Anda di halaman 1dari 20

APLIKASI METODE QUANTUM TEACHING PADA MATA PELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


DI SDIT IZUDDIN PALEMBANG

Proposal Penelitian

Oleh:

Agustina Rita

Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi pada


Program Studi Ilmu Pendidikan Islam
Program Pascasarjana IAIN Raden Fatah
Palembang

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan merupakan realitas yang selalu mengalami proses dinamisasi. Pendidikan

sejatinya bertujuan untuk menciptakan generasi-generasi terdidik-intelegensi, mental dan

spritual, menciptakan dinamika kehidupan yang lebih elegan dan sebagai pijar bagi perjalanan

hidup manusia. Pendidikan secara filosofis adalah memanusiakan manusia, sebagai

pengejawantahan atas tanggung jawab pribadi dan sosial kepada Allah untuk melepaskan umat

manusia dari keterbelakangan dan kebiadaban peradaban yang dehumanistik.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara lebih

jelas menegaskan bahwa tujuan pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab (Departemen Agama RI 2007, hlm. 5).

Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, kita tidak akan lepas dari pembahasan

bagaimana metode yang digunakan dalam pendidikan. Hal ini dapat dimaklumi mengingat

metode pendidikan secara substansial merupakan gerbang bagi keberhasilan dalam proses

pengajaran dan pencapaian hasil yang signifikan. Ada stigma yang muncul dalam masyarakat

mengenai proses pendidikan (pengajaran) baik di sekolah-sekolah maupun di perguruan tinggi

selama ini diaplikasikan dengan metode yang sangat membosankan dan kurang memberikan

suasana nyaman bagi peserta didik (meski belum ada penelitian yang membuktikannya). Dalam

sebuah situs internet ditulis, fakta yang terjadi akhir-akhir ini ada banyak keluhan murid tentang

pendidikan. Di antaranya, murid menganggap pendidikan saat ini kurang memberikan kebebasan

berfikir, banyak hapalan, mata pelajaran banyak mengejar kurikulum, mengajarkan pengetahuan
bukan keterampilan, dan banyak mengajarkan logika tanpa melibatkan emosi (Ridho 2008, hlm.

141). Banyak kalangan pelajar menganggap belajar adalah aktivitas yang tidak menyenangkan.

Duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dan pikiran pada satu pokok bahasan, baik

yang sedang diceramahkan guru atau yang sedang dihadapinya di meja belajar, hampir selalu

dirasakan sebagai beban bukan sebagai upaya aktif untuk memperoleh ilmu (Hernacki & De

Porter 2008, hlm. 5).

Tercerabutnya kegairahan belajar, selain disebabkan oleh ketidaktepatan metodologis,

juga berakar pada paradigma pendidikan konvensional yang menyekat ruang-pengajar-dan-

pelajar dan membatasi kemampuan otak manusia. Paradigma ini sering berimplikasi pada

hilangnya kepercayaan diri pelajar ketika berhadapan dengan materi-materi pelajaran yang

seolah-olah sulit, karena pelajar dianggap mempunyai otak yang terbatas. Selain itu mereka tidak

dianggap sebagai pusat kreasi yang dapat menjalin kemitraan dengan pihak pengajar. Dengan

demikian, terbentuklah sekat struktural antara pengajar dan pelajar. Pada titik kronis pengajar

seolah-olah memegang otoritas mutlak ilmu, sehingga kritik merupakan suatu hal yang tabu.

Paradigma ini kemudian berpengaruh lebih luas pada metode belajar mengajar yang tidak

kondusif bagi perkembangan rohani peserta didik. Metode belajar mengajar yang diterapkan

hanya mengakomodasi karakter umum pelajar dalam menyerap pelajaran, sehingga

kecenderungan-kecenderungan spesifik pelajar dalam menyerap pelajaran diabaikan (Hernacki &

De Porter 2008, hlm. 6). Ketidakseimbangan aspek yang dikembangkan dalam pendidikan telah

telah banyak mengakibatkan murid yang cerdas secara intelegensia, namun sangat minim dalam

hal kecerdasan emosional dan spritual. Fenomena ini jelas sangat memprihatinkan bagi kita,

mengingat output yang dihasil dari proses pendidikan mengalami kekeringan batin, sehingga

mereka sangat rentan dengan gejolak-gejolak maupun konflik eksternal yang dapat
mempengaruhi situasi kejiwaannya. Berangkat dari hal inilah, inovasi dalam dunia pendidikan

dirasakan begitu penting untuk mengarahkan pendidikan pada filosofi dasarnya.

