Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KURIKULUM PENDIDIKAN
(KTSP, KURTILAS DAN KURNAS)

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah : Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : Muh. Parhan Mubarok, M.Ag

Disusun Oleh :
1. Siti Hanna Qodriani (016.011.0090)
2. Ai Nurhasanah (016.011.0041)
3. Nenk Alma (016.011.0102)
4. Denis (016.011.0)
5. Iman Nur Jaman (016.011.014)

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SILIWANGI BANDUNG


2018
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu tujuan kependidikan yang hendak dicapai harus direncanakan


(diprogramkan) dalam apa yang disebut “kurikulum”. Antaara tujuan dan program
harus ada kesesuaian atau kesinambungan. Tujuan yang hendak diapai harus
tergambar di dalam program yang tertuang di dalam kurikulum, bahkan program
itulah yang menerminkan arah dan tujuan yang diinginkan dalam proses
kependidikan.

Oleh karena itu, kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam
proses kependidikan dalam suatu Lembaga Kependidikan Islam. Segala hal yang
harus diketahui atau diresapi serta dihayati oleh anak didik harus ditetapkan dalam
kurikulum itu. Juga segala hal yang harus diajarkan oleh pendidik kepada anak
didiknya, harus dijabarkan di dalam kurikulum.

Dengan demikian, dalam kurikulum tergambar jelas secara berencana


bagaimana dan apa saja yang harus terjadi dalam proses belajarmengajar yang
dilakukan oleh pendidik daan anak didik. Jadi, kurikulum menggambarkan keegiatan
belajar mengajar dalam suatu lembaga kependidikan.

Didalam kurikulum tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan


yang harus diajarkan oleh pendidik (guru) kepada anak didik, dan anak didik
mempelajarinya, tetapi juga segala kegiatan yang bersifat kependidikan yang
dipandang perlu, karena mempunyai pengaruh terhada anak didik, daalam rangka
mencapai tujuan pendidikan Islam, misalnya olahraga, kepramukaan, widya wisata,
seni budaya; mempunyai pengaruh cukup besar dalam proses mendidik anak didik,
sehingga perlu diintegrasikan ke dalam kurikulum itu.

Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat
diidentifikasi dengan cara mengkaji suatu kurikulum lembaga pendidikan itu. Dari
buku tersebut kita dapat mengetahui pengertian dan dimensi kurikulum serta fungsi
dan peranan suatu komponen kurikulum terhadap komponen kurikulum yang lain.
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan
pendidikan di sekolah bagi pihak-pihak yang terkait, baim secara langsung maupun
tidak langsung, seperti pihak guru, keppala sekolah, pengawas, orangtua, masyarakat
dan pihak siswa itu sendiri. Selain sebagai pedoman, bagi siswa kurikulum memiliki
enam fungsi, yaitu: fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi diferensiasi,
fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik.
Mengingat pentingnya pemahaman menyeluruh konsep dasar dari kurikulum
ini, maka penulis tergerak untuk menyusunnya menjadi sebuah makalah yang khusus
mengungkap mengenai hal tersebut. Kiranya kehadiran makalah ini dapat sedikit
membuka wawasan para pembaca semua.
PEMBAHASAN
A. Definisi Kurikulum
Esensi kurikulum ialah program. Kurikulum ialah program dalam
mencapai tujuan pendidikan. Pada umumnya isi kurikulum ialah nama-nama
mata pelajaran beserta silabusnya atau pokok bahasan. Sekalipun isi
kurikulum dapat bermacam-macam, namun isi kurikulum tetap saja berupa
program dalam mencapai tujuan pendidikan.
Hal penting pertama yang harus diperhatikan ialah kurikulum itu
ditentukan oleh tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Sementara tujuan
pendidikanditetapkan berdasarkan kehendak manusia yang membuat
kurikulum itu. Kehendak manusia, siapa pun, dimana pun, sama, yaitu
menghendaki terwujudnya manusia yang baik. Nah, “manusia yang baik”
itulah yang sering diperdebatkan.
Ternyata manusia memiliki potensi untuk berkembang menjadi
“manusia yang baik” dan juga mempunyai potensi untuk berkembang
menjadi “manusia yang buruk”. Sementara semua manusia menginginkan
menjadi “manusia yang baik.” Jika begitu maka kurikulum haruslah berupa
program untuk mengembangkan manusia agar menjadi “manusia yang baik”
saja.
Berbicara tentang ‘”manusia yang baik” berarti kita berbicara tentang
budi pekerti atau akhlak. Akhlak ialah kepribadian, tingkah laku atau budi
pekerti adalah sebagian dari isi kepribadian. Karena akhlak itu adalah
kepribadian maka isi kurikulum pastilah mengutamakan akhlak. Bahkan
akhlak itulah yang menjadi core kurikulum. Akhlak yang baik harus memiliki
penjamin, penjamin terkuat ialah imanyang kuat. Model kurikulum untuk
menghasilkan lulusan yang baik yaitu lulusan yang beriman dan beramal
shaleh; amal shaleh itu berdasarkan imannya.
Amal shaleh itu dapat berupa mendalami pengetahuan. Pengetahuan
yang dipelajarinya diberi dasar dikendalikan dan dinilai oleh keimanannya.
Pengetahuan yang dipelajarinya itu harus pengetahuan yang sesuai dengan
keimanannya.
Amal shaleh dapat juga berupa keterampilan mengerjakan suatu
bidang (vokasi). Keterampilan (vokasi) yang dipelajarinya itu adalah
keterampilan yang penggunaannya dan jenisnya dikendalikan oleh
keimanannya.
Tatkala kita merancang kurikulum pendidikan, yang terbayang pada
kita ialah apa indicator manusia yang baik itu. Berdasarkan semua agama,
semua pandangan filsafat, semua orang, manusia yang baik itu ialah manusia
yang :
1) Akhlaknya baik; akhlak yang baik itu haruslah akhlak yang
berdasarkan iman yang kuat,
2) Memiliki pengetahuan yang benar, atau keterampilan kerja
kompetitif,
3) Menghargai keindahan.

Tiga pilar inilah isi semua kurikulum ; akhlak, ilmu atau keterampilan,
seni. Akhlak (iman) menjadi core. Jika seseorang telah memiliki yang tiga itu,
maka orang itu dijamin menjadi orang yang baik. Itulah kurikulum
pendidikan baik dalam arti minimal maupun maksimal.

Akhlak diperlukan agar kehidupannya stabil. Ciri utamanya ialah


kemampuan mengendalikan diri tingkat tinggi. Orangnya akan menjadi
orang yang sabar dan tahan banting. Goleman mengatakan bahwa orang
seperti itu adalah orang yang mempunyai emotional quotient (EQ) yang
tinggi.

Pengetahuan diperlukan agar murid itu mengetahui sesuatu. Ini


pengetahuan umum. Selain itu sebaiknya ia juga memiliki sesuatu abang
pengetahuan secara khusus. Pengetahuan diperlukan untuk mengenali
kebaikan dan untuk bekal bekerja dalam menari penghasilan. Atau
keterampilan kerja jelas diperlukan untuk menghasilkan sesuatu yang
diperlukan dalam kehidupan. Keterampilan biasanya berasal dari
pengetahuannya tadi, yaitu melaksanakan apa yang ia ketahui itu.
Dalam pemakaiannya sehari-hari kata kurikulum sekurang-kurangnya
memiliki tiga pengertian. Pertama, kurikulum dalam arti sederet mata
pelajaran yang pada suatu jenjang dan jenis sekolah. Kedua, Kurikulum
dalam arti silabus. Ketiga, kurikulum dalam arti program sekolah. (Prof. Dr.
Ahmad Tafsir : 99 – 101)

