Proposal Penelitian
Oleh:
Agustina Rita
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan merupakan realitas yang selalu mengalami proses dinamisasi. Pendidikan
spritual, menciptakan dinamika kehidupan yang lebih elegan dan sebagai pijar bagi perjalanan
pengejawantahan atas tanggung jawab pribadi dan sosial kepada Allah untuk melepaskan umat
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara lebih
jelas menegaskan bahwa tujuan pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, kita tidak akan lepas dari pembahasan
bagaimana metode yang digunakan dalam pendidikan. Hal ini dapat dimaklumi mengingat
metode pendidikan secara substansial merupakan gerbang bagi keberhasilan dalam proses
pengajaran dan pencapaian hasil yang signifikan. Ada stigma yang muncul dalam masyarakat
selama ini diaplikasikan dengan metode yang sangat membosankan dan kurang memberikan
suasana nyaman bagi peserta didik (meski belum ada penelitian yang membuktikannya). Dalam
sebuah situs internet ditulis, fakta yang terjadi akhir-akhir ini ada banyak keluhan murid tentang
pendidikan. Di antaranya, murid menganggap pendidikan saat ini kurang memberikan kebebasan
berfikir, banyak hapalan, mata pelajaran banyak mengejar kurikulum, mengajarkan pengetahuan
bukan keterampilan, dan banyak mengajarkan logika tanpa melibatkan emosi (Ridho 2008, hlm.
141). Banyak kalangan pelajar menganggap belajar adalah aktivitas yang tidak menyenangkan.
Duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dan pikiran pada satu pokok bahasan, baik
yang sedang diceramahkan guru atau yang sedang dihadapinya di meja belajar, hampir selalu
dirasakan sebagai beban bukan sebagai upaya aktif untuk memperoleh ilmu (Hernacki & De
pelajar dan membatasi kemampuan otak manusia. Paradigma ini sering berimplikasi pada
hilangnya kepercayaan diri pelajar ketika berhadapan dengan materi-materi pelajaran yang
seolah-olah sulit, karena pelajar dianggap mempunyai otak yang terbatas. Selain itu mereka tidak
dianggap sebagai pusat kreasi yang dapat menjalin kemitraan dengan pihak pengajar. Dengan
demikian, terbentuklah sekat struktural antara pengajar dan pelajar. Pada titik kronis pengajar
seolah-olah memegang otoritas mutlak ilmu, sehingga kritik merupakan suatu hal yang tabu.
Paradigma ini kemudian berpengaruh lebih luas pada metode belajar mengajar yang tidak
kondusif bagi perkembangan rohani peserta didik. Metode belajar mengajar yang diterapkan
De Porter 2008, hlm. 6). Ketidakseimbangan aspek yang dikembangkan dalam pendidikan telah
telah banyak mengakibatkan murid yang cerdas secara intelegensia, namun sangat minim dalam
hal kecerdasan emosional dan spritual. Fenomena ini jelas sangat memprihatinkan bagi kita,
mengingat output yang dihasil dari proses pendidikan mengalami kekeringan batin, sehingga
mereka sangat rentan dengan gejolak-gejolak maupun konflik eksternal yang dapat
mempengaruhi situasi kejiwaannya. Berangkat dari hal inilah, inovasi dalam dunia pendidikan
Pada tahun 1990an inovasi dalam proses pembelajaran ditandai dengan ditemukannya
sebuah pendekatan pengajaran yang disebut dengan quantum teaching, dikembangkan oleh
Bobbi DePorter seorang guru yang melakukan proses pembelajaran yang diasuhnya dengan
suasana gembira dan menyenangkan. Quantum teaching sendiri berawal dari sebuah upaya Dr
Georgi Lozanov, pendidik asal Bulgaria, yang bereksperimen dengan suggestology. Prinsipnya,
Quantum teaching pada dasarnya merupakan metode pengajaran yang menekankan aspek
kenyamanan dan penyadaran. Dalam quantum teaching, peserta didik diajak untuk menyadari
proses yang dijalaninya sebagai sebuah proses untuk menambah wawasan dan mengasah
memberikan jalan keluar bagi problem pengajaran yang dihadapi selama ini.