Pada tahun 1990an inovasi dalam proses pembelajaran ditandai dengan ditemukannya

sebuah pendekatan pengajaran yang disebut dengan quantum teaching, dikembangkan oleh

Bobbi DePorter seorang guru yang melakukan proses pembelajaran yang diasuhnya dengan

suasana gembira dan menyenangkan. Quantum teaching sendiri berawal dari sebuah upaya Dr

Georgi Lozanov, pendidik asal Bulgaria, yang bereksperimen dengan suggestology. Prinsipnya,

sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar.

Quantum teaching pada dasarnya merupakan metode pengajaran yang menekankan aspek

kenyamanan dan penyadaran. Dalam quantum teaching, peserta didik diajak untuk menyadari

proses yang dijalaninya sebagai sebuah proses untuk menambah wawasan dan mengasah

keterampilan, sehingga lebih antusias dalam menjalaninya.

Pendekatan pengajaran dengan menggunakan metode quantum teaching dirasakan dapat

memberikan jalan keluar bagi problem pengajaran yang dihadapi selama ini.

Perlu diketahui bahwa secara garis besar problematika pendidikan secara umum

terangkum dalam tiga problem, yaitu (1) masalah fundasional pendidikan (foundational problem

of education), (2) masalah struktural lembaga pendidikan (structure problem of education), (3)

masalah operasional pendidikan (operational problem of education) (Buchori 1994, hlm. 18).

Ketiga persoalan di atas juga terjadi dan dialami oleh pendidikan Islam. Hal ini terjadi

karena memang pendidikan pada prinsifnya mencakup tiga persoalan tersebut. Hanya saja

persoalan yang dialami dalam pendidikan itu volumenya tidak sama, namun jika dikaji lebih

dalam menurut penulis bahwa persoalan yang lebih serius terletak pada masalah operasional

pendidikan dan lebih spesifik lagi adalah masalah metodologi terutama jika dikaitkan dengan
pendidikan agama Islam. Sedangkan untuk masalah pundasional dan struktural pendidikan telah

ditetapkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dan penjelasannya.

Di satu sisi kedudukan pendidikan agama Islam sangat urgen dalam pendidikan nasional,

karena tujuan utama dari pendidikan tersebut diantaranya untuk membina dan mendasari

kehidupan anak didik dengan nilai-nilai agama dan sekaligus mengajarkan ilmu agama Islam,

sehingga siswa mampu mengamalkan syariat Islam secara benar sesuai dengan pengatahuan

agama. Namun di sisi lain lebih banyak tantangan, rintangan dan hambatan baik secara internal

maupun secara eksternal dalam pendidikan agama Islam itu sendiri.

Faktor-faktor yang menjadi penyebab kendala atau hambatan, antara lain: faktor guru

agama, pendekatan metodologis dalam mengajar, waktu mengajar tidak cukup, solidaritas guru

agama dengan guru-guru umum, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor-faktor eksternal yang

menjadi penyebab kendala atau hambatan pendidikan agama Islam, diantaranya: sikap orang tua

atau masyarakat yang kurang positif terhadap pendidikan agama Islam, situasi dan kondisi serta

lingkungan sosial yang berdampak negatif, dan ketersediaan lapangan kerja yang kurang

sehingga menyulitkan bagi tenaga terdidik untuk mendapatkan lapangan kerja yang layak

(Arifin 1988, hlm. 90–93). Begitu banyak kendala atau hambatan pelaksanaan pendidikan,

namun pada penelitian ini penulis secara spesifik akan menyoroti kendala atau hambatan dalam

pendekatan metodologis pengajaran saja.

