Anda di halaman 1dari 19

SIFAT DAN HAKIKAT JIWA MANUSIA

Disusun oleh:
Alda Hardian Tati. H
Nurita Nurdiana
M. Salfaron Daulay
SEKOLAH TINGG AGAMA ISLAM IBNU SINA BATAM

ABSTRAK
Kejiwaan adalah tingkat kecerdasan sifat dan perilaku, serta kepribadian
emosi serta adaptasi dan minatnya terhadap sesuatu. Pembentukan kejiwaan
terlahir sejak lahirnya manusia ke dunia. Tiap-tiap individu telah membawa bibit-
bibit sifat dalam diri yang sepanjang proses kehidupannya akan senantiasa
berkembang menjadi kejiwaan tertentu.
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, yakni
manusia dengan dunia sekitarnya. Baik berupa sesama manusia maupun yang
bukan manusia yaitu hewan, iklim, kebudayaan dan lainnya.

ABSTRACT
Psyche is the level of intelligence, nature and behavior, as well as
emotional personality and adaptation and interest in something. The formation
of the psyche is born from the birth of humans into the world. Each individual
has carried the seeds of character within himself which throughout the process
of his life will always develop into a certain psychology.
Psychology is the science that studies human behavior, namely humans and
the world around them. Both in the form of fellow humans and non-humans,
namely animals, climate, culture and others

1
1. PENDAHULUAN

Sasaran Pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu


peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaan. Tugas
mendidik hanya dilakukan dengan benar dan tepat tujuan, jikan pendidikan
memiliki ciri khas yang secara prinsipil berbeda dengan hewan. Ciri khas manusia
yang membedakannya dengan hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa
yang disebut dengan hakekat kejiwaan manusia. Disebut hakikat kejiwaan
manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia.
Pemahaman Pendidikan teerhadap sifat hakikat manusia akan membentuk peta
tentang karateristik manusia dalam bersikap, menyususn strategi, dan orientasi
dalam merancang dan melaksanakan komunikasi dalam interaksi edukatif.
Sebagai pendidik bangsa Indonesia kita kejelasan mengenai sifat dan
hakikat kejiwaan manusia Indonesia seutuhnya. Sehingga dapat dengan tepat
Menyusun rancangan dan pelaksaan usaha kependidikannya. Selain itu, seorang
pendidik juga harus mampu tiapdimensi hakikat manusia, sebagai pelaksanaan
tugas kependidikannya menjadi lebih professional.

2. PEMBAHASAN
Ahli psikologi menyatakan bahwa hakikat manusia adalah rohani atau
jiwa. Sedangkan jasmani dan nafsu merupakan alat atau bagian dari rohani. Sifat
dan hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang secara prinsip
membedakan manusia dari hewan, meskipun antara manusia dengan hewan
banyak kemiripan terutama dilihat dari segi biologisnya.
Menurut Jhon Amos cornenius, manusia mempunyai tiga komponen jiwa
yang menggerakkan aktivitas jiwa-raga. Tiga komponen jiwa tersebut meliputi:
syaraf pertumbuhan, perasaan dan intelek. Oleh karena itu dikatakan, bahwa
manusia memiliki tiga komponen dasar yaitu;

2
1) Sifat Biologis. Sifat ini membuat manusia tumbuh secara alami
dengan prinsip-prinsip biologis yang berkaitan erat dengan
lingkungan di sekitarnya.
2) Sifat Hewani. Dengan adanya perasaan-perasaan hakiki, manusia
mengalami desakan internal untuk mencari keseimbangan hidup.
Melalui peralatan indranya, manusia menjadi sadar dan menuruti
keinginan-keinginan dan seleranya.
3) Sifat Intelektual. Dengan sifat ini manusia mampu menemukan
benar atau salahnya sesuatu, dapat membedakan baik dan
buruknya obyek, serta dapat mengarahkan keinginan dan
emosinya. Sifat intelektual manusia inilah yang membedakan
manusia dari makhluk-makhluk lain. Dengan adanya sifat
intelektual ini, manusia dilebihkan derajatnya dari makhluk-
makhluk lain ketika dia mampu menggunakannya dengan baik.1

