1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik
yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi
peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan
lingkungan alam di sekitarnya.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar
bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang
tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.
Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara
spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang berkualitas.
Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai
berikut :
a. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini
dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan
berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun
kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih
baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu
menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah
rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa.
Dengan demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama
suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta
18
didik, Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan
kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi
kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap
mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang
peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.
b. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi
ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang
harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan
adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan
kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat,
didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan
oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta
kematangan fisik peserta didik.
Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik,
Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk
menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan
pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan
berbangsa masa kini.
c. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan
akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi
kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu
(essentialism). Filosofi ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan
kecemerlangan akademik.
d. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik
dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi,
sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat
dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism). Dengan
filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik
menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di
masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.
Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana di atas dalam
mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama, seni, kreativitas,
berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang sesuai dengan diri seorang
peserta didik dan diperlukan masyarakat, bangsa dan umat manusia.
19
2. Landasan Sosiologis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar adanya kebutuhan akan perubahan
rancangan dan proses pendidikan dalam rangka memenuhi dinamika kehidupan masyarakat,
bangsa, dan negara, sebagaimana termaktub dalam tujuan pendidikan nasional. Dewasa ini
perkembangan pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
Perubahan ini dimungkinkan karena berkembangnya tuntutan baru dalam masyarakat,
dunia kerja, dan dunia ilmu pengetahuan yang berimplikasi pada tuntutan perubahan
kurikulum secara terus menerus. Hal itu dimaksudkan agar pendidikan selalu dapat menjawab
tuntutan perubahan sesuai dengan jamannya. Dengan demikian keluaran pendidikan akan
mampu memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya membangun masyarakat berbasis
pengetahuan (knowledge-based society).
3. Landasan Psikopedagogis
Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan perwujudan konsepsi
pendidikan yang bersumbu pada perkembangan peserta didik beserta konteks kehidupannya
sebagaimana dimaknai dalam konsepsi pedagogik transformatif. Konsepsi ini menuntut
bahwa kurikulum harus didudukkan sebagai wahana pendewasaan peserta didik sesuai dengan
perkembangan psikologisnya dan mendapatkan perlakuan pedagogis sesuai dengan konteks
lingkungan dan jamannya. Kebutuhan ini terutama menjadi prioritas dalam merancang
kurikulum untuk jenjang pendidikan menengah khususnya SMA. Oleh karena itu
implementasi pendidikan di SMA yang selama ini lebih menekankan pada pengetahuan, perlu
dikembangkan menjadi kurikulum yang menekankan pada proses pembangunan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik melalui berbagai pendekatan yang mencerdaskan
dan mendidik. Penguasaan substansi mata pelajaran tidak lagi ditekankan pada pemahaman
konsep yang steril dari kehidupan masyarakat melainkan pembangunan pengetahuan melalui
pembelajaran otentik. Dengan demikian kurikulum dan pembelajaran selain mencerminkan
muatan pengetahuan sebagai bagian dari peradaban manusia, juga mewujudkan proses
pembudayaan peserta didik sepanjang hayat.
4. Landasan Teoritis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar”
(standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based
curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai
kualitas minimal warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar
20
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum
berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi
peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,
berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught curriculum)
dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan
masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai
dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar
langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar
seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.
5. Landasan Yuridis
Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
c. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional; dan
d. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
B. STRUKTUR KURIKULUM
Berdasarkan Permendikbud No 69 tahun 2013 tentang Struktur Kurikulum SMA.
Meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama 3
(tiga) tahun mulai kelas X sampai dengan XII. Untuk kelas X, XI, dan XII struktur kurikulum
disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Kompetensi Inti (KI), serta
Kompetensi Dasar (KD) yang sesuai untuk semua mata pelajaran. Pengorganisasian kelas
pada SMA Negeri Grujugan yang melaksanakan kurikulum 2013 dengan peminatan
atematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.(MIPA), dan peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS), serta lintas minat yang didasarkan pada hasil pemilihan angket minat peserta didik.
21
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk
mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata
pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar
per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep
pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam
sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan adalah
sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran
berdasarkan jam pelajaran per semester.
Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai
posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang
pendidikan. Lebih lanjut, struktur kurikulum menggambarkan posisi belajar seorang siswa
yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam
struktur ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan berbagai
pilihan.
Struktur kurikulum pendidikan menengah terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban
belajar, dan kalender pendidikan. Mata pelajaran terdiri atas:
1. Mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada
setiap satuan atau jenjang pendidikan
2. Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan pilihan mereka.
Mata pelajaran wajib merupakan mata pelajaran yang harus diambil oleh setiap peserta
didik di SMA/MA dan SMK/MAK. Sedangkan mata pelajaran pilihan untuk SMA/MA
berbeda dengan untuk SMK/MAK. Untuk SMA/MA mata pelajaran pilihan bersifat
akademik, sedangkan SMK/MAK mata pelajaran pilihan bersifat akademik dan vokasi.
1. Kompetensi Inti
Kompetensi Inti Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) merupakan
tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki
seorang peserta didik SMA/MA pada setiap tingkat kelas. Kompetensi Inti dirancang untuk
setiap kelas. Melalui kompetensi inti, sinkronisasi horisontal berbagai kompetensi dasar
antarmata pelajaran pada kelas yang sama dapat dijaga. Selain itu sinkronisasi vertikal
berbagai kompetensi dasar pada mata pelajaran yang sama pada kelas yang berbeda dapat
dijaga pula.
22
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang SMA/MA dapat dilihat pada Tabel
berikut.
Tabel 1: Kompetensi Inti SMA/MA
23
KELAS X KELAS XI KELAS XII
wawasan kemanusiaan, seni, budaya, dan teknologi, seni, budaya,
kebangsaan, kenegaraan, humaniora dengan dan humaniora dengan
dan peradaban terkait wawasan kemanusiaan, wawasan kemanusiaan,
fenomena dan kejadian, kebangsaan, kenegaraan, kebangsaan, kenegaraan,
serta menerapkan dan peradaban terkait dan peradaban terkait
pengetahuan prosedural penyebabfenomena dan penyebab fenomena dan
pada bidang kajian yang kejadian, serta kejadian, serta
spesifik sesuai dengan menerapkan pengetahuan menerapkan
bakat dan minatnya prosedural pada bidang pengetahuan prosedural
untuk memecahkan kajian yang spesifik pada bidang kajian yang
masalah sesuai dengan bakat dan spesifik sesuai dengan
minatnya untuk bakat dan minatnya
memecahkan masalah untukmemecahkan
masalah
4. Mencoba, mengolah, dan 4. Mencoba, mengolah, dan 4. Mencoba, mengolah,
menyaji dalam ranah menyaji dalam ranah menyaji, dan mencipta
konkret dan ranah konkret dan ranah dalam ranah konkret dan
abstrak terkait dengan abstrak terkait dengan ranah abstrak terkait
pengembangan dari yang pengembangan dari yang dengan pengembangan
dipelajarinya di sekolah dipelajarinya di sekolah dari yang dipelajarinya
secara mandiri, dan secara mandiri, di sekolah secara
mampu menggunakan bertindaksecara efektif mandiri serta bertindak
metoda sesuai kaidah dan kreatif, serta secara efektif dan kreatif,
keilmuan mampu menggunakan dan mampu
metoda sesuai kaidah menggunakan metoda
keilmuan sesuai kaidah keilmuan
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas
yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang
terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang
harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Mata
pelajaran sebagai sumber dari konten untuk menguasai kompetensi bersifat terbuka dan tidak
selalu diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu yang sangat berorientasi hanya pada filosofi
esensialisme dan perenialisme. Mata pelajaran dapat dijadikan organisasi konten yang
dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu atau non disiplin ilmu yang diperbolehkan menurut
filosofi rekonstruksi sosial, progresif atau pun humanisme. Karena filosofi yang dianut dalam
kurikulum adalah eklektik seperti dikemukakan di bagian landasan filosofi maka nama mata
pelajaran dan isi mata pelajaran untuk kurikulum yang akan dikembangkan tidak perlu terikat
pada kaedah filosofi esensialisme dan perenialisme.
24
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas
yang diturunkan dari Kompetensi Inti.Kompetensi Dasar SMA/MA untuk setiap mata
pelajaran tercantum pada Lampiran 1A s.d. Lampiran 5F yang mencakup: mata pelajaran
Wajib Kelompok A, Wajib Kelompok B, Kelompok Peminatan Matematika dan Sains,
Kelompok Peminatan Sosial, dan Kelompok Peminatan Bahasa.
2. Mata Pelajaran
Struktur Kurikulum SMA/MA terdiri atas mata pelajaran umum kelompok A, mata
pelajaran umum kelompok B, dan mata pelajaran peminatan akademik kelompok C. Mata
pelajaran peminatan akademik kelompok C dikelompokkan atas mata pelajaran Peminatan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, mata pelajaran Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial,
dan mata pelajaran Peminatan Bahasa dan Budaya. Khusus untuk MA, dapat ditambah
dengan mata pelajaran keagamaan yang diatur oleh Kementerian Agama.
4. Struktur Kurikulum
Kelas X, XI dan XII terdiri atas peminatan MIPA, IPS, dan Lintas Minat yang
didasarkan pada hasil angket pemilihan peminatan peserta didik dan disesuaikan dengan
kemampuan peserta didik, pengembangan diri melalui kegiatan ekstra dan BP/BK, serta
kegiatan pramuka sebagai ekstra wajib bagi semua peserta didik kelas X, XI, dan XII.
Jumlah pelajaran kelas X adalah 17 mata pelajaran yang terdiri atas 6 mata pelajaran
umum A, 5 mata pelajaran umum B, 4 mata pelajaran Peminatan, dan 2 mata pelajaran Lintas
Minat. Jumlah pelajaran kelas XI adalah 15 mata pelajaran yang terdiri atas 6 mata pelajaran
umum A, 4 mata pelajaran umum B, 4 mata pelajaran Peminatan, dan 1 mata pelajaran Lintas
Minat. Jumlah pelajaran kelas XII adalah 15 mata pelajaran yang terdiri atas 6 mata pelajaran
umum A, 4 mata pelajaran umum B, 4 mata pelajaran Peminatan, dan 1 mata pelajaran Lintas
Minat.
25
Struktur kurikulum SMA/MA kelas X, XI , dan XII SMA Grujugan adalah sbb:
ALOKASI WAKTU
MATA PELAJARAN BELAJAR
PER MINGGU
X XI XII
Kelompok A (Umum)
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Matematika 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 2 2 2
6. Bahasa Inggris 2 2 2
Kelompok B (Umum)
7. Seni Budaya 2 2 2
8. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
3 3 3
9. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2
Keterangan:
a. Mata pelajaran Kelompok A dan C merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan
dan acuannya dikembangkan oleh pusat.
b. Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan
acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan muatan/konten lokal.
c. Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata pelajaran muatan lokal yang berdiri
sendiri.
d. Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah
e. Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 45 menit.
26
f. Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal 60% dari waktu
kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan.
g. Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan kebutuhan
belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang
dianggap penting, namun yang diperhitungkan Pemerintah maksimal 2 (dua)
jam/minggu.
h. Untuk Mata Pelajaran Seni Budaya dan Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan,
satuan pendidikan wajib menyelenggarakan minimal 2 aspek dari 4 aspek yang
disediakan. Peserta didik mengikuti salah satu aspek yang disediakan untuk setiap
semester, aspek yang diikuti dapat diganti setiap semesternya.
i. Khusus untuk Madrasah Aliyah struktur kurikulum dapat dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan yang diatur oleh Kementerian Agama.
j. Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas Pendidikan Kepramukaan (wajib), Palang Merah
Remaja (PMR), dan lainnya sesuai dengan kondisi dan potensi masing-masing satuan
pendidikan.
k. Mata pelajaran umum kelompok A merupakan program kurikuler yang bertujuan
mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi
keterampilan peserta didik sebagai dasar penguatan kemampuan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
l. Mata pelajaran umum kelompok B merupakan program kurikuler yang bertujuan
mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi
keterampilan peserta didik terkait lingkungan dalam bidang sosial, budaya, dan seni.
27
Struktur kurikulum SMAN Grujugan disajikan sebagai berikut:
Kelas X MIPA
ALOKASI WAKTU
MATA PELAJARAN BELAJAR
PER MINGGU
SMT 1 SMT 2
Kelompok A (Umum)
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4
4. Matematika 4 4
5. Sejarah Indonesia 2 2
6. Bahasa Inggris 2 2
Kelompok B (Umum)
7. Seni Budaya 2 2
8. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
3 3
9. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2
Kelompok C (Peminatan)
11 Biologi 3 3
12 Fisika 3 3
13 Kimia 3 3
Kelompok D (Lintas Minat)
14 Bahasa Jerman 3 3
15 Informatika 3 3
16 Geografi 3 3
Jumlah jam pelajaran kelompok A, B, C dan D per minggu 44 44
28
Kelas XI MIPA
ALOKASI WAKTU
MATA PELAJARAN BELAJAR
PER MINGGU
SMT 3 SMT 4
Kelompok A (Umum)
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4
4. Matematika 4 4
5. Sejarah Indonesia 2 2
6. Bahasa Inggris 2 2
Kelompok B (Umum)
7. Seni Budaya 2 2
8. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
3 3
9. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2
Kelompok C (Peminatan)
11 Matematika 4 4
12 Biologi 4 4
13 Fisika 4 4
14 Kimia 4 4
Kelompok D (Lintas Minat)
15 Ekonomi 4 4
Jumlah jam pelajaran kelompok A, B, C dan D per minggu 46 46
Kelompok C (Peminatan)
11 Matematika 4 4
12 Biologi 4 4
13 Fisika 4 4
14 Kimia 4 4
Kelompok D (Lintas Minat)
15 Bahasa Jerman 4 4
Jumlah jam pelajaran kelompok A, B, C dan D per minggu 46 46
Kelas X IPS
30
ALOKASI WAKTU
MATA PELAJARAN BELAJAR
PER MINGGU
SMT 1 SMT 2
Kelompok A (Umum)
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4
4. Matematika 4 4
5. Sejarah Indonesia 2 2
6. Bahasa Inggris 2 2
Kelompok B (Umum)
7. Seni Budaya 2 2
8. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
3 3
9. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2
Kelompok C (Peminatan)
11 Geografi 3 3
12 Sosiologi 3 3
13 Ekonomi 3 3
Kelompok D (Lintas Minat)
14 Fisika 3 3
15 Biologi 3 3
16 Informatika 3 3
Jumlah jam pelajaran kelompok A, B, C dan D per minggu 44 44
Kelas XI IPS
ALOKASI WAKTU
31
BELAJAR
MATA PELAJARAN PER MINGGU
SMT 3 SMT 4
Kelompok A (Umum)
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4
4. Matematika 4 4
5. Sejarah Indonesia 2 2
6. Bahasa Inggris 2 2
Kelompok B (Umum)
7. Seni Budaya 2 2
8. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
3 3
9. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2
Kelompok C (Peminatan)
11 Geografi 4 4
12 Sejarah 4 4
13 Sosiologi 4 4
14 Ekonomi 4 4
Kelompok D (Lintas Minat)
15 Bahasa Jerman 4 4
Jumlah jam pelajaran kelompok A, B, C dan D per minggu 46 46
ALOKASI WAKTU
32
MATA PELAJARAN BELAJAR
PER MINGGU
SMT 5 SMT 6
Kelompok A (Umum)
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4
4. Matematika 4 4
5. Sejarah Indonesia 2 2
6. Bahasa Inggris 2 2
Kelompok B (Umum)
7. Seni Budaya 2 2
8. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
3 3
9. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2
Kelompok C (Peminatan)
11 Geografi 4 4
12 Sejarah 4 4
13 Sosiologi 4 4
14 Ekonomi 4 4
Kelompok D (Lintas Minat)
15 Fisika 4 4
Jumlah jam pelajaran kelompok A, B, C dan D per minggu 46 46
33
Mata pelajaran peminatan akademik kelompok C merupakan program kurikuler yang
bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi
keterampilan peserta didik sesuai dengan minat, bakat dan/atau kemampuan akademik dalam
sekelompok mata pelajaran keilmuan
Kelas
MATA PELAJARAN
X XI XII
I. Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
1 Matematika 3 4 4
2 Biologi 3 4 4
3 Fisika 3 4 4
4 Kimia 3 4 4
II. Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial
1 Geografi 3 4 4
2 Sejarah 3 4 4
3 Sosiologi 3 4 4
4 Ekonomi 3 4 4
III. Peminatan Bahasa dan Budaya
1 Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 4
2 Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 4
3 Bahasa dan Sastra Asing Lain (Arab, Mandarin,
Jepang, Korea, Jerman, Perancis) 3 4 4
4 Antropologi 3 4 4
Mata Pelajaran Pilihan *)
Lintas minat dan/atau Pendalaman minat dan/atau 6 atau 9 4 atau 8 4 atau 8
Informatika
2. Pindah Peminatan
Peserta didik masih mungkin pindah peminatan paling lambat pada awal semester
kedua di Kelas X sepanjang daya tampung peminatan baru masih tersedia, berdasarkan hasil
pembelajaran berjalan pada semester pertama dan rekomendasi guru bimbingan dan
konseling, peserta didik yang pindah peminatan wajib mengikuti dan tuntas matrikulasi mata
pelajaran yang belum dipelajari sebelum pembelajaran pada peminatan baru dimulai.
