Anda di halaman 1dari 13

SARANA BERFIKIR ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah


“Filsafat Ilmu Pendidikan Islam”

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Akhyak, M.Ag.
Dr. H. Khoirul Anam, M.Pd.I.

Disusun Oleh:

AHMAD NURUL QOLBI


1880506230040

RIZKY AHMAD FAHREZI


1880506230018

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI
RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2023
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Kegiatan berfikir kita lakukan dalam keseharian dan merupakan ciri utama
dari kita sebagai manusia ciptaan tuhan yang dianugerahi akal pikiran yang
membedakan manusia dengan makhluk lain ciptaan Tuhan. Menurut Tanjung,
berpikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. 1 Secara garis
besar berfikir dapat dibedakan antara berfikir alamiah dan berfikir ilmiah.
Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kehidupan sehari-hari
dari pengaruh alam sekelilingnya. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran
berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat. Harus disadari bahwa tiap
orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan akalnya
semaksimal mungkin. Seseorang yang tidak berpikir, berada sangat jauh dari
kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan.
Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam, dan arti keberadaan
dirinya di dunia.
Kegiatan berfikir yang terarah mampu menghasilkan sebuah pengetahuan.
ilmu pengetahuan sendiri merupakan suatu rangkaian kegiatan ilmiah yang
menggunakan rasio atau pikiran dan diusahakan secara rasional, kognitif, serta
bersifat teleologis (memiliki tujuan).2 Sementara, untuk melakukan kegiatan
ilmiah secara baik maka perlu sarana berfikir, yang memungkinkan dilakukannya
penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah
ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa
menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan. Sarana
ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam
berbagai langkah yang harus ditempuh. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir
ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana-sarana tertentu, maka tidak sukar
untuk dimengerti mengapa mutu kegiatan keilmuan tidak mencapai taraf yang
memuaskan, sekiranya sarana berfikir ilmiahnya memang kurang dikuasai.
Berikut dalam makalah ini akan dijelaskan terkait macam-macam sarana
berfikir ilmiah secara lebih defitif dan detail.

1
Hermanto, “Sarana Berfikir Ilmiah dalam Ilmu Pengetahuan”, Jurnal Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat Vol. 2 No. 4, (2022), hlm. 505.
2
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2003.

1
2. Rumusan Masalah
a. Apa sarana berfikir ilmiah?
b. Bagaimana bahasa sebagai sarana berfikir ilmiah?
c. Bagaimana matematika sebagai sarana berfikir ilmiah?
d. Bagaimana logika sebagai sarana berfikir ilmiah?
e. Bagaimana statistika sebagai sarana berfikir ilmiah?
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Sarana Berfikir Ilmiah
Berfikir menurut Salam adalah suatu aktifitas untuk menemukan
pengetahuan yang benar atau kebenaran. Berfikir juga dapat diartikan sebagai
proses yang dilakukan untuk menentukan langkah yang akan ditempuh. 3 Menurut
Plato berpikir adalah bicara dengan dirinya sendiri di dalam batin untuk
mempertimbangkan, merenungkan, menganalisa, membuktikan sesuatu,
menunjukkan alasan-alasan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran,
mencari berbagai hal yang berhubungan satu sama lain, serta membahas suatu
realitas. Dengan demikian dapat ditarik pengertian bahwa berfikir adalah suatu
proses atau kegiatan mengelola pikiran yang mencakup analisa, meneliti, mencari
alasan hingga menarik kesimpulan terhadap suatu bahasan yang kemudian
dikaitkan dengan realitas untuk mencari kebenaran, dan kebenaran itu adalah
pengetahuan atau keilmuan.
Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk
akal, dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat
dipertanggung jawabkan, selain itu menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan.
Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan
deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat
umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus,
sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang
bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum. 4 Dengan
proses berfikir ilmiah mampu menghasilkan pengetahuan ilmiah, pengetahuan
ilmiah sendiri menurut Soerjono Soekanto sebagai pengetahuan yang tersusun
3
Muhammad Rijal dan Idrus Sere, “Sarana Berfikir Ilmiah”, Jurnal Biology Science & Education
Vol. 6 No. 2, (2017), hlm. 178
4
Hermanto, op. Cit., hlm. 507

