peranan yang tepat dan kontruksif dalam berbagai lingkungan
hidupnya di masa yang akan datang.
Pendidikan adalah sarana untuk meningkatkan kualitas diri melalui perubahan tingkah
laku, kemampuan serta wawasan menjadi lebih baik sehingga membentuk sumber daya yang
berkualitas. Dalam UU RI No. 20 Th. 2003 SISDIKNAS pasal 1 ayat 1, berbunyi: Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
“Pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
Pendidikan dapat dibatasi dalam pengertiannya secara sempit dan luas. Secara arti
sempit pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menolong anak didik menjadi
matang kedewasaanya. Pendidikan dalam pengertian ini dilakukan oleh institusi formal
sekolah. Pendidikan secara arti luas adalah manipulasi lingkungan yang diarahkan untuk
mengadakan perubahan perilaku anak. Pengertian ini tidak terbatas pada pendidikan sekolah
saja tetapi juga pendidikan oleh keluarga dan masyarakat sekitar.
Proses pendidikan ini berlangsung beberapa tahun yang di batasi, karena yang
berperan dalam hal ini adalah kurikulum yang terdapat di sekolah. Namun pada kenyataan di
lapangan mereka hanya melakukan proses pengajaran belaka, seperti layaknya yang
dilakukan oleh lembaga bimbingan tes, yang hanya meningkatkan hasil belajar tanpa
memperdulikan proses pengajaran yang seharusnya dilakukan dalam lingkungan sekolah. Hal
ini dapat menimbulkan masalah baru dalam dunia pendidikan, sebab siswa hanya mengejar
target nilai bagus tanpa memperhatikan aspek pemahaman, keterampilan berfikir dan
kreativitas.
Tujuan pendidikan Indonesia ialah untuk membentuk manusia seutuhnya, dalam arti
berkembangnya potensi-potensi individu secara berimbang, optimal, dan terintregasi. Adapun
1
tujuan pendidikan yang terkandung dalam ayat Al Qur’an Surah Luqman ayat 13, artinya:
“Dan (Ingatlah) ketika` Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (Q.S Al Luqman:13).
Dari ayat tersebut dapat kita ambil pokok pikiran sebagai berikut:
Mengingat sangat pentingnya pendidikan itu bagi kehidupan, dan pendidikan adalah
salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat dengan
perkembangan. Oleh karena itu perkembangan pendidikan adalah hal yang wajar dan
memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam
arti perbaikan pada semua tingkat dan perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi
kepentingan masa depan.
Untuk membangun kehidupan masyarakat yang terdidik dan cerdas, maka seharusnya
dilakukan perubahan terhadap paradigma dan sistem pendidikan. Pendidikan yang mampu
mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu
mengembangkan potensi peserta didiknya secara menyeluruh, sehingga menjadi pribadi yang
tangguh dan mampu menghadapi dan memecahkan problem kehidupan yang dihadapinya.
Demikian juga dengan pembelajaran yang akan dilakukan, harus mengalami perbaikan dalam
pelaksanaannya.
Pembelajaran banyak dikaitkan dengan proses dan usaha yang dilakukan oleh guru
atau pendidik untuk melakukan proses penyampaian materi kepada siswa melalui proses
pengorganisasian materi, siswa dan lingkungan yang umumnya terjadi di dalam kelas.
2
Pembelajaran menjadi penting untuk diketahui oleh guru, calon guru agar proses mengajar
yang dilakukan dapat berjalan dengan baik.pembelajaran yang baik dan berhasil akan terlihat
dari prestasi belajar siswa yang tinggi dan adanya perubahan pada ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik siswa sesuai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Seorang guru dalam melakukan proses pembelajaran dituntut untuk lebih profesional,
karena guru merupakan komponen utama yang bertanggung jawab dalam kegiatan belajar
mengajar. Oleh karena itu guru harus memiliki metode mengajar agar siswa mendapatkan
suasana belajar yang menyenangkan dengan tujuan hasil belajar siswa bisa meningkat dan
bermakna. Sehingga dalam proses belajar mengajar siswa merasa nyaman dan mempunyai
semangat dalam belajar matematika. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, maka
guru dapat memilih salah satu model pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa, dan
guru harus benar-benar bisa memilih dengan tepat.
Pendidikan Agama Islam menjadi salah satu mata pelajaran wajib bagi seluruh
sekolah yang ada di Indonesia. Pendidikan Agama Islam dalam sistem pendidikan nasional
memiliki peran yang sangat penting karena melalui mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
inilah siswa dapat mengetahui agama Islam lebih jauh. Karena memiliki peran yang penting,
maka dari itu perlu dilakukan inovasi dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat
berperan aktif dalam proses belajar mengajar di mana siswa akan merasa senang dan tidak
merasa bosan dalam penyampaian materi pelajaran secara maksimal dan siswa dapat
memahami materi yang diberikan.
3
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan pada guru PAI yaitu Ibu Radiah, S.Pd.I
ada beberapa kesulitan dalam belajar yaitu siswa kurang bekerjasama dengan siswa yang lain,
siswa belum sepenuhnya memiliki keaktifan pada waktu belajar, rendahnya keaktifan belajar
pada siswa kelas I SDN 01 TANGAH disebabkan oleh beberapa faktor, yakni faktor dari
model pembelajaran, siswa, dan lingkungan.
Faktor dari siswa diantaranya siswa menjadi bosan dan siswa juga cenderung malu
atau kurang percaya diri dalam mengeluarkan ide dan gagasannya.model mengajar yang
kurang menarik dapat menyebabkan siswa menjadi pasif, sehingga anak tidak ada keaktifan
pada proses pembelajaran dan siswa menjaditidak mendengarkan penjelasan dari guru. Siswa
cenderung mencari kesibukan lainbahkan siswa akan tidur di kelas karena bosan. Faktor
lingkungan belajar siswa yang kurang mendukung juga dapat mempengaruhi keaktifan
belajarsiswa. Lingkungan belajar meliputi gedung (ruangan) yang digunakan untuk
pembelajaran. Apabila ruangan yang digunakan dekat keramaian, ruangan gelap, ruangan
sempit, maka situasi belajar akan kurang baik.
Berdasarkan beberapa hal yang disampaikan di atas peneliti tertarik untuk meneliti
bagaimana hasil belajar mata pelajaran PAI siswa yang menggunakan Model Pembelajaran
Team Assisted Individualization (TAI). Untuk itu peneliti tertarik mengambil sebuah
penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam
Siswa melalui Pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individualy di Kelas I SDN
01 TANGAH.”
4
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana upaya meningkatkan Hasil
Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa melalui Pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted
Individualy di kelas I SDN 01 TANGAH.
C. Tujuan
D. Manfaat
1. Teoritis
2. Praktis
a. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan Hasil Belajar
Pendidikan Agama Islam Siswa melalui Pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualy di kelas I SDN 01 TANGAH. Serta menjadi arsip dan
petunjuk sekolah dalam mengambil keputusan terutama yang berhubungan dalam
meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan guru sebagai bahan pertimbangan dalam
menggunakan model pembelajaran yang tepat bagi siswa dalam mengembangkan
kegiatan belajar mengajar (KBM) guna menyampaikan pengetahuan dan
keterampilan serta dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Bagi Siswa
5
Dengan adanya penelitian ini diharapkan peserta didik semakin mudah
menyerap materi yang dipelajari dan memperoleh pemahaman sehingga dapat
meningkatkan hasil belajamya dalam mata pelajaran PAI serta dengan
pengalaman belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) dapat merangsang siswa untuk belajar aktif dan lebih
bermakna sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
d. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan bagi peneliti
berikutnya yang ingin mengkaji lebih mendalam atau dengan tujuan verifikasi
sehingga dapat memperkaya temuan-temuan penelitian baru.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hasil Belajar
a. Belajar
Belajar adalah mengalami, dalam arti bahwa belajar terjadi karena individu
berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Belajar
merupakan proses mental dan emosional atau proses berfikir dan merasakan. Seorang
dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu
sendiri tidak dapat diamati oleh orang lain, akan tetapi dirasakan oleh orang yang
bersangkutan. Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Guru melihat
dari kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas pikiran dan perasaan siswa.