Peserta didik dapat memilih minimal 3 mata pelajaran dari 4 mata pelajaran yang
terdapat pada satu peminatan, 1 mata pelajaran yang tidak diambil beban belajarnya dialihkan
ke mata pelajaran lintas minat. Selain mengikuti mata pelajaran di peminatan yang dipilihnya,
setiap peserta didik harus mengikuti mata pelajaran tertentu untuk lintas minat dan/atau
34
pendalaman minat. Bila peserta didik mengambil 3 mata pelajaran dari peminatan yang
dipilihnya, maka peserta didik tersebut dapat mengambil mata pelajaran lintas minat sebanyak
9 jam pelajaran (3 mata pelajaran) di Kelas X atau sebanyak 8 jam pelajaran (2 mata
pelajaran) di Kelas XI dan XII. Sedangkan bila peserta didik mengambil 4 mata pelajaran dari
peminatan yang dipilihnya, maka peserta didik tersebut dapat mengambil mata pelajaran
lintas minat sebanyak 6 jam pelajaran (2 mata pelajaran) di Kelas X atau sebanyak 4 jam
pelajaran (1 mata pelajaran) di Kelas XI dan XII.
Peserta didik yang mengambil Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
atau Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial, lintas minatnya harus di luar peminatan yang
dipilihnya. Sedangkan peserta didik yang mengambil Peminatan Bahasa dan Budaya, dapat
mengambil mata pelajaran lintas minat: (1) di luar; (2) di dalam; atau (3) sebagian di dalam
dan sebagian di luar, peminatan yang dipilihnya.
Ilustrasi lintas minat dapat dilihat pada contoh berikut. Seorang calon siswa bercita-
cita untuk melanjutkan studinya setamat SMA ke Fakultas Kedokteran. Waktu masuk SMA ia
memilih peminatan MIPA. Namun demikian ia juga ingin berbisnis, karena itu ia tak
mengambil fisika, melainkan memilih mata pelajaran ekonomi. Di samping itu, ia juga ingin
memiliki hubungan baik dengan pabrik cerutu yang barang setengah jadinya diekspor ke
Jerman, maka ia memilih lintas minat bahasa Jerman.
Mata pelajaran lintas minat yang dipilih sebaiknya tetap dari Kelas X sampai dengan
XII. Sebagai contoh, peserta didik Kelas X yang memilih Peminatan Bahasa dan Budaya,
dapat mengambil 3 mata pelajaran yaitu Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra
Inggris, dan Antropologi. Lintas minatnya dapat mengambil mata pelajaran: (1) Biologi,
Fisika, dan Kimia; (2) Geografi, Sejarah, dan Ekonomi; (3) Matematika, Sosiologi, dan
Bahasa Jerman; atau (4) Bahasa Mandarin, Bahasa Arab, dan Bahasa Jepang. Alternatif (1),
(2), dan (3) merupakan contoh lintas minat di luar peminatan yang dipilihnya, sedangkan
alternatif (4) merupakan contoh lintas minat di dalam peminatan yang dipilihnya
Peserta didik dapat menentukan pilihannya masing-masing, sesuai dengan sumber
daya (ketersediaan guru dan fasilitas belajar) yang dimiliki SMA/MA. SMA/MA yang tidak
memiliki Peminatan Bahasa dan Budaya, dapat menyediakan pilihan mata pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris, Antropologi atau salah satu mata pelajaran
dalam kelompok Bahasa Asing Lain sebagai pilihan mata pelajaran lintas minat yang dapat
diambil peserta didik dari Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atau Kelompok
Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial, sesuai dengan sumber daya (ketersediaan guru dan
fasilitas belajar) yang dimilikinya.
Bagi peserta didik yang menggunakan pilihan untuk menguasai satu mata pelajaran
tertentu misalnya bahasa asing tertentu, dianjurkan untuk memilih mata pelajaran yang sama
sejak Kelas X sampai Kelas XII. Dianjurkan setiap SMA/MA memiliki ketiga peminatan
D. MUATAN KURIKULUM
1. Tingkat Kompetensi dan Ruang Lingkup
36
Dalam usaha mencapai Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana telah ditetapkan
untuk setiap satuan dan jenjang pendidikan, penguasaan kompetensi lulusan dikelompokkan
menjadi Tingkat Kompetensi Pendidikan Dasar dan Tingkat Kompetensi Pendidikan
Menengah. Tingkat Kompetensi menunjukkan tahapan yang harus dilalui untuk mencapai
kompetensi lulusan yang telah ditetapkan dalam Standar Kompetensi Lulusan.
Tingkat Kompetensi merupakan kriteria capaian Kompetensi yang bersifat generik
yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada setiap jenjang pendidikan dalam rangka
pencapaian Standar Kompetensi Lulusan.
Tingkat Kompetensi dikembangkan berdasarkan kriteria; (1) Tingkat perkembangan
peserta didik, (2) Kualifikasi kompetensi Indonesia, (3) Penguasaan kompetensi yang
berjenjang. Selain itu Tingkat Kompetensi juga memperhatikan tingkat
kerumitan/kompleksitas kompetensi, fungsi satuan pendidikan, dan keterpaduan antar jenjang
yang relevan. Untuk menjamin keberlanjutan antar jenjang, Tingkat Kompetensi dimulai dari
Tingkat Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini. Berdasarkan pertimbangan di atas, Tingkat
Kompetensi dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
SDLB, SMPLB, dan SMALB yang dimaksud hanya diperuntukkan bagi tuna netra,
tuna rungu, tuna daksa, dan tuna laras yang intelegensinya normal. Bloom Taxonomy yang
pertama kali dikenalkan oleh sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Benjamin Bloom pada
tahun 1956 dan dikembangkan lebih lanjut oleh Anderson and Krathwol pada tahun 2001
digunakan sebagai rujukan pada Standar Kompetensi Lulusan. Bloom Taxonomy
mengkategorikan capaian pembelajaran menjadi tiga domain, yaitu dimensi pengetahuan yang
terkait dengan penguasaan pengetahuan, dimensi sikap yang terkait dengan penguasaan sikap
37
dan perilaku, serta dimensi ketrampilan yang terkait dengan penguasaan ketrampilan. Dimensi
pengetahuan diklasifikasikan menjadi faktual, konseptual, prosedural, serta metakognitif yang
penguasaannya dimulai sejak Tingkat Pendidikan Dasar hingga Tingkat Pendidikan
Menengah. Structure of Observed Learning Outcome (SOLO) Taxonomy yang pertama kali
dikembangkan oleh Biggs dan Collin (1982) dan telah diperbarui tahun 2003 digunakan
sebagai dasar untuk mengelompokkan Tingkat Kompetensi untuk aspek pengetahuan.
Menurut SOLO Taxonomy ada lima tahap yang dilalui oleh peserta didik untuk menguasai
suatu pengetahuan, yaitu tahah pre-struktural, uni-struktural, multi-struktural, relasional dan
abstrak yang diperluas. Kelima tahap ini dapat disederhanakan menjadi tiga tahap, yaitu
surface knowledge, deep knowledge dan conceptual atau constructed knowledge.
Tahap surface knowledge diperoleh pada Tingkat Pendidikan Dasar untuk Sekolah
Dasar, tahap deep knowledge diperoleh pada Tingkat Pendidikan Dasar untuk Sekolah
Menengah Pertama dan tahap conceptual/constructed knowledge diperoleh pada Tingkat
Pendidikan Menengah yaitu ada Sekolah Menengah Atas. Walaupun demikian, untuk jenis
pengetahuan tertentu, ketiga tahap ini dapat dicapai dalam satu jenjang pendidikan atau dalam
satu tingkat kelas.
Berdasarkan Tingkat Kompetensi tersebut ditetapkan Kompetensi yang bersifat
generik yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan Kompetensi dan
ruang lingkup materi yang bersifat spesifik untuk setiap mata pelajaran. Secara hirarkis,
Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan untuk menetapkan Kompetensi yang
bersifat generik pada tiap Tingkat Kompetensi. Kompetensi yanag bersifat generik ini
kemudian digunakan untuk menentukan kompetensi yang bersifat spesifik untuk tiap mata
pelajaran. Selanjutnya, Kompetensi dan ruang lingkup materi digunakan untuk menentukan
Kompetensi Dasar pada pengembangan kurikulum tingkat satuan dan jenjang pendidikan.
Kompetensi yang bersifat generik mencakup 3 (tiga) ranah yakni sikap, pengetahuan
dan keterampilan. Ranah sikap dipilah menjadi sikap spiritual dan sikap sosial. Pemilahan ini
diperlukan untuk menekankan pentingnya keseimbangan fungsi sebagai manusia seutuhnya
yang mencakup aspek spiritual dan aspek sosial sebagaimana diamanatkan dalam tujuan
pendidikan nasional. Dengan demikian, Kompetensi yang bersifat generik terdiri atas 4
(empat) dimensi yang merepresentasikan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan, yang selanjutnya disebut Kompetensi Inti (KI).
Setiap Tingkat Kompetensi berimplikasi terhadap tuntutan proses pembelajaran dan
penilaian. Penjabaran Tingkat Kompetensi lebih lanjut pada setiap jenjang pendidikan sesuai
pencapaiannya pada tiap kelas akan dilakukan oleh Pihak Pengembang Kurikulum. Tingkat
Kompetensi yang berbeda menuntut pembelajaran dan penilaian dengan fokus dan penekanan
38
yang berbeda pula. Semakin tinggi Tingkat Kompetensi, semakin kompleks intensitas
pengalaman belajar peserta didik dan proses pembelajaran serta penilaian.
- Menganalisis dan
40
dengan lancar. prasangka baik
- Mendeskripsikan dan
kokoh pendirian,
adil.
menegakkan
kebenaran.
Fiqih
- Kebenaran hukum
Islam.
- Sumber hukum
Islam.
Islam.
- Berpakaian sesuai
dengan ketentuan
kehidupan sehari-
hari.
- Ketentuan dan
41
pengelolaan wakaf.
- Ketentuan
penyelenggaraan
jenazah.
- Ketentuan
pelaksanaan
dakwah di
masyarakat.
- Prinsip-prinsip dan
praktik ekonomi
dalam Islam.
- Sejarah Peradaban
Islam.
- Substansi dan
strategi dakwah
Rasulullah saw. di
semangat
menegakkan
kebenaran.
- Sikap semangat
ukhuwwah
Islamiyah.
- Perkembangan
peradaban Islam
(1800- sekarang).
- Sikap semangat
menumbuhkembang
kan ilmu
42
pengetahuan dan
kerja keras.
- Perilaku kreatif,
inovatif, dan
produktif.
43
memperagakan tata kepada Hari Akhir.
berdasarkan
kekerasan.
- Perilaku kreatif,
inovatif, dan
produktif.
Fiqih
- Ketentuan syariat
44
Islam dalam
melaksanakan
pernikahan dan
perawatan jenazah.
ekonomi Islam.
wanita dalam
keluarga.
- Ketentuan syariat
Islam dalam
melakukan
pembagian harta
warisan.
dakwah.
Sejarah Peradaban
Islam
- Sikap semangat
melakukan
penelitian di bidang
ilmu pengetahuan
sebagai implementasi
perkembangan Islam
di dunia.
perkembangan Islam
di Indonesia.
- Faktor-faktor
kemajuan dan
kemunduran
45
peradaban Islam di
dunia.
47
menganalisis teks melatarbelakangi
dalam genre cerita, lahirnya sebuah teks.
faktual, dan - Satuan bahasa
tanggapan. pembentuk teks: bunyi
- Mengklasifikasi teks bahasa, fonem, suku
dalam genre cerita, kata, morf, kata, kelas
faktual, dan kata, diksi, frasa.
tanggapan. - Penanda kebahasaan
- Memilih teks sesuai dalam teks.
dengan genre untuk - Paralinguistik (lafal,
mengungkapkan kelantangan, intonasi,
gagasan. tempo, gestur, dan
- Menemukan makna mimik).
teks dalam genre
faktual, tanggapan,
dan cerita.
- Menyajikan teks
dalam genre faktual,
tanggapan, dan
cerita secara lisan
dan tulis dan
menyuntingnya.
- Mengabstraksi teks
dalam genre faktual,
tanggapan, dan
cerita secara lisan
dan tulis.
- Mengalihkan teks
dalam genre faktual,
tanggapan, dan
cerita secara lisan
dan tulis ke dalam
bentuk lain.
- Memiliki sikap jujur, - Bentuk teks genre cerita
disiplin, dan peduli (teks cerita sejarah,
dalam menanggapi novel), faktual (berita),
fenomena alam dan dan tanggapan (teks
sosial. iklan, editorial/opini).
- Mengenal konteks - Struktur dan fitur
budaya dan konteks bahasa teks genre cerita
sosial, satuan (teks anekdot, pantun,
kebahasaan, serta cerita ulang ), faktual (
unsur paralinguistik laporan hasil observasi,
dalam penyajian prosedur kompleks,
teks. eksplanasi kompleks),
- Memahami bentuk, dan tanggapan (teks
struktur, dan kaidah negosiasi).
teks dalam genre - Konteks budaya dan
cerita, faktual, dan situasi yang
tanggapan. melatarbelakangi
- Membandingkan dan lahirnya sebuah teks.
menganalisis teks - Satuan bahasa
48
dalam genre cerita, pembentuk teks: klausa,
faktual, dan kalimat inti, kalimat
tanggapan. tunggal, kalimat
- Menemukan makna majemuk.
teks dalam genre - Penanda kebahasaan
faktual, tanggapan, dalam teks.
tanggapan.
genre faktual,
tanggapan, dan
cerita untuk
mengungkapkan
gagasan.
- Menyajikan teks
tanggapan, dan
menyuntingnya.
- Mengabstraksi teks
tanggapan, dan
dan tulis.
