Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia memang mahluk hidup yang paling cepat berkembang dibanding mahluk
hidup jenis lainnya. Dan manusia menyebut dirinya mahluk tertinggi, karena
perkembangan otaknya lebih maju, memiliki hati nurani dan moral.
Tapi... Mau sepintar apapun seorang manusia, mau secanggih apapun teknologi
yang diciptakan, mau setepat apapun prediksi yang dirumuskan, manusia masih
mengandalkan indera mahluk hidup yang paling primitif untuk menjalani hidup
Ketika dihadapkan kepada situasi dimana manusia harus mengambil keputusan,
harus memilih, sementara rasionalitas dan kecerdasan tidak cukup untuk menentukan
sikap/keputusan tersebut, manusia akan menggunakan indera andalan mahluk hidup
Manusia boleh saja meninggi-ninggikan dirinya dibanding mahluk hidup lainnya,
Tapi pada dasarnya kita punya kesamaan dengan mahluk hidup lainnya, yang
saat mengambil keputusan penting dan bertahan hidup
Semua pernyataan tersebut tidak terlepas dari kata-kata Insting, Idrak, dan
Kehendak yang merupakan bagian dari dasar-dasar kelakuan manusia (behaviour).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakangdari isi makalah ini serta sebagai pokok materi yang
tersusun dalam silabus mata kuliah Pendidikan Akhlak maka pada kesempatan ini kami
sebagai kelompok pertama mempunyai tugas menyampaikan hal-hal yang berkenaan
dalam bentuk presentasi melalui sebuah makalah. Adapun pembahasan makalah kami
ini, antara lain:
1. Menjelaskan tentang insting serta pengertiannya
2. Idrak beserta pengertiannya
3. Kehendak serta pengertian atau penjelasannya
4. Serta perbedaan yang timbul pada tiga istilah tersebut

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. INSTING
Secara umum pengertian insting atau naluri adalah suatu pola perilaku dan reaksi
terhadap suatu rangsangan tertentu yang tidak dipelajari tapi telah ada sejak kelahiran
suatu makhluk hidup dan diperoleh secara turun-temurun . Dalam psikoanalisis, naluri
dianggap sebagai tenaga psikis bawah sadar.
Insting adalah bahasa impor dari barat yang dengan bahasa Indonesia di sebut
naluri dan dalam agama kita menyebutnya sebagai fitrah yang tercantum dalam surat Ar
Rum ayat 30 :
         
          
    
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (Q.S. AR RUM : 30)
Fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai
naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka
hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh
lingkungan)
Nabi SAW menafsirkan ayat ini

‫ فأبواه يهودانه وينصرانه وميجسانه‬.‫ما من مولود إال يولد على الفطرة‬


Setiap anak yang di lahirkan ke dunia dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah
yang menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi (H.R.Muslim)
Rasul tidak menyebutkan mengislamkannya, karena pada hakikatnya manusia
lahir dalam keadaan islam.
Fitrah (naluri/insting) yakni heran dalam diri manusia itu ada 3 bagian, butuh
agama, kehidupan, sex :
1. Butuh agama, pada tiap manusia akan timbul pertanyaan, siapa saya? mau
kemana? siapa Allah, bagaimana cara mengenal Allah sang pencipta itu? apa
hakikat hidup ini? kemana kita mengarah? dan semua ini tidak ada jawaban

2
kecuali pada agama. Hingga dengan kemampuan akal mereka mencari tuhan
hingga lahirlah ilmu filsafat dalam rangka mencari tuhan, namun mereka
hanya sampai pada kesimpulan tuhan itu ada tapi siapa tuhan itu maka mereka
berbeda pendapat, matahari, berhala, api dan lain sebagainya adalah
pencapaian melalui akal dan nafsu yang siapa tuhan sebenarnya tidak akan
tercapai oleh akal, maka di utuslah Rasul untuk mengenal Allah dan mereka
mengimaninya
2. Kehidupan (butuh makan, tempat tinggal, pakaian, dll..)
3. Sex (butuh hubungan lawan jenis)