B. Pengertian KTSP
KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
dan karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan
karakteristik peserta didik. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan
kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus berdasarkan kerangka
dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas
kabupaten/kota yang bertugas di bidang pendidikan.
KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar
lebih familiar dengan guru, karena merekabanyak dilibatkan diharapkan
memiliki tanggung jawab yang memadai. Penyempurnaan kurilulum yang
berkelanjutan merupakan keharusan agar sistam pendidikan nasional selalu
relevan dan kompetitif. Hal itu juga sejalan dengan Undang-Undang Nomer
20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya
peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara
berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. ( Enco Mulyasa : )
KTSP pada dasarnya sama dengan tahun 2004. Perbedaanya terletak
pada kewenangan dalam penyususunannya, yaitu dengan mengacu pada
jiwa dari desentralisasi system pendidikan. Disini pemerintah pusat
menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar guru dituntut mampu
mengembangkan sendiri silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan
daerahnya. (
C. Kelebihan dan Kekurangan KTSP
1. Beberapa kelebihan KTSP adalah sebagai berikut :
a. Mendorong terwujudnya otonoini sekolah dalam
menyelenggarakan pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa
salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum di masalalu
adalah adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia,
tidak melihat kepada situasi riil di lapangan, dan kurang
menghargai potensi keunggulan lokal.
b. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen
sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam
penyelenggaraan program-program pendidikan.
c. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitik
beratkan dan mengembangkan matapelajaran tertentu yang
akseptabel bagi kebutuhan siswa. Sekolah dapat menitikberatkan
pada mata pelajaran tertentu yang dianggap paling dibutuhkan
siswanya. Sebagai contoh daerah kawasan wisata dapat
mengembangkan kepariwisataan dan bahasa inggris, sebagai
keterampilan hidup.
d. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat.
Karena menurut ahli beban belajar yang berat dapat
mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
e. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah
plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
f. Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan pengembang
kurikulum.
g. Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan kepada
guru untuk mengembangkan isi/konten kurikulum sesuai dengan
kondisi sekolah, kemampuan siswa dan kondisi daerahnya masing-
masing.
h. Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada
pemahaman, kemampuan atau kompetensi terutama di sekolah
yang berkaitan dengan pekerjaan masyarakat sekitar.
i. Standar kompetensi yang memperhatikan kemampuan individu,
baik kemampuan, kecakapan belajar, maupun konteks social
budaya.
j. Berbasis kompetensi sehingga peserta didik berada dalam proses
perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian,
sebagaipemekaranterhadappotensi-potensi bawaan sesuai dengan
kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan.
k. Pengembangan kurikulum di laksanakan secara desentralisasi
(pada satuan tingkat pendidikan) sehingga pemerintah dan
masyarakat bersama-sama menentukan standar pendidikan yang
dituangkan dalam kurikulum.
l. Satuan pendidikan diberikan keleluasaan untuk menyusun dan
mengembangkan silabus matapelajaran sehingga dapat
mengakomodasikan potensi sekolah kebutuhan dan kemampuan
peserta didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.
m. Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan
untuk memberikan kemudahan belajar siswa.
n. Mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan
berdasarkan pemahaman yang akan membentuk kompetensi
individual.
o. Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama
antar sekolah, masyarakat, dan dunia kerja yang membentuk
kompetensi peserta didik.
p. Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil
belajar.
q. Berpusat pada siswa.
r. Menggunakan berbagai sumber belajar.
s. Kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinainis dan
menyenangkan
2. Beberapa kekurangan KTSP adalah sebagaiberikut :
a. Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP
pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada.
b. Pola penerapan KTSP atau kurikulum 2006 terbentur pada masih
minimnya kualitas guru dan sekolah. Sebagian besar guru belum
bisa diharapkan memberikan kontribusi pemikiran dan ide-ide
kreatif untuk menjabarkan panduan kurikulum itu (KTSP), baik di
atas kertas maupun di depan kelas.
Selaindisebabkanolehrendahnyakualifikasi,
jugadisebabkanpolakurikulum lama yang
terlanjurmengekangkreativitas guru.
D. 2).
Kurangnyaketersediaansaranadanprasaranapendukungsebagaikelengkapand
aripelaksanaan KTSP.
E. Ketersediaansaranadanprasarana yang
lengkapdanrepresentatifmerupakansalahsatusyarat yang paling
urgenbagipelaksanaan KTSP.Sementarakondisi di
lapanganmenunjukkanmasihbanyaksatuanpendidikan yang
ininimalatperaga, laboratoriumsertafasilitaspenunjang yang
menjadisyaratutamapemberlakuan KTSP.
F. 3). Masihbanyak guru yang belummemahaini KTSP
secarakomprehensifbaikkonsepnya, penyusunannyamaupunprakteknya di
lapangan.
G. Masihrendahnyakuantitas guru yang
diharapkanmampumemahainidanmenguasai KTSP
dapatdisebabkankarenapelaksanaansosialisasimasihbelumterlaksanasecaram
enyeluruh.Jikatahapansosialisasitidakdapattercapaisecaramenyeluruh,
makapemberlakuan KTSP secaranasional yang targetnyahendakdicapai
paling lambattahun 2009 tidakmemungkinkanuntukdapatdicapai.
H. 4). Penerapan KTSP yang merekomendasikanpengurangan jam
pelajaranakanberdampakberkurangpendapatanpara guru.
I. PenerapanKurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP)
akanmenambahpersoalan di duniapendidikan.
Selainmenghadapiketidaksiapansekolahbergantikurikulum, KTSP
jugamengancampendapatanpara guru.Sebagaimanadiketahuirekomendasi
BSNP terkaitpemberlakuan KTSP
tersebutberimplikasipadapenguranganjumlah jam mengajar. Hal
iniberdampakpadaberkurangnyajumlah jam mengajarpara guru. Akibatnya,
guru terancamtidakmemperolehtunjanganprofesidanfungsional.
J. Untukmemperolehtunjanganprofesidanfungsionalsemua guru harusmengajar
24 jam, jikajamnyadikurangimakatidakakanbisamemperolehtunjangan.
Sebagaicontoh, pelajaranSosiologiuntukkelas 1 SMA ataukelas 10
mendapatdua jam pelajaran di KTSP maupunkurikulumsebelumnya.
Sedangkan di kelas 2 SMA ataukelas 11 IPS, Sosiologidiajarkanselamalima
jam pelajaran di kurikulum lama. Namun di KTSP
Sosiologihanyamendapatjatahtiga jam pelajaran. Hal yang samaterjadi di
kelas 3 IPS. Padakurikulum lama, pelajaranSosiologidiajarkanuntukempat
jam pelajarantapipada KTSP menjaditiga jam
pelajaran.Sementaraitumasihbanyak guru yang
belummengetahuitentangketentuanbarukurikulumini.Jika KTSP telahbenar-
benardiberlakukan, para guru sulitmemenuhiketentuan 24 jam mengajar agar
bisamemperolehtunjangan. Beberapafaktorkelemahan di
atasharusmenjadiperhatianbagipemerintah agar pemberlakuan KTSP
tidakhanyaakanmenambahdaftarpersoalan-persoalan yang
dihadapidalamduniapendidikankita. Jikatidak, makapemberlakuan KTSP
hanyaakanmenambahdaftarmakincarutmarutnyapendidikan di Indonesia. (1)

