Disusun Oleh
2022-2023
i
Lembar Pengesahan Laporan Penelitian Tindakan Kelas
Menyetujui
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayahnya
sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
kelompok untuk memenuhi tugas akhir dari program Asistensi Mengajar. Dengan
demikian, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
laporan ini, diantaranya adalah:
1. Bapak Dwi Bagus Rendy Astid Putera, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing
Lapangan kelompok Asistensi Mengajar.
2. Ibu HJ. Nurdiana Fary, SE, M.Pd selaku Kepala UPTD SMPN 1 Socah
3. Ibu Nasiah Siati, S.Pd selaku guru pamong kelompok Asistensi Mengajar di
UPTD SMPN 1 Socah
4. Adik-adik SMP yang telah bersedia membantu menyukseskan kegiatan program
Asistensi Mengajar di UPTD SMPN 1 Socah.
Penulis
iii
PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA MELALUI
KEGIATAN PRAKTIKUM PADA MATERI PERUBAHAN
WUJUD ZAT KELAS VII C SMPN 1 SOCAH
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan pemahaman
konsep siswa terhadap pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Discovery
Learning pada pokok pembahasan Perubahan Wujud Zat dengan berbantuan kegiatan
praktikum pada siswa UPTD SMPN 1 Socah. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
VII C berjumlah 23 siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian berupa metode
penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan II siklus terencana. Masing-masing dari
siklus tersebut merupakan rangkaian dari tahapan perencana, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi. Berdasarkan data yang telah di dapatkan pada pra siklus
diperoleh rata-rata nilai pemahaman konsep IPA siswa sebesar 42,6 dan pada siklus I
nilai rata-rata pemahaman konsep IPA siswa 73,04 dan pada siklus II 84,5. Presentase
ketuntasan belajar pada pra siklus sebesar 13%, siklus I 65% dan pada siklus II 96%.
DAFTAR ISI
iv
Abstrak.............................................................................................................iv
DAFTAR ISI.....................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
Latar Belakang...............................................................................................1
Identifikasi Masalah.......................................................................................3
Rumusan Masalah..........................................................................................4
Tujuan Penelitian...........................................................................................4
Manfaat Penelitian.........................................................................................4
BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................................5
Kajian Teori...................................................................................................5
1. Hakikat pemahaman konsep................................................................5
2. Pembelajaran IPA Fisika......................................................................6
3. Materi Perubahan Wujud Zat...............................................................9
4. Kegiatan Praktikum...........................................................................13
Hasil Penelitian Terdahulu...........................................................................13
Kerangka Berfikir........................................................................................15
Hipotesis Terdahulu.....................................................................................16
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................18
A. Setting Penelitian...............................................................................18
B. Tindakan dan langkah-langkah..........................................................18
C. Metode dan Instrumen Pengumpulan................................................23
D. Metode Analisis Data.........................................................................25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...............................27
Hasil Penelitian............................................................................................27
a. Pra Siklus...........................................................................................27
b. Siklus I...............................................................................................28
c. Siklus II..................................................................................................34
Pembahasan..................................................................................................40
v
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................43
A. Kesimpulan........................................................................................43
B. Saran..................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................45
Lampiran..........................................................................................................49
DOKUMENTASI............................................................................................77
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan secara etimologi berakar dari kata “paedagogie”, sedangkan
bahasa yang berasal dari Yunani terdiri dari kata “pais” yang berarti anak, dan
“again” yang berarti Membimbing. Berdasarkan pernyataan dari kata paedagogie
yang berarti Bimbingan yang diberikan kepada anak. Pendidikan dalam bahasa
Romawi berasal dari kata “Educate” yang berarti mengeluarkan sesuatu yang
berada di dalam. Sedangkan pendidikan dalam bahasa Inggris berasal dari kata
“to Educate” yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual. Secara
bahasa Pendidikan adalah suatu kegiatan bimbingan yang dilakukan seseorang
kepada peserta didik untuk memberikan perbaikan sikap dan melatih intelektual,
sehingga menjadikan anak-anak lebih baik. Hal ini senada dengan apa yang telah
dijelaskan oleh Abdurrahman Saleh Abdullah dimana pendidikan merupakan
proses yang dibangun oleh masyarakat untuk membawa generasi-generasi baru
kearah kemajuan dengan cara tertentu sesuai dengan kemampuannya guna
mencapai tingkat kemajuan yang tinggi (Sholichah, 2018).
Pembelajaran merupakan proses internalisasi ilmu pengetahuan ke dalam
skemata pelajar (Syarifudin, 2020). Pembelajaran IPA merupakan suatu
pemberian pengalaman secara langsung dalam mengembangkan kompetensi
yang dimiliki dengan penemuan ilmiah yang melalui konsep, faktor-faktor, dan
prinsip dalam identifikasi alam sekitar dapat menghasilkan pengetahuan
(Ramadani, 2020). Menurut Wulandari (2017) pembelajaran IPA merupakan
suatu kegiatan dalam mempelajari ilmu pengetahuan alam yang dikaitkan pada
objek alam dan pesoalan dalam kehidupan sehari-hari.
1
Pemahaman konsep sangatlah penting bagi siswa karena dengan memiliki
pemahaman konsep yang baik siswa tidak hanya memahami konsep saja namun
juga bisa menjelaskan kembali materi yang telah dipelajari dengan kalimatnya
sendiri. Pemahaman konsep merupakan kemampuan seseorang dalam memahami
konsep dari sebuah materi tertentu (Nahdi, Yonanda, & Agustin, 2018). Ketika
siswa dapat memahami konsep dengan baik mereka akan memiliki kemampuan
atau cara tersendiri dalam memahami suatu konsep materi. Pemahaman konsep
juga didefinisikan sebagai proses pemaparan kembali suatu konsep yang telah
dipelajari dengan kalimat sendiri serta dapat menggunakan pemahaman konsep
tersebut dalam kondisi yang baru (Ningsih, 2019). Dengan kata lain ketika siswa
sudah memahami konsep dengan baik, mereka dapat menjelaskannya kembali
dengan kalimatnya sendiri tanpa mengubah makna konsep, serta dapat
memberikan contoh lain dari penerapan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-
hari. Indikator dari pemahaman konsep terdiri dari beberapa macam yaitu
indikator menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum,
menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan (Putra, Pujani, & Juniartina,
2018). Sehingga untuk melihat tingkat pemahaman konsep siswa dapat ditinjau
melalui seberapa baik penguasaan siswa pada setiap indikator. Tingkat
pemahaman konsep siswa secara garis besar dipengaruhi oleeh dua faktor, yaitu
faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari diri
siswa sendiri, seperti kematangan berpikir, motivasi dan kesiapan belajar siswa.
Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor dari luar, seperti strategi, metode
pembelajaran, perencanaan proses pembelajaran, dan media atau bahan ajar yang
digunakan (Nomleni & Manu, 2018).
Haqiqi (2018) menyatakan bahwa kesulitan belajar pada peserta didik
disebabkan oleh dua faktor, yakni faktor internal (dalam) dan faktor eksternal
(luar). Faktor internal (dalam) bisa menyebabkan terjadinya kesulitan belajar
seperti aspek bakat, minat, motivasi dan intelegensi pada peserta siswa.
Sedangkan faktor eksternal (luar) bisa berupa dalam bentuk fasilitas sekolah,
2
sarana dan prasarana, dan aktivitas siswa. Hal tersebut sejalan dengan hasil
penelitian oleh Wahyuni (2018) yang menyatakan bahwa faktor yang menjadi
penyebab siswa mengalami kesulitan belajar IPA adalah minat, motivasi,
konsentrasi, kebiasaan belajar, dan intelegensi (kecerdasan).
Permasalahan yang dihadapi oleh para guru yakni kurangnya inovasi
dalam proses pembelajaran, serta permasalahan juga terjadi pada siswanya.
Siswa di UPTD SMPN 1 Socah sangat sulit untuk diajak belajar secara
berkelompok. Pada saat proses pengelompokan juga sering terjadi perdebatan
kecil diantara para siswa lantaran tidak setuju dengan anggota kelompoknya.
Selain itu, salah seorang siswa beranggapan selalu kerja sendiri jika dibentuk
kelompok dalam pengerjaan tugas.
Berdasarkan permasalahan diatas, hal yang harus dilakukan seorang guru
yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Guided Discovery Learning.
Model Pembelajaran ini dianggap mampu untuk membentuk suatu kelompok
kerja yang baik dan menciptakan hal-hal baru. Namun pembelajaran ini akan
lebih bermakna jika dipadukan dengan kegiatan praktek atau dengan kegiatan
praktikum. Kegiatan praktikum ini dianggap mampu untuk menumbuhkan siswa
semangat dalam belajar dan dapat memahami konsep materi dengan baik.