- Mengalihkan teks
tanggapan, dan
bentuk lain.
49
4.1. Muatan Matematika pada
memecahkan - Matriks.
masalah. - Kombinatorika.
reflektif, dan
ketertarikan pada
matematika.
kegunaan
matematika, serta
50
terbentuk melalui
pengalaman belajar.
- Memiliki sikap
menghargai karya
kelompok maupun
aktivitas sehari-hari.
- Memiliki kemampuan
mengkomunikasikan
gagasan matematika
efektif.
menggunakannya
untuk melakukan
prediksi dan
kecenderungan
jangka panjang;
menggunakannya
untuk memprediksi
kecenderungan (trend)
atau memeriksa
kesahihan argumen.
- Mengutarakan dan
menggali sifat-sifat
logaritma, dengan
memanfaatkan
hubungan saling
inverse keduanya.
- Mengenal dan
menggunakan sifat-
51
sifat aljabar dalam
menyelesaikan
masalah sistem
persamaan dan
pertidaksamaan,
dibantu dengan
teknik geometri, dan
memberikan tafsiran
geometrinya.
- Memahami dan
menggunakan konsep
operasi aljabar fungsi
termasuk komposisi.
- Menggunakan sifat-
sifat transformasi
untuk menyelidiki
kesebangunan dan
kekongruenan dan
menggunakannya
untuk memahami
perbandingan
trigonometri.
- Memanfaatkan
pendekatan koordinat
dalam menyelesaikan
masalah geometri
(dan juga aljabar pada
umumnya).
- Menggunakan konsep
limit untuk
memahami
kecenderungan fungsi
dan menghampiri
fungsi.
- Menggunakan konsep
turunan untuk
memahami
kecenderungan dalam
laju perubahan serta
menggunakannya
dalam pemodelan.
- Memberi estimasi
dengan menggunakan
perhitungan mental
dan sifat-sifat aljabar
dan data statistik.
- Pemanfaatan rasio
dan proporsi dalam
menyederhanakan
(scaling) masalah,
mengestimasi dan
menghitung
perubahan rasio
(turunan).
- Membandingkan dan
menilai keefektifan
berbagai metoda
penyajian data.
- Memahami dan
52
menggunakan
berbagai teknik
menghitung, dengan
prinsip perkalian
sebagai prinsip
perkalian sentral.
- Memahami konsep
peluang yang
didasarkan frekuensi
relatif; memanfaatkan
teknik kombinatorika
dalam menentukan
peluang.
- Menentukan strategi
penyelesaian masalah
yang efektif,
mengevaluasi hasil,
dan melakukan
perumuman.
kontinu, pemikiran
reflektif dan
ketertarikan pada
matematika.
kegunaan
matematika, serta
53
sikap kritis yang
terbentuk melalui
pengalaman belajar.
- Memiliki sikap
menghargai karya
kelompok maupun
aktivitas sehari-hari.
- Memiliki kemampuan
mengkomunikasikan
gagasan matematika
efektif.
- Menggunakan pola
untuk menjelaskan
kecenderungan
menggunakannya
nyata, dan
memanfaatkannya
dalam pemecahan
masalah atau
berargumentasi.
- Memahami konsep
matriks dan
operasinya dan
menggunakannya
dalam pemecahan
masalah.
- Menganalisis sifat-
54
sifat sederhana dari
diagonal ruang,
bidang diagonal.
- Menggunakan konsep
integral untuk
memahami masalah
akumulasi dan
menghampirinya,
dengan penerapan
misalnya pada
masalah luas dan
volume.
- Menggunakan
hubungan turunan
dan integral.
- Memberi estimasi
dengan menggunakan
perhitungan mental
dan sifat-sifat aljabar,
visualisasi geometris
dan data statistik.
- Pemanfaatan rasio
dan proporsi untuk
menyederhanakan
kompleksitas
perhitungan, dan
mengestimasi.
- Mengevaluasi
penyajian data
dengan cara
membandingkan
penyajian data,
statistik, dan data
aktual.
- Menentukan strategi
penyelesaian masalah
yang efektif,
mengevaluasi hasil,
dan melakukan
perumuman
5) Muatan Matematika untuk kelompok peminatan matematika dan ilmu-ilmu alam pada
SMA/MA/SMALB/PAKET C
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
55
Menengah kreatif, cermat dan Logaritma dan
masalah. - Trigonometri.
kegunaan
matematika, serta
terbentuk melalui
pengalaman belajar.
- Memiliki sikap
menghargai karya
kelompok maupun
aktivitas sehari-hari.
- Memiliki kemampuan
mengkomunikasikan
gagasan matematika
efektif.
56
menggunakannya
untuk melakukan
prediksi dan
kecenderungan
jangka panjang;
menggunakannya
untuk memprediksi
kecenderungan atau
memeriksa kesahihan
argument.
- Mengutarakan dan
menggali sifat-sifat
logaritma, dengan
memanfaatkan
hubungan saling
inverse keduanya.
- Menganalisis sifat
grafik eksponensial
mutlak dan
memanfaatkannya
dalam menyelesaikan
persamaan logaritma,
nilai mutlak.
- Mengenal dan
menggunakan sifat-
menyelesaikan
masalah sistem
kuadrat dan
pertidaksamaan linear
57
dan kuadrat, dibantu
dengan teknik
geometri, dan
memberikan tafsiran
geometrinya.
- Memahami dan
menggunakan konsep
termasuk komposisi.
- Menggunakan sifat-
sifat transformasi
untuk menyelidiki
kesebangunan dan
kekongruenan dan
menggunakannya
untuk memahami
perbandingan
trigonometri,
persamaan
trigonometri.
- Memanfaatkan
pendekatan koordinat
dalam menyelesaikan
masalah geometri
umumnya).
- Memahami sifat
garis dan
menggunakannya
58
dalam membuktikan
sifat geometri.
- Mendeskripsikan
konsep fungsi
trigonometri dan
hubungan
diantaranya.
- Memahami
persamaan berbagai
grafiknya dan
kaitannya.
- Menggunakan konsep
limit untuk
memahami
kecenderungan fungsi
dan menghampiri
fungsi.
- Menggunakan konsep
turunan untuk
memahami
kecenderungan dalam
menggunakannya
dalam pemodelan.
- Memberi estimasi
dengan menggunakan
perhitungan mental
- Pemanfaatan rasio
menyederhanakan
59
(scaling) masalah,
mengestimasi dan
menghitung
perubahan rasio
(turunan).
- Membandingkan dan
menilai keefektifan
berbagai metoda
penyajian data.
- Memahami dan
menggunakan
berbagai teknik
menghitung, dengan
prinsip perkalian
sebagai prinsip
perkalian sentral.
- Memahami konsep
peluang yang
didasarkan frekuensi
relatif; memanfaatkan
teknik kombinatorika
dalam menentukan
peluang
- Menentukan strategi
penyelesaian masalah
yang efektif,
mengevaluasi hasil,
dan melakukan
perumuman.
60
jawab, responsif, dan - Bunga majemuk,
masalah. Peluruhan.
pemikiran reflektif,
kegunaan
matematika, serta
terbentuk melalui
pengalaman belajar.
- Memiliki sikap
menghargai karya.
- Memiliki sikap
menghargai karya
kelompok maupun
aktivitas sehari-hari.
- Memiliki kemampuan
mengkomunikasikan
gagasan matematika
efektif.
- Menggunakan pola
untuk menjelaskan
61
kecenderungan
menggunakannya
nyata, dan
memanfaatkannya
dalam pemecahan
masalah atau
berargumentasi.
- Memahami konsep
serta operasinya
serta
menggunakannya
untuk menganalisis
ruang.
- Menganalisis sifat-
diagonal ruang,
ruang.
- Menggunakan
berbagai identitas
trigonometri dalam
penyelesaian
masalah.
62
- Menggunakan konsep
integral untuk
memahami masalah
akumulasi dan
menghampirinya,
dengan penerapan
misalnya pada
volume.
- Menggunakan
hubungan turunan
dan integral.
- Menentukan integral
dengan teknik
pengintegralan
- Memberi estimasi
dengan menggunakan
perhitungan mental
visualisasi geometris
- Pemanfaatan rasio
menyederhanakan
kompleksitas
perhitungan, dan
mengestimasi.
- Mengevaluasi
penyajian data
dengan cara
membandingkan
penyajian data,
63
statistik, dan data
aktual.
Menentukan strategi penyelesaian
masalah
6) Muatan Biologi untuk kelompok peminatan matematika dan ilmu-ilmu alam pada
SMA/MA/SMALB/PAKET C
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
64
- Mengkomunikasikan tumbuhan dan hewan
benar.
- Menyajikan data
bioproses berdasarkan
pengamatan dan
percobaan dengan
menerapkan prosedur
ilmiah dan
memperhatikan aspek
keselamatan kerja.
- Menerapkan prinsip,
untuk memecahkan
permasalahan nyata
dan lingkungan hidup.
- Menganalisis berbagai
keanekaragaman hayati
di Indonesia, bioproses
yang berlangsung pada
berbagai tingkat
organisasi seluler pada
sistem hidup,
menganalisis perilaku
negatif dan dampak dari
perubahan lingkungan
terhadap kehidupan.
- Menunjukkan
kemampuan
metakognitif terhadap
permasalahan pada
berbagai objek dan
tingkat organisasi
kehidupan dan
menerapkannya dalam
65
kehidupan sebagai
warga negara yang baik
dan wujud cinta tanah
air dan bangsa.
7) Muatan Fisika untuk kelompok peminatan matematika dan ilmu-ilmu alam pada
SMA/MA/SMALB/PAKET C.
67
tertulis.
- Menganalisis konsep,
mekanika, fluida,
termodinamika,
serta menerapkan
metakognisi dalam
menjelaskan fenomena
68
- Mengembangkan sikap - Rangkaian listrik
rasa ingin tahu, jujur, searah (DC).
tanggung jawab, logis, - Rangkaian arus
kritis, analitis, dan kreatif bolak-balik (AC).
melalui pembelajaran - Induksi Faraday.
fisika. - Radiasi
- Merumuskan elektromagnetik.
permasalahan yang - Teknologi digital.
berkaitan dengan - Konsep dan
fenomena fisika, fenomena kuantum.
merumuskan hipotesis, - Inti atom,
mendesain dan radioaktivitas,
melaksanakan dan
eksperimen, melakukan pemanfaatannya
pengukuran secara teliti, dalam
mencatat dan menyajikan kehidupan.
hasil dalam bentuk tabel
dan grafik,
menyimpulkan, serta
melaporkan hasilnya
secara lisan maupun
tertulis.
- Menganalisis konsep,
prinsip, dan hukum
kelistrikan, kemagnetan,
dan fisika modern serta
8) Muatan Kimia untuk kelompok peminatan matematika dan ilmu-ilmu alam pada
SMA/MA/SMALB/PAKET C
70
karbohidratdan
protein).
- Lemak.
- Hidrokarbon dan
minyak bumi.
- Sistem koloid.
- Menganalisis peristiwa
sejarah berdasarkan
71
peristiwa sejarah dunia.
berdasarkan kesahihan
penulisnya.
- Melakukan penelitian
peristiwa sejarah.
10) Muatan Geografi untuk Peminatan Ilmu-ilmu Sosial pada SMA/MA/SMALB/PAKET C dan
SMK/MAK.
berkelanjutan. - Pelestarian
menguntungkan. saling
- menguntungkan.
11) Muatan Sejarah untuk kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Sosial pada SMA/MA/SMALB/
PAKET C
73
(Kelas X-XII) - Meneladani sikap dan sejarah.
masyarakat. - Perkembangan
Indonesia.
sejarahnya. Komunikasi.
74
- Merekonstruksi peristiwa
sejarah berdasarkan
sejarah.
- Metode penelitian
sosial.
- Membangun toleransi dan - Perubahan sosial
75
pemecahannya.
- Melaksanakan prosedur
pemberdayaan komunitas.
- Mengevaluasi praktik
pemberdayaan komunitas
solusinya.
13) Muatan Ekonomi untuk kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Sosial pada SMA/MA/SMALB/PAKET C.
76
konsep pembangunan - Pajak.
ketenagakerjaan, internasional.
pajak dalam
pembangunan.
- Menganalisis dan
menyajikan perhitungan
dan fiskal.
- Menganalisis dan
dalam sistem
perekonomian Indonesia.
mengevaluasi kebijakan
perdagangan internasional
internasional.
akuntansi. akuntansi.
77
akuntansi perusahaan jasa - Siklus akuntansi
dagang.
lancar. interpersonal,
78
menggunakan struktur tercakup.
yang jelas.
- Teks-teks: lagu,
79
lancar. - Modalitas: dengan
menggunakan struktur
kebahasaan secara
lancar.
80
- Menganalisis konsep, teknik, tari).
budaya. pertunjukan
bernilai estetis.
- Menunjukkan perilaku rasa - Apresiasi dan
ingin tahu, peduli kreasi karya seni
lingkungan, kerjasama, jujur, rupa dua dan
percaya diri, dan mandiri tiga dimensi,
dalam berkarya seni budaya. kritik seni rupa
- Menunjukkan keberagaman dan pameran
dan nilai estetis karya seni seni rupa.
budaya. - Apresiasi dan
- Membandingkan masing- kreasi karya seni
masing karya dan nilai seni musik (musik
budaya untuk kreasi, kritik
menemukenali/merasakan musik, dan
keunikan/nilai estetis. pertunjukan
- Mencipta karya seni budaya musik).
yang orisinal. - Apresiasi dan
- Mengevaluasi keberagaman kreasi karya seni
dan keunikan kreasi karya tari (Kreasi tari
seni. sesuai iringan,
- Menyajikan hasil evaluasi kritik tari dan
dalam bentuk karya dan pertunjukan tari).
telaah seni budaya original - Apresiasi dan
yang bernilai estetis. kreasi karya seni
teater (naskah
teater, kritik seni
teater, dan
pertunjukan seni
teater).
16) Muatan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan pada SMA/MA/ SMALB /PAKET C, dan
SMK/MAK
81
(Kelas X-XII) keterampilan gerak salah - Pemainan bola
pengembangan
kekuatan, daya
tahan,
kelentukan,
kecepatan, dan
82
koordinasi.
- Menguasai
aktivitas fisik
rangkaian :
senam lantai dan
senam alat.
- Menguasai
rangkaian
gerakan aktivitas
fisik ritmik:
senam aerobik
dan SKJ secara
harmonis.
- Menguasai
gerakan aktivitas
fisik di air:
renang gaya
bebas, gaya
punggung, gaya
dada dan
penyelamatan
dalam aktivitas
air.
Kesehatan
- Makanan dan
minuman sehat,
pencegahan dan
penanggulangan
penyakit, bahaya
penggunaa
NARKOBA dan
psikotropika
serta upaya
pencegahan dan
penanggulangan
nya, dampak
mencegah HIV
cara
penanggulangan
nya.
- Menguasai
gerakan aktivitas
fisik di air:
renang gaya
bebas, gaya
punggung, gaya
dada dan
penyelamatan
dalam aktivitas
air.
Kesehatan
- STDS (Sexually
Transmitted
Disease), AIDS,
Penyakit Menular
Seksual (PMS).
- Peraturan
perundangan
berkaitan
NARKOBA dan
psikotropika.
wirausaha. sederhana.
- Rekayasa pembangkit
inovatif menggunakan
prakarya (Budidaya)
- Budidaya tanaman
pangan.
- Usaha budidaya
pembenihan ikan
hias.
prakarya (Pengolahan)
- Pengawetan bahan
hewani menjadi
daerah dan
nusantara.
