Di susun oleh:
Nama : Dwi Sari Kurniawati
NIM : 858866487
Email : sarifrenky@gmail.com
Sekolah : SDN 1 Wonorejo
Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang
DOSEN PEMBIMBING :
Drs. TIKSNO WIDYATMOKO, M.A
UNIVERSITAS TERBUKA
JURUSAN BIDANG ILMU PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ) MALANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga peneliti dapat melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran dalam usaha
peningkatan prestasi belajar siswa dan menyelesaikan laporan ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) dengan baik, lancar dan tepat pada
waktunya.
Laporan ini dapat terselesaikan berkat bantuan, bimbingan, pemberian motivasi dari
semua fihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Drs. Tiksno Widyatmoko, M.A selaku supervisor I yang telah memberikan
bimbingan selama ini
2. Teman sejawat yang telah memberi bantuan, masukan dan dukungan dalam proses
pembelajaran.
3. Kepala SD Negeri 1 Wonorejo Lawang yang telah mengijinkan peneliti
melaksanakan perbaikan pembelajaran.
4. Rekan-rekan guru SD Negeri 1 Wonorejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang
yang banyak membantu pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
5. Suami dan anak-anak tercinta yang selalu memberi motivasi.
6. Semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan ini yang tidak dapat peneliti
sebutkan satu persatu.
Semoga dengan bantuan, bimbingan dan dorongan yang telah Bapak, Ibu serta teman-teman
berikan kepada peneliti dapat menjadi amal ibadah serta mendapat pahala yang setimpal dari
Allah SWT.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
Abstrak .............................................................................................................................. iv
Lembar Pengesahan ........................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................ 6
A. Pemahaman ............................................................................................................ 6
B. Pembelajaran IPS .................................................................................................... 6
C. Model Pembelajaran NHT ..................................................................................... 8
D. Video Pembelajaran ................................................................................................ 10
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN .................................................................... 12
A. Subjek Penelitian ................................................................................................... 12
B. Sumber Data .......................................................................................................... 12
C. Instrumen ............................................................................................................... 12
D. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................................ 12
E. Prosedur pengumpulan data ................................................................................... 13
F. Prosedur Analisis Data ........................................................................................... 13
G. Perencanaan dalam siklus ...................................................................................... 13
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................... 16
A. Pelaksanaan dan Pembahasan dalam siklus ........................................................... 16
1. Tahap perencanaan .......................................................................................... 16
2. Tahap pelaksanaan .......................................................................................... 19
3. Tahap pengamatan .......................................................................................... 20
4. Tahap refleksi .................................................................................................. 21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 23
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 23
B. Saran ..................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 25
LAMPIRAN .....................................................................................................................
ii
ABSTRAK
Sari, Dwi Kurniawati (2023). Meningkatkan Pemahaman Materi “Indonesiaku Kaya Budaya”
Pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV Melalui Model Pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT) Dengan Media Video di SD Negeri 1 Wonorejo Lawang Kab. Malang”.
Dosen Pembimbing: Drs. Tiksno Widyatmoko, M.A. Mata kuliah Pemantapan
Kemampuan Profesional (PKP). Pendidikan Guru Sekolah Dasar. UPBJJ- Universitas
Terbuka
iii
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 858866487
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa lepas dari kehidupan
manusia. Pada era globalisasi yang semakin modern ini, pendidikan merupakan modal
yang harus kita miliki dalam menghadapi tuntutan zaman. Maju mundurnya suatu
bangsa dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Jika pendidikan dalam suatu bangsa itu
baik, maka dapat mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas baik dalam
segi spiritual, intelegensi mapun keterampilan. Dilain sisi, pendidikan merupakan
proses yang penting dalam mencetak generasi bangsa selanjutnya. Apabila hasil dalam
proses suatu pendidikan gagal maka akan sulit dicapainya kemajuan suatu bangsa.
1
siswa menjadi bosan dan membuat keributan; 2) kegiatan diskusi baik kelas maupun
kelompok belum dapat berjalan dengan optimal, karena disini siswa yang pandai
saja yang aktif bertanya, sedang yang lain hanya diam sebagai pendengar, sehingga
menyebabkan kejenuhan akibatnya siswa ramai sendiri; 3) Guru masih
menerapkan model pembelajaran konvensional, yaitu guru menerangkan materi,
siswa mencatat kemudian mengerjakan tugas dan terakhir penilaian; 4 ) Masih
banyak siswa yang ramai sendiri ketika KBM sedang berlangsung sehingga
pembelajaran menjadi kurang bermakna. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap
hasil belajarsiswa dalam pembelajaran IPS.
2
kooperatif yang sesuai dengan karakteristik siswa SD agar dapat memotivasi siswa
untuk mengikuti pembelajaran serta dapat membantu guru menyampaikan materi
pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran “Numbered Heads Together”.
3
Mengacu pada uraian latar belakang masalah diatas maka peneliti ingin
melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatan Pemahaman Materi
“ Indonesiaku Kaya Budaya” pada Pembelajaran IPS siswa kelas IV SD Negeri 1
Wonorejo Lawang melalui model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
dengan media video”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut;
“Apakah penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dengan
media Video Pembelajaran dapat meningkatkan Pemahaman Materi “ Indonesiaku
Kaya Budaya” pada Pembelajaran IPS siswa kelas IV SD Negeri 1 Wonorejo
Lawang?”
Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
Bagaiamana peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan NHT dengan media
Video Pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD
Negeri Wonorejo 1 Lawang?
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas
maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:
Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Wonorejo Lawang dalam
pembelajaran IPS melalui model pembelajaran NHT dengan media Video
Pembelajaran.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
1. Siswa
a. Meningkatkan pemahaman siswa dalam materi Indonesia kaya budaya
b. Meningkatkan hasil belajar siswa
c. Siswa lebih termotivasi untuk belajar IPAS materi Indonesia kaya budaya
2. Guru
a. Memperbaiki tindakan dalam kegiatan pembelajaran khususnya materi Indonesia
kaya budaya.
b. Mengembangkan potensi pembelajaran
4
3. Guru lain (Teman guru sejawat)
a. sebagai pengetahuan baru yang dapat dijadikan solusi dalam pemilihan model
pembelajaran yang tepat pada materi Indonesia kaya budaya
b. Sebagai wawasan yang dapat dijadikan mmodel pembelajaran ketika nanti akan
mengajar di materi yang sama.
