Anda di halaman 1dari 15

PEMBAHASAN

SARANA ILMIAH
A. Definisi

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang berpikir. Hal ini


pernah diutarakan oleh seniman handal, Auguste Rodin lewat karya pahatan
yang menjelaskan hakikat manusia yang sesungguhnya, patung seorang
manusia yang sedang berpikir. Proses berpikir manusia inilah yang
memunculkan berbagai ilmu pengetahuan. Dengan dobrakan-dobrakan
pemikiran dan ide manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan yang
didasari dengan pemikiran yang mendalam dan menyeluruh. Untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan diperlukan metode ilmiah yang langkah
dan kegiatannya didasarkan pada prinsip-prinsip keilmuan.

Sarana ilmiah berperan sebagai alat bantu yang mengorganisasikan


metode ilmiah menjadi sebuah pengetahuan yang lebih sempurna. Tentu saja
berpikir berdasarkan keilmuan amat sangat berbeda dengan proses berpikir
pada umumnya. Disnilah para filsafat menuangkan segala bentuk
pemikirannya dengan menggunakan metode dan kegiatan yang bersifat
ilmiah. Kegiatan dan metode yang tidak didasarkan pada
pemikiran- pemikiran khayal namun logis dan empiris. Semua dibuktikan
secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan.

Filsuf-filsuf mendalami apa yang mereka kembangkan dengan


menggunakan langkah-langkah ilmiah yang didalamnya juag dibutuhkan
sarana untuk membantu lancarnya kegiatan ilmaih tersebut. Maka disinilah
peran sarana ilmiah amat sangat berarti.

Berfikir ilmiah

Secara umum tiap perkembangan dalam ide dan konsep dapat


disebut dengan berpikir (Bochenski, 1984:52). Dan yang akan dikupas
secara mendalam pada pembahasan ini adalah berpikir yang didasarkan
pada keilmuan. Tentu saja pemikiran yang didasarkan pada keilmuan akan

------------- [ 1 ] -------------
sangat berbeda dengan pemikiran biasa, seperti memikirkan mau membeli
apa nanti, atau berpikir untuk pergi kemana. Dalam buku Jujun S.
Suriasumantri, Bochenski (1984:52) juga menerangkan bahwa pemikiran
yang didasarkan keilmuan adalah pemikiran yang sungguh-sungguh, artinya
suatu cara yang berdisiplin. Ide dan konsep itu diarahkan pada suatu tujuan
tertentu. Disini ide dan konsep tidak dibiarkan untuk berkelana dalam
angan-angan yang tak menentu. Dan kemudian akan berkembang kepada
berpikir ilmiah, cara berpikir yang dilakukan oleh para filsuf.

Berpikir ilmiah adalah berpikir yang logis dan empiris. Logis berarti
masuk akal, dan empiris berarti dibahas secara mendalam berdasarkan fakta
yang dapat dipertanggung jawabkan (Hillway: 1956). Dalam hal ini ada juga
yang berpendapat bahwa berpikir ilmiah adalah berpikir yang menggunakan
akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan secara
ilmu pengetahuan yaitu berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan atau
menggunakan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan
penjelasan kebenaran (uripsantoso.wordpress.com). Maka dapat kita garis
bawahi bahwa makna dari berpikir ilmiah adalah pemikiran yang didasarkan
pada prinsip-prinsip keilmuan. Yang tentu saja ini berarti juga erat kaitannya
dengan proses untuk mendapatkan ilmu itu sendiri. Dan untuk melaksanakan
kegiatan berpikir ilmiah dengan baik diperlukan sarana ilmiah.

Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu


kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya (Salam:
2000). Selain itu, Salam (2000:24) menambahkan bahwa sarana ilmiah
merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai suatu tujuan tertentu
atau sarana ilmiah mempunyai fungsi–fungsi yang khas dalam kaitan
kegiatan ilmiah secara menyeluruh.