- Pengolahan bahan
pangan pembersih
dan kosmetik.
prakarya
(kewirausahaan)
wirausaha, serta
aspek-aspek
perencanaan usaha.
prakarya.
mengevaluasi usaha.
prakarya (Pengolahan)
- Pengolahan bahan
menjadi makanan
87
produk non pangan kesehatan
18) Muatan Bahasa Jerman untuk kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Bahasa dan Budaya pada SMA/MA/
Paket C.
88
- Memahami teks-teks Kehidupan sehari-
- Keterampilan
mendengarkan,
berbicara, membaca,
dan menulis.
- Nilai-nilai
sosiokultural dan
karakter bangsa.
wacana.
-Teks-teks karya
sastra Jerman.
berkomunikasi interpersonal,
89
dan menulis.
- Nilai-nilai
sosiokultural dan
karakter bangsa
- Bunyi, kosakata, tata
bahasa, tekanan kata,
intonasi, ejaan, tanda
baca dan pemarkah
wacana.
- Teks-teks karya
sastra Jerman.
2. Muatan Nasional
Muatan kurikulum pada tingkat nasional dikembangkan oleh pemerintah pusat, terdiri
atas kelompok mata pelajaran kelompok Umum A, kelompok mata pelajaran kelompok
umum B, dan kelompok mata pelajaran peminatan (C), termasuk bimbingan konseling dan
ekstrakurikuler wajib pendidikan kepramukaan. Muatan kurikulum pada tingkat nasional yang
dimuat dalam KTSP adalah sebagaimana yang diatur dalam ketentuan, untuk SMA mengacu
pada Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
SMA/MA; yang diperbaharui dengan Permendikbud Nomor 59 Tahun 2014 tentang Struktur
Kurikulum SMA/MA.
3. Muatan Lokal
Muatan Kurikulum pada Tingkat Daerah (Muatan lokal) yang dikembangkan oleh
pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya dan/atau
satuan pendidikan dapat berbentuk sejumlah bahan kajian terhadap keunggulan dan kearifan
daerah tempat tinggalnya yang menjadi: 1) bagian mata pelajaran kelompok B; dan/atau 2)
mata pelajaran yang berdiri sendiri pada kelompok B sebagai mata pelajaran muatan lokal
dalam hal pengintegrasian tidak dapat dilakukan. Muatan kurikulum pada tingkat daerah yang
dimuat dalam KTSP terdiri atas sejumlah bahan kajian dan pelajaran dan/atau mata pelajaran
muatan lokal yang ditentukan oleh daerah yang bersangkutan. Penetapan muatan lokal
didasarkan pada keunggulan dan kearifan serta kebutuhan dan kondisi setiap daerah, baik
untuk provinsi maupun kabupaten/kota, bahkan satuan pendidikan.
a. Muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah provinsi ditetapkan dengan peraturan
gubernur, kemudian disiapkan Kurikulumnya (KD dan Silabus dengan mengacu pada
Kompetensi Inti (KI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) kurikulum 2013.
b. Muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah kabupaten/kota ditetapkan dengan
peraturan bupati/walikota, kemudian disiapkan Kurikulumnya (KD dan Silabus dengan
90
mengacu pada Kompetensi Inti (KI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) kurikulum
2013.
c. Muatan lokal yang berlaku hanya untuk satuan pendidikan (mulok sekolah) ditetapkan
Yayasan (bagi sekolah swasta).
Beban belajar dalam KTSP jenjang SMA diatur dalam bentuk Sistem Kredit Semester
(SKS) atau Sistem Paket
1. Ketentuan tentang Beban belajar tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan
mandiri untuk SKS dan Sistem Paket disesuaikan dengan ketentuan masing-masing
2. Beban belajar tambahan disesuaikan dengan hasil analisis kondisi riil sekolah yang
menjadi tanggungjawab sekolah masing-masing.
3. Pengaturan pola belajar harus memperhatikan 14 prinsip pembelajaran sesuai Lampiran
Permendikbud No. 65 Tahun 2013 halaman 1 – 2 yang mencakup domain sikap,
pengetahuan, dan keterampilan .
4. Proses pembelajaran mencakup pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural (untuk
kelas X) ditambah dengan metakognitif (untuk kelas XI dan XII) dengan menggunakan
pendekatan saintifik (Scientific Approach) dan penilaian autentik (authentic
assessment).
5. Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 Tentang pembelajaran Pada pendidikan dasar
dan Pendidikan menengah harus dijadikan salah satu acuan;
6. Perlu diperhatikan pula permendikbud Nomor 59 tahun 2014 dan Permendikbud Nomor
61 tahun 2014 Jumlah minggu efektif dan alokasi waktu jam tatap muka yang
digunakan.
7. Beban belajar untuk SMA diatur dalam Sistem Paket atau Sistem Kredit Semester.
b. Sistem Paket
Beban belajar dengan sistem paket sebagaimana diatur dalam struktur kurikulum
setiap satuan pendidikan merupakan pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran
yang terdapat pada semester gasal dan genap dalam satu tahun ajaran. Beban belajar pada
sistem paket terdiri atas pembelajaran tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan
92
mandiri. Satu jam tatap muka 45 menit. Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan
mandiri, maksimal 60% untuk SMA/MA/SMK/MAK dari waktu kegiatan tatap muka mata
pelajaran yang bersangkutan. Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus
diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran.
1. Beban belajar di SMA dinyatakan dalam jam pelajaran per minggu.
a. Beban belajar satu minggu Kelas X adalah minimal 42 jam pe-lajaran (nasional)
sedangkan di Jawa Tengah ditambah 2 jam pelajaran untuk Mulok Bahasa Jawa,
sehingga jumlah seluruhnya minimal menjadi 44 jam per minggu.
b. Beban belajar satu minggu Kelas XI dan XII adalah minimal 44 jam pelajaran (secara
nasional) dan di Jawa Tengah ditambah 2 jam pelajaran untuk Mulok Bahasa Jawa,
sehingga jumlah seluruhnya minimal menjadi 46 jam per minggu.
2. Beban belajar di Kelas X dan XI dalam satu semester minimal 18 minggu.
3. Beban belajar di kelas XII pada semester ganjil minimal 18 minggu.
4. Beban belajar di kelas XII pada semester genap minimal 14 minggu.
Pemanfaatan 60 % dari jumlah waktu kegiatan tatap muka pada mata pelajaran
tertentu, untuk penugasan terstruktur (PT) dan kegiatan mandiri (KM), PT dan KM
merupakan kegiatan yang dirancang oleh guru namun tidak dicantumkan dalam jadwal
pelajaran. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah discoveri inkuiri dengan metode
seperti penugasan, observasi lingkungan, proyek, dan problem solving.
Peminatan diatur dalam Permendikbud Nomor 64 tahun 2014. Kelompok mata
pelajaran peminatan bertujuan 1) untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik
mengembangkan minatnya dalam sekelompok mata pelajaran sesuai dengan minat
keilmuannya di perguruan tinggi, dan 2) untuk mengembangkan minatnya terhadap suatu
disiplin ilmu atau keterampilan tertentu.
Pemilihan kelompok peminatan dilakukan sejak peserta didik mendaftar ke SMA
sesuai dengan minat, bakat dan/atau kemampuan akademik peserta didik, didasarkan pada
nilai rapor, nilai UN SMP/MTS, dan rekomendasi guru BK SMP/MTS atau yang sederajat.
Mata pelajaran lintas minat diambil dari luar kelompok peminatan akademiknya, kecuali
untuk kelompok peminatan bahasa dan budaya dapat diambil dari luar dan/atau dari dalam
kelompok peminatan akademiknya pada satuan pendidikan yang sama. Peserta didik wajib
mengambil 4 mata pelajaran peminatan yang tersedia setelah mendapat rekomendasi dari guru
BK. Peserta didik dapat mengambil 2 mata pelajaran dari 4 mata pelajaran peminatan yang
tersedia setelah mendapat rekomendasi dari guru BK.
93
Program penelusuran bakat, minat, dan prestasi peserta didik kelas X berdasarkan nilai
UN SMP/MTS, nilai rapor, tes IQ, dan angket peminatan. Berdasarkan penelusuran SMAN
Grujugan membuka peminatan MIPA dan IPS.
Lintas minat untuk kelas X sebanyak 2 mata pelajaran @ 3 jam pelajaran per minggu
dan dipilih dari mapel-mapel pada 2 peminatan lainnya. Lintas minat untu kelas XI sebanyak
1 mata pelajaran @ 4 jam pelajaran per minggu dipilih dari 2 mata pelajaran lintas minat di
kelas X. Lintas minat untuk kelas XII adalah melanjutkan dari kelas XII dengan alokasi waktu
pelajaran @ 4 jam pelajaran per minggu.
Di SMAN Grujugan tidak dilaksanakan Pendalaman Minat tetapi Pilihan Lintas
Minat. Dengan melihat kondisi riil yang ada maka pilihan mata pelajaran Lintas Minat untuk
kelas X peserta di masing-masing peminatan dapat memilih dua mata pelajaran di peminatan
lain, untuk kelas XI, XII di masing-masing peminatan dapat memilih satu mata pelajaran
Lintas Minat dikelas X, dengan ketentuan sebagai berikut:
F. PANDUAN AKADEMIK
1. Pelaksanaan Program Pembelajaran Saintifik
Inti dari kurikulum 2013 ada pada upaya penyederhanaan dan sifatnya yang tematik
integrated. kurikulum 2013 untuk menciptakan manusia yang mampu menghadapi tantangan
masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk menghadapi masa depan. Dimana kurikulum
yang berpusat pada siswa (studend centered) yang mengharuskan siswa untuk aktif dengan
Pendekatan Saintifik. siswa dituntuk untuk bisa mengobservasi, bertanya (wawancara),
bernalar dan mengkomunikasikan apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah
mengikuti pembelajaran. Mereka dituntuk untuk berpikir Ilmiah.
94
Pendekatan saintifik/ ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas fenomena
atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan
sebelumnya (Materi Diklat Guru Implementasi Kurikulum 2013, 2013: 2, diunduh dari
www.puskurbuk.net).
Sedangkan menurut M. Lazim (2013: 1), Pendekatan saintifik didefinisikan sebagai
berikut: Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-
tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan
masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau
prinsip yang “ditemukan”.
Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik/ ilmiah
adalah suatu teknik pembelajaran yang menempatkan siswa menjadi subjek aktif melalui
tahapan-tahapan ilmiah sehingga mampu mengkonstruk pengetahuan baru atau memadukan
dengan pengetahuan sebelumnya. Pendekatan saintifik/ ilmiah terbukti lebih efektif dalam
pembelajaran dibandingkan dengan pembelajaran tradisional.
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian sebagai berikut (Materi Diklat Guru
Implementasi Kurikulum 2013, 2013: 2, diunduh dari www.puskurbuk.net):
Retensi informasi dari guru pada pembelajaran tradisional sebesar 10% setelah 15 menit dan
perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25%, sedangkan pada pembelajaran berbasis
pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90% setelah dua hari dan
perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70%.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses
seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan
menyimpulkan (M. Lazim, 2013:2).
Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Kemendikbud melalui Materi Diklat Guru
Implementasi Kurikulum 2013 (2013: 2-5, diunduh dari www.puskurbuk.net) sebagai
berikut. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud
meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring (5M). Pendekatan
ini merujuk kepada teknik-teknik investigasi atas suatu fenomena, cara memperoleh
pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan dengan pengetahuan sebelumnya.
1) Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran.
Keunggulan metode mengamati adalah peserta didik senang dan tertantang dan
mudah pelaksanaannya.
95
2) Menanya
Menanya menurut Kemendikbud mempunyai fungsi sebagai berikut:
(a) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik.
(b) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
(c) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan
ancangan untuk mencari solusinya.
(d) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas
substansi pembelajaran yang diberikan.
(e) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan
pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan
menggunakan bahasa yang baik dan benar.
(f) Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen,
mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
(g) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima
pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan
toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
(h) Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam
merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
(i) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan
berempati satu sama lain.
3) Mengumpulkan data/ Mengekplorasi
Mengumpulkan data artinya siswa diajak untuk mengumpulkan pengetahuan
sebanyak dari berbagai sumber pengetahuan
4) Menalar
Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta empiris
yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk
mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.
5) Mengkomunikasikan
Situasi kolaboratif peserta didik akan dilatih berinteraksi dengan empati, saling
menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing.
96
2. Program Tahunan dan Program Semester
Program tahunan merupakan serangkat kegiatan yang terintegrasi dengan penetapan
alokasi waktu satu tahun agar seluruh kompetensi dasar dalam kurikulum dapat siswa kuasai.
Program tahunan wajib guru persiapkan sebelum tahun pelajaran dimulai dengan
mengidentifikasi KD yang harus disampaikan dengan jumlah waktu efektif yang tersedia
sehingga dapat digunakan sebagai dasar penetapan program semester.
Program semester adalah turunan dari program tahunan yang memuat rencana kegiatan
pelaksanaan kurikulum dalam rentang satu semester. Dengan tugas guru yang selalu
terintegrasi dengan program tahunan adalah merumuskan pengaturan kegiatan tiap semester
yang mengundung komponen yang sama dengan program tahunan.
Prosedur Perumusan
Prosedur penyusunan program tahunan meliputi langkah-langkah berikut ini :
a. Mengidentifikasi kompetensi dasar dan indikator tiap tahun.
b. Mengindentifikasi keluasan dan kedalaman kompetensi dasar dan indikator nya.
c. Melakukan pemetaan kompetensi dasar pada tiap semester.
d. Menentukan alokasi waktu yang tersedia untuk tiap kompetensi pada tiap semester
berdasarkan hari efektif belajar.
e. Menjabarkan progam tahunan ke dalam program semester dengan memperhatikan
kalender pendidikan.
3. Pengembangan Silabus
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar,
perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus disesuaikan
pendekatan pembelajaran yang digunakan.
97
Silabus paling sedikit memuat :
a. Identitas mata pelajaran;
b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
c. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi
dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta
didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran;
d. Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran;
e. Tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A) :
1) Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi;
2) Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;
3) Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;
4) Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum
untuk satu semester atau satu tahun; dan
5) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar
atau sumber belajar lain yang relevan.
Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun
ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
Silabus dapat dikembangkan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan satuan
pendidikan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Dibuktikan dengan
kelengkapan komponen dan isi silabus yang dimiliki sekolah/madrasah untuk semua mata
pelajaran.
Guru wajib menjelaskan silabus pada tiap awal semeter yang dibuktikan dengan adanya
jurnal kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan tugas ini bertujuan agar siswa memahami cukupan
kompetensi yang harus mereka kuasai dan memahami materi belajar yang akan mereka
dapatkan dalam tiap semester.
4. Perencanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap
98
muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan
kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap
pendidik pada satuan pendidikan wajib menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.
a. Komponen RPP
RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan dalam beberapa kali
pertemuan atau lebih. Komponen RPP terdiri atas:
1) Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
2) Identitas mata pelajaran atau tema/subtema;
3) Kelas/semester;
4) Materi pokok;
5) Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan
pemenuhan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang
tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai;
6) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dirumuskan dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
7) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
8) Materi pembelajaran, yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan,
dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian
kompetensi;
9) Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;
10) Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan
materi pelajaran;
11) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau
sumber belajar lain yang relevan;
12) Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, penutup
dan penilaian hasil pembelajaran.
