Anda di halaman 1dari 9

LOGIKA DAN BAHASA SEBAGAI SARANA BERPIKIR ILMIAH

OLEH:
FIRDHA HANAN NIFA
NIM. 062024253002

PROGRAM STUDI MAGISTER


ILMJU PENYAKIT DAN KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
BAB 1 PENDAHULUAN

  Filsafat sebagai pengetahuan tertua, bahkan disebut sebagai induk segala ilmu (mother
of sciences) terus bergerak maju untuk menyelediki hakikat yang ada (Being). Sebagai
pengetahuan, filsafat berupaya memperoleh hakikat kebenaran melalui pemikiran rasional,
mendalam sampai ke akar-akarnya.

Berpikir merupakan kegiatan utama yang sering dilakukan oleh manusia. Berpikir
adalah upaya manusia untuk menyelesaikan masalah. Berpikir adalah kegiatan mental untuk
menyusun suatu ide dengan membuat suatu kesimpulan. Berpikir merupakan kegiatan
penalaran yang merujuk untuk mendapatkan suatu hukum sebab akibat, mengamati dan
menentukan suatu penilaian terhadap suatu fenomena baru (Asrobuanam dan Sumaji, 2020).
Secara umum berpikir dapat dibedakan antara berfikir alamiah dan berfikir ilmiah. Berpikir
alamiah adalah pola penalaran yang didasarkan pada kehidupan sehari-hari yang dipengaruhi
oleh lingkungan alam, sedangkan berpikir ilmiah adalah pola penalaran yang didasarkan pada
cara-cara tertentu secara teratur dan cermat.

Pemikiran ilmiah adalah pemikiran logis dan empiris. Logika itu logis dan empiris
dibahas secara mendalam atas dasar fakta yang dapat dibenarkan, selain menggunakan akal
untuk merenung, memutuskan, dan mengembangkan. Berpikir ilmiah adalah proses berpikir
atau mengembangkan pemikiran yang tersusun secara sistematis berdasarkan pengetahuan
ilmiah yang ada.

Berpikir benar memerlukan sarana atau alat berpikir. Sarana ini bersifat pasti, maka
aktivitas keilmuan tidak akan maksimal tanpa sarana berpikir ilmiah tersebut. Bagi seorang
ilmuwan penguasaan sarana berpikir merupakan suatu keharusan, karena tanpa penguasaan
sarana ilmiah tidak akan dapat melaksanakan kegiatan ilmiah yang baik. Penguasaan sarana
ilmiah sangat penting bagi ilmuwan agar dapat melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik.
Sarana berpikir ilmiah membantu manusia menggunakan akalnya untuk berpikir dengan
benar dan menemukan ilmu yang benar.
BAB 2 PEMBAHASAN

Logika sebagai Sarana Berpikir Ilmiah

Logika merupakan sarana untuk berpikir secara sistematis, valid dan dapat
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, berpikir logis dapat diartikan sebagai cara berpikir
sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti, setengah tidak boleh lebih besar dari pada satu.
Logika adalah bidang pengetahuan yang mempelajari tentang asas, aturan, dan prosedur
penalaran yang benar. Dengan istilah lain logika sebagai jalan atau cara untuk memperoleh
pengetahuan yang benar.

