Anda di halaman 1dari 10

MENUMBUHKAN KESADARAN HUKUM PADA MATA KULIAH PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DENGAN METODE PROJECT BASED LEARNING di


UNIVERSITAS MAYJEN SUNGKONO

Penulis
1. EKA AYU DAMAYANTI (20230480)
2. ARIS WICAKSONO
3. DIDIT TRIONO
4. HARIS KHOIRUDDIN
5. KHANAFI
Fakultas Hukum, Universitas Mayjen Sungkono, Tahun 2023

PENDAHULUAN
Di era modern ini pendidik dihadapkan pada berbagai masalah yang harus
dipertimbangakan. Peserta didik harus memahami banyak hal tentang kurikulum merupakan
salah satu masalah yang sering muncul. Namun, pendidik sejatinya bukan hanya sekadar men-
transfer pengetahuan, tetapi juga membangun potensi peserta didik yang jauh lebih penting.
Masalah lainnya adalah pembelajaran yang hanya berfokus pada penguasaan materi dan tidak
memberikan pengalaman dan praktik yang bermanfaat bagi kehidupan pesera didik.
Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yang dicantumkan dalam Undang-undang
Republik Indonesia No.20 tahun 2003 pada Bab II pasal 3, dijelaskan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangkan mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.”
Sedangkan pendidikan diselenggarakan melalui proses pembelajaran dengan
mentransformasikan nilai-nilai pendidikan. Hal ini sesuai dengan friman Allah yang
terkandung dalam Al-Qur’an yaitu Surat An-Nahl ayat 78 berbunyi:

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kami dari perut bumi dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kami pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu
bersyukur.”(Q.S. An-Nahl 16:78).
Pembelajaran yang efektif adalah ketika tujuan pembelajaran bisa tercapai. Tujuan ini
dapat dilihat dari tingkah laku yang dimunculkan baik dalam proses pembelajaran maupun
diluar proses pembelajaran. Proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau
latihan yang terjadi pada diri individu itu merupakan proses internal psikologi yang dapat
dikaji secara nyata (Thobroni, 2011: 20). Pengalaman belajar diperoleh melalui keterlibatan
peserta didik secara langsung dalam serangkain kegiatan pembelajaran untuk mengasah daya
fikir dalam mempelajari segala ilmu pengetahuan khususnya pengetahuan keagamaan yang
diajarkan melalui mata kuliah pendidikan agama islam. Dalam pembelajaran pendidikan
agama islam peserta didik diharapkan mampu menjadi pribadi yang bijak dan taat dalam
menjalankan aturan kehidupan sesuai dengan aturan-aturan yang ditetapkan oleh Allah SWT
(Umairso & Makmur, 2010: 58).
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 12 ayat 1 (satu) huruf a tentang
SIDIKNAS, mengamanatkan setiap peserta didik pada satuan pendidikan berhak mendapatkan
pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan jiajarkan oleh pendidik yang
seagama. Pendidikan Agama Islam meliputi Al-Qur’an, Hadist, Fiqih, Akidah Akhlak dan
Sejarah Kebudayaan Islam. Berbagai bidang kajian dalam Pendidikan Islam itu merupakan
hasil ijtihad para ulama yang memiliki persyaratan keilmuan, kepribadian dan moralitas yang
diyakini dapat dipercaya. Selanjutnya Pendidikan Agama Islam masuk ke dalam kurikulum
perguruan tinggi sebagai nilai atau ajaran yang harus dipahami, dihayati dan diamalkan dalam
kehidupan, sehingga agama menjadi nilai religiusitas (Nata, 2014: 151-152).
Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi bertujuan untuk meningkatkan keimanan
melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman
peserta didik tentang Agama Islam sehigga menjadi manusia muslim yang terus berkembang
dalam keimanan, ketakwaanya berbangsa dan bernegara (Suryana,dkk, 1997: 135). Oleh sebab
itu Pendidikan Agama Islam, baik makna maupun tujuannya harus mengacu pada penanaman
nilai-nilai islam dan tidak melupakan etika dan moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai itu juga
dalam rangka menuai keberhasialn hidup (hasanah) di dunia bagi peserta didik yang kemudian
akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) diakhirat kelak.