99
2. Prinsip Penyusunan RPP
Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Perbedaan individual peserta didik, antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual,
bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar,
kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau
lingkungan peserta didik.
b. Partisipasi aktif peserta didik.
c. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat,
kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.
d. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan
kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai
bentuk tulisan.
e. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian
umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
f. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu
keutuhan pengalaman belajar.
g. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas
aspek belajar, dan keragaman budaya.
h. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif
sesuai dengan situasi dan kondisi.
i. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif
sesuai dengan situasi dan kondisi
j. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif
sesuai dengan situasi dan kondisi.
k. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif
sesuai dengan situasi dan kondisi
5. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran pada dasarnya dilaksanakan untuk mendorong siswa aktif
memenuhi kebutuhan mewujudkan kompetensinya yang meliputi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Ketiga kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis)
yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat,
100
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh
melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.
Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi
karakteristik standar proses.
Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar
matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran
berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong
kemampuan peserta didik agar menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun
kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan adalah sebagai berikut :
Sikap Pengetahuan Ketrampilan
menerima mengingat mengamati
menjalankan memahami menanya
menghargai menerapkan mencoba
menghayati menganalisis menalar
mengamalkan mengevaluasi menyaji
mencipta mencipta
1. Kegiatan Pendahuluan
101
Urut-urutan kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran.
b. Memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi
materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan
lokal, nasional dan internasional.
c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan
materi yang akan dipelajari.
d. Menyajikan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai, dan;
e. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. Langkah
kegiatan ini sebaiknya dituangkan catatan pelaksanaan kegiatan mengajar untuk
membuktikan bahwa guru melakukan 5 langkah kegiatan dalam pendahuluan.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan pendekatan pembelajaran, model pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang sesuaikan dengan karakteristik
peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu
dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan
karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan. Karakteristik proses pembelajaran
hendaknya diarahkan untuk mewujudkan kompetensi berikut :
a. Dalam mewujudkan kompetensi sikap siswa, guru hendaknya memilih perilaku;
menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh
aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang menambah
pengalaman peserta didik untuk melakuan aktivitas yang sesuai.
Dalam mengembangkan kompetensi pengetahuan guru hendaknya memilih aktivitas
mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga
mencipta. Untuk memperkuat pendekatan saintifik,
b. tematik terpadu, dan tematik sangat disarankan untuk menerapkan belajar berbasis
penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik
menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok,
disarankan yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based
learning).
c. Dalam mengembangan keterampilan guru hedaknya memilih aktivias mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Jika diperhatikan secara
seksama keterampilan yang dikembangkan merpkan bertuk softskill Seluruh isi materi
102
(topik dan sub topik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus siswa
kuasai. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang
menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
learning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah
(project based learning).
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup guru bersama peserta didik melakukan refleksi untuk
mengevaluasi dengan melakukan beberapa langkah kegiatan berikut :
a. Mengevaluasi rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk
selanjutnya secara bersama menemukan manfaat pembelajaran yang telah berlangsung;
b. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
c. Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk tugas, baik tugas individual atau
maupun kelompok;
d. Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
6. Penilaian Autentik
a. Prinsip penilaian hasil belajar
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan
yang diukur;
2) objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai;
3) adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat
istiadat, status sosial ekonomi, dan gender;
4) terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;
5) terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;
6) menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup
semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang
sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik;
103
7) sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku;
8) beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan; dan
9) akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya.
b. Tujuan penilaian
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik memiliki tujuan untuk:
1) mengetahui tingkat penguasaan kompetensi;
2) menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi;
3) menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan
kompetensi; dan
4) memperbaiki proses pembelajaran.
d. Nilai ketuntasan
KKM ditentukan oleh satuan pendidikan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran,
dan kondisi satuan pendidikan. KKM dirumuskan setidaknya dengan memperhatikan 3 (tiga)
aspek, yaitu kompleksitas materi/kompetensi, intake (kualitas peserta didik), serta guru dan
daya dukung satuan pendidikan.
1) Aspek karakteristik materi/kompetensi yaitu memperhatikan kompleksitas KD
dengan mencermati kata kerja yang terdapat pada KD tersebut dan berdasarkan
data empiris dari pengalaman guru dalam membelajarkan KD tersebut pada waktu
sebelumnya. Semakin tinggi aspek kompleksitas materi/kompetensi, semakin
menantang guru untuk meningkatkan kompetensinya.
2) Aspek intake yaitu memperhatikan kualitas peserta didik yang dapat diidentifikasi
antara lain berdasarkan hasil ujian nasional pada jenjang pendidikan sebelumnya,
104
hasil tes awal yang dilakukan oleh sekolah, atau nilai rapor sebelumnya. Semakin
tinggi aspek intake, semakin tinggi pula nilai KKMnya.
3) Aspek guru dan daya dukung antara lain memperhatikan ketersediaan guru,
kesesuaian latar belakang pendidikan guru dengan mata pelajaran yang diampu,
kompetensi guru (misalnya hasil Uji Kompetensi Guru), rasio jumlah peserta
didik dalam satu kelas, sarana prasarana pembelajaran, dukungan dana, dan
kebijakan sekolah. Semakin tinggi aspek guru dan daya dukung, semakin tinggi
pula nilai KKM-nya.
KKM sebaiknya dibuat sama untuk semua mata pelajaran pada semua tingkat kelas,
artinya nilai KKM sama untuk semua mata pelajaran pada suatu sekolah. Nilai KKM ditulis
dalam dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan disosialisasikan kepada
semua warga sekolah.
Secara teknis prosedur penentuan KKM mata pelajaran pada Satuan Pendidikan
dapat digambarkan pada alur sebagai berikut:
Dalam menetapkan nilai KKM per KD, pendidik/satuan pendidikan dapat juga
memberikan bobot berbeda untuk masing-masing aspek.Atau dengan menggunakan skor
pada setiap kriteria yang ditetapkan.
105
Setelah satuan pendidikan menentukan KKM selanjutnya satuan pendidikan
membuat interval predikat untuk menggambarkan kategori kualitas sekolah. Kategori
kualitassekolah dalam bentuk predikat D, C, B dan A. Nilai KKM merupakan nilai minimal
untuk predikat C dan secara bertahap satuan pendidikan meningkatkan kategorinya sesuai
dengan peningkatan mutu satuan pendidikan. Predikat untuk pengetahuan dan keterampilan
ditentukan berdasarkan interval angka pada skala 0-100 yang disusun dan ditetapkan oleh
satuan pendidikan. Penetapan tabel interval predikat untuk KKM dibuat seperti contoh pada
tabel berikut. Misalnya KKM satuan pendidikan = N (besar nilai N adalah bilangan asli <
100)
Tabel 2.3. Penetapan Interval Predikat
KKM Predikat
D C B A
N <N N ≤ .... ... .... ≤ 100
Satuan pendidikan menentukan satu KKM untuk semua mata pelajaran baik pada
satu tingkat kelas maupun tingkat sekolah. Setelah KKM setiap mata pelajaran ditentukan,
satuan pendidikan dapat menetapkan satu KKM yang sama dengan mempertimbangkan nilai
terendah, rata-rata, atau modus dari seluruh KKM mata pelajaran.
Kriteria untuk KKM kelas X adalah 70
Interval Predikat
90 – 100 A
80 – 89 B
70 – 79 C
< 70 D
Kriteria untuk KKM kelas XI dan XII adalah 75
Interval Predikat
91 – 100 A
83 – 90 B
75 – 82 C
< 75 D
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang
ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk
kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas
ambang kompetensi. KKM ditetapkan oleh sekolah pada awal tahun pelajaran dengan
memperhatikan : Intake (kemampuan rata-rata peserta didik); Kompleksitas (mengidentifikasi
indikator sebagai penanda tercapainya kompetensi dasar); Kemampuan daya pendukung
(berorientasi pada sumber belajar).
106
Ketuntasan minimal ditentukan oleh masing-masing Guru Mata Pelajaran dengan
berpedoman kepada nilai input atau rata-rata nilai terakhir yang diperoleh peserta didik pada
setiap jenjang kelas. Setiap guru mata pelajaran di SMA Negeri Grujugan berusaha
meningkatkan kriteria ketuntasan minimal secara terus menerus untuk mencapai kriteria
ketuntasan ideal dengan cara Analisis ketuntasan untuk mengetahui tingkat ketercapaian
KKM yang telah ditetapkan. Hasil analisis tersebut ditindaklanjuti dengan memberikan
perbaikan (remedial) bagi peserta didik yang belum tuntas dan pengayaan (enrichment) bagi
yang sudah tuntas.Manfaat Analisis: (1) Sebagai dasar untuk menetapkan KKM pada tahun
berikutnya. (2).Perbaikan proses pembelajaran. Ketuntasan minimal di SMA Negeri
Grujugan diserahkan kepada guru mata pelajaran dan dilaporkan kepada pihak yang terkait.
Dengan memperhatikan kemampuan peserta didik dari hasil test awal sekolah
menetapkan Analisis dan identifikasi per SK/KD mata pelajaran untuk menetapkan Kriteria
Ketuntasan Minimal melalui MGMP intern sekolah. Kriteria Ketuntasan Minimal dapat
dianalis sebagai dasar untuk menetapkan KKM pada tahun berikutnya. Penetapan KKM
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menentukan KKM Indikator .
2. Menentukan KKM Kompetensi Dasar
3. Menentukan KKM Standar Kompetensi
4. Menentukan KKM Mata Pelajaran
Dengan mempertimbangkan Kriteria Penetapan KKM yaitu:
1. Kompleksitas (Kesulitan dan Kerumitan)
2. Daya dukung
3. Intake siswa.
Strategi pencapaian KKM ideal (100%) akan dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Perbaikan seleksi input dalam PPDB melalui seleksi nilai ujian nasional .
2. Peningkatan mutu pengelolaan proses pembelajaran lewat pemenuhan sarana
pembelajaran antara lain pusat sumber belajar, perpustakaan, laboratorium, dan PBM
berbasis IT.
3. Peningkatan SDM terutama tenaga pendidik lewat kegiatan workshop, MGMP, In
House Training, Seminar, Lesson Study dan kegiatan yang mengarah pada
peningkatan dan kegiatan lain yang mengarah pada peningkatan kompetensi dalam
mengelola proses pembelajaran.
4. Tambahan jam pelajaran untuk pendalaman materi dengan membahas soal-soal yang
ada dalam buku pendalaman materi yang telah disediakan.
107
Kriteri ketuntasan minimal untuk kelas X, XI dan XII di SMA Negeri Grujugan
mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar, daya dukung dan karakteristik peserta
didik dengan memperhatikan nilai pada SHUN, maka untuk tahun pelajaran 2018/2019
diputuskan bahwa KKM untuk semua mata pelajaran Wajib A, Wajib B, Peminatan, dan
Lintas Minat adalah 75%.
Dari hasil analisis dan identifikasi per SK/KD pada dan mempertimbangkan kriteria
penetapan KKM, maka ditetapkan KKM pada masing-masing mata pelajaran dengan contoh
sebagai berikut :
Penetapan KKM
Mata Pelajaran : …………….
Kelas / Semester : …………….
Rata-rata
KKM Mata Pelajaran per Semester
108
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi dengan Kompetensi
Dasar (KD) sebagai kompetensi minimal yang harus dicapai oleh peserta didik. Untuk
mengetahui ketercapaian KD, guru harus merumuskan sejumlah indikator sebagai acuan
penilaian dan sekolah juga harus menentukan ketuntasan belajar minimal atau kriteria
ketuntasan minimal (KKM) untuk memutuskan seorang peserta didik sudah tuntas atau
belum. KKM menggambarkan mutu satuan pendidikan, oleh karena itu KKM setiap tahun
perlu dievaluasi dan diharapkan secara bertahap terjadi peningkatan KKM.
Penilaian sikap dilakukan oleh guru mata pelajaran (selama proses pembelajaran pada
jam pelajaran) dan/atau di luar jam pembelajaran, guru bimbingan konseling (BK), wali kelas
(selama peserta didik di luar jam pelajaran), warga sekolah (peserta didik).
111
Penilaian sikap spiritual dan sosial dilakukan secara terus-menerus selama satu
semester. Guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas mengikuti perkembangan sikap
spiritual dan sosial, serta mencatat perilaku peserta didik yang sangat baik atau kurang baik
dalam jurnal segera setelah perilaku tersebut teramati atau menerima laporan tentang perilaku
peserta didik. Apabila seorang peserta didik pernah memiliki catatan sikap yang kurang baik,
namun pada kesempatan lain peserta didik tersebut telah menunjukkan perkembangan sikap
(menuju atau konsisten) baik, maka di dalam jurnal harus ditulis bahwa sikap peserta didik
tersebut telah baik atau bahkan sangat baik.
Pencatatan pada jurnal tidak hanya sikap yang sangat baik atau kurang baik saja, tetapi
juga perubahan sikap dari kurang baik menjadi baik atau sangat baik. Sikap dan perilaku
peserta didik yang teramati oleh pendidik dan tercacat dalam jurnal, akan lebih baik jika
dikomunikasikan kepada peserta didik yang bersangkutan.
Pelaksanaan penilaian pengetahuan dilakukan untuk menilai proses dan hasil belajar
peserta didik. Penilaian oleh pendidik dilakukan dalam bentuk penilaian harian dan dapat juga
dilakukan penilaian tengah semester melalui tes tertulis, tes lisan, maupun penugasan.
Cakupan penilaian harian meliputi seluruh indikator dari satu kompetensi dasar atau lebih
sedangkan cakupan penugasan disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dasar.
Pelaksanaan Penilaian proyek dilakukan untuk satu atau beberapa KD pada satu mata
pelajaran atau lintas mata pelajaran.
Langkah pelaksanaan penilaian proyek :
a. menjelaskan rubrik penilaian kepada peserta didik sebelum pelaksanaan penilaian;
113
b. memberikan tugas kepada peserta didik;
c. memberikan pemahaman yang sama kepada peserta didik tentang tugas yang harus
dikerjakan;
d. melakukan penilaian selama perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan proyek; (e)
memonitor pengerjaan proyek peserta didik dan memberikan umpan balik pada setiap
tahapan pengerjaan proyek;
e. membandingkan kinerja peserta didik dengan rubrik penilaian;
f. memetakan kemampuan peserta didik terhadap pencapaian kompetensi minimal;
g. memberikan umpan balik terhadap laporan yang disusun peserta didik; dan
h. mendokumentasikan hasil penilaian.
114
j. Mendokumentasikan dan menyimpan semua portofolio ke dalam map yang telah diberi
identitas masing-masing peserta didik untuk bahan laporan kepada sekolah dan orang
tua peserta didik;
k. Mencantumkan tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta
didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu sebagai bahan
laporan kepada sekolah dan/atau orang tua peserta didik; dan
l. Memberikan nilai akhir portofolio masing-masing peserta didik disertai umpan balik.
Berikut ini contoh perumusan indikator dari mata pelajaran Matematika kelas X
Umum :
No Kompetensi Dasar Indikator
1 4.3 menyelesaikan masalah 1. menyatakan masalah nyata ke dalam
kontekstual yang berkaitan dengan model matematika
persamaan lin 2. menentukan penyelesaian system
ear tiga variabel persamaan linear tiga variable
3. menginterpretasikan hasil penyelesaian
sesuai dengan masalah yang dimaksud
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian
kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran sebagai capaian pembelajaran. Penilaian
hasil belajar oleh satuan pendidikan adalah proses pengumpulan informasi/data tentang
capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek pengetahuan dan aspek keterampilan yang
dilakukan secara terencana dan sistematis. Penilaian bertujuan untuk menilai encapaian
Standar Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran, dalam bentuk penilaian akhir dan
ujian sekolah.
g. Mekanisme penilaian
Dalam melaksanakan penilian hasil belajar oleh satuan pendidikan perlu dilakukan
beberapan langkah berikut
a. Menyusun perencanaan penilaian tingkat Satuan Pendidikan meliputi: penilaian akhir
semester, penilaian akhir tahun, ujian sekolah dan ujian sekolah berstandar nasional.
