Anda di halaman 1dari 10

KOMPETENSI PEDAGOGIK DOSEN DALAM MENGGUNAKAN

PENDEKATAN INTEGRATIF AGAMA DAN SAINS PADA PENGAJARAN


AGAMA DAN ETIKA ISLAM UNTUK MENCAPAI ABET OUTCOMES
LEARNING DI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG (2019-2020)

LECTURERS PEDAGOGIC COMPETENCE USING AN INTEGRATIVE APPROACH OF


RELIGION AND SCIENCE IN THE TEACHING OF ISLAMIC RELIGION AND ETHICS IN
ACHIEVING ABET OUTCOMES LEARNING IN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
(2019-2020)

Elsa Silvia Nur Aulia


Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha no.10 Bandung
silviaelsha@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini diawali dengan kebijakan Departemen Agama dan Departemen Pendidikan Tinggi (Dikti)
tentang mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) di PTU (Perguruan Tinggi Umum). Pendidikan
Agama Islam diterapkan menggunakan pendekatan integratif, yakni perpaduan antara agama dan sains
sehingga mahasiswa tidak hanya menangkap ajaran agama Islam secara doktrinal-normatif-subjektif,
tetapi mahasiswa dapat menangkap pula sisi rasional-objektif-ilmiah. Kenyataannya, upaya integrasi ini
belum terlaksana dengan baik. Pendidikan agama Islam yang diberikan di perguruan tinggi masih
cenderung doktrinal, bahkan lebih mengarah kepada pengajaran fiqih atau jurisprudensi Islam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi dosen Agama Islam di ITB dalam menggunakan
pendekatan integratif guna mencapai ABET (Accreditation Board for Engineering and Technology)
learning outcomes. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik
pengumpulan data observasi, studi dokumentasi, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sepanjang tahun 2019 – 2020, dosen agama Islam di ITB telah melakukan pendekatan integratif agama
dan sains untuk mencapai ABET outcomes learning, hasilnya sudah cukup maksimal.
Kata kunci: kompetensi, pendekatan, integratif, learning outcomes.

ABSTRACT
This research took off from the policy of the Department of Religion and the Department of Higher
Education (Dikti) on Islamic Religious Education (PAI) courses at PTU (General Higher Education).
Islamic Religious Education is applied using an integrative approach, which is a combination of religion
and science, to enable students to not only capture the teachings of Islam in a doktrinal-normative-
subjective manner, but also gain the rational-objective-scientific side. This integration effort, however,
is yet to be properly implemented. Islamic religious education provided tends to be doktrinal, and even
more directed to the teaching of Islamic jurisprudence. The purpose of this study is to determine the
competence of Islamic religion lecturers at ITB in using an integrative approach to achieve ABET
(Accreditation Board for Engineering and Technology) learning outcomes. The method used in this
research is a qualitative method with observation data collection techniques, documentation studies,
and interviews. The results showed that during 2019 - 2020, Islamic religion lecturers in ITB have taken
an integrative approach to religion and science to achieve ABET outcomes learning; the results were
deemed maximal.
Keywords: competence, approach, integrative, learning outcomes