Pendidikan agama Islam (PAI) bila ditilik dari segi historisnya, praktek pengajarannya

telah dilaksanakan dalam pendidikan umum secara formal sejak tanggal 1 Januari 1946 (Darajat

1972, hlm. 91). Karena itu, pendidikan agama Islam hingga saat ini telah memasuki usia 62

tahun. Dalam usia ke 62 tahun pendidikan agama Islam di lembaga-lembaga pendidikan formal

justeru masih mencari bentuk dan format metodologi yang tepat sesuai dengan maraknya
perubahan sosial dan budaya di segala bidang. Akhir-akhir ini para ahli dan pemerhati masalah

pendidikan banyak melakukan diskusi, seminar dan workshop pendidikan Islam, dan lain

sebagainya. Kiranya kegiatan semacam itu cukup dijadikan sebagai bukti akan adanya upaya-

upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan pendidikan agama Islam agar lebih epektif dan

efisien, penyajian materi menarik, relevan, aktual, serta sesuai dengan objek sasaran pendidikan

agama Islam itu sendiri.

Menurut Driyarkara, bahwa pendidikan adalah suatu pengembangan dan perkembangan

yang aktif (Driyarkara 1991, hlm. 90). Kiranya tepat apa yang dikatakan M. Amin Abdullah

bahwa metodologi pendidikan agama Islam itu lebih penting daripada materi agama Islam.

Metodologi yang bersifat statis-indoktrinatif-doktriner tidak lagi menarik bagi anak didik dan

tidak mampu mengantar anak didik sampai pada tahap afeksi dan bahkan pada tahapan

psikomotorik. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa pelajaran dan kuliah agama Islam amat tidak

menarik, maka kekuatan pendidikan agama Islam tinggal bertumpu pada formalitas kekuatan

undang-undang pendidikan nasional yang mencantumkan “agama” sebagai mata pelajaran

“wajib” (Abdullah 1995, hlm. 16).

Pendidikan agama Islam pada lembaga pendidikan umum hasilnya kurang memuaskan,

kalau tidak boleh dikatakan gagal, karena pendidikan agama Islam belum dapat menunjukkan

fungsi agama sebagai sumber kehidupan, tuntutan dalam hidup termasuk pula tuntutan dalam

kebudayaan (Engkoswara 1986, hlm. 61). Kondisi ini diperparah dengan tidak digunakannya

metodologi pendidikan (pengajaran) yang baik, atau dengan kata lain guru pendidikan agama

Islam sebagian besar belum menguasai kemampuan metodologis yang mumpuni.

Untuk mengungkap persoalan metodologis pendidikan agama Islam tersebut di atas,

penelitian ini berupaya untuk membahas dan meneliti aplikasi metode pengajaran quantum
teaching pada mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di lembaga pendidikan yang sudah

menerapkannya. Dalam hal ini penulis akan memfokuskan penelitian pada Sekolah Dasar Islam

Terpadu (SDIT) Izuddin Palembang. Dipilihnya lokasi ini karena SDIT Izuddin merupakan salah

satu lembaga pendidikan di kota Palembang yang telah menerapkan metode quantum teaching

sejak berdirinya pada tahun 2002.

Penelitian ini bertujuan untuk menggali berbagai masalah yang berhubungan dengan

aplikasi metode quantum teaching di SDIT Izuddin. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui mengenai gambaran penerapan metode quantum teaching, peluang dan hambatan

penerapannya, serta usaha-usaha yang dilakukan pihak sekolah dalam mengatasi hambatan

dalam penerapan metode quantum teaching di SDIT Izuddin. Sebuah penerapan metodologis

diyakini memiliki hambatan tersendiri. Maka, upaya keras yang dilakukan untuk mengatasi

hambatan itu akan menghasilkan penerapan metode quantum teaching dapat berjalan dengan

epektif.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran tentang kualitas aplikasi metode quantum teaching pada mata pelajaran

PAI di SDIT Izuddin?

2. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi oleh guru agama dalam

aplikasi metode quantum teaching pada mata pelajaran PAI di SDIT Izuddin?

3. Apakah upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru agama untuk mengatasi

hambatan dalam aplikasi metode quantum teaching pada mata pelajaran PAI di SDIT

Izuddin?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui gambaran tentang kualitas aplikasi metode quantum teaching pada mata

pelajaran PAI di SDIT Izuddin.

a. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi oleh

guru agama dalam aplikasi metode quantum teaching pada mata pelajaran PAI di SDIT

Izuddin.

b. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru agama untuk

mengatasi hambatan dalam aplikasi metode quantum teaching pada mata pelajaran PAI di

SDIT Izuddin.