Oleh karena itu dengan diterapkannya model pembelajaran Discovery
Learning siswa diharapkan mampu membentuk kelompok kerja yang baik. Selain
itu, dengan adanya model pembelajaran ini juga dapat menumbuhkan rasa
semangat siswa dalam belajar serta memiliki pemahaman konsep yang baik pula
dengan dipadukannya kegiatan praktikum dalam proses belajarnya. Maka dari itu
pembelajaran Discovery Learning dengan dipadukan kegiatan praktikum
diharapkan mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa di kelas VII C pada
materi Perubahan Wujud Zat.
B. Identifikasi Masalah
Permasalahan yang sering terjadi di UPTD SMPN 1 Socah sebagai berikut:
3
1. Metode yang digunakan dalam pembelajaran bersifat ceramah
2. Perangkat pembelajaran yang digunakan hanya berupa LKPD
3. Sulitnya siswa untuk diajak berdiskusi kelompok dalam proses pembelajaran
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas maka rumusan masalah pada penelitian
ini yaitu “Bagaimana peningkatan pemahaman konsep siswa melalui Discovery
Learning yang dipadukan kegiatan praktikum pada siswa kelas VII C UPTD
SMPN 1 Socah?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui keefektifan
kegiatan praktikum yang dipadukan dengan model pembelajaran Discovery
Learning dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1) Bagi peneliti
Penelitian ini dapat mempengaruhi pembelajaran, membantu untuk
meningkatkan pemahaman konsep siswa pada Materi Perubahan Wujud Zat,
memberikan alternative pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan bagi siswa, serta meningkatkan mutu pembelajaran Materi
Perubahan Wujud Zat.
2) Bagi siswa
Untuk meningkatkan minat belajar siswa sehingga mampu memahami
konsep Materi Perubahan Wujud Zat dan dapat dipelajari secara sederhana.
3) Bagi sekolah
Penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di UPTD SMPN 1 Socah.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat pemahaman konsep
5
Indikator pemahaman konsep antara lain yaitu menafsirkan,
mencontohkan, mengklasifikasi, merangkum, menyimpulkan,
membandingkan dan menjelaskan (Nomleni & Manu, 2018). Kemudian
tujuh indikator yang dipaparkan oleh Astuti (2017:42) dalam (Deliany,
Hidayat, & Nurhayati, 2019) yaitu:
a. Menyatakan kembali suatu konsep
b. Mengklasifikasi objek menurut sifat dan konsepnya.
c. Memberikan contoh dan non contoh dari sebuah konsep.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk.
e. Mengembangkan suatu konsep.
f. Menggunakan dan memanfaatkan konsep tertentu.
g. Menerapkan konsep dalam pemecahan masalah.
6
semua pengetahuan mengenai gejala alam yang telah dikumpulkan melalui
pengamatan atau observasi. Produk IPA dapat berupa suatu fakta, konsep,
prinsip, hukum dan teori. Produk IPA yang disebut istilah adalah sebutan,
simbol, atau nama dari benda-benda dan gejala alam, orang, tempat.
Contohnya: malaria (sebutan), lamda (simbol untuk panjang gelombang),
matahari (nama benda), angin puting beliung (gejala alam), Newton (nama
orang), dan Galapagos (nama tempat). Selanjutnya IPA sebagai proses
menyangkut proses atau cara kerja untuk memperoleh hasil (produk) inilah
yang kemudian dikenal dengan IPA sebagai proses. Melalui proses-proses
ilmiah akan di dapatkan temuan-temuan ilmiah. Perwujudan proses-proses
ilmiah ini berupa kegiatan ilmiah yang disebut sebagai inquiri/penyelidikan
ilmiah. Adapun langkah-langkah metode ilmiah yaitu identifikasi masalah,
perumusan masalah, penyusunan hipotesis, melakukan eksperimen,
pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan. Selanjutnya, IPA sebagai
Nilai dan sikap adalah selama melakukan metode ilmiah melalui proses
observasi, eksperimen dan berfikir logis harus digunakan sikap jujur,
obyektif, dan komunikatif suapaya dapat mencapai hasil belajar IPA yang
benar.
Tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau disingkat dengan
IPA yaitu supaya peserta didik dapat memahami konsep IPA dengan
mendefinisikannya, menjelaskan perbedaan dan hubungan konsep tersebut
dengan konsep yang lain, serta menerapkan konsep tersebut dalam
kehidupan sehari-hari (Noegroho, Sudarsono, & Haryanto, 2017). Tujuan
pembelajaran IPA bukan hanya memfokuskan ke dalam kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, ataupun prinsip-
prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran
IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
7
Berdasarkan jurnal kutipan (Saputro, 2017) di dalamnya telah
dikemukakan oleh Mulyasa (2007:112) maka dapat dikatakan ruang lingkup
IPA adalah semua yang ada di alam semesta yang meliputi 1) Makhluk
hidup termasuk proses kehidupannya yang mencakup manusia, hewan serta
tumbuhan, 2) Benda/materi yang meliputi benda cair, benda padat dan benda
gas, 3) Energi serta perubahannya yang meliputi gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana, 4) Bumi dan alam semesta meliputi
bumi, tata surya juga semua benda langit. Dari ruang lingkup tersebut, IPA
merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang konsep dan prinsip
dasar yang esensial tentang semua gejala alam semesta. Dari aspek-aspek
yang umum makhluk hidup sampai aspek khusus proses kehidupannya. Dari
fakta dasar tentang bumi hingga fakta lebih dalam tentang tata surya. Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) sendiri terdiri dari 3 cabang yaitu IPA Biologi,
Kimia, dan fisika. Penelitian yang saat ini dilakukan menggunakan materi
perubahan wujud zat dimana materi tersebut termasuk ke dalam cabang
Fisika. Maka dari itu, kutipan ini akan mengulas lebih dalam mengenai
Fiska. Fisika adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam
dan gejala alam. Pembelajaran Fisika di dalamnya siswa akan dikenalkan
mengenai materi, konsep, azas, teori, prinsip, dan hukum-hukum alam
(Maiyena, Imamora, & Putri, 2020). Pembelajaran Fisika diharapkan mampu
dalam kemampuan memahami suatu konsep, prinsip maupun hukum-hukum
fisika melalui proses berpikir analitis, rasa ingin tahu tinggi dan proses
ilmiah. Pembelajaran fisika mampu memberikan pengalaman langsung pada
siswa dan melibatkannya dalam proses pembelajaran sehingga ia mampu
menkonstruksi dan memahami tentang konsep-konsep di dalam
pembelajaran Fisika.
8
3. Materi Perubahan Wujud Zat
Perubahan wujud zat merupakan salah satu bentuk terjadi nya gejala
perubahan pada suatu benda menjadi berbeda wujud dari sebelumnya, baik
ukuran, bentuk, warna, dan baunya yang berubah. Zat atau materi
mempunyai sifat-sifat tertentu yang berbeda dengan sifat zat lainnya.
Dengan begitu wujud zat dapat berbeda dari wujud benda lainya. Sebagai
contoh besi dan kayu yang berada di daerah sekitar hanya dijumpai berupa
zat padat. Beda halnya dengan besi dan kayu, air dapat berada dalam tiga
wujud, yakni padat, cair, dan gas. Berdasarkan wujudnya zat dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu zat padat, zat cair, dan zat gas (Hari, 2019).
a. Zat padat
Zat padat adalah zat yang mempunyai bentuk dan volume tetap.
Dilihat dari susunan molekul dan ikatan antar molekulnya zat padat
mempunyai susunan molekul yang teratur dan gaya tarik menarik antar
molekul yang kuat. Contoh zat padat adalah batu, meja, papan tulis, dan
kayu.
b. Zat cair
Zat cair adalah zat yang mempunyai volume tetap, tetapi bentuk
nya selalu berubah mengikuti tempat nyam. Dilihat dari susunan molekul
dan ikatan antar molekul nya, zat cair mempunyai susunan molekul yang
kurang teratur dan jarak antar molekul nya yang agak renggang, sehingga
gaya tarik menarik antar molekul nya relatif rendah dibandingkan zat
padat. Contoh zat cair adalah air, susu, dan sirup.
c. Zat gas
Zat gas adalah zat yang mempunyai bentuk dan volume yang
tidak tetap. Hal ini disebabkan karena susunan molekul-molekul gas
sangat tidak teratur sehingga gaya tarik menarik antar molekul nya
sangat lemah. Contoh zat gas adalah udara.
