Dosen Pengampu Mata Kuliah: Dr. I Putu Suka Arsa,. S.T., M.T
Disusun Oleh:
Tiara Elok Riskyta (2215061008)
Pendidikan Teknik Elektronika (S1)
Teknik Dan Kejuruan
2
konstruksi satuan pengalaman peserta didik yang di dalamnya terdapat muatan-
muatan kompetensi dan karater yang akan diinternalisasikan pada diri peserta
didik.
1. Landasan Yuridis
3
pedagogis, kurikulum adalah rancangan pendidikan yang memberi kesempatan
untuk peserta didik mengembangkan potensi dirinya dalam suatu suasana belajar
yang menyenangkan dan sesuai dengan kemampuan dirinya untuk memiliki
kualitas yang diinginkan masyarakat dan bangsanya. Secara yuridis, kurikulum
adalah suatu kebijakan publik yang didasarkan kepada dasar filosofis bangsa dan
keputusan yuridis di bidang pendidikan.
2. Landasan Filosofis
Pendidikan berakar pada budaya bangsa. Proses pendidikan adalah suatu proses
pengembangan potensi peserta didik sehingga mereka mampu menjadi pewaris
dan pengembang budaya bangsa. Melalui pendidikan berbagai nilai dan
keunggulan budaya di masa lampau diperkenalkan, dikaji, dan dikembangkan
menjadi budaya dirinya, masyarakat, dan bangsa yang sesuai dengan zaman
dimana peserta didik tersebut hidup dan mengembangkan diri. Kemampuan
4
menjadi pewaris dan pengembang budaya tersebut akan dimiliki peserta didik
apabila pengetahuan, kemampuan intelektual, sikap dan kebiasaan, keterampilan
sosial memberikan dasar untuk secara aktif mengembangkan dirinya sebagai
individu, anggota masyarakat, warganegara, dan anggota umat manusia.
Peserta didik yang mengikuti pendidikan masa kini akan menggunakan apa yang
diperolehnya dari pendidikan ketika mereka telah menyelesaikan pendidikan 12
tahun dan berpartisipasi penuh sebagai warganegara. Atas dasar pikiran itu maka
konten pendidikan yang dikembangkan dari warisan budaya dan kehidupan masa
kini perlu diarahkan untuk memberi kemampuan bagi peserta didik
menggunakannya bagi kehidupan masa depan terutama masa dimana dia telah
menyelesaikan pendidikan formalnya. Dengan demikian sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang menjadi konten pendidikan harus dapat digunakan untuk
kehidupan paling tidak satu sampai dua dekade dari sekarang. Artinya, konten
pendidikan yang dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan dan
dikembangkan dalam kurikulum harus menjadi dasar bagi peserta didik untuk
dikembangkan dan disesuaikan dengan kehidupan mereka sebagai pribadi,
anggota masyarakat, dan warganegara yang produktif serta bertanggungjawab di
masa mendatang.
5
3. Landasan Teoritis
6
berbasis kompetensi adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk
dokumen, proses, maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten
dan bahan pelajaran serta penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada
Standar Kompetensi Lulusan.
Kurikulum dalam dimensi proses adalah realisasi ide dan rancangan kurikulum
menjadi suatu proses pembelajaran. Guru adalah tenaga kependidikan utama yang
mengembangkan ide dan rancangan tersebut menjadi proses pembelajaran.
Pemahaman guru tentang kurikulum akan menentukan rancangan guru (Rencana
Program Pembelajaran/RPP) dan diterjemahkan ke dalam bentuk kegiatan
pembelajaran. Peserta didik berhubungan langsung dengan apa yang dilakukan
guru dalam kegiatan pembelajaran dan menjadi pengalaman langsung peserta
didik. Apa yang dialami peserta didik akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan
menjadi hasil kurikulum. Oleh karena itu proses pembelajaran harus memberikan
kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya
menjadi hasil belajar yang sama atau lebih tinggi dari yang dinyatakan dalam
Standar Kompetensi Lulusan.
7
pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh
peserta didik.