Menurut Sadiman (2012:2) belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi
pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat
7
nanti. Salah satu tanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku
dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat
pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan
sikap. Tidak semua perubahan tingkah laku dapat kita sebut belajar. Iwan si pendiam, sejam
yang lalu diajak kawan-kawannya masuk ke sebuah rumah makan. Sekarang dia keluar
dengan banyak bicara, tertawa-tawa berceloteh tak karuan dan gontai jalannya. Maka
perubahan tingkah laku Iwan ini bukan karena proses belajar, namun akibat minuman keras
yang mengganggu syaraf pengontrol kesadarannya.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses untuk merubah tingkah laku sehingga diperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk
menjadi lebih baik dari sebelumnya.
b. Hasil Belajar
Nasution (1994:24) menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan yang
terjadi pada individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga
untuk membentuk kecakapan dan penghargaan dalam diri pribadi yang belajar.
Howard Kingsley (Nana Sudjana, 2005: 85) membagi 3 macam hasil belajar: 1)
Keterampilan dan kebiasaan; 2) Pengetahuan dan pengertian; dan 3) Sikap dan citacita.
Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar.
Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam
kehidupan siswa tersebut.
Berdasarkan hasil definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima proses pembelajaran atau
pengalaman belajarnya. Atau hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan
pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu
lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam
membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga
akan mengubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
c. Pembelajaran PAI
8
Zakiyah Darajat (1987:87) berpendapat bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu
usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran
Islam secara menyeluruh.
Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani (2005) pendidikan agama Islam adalah
upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati hingga mengimani, ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat
beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Menurut Achmad Patoni pendidikan agama Islam adalah usaha untuk membimbing ke
arah pertumbuhan kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis supaya mereka
hidup sesuai dengan ajaran Islam, sehingga terjalin kebahagiaan dunia akhirat.
Joyce dan Weill mendeskripsikan Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola
yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, mendesain materi-materi instruksional,
dan memadu proses pembelajaran di ruang kelas atau di setting yang berbeda. Arends
menyatakan, “The term teaching model refers to a particular approach to instruction that
includes its goals, syntax, environment, dan management system.”Artinya istilah model
pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaks,
lingkungan dan system pengelolaannya.
9
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang berbasis social Falsafah yang
mendasari sistem pembelajaran kooperatif yaitu dari konsep Homo Homoni Socius. Falsafah
ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk social. Dialog Interatif (interaksi sosial)
adalah kunci dari semua kehidupan social. Tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada
kehidupan bersama. Dengan kata lain, kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting
artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama, tidak akan ada individu, keluarga,
organisasi, dan kehidupan bersama lainnya.
Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru
kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh
rekan sebaya (peer teaching) lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru. Pembelajaran
kooperatif merujuk pada berbagai macam model pengajaran dimana peserta didik bekerja
dalam kelompok–kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pelajaran.
Dalam kelas kooperatif, peserta didik diharapkan dapat saling membantu, saling
mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat
itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Pembelajaran kooperatif
10
merupakan modelpembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara peserta didik untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan saling
ketergantungan antar peserta didik, sehingga sumber belajar bagi peserta didik bukan hanya
guru dan buku ajar tetapi juga sesama peserta didik.
Konsekuensi positif dari pembelajaran ini adalah siswa diberi kebebasan untuk terlibat
secara aktif dalam kelompok mereka. Dalam lingkungan pembelajaran kooperatif, siswa
harus menjadi partisipan aktif dan melalui kelompoknya dapat membangun komunitas
pembelajaran (learning community) yang saling membantu antara satu sama lain.
Menurut Robert Slavin yang dikutip Miftahul Huda, Team Assisted Individualization
merupakan sebuah program pedagogik yang berusaha mengadaptasikan pembelajaran dengan
perbedaan individual peserta didik secara akademik. Pengembangan Team Assisted
Individualization dapat mendukung praktik-praktik ruang kelas seperti pengelompokan siswa,
pengelompokan kemampuan didalam kelas, pengajaran terprogram, pengajaran berbasis
komputer, dan menguasai pelajaran sebagai cara untuk memastikana bahwa kebutuhan dan
kesiapan para peserta didik telah benar-benar ikut diperhitungkan dalam pengajaran.
11
Tujuan Team Assisted Individualization adalah untuk meminimalisasi pengajaran
individual yang terbukti kurang efektif; selain itu juga ditujukan untuk meningkatkan
pengetahuan, kemampuan, serta memotivasi peserta didik dengan belajar kelompok. Dan
juga tujuan dari Team Assisted Individualization untuk meningkatkan keamandirian belajar,
melatih peserta didik bertanggung jawab dalam tugasnya, membuat peserta didik menghargai
teman sebayanya, dan mengurangi sifat egois.
Model pembelajaran tipe TAI ini memiliki 8 komponen, kedelapan komponen tersebut
adalah sebagai beriku:
a. Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 peserta
didik.
b. Placement Test yaitu pemberian pre test kepada peserta didik atau melihat rata-rata nilai
harian peserta didik agar pendidik mengetahui kelemahan peserta didik pada bidang
tertentu.
c. Student Creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan
dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya.
d. Team Study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan
guru memberikan bantuan secara individual kepada peserta didik yang membutuhkan.
e. Team Score and Team Recognition yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok
dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara
cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.
f. Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian
tugas kelompok.
g. Fact test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh peserta didik.
h. Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhiri waktu
pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
12
Dalam pembelajaran TAI memiliki beberapa langkah yaitu:
1) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara
individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
2) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar
atau skor awal.
3) Guru membentuk beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan
kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang, rendah) jika
mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda-beda serta
kesetaraan gender.
4) Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi
kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
5) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
6) Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual
7) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan
hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis.
Team Assisted Individualization (TAI) mempunyai sebuah siklus yang teratur sebagai
petunjuk kegiatan sebagai berikut:
1) Tes Penempatan
Tes penempatan merupakan langkah dalam pembelajaran TAI yang membedakannya
dengan model-model pembelajaran yang lain. Pada tahap ini guru akan memberikan
tes awal sebagai pengukur untuk menempatkan pada kelompoknya. Anak yang
mempunyai nilai tinggi dalam tes penempatannya akan dikelompokkan dengan anak
yang sedang dan rendah, sehingga kelompok yang terbentuk merupakan kelompok
yang heterogen tingkat kemampuannya.
2) Pembentukan kelompok.
Kelompok ini terdiri dari 4-5 siswa yang dipilih berdasarkan tes penempatan.
3) Belajar Secara Individu
Setiap siswa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru
secara individu.
4) Belajar Kelompok
13
Masing-masing siswa saling mengoreksi hasil pekerjaan teman satu kelompoknya dan
mencari penyelesaian yang benar.
5) Perhitungan Nilai Kelompok
Perhitungan nilai kelompok dilaksanakan setelah para siswa diberikan tes akhir,
masing-masing siswa mengerjakan tes secara individu kemudian nilainya akan dirata-
rata menurut kelompoknya, nilai itulah yang menjadi nilai kelompok.
7) Pemberian Penghargaan Kelompok
Kelompok dengan nilai tertinggi pada setiap akhir siklus akan mendapatkan
penghargaan, penghargaan ini bisa berupa pemberian sertifikasi, hadiah, atau pujian.
Pada dasarnya model TAI ini lebih menekankan pada evaluasi siswa, setiap peseta didik
mengerjakan tugas secara individu pada saat evaluasi, tetapi nilainya akan disumbangkan
untuk kelompok. (Slavin, 2005: 199).
1) Pendidik akan terlibat secara minimal dalam pengetahuan dan pengecekan rutin.
2) Pendidik akan menggunakan paling sedikit separuh waktunyamengajar dalam
kelompok-kelompok kecil.
3) Pelaksanaan program sederhana.
4) Peserta didik akan termotivasi pada hasil secara teliti dan cepat.
5) Para peserta didik dapat mengecek suatu pekerjaan satu samalain.
6) Menggantikan bentuk persaingan (competition) dengan saling kerjasama responsib
7) Mereka (performance level), dan cacat fisik (disability).
8) Mereka dapat berdiskusi (discuss), berdebat (debate), atau menyampaikan gagasan,
konsep dan keahlian sampai benar benar memahaminya.
9) Dengan pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapat belajar bersama, saling
membantu, mengintegrasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah ia
miliki, dan menemukan pemahamannya sendiri lewat eksplorasi, diskusi, menjelaskan,
mencari hubungan dan mempertanyakan gagasangagasan baru yang muncul dalam
kelompoknya.
