Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“TELAAH DAN STRATEGI PENERAPAN KURIKULUM PAI


TERHADAP HASIL BELAJAR”
Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Inovasi dan Literasi Kurikulum PAI
Dosen Pengampu: Dr. Mukh Nursikin, M. S. I., M. Pd.

Oleh:

IZZA LU’ATUSSILMI NURLAILI 12010220001


ANISA MUDRIKAH ZAIN 12010220015

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SALATIGA
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan landasan utama dalam pembentukan karakter dan
kepribadian seseorang. Salah satu mata pelajaran yang memiliki peran penting
dalam pembentukan nilai-nilai dan moral adalah Pendidikan Agama Islam (PAI).
PAI memiliki peran penting dalam menerapkan nilai-nilai agama, etika, dan moral
yang membentuk kepribadian individu. Sebagai mata pelajaran yang pokok, perlu
dipastikan bahwa kurikulum PAI dirancang dan diimplementasikan dengan
strategi yang tepat untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.
Perkembangan zaman, teknologi, dan perubahan sosial yang pesat telah
mempengaruhi pendekatan yang diperlukan dalam penerapan kurikulum PAI.
Strategi yang efektif dalam mengajarkan agama Islam kepada generasi muda yang
hidup di era digital perlu disesuaikan agar tetap relevan. Oleh karena itu, penting
untuk melakukan telaah yang komprehensif terhadap strategi penerapan kurikulum
PAI dalam rangka meningkatkan pemahaman siswa tentang agama Islam dan
dampaknya pada hasil belajar peserta didik.Dengan demikian, latar belakang
telaah ini sangat relevan dan dapat memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap peningkatan kualitas pendidikan agama Islam di Indonesia, sekaligus
memperkuat peran PAI dalam membentuk karakter dan moral generasi muda
untuk masa depan yang lebih baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka, rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Konsep Dasar Kurikulum PAI?
2. Bagaimana Komponen Kurikulum PAI?
C. TujuanMasalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka, tujuan masalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Konsep Dasar Kurikulum PAI
2. Mengetahui Komponen Kurikulum PAI

1
BAB II
PEMBAHASAN
Telaah menurut KBBI (2015:160) adalah penyelidikan; kajian; pemeriksaan;
penelitian. Telaah kurikulum PAI adalah proses analisis terhadap kurikulum
Pendidikan Agama Islam untuk memahami isi, tujuan, strategi, dan evaluasi kurikulum
terhadap hasil belajar peserta didik. Berikut adalah telaah kurikulum PAI terhadap hasil
belajar peserta didik:
A. Konsep Dasar Kurikulum PAI
Menurut Asep Saefudin berpendapat bahwa kurikulum merupakan
seperangkat rencana, pengaturan pembelajaran dan hasil belajar yang harus
dicapai oleh siswa, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya
pendidikan dalam pengembangan kurikulum (Hamid, 2012:15). Sedangkan
menurut E. Mulyasa (2006:46) mengatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, dan
hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan
pembelajaran untuk mencapai hasil kompetensi dasar dan tujuan pendidikan.
Berdasarkan pengertian diatas kurikulum merupakan salah satu komponen yang
sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena merupakan alat untuk
mencapai tujuan sekaligus menjadi pedoman dalam pelaksanaan pengajaran.
Pendidikan agama Islam adalah upaya dan rencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani,
bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agam Islam yang
bersumber dari Al-Qura’an dan Hadist, dengan melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalamaan (Muhaimin, 2009:259).
Kurikulum pendidikan agama Islam merupakan sarana atau rencana untuk
mencapai tujuan pendidikan agama Islam yang sekaligus juga arah pendidikan
agama dalam rangka pembangunan manusia (Hamdan, 2014:100). Dalam hal ini
proses penerapan kurikulum PAI hendaknya mengacu kepada konseptualisasi
manusia paripurna (insal kamil) yang strateginya telah tersusun secara sistemati
dalam kurikulum pendidikan agama Islam.