(1) Isiataukontenkurikulumadalahkompetensiyangdinyatakandalambentuk
Kompetensi Inti (KI) mata pelajaran dan dirinci lebih lanjut ke dalam
kompetensi yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,
(3) KompetensiDasar(KD)merupakankompetensiyangdipelajaripesertadidik
psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu satuan pendidikan dan mata pelajaran
ditandai oleh banyaknya KD suatu mata pelajaran. Untuk SD pengembangan
sikap menjadi kepedulian utama kurikulum.
8
(8) Penilaianhasilbelajarmencakupseluruhaspekkompetensi,bersifatformatif dan
hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk memastikan
penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan (Kriteria Ketuntasan
Minimal/KKM dapat dijadikan tingkat memuaskan).
4. Landasan Empiris
Sebagai negara bangsa yang besar dari segi geografis, suku bangsa, potensi
ekonomi, dan beragamnya kemajuan pembangunan dari satu daerah ke daerah
lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi bangsa masih tetap ada. Kurikulum
harus mampu membentuk manusia Indonesia yang mampu menyeimbangkan
kebutuhan individu dan masyarakat untuk memajukan jatidiri sebagai bagian dari
bangsa Indonesia dan kebutuhan untuk berintegrasi sebagai satu entitas bangsa
Indonesia.
9
belajarnya dengan kegiatan yang kurang menantang peserta didik. Oleh karena
itu, kurikulum perlu direorientasi dan direorganisasi terhadap beban belajar dan
kegiatan pembelajaran yang dapat menjawab kebutuhan ini. Berbagai elemen
masyarakat telah memberikan kritikan, komentar, dan saran berkaitan dengan
beban belajar siswa, khususnya siswa sekolah dasar. Beban belajar ini bahkan
secara kasatmata terwujud pada beratnya beban buku yang harus dibawa ke
sekolah. Beban belajar ini salah satunya berhulu dari banyaknya mata pelajaran
yang ada di tingkat sekolah dasar. Oleh karena itu kurikulum pada tingkat sekolah
dasar perlu diarahkan kepada peningkatan 3 (tiga) kemampuan dasar, yakni baca,
tulis, dan hitung serta pembentukan karakter.
10
lebih sudah 2.500 sekolah yang mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.
Kurikulum merdeka diberlakukan untuk pendidikan paling dasar hingga jenjang
SMA. Bagi sekolah yang sudah memiliki kesiapan, maka sekolah tersebut dapat
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka untuk tahun ajaran berikutnya. Hal
yang menarik lainnya dari Kurikulum Merdeka ialah, adanya angket yang
disediakan pemerintah untuk mendukung satuan pendidikan dalam menilai tahap
kesiapan penerapan dan pemberlakuan Kurikulum Merdeka.
11
pelaksanaan edukasi Kurikulum Merdeka, penyediaan berbagai sumber belajar
untuk guru dalam bentuk buku elektronik, podcast, dan sejenisnya yang dapat
diakses secara daring dan dapat disalurkan melalui perangkat penyimpanan. Guru
juga dapat membentuk komunitas belajar untuk saling memberi bantuan dan
dukungan praktis dalam adopsi kurikulum.
Penerapan kurikulum ini juga sangat mendukung jaminan jam mengajar guru dan
tunjangan profesi guru. Selain mendukung jaminan jam dan tunjangan profesi
guru dalam menerapkan Kurikulum Merdeka juga didukung dengan platform
merdeka mengajar. Dengan adanya platform merdeka mengajar, guru terbantu dan
dipermudah dalam menemukan inspirasi, referensi, literasi dan pemahaman dalam
upaya penerapan Kurikulum Merdeka. Platform merdeka mengajar berperan
sebagai teman penggerak untuk guru dalam membentuk pelajar Pancasila.
Terdapat tiga fungsi platform merdeka mengajar, yaitu mengajar Kurikulum
Merdeka secara lebih efektif, belajar konsep- konsep baru, dan berkarya untuk
menciptakan suatu karya atau produk.