Sejalan dengan tujuan Agama Islam diatas, Pendidikan Agama Islam
mengidentifikasikan ada 4 (empat) sasaran pengembangan yaitu : a) Peserta didik sebagai
makhluk individu harus bisa memerankan tanggung jawabnya sebagai makhluk Allah yang
paling utama diantara makhluk lainnya dan memfungsikan sebagai kholifah dimuka bumi; b)
Peserta didik sebagai makhluk sosial harus mengadakan interelasi dan interaksi dengan
sesamanya dlam kehidupan bermasyarakat. Itulah sebabnya islam mengajarkan tentang
persamaan, persaudaraan, gotong royong dan musyawarah sebagai upaya membentuk
masyarakat menjadi suau persekuuan yang utuh; c) Peserta didik sebagai hanba Allah SWT.
perlu mengembangkan religiuitasnya sedemikian rupa sehingga mampu menjiwai
kehidupannya; d) Peserta didik dan kedudukannya terhadap makhluk lain akan membawanya
memhami hikmah tuhan menciptakan makhluk lain.
Dalam bukunya Sosiologi Pendidikan Islam, Nata (2014: 134) menyebutkan struktur
program pembelajaran Pendidikan Agama Islam dibagi menjadi 4 (empat) buah bidang studi,
yaitu: a) Bidang Studi Akhlak yang mengajarkan peserta didik untuk dapat mengetahui,
memahami dan meyakini akidah Islam serta dapat membentuk dan mengamalkan tingkah laku
yang baik sesuai dengan ajaran islam; b) Bidang studi Al-Qur’an dan Hadist merupakan
program pengajaran membaca dan mengartikan atau mentafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dan
Hadist-hadist tertentu sehingga peserta didik dapat mempelajari, meresapi dan menghayati
hikmah dan pokok-pokok yang terkandung didalamnya; c) Bidang Studi Syariah/Fiqih
merupakan pembelajaran syariah islam yang didalamnya mengandung perintah-perintah dan
larangan agama yang harus dipatuhi dan dilaksanakan didalam dirinya, keluarganya dan
masyarakat lingkungannya; d) Bidang Studi Sejarah Islam memberikan pengetahuan tentang
sejarah dan kebudayaan Islam, meliputi masa sebelum kelahiran Islam, masa Nabi dan
sesudahnya, baik pada daulah islamiyah maupun pada Negara-negara lainnya di dunia,
khususnya perkembangan agama Islam di Indonesia.
Pendidikan Agama Islam di perkuliahan dalam pelaksanaannya masih terdapat bebagai
permasalahan, yaitu proses pembelajaran saat ini sebatas proses penyampaian pengetahuan
tentang agama islam. Hanya sedikit yang arahnya pada proses internalisasi nilai-nilai islam
pada diri siswa. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dilakukan pengajar masih
bersifat verbalistik dan formalis. Metodologi pendidikan agama tidak kunjung berubah sejak
dulu hingga sekarang, meskipun generasi yang dihadapi sudah banyak mengalami perubahan.
Pendekatan pendidikan agama islam cenderung normative tanpa dibarengi ilustrasi konteks
sosial budaya, sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang
hidup dalam keseharian, karena pada dasarnya semua aktivitas manusia di dunia berkaitan
dan diatur oleh agama.
Menjawab persoalan tersebut perlu diterapkan suatu alternative guna mempelajari
Pendidikan Agama Islam yang sesuai dan mengoptimalkan proses dalam penyajian materi
yang menarik, serta melibatkan peserta didik dalam pembelajaran sehingga lebih aktif. Salah
satu alternative yang bisa digunakan adalah metode pembelajaran berbasis proyek (Project
Based Learning). Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang menggunakan
proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interoretasi,
sistesis dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar (Daryanto, 2014: 13).
Metode pembelajaran berbasis proyek menggunakan masalah sebagai langkah awal
dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman
peserta didik dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran ini dimulai dengan memunculkan
pertanyaan penuntun dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang
mengintegrasikan berbagaik subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pernyatanyaan
terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai prinsip dalam sebuah disiplin
yang sedang dikajinya. Project Based Learning tidak dapat terjadi tanpa pendidik/dosen
mengembangkan kelas yang menungkinkan pertukaran ide secara terbuka, sehingga metode
ini tidak lepas dari adanya diskusi kelas. Hal ini terjadi karena pada metode Project Based
Learning peserta didik tidak hanya menghafal materi tetapi mencoba merealisasikan
pengetahuan yang melibatkan peserta didik dalam merancang, membuat dan menampilkan
produk.