4. Sekolah/Lembaga
• Sebagai sarana untuk kepentingan akreditasi sekolah
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pemahaman
Pengertian pemahaman menurut Daryanto (2017) kemampuan Pemahaman
dapat dibagi menjadi tiga yaitu: 1. Menerjemahkan (Translation), 2. Menginterpretasi
(Interpretation), 3. Mengekstrapolasi (Extrapolation). Dengan pengetahuan, seseorang
belum tentu memahamisesuatu yang dimaksud secara mendalam, hanya sekedar
mengetahui tanpa bisa menangkap pemahaman, seseorang yang memiliki pemahaman
tidak hanya bisa menghapal sesuatu yang dipelajari, tetapi juga mempunyai
kemampuan untuk menangkap makna dari sesuatu yang dipelajari dan mampu
memahami konsep dari pelajaran tersebut. Peserta didik bisa dikatakan memahami
suatu konsep, apabila dia mampu mengutarakan atau menejelaskan kembali sebuah
informasi yang telah didapatnya (Deliany, 2019).
B. Pembelajaran IPS
Menurut Rodiyana (2019) memaparkan bahwa: “IPS sebagai salah satu bidang
yang memiliki tujuan membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya di
samping aspek nilai dan moral, banyak memuat materi sosial dan bersifat hafalan
sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas produk hafalan”.
Namun berbeda dengan yang dipaparkan oleh (Hidayana & Prasetyo, 2019)
bawasannya pendidikan IPS adalah sebagai salah satu bidang yang kaitannya dengan
kenyataan sosial perlu dikembangkannya proses pembelajaran yang lebih humanis pada
pengembangan dari tujuan pembentuan sebagai warga negara yang baik (good
citizenship), dimana penegembangan sosial dan cara berfikir reflektif inquiry.
Menurut Hopeman, Dkk (2022) “pada tingkat sekolah dasar pembelajaran IPS
merupan salah satu bagian dari 5 mata pelajaran yang ada pada pembelajaran tematik”.
Namun pada kurikulum merdeka saat ini dimana pembelajaran IPS menjadi mata
pelajaran IPAS (ilmu pengetahuan alam dan sosial). Dimana tujuan pembelajaran IPS
adalah sebagai sarana untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik agar
mereka peka terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi pada masyrakat, memiliki
sikap yang positif terhadap perbaikan dari segala ketimpangan yang telah terjadi serta
bisa menjadi pribadi yang terampil dalam menghadapi setiap masalah yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari (Prasetyaningtias, dkk 2021).
Dalam buku IPAS kemendikbud ristek karangan Indonesia (Fitri dkk, 2021)
Materi Indonesiaku Kaya Budaya adalah salah satu tema yang ada pada pembelajaran
6
IPAS kelas IV pada Bab 6. Dimana pada bab ini terdapat dua topik yaitu; keragaman
budaya dan kearifan lokal didaerah masing-masing, dan keragaman budaya di. Pada
bab ini, Peserta didik diharapkan mengetahui manfaat dan pelestarian keragaman
budaya di Indonesia. Dari pemahaman ini peserta didik diharapkan mampu menerapkan
nilai-nilai toleransi terhadap perbedaan dan keragaman yang ada dilingkungannya.
Peserta didik juga dapat menupayakan pelestarian kebudayaan dalam kehidupan sehari-
hari.
Pada materi ini, terdapat penguatan materi Pendidikan karakter pada
kebhinekaan global. Dimana pada bab ini pula akan banyak kegiatan yang melibatkan
peserta didik dalam kegiatan berdiskusi dalam kelompok besar dan kecil, serta
pengerjaan tugas dalam bentuk kelompok. Hal ini diharapkan agar siswa bisa melatih
sikap menyimak, menghargai orang lain saat diskusi. Serta peserta didik dapat
melakukan kegiatan bersama sama secara kolaboratif, gotong royong dalam
memcahkan masalah dalam kelompok dengan berbagai alternative sehingga dapat
meningkatkan kreativitas.
Menurut Mizaniya & Rokhimawan (2021) memaparkan bahwa hasil belajar
peserta didik yang baik menunjukkan jika pada proses pembelajaran berjalan secara
baik, sehingga kualitas pada pendidikan bisa terlihat jelas didalam hasil belajar peserta
didik”. Seorang siswa dinyatakan lulus apabila hasil belajar siswa tersebut sudah
memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal (Ferry, 2019). Realita yang ada banyak
faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan dalam suatu pembelajaran
antara lain proses pembelajaran yang kurang menarik perhatian siswa, karena masih
menggunakan metode ceramah yang membuat rendahnya minat siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran, serta model pembelajaran yang tidak efektif dalam menanamkan
konsep suatu materi sehingga menyebabkan hasil belajar siswa menjadi rendah
(Maisyarah, 2020).
Permasalahan tersebut juga terjadi pada SD Negeri 1 Wonorejo Lawang.
Kendala yang dihadapi dalam pembelajaran IPS kelas IV antara lain; siswa yang
kurang aktif dan antusias dalam proses pembelajaran IPS, hal ini dapat diketahui
dari: 1) Siswa sulit apabila dikelompokkan dalam jumlah besar, karena rata- rata
peserta didik belum bisa kerja sama dalam kelompoknya, partisipasi dan tanggung
jawab antar anggota kelompok juga kurang, pembagian tugas yang tidak merata,
dalam hal ini siswa yang pandai lebih mendominasi kelompoknya, sehingga
anggota yang lain hanya bersikap pasif, akibatnya peserta didik lain menjadi bosan
7
dan membuat keributan; 2) kegiatan diskusi baik kelas maupun kelompok belum
dapat berjalan dengan optimal, karena bawasannya siswa yang pandai saja yang
aktif bertanya, sedang yang lain hanya diam sebagai pendengar, sehingga
menyebabkan kejenuhan akibatnya siswa menjadi ramai sendiri; 3) Guru masih
menerapkan model pembelajaran konvensional, yaitu guru menerangkan materi,
kemudian mengerjakan tugas dan terakhir penilaian; 4 ) Masih banyak siswa yang
ramai sendiri ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung sehingga
pembelajaran menjadi kurang bermakna. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS.
C. Model Pembelajaran NHT
Model pembelajaran koooperatif NHT adalah suatu model
pembelajaran kooperatif bawasannya peserta didik secara individu dan
kelompok ditekankan untuk memahami serta bertanggung jawab materi yang sedang
dipelajari, sehingga peserta didik harus berperan secara aktif dalam
proses pembelajaran yang berdampak kepada meningkatnya hasil belajar peserta didik
(Septaryanto, 2019). NHT adalah model pembelajaran yang lebih mengutamakan
keaktifan para siswa didalam mencari, mengolah, serta melaporkan hasil informasi dari
berbagi sumber yang kemudian dipresentasikan di depan kelas (Mandasari &
Ramadhani 2019). Pada teknik ini juga memberikan kesempatan kepada peserta didik
agar bisa saling bertukar pendapat untuk menemukan jawaban yang paling tepat. Pada
teknik NHT ini juga mendorong peserta didik untuk saling bekerja sama dalam
menyelesaikan tugas secara berkelompok.