134
135| Jurnal Sosioteknologi | Volume 19, No 1, April 2020

PENDAHULUAN mengamalkan ajaran Islam dalam


Pada hakikatnya pendidikan kehidupan sehari-hari, (2) character
Islam (PI) adalah proses untuk building, yakni membangun karakter
mendorong, membimbing, mengarah- insan yang berpengetahuan luas tentang
kan, memotivasi, dan mengembangkan ajaran Agama Islam dalam membangun
peserta didik dengan segala potential ketaqwaan, (3) personality, yakni
capacity yang dibawanya menjadi membentuk kepribadian peserta didik
manusia yang berkembang sehingga yang berakhlaq mulia (Yudiprahara,
mencapai actual ability (kemampuan 2009).
nyata) secara optimal dengan tetap Mata kuliah PAI diampu oleh
berada pada sifat dasarnya yakni fitrah dosen agama yang profesional.
‘suci’ dan hanief ‘lurus’ (Ausop, 2014). Profesionalitas dosen diatur oleh UU no
Pendidikan Islam merupakan induk 14 tahun 2005. Salah Satu kompetensi
dari Pendidikan Agama Islam (PAI). dosen Agama memiliki kemampuan
Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional untuk melakukan pendekatan integratif
pasal 37 ayat 1a UU No. 20/2003 agama dan sains. Penerapan pen-
ditegaskan bahwa pada setiap jenis, dekatan integratif diharapkan dapat
jalur, dan jenjang pendidikan apa pun mencapai learning outcome, baik
wajib memuat pendidikan agama dalam aspek professional responsibility,
termasuk untuk mahasiswa Perguruan social impacts, maupun contemporary
Tinggi Umum (PTU) dan wajib lulus issues. Akan tetapi, berdasarkan hasil
(Muhaimin, 2009). pengamatan Machasin, selaku direktur
Selanjutnya, menurut Undang- Pendidikan Tinggi Islam dan
undang Republik Indonesia nomor 20 Mohammad Ali, selaku Direktur
tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Jenderal Pendidikan Islam Departemen
Nasional dan UU Nomor 14 tahun 2005 Agama serta Amin Abdullah, selaku
tentang Guru dan Dosen pasal 3, penanggung jawab pelaksanaan PAI,
Pendidikan Nasional bertujuan untuk pelaksanaan mata kuliah PAI di PTU
mengembangkan potensi peserta didik belum sesuai harapan pemerintah,
agar menjadi manusia yang beriman dalam hal ini kementerian Pendidikan
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Tinggi (DIKTI) dan Kementerian
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, Agama. Indikatornya antara lain
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan penyampaian materi kuliah masih
menjadi warga negara yang demokratis bersifat doktrinal-normatif-subjektif,
serta bertanggung jawab (Mahasin, kurang memperlihatkan sisi objektif-
2009). PAI diharapkan dapat rasional-ilmiah, pengajaran agama
berkonstribusi kuat dalam mencapai Islam kurang mendorong mahasiswa
tujuan pendidikan nasional. untuk berpikir kritis-analitis-reflektif
Tujuan mata kuliah PAI yang dan kontekstual sehingga tidak mampu
esensinya terdapat dalam aqidah, melakukan reinterpretasi dan re-
syariah dan akhlaq (1) consciousness, konstruksi pemikiran. Padahal sub-
yakni membangun kesadaran peserta stansi ajaran Islam mendorong untuk
didik tentang perlunya memahami dan berfikir progresif, metodologi
KOMPETENSI PEDAGOGIK…| Elsa Silvia Nur Aulia | 136