D. Pengertian Kurikulum 2013


Menurut Mulyasa (2014, h. 6) kurikulum 2013 adalah kurikulum yang
menekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar yang
akan menjadi fondasi pada tingkat berikutnya. melalui pengembangan

1
kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan berbasis kompetensi kita
berharap bangsa ini menjadi bangsa yang memiliki nilai jual yang bisa
ditawarkan kepada bangsa lain didunia.
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19, kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan
pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham
atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan
santun disiplin yang tinggi. Kurikulum ini menggantikan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan yang diterapkan sejak 2006 lalu. Dalam Kurikulum 2013
mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan
pendidikan pada setiap satuan atau jenjang pendidikan.
Keunggulan Kurikulum 2013

Implementasi Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insane


yang produktif, kreatif dan inovatif. Hal ini dimungkinkan, karena
Kurikulum ini berbasis karakter dan kompetensi, yang secara konseptual
memiliki beberapa keunggulan. Pertama: Kurikulum 2013 menggunakan
pendekatan yang bersifat alamiah (kontekstual) karena berangkat, berfokus,
dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai
kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta
didik merupakan subjek belajar, dan proses belajar berlangsung secara
alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan kompetensi
tertentu, bukan transfer pengetahuan (transfer of knowledge).
Kedua: Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh
jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan
ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan
aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar
kompetensi tertentu.
Ketiga; ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang
dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi,
terutama yang berkaitan dengan keterampilan. (Prof. Dr. H. Mulyasa, M.Pd:
163)