D. Kegunaan Penelitian

1. Hasil penelitian ini dimaksudkan sebagai salah satu sumbangan pemikiran mengenai aplikasi

metode quantum teaching dalam pendidikan (pengajaran) khususnya pada mata pelajaran

pendidikan agama Islam (PAI) yang akhir-akhir ini dianggap perlu dan penting untuk

diadakan penelaahan dan pengkajian melalui penelitian untuk meningkatkan epektifitas

pengajarannya.

a. Sumbangan pemikiran ini terutama untuk para guru, kepala sekolah, pengelolah (yayasan)

lembaga-lembaga pendidikan, akademisi, serta para insan-insan yang peduli dan mau terlibat

langsung dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di bidang pendidikan Islam.

E. Tinjauan Pustaka

Sejauh pengamatan penulis, sejak Bobby De Porter dan Mike Hernacki meluncurkan tentang

sebuah metode pengajaran yang menakjubkan yang mereka beri nama quantum learning dan
quantum teaching, ada banyak peneliti yang mencoba memahami, melihat korelasi dan

membuktikan pengaruh metode ini dalam upaya merancang sistem pengajaran yang

menggairahkan dan bertumpuh pada prinsif-prinsif serta teknik-teknik pembelajaran di ruang-

ruang kelas di sekolah. Diantara upaya-upaya pengkajian tersebut, adalah sebagai berikut:

Pertama, pengkajian yang dilakukan oleh Abuddin Nata (2003) yang dituangkan dalam

bentuk buku berjudul Manajemen Pendidikan (Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di

Indonesia), buku ini banyak membahas prinsip-prinsip quantum teaching yang terkandung dalam

surat-surat Alquran.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Sulaimanzen pada tahun 2007 berjudul Strategi

Pembelajaran Quantum Teaching dan Quantum Learning yang mencoba menggali bagaimana

konsep sebenarnya dari metode quantum teaching, apakah prinsif-prinsif metode quantum

teaching, dan bagaimanakah strategi pembelajaran dengan pendekatan metode quantum

teaching. Ketiga, penelitian yang hampir sama juga dilakukan oleh Debutar pada tahun 2007

berjudul Strategi Pembelajaran Quantum Teaching dan Quantum Learning yang menggali

tentang strategi pembelajaran dengan menerapkan metode quantum learning dan quantum

teaching. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pentingnya peran media pembelajaran

dengan pemanfaatan multi media yang mampu menggantikan learning with effort dengan

learning with fun. Selain itu menurut Debutar penggunaan multi media dapat memudahkan guru

menyampaikan materi dengan cepat, dengan tampilan audio animasi bergerak, paduan warna,

yang terbukti membuat belajar menjadi proses yang menyenangkan.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Gordon Dryden dan Jeanette Vos yang

kemudian dilaporkan dalam bentuk buku berjudul “Revolusi Cara Belajar (The Learning

Revolution): Keajaiban Pikiran Sekolah Masa Depan. Buku ini kemudian diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Kaifa di Jakarta pada tahun 2001. Buku ini

menjelaskan bahwa setiap kita memiliki otak dan kemampuan yang mengagumkan, belajar

dengan cara yang tepat dan menyenangkan, dan beberapa kiat yang cemerlang dalam

menghadapi berbagai problema belajar.

Kelima, penelitian (tesis) yang dilakukan oleh Eni Zahara dengan judul Persepsi Guru

tentang Penerapan Metode Quantum Learning di SDIT Izuddin. Penelitian ini menghasilkan

gambaran mengenai bagaimana pemahaman para guru terhadap metode quantum learning di

SDIT Izuddin yang cukup baik, mendeskripsikan tentang kekuatan, peluang dan hambatan yang

dihadapi oleh para guru SDIT Izuddin dalam menerapkan metode quantum learning di sekolah

mereka.

Selanjutnya dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Eni

Zahara, penulis berusaha menggali informasi mengenai upaya aplikasi metode quantum teaching

secara spesifik pada mata pelajaran PAI. Penelitian ini pada akhirnya diharapkan dapat

menemukan gambaran, faktor pendukung, faktor penghambat, serta upaya yang dilakukan oleh

pihak pimpinan dan guru agama dalam aplikasi metode quantum teaching pada mata pelajaran

PAI di SDIT Izuddin.