pengajaran lebih dipenuhi narasi berusaha menggali hikmah di balik


ceramah. Semestinya mahasiswa pesan tertulis (Qomar, 2012).
dibiasakan untuk berdiskusi tentang Dalam menggunakan para-
contemporary issues atau persoalan digma Student Centered Learning
kekinian dan kedisiplinan. (SCL) mahasiswa kurang didorong
Selanjutnya, agar PAI benar- untuk berani mengkritik pendapat para
benar berfungsi dan efektif dalam ulama seakan pendapat ulama sudah
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, menjadi kebenaran absolut dan final.
PAI harus dikelola dengan baik. Tiga Pengajaran agama Islam kurang
tahapan yang harus dijalankan. Pertama, melakukan levelisasi dan hierarki
organizing strategy, yakni melakukan antara Islam normatif-doktrinal, Islam
strategi pengorganisasian. Kedua, produk sejarah, dan Islam hasil ijtihad.
delivering strategy, yakni strategi Akibatnya, mahasiswa mengalami
penyampaian yang akan digunakan, kesulitan dalam mengaplikasikan nilai
misalnya dengan diskusi kelas. Ketiga, agama yang qath’y (mutlak) dan
managing strategy yakni pengelolaan dhanny (nisbi) untuk mencari solusi
pengajaran, mulai persiapan hingga atas persoalan-persoalan diniyah
evaluasi berkelanjutan (Wena, 2013). kontemporer. Penelitian ini mengusung
Pendapat lain, yang paling menentukan dua isu pokok (main issues), yaitu
adalah instructional problem dan tentang kompetensi dosen meng-
classroom management. (Kartanegara, gunakan pendekatan integratif agama
2005). dan sains dalam pengajaran mata kuliah
Menurut Mujamil Qamar PAI serta efektivitas penggunaan
strategi lainnya (1) berbobot, materi pendekatan integratif dalam pencapaian
pembelajaran memiliki kedalaman ABET learning outcomes.
yang signifikan, (2) relevan, materi Penelitian ini dilandasi oleh
yang disajikan sesuai dengan rumusan grand theory, middle range theory, lalu
tujuan pembelajaran yang ditetapkan, dilanjutkan dengan applied theory.
(3) kontekstual, materi pelajaran apa Grand theory pada penelitian ini
pun harus ditarik kepada kehidupan mengacu kepada firman Allah SWT
nyata yang memiliki nilai kekinian, (4) ayat 190-191. Menurut Wahbah
elabolaratif, bahan ajar harus detail dan Zuhaily di dalam tafsir al-Munir jilid
jelas walaupun waktu yang tersedia IV halaman 206, pada malam ayat ini
relatif terbatas, (5) metodologis, turun Rasulullah mentadabburinya
menggunakan metode belajar yang lantas beliau menangis tersedu-sedu
beragam sesuai dengan sifat dan watak hingga air matanya membasahi
setiap materi, (6) integralistik, janggutnya (Zuhaliy, 1991).
menggunakan pendekatan pengajaran Berdasarkan semangat ayat ini
yang integratif yang memadukan disusunlah paradigma makroteologis
agama dan sains, (7) objektif, penelitian ini, yakni paradigma “unity
menyajikan pendidikan agama Islam of universe”. Suatu penegasan tentang
berbasis dalil naqli, pemikiran rasional, sejumlah keyakinan dan nilai bahwa
serta bukti-bukti empirik, (8). wisdom, antara alam material sinergetik dengan
137| Jurnal Sosioteknologi | Volume 19, No 1, April 2020