E. Perbandingan Kurikulum 2013 dengan KTSP 2006

Tema Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dapat menghasilkan


insan Indonesia yang : produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Perbandingan Tata Kelola Pelaksanaan Krurikulum

Elemen Ukuran Tata KTSP 2006 Kurikulum 2013


Kelola
Guru Kewenangan Hampir Mutlak Terbatas
Kompetensi Harus Tinggi Sebaiknya
Tinggi. Bagi yang
rendah masih
terbantu dengan
adanya buku
Bebasan Berat Ringan
Efektivitas waktu Rendah ( banyak Tinggi
untuk kegiatan waktu untuk
pembelajaran persiapan)
Buku Peran Penerbit Besar Kecil
Variasi materi dan Tinggi Rendah
proses
Variasi Tinggi Rendah
harga/bebas
siswa
Siswa Hasil Tergantung Tidak
Pembelajaran sepenuhnya pada sepenuhnya
guru tergantung guru,
tetapi juga buku
yang disediakan
pemerintah
Pemantauan Titik Banyak Sedikit
Penyimpangan
Besar Tinggi Rendah
Penyimpangan
Pengawasan Sulit, hampir Mudah
tidak mungkin
Sumber : (Kemdiknas, 2013)

Perbandingan Tata Kelola Pelaksanaan Kurikulum

Proses Peran KTSP 2006 Kurikulum 2013


Penyusunan Guru Hamir mutlak Pengembangan
Silabus (dibatasi hanya dari yang sudah
oleh SK-KD) disiapkan
Pemerintah Hanya sampai Mutlak
SK-KD
Pemerintah Supervisi Supervisi
Daerah Penyusunan Pelaksanaan
Penyediaan Buku Penerbit Kuat Lemah
Guru Hampir Mutlak Keil, untuk buku
pengayaan
Pemerintah Kecil, untuk Mutlak, untuk
kelayakkan buku teks, keil
penggunaan di untuk buku
sekolah pengayaan.
Penyusunan Guru Hampir mutlak Kecil, untuk
Rencana pengembangan
Pelaksaan dari yang ada
Pembelajaran pada buku teks
Pemerintah Supervisi Supervisi
Daerah penyusunan dan pelaksanaan dan
pemantauan pemantauan
Pelaksanaan Guru Mutlak Hampir mutlak
Pembelajaran Pemerintah Sulit, karena Mudah, karena
daerah variasi terlalu mengarah pada
besar pedoman yang
sama
Penjaminan Mutu Pemerintah Sulit. Karena Mudah, karena
variasi terlalu mengarah pada
besar pedoman yang
sama.

(Prof. Dr. H. E Mulyasa M.Pd,2017 : 168)


F. Pengertian Kurikulum Nasional

Suryosubroto dalam dalam buku Manajemen Mutu Sekolah di Era


Otonomi Pendidikan, memberikan definisi bahwa kurikulum ialah segala
pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah maupun diluar sekolah.
Sedangkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 19 tentang
sistem Pendidikan Nasional memberikan definisi bahwa kurukulum
merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
teartentu

Secara garis besar kurikulum merupakan hal terpenting dalam sebuah sistem
pendidikan, dimana seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi,
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran termaktub dalam kurikulum. Pun
juga kurikulum sebagai wahana untuuk mewujudkan tujuan pendidikan
pada masing-masing jenis/jenjang satuan pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan Nasional. Pendidikan memang seharusnya bersinergi dengan
perkembangan zaman, terselaraskanya pendidikan betul-betul menjadi
kebutuhan zaman. Untuk mencapai hal terebut, kurikulum sebagai tonggak
dari sebuah sistem pembelajaran dalam perkembangnya mengalami
perkembangan dari masa-kemasa, dimana sejak dikumdangkan proklamasi
kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 17 Agustus
1945 hingga saat ini (2006), Kurikulum Nasional Pendidikan mengalami
peruberubah 9 kali kali, (kurikulum Tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,
1994, 2004 dan 2006) dan kurikulum 2013 yang rencananya akan
diberlakukan pada tahun ajaran 2013-2014 M.