9
Perubahan wujud zat benda bermacam-macam dikarenakan setiap
zat benda juga memiliki karakteristik tersendiri yang membuat nya
memerlukan proses perubahannya masing-masing. Berikut penjelasan
mengenai macam-macam perubahan wujud zat yang telah di papar oleh
(Reffiane, Sudarmin, Wiyanto, & Saptono, 2021) :
a. Perubahan Wujud Benda Mencair
Mencair adalah bentuk perubahan wujud yang terjadi pada benda
padat menjadi cair. Supaya dapat terjadi perubahan wujud benda mencair
maka memerlukan panas atau kalor yang mempengaruhi zat benda
tersebut. Perubahan wujud benda ini juga dikenal dengan istilah meleleh.
Contoh perubahan wujud benda mencair adalah mentega ketika
dipanaskan akan mencair.
b. Perubahan Wujud Benda Membeku
Membeku adalah bentuk perubahan wujud yang terjadi pada
benda cair menjadi benda padat. Perubahan wujud membeku bisa
dibilang kebalikan dari mencair, dimana dapat diartikan proses
perubahan wujud dengan membeku akan melepaskan panas pada suhu
yang dingin, berkebalikan dari mencair. Contoh perubahan benda
membeku adalah ketika air yang dimasukkan ke dalam freezer akan
membeku menjadi es batu.
c. Perubahan Wujud Benda Menguap
Menguap adalah bentuk perubahan wujud yang terjadi pada
benda cair menjadi zat gas. Menguap adalah perubahan wujud yang
memerlukan kalor atau pemanasan. Perubahan tersebut tidak hanya
terjadi pada zat cair saja, namun juga bisa terjadi di dalam tubuh
manusia. Contoh perubahan benda menguap adalah ketika berkeringat,
maka keringat akan menguap dan mendingin dari tubuh dan ada juga
peristiwa ketika merebus air, maka saat mendidih akan mengeluarkan
uap.
10
d. Perubahan Wujud Benda Mengembun
Mengembun adalah bentuk perubahan wujud yang terjadi pada
benda gas menjadi benda cair. Pengembunan terjadi pada gas di udara
yang dingin atau suhu rendah menjadi butiran-butiran air. Perubahan
wujud ini termasuk dalam proses yang melepaskan kalor karena
membutuhkan suhu yang rendah. Contoh perubahan wujud benda
mengembun adalah ketika embun pada daun-daun rumput di pagi hari
atau gelas kaca yang mengembun karena berisi air dingin atau es batu.
e. Perubahan Wujud Benda Menyublim
Menyublim adalah bentuk perubahan yang terjadi pada benda
padat menjadi material gas. Proses perubahan wujud dengan menyublim
membutuhkan kalor atau energi panas agar benda padat tersebut bisa
berubah menjadi molekul gas di udara. Contoh perubahan wujud benda
menyublim adalah ketika meletakkan kapur Barus atau kper di suatu
ruangan, maka lama-kelamaan akan habis benda padat itu karena
menyublim ke udara.
f. Perubahan Wujud Benda Mengkristal
Mengkristal adalah bentuk perubahan wujud yang terjadi pada
material gas menjadi material yang lebih padat. Proses perubahan wujud
ini terjadi karena adanya pelepasan energi panas atau kalor pada suhu
yang lebih rendah dari benda. Contoh perubahan wujud benda
mengkristal adalah ketika memiliki madu di dalam botol maka di setiap
tutup botol terdapat butiran gula, maka butiran gula tersebut yang disebut
dengan mengkristal.
Faktor yang dapat mempengaruhi perubahan wujud zat, antara
lain pemanasan, pendinginan, pembakaran, pencampuran, pembusukan,
dan perakaratan menurut kutipan (Wandini, Bariyah, Lubis, Nur, dan
Mardhatillah, 2022)
a. Pemanasan
11
Sifat benda berubah di bawah pengaruh suhu atau pemanasan.
Cohtohnya pakaian yang dijemur ketika terkena sinar matahari akan
berubah menjadi kering.
b. Pendinginan
Sifat benda akan berubah akibat proses pendinginan.
Contohnya air ketika dimasukkan ke dalam freezer akan berubah
menjadi es batu. Air berbentuk cairan sedangkan es batu berbentuk
benda padat.
c. Pembakaran
Sifat benda akan berubah akibat dari proses pembakaran.
Contohnya ketika membakar kayu akan berubah bentuk dan warna,
dan melepaskan asap (berubah menjadi arang, warnanya hitam dan
asap berbentuk gas).
d. Pencampuran
Sifat benda akan berubah melalui proses pencampuran.
Contohnya membuat dinding atau bangunan dengan
menggunakanair, pasir, dan semen dan menjadi satu. Air merupakan
benda cair, pasir dan semen merupakan benda padat. Selanjutya,
ketika semua bahan tersebut dicampur dan dibiarkan beberapa saat,
akan menjadi sangat keras dan memiliki sifat yang berbeda dengan
aslinya.
e. Pembusukan
Sifat benda akan berubah karena proses pembusukan.
Contohnya makanan yang kamu biarkan berhari-hari akan membusuk
karena pengaruh bakteri atau mikroba. Bakteri atau mikroba akan
melepaskan zat yang membuatnya membusuk, lembut, dan berlendir.
f. Perkaratan
Logam yang sering terkena air akan cepat berkarat karena air
banyak mengandung oksigen. Jika logam, terutama besi dan baja dan
12
seng bersentuhan langsung dengan udara dan air, maka akan terjadi
reaksi oksigen membentuk karat. Warna besi atau seng berubah
menjadi coklat atau hitam. Besi atau seng yang semula keras dan
kokoh berubah menjadi rapuh dan mudah patah.
4. Kegiatan Praktikum
Kegiatan praktikum adalah salah satu kegiatan yang sangat berperan
dalam meningkatkan proses belajar mengajar. Kegiatan praktikum menjadi
salah satu kegiatan belajar bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan
berfikir, menganalisis, memecahkan masalah, membuktikan dan menarik
kesimpulan, suatu objek dari materi yang dipelajari. Praktikum yang
dilakukan di laboratorium memiliki manfaat dan pengalaman yang cukup
besar bagi peserta didik dalam ketiga ranah pembelajaran. Pada ranah
kognitif, praktikum di laboratorium memberikan manfaat dalam membantu
pemahaman siswa. Pada ranah afektif, praktikum dapat melatih sikap ilmiah
peserta didik. Pada ranah psikomotorik, pelaksanaan praktikum dapat
melatih keterampilan peserta didik dalam menggunakan alat dan bahan yang
telah dipaparkan oleh (Jumaini, 2014) dalam (Royani, Mirawati, & Jannah,
2018).
13
diatas dengan penelitian tindakan kelas ini adalah metode pembelajaran
Discovery Learning dengan metode praktikum. Perbedaan penelitian tindakan
kelas ini yaitu peneliti mengukur hasil belajar, sedangkan penelitian tindakan
kelas ini mengukur pemahaman konsep siswa.
2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mochammad Khoirul Huda
dan Erman (2018), yang berjudul “Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa
SMP pada Sub Materi Asam Basa Garam dengan Penerapan Model Discovery
Learning”, menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran
Discovery Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada sub
materi asam basa garam. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian
tindakan kelas ini adalah menggunakan metode pembelajaran Discovery
Learning. Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian tindakan kelas ini
adalah peneliti diatas menggunakan materi asam basa garam, sedangkan
penelitian tindakan kelas ini menggukan materi perubahan wujud zat.
3. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ulvia Fitriani, Bhakti
karyadi, dan Irwandi Ansori (2017), yang berjudul “Penerapan Model
Discovery Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Biologi Siswa
SMP”, menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Discovery
Learning dapat meningkatkan pemahan konsep siswa. Persamaan penelitian di
atas dengan penelitian tindakan kelas ini adalah menggunakan metode
pembelajaran Discovery Learning. Perbedaan penelitian diatas dengan
penelitian tindakan kelas ini adalah peneliti di atas menggunakan materi
biologi, sedangkan penelitian tindakan kelas menggunakan materi (fisika)
perubahan wujud zat.
4. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Triwiyono, Tanta, dan
Florentina Maria Panda (2019), yang berjudul “Pembelajaran IPA SMP
Berbasis Keterampilan Proses Sains dengan Model Discovery Learning untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa”, menunjukkan bahwa
pembelajaran berbasis keterampilan proses sains dengan model Discovery
14
Learning dapat meningkatkan pemahaman konsepsiswa pada materi topik
gaya. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian tindakan kelas ini adalah
menggunakan metode pembelajaran Discovery Learning. Perbedaan
penelitian di atas dengan penelitian tindakan kelas ini adalah peneliti di atas
menggunakan Keterampilan Proses Sains (KPS), sedangkan penelitian
tindakan kelas menggunakan kegiatan praktikum.
5. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Maria Fransiska Lestari Budi
Utami (2017), yang berjudul “Penerapan Strategi Discovery Learning (DL)
untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis dan Pemahaman Konsep
IPA”, menunjukkan bahwa menggunakan model pembelajaran Discovery
Learning (DL) dapat meningkatkan keterampilan berfikir kritis dan
pemahaman konsep siswa. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian
tindakan kelas adalah menggunakan metode pembelajaran Discovery
Learning.
C. Kerangka Berfikir
lmu pengetahuan alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang
pengetahuan dengan mencari tahu tentang alam secara eksperimen yang
sistematis dan observasi serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-
hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesis. Pembelajaran IPA berorientasi
pada kemampuan aplikatif, pengembangan berpikir, kemampuan belajar, rasa
ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap
lingkungan sosial dan alam. Kedudukan IPA dapat dikatakan sebagai Produk,
Proses, dan Sikap dan Nilai.
Pembelajaran IPA peserta didik cenderung mengalami kesulitan, hal ini
dikarenakan kemampuan pemahaman konsep IPA relatif rendah. Selain itu,dalam
belajar siswa juga kurang aktif dan kurang memahami pembelajaran sehingga
siswa mengalami kesulitan saat akan menyelesaikan soal yang berbeda sedikit
dari contoh yang diberikan. Peserta didik harus di dorong untuk mengonstruksi
15
pengetahuan di dalam pikirannya. Supaya benar-benar memahami dan dapat
menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja
memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan bersusah
payah dengan ide-idenya,untuk mengatasi masalah tersebut maka diperlukan
model pembelajaran yang tepat dan menarik, dimana siswa dapat aktif saat
pembelajaran berlangsung dan dapat menyelesaikan soal dengan berbagai cara.
Model yang dimaksud adalah model pembelajaran discovery learning.
Model pembelajaran discovery learning dalam penelitian ini adalah
model pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik melakukan
penyelidikan atau penemuan agar rasa ingin tahu peserta didik terhadap sesuatu
dapat terpenuhi dengan optimal, model pembelajaran yang berpusat pada siswa,
yang bisa melatih dan mengembangkan pemahaman konsep IPA peserta didik
karena peserta didik diberi kebebasan untuk mengajukan pendapat untuk
mengembangkan pengetahuannya dengan tema-temanya yang telah dibentuk
dalam sebuah kelompok kecil dengan bimbingan guru untuk menyimpulkan.
Dalam prakteknya guru hanya sebagai fasilitator siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan mengondisikan peserta didik secara penuh dalam kegiatan
penemuan, dengan demikian penggunaan model discovery learning dalam
pembelajaran di harapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman konsep
IPA peserta didik, sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran IPA.
D. Hipotesis Terdahulu
Berdasarkan uraian di atas dalam penelitian tindakan kelas ini, dapat
peneliti rumuskan hipotesis sebagai berikut: “Jika proses belajar mengajar
peserta didik kelas VII C di UPTD SMP Negeri 1 Socah pada semester hanjil
Tahun Pelajaran 2022/2023 menggunakan metode Discovery Learning yang
berbantuan dengan kegitan praktikum pada materi perubahan wujud zat, maka
kemungkinan dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas VII C di UPTD SMP
16
Negeri 1 Socah akan lebih baik dibandingkan dengan proses belajar megajar
yang dilakukan sebelumnya.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di UPTD SMPN 1 Socah yang
bertempat di Jl. Kencur No.5, Socah Kabupaten Bangkalan. UPTD SMPN 1
Socah sempat menyandang sebagai Sekolah Adiwiyata dengan 3 rombel pada
masing-masing kelasnya yang terdiri dari kurang lebih sebanyak 25 siswa pada
masing-masing kelas. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin McTaggart
(1998). Empat komponen penelitian yang digunakan dalam setiap langkah yaitu
perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observing), refleksi
(reflecting).
Objek Penelitian ini adalah Siswa Kelas VIIC SMPN 1 Socah, Kabupaten
Bangkalan, dengan jumlah siswa sebanyak 24, yang terdiri dari 10 siswa.
Penelitian ini dilaksanakan sselama 3 bulan yaitu pada bulan September sampai
dengan November 2022. Penelitian menggunakan materi Perubahan Wujud Zat
sebagai materi yang akan diambil datanya. Penelitian ini direncanakan sebanyak 2
siklus masing – masing siklus 1 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan
desain Penelitian Tindakan Kelas dengan Siklus.
18
1) Memberikan soal pretes kepada siswa sebelum memperoleh pelajaran dari
guru guna mengetahui kemampuan awal siswa.
2) Melakukan kegiatan belajar belajar untuk siklus I yaitu guru mengorientasi
siswa pada masalah dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan pendekatan
pembelajaran yang diterapkan. Selanjutnya guru menjelaskan materi
pembelajaran kepada siswa, kemudian siswa diminta untuk mengajukan 1
atau 2 soal yang menantang dan siswa yang bersangkutan harus mampu untuk
menyelesaikannya, tugas ini dapat pula dilakukan secara berkelompok.
3) Jika pada siklus I siswa tidak memperoleh ketuntasan belajar, maka akan
dilanjutkan dengan siklus II.
4) Jika siklus II siswa juga tidak mencapai ketuntasan belajar, maka akan
dilanjutkan dengan siklus berikutnya dengan pokok bahasan yang sama.
5) Setelah setiap pokok bahasan diajarkan, diadakan postest untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Kegiatan ini terus terulang
sampai mencapai ketuntasan belajar, akan tetapi jika pada siklus I siswa telah
mencapai ketuntasan belajar, maka siklus II atau III tidak perlu dilanjutkan,
begitu juga untuk materi selanjutnya.
Prosedur Penelitian
19
Siklus I
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan persiapan–persiapan untuk melakukan
perencanaan tindakan dengan membuat modul ajar, lembar observasi guru
dan siswa, lembar kerja siswa, dan membuat alat evaluasi berbentuk tes
tertulis dengan model pilihan ganda.
b) Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan :
1) Guru menjelaskan materi Materi Perubahan Wujud Zat secara klasikal.
20
2) Pengorganisasian siswa yaitu dengan membentuk 4 kelompok,
masing–masing kelompok terdiri dari 6 orang siswa, kemudian LKS
dan siswa diminta untuk mempelajari LKS.
3) Dalam kegiatan pembelajaran secara umum siswa melakukan kegiatan
sesuai dengan langkah–langkah kegiatan yang tertera dalam LKS,
diskusi kelompok, diskusi antar kelompok, dan menjawab soal – soal.
Dalam bekerja kelompok siswa saling membantu dan berbagi tugas.
Setiap anggota bertanggung jawab terhadap kelompoknya.
c) Tahap Observasi
Pada tahapan ini dilakukan observasi pelaksanaan tindakan, aspek yang
diamati adalah keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran
menggunakan lembar observasi aktivitas dan respon siswa serta guru.
Sedangkan Upaya Meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar
siswa diperoleh dari tes hasil belajar siswa serta lembar penilaian aktivitas
belajar siswa.
d) Tahap Refleksi
Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses pembelajaran pada siklus I dan
menjadi pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya.
Pertimbangan yang dilakukan bila dijumpai satu komponen dibawah ini
belum terpenuhi, yaitu sebagai berberikut
1) Siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 70.2
2) Ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai
ketuntasan individual yang diambil dari tes hasil belajar siswa.
Siklus II
Hasil refleksi dan analisis data pada siklus I digunakan untuk acuan dalam
merencanakan siklus II dengan memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada
siklus I. Tahapan yang dilalui sama seperti pada tahap siklus I seperti:
a) Tahap Perencanaan
21
Pada tahap ini dilakukan persiapan–persiapan untuk melakukan
perencanaan tindakan dengan membuat modul ajar, lembar observasi guru
dan siswa, lembar kerja siswa, dan membuat alat evaluasi berbentuk tes
tertulis dengan model pilihan ganda.
b) Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan :
1) Guru menjelaskan materi Materi Perubahan Wujud Zat dengan
berbantuan kegiatan praktikum
2) Pengorganisasian siswa yaitu dengan membentuk 4 kelompok,
masing–masing kelompok terdiri dari 6 orang siswa, kemudian siswa
di beri arahan mengenai praktikum yang akan dilakukan.
3) Dalam kegiatan pembelajaran secara umum siswa melakukan kegiatan
praktikum sesuai dengan perintah dari guru, diskusi kelompok, diskusi
antar kelompok, dan menjawab soal – soal. Dalam bekerja kelompok
siswa saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota bertanggung
jawab terhadap kelompoknya.
c) Tahap Observasi
Pada tahapan ini dilakukan observasi pelaksanaan tindakan, aspek yang
diamati adalah keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran
menggunakan lembar observasi aktivitas dan respon siswa serta guru.