115
b. Penilaian akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh satuan pendidikan
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester. Cakupan
penilaian meliputi indikator-indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester
tersebut.
c. Penilaian akhir tahun adalah kegiatan yang dilakukan oleh satuan pendidikan pada akhir
semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir
semester genap pada satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket. Cakupan
materi pada penilaian akhir tahun meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan
KD pada semester genap saja, atau seluruh indikator yang merepresentasikan KD pada
semester ganjil dan semester genap pada tingkatan kelas yang sama.
d. Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) adalah kegiatan pengukuran capaian
kompetensi siswa terhadap standar kompetensi lulusan untuk mata pelajaran tertentu
dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan untuk memperoleh pengakuan atas
prestasi belajar.
e. Ujian Sekolah (US) adalah kegiatan pengukuran dan penilaian capaian kompetensi
siswa terhadap standar kompetensi lulusan untuk mata pelajaran yang tidak diujikan
dalam USBN. Ujian Sekolah dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh
pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari
satuan pendidikan. Pelaksanaannya diatur dalam POS Ujian Sekolah dan POS Ujian
Sekolah Berstandar Nasional.
116
f. Melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada dinas pendidikan
provinsi/kabupaten/kota.
g. Menentukan kriteria kelulusan ujian sekolah dan kriteria kelulusan dari satuan
pendidikan melalui rapat dewan guru.
h. Menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan satuan pendidikan.
i. Menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan melalui rapat dewan guru
sesuai dengan kriteria minimal sebagai berikut:
1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran.
2) Memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik.
3) Lulus ujian sekolah dan ujian sekolah berstandar nasional.
4) Menerbitkan ijazah setiap peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan
Penilaian akhir yang dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester dan/atau akhir tahun, sedangkan
ujian sekolah adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta
didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.
Cakupan penilaian akhir semester adalah seluruh indikator yang merepresentasikan KD pada
semester ganjil, sedangkan cakupan materi pada penilaian akhir tahun meliputi seluruh
indikator yang merepresentasikan KD pada semester genap. Materi ujian sekolah meliputi KD
yang merepresentasikan pencapaian SKL.
Konsekuensi dari pembelajaran tuntas adalah tuntas atau belum tuntas. Bagi peserta
didik yang belum mencapai KKM maka dilakukan tindakan remedial dan bagi peserta didik
yang sudah mencapai atau melampaui ketuntasan belajar diberikan pengayaan. Pembelajaran
remedial dan pengayaan dilaksanakan untuk kompetensi pengetahuan dan keterampilan,
sedangkan sikap tidak ada remedial atau pengayaan namun merupakan penumbuh-
kembangan sikap, perilaku, dan pembinaan karakter setiap peserta didik.
Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, langkah berikutnya
adalah memberikan perlakuan berupa pembelajaran remedial. Bentuk-bentuk pelaksanaan
pembelajaran remedial dan pengayaan dapat dilakukan antara lain:
1). Remedial
118
Remedial merupakan program pembelajaran yang diperuntukkan bagi peserta didik
yang belum mencapai KKM dalam satu KD tertentu. Pembelajaran remedial diberikan segera
setelah peserta didik diketahui belum mencapai KKM. Pembelajaran remedial dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan/hak peserta didik. Dalam pembelajaran remedial, pendidik
membantu peserta didik untuk memahami kesulitan belajar yang dihadapi secara mandiri,
mengatasi kesulitan dengan memperbaiki sendiri cara belajar dan sikap belajarnya yang dapat
mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal. Dalam hal ini, penilaian merupakan
assessment as learning.
Metode yang digunakan pendidik dalam pembelajaran remedial juga dapat bervariasi
sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajar yang dialami peserta didik.
Tujuan pembelajaran juga dirumuskan sesuai dengan kesulitan yang dialami peserta didik.
Pada pelaksanaan pembelajaran remedial, media pembelajaran juga harus betul-betul
disiapkan pendidik agar dapat mempermudah peserta didik dalam memahami KD yang dirasa
sulit. Dalam hal ini, penilaian tersebut merupakan assessment for learning. Jadi remedial
bukan kegiatan tes ulang atau mengulang tes bagi peserta didik yang belum mencapai KKM
namun merupakan pembelajaran remedial ketika peserta didik teridentifikasi oleh pendidik
mengalami kesulitan terhadap penguasaan materi pada KD tertentu yang sedang berlangsung.
strategi pelaksanaan pembelajaran remedial yang dapat disesuaikan dengan jenis dan
tingkat kesulitan.
a) Pemberian bimbingan secara individu. Hal ini dilakukan apabila ada beberapa peserta
didik yang mengalami kesulitan yang berbeda-beda, sehingga memerlukan bimbingan
secara individual. Bimbingan yang diberikan disesuaikan dengan tingkat kesulitan
yang dialami oleh peserta didik. Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya
bimbingan perorangan. Dalam hal pembelajaran klasikal peserta didik tertentu
mengalami kesulitan, perlu dipilih alternatif tindak lanjut berupa pemberian
bimbingan secara individual/perorangan. Pemberian bimbingan perorangan
merupakan implikasi peran guru sebagai tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana
terdapat satu atau beberapa orang peserta didik yang belum berhasil mencapai
ketuntasan
b) Pemberian bimbingan secara kelompok. Hal ini dilakukan apabila dalam pembelajaran
klasikal ada beberapa peserta didik yang mengalami kesulitan sama.
c) Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pembelajaran
ulang dapat disampaikan dengan variasi cara penyajian dan penyederhanaan
tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau semua
peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar.
119
Guru perlu memberikan penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau
media yang lebih tepat.
d) Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka pelaksanaan remedial,
tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan
dalam mengerjakan tes ulang. Peserta didik perlu diberi pelatihan intensif untuk
membantu menguasai kompetensi yang ditetapkan.
e) Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas atau kakak kelas yang
memiliki kecepatan belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan
tutorial kepada rekan atau adik kelas yang mengalami kesulitan belajar. Melalui tutor
sebaya diharapkan hubungan antar peserta didik akan lebih akrab dan terbuka,
sehingga peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih mudah memahami
materi atau kompetensi yang harus dicapai.
2). Pengayaan
Pengayaan merupakan program pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik
yang telah mencapai dan/atau melampaui KKM. Fokus pengayaan adalah pendalaman dan
perluasan dari kompetensi yang dipelajari. Pengayaan biasanya diberikan segera setelah
peserta didik diketahui telah mencapai KKM berdasarkan hasil penilaian harian. Pembelajaran
pengayaan biasanya hanya diberikan satu kali, tidak berulang kali sebagaimana pembelajaran
remedial. Pembelajaran pengayaan umumnya tidak diakhiri dengan penilaian. Jadi dalam hal
ini berbeda perlakuannya dengan remedial. Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan
Pendidikan SMA Bentuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat dilakukan melalui:
a) Belajar kelompok, yaitu sekelompok peserta didik yang memiliki minat tertentu diberi
tugas untuk memecahkan permasalahan, membaca di perpustakaan terkait dengan KD
yang dipelajari pada jam pelajaran sekolah atau di luar jam pelajaran sekolah.
Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik berupa pemecahan masalah
nyata. Selain itu, secara kelompok peserta didik dapat diminta untuk menyelesaikan
sebuah proyek atau penelitian ilmiah.
b) Belajar mandiri, yaitu secara mandiri peserta didik belajar mengenai sesuatu yang
diminati, menjadi tutor bagi teman yang membutuhkan. Kegiatan pemecahan masalah
nyata, tugas proyek, ataupun penelitian ilmiah juga dapat dilakukan oleh peserta didik
secara mandiri jika kegiatan tersebut diminati secara individu.
c) Pembelajaran berbasis tema, yaitu pembelajatan terpadu yang memadukan kurikulum
di bawah tema besar sehingga peserta didik dapat mempelajari hubungan antara
berbagai disiplin ilmu. Melalui pembelajaran tematik dapat mengaitkan beberapa mata
pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik.
Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, peserta didik akan
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
G. KENAIKAN KELAS
Syarat dan Kriteria Kenaikan Kelas
121
Berdasarkan permendikbud No 53 tahun 2015 tentang penilaian. Kenaikan kelas
dilaksanakan pada setiap akhir tahun pelajaran. Kenaikan kelas mengacu pada hasil belajar
siswa pada semester genap dengan mempertimbangkan hasil belajar mereka pada semester
ganjil. Kriteria kenaikan kelas berdasarkan ketuntasan hasil belajar pada setiap mata
pelajaran, meliputi : sikap, pengetahuan maupun keterampilan. Ketuntasan belajar pada
kenaikan kelas adalah ketuntasan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Jika terdapat aspek
pengetahuan dan keterampilan, mata pelajaran yang tidak mencapai KKM pada semester
ganjil atau genap, maka:
1. Dihitung rerata nilai berdasarkan aspek mata pelajaran semester ganjil dan genap.
2. Nilai rerata setiap aspek dibandingkan dengan KKM pada mata pelajaran tersebut. Jika
hasil pada nilai rerata lebih dari nilai KKM, maka aspek mata pelajaran tersebut
dinyatakan TUNTAS, dan sebaliknya jika nilai rerata kurang dari nilai KKM, maka
aspek mata pelajaran tersebut dinyatakan BELUM TUNTAS. Selanjutnya jika rerata
kedua aspek tuntas dan nilai sikap baik maka mata pelajaran tersebut dikatakan
TUNTAS, dan sebaliknya minimal 1 (satu) aspek tidak tuntas maka mata pelajaran
tersebut dikatakan BELUM TUNTAS.
3. Kriteria kenaikan kelas pada satuan pendidikan yang menggunakan Sistem Paket.
Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran dalam (dua) semester pada tahun
pelajaran yang diikuti.
2. Predikat sikap minimal BAIK yaitu memenuhi indikator kompetensi sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan oleh satuan pendidikan.
3. Predikat kegiatan ekstrakurikuler wajib pendidikan kepramukaan minimal BAIK sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan oleh satuan pendidikan.
4. Tidak memiliki lebih dari 2 (dua) mata pelajaran yang masing-masing nilai pengetahuan
dan/atau keterampilan di bawah KKM dengan KKM 70 per mata pelajaran. Apabila ada
mata pelajaran yang tidak mencapai ketuntasan belajar pada semester ganjil dan/atau
semester genap, nilai akhir diambil dari rerata semester ganjil dan genap pada mata
pelajaran yang sama pada tahun pelajaran tersebut
5. Peserta didik dinyatakan tidak naik ke kelas yang lebih tinggi jika ketidakhadiran tanpa
keterangan (alpa) lebih atau sama dengan 10 % dari hari efektif pembelajaran dalam
satu tahun pelajaran (21 hari).
123
d. Kesimpulan : jumlah mata pelajaran yang tidak tuntas adalah 3 (tiga) yaitu Bahasa
Indonesia, Matematika, dan PJOK. Nilai aspek Sikap adalah Baik, maka peserta
didik yang bersangkutan diputuskan TIDAK NAIK KELAS.
Catatan:
Keputusan kenaikan kelas bagi peserta didik dilakukan berdasarkan hasil rapat pleno
dewan guru dengan mempertimbangkan kebijakan satuan pendidikan,
Kriteria kenaikan kelas dari satuan pendidikan harus tersurat dalam dokumen KTSP.
Lembar kriteria kenaikan kelas dilampirkan pada rapor peserta didik.
H. KELULUSAN
1. Kriteria kelulusan
Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 jo PP 32/2013 Pasal 72 Ayat (1), peserta didik
dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah :
1. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
2. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan
kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani,
olahraga, dan kesehatan;
3. Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi; dan lulus Ujian Nasional.
4. Dalam pelaksanaan Ujian Sekolah, satuan pendidikan wajib membuat Prosedur
Operasional Standar (POS) sebagai rujukan teknis dalam pelaksanaan Ujian Sekolah.
Tujuan penyusunan POS untuk mengorganisasikan pelaksanaan Ujian Sekolah yang
efektif dan profesional, mewujudkan pelayanan yang berkualitas, memuaskan,
transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan.
5. Berikut dijelaskan kriteria kelulusan Ujian Sekolah dan Ujian Sekolah Berstandar
Nasional serta kriteria kelulusan dari Satuan Pendidikan.
6. Kriteria Kelulusan Ujian Sekolah dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional.
7. Mengikuti Ujian Nasional.
8. Pembulatan Nilai Sekolah yang merupakan gabungan dari nilai Ujian Sekolah dan nilai
rata-rata raport dinyatakan dalam rentang 0 sampai dengan 100 dengan ketelitian satu
angka dibelakang koma.
124
9. Peserta didik dinyatakan lulus Ujian Sekolah (US) dan Ujian Sekolah Berstandar
Nasional (USBN) apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Kelulusan US dan USBN ditentukan berdasarkan nilai Ujian Sekolah (NUS).
b. Peserta didik dinyatakan lulus apabila rata-rata Nilai Sekolah mencapai paling
rendah 55. Dengan pembobotan Nilai Sekolah adalah 60% rata-rata nilai raport
semester I - VI dan 40% Ujian Sekolah.
10. Kelulusan peserta didik dari SMA ditetapkan oleh setiap Satuan Pendidikan yang
bersangkutan melalui rapat dewan guru
3. Target kelulusan
Untuk tahun pelajaran 2019/2020 sekolah mentargetkan peserta didik lulus 100 %.
2. Mutasi Keluar
Sekolah memberikan hak bagi peserta didik yang pindah ke sekolah lain karena suatu
sebab dengan syarat :
a. Atas permintaan orang tua/wali murid.
b. Yang bersangkutan sudah memperoleh surat persetujuan menerima dari sekolah yang
dituju.
c. Memenuhi administrasi mutasi termasuk tanggungan beaya operasional yang harus
dilunasi dan surat keterangan dari petugas perpustakaan sudah (bebas) mengembalikan
buku perpustakaan yang dipinjam.
126
J. PENUMBUHAN KARAKTER
Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti
(kekuatan batin, karakter), pikiran (intelectual) dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh
dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita. Demikian
dinyatakan oleh Ki Hajar Dewantara. Oleh karena itu, transformasi pendidikan nasional
Indonesia harus menempatkan karakter sebagai ruh atau dimensi terdalam pendidikan
nasional berdampingan dengan intelektualitas yang tercermin dalam kompetensi yang dapat
diwujudkan. Dengan karakter yang kuat-tangguh beserta kompetensi yang tinggi, yang
dihasilkan oleh pendidikan yang baik, berbagai kebutuhan, tantangan, dan tuntutan baru dapat
dipenuhi atau diatasi. Oleh karena itu, selain pengembangan intelektualitas, pengembangan
karakter peserta didik sangatlah penting, oleh karenanya pendidikan harus menempatkan
potensi-potensi intelektual dan karakter peserta didik sebagai tujuan.
Demikian juga laporan Delors untuk pendidikan abad XXI, sebagaimana tercantum
dalam buku Pembelajaran : “Harta karun di dalamnya”, menegaskan bahwa pendidikan abad
XXI bersandar pada lima tiang pembelajaran sejagat (five pillars of learning), yaitu : learning
to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be serta learning to
transform for oneself and society.
Selain itu, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional telah menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab”.