14
Beberapa kelemahan dari model pembelajaran TAI diantaranya:
1) Bila interaksi dengan teman kurang terarah maka kelas menjadi gaduh.
2) Pembahasan materi membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.
3) Memerlukan kesabaran anggota lain dalam suatu kelompok untukmembantu siswa
yang lemah.
4) Terhambatnya cara berpikir siswa yang mempunyai kemampuanlebih terhadap siswa
yang kurang.
5) Bila kerjasama tidak dapat dilaksanakan dengan baik, maka yang akan bekerja
hanyalah beberapa murid yang pintar dan yang aktif saja.
6) Siswa yang pintar akan merasa keberatan karena nilai yang diperoleh ditentukan oleh
prestasi atau pencapain kelompok.
B. Penelitian Relevan
15
semula dianggap sulit.
2. Siti Istiqomatul Efektifitas Metode Pembelajaran TAI yang
Jannah Pembelajaran dilakukan telah mencapai
TAI dalam Meningkatkan keberhasilan. Keberhasilan
Prestasi Belajar Siswa pada dari penelitian ini dapat
mata Pelajaran dilihat dari tercapainya semua
PAI di SMP Negeri 2 indikator keberhasilan dari
Tambakrejo Bojonegoro. / hasil belajar siswa, aktivitas
2009 siswa dan performansi guru
yang menjadi tolak ukur
dalam penelitian.
3. Faridatul Muniroh Implementasi Model Pembelajaran TAI jika
Pembelajaran Team Assisted dianalisis dengan
Individualization (TAI) untuk menggunakan rata-rata nilai
Meningkatkan Hasil Belajar skor keaktifan mengalami
Peserta Didik pada Materi peningkatan begitupun juga
Pokok Statistika semester gasal dengan prestasi belajar siswa
kelas XI IPA A MA Tajul dengan rata-rata hasil nilai
Ulum akhir (pra tindakan, akhir
siklus I, akhir siklus II)
C. Kerangka Berpikir
Dari uraian beberapa teori di atas, serta hasil penelitian terdahulu Implementasi
pembelajaran bahwa strategi-strategi atau metode pembelajaran yang menarik dapat
meningkatkan aktivitas dan pemahaman belajar peserta didik.
Pada dasarnya pendidikan merupakan sebuah proses yang membentuk manusia untuk
terus berubah menjadi individu yang dewasa, serta proses penyiapan individu dalam
menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat. Dalam
pelaksanaanya sebuah pendidikan membutuhkan model pembelajaran yang tepat untuk
mengantarkan kegiatan pendidikan kearah yang dicita-citakan. Bagaimana baik dan
sempurnanya sebuah pengajaran, ia tidak akan apa-apa manakala tanpa disertai model
16
pembelajaran yang tepat dan mentransformasikan kepada peserta didik. Hal ini berarti sebuah
model dalam pendidikan sangat menentukan bagi keberhasilan pembelajaran.
Selama ini proses yang terjadi dalam pengajaran hanya bersifat transformatif saja.
Peserta didik menerima materi dikelas dan hal ini membuat peserta didik kurang faham
dikelas. Hal ini menjadi tidak efektif karena bagaimanapun sebuah proses menjadi tolak ukur
bagi keberhasilan pendidikan. Pembelajaran aqidah akhlak merupakan pembelajaran pokok
yang diberikan sebagai bekal kehidupan bagi peserta didik dalam hal keyakinan yang benar
serta akhlak yang mulia terhadap sesama makhluk dan lingkungan sekitar. Sehingga
pembelajaran aqidah akhlak ini mempunyai peranan yang sangat penting.
Model pembelajaran TAI adalah salah satu model dalam pembelajaran, yang dapat
digunakan sebagai alternatif bagi guru untuk mengajar peserta didik. Karena model
pembelajaran TAI merupakan gabungan antara dua hal, belajar dengan kemampuan masing-
masing individu dan belajar kelompok, sehingga peserta didik dapat saling bertukar
pengetahuan yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis juga diartikan sebagai suatu gambaran yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Jadi dapat disimpulkan
bahwa hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan kajian teoritis yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis
tindakan sebagai berikut: Dengan diterapkan model belajar tipe Team Assisted Individualy
pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
17
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) atau sering disebut juga Classroom Action Research (CAR) yang berarti action
research (penelitian dengan tindakan) yang dilakukan di kelas.
Dalam hal ini pengertian kelas tidak hanya terbatas pada ruang kelas, tapi lebih pada
kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik. Suharsimi, Suharjono, dan Supardi dalam
E. Mulyasa menjelaskan PTK dengan memisahkan kata-kata yang tergabung di dalamnya,
yakni: Penelitian + Tindakan + Kelas, dengan paparan sebagai berikut:
Secara sederhana, PTK dapat diartikan sebagai penelitian tindakan (action research)
yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar
sekelompok peserta didik. Dalam hal ini pengertian kelas tidak terbatas pada ruang kelas,
tetapi lebih pada adanya aktivitas belajar dua orang atau lebih peserta didik.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research merupakan suatu
model penelitian yang dikembangkan di kelas. Ide tentang penelitian tindakan pertama kali
dikembangkan oleh Kurt dan Lewin pada tahun 1946. Carr dan Kemmis mendefinisikan
bahwa PTK merupakan pencermatan yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat di
dalamnya (guru, peserta didik, kepala sekolah) dengan menggunakan metode refleksi diri dan
bertujuan untuk melakukan perbaikan di berbagai aspek pembelajaran.
19
pembelajaran serta membantu memperdayakan guru dalam memecahkan masalah
pembelajaran disekolah. Disisi lain, PTK akan mendorong para guru untuk memikirkan apa
yang mereka lakukan sehari-hari dalam menjalankan tugasnya.
B. Setting Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan di kelas I SDN 01 Tangah, yang beralamat di Jalan
Pintu Koto, kelurahan kamang Hilia, Kec. Kamang Magek, Kab. Agam, Prov.
Sumatera Barat
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian mengenai rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam yaitu peserta didik di kelas I SDN 01 TANGAH, dengan
13 orang peserta didik laki-laki dan 14 orang peserta didik perempuan.
3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semeter ganjil tahun 2022/2023.
C. Prosedur Penelitian
20
1. Siklus 1
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa (what), mengapa
(why), dimana (where), kapan (when), dan bagaimana (how) penelitian yang
dilakukan.
Tahapannya ialah sebagai berikut:
• Merencanakan materi yang akan dilaksanakan pada waktu penelitian
agar mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada
siswa dalam pembelajaran
• Mempersiapkan jadwal penelitian tindakan kelas
• Mempersiapkan silabus dan RPP
• Mempersiapkan rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan
yang diterapkan dalam PTK
21
• Mempersiapkan media yang akan dipakai pada saat penelitian.
• Mempersiapkan format Observasi
b. Pelaksanaan
1) Kegaiatan Pendahuluan
Sebelum di mulai pembelajaran guru memasuki kelas dengan
mengucapkan salam, lalu di lanjutkan dengan mengajak peserta didik
berdoa bersama, dan di akhiri dengan pengambilan absen.
2) Kegiatan inti
Setelah pengambilan absen guru memulai dengan bertanya tentang
materi minggu sebelumnya untuk mengingatkan kembali supaya tidak
lupa, lalu guru melanjutkan dengan masuk ke materi selanjutnya yang
dijelaskan oleh guru sesuai model yang digunakan.
3) Kegiatan penutup
Setelah menerangkan materi guru mengakhiri dengan mengadakan
kuis atau memberi tugas untuk di kerjakan di rumah, serta guru menutup
pembelajaran dengan membaca hamdalah dan mengucapkan salam.
c. Pengamatan
Kegiatan pengamatan di sini adalah yang dilakukan oleh guru atau
observer, pada saat proses pembelajaran PAI berlangsung. Hasil pengamatan
dalam penelitian ini berupa hasil tes yang dilakukan pada akhir siklus
pembelajaran. Pada tahap pengamatan terdapat dua kegiatan yang akan
diamati yaitu kegiatan belajar dan hasilpembelajaran yang telah dilaksanakan.
d. Refleksi
Kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.
Kegiatan ditahap ini adalah kegiatan evaluasi, analisis, pemaknaan,
penjelasan, penyimpulan dan identifikasi tindak lanjut dalam perencanaan
siklus selanjutnya. Pada tahap ini dilakukan refleksi terhadap pembelajaran
yang sudah berlangsung pada siklus satu untuk dijadikan bahan perbaikan
pada siklus ke dua.