Sedangkan Upaya Meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar
siswa diperoleh dari tes hasil belajar siswa serta lembar penilaian aktivitas
belajar siswa.
d) Tahap Refleksi
Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses pembelajaran pada siklus II dan
menjadi pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya.
Pertimbangan yang dilakukan bila dijumpai satu komponen dibawah ini
belum terpenuhi, yaitu sebagai berberikut
1. Siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 70.2
22
2. Ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai
ketuntasan individual yang diambil dari tes hasil belajar siswa.
23
guru. Pengisian lembar observasi ini dilakukan dengan cara memberikan
tanda check list pada kolom yang sesuai dengan peristiwa yang terjadi.
b) Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
A. Observasi
Observasi adalah pengamatan terhadap hal-hal yang akan diteliti atau
pengamatan langsung untuk memperoleh data. Menurut Suharsimi
Arikuntoro bahwa observasi disebut pula dengan pengamatan meliputi
kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan
alat indra. Lembar observasi diperoleh untuk memperoleh informasi
berkaitan dengan kegiatan mengajar selama penelitian. Lembar observasi
terdiri dari lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi guru.
Lembar observasi ini memuat aktivitas yang akan diamati serta kolom-
kolom yang menunjukkan tingkat dari setiap aktivitas yang diamati.
Pengisian lembar pengamatan dilakukan dengan membubuhkan tanda
chek-list dalam kolom yang telah disediakan sesuai dengan gambaran
yang diamati.
B. Soal tes
Tes ialah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang
dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan dasar
bagi penetapan skor angka. Tes juga merupakan alat atau prosedur yang
digunakan untuk mengetahui atau menggunakan penilaian yang berwujud
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan
jawaban secara lisan, tulisan maupun dalam bentuk perbuatan. Alat
pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara ujian tertulis guna
bertujuan untuk melihat tingkat pemahaman dan bakat siswa dalam
mempelajari suatu materi yang diajarkan. Soal tes yang digunakan yaitu
soal yang berkaitan dengan Perubahan Wujud suatu benda yang berjumlah
24
10 soal pilihan ganda dan 15 butir soal yang terdiri dari 10 soal pilihan
ganda dan 5 soal essai. 10 soal pilihan ganda untuk pra siklus dan siklus I,
15 soal untuk siklus II. Soal tes diberikan setelah pembelajaran
berlangsung. Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal-
soal pilihan ganda dan esai yang mencakup aspek kognitif dari mengingat
(C1), memahami (C2), Mengaplikasikan (C3) dan menganalisis (C4).
25
𝑀𝑥 =
∑X
N
Keterangan:
Mx : rata-rata (mean)
∑X : jumlah dari hasil skor-skor (nilai-nilai) yang ada
N : number of cases (banyaknya skor-skor itu sendiri)
Rumus persentase frekuensi yang dimaksud di atas sebagai berikut (Anas
Sudijono, 2010: 43)
P=
∑ n x 100 %
N
Keterangan:
P : persentase frekuensi
∑n : jumlah frekuensi yang muncul
N : jumlah total siswa
Data dapat dihitung berdasarkan jenis instrumennya, selanjutnya data
dijumlahkan dan dicari rata-rata serta presentasenya. Hasil penghitungan tersebut
kemudian digolongkan kedalam lima kategori yaitu:
Tabel 1 Kategori nilai Pemahaman konsep siswa
26
Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah nilai penguasaan konsep
IPA siswa, sebanyak ≥ 70% dari jumlah siswa kelas VII C UPTD SMPN 1 Socah,
telah mencapai kriteria ketuntasan minimal yaitu ≥ 70.
BAB IV
A. Hasil Penelitian
a. Pra Siklus
Kegiatan pra siklus dilaksanakan sebelum melaksanakan siklus I.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana penguasaan konsep
IPA sebelum dilaksanakannya upaya tindakan peningkatan penguasaan
konsep IPA melalui kegiatan praktikum. Pada pertemuan ini materi yang
disampaikan adalah perubahan wujud zat. Pengamatan tersebut digunakan
untuk mengetahui gambaran awal proses pembelajaran di kelas VII C UPTD
SMPN 1 Socah.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, masih terdapat
beberapa aspek yang belum maksimal yaitu pembelajaran masih berpusat
pada guru, siswa hanya duduk memperhatikan penjelasan materi oleh guru,
fasilitas pendukung kegiatan pembelajaran seperti media pembelajaran atau
alat-alat praktik IPA di SMPN 1 Socah belum digunakan oleh guru karena
keterbatasan alat. Pada pertemuan ini juga dilakukan pengukuran pra siklus
penguasaan konsep IPA terhadap 24 siswa dengan memberikan soal tes yang
dibuat oleh peneliti. Soal tes untuk kegiatan pra siklus disesuaikan dengan
tingkatan penguasaan konsep dalam penelitian ini yaitu C1 sampai C4. Rekap
nilai pra siklus penguasaan konsep IPA dapat dilihat pada tabel 2 berikut :
27
Tabel 2. Rekap Nilai pemahaman konsep IPA Pra Siklus kelas VII
C SMPN 1 Socah
Nilai tertinggi 80
Nilai terendah 10
Jumlah siswa tuntas 3
Jumlah siswa belum tuntas 20
Jumlah Siswa 23 siswa
Rata-rata 42,6
Persentase 13 %
Rekap Nilai Penguasaan Konsep IPA Pra Siklus Siswa 23 siswa Nilai
Tertinggi 80 Nilai Terendah 10 Jumlah Siswa Tuntas 3 Siswa Belum Tuntas
20 siswa Nilai Rata-rata 42,6 Presentase Siswa Tuntas 13%.
Berdasarkan tabel 2 rekap nilai penguasaan konsep IPA pra siklus,
menunjukkan bahwa rata-rata nilai penguasaan konsep IPA pra siklus 42,6
dengan nilai tertinggi adalah 80 dan nilai terendah adalah 10. Sebanyak 3
siswa (13%) sudah mencapai KKM dan 20 siswa (87%) belum mencapai
KKM. Dengan demikian, dikarenakan lebih banyak siswa yang belum tuntas
maka pembelajaran selanjutnya akan dilaksanakan secara berkelompok
supaya siswa bisa bertukar pikiran antar siswa sehingga memperoleh jawaban
yang tepat.
b. Siklus I
Tahap Perencanaan
Proses perencanaan pada siklus I dilaksanakan pada 1 pertemuan saja.
Pada siklus I ini, materi yang akan disampaikan adalah perubahan
wujud zat, adapun kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
28
1) Membuat modul ajar sesuai kurikulum merdeka dengan
menggunakan model Discovery Learning.
2) Membuat lembar observasi kegiatan guru dan siswa guna
mendapatkan data proses pembelajaran selama di kelas.
3) Membuat soal yang berjumlah 10 soal pilihan ganda, setiap soal
mencakup C1-C4.
Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan :
1) Guru mengucapkan salam dan mengabsen siswa.
2) Guru menyampaikan tujuan dan materi dari pembelajaran yang
akan di pelajari pada pertemuan ini.
3) Guru memberikan pertanyaan pemantik.
4) Guru menjelaskan sedikit tentang materi Perubahan Wujud Zat,
macam-macam perubahan wujud zat serta contoh dalam kehidupan
sehari-hari, dalam proses penyampaian materi guru juga sedikit
memberikan pertanyaan kepada siswa.
5) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok yang beranggotakan 5-6
orang dalam setiap kelompok. Proses pengorganisasian kelompok
ini yaitu dengan cara berhitung dari 1 sampai 4. Tujuan dari
diadakannya pengelompokan ini supaya siswa bisa bertukar
pikiran antar siswa.
6) Guru memberikan LKPD kepada masing-masing kelompok yang
terdiri dari 5 soal essai. Pemberian LKPD ini supaya melatih siswa
dalam bertukar pikiran serta kerjasama nya dengan anggota
kelompok lainnya.
7) Guru mempersilahkan 1 kelompok untuk membacakan hasil
diskusinya di depan kelas.
29
8) Guru memberikan soal posttes kepada masing-masing siswa guna
mengetahui pemahaman masing-masing siswa jika pembelajaran
dilaksanakan secara berkelompok.
9) Guru memberikan kesimpulan dari pembelajaran ini
10) Guru mengakhiri pembelajaran pada pertemuan ini.