F. Kerangka Teori

Pendidikan agama Islam (PAI) adalah suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik

agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung dalam Islam

secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya, dan pada akhirnya dapat

mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya sebagai
pandangan hidup (way of life), sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat

(Darajat 1972, hlm. 88).

Uraian di atas dapat dianalisis bahwa pendidikan agama Islam meliputi: (1) adanya usaha

bimbingan dan asuhan, (2) adanya anak didik sebagai yang dibimbing, (3) adanya tujuan

bimbingan, (4) adanya pembimbing/pengasuh, dan (5) adanya lembaga yang melakukan

bimbingan dan asuhan, dan (6) sarana dan prasarana dalam bimbingan dan asuhan. Tujuan yang

hendak dicapai meliputi: (1) anak didik mampu memahami apa yang terkandung dalam ajaran

Islam, (2) anak didik menghayati makna dan maksud tujuan ajaran Islam, dan (3) anak didik

menjalankan ajaran Islam yang dianutnya sebagai pandangan hidupnya, sehingga dapat

mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat.

Menurut Mastuhu, pengembangan pendidikan agama memerlukan adanya tujuan yang

jelas, sesuai dengan pengembangan religiusitas anak, lingkungan sosio-kultural, tenaga guru

yang qualified, serta metodologi yang tepat.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa metodologi pendidikan agama hendaknya bersifat

terbuka, kritis kreatif dengan mempertimbangkan metode kebiasaan dan memori terutama untuk

permulaan (Mastuhu 1976, hlm. 58). Hal ini senada dengan pendapat M. Amin Abdullah, ilmu

pendidikan agama Islam tidak boleh hanya bersih kukuh pada metodologi pembelajaran agama

dengan pola konvensional-tradisional dan perlu terobosan baru sehingga isi dan metodologi

pendidikan agama terasa aktual-kontekstual dan juga bergerak sesuai dengan gerak perubahan

dan tuntutan zaman (Abdullah 1995, hlm. 11).

Terobosan metodologis dalam proses pendidikan (pengajaran) sekarang ini sudah

ditawarkan oleh suatu konsep metodologis pengajaran yang disebut dengan metode quantum

teaching yang digagas oleh Bobbi De Porter dan Mike Hernacki.


Konsep dasar dalam quantum teaching adalah pengajaran yang menumbuhkan suasana

kebersamaan, menciptakan kenyamanan dan ketenangan dalam belajar, serta memberikan

penyadaran kepada peserta didik terhadap proses yang sedang dijalaninya. Quantum teaching

secara konseptual merupakan dialektika teori-teori belajar dan teori psikologi yang menciptakan

sebuah paradigma baru yang inklusif mengenai pembelajaran.

De Porter sebagai founding father quantum teaching, menyodorkan gagasan quantum

teaching dengan mengacu pada konsep fisika kuantum, yaitu E = mc2, sebagai paradigma baru

dalam dunia pendidikan. Variabel persamaan E = mc2 diikhtisarkan sebagai berikut:

E = Energi (antusiasme, epektifitas belajar-mengajar, semangat)

m = massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi fisik)

c = interaksi (hubungan yang tercipta di kelas)

Berdasarkan persamaan ini dapat dipahami interaksi serta proses pembelajaran yang

tercipta akan berpengaruh besar sekali terhadap epektifitas dan antusiasme belajar pada peserta

didik (Ridho 2008, hlm. 145).

Kata quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Jadi

quantum teaching menciptakan lingkungan belajar yang epektif, dengan cara menggunakan

unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi dalam kelas.

Bila metode ini diterapkan, maka guru akan lebih mencintai dan lebih berhasil dalam

memberikan materi serta lebih dicintai anak didik karena guru mengoptimalkan berbagai metode.

Salah satu wadah dari 4 jenis dalam quantum teaching, yaitu merekayasa suasana yang

memberdayakan. Menurut Hernowo, dikatakan bahwa suasana yang penuh kegembiraan akan

membawa kegembiraan pula dalam belajar. Jadi intinya bangunlah suasana hati dengan emosi

positif. Karena emosi itu dapat menular. Emosi yang riang akan membawa suasana riang. Dan
keriangan akan dapat membantu dalam proses belajar secara menakjubkan yang pada akhirnya

akan memunculkan kreatifitas (Enggar 2008, hlm 7)

Paradigma ini menunjukkan penghargaan yang tinggi terhadap manusia dan

memperlihatkan suatu kenyataan bahwa proses belajar atau bahkan proses hidup adalah aktifitas

untuk meraih sebanyak mungkin cahaya, manusia dapat menciptakan sebanyak mungkin energi.