22
2. Siklus II
Pada tahapan siklus kedua ini mengikuti tahapan siklus pertama. Artinya
rencana tindakan siklus kedua disusun berdasarkan hasil refleksi pada siklus
pertama. Kegiatan pada siklus kedua dilakukan sebagai penyempurnaan atau
perbaikan pada siklus pertama terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model Team Assisted Individualy (TAI). Pada siklus kedua juga
terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi hasil yang telah dilakukan pada tahap satu.
Untuk mendapatkan data yang akurat, peneliti dalam pengumpulan data menggunakan teknik
sebagai berikut:
• Observasi
Observasi (observation) merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data
dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan
dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-
fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Menurut Arikunto dalam Ahmad Tanzeh mendefinisikan bahwa observasi adalah
kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat
inderaObservasi dilakukan untuk mengamati kegiatan dikelas selama kegiatan
pembelajaran. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melihat adanya kesesuaian antara
perancanaan dan pelaksanaan tindakan yang dilakukan serta untuk mengambil data
aktivitas peserta didik. Kriteria keberhasilan proses ditentukan dengan menggunakan
lembar observasi yang telah dibuat oleh peneliti.
Observasi dilakukan oleh guru dan teman sejawat dengan menggunakan lembar
observasi. Kriteria keberhasilan proses ditentukan dengan menggunakan lembar observasi
yang telah dilakukan oleh peneliti.
• Interviews (wawancara)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
23
terwawancara (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Indepth
interview (wawancara mendalam) biasa dikatakan sebagai wawancara tidak berstruktur,
yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti hanya menggunakan garisgaris besar
permasalahan / variabel yang akan diteliti sebagai pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Supaya hasil
wawancara dapat terekam dengan baik, dan penulis memiliki bukti telah melakukan
wawancara kepada informan atau data sumber, maka diperlukan bantuan alat-alat sebagai
berikut:
a. Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data.
b. Tape recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan.
c. Kamera: untuk memotret kalau penulis sedang melakukan pembicaraan dengan
informan atau sumber data.
• Dokumentasi
Dokumen merupakan sumber informasi yang bukan manusia (non Human recources),
Nasution menyebutkan. ”ada pula sumber non manusia (non Human recources),
diantaranya dokumen, foto bahan statistik.Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa
metode dokumentasi adalah mencari data tentang hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen, agenda dan sebagainya.
Teknik analisis data yang digunaka dalam penelitian kualitatif, sesuai dengan
pendapat Miles dan Huberman, yang mengemukakan bahwan aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh.
24
lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus selama pengumpulan data
berlangsung.
3.) Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori flowchart dan sejenisnya. Data dan infromasi yang sudah didapatkan dilapangan
dimasukkan ke dalam suatu teks. Penyajian data yang dimaksudkan agar memudahkan
bagi peneliti untuk melihat untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-
bagian tertentu dari penelitian.
4.) Penarikan Kesimpulan/ Verivikasi
Dari permulaan pengumpulan data, penelitian mulai mencari arti benda-benda,
polapola, penjelasan, kofigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan
proposisi. Kesimpulan akhir tergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan
lapangan, pengkodean, penyimpanan, dan metode pencairan ulang yang digunakan, dan
kecakapan peneliti.
25
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Profil Sekolah
SDN 01 Tangah berdiri pada tahun 1910. SDN 01 Tangah adalah salah
satu satuan pendidikan dengan jenjang SD di Kamang Hilia, Kec. Kamang
Magek, Kab. Agam, Sumatera Barat. Dalam menjalankan kegiatannya, SDN 01
Tangah berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
yang berlokasi di Jalan Raya Pintu Koto, Kamang Hilia, Kec. Kamang Magek,
Kab. Agam dengan luas lokasi 2310 m2.
26
Gambar 2. Peta Lokasi SDN 01 Tangah
a. Visi
7. Menjalin kerjasama yang harmonis antar warga sekolah, dan lembaga lain
yangterkait untuk mencegah pencemaran lingkungan.
27
15. Terwujudnya persamaan persepsi dalam pengelolaan pendidikan untuk
meraihprestasi yang optimal
16. Terlaksananya pembelajaran berbasis Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi(IPTEK) yang bermanfaat untuk diri sendiri dan
lingkungan sekitar.
17. Tercapainya sasaran dan arah kerja baik jangka pendek maupun
jangkapanjang.
18. Unggul dalam persaingan memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
a. Pegawai
1 PNS - 6 6
2 Honorer - 3 3
3 GTT - 1 1
Jumlah 10 10
1 PNS 2 6 8
2 Honorer - 6 6
Jumlah 2 12 14
b. Siswa
28
Jumlah Siswa
Kelas Keterangan
Laki-laki Perempuan Jumlah
I 13 14 27
II 12 13 30
III 7 9 16
IV 14 17 31
V 7 12 19
VI 14 20 34
TOTAL 152
Kondisi
No. Fasilitas Ket.
Baik RusakRingan RusakBerat
RUANG KEPALA
1 1 - -
SEKOLAH
3 RUANG GURU 1 - -
4 RUANG KELAS 12 - -
5 RUANG UKS - - -
RUANG IBADAH
6 - - -
7 RUANG PERPUSTAKAAN 1 - -
8 KANTIN 1 - -
9 GUDANG 2
10 WC 9 - -
29
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Pra Siklus
Dari hasil observasi pra survey yang dilakukan peneliti pada peserta didik
kelas I SDN 01 Tangah untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam diperoleh
bahwa hasil belajar dengan menggunakan metode ceramah tersebut hasil belajar
peserta didik masih sangat rendah, sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel 6. Hasil Belajar pra Siklus Ulangan Harian kelas I SDN 01 Tangah
30
13 MUTIARA LATHIFA 80 75 Tuntas
14 NATASYA CASANDRA ELSA 70 75 Tidak Tuntas
15 NATASYA ZUL PUTRI 80 75 Tuntas
16 NAUFAL RAZIQ IHSAN 73 75 Tidak Tuntas
17 RADITHIYA GUCI 60 75 Tidak Tuntas
18 RAFFA PUTRA DANAYA 70 75 Tidak Tuntas
19 RAJJA AL GHANIYYU 70 75 Tidak Tuntas
20 T.MYESHA DEEVA 85 75 Tuntas
21 TRIANA SARI 80 75 Tuntas
22 TRISTAN NUGRAHA 70 75 Tidak Tuntas
23 VANESSA FITRIA ARISQI 75 75 Tuntas
24 VIRA ADZKIYA WARMAN 70 75 Tidak Tuntas
25 WAHYU RAMADHAN 73 75 Tidak Tuntas
26 ZAHRA AL FATH 70 75 Tidak Tuntas
27 ZHAFRAN AHSAN ROLIN 75 75 Tuntas
31
2. Hasil Pelaksanaan Siklus I
a. Perencanaan (Planning)
32
evaluasi berupa pilihan ganda sebanyak 15 soal.
6) Melaksanakan koordinasi dengan Wali kelas I mengenai pelaksanaan tindakan.
1) Pertemuan 1
(Pertama)Kelas
: I (Satu)
Tanggal : 23 November
2022Hari : Rabu
Tempat : Provinsi Sumatera Barat, Kabupat en Agam , Kecamatan
Kamang Magek , Jl. Raya Pintu Koto
Materi : Aku Cinta Al-Qur’an
Observer : Rina Fitri, S.Pd.
a) Kegiatan Pendahuluan
33
salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasan. Kelompok lain dapat
memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasan dari kelompok yang tampil.
c) Kegiatan Penutup
2) Pertemuan ke-2
Kelas : I (Satu)
Tanggal : 30 November
2022Hari : Rabu
Tempat : Provinsi Sumatera Barat, Kabupat en Agam , Kecamatan
Kamang Magek , Jl. Raya Pintu Koto
Materi : Mengenal Rukun Iman
Observer : Rina Fitri, S.Pd.
a) Kegiatan Pendahuluan
34
satu macam dari rukun iman, siswa dengan bimbigan guru merumuskan
pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya. Masing-masing kelompok
membuat paling sedikit 3 pertanyaan, siswa dengan bimbingan guru
mempersiapkan investigasi terhadap pertanyaan yang telah dirumuskan
sebelumnya, siswa menyiapkan bahan untuk melakukan investigasi
permasalahan (baik dari buku, Al Quran,dll), kemudian siswa mendiskusikan
jawaban atas permasalahan, disini kontribusi dari masing-masing siswa dalam
kelompok sangat dibutuhkan, setelah itu siswa membuat kesimpulan dari
tiap-tiap jawaban.
c) Kegiatan penutup
c. Observasi I
35
c) Memperhatikan penjelasan guru dengan aktif.