2
secara sistematis dengan penggunaan kekuatan pemikiran, dimana pengetahuan
tersebut selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis.5
Perkembangan untuk mendapatkan ilmu, diperlukan adanya sarana berfikir
ilmiah. Sarana berfikir ilmiah ini adalah alat bagi metode ilmiah dalam
melakukan fungsinya secara baik. Jadi fungsi sarana berfikir ilmiah adalah
membantu proses metode ilmiah dalam mendapat ilmu atau teori yang lain. 6
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah
dalam berbagai langkah yang harus ditempuh, dengan alat ini manusia
melaksanakan kegiatan ilmiah. Manusia mampu mengembangkan
pengetahuannya karena manusia berpikir mengikuti kerangka berpikir ilmiah dan
menggunakan alat-alat berpikir yang benar. Sarana berpikir diperlukan untuk
melakukan kegiatan ilmiah secara baik dan teratur.
Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita
melakukan penelaahan ilmiah secara baik. Fungsi sarana berpikir ilmiah adalah
membantu proses metode ilmiah, dan perlu diketahui bahwa sarana berfikir
ilmiah bukan merupakan ilmu itu sendiri. Sarana ilmiah mempunyai fungsi-
fungsi yang khas dalam kegiatan ilmiah secara menyeluruh dalam mencapai
suatu tujuan tertentu. Keseluruhan tahapan kegiatan ilmiah membutuhkan alat
bantu yang berupa sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah hanyalah alat
bantu bagi manusia untuk berpikir ilmiah agar memperoleh ilmu.
Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya ada empat, yaitu : bahasa, logika,
matematika, dan statistika. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan fikiran seluruh proses berfikir ilmiah. Logika dan
matematika mempunyai peranan penting dalam berfikir deduktif sesuai fakta
lapangan. Sedangkan logika dan statistika mempunyai peranan penting dalam
berfikir induktif dan mencari konsep-konsep yang berlaku umum. Penjelasan
lebih lanjut terkait sarana berfikir ilmiah akan dijelaskan dalam pembahasan
sebagaimana berikut.

2. Bahasa Sebagai Sarana Berfikir Ilmiah

5
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (ed. 1, cet. 43; Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm.
7.
6
Buyung dan Nunu Burhanuddin, “Sarana Berfikir Ilmiah”, Jurnal Revorma, Vol.3, No. 1, (April,
2023), hlm. 04.

3
Banyak definisi tentang bahasa, tetapi setidaknya ada tiga definisi yang
dapat dijadikan gambaran tentang hakekat bahasa. Jujun Suparjan Suriasumantri
menyebut bahasa sebagai serangkaian bunyi dan lambang yang membentuk
makna. Lebih lengkapnya, bahasa adalah “a systematic means of communicating
ideas of feeling by the use of conventionalized signs, sounds, gestures,or marks
having understood meanings”.7 Dalam KBBI, diterakan bahwa bahasa ialah
“sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri”.
Bahasa memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup
dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang
memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa, seperti
bernafas dan berjalan. Bahasa memegang peranan penting dan suatu hal yang
lazim dalam kehidupan manusia. Keunikan manusia bukanlah terletak pada
kemampuan berpikir melainkan terletak pada kemampuan berbahasa. Berpikir
sebagai proses berkerjanya akal dalam menelaah sesuatu merupakan ciri hakiki
manusia, dan hasil kerjanya dinyatakan dalam bentuk bahasa. Menurut John
W.Santrock, bahasa adalah bentuk komunikasi, entah itu lisan, tertulis atau tanda,
yang didasarkan pada sistem symbol. Menurut Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM,
bahasa adalah merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat
komunikasi manusia.8 Maka bahasa adalah suatu alat komunikasi yang berupa
simbol-simbol yang digunakan oleh manusia untuk berpikir atau melakukan
penalaran induktif dan deduktif dalam kegiatan ilmiah. Bahasa sebagai alat
komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah dimana bahasa
merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran
tersebut kepada orang lain. Baik pemikiran yang berlandasan induktif maupun
deduktif. Dengan kata lain kegiatan berpikir ilmiah sangat erat kaitannya dengan
bahasa.
Menurut Halliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi
bahasa adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Instrumental: penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang
bersifat materi seperti makan, minum, dan sebagainya.