Menurut Amalia (2020) model pembelajaran NHT yaitu, pembelajaran
kooperatif yang dilakukan dengan melibatkan para peserta untuk saling berinteraksi
serta berfikir secara Bersama-sama, sehingga setiap peserta didik dapat berperan aktif
dalam penguasaan materi dengan cara menggunakan nomor pada kepala masing-
masing peserta didik sebagai identitas yang memudahkan guru untuk mengeksplor
semua aktifitas siswa dalam mencari, mengolah, serta melaporkan informasi dari
berbagai sumber yang akhirnya akan dipresentasikan. Menurut Hamdani (2010 :89)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah metode belajar dengan cara setiap siswa
diberi nomor dan dibuat suatu kelompok, kemudian secara acak, guru memanggil
nomor dari siswa. Lie (2010: 59) menyatakan bahwa model pembelajaran kepala
bernomor (Numbered Heads) dikembangkan oleh Spencer Kagan. Karena model ini
memberikan kesempatan siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
8
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, model ini juga mendorong
siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Menurut Trianto (2010: 82)
langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah:
1. Fase 1: Penomoran (Numbering) Dalam fase ini guru membagi siswa kedalam
kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor sehingga
tiap siswa memiliki nomor yang berbeda.
9
D. Video Pembelajaran
Menurut (Astutik, 2020) pengertian secara umum media pembelajaran adalah
suatu alat yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran, dan dapat diartikan
sebuah media pembelajaran adalah segala peralatan yang bisa digunakan untuk
menumbuhkan rangsangan yang baik kemampuan maupun ketrampilan dari peserta
didik suatu proses pembelajaran bisa terwujud. Video pembelajaran adalah sebuah
media yang dirancang dengan sistematis yang berpedoman terhadap kurikulum yang
berlaku serta dalam pengembangannya prinsip-prinsip yang diaplikasikan adalah
prinsip pembelajaran sehingga pada program tersebut peserta didik dapat mencermati
materi pelajaran dengan cara yang mudah dan menarik (Fahri, 2020). Di era digital,
video pembelajaran merupakan salah satu hal yang sangat membantu guru dalam
menjelaskan materi pembelajaran di kelas. Dalam hal ini video menjadi media yang
menarik minat siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas, khusunya pada
materi IPS tentang keraagaman budaya di Indonesia. Contohnya untuk melihat berbagai
macam rumah adat yang ada di nusantara peserta tidak perlu menuju tempat dimana
asal rumah adat tersebut. Guru cukup menampilkannya pada screen melalui video.
Menurut Rahmawati & Karlimah (2021) Terjadi banyak perubahan pada era
revolusi 4.0 dimana perangkat pembelajaran menjadi berbasis digital, kemudian banyak
media pembejaran juga dikemas dengan digital, oleh sebab itu banyak star up
pendiidikan yang berbasis dengan digital yang ada di Indonesia menghadirkan Inovasi
pada Pendidikan dengan memfasilitasi sumber belajar yang berupa video pembelajaran
dengan tersedianya website ataupun aplikasi yang menyediakan jasa pembelajaran
yang berbasis dengan digital.
Media video juga perlu diperhatikan dari segi audio maupun visualnya,
mengapa demikian karena pada audio serta visual pada video sangat berperan penting
terhadap jalannya proses penangkapan materi kepada peserta didik. Menurut Rahman
(2020) Video merupakan media elektronik yang mampu menggabungkan teknologi
audio dan visual secara bersama sehingga menghasilkan suatu tayangan yang dinamis
dan menarik. Sedangkan Video pembelajaran adalah media untuk mentransfer
pengetahuan serta dapat digunakan sebagai bagian dari proses belajar, dilain sisi juga
lebih interaktif dan lebih spesifik dari sebuah buku dan berusaha untuk mengajar
dengan contoh dan memberikan informasi untuk menyelesaikan tugas tertentu.
Video pembelajaran adalah media untuk mentransfer pengetahuan dan dapat
digunakan sebagai bagian dari proses belajar. Lebih interaktif dan lebih spesifik dari
10
sebuah buku atau kuliah, tutorial berusaha untuk mengajar dengan contoh dan
memberikan informasi untuk menyelesaikan tugas tertentu. Menurut Riyana (2007)
media video pembelajaran adalah media yang menyajikan audio dan visual yang berisi
pesan-pesan pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi
pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran. Video
merupakan bahan pembelajaran tampak dengar (audio visual) yang dapat digunakan
untuk menyampaikan pesan-pesan/materi pelajaran.
11
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri 1 Wonorejo
Lawang, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malng yang berjumlah 23 siswa. Peneliti
memilih kelas tersebut sebagai subjek penelitian dikarenakan hampir seluruh siswa
dalam kelas tersebut mengalami permasalahan yang sama ketika pembelajaran IPAS
pada materi Indonsesiaku kaya budaya. Dari 23 siswa hanya 3 siswa yang
mendapatkan nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70, sedangkan
sisanya 20 nilainya dibawah KKM. Hal ini ditunjukkan dengan nilai terendah 27 dan
nilai tertinggi 80 dengan nilai rata-rata kelas yang masih dibawah nilai KKM yaitu
sebesar 55,04.
B. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah lembar jawaban dari siswa yang
diperoleh dari data berupa pre-test dan post-test. Nilai pre-test disini diberikan ketika siswa
belum mendapatkan pembelajaran IPAS dengan model pembelajaran NHT dengan media
video dan post-test dilakukan setelah siswa mendapatkan pembelajaran model NHT
dengan media video disini didapatkan dengan memberikan tes soal tentang indonesiaku
kaya budaya yang telah dipersiapkan guru setelah guru menyajikan video tentang budaya-
budaya yang ada di Indonesia untuk dikerjakan siswa pada hari tersebut. Tentunya
pengambilan nilai post-test tersebut dilakukan setelah model pembelajaran NHT dengan
media video dilaksanakan.
C. Instrumen
Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar tes yang dibuat langsung oleh
peneliti sebagai guru kelas yang mengampu di kelas tersebut untuk mendapatkan nilai dari
siswa. Lembar tes ini terdiri dari 15 soal essay singkat dan khusus diberikan kepada siswa
untuk meningkatkan hasil belajar IPS dalam materi Indonesiaku kaya budaya. Siswa akan
diperintahkan menyelesaikan soal essay yang sudah ditentukan oleh guru.