Hasil belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus I kelas I SDN
01 Tangah dapat dilihat pada tabel berikut ini.
36
16 NAUFAL RAZIQ IHSAN 65 75 Tidak Tuntas
17 RADITHIYA GUCI 85 75 Tuntas
18 RAFFA PUTRA DANAYA 70 75 Tidak Tuntas
19 RAJJA AL GHANIYYU 70 75 Tidak Tuntas
20 T.MYESHA DEEVA 85 75 Tuntas
21 TRIANA SARI 90 75 Tuntas
22 TRISTAN NUGRAHA 95 75 Tuntas
23 VANESSA FITRIA ARISQI 70 75 Tidak Tuntas
24 VIRA ADZKIYA WARMAN 72 75 Tidak Tuntas
25 WAHYU RAMADHAN 85 75 Tuntas
26 ZAHRA AL FATH 73 75 Tidak Tuntas
27 ZHAFRAN AHSAN ROLIN 90 75 Tuntas
Dilihat dari data hasil belajar siswa setelah diberi tindakan pada siklus I diatas maka:
a. Jumlah siswa yang tuntas = 13 orang
Dari data perolehan ketuntasan belajar siswa setelah diberi tindakan pada
siklus I, maka siswa kelas I SDN 01 Tangah belum dapat dikatakan tuntas
karena persentase ketuntasan klasikalnya belum mencapai 70%. Siswa yang
tuntas berjumlah 13 orang, dengan persentase ketuntasan klasikalnya 46,42%.
37
Sedangkan siswa yang tidak tuntas berjumlah 14 orang dengan persentase
53,57% dengan rata- rata 77,60.
d. Refleksi
38
4. Guru harus lebih aktif membimbing dan mengarahkan siswa dalam
memahamipelajaranyang disampaikan.
5. Guru harus lebih meningkatkan keikutsertaan siswa selama proses pembelajaran.
a. Perencanaan (Planning)
39
yang digunakan.
4) Merancang metode yang akan digunakan untuk menunjang dan
memudahkan kegiatan belajar mengajar.
5) Penysunan soal evaluasi yang akan dikerjakan siswa pada akhir siklus I.
Soal tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada siklus I.
Soal evaluasi berupa pilihan ganda sebanyak 15 soal.
6) Menyediakan barang-barang yang akan diberikan sebagai hadiah kepada
siswa yang aktif.
7) Melaksanakan koordinasi dengan wali kelas I mengenai pelaksanaan
tindakan.
1) Pertemuan 1
(Pertama) Kelas
: I (Satu)
Tanggal : 7 Desember
2022Hari : Rabu
Tempat : Provinsi Sumatera Barat, Kabupaten Agam, Kecamatan
Kamang Magek, Jl. Raya Pintu Koto.
Materi : Mengenal Rukun
IslamObserver : Rina Fitri,
S.Pd.
a) Kegiatan pendahuluan
b) Kegiatan Inti
40
sama dengan pertemuan sebelumnya, guru kembali menerapkan langkah-langkah
model Cooperatif Tipe Team Assisted Individually (TAI). Pertama-tama siswa
melakukan Tanya jawab untuk menyebutkan macam-macam rukun islam,
beberapa siswa maju ke depan untuk menulisnya. Kemudian selanjutnya guru
membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen, masing-masing
kelompok memperoleh satu macam rukun islam, siswa dengan bimbigan guru
merumuskan pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya. Masing- masing
kelompok membuat paling sedikit 3 pertanyaan, siswa dengan bimbingan guru
mempersiapkan investigasi terhadap pertanyaan yang telah dirumuskan
sebelumnya, siswa menyiapkan bahan untuk melakukan investigasi
permasalahan (baik dari buku, Al Quran,majalah,dll), kemudian siswa
mendiskusikan jawaban atas permasalahan, disini kontribusi dari masing-masing
siswa dalam kelompok sangat dibutuhkan, setelah itu siswa membuat kesimpulan
dari tiap-tiap jawaban permasalahan.
c) Kegiatan Penutup
2) Pertemuan II
Kelas : I (Satu)
Tanggal : 14 Desember
2022Hari : Rabu
Tempat : Provinsi Sumatera Barat, Kabupaten Agam, Kecamatan
Ka m a ng M ag e k , Jl. Raya Pintu Koto
Materi : Nabi dan Rasul
Panutanku Observer : Rina Fitri,
S.Pd.
41
a) Kegiatan Pendahuluan
b) Kegiatan inti
c) Kegiatan penutup
42
c. Observasi II
43
2 ABID AL PATIKALLY 75 75 Tuntas
3 ADZKIYA KHANZA QUINN 85 75 Tuntas
4 AISYAH AYUDIA SALIM 75 75 Tuntas
5 ALYRA AKBAR WAHYUDI 70 75 Tidak Tuntas
6 AVICENNA AINURRAFIQ 95 75 Tuntas
7 AZALEA NAFISA 85 75 Tuntas
8 AZKA NAUFAL AS SIDQIE 90 75 Tuntas
9 FADHILLAH HUMAIRA RAZAQ 85 75 Tuntas
10 FITRI CAHAYA BUDIMAN 80 75 Tuntas
11 ISA RAJA 78 75 Tuntas
12 MUTIA AULIA 65 75 Tidak Tuntas
13 MUTIARA LATHIFA 85 75 Tuntas
14 NATASYA CASANDRA ELSA 75 75 Tuntas
15 NATASYA ZUL PUTRI 80 75 Tuntas
16 NAUFAL RAZIQ IHSAN 90 75 Tuntas
17 RADITHIYA GUCI 80 75 Tuntas
18 RAFFA PUTRA DANAYA 70 75 Tidak Tuntas
19 RAJJA AL GHANIYYU 78 75 Tuntas
20 T.MYESHA DEEVA 87 75 Tuntas
21 TRIANA SARI 85 75 Tuntas
22 TRISTAN NUGRAHA 75 75 Tuntas
23 VANESSA FITRIA ARISQI 80 75 Tuntas
24 VIRA ADZKIYA WARMAN 80 75 Tuntas
25 WAHYU RAMADHAN 90 75 Tuntas
26 ZAHRA AL FATH 85 75 Tuntas
27 ZHAFRAN AHSAN ROLIN 80 75 Tuntas
44
Jumlah 27 100% 100%
Dilihat dari data hasil belajar siswa setelah diberi tindakan pada siklus I diatas maka:
a. Jumlah siswa yang tuntas = 24 orang
Dari data perolehan ketuntasan belajar siswa setelah diberi tindakan pada
siklus II, maka siswa kelas I SDN 01 Tangah dapat dikatakan tuntas karena
persentase ketuntasan klasikalnya sudah mencapai 70%. Siswa yang tuntas
berjumlah 24 orang, dengan persentase ketuntasan klasikalnya 89,28%.
Sedangkan siswa yang tidak tuntas berjumlah 3 orang dengan persentase
10,71% dengan rata-rata 81,17.
Tabel 12. Peningkatan Hasil Belajar siswa pada Tes Hasil belajar Siklus I dan Siklus II
Kategori Nilai tes Hasil Belajar Siklus I Nilai Tes Hasil Belajar Siklus II
Nilai Rata-
81,17%
rata 77,60%
45
Ketuntasan
53,57% 89,28%
Klasikal
Dari data perolehan ketuntasan belajar siswa pada tabel diatas, maka
siswa kelas I SDN 01 Tangah mengalami peningkatan hasil belajar siswa antara
siklus I dan Siklus II.
d. Refleksi II
Berdasarkan hasil analisis data atau hasil tes yang telah dikerjakan siswa
dapatdisimpulkan sebagai berikut:
1) Bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah pemberian tindakan
denganmodel pembelajaran Cooperatif Tipe Team Assisted Individually (TAI)
2) Hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari data
hasilbelajar siswa antara siklus I dan Siklus II.