Salah satu prinsip penting dari Kurikulum Merdeka adalah pembelajaran yang
berpusat pada siswa, yang memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan
12
kemampuan dan minat mereka sendiri. Dalam kurikulum ini, siswa diberikan
kebebasan untuk memilih mata pelajaran dan kegiatan yang ingin mereka pelajari,
sehingga mereka dapat memperdalam minat mereka sendiri dan mengembangkan
kreativitas mereka.
a) K-13 dan Kemerdekaan adalah dua konsep yang berbeda dalam konteks
pendidikan di Indonesia. Berikut adalah perbedaan antara K-13 dan
Kemerdekaan:
b) K-13 adalah kurikulum baru yang diperkenalkan pada tahun 2013 untuk
menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sedangkan
Kemerdekaan merujuk pada kemerdekaan politik Indonesia yang dideklarasikan
pada tanggal 17 Agustus 1945.
c) K-13 adalah kurikulum yang diterapkan di semua jenjang pendidikan,
mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi, sedangkan Kemerdekaan
adalah suatu keadaan politik di mana suatu negara telah memperoleh
kemerdekaan dari penjajahan.
d) K-13 merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia dengan menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa,
sedangkan Kemerdekaan adalah suatu perjuangan bangsa Indonesia untuk
memperoleh kemerdekaan dari penjajahan.
e) K-13 lebih berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran, sedangkan
13
Kemerdekaan lebih berkaitan dengan sejarah dan perjuangan bangsa Indonesia
untuk memperoleh kemerdekaan.
f) Dalam kesimpulannya, K-13 dan Kemerdekaan adalah dua konsep yang
berbeda dalam konteks pendidikan di Indonesia, meskipun keduanya sama-sama
penting bagi perkembangan bangsa Indonesia.
3. Apa bagian – bagian dari taksonomi bloom
1. Ranah Kognitif
Ranah ini meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang
telah dipelajari, yang berkenaan dengan kemampuan berpikir, kompetensi
memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan
dan penalaran. Tujuan pembelajaran dalam ranah kognitif (intelektual) atau yang
menurut Bloom merupakan segala aktivitas yang menyangkut otak dibagi menjadi
6 tingkatan sesuai dengan jenjang terendah sampai tertinggi yang dilambangkan
dengan C (Cognitive) (Dalam buku yang berjudul Taxonomy of Educational
Objectives. Handbook 1 : Cognitive Domain yang diterbitkan oleh McKey New
York. Benyamin Bloom pada tahun 1956) yaitu:
♦ C1 (Pengetahuan/Knowledge)
Pada jenjang ini menekankan pada kemampuan dalam mengingat kembali materi
yang telah dipelajari, seperti pengetahuan tentang istilah, fakta khusus, konvensi,
kecenderungan dan urutan, klasifikasi dan kategori, kriteria serta metodologi.
Tingkatan atau jenjang ini merupakan tingkatan terendah namun menjadi
prasyarat bagi tingkatan selanjutnya. Di jenjang ini, peserta didik menjawab
pertanyaan berdasarkan dengan hapalan saja.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini adalah : mengutip,
menyebutkan, menjelaskan, menggambarkan, membilang, mengidentifikasi,
mendaftar, menunjukkan, memberi label, memberi indeks, memasangkan,
menamai, menandai, membaca, menyadari, menghafal, meniru, mencatat,
mengulang, mereproduksi, meninjau, memilih, menyatakan, mempelajari,
mentabulasi, memberi kode, menelusuri, dam menulis.
14
♦ C2 (Pemahaman/Comprehension)
♦ C3 (Penerapan/Application)
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini adalah : menugaskan,
mengurutkan, menentukan, menerapakan, menyesuaikan, mengkalkulasi,
memodifikasi, mengklasifikasi, menghitung, membangun, membiasakan,
mencegah, menggunakan, menilai, melatih, menggali, mengemukakan,
mengadaptasi, menyelidiki, mengoperasikan, mempersoalkan, mengkonsepkan,
melaksanakan, meramalkan, memproduksi, memproses, mengaitkan, menyusun,
mensimulasikan, memecahkan, melakukan, dan mentabulasi.
15
♦ C4 (Analisis/Analysis)
Pada jenjang ini, dapat dikatakan bahwa analisis adalah kemampuan menguraikan
suatu materi
organisasi)
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini adalah :
menganalisis, mengaudit, memecahkan, menegaskan, mendeteksi, mendiagnosis,
menyeleksi, memerinci, menominasikan, mendiagramkan, mengkorelasikan,
merasionalkan, menguji, mencerahkan, menjelajah, membagankan,
menyimpulkan, menemukan, menelaah, memaksimalkan, memerintahkan,
mengedit, mengaitkan, memilih, mengukur, melatih, dan mentransfer.