127
damai dengan pemeluk agama lain. Nilai karakter religius ini, meliputi tiga dimensi
relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan
individu dengan alam semesta (lingkungan).
b. Nasionalis; Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat
yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Sub-nilai
nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya
bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan,taat
hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku,dan agama.
c. Mandiri, Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada
orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan
harapan, mimpi dan cita-cita. Sub-nilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras),
tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi
pembelajar sepanjang hayat.
d. Gotong Royong, Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai
semangat kerjasama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin
komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/ pertolongan pada orang-orang yang
membutuhkan. Sub-nilai gotong royong antara lain menghargai, kerjasama, inklusif,
komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, solidaritas,
empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.
e. Integritas, Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai.
129
mengerahkan sumber daya yang dapat disediakan oleh sekolah serta pemangku
kepentingan pendidikan.
d. Penilaian
Penilaian dilakukan pada tingkat pendidik dan evaluasi dilakukan pada tingkat satuan
pendidikan dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian sikap dan keterampilan.
K. PENGEMBANGAN LITERASI
1. Ketentuan Umum Pengembangan Literasi di Sekolah
Literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang di dalamnya,
meliputi kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih dari itu, makna literasi juga
130
mencakup melek visual yang artinya "kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide
yang disampaikan secara visual, melalui : adegan, video dan gambar (Wikipedia). Dengan
demikian melek membaca dan menulis dapat dikatakan menjadi ruh pada gerakan literasi di
sekolah. Pengembangan lebih lanjut, sekolah wajib memfasilitasi siswa untuk meningkatkan
melek budaya, tata nilai, lingkungan, maupun peradaban secara luas.
Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS (Gerakan Literasi Sekolah) adalah
kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui
berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara.
GLS merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah
sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan
publik.
Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembuda- yaan ekosistem
literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi
pembelajar sepanjang hayat.
Tujuan Khusus
1. Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah.
2. Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.
3. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak,
sehingga warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
4. Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan
mewadahi berbagai strategi membaca.
131
perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki
pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan,
penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah.
3. Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk
media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, media
televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya.
4. Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan memahami kelengkapan
yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software),
serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya, kemampuan dalam
memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet.
Dalam praktiknya, juga pemahaman menggunakan komputer (Computer Literacy) yang
di dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan komputer, menyimpan dan
mengelola data, serta mengoperasikan program perangkat lunak. Sejalan dengan
membanjirnya informasi karena perkembangan teknologi saat ini, diperlukan
pemahaman yang baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat.
5. Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi media
dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan
memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara kritis dan bermartabat. Tafsir
terhadap materi visual yang tidak terbendung, baik dalam bentuk cetak, auditori,
maupun digital (perpaduan ketiganya disebut teks multimodal), perlu dikelola dengan
baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benar- benar
perlu disaring berdasarkan etika dan kepatutan.
132
Instrumen evaluasi keterlaksanaan dan ketercapaian target program perlu disiapkan
sekolah, saat program disusun atau sebelum program dilaksanakan.
Pentahapan Kegiatan
133
o guru memberi tugas siswa belajar di perpustakaan.
o siswa mencari bahan bacaan sendiri.
o guru menugaskan siswa menganalisis dan merumuskan resume
o meningkatkan daya baca siswa dengan dukungan buku, e-book, dan teknologi
digital
b) Kegiatan Pengembangan
Tahap pengembangan merupakan kelanjutan dari tahap pembiasaan, di mana sekolah
mengagendakan berbagai kegiatan seperti pada contoh berikut:
Mengasah kemampuan peserta didik dalam menanggapi buku pengayaan secara lisan
dan tulisan dalam diskusi
Membangun interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dalam agenda khusus
presentasi buku.
Mengasah kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis, analitis, kreatif, dan
inovatif; seperti lomba menulis risensi atau menyajikan kritik buku.
Mendorong peserta didik untuk selalu mencari keterkaitan antara buku dalam kegiatan
pengenalan alam sekitarnya.
Lomba menyajikan jurnal membaca buku.
c) Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan literasi pembelajaran dilakukan dengan mengembangkan pengalaman belajar
siswa, baik yang dilakukan dalam proses pembelajaran maupun kegiatan mandiri. Kegiatan
pembelajaran ini bertujuan :
Mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkannya dengan
pengalaman pribadi sehingga terbentuk pribadi pembelajar sepanjang hayat;
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis; dan
Mengolah dan mengelola kemampuan komunikasi secara kreatif (verbal, tulisan,
visual, digital) melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan dan buku pelajaran.
Contoh kegiatan literasi yang diintegrasikan dalam pembelajaran:
Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan
membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama, dan/atau
membaca terpandu diikuti kegiatan lain dengan tagihan non-akademik atau akademik.
Kegiatan literasi dalam pembelajaran dengan tagihan akademik.
134
Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua mata pelajaran
(misalnya, dengan menggunakan graphic organizers).
Menggunakan lingkungan fisik, sosial dan afektif, dan akademik disertai beragam
bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya literasi, di luar buku teks pelajaran
untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran.
Penulisan biografi siswa-siswa dalam satu kelas sebagai proyek kelas.
Aplikasi teknologi dalam pembelajaran.
Pemanfaatan jejaring dalam kegiatan kolaborasi antar siswa dalam satuan pendidikan
dan antarsatuan pendidikan.
2) Pelaksanaan
No Komponen Kegiatan Pelaksanaan Tanggal
1. Pelaksana Kegiatan dan 1. Rapat pembahasan Program tgl.
Jadwal 2. Implementasi Kegiatan Pembiasan
tgl
3. Implementasi Pembelajaran
4. Evaluasi Kegiatan
2. Jurnal Kegiatan Uraian
Diisi dengan catatan dan bukti fisik kegiatan
3) Evaluasi Kegiatan
135
1. Evaluasi pelaksanaan Pelaksanaan Evaluasi dilakukan secara berkala dan
disampakan keforum dewan guru dalam rapat
evaluasi program.
2. Evaluasi Pencapaian Terlampir
J. INSTRUMEN EVALUASI
Evaluasi kegiatan literasi mencakup keterlaksanaan program dan keberhasilan program.
Indikator pencapaian tujuan yang terukur menjadi dasar perumusan instrumen. Target program
pada tiap satuan pendidikan mencerminkan karakteristik keunggulan satuan pendidikan.
Keterlaksanaan/
Pencapaian
No. Indikator
Ya Tidak
1) Evaluasi Keterlaksanan
a Sekolah membaharui bacaan siswa secara berkala.
b Sekolah menyediakan akses internet pendukung pembelajaran
c Sekolah menyediakan e-book.
d Guru melaksanakan pembiasaan membaca
e Guru memberikan peluang membaca di awal pembelajaran
f Mencapai target seluruh siswa mem-biasakan membaca.
g Guru meningkatkan potensi siswa meng-gunakan TIK dalam
pembelajaran
2) Evaluasi Pencapaian Hasil
h Siswa merumuskan resume materi yang dibaca di
perpustakaan.
i Lima % siswa yang menunjukan kompetensi yang
berkeunggulan, sehingga dapat
L. PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN
Menjelaskan bagaimana bentuk pendidikan kewirausahaan dikembangkan di sekolah,
(dapat dilakukan dengan penanaman nilai-nilai kewirausahaan melalui integrasi berbagai
kegiatan sekolah, maupun kegiatan riil praktik wira usaha.
1. Sekolah melakukan analisis internal sekolah dan dukungan lingkungan (eksternal
sekolah) untuk memperoleh jenis kewirausahaan yang sesuai untuk dilaksanakan.
2. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dipadukan pada mata pelajaran Prakarya
dan Kewirausahaan, dengan mengambil Kompetensi Dasar pada Kewirausahaan yang
sesuai dengan hasil analisis.
136
3. Dapat diwujudkan dalam kegiatan, misalnya Pameran seni. (lihat Panduan Pelaksanaan
Kewirausahaan di SMA).
M. BIMBINGAN KONSELING
1. Konsep Bimbingan Konseling
Bimbingan dan Konseling diatur dalam Permendikbub Nomor 111 Tahun 2014.
Bimbingan dan Konseling mencakup 4 program layanan dan 4 bidang layanan BK.
Sebagaimana diisyaratkan dalam Pasal 6 ayat 1 yang menyebutkan bahwa: “Komponen
layanan Bimbingan dan Konseling memiliki 4 (empat) program yang mencakup: 1) layanan
dasar; 2) layanan peminatan dan perencanaan individual; 3) layanan responsif; dan 4) layanan
dukungan sistem”.Melihat keempat komponen layanan yang dimaksud dalam pasal tersebut,
di sini tampak jelas bahwa konsep dan kerangka kerja layanan Bimbingan dan Konseling
yang dikehendaki oleh peraturan ini adalah Pola Bimbingan dan Konseling Komprehensif,
sebagaimana digagas oleh Gysber, dkk dan telah digunakan di berbagai negara lain.
Komponen layanan BK dituangkan dalam program tahunan dan semester dengan
mempertimbangkan komposisi, proporsi, dan alokasi waktu layanan di dalam dan di luar
kelas. Layanan BK di dalam kelas dengan beban belajar 2 jam per minggu. Layanan BK di
luar kelas, setiap kegiatan disetarakan dengan beban belajar 2 jam per minggu.
Peserta didik kini berada dalam situasi kehidupan yang kompleks, penuh dengan
tekanan, paradoks dan ketidakmenentuan sehingga memerlukan kompetensi hidup agar
berkembang secara efektif, produktif, bermartabat serta bermaslahat bagi diri sendiri dan
lingkungannya.
Layanan Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis,
berkelanjutan, dan terprogram oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling untuk
memfasilitasi siswa/konseli mencapai kemandirian sehingga mampu, memahami, menerima,
mengarahkan, mengambil keputusan, dan merealisasikan diri secara bertanggung jawab untuk
mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidupnya.
Dalam implementasi kurikulum 2013, program BK dilaksanakan oleh guru bimbingan
dan konseling sesuai dengan tugas pokoknya dalam upaya membantu tercapainya tujuan
pendidikan nasional, dan khususnya membantu siswa/konseli mencapai perkembangan diri
yang optimal, mandiri, sukses, sejahtera dan bahagia dalam kehidupannya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan kolaborasi dan sinergitas kerja antarguru
bimbingan dan konseling, guru mata pelajaran, pimpinan sekolah/madrasah, staf administrasi,
137
orang tua, dan pihak yang dapat membantu kelancaran proses dan pengembangan peserta
didik/konseli secara utuh dan optimal dalam bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir.
3. Komponen Program BK
a. Program layanan Bimbingan dan Konseling
Program Layanan dalam kelas maupun di luar kelas yang dirumuskan dalam bentuk
program tahunan dan program semester meliputi kegiatan:
1) Layanan dasar (guidance curriculum) merupakan layanan penyiapan pengalaman
terstruktur dan sistematis agar dapat menyesuaikan diri dengan tugas-tugas
perkembangan secara alamiah dan normal.
2) Layanan peminatan perencanaan individual agar peserta didik belajar sesuai dengan
minatnya dan mengikuti proses sistematik untuk merencanakan masa depannya.
3) Layanan responsif, merupakan pemberi bantuan dalam menghadap masalah dalam
proses.
b. Bidang layanan;
1) BK Pribadi meliputi pemahaman diri, keselarasan perkembangan, cipta rasa, karsa;
kedewasaan, aktualisasi diri, dan tanggung jawab.
2) BK Sosial untuk memahami interaksi sosial yang positif, keterampilan berinteraksi,
dan mangatasi masalah dalam hubungan sosial.
3) BK Belajar merupakan bantuan untuk mengenali potensi diri, sikap dan keterampilan
belajar, keterampilan merencanakan pendidikan, kesiapan mental menghadapi ujian
sehingga mendapat hasil belajar yang optimal.
4) BK Karir merupakan bimbingan untuk mengalami pertumbuhan, perkembangan,
eksplorsi, aspirasi dan pengambilan keputusan karir secara rasional dan realistis.
4. Struktur Program
Program layanan meliputi program tahunan dan program semesteran dengan
mempertimbangkan komonen program berikut:
a. Rasional
b. Visi dan misi
c. Deskripsi Kebutuhan
d. Tujuan
139
e. Komponen Program
f. Bidang Layanan
g. Recana Kegiatan
h. Tema/Topik
i. Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling
j. Evaluasi, Pelaporan, dan Tindak Lanjut
k. Rencana Anggaran
N. EKSTRAKURIKULER
Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik
di luar jam kegiatan intrakurikuler atau kegiatan kokurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler wajib
adalah Kegiatan Ekstrakurikuler yang wajib diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan
wajib diikuti oleh seluruh peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler pilihan adalah Kegiatan
Ekstrakurikuler yang dapat dikembangkan dan diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan
dapat diikuti oleh peserta didik sesuai bakat dan minatnya masing-masing.
140
Penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler bertujuan bertujuan untuk mengembangkan
potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik
secara optimal dalam mendukung pencapaian tujuan pendidikan.
141
1) Tujuan Model Blok
Pelaksanaan pendidikan model blok bertujuan :
a) Meningkatnya pemahaman siswa tentang pendidikan kepramukaan sebagai proses
yang menyenangkan dan menantang dengan menambah wawasan tentang
keterampilan yang akan mereka kuasai dalam latihan selama satu tahun pelajaran.
b) Meningkatnya kompetensi (sikap dan keterampilan) peserta didik yang sejalan
dengan materi yang dipelajari dalam kegiatan tatap muka yang diadaptasi dengan
tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, melalui:
- Aplikasi Dwi Satya dan Dwi Darma bagi peserta didik usia Siaga,
- Aplikasi Tri Satya dan Dasa Darma khususnya Darma ke-1 dan Darma ke-2
bagi peserta didik usia Penggalang dan Penegak.(sekolah akan
mengembangkankegiatan sesuai dengan kebutuhan peningkatan keterampilan
dan pematangan sikap secara berkelanjutan).
4) Jadwal Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan model blok menggunakan waktu 36 jam tatap muka sebagai
Kursus Orientasi Pendidikan Kepramukaan bagi peserta didik sesuai tingkat kelas dan
usianya. Materi kegiatan sekolah siapkan khusus dengan mengintegrasikan rencana kegiatan
tahunan kegiatan keprmukaan, materi kepramukaan, dan kecakapan berkolaborasi dalam kelas
142
maupun di luar kelas dalam meningkatkan pematangan sikap dan meningkatkan keterampilan
belajar siswa sebgai bagian diri indikator pencapaian visi sekolah.
Pelaksana kegiatan adalah tim pelaksana yang ditentukan berdasarkan Surat
Keputusan Kepala Sekolah dengan mengkolaborasikan Pembina Pramuka, tim Pembina
Kesiswaan, dan Guru Mata Pelajaran yang relevan dengan rencana aktivitas latihan kegiatan
aktualisasi.
Program kegiatan disusun dalam bentuk proposal kegiatan yang dirumuskan oleh
panitia pelaksana dan disahkan oleh kepala sekolah. Biaya pelaksanaan kegiatan berasal dari
anggaran sekolah yang relevan serta sumbangan dari pihak lain yang tidak bertentangan
dengan aturan yang berlaku.
Dalam kegiatan blok siswa tidak wajib menggunakan atribut pramuka. Namun
demikian, jika sebelumnya siswa telah memiliki atribut dan seragam pramuka, maka kediatan
dapat dilaksanakan dengan menggunakan atribut kepramukaan.
5) Sistem Penilaian
Penilaian model blok dilakukan terhadap proses kegiatan dan hasil kegiatan sesuai
dengan indikator keberhasilan yang diharapkan dalam program kegiatan. Penilaian kegiatan
menjadi input kepada satuan pendidikan untuk perbaikan proses. Penilaian hasil belajar siswa
disesuaikan dengan materi yang dipelajari. Hasil penilaian hasil belajar disampaikan kepada
mata pelajaran yang relevan.