3) Peneliti telah mampu mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan pada
pembelajaran siklus II dan memperbaiki kesalahan yang ditemukan pada
siklus I
berarti ketuntasan belajar klasikal sudah tercapai karena sudah lebih dari 70%
siswa yang mendapat nilai 70%, sehingga penulis tidak meneruskan pada siklus
berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Cooperatif Tipe
Team Assisted Individually (TAI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa .
C. Pembahasan Hasil Pembelajaran
46
di SDN 01 Tangah tersebut masih menggunakan model pembelajaran
konvensional yakni suatu model pembelajaran yang banyak didominasi oleh
guru, sementara siswa duduk secara pasif menerima informasi pengetahuan
dan keterampilan. Selain itu proses pendidikan tersebut masih didominasi oleh
pandangan pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Maka
pada pertemuanselanjutnya (pada siklus I) penulis menggunakan model
Cooperatif Tipe Team Assisted Individually (TAI) yang diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa.
Siklus I
Siklus II
47
model pembelajaran Cooperatif Tipe Team Assisted Individually (TAI) dapat
meningkatkan belajar siswa pada kelas I SDN 01 Tangah sekaligus mempunyai
peranan penting sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Setelah
dilakukan tindakan pembelajaran dengan menggunakan model Cooperatif Tipe
Team Assisted Individually (TAI) yaitu pada siklus I dan siklus II diperoleh hasil
belajar siswa yang mengalami peningkatan.
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
49
DAFTAR PUSTAKA
Majid, Abdul. 2014. Belajar dan Pembelajaran Pendididkan Agama Islam. Bandung:
Rosdakarya.
Muslich, Masnur. 2011. Melaksanakan PTK : Penelitian Tindakan Kelas Itu mudah.
Jakarta: Bumi Aksara.
50
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru ( Jakarta
: Rajawali Pers, 2012)
Slavin, RE. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa
Media.
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara, 2004, cet. ke-5)
51
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI SISWA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALY DI
KELAS I SDN 01 TANGAH
Oleh
Radiah1, Fachlul Azmi2, Sovia Monica 3
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di kelas I Sekolah Dasar Negeri 01 Tangah Kamang Magek
Kabupaten Agam. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualy dapat meningkatkan hasil belajar
Pendidikan Agama Islam murid kelas I SDN 01 Tangah Kamang Magek Kabupaten Agam?
Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I tahun pelajaran 2022 dengan jumlah
siswa sebanyak 27 orang. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah penerapan
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualy untuk meningkatkan hasil belajar
murid pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Sedangkan teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik observasi, dan teknik tes. Berhasilnya
penerapan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualy pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam, diketahui adanya peningkatan hasil belajar siswa dari sebelum
tindakan, siklus I, dan siklus II. Hal ini terlihat bahwa ketuntasan belajar siswa meningkat
dari 10 (35,71%) orang siswa yang tuntas pada sebelum tindakan, menjadi 13 orang siswa
(46,42%) pada siklus I. Sedangkan pada siklus II ketuntasan siswa telah melebihi 75%, yaitu
dengan ketuntasan sebesar 89,28% atau sekitar 25 orang siswa yang mencapai KKM yang
telah ditetapkan, yaitu 75.
Kata kunci: Hasil belajar, model kooperatif tipe Team Assisted Individualy, PAI
PENDAHULUAN
52
dan UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan nasional merupakan dua bentuk
landasan yuridis Pendidikan nasional. Pasal 31 UUD 1945 menjamin hak setiap warga negara
untuk mendapat Pendidikan, mewajibkan setiap warga negara untuk mengikuti Pendidikan
dasar dan mewajibkan pemerintah untuk membiayainya. Ada beberapa macam teori belajar
yang dikenalkan dan dijadikan acuan oleh para guru dalam proses kegiatan belajar dan
mengajar. Menurut Slameto (Haling, 2006 :1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu
proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Hasil belajar PAI ialah tingkat pemahaman yang diperoleh siswa setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam atau tingkat ketercapaian kompetensi yang
diperoleh siswa setelah kegiatan pembelajaran berakhir. Hasil belajar merupakan tujuan yang
akan dicapai dari suatu kegiatan pembelajaran. Hasil belajar ini kemampuan yang diperoleh
anak setelah melalui kegiatan belajar, hasil dari siswa setelah melakukan serangkaian
kegiatan belajar yang kemudian di evaluasi dengan ujian. Yang dimaksud disini yaitu hasil
belajar siswa berupa nilai.
Upaya yang telah dilakukan sekolah untuk meningkatkan hasil belajar yaitu dengan
menggunakan metode serta media yang menarik dan sesuai dengan materi yang diajarkan.
guru dituntut untuk memberikan respons terhadap anak didik yang tak terlibat langsung
dalam kegiatan belajar di kelas. Cara mengarahkan perilaku anak didik adalah dengan
memberikan penugasan, bergerak mendekati, memberikan hukuman yang mendidik, menegur
dengan sikap lemah lembut dan dengan dengan perkataan yang ramah dan baik. Guru harus
memelihara harapan-harapan anak didik yang realitas dan memodifikasi harapan-harapan
yang kurang atau tidak realistis. Untuk itu guru perlu memeliki pengetahuan yang cukup
mengenai keberhasilan atau kegagalan akademis setiap anak didik di masa lalu. Dengan
demikian, guru dapat membedakan antara harapan-harapan realistis, pesimistis, atau terlalu
optimis. Bila anak didik telah banyak mengalami kegagalan, maka guru harus memberikan
sebanyak mungkin keberhasilan kepada anak didik. Harapan yang diberikan tentu saja
terjangkau dan dengan pertimbangan yang matang.
Dalam beberapa fakta menunjukkan bahwa tidak ada peningkatan hasil belajar siswa
yang salah satu penyebabnya yaitu pengelolaan kualitas belajar yang tidak jelas, misalnya
pengelolaan tempat belajar, pengelolaan isi atau materi pembelajaran dan pengelolaan sumber
53
belajar dan lain sebagainya. Idealnya setelah melakukan rangkaian pembelajaran, siswa yang
dilakukan evaluasi akan mendapatkan hasil belajar yang baik. Tapi nyatanya, banyak guru
yang mengeluh ternyata hasil belajar siswanya tidak meningkat sehingga hasil belajar yang di
dapatkan rendah. Rendahnya hasil belajar ini kita tidak dapat serta merta menyatakan bahwa
siswa kita bodoh atau kurang pintar. Menurut Prof. Yohanes Surya tidak ada siswa yang
bodoh, yang ada siswa belum mendapatkan guru dan metode pembelajaran yang cocok untuk
dirinya.
Jadi mungkin saja, rendahnya hasil belajar siswa karena tidak dapat mengikuti
pembelajaran dengan metode pembelajaran yang gurunya terapkan. Kesimpulannya sebagai
berikut: Kurangnya motivasi belajar siswa. Motivasi belajar siswa merupakan modal utama
untuk proses pembelajaran berhasil. Seperti halnya jika kita sudah tahu target yang ingin
dicapai makan kita akan memiliki semangat untuk menggapainya. Motivasi belajar ini
muncul baik dari diri siswa itu sendiri maupun dari guru yang mengajarkannya. Guru yang
baik merupakan guru yang dapat memotivasi siswanya untuk belajar dengan baik. Makanya,
sebelum mengajar guru harus menghujamkan semangat belajar kepada siswa sehingga
mereka dapat mwngikuti proses pembelajaran dengan baik. Salahnya metode dan media
pembelajaran. Metode dan media pembelajaran merupan hal yang sangat penting dalam
proses pembelajaran. Guru wajib hukumnya memahami berbagai metode pembelajaran dan
dapat menerapkannya di kelas. Sedangkan media pembelajar merupan alat/medium untuk
mengantarkan materi yang diajarkan ke siswa. Media pembelajaran tidak harus mahal. Media
pembelajaran yang baik merupakan media pembelajaran yang ada di sekitar kita.
Contohnya saja, jika kita mengajar materi tentang ekosistem dan sekolah tidak jauh
dari kebun, sawah, taman, sungai dan sebagianya. Ajaklah siswa kita untuk belajar di luar
kelas dan mengenal ekosistem secara langsung. Sebelum mengajar kita sudah menentukan
(ditentukan) tujuan dr pembelajaran. Maka evaluasi yang kita lakukan harus sesuai dengan
rujuan yang sudah ditetapkan. Pilihlah alat evaluasi yang sinkron dengan apa yang kita
ajarkan. Evaluasi tidak hanya dengan soal multi coice dan esay. Evaluasi dapat kita lakukan
dengan cara wawancara, praktikum, memecahkan masalah, kuis dan lain-lain. Intinya
sesuaikan alat evaluasi dengan materi dan tujuan pembelajarannya.