Pembelajaran berbasik proyek menurut Ahmad Yani (2014: 138) memiliki 4 (empat)
karakteristik yaitu:
1. Project Based Learning is curriculum fueled and standarts based.
Pembelajaran berbasis proyek ini dirancang untuk menurunkan standar kompetensi
dari setiap langkah proses pembelajaran baik pada saat merencanakan, melakukan kajian,
pengamatan, pengolahan adata, maupun pada saat menarik kesimpulan serta mengajukan
solusi terhadap masalah yang dihadapi.
2. Project Based Learning asks a question or poses a prolem that each student can answer.
Model pembelajaran ini pendidik mengarahkan siswanya untuk mengajukan
pertanyaan yang memungkinkan pertanyaan itu dijawab dengan data. Sehingga pendidik
dapat memperediksi bahwa peserta didik mampu mengumpulkan data dengan mudah,
terjangkau dan benar.
3. Project Based Learning asks students to investigate issue and topics addressing real-world
problems while integrating subjects across the curriculum.
Peserta didik diminta untuk meyelediki berbagai isu yang sedang dipelajari sehingga
mereka dapat mengajukan solusi dalam mengatasi masalah. Peran pendidik disini adalah
menginterasikan kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik.
4. Project Bsed Learning is a method that fosters anstract, intellectual tasks to explore complex
issues .
Merupakan strategi pembelajaran yang sederhana tetapi memerlukan kerjasama semua
pihak untuk mengimplementasikannya sehingga dapat menumbuhkan potensi berfikir peserta
didik pada tingkat tinggi (abstraksi) dan merupakan tuga sintelektual untuk menksplorasi isu-
isu yang kompleks.
Sani (2014: 180-181) mengusulkan beberapa tahapan utama yang perlu dilakukan dalam
Project Based Learning, yaitu:
1. Penyajian permasalahan dalam bentuk pertanyaan esensial (penting) yang dapat
memotivasi siswa untuk terlibat dalam pembelajaran. Permasalah yang dibahas adalah
permasalah dunia nyata yang membutuhkan investigasi mendalam. Pendidik harus
memastikan bahwa permasalahan relevan untuk peserta didik agar mereka terlibat
secara mental.
2. Membuat perencanaan sesuai standar kompetensi. Kompetensi yang dikaji sebaiknya
mencakup konsep penting yang ada dalam kurikulum.
3. Menyusun penjadwalan yang dilakukan oleh peserta didik dalam pelaksanaan proyek
dan disepakatai bersama pendidik. Peserta didik mengajukan tahapan pengerjaan
proyek dengan menetapkan acuan yang akan dilaporkan pada setiap pertemuan di
kelas.
4. Memonitor pembuatan proyek harus difasilitasi prosesnya, paling sedikit pada 2 (dua)
tahapan yang dilakukan oleh peserta didik (checkpoint). Contoh fasilitas yang diberikan
adalah memebrikan kesempatan peserta didik untuk berkerja di laboratorium atau
fasilitas lainnya jika dibutuhkan.
5. Melakukan penilaian secara autentik dan pendidik perlu memvariasikan jenis penilaian
yang digunakan. Penelian ini berupa investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan
data, pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data yang dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemapuan mengaplikasikan, kemampuan melakukan
penyelidikan dan kemampuan menerapkan keterampilan membuat produk atau karya
dari peserta didik.
6. Evaluasi dimaksudkan untuk memeperikan kesmpatan pada peserta didik dalam
melakukan intropeksi pembelajaran yang telah dilakukan baik secara individual
amaupun kelompok. Peserta didik perlu mediskusikan pa yang sukses, dan apa yang
perlu dirupah atau diperbaiki serta berbagi ide yang mengarah pada inkuiri baru.