Secara Etimologis logika berasal dari bahasa yunani yaitu logike yang artinya (kata
sifat) dan logos yang berarti kata benda, dan diartikan sebagai pertimbangan akal yang
diutarakan lewat kata dan dinyatakan dengan bahasa. Jadi logika adalah suatu proses
berpikir yang sistematis yang dilakukan oleh akal. Logos juga berarti wacana, wacana
merupakan pandangan yang digambarkan oleh pikiran. oleh karena itu pikiran dengan kata
mempunyai hubungan erat, artinya bahwa bahasa mempunyai kaitan erat dengan
pikiran. Logika adalah ilmu cabang filsafat yang mempelajari tentang hukum-hukum
dan prinsip-prinsip penalaran yang tepat dan teknik atau metode bagaimana meneliti
ketepatan dalam berpikir. Logika memainkan peranan penting dalam pencapaian-
pencapaian standar-standar berpikir kritis. Dengan memahami hukum-hukum logika
maka seseorang dapat menyelesaikan masalah membuat kesimpulan dan membuat
keputusan. Dengan memahami prinsip-prinsip dasar proposisi dan definisi-definisi
dalam ilmu logika maka seseorang akan mendapatkan kejelasan, ketepatan keakuratan,
dari suatu informasi atau pernyataan. Dengan menguasi ketrampilan berpikir kritis maka
seseorang akan dapat melakukan obsevasi yang mendetail dan membuat pernyataan tegas
yang berdasarkan pada logika dan bukti kuat. Jadi berdasarkan pada pengertian-pengertian
yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas tentang logika dapat di fahami bahwa
pemahaman tentang logika adalah suatu cabang filsafat yang membahas tentang aturan-
aturan, asas-sasa, hukum-hukum dan metode atau prosedur dalam mencapai pengetahuan
secara rasional dan benar.

Sebagai sarana berpikir ilmiah, logika mengarahkan manusia untuk berpikir dengan
benar sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir yang benar. Dengan logika manusia dapat
berpikir dengan sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jika ingin
melakukan kegiatan berpikir dengan benar maka harus menggunakan kaidah-kaidah berpikir
yang logis. Dengan logika dapat dibedakan antara proses berpikir yang benar dan proses
berpikir yang salah. Logika mengambil peran penting terhadap cara berpikir seseorang
dalam membuat keputusan, memecahkan masalah dan mengarahkan cara berpikir yang
lurus dan tepat. Seseorang yang benar dalam cara berpikir dan cara menggunakan
logika maka akan terhindar dari kekeliruan dan kesesatan sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman. Karena ilmu logika adalah ilmu yang mempelajari tentang penyimpulan
yang tepat, sehingga dengan logika maka seseorang akan dapat menghindari dan terhindar
dari hal-hal yang tidak masuk akal.

Logika secara luas dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih.
Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan, namun agar sesuai dengan tujuan
studi yang memusatkan diri kepada penalaran ilmiah, kita akan melakukan penelaahan yang
seksama hanya pada dua jenis cara penarikan kesimpulan yakni logika induktif dan logika
deduktif. Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus
individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan dipihak lain kita
mempunyai logika deduktif yang membantu kita dalam menarik kesimpulan dari yang
bersifat umum menjadi kasus-kasus bersifat individual. Induktif merupakan cara berpikir di
mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersiwsqfat
individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan
yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang
diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.

Secara induktif maka dari berbagai pernyataan yang bersifat umum dapat disimpulkan
perenyataan yang lebih umum lagi. Umpamanya melanjutkan contoh kita terdahulu, dari
kenyataan bahwa semua binatang mempunyai mata dan semua manusia mempunyai mata,
dapat ditarik kesimpulan bahwa semua mahluk hidup mempunyai mata. Penalaran seperti ini
memungkinkan disusunnya pengetahuan secara sistematis yang mengarah kepada
pernyataan-pernyataan yang semakin lama makin bersifat fundamental (Swantara, 2015).

Bahasa sebagai Sarana Berpikir Ilmiah

Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi
oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu
seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Banyak definisi tentang bahasa, tetapi di
sini penulis hanya akan mengemukakan tiga definisi yang selaras dengan diskusi ini. Jujun
Suparjan Suriasumantri menyebut bahasa sebagai serangkaian bunyi dan lambang yang
membentuk makna. Lebih lengkapnya, bahasa adalah “a systematic means of communicating
ideas of feeling by the use of conventionalized signs, sounds, gestures, or marks having
understood meanings”. Dalam KBBI, diterakan bahwa bahasa ialah “sistem lambang bunyi
yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri”. Definisi-definisi bahasa tersebut menekankan
bunyi, lambang, sistematika, komunikasi, dan alat.

Bahasa secara khusus dikaji dalam disiplin linguistik. Studi tentang bahasa dengan
pendekatan tradisional telah dimulai sejak abad ke-5 SM di Yunani, dan dilanjutkan dengan
pendekatan modern pada abad ke-18. Kini, studi tentang bahasa atau linguistik, kian
berkembang dan maju. Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya perguruan tinggi
yang membuka program studi bahasa, baik bahasa indonesia maupun bahasa asing.