2
Kurikulum dalam pendidikan Islam dikenal dengan kata minhaj yang berarti
jalan yang terang dilalui oleh pendidik bersama peserta didik untuk
mengembangkan pengetahuan , ketrampilan dan sikap peserta didik (A-Syaibani,
1984: 478). Maka, untuk mencapai pendidikan Islam diperlukan adanya kurikulum
yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam dan sesuai tingkat perkembangan
Kejiwaan anak dan kemampuan belajar.
Menurut Armai Arif dalam (Subhi, 2016:121-122) yang dimaksud dasar
kurikulum PAI antara lain: (a) Dasar agama, kurikulum diharapkan dapat membina
iman yang kuat, berakhlaq mulia pada peserta didik, (b) Dasar falsafah, pendidikan
islam harus berpedoman pada Al qur’an dan hadits serta warisan para ulama, (c)
Dasar psikologis, kurikulum harus berjalan sesuai perkembangan peserta didik, (d)
Dasar sosial, kurikulum diharapkan turut serta dalam masyarakat penyesuaian
peserta didik dengan lingkungan. Berdasarkan dasar-dasar kurikulum diatas
merupakan subtansi dari materi kurikulum pendidikan agama Islam. Untuk itu,
dasar-dasar kurikulum PAI diatas merupakan dasar dalam pencapaian tujuan
didunia dan akhirat.
B. Komponen Kurikulum PAI
Komponen kurikulum PAI terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut: tujuan
pembelajaran, isi atau materi, proses atau strategi pembelajaran, dan evaluasi yang
mana semua saling keterkaitan (Subhi, 2016:123). Ciri khas dalam kurikulum PAI
adalah ditanamkanya nilai-nilai Islam sebagai sumber utama. Berdasarkan
keempat komponen kurikulum PAI tersebut sebagaimana dalam uraian berikut ini:
1. Tujuan Kurikulum PAI
Tujuan merupakan komponen yang sangat penting dalam pengembangan
kurikulum. Sebab setiap rencana perlu memiliki tujuan agar dapat ditemukan
sesuatu yang ingin dicapai, serta menentukan strategi yang cocok untuk
mencapai suatu tujuan. Pendidikan agama Islam bertujuan untuk memberikan
pemahaman dasar tentang ajaran Islam dan mengembangkan karakter siswa
yang baik sesuai dengan ajaran agama. Berdasarkan hal tersebut, PAI dapat

3
memperkuat identitas siswa Muslim dan memperkuat hubungan antara agama
dan kehidupan sehari-hari (Kementerian Agama, 2014: No. 13).
Pendidikan agama Islam sebagai sebuah program pembelajaran,
diarahkan untuk; (a) menjaga aqidah dan ketakwaan peserta didik, (b) menjadi
landasan untuk lebih rajin mempelajari mendalami ilmu-ilmu agama, (c)
mendorong peserta didik untuk lebih kritis, kreatif dan inovatif, (d) menjadi
landasan prilaku dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat (Hamdan, 2014:
101). Dengan demikian PAI bukan hanya mengajarkan pengetahuan secara
teori semata, tetapi jua untuk dipraktekkan atau diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari (membangun etika sosial).
2. Ruang lingkup Kurikulum PAI
Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang wajib diajarkan
di lembaga pendidikan pada pembelajaran agama Islam. Melalui mata pelajaran
ini, siswa diharapkan dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari (Zainab, 2022:55). Untuk mewujudkan hasil belajar yang
baik sesuai dengan tujuan kurikulum PAI maka, isi atau materi kurikulum PAI
didasarkan pada sumber pedoman yaitu Al Qur’an dan hadits. Kurikulum PAI
mencakup untuk mewujudkan keharmonisan, keserasian dan keseimbangan
antara lain:
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT
Sejauh mana kita sebagai hamba Allah swt telah melaksanakan segala
kewajiban yang diperintahkan-Nya? Dan setaat apakah kita telah mematuhi
segala ajaran Islam dalam kehidupan kita sehari-hari?
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia
Apakah kita seorang muslim yang menjadikan orang lain merasa
tenteram berada di dekat kita? Sejuahmana mana hakhak orang lain telah
kita tunaikan? Jangan sampai kita merugikan apalagi
menzhalim/menganiaya hak-hak orang lain.