B. IDRAK
Idrak juga di artikan dengan kesadaran adalah pemindahan suatu fakta ke otak
melalui panca indera, yang dipadukan dengan pengetahuan (informasi) yang diperoleh
sebelumnya, yang dapat menjelaskan fakta tersebut.
Dengan kata lain Idrak terlahir setelah bersatunya empat komponen yaitu adanya
fakta, keberadaan otak yang sehat, panda indera dan adanya pengetahuan (informasi
tentang fakta itu) sebelumnya.
Imam Al Ghazali menjelaskan idrak (persepsi) bersama dengan kehendak
(iradah), marah (ghodob), keinginan (syahwat), dan pengetahuan (ilmu) adalah lahir
setelah terkombinasinya fisik dan daya pada seorang manusia secara lahir dan batin.
Dalam kajian ilmu tertentu idrak di samakan dengan ilmu, keduanya mempunyai
makna yang sama (sinonim). Kedua kata ini menjadi bahasan yang paling penting
karena membahas aspek terpenting dalam pikiran manusia, yakni ilmu. Oleh karena itu,
makna ilmu sendiri perlu diperjelas, antara lain yaitu Ilmu adalah gambaran tentang
sesuatu yang ada dalam benak (akal). Benak atau pikiran kita tidak lepas dari dua
kondisi yang kontradiktif, yaitu ilmu dan jahil (ketidak tahuan). Pada saat keluar rumah,
kita menyaksikan sebuah bangunan yang megah dan indah, dan pada saat yang sama
pula tertanam dalam benak gambaran bangunan itu. Kondisi ini disebut "ilmu".
Sebaliknya, sebelum menyaksikan bangunan tersebut, dalam benak kita tidak ada
gambaran itu. Kondisi ini disebut "jahil".
Pada kondisi ilmu, benak atau akal kita terkadang hanya menghimpun gambaran
dari sesuatu saja (bangunan, seperti contoh). Terkadang kita tidak hanya menghimpun
tetapi juga memberikan penilaian atau hukum (judgement). (Misalnya, bangunan itu
indah dan megah). Kondisi ilmu yang pertama disebut tashawwur dan yang kedua

3
disebut tashdiq. Jadi tashawwur hanya gambaran akan sesuatu dalam benak. Sedangkan
tashdiq adalah penilaian atau penetapan dengan dua ketetapan: "ya" atau "tidak/bukan".
Misalnya, "air itu dingin", atau "air itu tidak dingin"; "manusia itu berakal", atau
"manusia itu bukan binatang" dan lain sebagainya.
Kesimpulannya, ilmu dibagi menjadi dua; tashawwuri dan tashdiqi,Dharuri dan
Nadzari
Ilmu tashawwuri dan ilmu tashdiqi mempunyai dua macam: dharuri dan nadzari.
Dharuri adalah ilmu yang tidak membutuhkan pemikiran lagi (aksiomatis). Nadzari
adalah ilmu yang membutuhkan pemikiran
Lebih jelasnya, dharuri (sering juga disebut badihi) adalah ilmu dan pengetahuan
yang dengan sendirinya bisa diketahui tanpa membutuhkan pengetahuan dan
perantaraan ilmu yang lain. Jadi Ilmu tashawwuri dharuri adalah gambaran dalam benak
yang dipahami tanpa sebuah proses pemikiran. Contoh: 2 x 2 = 4; 15 x 15 = 225 atau
berkumpulnya dua hal yang kontradiktif adalah mustahil (tidak mungkin terjadi) adalah
hal yang dharuri. Sedangkan nadzari dapat diketahui melalui sebuah proses pemikiran
atau melalui pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya. Jadi ilmu tashawwuri
nadzari adalah gambaran yang ada dalam benak yang dipahami melalui proses
pemikiran. Contoh: bumi itu bulat adalah hal yang nadzari.

