SARANA ILMIAH
A. Definisi
Berfikir ilmiah
------------- [ 1 ] -------------
sangat berbeda dengan pemikiran biasa, seperti memikirkan mau membeli
apa nanti, atau berpikir untuk pergi kemana. Dalam buku Jujun S.
Suriasumantri, Bochenski (1984:52) juga menerangkan bahwa pemikiran
yang didasarkan keilmuan adalah pemikiran yang sungguh-sungguh, artinya
suatu cara yang berdisiplin. Ide dan konsep itu diarahkan pada suatu tujuan
tertentu. Disini ide dan konsep tidak dibiarkan untuk berkelana dalam
angan-angan yang tak menentu. Dan kemudian akan berkembang kepada
berpikir ilmiah, cara berpikir yang dilakukan oleh para filsuf.
Berpikir ilmiah adalah berpikir yang logis dan empiris. Logis berarti
masuk akal, dan empiris berarti dibahas secara mendalam berdasarkan fakta
yang dapat dipertanggung jawabkan (Hillway: 1956). Dalam hal ini ada juga
yang berpendapat bahwa berpikir ilmiah adalah berpikir yang menggunakan
akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan secara
ilmu pengetahuan yaitu berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan atau
menggunakan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan
penjelasan kebenaran (uripsantoso.wordpress.com). Maka dapat kita garis
bawahi bahwa makna dari berpikir ilmiah adalah pemikiran yang didasarkan
pada prinsip-prinsip keilmuan. Yang tentu saja ini berarti juga erat kaitannya
dengan proses untuk mendapatkan ilmu itu sendiri. Dan untuk melaksanakan
kegiatan berpikir ilmiah dengan baik diperlukan sarana ilmiah.
B. Bahasa
Bahasa mempunyai peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam
hidup dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang
------------- [ 2 ] -------------
memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa,
seperti bernafas dan berjalan. Padahal bahasa mempunyai
pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang membedakan
manusia dari ciptaan lainnya1. Ernest Cassirer berpendapat bahwa keunikan
manusia bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak
pada kemampuannya berbahasa.Oleh karena itu, Ernest menyebut manusia
sebagai Animal Symbolicum, yaitu makhluk yang menggunakan simbol2.
1
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 175.
2
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1995), hal. 171.
3
Ibid. Hal. 42.
4
Ibid. hal. 45.
5
Ibid. Hal. 48-49.
6
Jujun S. Suriasumantri (ed.), Ilmu Dalam Perspektif, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), hal.
167-169.
------------- [ 3 ] -------------
Joseph broam mengatakan: bahasa adalah suatu sistem yang
berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para
anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain.
7
Alif Danya Munsyi, Bahasa Menunjukkan Bangsa (Jakarta: Kepustakaan Gramedia Populer, 2005), hal.
196.
8
Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama, Sebuah Kajian Hermeneutik, (Jakarta: Paramadina,
1996), hal. 75.
9
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 184.
------------- [ 4 ] -------------
ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan
materi pengetahuaannya berdasarkan metode ilmiah.
C. Matematik
10
Ibid. Hal. 190.
------------- [ 5 ] -------------
informatif dengan tidak menimbulkan konotasi yang tidak bersifat
emosional11.
11
Ibid. Hal. 191.
------------- [ 6 ] -------------
macam-macam ilmu pengetahuan. Matematika dalam perkembangannya
memberikan masukan-masukan pada bidang-bidang keilmuan yang lainnya.
Konstribusi matematika dalam perkembangan ilmu alam lebih ditandai
dengan pengunaan lambang-lambang bilangan untuk menghitung dan
mengukur, objek ilmu alam misal gejala-gejalah alam yang dapat diamatidan
dilakukan penelaahan secara berulang-ulang. Berbeda dengan ilmu sosial
yang memiliki objek penelaahan yang kompleks dan sulit melakukan
pengamatan. Disamping objeknya yang tak terulang maka kontribusi
matematika tidak mengutamakan pada lambang-lambang bilangan.
D. Statistik
Secara etimologi, kata “statistik” berasal dari kata status (bahasa latin)
yang mempunyai persamaan arti dengan kata state (bahasa Inggris), yang
dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan negara. Pada mulanya, kata
“statistik” diartikan sebagai “kumpulan bahan keterangan (data), baik yang
berwujud angka (data kuantitatif) maupun data yang tidak berwujud angka
(data kuantitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar
bagi suatu negara”. Namun pada perkembangan selanjutnya, arti kata
------------- [ 7 ] -------------
statistik hanya dibatasi pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud
angka (data kuantitatif) saja12.