Dalam komunikasi ilmiah, tentu yang dipakai adalah bahasa ilmiah, lisan maupun
tulisan. Bahasa ilmiah berbeda dengan bahasa sastra, bahasa agama, bahasa percakapan
sehari-hari, dan ragam bahasa lainnya. Bahasa sastra sarat dengan keindahan atau estetika.
Sementara itu, bahasa agama merupakan bahasa kitab suci yang preskriptif dan deskriptif.
Bahasa ilmiah memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu informatif, reproduktif atau intersubjektif.
Informatif berarti bahwa bahasa ilmiah mengungkapan informasi atau pengetahuan.
Informasi atau pengetahuan ini dinyatakan secara eksplisit dan jelas untuk menghindari
kesalahpahaman.

Penggunaan sesuatu sarana akan lebih bermakna bila dihayati fungsi spesifiknya.
Demikian pula halnya bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah dalam menerapkan metode
ilmiah dalam memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Dalam membandingkan manusia
dengan binatang yang sama-sama mahluk hidup, maka manusia mempunyai keunggulan
kemampuam berpikir dan berbahasa. Ada yang mengatakan bahwa keunikan manusia tidak
semata-mata terletak pada kemampuan berpikirnya, melainkan pada kemampuannya dalam
berbahasa. Dalam hal ini binatang akibat tidak diberkahinya dengan bahasa yang sempurna
seperti yang dimiliki oleh manusia, maka tidak mampu berpikir yang kondusif untuk
mengakumulasikan pengetahuan-pengetahuannya berupa ilmu sebagaimana yang
dikomunikasi-kan oleh manusia dari generasi ke generasi. Dengan kemampuan berbahasa,
disamping ilmu juga nilai-nilai budaya berlangsung dinamis dari generasi ke generasi.
Dengan bahasa, manusia dimungkinkan untuk berpikir secara abstrak dengan
mentransformasikan gejala alam atau gejala sosial sebagai objek faktual menjadi lambang
bahasa yang abstrak melalui kata-kata. Untuk setiap objek faktual yang diabstraksi diberi
lambang bahasa tersendiri, berupa kata tertentu, yang setelah dikomunikasikan mendapat
kesepakatan mempunyai konotasi yang sama. Mula-mula berupa kata dari bahasa sehari-hari,
namun kemudian untuk komunikasi ilmiah, menjadi istilah. Selama hayat dikandung badan,
manusia mengumpulkan lambanglambang, sehingga tersusun perbendaharaan kata yang
makin kaya. Dan melalui perbendaharaan kata itu manusia berkomunikasi menfenai segenap
pengalaman, pengetahuan, pemikiran, sikap, dan perasaan. Dengan lain perkataan, dalam
bahasa komunikasi itu terkandung asfek informatif dan asfek emotif yang di dalam
prakteknya kedua macam aspek ini sulit untuk dipisahkan sepenuhnya secara tegas, jadi
informasi tercampur unsur emotif dan sebaliknya emosi mengandung unsur informatif.
Contoh sepenuhnya dari masing-masing aspek adalah seperti buku telpon yang mewakili
informatif tanpa unsur emotif, sedang musik mewakili aspek emotif tanpa unsur informatif.

Dalam telaahan lebih lanjut, bahasa mengkomunikasikan buah pikiran, perasaan,


emotif, dan efektif, yang terutama menonjol dalam interaksi kehidupan sosial-budaya.
Sedang dalam komunikasi ilmiah dicanangkan terbebas dari dari unsur emotif dan estetik ,
agar menonjol dengan unsur simbolik informstik, sehingga pesanpesan yang disampaikan
dapat diterima secara reproduktif (identik). Salah satu cara dalam mengkomunikasi ilmiah
agar bersifat jelas dan obyektif, bebas dari emotif dan estetik, ialah dengan menggunakan
kata-kata yang secara tersurat dan eksplisit jelas artinya, yaitu berupa definisi-definisi.
Disamping mengkomunikasikan pendapat atau buah pikiran secara jelas, karya ilmiah pada
asasnya merupakan kumpulan pernyataan yang menyampaikan informasi tentang
pengetahuan dan alur-alur jalan pikiran dalam memperoleh pengetahuan tersebut. Agar
komunikasi ilmiah itu bersifat efektif, maka harus memiliki keterpaduan penguasaan materi
ilmiah dengan penguasaan tata bahasa serta gaya bahasa yang meluncur dan komunikatif. Ini
berarti bahwa ilmuwan juga berkewajiban agar mampu berkomunikasi dengan bahasa yang
baik dan benar. Jadi tidak semata-mata menguasai logika ilmu, melainkan juga logika Bahasa
(Swantara, 2015).