B. Bahasa

Bahasa mempunyai peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam
hidup dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang

------------- [ 2 ] -------------
memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa,
seperti bernafas dan berjalan. Padahal bahasa mempunyai
pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang membedakan
manusia dari ciptaan lainnya1. Ernest Cassirer berpendapat bahwa keunikan
manusia bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak
pada kemampuannya berbahasa.Oleh karena itu, Ernest menyebut manusia
sebagai Animal Symbolicum, yaitu makhluk yang menggunakan simbol2.

Berpikir merupakan kegiatan [akal] untuk memperoleh pengetahuan


yang benar3. Berpikir ilmiah adalah kegiatan [akal] yang menggabungkan
induksi dan deduksi4. Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya
kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau
kasus-kasus yang bersifat khusus; sedangkan, deduksi ialah cara berpikir
yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus ditarik dari
pernyataan-pernyataan yang bersifat umum5.

Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi langkah-langkah (metode)


ilmiah, atau membantu langkah-langkah ilmiah, untuk mendapatkan
kebenaran. Dengan perkataan lain, sarana berpikir ilmiah memungkinkan
kita melakukan penelaahan ilmiah dengan baik, teratur dan cermat. Oleh
karena itu, agar ilmuwan dapat bekerja dengan baik, dia mesti menguasai
sarana berpikir ilmiah6.

Bloch and Trager mengatakan: a language is a system of arbitrary


vocal symbols by means of which a social group cooperates (Bahasa adalah
suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh
suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi.

1
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 175.
2
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1995), hal. 171.
3
Ibid. Hal. 42.
4
Ibid. hal. 45.
5
Ibid. Hal. 48-49.
6
Jujun S. Suriasumantri (ed.), Ilmu Dalam Perspektif, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), hal.
167-169.

------------- [ 3 ] -------------
Joseph broam mengatakan: bahasa adalah suatu sistem yang
berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para
anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain.

Dalam komunikasi ilmiah, tentu yang dipakai adalah bahasa ilmiah,


lisan maupun tulisan. Bahasa ilmiah berbeda dengan bahasa sastra, bahasa
agama, bahasa percakapan sehari-hari, dan ragam bahasa lainnya. Bahasa
sastra sarat dengan keindahan atau estetika7. Sementara itu, bahasa agama,
dari perspektif theo-oriented, merupakan bahasa kitab suci yang preskriptif
dan deskriptif, sedangkan dari perspektif anthropooriented, bisa mengarah
pada narasi filsafat atau ilmiah8.

Bahasa ilmiah memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu informatif,


reproduktif atau intersubjektif, dan antiseptik. Informatif berarti bahwa
bahasa ilmiah mengungkapan informasi atau pengetahuan. Informasi atau
pengetahuan ini dinyatakan secara eksplisit dan jelas untuk menghindari
kesalahpahaman. Maksud ciri reproduktif adalah bahwa pembicara atau
penulis menyampaikan informasi yang sama dengan informasi yang diterima
oleh pendengar atau pembacanya. Menurut Kemeny, antiseptik berarti
bahwa bahasa ilmiah itu objektif dan tidak memuat unsur emotif, kendatipun
pada kenyataannya unsur emotif ini sulit dilepaskan dari unsur informatif9.

Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk


memungkinkan kita untuk menelaah ilmu secara baik. Sedangkan tujuan
mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang
memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah kita sehari-hari.

Fungsi berfikir ilmiah , sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan


dalam kaitan kegiatan ilmiah secara keseluruhan. Dalam hal ini berpikir

7
Alif Danya Munsyi, Bahasa Menunjukkan Bangsa (Jakarta: Kepustakaan Gramedia Populer, 2005), hal.
196.
8
Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama, Sebuah Kajian Hermeneutik, (Jakarta: Paramadina,
1996), hal. 75.
9
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 184.

------------- [ 4 ] -------------
ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan
materi pengetahuaannya berdasarkan metode ilmiah.

Pada hakikatnya sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang


membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya.
Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh
sebab itulah maka sebelum kita mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah
ini kita harus dapat menguasai langkah-langkah dalam kegiatan langkah
berfikir tersebut. Sebagai makhluk hidup yang paling mulia, manusia
dikaruniai kemampuan untuk mengetahui diri dan alam sekitarnya. Melalui
pengetahuan, manusia dapat mengatasi kendala dan kebutuhan demi
kelangsungan hidupnya.