Pembelajaran dengan Project Based Learning membutuhkan beberapa keterampilan dasar


dan penguasaan keterampilan khusus dalam membuat proyek. Keterampilan dasar yang perlu
dimiliki oleh peserta didik untuk belajar dengan metode ini adalah mebaca, menulis,
mendengarkan, berbicara dan berhitung dasar (Sani, 2014: 177-178). Sehingga muncul beberapa
kelemahan dalam metode pembelajaran ini yang dijelaskan oleh Hamdani (2014: 276) sebagai
berikut: a) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah; b) Membutuhkan biaya
yang cukup banyak; c) Banyak pendidik yang merasa nyaman dengan kelas tadisional, dimana
pendidik memegang peran utam di kelas; d) Banyak peralatan yang harus disediakan; e) Ada
kemungkinan siswa yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
Hal ini tidak jauh berbeda dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang
diberikan di Fakultas Hukum Universitas Mayjen Sungkono, orientasi utama pembelajaran ini
adalah untuk menumbuhkan kesadaran hukum mahasiswa yang memiliki sikap taat dan patuh
terhadap peraturan yang berlaku. Suparman menjelaskan bahwa kesadaran hukum dalam
pengertian sempit ialah yang diketahui orang tentang apa yang yang demi hukum harus
dilakukan, harus tidak dilakukan dan tidak harus dilakukan. Dalam pengertian luas, kesadaran
hukum meliputi tidak hanya fenomena sudah menjadi tahu, akan tetapi juga lebih lanjut
menjadi sudah berkemantapan hati untuk mematuhi apa yang diperintahkan oleh hukum.
Ada 4 (empat) dimensi-dimensi kesadaran hukum menurut B. Kutchinsky dalam
Seokanto:
1. Pengetahuan tentang peraturan-peraturan hukum (law awareness) adalah kesadaran
terhadap kenyataan bahwa jenis perilaku tertentu diatur oleh hukum
2. Pemahaman tentang isi peratuuran-peraturan hukum (law acquaintance) adalah sejumlah
informasi yang dimiliki seseorang tentang muatan perkara terhadap peraturan
normative tertentu)
3. Sikap terhadap peraturan-peraturan hukum (legal attitude) adalah suatu kecenderungan
untuk mneyetujui sautu norma hukum atau aturan karena pantas dipatuhi sebagi
bagian hukum yang berlaku dan suatu kecenderungan untuk menyetujui suatu norma
hkum atau aturan karena dinilai sebagai suatu keuntungan atau kemanfaatan.
4. Perilaku hukum (legal behavior) adalah perilaku yang diinginkan secara hukum.
Setiap dimensi tersebut dapat menunjukkan tingkat kesadaran hukum dari tingkat yang
terendah yaitu law awareness sampai tertinggi yaitu legal behavior.
Selain itu kesadaran terhadap hukum juga merupakan perilaku yang dapat dipelajari
dengan berbaga cara seperti perilaku-perilaku lainnya. Cara-cara ini sebagaimana dijelaskan leh
Adler dkk sebagi berikut:
1. Observational Learning, kekerasan dan agresi dapat dipelajari seseorang melalui behavioral
modeling. Perilaku ditransmisikan melalui contoh yang bersumber pada keluarga, teman
sebaya, subkultur dan media massa.
2. Direct Experience, mempelajari dari pengalaman langsung didasarkan pada apa yang
terjadi apada individu itu sendiri atau apa yang individu pernah lakukan.
3. Differencial reinforcement, kuatnya tindak criminal terletak pada ada atau tidaknya
penghargaan atau hukuman dan banyaknya cara serta tujuan yang diberikan oleh
kelompok merupakan hal penting dalam kehidupan individu.
Hamzah (2018: 215) megungkapkan bahwa menunculkan kesadaran hukum pada
peserta didik hendaklah pendidikan hukum harus bebas dari pengaruh elit politik dan praktik
birokrasi. Sedangkan Corro (2018: 72) menjelaskan bahwa untuk memunculkan kesadaran
hukum diperguruan tinggi dapat menerapkan pembelajaran yang memungkinkan secara
digital diruang kelas, namun juga dibarengi dengan peningkatan pedagosis tertentu.
Dari pelaksanaan mata kuliah Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode
Project Based Learning yang diberikan kepada mahasiswa, penulis beranggapan bahwa
pembelajaran yang diberikan akan mempengaruhi tingkat kesadaran hukum mahasiswa,
semakin banyak mahasiswa menadapatkan pembelajaran agama islam seharusnya semakin
tinggi tingkat kesadaran patuh kepada peraturan atau hukum yang berlaku baik itu dikampus
maupun di lingkungan sebagai masyarakat dan warga Negara.
Penelitian terdahulu untuk tema tulisan yang ada dapat diuraikan sebagai berikut.