♦ C5 (Sintesis/Synthesis)
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini adalah :
mengabstraksi, mengatur, menganimasi, mengumpulkan, mengkategorikan,
mengkode, mengkombinasikan, menyusun, mengarang, membangun,
menanggulangi, menghubungkan, menciptakan, mengkreasikan, mengoreksi,
16
merancang, merencanakan, mendikte, meningkatkan, memperjelas, memfasilitasi,
membentuk, merumuskan, menggeneralisasi, menggabungkan, memadukan,
membatas, mereparasi, menampilkan, menyiapkan, memproduksi, merangkum,
dan merekonstruksi.
♦ C6 (Evaluasi/Evaluation)
Pada jenjang ini, evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai manfaat suatu hal
untuk tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas. Kegiatan ini berkenaan
dengan nilai suatu ide, kreasi, cara atau metode. Pada jenjang ini seseorang
dipandu untuk mendapatkan pengetahuan baru, pemahaman yang lebih baik,
penerapan baru serta cara baru yang unik dalam analisis dan sintesis. Menurut
Bloom paling tidak ada 2 jenis evaluasi yaitu :
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini adalah :
membandingkan, menyimpulkan, menilai, mengarahkan, mengkritik, menimbang,
memutuskan, memisahkan, memprediksi, memperjelas, menugaskan,
menafsirkan, mempertahankan, memerinci, mengukur, merangkum,
membuktikan, memvalidasi, mengetes, mendukung, memilih, dan
memproyeksikan.
2. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan, emosi
serta derajat penerimaan atau penolakan suatu obyek dlam kegiatan belajar
mengajar. Kartwohl & Bloom (Dimyati & Mudjiono, 1994; Syambasri Munaf,
2001) membagi ranah afektif menjadi 5 kategori yaitu :
♦ Receiving/Attending/Penerimaan
Kategori ini merupakan tingkat afektif yang terendah yang meliputi penerimaan
17
masalah, situasi, gejala, nilai dan keyakinan secara pasif.Penerimaan adalah
semacam kepekaan dalam menerima rangsanagn atau stimulasi dari luar yang
datang pada diri peserta didik. Hal ini dapat dicontohkan dengan sikap peserta
didik ketika mendengarkan penjelasan pendidik dengan seksama dimana mereka
bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka danmereka memiliki
kemauan untuk menggabungkan diri atau mengidentifikasi diri dengan nilai
itu.Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : memilih,
mempertanyakan, mengikuti, memberi, menganut, mematuhi, dan meminati.
♦ Responding/Menanggapi
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : menjawab,
membantu, mengajukan, mengompromi, menyenangi, menyambut, mendukung,
menyetujui, menampilkan, melaporkan, memilih, mengatakan, memilah, dan
menolak.
♦ Valuing/Penilaian
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah :
mengasumsikan, meyakini, melengkapi, meyakinkan, memperjelas,
memprakarsai, mengundang, menggabungkan, mengusulkan, menekankan, dan
menyumbang.
18
♦ Organization/Organisasi/Mengelola
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : menganut,
mengubah, menata, mengklasifikasikan, mengombinasi, mempertahankan,
membangun, membentuk pendapat, memadukan, mengelola, menegosiasikan, dan
merembuk.
♦ Characterization/Karakteristik
Kategori ini berkenaan dengan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Proses
internalisais nilai menempati urutan tertinggi dalam hierarki nilai. Hal ini
dicontohkan dengan bersedianya mengubah pendapat jika ada bukti yang tidak
mendukung pendapatnya.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : memilih,
mempertanyakan, mengikuti, memberi, menganut, mematuhi, dan meminati.
♦ Responding/Menanggapi
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : menjawab,
membantu, mengajukan, mengompromi, menyenangi, menyambut, mendukung,
menyetujui, menampilkan, melaporkan, memilih, mengatakan, memilah, dan
menolak.
19
♦ Valuing/Penilaian
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah :
mengasumsikan, meyakini, melengkapi, meyakinkan, memperjelas,
memprakarsai, mengundang, menggabungkan, mengusulkan, menekankan, dan
menyumbang.