Bahasa membantu ilmuwan berpikir ilmiah, yaitu berpikir induktif dan deduktif.
Dengan perkataan lain, bahasa menjadi alat baginya untuk menarik kesimpulan-kesimpulan
induktif maupun deduktif. Bahasa memungkinkan ilmuwan melaksanakan silogisme dan
menarik kesimpulan atau pengetahuan ilmiah.
Setidaknya terdapat tiga fungsi pokok Bahasa yaitu fungsi interaksional, fungsi
personal, dan fungsi imajinatif. Sebagai interaksional, bahasa merupakan alat menciptakan
dan menjaga hubungan sosial antar individu. Sebagai fungsi personal, bahasa merupakan
ungkapan perasaan, emosi, kepribadian seseorang dalam berkomunikasi. Sedangkan sebagai
fungsi imajinatif, bahasa merupakan layanan untuk menciptakan imajinasi atau ide yang
dituangkan dalam bentuk tulisan atau cerita (Mahmudi, 2008).

Bahasa ilmiah memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu informatif, reproduktif atau


intersubjektif, dan antiseptik. Informatif berarti bahwa bahasa ilmiah mengungkapan
informasi atau pengetahuan. Informasi atau pengetahuan ini dinyatakan secara eksplisit dan
jelas untuk menghindari kesalahpahaman. Maksud ciri reproduktif adalah bahwa pembicara
atau penulis menyampaikan informasi yang sama dengan informasi yang diterima oleh
pendengar atau pembacanya. Menurut Kemeny, antiseptik berarti bahwa bahasa ilmiah itu
objektif dan tidak memuat unsur emotif, kendatipun pada kenyataannya unsur emotif ini sulit
dilepaskan dari unsur informatif.
BAB 3 PENUTUP

Kesimpulan

Logika adalah suatu cabang filsafat yang membahas tentang aturan-aturan, asas-sasa,
hukum-hukum dan metode atau prosedur dalam mencapai pengetahuan secara rasional dan
benar. Sebagai sarana berpikir ilmiah, logika mengarahkan manusia untuk berpikir dengan
benar sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir yang benar. Terdapat bermacam-macam cara
penarikan kesimpulan, namun untuk tujuan studi ilmiah biasanya digunakan dua jenis cara
penarikan kesimpulan yakni logika induktif dan logika deduktif. Bahasa membantu ilmuwan
berpikir ilmiah, yaitu berpikir induktif dan deduktif. Bahasa memungkinkan ilmuwan
melaksanakan silogisme dan menarik kesimpulan atau pengetahuan ilmiah. Dalam
komunikasi ilmiah, tentu yang dipakai adalah bahasa ilmiah, lisan maupun tulisan. Bahasa
ilmiah memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu informatif, reproduktif atau intersubjektif, dan
antiseptik.
DAFTAR PUSTAKA

Asrobuanam, S., & Sumaji. 2020. Peran Logika dalam Berpikir Kritis. Jurnal Silogisme:
Kajian Ilmu Matematika dan Pembelajarannya. Vol 5 (2): 84-94.
Mahmudi, Ikhwan. 2008. Bahasa sebagai Sarana Berpikir Ilmiah: Analisis Pembelajaran
Bahasa Kontekstual. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Swantara, I Made Dira. 2015. Diktat Kuliah Filsafat Ilmu. Denpasar: Universitas Udayana
Sobur, Kadir. 2015.Logika dan Penalaran Dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan. Jambi: IAIN
STS

Anda mungkin juga menyukai