Sutrisno dan Juli Amalia N. dengan topik “Islamic Religious Educational Project-Based Learning
Model to Improve Student Creativity, At-Tadzkir: Islamic Education Journal”, Volume 1 Nomor 1
Tahun 2022, Hal 13-22. Diterbitkan oleh PDTII (Perkumpulan Dosen Tarbiyah Islam Indonesia).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan Project Based Learning pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kreativitas siswa di sekolah SMK Ma’rif NU
Gresik. Penelitian ini menunjukkan bahwa guru hendaknya mengikuti prosedur dan tahap-
tahap pelaksanaan dalam pengimplementasian PBL. Prosedur pelaksanaan PBL terbagi mejadi
beberapa langkah yaitu penyelidikan atau pengumpulan data, pengembangan dan penyajian
hasil kerja dan yang terakhir evaluasi dan refleksi.
Terdapat persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu
dan penulis. Persamaanya yaitu mengunakan jenis penelitian kualitiatif dan meneliti model
pembelajaean Project Based Learning pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Sedangkan
perbedaanya terletak pada pembahasan yang dilakukan penulis lebih membahas tentang
dampak pembelajaran, smentara peneliti terdahulu lebih focus pada penerapan metode
pembelajaran.
Berdasarkan tulisan tersebut, tidak ada satupun yang sama materinya terkait dengan
artikel yang akan diselesaikan oleh penulis, yakni materi yang berhubungan dengan korelasi
atau kemanfaatan metode Problem Based Learning pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam
dalam menumbuhkan kesadaran hukum. Berkenaan dengan hal tersebut, maka tujuan
penulisan ini adalah untuk mengkaji dan lebih memahami korelasi metode Problem Based
Learning pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan kesadaran hukum
kepada mahasiswa Universitas Mayjen Sungkono.

METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk deskriptif analisis
yaitu, penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran serta
mengkaji mengenai Kesadaran Hukum pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam dengan
metode Project Based Learning di Fakultas Hukum Universitas Mayjen Sungkono.
Sumber data diperoleh melalui observasi, kajian pustaka dan teoritis yang didapatkan
melalui jurnal dan buku yang relefan. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis dan
dideskripsikan dalam bentuk narasi yang menggambarkan jawaban terhadap fokus kajian
artikel ini. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan kesimpulan yang detail dan komprehensif.

PEMBAHASAN
A. Gambaran Pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas Mayjen Sungkono dengan metode Project Based Learning.
Dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam merancang metode pembelajaran
sesuai dengan kurikulim yang dilaksanakan setiap hari kamis, selama 4 (empat) kali
pertemuan dalam 1 (satu) bulan. Pembelajaran dimulai dengan membagi mahasiswa
menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang, dosen memberika
suatu pengarahan terhadap mahasiswa tentang model pembelajaran yang diterapkan,
yaitu memberikan proyek berupa pembuatan makalah penelitian dan
mempresentasikan hasil penelitiannya sesuai dengan BAB atau materi yang diberikan
ke masing-masing kelompok. Awalnya ada beberapa mahasiswa yang kurang mengerti
dengan tugas proyek yang dijelaskan oleh dosen, sebab pembelajaran seperti ini baru
pertama kali meraka rasakan. Dosen berusaha dengan sabar memberikan penjelasan
lebih rinci tentang tugas proyek yang harus diselesaikan. Pada pertemuan pertama,
mahasiswa berdiskusi tentang apa yang dilakukan. Tugas proyek harus sudah selesai
sebelum UTS, dan presentasi kelompok dimulai pada pertemua kedua.
Pada pertemuan kedua, mahasiswa lebih memahami metode pembelajaran
Project Based Learning, dimana sebagian besar mahasiswa sudah dapat mengajukan
masalah, aktif dalam bertanya dan menjawab, mngutarakan gagasan dan pendapat
kepada dosen dan mahasiswa lainnya. Pada setiap awal pertemuan, dosen selalu
mengecek persiapan dari mahasiswa dalam mengerjakan proyek yang sudah ada, baik
dari segi fisik dan psikologisnya. Bedasarkan pengamatan peneliti, para mahasiswa
antusias dan bersemangat dalam mengerjakan proyek. Akan tetapi, ada juga beberapa
mahasiswa yang kurang suka dengan sistem pembelajaran yang diterapkan. Alasannya,
adalah ketidaksukaan dengan anggota kelompok. Dalam hal ini, peran pendidik sangat
penting untuk mngarahkan dan memberi semangat kepada peserta didiknya.