♦ Organization/Organisasi/Mengelola
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : menganut,
mengubah, menata, mengklasifikasikan, mengombinasi, mempertahankan,
membangun, membentuk pendapat, memadukan, mengelola, menegosiasikan, dan
merembuk.
♦ Characterization/Karakteristik
Kategori ini berkenaan dengan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Proses
internalisais nilai menempati urutan tertinggi dalam hierarki nilai. Hal ini
dicontohkan dengan bersedianya mengubah pendapat jika ada bukti yang tidak
mendukung pendapatnya.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah :
mengalihkan, mempertajam, membentuk, memadankan, menggunakan, memulai,
20
menyetir, menjeniskan, menempel, mensketsa, melonggarkan, dan menimbang.
Taksonomi Bloom terbaru adalah revisi dari taksonomi Bloom yang dikenal sebagai
Taksonomi Bloom Revisi oleh Anderson dan Krathwohl pada tahun 2001. Taksonomi
Bloom Revisi mencakup enam level kognitif yang berbeda, yaitu:
1. Mengingat (Remembering)
2. Memahami (Understanding)
3. Menerapkan (Applying)
4. Menganalisis (Analyzing)
5. Mengevaluasi (Evaluating)
6. Mencipta (Creating)
Taksonomi Bloom Revisi juga menggambarkan tiga domain pembelajaran, yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Setiap domain ini memiliki level-level yang berbeda untuk
menggambarkan kemampuan siswa dalam mempelajari berbagai konsep dan
keterampilan.
21
Sejarah Perkembangan Kurikulum Pendidikan di Indonesia
1. Kurikulum 1947
Kurikulum yang mulai diaplikasikan pada 1950 ini dikenal dengan istilah leer
plan yang dalam bahasa Belanda artinya rencana pelajaran. Dikarenakan pada
masa itu Indonesia masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan, sistem
pendidikannya pun masih kental oleh pengaruh Belanda. Oleh karena itu,
kurikulum ini meneruskan yang sudah digunakan oleh Belanda sebelumnya. Ciri
utama dari kurikulum ini adalah menekankan pada pembentukan karakter manusia
Indonesia yang merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain.
2. Kurikulum 1952
22
3. Kurikulum 1964
4. Kurikulum 1968
5. Kurikulum 1975
Pengganti kurikulum 1968 ini memiliki tujuan agar pendidikan menjadi lebih
efektif dan efisien. Kurikulum ini dipengaruhi oleh konsep di bidang manajemen
yang terkenal pada masa itu, yaitu MBO (Management by Objective). Tujuan,
materi, dan metode pengajaran diatur secara rinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Masa ini dikenal dengan
istilah “Satuan Pelajaran”, yaitu rencana pelajaran dibuat untuk setiap satuan
bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi menjadi petunjuk umum, TIK
(Tujuan Instruksional Khusus), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar
mengajar, dan evaluasi. Kurikulum ini banyak mendapat kritik karena setiap guru
menjadi sibuk karena harus menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap
kegiatan pembelajaran.
6. Kurikulum 1984
Kurikulum ini sering disebut juga kurikulum 1975 yang disempurnakan. Salah
satu tokoh penting dibalik lahirnya kurikulum ini adalah Dr. Conny R.
Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas tahun 1980-1986. Menggunakan
process skill approach, di mana siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok lalu
diperintahkan untuk mengamati sesuatu, mendiskusikannya, setelah itu membuat
laporan. Model ini disebut juga dengan Cara Belajar Aktif Siswa (CBSA) atau
SAL (Student Active Learning). Namun, banyak sekolah yang merasa sistem ini
23
kurang efektif karena suasana kelas dianggap tidak kondusif untuk belajar.
Penolakan CBSA pun banyak bermunculan.
8. Kurikulum 2004
9. Kurikulum 2006
24
Kurikulum 2013 atau biasa disebut dengan Kurtilas merupakan peralihan
pemerintahan antara Presiden SBY dan Presiden Jokowi. Kurtilas memiliki empat
aspek penilaian, yaitu pengetahuan, sikap, keterampilan, dan perilaku. Anies
Baswedan sempat menghentikan pelaksanaan Kurtilas di beberapa sekolah untuk
mengevaluasi ulang kurikulum ini. Pada tahun 2016, kurikulum ini telah direvisi
dan kembali diberlakukan di beberapa sekolah.
25