6) Evaluasi dan Laporan
Pengelola kegiatan model blok seusai melaksanakan kegiatan melakukan evaluasi dan
menyusun laporan. Evaluasi kegiatan meliputi pemenuhan dalam proses pelaksanaan kegaitan
dan mengukur pemenuhan tujuan. Evaluasi dilakukandengan menggunakan perangkat
instrumen yang dibuat khusus untuk keperluan pengukuran keterwujudan proses dan
ketercapaian tujuan.
b. Model Aktualisasi
Penyelenggaraan pendidikan kepramukaan melalui ekstrakurikuler pada satuan
pendidikan dengan menerapkan sistem Aktualisasi adalah bentuk kegiatan pendidikan
kepramukaan yang dilaksanakan dengan mengaktualisasikan kompetensi dasar mata pelajaran
yang relevan dengan metode dan prinsip dasar kepramukaan.
Sistem penyelenggaraan pendidikan kepramukaan sistem Aktualisasi dilakukan
dengan mengaktualisasikan kompetensi dasar mata pelajaran yang relevan. Oleh karena itu
pendidik harus terlebih dahulu melakukan pemetaan terhadap kompetensi dasar mata
pelajaran yang relevan untuk dapat diaktualisasikan dalam kegiatan pendidikan kepramukaan.
Pendidik yang menyampaikan materi pada sistem ini, sekurang-kurangnya telah mengikuti
143
Orientasi Pendidikan Kepramukaan (OPK), dan satuan pendidikan telah memiliki sarana dan
prasarana yang mendukung pelaksanaan kegiatan.Aktivitas Sistem Aktualisasi :
1) Dilaksanakan setiap satu minggu satu kali.
2) Setiap satu kali kegiatan dilaksanakan selama 120 menit.
3) Kegiatan sistem Aktualisasi merupakan kegiatan Latihan Ekstrakurikuler Pramuka.
4) Pembina kegiatan dilakukan oleh Guru Kelas /Guru Mata pelajaran selaku
pembantu Pembina (Instruktur Muda/Instruktur Pramuka)
Tujuan pelaksanaan pendidikan kepramukaan melalui ekstrakurikuler system
Aktualisasi adalah:
1) Pengenalan pendidikan kepramukaan yang menyenangkan dan menantang kepada
seluruh peserta didik.
2) Media Aktualisasi kompetensi dasar mata pelajaran yang relevan dengan metode
dan prinsip dasar kepramukaan. 3) Meningkatkan kompetensi (nilai-nilai dan
keterampilan) peserta didik yang sejalan dan sesuai dengan tuntutan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, melalui Aplikasi Dwi Satya dan Dwi Darma bagi
peserta didik usia Siaga, dan Aplikasi Tri Satya dan Dasa Darma bagi peserta didik
usia Penggalang, dan Penegak
144
ii. Pembina
Pembina dalam kegiatan aktualisasi adalah tenaga pendidik yang sekurang-kurangnya
telah mengikuti Orientasi Pendidikan Kepramukaan (OPK) Kursus Mahir Dasar (KMD).
Tujuan pelaksanaan pendidikan ekstrakurikuler wajib model aktualisasi adalah:
a) Meningkatnya pemahaman peserta didik tentang pendidikan Kepramukaan yang
menyenangkan dan menantang.
b) Meningkatnya keterampilan peserta didik dalam mengaktualisasikan kompetensi dasar
mata pelajaran yang relevan dengan metode dan prinsip dasar Pendidikan
Kepramukaan sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya pada masa kini dan
masa depannya.
c) Meningkatkan kompetensi (mengejewantahkan nilai-nilai dalam sikap dan
keterampilan) peserta didik sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, pada
- Penerapan Dwisatya dan Dwidarma bagi peserta didik usia Siaga,
- Penerapan Trisatya dan Dasadarma bagi peserta didik usia Penggalang, dan
Penegak.
iv. Penilaian
Penilaian proses dan hasil pencapaian kompetensi adalah tanggung jawab Pembina.
Adapun penilaian meliputi penilaian sikap dan keterampilan. Hasil penilaian disampaikan
kepada guru mata pelajaran yang relevan dengan materi yang menjadi bahan yang
diaktualisasikan siswa.
145
c. Model Reguler
Pelaksanaan kegiatan model reguler adalah kegiatan kepramukaan yang diatur
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Kepramukaan. Keikutsertaan dalam
kegiatan bersifat sukarela. Jika dalam kegiatan Blok dan Aktualisasi wajib diikuti oleh seluruh
siswa, maka dalam kegiatan reguler hanya siswa yang berminat saja yang mengikutinya dan
mereka tergabung dalam kegiatan Gugus Depan
Penyelenggaraan pendidikan kepramukaan melalui ekstrakurikuler pada satuan
pendidikan dengan menerapkan sistem reguler adalah bentuk kegiatan pendidikan
kepramukaan yang dilaksanakan pada Gugus depan (Gudep) yang ada di satuan pendidikan
dan merupakan kegiatan pendidikan kepramukaan secara utuh. Oleh karena itu apabila satuan
pendidikan memilih sistem reguler dan belum memiliki Gudep, maka harus terlebih dahulu
menyiapkan sistem pengelolaan pendidikan kepramukaan melalui Gudep.Aktivitas Sistem
Reguler:
1) Bersifat sukarela sesuai dengan bakat dan minat peserta didik;
2) Setiap satu kali kegiatan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran;
3) Dilaksanakan setiap satu minggu satu kali;
4) Sepenuhnya dikelola oleh Gugus Depan Pramuka pada satuan atau gugus satuan
pendidikan; dan
5) Pembina kegiatan adalah Guru Kelas/Guru Mata pelajaran selaku Pembina
Pramuka dan/atau Pembina Pramuka serta dapat dibantu oleh Pembantu Pembina
(Instruktur Muda/Instruktur Pramuka) yang telah mengikuti Kursus Mahir Dasar
(KMD).
Tujuan pelaksanaan pendidikan kepramukaan melalui ekstrakurikuler sistem reguler
adalah meningkatkan kompetensi (nilai-nilai dan keterampilan) peserta didik yang sejalan dan
sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memiliki minat
dan ketertarikan sebagai anggota pramuka, melalui: aplikasi Dwi Satya dan Dwi Darma bagi
peserta didik usia Siaga, dan aplikasi Tri Satya dan Dasa Darma bagi peserta didik usia
Penggalang dan Penegak.
2. Ekstrakurikuler Pilihan
Kegiatan Ekstrakurikuler diatur dalam Permendikbud Nomor 62 Tahun 2014.
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pengembangan diri.
Pengembangan diri bukan merupakan suatu pelajaran yang harus diasuh oleh tenaga
pendidik. Pengembangan diri bertujuan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat setiap
146
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,
bakat dan minat setiap peserta didik yangs sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan
pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, tenaga pendidik atau tenaga
kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
Sistem penilaian ekstrakurikuler berdasarkan pada absen kehadiran peserta didik dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Jika kehadiran 60 % s.d 70 % tatap muka dalam satu semester nilai CUKUP (C).
b. Jika kehadiran 71 % s.d 85 % tatap muka dalam satu semester nilai BAIK (B).
c. Jika kehadiran 86 % s.d 100 % tatap muka dalam satu semester nilai AMAT BAIK (A).
147
4. Kegiatan Ilmiah, misalnya : Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan
keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian, kelompok pencinta teknologi informasi
dan komunikasi, rekayasa, majalah dinding dan lainnya.
5. Kegiatan kebahasaan, misalnya : kolaborasi internasional, majalah didinding,
kemampuan berkarya sastra, musikalisasi puisi, penguatan berbahasa asing, dan lainnya.
6. Manajemen UKS, Kantin, Dewan Pengurus Masjid, dan lain sebagainya.
7. Pengembangan Prestasi, misalnya : kegiatan cerdas cemat, olimpade, debat bahasa
Inggris, dan lainnya.
8. Pengembangan Cinta Tanah Air, misalnya : Kepemimpinan dan kolaborasi lintas kelas
dan satuan pendidikan, dan lintas nusa.
9. Pengembangan keterampilan; rekayasa web, pemrograman, olimpiade TIK.
Untuk mengembangkan tata kelola yang efektif satuan pedidikan wajib memiliki
dokumen perencanaan, pelaksanaan, penilaian, evaluasi, dan laporan.
b. Perencanaan
Perencanaan sistem blok dilakukan sebelum pelaksanaan penerimaan siswa baru.
Komponen perencanaan meliputi :
1) Nama Kegiatan
2) Tujuan penyelenggaraan kegiatan
3) Indikator keberhasilan.
4) Deskripsi keberhasilan tahun sebelumnya.
5) Rumusan masalah yang dihadapi dalam mewujudkan tujuan
6) Strategi Pelaksanaan Kegiatan
7) Materi pelatihan diurai secara ringkas.
8) Susunan pembina dan uraian tugas
9) Tempat pelatihan
10) Jadwal Pelatihan
11) Tata tertib pelaksanaan kegiatan
12) Anggaran.
13) Instrumen Evaluasi Kegiatan
148
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan menggunakan waktu 60% dari kegiatan tatap muka. Kegiatan
diarahkan untuk mengembangkan kompetensi yang diharapkan serta disesuaikan dengan visi-
misi- dan tujuan sekolah. Pelaksana kegiatan adalah tim pelaksana yang ditentukan
berdasarkan Surat Keputusan Kepala Sekolah dengan. Kegiatan dibuktikan dengan dokumen
catatan kegiatan atau jurnal, data kehadiran pembina, dan kehadiran peserta didik.
d. Penilaian
Penilaian ekstrakurikuler dilakukan terhadap proses kegiatan dan hasil kegiatan sesuai
dengan indikator keberhasilan yang diharapkan dalam program kegiatan. Penilaian kegiatan
menjadi input bagi satuan pendidikan untuk perbaikan proses. Penilaian hasil belajar siswa
disesuaikan dengan materi yang dipelajari. Hasil penilaian hasil belajar disampaikan kepada
mata pelajaran yang relevan.
149
kemampuan akademik, penelitian,
kelompok pencinta teknologi informasi dan
komu-nikasi, rekayasa.
5 Bahasa sastra
Debat berbahasa Indonesia Debat berbahasa asing
Menulis Karya Sastra Musikalisasi Puisi Drama
Kerja sama internasi-onal berbasis bahasa Ing-
gris.
6 Manajemen Masjid UKS Kantin Toilet Kebun Taman.
7 Keterampilan Literasi Membaca/Bedah Buku, Reka-yasa program TIK,
Olimpiade TIK, Pengembangan WEB
Pengembangan Bisnis On Line.
8 Pengembangan Prestasi Lomba karya ilmiah, Lomba debat, Cerdas
Cermat, Olim-piade.
9 Kepemimpinan Latihan dasar kepemimpinan (LDK), Kolaborasi
lintas sekolah..
Secara umum Guru TIK mendapatkan tugas dan tanggung dalam memfasilitasi sekolah:
1) menyusun rancangan pelaksanaan layanan dan bimbingan TIK;
2) melaksanakan layanan dan bimbingan TIK per tahun;
3) menyusun alat ukur/lembar kerja program layanan dan bimbingan TIK;
4) mengevaluasi proses dan hasil layanan dan bimbingan TIK;
5) menganalisis hasil layanan dan bimbingan TIK;
6) melaksanakan tindak lanjut hasil evaluasi dengan memperbaiki layanan dan
bimbingan TIK;
7) menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar
tingkat sekolah dan nasional;
8) membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler;
9) membimbing guru dalam penggunaan TIK;
10) membimbing tenaga kependidikan dalam penggunaan TIK;
11) melaksanakan pengembangan diri; dan
12) melaksanakan publikasi ilmiah dan/atau membuat karya inovatif.
Dalam melaksanakan tugas membimbing guru dan tenaga kependidikan, guru TIK
mengemban tugas berikut:
1) Memberikan palayanan kepada pendidik:
a) Mengembangkan sumber belajar dan media pembelajaran;
b) Mempersiapkan pembelajaran;
c) Memfasilitasi proses pembelajaran;
d) Memfasilitasi penilaian pembelajaran; dan
151
e) Memfasilitasi pelaporan hasil belajar.
2) Memfasilitasi tenaga kependidikan dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas
sistem manajemen sekolah.
Penugasan ini menunjukkan adanya peningkatan tanggung jawab guru TIK tidak
hanya meningkatkan keterampilan siswa, namun berkembang dalam meningkatkan
keterampilan guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Perencanaan dan perancangan deskripsi tugas guru TIK dilaksanakan pada setiap awal
tahun pelajaran agar sinergis dengan kegiatan lainnya dalam pelaksanaan program
pembelajaran dan pengelolaan sekolah. Model deskripsi uraian tugas guru TIK yang akan
digunakannya sebagai dasar penyusunan program seperti contoh di bawah ini.
Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan
secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta untuk mengurangi kegagalan
peserta didik dalam belajar, strategi belajar tuntas menganut pendekatan individual, dalam arti
meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi
mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikian rupa
sehingga dengan penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi
masing-masing peserta didik secara optimal. Dasar pemikiran dari belajar tuntas dengan
pendekatan individual ialah adanya pengakuan tehadap perbedaan individual masing-masing
peserta didik.
Untuk mencapai ketuntasan ideal sekolah mengoptimalkan peran guru dalam hal-hal berikut :
a. Menjabarkan/memecah KD (KompetensiDasar) ke dalam satuan-satuan (unit-unit)
b. yang lebih kecil dengan memperhatikan pengetahuan prasaratnya.
c. Mengembangkan indikator berdasarkan KI/KD.
d. Menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk yang bervariasi.
e. Memonitor seluruh pekerjaan peserta didik.
f. Menilai perkembangan peserta didik dalam mencapai kompetensi
g. (pengetahuan, keterampilan, dan sikap).
h. Menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi peserta didik yang
mengalami kesulitan.
Kenaikan Kelas di SMAN Grujugan ditentukan antara lain dengan penilaian. Penilaian setiap
mata pelajaran meliputi kompetensi pengetahuan, kompetensi ketrampilan, dan kompetensi
sikap. Kompetensi pengetahuan dan kompetensi ketrampilan menggunakan skala 0-100,
sedangkan kompetensi sikap menggunakan skala sangat (SB), Baik (B), Cukup (C), dan
kurang (K).
152
O. PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP
Pendidikan Kecakapan hidup yang dikembangkan di sekolah SMAN Grujugan, telah
terintegrasi dalam setiap kegiatan pembelajaran untuk setiap kegiatan pembelajaran untuk
seluruh mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri baik layanan BK maupun
kegiatan ekstrakurikuler. Misalnya : Kegiatan membatik masuk dalam kewirausahaan,
Pembuatan telur asin, pembuatan tape masuk dalam pembelajaran biologi, Kegiatan tari yang
sudah dilaksanakan dalam pengembangan diri.
Selain itu juga dilakukan pembiasan yang meliputi kegiatan:
a. Upacara bendera setiap hari Senin, dan hari besar nasional.
b. Membaca Asmaul Husnah dan dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan
Indonesia Raya setiap awal pelajaran.
c. Peringatan hari besar keagamaan.
d. Kebersihan kelas dan lingkungan (Piket regu kerja, kebersihan bersama di setiap hari jumat
sebelum jam pelajaran).
e. Memulai dan mengakhiri pelajaran dengan doa bersama.
f. Membudayakan Salam, Salim,Sapa, Senyum dan Santun (5S) di lingkungan Sekolah.
g. Membudayakan tertib Waktu, tertib berpakaian, dan tertib belajar.
h. Membudayakan untuk berkunjung dan memanfaatkan perpustakaan sekolah
153