Tahap Observasi
Pada tahapan ini dilakukan observasi pelaksanaan tindakan,
aspek yang diamati adalah keaktifan siswa dan guru dalam proses
pembelajaran menggunakan lembar observasi aktivitas dan respon
siswa serta guru. Sedangkan Upaya Meningkatkan pemahaman konsep
dan hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar siswa serta
lembar penilaian aktivitas belajar siswa.
a. Hasil Observasi Guru
Kegiatan observasi ini dilaksanakan oleh sesama peneliti
dengan mengatur kegiatan guru selama proses pembelajaran
dengan menggunakan model Discovery Learning. Penelitian ini
dilakukan dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Pada
kegiatan ini guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
modul ajar yang telah dibuat sebelumnya. Guru melaksanakan
semua langkah-langkah sesuai dengan modul ajar. Pada kegiatan
siklus I guru hanya menerapkan metode ceramah dalam
pembelajaran, guru hanya menumbuhkan sikap partisipasi aktif
siswa. Pada siklus ini guru juga membagi siswa menjadi 4
kelompok yang beranggotakan 5-6 orang dalam setiap kelompok.
Guru juga menjelaskan materi sesuai dengan modul ajar yang telah
dibuat. Selain itu pada pembelajaran siklus I ini memperoleh soal
evaluasi dari guru untuk mengetahui pemahaman konsep siswa di
pembelajaran siklus I
30
b. Hasil Observasi Siswa
Data yang diperoleh dari hasil observasi kegiatan siswa
yaitu pada saat guru membuka pelajaran, siswa masih
memperhatikan guru di awal pembelajaran. Selain itu, siswa juga
menjawab pertanyaan guru pada saat pembelajaran belum dimulai
atau bisa disebut dengan pertanyaan pemantik. Pertanyaan
pemantik ini berguna untuk menarik perhatian para siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Akan tetapi pada saat guru menjelaskan
pelajaran, masih banyak siswa yang tidak mendengarkan
penjelasan dari guru. Siswa malah asik bermain handphone, bicara
dengan teman sebangku dan bahkan tidur di kelas. Pembelajaran
pada siklus ini dilakukan secara berkelompok dengan cara
berhitung dari 1 sampai 4, namun pada saat proses pengelompokan
ini kondisi kelas sangat ramai karena mencari anggota kelompok
nya dan tidak setuju dengan anggota kelompok nya. Pada proses
pembelajaran kelompok siswa belum bisa bekerjasama antar
kelompok nya dan belum bisa mengemukakan pendapat yang
berakibatkan siswa belum memahami sepenuhnya terkait materi
perubahan wujud zat ini. Sebelum dilaksanakan tes evaluasi guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal yang belum jelas namun tidak ada siswa yang bertanya. Pada
saat mengerjakan soal evaluasi, beberapa siswa masih
kebingungan. Siswa melakukan soal evaluasi dengan tertib.
c. Pemahaman Konsep IPA
Akhir dari pelaksanaan siklus I diakhiri dengan soal tes
evaluasi yang berjumlah 15 soal terdiri dari 10 soal pilihan ganda
dan 5 soal essai. Pemberian soal tes evaluasi ini untuk mengukur
pemahaman konsep IPA siswa pada materi perubahan wujud zat
setelah belajar dengan menggunakan model Discovery Learning
31
dengan metode ceramah. Rekap nilai pemahaman konsep IPA
siswa dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Rekap nilai pemahaman konsep IPA siswa Siklus I di
Kelas VII C SMPN 1 Socah
32
Berdasarkan tabel 4 nilai pemahaman konsep IPA siswa
pra siklus dan siklus I siswa kelas VII C SMPN 1 Socah, dapat
disimpulkan bahwa rata-rata nilai penguasaan konsep IPA siswa
dari pra siklus ke siklus I nai 30,8. Nilai rata-rata siswa pada pra
siklus adalah 42,6 kemudian pada siklus I naik menjadi 73,04.
Jumlah siswa yang sudah mencapai KKM dari pra siklus ke siklus
I mengalami peningkatan 42%. Nilai tertinggi pada pra siklus
adalah 80 dan nilai terendah adalah 10. Pada siklus I, nilai tertinggi
adalah 98 dan nilai terendah adalah 55. Pada pra siklus, jumlah
siswa yang sudah mencapai KKM adalah 3 siswa (13%) kemudian
meningkat menjadi 15 siswa (65%) pada siklus I. Nilai rata-rata
pemahaman konsep IPA siswa selengkapnya dapat dilihat pada
diagram batang berikut ini.
33
maksimal sehingga memerlukan perbaikan dan pencapaian nilai
penguasaan konsep IPA siswa belum dapat memenuhi kriteria
keberhasilan yang diinginkan peneliti dan pihak sekolah. Berdasarkan
hasil penelitian siklus I tersebut, maka peneliti, guru kelas dan rekan
peneliti melanjutkan tindakan pada siklus II dengan beberapa
perbaikan sebagai berikut :
34
yang mengerjakan serta siswa dapat bekerjasama
asik bermain handphone antar kelompok nya
c. Siklus II
Tahap perencanaan
Proses perencanaan pada siklus I dilaksanakan pada 1 pertemuan saja.
Pada siklus I ini, materi yang akan disampaikan adalah perubahan
wujud zat, adapun kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
1) Membuat modul ajar sesuai kurikulum merdeka dengan
menggunakan model Discovery Learning.
2) Membuat lembar observasi kegiatan guru dan siswa guna
mendapatkan data proses pembelajaran selama di kelas.
3) Mempersiapkan alat bahan untuk kegiatan praktikum perubahan
wujud zat
4) Membuat soal yang berjumlah 15 soal terdiri dari 10 soal pilihan
ganda dan 5 soal essai. Setiap soal mencakup C1-C4.
Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini di lakukan:
1) Guru mengucapkan salam dan mengabsen siswa.
2) Guru menyampaikan tujuan dan materi dari pembelajaran yang
akan di pelajari pada pertemuan ini.
3) Guru memberikan pertanyaan pemantik.
4) Guru mereview materi sebelumnya dengan cara menanyakan
contoh dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan pertanyaan
kepada siswa.
5) Sebelum dilaksanakan siklus II, Guru membagi siswa menjadi 4
kelompok yang beranggotakan 5-6 orang dalam setiap kelompok.
Proses pengorganisasian kelompok ini yaitu dengan cara di spin.
35
Pengelompokan dilakukan sebelum dilaksanakan praktikum
dikarenakan supaya siswa menyetujui dengan anggota kelompok
nya dan mempermudah pembawaan alat dan bahan untuk kegiatan
praktikum.
6) Guru mengintrusinsiswa setiap melakukan percobaan dan menulis
apa yang telah diamati.
7) Guru mempersilahkan 1 kelompok untuk membacakan hasil
diskusinya di depan kelas.
8) Guru memberikan soal posttes kepada masing-masing siswa guna
mengetahui pemahaman masing-masing siswa jika pembelajaran
dilaksanakan secara berkelompok.
9) Guru memberikan kesimpulan dari pembelajaran ini
10) Guru mengakhiri pembelajaran pada pertemuan ini
Tahap Observasi
Pada tahapan ini dilakukan observasi pelaksanaan tindakan,
aspek yang diamati adalah keaktifan siswa dan guru dalam proses
pembelajaran menggunakan lembar observasi aktivitas dan respon
siswa serta guru. Sedangkan Upaya Meningkatkan pemahaman konsep
dan hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar siswa serta
lembar penilaian aktivitas belajar siswa.
1) Hasil Observasi Guru
Kegiatan observasi ini dilaksanakan oleh sesama peneliti
dengan mengatur kegiatan guru selama proses pembelajaran
dengan menggunakan model Discovery Learning. Penelitian ini
dilakukan dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Pada
kegiatan ini guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
modul ajar yang telah dibuat sebelumnya. Guru melaksanakan
semua langkah-langkah sesuai dengan modul ajar. Pada kegiatan
36
siklus II guru menerapkan metode kegiatan praktikum dalam
pembelajaran, dalam hal ini guru menguji siswa bagaimana cara
bekerjasama antar kelompok dan guru juga menumbuhkan sikap
partisipasi aktif siswa sehingga siswa mampu mengemukakan
pendapat dan dapat berdiskusi dengan baik. Pada siklus ini guru
juga membagi siswa menjadi 4 kelompok yang beranggotakan 5-6
orang dalam setiap kelompok. Guru juga mengontruksi dan
membimbing siswa dari awal hingga akhir percobaan materi sesuai
dengan modul ajar yang telah dibuat. Selain itu pada pembelajaran
siklus II ini memperoleh soal evaluasi dari guru untuk mengetahui
pemahaman konsep siswa di pembelajaran siklus II
2) Hasil Observasi Siswa
Data yang diperoleh dari hasil observasi kegiatan siswa
yaitu pada saat guru membuka pelajaran, siswa sudah
memperhatikan guru di awal pembelajaran. Selain itu, siswa juga
menjawab pertanyaan guru pada saat pembelajaran belum dimulai
atau bisa disebut dengan pertanyaan pemantik. Pertanyaan
pemantik ini berguna untuk menarik perhatian para siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Pada siklus II ini yang awalnya, masih
banyak siswa yang tidak mendengarkan penjelasan dari guru,
siswa malah asik bermain handphone, bicara dengan teman
sebangku dan bahkan tidur di kelas, siswa sudah memperhatikan
guru dikarenakan pembelajaran nya dengan kegiatan praktikum
yang harus mengeluarkan banyak tenaga kerja sehingga siswa di
tuntut untuk mendengarkan penjelasan guru supaya percobaan
yang dilakukan berhasil. Pada siklus ini dilakukan secara
berkelompok dengan cara di spin karena pembelajaran bersifat
praktik maka siswa perlu menyiapkan alat bahan yang akan
digunakan pada saat percobaan. Sehingga pada saat masuk kelas,
37
siswa langsung berada pada kelompok masing-masing, tidak
terjadi perselisihan antara sesama siswa. Pada proses pembelajaran
kelompok siswa sudah bisa bekerjasama antar kelompok nya dan
sudah bisa mengemukakan pendapat dan tidak lagi canggung
ketika menyampaikan hasil percobaannya, sehingga siswa bisa
memahami sepenuhnya terkait materi perubahan wujud zat ini.
