Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia dikarunai oleh Tuhan dengan keistimewaan dari Ciptaan-Nya yang
lain, yaitu akal. Keistimewaan akal ini yang membuat manusia memiliki
kemampuan untuk mencapai tujuan hidup. Kemampuan manusia bukanlah hal
yang didapat dengan instan, tetapi telah melalui proses pengalaman. Melalui
pengalaman inilah menyebabkan manusia dapat terus mengembangkan
pengetahuannya.
Manusia mengembangkan pengetahuannya membutuhkan sarana. Sarana yang
mumpuni memungkinkan manusia dapat memperoleh  pengetahuan baru melalui
aktivitas berpikir yang benar. Sarana bersifat pasti, sehingga kegiatan ilmiah tidak
dapat berjalan maksimal. Sarana berpikir secara ilmiah membantu manusia
menggunakan akalnya untuk berpikir dengan benar dan menemukan ilmu yang
benar. Sehingga, untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah yang baik, maka
diperlukan sarana berupa bahasa, logika, matematika dan statistika.
Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan
sarana berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah penguasaan itu
adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berfikir tersebut
dalam keseluruhan berfikir ilmiah tersebut. Berdasarakan uraian tersebut maka
dibuatlah makalah mengenai sarana berpikir ilmiah. Makalah ini ditulis untuk
membahas dan memahami tentang sarana berpikir ilmiah, meliputi: pengertian
sarana berpikir ilmiah, tujuan sarana berpikir ilmiah, fungsi sarana berpikir
ilmiah, bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah, logika sebagai sarana berpikir
ilmiah, matematika sebagai sarana berpikir ilmiah, dan statistika sebagai sarana
berpikir ilmiah.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan Sarana ilmiah?
1.2.2. Apa saja fungsi sarana ilmiah?

1
1.2.3. Apa saja jenis/bagian dari sarana ilmiah?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui yang dimaksud dengan sarana ilmiah.
Mengetahui fungsi sarana ilmiah.
Mengetahui apa saja jenis/ bagian dari sarana ilmiah.

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Sarana Ilmiah
Menurut Depdiknas, sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai
sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan; alat; media. Dan Ilmiah
sendiri adalah memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan.1
Sarana Ilmiah adalah alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam
berbagai langkah yang harus ditempuhnya. Selain itu, sarana ilmiah
merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai suatu tujuan tertentu
atau sarana ilmiah mempunyai fungsi – fungsi yang khas dalam kaitan
kegiatan ilmiah secara menyeluruh.2 Sarana ilmiah merupakan alat bagi
cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuannya
berdasarkan metode ilmiah. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi
metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik.3 Fungsi sarana ilmiah
adalah membantu proses metode ilmiah, dan bukan merupakan ilmu itu
sendiri4.
Pengertian Sarana Berfikir Ilmiah menurut para ahli :
1. Menurut Salam2, berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia
untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah proses berpikir
untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
2. Menurut Jujun S.Suriasumantri5 berpikir merupakan kegiatan akal untuk
memperoleh pengetahuan yang benar.Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal
yang menggabungkan induksi dan deduksi.
3. Menurut Kartono berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang
luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.
Sarana berpikir ilmiah bukanlah suatu ilmu yang diperoleh melalui
proses kegiatan ilmiah. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan
melakukan penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat.

2.2. Jenis Sarana Ilmiah


Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana
berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan melakukan penelaahan
ilmiah secara teratur dan cermat. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir

3
ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika,
matematika, statistika.
1. Bahasa
Bahasa adalah rangkaian bunyi yang mengandung makna atau arti.
Rangkaian bunyi tersebut terdiri dari huruf-huruf tersusun menjadi kata,
kata-kata tersusun menjadi kalimat (keputusan), dan kalimat-kalimat
tersusun menjadi paragraf. Rangkaian bunyi yang mengandung arti
tersebut dapat menghasilkan bahasa lisan. Namun selain bahasa lisan,
ternyata manusia juga menciptakan lambang-lambang untuk
mengungkapkan bahasa tersebut dalam tulisan, maka terciptalah bahasa
tulis.3 Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa
tiada komunikasi. Sebagai sarana komunikasi maka segala yang berkaitan
dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berpikir sistematis
dalam menggapai ilmu dan pengetahuan. Dengan kemampuan kebahasaan
akan terbentang luas cakrawala berpikir seseorang dan tiada batas dunia
baginya.4 Bahasa Ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah. Yang
dimaksud bahasa disini ialah bahasa ilmiah yang merupakan sarana
komunikasi ilmiah yang ditujukan untuk menyampaikan informasi yang
berupa pengetahuan, syarat-syarat5:

1. Bebas dari unsur emotif


2. Reproduktif artinya bila si pengirim komunikasi menyampaikan suatu
informasi yang katakanlah berupa x, maka si penerima komunikasi
harus menerima informasi yang berupa x pula3
3. Obyektif artinya tanpa mengandung emosi dan sikap
4. Eksplisit ialah bahwa makna yang terkandung dalam kata-kata yang
dipergunakan diungkapkan secara tersurat (eksplisit) untuk mencegah
pemberian makna yang lain. Maka dalam komunikasi ilmiah kita
sering sekali mendapatkan definisi dari katakata yang dipergunakan.3
2. Logika3

Manusia sebagai makhluk yang mampu berpikir (homorasionale),


melakukan kegiatan penalaran (logika) untuk memperoleh kejelasan dan

4
kebenaran. Sehingga pada saat manusia bertindak, manusia telah memiliki
pengertian / pemahaman yang jelas dan benar untuk dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan untuk bertindak mewujudkan apa yang
dikehendakinya. Penalaran (logika) melakukan kegiatan pengambilan
kesimpulan dengan cara menghubungkan antara keputusan yang satu
dengan keputusan lainnya. Penyimpulan adalah salah satu bentuk
pemikiran yang dilakukan manusia, yaitu usaha memperoleh pengetahuan
baru berdasarkan pengetahuan-pengetahuan yang telah ada. Dalam
kegiatan penalaran (logika), kalimat keputusan (yang memuat
pengetahuan) yang digunakan sebagai pangkal dalam kegiatan
pengambilan kesimpulan untuk memperoleh pengetahuan baru disebut
premis atau antecedens. Sedangkan pengetahuan baru yang menjadi
kesimpulannya, disebut kesimpulan atau conclusion, consequence. Dalam
keputusan, kita hanya menyatakan suatu kenyataan yang kita lihat, yang
kita alami, yang harus kita terima karena memang begitu adanya; kita
belum menemukan di situ hubungan logis, tapi melulu melihat
kenyataannya demikian, dan menerimaatau menolaknya. Hubungan logis
mengandaikan dua atau lebih pengetahuan yang telah kita miliki, yang
telah jadi isi pikiran kita, telah jadi pengertian kita, selanjutnya dicari
hubungannya untuk menghasilkan kesimpulan sebagai pengetahuan baru.
3. Matematika
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna
dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika
bersifat artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna
diberikan kepadanya. Tanpa itu matematika hanya kumpulan rumus-rumus
yang mati. Matematika mempunyai kelebihan dari bahasa verbal karena
matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita
untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif sedangkan bahasa verbal
hanya mampu mengemukakan pernyataan yang bersifat kualitatif. Sifat
kuantitatif dari matematika ini meningkatkan daya prediktif dan kontrol
dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang
memungkinkan pemecahan masalah secara terukur lebih tepat dan cermat.
Matematika memungkinkan ilmu mengalami perkembangan dari tahap
kualitatif ke kuantitatif. Perkembangan ini merupakan suatu hal yang
5
imperatif bila kita menghendaki daya prediksi dan kontrol yang lebih tepat
dan cermat dari ilmu.3
Matematika mempunyai peranan penting dalam berpikir deduktif
sehingga mudah diikuti dan dilacak kembali keberadaannya. Matematika
merupakan alat yang memungkinkan ditemukannya serta
dikomunikasikannya kebenaran ilmiah lewat berbagai disiplin keilmuan.
Matematika dan logika sebagai sarana berpikir deduktif mempunyai fungsi
sendirisendiri. Logika lebih sederhana penalarannya, sedang matematika
sudah jauh lebih terperinci. Matematika adalah pengetahuan sebagai
sarana berpikir deduktif sifat : 1. Jelas, spesifik, dan informatif 2. Tidak
menimbulkan konotasi emosional 3. Kuantitatif5
Matematika merupakan alat yang memungkinkan ditemukannya serta
dikomunikasikannya kebenaran ilmiah lewat berbagai disiplin keilmuan.
Matematika dan logika sebagai sarana berpikir deduktif mempunyai fungsi
sendirisendiri. Logika lebih sederhana penalarannya, sedang matematika
sudah jauh lebih terperinci.5