Perlu diketahui bahwa secara garis besar problematika pendidikan secara umum
terangkum dalam tiga problem, yaitu (1) masalah fundasional pendidikan (foundational problem
of education), (2) masalah struktural lembaga pendidikan (structure problem of education), (3)
masalah operasional pendidikan (operational problem of education) (Buchori 1994, hlm. 18).
Ketiga persoalan di atas juga terjadi dan dialami oleh pendidikan Islam. Hal ini terjadi
karena memang pendidikan pada prinsifnya mencakup tiga persoalan tersebut. Hanya saja
persoalan yang dialami dalam pendidikan itu volumenya tidak sama, namun jika dikaji lebih
dalam menurut penulis bahwa persoalan yang lebih serius terletak pada masalah operasional
pendidikan dan lebih spesifik lagi adalah masalah metodologi terutama jika dikaitkan dengan
pendidikan agama Islam. Sedangkan untuk masalah pundasional dan struktural pendidikan telah
Di satu sisi kedudukan pendidikan agama Islam sangat urgen dalam pendidikan nasional,
karena tujuan utama dari pendidikan tersebut diantaranya untuk membina dan mendasari
kehidupan anak didik dengan nilai-nilai agama dan sekaligus mengajarkan ilmu agama Islam,
sehingga siswa mampu mengamalkan syariat Islam secara benar sesuai dengan pengatahuan
agama. Namun di sisi lain lebih banyak tantangan, rintangan dan hambatan baik secara internal
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kendala atau hambatan, antara lain: faktor guru
agama, pendekatan metodologis dalam mengajar, waktu mengajar tidak cukup, solidaritas guru
agama dengan guru-guru umum, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor-faktor eksternal yang
menjadi penyebab kendala atau hambatan pendidikan agama Islam, diantaranya: sikap orang tua
atau masyarakat yang kurang positif terhadap pendidikan agama Islam, situasi dan kondisi serta
lingkungan sosial yang berdampak negatif, dan ketersediaan lapangan kerja yang kurang
sehingga menyulitkan bagi tenaga terdidik untuk mendapatkan lapangan kerja yang layak
(Arifin 1988, hlm. 90–93). Begitu banyak kendala atau hambatan pelaksanaan pendidikan,
namun pada penelitian ini penulis secara spesifik akan menyoroti kendala atau hambatan dalam
Pendidikan agama Islam (PAI) bila ditilik dari segi historisnya, praktek pengajarannya
telah dilaksanakan dalam pendidikan umum secara formal sejak tanggal 1 Januari 1946 (Darajat
1972, hlm. 91). Karena itu, pendidikan agama Islam hingga saat ini telah memasuki usia 62
tahun. Dalam usia ke 62 tahun pendidikan agama Islam di lembaga-lembaga pendidikan formal
justeru masih mencari bentuk dan format metodologi yang tepat sesuai dengan maraknya
perubahan sosial dan budaya di segala bidang. Akhir-akhir ini para ahli dan pemerhati masalah
pendidikan banyak melakukan diskusi, seminar dan workshop pendidikan Islam, dan lain
sebagainya. Kiranya kegiatan semacam itu cukup dijadikan sebagai bukti akan adanya upaya-
upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan pendidikan agama Islam agar lebih epektif dan
efisien, penyajian materi menarik, relevan, aktual, serta sesuai dengan objek sasaran pendidikan
yang aktif (Driyarkara 1991, hlm. 90). Kiranya tepat apa yang dikatakan M. Amin Abdullah
bahwa metodologi pendidikan agama Islam itu lebih penting daripada materi agama Islam.