Selanjutnya tidakan yang dilakukan oleh dosen/pengajar adalah fokus kepada
presentasi dari tiap kelompok. Setiap anggota kelompok wajib mempresentasikan hasil
proyek yang dikerjakan dan setiap anggota wajib berbicara dan menerangkan tiap detail
apa yang ditulis dalam makalah penelitian. Dengan tindakan tindakan tersebut, dosen
berharap mahasiswa lebih bertanggung jawab terhadap apa yang dikerjakan dan lebih
meningkatkan sikap keberanian dalam mengemukakan pendapat.
Proyek presentasi ini dilaksanakan dalam 2 pertemuan setiap hari kamis yang
ditempuh dengan waktu 2x45 menit. Proyek ini lebih menekankan lagi kepada siswa
agar serius dalam memprsesentasikannya, mulai dari bahan presentasi hingga alat-alat
yang diperlukan. Pada sesi presentasi, setiap kelompok diberikan waktu 30 menit untuk
memprsentasikan proyeknya dan 15 menit untuk sesi tanya jawab. Pada pembelajaran
ini, dosen juga memberikan pertanyaan essensial kepada kelompok yang presentasi
sehingga terjadilah perdebatan dan diskusi antar kelompok. Selanjutnya dosen menjadi
titik tengah dan memberikan umpan balik terhadap pertanyaan yang sudah diberikan,
agar mahasiswa lebih mngerti dengan apa yang dipresentasikan. Di akhir presentasi,
dosen memberikan ceramah atau pemahaman lebih dalam terhadap materi presentasi
yang baru didiskusikan. Nilai yang diambil dari proyek yaitu melalui hasil dari
pengamatan yang dilakukan dosen selama proses pembelajaran, cara presentasi darn
hasil proyek yang sudah dilakukan.
Penerapan metode ini menjadikan kemampuan mahasiswa dalam mempelajari
Pendidikan Agama Islam lebih efisien dan lebih cepat mengerti, dimana mahasiswa
langsung terjun dan mengerjakan sendiri apa yang akan dipelajari menggunakan
literature yang sudah ada. Mahasiswa diberikan kebebasan dlam mencari sumber dalam
proses penyelesaian proyek/tugas. Disamping itu, dengan pembelajaran Project Based
Learning ini, siswa dapat meningkatkan kreatifitas dan komunikasi antara teman. Dalam
hal penilaian hasil proyek ini, mahasiswa juga dilatih untuk berani maju didepan guna
mempresentasikan hasil yang dikerjakan.
Tetapi, metode pembelajaran Project Based Learning ini memiliki kendala yaitu
hanya cocok untuk peserta didik yang cenderung kritis, karena mereka akan semakin
aktif di kelas tetapi, untuk peserta didik yang pasif, mereka hanya mengikuti gagasan
peserta didik lain yang lebih aktif serta cenderung kurang merespon ketika dalam
forum diskusi atau ketika pedidik memberikan problematika di kelas. Oleh sebab itu,
untuk meningkatkan keaktifan peserta didik yang cenderung pasif, pendidik
menggunakan model pembelajaran ceramah, dan tanya jawab.

B. Upaya dalam Menumbuhkan Kesadaran Hukum Mahasiswa fakultas Hukum


Universitas Mayjen Sungkono
Peran Agama dalam peningkatan kesadaran hukum mahasiswa sangat
diperlukan, khususnya agama islam. Indonesia adalah Negara yang mayoritas
beragama muslim. Sehingga, mata kuliah Pendidikan Agama Islam sangat strategis bagi
proses peningkatan kesadaran hukum mahasiswa. Perilaku ini telah dipraktekan oleh
Rasulullah malalui Al_Qur’an yang berusaha untuk mencipkatan tatanan masyarakat
Islam, sehingga melahirkan generasi Qur’ani. Contoh akhlak mulia Rasulullah yang
harus dihayati dan diimplementasikan dlam kehidupan setiap muslim adalah; iman dan
taqwa, kejujuran, kedisiplinan, kepercayaan diri, tanggung jawab, keadilan, kesopanan,
pemaaf, sabar dan peduli. (Syarbini, 2014) Akhlak berkaitan erat dengan ketakwaan,
dan ketakwaan berkaitan erat dengan ibadah. Kesalehan ini mencakup semua nilai
moral yang dibutuhkan manusia untuk keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di
akhirat. (Dalimunthe, 2016)
Tumbuhnya kesadaran hukum mahasiswa, dapat tercermin dalam;
1. Pelaksanaan sholat berjamaah. Hal itu mencerminkan sikap dan perilaku
mahasiswa dalam mentaati perintah agama yang dianutnya. Mahasiswa tidak lagi
harus diingatkan oleh dosen atau teman dalam melaksanakan ibadah shalat
berjamaah tetapi sudah tertanam pada dirinya sehingga ada rasa kesadaran
tersendiri untuk shalat. Kesadaran ini muncul dari proses pembelajaran yang
dilaluinya.