Salah satu upaya pemecahannya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualy dengan kelebihan: (1) Meningkatkan partisipasi akan cocok untuk
konstribusi masing-masing anggota kelompok. (2) Interaksi lebih mudah. (3) Dapat
54
memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam
kelas. (4) Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara
berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya. (5) Siswa dapat
mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan
yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil.
Berdasarkan alasan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul
“Peningkatan Hasil Belajar PAI Melalui Model Kooperatif Tipe Team Assisted
Individualy di Kelas I SDN 01 Tangah”.
KAJIAN PUSTAKA
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku sebagai hasil dari
pengalaman atau latihan. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada peserta didik, sedangkan respon
berupa reaksi atau tanggapan pesrta didik terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut. Sehingga apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh
peserta didik (respon) dapat diamati dan di ukur.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental
dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan suatu proses.
Proses belajar ditandai dengan adanya perubahan pada perilaku individu, tetapi tidak semua
perubahan pada perilaku individu terjadi karena belajar. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Skinner (dalam Muhibbin Syah, 2010), bahwa
“Belajar merupakan suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung
secara progressif”. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu
amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah
maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalamannya sendiri dan interaksi dengan lingkungannya baik yang menyangkut aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotor demi memperoleh tujuan tertentu. Hasil belajar
merefleksikan keluasan, kedalaman, dan kerumitan (secara bertingkat), yang digambarkan
secara jelas dan dapat diukur dengan teknik penilaian tertentu. Perbedaan antara kompetensi
dengan hasil belajar terdapat pada batasan dan patokan kinerja siswa yang dapat diukur.
55
Indikator hasil belajar dapat digunakan sebagai dasar penilaian terhadap siswa dalam
mencapai pembelajaran dan kinerja yang diharapkan. Data hasil belajar sangat diperlukan
oleh guru untuk mengetahui ketercapaian hasil proses belajar-mengajar yang telah
berlangsung dan dapat juga sebagai indikator untuk mengetahui keterbatasan siswa yang
menjadi tanggung jawab pendidik. Data hasil belajar dapat diperoleh melalui beberapa cara
antara lain melalui serangkaian tes yang dilakukan oleh guru selama satu semester. Hasil
belajar dapat dikatakan baik, jika terjadi peningkatan hasil dari setiap tes yang dilakukan
selama satu semester, sampai kepada hasil tes semester itu sendiri.
Jadi bisa disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tujuan yang akan dicapai dari
suatu kegiatan pembelajaran. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan belajar. Siswa yang berhasil dalam proses pembelajaran adalah peserta didik
yang menguasai kompetensi yang diharapkan. Parta (2011) berpendapat sama bahwa hasil
belajar yang dicapai siswa dapat dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Dalam pembelajaran di kelas kita sebagai guru harus membuat siswa merasa nyaman
dan merasa senang terhadap materi yang sedang kita sampaikan. Salah satu cara untuk
membuat pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan yaitu dengan model pembelajaran
think pair share. Kalau kita dalam mengajarnya tidak menggunakan variasi model
pembelajaran maka siswa cenderung merasa bosan. Kita berfikirnya kalau seandainya kita
sebagai siswa pasti kita akan merasakannya. Siswa akan merasa senang jika gurunya kreatif
dalam mengajar.
METODOLOGI
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di kelas
I SDN 01 Tangah Kecamatan Kamang Magek Kabupaten Agam, tahun ajaran 2021/2022
semester II yaitu dimulai pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2022. PTK ini
dilaksanakan melalui 2 siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualy.
HASIL PENELITIAN
56
Siklus 1
a. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan atau persiapan tindakan ini, langkah-langkah yang dilakukan
adalah sebagai berikut: Penyusunan rencana pembelajaran dengan standar kompetensi Aku
Cinta Al-Qur’an. Standar kompetensi ini dapat dicapai melalui tiga kompetensi dasar, yaitu
(1) Menyebutkan huruf hijaiyah, (2) Menghafal huruf hijaiyah, dan (3) membedakan huruf
hijaiyah. Menyusun lembaran observasi aktivitas guru dan murid. Lembar pengamatan
kesesuaian antara aktivitas guru dan murid dengan Langkah-langkah pembelajaran dengan
melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualy Mempersiapkan pertanyaan-
pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan materi pelajaran yang akan diberikan kepada
murid.
b. Pelaksanaan
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 23 November. Jadwal penelitian ini sesuai dengan jadwal
pembelajaran yang telah ditetapkan di kelas I pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
di SDN 01 Tangah Kecamatan Kamang Magek Kabupaten Agam, yang mana dalam satu
minggu terdapat 2 kali pertemuan, yang terdiri dari 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Aktivitas
yang diamati adalah pelaksanan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualy oleh guru dan murid. Pelaksanan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualy tersebut adalah gambaran pelaksanaan pada kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan akhir proses pembelajaran.
c. Pengamatan (Observation)
Rincian aktivitas murid pada siklus I adalah : Murid memikirkan pertanyaan secara
mandiri yang diberikan oleh guru. Setelah diamati pada aspek ini terdapat orang murid yang
aktif dari 27 orang murid atau dengan persentase 54,2%. Murid berpasangan dengan teman
sebelahnya untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Setelah
diamati pada aspek ini terdapat orang murid yang aktif dari 27 orang murid atau dengan
persentase 50%. Murid bergabung dengan kelompok lain menjadi 4 orang murid untuk
mendiskusikan hasil akhir dari yang didiskusikan pada pasangan sebelumnya. Setelah diamati
pada aspek ini terdapat 6 orang murid yang aktif dari 27 orang murid atau dengan persentase
57
50%. Murid bersama teman kelompok gabungan membagi hasil pemikiran mereka kepada
kelompok yang lain di depan kelas. Setelah diamati pada aspek ini terdapat 8 orang murid
yang aktif dari 27 orang murid atau dengan persentase 62,5%. Murid mendengarkan masing-
masing kelompok membagi hasil pemikiran mereka didepan kelas. Setelah diamati pada
aspek ini terdapat 4 orang murid yang aktif dari 27 orang murid atau dengan persentase
33,3%. Setelah pelaksanaan tindakan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualy dilaksanakan, maka dilakukan tes untuk mengetahui hasil belajar
Pendidikan Agama Islam murid kelas I pada materi Al-Qur’an Hadits. Adapun hasil tes siklus
pertama dapat dilihat pada tabel berikut.
Ketuntasan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Murid kelas I Pada Materi Al-Qur’an
Hadits Pada Siklus Pertama
Tes Jumlah Jumlah Siswa Yang Jumlah Siswa Yang
Berdasarkan tabel, diketahui bahwa dari 27 orang murid, 13 orang (46,42%) murid
yang tuntas. Sedangkan 14 orang murid (53,57%) belum tuntas atau memperoleh nilai
dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan yaitu 75. Artinya hasil belajar murid
pada siklus I belum 75% mencapai nilai 75, untuk itu penulis akan meningkatkannya pada
siklus berikutnya.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I yang dikemukakan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa dari 27 orang murid, 13 orang (46,42%) murid yang tuntas. Sedangkan 14
orang murid (53,57%) belum tuntas atau memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan
Minimal yang ditetapkan yaitu 75. Artinya hasil belajar murid pada siklus I belum 75%
mencapai nilai 75. Maka berdasarkan hasil pembahasan peneliti dan pengamat diketahui
penyebab Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Murid kelas I
58
Pada Materi Al-Qur’an Hadits belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang telah ditetapkan, disebabkan ada beberapa kelemahan aktivitas guru melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualy.