Metodologi yang bersifat statis-indoktrinatif-doktriner tidak lagi menarik bagi anak didik dan
tidak mampu mengantar anak didik sampai pada tahap afeksi dan bahkan pada tahapan
psikomotorik. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa pelajaran dan kuliah agama Islam amat tidak
menarik, maka kekuatan pendidikan agama Islam tinggal bertumpu pada formalitas kekuatan
Pendidikan agama Islam pada lembaga pendidikan umum hasilnya kurang memuaskan,
kalau tidak boleh dikatakan gagal, karena pendidikan agama Islam belum dapat menunjukkan
fungsi agama sebagai sumber kehidupan, tuntutan dalam hidup termasuk pula tuntutan dalam
kebudayaan (Engkoswara 1986, hlm. 61). Kondisi ini diperparah dengan tidak digunakannya
metodologi pendidikan (pengajaran) yang baik, atau dengan kata lain guru pendidikan agama
penelitian ini berupaya untuk membahas dan meneliti aplikasi metode pengajaran quantum
teaching pada mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di lembaga pendidikan yang sudah
menerapkannya. Dalam hal ini penulis akan memfokuskan penelitian pada Sekolah Dasar Islam
Terpadu (SDIT) Izuddin Palembang. Dipilihnya lokasi ini karena SDIT Izuddin merupakan salah
satu lembaga pendidikan di kota Palembang yang telah menerapkan metode quantum teaching
Penelitian ini bertujuan untuk menggali berbagai masalah yang berhubungan dengan
aplikasi metode quantum teaching di SDIT Izuddin. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui mengenai gambaran penerapan metode quantum teaching, peluang dan hambatan
penerapannya, serta usaha-usaha yang dilakukan pihak sekolah dalam mengatasi hambatan
dalam penerapan metode quantum teaching di SDIT Izuddin. Sebuah penerapan metodologis
diyakini memiliki hambatan tersendiri. Maka, upaya keras yang dilakukan untuk mengatasi
hambatan itu akan menghasilkan penerapan metode quantum teaching dapat berjalan dengan
epektif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran tentang kualitas aplikasi metode quantum teaching pada mata pelajaran
2. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi oleh guru agama dalam
aplikasi metode quantum teaching pada mata pelajaran PAI di SDIT Izuddin?
3. Apakah upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru agama untuk mengatasi
hambatan dalam aplikasi metode quantum teaching pada mata pelajaran PAI di SDIT
Izuddin?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui gambaran tentang kualitas aplikasi metode quantum teaching pada mata
a. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi oleh
guru agama dalam aplikasi metode quantum teaching pada mata pelajaran PAI di SDIT
Izuddin.
b. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru agama untuk
mengatasi hambatan dalam aplikasi metode quantum teaching pada mata pelajaran PAI di
SDIT Izuddin.
D. Kegunaan Penelitian
1. Hasil penelitian ini dimaksudkan sebagai salah satu sumbangan pemikiran mengenai aplikasi
metode quantum teaching dalam pendidikan (pengajaran) khususnya pada mata pelajaran
pendidikan agama Islam (PAI) yang akhir-akhir ini dianggap perlu dan penting untuk
pengajarannya.
