Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH MANTIK

Manusia Sebagai Makhluk Rasional

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Mantiq/ Logika

Dosen pengampu : Agus Defriyanto, M.Ag

Disusun oleh :

Gefita Rahmawati ( 2031030108 )

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

FAKULTAS USHULUDIN DAN ILMU AGAMA

PRODI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

TAHUN AJARAN 2021/2022


MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK RASIONAL

Manusia berfikir dengan menggunakan logika, berfikir adalah proses internal yang mana
informasi yang diperoleh akan ditransformasikan, dengan berfikir kita dapat mengambil peran
penting dalam mengambil keputusan, juga berfikir dapat diarahkan pada level structural. Dari
sinilah terjadi beberapa perselisihan yang berhubungan dengan berfikir itu termasuk proses
internal yang hanya bisa diukur atau bahkan hanya dapat diukur oleh kepribadian. Manusia
adalah animal rationale sekaligus sebagai hommo socius. Sebagai animal rationale, manusia
berbeda dari pada makhluk ciptaan lainnya atau makhluk infrahuman karena hanya manusialah
yang memiliki akal budi. Sebagai makhluk rasional, manusia senantisa berpikir, berefleksi dan
menyadari eksistensi dirinya di tengah keberadaannya bersama yang lain. Atau dengan kata lain,
manusia mempunyai kemampuan mencerna pengelaman, merenung, merefleksi, menalar, dan
meneliti dalam upaya memahami lingkungannya. Hanya manusia yang mampu menyadari
keberadaannya dan ia sendiri sadar bahwa dia berada. Selain sebagai animal rationale yang sadar
akan keberadaannya, manusia juga merupakan homo socius yang senantiasa berada bersama
yang lain. Adalah suatu fakta yang tidak dapat disangkal bahwa tidak ada seorang manusia pun
yang berada dari dan demi dirinya sendiri tanpa bantuan ataupun pengaruh dari keberadaan yang
lain. Manusia adalah pribadi yang diadakan dan mengadakan yang memberi dan diberi arti oleh
yang lain. Dalam hubungan dengan hakikat dasarnya sebagai makhluk sosial ini dibutuhkan
suatu sikap moral atau etika yang baik yang memungkinkkan manusia untuk berelasi satu sama
lain dalam berbagai bidang kehidupan yang dijalani.1
Hakikat Manusia Makhluk Rasional
Manusia merupakan makhluk yang sifatnya memiliki akal fikiran, punya nafsu dan nyata
yang diberikan oleh Tuhan agar digunakan untuk berfikir, dengan mencari Ilmu Pengetahuan,
mengorek kebenaran, lalu dapat membedakan mana hal baik atau hal buruk, dan hal lain
sebagainya. Manusia sebagai subjek tentunya telah mempunyai potensi-potensi yang bersifat
kebaikan sesuai dengan kodratnya, selain itu adajuga mengenai kecenderungan-kecenderungan
menuju hal tidak baik. Sebenarnya hakikat manusia itu yang pertama kali itu terdapat pada
jiwanya sendiri. itulah hakikat manusia yang sebenarnya juga menentukan hakikat dari
perbuatan-perbuatannya sendiri. Dalam aksiologi, mengenai prinsip akan pikiran itu mampu
bertahan dan agar tetap berlaku. Dalam etika, tindakan manusia itulah yang dapat bersesuaian
dengan sifat seorang manusia yang rasional, sebab pada dasarnya manusia itu secara alamiah
condong kepada hal-hal kebaikan. Tindakan baik yang dilakukan manusia adalah sesuaian
dengan sifat rasional/ pola pikiran manusia.2
Kemudian pada dasarnya tempat dari adanya logika adalah manusia itu sendiri, karena hanya
manusialah yang mampu melakukan aktivitas berpikir. Manusia tersebut hanya dipelajari
menurut aspek tertentu, yaitu budi atau berpikirnya, terutama berkaitan dengan aturan berpikir.
Aspek berpikir dari manusia itulah yang kemudian disebut dengan istilah objek material logika.
Aturan berpikir dipelajari dalam logika agar manusia dapat berpikir dengan semestinya, sehingga
tercipta teknik-teknik berpikir yang menuntun cara berpikir lurus. Teknik-teknik berpikir yang
dipelajari dalam logika tentu dilandasi oleh bentuk-bentuk dan hukum-hukum berpikir yang
1
Ali Maksum, Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014),
hlm. 13.
2
Ainur Rahman Hidayat, Filsafat Berpikir Teknik-Teknik Berpikir Logis Kontra Kesesatan Berpikir , ( Jawa Timur:
Falah) hlm. 4-5
diselidiki dan dirumuskan oleh logika. Taraf kebenaran yang akan dihasilkan oleh logika adalah
pada taraf kebenaran formal atau kebenaran bentuk. Kebenaran materi dan kriterianya akan
diperoleh menurut bidang ilmunya masing-masing terutama dalam kajian epistemologi.3
Manusia dalam berfikir
Kegiatan berpikir atau akal budi manusia. Dengan berpikir dimaksudkan kegiatan akal untuk
mengolah pengetahuan yang telah kita terima melalui panca indra, dan ditujukan untuk mencapai
suatu kebenaran. Jadi, dengan istilah berpikir ditunjukkan suatu bentuk kegiatan akal yang khas
dan terarah. melamun tidaklah sama dengan berpikir, demikian pula merasakan, pekerjaan panca
indera (melihat, mendengar dan sebagainya) dan kegiatan ingatan dan khayalan, meskipun ini
semua penting sekali untuk dapat berpikir (dan menghasilkan buah pikiran yang berarti). Tetapi
berpikir juga berarti kegiatan kenyataan yang menggerakkan pikiran. kenyataan yang memegang
inisiatif. Dengan kata-kata yang lebih sederhana dapat dikatakan bahwa berpikir adalah berbicara
dengan dirinya sendiri di dalam batin yaitu mulai dari mempertimbangkan, merenungkan,
menganalisa, membuktikan sesuatu, menunjukkan alasan-alasan, menarik kesimpulan, meneliti
suatu jalan pikiran dan sebagainya.4
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang
disebut benar bagi tiap orang adalah tidak sama, maka oleh sebab itu kegiatan proses berpikir
untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu-pun berbeda-beda. Menurut Jujun
Suriasumantri penalaran merupakan suatu proses perpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang
berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan mahluk yang berpikir, merasa,
bersikap, dan bertindak. Pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran,
maka proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru
dianggap sahih (valid) kalau proses kesimpulan terseburt dilakukan menurut cara tertentu. Cara
penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai
pengkajian untuk berpikir secara sahih. Berfikir adalah merupakan suatu proses, proses berfikir
ini disebut bernalar. Dalam bernalar biasanya manusia malakukannya dengan menggunakan
berbagai macam asumsi dalam menarik kesimpulan. Dalam menarik kesimpulan maka biasanya
dengan menggunakan logika berfikir dan menggunakan dua macam pendekatan atau metode
yakni: metode deduktif adan induktif. Inilah merupakan keistimewaan manusia terhadap
makhluk lainnya.5
Setiap makluk hidup di dunia ini, manusia dan hewan, memiliki otak. Karena memiliki otak
maka manusia dan hewan mampu berpikir. Karena mampu berpikir maka manusia dan hewan
mampu menghasilkan pengetahuan, dimana pengetahuan ini digunakan untuk memperbaiki
kualitas hidupnya. Pada dasarnya hewan juga memiliki pengetahuan, namun pengetahuannya
dihasilkan melalui proses berpikir tanpa penalaran, sehingga manfaat pengetahuannya sangat
terbatas yaitu hanya untuk kelangsungan hidupnya. Manusia sering disebut makhluk Homo
Faber yaitu makluk yang membuat alat karena berkembangnya ilmu pengetahuan tersebut
memerlukan alat. Sampai sekarang manusia menuju era peradaban yang sudah lebih maju karena
proses berpikir dan menggunakan sarana berpikir ilmiah.6