G. Deskripsi kurikulum Pendidikan Nasional

Pada pada hakikatnya kurikulum berkembang dinamis evolusioner


seiring berputarnya waktu dan bergulirnya rentang kehidupan umat manusia
di muka bumi. Pada mulanya kurikulum berkembang di Erofa dari Zaman
Kuno hingga dapat dikenal dan diterapkan di Indonesia. Pada awal
perkembanganya, kuriklum tidak tertulis dalam sebuah maktab, namun pada
era selanjutnya zaman yunani kurikulum mulai dihasilkan dalam bentuk
tulisan. Pada saat itu kurikulum yang ada saat itu menurut Soemantri (1988)
dalam Efendi (2009:9) dipilah menjadi dua: Rhetorica School dimana sekolah
menitikberatkan pada pendidikan keahlian berbicara/berpidato dan berdebat
Philosopical School dimana Sekolah yang menitikberatkan pada pendidikan
intelektual serta bidang filsafat (kecerdasan)

Bermula dari itulah, kurikulum mengalmai perkembangan dan perubahan.


Dalam sejarah perjalanan sejak kemerdekaan pada tahun 1945, Kurikulum
Pendidikan Nasional telah mengalami sembilan kali perubahan, yaitu pada
tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan yang akan
datang 2013. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari
terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam
berbangsa dan bernegara pada masyarakat kita. Sebab, kurikulum sebagai
seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai
dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Perubahan
Kurikulum Nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu
Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan
pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.

1. Masa Awal Kemerdekaan

Pada nasa ini kurikulum mengalami dua kali perubahan, yaitu


tahun 1947 dan 1952 . Kurikilum pertama pada awal kemerdekaan
Repuplik Indonesia dikenal dengan rencana Pembelajaran (leer plan).
Kurikulum ini pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah
digunakan oleh Belanda karena pada saat itu masih dalam psoses
perjuangan merebut kemerdekaan, dimna belanda menformat
pendidikan yang mengakomodasi kurikulum berorientasi lokal. Yang
menjadi ciri utama kurikulum era kemerdekaan adalah lebih
menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan
untuk menyejarak dengan bangsa lain.

Pada tahap selanjutnya pada tahun 1952 kurikulum Nasioanal


mengalami penyempurnaan dari rencana Pembelajaran menjadi
Rencana Pembelajaran Terurai. Yang paling menonjol dan sekaligus
menjadi ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana
pembelajaran dan isi pelajaran haraus didihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari.

2. Masa Orde Lama

Sekitar 12 Tahun kurikulum 1952 diberlakukan, menjelang


tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan kurikulum di
Indonesia. Kali ini kurikulum diberi nama Rencana Pendidikan 1964.
Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 adalah bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik
untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran
dipusatkan pada program Pancawardhana yang meliputi
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata
pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan
jasmani. Pendidikan Dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan
kegiatan fungsional praktis.

Dua tahun kemudian, pada tahun 1968, Kurikulum 1964 kembali


diperbaharui. Yang asalnya fokus pada Pancawardhana menjadi
pembinaan jiwa pancasila, Kurikulum 1968 lebih diwujudkan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.

Walaupun dalam demikian, kurikulum 1968 Muatan materi pelajaran


masih bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di
lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan
kepada siswa di setiap jenjang pendidikanMasa Orde Baru.

Pada Masa Orde Baru kurikulum mengalami peruban tiga kali,


pertama Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan
lebih efisien dan efekti. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci
dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) . Dan juga
masa ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran
setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk
umum, tujuan instruksional khusus (TIK) , materi pelajaran, alat
pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975
banyak dikritik. Alasan yang muncul saat itu, Guru dibikin sibuk
memenui rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran.