C. Matematik

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna


dari serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang
matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah
makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan
kumpulan rumus-rumus yang mati10.

Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan, untuk mengatasi


kekurangan yang terdapat pada bahasa verbal, kita berpaling pada
matematika. Dalam hal ini kita katakan bahwa matematika adalah bahasa
yang berusaha untuk menghilangkan sifat majemuk dan emosional dari
bahasa verbal. Contoh: menghitung “kecepatan jalan kaki seorang anak” kita
lambangkan X, “jarak tempuh seorang anak” kita lambangkan Y, “waktu
berjalan kaki seorang anak” kita lambangkan Z, maka kita dapat
melambangkan hubungan tersebut sebagai Z=Y/X. Pernyataan Z=X/Y
kiranya jelas tidak mempunyai konotasi emosional dan hanya
mengemukakan informasi mengenai hubungan antara X, Y dan Z. Dalam hal
ini pernyataan matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik dan

10
Ibid. Hal. 190.

------------- [ 5 ] -------------
informatif dengan tidak menimbulkan konotasi yang tidak bersifat
emosional11.

Matematika merupakan ilmu deduktif. Karena penyelesaian


masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari atas pengalaman, melainkan
didasarkan atas deduksi-deduksi (penjabaran-penjabaran). Matematika lebih
mementingkan bentuk logisnya. Pernyataan-pernyataannya mempunyai sifat
yang jelas. Pola berpikir deduktif banyak digunakan baik dalam bidang ilmiah
maupun bidang lain yang merupakan proses pengambilan kesimpulan yang
didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan.
Contoh: jika diketahui A termasuk dalam lingkungan B, sedangkan B tidak
ada hubungan dengan C, maka A tidak ada hubungan dengan C.

Matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual.


Disamping pengetahuan mengenai matematika itu sendiri, matematika juga
memberikan bahasa, proses dan teori yang memberikan ilmu suatu bentuk
dan kekuasaan.

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan alam matematika


memberikan kontribusi yang cukup besar. Kontribusi matematika dalam
perkembangan ilmu alam, lebih ditandai dengan penggunaan
lambang-lambang bilangan untuk penghitungan dan pengukuran, disamping
hal lain seperti bahasa, metode dan lainnya.

Adapun ilmu-ilmu sosial dapat ditandai oleh kenyataan bahwa


kebanyakan dari masalah yang dihadapinya tidak mempunyai pengukuran
yang mempergunakan bilangan dan pengertian tentang ruang adalah sama
sekali tidak relevan.

Matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual.


Disamping pengetahuan mengenai matematika itu sendiri, matematika juga
memberikan bahasa, proses dan teori yang memberikan ilmu suatu bentuk
kekuasaan. Fungsi matematika menjadi sangat penting dalam perkembangan

11
Ibid. Hal. 191.

------------- [ 6 ] -------------
macam-macam ilmu pengetahuan. Matematika dalam perkembangannya
memberikan masukan-masukan pada bidang-bidang keilmuan yang lainnya.
Konstribusi matematika dalam perkembangan ilmu alam lebih ditandai
dengan pengunaan lambang-lambang bilangan untuk menghitung dan
mengukur, objek ilmu alam misal gejala-gejalah alam yang dapat diamatidan
dilakukan penelaahan secara berulang-ulang. Berbeda dengan ilmu sosial
yang memiliki objek penelaahan yang kompleks dan sulit melakukan
pengamatan. Disamping objeknya yang tak terulang maka kontribusi
matematika tidak mengutamakan pada lambang-lambang bilangan.

Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas


satu dengan lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten.
Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan
suatu keadaan atau situasi melalui abstraksi, idealisasi, atau generalisasi
untuk suatu studi ataupun pemecahan masalah. Pentingnya matematika
tidak lepas dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan.
Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika justru lebih praktis,
sistematis, dan efisien. Begitu pentingnya matematika sehingga bahasa
matematika merupakan bagian dari bahasa yang digunakan dalam
masyarakat. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peran dan fungsi
matematika, terutama sebagai sarana untuk memecahkan masalah baik pada
matematika maupun dalam bidang.