12
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hal. 1.
13
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 206.
------------- [ 8 ] -------------
Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan yang memiliki
ruang lingkup yang khas dan terbatas untuk menyusun argumentasi yang diakhiri
dengan pernyataan yang bersifat umum. Sedangkan deduktif, merupakan cara
berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang
bersifat khusus, dengan memakai pola berpikir silogismus.
E. Logik
Secara etimologi, logika berasal dari bahasa Yunani yaitu kata sifat
logike yang berkaitan dengan kata logos yang berarti ucapan, kata, pikiran,
akal budi, dan ilmu (Bakry, 1981:18). Kata atau pikiran yang dimaksud di sini
adalah yang benar atau yang sehat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa logika
adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari pikiran sehingga orang yang
mempelajarinya itu dapat berpikir dan berbahasa secara benar. Dalam arti
luas logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat
memisahkan secara tegas antara penalaran yang benar dengan penalaran
yang salah. Secara leksikal menurut Kamus Oxford logika adalah (a) science
of reasoning; (b) particular system or method of reasoning.
a. Mencintai kebenaran
------------- [ 9 ] -------------
mencari, mengusut, meningkatkan mutu penalarannya;
manggerakkan si pemikir untuk senantiasa mewaspadai
“ruh-ruh” yang akan menyelewengkannya dari yang benar.
Misalnya, menyederhanakan kenyataan, menyempitkan
cakrawala/perspektif, berpikir terkotak-kotak. Cinta terhadap
kebenaran diwujudkan dalam kerajinan (jauh dari kemalasan,
jauh dari takut sulit, dan jauh dari kecerobohan) serta
diwujudkan dengan kejujuran, yakni disposisiatau sikap
kejiwaan(dan pikiran) yang selalu siap sedia menerima
kebenaran meskipun berlawanan dengan prasangka dan
keinginan/kecenderungan pribadi atau golongannya.
------------- [ 10 ] -------------
d. Buatlah distingsi (pembedaan) dan pembagian (klasifikasi)
yang semestinya
Jika ada dua hal yang tidak mempunyai bentuk yang sama,
hal itu jelas berbeda. Tetapi banyak kejadian dimana dua hal
atau lebih mempunyai bentuk sama, namun tidak identik.
Disinilah perlu dibuat suatu distingsi, suatu pembedaan. Karena
realitas begitu luas, perlu diadakan pembagian (klasifikasi).
Peganglah suatu prinsip pembagian yang sama, jangan sampai
Anda menjumlahkan bagian atau aspek realitas prinsip klasifikasi
yang sama.
------------- [ 11 ] -------------
g. Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan
tenaga, serta sangguplah mengenali jenis, macam, dan nama
kesalahan, demikian juga mengenali sebab-sebab kesalahan
pemikiran (penalaran)
2. Klasifikasi
Sebuah konsep klasifikasi, seperti “panas” atau “dingin”,
hanyalah menempatkan objek tertentu dalam sebuah kelas.
Pertimbangan yang berdasarkan klasifikasi tentu saja lebih baik
daripada tak ada pertimbangan sama sekali. Misal; terdapat tiga
puluh lima orang yang melamar pekerjaan yang membutuhkan
kemampuan tertentu, dan perusahaan yang akan menerima
14
W. Poespoprojo, Logika Scientifika; Pengantar Dialektika dan Ilmu, (Bandung: Pustaka Grafika,
1999), hal.64.
------------- [ 12 ] -------------
mempunyai psikolog harus menetapkan cara-cara pelamar dalam
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Ahli psikologi tersebut
membuat klasifikasi kasar berdasarkan keterampilan, kemampuan
dibidang matematika, stabilitas emosional, dan sebagainya. Ketiga
puluh lima orang tersebut dibandingkan dengan pengetahuan yang
berdasarkan klasifikasi kuat, lemah dan sedang, kemudian
ditempatkan dalam urutan berdasarkan kemampuannya
masing-masing15.
3. Aturan Definisi
15
ujun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001), hal. 148.
------------- [ 13 ] -------------
KESIMPULAN
Bahasa mempunyai peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam
hidup dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang
memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa,
seperti bernafas dan berjalan. Padahal bahasa mempunyai
pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang membedakan
manusia dari ciptaan lainnya.
------------- [ 14 ] -------------
DAFTAR PUSTAKA
------------- [ 15 ] -------------