3
Ainur Rahman Hidayat, Filsafat Berpikir Teknik-Teknik Berpikir Logis Kontra Kesesatan Berpikir , ( Jawa Timur:
Falah) hlm. 4-5
4
Uhar Saputra, Pengantar Filsafat ILmu Jilid 1, Universitas Kuningan, 2004, hlm. 3
5
Uhar Saputra, Pengantar Filsafat ILmu Jilid 1, Universitas Kuningan, 2004, hlm. 10
6
Uhar Saputra, Pengantar Filsafat ILmu Jilid 1, Universitas Kuningan, 2004, hlm. 261
Kemampuan menalar yang di miliki manusia menyebabkan manusia mampu mengembangkan
pengetahuan jauh lebih maju dari pada hewan. Bahkan manusia adalah satu-satunya makluk
yang mengembangkan pengetahuannya secara sungguh-sungguh di bumi ini. Manusia
mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, serta
mana yang indah dan mana yang jelek. Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam
menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang
dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Meskipun demikian patut kita
sadari bahwa tidak semua kegiatan berpikir menyandarkan diri pada penalaran. Jadi penalaran
merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan
kebenaran7

7
H.A Kadir Sobur, Logika dan penalaran dalam respektif ilmu pengetahuan, Tajdid, Desember 2015, hlm. 406
DAFTAR PUSTAKA
Uhar Saputra, 2004. Pengantar Filsafat ILmu Jilid 1, (Universitas Kuningan)
Ainur Rahman Hidayat,2011 Filsafat Berpikir Teknik-Teknik Berpikir Logis Kontra Kesesatan
Berpikir , ( Jawa Timur: Falah)
Ali Maksum, 2014 Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media).
H.A Kadir Sobur, 2015. Logika dan penalaran dalam respektif ilmu pengetahuan, Tajdid,
Desember

Anda mungkin juga menyukai