a. Sumbangan pemikiran ini terutama untuk para guru, kepala sekolah, pengelolah (yayasan)
lembaga-lembaga pendidikan, akademisi, serta para insan-insan yang peduli dan mau terlibat
E. Tinjauan Pustaka
Sejauh pengamatan penulis, sejak Bobby De Porter dan Mike Hernacki meluncurkan tentang
sebuah metode pengajaran yang menakjubkan yang mereka beri nama quantum learning dan
quantum teaching, ada banyak peneliti yang mencoba memahami, melihat korelasi dan
membuktikan pengaruh metode ini dalam upaya merancang sistem pengajaran yang
ruang kelas di sekolah. Diantara upaya-upaya pengkajian tersebut, adalah sebagai berikut:
Pertama, pengkajian yang dilakukan oleh Abuddin Nata (2003) yang dituangkan dalam
Indonesia), buku ini banyak membahas prinsip-prinsip quantum teaching yang terkandung dalam
surat-surat Alquran.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Sulaimanzen pada tahun 2007 berjudul Strategi
Pembelajaran Quantum Teaching dan Quantum Learning yang mencoba menggali bagaimana
konsep sebenarnya dari metode quantum teaching, apakah prinsif-prinsif metode quantum
teaching. Ketiga, penelitian yang hampir sama juga dilakukan oleh Debutar pada tahun 2007
berjudul Strategi Pembelajaran Quantum Teaching dan Quantum Learning yang menggali
tentang strategi pembelajaran dengan menerapkan metode quantum learning dan quantum
teaching. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pentingnya peran media pembelajaran
dengan pemanfaatan multi media yang mampu menggantikan learning with effort dengan
learning with fun. Selain itu menurut Debutar penggunaan multi media dapat memudahkan guru
menyampaikan materi dengan cepat, dengan tampilan audio animasi bergerak, paduan warna,
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Gordon Dryden dan Jeanette Vos yang
kemudian dilaporkan dalam bentuk buku berjudul “Revolusi Cara Belajar (The Learning
Revolution): Keajaiban Pikiran Sekolah Masa Depan. Buku ini kemudian diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Kaifa di Jakarta pada tahun 2001. Buku ini
menjelaskan bahwa setiap kita memiliki otak dan kemampuan yang mengagumkan, belajar
dengan cara yang tepat dan menyenangkan, dan beberapa kiat yang cemerlang dalam
Kelima, penelitian (tesis) yang dilakukan oleh Eni Zahara dengan judul Persepsi Guru
tentang Penerapan Metode Quantum Learning di SDIT Izuddin. Penelitian ini menghasilkan
gambaran mengenai bagaimana pemahaman para guru terhadap metode quantum learning di
SDIT Izuddin yang cukup baik, mendeskripsikan tentang kekuatan, peluang dan hambatan yang
dihadapi oleh para guru SDIT Izuddin dalam menerapkan metode quantum learning di sekolah
mereka.
Selanjutnya dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Eni
Zahara, penulis berusaha menggali informasi mengenai upaya aplikasi metode quantum teaching
secara spesifik pada mata pelajaran PAI. Penelitian ini pada akhirnya diharapkan dapat
menemukan gambaran, faktor pendukung, faktor penghambat, serta upaya yang dilakukan oleh
pihak pimpinan dan guru agama dalam aplikasi metode quantum teaching pada mata pelajaran
F. Kerangka Teori
Pendidikan agama Islam (PAI) adalah suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik
agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung dalam Islam
secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya, dan pada akhirnya dapat
mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya sebagai
pandangan hidup (way of life), sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat
Uraian di atas dapat dianalisis bahwa pendidikan agama Islam meliputi: (1) adanya usaha
bimbingan dan asuhan, (2) adanya anak didik sebagai yang dibimbing, (3) adanya tujuan
bimbingan, (4) adanya pembimbing/pengasuh, dan (5) adanya lembaga yang melakukan
bimbingan dan asuhan, dan (6) sarana dan prasarana dalam bimbingan dan asuhan. Tujuan yang
hendak dicapai meliputi: (1) anak didik mampu memahami apa yang terkandung dalam ajaran
Islam, (2) anak didik menghayati makna dan maksud tujuan ajaran Islam, dan (3) anak didik
menjalankan ajaran Islam yang dianutnya sebagai pandangan hidupnya, sehingga dapat
jelas, sesuai dengan pengembangan religiusitas anak, lingkungan sosio-kultural, tenaga guru
terbuka, kritis kreatif dengan mempertimbangkan metode kebiasaan dan memori terutama untuk
permulaan (Mastuhu 1976, hlm. 58). Hal ini senada dengan pendapat M. Amin Abdullah, ilmu
pendidikan agama Islam tidak boleh hanya bersih kukuh pada metodologi pembelajaran agama
dengan pola konvensional-tradisional dan perlu terobosan baru sehingga isi dan metodologi
pendidikan agama terasa aktual-kontekstual dan juga bergerak sesuai dengan gerak perubahan
ditawarkan oleh suatu konsep metodologis pengajaran yang disebut dengan metode quantum
penyadaran kepada peserta didik terhadap proses yang sedang dijalaninya. Quantum teaching
secara konseptual merupakan dialektika teori-teori belajar dan teori psikologi yang menciptakan
teaching dengan mengacu pada konsep fisika kuantum, yaitu E = mc2, sebagai paradigma baru
Berdasarkan persamaan ini dapat dipahami interaksi serta proses pembelajaran yang
tercipta akan berpengaruh besar sekali terhadap epektifitas dan antusiasme belajar pada peserta
Kata quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Jadi
quantum teaching menciptakan lingkungan belajar yang epektif, dengan cara menggunakan
unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi dalam kelas.