Otak manusia sebagai pusat seluruh proses pencerahannyan adalah materi yang apabila

berinteraksi secara intensif dengan cahaya akan menghasilkan energi yang luar biasa. Jelas bagi

kita bahwa konsep quantum teaching adalah konsep pengajaran yang inklusi, yang

menggabungkan unsur-unsur dalam diri peserta didik, pendidik dan lingkungan belajar melalui

interaksi dalam kelas. Quantum teaching berusaha menumbuhkan ikatan emosional yang kuat

antara peserta didik dengan pendidik sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai dengan baik.

Dalam aplikasinya, quantum teaching berangkat dari prinsif-prinsif dasar yang

primordial. Menurut Ridho ada beberapa prinsif dalam quantum teaching, yaitu:

a. Segalanya berbicara, lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan pelajaran, semuanya

menyampaikan pesan tentang belajar.

b. Segalanya bertujuan, siswa diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari yang diajarkan.

c. Pengalaman sebelum konsep, dari pengalaman guru dan siawa diperoleh banyak konsep

d. Akui setiap usaha, menghargai usaha siswa sekecil apapun

e. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan, kita harus memberi pujian kepada siswa

yang terlibat aktif dalam pelajaran.

Dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip di atas, maka pengajar dapat mengetahui secara

komprehensip potensi dan minat anak didiknya. Dengan demikian, tujuan pendidikan dapat

tercapai secara signifikan, dalam memanusiakan manusia.


Tidak dapat dipungkiri, sebaik apapun sistem pengajaran yang diberikan bila tidak

disertai dengan strategi pengajaran yang epektif dan efisien, maka tujuan yang diproyeksikan

tidak akan tercapai dengan baik. Oleh karena itu menjadi suatu yang mutlak untuk menerapkan

strategi pengajaran yang tepat dalam kelas atau lingkungan belajar. Dabutar (2007) menuturkan

bahwa teknologi baru terutama multimedia memiliki peranan semakin penting dalam

pembelajaran. Banyak orang percaya bahwa multimedia dapat membawa kita kepada siatuasi

belajar learning with effort dapat digantikan dengan learning with fun. Apalagi dalam

pembelajaran orang dewasa, learning with effort akan menjadi hal yang sangat menyulitkan

untuk dilaksanakan karena berbagai faktor pembatas, seperti kemauan berusaha, mudah bosan,

dan lain-lain. Jadi proses pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, tidak membosankan

menjadi pilihan para guru. Jika situasi belajar seperti ini tidak tercipta, paling tidak multi media

dapat membuat belajar lebih epektif. Lebih lanjut Dabutar (2007) mengungkapkan beberapa

kelebihan multi media, seperti tidak perlu pencetakan hard copy dan dapat dibuat/edit pada saat

mengajar menjadi hal yang memudahkan guru dalam penyampaian materinya. Berbagai variasi

tampilan/visual bahkan audio sudah mulai di coba, seperti animasi bergerak, potongan video,

rekaman audio, paduan warna, dan lain-lain dibuat untuk mendapatkan sarana bantu mengajar

yang sebaik-baiknya. Bahkan pada beberapa kesempatan telah diadakan TOT Multi Media dan

juga in house training.

G. Metodogi Penelitian

Jenis dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer

yaitu data yang diperoleh secara langsung dari siswa-siswi, guru-guru agama, kepala sekolah dan

wakil kepala sekolah bidang kurikulum SDIT Izuddin Palembang. Data sekunder adalah data
pendukGung yang diperoleh dari dokumentasi sekolah serta buku-buku, jurnal, majalah dan lain-

lain yang memuat iformasi terkait dengan persoalan yang penulis teliti.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang ada di SDIT Izuddin yang berjumlah