4
c. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alam
Kita sebagai khalifah di muka bumi, tentu mempunyai tugas dan
tanggung jawab mengelola dan melestarikan alam dan memakmurkan bumi.
Jangan sampai alam dan makhluk lain terpedaya dan terusik karena
keberadaan kita, yang akibatnya akan kembali kepada manusia itu sendiri.
d. Hubungan manusia dengan diri sendiri
Penghargaan orang lain terhadap diri kita, sangat tergantung kepada
sejauhmana kita menghargai atau dengan kata lain berakhlak kepada diri
sendiri. Kita sangat dilarangkan (diharamkan) mencelakakan diri sendiri apa
lagi sampai bunuh diri.
Keempat hubungan tersebut di atas, tercakup dalam kurikulum PAI yang
tersusun dalam beberapa mata pelajaran, yaitu (Mukhlisun, 2020:55): (a)Mata
pelajaran Aqidah Akhlaq. (b) Mata pelajaran Ibadah Syari’ah (Fiqih). (c) Mata
pelajaran al Qur’an Hadits (d) Mata pelajaran Sejarah dan Kebudayan Islam
(SKI), dan (e) Mata pelajaran Bahasa Arab.
Mata-mata pelajaran tersebut yang merupakan scope atau ruang lingkup
kurikulum PAI yang disajikan pada sekolah yang berciri khas agama Islam.
Sementara ruang lingkup kurikulum PAI pada sekolah-sekolah umum adalah
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang bentuk
kurikulumnya Broad Field atau all in one system. Ruang lingkup kurikulum
PAI di lembaga pondok-pondok pesantren tentu lebih banyak lagi mata
pelajaran, umumnya kurikulum PAI pada pondok pesantren terdiri dari mata
pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject curriculum), seperti; tauhid,
tajwid, fiqih, ushul fiqih, tafsir, ilmu hadits, tarikh dan lain-lain yang berdiri
sendiri sebagai mata pelajaran atau disiplin ilmu (Zainab, 2022:58)
Beberapa ruang lingkup kurikulum PAI yang umumnya diajarkan dalam
mata pelajaran PAI antara lain (Hasan, 2016:2):
a. Aqidah atau keyakinan. Aspek ini merupakan bagian yang fundamental.
Aspek keyakinan dalam ajaran islam merupakan pintu masuk ke dalam
ajaran islam dan berpengaruh terhadap seluruh perilaku seorang muslim.

5
b. Syari’at atau aspek norma atau hukum, yaitu ajaran yang mengatur perilaku
seorang pemeluk agama islam. Aspek hukum ini mengandung ajaran yang
berkonotasi hukum yang terdiri atas perbuatan ajaran yang wajib, sunnat,
mubah, makruh dan haram.
c. Akhlak atau tingkah laku, yaitu gambaran tentang perilaku yang sebenarnya
dimiliki seorang muslim dalam rangka hubungan dengan Allah, hubungan
dengan sesama manusia, hubungan dengan alam, dan hubungan baik
terhadap diri sendiri.
3. Strategi Kurikulum PAI
Strategi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “stratos”
yang berarti pasukan dan “again” yang berarti memimpin, sehingga setrategi
dapat diartikan sebagai hal memimpin pasukan (Hidayat, 2019). Secara
terminologi strategi adalah suatu ilmu seni dan militer dalam menyiasati perang
ketika bertemu dengan musuh sehingga pasukan adadalam kemenangan
(Hendra, 2019). Strategi juga dapat diartikan sebagai langkah-langkah atau
garis-garis besar dalam usaha untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditentukan dan ingin dicapai. Adapun pengertian strategi menurut para ahli
diantaranya sebagai berikut:
a. J. R. David mengemukakan strategi pembelajaran yakni sebagai suatu
perancangan yang berisi tentang rangkaian kegiatan– kegiatan yang didesain
untuk mencapai pendidikan tersebut.
b. Sudjiarto mendefinisikan strategi pembelajaran ialah upaya memilih,
menyusun segala cara, sarana/ prasarana dan tenaga untuk menciptakan
sistem lingkungan mencapai perubahan perilaku yang optimal.
c. Moeddjino mengemukakan bahwasanya strategi belajar memiliki 2 dimensi
yakni perancangan dan pelaksanaan.
Berdasarkan uraian diatas maka, strategi pembelajaran terdiri atas
seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan
belajar yang atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran bukan hanya

6
terbatas pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk
juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan
disampaikan kepada peserta didik (Utomo, 2020). Menurut Wina Sanjaya
dalam (Asari et al., 2017) mengemukakan strategi dalam penyelenggaraan
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE)
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang
guru (pendidik) kepada sekolompok siswa (peserta didik) dengan maksud
agar peserta didik dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
b. Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
Strategi pembelajaran inkuiri ialah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan.
c. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)
Strategi pembelajaran berbasis masalah adalah rangkaian aktivitas
pembelajaran yang difokuskan kepada proses penyelesaian
masalah/problem secara ilmiah. Guru yang menggunakan strategi ini
memilih masakah dan membahas masalah tersebut bersama dengan peserta
didiknya.
d. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir yaitu model
pembelajaran yang bertumpu pada proses perbaikan dan peningkatan
kemampuan berpikir peserta didik. SPPKB memiliki kesamaan dengan
strategi pembelajaran inkuiri, yaitu sama-sama materi pelajaran tidak
diberikan secara langsung.
e. Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
Strategi pembelajaran kooperatif atau dikenal dengan strategi
pembelajaran kelompok yaitu rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan

7
oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli, maka peneliti
menyimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu rencana kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran di kelas agar tujuan dari pembelajaran yang direncanakan dapat
dicapai. Menurut Sudjana dalam (Hasanah, 2016) sebuah strategi, diperlukan
adanya tahapan-tahapan untuk menjalankan strategi, di antaranya yaitu:
a. Perumusan Stragi
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah merumuskan strategi
yang dilakukan. Sudah termasuk di dalamnya adalah pembangunan tujuan,
mengenai dan ancaman ekternal, menetapkan kekuatan kelemahan secara
internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternative,
dan memilih strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga
ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau
melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan.
b. Implementasi strategi
Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan maka
langkah berikutnya melaksanakan strategi yang telah ditetapkan tersebut.
Dalam tahapan pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan
komitmen dan kerja sama dari unit, tingkat dan anggota organisasi. Dalam
pelaksanaan strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi hanya akan
menjadi impian yang jauh dari kenyataan. Implementasi strategi bertumpu
pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya yang ditampakkan melalui
penetapan struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang
dijalankan bersama budaya perusahaan dan organisasi.
c. Evaluasi Strategi
Tahap yang terakhir dari menyususn strategi adalah evaluasi strategi.
Evaluasi strategi sangat diperlukan karena keberhasilan yang dicapai dapat
diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolak

8
ukur strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan
evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah
dicapai. Ada tiga macam kegiatan mendasar untuk mengevaluasi strategi,
yaitu:
1. Meninjau faktor-fakror internal dan eksternal yang menjadi dasar strategi.
Adanya perubahan yang ada akan menjadi suatu hambatan dalam
mencapai tujuan, begitu pula dengan faktor internal yang di antaranya
strategi tidak efektif atau hasil implementasi yang buruk dapat berakibat
buruk pula bagi hasil yang akan dicapai.
2. Mengukur prestasi (membandingkan dengan kenyataan). Proses dapat
dilakukan dengan menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi
prestasi individual, dan menyimak yang dibuat kearah pencapaian sasaran
yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat diukur
dan mudah dibuktikan. Kriteria yang meramalkan hasil lebih penting dari
pada kriteria yang mengungkapkan yang terjadi.
3. Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai
dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti bahwa strategi yang ada
yang ditinggalkan atau harus merumuskan strategi yang baru. Tindakan
korektif diperlukan bila tindakan atau hasil yang ditetapkan tidak sesuai
dengan apa yang dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapkan.
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam penerapan kurikulum
PAI dapat diterapkan melalui dua pendekatan (Wati, 2019), yaitu:
a. Pendekatan makro
Pendekatan makro yaitu suatu tahapan penerapan kurikulum
yang secara umum/luas dan terpadu (integral) berdasarkan kebutuhan-
kebutuhan dan tujuan dari kurikulum pendidikan PAI. Pendekatan
makro ini dipilih, karena berupaya menghadirkan proses
pembelajaran, khususnya pendidikan PAI dapat memberikan nuansa
yang berbeda dan harapan kolektif dari semua pihak.