12
Peneliti memilih tempat tersebut karena peneliti telah menjadi Guru Kelas IV di sekolah
tersebut dan sedikit banyak telah mengetahui karakter, kelemahan, serta kelebihan siswa
di sekolah tersebut. Peneliti memilih waktu di setiap hari Rabu dan Jumat selama dua
minggu yang artinya satu kali dalam seminggu. Pembagian jadwal tersebut termasuk
kedalam tahap perencanaan, lalu pelaksanaan dan refleksi akan dilakukan di minggu
pertama sedangkan tahap evaluasi dilakukan melalui lembar tes di minggu kedua.
PERENCANAAN
PENGAMATAN
PERENCANAAN
PENGAMATAN
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan adalah tahap awal yang dilakukan oleh peneliti dalam hal
ini guru untuk mempersiapkan segala hal yang diperlukan dalam Pemantapan
Kemampuan Profesional yaitu identifikasi masalah, analisis masalah, perumusan
masalah, dan hipotesis tindakan sebagai bentuk formulasi solusi. Tahap perencanaan
dalam penelitian ini dilakukan dengan menyiapkan konsep materi keragaman budaya
dan kearifan lokal yang akan diberikan kepada siswa, menyiapkan latihan soal,
memeriksa langsung pekerjaan siswa, jika ada kesalahan dalam pengerjaan tugas
langsung akan dikembalikan umtuk diperbaiki dan diperiksa kembali. Tiga kali
mengalami kesalahan dalam pengerjaan guru melakukan pendekatan kepada siswa
dan menanyakan tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan perencanaan yang sudah disiapkan.
Tahap pelaksanaan ini dimulai dengan melaksanakan pembelajaran IPAS
menggunakan model pembelajaran NHT dengan media video sebagai sarana untuk
menyampaikan materi Indonesiaku kaya budaya kepada siswa. Dimulai dengan
penyajian konsep dasar keragaman budaya. Dimana guru mengingatkan kembali
kepada siswa bahwa budaya di Indonesia itu sangat banyak dan bermacam-macam.
Selanjutnya guru menuliskan bentuk soal isian dan guru mengingatkan materi
14
Indonesia kaya budaya yang sudah pernah didapatkan. Dalam tahap ini dilakukan
perbaikan dengan berpedoman pada perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya.
3. Tahap Pengamatan
Menurut Hasanah (2017), observasi diartikan sebagai proses pengamatan
secara sistematis dari kegiatan manusia dan pengaturan fisik pada kegiatan tersebut
berlangsung secara berkelanjutan dari aktivitas yang bersifat alami untuk memperoleh
fakta. Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik observasi langsung.
Observasi langsung adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek
di tempat kejadian atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama
objek yang diselidiki. Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru
dalam proses pembelajaran. Tahap pengamatan ini peneliti menggunakan lembar
observasi sebagai pedoman untuk memantau aktivitas penelitian karena peneliti
membutuhkan lembar observasi berupa lembar tes sebagai sarana untuk memantau
aktivitas pembelajaran pada siswa.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti berkumpul dengan pegamat untuk berdiskusi
membahas hasil pembelajaran. Jika ditemukan kelebihan dan kelemahan maka akan
dilakukan suatu tindakan perbaikan pembelajaran dan langkah-langkah yang
dilakukan antara lain: mengumpulkan semua data yang diperoleh dalam proses
pembelajaran, akan diketahui jelas kejadian-kejadian yang menghambat dan akan
didiskusikan faktor penyebabnya, merencanakan kembali tindakan perbaikan untuk
siklus berikutnya jikan dipandang perlu dengan tujuan untuk mendapatkan umpan
balik yang akurat.
Menurut Niken (2019:25) tahapan analisis data dalam tahap refleksi ini
dilakukan dalam tiga tahap yaitu reduksi data, paparan data, dan kesimpulan. Reduksi
data disini adalah proses penyederhanaan data menjadi informasi yang bermakna,
paparan data untuk memaparkan data lebih terperinci lagi dalam bentuk konsep atau
narasi, dan kesimpulan adalah pengambilan inti sari dari setiap kegiatan penelitian
yang telah terjadi dalam bentuk kalimat atau paragraf yang singkat, padat, serta jelas.
15
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini, peneliti akan membahas berbagai hasil yang telah didapatkan oleh peneliti selama
penelitian berlangsung. Berikut ini merupakan penjelasan terperincinya.
Nilai Frekuensi
31-40 1
41-50 5
51-60 -
61-70 4
71-80 -
81-90 13
Jumlah Siswa 23
16
RENTANG NILAI SIKLUS I
14 13
12
FREKUENSI
10
6 5
4
4
2 1
0 0
0
31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90
NILAI
17
memahami materi dengan media gambar. Oleh sebab itu pada siklus 2 media di ganti dengan
media video. Setelah dilakukan perbaikan pada Siklus 2, Tahap Perencanaan selesai, maka
dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu Siklus 2 Tahap Pelaksanaan.
Nilai Frekuensi
41-50 1
51-60 -
61-70 -
71-80 8
81-90 2
91-100 12
Jumlah Siswa 23
12
12
10
FREKUENSI
8
8
6
2
1 0 0 2
0
41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
NILAI
Hal ini merujuk pada model pembelajaran NHT. Pada dasarnya model merupakan pola
umum perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses
belajar pada diri siswa, secara implisit pada sebuah kegiatan untuk memilih
18
menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang
diinginkan (Junaeidi, 2019).
Menurut Sundari (2015) mengungkapkan bahawa model pembelajaran
merupakan seperangkat materi dan prosedur pembelajaran atas dasar landasan teoretis
tertentu untuk tujuan pembelajaran tertentu.
Model pembelajaran NHT adalah model pembelajaran secara berkelompok.
Pada metode ini dibagi memjadi beberapa fase. Fase 1: Penomoran (Numbering)
Dalam fase ini guru membagi siswa kedalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap
anggota kelompok diberi nomor sehingga tiap siswa memiliki nomor yang berbeda.
Fase 2: Mengajukan Pertanyaan (Questoining) Guru mengajukan pertanyaan kepada
siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat
umum. Fase 3: Berfikir Bersama (Heads Together) Siswa menyatukan pendapatnya
terhadap jawaban dari pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya
mengetahui jawaban tim. Fase 4: Pemberian Jawaban (Answering) Guru memanggil
satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai dengan yang dipanggil
oleh guru mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh
kelas.
2. Tahap Pelaksanaan
Penyampaian materi Indonesia kaya budaya menggunakan model pembelajaran NHT
ini dilaksanakan selama dua kali pertemuan. Di awal peneliti melakukan tanya jawab dengan
siswa untuk mengetahui seberapa luas pengetahuan siswa tentang kebudayaan di Indonesia.