alam spiritual informatik bersifat sumber yang dapat dipercaya di media


terpadu. Paradigma makro ini berfungsi daring.
sebagai payung besar penelitian yang Paradigma makro teologis
akan memengaruhi seluruh konstalasi diturunkan kepada paradigma mikro
kerangka berikir, worldview, teori, (middle range theory) sebagai payung
metode, prinsip, dan teknik aplikasi. kecilnya. Paradigma mikro teologis
Paradigma makro kedua yaitu penelitian ini diinspirasi oleh firman
paradigma makropedagogis, yakni Allah di dalam QS. Fushilat [41]: 53:
paradigma sistem pembelajaran. “Kami akan memperlihatkan kepada
Paradigma makro sistem pembelajaran mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami
yang digunakan ialah paradigma di segenap penjuru (langit dan bumi)
student centered learning yang dan pada diri mereka sendiri sehingga
menggantikan paradigma lama yang jelaslah bagi mereka bahwa Alquran
sudah berlaku berabad-abad, yakni itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi
paradigma teacher centered learning. kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi
Perubahan paradigma ini terjadi bukan atas segala sesuatu? Quraish Shihab di
hanya pada sistem pembelajaran, dalam tafsir Al-Misbah, jilid 12
melainkan dalam banyak bidang halaman 90-91 menyatakan yang
keilmuan termasuk ilmu alam, dimaksud “fi al-afaq” adalah di segala
misalnya peralihan dari paradigma penjuru langit dan bumi (Shihab, 2009).
geocentris yang sekian abad dipegang Pembuktian, proving atau proses
oleh otoritas gereja di Barat kepada empirisasi ayat-ayat Alquran melalui
paradigma heleocentris dari sains akan terus terjadi. Menurut
Covernicus Gelelio. Perubahan Wahbah Zuhaily dalam tafsir al-Munir
paradigma ini telah mengubah lafadz “hatta yatabayyna lahum
worldview atau cara pandang Barat annahu al-haq’ pada ayat tersebut
tentang pusat perputaran planet di maksudnya hatta yadzharu lahum anna
Galaksi Milky Way, bahkan selanjutnya al-qurana hua al-haq (Zuhaliy: 2009)
mengubah banyak teori bidang sehingga sangat jelas bagi mereka
astronomi. sesungguhnya al-Quran itu adalah
Dalam paradigma student benar. Paradigma mikro (middle rang
centered learning posisi dosen menjadi theory) yang dipetik adalah unity of
berubah banyak. Dosen hanyalah salah sciences atau bisa juga disebut teori
satu, bukan satu-satunya sumber undikotomi. Paradigma ini menegas-
informasi; Dosen berfungsi sebagai kan keyakinan dan nilai-nilai bahwa
motivator agar peserta didik benar- antara agama dan sains itu terpadu,
benar memiliki semangat kuat untuk mustahil bertentangan. (Ausop, 2014)
belajar, mencari dan menemukan Selanjutnya, setelah middle
materi pokok bahasan pada banyak theory diturunkan menjadi applied
sumber seperti internet; Dosen hanya theory. Teori-teori tentang integrasi
mengarahkan mahasiswa agar mereka agama dan sains ini relatif banyak.
bisa secara cepat dan tepat mencari Pertama, model integrasi dari Ian
Barbour, terdapat empat tipologi
KOMPETENSI PEDAGOGIK…| Elsa Silvia Nur Aulia | 138

integrasi ilmu dengan agama tetapi ia Selanjutnya, model integral-


pesimis untuk bisa memadukan agama istik-interkoneksi dari Amin Abdulah
dengan sains. Dalam hal ini Ian sebagai reaksi akademis atas
mencoba membangun theology of pemisahan sains dengan agama. Dia
nature bukan natural theology memulai pokok-pokok pikirannya
(Barbour, 1990). dengan menjelaskan hubungan antara
Kedua, model konfirmasi dari ilmu bayani, ‘irfani, dan burhani.
John F. Haught yang menjelaskan Dengan mengutip pendapat
perjalanan integrasi ilmu dan agama Muhammad Abid Al-Jabiri, ia
melalui empat tahap, yakni konflik, menyatakan hubungan antara ketiga
kontras, kontak, dan konfirmasi. epistimologi ilmu tersebut adalah
Haught hanya berani sampai batas parallel, linier dan sirkular. (Abdullah,
konfirmasi (Haught, 1995). Ketiga, 2006)
model etika dari Fazlur Rahman yang Terakhir, model integralisme
menekankan perlunya pembekalan Islam dari Armahedi Mahzar yang
etika kepada saintis bukan menyatakan sistematika sains modern
mengislamkan ilmu pengetahuan. terdapat empat level. Pertama, Alam
Keempat, Model revitalisasi sebagai objek sains berada pada posisi
dari Bambang Sugiharto yang level paling bawah, sebab dia hanya
menekankan perlunya revitalisasi berkedudukan sebagai objek. Kedua,
agama dengan bantuan filsafat dan Fakta eksperimental sebagai hasil
sains sehingga agama menjadi logis penelitian berada pada posisi level dua
rasional dan hati-hati Agama dapat di atas objek sains. Fakta eksperimental
membantu sains dalam menjelajahi ini bersifat objektif dan empiris yang
wilayah adikodrati dan supranatural diperoleh dengan metode statistika
(Sugiharto, 2005). Sains harus lebih induktif. Ketiga, di atas fakta, terdapat
membela nilai-nilai kemanusiaan teori matematika yang sifatnya rasional
daripada sekadar mengejar kemajuan diperoleh dengan metode logika
teknologi. deduktif. Keempat, di atas semua itu
Kelima, model konstruksi dari adalah paradigma sebagai landasan
Ismail Al-Faruqi yang menekankan filosofis. (Mahzar, 1918)
perlunya Islamisasi ilmu pengetahuan. Untuk kepentingan penelitian
Keenam, model tauhidisasi dari Naquib ini penulis menggunakan dua teori
Al-atas yang menekankan perlunya terakhir, yaitu teori terapan
upaya spiritualisasi atas setiap objek integralistik-interkoneksi dari Amin
yang akan diteliti dengan cara Abdulah dan teori integralisme Islam
memberikan landasan tauhid. Ketujuh, dari Armahedi Mahzar. Tujuan
Model klasifikasi dari Zaghlul an-Najar penelitian ini (1) untuk mengetahui
yang menekankan perlunya islamisasi sejauh mana kompetensi dosen
ilmu pengetahuan dengan cara menggunakan pendekatan integratif
melakukan analisis secara filosofis agama dan sains dalam pengajaran
trans-sindental terhadap aspek ontologi, mata kuliah agama Islam di ITB, (2)
epistemologi, dan aspek aksiologi sains. untuk memperoleh gambaran tentang
139| Jurnal Sosioteknologi | Volume 19, No 1, April 2020