D. Statistik

Secara etimologi, kata “statistik” berasal dari kata status (bahasa latin)
yang mempunyai persamaan arti dengan kata state (bahasa Inggris), yang
dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan negara. Pada mulanya, kata
“statistik” diartikan sebagai “kumpulan bahan keterangan (data), baik yang
berwujud angka (data kuantitatif) maupun data yang tidak berwujud angka
(data kuantitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar
bagi suatu negara”. Namun pada perkembangan selanjutnya, arti kata

------------- [ 7 ] -------------
statistik hanya dibatasi pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud
angka (data kuantitatif) saja12.

Ilmu secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang


telah teruji kebenarannya. Semua pernyataan ilmiah adalah sesuai faktual,
dimana konsekuensinya dapat diuji baik dengan jalan mempergunakan
pancaindera, maupun dengan alat-alat yang membantu pancaindera tersebut.
Statistika merupakan pengetahuan untuk melakukan penarikan kesimpulan
induktif secara lebih seksama.

Kesimpulan yang ditarik dalam penalaran deduktif adalah benar jika


premis-premis yang dipergunakan adalah benar danprosedur penarikan
kesimpulannya adalah sah. Sedangkan dalam penalaran induktif meskipun
premis-premisnya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya
adalah sah, maka kesimpulan itu belum tentu benar. Tapi kesimpulan itu
mempunyai peluang untuk benar.

Statistik merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk


memproses pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat
metode ilmiah, statistik membantu kita untuk melakukan generalisasi dan
menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan
terjadi secara kebetulan13.

Adapun hubungan statiska antara Sarana berfikir Ilmiah Bahasa,


Matematika dan Statistika, yaitu sebagaimana yang kita bahas sebelumnya, agar
dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan sarana bahasa,
matematika dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai
dalam kegiatan berpikir ilmiah, dimana bahasa menjadi alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dan ditinjau dari pola
berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir
induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif,
sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.

12
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hal. 1.
13
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 206.

------------- [ 8 ] -------------
Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan yang memiliki
ruang lingkup yang khas dan terbatas untuk menyusun argumentasi yang diakhiri
dengan pernyataan yang bersifat umum. Sedangkan deduktif, merupakan cara
berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang
bersifat khusus, dengan memakai pola berpikir silogismus.

E. Logik

Secara etimologi, logika berasal dari bahasa Yunani yaitu kata sifat
logike yang berkaitan dengan kata logos yang berarti ucapan, kata, pikiran,
akal budi, dan ilmu (Bakry, 1981:18). Kata atau pikiran yang dimaksud di sini
adalah yang benar atau yang sehat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa logika
adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari pikiran sehingga orang yang
mempelajarinya itu dapat berpikir dan berbahasa secara benar. Dalam arti
luas logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat
memisahkan secara tegas antara penalaran yang benar dengan penalaran
yang salah. Secara leksikal menurut Kamus Oxford logika adalah (a) science
of reasoning; (b) particular system or method of reasoning.

Logika adalah sarana berpikir sistematis, valid dan dapat


dipertanggungjawabkan. Karena itu berpikir logis adalah berpikir sesuai
dengan aturan-aturan berpikir.

Hukum-hukum pikiran beserta mekanismenya dapat digunakan


secara sadar dalam mengontrol perjalanan pikiran yang sulit dan panjang itu.