Sebelum dilaksanakan tes evaluasi guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal yang belum jelas
namun tidak ada siswa yang bertanya. Pada saat mengerjakan soal
evaluasi, beberapa siswa masih kebingungan. Siswa melakukan
soal evaluasi dengan tertib
3) Pemahaman konsep IPA
Akhir dari pelaksanaan siklus I diakhiri dengan soal tes
evaluasi yang berjumlah 15 soal terdiri dari 10 soal pilihan ganda
dan 5 soal essai. Pemberian soal tes evaluasi ini untuk mengukur
pemahaman konsep IPA siswa pada materi perubahan wujud zat
setelah belajar dengan menggunakan model Discovery Learning
dengan berbantuan kegiatan praktikum. Rekap nilai pemahaman
konsep IPA siswa dapat dilihat pada tabel 5 berikut:
Tabel 5. Rekap nilai pemahaman konsep IPA siswa Siklus II di
Kelas VII C SMPN 1 Socah
38
Persentase 96 %
39
Pada siklus II nilai tertinggi adalah 90 dan nilai terendah adalah
96. Nilai rata-rata penguasaan konsep IPA siswa selengkapnya
dapat dilihat pada diagram batang berikut ini.
Rata-rata nilai penguasaan konsep IPA siswa pada pra
siklus, siklus I dan siklus II, dapat disimpulkan bahwa rata-rata
nilai penguasaan konsep IPA siswa mengalami peningkatan dari
pra siklus ke siklus I kemudian dari siklus I ke siklus II. Hal ini
membuktikan bahwa model pembelajaran Discovery Learning
berbantuan kegiatan praktikum dapat meningkatkan pemahaman
konsep IPA siswa kelas VII C SMPN 1 Socah. Nilai rata-rata
penguasaan konsep IPA siswa pada siklus II adalah 84,5 termasuk
dalam kategori sangat baik. Pada siklus II ini, nilai rata-rata
pemahaman konsep IPA siswa telah memenuhi kriteria
keberhasilan penelitian karena jumlah siswa yang tuntas yaitu 22
siswa (96%) atau ≥70% dari jumlah keseluruhan siswa.
Tahapan Refleksi Siklus II
Berdasarkan observasi pada siklus II, diperoleh data bahwa
pembelajaran dengan model Discovery Learning berbantuan kegiatan
praktikum dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA siswa. Dari
hasil tes evaluasi pada setiap akhir siklus menunjukkan bahwa
penerapan model Discovery Learning berbantuan kegiatan praktikum
dapat meningkatkan penguasaan konsep IPA siswa. Nilai rata-rata
penguasaan konsep IPA siswa pada siklus II adalah 84,5 dan termasuk
dalam kategori sangat baik. Jumlah siswa yang telah mencapai KKM
adalah 22 siswa atau 96% dari keseluruhan jumlah siswa. Angka
tersebut menunjukkan telah memenuhi kriteria keberhasilan penelitian
yaitu sekurang-kurangnya ≥70%. Berdasarkan hasil tersebut, maka
penelitian ini dinyatakan berhasil dan penelitian dihentikan
40
B. Pembahasan
Pemahaman konsep sangatlah penting bagi siswa karena dengan memiliki
pemahaman konsep yang baik siswa tidak hanya memahami konsep saja namun
juga bisa menjelaskan kembali materi yang telah dipelajari dengan kalimatnya
sendiri. Pemahaman konsep merupakan kemampuan seseorang dalam memahami
konsep dari sebuah materi tertentu (Nahdi, Yonanda, & Agustin, 2018). Ketika
siswa dapat memahami konsep dengan baik mereka akan memiliki kemampuan
atau cara tersendiri dalam memahami suatu konsep materi. Pemahaman konsep
juga didefinisikan sebagai proses pemaparan kembali suatu konsep yang telah
dipelajari dengan kalimat sendiri serta dapat menggunakan pemahaman konsep
tersebut dalam kondisi yang baru (Ningsih, 2019).
Dengan kata lain ketika siswa sudah memahami konsep dengan baik,
mereka dapat menjelaskannya kembali dengan kalimatnya sendiri tanpa
mengubah makna konsep, serta dapat memberikan contoh lain dari penerapan
konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Indikator dari pemahaman konsep
terdiri dari beberapa macam yaitu indikator menafsirkan, mencontohkan,
mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan
menjelaskan (Putra, Pujani, & Juniartina, 2018). Sehingga untuk melihat tingkat
pemahaman konsep siswa dapat ditinjau melalui seberapa baik penguasaan siswa
pada setiap indikator. Tingkat pemahaman konsep siswa secara garis besar
dipengaruhi oleeh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal
yaitu faktor yang berasal dari diri siswa sendiri, seperti kematangan berpikir,
motivasi dan kesiapan belajar siswa. sedangkan faktor eksternal yaitu faktor dari
luar, seperti strategi, metode pembelajaran, perencanaan proses pembelajaran, dan
media atau bahan ajar yang digunakan (Nomleni & Manu, 2018).
Pemahaman konsep IPA siswa di kelas VII C SMPN 1 Socah masih
terbilang cukup rendah, maka dari itu peneliti memutuskan untuk melakukan
tindakan dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning
berbantuan kegiatan praktikum untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA
41
siswa. Penelitian ini dilaksanakan dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Hasil
penelitian pada tahap pra siklus menunjukkan bahwa rata-rata nilai penguasaan
konsep IPA siswa yaitu 42,6. Setelah diberi tindakan dengan menerakan model
Discovery Learning dengan metode ceramah pada siklus I, rata-rata nilai
penguasaan konsep IPA siswa meningkat dari pra siklus menjadi 73,04. Pada
siklus II rata-rata nilai penguasaan konsep IPA siswa meningkat dari siklus I
menjadi 84,5.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran Discovery
Learning berbantuan kegiatan praktikum dapat meningkatkan pemahaman konsep
IPA siswa. Pembelajaran dengan menerapkan kegiatan praktikum membuat siswa
lebih mudah mengingat dan memahami konsep IPA. Maka dari itu, penguasaan
konsep IPA siswa menjadi lebih baik. Penerapan kegiatan praktikum ini juga
dapat memperbaiki kualitas pembelajaran IPA di kelas VII C SMPN 1 Socah.
Pada kegiatan ini siswa dilatih berkreasi serta bekerjasama antar kelompok. Pada
kegiatan diskusi kelompok, siswa terlihat ikut serta menyampaikan pendapatnya
untuk menjawab pertanyaan dalam lembar kerja siswa. Penelitian pada siklus II
dinyatakan berhasil karena sudah memenuhi kriteria keberhasilan yaitu nilai
penguasaan konsep IPA siswa, sebanyak ≥ 70% dari jumlah siswa kelas VII C
SMPN 1 Socah telah mencapai kriteria ketuntasan minimal yaitu ≥ 70.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
Discovery Learning berbantuan kegiatan praktikum dapat meningkatkan
penguasaan konsep IPA siswa kelas VII C SMPN 1 Socah.
42
BAB V
43
kegiatan praktikum pada materi perubahan wujud zat dapat meningkatkan
pemahaman konsep IPA siswa kelas VII C SMPN 1 Socah.
B. Saran
1. Bagi guru
Guru dapat menerapkan kegiatan praktikum ini dalam materi apa saja sesuai
dengan ketersediaan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Bagi siswa
Siswa harus mempelajari materi terlebih dahulu sebelum dilaksanakan
kegiatan praktikum dan siswa harus bisa mengesampingkan ego dalam
kegiatan berkelompok supaya proses percobaan berjalan dengan lancar.