pendekatan integratif agama dan sains Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hasil


dalam menunjang ketercapaian penelitian ini adalah pendekatan
learning outcomes, (3) mendeskripsi- integralistik dalam pendidikan
kan faktor lain di luar kompetensi agama pada sekolah melalui
pendekatan integratif agama dan sains pendekatan secara terpadu dengan
yang dapat mempengaruhi pencapaian mencari hubungan fungsional
learning outcomes pada mata kuliah maupun komplementer dari semua
PAI di ITB. komponen yang terlibat dalam
Berdasarkan hasil studi suatu proses.
pendahuluan, ada beberapa penelitian 4. Zuly Qodir (2016), “Memper-
sejenis dalam spektrum tesis dan timbangkan Metode Integralistik;
disertasi yang membahas tentang Sosiologi untuk Kajian Islam dan
paradigma integralistik dalam Sosial”, Universitas Muhammad-
pendidikan, antara lain sebagai berikut. iyah Yogyakarta (UMY).
1. Murtadho Ali (2015), Keilmuan Simpulannya adalah bahwa tradisi
Integralistik Berwawasan keilmuan yang berkembang tidak
Lingkungan Pada Lembaga bisa dilepaskan dari tradisi yang
Pendidikan Islam, IAIN Raden terjadi di masyarakatnya.
Intan Lampung. Hasil penelitian 5. Syafruddin Syam (2012), Studi
menyimpulkan bahwa Islam Integralistik; Antara
mewujudkan kampus yang Normativitas dan Historisitas
berwawasan lingkungan (eco (Mencari Format Studi Islam yang
campus) di tengah-tengah Utuh). Institut Agama Islam
tantangan milenium ketiga Negeri Sumatera Utara. Konklusi
merupakan suatu keniscayaan hasil penelitian menunjukkan
sebagai wujud keikutsertaan dalam bahwa studi Islam harus dilakukan
pembangunan berkelanjutan secara integral bukan parsial.
(sustainable development). Penelitian yang akan penulis
2. Yu’timaalahuyatazaka (2014), lakukan belum pernah dilakukan oleh
Pendidikan Agama Berparadigma peneliti sebelumnya sehingga memiliki
Integratif, Universitas Islam perbedaan dan nilai kebaruan (1) objek
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. kajian, pendekatan integralistik
Hasil penelitian menyimpulkan transdisiplin dalam pengajaran mata
bahwa implementasi integrasi kuliah agama dalam mencapai learning
keilmuan merupakan salah satu outcomes, (2) variabel penelitian,
bentuk solusi tepat dalam pendekatan integratif transdisiplin,
mengatasi kesenjangan antara kompetensi dosen dalam menggunakan
idealita dan realita. integralistik transdisiplin, dan variable
3. Rima Umaimah (2017), learning outcomes, (3) pendekatan
Pendekatan Integralistik Pendidik- yang digunakan, multi pendekatan
an Agama pada Sekolah (transdisiplin) kesejarahan, teologis,
(Reformulasi Filsafat Pendidikan filosofis, sosiologis, psikologis, dan
Islam), Universitas Islam Negeri scientific (sains, teknologi), (4) terdapat
KOMPETENSI PEDAGOGIK…| Elsa Silvia Nur Aulia | 140