KEKUATAN -KEKUATAN UMUM JIWA MANUSIA


Berdasarkan observasi dan introspeksi, Plato (428-348 SM)
mengungkapkan, bahwa jiwa manusia terdiri atas tiga kekuatan, yakni;
1) Akal sebagai kekuatan terpenting dari jiwa manusia. dikatakan
oleh Plato, bahwa akal adalah bagian jiwa manusia yang
merupakan kekuatan untuk menemukan kebenaran dan kesalahan.
Dengan akal, manusia dapat mengarahkan seluruh aktivitas
jasmani dan kejiwaannya, sehingga manusia mampu memperoleh
kehidupan yang lebih sejahtera.
2) Spirit sebagai kekuatan penggerak kehidupan pribadi manusia.
Spirit adalah kekuatan untuk menjalankan gagasan-gagasan yang
telah diputuskan oleh akal melalui pemilihan berbagai alternatif
gagasan.

1
Afi Parnawi, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: CV.Budi Utama:2019), hal. 24.

3
3) Nafsu sebagai stimulus gerakan fisik dari kejiwaan dan
merupakan kekuatan paling konkret dalam diri manusia. Nafsu ini
terbentuk dari segenap kekuatan keinginan dan selera yang sangat
erat berhubungan dengan fungsi-fungsi jasmaniah. Plato
membedakan antara keinginan-keinginan yang tidak berguna dan
merugikan.2
Akal sebagai kekuatan penemu ide umum maupun kebenaran sesuatu
ide, memiliki dua kapasitas yaitu pertama, kapasitas penalaran indera yang
disebut “common sense”, penalaran indera memberikan ide tertentu tentang
benda tertentu di alam sekitar. Kedua, kapasitas penalaran intelektual, bila
dengan akal sehat menyimpulkan ide tentang suatu benda, maka setiap benda
yang sejenis dapat dimasukkan kedalam ide umum itu3
Dalam usaha menerangkan hakikat manusia, John Lock (1632-1704)
menekankan pembahasan tentang akal sebagai gudang dan pengembang
pengetahuan. Akal merupakan kekuatan vital untuk mengembangkan diri.
Menurut John Locke, Akal mempunyai kekuatan-kekuatan itu. Ada dua kekuatan
akal manusia yaitu:
1) kekuatan berpikir yang disebut pengertian, segala peristiwa yang terjadi
dalam akal, menurut John Locke dapat dikenal dan dikehendaki oleh
manusia. Pengertian terjadi dari proses aktivitas pengamatan. Aktivitas
pengamatan itu menurut john lockemencakup kegiatan mengindera,
mengenal, menalar dan meyakini. Mengamati berarti menerima impresi-
impresi dari dalam dan luar diri. Dengan perkataan lain, mengamati
berarti memasukkan ide-ide dan konsep-konsep kedalam kesadaran
dengan menggunakan berbagai macam cara. Ini tidak berarti bahwa
pengertian dapat ditumbuhkan hanya dengan melatih pengamatan saja,.
Menurut Locke, pengamatan hanyalah kapasitas awal dari pada intelek

2
Afi Parnawi, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: CV.Budi Utama:2019), hal. 25.
3
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2005) Hlm. 123.

4
manusia. Pengertian memerlukan keterlibatan daripada enam kekuatan
manusia, yang meliputi:
a) Mengamati/pengamatan,
b) Mengingat/ingatan,
c) Imajinasi,
d) Kombinasi aktivitet psikis,
e) Abstraksi/pikiran, dan
f) Pemakaian tanda atau simbolisasi.
2. Kekuatan kehendak yang disebut kemauan. Menurut Locke, manusia sering
mengimajinasikan sesuatu tindakan yang berhubungan dengan suatu pilihan
diantara berbagai alternative. Tindakan memilih ini oleh John Locke disebut
dengan istilah “volition”. Volition dapat terjadi apabila kita menggerakkan
kekuatan kehendak atau kemauan. Jadi kemauan adalah kekuatan untuk
memilih. Kemauan itu bukan keinginan. Keinginan adalah ide refleksif yang
melibatkan sesuatu keadaan di masa mendatang, sedangkan Kemauan adalah
kekuatan untuk memilih sesuatu keadaan atau tindakan di masa sekarang.
Meskipun kemauan tidak sama dengan keinginan, namun keduanya
berhubungan erat. Kita mau itu berarti kita memilih diantara dua keinginan atau
lebih.4
Jean Jacques Rousseau (1712-1778) mengungkap kekuatan kejiwaan manusia
dalam versinya yang lain. Rousseau mengungkapkan adanya 5 kekuatan jiwa
manusia yakni sebagai berikut;
1) Pengindraan. Pengindraan terjadi apabila objek-objek eksternal
berinteraksi dengan organ-organ indra.
2) Perasaan. Perasaan sangat erat hubungannya dengan pengindraan.
3) Keinginan. Keinginan sangat erat hubungannya dengan perasaan.
4) Kemauan. Kekuatan kemauan sangat erat hubungannya dengan keinginan.