235 orang, dan karena keterbatasan waktu, biaya dan tenaga penulis hanya mengambil kelas V

sebagai sampel yang berjumlah 55 orang. Pemilihan sampel kelas V ini didasari dengan

pertimbangan bahwa kelas inilah yang paling baik untuk dijadikan sampel karena mereka sudah

cukup lama bergaul dengan para guru, sehingga mereka mengetahui dan memahami karakter dan

kemampuan guru mereka. Selain itu mereka dianggap sudah dapat dengan baik dalam

memberikan informasi baik lisan maupun tulisan. Sebaliknya, kelas I s.d. kelas IV dianggap

belum cukup baik dalam memberikan informasi yang lengkap di samping masa pergaulan

mereka dengan para guru yang masih sedikit dibandingkan dengan kelas V. Selanjutnya, siswa

kelas VI sedang konsentrasi penuh menghadapi Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN),

sehingga jika penulis banyak memberikan pertanyaan baik secara lisan maupun secara tertulis

dikhawatirkan dapat mengganggu persiapan mereka tersebut. Di samping itu, terdapat

kemungkinan ketika penelitian ini masih berlangsung sementara siswa kelas VI sudah tamat,

atau selesai pendidikan di SDIT Izuddin. Oleh karena itu dengan metode purposive sampling

(tidak bersifat acak) siswa kelas V dianggap layak dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan teknik angket, observasi,

dokumentasi dan wawancara. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket
tertutup (close ended questionnaire), yaitu jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu dan

responden diminta tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan pendapat, pengalaman yang

dialami, dan kenyataan yang real di sekolah. Teknik angket digunakan digunakan untuk

mengetahui bagaimana guru SDIT Izuddin menerapkan metode pengajaran dengan pendekatan

metode quantum teaching.

Adapun observasi digunakan untuk memperoleh data sekunder tentang proses penerapan

quantum teaching di ruang kelas. Mengingat data yang diperoleh dari hasil observasi ini

merupakan data sekunder untuk melengkapi dan memperkaya bahan penelitian, maka observasi

ini cukup dilakukan terhadap proses pengajaran 3 kelas saja, yakni kelas IV (1 kelas), kelas V (1

kelas), dan kelas VI (1 kelas).

Selanjutnya data mengenai kondisi objektif sekolah, yang berkaitan dengan data jumlah

siswa, jumlah guru, kurikulum yang diterapkan, sarana dan prasarana, kebijakan tentang

penerapan quantum teaching, dan lain-lain diperoleh dengan teknik dokumentasi.

Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan

kebijakan tentang penerapan metode quantum teaching, peluang dan hambatan yang dihadapi

guru dalam menerapkan metode quantum teaching, serta upaya guru dan kepala sekolah dalam

mengatasi hambatan penerapan metode quantum teaching.

Metode Analisa Data

Data penenelitian ini dianalisis dengan perpaduan antara metode kuantitatif dan metode

kualitatif. Untuk data yang berkaitan dengan gambaran tentang kualitas penerapan metode

quantum teaching akan dianalisa dengan metode kuantitatif, yakni menggunakan rumus

persentase dan TSR. Pemberian skor disesuaikan dengan kategori jawaban dan pedoman skoring
yang telah dirumuskan, yaitu: pilihan pada angka satu (1) skornya sangat positif, pilihan pada

angka dua (2) adalah positif, pilihan pada angka tiga (3) adalah negatip dan pilihan pada angka

empat (4) adalah sangat negatip. Semakin banyak yang menentukan pilihan pada angka satu (1)

dan angka dua (2), maka semakin tinggi skor yang diperoleh dari masing-masing item

pertanyaan berarti semakin tinggi mutu aplikasi metode quantum teaching dalam proses

pengajaran pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SDIT Izuddin Palembang. Demikian

juga sebaliknya, semakin banyak yang memberikan jawaban pada angka tiga (3) dan angka

empat (4), maka semakin rendah skor capaian untuk satu pertanyaan, maka berarti aplikasi

metode quantum teaching tingkatnya rendah.

Sedangkan data yang terkumpul berkaitan dengan faktor pendukung dan faktor

penghambat yang dihadapi oleh guru agama dalam penerapan metode quantum teaching, serta

upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru agama untuk mengatasi hambatan tersebut

akan dianalisis dengan metode kualitatif, yakni setelah data terkumpul akan diklasifikasi,

direduksi dan dianalisa, kemudian dilakukan penarikan kesimpulan (verifikasi).