paradigma makro (grand theory), unity Berdasarkan data kualitatif yang


of universe, paradigma makro (middle diperoleh terkait kompetensi dosen PAI
theory) unity of sciences, dan applied dalam mengintegrasikan agama dan
theory, yakni integratif-interkoneksitas sains dapat dijelaskan bahwa dosen PAI
dari Amin Abdullah dan teori di ITB sudah memiliki kompetensi
integralisme dari Armahedi Mahzar, (5) yang sangat mempuni, memiliki
metode penelitian menggunakan pemahaman dan wawasan ke-
metode kualitatif, (6) terdapat pendidikan yang komprehensif dalam
komputasi dan pemodelan, penelitian melaksanakan pembelajaran. Dari
ini memiliki keluaran integrasi agama tahap perencanaan pembelajaran dosen
dan sains model baru, yakni lima telah menyiapkan komponen-
Dimensions of Religion and Science komponen pembelajaran dengan baik
Integration. Jadi, kontribusi kebaruan sehingga pembelajaran sesuai dengan
penelitian ini ada pada beberapa level karakteristik mahasiswa ITB.
(1) level epistimologi paradigma makro Penyajian materi pembelajaran dengan
atau grand theory, (2) level paradigm menggunakan pendekatan integratif
mikro atau middle theory, dan (3) level agama dan sains, mahasiswa menjadi
pemodelan intergasi agama dan sains tahu dibalik ketidaktahuannya. Dosen
yang baru. Inilah state of the art (SOTA) memberikan kasus untuk dikaji dan
penelitian ini. diteliti lebih mendalam dari perspektif
agama dan sains, seperti pembahasan
METODE janin dalam kandungan seorang ibu
Metode yang digunakan dalam yang dijelaskan dalam Alquran. Hal
penelitian ini adalah metode kualitatif tersebut dijelaskan secara kompre-
dengan teknik pengumpulan data hensif dan sangat berdampak pada
observasi, wawancara, dan studi pengetahuan mahasiswa, yang awalnya
dokumentasi. Penelitian ini dilakukan hanya mengetahui berdasarkan aspek
di Institut Teknologi Bandung dengan sains, bertambah pengetahuan dari
populasi 1.500 mahasiswa yang sedang aspek agama. Pada akhir pembelajaran
mengampu mata kuliah PAI dan di kelas, dosen mengantarkan
peneliti dengan sampel penelitian mahasiswa untuk memiliki kesadaran
berjumlah 100 mahasiswa. Alasan terhadap Allah SWT dengan
peneliti menjadikan ITB sebagai lokasi penyampaian informasi yang menarik
penelitian, karena ITB merupakan salah yang menghubungkan aspek agama dan
satu kampus di Indonesia yang sudah sains.
memberlakukan akreditasi inter-
nasional ABET (Accreditation Board Pendekatan Integratif dalam
for Engineering and Technology). Menunjang Ketercapaian Learning
Outcomes Mata Kuliah PAI di ITB
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data kualitatif yang
Kompetensi Dosen Agama Islam di diperoleh dapat dijelaskan bahwa
ITB dalam Mengintegrasikan secara keseluruhan dosen PAI di ITB
Agama dan Sains menerapkan pendekatan intergratif
141| Jurnal Sosioteknologi | Volume 19, No 1, April 2020