4
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1990), Hal 10-13.

5
5) Akal. Akal sebagai kekuatan penemu ide umum ataupun kebenaran suatu
ide.5

AKTIVITAS AKTIVAS KEJIWAAN MANUSIA

Psikologi mempersoalkan tingkah laku manusia, baik yang teramati


maupun tidak teramati. Secara umum aktivitas-aktivitas manusia itu dapat dicari
hukum psikologis yang mendasarinya. Karna manusia memiliki indra untuk
mengamati sesuatu yang ada di lingkungannya. Dari hasil pengamatannya
tinggallah kesan atau tanggapan. Proses berfungsinya alat indra terhadap sesuatu
akan mengenai indra manusia karena manusia itu makhluk yang aktif serta
bersifat responsable terhadap situasi lingkungannya. Manusia secara normal ia
akan mencari objek-objek dalam lingkungan untuk memenuhi kebutuhan nya baik
disadari maupun tidak disadari. Semakin baik daya reaksinya terhadao
lingkungan, maka semakin banyak pula kesannya (tanggapan).

1). Tanggapan
Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok. Selain itu,
tanggapan juga dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pegamatan
ketikaobjek yang diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan.
Jadi, jika proses pengamatan sudah berhenti dan tinggal kesan kesan nya saja ,
pristiwa demikian ini disebut tanggapan. Tanggapan disebut “laten” (tersembunyi,
belum terungkap) apabilah tanggapan dibawah kesadaran atau tidak sadar dan
suatu saat bisa di sadarkan kembali. Sedangkan tanggapan disebut “aktual”
apabila tanggapan tersebut kita sadari.
a. Proses Tanggapan:
a) Penghayatan (terutama pengamatan) itu meninggalkan bekas atau
kesan gambaran di dalam jiwa kita

5
Afi Parnawi, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: CV.Budi Utama:2019), hal. 26-27.

6
b) Gambaran (bekas atau kesan) yang ditinggalkan oleh penghayatan
itu disebut proses pengiring
c) Gambaran penghayatan itu masih dapat kita bayangkan di dalam
jiwa kita d) Sebagai akibat dari penghayatan itu, tinggallah di
dalam jiwa kita suatu kesan yang mengingatkan kita pada
pengamatan tadi. Gambaran tersebut dalam psikologi disebut
Tanggapan.6

2). Fantasi
Yang dimaksud dengan fantasi ialah kesempurnaan jiwa untuk membentuk
tanggapan-tanggapan atau bayanganbayangan baru. Dengan kekuatan fantasi
manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan menjangkau
kedepan. keadaan-keadaan yang akan mendatang. Fantasi sebagai kemampuan
jiwa manusia dapat terjadi;

Secara disadari yaitu apabila individu betul-betul menyadari akan fantasi-


fantasinya. Misal seorang pelukis yang sedang menciptakan lukisan dengan
kemampuan fantasinya, seorang pemahat, seorang pemahat yang sedang
memamahat arca atas dasar daya fantasinya. Secara tidak disadari. yaitu apabila
individu tidak seeara sadar telah dituntut oleh fantasinya. Keadaan semacarn ini
banyak dijumpai pada Anak-anak. Anak sering mengemukakan hal-hal yang
bersifat fantastis, sekalipun tidak ada niat atau maksud dari anak untuk berdusta.
Misal seorang anak memberikan berita yang tidak sesuai dengan keadaan
senyatanya, sekalipun ia tidak ada maksud untuk berbohong. Dalarn hal semacam
ini anak dengan tidak disadari dituntun oleh fantasinya.