7
Ikhwan Mahmudi, “Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah: Analisis Pembelajaran Bahasa
Kontekstual” (Universitas Negeri Jakarta 4, no. 1, 2016), hlm. 15–33.
8
Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan
(Yogyakarta: Liberty, 2020).

4
b. Fungsi Regulatoris: penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan
tingkah laku.
c. Fungsi Interaksional: penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan
perasaan pemikiran antara seseorang dan orang lain.
d. Fungsi Personal: seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan
perasaan dan pikiran.
e. Fungsi Heuristik: penggunaan bahasa untuk mengungkap tabir fenomena
dan keinginan untuk mempelajarinya.
f. Fungsi Imajinatif: penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi
seseorang dan gambaran-gambaran tentang discovery seseorang dan
tidak sesuai dengan realita (dunia nyata).
g. Fungsi Representasional: penggunaan bahasa untuk menggambarkan
pemikiran dan wawasan serta menyampaikannya pada orang.9
Secara umum terdapat 2 macam penggolongan penggunaan bahasa, yaitu
bahasa alamiah dan bahasa buatan. Bahasa alamiah ditemui ketika antara kata
dan makna merupakan satu kesatuan utuh, atas dasar kebiasaan sehari-hari,
karena bahasanya secara spontan, bersifat kebiasaan, intuitif (bisikan hati) dan
pernyataan langsung. Sedangkan bahasa buatan, antara istilah dan konsep
merupakan satu kesatuan bersifat relatif, atas dasar pemikiran akal karena
bahasanya berdasarkan pemikiran, diskursif (logika, luas arti) dan pernyataan
tidak langsung. Dari uraian diatas tentang bahasa, bahasa buatan inilah yang
dimaksudkan bahasa ilmiah, dengan demikian bahasa ilmiah dapat dirumuskan
sebagai bahasa buatan yang diciptakan para ahli dalam bidangnya dengan
mengunakan istilah-istilah atau lambang-lambang untuk mewakili pengertian-
pengertian tertentu. Bahasa ilmiah inilah pada dasarnya merupakan kalimat-
kalimat deklaratif atau suatu pernyataan yang dapat dinilai benar atau salah, baik
mengunakan bahasa biasa sebagai bahasa pengantar untuk mengkomunikasikan
karya ilmiah.
3. Matematika Sebagai Sarana Berfikir Ilmiah
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat
“artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya.

9
Suaedi, Pengantar Filsafat Ilmu, (Bogor: PT Penerbit IPB Pres, 2015), hlm. 70.

5
Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang
mati.10
Bahasa verba mempunyai beberapa kekurangan. Untuk mengurangi
kekurangan yang terdapat dalam bahasa verbal maka kita berpaling ke
matematika. Dalam hal ini kita katakan bahwa matematika adalah bahasa yang
berusaha untuk menghilangkan sifat majemuk dan emosional dari bahasa verbal.
Lambang-lambang dari matematika yang dibuat secara artifisial dan individual
yang merupakan perjanjian berlaku khusus untuk masalah yang sedang kita kaji.
Sebuah objek yang kita telaah dapat kita lambangkan dengan apa saja sesuai
dengan perjanjian.
Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa verbal.
Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk
melakukan pengukuran secara kuantitatif. Dalam bahasa verbal, bila kita
membandingkan dua objek yang berlainan, umpamanya gajah dan semut maka
kita hanya bisa mengatakan gajah lebih besar daripada semut. Namun, jika ingin
diketahui berapa besar gajah dibanding semut maka kita akan mengalami
kesukaran dalam menghubungkannya dengan bahasa verbal. Oleh karena itu,
diperlukan bahasa matematika untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
Bahasa verbal hanya mampu mengatakan pernyataan yang bersifat kualitatif dan
matematika mampu menjelaskan pernyataan dalam bentuk kuantitatif.
Sifat kuantitatif dari matematika ini meningkatkan daya prediksi dan
kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak dan
memungkinkan pemecahan masalah secara tepat serta cermat. Matematika
memungkinkan ilmu mengalami perkembangan dari tahap kualitatif ke
kuantitatif. Perkembangan ini merupakan suatu hal yang induksi-deduksi
imperatif bila kita menghendaki daya prediksi dan kontrol yang lebih tepat dan
cermat dari ilmu.
Matematika adalah bahasa yang berusaha menghilangkan sifat kabur,
majemuk dan emosional dari bahasa verbal. Umpamanya kita sedang
mempelajari kecepatan jalan kaki seorang anak maka objek “kecepatan jalan kaki
seorang anak” dilbangkan x, dalam hal ini maka x hanya mempunyai arti yang
jelas yakni “kecepatan jalan kaki seorang anak”. Demikian juga bila kita
hubungkan “kecepatan jalan kaki seorang anak” dengan obyek lain misalnya
10
Jujun S. Suriasumantri, op. cit., hlm. 190.

6
“jarak yang ditempuh seorang anak” yang lambangkan dengan y, maka kita
lambangkan hubungan tersebut dengan z = y / x dimana z melambangkan “waktu
berjalan kaki seorang anak”. Pernyataan z = y / x tidak mempunyai konotasi
emosional, selain itu bersifat jelas dan spesifik.
4. Logika Sebagai Sarana Berfikir Ilmiah
Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam
bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica
scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk
berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kemampuan
rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi
untuk mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan
tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal.
Nama ‘logika’ untuk pertama kali muncul pada filsuf Cicero (abad ke-1
sebelum masehi), tetapi masih dalam arti ‘seni berdebat’. Alexander Aphrodisias
(sekitar permulaan abad ke-3 sesudah masehi) adalah orang yang pertama kali
menggunakan kata ‘logika’ dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya
pemikiran kita.
Berikut adalah macam-macam logika:
a. Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara
tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan
kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika
alamiah manusia ada sejak lahir.
b. Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi.
Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang
harus ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah
inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih
mudah dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk
menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.
Berikut adalah cara-cara berfikir logis dalam rangka mendapatkan
pengetahuan baru yang benar:
a. Induksi
Induksi adalah cara berfikir untuk menarik kesimpulan yang
bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Penalaran ini

7
diawali dari kenyataan-kenyataan yang bersifat khusus dan terbatas
lalu diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
b. Deduksi
Deduksi adalah cara berfikir dari pernyataan yang bersifat umum
menuju kekesimpulan yang bersifat khusus, dengan demikian kegiatan
berfikir yang berlawanan dengan induksi.
c. Analogi
Analogi adalah cara berfikir dengan cara membuktikan dengan
hal yang serupa dan sudah diketahui sebelumnya. Disini penyimpulan
dilakukan secara tidak langsung, tetapi dicari suatu media atau
penghubung yang mempunyai persamaan dan keserupaan dengan apa
yang akan dibuktikan.
d. Komparasi
Komparasi adalah cara berfikir dengan cara membandingkan
dengan sesuatu yang mempunyai kesamaan apa yang dipikirkan. Dasar
pemikiran ini sama dengan analogi yaitu tidak langsung, tetapi
penekanan pemikirannya ditujukan pada kesepadanan bukan pada
perbedaannya.
Kegunaan logika adalah untuk membantu setiap orang yang mempelajari
logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan
koheren. Kegunaan logika juga diantaranya :
a. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, danobjektif.
b. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara
tajam dan mandiri.
c. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan
menggunakan asas-asas sistematis.11
5. Statistika Sebagai Sarana Berfikir Ilmiah
Secara etimologi, kata statistik berasal dari kata status (bahasa latin) yang
mempunyai persamaan arti dengan state (bahasa Inggris) yang dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan dengan negara. Pada mulanya kata statistik diartikan
sebagai “kumpulan bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka (data
kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka (data kualitatif), yang
mempunyai arti penting dan kegunaan bagi suatu negara”. Namun pada
perkembangan selanjutnya, arti kata statistik hanya dibatasi dengan kumpulan
11
I Gusti Rai Bagus Utama,”Filsafat Ilmu dan Logika”,Bab 7 hlm. 69.

8
bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif saja).12
Sudjana mengatakan statistik adalah pengetahuan yang berhubungan
dengan caracara pengumpulan data, pengolahan penganalisisannya, dan
penerikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan peanganalisisan yang
dilakukan. Kemudian J.Supranto memberikan pengertian ststistik dalam dua arti.
Pertama statistik dalam arti sempit adalah data ringkasan yang berbentuk angka
(kuantitatif). Kedua statistik dalam arti luas adalah ilmu yang mempelajari cara
pengumpulan, penyajian dan analisis data, serta cara pengambilan kesimpulan
secara umum berdasarkan hasil penelitian yang menyeluruh. Secara lebih jelas
pengertian statistik adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk data, yaitu
tentang pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penafsiran, dan penarikan
kesimpulan dari data yang berbentuk angka-angka.
Statistika digunakan untuk menggambarkan suatu persoalan dalam suatu
bidang keilmuan. Maka, dengan menggunakan prinsip statistika masalah
keilmuan dapat diselesaikan, suatu ilmu dapat didefinisikan dengan sederhana
melalui pengujian statistika dan semua pernyataan keilmuan dapat dinyatakan
secara faktual. Dengan melakukan pengajian melalui prosedur pengumpulan
fakta yang relevan dengan rumusan hipotesis yang terkandung fakta-fakta
emperis, maka hipotesis itu diterima keabsahan sebagai kebenaran,tetapi dapat
juga sebaliknya.13
Menurut Suriasumantri statistika harus mendapat tempat yang sejajar
dengan matematika agar keseimbangan berpikir deduktif dan 12 induktif yang
merupakan ciri dari berpikir ilmiah dapat dilakukan dengan baik. Orang yang
ingin mampu melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik tidak boleh memandang
sebelah mata terhadap statistika. Penguasaan statistika sangat diperlukan bagi
orang-orang yang akan menarik kesimpulan dengan sah. Statistika harus
dipandang sejajar dengan matematika. Kalau matematika merupakan sarana
berpikir deduktif maka orang dapat menggunakan statistika untuk berpikir
induktif. Matematika dan statistika sama-sama diperlukan untuk menunjang
kegiatan ilmiah yang benar sehingga akan menghasilkan suatu pengetahuan yang
benar pula.

12
Muhammad Rijal dan Idrus Sere. Op. cit., hlm. 170.
13
Jujun S.Suriasumantri. Op. cit.

9
Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses
pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah maka
statistika membantu kita untuk melakukan generalisasi dan menyimpulkan
karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadai secara
kebetulan. Statistika sebagai sarana berpikir ilmiah tidak memberikan kepastian
namun memberi tingkat peluang bahwa untuk premis-premis tertentu dapat
ditarik suatu kesimpulan, dan kesimpulannya mungkin benar mungkin juga salah.
Langkah yang ditempuh dalam logika induktif menggunakan statistika
adalah:
a. Observasi dan eksperimen
b. Memunculkan hipotesis ilmiah
c. Verifikasi dan pengukuran
d. Sebuah teori dan hukum ilmiah.
Untuk mengetahui keadaan suatu obyek, seseorang tidak harus melakukan
pengukuran satu persatu terhadap semua obyek yang sama, tetapi cukup dengan
melakukan pengukuran terhadap sebagian obyek yang dijadikan sampel.
Walaupun pengukuran terhadap sampel tidak akan seteliti jika pengukuran
dilakukan terhadap populasinya,namun hasil dari pengukuran sampel dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Setelah melakukan observasi dan eksperimen kemudian merumuskan suatu
hipotesis untuk dilakukan verifikasi dan uji coba terhadap data dan keadaan yang
sebenarnya di lapangan. Berdasarkan pengkajian-pengkajian terhadap data dan
keadaan di lapangan tersebut dapat dirumuskan suatu kesimpulan yang nantinya
menjadi sebuah teori atau hukum ilmiah. Artinya, kesimpulan yang ditarik
bukanlah sesuatu yang kebetulan terjadi, tetapi telah melalui tahap-tahap berpikir
tertentu dengan melibatkan data dan fakta yang terjadi di lapangan.14
C. KESIMPULAN
Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk
akal, dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat
dipertanggung jawabkan. Dengan proses berfikir ilmiah mampu menghasilkan
pengetahuan ilmiah, pengetahuan ilmiah sendiri adalah pengetahuan yang tersusun
secara sistematis dengan penggunaan kekuatan pemikiran, dimana pengetahuan
tersebut selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis.
14
Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2009.

10
Perkembangan untuk mendapatkan ilmu, diperlukan adanya sarana berfikir
ilmiah. Sarana berfikir ilmiah ini adalah alat bagi metode ilmiah dalam melakukan
fungsinya secara baik. Jadi fungsi sarana berfikir ilmiah adalah membantu proses
metode ilmiah dalam mendapat ilmu atau teori. Fungsi sarana berpikir ilmiah adalah
membantu proses metode ilmiah, keseluruhan tahapan kegiatan ilmiah membutuhkan
alat bantu yang berupa sarana berpikir ilmiah.
Sarana berfikir ilmiah tersebut adalah bahasa, matematika, logika, dan
statistika. Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses
berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Matematika adalah alat
untuk menyampaikan bahasa secara simbolik berupa variabek yang dapat diukur
sehingga memungkinkan untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif dengan
kontrol yang lebih tepat dan cermat dari suatu ilmu. Logika sendiri adalah alat untuk
mempertajam pikiran serta akal budi dengan berpikir secara lurus, tepat, dan teratur
yang mengacu pada rasionalitas. Sedangkan statistika alat yang digunakan untuk
setiap proses pengumpulan, penyajian dan analisis data, serta cara pengambilan
kesimpulan secara umum berdasarkan hasil penelitian yang menyeluruh.

11
DAFTAR PUSTAKA
Amsal. 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Buyung dan Nunu Burhanuddin. 2023. “Sarana Berfikir Ilmiah”, Jurnal Revorma, Vol.3,
No. 1.
Hermanto. 2022. “Sarana Berfikir Ilmiah dalam Ilmu Pengetahuan”. Jurnal Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 4.
Mahmudi, khwan. 2016. “Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah: Analisis
Pembelajaran Bahasa Kontekstual”. Universitas Negeri Jakarta 4, no. 1.
Rijal, Muhammad dan Idrus Sere. 2017. “Sarana Berfikir Ilmiah”, Jurnal Biology
Science & Education Vol. 6 No. 2.
Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar, ed. 1, cet. 43; Jakarta: Rajawali
Pers.
Suaedi. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: PT Penerbit IPB Pres.
Suriasumantri, Jujun S. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan).
Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM. 2010. Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pengetahuan (Yogyakarta: Liberty).
Utama, I Gusti Rai Bagus. ”Filsafat Ilmu dan Logika”.

12

Anda mungkin juga menyukai