4. Statistika

Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif untuk


mencari konsep-konsep yang berlaku umum. Statistika ialah pengetahuan
sebagai sarana berpikir induktif yang memiliki sifat: 1. Dapat digunakan
untuk menguji tingkat ketelitian 2. Untuk menentukan hubungan kausalitas
antar faktor terkait.
Statistika merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara
mendapatkan data, menganalisis dan menyajikan data serta mendapatkan
suatu kesimpulan yang sah secara ilmiah. Statistika merupakan sarana
berpikir yang didasari oleh logika berpikir induktif. Statistika sangat
berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam
penelitian.5
Di bidang pembangunan ilmu, kedudukan statistik sangat jelas sebagai
salah satu komponen dari sarana berpikir ilmiah di samping logika, bahasa,
dan matematika. Bila matematika selalu menuntun kita dalam proses
berpikir deduktif, maka statistika senantiasa membimbing kita dalam

6
proses induktif. Statistika harus mendapat tempat yang sejajar dengan
matematika agar keseimbangan berpikir deduktif dan induktif yang
merupakan ciri dari berpikir ilmiah dapat dilakukan dengan baik.
Sebagaimana diketahui peranan statistik sangat banyak dalam penelitian,
mulai dari tahap pengambilan sampel sampai dengan tahapan pengujian
hipotesis. Dengan demikian dapat dikatakan statistik merupakan
pengetahuan untuk melakukan penarikan kesimpulan induktif secara lebih
seksama.5
Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari
kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada pokoknya didasarkan pada
asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka
makin tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan tersebut. Statistika juga
memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu
hubungan kausalita antara dua faktor atau lebih bersifat kebetulan atau
memang benar-benar terkait dalam suatu hubunganyang bersifat empiris.
Jadi dalam hal ini statistika berfungsi meningkatkan ketelitian pengamatan
kita dalam menarik kesimpulan dengan jalan menghindarkan hubungan
semu yang bersifat kebetulan.3

7
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dalam proses berpikir ilmiah dibutuhkan alat bantu atau sarana agar
kegiatan ilmiah dapat berjalan dengan baik. Pada dasarnya sarana berpikir
ilmiah terdirr dari empat hal yaitu bahasa, matematika, statistic dan logika.
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir
ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Matematika sebagai
sarana berpikir ilmiah mengacu pada fungsi matematika sebagai bahasa,
logika sebagai sarana berpikir deduktif. Sedangkan statistika mengacu pada
sarana berpikir induktif.

3.2. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, baik di sisi pengetahuan dan literatur yang dipakai. Sehingga
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sebagai
bahan introspeksi diri kami dalam penyusunan makalah selanjutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. Kamus Besar Bahasa Indonesia [online]


www.kbbi.kemendikbud.go.id/entri/ilmiah. Diakses tanggal 11 Januari 2020.
2. Salam, B. Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi. Jakarta: Rineka Cipta
3. Wahana, P. 2016. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta : Pustaka Diamond.
4. Suriasumantri,J. 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
5. Jujun S. (1995) Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
6. Utama, I.G.B.R. 2013. Filsafat Ilmu dan Logika. Bali : Universitas Dhyana
Pura

Anda mungkin juga menyukai