Macam-macam Fantasi

6
M. Ishom Ahmadi, “Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah”. (Yogyakarta: SJ Press, 2009), h.
56.

7
A. Secara umum fantasi merupakan aktivitas yang menciptakan. Tetapi sekalipun
demikian sering dibedakan antara fantasi yang menciptakan dan fantasi yang
dipimpin.
a. Fantasi yang menciptakan yaitu merupakan bentuk atau jenis fantasi yang
menciptakan sesuatu. Misal seorang ahli mode pakaian menciptakan
model pakaian atas dasar daya fantasinya; seorang pelukis meneiptakan
sesuatu lukisan atas daya fantasinya.
b. Fantasi yang dituntun atau yang dipimpin yaitu merupakan bentuk atau
jenis fantasi yang dituntun oleh pihak lain. Misal seseorang yang melihat
film, orang ini dapat mengikuti apa yang dilihatnya dan dapat berfantasi
tentang keadaan atau tempat-tempat lain dengan perantaraan film itu,
sehingga dengan demikian fantasinya dituntun oleh film tersebut.
Demikian pula kalau orang berfantasi karena mendengarkan sesuatu berita,
membaca sesuatu ceritera dan sebagainya. Fantasi yang terjadi dengan
bantuan pimpinan atau tuntunan orang lain. Dalam hal ini misalnya kalau
kita sedang membaca buku, kita mengikuti pengarang buku itu dalam
ceritanya.7

B. Dilihat dari caranya orang berfantasi, fantasi dapat dibedakan atas fantasi yang
mengabstraksi, yang mendeterminasi dan yang mengombinasi.
a. Fantasi yang mengabstraksi yaitu eara orang berfantasi dengan
mengabstraksikan beberapa bagian, sehingga ada bagian-bagian yang
dihilangkan. Misal anak yang belum pemah melihat gurun pasir, maka
untuk menjelaskan dipakailah bayangan hasil persepsi yaitu lapangan.
Bayangan lapangan ini dipakai sebagai loneatan untuk menjelaskan gurun
pasir tersebut. Dalam anak berfantasi gurun pasir itu, banyak bagian-
bagian lapangan yang diabstraksikan. Dalam berfantasi gurun pasir
dibayangkan seperti lapangan, tetapi tanpa pohonpohon di sekitamya, dan
tanahnya itu melulu pasir semua, bukan rumput.

7
M. Ishom Ahmadi, “Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah”. (Yogyakarta: SJ Press, 2009),
hal.70

8
b. Fantasi yang mendeterminasi yaitu eara orang berfantasi dengan
mendeterminasi terlebih dahulu. Misal anak belum pemah melihat
harimau. Yang telah mereka lihat kueing, maka kueing digunakan sebagai
bahan untuk memberikan pengertian tentang harimau. Dalam berfantasi
harimau, dalam bayangannya seperti kucing, tetapi bentuknya besar. c.
Fantasi yang mengombinasi yaitu orang berfantasi dengan eara
mengombinasikan pengertiJm-pengertian atall bayangan-bayangan yang
ada pada individu bersangku~isal berfantasi tentang ikan duyung, yaitu
kepalanya kepala seorang wanita, tetapi badannya badan ikan. Jadi adanya
kombinasi kepala manusia dengan badan ikan. Fantasi yang
mengombinasi inilah yang banyak digunakan orang. Misal ingin membuat
rumah dengan mengombinasikan model Eropa dengan atapmodel
Minangkabau.

Fantasi apabila dibandingkan dengan kemampuankemampuan jiwa yang


lain, fantasi lebih bersifat subjektif. Dalam orang berfantasi bayanganbayangan
atau tanggapantanggapan yang telah ada dalam diri orang memegang peranan
yang sangat penting. Bayangan yang ditimbulkan karena fantasi disebut bayangan
fantasi. Bayangan fantasi berlainan dengan bayangan persepsi. Bayangan persepsi
merupakan hasil dari persepsi, sedangkan bayangan fantasi adalah hasil dari
fantasi. Oleh karena dengan kekuatan fantasi orang dapat menjangkau ke depan,
maka fantasi mempunyai arti yang penting dalam kehidupan manusia. Dengan
fantasi pula orang dapat menambah bayangan-bayangan atau tanggapan-
tanggapan, sehingga dengan demikian akan menambah bahan bayangan yang ada
pada individu. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa fantasi itu tidak
mempunyai keburukan. Keburukannya ialah dengan fantasi orang dapat
meninggalkan alam kenyataan, lalu masuk dalam alam fantasi. Hal ini merupakan
suatu bahaya, karena orang terbawa hidup dalam alam yang tidak nyata. Fantasi
juga dapat menimbulkan kedustaan, takhayul dan sebagainya.

