Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK

UJIAN TENGAH SEMESTER

Diajukan dalam rangka memenuhi tugas penilaian Ujian Tengah Semester pada mata kuliah
Filsafat Pendidikan Islam.
Dosen Pengampu : Muh. Ferry Mustika, M.Pd.

Oleh :
Kelompok XIII
Siti Maryam (016.011.0091)
Dini Rojanah (016.011.0 )
Siti Hanna Qodriani (016.011.0090)

Fakultas Tarbiyah

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam Siliwangi

Jl. Terusan Jendral Sudirman, Kebon Rumput, Cimahi


1. Sebutkan Deskrispsi Komponen Manusia menurut :
a) Al-farab
b) Al-Ghazali
c) Ibn Rasyid ( dalam bentuk Tabel)

JAWABAN
a) Al –farabi
Jiwa manusia, al-farabi membagi jiwa menjadi tiga bagian, yaitu :
 Jiwa tumbuh-tumbuhan yang mempunyai daya makan, tumbuh dan
berkembang biak.
 Jiwa binatang yang mempunyai daya gerak, pindah dari satu
tempat ketempat lain, dan daya menangkap dengan panca indra
 Jiwa manusia memiliki satu daya, yaitu daya berpikir yang disebut
akal.

Al-farabi menjelaskan bahwa manusia mempunyai lima kemampuan atau


daya.

1) Kemampuan untuk tumbuh yang disebutdaya vegetative


2) Daya mengindra.
3) Daya imajinasi.
4) Daya berpikir.
5) Daya rasa

Hakekat manusia menurut al-farabi

Manusia adalah makhluk terakhir dan termulia yang lahir diatas bumi
ini, Ia terdiri atas dua unsur, yaitu jasad dan jiwa. Jasad berasal dari alam
ciptaan dan jiwa berasal dari alam perintah. Menurut Al-farabi kesatuan antara
jiwa dan jasad adalah kesatuan accident.Ini berarti keduanya mempunyai
substansi yang berbeda dan tidak esensial sehingga binasanya jasad tidak
membawa binasanya jiwa.1

b) Al-Ghazali menggambarkan manusia terdiri dari Al-Nafs, Al-ruhdan Al-


jism. Al-nafs adalah substansi yang berdiri sendiri, tidak bertempat. Al-
1
:http://ibnu8sulaiman.blogspot.in/2016/06/hakekat-manusia-manurut-al-farabi_13.html?m=1
ruhadalah panas alam di (al-hararat al-ghariziyyat) yang mengalir pada
pembuluh-pembuluh nadi, otot-otot dan syaraf. Sedangkan al-jism adalah
yang tersusun dari unsur-unsur materi.2 Al-jism (tubuh) adalah bagian yang
paling tidak sempurna pada manusia. Ia terdiri atas unsur-unsur materi,
yang pada suatu saat komposisinya bisa rusak. Karena itu, ia tidak
mempunyai daya sama sekali. Ia hanya mempunyai mabda’ thabi’i
(prinsipalami),3 yang memperlihatkan bahwa ia tunduk kepada kekuatan-
kekuatan di luar dirinya. Tegasnya, al-jism tanpa al-ruh dan al-nafs adalah
benda mati
Selain itu, Al-Ghazali juga menyebutkan manusia terdiri dari
substansi yang mempunyai dimensi dan substansi (tidak berdimensi) yang
mempuyai kemampuan merasa dan bergerak dengan kemauan.Yang
pertama adalah al-jism dan yang kedua al-nafs. Di sini, ia tidak
membicarakan al-ruh dalam arti sejenis uap yang halus atau panas alami,
tetapi ia menggambarkan adanya dua tingkatan al-nafs dibawah al-nafs
dalam arti esensi manusia, yaitu al-nafs al-nabatiyyat (jiwa vegetatif) dan
al-nafs al-hayawaniyyat (jiwasensitif).4 Kedua jiwa ini disebut di bawah
jiwa manusia, karena dipunyai secara bersama oleh manusia dan makhluk-
makhluk lainnya, tumbuh-tumbuhan untuk yang pertama dan hewan serta
tumbuh-tumbuhan untuk yang kedua.
Menurut Al-Ghazali, Jiwa (al-nafs al-nathiqah) sebagai esensi
manusia mempunyai hubungan erat dengan badan. Hubungan tersebut
diibaratkan seperti hubungan antara penunggang kuda dengan kudanya.
Hubungan ini merupakan aktifitas, dalam arti bahwa yang memegang
inisiatif adalah penunggang kuda bukan kudanya.Kuda merupakan alat
untuk mencapai tujuan. Ini berarti bahwa badan merupakan alat bagi jiwa.5
Jadi, badan tidak mempunyai tujuan pada dirinya, dan tujuan itu akan ada
2
Al –Ghazali,Mi;raj al-Salikin ( KairoSilsilat Al-saqafat al-islamiyat,1964 ) hal 16

3
Al-Ghazali, Ma’arij al-Quds ( KairoMaktab al-Jundi,1968, hal 26

4
Al-Ghazali,Ibid , hal.27 & 29

5
Al-Ghazali,Mizan al-‘Amal,(kairo : Dar al-Ma’arif,1964 ) hal. 338
apabila dihubungkan dengan jiwa, yaitu sebagai alat untuk untuk
mengaktualisasikan potensi-potensinya.

Table deskripsi Komponen Hakikat Manusia

Konsepsi Al-Farabi Al-Ghazali IbnRusyid


Manusia

Komponen jasad Komponen ini berasal Dapat bergerak Komponen materi


dari alam yang memiliki rasa, berwatak
mempunyai bentuk, gelap dan kasar, dan
rupa, kualitas, kadar, tidak berbeda dengan
gerakan dan terdiri benda lain.
atas organ
Komponen ruh Berasal dari alam Jiwa atau ruh dapat Kesempurnaan awal
( Jiwa ) perintah ( alam Khaliq berpikir, mengingat, bagi jasa dalami yang
) yang mempunyai mengetahui dan organik,
sifat berbeda dengan sebagainya. Unsur ini kesempurnaan awal
jasad manusia. Hal ini merupakan unsure ini karena jiwa dapat
karena jiwa rohani sebagai dibedakan dengan
merupakan ruh dari penggerak jasad untuk kesempurnaan lain
perintah Tuhan melakukan kerjanya. yang merupakan
walaupun tidak pelengkap dirinya.
menyamai zat-Nya.

Uraian tersebut mengilustrasikan bahwa manusia merupakan rangkaian utuh antara


komponen jasmani dan komponen rohani. Komponen jasmani berasal dari tanah sedangkan
komponen rohani berasal dari ruh Tuhan. Dengan kata lain manusia merupakan kesatuan
antara mekanisme biologis yang berpusat pada jantung, dan mekanisme kejiwaan yang
berpusat pada otak ( sebagai lambang berpikir, merasa dan bersikap ).6

2. Uraikan tema manusia dalam sebutan :


a) An-Naas
b) Al-Insan
c) Al-Basyar
d) Dzurriyah/Bani Adam

JAWABAN

a. Kata an-nas dinyatakan dalam al-qur’an sebanyak 240 kali dan tersebar dalam 53
surat, kata an-nas menunjukan eksistensi manusia sebagai makhluk sosial, secara

6
ibid
keseluruhan tanpa melihat status keimanan atau kekafirannya. Kata an-nas dipakai al-
qur’an untuk menyatakan adanya sekelompok orang atau masyarakat yang
mempunyai berbagai kegiatan untuk mengembangkan hidupnya.

Contohnya pada firman Allah QS. Al-baqarah :24

“Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) – dan pasti kamu tidak akan dapat
membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan
batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.”

b. Al-insan, berasal dari kata al-uns , dinyatakan dalam al-qur’an sebanyak 73 kali dan
tersebar dalam 43 surat, secara etimologi al insane dapat diartikan harmonis, lemah
lembut, tanpa kata pelupa.
Adapun kata al insane dalam al-qur’an digunakan untuk menunjukan totalitas
manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani. Kata al-insan juga digunakan untuk
menunjukkan proses kejadian manusia sesudah adam, kejadiannya mengalami proses
yang sempurna di dalam rahim.

Contoh pada QS. Al-mukminun : 12-14

“ Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah.

Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
c. Basyar .penamaan basyar dalam al-qur’an dinyatakan sebanyak 36 kali dan tersebar
dalam 26 surat. Secara elimologi basyar berarti kulit kepala, wajah, atau tubuh yang
menjadi tempat tumbuhnya rambut. Ayat ini menjelaskan bila manusia dipenuhi
dengan keterbatasan termasuk membutuhkan makan dan minum.7

Contoh ayat tentang basyar, Firman Allah QS. Al-kahfi : 110

“Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa sepertikamu, yang diwahyukan


kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

3. Jelaskan Kajian Filsafat ditinjau dari teori Aksiologi, Efistimologi dan


Ontologi !

JAWABAN :

a) Kajian Filsafat ditinjau dari teori Aksiologi


Aksiologi, yaitu suatu pemikiran tentang masalah nilai-nilai termasuk
nilai-nilai tinggi dari Tuhan. Misalnya, nilai moral, nilai agama, nilai
keindahan (estetika). Aksiologi ini mengandung pengertian lebih luas dariada
etika atau higher values of life (nilai-nilai kehidupan yang bertaraf lebih
tinggi).8

b) Kajian Filsafat ditinjau dari teori Epistimologi


Epistimologi, yaitu pemikian tentang apa dan bagaimana sumber
pengetahuan manusia diperoleh; apakah dari akal pikiran (aliran
Rasionalisme) atau dari pengalaman pancaindra (aliran Empirisme) atau dari
7
Sumber :http://rumahbuku.weebly.com/bangku-i/manusia-menurut-al-quran

8
George Thomas White Petrick, Introduction to Philosophy,p. 67-69
ide-ide (aliran Idealisme) atau dari Tuhan (aliran Teologisme). Juga pemikiran
tentang validitas pengetahuan manusia, artinya sampai di mana kebenaran
pengetahuan kita. Hal ini menimbulkan berbagai paham seperti idealism yang
beranggapan bahwa kebenaran itu terletak dalam ide, sedang realism
beranggapan bahwa kebenaran terletak pada kenyataan yang ada (realitas).
Juga paham pragmatism bahwa kebenaran itu terletak pada kemanfaatan atau
kegunaannya, bukan pad aide atau realitas.9

c) Kajian Filsafat ditinjau dari teori Ontologi


Ontologi, yaitu suatu pemikiran tentang asal-usul kejadian alam semesta, dari
mana kea rah mana proses kejadiannya. Pemikiran ontologis akhirnya akan
menentukan suatu kekuatan yang menciptakan alam semesta ini, apakah
pencipta itu Satu Zat (Monoisme) ataukah Dua Zat (Dualisme) atau Banyak
Zat (Pluralisme). Dan apakah kekuatan penciptaan alam semesta ini bersifat
kebendaan ataukah roh. Bilamana kekuatan itu bersifat kebendaan, paham ini
disebut materialism dan bila bersifat roh, paham ini disebut spiritualisme
(serba roh).10

4. Uraikan korelasi antara Filsafat Pendidikan Islam dengan teori Empirisme,


Nativisme, dan Konvergensi, serta konsep Fitrah dalam Islam !

JAWABAN :

a) Aliran Empirisme
Tokoh utama aliran ini ialah John Locke. Ia berpendapat bahwa
perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu ditentukan oleh
lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak
kecil. Manusia-manusia da-pat dididik apa saja (ke arah yang baik dan ke arah
yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidikan. Dalam hal ini,
alamlah yang membentuknya. Dalam pendidikan, pendapat kaum empiris ini
terkenal dengan nama optimisme paedagogis.11

9
Prof.H.Muzayyin Arifin, M.Ed, Filsafat Pendidikan Islam, hal. 8
10
Prof.H.Muzayyin Arifin, M.Ed, Filsafat Pendidikan Islam, hal. 7

11
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Cet. XI; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, h. 178.
Teori aliran ini mengatakan bahwa anak yang lahir ke dunia dapat
diumpamakan seperti kertas putih yang kosong dan yang belum ditulisi, atau
lebih dikenal dengan istilah “Tabularsa” (a blank sheet of paper). Menurut
aliran ini anak-anak yang lahir ke dunia tidak mempunyai bakat dan
pembawaan apa-apa seperti kertas putih yang polos. Oleh karena itu anak-
anak dapat dibentuk sesuai dengan keinginan orang dewasa yang memberikan
warna pendidikannya. Menurut pandangan Empirisme (enviromentalisme),
pendidikan memegang peranan penting, sebab pendidikan menyediakan
lingkungan yang sangat ideal kepada anak-anak.

b) Aliran Nativisme
Nativisme berasal dari kata native artinya asli atau asal. Nativisme
berpendapat bahwa sejak lahir anak telah memi-liki/membawa sifat-sifat dan
dasar-dasar tertentu, yang bersifat pembawaan atau keturunan. Sifat-sifat dan
dasar-dasar tertentu yang bersifat keturunan (herediter) inilah yang
menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak sepenuhnya. Sedangkan
pendidikan dan lingkungan boleh dikatakan tidak berarti, kecuali hanya
sebagai wadah dan memberikan rangsangan saja. Dalam ilmu pendidikan,
pandangan tersebut dikenal dengan pesimisme paedagogis. Tokoh utama
aliran ini ialah Schopenhauer.12
Teori aliran ini mengatakan bahwa anak-anak yang lahir ke dunia
sudah memiliki pembawaan atau bakatnya yang akan berkembang menurut
arahnya masing-masing. Pembawaan tersebut ada yang baik dan ada yang
buruk. Oleh karena itu perkembangan anak tergantung dari pembawaan sejak
lahir dan keberhasilan pendidikan anak ditentukan oleh anak itu sendiri.

c) Aliran Konvergensi
Aliran ini dimunculkan oleh ahli ilmu jiwa bangsa Jerman, William
Stern. Ia mengatakan bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya
menentukan perkembangan manusia.13Teori ini mengatakan bahwa seseorang
terlahir dengan pembawaan baik dan juga pembawaan buruk. Bakat dan

12
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, Cet. VIII; Bandung: PT. Al-Maarif, 1989, h. 35.
13
Ngalim Purwanto, ibid., h. 15.
pembawaan yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa
adanya lingkungan yang sesuai dengan perkembangan bakat dan pembawaan
tersebut. Dengan demikian paham/aliran teori ini menggabungkan antara
pembawaan sejak lahir dan lingkungannya yang menyebabkan anak mendapatkan
pengalaman.
William Stern menjelaskan pemahamannya tentang pentingnya
pembawaan, bakat dan lingkungan itu dengan perumpamaan dua garis yang
menuju satu titik pertemuan. Oleh karena itu teorinya dikenal dengan sebutan
konvergensi (memusat ke satu titik).
d) FITRAH SEBAGAI POTENSI DASAR MANUSIA DALAM
PERKEMBANGAN

Rasulullah saw. telah memberikan isyarat bahwa manusia sejak lahirnya


memiliki potensi untuk dikembangkan. Isyarat ini dapat dilihat pada sabdanya yang
diriwayatkan dari Abu Hurairah sebagai berikut:

ِ ‫ُك ُّل مولُو ٍد يولَ ُد علَى الْ ِفطْر ِة فََأبواه يه ِّودانِِه َأو يْن‬
‫صَرانِِه َْأو مُيَ ِّج َسانِِه‬ ُ ْ َ َ ُ ُ ََ َ َ ُْ ْ ْ َ
)‫(احلديث‬
Manusia itu dilahirkan dengan fitrah (tabiat atau potensi yang suci dan baik), hanya
ibu bapak (alam sekitar)nyalah menyebabkan ia menjadi Yahudi, Majuzi atau menjadi
Nasrani. (H.R. Muslim).
Hadis di atas menekankan bahwa fitrah yang dibawa sejak lahir oleh anak itu
sangat besar dipengaruhi oleh lingkungan. Fitrah itu sendiri tidak akan berkembang
tanpa dipengaruhi kondisi lingkungan sekitar yang mungkin dapat dimodifikasikan
atau dapat diubah secara drastis menakala lingkungannya tidak memungkinkan
menjadikannya lebih baik.14
Belasan abad yang silam, Islam telah hadir dengan memberikan konsep “fitrah-nya”,
namun sampai sekarang menjadi catatan apakah makna fitrah itu? Para ahli dalam kalangan
Islam mencoba memformulasikan makna fitrahnya dan tiap formulasi yang dihasilkan melalui
kajian dan argumentasi yang kuat.
Al-Raghib al-Asfahani ketika menjelaskan makna fitrah dari segi bahasa, dia
mengungkapkan kalimat fathara Allah al-khalq, yang maksudnya Allah mewujudkan

14
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur’an, Cet. II; Jakarta: Rineka
Cipta, 2004, h. 62.
sesuatu dan menciptakannya bentuk/keadaan kemampuan untuk melakukan
perbuatan-perbuatan.
Adapun fitrah disebutkan dalam QS al-Rum/30: 30

ِ ‫اهلل الَّيِت فَطَر النَّاس علَيها اَل َتب ِديل خِل ْل ِق‬
‫اهلل‬ ِ ‫ك لِلدِّي ِن حنِي ًفا فِطْر َة‬ ِ
َ َْ ْ َْ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ‫فََأق ْم َو ْج َه‬
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.17

Dalam hubungannya dengan konsepsi kependidikan Islam yang natives, faktor


pembawaan diakui pula sebagai unsur pembentuk corak keagamaan dalam diri
manusia. Hal ini digambarkan dalam kitab suci al-Qur’an tentang peristiwa Nabi
Ibrahim yang orang tuanya menyembah berhala. Dengan kemampuan akal pikirannya
yang mencari dan menyelidiki alam sekitar, akhirnya dapat menemukan Tuhannya
yang benar sesuai dengan keislamannya. Sebaliknya, anak Nabi Nuh yang tidak mau
mengikuti ayahnya naik ke atas perahu ketika banjir besar melanda dunia, ia tetap
dalam status nonmuslim (kafir) walaupun ayahnya sebagai nabi yang Islam.
Oleh karena itu, bilamana dipertanyakan mengapa manusia menjadi muslim
dan menjadi nonmuslim, maka jawabannya dapat diberikan bahwa setiap diri manusia
telah memiliki arah kecenderungan individual yang diperkuat oleh proses pend-dikan
atau diperlemah melalui pengalaman kependidikan dan pengaruh ekternal lainnya.
Informasi kitab suci al-Qur’an dan sabda Nabi, bila dianalisis secara
situasional (menurut suasana kejadian tertentu) jelaslah menunjukkan bahwa faktor
dasar dan faktor ajar selalu berdampingan dalam mendasari pertumbuhan atau
perkembangan manusia. Konsepsi Islam dalam pendidikan bisa dikatakan beraliran
Konvergensi ala William Stern yang berarti Islam mempertemukan pengaruh dasar
dengan pengaruh ajar, pengaruh pembawaan, dan pendidikan menjadi suatu kekuatan
terpadu yang berproses ke arah pembentukan kepribadian yang sempurna.
Maka jelaslah bahwa manusia dalam proses kependidikan menurut Islam tidak
lain adalah manusia yang memerlukan tuntunan dan bimbingan yang tepat melalui
proses kependidikan, sehingga terbentuklah dalam pribadinya suatu kemampuan
mengaktualisasikan dirinya selaku sosok individual, dan sekaligus kemampuan
memfungsikan dirinya selaku anggota masyarakat serta mendermabaktikan dirinya
hanya kepada Khaliknya semata.
Untuk tujuan itulah manusia dijadikan oleh Tuhan dalam bentuk acuan yang
paling baik sebagaimana firman-Nya dalam kitab suci al-Qur’an:
ْ ْ ‫لََق ْد َخلَ ْق َن اِإْل نْ َسا َن يِف‬
)٤( ٍ‫َأح َس ِن َت ْق ِومْي‬

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-


baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya
(neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi
mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
Bilamana manusia tidak mendapatkan pendidikan yang baik, dalam arti pada
lingkup nilai-nilai islami maka ia akan mudah tergelincir ke derajat yang paling
rendah. Jadi, faktor ikhtiarlah yang mengandung nilai pedagogis yang menentukan
kedudukan atau martabat kemanusiaannya selaku hamba Allah yang secara individual
dan sosial senantiasa membina hubungan dengan Allah dan hubungan dan
hubungannya dengan masyarakatnya.

Anda mungkin juga menyukai