2. Kedisiplinan seperti, tepat waktu dalam pengerjaan proyek/tugas, tidak terlambat
masuk ke kelas serta tidak pernah absen mengikuti perkuliahan.
3. Kejujuran dalam mengerjakan proyek-proyeknya dengan menghindari plagiasi
penelitian ilmiah.
4. Bertanggung jawab kepada proyek yang dikerjakan
5. Adil dalam pembagian tugas pengerjaan proyek.
Adapun faktor yang mendukung pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk
menumbuhkan kesadaran hukum mahasiswa adalah kerjasama antar pendidik adalm
menetapkan jam kuliah yang tidak memberatkan siswanya untuk beribadah,
lingkungan pertemanan yang saling mengingatkan, serta fasilitas ibadah yang
mendukung. Tetapi, tetap tidak dapat dipungkiri terdapat factor penghambat dalam
menumbuhkan kesadaran hukum pada mahasiswa, antara lain masih terdapat
kurangnya kesadaran diri dari beberapa siswa mengenai perilaku yang menunjukkan
kepribadian muslim sehingga dapat mempengaruhi siswa lainnya.

PENUTUP
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan
bahwa dalam meningkatkan kesadaran hukum mahasiswa melalui pendidikan agama islam
dengan penerapan model pembelajaran Project Based Learning sudah berhasil dibuktikan. Hasil
penelitian di dapat dari analisis observasi yang dilakukan pada jam mata perkuliahan
Pendidikan Agama Islam. Jadi, dapat kita pahami bahwa upaya menumbuhkan kesadaran
hukum mahasiswa secara umum dapat dilakukan melalui pendidikan agama islam namun hal
tersebut akan berjalan jika mahasiswa harus memiliki pengetahuan tentang aturan-aturan islam
yang berlaku. Pengetahuan tersebut didapat dari proses pengerjaan Project Based Learning yang
diberikan oleh pengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Ridwan Sani. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013.
Jakarta: Bumi Aksara.
Arya Hasan As’ari, Nur Rofi’ah, & Mukh Nursikin. 2023. “PROJECT BASED LEARNING
DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM”. Khatulistiwa: Jurnal Pendidikan Dan Sosial
Humaniora, 2(4), 178–189.
Curro, Gina; Ainswroth, Nussen. 2018. “Social Media and Higher Education: Does Digitally
Enable Learning Have a Place in Law School?”. Journal of the Scholarship of Teaching
and Learning, 18(3), 72-86.
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an Al’KArim dan Terjemahannya. Bandung:
Al-Haramain.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Hamzah. 2018. “Curriculum and Intructional Challenges in Clinical Legal Education of
Indonesia Law School: Breaking Legacy”.Journal of Social Studies Education Research,
9(3), 21-225.
Nata, Abuddin. 2014. Sosiologi Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Rodiyah, S. K. 2022. “Implementasi Metode Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam”. Jurnal Riset Rumpun Agama Dan Filsafat, 1(1), 109–
128.
Soekanto, Soerjono.1982. Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum Suatu Analisis Sosiologi
Hukum. Jakarta: CV. Rajawali.
Suryana, A Toto. 1997. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Alfabeta
Syahamah, S. 2022. “Implementation of the Project Based Learning (PjBL) Model to Improve
Islamic Religious Education Learning Outcomes for Class XII BDP 3 Students at SMK
Negeri 9 Samarinda”. Educationist: Journal of Educational and Cultural Studies, 1(1), 294–
302.
Thobroni, M. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Umaiarso, dan Haris Fathoni M. 2010. Pendidikan Islam dan Krisis Masyarakat Modern.
Yogyakarta: Diva Press.
Yani, Ahmad. 2014. Mindset Kurikulum 2013. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai