KURIKULUM PENDIDIKAN
(KTSP, KURTILAS DAN KURNAS)
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah : Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : Muh. Parhan Mubarok, M.Ag
Disusun Oleh :
1. Siti Hanna Qodriani (016.011.0090)
2. Ai Nurhasanah (016.011.0041)
3. Nenk Alma (016.011.0102)
4. Denis (016.011.0)
5. Iman Nur Jaman (016.011.014)
FAKULTAS TARBIYAH
A. Latar Belakang
Oleh karena itu, kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam
proses kependidikan dalam suatu Lembaga Kependidikan Islam. Segala hal yang
harus diketahui atau diresapi serta dihayati oleh anak didik harus ditetapkan dalam
kurikulum itu. Juga segala hal yang harus diajarkan oleh pendidik kepada anak
didiknya, harus dijabarkan di dalam kurikulum.
Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat
diidentifikasi dengan cara mengkaji suatu kurikulum lembaga pendidikan itu. Dari
buku tersebut kita dapat mengetahui pengertian dan dimensi kurikulum serta fungsi
dan peranan suatu komponen kurikulum terhadap komponen kurikulum yang lain.
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan
pendidikan di sekolah bagi pihak-pihak yang terkait, baim secara langsung maupun
tidak langsung, seperti pihak guru, keppala sekolah, pengawas, orangtua, masyarakat
dan pihak siswa itu sendiri. Selain sebagai pedoman, bagi siswa kurikulum memiliki
enam fungsi, yaitu: fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi diferensiasi,
fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik.
Mengingat pentingnya pemahaman menyeluruh konsep dasar dari kurikulum
ini, maka penulis tergerak untuk menyusunnya menjadi sebuah makalah yang khusus
mengungkap mengenai hal tersebut. Kiranya kehadiran makalah ini dapat sedikit
membuka wawasan para pembaca semua.
PEMBAHASAN
A. Definisi Kurikulum
Esensi kurikulum ialah program. Kurikulum ialah program dalam
mencapai tujuan pendidikan. Pada umumnya isi kurikulum ialah nama-nama
mata pelajaran beserta silabusnya atau pokok bahasan. Sekalipun isi
kurikulum dapat bermacam-macam, namun isi kurikulum tetap saja berupa
program dalam mencapai tujuan pendidikan.
Hal penting pertama yang harus diperhatikan ialah kurikulum itu
ditentukan oleh tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Sementara tujuan
pendidikanditetapkan berdasarkan kehendak manusia yang membuat
kurikulum itu. Kehendak manusia, siapa pun, dimana pun, sama, yaitu
menghendaki terwujudnya manusia yang baik. Nah, “manusia yang baik”
itulah yang sering diperdebatkan.
Ternyata manusia memiliki potensi untuk berkembang menjadi
“manusia yang baik” dan juga mempunyai potensi untuk berkembang
menjadi “manusia yang buruk”. Sementara semua manusia menginginkan
menjadi “manusia yang baik.” Jika begitu maka kurikulum haruslah berupa
program untuk mengembangkan manusia agar menjadi “manusia yang baik”
saja.
Berbicara tentang ‘”manusia yang baik” berarti kita berbicara tentang
budi pekerti atau akhlak. Akhlak ialah kepribadian, tingkah laku atau budi
pekerti adalah sebagian dari isi kepribadian. Karena akhlak itu adalah
kepribadian maka isi kurikulum pastilah mengutamakan akhlak. Bahkan
akhlak itulah yang menjadi core kurikulum. Akhlak yang baik harus memiliki
penjamin, penjamin terkuat ialah imanyang kuat. Model kurikulum untuk
menghasilkan lulusan yang baik yaitu lulusan yang beriman dan beramal
shaleh; amal shaleh itu berdasarkan imannya.
Amal shaleh itu dapat berupa mendalami pengetahuan. Pengetahuan
yang dipelajarinya diberi dasar dikendalikan dan dinilai oleh keimanannya.
Pengetahuan yang dipelajarinya itu harus pengetahuan yang sesuai dengan
keimanannya.
Amal shaleh dapat juga berupa keterampilan mengerjakan suatu
bidang (vokasi). Keterampilan (vokasi) yang dipelajarinya itu adalah
keterampilan yang penggunaannya dan jenisnya dikendalikan oleh
keimanannya.
Tatkala kita merancang kurikulum pendidikan, yang terbayang pada
kita ialah apa indicator manusia yang baik itu. Berdasarkan semua agama,
semua pandangan filsafat, semua orang, manusia yang baik itu ialah manusia
yang :
1) Akhlaknya baik; akhlak yang baik itu haruslah akhlak yang
berdasarkan iman yang kuat,
2) Memiliki pengetahuan yang benar, atau keterampilan kerja
kompetitif,
3) Menghargai keindahan.