1. Aturan Cara Berpikir yang Benar

Kondisi adalah hal-hal yang harus ada supaya sesuatu dapat


terwujud, dapat terlaksana. Untuk berpikir baik, yakni berpikir benar,
logis-dialektis, juga dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu:

a. Mencintai kebenaran

Sikap ini sangat fundamental untuk berpikir yang baik,


sebab sikap ini senantiasa menggerakkan si pemikir untuk

------------- [ 9 ] -------------
mencari, mengusut, meningkatkan mutu penalarannya;
manggerakkan si pemikir untuk senantiasa mewaspadai
“ruh-ruh” yang akan menyelewengkannya dari yang benar.
Misalnya, menyederhanakan kenyataan, menyempitkan
cakrawala/perspektif, berpikir terkotak-kotak. Cinta terhadap
kebenaran diwujudkan dalam kerajinan (jauh dari kemalasan,
jauh dari takut sulit, dan jauh dari kecerobohan) serta
diwujudkan dengan kejujuran, yakni disposisiatau sikap
kejiwaan(dan pikiran) yang selalu siap sedia menerima
kebenaran meskipun berlawanan dengan prasangka dan
keinginan/kecenderungan pribadi atau golongannya.

b. Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang Anda kerjakan

Kegiatan yang sedang dikerjakan adalah kegiatan berpikir.


Seluruh aktivitas intelek kita adalah suatu usaha terus menerus
mengejar kebenaran yang diselingi dengan diperolehnya
pengetahuan tentang kebenaran tetapi parsial sifatnya. Untuk
mencapai kebenaran, kita harus bergerak melalui berbagai
macam langkah dan kegiatan.

c. Ketahuilah (dengan sadar) apa yang Anda katakan

Pikiran diungkapkan ke dalam kata-kata. Kecermatan


pikiran diungkapkan ke dalam kecermatan kata-kata, karenanya
kecermatan ungkapan pikiran ke dalam kata merupakan sesuatu
yang tidak boleh ditawar lagi. Anda senantiasa perlu menguasai
ungkapan pikiran kedalam kata tersebut. Waspadalah terhadap
term-term ekuivokal (bentuk sama, tetapi arti berbeda), analogis
(bentuk sama, arti sebagian sama sebagian berbeda). Ketahuilah
pula perbedaan kecil arti (nuansa) dari hal-hal yang Anda
katakan.

------------- [ 10 ] -------------
d. Buatlah distingsi (pembedaan) dan pembagian (klasifikasi)
yang semestinya

Jika ada dua hal yang tidak mempunyai bentuk yang sama,
hal itu jelas berbeda. Tetapi banyak kejadian dimana dua hal
atau lebih mempunyai bentuk sama, namun tidak identik.
Disinilah perlu dibuat suatu distingsi, suatu pembedaan. Karena
realitas begitu luas, perlu diadakan pembagian (klasifikasi).
Peganglah suatu prinsip pembagian yang sama, jangan sampai
Anda menjumlahkan bagian atau aspek realitas prinsip klasifikasi
yang sama.

e. Cintailah definisi yang tepat

Penggunaan bahasa sebagai ungkapan sesuatu


kemungkinan tidak ditangkap sebagaimana yang akan
diungkapkan atau yang dimaksudkan. Karenanya jangan segan
membuat definisi. Definisi artinya pembatasan, yakni membuat
jelas batas-batas sesuatu. Hindari uraian-uraian yang tidak jelas
artinya.

f. Ketahuilah (dengan sadar) mengapa Anda menyimpulkan


begini atau begitu

Anda harus bisa dan biasa melihat asumsi-asumsi,


implikasi-implikasi, dan konsekuensi-konsekuensi dari suatu
penuturan (assertion), pernyataan, atau kesimpulan yang Anda
buat. Jika bahan yang ada tidak cukup atau kurang cukup untuk
menarik kesimpulan, hendaknya orang menahan diri untuk tidak
membuat kesimpulan atau membuat pembatasan-pembatasan
(membuat reserve) dalam kesimpulan.

------------- [ 11 ] -------------
g. Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan
tenaga, serta sangguplah mengenali jenis, macam, dan nama
kesalahan, demikian juga mengenali sebab-sebab kesalahan
pemikiran (penalaran)

Dalam belajar logika Ilmiah (scientific) Anda tidak


hanya mau tahu hukum-hukum, prinsip-prinsip,
bentuk-bentuk pikiran sekadar untuk tahu saja. Anda perlu
juga;

1) Dalam praktik, menjadi cakap dan cekatan berpikir


sesuai dengan hukum, prinsip, bentuk berpikir yang
betul, tanpa mengabaikan dialektika, yakni proses
perubahan keadaan. Logika ilmiah melengkapi dan
mengantar kita untuk menjadi cakap dan sanggup
berpikir kritis, yakni berpikir secara menentukan
karena menguasai ketentuan-ketentuan berpikir yang
baik.