Bila metode ini diterapkan, maka guru akan lebih mencintai dan lebih berhasil dalam
memberikan materi serta lebih dicintai anak didik karena guru mengoptimalkan berbagai metode.
Salah satu wadah dari 4 jenis dalam quantum teaching, yaitu merekayasa suasana yang
memberdayakan. Menurut Hernowo, dikatakan bahwa suasana yang penuh kegembiraan akan
membawa kegembiraan pula dalam belajar. Jadi intinya bangunlah suasana hati dengan emosi
positif. Karena emosi itu dapat menular. Emosi yang riang akan membawa suasana riang. Dan
keriangan akan dapat membantu dalam proses belajar secara menakjubkan yang pada akhirnya
memperlihatkan suatu kenyataan bahwa proses belajar atau bahkan proses hidup adalah aktifitas
untuk meraih sebanyak mungkin cahaya, manusia dapat menciptakan sebanyak mungkin energi.
Otak manusia sebagai pusat seluruh proses pencerahannyan adalah materi yang apabila
berinteraksi secara intensif dengan cahaya akan menghasilkan energi yang luar biasa. Jelas bagi
kita bahwa konsep quantum teaching adalah konsep pengajaran yang inklusi, yang
menggabungkan unsur-unsur dalam diri peserta didik, pendidik dan lingkungan belajar melalui
interaksi dalam kelas. Quantum teaching berusaha menumbuhkan ikatan emosional yang kuat
antara peserta didik dengan pendidik sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai dengan baik.
primordial. Menurut Ridho ada beberapa prinsif dalam quantum teaching, yaitu:
a. Segalanya berbicara, lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan pelajaran, semuanya
b. Segalanya bertujuan, siswa diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari yang diajarkan.