Tiga pilar inilah isi semua kurikulum ; akhlak, ilmu atau keterampilan,
seni. Akhlak (iman) menjadi core. Jika seseorang telah memiliki yang tiga itu,
maka orang itu dijamin menjadi orang yang baik. Itulah kurikulum
pendidikan baik dalam arti minimal maupun maksimal.
B. Pengertian KTSP
KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
dan karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan
karakteristik peserta didik. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan
kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus berdasarkan kerangka
dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas
kabupaten/kota yang bertugas di bidang pendidikan.
KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar
lebih familiar dengan guru, karena merekabanyak dilibatkan diharapkan
memiliki tanggung jawab yang memadai. Penyempurnaan kurilulum yang
berkelanjutan merupakan keharusan agar sistam pendidikan nasional selalu
relevan dan kompetitif. Hal itu juga sejalan dengan Undang-Undang Nomer
20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya
peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara
berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. ( Enco Mulyasa : )
KTSP pada dasarnya sama dengan tahun 2004. Perbedaanya terletak
pada kewenangan dalam penyususunannya, yaitu dengan mengacu pada
jiwa dari desentralisasi system pendidikan. Disini pemerintah pusat
menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar guru dituntut mampu
mengembangkan sendiri silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan
daerahnya. (
C. Kelebihan dan Kekurangan KTSP
1. Beberapa kelebihan KTSP adalah sebagai berikut :
a. Mendorong terwujudnya otonoini sekolah dalam
menyelenggarakan pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa
salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum di masalalu
adalah adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia,
tidak melihat kepada situasi riil di lapangan, dan kurang
menghargai potensi keunggulan lokal.
b. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen
sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam
penyelenggaraan program-program pendidikan.
c. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitik
beratkan dan mengembangkan matapelajaran tertentu yang
akseptabel bagi kebutuhan siswa. Sekolah dapat menitikberatkan
pada mata pelajaran tertentu yang dianggap paling dibutuhkan
siswanya. Sebagai contoh daerah kawasan wisata dapat
mengembangkan kepariwisataan dan bahasa inggris, sebagai
keterampilan hidup.
d. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat.
Karena menurut ahli beban belajar yang berat dapat
mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
e. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah
plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
f. Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan pengembang
kurikulum.
g. Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan kepada
guru untuk mengembangkan isi/konten kurikulum sesuai dengan
kondisi sekolah, kemampuan siswa dan kondisi daerahnya masing-
masing.
h. Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada
pemahaman, kemampuan atau kompetensi terutama di sekolah
yang berkaitan dengan pekerjaan masyarakat sekitar.
i. Standar kompetensi yang memperhatikan kemampuan individu,
baik kemampuan, kecakapan belajar, maupun konteks social
budaya.
j. Berbasis kompetensi sehingga peserta didik berada dalam proses
perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian,
sebagaipemekaranterhadappotensi-potensi bawaan sesuai dengan
kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan.
k. Pengembangan kurikulum di laksanakan secara desentralisasi
(pada satuan tingkat pendidikan) sehingga pemerintah dan
masyarakat bersama-sama menentukan standar pendidikan yang
dituangkan dalam kurikulum.
l. Satuan pendidikan diberikan keleluasaan untuk menyusun dan
mengembangkan silabus matapelajaran sehingga dapat
mengakomodasikan potensi sekolah kebutuhan dan kemampuan
peserta didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.
m. Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan
untuk memberikan kemudahan belajar siswa.
n. Mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan
berdasarkan pemahaman yang akan membentuk kompetensi
individual.
o. Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama
antar sekolah, masyarakat, dan dunia kerja yang membentuk
kompetensi peserta didik.
p. Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil
belajar.
q. Berpusat pada siswa.
r. Menggunakan berbagai sumber belajar.
s. Kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinainis dan
menyenangkan
2. Beberapa kekurangan KTSP adalah sebagaiberikut :
a. Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP
pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada.
b. Pola penerapan KTSP atau kurikulum 2006 terbentur pada masih
minimnya kualitas guru dan sekolah. Sebagian besar guru belum
bisa diharapkan memberikan kontribusi pemikiran dan ide-ide
kreatif untuk menjabarkan panduan kurikulum itu (KTSP), baik di
atas kertas maupun di depan kelas.
Selaindisebabkanolehrendahnyakualifikasi,
jugadisebabkanpolakurikulum lama yang
terlanjurmengekangkreativitas guru.
D. 2).
Kurangnyaketersediaansaranadanprasaranapendukungsebagaikelengkapand
aripelaksanaan KTSP.
E. Ketersediaansaranadanprasarana yang
lengkapdanrepresentatifmerupakansalahsatusyarat yang paling
urgenbagipelaksanaan KTSP.Sementarakondisi di
lapanganmenunjukkanmasihbanyaksatuanpendidikan yang
ininimalatperaga, laboratoriumsertafasilitaspenunjang yang
menjadisyaratutamapemberlakuan KTSP.
F. 3). Masihbanyak guru yang belummemahaini KTSP
secarakomprehensifbaikkonsepnya, penyusunannyamaupunprakteknya di
lapangan.