Dari sini siswa sudah mulai terpancing untuk mengingat apa saja kebudayaan yang ada di
Indonesia. Kemudian peneliti menjelaskan keragaman yang apa saja yang ada di Indonesia.
Setelah itu peneliti melakukan evaluasi menggunakan lembar tes dimana peneliti menyiapkan
15 soal materi Indonesia kaya budaya. Pada siklus pertama ini siswa Kelas IV di SD Negeri 1
Wonorejo mampu menjawab 7-10 soal yang diberikan oleh peneliti. Namun dari 10 siswa yang
mengalami kesulitan memahami materi Indonesia kaya budaya tersebut mendapatkan nilai 47
hanya 5 anak atau (22%) dan 4 anak atau (17%) memperoleh nilai 67 dan 12 anak dari
mendapatkan nilai 87 atau (61%) yang berarti mereka bisa menjawab benar 13 soal. Meskipun
demikian, peneliti tetap akan membimbing siswa yang mengalami kesalahan sampai nilai
mencapai sempurna sesuai dengan model pembelajaran NHT.
Pada pertemuan kedua peneliti menggunakan media video pada pemamaparan materi
Indonesia kaya budaya. Pengubahan media video pada pertemuan pertama karena kendala yang
dialami pada pertemuan pertama siswa belum secara maksimal memahami materi. Maka
peneliti dirasa perlu mengganti media untuk memahamkan materi kebudayaan Indonesia
19
kepada siswa. Kemudian siswa dibagi dalam beberapa kelompoknyang terdiri dari 5 ± 6
orang. Tiap anggota diberi nomor. Guru memberikan masalah/pertanyaan kepada
siswa. Siswa diberi waktu berfikir dan bekerja. Siswa duduk secara berhadap-hadapan.
Setiap siswa memberi pendapat dalam kelompok. Guru berkeliling kelas membimbing
siswa saat bekerja kelompok. Kelompok menentukan jawaban dari hasil diskusi. Guru
memanggil nomor siswa untuk memberi jawaban dari pertanyaan yang telah diberikan.
Guru memberi penghargaan kepada anggota kelompok yang berhasil menjawab
pertanyaan dengan baik.
Hal tersebut sesuai dengan prinsip dasar metode NHT NHT adalah metode
belajar dengan cara setiap siswa diberi nomor dan dibuat suatu kelompok, kemudian
secara acak, guru memanggil nomor dari siswa. Lie (2010: 59) menyatakan bahwa
model pembelajaran kepala bernomor (Numbered Heads) dikembangkan oleh Spencer
Kagan. Karena model ini memberikan kesempatan siswa untuk saling membagikan
ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
Dari hasil evaluasi lembar tes tersebut perolehan nilai siswa masih ada yang
mendapatkan nilai di bawah KKM dari 10 siswa yang mengalami kesulitan. Untuk itu peneliti
melakukan tahapan selanjutnya yaitu siklus II dimana peneliti sedikit mengubah dari media
yang awal nya media gambar menjadi media video pada siklus II. Pada media video materi
lebih menarik daninovatif, sehingga peserta didik lebih antusias dalam pembelajaran pada
materi keanekaragaman budaya Indonesia. Peneliti secara langsung melibatkan siswa dengan
meminta siswa untuk memperhatikan secara seksasama video pada screen, kemudian setalah
menyelesaikan melihat video, guru memberikan LKPD kepada kelompok. Selanjtnya
kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan tugas yang ada pada LKPD, setelah menyelesaikan
tugas kelompok guru memanggil no secara acak agar siswa setiap kelompok maju kedepan
dan menjelaskan hasil diskusi kelompok.
Setelah itu peneliti melakukan evaluasi untuk memastikan pemahaman siswa tersebut
dengan memberikan 15 soal tentang keragaman kebudayaan Indonesia. Ketika dikumpulkan
dan dilakukan penilaian, dari 23 siswa 22 sudah mencapai rentang nilai 80-100.
3. Tahap Pengamatan
Dalam proses ini, peneliti menyadari bahwa hambatan yang dialami siswa SD Negeri
1 Wonorejo khususnya 10 siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi Indonesia
kaya budaya bersusun dikarenakan adanya kurangnya pemahaman jenis tentang budaya-
budaya yang ada di Indonesia. Sehingga siswa masih bingung apa saja jenis-nis keragamanan
budaya yang ada. Dari permasalahan tersebut peneliti memilih model pembelajaran NHT
20
dengan media video untuk memberikan kemudahan pada siswa untuk meningkatkan dan
menambah wawasan tentang keberagaman yang ada di Indonesia. Selain itu, melalui model
pembelajaran NHT dengan media video ini, peneliti berharap siswa dapat dengan mudah
mengetahui berbagai jenis kebudayaan yang ada di Indonesia. (Heruman, 2014: 4). Anak harus
memahami makna dari topik yang sedang dipelajari, memahami simbol tertulis, dan yang
diucapkan. Memperbanyak melihat melalui video ataupun membaca merupakan jalan yang
efektif.
Pada siklus 1, siswa hanya mendengarkan pemaparan materi melalui gambar-gambar
dari peneliti. Pada siklus 1 tidak mengalami peningkatan nilai yang signifikan. Pada akhirnya
peneliti memutuskan untuk beranjak pada siklus 2 dimana peneliti mengganti media gambar
menjadi video agar lebih menarik. Pada siklus 2, nilai dari 10 siswa yang mengalami kesulitan
tersebut menunjukkan peningkatan bahkan ada yang melampaui nilai KKM yaitu rentang nilai
dari 80-100.
Pada tahap pengamatan ini, peneliti juga meminta bantuan dari rekan sejawat untuk
melakukan pengamatan agar tercipta penilaian yang obyektif dan sesuai. Pengamatan oleh
rekan sejawat tersebut dilakukan mulai dari kesiapan RPP, bahan ajar, dan cara penyampaian
materi dari peneliti kepada siswa. Dari siklus 1, rekan sejawat sebagai pengamat menemukan
bahwa siswa mengalami kebosanan dari media yang hanya berupa gambar. Terlihat dari saat
interaksi tanya jawab dengan peneliti sehingga respon siswa hanya sebagian saja saat tanya
jawab dengan peneliti. Dari pengamatan teman sejawat tersebut munculah penggantian media
gambar menjadi media video pada materi Indonesia kaya budaya yang dilakukan pada siklus
2. Dengan mengajak siswa ikut berperan aktif dalam kelompok saat berdiskusi setelah melihat
materi pada video.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap ini, peneliti melakukan siklus 1 dan siklus 2 untuk memantabkan tujuan
peneliti yaitu meningkatkan nilai siswa dalam materi Indonesia kaya budaya. Dalam hal ini
karakteristik siswa juga turut andil dalam keberhasilan serta kegagalan siklus 1 dan siklus 2.