9
b. Pendekatan mikro
Pendekatan mikro yaitu suatu tahapan penerapan kurikulum
yang secara praktis memperhatikan situasi dan kondisi sumber daya
sekolah yang ada. Dengan pendekatan mikro ini dimaksudkan agar
tujuan penerapan kurikulum pendidikan PAI di sekolah dapat tercapai
secara lebih maksimal. Pendekatan mikro ini lebih dihadapkan pada
hal-hal yang bersifat teknis, khususnya materi, guru dan siswa. Ketiga
komponen tersebut merupakan persoalan yang perlu mendapatkan
perhatian lebih mendalam dan penanganan serius.
Strategi pembelajaran untuk menjelaskan mengenai langkah urutan
proses dan pengaturan konten, menentukan kegiatan belajar dan memutuskan
bagaimana menyampaikan konten dan kegiatan (Nata, 2003). Beberapa fungsi
dari strategi pembelajaran adalah:
a. Sebagai ramuan untuk mengembangkan bahan ajar
b. Sebagai perangkat criteria untuk mengevaluasi bahan ajar yang telah ada
c. Sebagai seperangkat kriteria dan formula untuk merevisi bahan ajar yang ada
d. Sebagai kerangka kerja untuk merencanakan catatan ceramah kelas, latihan
kelompok unteraktif dan penugasan pekerjaan rumah.
4. Evaluasi Kurikum PAI
Penerapan kurikulum PAI terhadap hasil belajar siswa adalah langkah
untuk memastikan efektifitas dan pengaruh kurikulum PAI terhadap hasil
belajar siswa. Untuk menentukan hasil belajar pada sebuah kegiatan belajar
memerlukan sebuah evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
siswa telah mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam
kurikulum. Menurut Wayan Nurkancana dan Sumartana (1986) dalam
(Noorzanah, 2017:71) evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk
menentukan nilai segala suatu aktivitas pendidikan baik menyangkut materi,
guru, siswa serta aspek pendukung lainya.
Tujuan pembelajaran dalam kurikulum PAI dapat digunakan sebagai alat
pengukur hasil belajar siswa dan memastikan bahwa kurikulum PAI

10
memberikan penerapan strategi dan pemahaman yang mendalam terhadap
ajaran Islam. Tujuan pembelajaran dalam kurikulum PAI memiliki peran untuk
mengukur hasil belajar siswa dan memberikan pedoman jelas mengenai
harapan tercapainya tujuan yang mencakup pemahaman kosep Agama islam,
nilai-nilai etika atau kemampuan menerapkan ajaran islam dalam kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan uraian ditas, evaluasi memiliki beberapa fungsi dalam
penerapan kurikulum PAI adalah sebagai berikut (Noorzanah, 2017:75):
a. Evaluasi membantu menilai sejauh mana kurikulum PAI telah efektif dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
b. Evaluasi memungkinkan pemantauan terhadap proses pembelajaran
c. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk melakuan perbaikan pada kurikulum
PAI jika, ditemukan kelemahan dan perubahan serta penyesuaian dapat
dilakukan untuk meningkatkan efektifitas kurikulum.
d. Evaluasi dapat digunakan mengukur kemajuan peserta didik.
e. Evaluasi juga melibatkan penilaian kinerja dalam mengajar kurikulum PAI
Dengan demikian evaluasi yang baik terhadap penerapan kurikulum PAI
dapat diharapkan bahwa hasil belajar peserta didik akan meningkat karena
kurikulum dapat disesuaikan dan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan peserta didik serta perubahan dalam konteks pendidikan.