c. Pengalaman sebelum konsep, dari pengalaman guru dan siawa diperoleh banyak konsep
e. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan, kita harus memberi pujian kepada siswa
komprehensip potensi dan minat anak didiknya. Dengan demikian, tujuan pendidikan dapat
disertai dengan strategi pengajaran yang epektif dan efisien, maka tujuan yang diproyeksikan
tidak akan tercapai dengan baik. Oleh karena itu menjadi suatu yang mutlak untuk menerapkan
strategi pengajaran yang tepat dalam kelas atau lingkungan belajar. Dabutar (2007) menuturkan
bahwa teknologi baru terutama multimedia memiliki peranan semakin penting dalam
pembelajaran. Banyak orang percaya bahwa multimedia dapat membawa kita kepada siatuasi
belajar learning with effort dapat digantikan dengan learning with fun. Apalagi dalam
pembelajaran orang dewasa, learning with effort akan menjadi hal yang sangat menyulitkan
untuk dilaksanakan karena berbagai faktor pembatas, seperti kemauan berusaha, mudah bosan,
dan lain-lain. Jadi proses pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, tidak membosankan
menjadi pilihan para guru. Jika situasi belajar seperti ini tidak tercipta, paling tidak multi media
dapat membuat belajar lebih epektif. Lebih lanjut Dabutar (2007) mengungkapkan beberapa
kelebihan multi media, seperti tidak perlu pencetakan hard copy dan dapat dibuat/edit pada saat
mengajar menjadi hal yang memudahkan guru dalam penyampaian materinya. Berbagai variasi
tampilan/visual bahkan audio sudah mulai di coba, seperti animasi bergerak, potongan video,
rekaman audio, paduan warna, dan lain-lain dibuat untuk mendapatkan sarana bantu mengajar
yang sebaik-baiknya. Bahkan pada beberapa kesempatan telah diadakan TOT Multi Media dan
G. Metodogi Penelitian
Data dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
yaitu data yang diperoleh secara langsung dari siswa-siswi, guru-guru agama, kepala sekolah dan
wakil kepala sekolah bidang kurikulum SDIT Izuddin Palembang. Data sekunder adalah data
pendukGung yang diperoleh dari dokumentasi sekolah serta buku-buku, jurnal, majalah dan lain-
lain yang memuat iformasi terkait dengan persoalan yang penulis teliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang ada di SDIT Izuddin yang berjumlah
235 orang, dan karena keterbatasan waktu, biaya dan tenaga penulis hanya mengambil kelas V
sebagai sampel yang berjumlah 55 orang. Pemilihan sampel kelas V ini didasari dengan
pertimbangan bahwa kelas inilah yang paling baik untuk dijadikan sampel karena mereka sudah
cukup lama bergaul dengan para guru, sehingga mereka mengetahui dan memahami karakter dan
kemampuan guru mereka. Selain itu mereka dianggap sudah dapat dengan baik dalam
memberikan informasi baik lisan maupun tulisan. Sebaliknya, kelas I s.d. kelas IV dianggap
belum cukup baik dalam memberikan informasi yang lengkap di samping masa pergaulan
mereka dengan para guru yang masih sedikit dibandingkan dengan kelas V. Selanjutnya, siswa
kelas VI sedang konsentrasi penuh menghadapi Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN),
sehingga jika penulis banyak memberikan pertanyaan baik secara lisan maupun secara tertulis
kemungkinan ketika penelitian ini masih berlangsung sementara siswa kelas VI sudah tamat,
atau selesai pendidikan di SDIT Izuddin. Oleh karena itu dengan metode purposive sampling
(tidak bersifat acak) siswa kelas V dianggap layak dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan teknik angket, observasi,
dokumentasi dan wawancara. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket
tertutup (close ended questionnaire), yaitu jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu dan
responden diminta tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan pendapat, pengalaman yang
dialami, dan kenyataan yang real di sekolah. Teknik angket digunakan digunakan untuk
mengetahui bagaimana guru SDIT Izuddin menerapkan metode pengajaran dengan pendekatan
Adapun observasi digunakan untuk memperoleh data sekunder tentang proses penerapan
quantum teaching di ruang kelas. Mengingat data yang diperoleh dari hasil observasi ini
merupakan data sekunder untuk melengkapi dan memperkaya bahan penelitian, maka observasi