Dalam siklus 1 mengalami kegagalan dikarenakan ada beberapa siswa yang mempunyai
karakteristik menyukai pembelajaran dengan video yang menarik sedangkan siklus pertama
peneliti hanya menjelaskan dengan media gambar. Kemudian siswa mengerjakan LKPD
secara berkelompok dan selanjutnya mengerjakan latihan soal. Pada siklus 2, media peneliti
mengguunakan video sehingga siswa antusias. Model merupakan pola umum perilaku
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hal tersebut sesuai
Kurniawati (2021) dalam pembelajaran yang direncanakan haruslah efektif dan efesien
sehingga tujuan pembelajaran tercapai dan diterima dengan baik oleh peserta didik
sehingga tujuan nasional pendidik mampu dicapai dengan baik.
21
Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di awal, peneliti menjelaskan
berbagai macam jenis keberagaman budaya di Indonesia. Pada siklus 2, siswa mendapatkan
peningkatan nilai sampai ada yang melampaui nilai KKM. Pada siklus 2, setelah adanya
perubahan media dan dalam penyampaian model pembelajaran NHT dari 10 siswa yang
mengalami kesulitan dalam memahami materi Indonesia kaya budaya dengan rentang nilai 80-
100, dengan KKM 70. Dari peningkatan nilai yang telah diperoleh siswa maka peneliti
menghentikan siklus ini dan menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran NHT di SD
Negeri 1 Wonorejo telah berjalan dengan lancar dan berhasil.
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa
kelas IV SD Negeri 1 Wonorejo Lawang. Proses pembelajaran IPS dengan menggunakan
model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dilakukan melalui tahapan: (1)
penomoran; (2) mengajukan pertanyaan; (3) berpikir bersama; (4) menjawab, dan (5)
penghargaan kelompok. Penggunaan model pembelajaran tersebut berdampak baik pada
proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar pada
pratindakan diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 53,75 dengan ketuntasan belajar sebesar
16,67%. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 72,40 dengan ketuntasan belajar
sebesar 70,83%. Pada siklus II diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 91,15 dengan ketuntasan
belajar 95,83%. Sementara aktivitas siswa meningkat dari 53,47% atau kategori sangat kurang
pada siklus I menjadi 82,12% atau kategori baik pada siklus II.
B. SARAN
Setelah melaksanakan penelitian dan melihat hasil yang didapatkan, maka disarankan
untuk:
1. Bagi Siswa
▪ Peneliti berharap supaya semua siswa lebih semangat dan giat berlatih di sekolah
dalam pembelajaran mata pelajaran apapun dnegan menggunakan metode atau
model pembelajaran yang diberikan guru.
▪ Peneliti juga menyarankan kepada siswa supaya belajar mandiri di rumah untuk
melatih kemampuan, memperdalam materi serta mempertajam daya ingat baik
dalam mata pelajaran IPAS maupun mata pelajaran yang lain.
2. Bagi guru lain:
▪ Saran untuk guru lain supaya lebih aktif dalam mencari dan menerapkan model,
metode serta media kreatif untuk diaplikasikn kepada siswa supaya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Peneliti
▪ Peneliti berharap supaya lebih semangat untuk mengidentifikasi karakteristik siswa.
Karena berdasarkan hal tersebut, guru dapat menganalisa media ataupun model
pembelajaran yang sesuai dengan karateristik serta gaya belajar siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
23
4. Bagi Sekolah
▪ Sebagai referensi data pendukung seandainya sekolah menyiapkan data untuk
dokemen akreditasi sekolah.
5. Diri sendiri
▪ Berlatih melakukan PTK serta belajar memahami permasalahan pembelajaran
dikelas.
6. Bagi Peneliti Selanjutnya
▪ Peneliti berharap bahwa peneliti selanjutnya dapat mengembangkan metode,
model pembelajaran lain untuk menyampaikan materi Indonesia kaya budaya
kepada siswa khususnya siswa dengan keterbatasannya yang secara tidak langsung
sulit memahami materi IPAS. Selain mengembangkan metode, peneliti juga
berharap agar peneliti selanjutnya dapat memperbaiki metode NHT dalam materi
Indonesia kaya budaya ini.
24
DAFTAR PUSTAKA
Aksara, B., & Cipta, R. (2014). Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali
Pers Biseri, Hasan. 2014.“Meningkatkan Minat Belajar Matematika Siswa Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning Dengan Menciptakan Ruang Yang
Kondusif Untuk Membangun Sugesti Siswa”. Jurnal. Program Studi Pendidikan
Matematika, STKIP PGRI Sidoarjo (Vol: 2, No: 1, 2014). Jurnal. Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol, 2(1).
Amalia, F (2020). Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Program Studi
Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
Metro.
Astutik, S. (2020). Penggunaan Media Video Pembelajaran Dan Power Point Dalam Mata
Pelajaran Tik Kelas Vii Di Smp Negeri 1 Gurah. In Science, Engineering, Education,
and Development Studies (SEEDS): Conference Series (Vol. 4, No. 2).
Daryato. 2017. Pengertian Pemahaman. http://www.jejakpendidikan.com/2017/12/pengertian-
pemahaman.html
Deliany, N., Hidayat, A., & Nurhayati, Y. (2019). Penerapan multimedia interaktif untuk
meningkatkan pemahaman konsep IPA peserta didik di sekolah dasar. Educare, 90-97.
Fahri, M. U. (2020). Pemanfaatan video sebagai media pembelajaran.
Fitri, A., Rasa, A. A., Kusumawardhani, A., Nursya’bani, K. K., Fatimah, K., & Setianingsih,
N. I. (2021). Buku Panduan Guru Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial. Kementrian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
Ferry, D., & Kamil, D. (2019). Peningkatan hasil belajar biologi siswa melalui penerapan
media video animasi tiga dimensi (3D). Pedagogi Hayati, 3(2), 1-11.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia
Junaedi, I. (2019). Proses pembelajaran yang efektif. JISAMAR (Journal of Information
System, Applied, Management, Accounting and Research), 3(2), 19-25.
Menurut Hasanah (2017), observasi diartikan sebagai proses pengamatan secara sistematis dari
kegiatan manusia dan pengaturan fisik pada kegiatan tersebut berlangsung secara
berkelanjutan dari aktivitas yang bersifat alami untuk memperoleh fakta
Hidayana, A.F & Prasetyo, H. (2019). Rasionalisasi IPS (Pengertian, Rasionalisasi, dan
Kompetensi IPS). Progam Pasca Sarjana prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah fakultas
Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan universitas Islam Negeri Yogyakarta.