11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan menganai telaah dan strategi penerapan kurikulum PAI
terhadap hasil belajar peserta didik diatas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa:
1. Konsep Dasar Kurikulum PAI: telaah terhadap konsep dasar kurikulum menunjukan
bahwa kurikulum memiliki dasar yang kuat dalam nilai-nilai ajaran agama Islam
yang mencakup tujuan hidup sesuai dengan pandangan dunia Islam serta dapat
memahami perkembangan kognitif, emosional dan sosial siswa. Serta
mempertimbangkan aspek sosial seperti lingkung siswa dan peran agama dalam
masyarakat.
2. Komponen Kurikulum PAI: telaah komponen kurikulum PAI mencakup tujuan
kurikulum, ruang lingkup, strategi dan evaluasi kurikulum PAI terhadap hasil
belajar peserta didik. Dalam tujuan kurikulum perlu didasarkan pada pemahaman
ajaran agama Islam. Materi pelajaran relevan dengan perkembangan dan kebutuhan
siswa yang mencakup konsep agama, sejarah, etika dll. Pada strategi pembelajara
digunakan kurikulum PAI harus mencakup metode yang sesuai dengan kebutuhan
siswa yang mana pembelajaran menjadi efektif dan hasil belajar siswa menjadi lebih
baik. Tahapan terakhir adalah tahapan evaluasi untuk mengukur pemahaman peserta
didik terhadap ajaran ahama Islam yang dapat dilihat dari hasil belajar.

12
DAFTAR PUSTAKA
A-Syaibani, O. M. A. T. (1984). Falsafah Pendidikan Islam, (Terj. Hasan
Langgulung). Jakarta: Bulan Bintang.
Asari, H., Usda, F., & Panjaitan, E. (2017). Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Bagi Siswa Tunagrahita di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Negeri
Pembina Tingkat Provinsi Sumatera Utara. At-Tazakki, 1, 41–55.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2015).
Hamdan. (2014). Pengembangan kurikulum pendidikan agama islam (pai): teori dan
praktek. Banjarmasin: IAIN ANTASARI PRESS.
Hamid, H. (2012). Pengembangan Kurikulum Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Hasan, A. (2016). Toleransi Dalam Islam: Studi Terhadap Konsep Toleransi Dalam
Al-Qur’an Dan Hadis. Jurnal Studi Islam, 3 (2).
Hasanah, U. (2016). Strategi guru pendidikan agama isam dalam
mengimplementasikan kurikulum 2013 di sekolah menengah kejuruan negeri 3
palu, 13(3), 44–50.
hendra. (2019). Strategi Guru Akidah Akhlak Dalam Meningkatkan Aklakul Karimah
Siswa Kelas VIII Di MTS Sabilil Muttaqin Nanggung Kabupaten Bogor Tahun
Ajaran 2019/2020. Jurnal Stai Al Hidayah Bogor, (c), 1–10.
Hidayat, A. (2019). Dakwah Pada Masyarakat Pedesaan Dalam Bingkai Psikologi Dan
Strategi Dakwah. Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam, 1(2), 175.
https://doi.org/10.32332/jbpi.v1i2.1716
Kementerian Agama. (2014). Peraturan Menteri Agama RI No. 13 Tahun2014 Tentang
Pendidikan Keagamaan Islam.
Muhaimin. (2009). Rekontruksi Pendidikan Islam, Cet. 1. Bandung: Pustaka Setia.
Mukhlisun. (2020). Pendidikan Agama Islam Dalam Perspektif Kurikulum 2013.
Sidoarjo: Zifatama Publishing.
Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nata, A. (2003). Pemikiran Para Tokoh Pendidikn Islam.
Noorzanah. (2017). Konsep Kurikulum Dalam Pendidikan Islam. Ittihad Jurnal

13
Koperrais Wilayah XI Kalimantan, 15 (28).
Subhi, A. (2016). Konsep Dasar, Komponen dan Filosofi Kurikulum PAI. Jurnal
Qathruna, 3 (1).
Utomo, S. T. (2020). Inovasi Kurikulum Dalam Dimensi Tahapan Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Journal of Research and Thought on
Islamic Education (JRTIE), 3(1), 19–38. https://doi.org/10.24260/jrtie.v3i1.1570
Wati, M. A. (2019). Penerapan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Dalam
Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Di Sekolah Menengah Pertama Negeri
14 Pondok Kelapa. Skripsi, 1–146.
Zainab, N. (2022). Telaah Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Lintas
Nalar.

14

Anda mungkin juga menyukai