Siklus 2
a. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan atau persiapan tindakan ini, langkah-langkah yang dilakukan
adalah Penyusunan rencana pembelajaran dengan standar kompetensi mengenal Rasul-rasul
Allah Swt. Standar kompetensi ini dapat dicapai melalui tiga kompetensi dasar, yaitu:
Mengenal Rukun Iman, menyebutkan macam-macam dari Rukun Iman. Menyusun lembaran
observasi aktivitas guru dan murid. Lembar pengamatan kesesuaian antara aktivitas guru dan
murid dengan langkah- langkah pembelajaran dengan melalui kooperatif tipe Team Assisted
Individualy. Mempersiapkan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan materi pelajaran
yang akan diberikan kepada murid.
b. Pelaksanaan
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 7 Desember. Jadwal penelitian ini sesuai dengan
jadwal pembelajaran yang telah ditetapkan di kelas I pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam di SDN 01 Tangah Kecamatan Kamang Magek Kabupaten Agam, yang mana dalam
satu minggu terdapat 2 kali pertemuan, yang terdiri dari 2 jam pelajaran (2 x 35 menit).
Aktivitas yang diamati adalah pelaksanan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualy oleh guru dan murid. Pelaksanan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualy tersebut adalah gambaran pelaksanaan pada kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan akhir proses pembelajaran.
c. Pengamatan (Observation)
Rincian aktivitas murid pada siklus II adalah Murid memikirkan pertanyaan secara
mandiri yang diberikan oleh guru. Setelah diamati pada aspek ini terdapat 10 orang murid
yang aktif dari 27 orang murid atau dengan persentase 79,2%. Murid berpasangan dengan
teman sebelahnya untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama.
Setelah diamati pada aspek ini terdapat 9 orang murid yang aktif dari 27 orang murid atau
dengan persentase 75,0%. Murid bergabung dengan kelompok lain menjadi 4 orang murid
59
untuk mendiskusikan hasil akhir dari yang didiskusikan pada pasangan sebelumnya. Setelah
diamati pada aspek ini terdapat 10 orang murid yang aktif dari 27 orang murid atau dengan
persentase 79,2%. Murid bersama teman kelompok gabungan membagi hasil pemikiran
mereka kepada kelompok yang lain di depan kelas. Setelah diamati pada aspek ini terdapat 11
orang murid yang aktif dari 27 orang murid atau dengan persentase 87,5%. Murid
mendengarkan masing-masing kelompok membagi hasil pemikiran mereka didepan kelas.
Setelah diamati pada aspek ini terdapat 8 orang murid yang aktif dari 27 orang murid atau
dengan persentase 62,5%.
Berdasarkan penjelasan di atas diketahui aktivitas guru dan murid melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualy mengalami peningkatan dari siklus I
dan Siklus II. Hal tersebut berdampak positif terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam
murid kelas I pada materi Akidah. Dari 27 orang murid, 25 orang (89,28%) murid yang
tuntas. Sedangkan 3 orang murid (10,71%) belum tuntas atau memperoleh nilai dibawah
Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan yaitu 75. Artinya hasil belajar murid pada
siklus II telah 75% mencapai nilai 75, untuk itu penulis tidak akan melakukan tindakan pada
siklus berikutnya, karena sudah jelas hasil belajar murid yang diperoleh.
d. Refleksi
Setelah kelemahan aktivitas guru diperbaiki pada siklus II, sangat mempengaruhi
terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Murid kelas I Pada Materi Akidah.
Sebagaimana diketahui ketuntasan belajar murid pada siklus I dari 27 orang murid, 13 orang
(46,42%) murid yang tuntas. Sedangkan 14 orang murid (53,57%) belum tuntas atau
memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan yaitu 75, adapun
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan dalam penelitian ini adalah 75.
Sedangkan pada siklus II ketuntasan murid meningkat menjadi 25 orang (89,28%) murid.
Sedangkan 3 orang murid (10,71%) belum tuntas, artinya hasil belajar murid pada siklus II
telah 75% mencapai nilai 75. Untuk itu, peneliti sekaligus sebagai guru tidak perlu
melakukan siklus berikutnya, kerena sudah jelas Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam
Murid kelas I Pada Materi Akidah yang diperoleh.
PEMBAHASAN
Dalam pembelajaran di kelas kita sebagai guru harus membuat siswa merasa nyaman
dan merasa senang terhadap materi yang sedang kita sampaikan. Pembelajaran kooperatif
60
dapat menguntungkan bagi siswa yang tingkat kemampuan rendah ataupun berprestasi rendah
begitupun yang tingkat kemampuan tinggi atau berprestasi tinggi yang mengerjakan tugas
akedemik bersama-sama. Siswa yang berprestasi tinggi mengajari teman-temannya yang
berprestasi yang lebih rendah, sehingga memberikan bantuan khusus dari sesama teman yang
memiliki minat dan bahasa berorientasi kaum muda yang sama. Dalam prosesnya, mereka
yang berprestasi lebih tinggi juga memperoleh hasil secara akademik karena bertindak
sebagai tutor menuntut untuk berpikir lebih mendalam tentang hubungan di antara berbagai
ide dalam subjek tertentu.
Salah satu cara untuk membuat pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan yaitu dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualy. Kalau kita dalam
mengajarnya tidak menggunakan variasi model pembelajaran maka siswa cenderung merasa
bosan. Kita berfikirnya kalau seandainya kita sebagai siswa pasti kita akan merasakannya.
Setelah melihat rekapitulasi ketuntasan hasil Belajar Pendidikan Agama Islam murid kelas I
pada materi Al-Qur’an Hadits dari sebelum tindakan, siklus I dan siklus II di atas, dapat
diketahui bahwa hasil belajar murid pada siklus II telah 75% mencapai nilai 75. Untuk itu,
peneliti sekaligus sebagai guru tidak perlu melakukan siklus berikutnya, karena sudah jelas
hasil Belajar Pendidikan Agama Islam murid kelas I pada materi Akidah yang diperoleh.
Dari hasil penelitian dan pembahasan seperti telah diuraikan di atas, diketahui bahwa
melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualy secara benar maka
hasil Belajar Pendidikan Agama Islam murid kelas I Pada Materi Akidah meningkat.
Informasi ini membuktikan bahwa hipotesis peneliti yang berbunyi “Melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualy, hasil belajar Pendidikan Agama
Islam murid kelas I SDN 01 Tangah Kecamatan Kamang Magek Kabupaten Agam dapat
meningkat “diterima”.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di jelaskan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pada pada sebelum tindakan murid yang tuntas sebanyak 10 orang (35,71%), sedangkan pada
siklus pertama meningkat menjadi 13 orang murid atau ketuntasan telah mencapai 46,42%.
Walaupun ketuntasan murid meningkat dari sebelum tindakan ke siklus I, namun secara
61
klasikal atau secara keseluruhan hasil belajar murid belum 75% mencapai nilai 75, secara
individu sebagian masih ada murid yang tidak tuntas. Setelah dilakukan tindakan perbaikan
yaitu pada siklus II ternyata ketuntasan siwa mencapai 24 orang murid atau dengan
persentase 89,28%. Artinya hasil belajar murid telah 75% mencapai nilai 75. Dengan
demikian dapat diambil kesimpulan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualy, hasil belajar Pendidikan Agama Islam murid kelas I pada materi
Akidah di SDN 01 Tangah Kecamatan Kamang Magek Kabupaten Agam dapat meningkat.
b. Saran
Bertolak dari pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, berkaitan dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualy yang telah
dilaksanakan, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Memberikan pertanyaan yang tidak terlalu sulit, sehingga murid dapat memikirkan
Jawabannya.
2. Memberikan waktu yang cukup ketika murid memikirkan pertanyaan secara mandiri,
sehingga hasil pemikiran murid dalam mencari jawaban tersebut dapat berjalan dengan
baik.
3. Mengawasi murid ketika mereka membentuk pasangan dan bergabung dengan kelompok
lain menjadi 4 orang murid, sehingga murid dapat melaksanakannya dengan serius dan
tidak bermain
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004)
Buchari Alma, Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar, (Bandung:
Alfabeta, 2009)
62
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta. Rineka Cipta, 2002)
Hamzah. B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajara yang Kreatif
dan Efektif, (Gorontalo, Bumi Aksara 2007)
Helmiati, dkk, Penulisan Skripsi Penelitian Tindakan Kelas, Program Peningkatan Kualifikasi
Guru (P2KG), Pekanbaru: Zanafa Publishing, 2010
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008)
Slavin, Robert, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktis. (Bandung: Nusa Media 2008)
Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta. Rajawali, Pers, 2004)
Syaiful Bahri Djamarah. Psikologi Belajar. (Jakarta. Rineka cipta, 2002)
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta.
1998)
63