25
Hopeman, T.A., Hidayah Nur., Anggraeni, W.A (2022). Hakikat, Tujuan dan Karakateristik
Pembelajaran IPS yang Bermakna Pada Peserta Didik Sekolah Dasar. Jurnal Kiprah
Pendidikan, 1(3), Halaman, 141-149.
Kurniawati, W. (2021). Desain Perencanaan Pembelajaran. JURNAL AN-NUR: Kajian Ilmu-
Ilmu Pendidikan dan Keislaman, 7(01), 1-10.
Lie, A. 2010. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang
kelas. Jakarta: Grasindo
Maisyarah, R. (2020). Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis Problem
Based Learning Berbantuan Geogebra untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kreatif dan Disposisi Matematis Siswa (Doctoral dissertation, UNIMED).
Mandasari, E. & Ramadhani, S. (2019). Modifikasi model pembelajaran numbered heads
together (NHT) dengan strategi pembelajaran tugas dan paksa. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan KALUNI, Vol. 2, 275-286. Jakarta: LPPM Universitas
Indraprasta PGRI.
Mizaniya, M., & Rokhimawan, M. A. (2021). Peningkatan hasil belajar matematika dengan
model pembelajaran Numbered Heads Together. Mitra PGMI: Jurnal Kependidikan
MI, 7 (1), 67-86. Prasetyaningtias, F.D., Sholeh, M., Sulaswari, M., Wijayanti, T.
(2021). Model Experimental Learning Pada Pembelajran IPS di Sekolah Dasar. Pasca
Sarjana Universitas Negeri Semarang.
Niken, dkk. 2020. PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Klaten: Lakeisha.
Rahmawati, A.G & Karlimah (2021). Analisis Video Pembelajaran Matematika Dalam Upaya
Peningkatan Penyelesaian masalah bilangan pecahan siswa SD. Jurnal Pembelajaran
Matematika Inovatif, Vol. 4, No.5.
Rahman, F (2020). Video Sebagai Media Komunikasi. Program Studi Desain Komunikasi
VisualFakultas Seni dan Desain, Universitas Negeri Makassar.
Ryana, C (2007). Pengertian Video Pembelajaran dan karakteristiknya. https://an-
nur.ac.id/pengertian-video-pembelajaran-dan-karakteristiknya/
Septaryanto, J (2019). Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatiftipe TGT (teams game
tournaments) Pada Mata Pelajaran IPS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V di
Uptd SDN Banyoneng laok 03 Geger Bangkalan. STKIP PGRI Bangkalan, Vol 3, Nomor
2
Sundari, H. (2015). Model-model pembelajaran dan pemerolehan bahasa kedua/asing. Jurnal
Pujangga, 1(2), 106-117.
26
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
27
LAMPIRAN
FORMAT REFLEKSI AWAL UNTUK MENEMUKAN MASALAH DALAM PKP
No Hari/Tanggal Identifikasi Masalah Penyebab Solusi
1 Senin,16 Okt Sebagian besar siswa 1. Pelajaran dilakukan 1. Guru menggunakan
2023 kelas IV SDN 1 Lawang pada jam terakhir media video
Kab Malang mengalami siang hari 2. Guru harus berani
kesulitan dalam 2. Siswa tidak terbiasa menggunakan
pelajaran IPAS materi belajar berkelompok variasi metode
Indonesia Kaya Budaya 3. Guru tidak pembelajaran yang
(hanya 4 dari 23 siswa menggunakan media lebih menarik siswa
yang memperoleh nilai pembelajaran dalam belajar di
diatas KKM, 70) 4. Guru menggunakan kelas
metode konvensional 3. Guru membentuk
kelompok belajar
dalam kelas
2 Rabu, 18 Sebagian besar siswa 1. Malas dan tidak 1. Melakukan
Oktober 2023 kelas IV SDN 1 Malang terbiasa membaca pembiasaan
Kab Lawang mengalami 2. Tidak bisa memahami membaca 15 menit
kesulitan dalam materi di awal
pelajaran Bahasa 3. Guru tidak pembelajaran.
Indonesia materi menggunakan media 2. Guru mengajak
membaca dengan pembelajaran mencari ide pokok
pemahaman (hanya 8 4. Guru menggunakan pada setiap bacaan
dari 20 siswa yang metode konvensional agar siswa bisa
memperoleh nilai diatas mengerti dan tidak
KKM, 78) membaca terlalu
Panjang.
3. Mencari metode dan
media yang lebih
inovatif
Masalah yang Penyebab Alasan Pemilihan Rencana Solusi
dipilih Masalah
Sebagian besar siswa 1. Pelajaran dilakukan 1. Guru lebih menguasai Guru akan menerapkan
kelas IV SDN 1 pada jam terakhir di mata pelajaran IPAS metode (Numbered
Lawang Kab Malang siang hari dibandingkan dengan Head Together) karena
mengalami kesulitan 2. Siswa tidak terbiasa mata pelajaran lainnya model pembelajaran
dalam pelajaran belajar berkelompok 2. Paling banyak jumlah kooperatif ini memacu
IPAS materi 3. Guru tidak siswa yang belum kerjasama siswa melalui
Indonesia Kaya menggunakan media mencapai minimal belajar dalam kelompok
Budaya (hanya 5 dari pembelajaran batas KKM dibanding yang anggotanya
23 siswa yang 4. Guru menggunakan dengan mata pelajaran beragam untuk
memperoleh nilai metode konvensional lain menguasai keterampilan
3. Guru telah yang sedang dipelajari.
diatas KKM, 70)
menemukan metode
yang tepat untuk
peningkatan hasil
belajar siswa
INFORMASI UMUM
A. IDENTITAS MODUL
Penyusun : Dwi Sari Kurniawati, S.Pd
Instansi : SDN 1 Wonorejo
Tahun Penyusunan : Tahun 2023
Sekolah : SD Negeri 1 Wonorejo
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Fase / Kelas : B/4
BAB 6 : Indonesiaku Kaya Budaya
Topik : Kekayaan Budaya Indonesia
Alokasi Waktu : 4 JP
B. KOMPETENSI AWAL
• Mendeskripsikan keragaman budaya dan kearifan lokal di daerahnya masing-
masing.
• Mengetahui manfaat dan pelestarian keragaman budaya di Indonesia.
C. CAPAIAN PEMBELAJARAN
• Peserta didik dapat meningkat pemahamannya dalam materi Indonesia Kaya
Budaya dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT) dengan media gambar.