Kedua pada tahun 1984 dalam hal ini kurikulum yang diusung process
skill approach, dimana posisi siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar, mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan semunya dititik beratkan pada siswa. Sehingga model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) . Tokoh penting dibalik
lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan,
Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga
Rektor IKIP Jakarta sekarang Universitas Negeri Jakarta periode 1984-
1992. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di
sekolah-sekolah yang diuji-cobakan, mengalami banyak deviasi dan
reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah
kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana
gaduh di ruang kelas lantaran siswa.

Ketiga Kurikulum 1994. Kurikulum dirumuskan sebagai


penyempurnaan kurikulum sebelumnya dan bentuk penyesuaian
dengan Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran,
yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan .
Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi siswa untuk
dapat menerima materi pelajaran lebih banyak.

3. Masa Reformasi

Seiring jatuhnya rezim Soeharto pada tahun 1998, pada tahun


1999 kurikulum 1994 yang telah diberlakukan sekitar 4 tahun diadakan
suplemen, karena pelajaran dianggap terlalu sukar dan kurang relevan
dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna,
pelajaran yang disampaikan pada saat itu kurang berkaitan dengan
aplikasi kehidupan sehari-hari . Walau demikian, dalam penerapanya
tetap memakai sistem caturwulan.

Pada masa selanjutnya, pada tahun 2004 diadakan penerapan


Kurikulum baru yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK). KBK seperti yang disampaikan aabdurrahman shaleh dalam
Kurikulum tingkat satuan pendidikan ialah perangkat standart
program pendidikan yang dapat mengantarkan siswa untuk menjadi
kompeten dalam berbagai bidang kehidupan yang dipelajarinya .
Sehingga pendidikan menitikberatkan pada pengembangan
kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu
sesuai dengan standar performance yang telah ditetapkan.

Kurikulum Berbasis kompetenai (KBK) tidak semerta-merta ada


pada kekuasaan pemerintah semata dalam penentuan dan
penggunaanya, melainkan masyarakat juga dilibatkan dalam proses
perancangannya ditambah lagi denngan memberian kepercayaan pada
guru dalam perumusan kurikulum operasionalnya , yang deamikian
marupakan respon terhadap perubahan struktural dalam
pemerintahan dari sentralistik menjadi disentralistik sebagai
konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tentang otonomi
daerah.

Sehingga KBK mengupayakan dan menyiapkan individu


mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan oleh
seorang guru, dimana dalam hal ini Pemerintah hanya menentukan
kompetensi dasar dalam setiap jenjang pendidikan, sementra
kompetensi dasar mata pelajaran dipasrahkan pada guru pelajaran,
sehingga keterkaitan bahan ajar dengan keadaan siswa bisa
disesejajarkan.

Dalam KBK ada empat kompetensi yang mau dicapai dalam


penerapan Kurikulum ini, pertama kompetensi lulusan dimana
keterampilan, pengetahuan,sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah setelah siswa
menyelesaikan belajar pada suatu jenjang tertentu, kedua kompetensi
Mata Pelajaran rumusan kompetensi siswa dalam bertindak dan
berfikir setelah menyelesaikan mata pelajaran. Ketiga kompetensi
rumpun Mata pelajaran dimana siswa diahapakan mempunyai
keahklian dalm mengaitkan mata pelajaran satu dengan yang lainnya.
Keempat kompetensi lintas kurikulum.

Menjelang dua tahun dari diberlakukanya KBK, pada tahun


2006 Kurikulum Nasional mengalami perubahan kembali, yaitu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam kurikulum ini
tidak jauh berbeda dengan kurikulum yang sebelumnya, akan hal
yang plaing menunjol pada kurikulum ini adalah dimna guru lebih
diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan
lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini
disebabkan Karangka Dasar (KD), Standar Kompetensi Lulusan (SKL),
Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar (SKKD) setiap mata
pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional. sehingga pengambangan perangkat
pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian pada kewenangan
satuan pendidikan (Sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi
pemerintah Kabupaten/Kota.

Perubahan ini sebagai respon terhadap berubahnya Undang-


Undang nomor 20 tahun 2003 dan Sisdiknas dan PP nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, sehingga Draf kurikulum
yang telah dirancang harus kembali disempurnakan. Dalam
penyeampuranaan ini ditangani oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) atas masukan dari msyarakat yang berfokus pada
dua hal: pengurangan beban belajar dan penyederhanaan karangka
dasar dalam dan struktur kurikulum .

Kurikulum KTSP sebagai lanjutan dari kurikulum sebelumnya,


otonomi kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan tetap
diberlakukan, sehingga dengan KTSP seorang guru, sehingga guru
menurut menurut Okvina benar-benar digerakkan menjadi manusia
yang professional sehingga untuk tercapainya tujuan kurikulum ini
setidaknya sumber daaya manusia yang potensial dalam menjabarkan
materi pelajaran dan sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh
lembaga.

Kurikulum terbaru yang bakal diterapkan tahun ajaran mendatang;


kurikulum 2013. kurikulum yang sedang disusun oleh tim yang terdiri
para pakar dan tokoh pendidikan seperti Franz Magnis Suseno, Prof
Juwono Sudarsono, serta lainnya, yang akan direrapkan pada tahun
ajaran 2013-2014 mendatang, akan ditekankan pada model
pembelajaran tematik, dan lebih mengarah pada pendidikan karakter .
Pada hakikatnya, Kurikulum 2013 adalah kelanjutan dari kurikulum
berbasis kompetensi yang pernah digagas dalam Rintisan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tapi belum terselesaikan karena
desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Dalam penerapan kurikulum ini,
Kemdikbud mempersiapkan tiga hal pokok dalam pemerlakuan
kurikulum , Pertama berkait dengan buku pegangan dan buku murid.
Kedua pelatihan guru. Ketiga, tata kelola Kementerian di tingkat
satuan pendidikan .

Untuk terealisasinya kurikulum 2013 ini sesuai dengan yang


diharapkan, pemerintah mengangngarkan itu untuk rencana
pengadaan buku sekitar 72,8 juta eksemplar dengan nominal Rp1,2
triliun, kemudian untuk pelatihan guru sekitar 690 ribu guru dan
kepala sekolah se-Indonesia dianggarkan Rp1,09 triliun. Akan tetapi
anggaran yang sebesar itu mendapat sorotan dari legislator Herlini.

C. Sistem Evaluasi Belajar Dalam kurikulum

Seiring berubah dan berkembangnya kuririkulum Pendidikan


Nasioanal (dari kemerdekaan sampai Orde lama), sistem evaluasi
akhirpun mengalami peruhahan, dari kurikulum 1947, 1952, 1964
sampai 1968 Evaluasi yang dipakai disebut dengan Ujian Negara. pada
tahap selanjutnya masa orde baru evaluasi yang dipakai THB (Tes hsil
belajar) atau sekarang dikenal dengan Semister dan EBTANAS
(Evaluasi Tahunaan Nasional) sebagai penentu lulus-tidaknya peserta
didik dalam proses belaja. Seirng dengan diterapokanya KBK
(Kurikulum Berbasis Kompetensi) Tahun 2004, evaluasi yang dipakai
adalah Semister dan UAN (Ujian Akhir Nasional) pada tahap
selanjutnya, pada kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) yang asalnya UAN menjdi UN. Yang dalam perjalananya
format Ujianpun mengalmi perubahan.

D. Faktor yang mempengaruhi perubahan kurikulum.


Salah satu prinship dalam pengembangan kurikulum adalah relevansi, dimana
sebuah kurikulum harus relevansi terhadap keberadaan kurikulum itu sendiri dan
pada tujuan, isi, dan proses belajar dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan
masyarakat. Dengan demikian tidak menutup kemungkinan kurikulum terus akan
bersenergi searah perkembnagan hidup manusia.

1) Dalam hal ini ada beberapa faktor yang mengaruhi perubahan sebuah kurikulum.
tantangan masa depan diantaranya meliputi arus globalisasi, masalah lingkungan
hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, dan ekonomi
berbasis pengetahuan.

2) kompetensi masa depan yang antaranya meliputi kemampuan berkomunikasi,


kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral
suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang efektif, dan
kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang
berbeda.

3) fenomena sosial yang mengemuka seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi,


plagiarisme, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak sosial.

4) persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitikberatkan pada
aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter.

Anda mungkin juga menyukai