44
DAFTAR PUSTAKA
Deliany, N., Hidayat, A., & Nurhayati, Y. (2019). Penerapan Multimedia Interaktif
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep IPA Peserta Didik di Sekolah
Dasar. Educare, 17 (2), 90-97. Diakses dari https://jurnal.fkip.unla.ac.id.
Fitriani, U., Karyadi, B., & ansori, I. (2017). Penerapan Model Discovery Learning
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Biologi Siswa SMP. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Biologi, 1 (1), 83-92. Diakses dari
https://doi.org/10.33369/diklabio.1.1.82-90.
Hari, B. S. (2019). Mengenal Sifat Kimia dan Fisika Zat. Bandung: Penerbit Duta.
Diakses dari https://books.google.com.
Haqiqi, A. K. (2018). Analisis Faktor Penyebab Kesulitan Belajar IPA Siswa SMP
Kota Semarang. Edu Sains Jurnal Pendidikan Sains & Matematika, 6 (1), pp.
37-43.
45
Huda, M. K., & Erman, E. (2018). Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa SMP pada
Sub Materi Asam Basa Garam dengan Penerapan Model Discovery Learning.
Pensa E-Jurnal: Pendidikan Sains, 6 (2), 73-77. Diakses dari
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id.
Maiyena, S., Imamora, M., & Putri, E. R. (2020). Pengembangan Modul Elektronik
Fisika Berbasis Konstruktivisme untuk Kelas X SMA. Journal of Teaching
and Learning Physics, 5 (1), 01-18. Diakses dari https://journal.uinsgd.ac.id.
Nahdi, D. S., Yonanda, D. A., & Agustin, N. F. (2018). Yonanda Nahdi. Jurnal
Cakrawala Pendas, 4(2), 9–16.
Nomleni, F. T., & Manu, T. S. N. (2018). Pengembangan Media Audio Visual dan
Alat Peraga dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Pemecahan
Masalah. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 8(3), 219–230.
https://doi.org/10.24246/j.js.2018.v8.i3.p219-230
46
Putra, I. B. P. A., Pujani, N. M., & Juniartina, P. P. (2018). Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Pemahaman Konsep Ipa
Siswa. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Sains Indonesia (JPPSI), 1(2),
80. https://doi.org/10.23887/jppsi.v1i2.17215
Royani, I., Mirawati, B., & Jannah, H. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran
Lagsung Berbasis Praktikum Terhadap Keterampilan Proses Sains dan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Prisma Sains: Jurnal Pengkajian Ilmu dan
Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP Mataram, 6 (2), 46-55. Diakses dari
https://ojs.ikipmataram.ac.id.
47
Wandini, R. R., Bariyah, C., Lubis, H. A., Nur, N. M., & Mardhatillah, S. (2022).
Metode Eksperimen pada Proses Pembelajaran Perubahan Wujud Benda pada
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan Konseling, 4 (3), 2014-2020. Daiakses
dari https://journal.universitaspahlawan.ac.id.
48
Lampiran 1. Nama Siswa Kelas VII C SMPN 1 Socah
49
No Nama Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Andi Bayu Saputra 80 78 78
2 Ayu nur Aini 30 55 90
3 Fais Firmansyah 50 98 87
4 Faqih wajdi 20 98 80
5 Ilfa yuliana 30 55 80
6 Jimron Malik Akbar 40 70 69
7 Maksum cahyadi 40 70 80
8 Moh. Khoirul 70 98 80
Anwar
9 Moh. Mujib 60 98 85
10 Mohammad Rudi 70 60 90
11 Muhammad Akmal 10 60 85
12 Nabil Alif Al 50 78 78
Azzam
13 Nurul izzatul 30 55 90
Qomariyah
14 Rifky 30 70 90
15 Risky 50 70 90
16 Rosi Saputra 50 98 87
17 Samsul Arifin 40 70 90
18 Saskiya Ramadhani 50 55 90
19 Selfiana Jesika 60 55 90
20 Siti Fadilah 40 78 80
21 Siti Nafisatul 50 55 90
22 Khofifah 60 78 83
23 Rahma Dwi ayu 40 78 83
lestari
50
Jumlah 980 1680 1945
Rata-rata 42,6 73,04 84,5
Nilai tertinggi 80 98 90
Nilai terendah 10 55 69
Jumlah siswa tuntas 3 15 22
Jumlah siswa tidak 20 8 1
tuntas
Persentase 13,04% 65,2% 95,6%
51
Modul Ajar
Siklus I
Fase/Kelas/Semester : D/VII/Ganjil
52
2. Sumatif : Keterampilan saat diskusi dan presentasi,
kemampuan menjawab soal, UH
Kegiatan Pembelajaran
53
pengerjaan
Pengolahan 9. Peserta didik
data dan mempresentasikan hasil
verifikasi diskusi
Generalisasi 10. Guru dan siswa membuat
kesimpulan tentang hal
yang telah dipelajari
11. Peserta didik diberikan
kesempatan untuk
bertanya mengenai hal
yang belum dimengerti
Penutup 12. Peserta didik dan guru 10 menit
mereview hasil kegiatan
13. Guru memberikan
penghargaan kepada
kelompok yang
berkinerja baik
14. Pemberian soal evaluasi
15. Guru menutup
pembelajaran dengan
berdoa dan memberikan
salam
54
Modul Ajar
Siklus II
Fase/Kelas/Semester : D/VII/Ganjil
55
presentasi, kemampuan menjawab soal, UH
Kegiatan Pembelajaran
56
Data percobaan perubahan
bentuk wujud zat
8. Siswa mencatat hasil
percobaan
Pengolahan 9. Peserta didik
data dan mempresentasikan hasil
verifikasi diskusi
Generalisasi 10. Guru dan siswa
membuat kesimpulan
tentang hal yang telah
dipelajari
11. Peserta didik diberikan
kesempatan untuk
bertanya mengenai hal
yang belum dimengerti
Penutup 12. Peserta didik dan guru 10 menit
mereview hasil kegiatan
13. Guru memberikan
penghargaan kepada
kelompok yang
berkinerja baik
14. Pemberian soal evaluasi
15. Guru menutup
pembelajaran dengan
berdoa dan memberikan
salam
57
Lembar Observasi Guru
SIKLUS I
Obsever :
Kelas :
58
Lembar Observasi Guru
SIKLUS II
Obsever :
Kelas :
59
Lembar Observasi Kegiatan Siswa
SIKLUS I
Sekolah :
Kelas :
60
Lembar Observasi Kegiatan Siswa
SIKLUS II
Sekolah :
Kelas :
61
62
63
64
65
Lembar Soal Pra Siklus
66
b. Lilin yang dipanaskan
c. Kain yang dijemur
9) Kamper atau kapur barus yang semakin lama semakin habis menunjukkan proses
….
a. Penguapan
b. Penyubliman
c. Pencairan
d. Pemuaian
10) Contoh proses membeku terjadi ketika ….
a. Merebus air putih
b. Memakai minyak wangi
c. Menggoreng mentega
d. Membuat adonan agar-agar
67
Lembar Soal Siklus I
68
d. padat dan gas
Kunci jawaban : C
6) Makanan yang ada di dalam dapur dapat tercium baunya sampai ke ruang tamu,
karena ….
a. partikel gas bergerak
b. partikel gas diam
c. gaya tarik partikel gas kuat
d. hidung dapat mencium bau dari jarak jauh
Kunci jawaban : A
7) Menyublim adalah perubahan wujud dari ….
a. gas ke cair
b. padat ke gas
c. cair ke padat
d. gas ke padat
Kunci jawaban : B
8) Sebongkah es dimasukkan dalam wadah, kemudian dipanaskan. Perubahan
wujud secara berurutan yang mungkin terjadi adalah ….
a. cair – padat – gas
b. padat – cair – gas
c. cair – gas – padat
d. padat – gas – cair
Kunci jawaban : B
9) Perhatikan peristiwa berikut!
(1) Menguap
(2) Mencair
(3) Menyublim
(4) Mengkristal
Peristiwa yang membutuhkan kalor ditunjukkan oleh nomor ….
a. (1), (3), dan (4)
b. (2), (3) dan (4)
c. (1), (2), dan (4)
d. (1), (2), dan (3)
Kunci jawaban : (D)
10) Contoh perubahan wujud zat dari gas menjadi padat adalah …
a. kapur barus yang lenyap
b. air membeku menjadi es
c. terbentuknya salju
d. lilin yang terbakar
Kunci jawaban : C
69
Essai
70
72
73
74
75
76
DOKUMENTASI
77