Pengenalan Tema
• Buku Guru bagian Ide Pengajaran
• Persiapan lokasi: Lingkungan sekitar sekolah
C. PEMAHAMAN BERMAKNA
Topik Pengenalan tema
Meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan aktivitas yang berkaitan dengan tema
pembelajaran sebagai perkenalan, menyampaikan apa yang ingin dan akan dipelajari di bab
ini. dan membuat rencana belajar.
Topik
Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi berbagai keragaman budaya
yang ada di Indonesia. Siswa dapat mengetahui faktor yang menyebabkan keberagaman di
Indonesia. Siswa dapat menerapkan sikap menghargai keberagaman di lingkungannya.
D. PERTANYAAN PEMANTIK
Pengenalan Topik Bab 4
1. Di manakah daerah tempat tinggal kalian berada?
2. Apakah nama provinsi daerah tempat tinggal kalian?
3. Bagaimanakah sebuah daerah mengalami perkembangan?
c. Apersepsi
- Guru melakukan apersepsi melalui kegiatan tanya Jawab. Guru
bertanya, “Apakah dasar Negara Indonesia?”
- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
- Guru menyampaikan cakupan materi dan uraian kegiatan pembelajaran
secara singkat.
2. Kegiatan Inti (45 menit)
a. Eksplorasi
- Guru menampilkan beberapa gambar pembelajaran tentang Kekayaan
BudayaIndonesia.
- Siswa memperhatikan gambar-gamabr tentang Kekayaan Budaya
Indonesia yang ditampilkan guru
- Guru melakukan tanya jawab berkaitan dengan gambar pembelajaran
tentang Kekayaan Budaya Indonesia.
b. Elaborasi
- Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok terdiri
dari 3-5 anak dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 -
5.
- Guru membagikan Lembar Kerja tentang apa saja Kekayaan Budaya yang
ada di Indonesia untuk dikerjakan siswa secara berkelompok.
- Siswa mengerjakan secara kelompok dan meyakinkan tiap anggota dalam
kelompok mengetahui jawaban kelompok.
c. Konfirmasi
- Guru memanggil salah satu nomor dalam kelompok dan siswa yang
merasa nomornya terpanggil mengacungkan jarinya dan menyampaikan
hasil diskusinya, kemudian guru memanggil nomor dalam kelompok lain
untuk menanggapi jawaban temannya. Demikian seterusnya.
- Guru mengkonfirmasi hasil diskusi siswa.
- Kelompok yang paling banyak menjawab pertanyaan dengan benar akan
mendapatkan penghargaan dari guru.
H. ASESMEN / PENILAIAN
1. Prosedur Tes
a. Tes Awal : Pre test
b. Tes Proses : Lembar Kerja siswa dalam kelompok
c. Tes Akhir : Post test
2. Jenis Tes
a. Tes Tulis : Jawaban singkat
b. Tes Lisan : Presentasi Kelompok
\
SIKLUS 2
MODUL AJAR KURIKULUM MERDEKA 2023 IPAS
SD KELAS 4
INFORMASI UMUM
A. IDENTITAS MODUL
Penyusun : Dwi Sari Kurniawati, S.Pd
Instansi : SDN 1 Wonorejo
Tahun Penyusunan : Tahun 2022
Jenjang Sekolah : SD
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS)
Fase / Kelas : B/4
BAB 6 : Indonesiaku Kaya Budaya
Topik : Kekayaan Budaya Indonesia
Alokasi Waktu : 4 JP
B. KOMPETENSI AWAL
• Mendeskripsikan keragaman budaya dan kearifan lokal di daerahnya masing-
masing.
• Mengetahui manfaat dan pelestarian keragaman budaya di Indonesia.
C. CAPAIAN PEMBELAJARAN
• Peserta didik dapat meningkat pemahamannya dalam materi Indonesia Kaya
Budaya dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT) dengan media Video.
D. PROFIL PELAJAR PANCASILA
1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia,
2) Berkebinekaan global,
3) Bergotong-royong,
4) Mandiri,
5) Bernalar kritis, dan
6) Kreatif.
E. SARANA DAN PRASARANA
Pengenalan Tema
• Buku Guru bagian Ide Pengajaran
• Persiapan lokasi: Lingkungan sekitar sekolah
C. PEMAHAMAN BERMAKNA
Topik Pengenalan tema
Meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan aktivitas yang berkaitan dengan tema
pembelajaran sebagai perkenalan., menyampaikan apa yang ingin dan akan dipelajari di bab
ini. dan membuat rencana belajar.
Topik
Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi berbagai keragaman budaya
yang ada di Indonesia. Siswa dapat mengetahui faktor yang menyebabkan keberagaman di
Indonesia. Siswa dapat menerapkan sikap menghargai keberagaman di lingkungannya.
D. PERTANYAAN PEMANTIK
Pengenalan Topik Bab 4
1. Di manakah daerah tempat tinggal kalian berada?
2. Apakah nama provinsi daerah tempat tinggal kalian?
3. Bagaimanakah sebuah daerah mengalami perkembangan?
Rata-rata butir 2 = B
3 Merencanakan skenario perbaikan
pembelajaran
3.1 Menentukan jenis kegiatan
perbaikan pembelajaran
3.2 Menyusun langkah-langkah
perbaikan pembelajaran
3.3 Menentukan alokasi waktu
perbaikan pembelajaran
3.4 Menentukan cara-cara memotivasi
siswa
3.5 Menyiapkan pembelajaran
Rata-rata butir 3 = C
4 Merancang pengelolaan kelas
perbaikan pembelajaran
4.1 Menentukan penataan ruang dan
fasilitas belajar
4.2 Menentukan cara-cara
pengorganisasian siswa agar siswa
dapat berpartisipasi dalam
perbaikan pembelajaran Rata-rata butir 4 = D
5 Merencanakan prosedur, jenis, dan
menyiapkan alat penilaian perbaikan
pembelajaran
5.1 Menentukan prosedur jenis
penilaian
5.2 Membuat alat-alat penilaian dan
kunci jawaban
Rata-rata butir 5 = E
6 Tampilan dokumen rencana perbaikan
pembelajaran
6.1 Kebersihan dan kerapian
Rata-rata butir 6 = F
Nilai APKG 1 = R
A+B+C+D+E+F
R= =
6
Drs.Tiksno Widyatmoko,M.A.
NIP. 19600625 198802 1 001
No.HP 081233220660
ALAT PENILAIAN KEMAMPUAN GURU (APKG 2)
( APKG 2 - P 1/P2 )
PETUNJUK
Rata-rata butir 1 =
2 Melaksanakan kegiatan perbaikan
pembelajaran
2.1 Memulai pembelajaran
A+B+C+D+E+F+G
Y= =
7
Drs.Tiksno Widyatmoko,M.A.
NIP. 19600625 198802 1 001
No.HP 081233220660