9
Tes Fantasi Untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan individu
untuk berfantasi, pada umumnya digunakan tes fantasi. Tes yang sering digunakan
untuk mengetes fantasi ialah:
a. Tes TAT, yaitu tes yang berujud gambar-gambar, dan testee disuruh
bercerita tentang gambar itu.
b. Tes kemustahilan, yaitu tes yang berbentuk gambargambar atau ceritera-
ceritera yang mustahil terjadi. Testee disuruh mencari kemustahilannya
itu.
c. Heilbronner Wirsma Test, yaitu tes yang berujud suatu seri gambar yang
makin lama makin sempuma
d. Tes Rorschach, yaitu tes yang berujud gambar-gambar dan testee disuruh
menginterpretasikan gambar tersebut.8
Fantasi adalah daya jiwa untuk membentuk atau menciptakan daya daya baru
dengan bantuan tanggapan yang sudah ada. Fantasi sebagai kemampuan jiwa
manusia dapat terjadi dalam 2 keadaan, yaitu ;
-Secara di sadari yakni, apabila fantasi dterjadi secara sadar atau sengaja
dimunculkan. Hal ini biasanya banyak ditemukan pada seorang pelukis, dan
pemahat.9
-Secara tidak disadari yakni, aaapabila individu seara tidak sadar telah
dituntut oleh fantasinya. Keadaan semacam ini banyak kita jumpai pada anak-
anak ketika membyangkan bentuk hewan yang diterangkan oleh gurunya.

3). Ingatan
Ingatan merupakan proses langsung dalam mengangkat kembali informasi yang
pernah diterima dalam kesadaran10. Mengingat berarti menyerap atau melekatkan
pengetahuan dengan jalan pengecaman secara aktif. Fungsi ingatan itu sendiri
meliputi 3 aktivitas;
• Mencamkan, yakni menangkap atau menerima kesan-kesan
• Menyimpan kesan-kesan
8
Andi Thahir, Ed. D, Psikologi Belajar, hal. 31-34
9
Afi Parnawi, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: CV.Budi Utama:2019), hal. 28-29.
10
Syaifuddin Azwar, Psikologi Inteligensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2002) Cet-3, h. 29.

10
• Mereproduksi kesan-kesan
Ingatan adalah suatu daya jiwa kita yang dapat menerima, menyimpan dan
mereproduksikan kembali pengertian-pengertian atau tanggapan-tanggapan kita.
b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi ingatan:
a. Sifat perseorangan
b. Keadaan diluar jiwa kita (alam sekitar atau lingkungan, keadaan jasmani)
c. Keadaan jiwa kita (kemauan, perasaan).
d. Umur
e. Macam-Macam Ingatan:
a) Daya ingatan mekanis, artinya daya ingatan itu hanya untuk
kesankesan pengindraan.
b) Daya Ingatan logis, artinya daya ingatan itu hanya untuk kesan
kesan yang mengandung pengertian.11
Sifat-sifat dari ingatan yang baik adalah; cepat, setia, kuat, luas, dan siap.
Sifat cepat berlaku untuk aktivitas mencamkan, sifat-sifat setia, kuat dan luas
berlaku dalam hal menyimpan, sedangkan sikap siap berlaku dalam hal
mereproduksi kesan-kesan. Dengan demikian kita bisa menyebutkan adanya
berbagai sifat ingatan yang baik. Ingatan dikatakan cepat, apabila dalam
mencamkan kesan-kesan tidak mengalami kesulitan. Ingatan setia, apabila kesan
yang telah dicamkan itu tersimpan dengan baik dan stabil. Ingatan dikatakan kuat,
apabila kesan-kesan yang tersimpan bertahan lama. Ingatan dikatakan luas,
apabila kesan-kesan yang tersimpan sangat bervariasi dan banyak jumlahnya.
Ingatan dikatakan siap, apabila kesan-kesan yang tersimpan sewaktu-waktu
mudah direproduksikan ke alam kesadaran.