dengan sangat baik dan mencapai Selanjutnya, capaian dari pendekatan


kategori maksimal. Pentingnya ini terkait kemampuan mahasiswa
pembelajaran agama akan memudah- untuk mengindentifikasi isu-isu global
kan kesuksesan kehidupan mahasiswa. dan kontemporer, lalu mahasiswa dapat
Hal tersebut karena materi menganalisis dan memecahkan hal-hal
pembelajaran agama dapat sesuai tersebut sesuai dengan ajaran Agama
dengan nilai etika profesi dan Islam. Hasil capaian ABET learning
menjadikan individu yang bertanggung outcomes untuk mata kuliah PAI di ITB
jawab juga menumbuhkan kesadaran dapat dilihat dari grafik berikut.
dalam kehidupan bermasyarakat.

PI Attainments of KU2061
100%

80%

60%

40%

20%

0%
55 55 55 55 55 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5

Exemplary Satisfactory Developing Unsatisfactory

Grafik 1 Ketercapaian ABET Learning Outcomes


(Sumber: data ketercapaian ABET Learning Outcomes mata kuliah PAI tahun akademik 2019-2020)

Faktor-Faktor yang Menunjang kokurikuler seperti ITB spiritual camp


Ketercapaian Learning Outcomes. dan mentoring. Berdasarkan hasil
Faktor lain yang menunjang angket yang dibagikan kepada
ketercapaian learning outcomes (1) mahasiswa, diperoleh hasil bahwa
kemampuan intelektual mahasiswa faktor yang paling mendominasi
ITB di atas rata-rata dibandingkan adalah lingkungan di dalam kelas
dengan mahasiswa di perguruan tinggi dengan persentase sebesar 35 persen.
lain di Indonesia, (2) pengaruh Faktor lain, yaitu kemampuan
lingkungan, baik lingkungan keluarga, intelektual hanya 18 persen, kondisi
kampus bahkan teman sejawat, (3) pembelajaran 24 persen dan ITB SC
kondisi pembelajaran di dalam kelas (spiritual camp) serta mentoring hanya
yang kondusif, (4) kegiatan 23 persen.
KOMPETENSI PEDAGOGIK…| Elsa Silvia Nur Aulia | 142