G. Masihrendahnyakuantitas guru yang
diharapkanmampumemahainidanmenguasai KTSP
dapatdisebabkankarenapelaksanaansosialisasimasihbelumterlaksanasecaram
enyeluruh.Jikatahapansosialisasitidakdapattercapaisecaramenyeluruh,
makapemberlakuan KTSP secaranasional yang targetnyahendakdicapai
paling lambattahun 2009 tidakmemungkinkanuntukdapatdicapai.
H. 4). Penerapan KTSP yang merekomendasikanpengurangan jam
pelajaranakanberdampakberkurangpendapatanpara guru.
I. PenerapanKurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP)
akanmenambahpersoalan di duniapendidikan.
Selainmenghadapiketidaksiapansekolahbergantikurikulum, KTSP
jugamengancampendapatanpara guru.Sebagaimanadiketahuirekomendasi
BSNP terkaitpemberlakuan KTSP
tersebutberimplikasipadapenguranganjumlah jam mengajar. Hal
iniberdampakpadaberkurangnyajumlah jam mengajarpara guru. Akibatnya,
guru terancamtidakmemperolehtunjanganprofesidanfungsional.
J. Untukmemperolehtunjanganprofesidanfungsionalsemua guru harusmengajar
24 jam, jikajamnyadikurangimakatidakakanbisamemperolehtunjangan.
Sebagaicontoh, pelajaranSosiologiuntukkelas 1 SMA ataukelas 10
mendapatdua jam pelajaran di KTSP maupunkurikulumsebelumnya.
Sedangkan di kelas 2 SMA ataukelas 11 IPS, Sosiologidiajarkanselamalima
jam pelajaran di kurikulum lama. Namun di KTSP
Sosiologihanyamendapatjatahtiga jam pelajaran. Hal yang samaterjadi di
kelas 3 IPS. Padakurikulum lama, pelajaranSosiologidiajarkanuntukempat
jam pelajarantapipada KTSP menjaditiga jam
pelajaran.Sementaraitumasihbanyak guru yang
belummengetahuitentangketentuanbarukurikulumini.Jika KTSP telahbenar-
benardiberlakukan, para guru sulitmemenuhiketentuan 24 jam mengajar agar
bisamemperolehtunjangan. Beberapafaktorkelemahan di
atasharusmenjadiperhatianbagipemerintah agar pemberlakuan KTSP
tidakhanyaakanmenambahdaftarpersoalan-persoalan yang
dihadapidalamduniapendidikankita. Jikatidak, makapemberlakuan KTSP
hanyaakanmenambahdaftarmakincarutmarutnyapendidikan di Indonesia. (1)
1
kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan berbasis kompetensi kita
berharap bangsa ini menjadi bangsa yang memiliki nilai jual yang bisa
ditawarkan kepada bangsa lain didunia.
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19, kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan
pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham
atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan
santun disiplin yang tinggi. Kurikulum ini menggantikan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan yang diterapkan sejak 2006 lalu. Dalam Kurikulum 2013
mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan
pendidikan pada setiap satuan atau jenjang pendidikan.
Keunggulan Kurikulum 2013
Secara garis besar kurikulum merupakan hal terpenting dalam sebuah sistem
pendidikan, dimana seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi,
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran termaktub dalam kurikulum. Pun
juga kurikulum sebagai wahana untuuk mewujudkan tujuan pendidikan
pada masing-masing jenis/jenjang satuan pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan Nasional. Pendidikan memang seharusnya bersinergi dengan
perkembangan zaman, terselaraskanya pendidikan betul-betul menjadi
kebutuhan zaman. Untuk mencapai hal terebut, kurikulum sebagai tonggak
dari sebuah sistem pembelajaran dalam perkembangnya mengalami
perkembangan dari masa-kemasa, dimana sejak dikumdangkan proklamasi
kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 17 Agustus
1945 hingga saat ini (2006), Kurikulum Nasional Pendidikan mengalami
peruberubah 9 kali kali, (kurikulum Tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,
1994, 2004 dan 2006) dan kurikulum 2013 yang rencananya akan
diberlakukan pada tahun ajaran 2013-2014 M.
Kedua pada tahun 1984 dalam hal ini kurikulum yang diusung process
skill approach, dimana posisi siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar, mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan semunya dititik beratkan pada siswa. Sehingga model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) . Tokoh penting dibalik
lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan,
Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga
Rektor IKIP Jakarta sekarang Universitas Negeri Jakarta periode 1984-
1992. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di
sekolah-sekolah yang diuji-cobakan, mengalami banyak deviasi dan
reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah
kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana
gaduh di ruang kelas lantaran siswa.
3. Masa Reformasi
1) Dalam hal ini ada beberapa faktor yang mengaruhi perubahan sebuah kurikulum.
tantangan masa depan diantaranya meliputi arus globalisasi, masalah lingkungan
hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, dan ekonomi
berbasis pengetahuan.
4) persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitikberatkan pada
aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter.