IBNU SINA
KONSEP JIWA DALAM PANDANGAN IBNU SINA :
NAFS (JIWA) DALAM JASAD ITU BAGAIKAN BURUNG YANG TERKURUNG DALAM SANGKAR, MERINDUKAN KEBEBASANNYA DI ALAM LEPAS, MENYATU KEMBALI DENGAN ALAM RUHANI, YAITU ALAM ASALNYA. SETIAP KALI IA MENGINGAT ALAM ASALNYA, IA PUN MENANGIS KARENA RINDU INGIN KEMBALI.
Lanjutan
4. Ibnu Sina membagi jiwa menjadi 3 bagian :
Jiwa tumbuh tumbuhan dengan daya daya : makan, tumbuh, berkembang biak. Jiwa binatang dengan daya daya : gerak, menangkap segala apa yang ditangkap oleh panca indera, Representasi yang menyimpan segala apa yang diterima oleh indera bersama, Imaginasi yang dapat menyusun apa yang disimpan dalam representasi, Estimasi yang dapat menangkap hal hal abstraks yang terlepas dari materi, Rekoleksi yang menyimpan hal hal abstrak yang diterima oleh estimasi. Jiwa manusia dengan daya daya : Praktis yang hubungannya dengan badan. Teoritis yang hubungannya adalah dengan hal hal abstrak.
Baginya jiwa tidak sekedar tentang nafs, aql (rasio) dan qalb, tetapi juga potensi-potensi yang lain, bahkan tentang intelek (al-aql al-kull), sebuah fakultas dalam diri manusia yang lebih dari sekedar rasio (al-aql al-juzi).
alnthiq) yang lebih unggul dibanding makhlukmakhluk lain. Manusia menikmati dominasinya atas spesiesspesies lain karena mempunyai intelegensi atau kecerdasan (nuthq) dan kemauan (irdah): keduanya merupakan fungsi dari daya daya kemampuan yang ada dalam diri manusia.
5 kemampuan manusia :
kemampuan untuk tumbuh yang disebut daya vegetatif (alquwwat al-ghdziyah) sehingga memungkinkan manusia berkembang menjadi besar dan dewasa. 2. daya mengindera (al-quwwah al-hssah), sehingga memungkinkan manusia dapat menerima rangsangan seperti panas, dingin dan lainnya. 3. daya imajinasi (alquwwah al-mutakhayyilah) sehingga memungkinkan manusia masih tetap mempunyai kesan atas apa yang dirasakan meski objek tersebut telah tidak ada lagi dalam jangkauan indera
1.
Lanjutan .
4. daya berpikir (al-quwwat al-nthiqah) yang memungkinkan manusia untuk memahami berbagai pengertian sehingga dapat membedakan antara yang satu dengan lainnya, kemampuan untuk menguasai ilmu dan seni. 5. dayarasa (al-quwwah al-tarwi`iyyah), yang membuat manusia mempunyai kesan dari apa yang dirasakan: suka atau tidak suka.
Pengetahuan manusia, menurut al-Farabi, diperoleh lewat tiga daya yang dimiliki, yaitu daya indera (alquwwah al-hassah), daya imajinasi (al-quwwah almutakhayyilah) dan daya pikir (al-quwwah alnthiqah), yang masing-masing disebut sebagai indera eksternal, indera internal dan intelek. Tiga macam indera ini merupakan sarana utama dalam pencapaian keilmuan.