4). Berfikir
Berfikir merupakan salah satu pilihan manusia untuk mencoba
memperoleh, menerima, menyimpan dan mengolah kembali informasi (baik
informasi yang didapat lewat pandangan, penglihatan ataupun penciuman).

11
Agus Sujatno, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara,1993) Cet-9, h. 41-42

11
Berfikir adalah media untuk menambah perbendaharaan pengetahuan dalam otak
manusia. Manusia memikikan dirinya, orang-orang sekitarnya dan alam semesta.
Ketika berfikir, seseorang menghubungkan satu pengertian dengena
pengertian lainnya dalam rangka mendapatkan pemecahan persoalan yang
dihadapi. Dalam pemecahan persoalan individu membeda-bedakan,
mempersatukan dan berusaha menjawab pertanyaan, mengapa, untuk apa,
bagaimana, dimana dan lain sebagainya.
Dalam berfikir, seseorang menghubungkan pengertian satu dengan
pengertian lainnya dalam rangka mendapatkan pemecahan persoalan yang
dihadapi. Dalam pemecahan persoalan, individu membeda-bedakan,
mempersatukan dan berusaha menjawab pertanyaan, mengapa, untuk apa,
12
bagaimana, dimana dan lain sebagainya. Proses yang dilewati dalam berfikir,
yaitu:
a. Proses pembentukan pengertian, yaitu kita menghilangkan ciri-ciri umum
dari sesuatu, sehingga tinggal ciri khas dari sesuatu tersebut.
b. Pembentukan pendapat, yaitu pikiran kita menggabungkan (menguraikan)
beberapa pengertian, sehingga menjadi tanda masalah itu.
c. Pembentukan keputusan, yaitu pikiran kita menggabung-gabungkan
pendapat tersebut.
d. Pembentukan kesimpulan, yaitu pikiran kita menarik keputusankeputusan
dari keputusan yang lain.13

5). Perasaan
Perasaan merupakan gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya
berhubungan dengan gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau
tidak senang dalam berbagai peristiwa yang dihadapi. Menurut Prof. Hukstra,
Perasaan adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mempertimbangkan dan
mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang.14
Perasaan ini mempunyai sifat-sifat:
12
Abu Ahmadi, Op-Cit., h. 83
13
Syaifuddin, Psikologi Belajar PAI, hal 24
14
Agus Sujanto, Psikologi Umum. (Jakarta: Bumi Aksara, 1979) Hlm. 75

12
a. Senang dan sedih
b. Kuat adn lemah
c. Lama dan sebentar
d. Relatif
Nilai perasaan dalam pendidikan:
a. Dapat mendidik ke arak kebaikan dan keburukan
b. Dapat menimbulkan kebahagiaan terutama perasaan rohani.
c. Dapat cerita yang menimbulkan rasa takut kepada anak didik.
d. Menghindarkan perasaan rendah diri pada anak didik.

Perasaan seperti halnya emosi yaitu suasana batin atau suasana hati yang
membentuk garis. Garis ini bergerak dari ujung yang paling positif yaitu sangat
senang sampai dengan ujung yang paling negatif yaitu sangat tidak senang. Suatu
perasaan apakah itu senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, lega atau
tegang timbul karena adanya perangsang dari luar. Perangsang dari luar berbaur
dengan kondisi sesaat dari individu dan membangkitkan satu
perasaan. Perasaan yang dihayati seseorang pada suatu saat bergantung kepada
kuat atau lemahnya perangsang-perangsang yang datang, kondisi sesaat, serta
kesan. Oleh karena itu perasaan sangat bersifat subjektif yang artinya
perasaan yang dialami satu orang dengan orang lainnya berbeda. Meskipun
perasaan itu bersifat subjektif, namun perasaan-perasaan tertentu muncul dari
suatu kebiasaan seperti contoh: orang Padang menyukai masakan rendang yang
pedas, orang Yogyakarta menyukai gudeg yang manis, dan orang Sunda
menyukai sayur asam.15

6). Intelegensi
Inteligensi "intelegensi" atau "kecerdasan" merupakan kata benda yang
menerangkan kata kerja kata keterangan. Seseorang menunjukan intelegensinya
ketika ia bertindak atau berbuat satu situasi secara intelegent/cerdas atau bodoh,