H. Sistematika Penulisan

Keseluruhan bahasan studi dalam penelitian ini akan disajikan dalam lima bab, yaitu: pertama,

bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

Kedua, landasan teori. Bagian ini akan membahas mengenai konsep quantum teaching, yang

menguraikan tentang pengertian quantum teaching, asas dan prinsip-prinsipnya, kerangka


rancangan pengajaran quantum teaching, dan model pengajaran quantum teaching, pembelajaran

pendidikan agama Islam dengan pendekatan quantum teaching.

Ketiga, menampilkan kondisi objektif SDIT Izuddin, meliputi sejarah berdirinya, data siswa,

data guru (juga menampilkan latar belakang pendidikan), kurikulum, data sarana, serta program-

program pengembangan SDIT Izuddin Palembang.

Keempat, berisi tentang analis data. Pada bab ini akan menganalisis semua temuan dari

penelitian, dengan cara klasifikasi data, uraian deskriptif dan interpretasi data yang telah

dikumpulkan sebelumnya.

Kelima, penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.


DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Muzayyin. 1988. Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat: Suatu Pendekatan
Filosofis, Pedagogis, Psikososial, dan Kultural. Golden Terayon Press, Jakarta.

Abdullah, M. Amin. 1995. “Dimensi Epistemologis-Metodologis Pendidikan Islam”, dalam


Jurnal Filsafat. Fakultas Filsafat UGM, No. 21 Edisi Mei 1995, Yogyakarta.

Buchori, Muchtar. 1994. Penelitian Pendidikan dan Pendidikan Islam di Indonesia. IKIP
Muhammadiyah Press, Jakarta.

Burnadib, Imam. 1994. Filsafat Pendidikan: Sistem dan Metode. Andi Offset, Yogyakarta.

Darajat, Zakiyah. dkk 1972. Ilmu Pendidikan Islam. Bumi Aksara, Jakarta.

Departemen Agama RI. 2007. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Direktorat


Pendidikan Islam, Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional RI. 1992. PP No. 28 Tahun 1990. Sinar Grafika, Jakarta.

DePorter, Bobbi; Reardon, Mark, dan Singer-Nourie, Sarah. 2003. Quantum Teaching:
Mempraktikkan Quantum Teaching di Ruang-Ruang Kelas. Kaifa, Bandung.

DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 1992. Quantum Learning: Unleashing The Genius You. A
Dell Trade Paperback, New York.

DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 1992. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman
dan Menyenangkan. Kaifa, Bandung.

Driyarkara 1991. Driyarkara tentang Pendidikan. Kanisius, Yogyakarta.

Enggar, http://in.enggar.net/2007/08/15/quantum-teaching/. (Online). (Diakses tangal 11


Februari 2008).

Engkoswara. 1986. Kecenderungan Kehidupan di Indonesia tahun 2000 dan Implikasinya


terhadap Sistem Pendidikan. Intermedia, Jakarta.

Feisal, Jusuf Amir. 1955. Reorientasi Pendidikan Islam. Gema Insani Press, Jakarta.
Hernacki & De Porter, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan,
(Online), http://www.duniaguru.com/index.php? option=com content&task =view&id
=187&itemid=45. (Diakses tanggal 10 Februari 2008).

I.L. Pasaribu dan B. Simanjuntak. 1983Proses Belajar Mengajar. Tarsito, Bandung.

Ludjito, Ahmad. 1996. “Pendekatan Integralistik Pendidikan Agama pada Sekolah di Indonesia”,
dalam Chabib Thoha, dkk., Formulasi Filsafat Pendidikan Islam. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Mastuhu. 1976. “Metodik Pendidikan Agama pada Perguruan Umum”, dalam Pengembangan
Hasil-Hasil Penelitian Pendidikan Agama. Departemen Agama RI, Jakarta.

Nurhasni, Accelerated Learning (Online), http://nurhasni-blogkuyess.blogspot.com/2008/10/accelerated-


learning.html. (diakses tanggal 24 Oktober 2008)

Ridho, Cerahkan Dunia Pendidikan dengan Metode Quantum Teaching (Online)


http://kihariadi.jogja.bloghi.com/2005/05/25/metode-quantum-teaching. html. (Diakses tanggal 10 Februari
2008)

Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai