Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FILSAFAT ILMU

SARANA BERPIKIR ILMIAH

(BAHASA, MATEMATIKA, STATISTIK DAN LOGIKA)

Dosen Pengampu : Fitri Windari, S.ST.,M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 9 :

Muli Atul Hikmah ( 2141010192 )

Ravael Glenaldy Tansil ( 2141010201 )

Sinta Safitri ( 2141010217 )

KELAS F KPI (SEMESTER DUA)

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kemudahan kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah kami yang berjudul
“SARANA BERPIKIR ILMIAH (BAHASA, MATEMATIKA, STATISTIK DAN
LOGIKA)”, untuk memenuhi mata kuliah Filsafat Ilmu, Sholawat dan Salam
semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad Salallahu‘alaihi
Wassallam. Beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikutinya
hingga hari kiamat.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat


kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun guna perbaikan dan peningkatan kualitas
makalah di masa yang akan datang dari pembaca adalah sangat berharga bagi
kami.

Demikian makalah ini kami susun, semoga makalah ini bisa menambah
keilmuan dan bermanfaat bagi kita semua serta menjadi tambahan referensi bagi
penyusunan makalah dengan tema yang senada diwaktu yang akan datang.

Bandar Lampung, 9 Mei 2022


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman untuk membuat alat
menyebabkan manusia terus mengembangkan pengetahuannya, untuk
mengembangkan pengetahuannya tersebut dibutuhkan juga alat. Alat yang
baik memungkinkan manusia memperoleh pengetahuan baru melalui aktivitas
berpikir yang benar.
Berpikir benar memerlukan sarana atau alat berpikir. Sarana ini bersifat
pasti, maka aktivitas keilmuan tidak akan maksimal tanpa sarana berpikir
ilmiah tersebut. Bagi seorang ilmuwan penguasaan sarana berpikir merupakan
suatu keharusan, karena tanpa penguasaan sarana ilmiah tidak akan dapat
melaksanakan kegiatan ilmiah yang baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sarana berpikir ilmiah?
2. Apa tujuan dan fungsi sarana berpikir ilmiah!
3. Jelaskan bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah!
4. Jelaskan matematika sebagai sarana berpikir ilmiah!
5. Jelaskan statistik sebagai sarana berpikir ilmiah!
6. Jelaskan logika sebagai sarana berpikir ilmiah!

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian sarana berpikir ilmiah.
2. Mengetahui dan memahami tujuan dan fungsi sarana berpikir ilmiah.
3. Memaparkan dan memahami bahasa sebagai sarana bepikir ilmiah.
4. Memaparkan dan memahami matematika sebagai sarana bepikir ilmiah.
5. Memaparkan dan memahami statistik sebagai sarana bepikir ilmiah.
6. Memaparkan dan memahami logika sebagai sarana bepikir ilmiah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sarana berpikir Ilmiah

Pengertian Sarana Berfikir Ilmiah menurut para ahli :

1. Menurut Salam , berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia


untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah proses
berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan.1
2. Menurut Jujun S.Suriasumantri, berpikir merupakan kegiatan akal
untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah
kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi.2
3. Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah 2006:118). Berpikir ilmiah,
yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih
komplek disertai pembuktian-pembuktian.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan sarana berfikir


ilmiah adalah pemikiran yang didasarkan pada prinsip-prinsip keilmuan.
Yang tentu saja ini berarti juga erat kaitannya dengan proses untuk
mendapatkan ilmu itu sendiri. Dan untuk melaksanakan kegiatan berpikir
ilmiah dengan baik diperlukan sarana ilmiah. Tanpa sarana berpikir ilmiah
maka kegiatan berpikir ilmiah tidak akan berjalan dengan baik. Dan pada
hakikatnya sarana berpikir ilmiah terdiri dari empat bagian, yaitu bahasa,
matematika, statistik dan logika.

B. Tujuan dan Fungsi Sarana Berpikir Ilmiah


Menurut Jujun S.Suriasumantri, tujuan mempelajari sarana ilmiah
adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara
baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk

1
Burhanuddin Salam, Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi (Jakarta : Rineka Cipta, 1997)
2
Jujun S.Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan, 2003).
mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa
memecahkan masalah kita sehari-hari.3
Harus dibedakan antara tujuan mempelajari sarana ilmiah dan tujuan
mempelajari ilmu. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah agar dapat
melakukan kegiatan penelaahan ilmiah. Untuk memaksimalkan
kemampuan manusia dalam berpikir menurut kerangka berpikir yang
benar maka diperlukan pengetahuan tentang sarana berpikir ilmiah dengan
baik pula. Manusia mempelajari ilmu agar dapat menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam kehidupannya. Dengan
ilmu yang telah dipelajarinya manusia dapat meningkatkan kemakmuran
hidupnya.
Fungsi berfikir ilmiah , sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan dalam
kaitan kegiatan ilmiah secara keseluruhan. Dalam hal ini berpikir ilmiah
merupakan alat bagi cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan materi
pengetahuaannya berdasarkan metode ilmiah.

C. Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah


Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
termasuk di dalamnya adalah kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah sangat
berkaitan erat dengan bahasa. Menggunakan bahasa yang baik dalam
berpikir membantu untuk mengkomunikasikan jalan pikiran kepada
orang lain. Berpikir sebagai hasil kegiatan otak manusia tidak akan ada
artinya apabila tidak diketahui oleh orang lain. Cara untuk
mengkomunikasikannya kepada orang lain adalah menggunakan sarana
bahasa.
”Bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran, perasaan,
dan sikap”.4 Manusia dapat menyampaikan sesuatu yang dipikirkan
kepada orang lain menggunakan bahasa. Dengan bahasa, orang lain dapat
mengetahui dan mempelajari sesuatu yang sedang dipikirkan. Dengan
3
Jujun S.Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan, 2003) hal.167
4
Ibid, hal.175
bahasa, manusia juga dapat mengekspresikan sesuatu yang dirasakannya
kepada orang lain. Orang lain dapat mengetahui seseorang sedang sedih
atau senang melalui bahasa yang disimbolkan.
Karya ilmiah pada dasarnya merupakan kumpulan pernyataan yang
mengemukakan informasi tentang pengetahuan maupun jalan pemikiran
dalam mendapatkan pengetahuan tersebut. Untuk mampu
mengkomunikasikan suatu pernyataan dengan jelas maka seseorang harus
menguasai bahasa yang baik.5
Aliran filsafat bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai
sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan emosi, sedangkan
aliransosiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah untuk
perubahan masyarakat.6 Menurut Haliday sebagaimana yang dikutip oleh
Thaimah bahwa fungsi bahasa adalah sebagai berikut:
1) Fungsi instrumental: peggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang
bersifat materi seperti makan, minum dan sebagainya.
2) Fungsi regulatoris: penggunaan bahasa untuk memerintah dan
perbaikan tingkah laku.
3) Fungsi interaksional: penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan
perasaanpemikiran antara seseorang dan oraang lain.
4) Fungsi personal: seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan
perasaandan pikiran.
5) Fungsi heuristik: penggunaan bahasa untuk mencapai mengungkap
tabirfenomena dan keinginan untuk mempelajarinya.
6) Fungsi imajinatif: penggunaan bahasa untuk mengungkapkan
imajinasiseseorang dan gambaran-gambaran tentang discovery
seseorang dan tidaksesuai dengan realita (dunia nyata).
7) Fungsi representasional: penggunaan bahasa unuk menggambarkan
pemikirandan wawasan serta menyampaikannya pada orang lain.b.

5
Ibid, hal.182
6
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004)
Dalam sarana ilmiah, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu :
pertama, sarana ilmiah itu merupakan ilmu dalam pengertian bahwa ia
merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode
ilmiah.
Kedua, tujuan mempelajari secara ilmiah adalah agar dapat melakukan
penelaahan ilmiah secara baik. Sarana ilmiah merupakan alat bagi cabang-
cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuan
berdasarkan metode ilmiah.Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang
digunakan dalam proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat
berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut
kepada orang lain. Ketika bahasa disifatkan dengan ilmiah, fungsinya
untuk komunikasi disifatkan dengan ilmiah juga, yakni komunikasi ilmiah.
Komunikasi ini merupakan proses penyampaian informasi berupa
pengetahuan.
Bahasa sebagai saran ilmiah memeliki kelemahan. Menurut Jujun
S.Suriasumantri kelemahan tersebut antara lain7 :
1. Bahasa bersifat multifungsi.
2. Bahasa memeliki arti yang tidak jelas dan eksak yang di kandung
oleh kata-kata yang membangun bahasa.
3. Bahasa mempunyai beberapa kata yang memberikan arti yang
sama.
4. Konotasi bahasa yang bersifat emosional.

Keberadaan bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah ternyata memilki


kelemahan – kelemahan yang melekat pada bahasa tersebut. Bahasa sulit
dilepaskan dari emosi dan sikap seseorang, sedangkan bahasa sebagai
sarana ilmiah di tuntut untuk obyektif agar informasi yang
dikomunikasikan dapat diterima dengan baik oleh orang lain. Kelemahan
berikutnya adalah sulit untuk mendefinisikan suatu obyek dengan sejelas-
jelasnya, terkadang karena keinginan untuk memberikan penjelasan yang

7
Ibid, hal. 182-187
detail tentang suatu obyek, yang terjadi justru komunikasi yang dilakukan
terkesan bertele-tele dan menjadi tidak jelas.

D. Matematika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah


Untuk melakuakan kegiatan ilmiah secara lebih baik diperlukan sarana
berfikir salah satunya adalah Matematika. Sarana tersebut memungkinkan
dilakukannya penelahaan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan
secara berfikir ini ada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan
ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Matematika adalah
bahasa yang melambaikan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin
kita sampaikan.
Lambang-lambang matematika bersifat artificial yang baru mempunyai
arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka
matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Bahasa
verbal mempunyai beberapa kekurangan yang sangat mengganggu. Untuk
mengatasi kekurangan kita berpaling kepada matematika. Matematika
adalah bahasa yang berusaha menghilangkan sifat kabur, majemuk dan
emosional dari bahasa verbal.
Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas
satu dengan lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan
konsisten. Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan
menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui abstraksi, idealisasi,
atau generalisasi untuk suatu studi ataupun pemecahan masalah.
Pentingnya matematika tidak lepas dari perannya dalam segala jenis
dimensi kehidupan.
Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika justru lebih
praktis, sistematis, dan efisien. Begitu pentingnya matematika sehingga
bahasa matematika merupakan bagian dari bahasa yang digunakan dalam
masyarakat. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peran dan fungsi
matematika, terutama sebagai sarana untuk memecahkan masalah baik
pada matematika maupun dalam bidang.
Peranan Matematika sebagai sarana berfikir ilmiah dapat menggunakan
alat-alat yang mempunyai kemampuan sebagai berikut:
1. Menggunakan algoritma.
2. Melakukan manupulasi secara matematika.
3. Mengorganisasikan data.
4. Memanfaatkan symbol, table dan grafik.
5. Mengenal dan menenukan pola.
6. Menarik kesimpulan.
7. Membuat kalimat atau model matematika.
8. Membuat interpretasi bangun geometri.
9. Memahami pengukuran dan satuanya.
10. Menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya dalam matematika,
seperti tabel matematika, kalkulator, dan komputer.

Adapun kelebihan dan kekurangan matematika:


1) Kelebihan matematika adalah: tidak memiliki unsur emotif dan
bahasa matematika sangat universal.
2) Kelemahan dari matematika adalah bahwa matematika tidak
mengandung bahasa emosional (tidak mengandung estetika) artinya bahwa
matematika penuh dengan simbol yang bersifat artifersial dan berlaku
dimana saja.8

E. Statistik Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah


Menurut Jujun S.Suriasumantri, Statistika harus mendapat tempat yang
sejajar dengan matematika agar keseimbangan berpikir deduktif dan
induktif yang merupakan ciri dari berpikir ilmiah dapat dilakukan dengan
baik.9 Orang yang ingin mampu melaksanakan kegiatan ilmiah dengan
baik tidak boleh memandang sebelah mata terhadap statistika. Penguasaan
statistika sangat diperlukan bagi orang-orang yang akan menarik

8
M. J. Langeveld, Menuju Kepemikiran Filsafat, (Jakarta: P.T. Pembangunan, 1995) hal. 187
9
Ibid, hal.225
kesimpulan dengan sah. Statistika harus dipandang sejajar dengan
matematika. Kalau matematika merupakan sarana berpikir deduktif maka
orang dapat menggunakan statistika untuk berpikir induktif. Matematika
dan statistika sama-sama diperlukan untuk menunjang kegiatan ilmiah
yang benar sehingga akan menghasilkan suatu pengetahuan yang benar
pula.
Statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh
pengetahuan untuk mengelolah dan menganalisis data dalam mengambil
suatu kesimpulan kegiatan ilmiah. Untuk dapat mengambil suatu
keputusan dalam kegiatan ilmiah diperlukan data-data, metode penelitian
serta penganalisaan harus akurat. Statistika diterapkan secara luas dan
hampir semua pengambilan keputusan dalam bidang manajemen.
Peranan statiska diterapkan dalam penelitian pasar, produksi,
kebijaksanaan penanaman modal, kontrol kualitas, seleksi pegawai,
kerangka percobaan industri, ramalan ekonomi, auditing, pemilihan resiko
dalam pemberian kredit dan lain sebagainya.
Peranan Statistika dalam tahap-tahap metode keilmuan:
a. Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang akan diambil
dari populas.
b. Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen.
c. Teknik untuk menyajikan data-data, sehingga data lebih komunikatif.
d. Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang
diajukan.10

F. Logika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah


Manusia pada hakikatnya merupakan mahluk yang berpikir, merasa,
bersikap, dan bertindak. Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk
menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi tiap
orang adalah tidak sama, maka oleh sebab itu kegiatan proses berpikir
untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itupun berbeda-beda.

10
Erliana Hasan, Filsafat Ilmu, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010) hal. 119
Menurut Jujun Suriasumantri penalaran merupakan suatu proses berpikir
dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar
kebenaran, maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan cara tertentu.
Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap valid kalau proses kesimpulan
tersebut dilakukan menurut cara tertentu. Cara penarikan kesimpulan ini
disebut logika, dimana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai
pengkajian untuk berpikir secara valid.
Menurut Bakhtiar, ”Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis,
valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu, berpikir logis adalah
berpikir sesuaidengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh
lebih besar daripada satu”.11
Sebagai sarana berpikir ilmiah, logika mengarahkan manusia untuk
berpikir dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir yang benar.
Dengan logika manusia dapat berpikir dengan sistematis dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jika ingi nmelakukan kegiatan
berpikir dengan benar maka harus menggunakan kaidah-kaidah berpikir
yang logis.
Terdapat dua cara penarikan kesimpulan melalui cara kerja logika.
1. Logika induktif adalah cara penarikan kesimpulan dari kasus-
kasus individual nyatamenjadi kesimpulan yang bersifat umum
dan rasional.
2. Logika deduktif adalah cara penarikan kesimpulan dari hal-hal
yang bersifat umumrasional menjadi kasus-kasus yang bersifat
khusus sesuai fakta di lapangan.12

Kedua jenis logika berpikir tersebut bukanlah dua kutub yang saling
berlawanan dan saling menjatuhkan. Kedua jenis logika berpikir tersebut
merupakan dua buah saranayang saling melengkapi, maksudnya suatu
ketika logika induktif sangat dibutuhkan danharus digunakan untuk

11
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2009) hal.212
12
Cecep Sumarna, Filsafat Ilmu (Bandung : Mulia Press, 2008) hal.150
memecahkan suatu masalah, dan pada saat lain yang tidak dapat
menggunakan logika induktif untuk memecahkan masalah maka dapat
digunakan logika deduktif. Seseorang yang sedang berpikir tidak harus
menggunakan kedua jenis logika berpikir tersebut, tetapi dapat
menggunakan satu logika berpikir sesuai dengan kebutuhan obyek dan
kemampuan individunya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berpikir adalah hakikat seorang manusia. Inilah yang membedakan
manusia dengan makhluk hidup lainnya. Manusia memiliki kemampuan
untuk menyampaikan, mengembangkan dan menemukan serta mengolah
ilmu pengetahuan melalui suatu proses rumit yang dinamakan berpikir.
Berpikir untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tentunya berbeda dengan
berpikir biasa. Berpikir yang didasari prinsip-prinsip keilmuan adalah
proses berpikir ilmiah. Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah
2006:118). Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas
dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.
Dalam proses berpikir ilmiah dibutuhkan sarana agar kegiatan ilmiah dapat
berjalan dengan baik. Ada empat sarana berpikir ilmiah, antara lain :
1. Bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah
Kegiatan ilmiah sangat berkaitan erat dengan bahasa.
Menggunakan bahasa yang baik dalam berpikir membantu untuk
mengkomunikasikan jalan pikiran kepada orang lain.
2. Matematika sebagai sarana berpikir ilmiah
Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan
jelas satu dengan lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan
konsisten. Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan
menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui abstraksi,
idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi ataupun pemecahan
masalah.
3. Statistik sebagai sarana berpikir ilmiah
Statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh
pengetahuan untuk mengelolah dan menganalisis data dalam
mengambil suatu kesimpulan kegiatan ilmiah.
4. Logika sebagai sarana berpikir ilmiah
Sebagai sarana berpikir ilmiah, logika mengarahkan manusia untuk
berpikir dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir yang
benar. Dengan logika manusia dapat berpikir dengan sistematis dan
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal, 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Bakhtiar, Amsal, 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada

Hasan, Erliana, 2010. Filsafat Ilmu. Bogor: Ghalia Indonesia.

Langeveld, M. J., 1995. Menuju Kepemikiran Filsafat. Jakarta PT.


Pembangunan.

Salam, Burhanuddin, 1997. Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi . Jakarta :


Rineka Cipta.

Sumarna, Cecep, 2008. Filsafat Ilmu. Bandung : Mulia Press

Suriasumantri, Jujun S., 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan.

Anda mungkin juga menyukai