2) Selanjutnya sanggup mengenali jenis-jenis,


macam-macam, nama-nama, sebab-sebab kesalahan
pemikiran, dan sanggup menghindari, juga menjelaskan
segala bentuk dan sebab kesalahan dengan
semestinya14.

2. Klasifikasi
Sebuah konsep klasifikasi, seperti “panas” atau “dingin”,
hanyalah menempatkan objek tertentu dalam sebuah kelas.
Pertimbangan yang berdasarkan klasifikasi tentu saja lebih baik
daripada tak ada pertimbangan sama sekali. Misal; terdapat tiga
puluh lima orang yang melamar pekerjaan yang membutuhkan
kemampuan tertentu, dan perusahaan yang akan menerima
14
W. Poespoprojo, Logika Scientifika; Pengantar Dialektika dan Ilmu, (Bandung: Pustaka Grafika,
1999), hal.64.

------------- [ 12 ] -------------
mempunyai psikolog harus menetapkan cara-cara pelamar dalam
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Ahli psikologi tersebut
membuat klasifikasi kasar berdasarkan keterampilan, kemampuan
dibidang matematika, stabilitas emosional, dan sebagainya. Ketiga
puluh lima orang tersebut dibandingkan dengan pengetahuan yang
berdasarkan klasifikasi kuat, lemah dan sedang, kemudian
ditempatkan dalam urutan berdasarkan kemampuannya
masing-masing15.

3. Aturan Definisi

Definisi secara etimologi adalah suatu usaha untuk memberi


batasan terhadap sesuatu yang dikehendaki seseorang untuk
memindahkannya kepada orang lain.

Sedangkan pengertian definisi secara terminologi adalah


sesuatu yang menguraikan makna lafadz kulli yang menjelaskan
karakteristik khusus pada diri individu.

Definisi yang baik adalah jami’ wa mani (menyeluruh dan


membatasi). Hal ini sejalan dengan kata definisi itu sendiri, yaitu
definite (membatasi).

15
ujun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001), hal. 148.

------------- [ 13 ] -------------
KESIMPULAN

Bahasa mempunyai peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam
hidup dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang
memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa,
seperti bernafas dan berjalan. Padahal bahasa mempunyai
pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang membedakan
manusia dari ciptaan lainnya.

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna


dari serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang
matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah
makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan
kumpulan rumus-rumus yang mati.

Logika adalah sarana berpikir sistematis, valid dan dapat


dipertanggungjawabkan. Karena itu berpikir logis adalah berpikir sesuai
dengan aturan-aturan berpikir.

Statistik yaitu kumpulan bahan keterangan berupa angka atau


bilangan. Metode statistik yaitu cara-cara tertentu yang perlu ditempuh
dalam rangka mengumpulkan, menyusun, atau mengatur, menyajikan,
menganalisis, dan memberikan interpretasi terhadap sekumpulan bahan
keterangan yang berupa angka itu dapat berbicara atau dapat memberikan
pengertian makna tertentu.

------------- [ 14 ] -------------
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal, 2010.Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers.

Hidayat, Komaruddin. 1996. Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian


Hermeneutik. Jakarta: Paramadina.

Munsyi, Alif Danya. 2005. Bahasa Menunjukkan Bangsa. Jakarta: Kepustakaan


Populer Gramedia.

Suriasumantri,Jujun S. 1995. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan.

Suriasumantri, Jujun S, 2002. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Poespoprojo, W. 1999. Logika Scientifika; Pengantar Dialektika dan Ilmu.


Bandung: Pustaka Grafika.

Suriasumantri, Jujun S. 2001. Ilmu Dalam Perspektif, Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia.

Sudijono, Anas,. 1996. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

------------- [ 15 ] -------------

Anda mungkin juga menyukai