penilaian mata kuliah PAI harus


SIMPULAN berdasarkan prinsip specific,
Berdasarkan hasil penelitian dapat measureable, attainable, relevant,
disimpulkan sebagai berikut. dan timely, (2) critical thinking,
1. Kompetensi dosen PAI di ITB mengupayakan agar mahasiswa
dalam mengintegrasikan agama dan melakukan critical thinking yang
sains dimulai dari paradigma makro meliputi open mind, open heart, dan
open will. (3) pronesis, mengambil
teologis atau grand theory
pelajaran dari pengetahuan,
penelitian ini adalah “Unity of pengalaman, dan kebijaksanaan
Universe” dan paradigma makro (wisdom) yang diperoleh dari
pedagogis, yakni “Student Centered praktik-praktik lapangan dosen
Learning”. Dalam hal ini, para senior, (4) action research,
dosen agama Islam ITB telah melakukan riset-riset kecil untuk
memahami kedua paradigma ini mencari solusi atas beragam
problema perkuliahan PAI di ITB.
dengan kuat sehingga memengaruhi
2. Paradigma mikro, kerangka bepikir, DAFTAR PUSTAKA
worldview, teori, prinsip-prinsip Abdullah, A. (2006). Islamic Studies
dan kerangka kerja mereka sebagai di Perguruan Tinggi:
dosen agama Islam dalam Pendekatan Integratif-
mengampu mata kuliah PAI di ITB. Interkonektif. Yogyakarta.
3. Pendekatan integratif agama dan Pustaka Pelajar.
Ali, Murtadho. (2015). Keilmuan
sains dalam menunjang Integralistik Berwawasan
ketercapaian learning outcomes Lingkungan Pada Lembaga
mata kuliah PAI di ITB baik dalam Pendidikan Islam. IAIN Raden
aspek professional responsibilities, Intan Lampung.
social impacts dan contemporary Ausop, A. Z. (2014). Islamic
issues. Character Building,
Membangun Insan Kamil
4. Dari hasil studi lapangan dapat
Cendikia Berakhlaq Qurani.
disimpulkan bahwa terdapat Bandung : PT. Grafindo Media
beberapa faktor yang Pratama.
mempengaruhi pencapaian learning Barbour, I. (1990). Religion in an Age
outcomes, faktor yang paling of Science. New York. Harper
dominan adalah lingkungan dengan Collins Publisher
persentase 35%. Haught, J. F. (1995). Science and
Religion; From Conflict to
Conversation. New York :
Saran-saran Paulist Press.
Saran yang disampaikan antara
lain (1) SMART principles:
143| Jurnal Sosioteknologi | Volume 19, No 1, April 2020

Kartanegara, M. (2005 ). Integrasi Universitas Islam Negeri Sunan


Ilmu, Sebuah Rekonstruksi Kalijaga Yogyakarta.
Holistik. Jakarta. UIN Press. Wena, M. (2013). Strategi
Mahzar, A. (1918). Bahan Kuliah Pembelajaran Inovatif
Filsafat ITB. Bandung. Kontemporer, Suatu Tinjauan
Mahasin. (2009). Materi Pembelajaran Konseptual Operasional. Jakarta.
Mata Kuliah Pengembangan PT. Bumi Aksara.
Kepribadian Pendidikan Agama Yudiprahara, E. (2009). Materi
Islam Pada Perguruan Tinggi Pendidikan Agama Islam
Umum. Jakarta: Departemen Ponorogo. STAIN Ponorogo Press.
Agama Direktorat Jenderal Yu’timaalahuyatazaka (2014).
Pendidikan Islam. Pendidikan Agama Berparadigma
Muhaimin. (2009). Pengembangan Integratif. Universitas Islam
Kurikulum Pendidikan Agama Negeri Sunan Kalijaga
Islam di Sekolah, Madrasah dan Yogyakarta
Perguruan Tinggi Umum. Zuhaliy, W. (1991). Tafsir al-Munir fi
Bandung: PT Raja Grafindo al-Aqidah wa al-Syariah wa al-
Persada. Manhaj (Vol. IV). Suriah: Dar
Qodir, Zuly. (2016). Al-Fikr.
Mempertimbangkan Metode Zuhaliy, W. (2009). Tafsir Al-Munir
Integralistik; Sosiologi untuk (Vol. 13)
Kajian Islam dan Sosial.
Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta (UMY).
Qomar, M. (2012 ). Manajemen
Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam. Jakarta. Emir Press.
Shihab, Q. (2009). Tafsir Al-Misbah;
Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Quran. Jakarta: Lentera Hati.
Sugiharto, B. (2005). Ilmu dan Agama
dalam Kurikulum Perguruan
Tinggi. Bandung: Mizan.
Syam, Syafruddin. (2012). Studi Islam
Integralistik; Antara Normativitas
dan Historisitas (Mencari Format
Studi Islam yang Utuh). Institut
Agama Islam Negeri Sumatera
Utara.
Umaimah, Rima. (2017). Pendekatan
Integralistik Pendidikan Agama
pada Sekolah (Reformulasi
Filsafat Pendidikan Islam).

Anda mungkin juga menyukai