ini cukup dilakukan terhadap proses pengajaran 3 kelas saja, yakni kelas IV (1 kelas), kelas V (1
Selanjutnya data mengenai kondisi objektif sekolah, yang berkaitan dengan data jumlah
siswa, jumlah guru, kurikulum yang diterapkan, sarana dan prasarana, kebijakan tentang
kebijakan tentang penerapan metode quantum teaching, peluang dan hambatan yang dihadapi
guru dalam menerapkan metode quantum teaching, serta upaya guru dan kepala sekolah dalam
Data penenelitian ini dianalisis dengan perpaduan antara metode kuantitatif dan metode
kualitatif. Untuk data yang berkaitan dengan gambaran tentang kualitas penerapan metode
quantum teaching akan dianalisa dengan metode kuantitatif, yakni menggunakan rumus
persentase dan TSR. Pemberian skor disesuaikan dengan kategori jawaban dan pedoman skoring
yang telah dirumuskan, yaitu: pilihan pada angka satu (1) skornya sangat positif, pilihan pada
angka dua (2) adalah positif, pilihan pada angka tiga (3) adalah negatip dan pilihan pada angka
empat (4) adalah sangat negatip. Semakin banyak yang menentukan pilihan pada angka satu (1)
dan angka dua (2), maka semakin tinggi skor yang diperoleh dari masing-masing item
pertanyaan berarti semakin tinggi mutu aplikasi metode quantum teaching dalam proses
pengajaran pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SDIT Izuddin Palembang. Demikian
juga sebaliknya, semakin banyak yang memberikan jawaban pada angka tiga (3) dan angka
empat (4), maka semakin rendah skor capaian untuk satu pertanyaan, maka berarti aplikasi
Sedangkan data yang terkumpul berkaitan dengan faktor pendukung dan faktor
penghambat yang dihadapi oleh guru agama dalam penerapan metode quantum teaching, serta
upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru agama untuk mengatasi hambatan tersebut
akan dianalisis dengan metode kualitatif, yakni setelah data terkumpul akan diklasifikasi,
H. Sistematika Penulisan
Keseluruhan bahasan studi dalam penelitian ini akan disajikan dalam lima bab, yaitu: pertama,
bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
Kedua, landasan teori. Bagian ini akan membahas mengenai konsep quantum teaching, yang
Ketiga, menampilkan kondisi objektif SDIT Izuddin, meliputi sejarah berdirinya, data siswa,
data guru (juga menampilkan latar belakang pendidikan), kurikulum, data sarana, serta program-
Keempat, berisi tentang analis data. Pada bab ini akan menganalisis semua temuan dari
penelitian, dengan cara klasifikasi data, uraian deskriptif dan interpretasi data yang telah
dikumpulkan sebelumnya.
Arifin, Muzayyin. 1988. Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat: Suatu Pendekatan
Filosofis, Pedagogis, Psikososial, dan Kultural. Golden Terayon Press, Jakarta.
Buchori, Muchtar. 1994. Penelitian Pendidikan dan Pendidikan Islam di Indonesia. IKIP
Muhammadiyah Press, Jakarta.
Burnadib, Imam. 1994. Filsafat Pendidikan: Sistem dan Metode. Andi Offset, Yogyakarta.
Darajat, Zakiyah. dkk 1972. Ilmu Pendidikan Islam. Bumi Aksara, Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional RI. 1992. PP No. 28 Tahun 1990. Sinar Grafika, Jakarta.
DePorter, Bobbi; Reardon, Mark, dan Singer-Nourie, Sarah. 2003. Quantum Teaching:
Mempraktikkan Quantum Teaching di Ruang-Ruang Kelas. Kaifa, Bandung.
DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 1992. Quantum Learning: Unleashing The Genius You. A
Dell Trade Paperback, New York.
DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 1992. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman
dan Menyenangkan. Kaifa, Bandung.
Feisal, Jusuf Amir. 1955. Reorientasi Pendidikan Islam. Gema Insani Press, Jakarta.
Hernacki & De Porter, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan,
(Online), http://www.duniaguru.com/index.php? option=com content&task =view&id
=187&itemid=45. (Diakses tanggal 10 Februari 2008).
Ludjito, Ahmad. 1996. “Pendekatan Integralistik Pendidikan Agama pada Sekolah di Indonesia”,
dalam Chabib Thoha, dkk., Formulasi Filsafat Pendidikan Islam. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Mastuhu. 1976. “Metodik Pendidikan Agama pada Perguruan Umum”, dalam Pengembangan
Hasil-Hasil Penelitian Pendidikan Agama. Departemen Agama RI, Jakarta.
Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.