15
Afi Parnawi, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: CV.Budi Utama:2019), hal. 31-33

13
intelegensi seseorang dapat dinilai dari caranya orang tersebut berbuat atau
bertindak.
Sedangkan Menurut W.Stern, inteligensi ialah kesanggupan jiwa untuk
dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat dalam suatu situasi yang baru.
Menurut V. Hees inteligensi ialah sifat kecerdasan jiwa.
Menurut arah atau hasilnya, Inteligensi ada dua macam:
(1) Inteligensi praktis, ialah inteligensi untuk dapat mengatasi suatu
situasi yang sulit dalam suatu kerja, yang berlangsung secara cepat
dan tepat.
(2) Inteligensi Teoritis, ialah inteligensi untuk dapat mendapatkan suatu
pikiran penyelesaian soal atau masalah dengan cepat dan tepat.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi inteligensi
 Pembawaan, ialah segala kesanggupan kita yang telah kita bawa sejak
lahir, dan yang tidak sama pada setiap orang.
 Kemasakan, ialah saat munculnya sesuatu daya jiwa kita yang kemudian
berkembang dan mencapai saat puncaknya.
 Pembentukan, ialah segala factor luar yang mempengaruhi inteligensi di
masa perkembangannya.
 Minat, ialah inilah merupakan motor penggerak dari inteligensi kita.

7). Kemauan/Kehendak
Yaitu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu dan merupakan
kekuatan dari dalam. Dalam mengenai gejala ini perlu memahami pula arti
sebagai berikut.
Dorongan suatu kekuatan dari dalam yang mempunyai tujuan tertentu dan
berlangsung secara tak disadari.
Dorongan untuk mencapai syarat hidup tertentu disebut tropisme. Dorongan hidup
yang bekerja tanpa disadari disebut otomatisme.

Semua dorongan manusia itu berpangkal pada 3 macam dorongan:


• Dorongan mempertahankan diri.

14
• Dorongan mempertahankan jenis.
• Dorongan mengembangkan diri.
Proses kemauan yang memilih dan menentukan disebut keputusan hati. Proses
kemauan sampai pada tindakan (perbuatan) itu melalui beberapa tingkat.
a) Motif (alasan, dasar, pendorong)
b) Perjuangan motif, sebelum mengambil keputusan itu sebenarnya dalam
batin sudah ada motif yang bersifat luhur dan rendah.
c) Keputusan, kita mengadakan pemilihan antara motif.16

8). Asosiatif
Secara sederhana, berfikir asosiatif adalah berpikir dengan cara
mengasosiasikan sesuatu dengan yang lainnya. Berpikir asosiatif merupakan
proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respon. Perlu diingat
bahwa kemampuan siswa untuk melakukan hubungan asosiatif yang benar amat
dipengaruhi oleh tingkat pengertian atau pengetahuan hasil belajar. Sebagai
contoh: siswa yang mampu menjelaskan arti penting tanggal 12 Rabiul Awwal.
Kemampuan siswa tersebut dalam mengasosiasikan tanggal bersejarah itu dengan
hari ulang tahun Nabi Muhammad SAW hanya bisa didapat apabila ia telah
mempelajari riwayat hidup beliau17.

9). Gejala jiwa campuran


Yang termasuk gejala jiwa campuran yaitu:
• Perhatian
• Kelelahan
• Sugesti/saran.
Menurut LC Bigot dan Kohnstam ketiga hal tersebut dijadikan satu menjadi gejala
jiwa campuran.
Karena:

16
Abu Ahmadi, Widodo Supriyono , Psikologi umum edisi revisi, (Surabaya: PT. Bina Ilmu,
1992), h. 40
17
Afi Parnawi, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: CV.Budi Utama:2019), hal. 32-33.

15
1) Gejala jiwa ini tidak dapat dimasukkan ke dalam gejala-gejala jiwa yang
sudah kita pelajari.
2) Karena pernyataan jiwa ini merupakan campuran dari ketiga-tiganya.

Pemisahan ini hanya bertujuan agar mudah cara mempelajarinya.


a) Perhatian, yaitu konsentrasi atau aktivitas jiwa kita terhadap pengamatan,
pengertian dengan mengesampingkan yang lain.
b) Kelelahan, semacam peringatan dari jiwa kita kepada jiwa dan rasa, yang
sudah mempergunakan kekuatan secara maksimal.
c) Saran, pengaruh terhadap jiwa dan laku seseorang dengan maksud tertentu
sehingga pikiran perasaan dan kemauan terpengaruh olehnya, tanpa
dengan pemikiran atau pertimbangan18

1). PERHATIAN
Menurut para ahli psikologi ada dua macam definisi, yaitu:
a) Perhatian adalah pemusatan ternaga psikis tertuju kepada suatu objek.
b) Perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaraan yang mnyertai suatu
aktifitas yang dilakukan.
Macam- macam perhatian:
a) Perhatian keindraan
b) Perhatian kerohanian
c) Perhatian yang disengaja
d) Perhatian yang tidak disengaja

Hal- hal yang dapat menarik perhatian :


a) Yang sudah dikenal
b) Yang aneh baginya
c) Yang menyolok
d) Yang sesuai tingkat perkembangan jiwa
e) Yang sesuai minatnya

18
Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Ibid., Hlm, 40-41.

16
2). KELELAHAN
1. Kelelahan Jasmani, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh kerja jasmani
2. Kelelahan Rohani, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh kegiatan rohani.

Mengingat hal tersebut maka dalam pengajaran:


• Harus menarik perhatian
• Harus disusun daftar pelajaran yang didasarkan kelelahan anak.
• Sikap guru harus menyenangkan para siswa.
• Berilah hadiah kepada anak yang sudah lelah jasmani dan rohaninya.

3). SARAN (Sugesti)


Memberikan pengaruh kepada seseorang, sehingga orang tersebut mengikutinya.
Orang yang sudah kena pengaruh disebut: suggestible. Sedang orang yang pandai
memberikan pengaruh disebut: sugestif.
Cara-cara memberi sugesti:
1. Dengan memuji/membujuk.
2. Dengan menakut-nakuti orang yang disugesti.
3. Dengan menunjukkan kelemahannya.
Alat-alat sugesti ialah:
1. Pandangan mata.
2. Dengan suara/kata-kata.
3. Dengan gambar-gambar
4. Dengan semboyan-semboyan19

3. KESIMPULAN
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :
1) Hakikat manusia adalah rohani atau jiwa. Sedangkan jasmani dan nafsu
merupakan alat atau bagian dari rohani. Sifat dan hakikat manusia
merupakan ciri khas yang secara prinsip membedakan manusia dari
19
Afi Parnawi, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: CV.Budi Utama:2019), hal. 35-36.

17
hewan, meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan
terutama dilihat dari segi biologisnya. Menurut John Amos Comenius,
manusia mempunyai tiga sifat dasar, yaitu :
(1) Sifat Biologis,
(2) Sifat Hewani, dan
(3) Sifat Intelektual.
2) Kejiwaan manusia terwujud dengan adanya kekuatan serta aktivitas
kejiwaan dalam diri manusia, yang mana semua aktifitas itu mampu
menghasilkan tingkah laku yang lebih sempurna dari pada makhluk yang
lainnya. Beberapa aktivitas kejiwaan yang berhubungan dengan psikologi
belajar yaitu :
a) Pengamatan,
b) Tanggapan,
c) Fantasi,
d) Ingatan,
e) Berfikir, dan
f) Perasaan.
3) Hakikat kejiwaan manusia terwujud dengan adanya kekuatan-kekuatan
serta aktivitas-aktivitas kejiwaan dalam diri manusia, yang semua itu
menghasilkan tingkah laku yang lebih sempurna dari pada makhluk-
makhluk lain.
Dan dapat pula di simpulkan bahwa manusia memiliki gejala-gejala jiwa yang
meliputi:
a) Gejala pengenalan atau kognisi
b) Gejala kehendak atau konasi
c) Gejala perasaan atau emosi

DAFTAR PUSTAKA

Afi Parnawi, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: CV.Budi Utama:2019)

18
Abu Ahmadi, Widodo Supriyono , Psikologi umum edisi revisi, (Surabaya: PT.
Bina Ilmu, 1992)
Agus Sujanto, Psikologi Umum. (Jakarta: Bumi Aksara, 1979)
Agus Sujatno, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara,1993) Cet-9,
Syaifuddin Azwar, Psikologi Inteligensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2002) Cet-
3
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2005)
M. Ishom Ahmadi, “Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah”. (Yogyakarta: SJ
Press, 2009)
Andi Thahir, Ed. D, Psikologi Belajar,

19

Anda mungkin juga menyukai