4
C. KEHENDAK

Kehendak merupakan dorongan hati untuk melakukan sesuatu, tanpa dipengaruhi


oleh nilai-nilai baik atau buruk. Dorongan ini bersifat murni dari dalam diri, tanpa
melibatkan atau terpengaruh orang.
Berbeda dengan kemauan dan keingininan, kalau Kemauan adalah dorongan
untuk melakukan sesuatu karena terstimulasi (ada pengaruh) dari luar diri. Kata ini
mengindikasikan ada yang akan dilakukan sebagai reaksi atas tawaran tertentu dari luar.
Sedangkan keinginan, dari kata dasar ‘ingin’, menunjukkan adanya suatu kebutuhan
terhadap sesuatu. Bahkan bukan hanya kebutuhan, melainkan juga adanya dorongan
untuk memuaskan (hasrat) diri.1
Jika dilihat sekilas, memang tidak ada yang berbeda dari ketiga istilah tersebut,
tapi oleh Agus Mustofa dalam bukunya “Membongkar Tiga Rahasia” ternyata ketiga
istilah tersebut memiliki subtansi yang berbeda.
Seniscayanya kita harus kritis terhadap diri kita dalam menata hati. Dorongan
untuk berbuat dalam diri itu karena kehendak, kemauan ataukah keinginan. Jika itu
adalah karena ‘kehendak’, maka dorongan yang mendasari perbuatan biasanya bersifat
netral dan murni. Ia muncul dari fitrah kita sebagai manusia. Dan, ini berkorelasi positif
dengan kehendak Allah SWT.
Dapat disimpulkan bahwa kehendak manusia memiliki dua nuansa. Nuansa
pertama, adalah kehendak yang bersifat dorongan fitrah. Kehendak ini memiliki
kesamaan antar sesama manusia, seperti kehendak berbuat kebajikan, bertuhan dan
beragama secara benar, kehendak menolong sesama, kehendak untuk hidup tenang dan
damai, dan lain-lain.
Nuansa kedua, ‘keinginan’. Biasanya menggambarkan kehendak yang bersifat
egoistik. Seperti keinginan untuk berkuasa, memperoleh harta benda, mengalahkan
orang lain, berbuat jahat, dan lain sebagainya. Nuansa kehendak yang kedua ini
berpotensi untuk bertabrakan dengan kehendak manusia lain, karena kehendak yang
murni itu bergeser menjadi keinginan yang bersifat egoistik: kehendakku, kehendakmu,
dan kehendaknya.

1
tulisan Agus M. yang berjudul “Kehendak ataukah Keinginan” (halaman 166-173)

5
D. PERBEDAAN INSTING, IDRAK, DAN KEHENDAK

Untuk bisa kita membedakan ketiga istilah tersebut yaitu insting, idrak dan
kehendak terlebih dahulu di upayakan dalam perbandingan makna masing dalam
pendefinisiannya, antara lain :
1. Insting adalah suatu pola perilaku dan reaksi terhadap suatu rangsangan
tertentu yang tidak dipelajari tapi telah ada sejak kelahiran suatu makhluk
hidup dan diperoleh secara turun-temurun
2. Idrak secara garis besar adalah kesadaran atau persepsi setelah proses
pemindahan suatu fakta ke otak melalui panca indera, yang dipadukan dengan
pengetahuan (informasi) yang diperoleh sebelumnya, yang dapat menjelaskan
fakta tersebut.
3. Kehendak merupakan dorongan hati untuk melakukan sesuatu, tanpa
dipengaruhi oleh nilai-nilai baik atau buruk. Dorongan ini bersifat murni dari
dalam diri, tanpa melibatkan atau terpengaruh orang.
Sepintas kita dapat membedakan setelah memahami makna katanya masing-
masing, reaksi yang timbul dari apa yang tidak dipelajari, sedangkan idrak yang timbul
setelah hasil kerja indera (buah hasil), sedangkan kehendak adalah dorongan dari
hatinya sendiri tampa ada perlu proses penerimaan data dari hasil kerja indera manusia
itu sendiri, idrak dan kehendak tidak di peroleh sejak manusia baru dilahirkan dan ini
membedakan keduanya dengan insting.

6
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Insting adalah suatu pola perilaku dan reaksi terhadap suatu rangsangan tertentu
yang tidak dipelajari tapi telah ada sejak kelahiran suatu makhluk hidup dan diperoleh
secara turun-temurun
Idrak secara garis besar adalah kesadaran atau persepsi setelah proses pemindahan
suatu fakta ke otak melalui panca indera, yang dipadukan dengan pengetahuan
(informasi) yang diperoleh sebelumnya, yang dapat menjelaskan fakta tersebut.
Kehendak merupakan dorongan hati untuk melakukan sesuatu, tanpa dipengaruhi
oleh nilai-nilai baik atau buruk. Dorongan ini bersifat murni dari dalam diri, tanpa
melibatkan atau terpengaruh orang.
Perbedaan yang terdapat pada ketiganya, antara lain :
- Ketiganya bukan hal bawaan sejak lahir kecuali insting
- Ketiganya terjadi tidak melalui proses penerimaan data yang mengharuskan
kita untuk berpikir dalam pencapaian hasil kecuali idrak
- Ketiganya bukan bentuk dari sebuah dorongan hati dalam segala bentuk
tindakan kecuali kehendak

7
DAFTAR PUSTAKA

Agus Mustofa . “Membongkar Tiga Rahasia” Padma Press, jakarta 2009

Mahyuddin . “Akhlak Taswuf” Kalam Mulia, Jakarta 2003

Zakiah Darajat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, Jakarta; Bulan


Bintang:1976

Anda mungkin juga menyukai